pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPLORASI, ELABORASI,
DAN KONFIRMASI DALAM PEMBELAJARAN
PADA GURU PAI DI MTs NEGERI 1 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1
Dalam Pendidikan Agama Islam
Oleh :
NURUL SEPTIYANI
NIM: 073111157
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurul Septiyani
NIM : 073111157
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil dari
penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 23 November 2011
Saya yang menyatakan,
Nurul Septiyani
NIM: 073111157
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPLORASI,
ELABORASI, DAN KONFIRMASI DALAM
PEMBELAJARAN PADA GURU PAI DI MTs NEGERI 1
SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011
Nama : Nurul Septiyani
NIM : 073111157
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 15 Desember 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd.
NIP: 19520208 197612 2001
Sekretaris,
Hj. Nur Asiyah, M.S.I.
NIP. 19710926 199803 2002
Penguji I,
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd.
NIP: 19570202 199203 2001
Penguji II,
Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag.
NIP: 19690320 199803 1004
Pembimbing I,
Dra. Hj. Muntholi’ah, M.Pd.
NIP: 19670319 199303 2001
Pembimbing II,
H. Amin Farih, M.Ag.
NIP: 19710614 200003 1002
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 November 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul :Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
dalam Pembelajaran pada Guru PAI di MTs Negeri 1
Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
Nama : Nurul Septiyani
NIM : 073111157
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing I,
Dra. Hj. Muntholi’ah, M.Pd
19670319 199303 2001
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 November 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul :Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi dalam Pembelajaran pada Guru PAI di MTs
Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
Nama : Nurul Septiyani
NIM : 073111157
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing II,
H. Amin Farih, M.Ag
19710614 200003 1002
vi
ABSTRAK
Judul : Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
dalam Pembelajaran pada Guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang
Tahun Ajaran 2010/2011
Penulis : Nurul Septiyani
NIM : 073111157
Skripsi ini membahas pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi dalam pembelajaran. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab
permasalahan “Bagaimana pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi pada pembelajaran di MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011.” Permasalahan tersebut di atas dibahas melalui studi lapangan. Data
diperoleh dengan metode observasi, metode wawancara, dan dokumentasi. Semua
data dianalisis dengan metode perbandingan tetap atau Constant Comparative
Methode yang ditemukan oleh Glaser dan Strauss.
Kajian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup baik.
Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata skor penilaian yang mencapai 4,0 yang
berarti baik. Pelaksanaan kegiatan eksplorasi mencapai skor 4,4; kemampuan
guru-guru PAI dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi dapat terlihat pada
kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga mampu menggali kemampuan
peserta didik. Pelaksanaan kegiatan elaborasi mencapai skor 3,5; kemampuan
guru-guru PAI dalam melaksanakan kegiatan elaborasi dapat terlihat pada
kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga mampu memunculkan gagasan
baru serta menambah motivasi belajar untuk peserta didik. Sedangkan
pelaksanaan kegiatan konfirmasi mencapai skor 4,1; kemampuan guru-guru PAI
dalam melaksanakan kegiatan konfirmasi dapat terlihat pada saat guru melakukan
penguatan, refleksi, maupun review.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada guru-guru PAI di MTs
Negeri 1 Semarang agar terus mengembangkan kemampuan dalam mengajar
khususnya dalam membangkitkan semangat peserta didik agar tidak bosan di
dalam kelas. Hendaklah guru selalu memberi motivasi kepada siswa akan
pentingnya belajar ilmu-ilmu agama serta terus memberikan motivasi dan
perhatian lebih kepada peserta didik yang kurang dapat mengikuti pelaksanaan
pembelajaran agar tidak tertinggal dengan teman-temannya serta guru diharapkan
agar memilih atau menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan materi
yang diberikan. Kepada siswa hendaknya selalu memperhatikan pelajaran yang
diberikan oleh guru, juga mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
mempraktekan dan mengamalkan materi yang telah diterima di sekolah.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
rasulullah dan para pengikutnya, karena dengan semua itu penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Tidak ada kata yang pantas penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang
membantu proses pembuatan skripsi ini, kecuali terimakasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Sujai, M.Ag selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2. Dra. Hj. Muntholiah, M.Pd dan H. Amin Farih, M.Ag selaku pembimbing
skripsi yang dengan tulus, ikhlas dan tak henti-hentinya memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis.
3. Drs. Abdurrahman, M.Ag. selaku dosen wali yang selalu memberikan
bimbingannya.
4. Kepala MTs Negeri 1 Semarang beserta jajaran guru dan staf karyawan tata
usaha yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
5. KH. Abdul Karim Assalawy, H. Lutfah Karim Assalawy beserta keluarga
sebagai pembimbing spiritual yang senantiasa memberikan cucuran doa, ilmu,
nasihat, dan semangatnya.
6. Kedua orangtuaku, Bapak Juwarno dan Ibu Sumrah, karya ini sebagai salah
satu tanda terima kasihku atas segala do’a dan kasih sayang.
7. Ulfi Farikha dan Nurfauziyah sebagai sumber inspirasiku.
8. Teman-teman di Pondok Pesantren Annur khususnya rekan seperjuanganku
(Riskiyani Jamilatun Nisa dan Sri Eli Umul Maghfiroh), teman-teman Ikatan
Mahasiswa Tegal (IMT), teman-teman PAI D Angkatan 2007 khususnya
penyemangat inspiratifku (Qotriyatul Afroh dan Miftahul Ulum), teman-teman
celotehku (Lili Aulia, Aris Rofiqi, Naskuriyah, Izza Fitriana dan Izzam Izzul
Islami), dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
viii
Semoga amal baik yang telah diberikan dapat menjadi amal jariyah
sekaligus mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum
sempurna, baik dalam penyusunan maupun bahasanya. Karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Semarang, 23 November 2011
Penulis
Nurul Septiyani
NIM. 073111157
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
NOTA PEMBIMBING ...................................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 4
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka..................................................................... 5
B. Deskripsi Teoritik................................................................. 6
1. Pengertian Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi ........ 6
2. Manfaat Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi ………13
3. Komponen Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi ……17
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 32
C. Sumber Penelitian ............................................................... 32
D. Fokus Penelitian .................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 34
F. Teknik Analisis Data Penelitian .......................................... 34
BAB IV : Analisis Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi oleh Guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang
A. Kondisi Umum MTs Negeri 1 Semarang ............................ 36
B. Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
.............................................................................................. 42
C. Analisis Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi .. 73
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................. 95
B. Saran .................................................................................... 96
C. Penutup ............................................................................... 96
x
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru mempunyai peran ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua
peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas
utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa
secara psikologis, sosial, dan moral. Sedangkan tugas utama sebagai pengajar
adalah membantu perkembangan intelektual, afektif, dan psikomotor, melalui
meyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan
keterampilan.1
Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, seorang guru perlu memiliki
kompetensi sebagai seorang pendidik. Hal tersebut dijelaskan secara tersirat
dalam surat Al-Qalam ayat 1-4:
úχ 4 ÉΟ n=s)ø9 $#uρ $ tΒ uρ tβρã� äÜó¡o„ ∩⊇∪ !$tΒ |MΡr& Ïπ yϑ÷è ÏΖÎ/ y7 În/u‘ 5βθãΖôf yϑÎ/ ∩⊄∪ ¨βÎ)uρ y7 s9
# �� ô_V{ u�ö� xî 5βθãΖôϑtΒ ∩⊂∪ y7 ‾ΡÎ)uρ 4’ n?yès9 @, è=äz 5ΟŠÏà tã ∩⊆∪
1) Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis
2) berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan
orang gila.
3) dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar
yang tidak putus-putusnya.
4) dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Ayat di atas menjelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki guru
adalah memiliki kepribadian seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga dapat mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan serta
memilki kemampuan karya tulis sehingga dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan serta berkomunikasi dengan orang lain.
1 Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 252
2
Di samping itu, seorang guru juga perlu memiliki kemampuan dalam
hal penalaran dan pemahaman artinya seorang guru harus menguasai materi-
materi dan metode yang akan diajarkan kepada anak didik. Dengan
mengetahui materi dan metode pendidikan tentu seorang guru akan lebih
mampu dan layak dalam melaksanakan proses pendidikan terhadap anak
didik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SuratAl-Baqarah ayat 247 :
tΑ$ s%uρ óΟ ßγ s9 óΟßγ –ŠÎ;tΡ ¨βÎ) ©!$# ô‰s% y]yèt/ öΝà6 s9 šVθä9$ sÛ % Z3Î=tΒ 4 (# þθ ä9$ s% 4’‾Τ r& ãβθä3tƒ ã& s! Û�ù=ßϑø9 $# $ uΖøŠn=tã ßøtwΥ uρ ‘,ym r& Å7ù=ßϑø9 $$ Î/ çµ÷ΖÏΒ öΝs9 uρ |N÷σムZπ yèy™ š∅ÏiΒ ÉΑ$ yϑø9 $# 4 tΑ$ s% ¨βÎ)
©!$# çµ8x�sÜ ô¹$# öΝà6ø‹ n=tæ …çνyŠ# y— uρ Zπ sÜó¡o0 ’Îû ÉΟù=Ïè ø9 $# ÉΟ ó¡ Éf ø9$#uρ ( ª!$#uρ ’ÎA÷σム…çµ x6 ù=ãΒ
∅tΒ â !$ t±o„ 4 ª!$#uρ ììÅ™≡uρ ÒΟŠÎ=tæ ∩⊄⊆∠∪
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “sesungguhnya Allah
telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab:
“Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak
diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata:
“Sesunguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah
memberikan pemerintahan kepda siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.
Al-Baqarah/2: 247).2
Dalam pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
dijelaskan bahwa syarat wajib seorang guru adalah memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3
Dijelaskan pula dalam Pasal 10 tentang macam-macam kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
2 Al Quran Terjemah Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2005), hlm. 41
3UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005UU.htm, hlm.3
3
Pada dasarnya, terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan
oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini
sangat berhubungan dengan kompetensi paedagogik yang harus dimiliki.
Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dalam tugas utamanya yaitu yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar. Seorang guru dikatakan
kompeten bila ia memiliki khazanah cara penyampaian yang bervariasi serta
dapat memilih cara-cara yang tepat dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.4
Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam dalam
memberikan pemahaman terhadap peserta didik, merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar,
mengembangkan serta mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
peserta didik. Kompetensi paedagogik perlu dimiliki oleh guru untuk dapat
berinteraksi dengan baik dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Interaksi yang baik dengan para siswa didasari oleh kemampuan guru untuk
berkomunikasi dengan para siswanya, baik secara lisan, tertulis, menggunakan
media pendidikan, maupun aktivitas-aktivitas kelompok.
Proses pembelajaran itu sendiri merupakan implementasi dari RPP
yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007, pelaksanaan kegiatan inti
dalam pembelajaran meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Apabila ketiga proses ini tidak terlaksana dengan baik maka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik pula karena ketiga proses
tersebut merupakan siklus minimal yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam proses pembelajaran.
Menurut Dr. Syafruddin Nurdin, M.Pd, bagaimanapun bagusnya
rumusan tujuan pendidikan/pengajaran yang sudah tertuang di dalam
kurikulum formal tidak akan memberikan sebuah jaminan bahwa output dari
hasil pembelajaran tersebut akan baik pula. Karena aktualisasi
4 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2009), cet.13, hlm.11
4
kurikulum/pengajaran di kelas juga sangat menentukan keberhasilan sebuah
proses pembelajaran. Peranan yang dimainkan oleh guru yang bertindak
sebagai “the man behind the gun-nya” implementasi kurikulum/pengajaran
tersebut. Guru memegang peranan penting dalam implementasi kurikulum.5
Jadi, seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola
kurikulum/pengajaran yang berlangsung di dalam kelas khususnya dalam
mengelola kegiatan inti pembelajaran yang mencakup proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi untuk dapat menyampaikan materi secara sistematis
dan menyeluruh kepada peserta didik.
MTs Negeri 1 Semarang merupakan salah satu Madrasah Tsanawiyah
berada di bawah naungan Kementerian Agama yang cukup ternama di Kota
Semarang. Berdasarkan data yang ada, dari sembilan guru PAI yang ada di
sekolah tersebut, tiga guru diantaranya sudah memperoleh gelar S2, yaitu
Suwarno, S.Ag M. PdI sebagai guru mata pelajaran Qur’an Hadis sekaligus
pembina agama di sekolah tersebut, Hj. Umi Fatkhiyah, M. PdI sebagai guru
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dan Dra. Hj. Asmiah H. M. PdI
sebagai guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan Fiqh.
Berdasarkan pendeskripsian di atas, peneliti akan mencoba meneliti
pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1
Semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam pembelajaran pada guru PAI di
MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
5Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 67
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak di
capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam
pembelajaran pada guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti
antara lain:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan sekolah
khususnya dalam pelaksanaan eksplorasi, konfirmasi, dan elaborasi
dalam pembelajaran.
b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
bagaimana mengelola kegiatan pembelajaran yang lebih baik.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian-kajian terhadap penemuan-ta
penemuan terdahulu, baik buku-buku, skripsi, ataupun sumber lain yang
relevan terhadap penelitian yang sedang dilaksanakan. Adapun kajian pustaka
yang berkaitan dengan “PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPLORASI,
ELABORASI, DAN KONFIRMASI DALAM PEMBELAJARAN PADA
GURU PAI DI MTs NEGERI 1 SEMARANG, adalah sebagai berikut :
1. Skripsi dari Muhammad Aminuddin (3104344) yang berjudul “Studi
Analisis tentang Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA
Islahussalafiyah Getassrabi Gebog Kudus”. Dalam karya tersebut
dibahas mengenai penerapan pengelolaan kelas di RA Islahussalafiyah
Getassrabi Gebog Kudus yang meliputi empat aspek yaitu setting kelas,
pengelolaan siswa, materi, dan waktu. Di samping itu, dipaparkan pula
beberapa solusi untuk mengatasi problematika yang ada dalam kegiatan
belajar mengajar.
2. Buku yang berjudul “Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum”,
oleh Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd., yang mana dalam buku tersebut
dijelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana kinerja guru profesional
dalam mengimplementasikan kurikulum dan pengajaran, terutama dalam
mendisain/merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar di
kelas.
3. Buku yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”,
oleh Syaiful Bahri Djamarah, yang mana dalam buku tersebut
menjelaskan mengenai dua masalah pokok dalam kelas yang dihadapi
oleh guru diantaranya masalah pengajaran dan masalah pengelolaan.
Masalah pengajaran merupakan usaha membantu anak didik dalam
mencapai tujuan pengajaran, sedangkan masalah pengelolaan merupakan
7
usaha untuk menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga proses
interkasi edukatif dapat berlangsung secara efektif.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 mengenai
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang
mana di dalamnya memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh guru dalam
kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
B. Deskripsi Teoritik
1. Kompetensi Paedagogik
a. Pengertian Kompetensi Paedagogik
Dalam pasal 28 ayat 3 butir a pada Standar Nasional
Pendidikan, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam mengelola peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.1
Prof. Dr. Hamid Darmadi, M.Pd juga mengemukakan bahwa
kompetensi paedagogik dapat diartikan sebagai kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang berupa
kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, kemampuan
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan
dalam mengevaluasi hasil belajar, serta kemampuan dalam
mengembangkan serta mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki peserta didik.2
Kompetensi Paedagogik juga dapat diartikan sebagai
seperangkat kemampuan dan keterampilan (skill) yang berkaitan
1 Presiden RI, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan”, http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/2005/019-05.pdf,
hlm.33 2 Prof. Dr. Hamid Darmadi, M.Pd, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 31
8
dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa dalam kelas.
Kompetensi paedagogik meliputi kemampuan guru dalam
menjelaskan materi, melaksanakan metode pembelajaran,
memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola kelas,
dan melakukan evaluasi.3
Sedangkan menurut Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, kompetensi
paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan peserta
didik yang meliputi pemahaman guru pada landasan dan filsafat
pendidikan; pemahaman guru terhadap potensi dan keberagaman
peserta didik sehingga dapat didesain strategi dan pelayanan belajar
sesuai keunikan masing-masing peserta didik; kemampuan guru
dalam mengembangkan kurikulum/ silabus baik dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar;
kemampuan guru dalam menyusun rencana dan strategi
pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar;
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mendidik
dengan suasana dialogis dan interaktif sehingga pembelajaran
menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan;
kemampuan guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar dengan
memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan serta
kemampuan guru dalam mengembangkan bakat dan minat peserta
didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstarakurikuler untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.4
E. Mulyasa mengemukakan bahwa secara operasional,
kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar
merupakan kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan
suasana komunikatif yang edukatif antara guru dan peserta didik
yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya
3 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group,
2008), cet.1, hlm. 148 4 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2009), hlm. 32
9
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap
evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.5
Jadi, kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru
dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
serta mengevaluasi pembelajaran.
b. Ruang Lingkup
Kompetensi pedagogik guru bukan merupakan sesuatu yang
sederhana karena untuk dapat mencapai kompetensi ini, kualitas
guru harus di atas rata-rata. Kualitas tersebut dapat dilihat dari
beberapa aspek yang meliputi aspek intelektual, kemampuan
perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, serta komunikasi.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:6
1) Aspek intelektual, meliputi:
a) Aspek logika
Aspek logika merupakan aspek sebagai
pengembangan dalam kognitif mencakup kemampuan
intelektual mengenal lingkungan. Yang mana hal tersebut
diperinci dalam ranah kognitif (Bloom, dkk) yang terdiri
atas enam macam jenis perilaku:
(1) Pengetahuan, yang merupakan kemampuan mengingat
kembali hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di
dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
(2) Pemahaman, yang merupakan kemampuan menangkap
makna atau arti sesuatu hal yang dipelajari.
(3) Penerapan, yang merupakan kemampuan
mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk
mengahadapi situasi-situasi baru dan nyata.
5 B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1997), hlm. 19 6 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 32
10
Kemampuan ini misalnya tampak dalam kemampuan
menggunakan prinsip.
(4) Analisis, yang merupakan kemampuan menjabarkan
sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur
organisasinya dapat difahami. Analisis juga dapat
diartikan sebagai kemampuan merinci suatu kesatuan
ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan
dapat dipahami dengan baik.
(5) Sintesis, yang merupakan kemampuan memadukan
bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti.
Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan dalam
membentuk suatu pola baru, kemampuan ini dapat
dilihat di dalam kemampuan menyusun suatu program
kerja.
(6) Penilaian, yang merupakan kemampuan membentuk
pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria
tertentu. Penilaian juga dapat diartikan sebagai
kemampuan dalam memberikan harga sesuatu hal
berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern, atau
yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sebagai contoh
menilai hasil praktek sholat peserta didik.
Keenam jenis perilaku tersebut di atas bersifat hirarkis,
artinya perilaku tersebut menggambarkan tingkat
kemampuan yang dimiliki seseorang.7
b) Aspek etika
Aspek etika merupakan aspek sebagai
pengembangan afektif yang mencakup kemampuan
emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal.
Menurut Krathwohl dan Bloom dkk, terdapat lima macam
kemampuan emosional antara lain:
7 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 3, hlm. 49
11
(1) Kesadaran, merupakan kemampuan untuk ingin
memperhatikan suatu hal yang mencakup kepekaan
tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal
tersebut.
(2) Partisipasi, merupakan kemampuan untuk turut serta
atau terlibat dalam sesuatu hal yang mencakup
kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
(3) Penghayatan nilai, merupakan kemampuan untuk
penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui
dan menetukan sikap.
(4) Pengorganisasian nilai, merupakan kemampuan untuk
membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan hidup.
(5) Karakterisasi diri, merupakan kemampuan untuk
memiliki pola hidup dimana sistem nilai yang terbentuk
dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya
c) Aspek estetika
Aspek etika merupakan aspek sebagai
pengembangan psikomotorik yaitu kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan, yang terdiri
dari:8
(1) Gerakan refleks, merupakan kemampuan melakukan
tindakan-tindakan yang terjadi secara tak sengaja
menjawab sesuatu perangsang
(2) Gerakan dasar, merupakan kemampuan melakukan
pola-pola gerakan bersifat pembawaan, terbentuk dari
kombinasi gerakan-gerakan refleks.
2) Kemampuan perseptual, merupakan kemampuan
menterjemahkan perangsang yang diterima melalui alat indera
8 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 33
12
menjadi gerakan-gerakan yang tepat. Kemampuan ini dapat
dilihat ketika terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, guru
hendaknya dapat menangkap dan merespon dengan baik,
stimulus dari peserta didik berupa pendapat, pertanyaan maupun
permasalahan yang mereka sampaikan baik secara langsung
maupun tidak.
3) Kemampuan jasmani, merupakan kemampuan dan gerakan-
gerakan dasar yang merupakan inti memperkembangkan
gerakan-gerakan terlatih
4) Gerakan terlatih, merupakan kemampuan melakukan gerakan-
gerakan canggih dan rumit dengan tingkat efisiensi tertentu
5) Komunikasi nondiskursif, merupakan kemampuan melakukan
komunikasi dengan isyarat gerakan badan.
c. Komponen Kompetensi Paedagogik
Sebagai pengelola proses pembelajaran, guru harus memiliki
kompetensi paedagogik. Penjelasan mengenai komponen pada
kompetensi paedagogik bermacam-macam. Menurut Syaiful Sagala,
kompetensi paedagogik meliputi kemampuan guru dalam
pengelolaan peserta didik yang meliputi (1) pemahaman wawasan
guru akan landasan filsafat pendidikan; (2) guru memahami potensi
dan keberagamaan peserta didik, sehingga dapat didesain strategi
pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik; (3)
guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam pengalaman belajar; (4) guru
mampu menyusun rencana rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan SKKD; (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang
mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif; (6) mampu menilai
hasil belajar peserta didik dengan memenuhi prosedur serta standar
yang dipersyaratkan; (7) mampu mengembangkan bakat dan minat
13
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.9
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008,
penjelasan pasal 3 pada ayat 2 dikemukakan bahwa kompetensi
paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.10
Sedangkan menurut pendapat Prof. Dr. Hamzah B. Uno,
M.Pd, seorang guru yang memiliki peran sebagai pengelola proses
pembelajaran harus memiliki kompetensi profesional mengajar yang
mana dalam hal ini adalah kompetensi paedagogik yang meliputi
kemampuan guru dalam merencanakan sistem pembelajaran,
melaksanakan sistem pembelajaran, mengevaluasi sistem
pembelajaran dan mengembangkan sistem pembelajaran.11 Adapun
penjelasan dari komponen-komponen yang ada dalam kompetensi
paedagogik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Merencanakan sistem pembelajaran, yang meliputi kemampuan
guru dalam:
a) Merumuskan tujuan
Kemampuan guru dalam merumuskan tujuan
pembelajaran merupakan suatu hal yang penting karena
dengan tujuan yang telah dirumuskan akan membantu guru
dalam mencari bahan yang akan diajarkan dan memperlancar
proses pembelajaran.
Sebuah tujuan pembelajaran dapat dikatakan
operasional apabila memenuhi empat syarat sebagai
berikut:12menjelaskan hal apa saja yang harus ditunjukkan
9 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 32 10 DPR RI, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Bandung: Fokus Media, 2009), hlm. 65
11 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm.19
12 Ad. Rooijakers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT Grafindo, 1993), hlm. 103
14
oleh siswa setelah suatu proses pembelajaran selesai
dilaksanakan, menunjukkan terhadap bahan pelajaran apa
siswa dapat mencapai tujuan tersebut, menunjukkan kapan
hal tersebut harus dicapai, dan menunjukkan dengan sarana
apa hal tersebut dapat dicapai.
Di samping itu, dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, harus terdapat tiga jenis tujuan yang
tercantum, diantaranya:13
(1) tujuan kognitif, merupakan tujuan yang berkaitan dengan
pengetahuan siswa;
(2) tujuan afektif, merupakan tujuan yang berhubungan
dengan usaha mengubah minat, sikap dan nilai;
(3) tujuan psikomotor, merupakan tujuan yang berkaitan
dengan keterampilan menggunakan tangan, mata,
telinga, dan alat indera lainnya.
b) Memilih dan menggunakan metode
Apabila telah ditetapkan satu tujuan khusus, maka
permasalahan selanjutnya bagi seorang guru adalah
menetapkan suatu cara agar tujuan yang telah dirumuskan
dapat tercapai.
Untuk memilih suatu metode mengajar, perlu
mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya:14
(1) Sesuai dengan tujuan
Antara tujuan, bahan dan metode dituntut adanya
keserasian. Karena salah satu prinsip pengembangan
kurikulum dan pengajaran adalah bahwa kurikulum
harus memiliki relevansi di dalam yaitu adanya
kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen
kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian,
13 Ad. Rooijakers, Mengajar dengan Sukses, hlm. 127
14 Syafruddin Nurdin, Kinerja Guru dalam Mendisain PBM, (Jakarta: Ciputat Press,
2003), hlm. 94-95
15
dan penilaian.15 Jadi dalam memilih suatu metode
pengajaran yang mana merupakan salah satu elemen
dalam proses penyampaian, harus berpedoman pada
tujuan yang akan dicapai.
(2) Sesuai dengan peserta didik
Setiap guru harus menyadari bahwa banyak
perbedaan pada masing-masing individu peserta didik,
sehingga guru harus mempertimbangkan keadaan yang
dimiliki peserta didik dalam memilih metode pengajaran.
Setidaknya terdapat empat hal yang harus dipahami oleh
seorang guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat
kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan perkembangan
kognitif.16
c) Memilih dan menggunakan bahan ajar
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran yang
meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan bahwa materi
pelajaran yang diajarkan hendaknya relevan atau ada
keterkaitan atau hubungan dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya
keajegan bahwa jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik adalah empat macam, maka bahan ajar yang
harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip
kecukupan artinya materi yang yang diajarkan hendaknya
cukup memadai dalam membantu siswa menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan, materi yang diajarkan tidak
boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak, karena
materi yang terlalu sedikit akan kurang membantu dalam
16 Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm.75
16
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan materi yang terlalu banyak akan membuang-buang
waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.17
d) Memilih dan menggunakan media pembelajaran
Dalam menggunakan media, hendaknya didasarkan
pada prinsip-prinsip pemilihan media, prinsip-prinsip tersebut
antaralain:18
(1) Tujuan pemilihan
Tujuan dalam memilih media harus jelas dan
spesifik. Misalnya guru harus menentukan tujuan
penggunaan media yang akan digunakan untuk informasi
bersifat umum atau hanya untuk sekedar hiburan dalam
mengisi waktu kosong, media yang akan digunakan
untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual,
dan sebagainya.
(2) Karakteristik media pengajaran
Setiap media pengajaran mempunyai
karakteristik tertentu, baik dari segi keefektifannya, cara
pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
(3) Alternatif pilihan
Guru dapat menentukan pilihan media mana yang
akan digunakan jika terdapat beberapa pilihan media
yang dapat dibandingkan.
2) Melaksanakan sistem pembelajaran.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kemampuan
yang dituntut pada diri seorang guru adalah keaktifan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai
dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru
harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat,
17 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 214
18 Syafruddin Nurdin, Kinerja Guru dalam Mendisain PBM, hlm. 97
17
apakah kegiatan belajar mengajar dihentikan ataukah diubah
metodenya, apakah mengulang dulu pelajaran yang lalu manakala
siswa belum dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pada tahap ini,
diperlukan pengetahuan mengenai teori belajar mengajar, tentang
pelajar serta kemahiran dan keterampilan teknik mengajar.19
Dalam melaksanakan sistem pembelajaran, guru
diharapkan dapat mendorong dan mengoptimalkan keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar. Jadi, siswa tidak hanya
dijadikan sebagai subjek atau objek pembelajaran, akan tetapi
siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
Guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator yang
memberikan stimulus atau rangsangan kepada siswa agar terus
mengeksplorasi materi atau pengetahuan yang diajarkan.
Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar
disebabkan untuk penerapan metode konvensional, anti dialog,
proses penjinakan, pewarisan pengetahuan dan tidak bersumber
pada realitas masyarakat.20
Terdapat dua hal yang dapat menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar, diantaranya yaitu pengaturan proses
belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri, yang mana keduanya
memiliki saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan
mengatur proses belajar yang baik akan menciptakan situasi yang
memungkinkan anak belajar sehingga hal ini dapat menjadi
sebuah titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar
dengan baik dalam suasana yang nyaman, tanpa tekanan dan
dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar, siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan
dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun
19 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), hlm.1 20 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm. 102
18
dengan lingkungannya. Kebutuhan akan bimbingan, bantuan dan
perhatian guru yang berbeda untuk setiap individu siswa.21
Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada
komunikasi yang terbuka antara guru dan peserta didik. Agar
kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, guru perlu melihat
kondisi peserta didik, baik dalam hal pengetahuan maupun
pengalaman yang dimiliki. Kegiatan pembelajaran perlu
dikondisikan sedemikian rupa sehingga membuat peserta didik
dapat belajar dengan nyaman, tanpa tekanan, atau tidak monoton.
Sehingga strategi belajar yang diterapkan harus bervariasi agar
dapat membuat peserta didik bergairah dalam belajar.22
Beberapa prinsip umum yang harus dijadikan pegangan
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, diantaranya
sebagai berikut:
a) Harus berdasarkan pengalaman yang dimiliki peserta didik
Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam
mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh sebab itu,
tingkat kemampuan peserta didik sebelum proses belajar
mengajar harus diketahui oleh guru. Tingkat kemampuan
seperti ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat
diketahui dengan melakukan pre test. Hal ini sangat penting
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efektif
b) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat
praktis
Bahan pelajaran yang diajarkan bersifat praktis
berhubungan dengan situasi kehidupan yang mana dapat
menarik minat sekaligus dapat memotivasi belajar.
c) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap
peserta didik
21 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm.37-38 22 Ramayulis, Metodologi PAI, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 118-119
19
Setiap individu memiliki kemampuan potensial seperti
bakat dan intelegensi yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Apa yang dapat dipelajari secara cepat, mungkin tidak
dapat dilakukan oleh peserta didik yang lain. Oleh sebab itu,
mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan
masing-masing peserta didik.
d) Kesiapan (readiness)
Kesiapan merupakan kapasitas (kemampuan potensial)
baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
Apabila peserta didik siap untuk mengikuti proses
pembelajaran, maka akan dapat dipeeroleh hasil yang baik.
Oleh karena itu, pengajaran dilaksanakan apabila peserta didik
mempunyai kesiapan.
e) Tujuan pengajaran harus diketahui peserta didik
Tujuan pengajaran merupakan rumusan tentang
perubahan perilaku apa yang diperoleh setelah proses belajar
mengajar. Apabila tujuan pengajaran diketahui, peserta didik
akan memiliki motivasi untuk belajar. Agar tujuan
pembelajaran mudah diketahui oleh peserta didik, maka guru
harus merumuskannya secara khusus.
f) Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.
Para ahli psikologi merumuskan prinsip bahwa proses
belajar harus berlangsung secara bertahap dan meningkat. Oleh
karena itu, guru harus mempersiapkan bahan yang bersifat
gradual dalam mengajar, diantaranya yaitu: dari sederhana
kepada yang kompleks atau rumit, dari konkret kepada yang
abstrak, dari umum (general) kepada yang kompleks atau
khusus, dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak
diketahui (abstrak), dengan menggunakan prinsip induksi
20
kepada deduksi, sering menggunakan reinforcement
(penguatan).23
3) Mengevaluasi sistem pembelajaran
Seorang guru dipersyaratkan untuk memiliki kompetensi
dalam melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar
berlangsung, diantaranya penilaian pada permulaan (pretest)
proses belajar mengajar dimaksudkan agar guru mampu
mengetahui kesiapan siswa terhadap bahan pelajaran yang akan
diajarkan, yang hasilnya akan dipakai untuk memantapkan
strategi mengajar. Penilaian pada proses belajar mengajar
dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana materi yang telah
dipelajari dapat dipahami oleh siswa, apa penyebab kegagalan
dalam memahami suatu materi tertentu, metode atau bahan ajar
mana yang dapat lebih efektif untuk digunakan dalam proses
belajar mengajar, dan sebagainya. Penilaian pada akhir proses
belajar mengajar dilaksakan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap seluruh materi yang telah dipelajari, sehingga nantinya
dapat ditindaklanjuti apakah masih perlu untuk diberikan ulangan
kembali, atau latihan reinforcement bagi siswa tertentu.
Dalam penilaian berbasis kelas, seorang guru perlu
memperlihatkan tiga ranah dalam menyusun evaluasi yang akan
diberikan kepada peserta didik. Ketiga ranah tersebut diantaranya
yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), ranah
psikomotorik (keterampilan). Ketiga ranah ini sebaiknya disajikan
secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran yang
bersangkutan.24
4) Mengembangkan sistem pembelajaran
Dalam mengembangkan sistem pembelajaran, seorang
guru perlu melaksanakan pengoptimalisasian potensi peserta
23 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, hlm. 7
24 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran “Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.87
21
didik. Pengoptimalisasian potensi peserta didik merupakan bagian
dari kompetensi paedagogik yang harus dimiliki oleh seorang
guru untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
oleh peserta didik. Hal tersebut dapat dilakukan oleh guru melalui
berbagai cara antaralain melalui kegiatan ekstrakurikuler,
pengayaan dan remidial serta Bimbingan dan Konseling (BK).25
Di samping itu, seorang guru perlu meningkatkan
wawasan diri sendiri untuk dapat mengembangkan sistem
pembelajaran dengan selalu mengikuti perkembangan teknologi
dan informasi yang berkembang dalam masyarakat.
Menurut Slamet PH, salah satu bagian dari kompetensi
paedagogik yang dimiliki oleh guru adalah merancang
manajemen pembelajaran dan manajemen kelas serta
melaksanakan pembelajaran yang pro-perubahan (aktif, kreatif,
inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan).26 Hal ini
diperlukan oleh seorang guru untuk dapat mengembangkan sistem
pembelajaran.
d. Keterampilan dasar mengajar
Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses
pembelajaran. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
seorang guru perlu memiliki beberapa keterampilan dasar mengajar,
diantaranya yaitu:
1) Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya perlu dikuasai oleh seorang guru
karena dengan mengajukan pertanyaan, baik guru maupun siswa
akan mendapatkan umpan balik dari materi serta dapat
menggugah perhatian siswa. Kegiatan tanya jawab yang terjadi
25 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm.111
26 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 31-32
22
antara guru dan siswa akan menunjukkan adanya interaksi di
kelas yang dinamis dan multiarah.27
Dalam bertanya, seorang guru perlu memperhatikan
karakteristik dan latar belakang peserta didik. Dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, peserta
didik akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat
mengembangkan gagasan-gagasan barunya. Pertanyaan-
pertanyaan yang baik perlu memiliki kriteria khusus seperti: jelas,
informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah, terdapat
waktu yang cukup, pertanyaan tersebar terlebih dahulu kepada
seluruh siswa, terdapat respon yang menyenangkan dan yang
terakhir siswa tetap dituntun sampai dia menemukan jawabannya
sendiri.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, terdapat
empat jenis pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru,
diantaranya yaitu (1) pertanyaan permintaan (2) pertanyaan
mengarahkan atau menuntun (3) pertanyaan yang bersifat
menggali dan (4) pertanyaan retoris. Di samping itu, ada juga
pertanyaan inventori yang terdiri dari tiga jenis pertanyaan,
diantaranya yaitu (1) pertanyaan yang mengungkap perasaan dan
pikiran (2) pertanyaan yang menggiring siswa untuk
mengidentifikasi pola-pola perasaan pikiran dan perbuatan (3)
pertanyaan yang menggiring peserta didik untuk mengidentifikasi
akibat-akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatan. Pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan dapat memacu gagasan peserta
didik dalam memecahkan masalah.28
2) Keterampilan memberi penguatan
Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan
pembelajaran terdiri dari penguatan verbal dan penguatan non
27 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm.1
28 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm.2
23
verbal. Penguatan verbal merupakan pemberian penguatan berupa
pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat,
sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh
(body language). Penggunaan penguatan dilakukan dalam proses
belajar mengajar untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih
giat lagi dan lebih bermakna.29
3) Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga
kelompok pokok, yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan
penggunaan indera, dan variasi pola interaksi. Dalam proses
belajar mengajar, penggunaan variasi ditunjukkan dengan adanya
perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan, dan
perubahan dalam pola interaksi.30
4) Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan guru
dalam memberikan informasi secara lisan yang diorganisasi
secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat, antara yang sudah dialami dan belum dialami, antara
generalisasi dan konsep, antara konsep dengan data, atau
sebaliknya. Keberhasilan guru dalam menjelaskan ditentukan oleh
tingkat pemahaman yang ditentukan anak didik.31
Keterampilan menjelaskan mencakup keterampilan
merencanakan dan menyajikan penjelasan. Keterampilan
merencanakan penjelasan mencakup (1) isi pesan yang dipilih dan
disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh (2) hal-
hal yang berkaitan dengan siswa. Sedangkan keterampilan
menyajikan penjelasan mencakup (1) kejelasan (2) penggunaan
29 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm.3
30 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005), cet.3, hlm. 125 31 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm.131
24
contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan deduktif,
(3) pemberian tekanan pada bagian-bagian penting, (4) balikan.32
5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan
guru untuk menciptakan sikap mental dan menimbulkan perhatian
peserta didik agar mereka fokus pada apa yang akan dipelajari
yang dilaksanakan dalam kegiatan awal pembelajaran. Membuka
pelajaran dilakukan dengan set induction, yaitu usaha atau
kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan prakondisi
peserta didik untuk menimbulkan minat serta memusatkan
perhatian mereka pada hal-hal yang akan dipelajari.
Sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah
keterampilan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelajaran untuk
memberi gambaran menyeluruh tentang materi yang telah
dipelajari peserta didik, mengetahui tingkat pencapaian peserta
didikserta tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.33
Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran
meliputi meningkatkan perhatian, menimbulkan motivasi,
memberi acuan melalui berbagai usaha, membuat kaitan atau
hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik,
review atau meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan
merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, serta
mengevaluasi.34
6) Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan
guru dalam melaksanakan kegiatan untuk mengembangkan
32 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm.5
33 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 139-
140 34 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 139
25
tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan
tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan
interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang
efektif.35
Secara garis besar, terdapat dua komponen utama dalam
pengelolaan kelas yaitu keterampilan yang berhubungan dengan
tindakan preventif berupa penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar serta keterampilan yang bekembang dengan tindakan
kreatif berupa pengembalian kondisi belajar yang optimal.36
7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok merupakan sebuah proses yang teratur
dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Diskusi
kelompok kecil memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
melibatkan sekitar tiga sampai lima orang peserta dalam setiap
kelompok, berlangsung secara informal sehingga setiap anggota
dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lain, memiliki
tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok,
dan berlangsung secara sistematis.37
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing
diskusi antara lain sebagai berikut (1) memusatkan perhatian
peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas
masalah atau urunan pendapat, (3) menganalisis pandangan
peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5)
menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup
diskusi.38
35 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm. 6
36 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm. 6
37 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),
cet.7, hlm. 89-90 38 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, hlm. 89
26
2. Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
a. Pengertian
1) Eksplorasi
Eksplorasi merupakan langkah awal dalam membangun
pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu
fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan dalam
siklus ini adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan
dengan menerapkan strategi belajar aktif. Melalui siklus
eksplorasi, siswa diharapkan dapat membangun pengetahuannya
sendiri melalui stimulus-stimulus yang diberikan oleh guru. Pada
kegiatan eksplorasi, proses pembelajaran tidak hanya berfokus
pada apa yang peserta didik temukan, namun sampai pada
bagaimana mereka mengeksplorasi pengetahuan tersebut.
Informasi tidak hanya disusun oleh guru akan tetapi perlu ada
keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau
menyusun informasi atas inisiatif siswa sendiri.39
Siswa tidak dianggap sebagai gelas kosong yang tidak
memiliki potensi atau modal dasar apapun. Seperti yang
dijelaskan dalam hadis berikut :
ال يزال العبد يتقربالي بنوا فل حتي احبه فاذا احببته كنت سمعه الذي يسمع وبصره الذي يبصر به ولسانه الذي ينطق به ويده الذي يبطس بها ورجله الذي يمس بها فبى يسمع فبى ينطق وبى يعقل وبي يبطس وبى
يمس
“Senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan diri
kepada-Ku dengan amalan-amalan Sunnah sehingga Aku
mencintainya. Maka apabila mencintainya maka jadilah
Aku pendengarannya yang di pakai muntuk melihat dan
lidahnya untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai
untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk
39Rebecca Columbo, “Elaborasi, Eksplorasi, dan Konfirmasi”, dalam
http://gurupembaharu.com/home/?p=187, diakses 3 Februari 2011
27
berusaha : maka dengan-Kulah dia mendengar, berbicara,
berfikir, mengepal dan berjalan”.40
Jadi, dalam kegiatan eksplorasi siswa dilatih untuk aktif
membangun pengetahuannya sendiri dengan modal potensi yang
ada pada diri mereka masing-masing.
Kegiatan eksplorasi dalam kegiatan belajar mengajar
senada dengan konsep paradigma konstruktivisme dan
behaviorisme. Dalam pandangan konstruktivis, pengetahuan
merupakan kegiatan aktif siswa meneliti lingkungannya
sedangkan pandangan behavioris lebih merupakan aktivitas
pengumpulan informasi yang diperkuat oleh lingkungannya.41
Aunurrahman mengutip sebuah pendapat dari Von Glasefeld yang
menjelaskan bahwa konstruktivisme merupakan suatu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
merupakan konstruksi (bentukan) kita sendiri, pengetahuan selalu
merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan
seseorang. Melalui proses belajar mengajar yang dilakukan,
peserta didik dapat membentuk skema, kategori, konsep dan
struktur pengetahuan yang diperlukan untuk suatu pengetahuan
tertentu.42
Pendekatan belajar yang digunakan tidak hanya berfokus
pada bagaimana mentransfer pengetahuan tersebut, Dalam
kegiatan eksplorasi, guru memberikan stimulus kepada peserta
didik agar dapat mencari dan membangun pengetahuannya
sendiri. Guru bertindak sebagai seorang fasilitator, guru
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas. Guru senantiasa
40 Jalaluddin Abdul Rahman Abi Bakar as-Suyuti, Al- Jamius Shoghir, Juz I. Bandung :
Syarkah al-Ma’arif, t.t, hlm. 71. 41 Pendapat Bettencourt yang dikutip oleh Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran,
(Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 3, hlm.16 42 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, hlm.16
28
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan peserta didik
untuk membantu mencapai tujuan mereka. Di samping itu, guru
perlu menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang
fleksibel bagi peserta didik serta menanggapi dan menerima
dengan baik pendapat-pendapat yang bersifat intelektual yang
disampaikan di dalam kelas baik individual maupun kelompok.43
Guru melibatkan siswa mencari dan menghimpun
informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman
mengelola informasi, memfasilitasi siswa berinteraksi sehingga
siswa aktif, medorong siswa mengamati berbagai gejala,
menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada
peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium.
Kegiatan eksplorasi bertolak dari anggapan bahwa siswa
memiliki potensi yang hanya dapat diwujudkan apabila mereka
diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Guru tidak serta
merta langsung memberikan informasi terkait materi yang sedang
dipelajari, akan tetapi guru terlebih dahulu memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mencari pengetahuan itu sendiri
terlebih dahulu.
2) Elaborasi
Abdul Mu’ti mengutip pendapat Anderson mengenai
konsep elaborasi, dia menyatakan bahwa elaborasi merupakan
suatu proses dimana informasi yang baru diterima dan dikaitkan
sedemikian rupa dengan pengetahuan atau informasi lama yang
telah tersimpan di dalam Long-term memory. Dengan elaborasi,
pengetahuan lama yang telah tersimpan dalam memori dapat
43 Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), cet. 2, hlm.236
29
dikembangkan menjadi pengetahuan baru, dimodifikasi atau
diralat.44
Menurut Charles Reigeluth dari Indiana University,
elaborasi merupakan bentuk desain pembelajaran dengan dasar
argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang
sederhana menuju langkah pembelajaran.
Dalarn kegiatan elaborasi, guru mendorong siswa
membaca dan menuliskan hasil eksplorasi, mendiskusikan,
mendengar pendapat, untuk lebih mendalami sesuatu,
menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen, mendalami
pengetahuan tentang sesuatu, membangun kesepakatan melalui
kegaitan kooperatif dan kolaborasi, membiasakan peserta didik
membaca dan menulis, menguji prdiksi atau hipotesis,
menyimpulkan bersama, dan menyusun laporan atau tulisan,
menyajikan hasil belajar.
Secara garis besar, terdapat dua teknik dalam elaborasi,
yaitu verbal rehearsal dan mnemonic. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a) Teknik verbal rehearsal dilakukan dengan membaca kembali
informasi yang baru diterima dengan keras dan berulang-ulang.
Pengulangan yang dilakukan dengan membaca keras
menghasilkan apa yang disebut articulatory loop. Kekuatan
dan tingkat kemudahan penggunaan teknik ini dipengaruhi
oleh dua hal, yaitu intensitas articularly loop dan panjang serta
kompleksitas informasi baru yang diterima. Semakin sering
informasi baru diulang, maka semakin kuat tersimpan di dalam
memori. Semakin pendek suatu kata atau kalimat yang
dipelajari atau diterima, maka akan semakin mudah diingat.
44 Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul
Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang &
Pustaka Pelajar Offset, 1998), Cet.1, hlm. 101-102
30
Semakin kompleks suatu kata atau kalimat yang dipelajari atau
diterima, maka akan semakin sulit untuk diingat.45
b) Teknik Mnemonic
Mnemonic merupakan teknik elaborasi yang dilakukan
dengan mengelompokkan informasi ke dalam bentuk lain yang
lebih sederhana tetapi penuh makna. Beberapa teknik
mnemonic yang sering digunakan diantaranya yaitu chunking,
rhyming, key word, inventing story, acronym.46
Pertama teknik chunking. Teknik ini dapat dilakukan
dengan menyederhanakan informasi yang berbentuk urutan
kata atau nomor-nomor ke dalam unit kelompok atau chunk.
Misalnya angka 00161882769879 dapat dikelompokkan
menjadi 00-11-88-276-98-79. Kedua, teknik rhyming, yaitu
teknik menyusun informasi baru ke dalam bentuk rima.
Contoh-contoh rima banyak terdapat di dalam Al-Qur’an
misalnya dalam Surat Al-Mu’minun dan Ar-Rahman, dapat
juga dijumpai dalam metode nadhaman yang digunakan untuk
menghafal kitab di Pesantren maupun Madrasah.47
Ketiga, keyword atau kata kunci yang digunakan untuk
memudahkan menghafal. Misalnya keyword yang terdapat
pada kata Naas dalam semua akhir dari surat An-Naas.
Keempat, inventing story, teknik ini dilakukan dengan
menyusun sebuah informasi secara berangkai seperti urutan
sebuah cerita. Misalnya, untuk memudahkan dalam
menghafalkan urutan surat-surat dalam Al-Qur’an dapat
digunakan teknik sebagai berikut: Setelah dibuka dengan Al-
Fatihah, sapi betina yang dinamai Al-Baqarah masuk dengan
45 Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul
Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, hlm. 102 46 Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul
Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, hlm. 102 47 Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul
Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, hlm. 103
31
paksa ke dalam Ali Imran, anak tertua dari keluarga Imran,
menyeruduk perempuan bernama An-Nisa dan memporak
porandakan hidangan yang terletak di meja Al-Maidah dan
seterusnya. Kelima, acronym, tenkin ini dilakukan dengan
menyusun informasi baru ke dalam bentuk singkatan yang
berupa kata. Misalnya, urutann waktu sholat dapat disingkat
menjadi DAMIS (Duhur, Asar, Maghrib, Isya’, Subuh),
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan
sebagainya.48
Seorang guru harus aktif menciptakan atau memilih
sendiri teknik elaborasi yang tepat untuk dirinya. Dan tentunya
hal ini harus disesuaikan dengan jenis materi yang dipelajari
serta ketepatan dan keefektifitasan penggunaannya.
Teknik-teknik elaborasi tersebut digunakan untuk
mempermudah peserta didik dalam proses pembelajaran.
Mempermudah peserta didik dalam proses belajar juga
dianjurkan oleh agama, sebagai hadist nabi:
:ن النيب صلئ اهللا عليه وسلم قل عن انس رضي اهللا عنه ع
٤٩ التنفريسرواوالتعسراوبشرواوDari Anas bin Malik ra.: Nabi Muhammad SAW
barsabda: ”Ringankanlah mereka dan janganlah
membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah
kabar gembira dan janganlah membuat mereka
melarikan diri”.
3) Konfirmasi
Pada kegiatan konfirmasi, peserta didik mendapat
penguatan dari berbagai sumber sehingga siswa tahu mana yang
salah/mana yang benar. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir
48 Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul
Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, hlm. 103-104
49 Imam Abdi Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Maghirah Bardizbah
al-Bukhori al-Ja’fi, Shahih al-Bukhori, (Beirut Libanon: Darul Kitab al-Alamiah, 1992), hlm.31.
32
proses pembelajaran kegiatan inti. Kegiatan ini diadakan untuk
mengetahui apa yang telah mereka kuasai setelah mengikuti
proses pembelajaran, apa yang tidak berhasil mereka kuasai,
apakah masih perlu diberi ulangan materi maupun latihan
reinforcement bagi peserta didik tertentu. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya yaitu melalui tes tertulis, tanya
jawab tak formal, wawancara kelompok, wawancara individual,
observasi oleh pengajar, proyek peserta didik, laporan, lembar
kerja, permainan peran, simulasi, dan sebagainya.50
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan
balik terhadap hasil belajar peserta didik yang didapatkan melalui
pengalaman belajar, memberikan apresiasi terhadap kekuatan dan
kelemahan hasil belajar dengan menggunakan teori yang guru
kuasai, menambah informasi yang seharusnya peserta didik
kuasai, mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan lebih
lanjut dari sumber tertentu untuk lebih menguatkan penguasaan
kompetensi belajar agar lebih bermakna. Kemudian, setelah
memperoleh keyakinan pemahaman terhadap pengetahuan
tersebut, maka peserta didik mencoba mengerjakan tugas-tugas
untuk menghasilkan produk belajar yang kongkrit dan
kontekstual. Guru membantu siswa menyelesikan masalah dan
menerapkan ilmu dalam aktivitas yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Manfaat
Secara umum, manfaat dengan adanya ketiga kegiatan ini
dalam proses pembelajaran adalah siswa tidak hanya mendengarkan
keterangan dari guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan
memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang
dipelajari.
50 Syafruddin Nurdin, Kinerja Guru dalam Mendisain PBM, hlm. 114-115
33
Sedangkan secara rinci, manfaat dari ketiga kegiatan tersebut
adalah:
1) Kegiatan Eksplorasi
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan
eksplorasi diantaranya yaitu:
a) Peserta didik dapat mengembangkan pengalaman belajar
Pada kegiatan eksplorasi, peserta didik diharapkan
dapat mencari pengetahuannya sendiri. Hal ini sejalan dengan
konsep pada pendekatan inquiry yang mana proses
pembelajaran merupakan sebuah stimulus yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru
lebih memiliki peran sebagai pembimbing atau pemimpin
belajar dan fasilitator belajar sehingga siswa lebih banyak
melakukan kegiatan sendiri atau memecahkan permasalahan
dengan bimbingan guru.51
Stimulus yang diberikan guru akan membuat peserta
didik melakukan kegiatan-kegiatan diantaranya membaca
tentang, mendengar tentang, berdiskusi tentang, dan
sebagainya. Sehingga peran guru sebagai sebuah fasilitator
hanya mengarahkan peserta didik untuk memperoleh atau
mengkonstruksi pengetahuan. Melalui kegiatan ini, diharapkan
peserta didik dapat mengembangkan pengalaman belajarnya
secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
b) Peserta didik dapat meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena
yang ada
c) Peserta didik juga dapat mengeksploitasi informasi untuk
memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.
d) Guru dapat mencari dan menilai pendapat siswa
51 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), hlm. 154
34
Dalam proses belajar mengajar, karakteristik peserta
didik sangat perlu diperhatikan, karena hal ini dapat
memengaruhi jalannya proses dan hasil pembelaan peserta
didik yang bersangkutan. Pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan yang dimiliki peserta didik sangat tergantung
pada pengalaman dan perspektif yang dipakai peserta didik
dalam meningkatkan prestasinya.
e) Dapat memotivasi peserta didik bahwa belajar merupakan
tanggung jawab mereka sendiri
f) Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya
g) Dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap
h) Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
menjadi pemikir yang mandiri.52
Belajar dengan memahami akan lebih baik dari pada hanya
dengan menghafal, apalagi tanpa pengertian. Dalam kegiatan ini,
tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang akan
dipelajari dengan apa yang teleh diketahui sebelumnya.53
2) Kegiatan Elaborasi
Menurut Reigeluth, teori elaborasi mengandung beberapa
nilai lebih, seperti di bawah ini :
a) Dapat meningkatkan motivasi dan kebermaknaan karena
terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan
b) Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi
berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai
dengan keinginannya.
c) Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses
pembelajaran dengan cepat.
52 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Prenata Media, 2010), Cet.
2, hlm. 156 53 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 45
35
d) Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan
desain teori.
e) Peserta didik lebih kreatif dalam memunculkan ide-ide terkait
pengetahuan yang dipelajari
Secara filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme
adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang
kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan tidak hanya seperangkat fakta-fakta, konsep-
konsep atau kaidah yang siap untuk dipelajari. Manusia harus
mengkonsruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.54
Pada kegiatan elaborasi, guru memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan pameran, festival, membuat produk, maupun
kegiatan yang lain. Dengan bentuk pengalaman nyata yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat mentransformasikan suatu informasi kompleks
berupa teori-teori ke dalam situasi lain berupa pengalaman nyata.
f) Hasil belajar akan maksimal
MenurutThorndike, salah satu prinsip atau hukum dalam
belajar adalah law of exercise bahwa belajar akan berhasil
apabila banyak latihan atau ulangan. Pembiasaan yang
dikondisikan guru kepada peserta didik pada kegiatan elaborasi,
untuk membaca dan menulis yang beragam, pemberian tugas dan
sebagainya akan membuat peserta didik terus terlatih sehingga
hasil belajar yang dicapai dapat maksimal.55
g) Peserta didik lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu
karena pembelajaran disusun berdasarkan pola dan logika
tertentu.56
54 Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar
Ruzz Media Group, 2010), Cet.3, hlm. 116 55 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, hlm. 252
56Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 45
36
3) Kegiatan Konfirmasi
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan ini
antaralain:
a) Peserta didik dapat mengembangkan ulang pengetahuan yang
telah didapatkan karena pada kegiatan konfirmasi guru
memfasilitasi peserta didik untuk dapat melakukan refleksi
terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan.
b) Peserta didik dapat mengerti pengetahuan mana yang salah
dalam memahami serta mendapatkan kebenarannya karena
dalam guru memberikan konfirmasi serta acuan untuk dapat
mengecek hasil eksplorasi dan elaborasi
c) Peserta didik lebih termotivasi lagi untuk meningkatkan prestasi
belajar
Bentuk kegiatan pada kegiatan konfirmasi berupa umpan
balik positif, penguatan (reinforcement), refleksi, dan
sebagainya akan membuat peserta didik lebih rajin belajar.
Teori penguatan (reinforcement) merupakan
pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Pada teori
penguatan, respon dari peserta didik akan semakin diperkuat.
Seorang anak belajar dengan giat sehingga dapat menjawab
semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian. Setelah itu, guru
memberikan penghargaan kepada anak tersebut dengan nilai
tinggi, pujian atau hadiah. Karena penghargaan ini, maka anak
tersebut akan lebih rajin lagi untuk dapat meningkatkan atau
mempertahankan prestasinya. Jadi, suatu respon dapat diperkuat
dengan penghargaan atau hadiah.57
d) Dapat menjawab permasalahan yang dialami oleh peserta didik
selama proses pembelajaran
57 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 5, hlm. 169
37
e) Dapat memperbaiki proses pembelajaran yang selanjutnya,
karen melalui kegiatan konfirmasi, seorang guru dapat
mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proses
pembelajaran yang telah berlangsung, misalnya terkait dengan
metode atau strategi yang digunakan. Karena ada kemungkinan
bahwa peserta didik tidak menyukai metode maupun strategi
yang diterapkan oleh guru. Seorang guru harus memahami hal
tersebut, sehingga peserta didik dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.58
c. Komponen
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar
proses, pelaksanaan kegiatan inti menggunakan metode yang
disesuaikan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat
meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :59
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi
guru dan belajar dari aneka sumber.
Guru diharapkan dapat selalu melibatkan peserta
didik dalam mencari atau mengkonstruksi pengetahuan. Jadi,
58 Asef Umar Fakhrudin, Menjadi Guru Favorit, hlm. 239
59 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”,
38
peserta didik tidak hanya mengetahui sebuah pengetahuan
secara instan, akan tetapi lebih pada proses bagaimana
pengetahuan tersebut disusun atau ditemukan. Peserta didik
dapat belajar dari berbagai sumber yang ada di lingkungan,
tidak hanya sebatas buku teks atau proses pembelajaran di
dalam kelas.
Seorang guru dikatakan sudah cukup mampu dalam
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi
guru dan belajar dari aneka sumber ketika guru mampu
dengan baik dalam memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mempelajari sendiri materi yang sedang
dipelajari, guru tidak menganggap peserta didik tidak
mengerti apapun dan tidak mampu melaksanakan
pembelajaran tanpa bantuan guru.
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan antara lain pendekatan ekspository, pendekatan
inquiry, pendekatan behaviour.60 Meskipun kegiatan
eksplorasi lebih menekankan pada siswa belajar aktif, akan
tetapi tidak menutup kemungkinan guru menerapkan
penggunaan pendekatan ekspository dalam proses
pembelajaran, dengan catatan bahwa guru tetap melibatkan
peserta didik secara aktif di dalamnya.
Menurut Hamid Darmadi, terdapat dua cara
penggunaan sumber belajar, diantaranya yaitu membawa
sumber belajar ke dalam kelas dan membawa kelas ke
60 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), hlm. 152
39
lapangan di mana sumber berada. Membawa sumber belajar
ke dalam kelas dapat dilakukan dengan membawa tape
recorder, alat peraga dan sebagainya atau menghadirkan
seorang tokoh sebagai sumber. Penjelasan ini akan lebih
bermakna dari pada ceramah yang dilakukan oleh guru atau
diskusi yang kurang jelas arahnya. Sedangkan membawa
kelas ke lapangan dapat dilakukan dengan metode
karyawisata atau yang lainnya.61
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain apabila guru
menggunakan lebih dari satu pendekatan, media, serta
sumber belajar. Seorang guru dikatakan baik dalam
melaksanakan kegiatan tersebut apabila guru menggunakan
satu pendekatan, media, serta sumber belajar; dikatakan
cukup baik dalam melaksanakan kegiatan tersebut apabila
guru tidak menggunakan salah satu dari pendekatan, media,
serta sumber belajar; tidak baik dalam melaksanakan kegiatan
tersebut apabila guru hanya menggunakan salah satu dari
pendekatan, media, maupun sumber belajar; dan sangat tidak
baik apabila guru tidak menggunakan sama sekali
pendekatan, media, maupun sumber belajar.
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya.
Interaksi dalam pembelajaran merupakan kata kunci
menuju keberhasilan suatu proses pembelajaran, baik
interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, maupun sumber belajar lainnya. Timbulnya
interaksi dalam proses pembelajaran ditentukan oleh
61 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm. 75
40
beberapa faktor, diantaranya yaitu guru, peserta didik, tujuan
pembelajaran, materi/ isi pembelajaran, metode penyajian,
media yang digunakan, situasi dan kondisi kelas serta sistem
evaluasi. 62
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika guru memfasilitasi
terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
baik jika guru tidak memfasilitasi salah satu dari terjadinya
macam-macam interaksi peserta didik tersebut; cukup baik
jika guru tidak memfasilitasi dua dari macam-macam
interaksi peserta didik tersebut; tidak baik jika guru hanya
memfasilitasi salah satu dari terjadinya macam-macam
interaksi peserta didik tersebut; dan sangat tidak baik jika
guru sama sekali tidak memfasilitasi terjadinya interaksi
peserta didik.
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan
sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa tidak
secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom
isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku,
melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk
yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika seluruh peserta didik
dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; baik
jika sebagian peserta didik dapat berperan aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; cukup baik jika hanya beberapa
62 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm. 7
41
peserta didik yang dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; tidak baik jika hanya satu peserta didik yang
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan sangat tidak
baik jika tidak ada sama sekali peserta didik yang aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran.
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika guru memfasilitasi
peserta didik untuk melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan serta mampu mengondisikan peserta
didik untuk mengerti aplikasi dari teori yang dipelajari di
lapangan; baik jika guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan,
akan tetapi hanya mampu mengondisikan sebagian peserta
didik untuk mengerti aplikasi dari teori yang dipelajari di
lapangan; cukup baik jika guru memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan akan tetapi hanya mampu mengondisikan beberapa
peserta didik untuk mengerti aplikasi dari teori yang
dipelajari di lapangan; tidak baik jika guru hanya
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan percobaan di
laboratorium, studio, maupun lapangan, akan tetapi seluruh
peserta didik tidak memahami arti dari pelaksanaan kegiatan
tersebut; dan sangat tidak baik jika guru sama sekali tidak
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan percobaan di
laboratorium, studio, maupun lapangan.
b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :63
63 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
42
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
Dalam kegiatan ini, seorang guru tidak hanya dituntut
untuk membiasakan membaca dan menulis kepada peserta
didik melalui pemberian tugas, akan tetapi tugas tersebut
harus memiliki makna yang mampu membekas pada diri
peserta didik.
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika guru membiasakan peserta
didik untuk membaca dan menulis yang bermakna; baik jika
guru hanya membiasakan peserta didik untuk melaksanakan
salah satu dari kegiatan ini (membaca atau menulis saja)
namun bermakna; cukup baik jika guru membiasakan peserta
didik untuk membaca dan menulis akan tetapi tidak
bermakna; tidak baik jika guru membiasakan peserta didik
untuk melaksanakan salah satu dari kegiatan ini (membaca
atau menulis saja) serta tidak bermakna; sangat tidak baik
jika guru sama sekali tidak membiasakan peserta didik untuk
membaca dan menulis yang bermakna.
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,
dan lain- lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis.
Pemberian tugas oleh guru maupun diskusi yang
dilaksanakan serta tugas yang diberikan kepada peserta didik
tidak hanya sekedar bertujuan untuk menjawab teori yang
sudah ada, akan tetapi lebih dari itu adalah untuk membuat
peserta didik memiliki pendapat atau gagasan baru mengenai
materi yang dipelajari.
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika pemberian tugas kepada
peserta didik mampu memunculkan gagasan baru secara lisan
43
dan tertulis; baik jika pemberian tugas kepada peserta didik
hanya mampu memunculkan gagasan baru secara lisan dari
peserta didik; cukup baik jika pemberian tugas kepada
peserta didik hanya mampu memunculkan gagasan baru
secara tertulis dari peserta didik; tidak baik jika pemberian
tugas kepada peserta didik tidak mampu memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis dari peserta
didik; sangat tidak baik jika guru tidak pernah memberikan
tugas kepada peserta didik pada setiap kegiatan
pembelajaran.
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Dalam kegiatan elaborasi, guru diharapkan dapat
memberikan kesempatan kepada peserta didik tidak hanya
untuk berpikir, akan tetapi juga menjabarkan atau merinci
sesuatu pengetahuan, yang kemudian dia dapat
menyelesaikan permasalah yang sejalan dengan materi yang
telah dipelajari kemudian dapat bertindak secara nyata.
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan dapat memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
sehingga dapat bertindak tanpa rasa takut; baik jika kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan hanya memberikan
kesempatan berpikir kepada peserta didik, menganalisis,
menyelesaikan masalah tetapi tidak sampai pada kemampuan
untuk bertindak tanpa rasa takut; cukup baik jika kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan hanya dapat memberikan
kesempatan berpikir kepada peserta didik dan menganalisis
masalah tanpa mampu menyelesaikan masalah dan bertindak
tanpa rasa takut; baik jika kegiatan pembelajaran yang
44
dilaksanakan hanya memberikan kesempatan berpikir kepada
peserta didik tanpa mampu menganalisis, menyelesaikan
masalah dan bertindak tanpa rasa takut; tidak baik jika
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tidak memberikan
kesempatan berpikir kepada peserta didik, menganalisis,
menyelesaikan masalah serta bertindak tanpa rasa takut.
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif
Gagasan utama dari belajar kooperatif adalah peserta
didik bekerja sama untuk belajar dan bertanggungjawab pada
kemajuan belajar temannya. Pembelajaran ini muncul dari
konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin
bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks.64
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif diterapkan semua oleh guru serta mampu
memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang materi
yang disampaikan melalui kedua pembelajaran tersebut; baik
jika guru hanya menerapkan salah satu dari pembelajaran
tersebut serta mampu memberikan pemahaman tentang
materi yang disampaikan melalui pembelajaran tersebut;
cukup baik jika guru hanya menerapkan salah satu dari
pembelajaran tersebut serta mampu memberikan pemahaman
kepada peserta didik mengenai materi yang disampaikan
melalui pembelajaran tersebut; tidak baik jika guru
menerapkan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif akan
64 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2010), Cet.2, hlm. 56
45
tetapi tidak mampu memberikan pemahaman kepada peserta
didik tentang materi yang ingin disampaikan melalui kedua
pembelajaran tersebut; sangat tidak baik jika guru tidak dapat
menerapkan kedua pembelajaran tersebut.
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
Dengan berkompetisi, peserta didik akan lebih
termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar mereka
karena tingkat persaingan ukuran pengetahuan mereka akan
telihat di depan peserta didik yang lain. Hal ini dapat
diaplikasikan dalam bentuk metode-metode pembelajaran
yang bervariatif, misalnya metode TGT (Team Game
Tournament).
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar jika kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan guru dapat memacu semangat seluruh
peserta didik untuk berkompetisi secara sehat; baik jika
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat
memacu semangat sebagian peserta didik untuk berkompetisi
secara sehat; cukup baik jika kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan guru hanya dapat memacu semangat beberapa
peserta didik untuk berkompetisi secara sehat; tidak baik jika
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru tidak dapat
memacu semangat seluruh peserta didik untuk berkompetisi
secara sehat; sangat tidak baik jika kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan guru dapat memacu semangat peserta
didik untuk berkompetisi secara tidak sehat.
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok.
46
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika laporan eksplorasi dapat
dibuat dengan baik secara lisan dan tertulis oleh setiap
peserta didik; baik jika laporan eksplorasi hanya dapat dibuat
oleh peserta didik secara lisan saja maupun tulisan saja; tidak
baik jika lapporan eksplorasi secara kelompok yang hanya
dapat dilakukan oleh beberapa peserta didik saja; sangat tidak
baik jika guru tidak pernah memfasilitasi peserta didik untuk
membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.
7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika guru mampu memfasilitasi
peserta didik dalam melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan; baik jika guru tidak mampu
melaksanakan salah satu dari kegiatan tersebut; cukup baik
jika guru hanya mampu melaksanakan dua dari kegiatan
tersebut; tidak baik jika guru hanya mampu melaksanakan
satu dari kegiatan tersebut; sangat tidak baik jika guru tidak
mampu melaksanakan seluruh kegiatan tersebut.
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru dapat menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri seluruh peserta didik; baik
jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
sebagian peserta didik; cukup baik jika kegiatan
47
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru hanya dapat
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri beberapa
peserta didik; tidak baik jika kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru tidak dapat menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik; sangat tidak
baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
justru menghilangkan kebanggaan dan rasa percaya diri
peserta didik.
c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :65
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam melakukan
hal tersebut jika umpan balik dan penguatan diberikan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, serta ditambah dengan
hadiah; baik jika guru memberikan umpan balik dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat saja; cukup
baik jika guru memberikan umpan balik dan penguatan dalam
bentuk lisan dan tulisan; tidak baik jika guru memberikan
umpan balik dan penguatan hanya dalam bentuk isyarat saja;
sangat tidak baik jika guru tidak pernah memberikan umpan
balik dan penguatan serta penghargaan atas keberhasilan
peserta didik.
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi peserta didik diberikan melalui
berbagai sumber; baik jika konfirmasi terhadap hasil
65 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
48
eksplorasi dan elaborasi peserta didik diberikan melalui satu
sumber; cukup baik jika konfirmasi hanya diberikan terhadap
salah satu dari hasil eksplorasi maupun elaborasi peserta
didik; tidak baik jika konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik diberikan tanpa adanya sumber; sangat
tidak baik jika guru tidak pernah memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik.
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
Refleksi dilaksanakan untuk mengulas serta menilai
apa saja yang telah didapatkan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hal ini dilaksanakan agar peserta didik
mengetahui pengalaman apa saja yang telah mereka dapatkan
dalam proses pembelajaran.
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika refleksi yang dilakukan dapat
membuat peserta didik mengerti tentang pengalaman belajar
yang telah dilakukan serta mampu memahami lebih mudah
materi yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran
selanjutnya; cukup baik jika refleksi yang dilakukan hanya
dapat membuat peserta didik memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan; tidak baik jika refleksi yang
dilakukan membuat peserta didik semakin tidak memahami
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan; sangat tidak
baik jika guru tidak melakukan refleksi pada kegiatan
pembelajaran.
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
49
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
kesulitan jika guru menggunakan bahasa yang baku dan
benar, artikulasi yang jelas serta jeda yang tepat; baik
jika guru hanya menggunakan bahasa yang baku dan
benar tanpa memperhatikan artikulasi yang jelas maupun
jeda yang tepat; tidak baik jika guru hanya menggunakan
bahasa yang benar saja maupun sebaliknya; sangat tidak
baik jika guru tidak menggunakan bahasa yang baku dan
benar dalam menjawab pertanyaan peserta didik.
b) Membantu menyelesaikan masalah
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
membantu menyelesaikan masalah peserta didik jika
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran tidak
hanya di dalam kelas; baik jika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berkonsultasi
tentang masalah pembelajaran hanya di dalam atau di
luar kelas saka; tidak baik jika guru berhenti untuk
membantu menyelesaikan masalah peserta didik
meskipun peserta didik belum dapat menyelesaikannya;
sangat tidak baik jika guru tidak dapat menyelesaikan
permasalahan peserta didik.
c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika peserta didik dapat
menjelaskan hasil dari pelaksanaan eksplorasi secara
lisan dan tertulis; baik jika peserta didik dapat
50
menjelaskan hasil eksplorasi secara lisan saja; cukup
baik jika peserta didik dapat menjelaskan hasil eksplorasi
secara tertulis saja; sangat tidak baik jika peserta didik
tidak dapat menjelaskan hasil eksplorasi baik secara lisan
maupun tertulis.
d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan ini jika informasi yang diberikan
menggunakan bahasa yang baik dan benar, artikulasi
yang jelas dan intonasi yang tepat, serta dapat
membangkitkan semangat peserta didik untuk
bereksplorasi lebih jauh; baik jika informasi yang
diberikan guru tidak menggunakan bahasa yang baik dan
benar maupun artikulasi yang jelas dan intonasi yang
tepat, akan tetapi infomasi yang diberikan dapat
membuat peserta didik untuk bereksplorasi lebih jauh;
tidak baik jika informasi yang diberikan guru tidak
membuat peserta didik bereksplorasi lebih jauh; sangat
tidak baik jika guru tidak memberikan informasi kepada
peserta didik untuk bereksplorasi lebih jauh.
e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif
Seorang guru dikatakan sangat baik dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika suasana kelas yang
sepi dapat menjadi ramai karena keaktifan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran; baik jika motivasi yang
diberikan dapat membangkitkan semangat maupun rasa
percaya diri pada peserta didik untuk dapt lebih aktif;
tidak baik jika suasana kelas yang sepi tetap sepi karena
motivasi yang diberikan guru tidak dapat
membangkitkan semangat maupun rasa percaya diri pada
51
peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif;
sangat tidak baik jika guru tidak memberikan motivasi
kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu
menganalisa data yang telah dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan tetapi
bukan angka, kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi. Data
tersebut dianalisis sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan
atau realitas menyeluruh pda objek penelitian.1
Yang penulis maksudkan di sini adalah menggambarkan serta
menganalisis data-data yang telah diperoleh melalui observasi, dokumentasi
dan wawancara berupa pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah MTs Negeri 1 Semarang dan dilakukan
pada tanggal 22 Maret sampai 24 April 2011.
C. Sumber Penelitian
Adapun mengenai sumber penelitian yang digunakan dalam metode
penelitian, penulis membaginya dalam dua bagian:
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah data otentik atau data langsung dari tangan
pertama tentang masalah yang diungkapkan. Secara sederhana data ini
disebut juga data asli.2 Data primer yang dimaksud adalah buku-buku atau
bentuk karya tulis lain yang berisi tentang teori-teori yang berkaitan
dengan kegiatan eksplorasi, elaborasi, serta konfirmasi dalam
pembelajaran.
1 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
hlm. 18 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Yogyakarta, 1996, hlm. 80.
33
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder pada penelitian ini berupa hasil observasi peneliti
terhadap pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, serta konfirmasi
dalam pembelajaran.. Data sekunder juga berupa hasil wawancara peneliti
pada guru-guru PAI terkait dengan pengalaman maupun pelatihan-
pelatihan yang telah diikuti.
D. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini adalah pelaksanaan eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru PAI di
MTs Negeri 1 Semarang.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan dua macam teknik,
yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan terhadap objek. Baik secara langsung maupun
tidak langsung.3 Observasi yang peneliti gunakan adalah observasi terus
terang atau samar, yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian, jadi obyek yang sedang diteliti mengetahui sejak awal sampai
akhir aktivitas peneliti.4
Teknik observasi ini peneliti gunakan untuk mengamati
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru PAI di MTs
Negeri 1 Semarang.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
3 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 72
4 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 66
34
suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
wawancara semi terstruktur di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.5
Wawancara ini peneliti gunakan untuk meneliti lebih mendalam
mengenai sejarah sekolah tersebut, sarana dan prasarana, latar belakang
pendidikan serta pengalaman guru dan menambah keterangan/informasi
tentang bagaimana pelaksanaaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi yang ada dalam KBM. Peneliti melakukan wawancara
antaralain dengan Kepala Madrasah, Waka Kurikulum dan guru-guru PAI
di MTs Negeri 1 Semarang
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger agenda dan sebagainya.6
Teknik ini peneliti gunakan untuk mendapatkan keterangan
mengenai keadaan MTs Negeri 1 Semarang, yang meliputi tinjauan
historis, letak geografis, struktur organisasi, keadaan para pengajar dan
siswa, serta sarana dan prasarana.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dari mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan data.7
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data dengan menggunakan
metode perbandingan tetap atau Constant Comparative Methode yang
ditemukan oleh Glaser dan Strauss. Inti dari model analisis tersebut terletak
pada tiga proses yang berkaitan yaitu mendeskripsikan fenomena,
mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul
5 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm.73
6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 236.
7Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
), hlm. 103
35
berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Secara umum, proses analisis
data mencakup:8
1. Reduksi Data
Proses reduksi data ini mencakup dua hal, yaitu identifikasi satuan
(unit) dan membuat koding (memberikan kode pada setiap satuan). Pada
mulanya, diindetifikasikan adanya bagian terkecil yang ditemukan dalam
data yang memiliki makna jika dikaitkan dengan fokus dan masalah
penelitian. Fenomena-fenomena yang ada dideskripsikan secara
komprehensif dan teliti.
2. Kategorisasi
Kategorisasi merupakan upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam
bagian-bagian yang memiliki kesamaan sehingga data lebih mudah untuk
dipahami. Jadi, setelah dilakukan pendeskripsian mengenai fenomena
yang ditangkap di lapangan, data yang ada diklasifikasikan.
3. Sintesisasi
Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori
lainnya. Setelah mengklasifikasikan data, informasi tentang kaitan antara
beberapa bagian data akan hilang sehingga perlu adanya pengaitan data.
4. Menyusun hipotesis kerja
Penyusunan hipotesis kerja dilakukan dengan merumuskan suatu
pernyataan yang proporsional. Hipotesis kerja yang dimaksudkan dalam
penelitian ini terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian.
8 Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 288-289
46
BAB IV
ANALISIS KOMPETENSI PAEDAGOGIK DALAM PELAKSANAAN
KEGIATAN EKSPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI
A. Kondisi Umum MTs Negeri 1 Semarang
1. Latar Belakang Berdirinya MTs Negeri 1 Semarang
Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri I Semarang bermula
dari PGAN 6 tahun Semarang. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Semarang
berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 74 Tahun
1976 tanggal 29 Desember 1976 tentang kurikulum Madrasah
Tsanawiyah Negeri, No. 16 Tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978 tentang
susunan organisasi dan tata kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri
Semarang, No. 48 Tahun 1978 tanggal 8 Juni 1978 tentang susunan
organisasi tata kerja PGAN dan No. 113 Tahun 1978 tanggal 7 Desember
1978 tentang susunan dan perubahan cap dinas untuk pelaksanaan teknis
Depag RI. PGAN 6 tahun Semarang berdiri secara resmi pada tanggal 1
Juni 1979.
Dengan berdasarkan beberapa Surat Keputusan tersebut,
mengakibatkan beberapa perubahan status sekolah, yaitu : PGAN 6 tahun
kelas I, II, dan III, menjadi MTs Negeri sederajat dengan SMP Negeri
(SLTP); PGAN 6 tahun kelas IV, V, VI, menjadi PGAN sederajat SPG
Negeri (SLTA), Tersebut No. 1, 2, dengan alamat Jl. Sisingamangaraja
No. 5 Semarang. Masing-masing dinas menggunakan cap yang baru
yaitu: Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Pendidikan Guru Agama
Negeri. Untuk cap PGAN 6 tahun yang lama dinyatakan tidak berlaku
lagi dan sambil menunggu petunjuk lebih lanjut maka kepala MTs Negeri
1 Semarang dirangkap oleh pimpinan PGAN Semarang yaitu Soebari
Mustaq, B.A.1
1 Dokumentasi MTs Negeri 1 Semarang
47
Dalam perkembangannya, MTs Negeri 1 Semarang telah
mengalami enam kali periode kepemimpinan, diantaranya adalah :
a. Periode pertama (Soebari Mautaq, BA), beliau menjabat mulai tahun
1976 – 1980.
b. Periode Kedua (Drs. H. Muhammadi), beliau menjabat mulai 1980 –
1988.
c. Periode Ketiga (Drs. Haryono), beliau menjabat dari 1988 – 1994
Dengan program kerja :
d. Periode Keempat (Drs. H. Muhammad Asyiq), beliau menjabat
mulai 1994 – 1998
e. Periode Kelima (Drs. H. Istichsan) beliau menjabat mulai 1998 –
2002
f. Periode Ketujuh (Drs. H. Sukron ) pada tahun 2003 diangkat sebagai
PLT Kepala MTsN Semarang, berdasar pada SK. Menteri Agama RI
nomor. WK / 1.b / KP.07.6 / 4673 / 2003 tertanggal 27 Agustus 2003
dan pada tahun ini pula diangkat (Drs. H. Firdaus Faishol) sebagai
kepala MTsN Semarang berdasar SK. Menteri Agama RI nomor.
WK / 1.b / KP.07.6 / 5989 / 2003 tanggal 30 Oktober 2003. beliau
menjabat dari tahun 2003 hingga sekarang.
2. Visi dan Misi
Visi merupakan tujuan universal sebuah institusi/ lembaga untuk
mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin
dicapai. Visi dari MTS Negeri 1 Semarang adalah “Berakhlak terpuji,
bersaing dalam prestasi.”
Adapun untuk memperjelas visi tersebut, dijabarkan beberapa misi,
antara lain:
a. Uswah Hasanah Nabi Muhammad menjadi suri tauladan.
b. Bangga terhadap agamanya.
c. Berdedikasi tinggi.
d. Disiplin dan bersahaja.
e. Memiliki tanggung jawab keilmuan
48
f. Out put unggul
3. Letak Geografis
Madrasah Tsanawiyah Negeri I Semarang terletak di desa Sendang
Mulyo Kecamatan Tembalang, Kota Semarang tepatnya terletak ± 1 Km
dari jalan besar Majapahit dan dari Pedurungan arahnya ke Selatan menuju
jalan Ketileng. MTs. N 1 Semarang terletak di daerah yang sangat transit
sekali, yang berhadapan dengan rumah sakit umum Sendang Mulyo Dati II
Semarang. Dengan batasan-batasan sebagai berikut :
a. Sebelah Selatan dibatasi dengan Desa Nggendong, dan Perumnas
Bukit Sendang Mulyo.
b. Sebelah Barat dibatasi dengan Perumnas Ngrumpun Diponegoro.
c. Sebelah Utara dibatasi dengan Perumnas PSIS, Perumnas Bumi Wana
Mukti, Ketileng dan Perumnas Polda.
d. PGRI, dan Pucang Gading.
Dengan lokasi yang demikan ini, menjadikan MTs. N 1 Semarang
berada dalam posisi yang strategis, apalagi jalan raya ada banyak angkutan
umum sebagai sarana yang sangat vital bagi masayarakat kota Semarang.
4. Struktur Organisasi
MTs N 1 Semarang saat ini dipimpin oleh Drs. Amiruddin Aziz
dan dibantu olah WaKaMad Bidang Kurikulum, Drs. Sugiyanto. Sebagai
WaKaMad Bidang Kesiswaan, Suyikto, S.Pd.I. WaKaMad Bidang Humas,
Marjoko, S.Pd. I. WaKaMad Bidang Sarana Prasarana, M. Junaidi, S.Ag.
Struktur personalia tata usaha MTs N 1 Semarang dipimpin oleh
Arif Budiman, SH. Koordinator Bagian Bendahara dipegang oleh Dewi
Asriyah, Koordinator Perpustakaan dipegang oleh RM. Setya Sad Puspa
DWH. Drs. Sugiyarto sebagai koordinator Lab. Komputer. Sebagai
Koordinator Lab. Bahasa Agus Muhadjir, S. Pd. I.
5. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan
Guru merupakan salah faktor penentu dalam Proses Belajar
Mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga
pendidikan yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat
49
penting adanya. MTs Negeri 1 Semarang memiliki tenaga pendidik dan
karyawan sebanyak 73 orang, terdiri dari guru tetap sebanyak 44 orang
dan guru tidak tetap 11 serta pegawai dan karyawan-karyawan ada 18
orang. Untuk guru lulusan S2 sebanyak 2 orang, S1 sebanyak 54 orang,
D3 sebanyak 2 orang, PGAN ada 2 orang, SMA sebanyak 12 orang dan
SD ada 1 orang. Lebih lengkapnya bisa dilihat dalam lampiran daftar guru.
(lampiran I). Selain itu guru juga mengajar dan menjadi wali murid dari
siswa MTs Negeri 1 Semarang serta menjadi pembina dari kegiatan-
kegiatan ekstrakurikuler di madrasah.
Di MTs Negeri 1 Semarang, terdapat dua macam kelas, yaitu kelas
unggulan dan kelas reguler. Kelas unggulan terdapat di kelas VIIA, VIIIA,
dan IXA. Adapun keadaan peserta didik di MTs Negeri 1 Semarang
dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
TABEL
KEADAAN PESERTA DIDIK DI MTS N 1 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2010/2011
NO. Kelas Jumlah
Kelas
Jumlah Murid Jumlah
Seluruhnya Putra Putri
1. VII 8 143 168 311
2. VIII 8 150 165 315
3. IX 9 158 178 336
JUMLAH 25 451 511 962
6. Sarana dan Prasarana
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, selain ditentukan oleh
sumber daya manusia, juga tidak akan terlepas dari fasilitas dan media
belajar yang tersedia, termasuk bangunan dan fasilitas fisik. Beberapa
fasilitas fisik yang terdapat di MTs N 1 Semarang diantaranya adalah
ruang kepala sekolah, ruangan bagian tata usaha (TU), ruangan guru, aula,
ruang kelas, lapangan olah raga (volly, futsal, dan sepak bola) ruang
50
pramuka, ruang OSIS, ruangan UKS, ruang BK, ruangan multimedia,
mushola, dan lain sebagainya.
a. Ruang Kelas
Di MTs Negeri 1 Semarang, terdapat 25 ruang kelas yang setiap
hari digunakan proses pembelajaran. Ruang tersebut terdiri dari kelas
VII, VIII dan IX. Untuk kelas VII terdiri dari 8 kelas, yaitu kelas VII A
sampai dengan kelas VII H. Kemudian kelas VIII terdiri dari 8 kelas,
yaitu kelas VII A sampai dengan kelas VII H. Dan untuk kelas IX
terdiri dari 9 kelas, yaitu kelas IX A sampai dengan IX I. Kelas VII A,
VIII A, dan IX A merupakan kelas unggulan. Setiap kelasnya rata-rata
terdapat kurang lebih 40 peserta didik. Menurut aturan tata ruang, di
setiap kelas terlihat cukup sehat, karena ada ventilasi udara dan
pencahayaan yang cukup.
Seperti lazimnya sebuah kelas, di dalamnya terdapat perlengkapan
dan aksesoris ruang kelas, misalnya bangku, papan tulis, papan
informasi peserta didik, meja guru, lampu penerangan, stop kontak,
gambar Presiden dan Wakil Presiden, serta lambang negara burung
garuda. Ada beberapa variasi kelas yang lain seperti regu piket
maupun gambar-gambar yang mengandung pesan edukatif juga terlihat
di sana, hanya saja aksesoris itu beragam/tidak sama antara kelas satu
dengan kelas lainnya, sebab selera penghuni berlainan. Dari beberapa
gambaran itu setidaknya menunjukkan bahwa pada masing-masing
kelas cukup representatif untuk proses pembelajaran di kelas.
b. Ruang Kepala Madrasah dan Ruang Guru
Ruang kepala madrasah berada di lantai dasar bersebalahan dengan
ruang BK (Bimbingan Konseling) dan berhadapan dengan aula.
Sedangkan ruang guru berada di lantai dua tepat di atas aula. Di dalam
ruang guru dilengkapi dengan fasilitas antara lain: meja, kursi guru,
almari, dispenser dan sebuah TV.
c. Kantor Tata Usaha dan Administrasi
51
Lokasi ruang tata usaha terdapat di lantai dua di atas ruang BK
yang berhadapan dengan ruang guru yang disekat oleh ruang lobi.
Seluruh administrasi sekolah dikerjakan oleh staf tata usaha dalam
ruang tersebut. Urusan Tata Usaha dikoordinatori oleh H. Arif
Budiman S.H.
d. Laboratorium
Ruang laboratorium yang ada di MTsN 1 Semarang terdiri dari 5
ruang, yaitu laboratorium kimia, laboratorium IPA, laboratorium
bahasa, dan laboratorium komputer/internet. Dalam setiap
laboratorium memiliki kepengurusan yang terdiri dari koordinator
laborat, laboran, dan beberapa anggota laboratorium yang bertanggung
jawab penuh atas terselenggaranya kegiatan praktikum di ruang
laboratorium tersebut.
e. Musholla
Tempat ibadah di madrasah merupakan bangunan sentral untuk
menanamkan nilai-nilai agama pada peserta didik. Jadi keberadaan dan
eksistensinya sebagai tempat ibadah juga mutlak diperlukan. Musholla
yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, cukup representatif untuk
melaksanakan kegiatan keagamaan maupun kegiatan pembelajaran,
misalnya shalat jama’ah dan praktik shalat.
Berdasarkan pengamatan, mushola tersebut sering dipakai sholat
oleh seluruh warga sekolah, termasuk guru, staf karyawan dan para
peserta didik. Setiap waktu dhuha digunakan oleh sebagaian peserta
didik untuk mengerjakan sholat dhuha dan setiap siang terdapat agenda
sholat dzuhur berjamah.
f. Perpustakaan Sekolah
Perpustakan adalah mata air ilmu pengetahuan. Kualitas dan mutu
sekolah bisa tercermin dari kondisi dan keadaan perpustakaan. Artinya
pengelolaan dan penyediaan media belajar/sumber belajar berupa
perpustakaan akan sangat menentukan proses belajar peserta didik.
Sebab penanaman kebisaaan membaca harus dimulai sejak dini,
52
termasuk peserta didik MTs Negeri 1 Semarang haruslah mulai
dikenalkan dan dipahamkan bahwa buku merupakan gerbang ilmu
pengetahuan. Peserta didik harus disadarkan bahwa cara mendapatkan
ilmu bukan hanya ketika proses pengajaran di dalam kelas.
Penanaman motivasi agar peserta didik menjadi manusia
pembelajar harus digalakkan. Maka salah satu langkah yang urgen
bagaimana sekolah dapat menyediakan bahan bacaan pada peserta
didiknya buku-buku yang diminati oleh peserta didik, untuk
pembisaaan dan membangkitkan hobi baca.
Dalam perpustakaan tersebut, terdapat banyak sekali pajangan di
dinding diantaranya papan tata tertib di perpustakaan, visi dan misi
perpustakaan dan semboyan perpustakaan MTsN 1 Semarang. Di
samping itu, buku-buku yang ada dikumpulkan dalam klasisifikasi
dengan aturan DDC yang sederhana. Data yang kami dapatkan
mengenai jumlah buku koleksi perpustakaan di MTsN 1 Semarang
berjumlah 7.339 exemplar. Selain buku, disana juga ada beberapa
media massa seperti koran Kompas, Suara Merdeka, dan majalah-
majalah lain. Adapun pengelola perpustakaan di MTsN 1 Semarang di
bawah tanggung jawab langsung kepala sekolah, dan dibantu oleh
koordinator yang lain, diantaranya yaitu RM. Setya Sad Puspa DWH
sebagai pelaksana teknis dan Hj Rupiah, BA.
Di samping dilengkapi dengan tempat membaca, perpustakaan
MTsN 1 Semarang juga digunakan sebagai penunjang pelajaran yang
dilengkapi dengan TV dan VCD.
B. Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
1. Guru Quran Hadis
Guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang yang diteliti adalah
Suwarno, M.Ag dan Asyhar Ulinnuha, S.Ag. Adapun pelaksanaan
kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
53
a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :2
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka
sumber.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan
mengobservasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru
Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang menunjukkan bahwa guru
Quran Hadis sudah dapat melibatkan peserta didik untuk mencari
informasi yang luas dan dalam mengenai materi yang akan
dipelajari dengan menerapkan prinsip potensi jadi guru dan belajar
dari aneka sumber. Hal tersebut dapat diindikasikan dengan
perolehan skor rata-rata pada kedua guru pada saat observasi yang
mencapai 3,5 yang berarti cukup baik.
Pelaksanaannya dapat terlihat antaralain sebelum memasuki
materi yang akan dipelajari, peserta didik terlebih dahulu diberikan
tugas untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru agar guru
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki peserta didik
terkait materi yang akan dipelajari serta peserta didik dapat terlebih
dahulu mencari informasi yang luas terkait materi yang akan
dipelajari.
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, guru
Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang sudah sering
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, serta sumber belajar. Hal tersebut dapat
diindikasikan dengan perolehan skor pada saat observasi yang
mencapai 3,5 yang berarti cukup baik. Salah satu media yang
2 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
54
dipergunakan oleh guru Quran Hadis adalah LCD. Salah satu
penggunaanya adalah pada saat guru Quran Hadis mengajar materi
tentang hukum bacaan tanwin atau nun sukun dan mim sukun.3
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap kegiatan tersebut
menunjukkan bahwa guru Quran Hadis mampu dengan cukup baik
dalam memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dengan
berbagai sumber belajar. Hal tersebut dapat diindikasikan
berdasarkan skor observasi yang mencapai 4,0 yang berarti baik.
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, keterlibatan aktif siswa
merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru hanya sebagai
fasilitator. Berdasarkan observasi peneliti, guru Quran Hadis di
MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam melibatkan
peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut
diindikasikan melalui perolehan skor observasi yang mencapai 4,0.
Kegiatan ini dapat dilihat pada saat guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membaca ayat alquran
maupun hadis yang sedang dipelajari baik dibaca secara individu
maupun bersama-sama. Kegiatan tersebut juga dapat dilihat pada
saat guru Quran Hadis memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengemukakan pendapat mereka pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan
Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Quran Hadis
dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :4
3 Observasi pada mata pelajaran BTA pada tanggal
55
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan
skor observasi yang mencapai 5,0. Guru Quran Hadis di MTs
Negeri 1 Semarang selalu membiasakan peserta didik untuk
membaca dan menulis yang beragam. Sebagai contoh, dalam
pelaksanaan pembelajaran, guru Quran Hadis selalu melatih peserta
didik untuk membaca ayat-ayat alquran maupun hadis secara
bersama-sama dan berulang-ulang. Kemudian guru Quran Hadis
memberi tugas kepada peserta didik untuk menuliskan kembali
ayat-ayat alquran maupun hadis yang telah dipelajari tersebut.5
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain- lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis.
Kegiatan ini dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan tidak
cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 2,0. Berdasarkan pengamatan peneliti,
tugas yang diberikan oleh guru Quran Hadis dalam pelaksanaan
pembelajaran hanya sebatas pemberian tugas untuk menjawab
teori-teori yang sudah ada. Dalam memberikan tugas, guru Quran
Hadis di MTs Negeri 1 Semarang memberikan tugas melalui
Lembar Kerja Siswa yang mana hanya sebatas menjawab pilihan
ganda serta menjawab soal isian dan uraian. Adapun jawaban-
jawaban dari soal-soal tersebut sudah merupakan sebuah konsep
teori yang ada pada uraian materi di Lembar Kerja Siswa tersebut
maupun buku panduan peserta didik, tanpa memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk memunculkan gagasan baru.
4 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah” 5 Hasil Observasi Pembelajaran Quran Hadis pada tanggal 3 April 2011
56
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan
skor observasi yang mencapai 5,0. Pada saat guru Quran Hadis
menyampaikan materi, guru Quran Hadis memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk secara aktif ikut memikirkan serta
menganalisis materi yang disampaikan kepada peserta didik, guru
Quran Hadis melakukannya dengan cara melakukan tanya jawab di
sela-sela penyampaian materi. Pertanyaan yang diberikan guru
Quran Hadis secara lisan pada saat pelaksanaan tanya jawab
tersebut, secara tidak langsung juga telah memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertindak tanpa rasa takut dalam
menjawab pertanyaan dari guru Quran Hadis.
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan
skor observasi yang mencapai 3,5. Guru Quran Hadis di MTs
Negeri 1 Semarang sering menerapkan pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat
dilihat pada saat mempelajari materi dalam Surat Al-Mujadalah
ayat 11. Guru Quran Hadis membagi kelas menjadi beberapa
kelompok untuk mendiskusikan materi tersebut. Pada saat
berdiskusi, baik penyaji maupun peserta diskusi saling memberikan
respon dalam bentuk masukan pendapat maupun pertentangan
pendapat.
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
57
observasi yang mencapai 4,0. Pemfasilitasan yang dilakukan oleh
guru Quran Hadis agar peserta didik berkompetisi untuk
meningkatkan prestasi belajar dapat dilihat pada saat guru Quran
Hadis memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menghafalkan ayat AlQuran maupun hadis yang sedang dipelajari
kemudian maju satu persatu ke depan kelas untuk menuliskan ayat-
ayat AlQuran secara hafalan, kemudian memberikan nilai
tambahan bagi peserta didik yang dapat menuliskan ayat tersebut.
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan
skor observasi yang mencapai 3,5. Pembuatan laporan eksplorasi
oleh peserta didik dapat dilihat pada saat guru mengharuskan
peserta didik untuk mengumpulkan PR yang diberikan guru pada
pertemuan sebelumnya berkaitan dengan materi yang akan dibahas.
Akan tetapi, guru Quran Hadis tidak selalu melaksanakan hal
tersebut.
7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan
Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Quran Hadis
dalam pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini
hanya mencapai 1,0.
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,5. Rasa bangga dan percaya diri sangat
diperlukan dalam diri peserta didik. Guru Quran Hadis di MTs
Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk menumbuhkan rasa
58
bangga dan percaya diri dalam diri peserta didik karena menurut
mereka hal tersebut mutlak diperlukan untuk meningkatkan
semangat serta prestasi belajar mereka. Berdasarkan observasi
peneliti, hal tersebut diaplikasikan dengan cara guru Quran Hadis
tidak sering menyalahkan dan selalu memberikan apresiasi
terhadap semua hal yang telah peserta didik laksanakan sekecil
apapun.
c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :6
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta
didik
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,0. Umpan balik dan penguatan sangat
diperlukan agar guru mengetahui seberapa besar peserta didik
dapat menyerap materi yang telah dipelajari. Penguatan yang
diberikan oleh guru Quran Hadis dapat dilihat pada saat guru
Quran Hadis memberikan pertanyaan kepada peserta didik pada
akhir kegiatan pembelajaran terkait dengan materi yang telah
dipelajari untuk mengukur seberapa jauh materi yang dapat diserap
oleh peserta didik. Guru Quran Hadis selalu memberikan apresiasi
terhadap semua hal yang telah peserta didik laksanakan sekecil
apapun.
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber
Dari hasil observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran
oleh guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang mengenai
kemampuan guru Quran Hadis dalam memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi, dapat dideskripsikan bahwa
6 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
59
guru Quran Hadis dapat melakukan kegiatan tersebut dengan cukup
baik, hal tersebut dapat terindikasikan melalui penskoran pada
kegiatan ini yang mencapai 3,5.
Kemampuan dalam melaksanakan kegiatan ini dapat terlihat
pada saat guru Quran Hadis dalam melakukan ulasan mengenai
hasil dari tugas-tugas yang telah diberikan kepada peserta didik
sebelum mulai memasuki materi pembelajaran serta hasil dari tugas
yang diberikan kepada peserta didik berupa hasil dari latihan
mereka dalam menulis dan membaca.7
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan
skor observasi yang mencapai 5,0. Refleksi selalu dilaksanakan
oleh guru Quran Hadis pada akhir kegiatan pembelajaran. Guru
Quran Hadis melaksanakannya dengan cara guru mengulas serta
menilai apa saja yang telah dibahas dan didapatkan dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,0. Setelah kegiatan pembahasan materi
selesai, guru Quran Hadis memberikan sejumlah pertanyaan secara
lisan kepada peserta didik terkait dengan materi yang telah
dipelajari. Jika peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan dari
guru Quran Hadis maka pelaksanaan pembelajaran sudah dianggap
berhasil dan jika tidak maka guru Quran Hadis berusaha mencari
penyebab dari ketidakfahaman peserta didik dalam meyerap materi
yang telah dipelajari kemudian menjelaskan kembali materi yang
7 Hasil Observasi Pembelajaran Quran Hadis pada tanggal 3 April 2011
60
kurang difahami tersebut. Kemudian guru Quran Hadis
memberikan motivasi kepada peserta didik yang belum aktif untuk
dapat lebih berpartisipasi aktif pada pertemuan mendatang. Namun
hal tersebut tidak selalu dilaksanakan dalam setiap akhir kegiatan
pembelajaran.
2. Guru Akidah Akhlak
Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang yang diteliti adalah
Mughniatun, BA dan Dra. Hj. Asmiah, M.PdI. Adapun pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :8
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari
aneka sumber.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 5,0. Pelaksanaan dari kegiatan tersebut dapat
terlihat antaralain pada awal pelaksanaan pembelajaran kegiatan inti,
guru Akidah Akhlak terlebih dahulu memberikan beberapa soal terkait
dengan materi yang akan dipelajari kemudian membagi kelas menjadi
beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan
yang telah diberikan. Setelah selesai berdiskusi, perwakilan dari
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas.
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
8 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
61
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,0.
Salah satu pendekatan yang dipakai oleh guru Akidah Akhlak
pada saat pelaksanaan pembelajaran adalah pendekatan realita. Pada
saat menjelaskan materi tentang rukun Iman, materi yang dibahas
dikaitkan dengan hal yang ada di lapangan. Misalnya dalam
membahas mengenai Iman kepada Allah dapat dijelaskan dengan cara
mengetahui penciptaan Allah yang mana dapat dinalar secara akal
maupun secara dalil.9
Sedangkan penggunaan beragam sumber belajar dapat dilihat
pada saat guru Akidah Akhlak memberikan tugas kepada peserta
didik. Dalam membuat makalah, peserta didik tidak hanya
menggunakan satu sumber saja yaitu dari dalam buku, akan tetapi juga
dari sumber yang lain, misalnya dari internet atau tokoh-tokoh
agama.10
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,5.
Pemfasilitasan oleh guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1
Semarang agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan
guru dapat dilihat pada saat guru Akidah Akhlak melakukan tanya
jawab dengan peserta didik. Interaksi secara aktif dengan lingkungan
dapat dilihat pada saat guru memberi tugas kepada peserta didik untuk
mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dengan
cara guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan
wawancara dengan tokoh agama di tempat tinggal mereka terkait
9 Wawancara dengan Ibu Mughniyatun pada tanggal 24 Maret 2011 10 Observasi pada tanggal 22 Maret 2011
62
dengan materi yang sedang dipelajari. Sedangkan interaksi secara
aktif dengan sumber belajar yang lain dilaksanakan dengan cara guru
Akidah Akhlak memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari
buku di perpustakaan yang relevan dengan materi yang sedang
dipelajari ataupun memberi arahan kepada peserta didik untuk ke
perpustakaan secara mandiri melalui pemberian tugas.
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,0.
Dalam kegiatan belajar mengajar, keterlibatan aktif peserta
didik merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru hanya sebagai
fasilitator. Berdasarkan observasi peneliti, guru Akidah Akhlak di
MTs Negeri 1 Semarang selalu melibatkan peserta didik untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan tersebut selalu dapat dilihat
pada saat guru melakukan tanya jawab di sela kegiatan pembelajaran.
Meskipun guru Akidah Akhlak sering menggunakan metode ceramah,
akan tetapi guru Akidah Akhlak selalu memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan
Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dalam pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya
mencapai 1,0.
b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :11
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
11 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
63
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,0.
Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri1 Semarang dalam
kegiatan pembelajaran, guru Akidah Akhlak selalu membiasakan
peserta didik untuk membaca dan menulis yang beragam. Berdasarkan
penelitian, salah satu kegiatan pembelajaran yang mengindikasikan
pelaksanaan kegiatan ini adalah penugasan pembuatan makalah oleh
guru Akidah Akhlak kepada peserta didik untuk dipresentasikan di
depan kelas.
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,5.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, pemfasilitasan
guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang kepada peserta didik
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis
sering dilakukan oleh guru Akidah Akhlak. Salah satu cara yang
dilakukan adalah dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok
diskusi untuk mendiskusikan materi yang sedang dipelajari. Salah satu
pelaksanaan kegiatan ini adalah pada saat guru Akidah Akhlak
membahas materi Iman kepada kitab Allah. Guru Akidah Akhlak
menggunakan metode Small Group Discussion dengan terlebih dahulu
membagi kelas menjadi 3 kelompok kemudian memberikan tugas
kepada masing-masing kelompok untuk membuat makalah dan bentuk
presentasinya dalam microsoft power point. Penugasan guru untuk
membuat makalah membuat peserta didik memiliki kesempatan untuk
memunculkan gagasan mereka secara tertulis di dalam makalah
tersebut. Sedangkan diskusi yang dilaksanakan memberikan
64
kesempatan kepada peserta didik untuk memunculkan gagasan atau
pendapat mereka secara lisan.12
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,5.
Berdasarkan observasi peneliti, guru Akidah Akhlak selalu
berusaha untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa
rasa takut. Salah satu bentuk pengaplikasian dari kegiatan tersebut
adalah pada saat pelaksanaan diskusi. Tanya jawab yang terdapat
dalam pelaksanaan diskusi, secara tidak langsung juga telah
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertindak tanpa
rasa takut dalam mengemukakan pendapat di depan umum.13
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,5.
Pemfasilitasan oleh guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1
Semarang kepada peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif tidak selalu dilaksanakan. Berdasarkan penelitian yang
telah dilaksanakan, salah satu bentuk pengaplikasian kegiatan tersebut
adalah pada saat guru Akidah Akhlak membagi kelas menjadi
beberapa kelompok diskusi untuk mendiskusikan materi Iman kepada
kitab Allah. Cara yang dilakukan oleh guru Akidah Akhlak tersebut
merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dimana
antar peserta didik yang satu dengan yang telah terbentuk dalam
12 Observasi pada tanggal 22 Maret 2011 13 Observasi pada tanggal 22 Maret 2011
65
beberapa kelompok bekerjasama untuk mendiskusikan materi
tersebut.14
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,5.
Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang selalu
memfasilitasi peserta didik agar dapat berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar. Dari hasil observasi yang peneliti
lakukan, guru Akidah Akhlak selalu melaksanakan kegiatan tersebut
di sela-sela penyampaian materi.
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,0.
Berdasarkan penelitian, guru Akidah Akhlak tidak selalu
memfasilitasi peserta didik untuk membuat laporan eksplorasi. Salah
satu bentuk pelaksanaan dari kegiatan tersebut adalah pembuatan
makalah serta laporan dari hasil pelaksanaan diskusi.
7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti, kegiatan
ini tidak pernah dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dalam
pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya
mencapai 1,0.
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
14 Observasi pada tanggal 22 Maret 2011
66
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,5.
Pemfasilitasan oleh guru Akidah Akhlak di MTs Negeri1
Semarang dalam melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik selalu dilakukan.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, guru Akidah Akhlak
memberikan penghargaan berupa tepuk tangan untuk peserta didik
yang dapat secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan terus
memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih pasif.
c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :15
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,0.
Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, guru selalu
memberikan umpan balik positif dan penguatan. Guru Akidah Akhlak
di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan feedback mengenai
pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru memberikan penjelasan
terkait materi yang belum difahami oleh peserta didik, kemudian
memberikan pertanyaan untuk menguji tingkat kefahaman masing-
masing peserta didik.
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,5.
15 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
67
Setelah mendengarkan presentasi dari masing-masing
kelompok, barulah guru Akidah Akhlak memberikan feedback atas
apa yang telah dipresentasikan. Guru memberikan penjelasan
mengenai materi yang belum dapat dipahami oleh peserta didik
dengan baik.
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 5,0.
Berdasarkan penelitian, guru Akidah Akhlak selalu
melaksanakan refleksi pada akhir kegiatan pembelajaran. Guru
Akidah Akhlak melaksanakannya dengan cara mengulas serta menilai
apa saja yang telah dibahas dan didapatkan dari pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak
dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 4,5.
Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru Akidah Akhlak
memberikan tugas akhir yang dikerjakan di rumah masing-masing
terkait dengan materi yang telah didiskusikan untuk benar-benar dapat
mengukur sejauh mana pemahaman masing-masing individu
mengenai materi tersebut.
3. Guru Sejarah Kebudayaan Islam
Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Negeri 1 Semarang yang diteliti
adalah M. Junaidi, S.Ag, Hj. Muniroh, S.Ag, dan Hj. Umi Fatkhiyah, M.Ag.
Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
68
a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :16
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari
aneka sumber.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,5. Berdasarkan observasi peneliti, pada awal penyampaian
materi, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang tidak langsung
menyampaikan serangkaian materi, akan tetapi guru terlebih dahulu
membangkitkan semangat peserta didik kemudian memberikan
stimulan kepada peserta didik mengenai materi yang akan
disampaikan dengan cara memberikan pertanyaan pengantar seputar
materi yang akan dibicarakan.
Guru SKI tidak serta merta menyampaikan secara menyeluruh
materi yang dipelajari. Guru SKI terlebih dahulu memberikan tugas
kepada peserta didik untuk membaca materi yang akan dipelajari di
rumah, kemudian guru hanya memberikan tambahan materi-materi
yang tidak terdapat dalam buku.
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, pada umumnya guru SKI di
MTs Negeri 1 Semarang menerapkan metode ceramah, diskusi dan
tanya jawab dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru SKI di MTs
Negeri 1 Semarang tidak jarang menggunakan LCD pada saat
menjelaskan, khususnya ketika mengajar di kelas unggulan. Pada saat
16 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
69
memberikan materi mengenai Kesenian dan Adat Nusantara, guru SKI
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Guru
terlebih dahulu menjelaskan mengenai peranan Adat Sunda dalam
pengembangan dakwah di Jawa dengan diberikan selingan berupa
tanya jawab kepada peserta didik. Beberapa sumber belajar yang
dipakai dalam kegiatan pembelajaran SKI di MTs Negeri 1 Semarang
antara lain Buku Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam (Tiga serangkai)
dan Buku Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. Jail Mubaroq , M. Ag.
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,5.
Pemfasilitasan oleh guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang agar
peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan guru dapat dilihat
pada saat guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik. Interaksi
secara aktif dengan lingkungan tidak pernah dilakukan oleh guru SKI,
sedangkan interaksi secara aktif dengan sumber belajar yang lain
dilaksanakan dengan cara guru memberi tugas kepada peserta didik
untuk mencari buku di perpustakaan yang relevan dengan materi yang
sedang dipelajari ataupun memberi arahan kepada peserta didik untuk
ke perpustakaan secara mandiri melalui pemberian tugas.
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,5.
Berdasarkan penelitian, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang
terkadang berusaha untuk melibatkan peserta didik untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran, meskipun keaktifan tersebut tidak dalam
tataran fisik. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada saat guru
70
menggunakan metode ceramah plus dalam menyampaikan materi.
Jadi, peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru
saja, akan tetapi mereka juga diajak untuk aktif menjawab pertanyaan
dari guru terkait dengan materi yang seang diajarkan.
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan,
pemfasilitasan oleh guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang dalam
melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan tidak
pernah dilakukan oleh guru SKI dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penskoran pada kegiatan ini hanya mencapai 1,0.
b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :17
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,5.
Jika dicermati dari setiap tindakan dan langkah yang diambil
pada setiap pelaksanaan pembelajaran, guru SKI di MTs Negeri 1
Semarang sering membiasakan peserta didik untuk membaca melalui
tugas-tugas tertentu, akan tetapi tidak sampai pada pembiasaan untuk
menulis. Guru SKI sering memberikan tugas kepada peserta didik
untuk mencari informasi terkait materi yang sedang dipelajari melalui
internet maupun bahan bacaan yang lain.
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis.
17 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
71
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,0.
Berdasarkan pengamatan peneliti, tugas yang diberikan oleh
guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang dalam kegiatan pembelajaran
hanya sebatas pemberian tugas untuk menjawab teori-teori yang sudah
ada. Dalam memberikan tugas, guru SKI memberikan tugas melalui
Lembar Kerja Siswa yang mana hanya sebatas menjawab pilihan
ganda serta menjawab soal isian dan uraian. Adapun jawaban-jawaban
dari soal-soal tersebut sudah merupakan sebuah konsep teori yang ada
pada uraian materi di Lembar Kerja Siswa tersebut maupun buku
panduan peserta didik, tanpa memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk memunculkan gagasan baru.
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 3,5.
Berdasarkan penelitian, pada saat guru SKI menyampaikan
materi, guru SKI memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
secara aktif ikut memikirkan serta menganalisis materi yang
disampaikan kepada peserta didik, guru SKI melakukannya dengan
cara melakukan tanya jawab di sela-sela penyampaian materi.
Pertanyaan yang diberikan guru SKI secara lisan pada saat
pelaksanaan tanya jawab tersebut, secara tidak langsung juga telah
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertindak tanpa
rasa takut dalam menjawab pertanyaan tersebut.
4) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
72
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru SKI di MTs
Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk memfasilitasi peserta didik
agar dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar. Guru SKI melaksanakan kegiatan tersebut dengan cara terus
memberikan motivasi kepada peserta didik agar rajin belajar untuk
meningkatkan prestasi mereka. Di samping itu, bentuk pengaplikasian
dari kegiatan tersebut adalah guru selalu mengadakan tanya jawab di
sela-sela penyampaian materi dan memberikan nilai lebih bagi peserta
didik yang dapat ikut terlibat aktif dalam tanya jawab tersebut.
5) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
Pemfasilitasan oleh guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang
kepada peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
sering dilaksanakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan,
salah satu bentuk pengaplikasian kegiatan tersebut adalah pada saat
guru SKI memberikan tugas kepada peserta didik untuk
mendiskusikan materi yang sedang dipelajari dengan teman
sebangkunya.
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 5,0.
73
Pembuatan laporan eksplorasi oleh peserta didik dapat dilihat
pada saat guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang mengharuskan peserta
didik untuk mengumpulkan PR yang diberikan guru pada pertemuan
sebelumnya berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Akan tetapi,
guru SKI tidak selalu melaksanakan hal tersebut.
7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan
Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru SKI dalam
pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya
mencapai 1,0.
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,5.
Berdasarkan observasi serta wawancara yang dilakukan
penulis kepada peserta didik, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang
selalu berusaha untuk melakukan sesuatu yang dapat menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Hal tersebut
dilaksanakan dengan cara guru SKI memberikan penghargaan berupa
tepuk tangan untuk peserta didik yang dapat secara aktif terlibat dalam
proses tanya jawab dan terus memberikan motivasi kepada peserta
didik yang masih pasif.
c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :18
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
18 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
74
Guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan
umpan balik positif dan penguatan. Penguatan yang diberikan oleh
guru Quran Hadis dapat dilihat pada saat guru SKI memberikan
pertanyaan kepada peserta didik pada akhir kegiatan pembelajaran
terkait dengan materi yang telah dipelajari untuk mengukur seberapa
jauh materi yang dapat diserap oleh peserta didik. Guru SKI selalu
memberikan apresiasi terhadap semua hal yang telah peserta didik
laksanakan sekecil apapun.
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 3,5.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, guru SKI
di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan konfirmasi terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. Adapun beberapa kegiatan
yang dapat penulis deskripsikan mengenai kegiatan tersebut adalah
guru SKI selalu melakukan ulasan mengenai hasil dari tugas-tugas
yang telah diberikan kepada peserta didik sebelum kegiatan
pembelajaran berakhir.
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
Refleksi selalu dilaksanakan oleh guru SKI di MTs Negeri 1
Semarang pada akhir kegiatan pembelajaran. Guru SKI
melaksanakannya dengan cara guru mengulas serta menilai apa saja
yang telah dibahas dan didapatkan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
75
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,5.
Berdasarkan observasi penulis, sebelum kegiatan pembelajaran
berakhir, guru SKI memberikan tugas akhir yang dikerjakan di rumah
masing-masing terkait dengan materi yang telah didiskusikan untuk
benar-benar dapat mengukur sejauh mana pemahaman masing-masing
individu mengenai materi tersebut.
4. Guru Fiqh
Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Negeri 1 Semarang yang diteliti
adalah Dra. Hj. Taufiq Farida dan Dra. Hj. Asmiyah, M.PdI. Adapun kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan antaralain:
a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :19
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar
dari aneka sumber.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi
yang mencapai 4,5.
Sebelum guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang menjelaskan
materi yang akan dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk membaca terlebih dahulu materi yang akan
dipelajari. Setelah itu, barulah guru menanyakan satu persatu
mengenai materi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Guru baru
19 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
76
memberikan penjelasan apabila terdapat materi yang tidak dapat
difahami dengan baik oleh peserta didik.
Peserta didik sering diarahkan untuk menemukan atau
menciptakan cara sendiri, misalnya menemukan bagaimana cara
mereka untuk dapat dengan mudah menghafalkan suatu ayat ataupun
menganalisis alasan Allah mensyariatkan suatu hukum (misalnya
pembelajaran dalam materi makanan dan minuman halal).20
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 5,0.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Fiqh di MTs Negeri 1
Semarang menggunakan berbagai pendekatan belajar, media belajar,
dan sumber belajar. Berdasarkan observasi peneliti, salah satu materi
fiqh yang mana dalam penyampaiannya menggunakan pendekatan
serta media yang bervariasi adalah dalam menyampaikan materi
istinja. Guru Fiqh yang ada di MTs Negeri 1 Semarang
menggunakan metode diskusi dan demonstrasi dalam menyampaikan
materi istinja. Dalam mendemonstrasikan cara beristinjak, guru
menggunakan media pembelajaran berupa batu untuk digunakan
sebagai alat beristinjak. Sedangkan bentuk aplikasi seseorang yang
akan diistinjak adalah boneka. Adapun pelaksanaannya adalah
dengan cara peserta didik terlebih dahulu membentuk kelompok
berdasarkan potongan gambar kemudian mencari pasangan gambar.
Setelah peserta didik membaca dan memahami materi istinjak dalam
buku paket fiqih, mereka bersama kelompoknya mendiskusikan
materi istinjak. Setelah itu, salah satu anggota kelompok maju
mengambil nomor urut praktik dan bersama anggota kelompoknya
secara bergantian menentukan alat yang bisa dipakai istinjak dan
20 Observasi pada tanggal 2 April 2011
77
yang tidak (batu apung, batu hitam, daun kering, ranting kering,
plastic, kaca, uang, tissue, kertas) sekaligus alasannya. Kemudian
peserta didik mendemonstrasikan cara beristinjak dengan boneka dan
alat yang bisa dipakai untuk istinjak selain air.21
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,5.
Pemfasilitasan yang dilakukan oleh guru Fiqh di MTs Negeri
1 Semarang agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan
peserta didik lain dapat dicermati pada saat guru membentuk
kelompok di dalam kelas untuk mendiskusikan materi yang sedang
dipelajari (misalnya materi istinja).22
Sedangkan interaksi secara aktif antara guru dengan peserta
didik dapat dilihat pada saat guru melakukan tanya jawab dengan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan interaksi
secara aktif dengan lingkungan dapat dilihat pada saat guru memberi
tugas kepada peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar
tempat tinggal peserta didik, pelaksanaan kegiatan tersebut dapat
dilihat pada saat guru Fiqh menggunakan batu dan benda keras
sejenisnya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka yang
digunakan untuk melaksanakan istinjak.23
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi
yang mencapai 4,5.
21 Observasi pada tanggal 10 April 2011
22 Observasi pada tanggal 10 April 2011
23 Observasi pada tanggal 10 April 2011
78
Apabila dicermati dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru
fiqh di MTs Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk melibatkan
peserta didik agar dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Beberapa usaha guru yang dapat dilihat antara lain
peserta didik terkadang diajak untuk bertanya jawab dengan guru
Fiqh dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi
yang mencapai 4,0.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis,
guru Fiqh tidak pernah melaksanakan percobaan di laboratorium,
studio, maupun lapangan. Akan tetapi, berdasarkan wawancara yang
dilakukan oleh penulis, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang pernah
melakukan praktek haji di lapangan sekolah. Praktek tersebut
meliputi serangkaian tata cara pelaksanaan ibadah haji.24
b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,5.
Penerapan konsep elaborasi yang dapat dilihat dalam
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Fiqh di MTs
Negeri 1 Semarang adalah guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk menghafalkan sebuah ayat mengenai makanan dan
minuman yang diharamkan oleh Allah SWT. Guru terlebih dahulu
memberikan tugas kepada peserta didik untuk menulis ayat tersebut
sebanyak 3 kali kemudian menghafalkannya dan menyuruh peserta
24 Wawancara dengan guru Fiqh pada tanggal 13 April 2011 dan dokumentasi RPP
79
didik untuk menuliskan ayat tersebut secara satu persatu di depan
kelas.25
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,0.
Berdasarkan observasi, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang
jarang memberikan tugas yang dapat memunculkan gagasan baru baik
lisan maupun tertulis, guru Fiqh hanya memberikan tugas secara
teoritis atau tugas yang hanya berkisar menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang sudah terdapat pada LKS.
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,5.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, guru Fiqh
di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut. Hal tersebut dapat dilihat pada saat
penyampaian materi, guru Fiqh selalu memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk secara aktif ikut memikirkan serta
menganalisis materi yang disampaikan kepada peserta didik, guru
Fiqh melakukannya dengan cara melakukan tanya jawab di sela-sela
penyampaian materi. Pertanyaan yang diberikan oleh guru Fiqh secara
lisan pada saat pelaksanaan tanya jawab tersebut, secara tidak
langsung juga telah memberikan kesempatan kepada peserta didik
25 Observasi pada tanggal 2 April 2011
80
untuk bertindak tanpa rasa takut dalam menjawab pertanyaan dari
guru Fiqh.
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
Berdasarkan penelitian, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang
tidak selalu memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif. Salah satu bentuk pengaplikasian dari pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif yang dapat ditangkap oleh penulis selama
melakukan observasi adalah penugasan yang dilakukan oleh guru agar
peserta didik melakukan mendiskusikan materi istinjak dengan teman
sekelompoknya.
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru Fiqh di MTs
Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk memfasilitasi peserta didik
agar dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar. Guru Fiqh melaksanakan kegiatan tersebut dengan cara terus
memberikan motivasi kepada peserta didik agar rajin belajar untuk
meningkatkan prestasi mereka. Di samping itu, bentuk pengaplikasian
dari kegiatan tersebut adalah guru selalu mengadakan tanya jawab di
sela-sela penyampaian materi dan memberikan nilai lebih bagi peserta
didik yang dapat ikut terlibat aktif dalam tanya jawab tersebut.
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok
81
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 5,0.
Berdasarkan penelitian, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang
tidak selalu memfasilitasi peserta didik untuk membuat laporan
eksplorasi. Salah satu bentuk pelaksanaan dari kegiatan tersebut
adalah pembuatan laporan dari hasil pelaksanaan diskusi pada materi
istinjak.
7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan
Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Fiqh di MTs
Negeri 1 Semarang dalam kegiatan pembelajaran. Penskoran pada
kegiatan ini hanya mencapai 1,0.
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,5.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis, guru Fiqh
di MTs Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk melakukan sesuatu
yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara guru Fiqh memberikan
penghargaan berupa tepuk tangan maupun nilai tambahan bagi peserta
didik yang dapat secara aktif terlibat dalam proses tanya jawab serta
terus memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih pasif.
c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :26
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
26 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
82
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, penguatan yang
diberikan oleh guru Fiqh dapat dilihat pada saat guru Fiqh
memberikan pertanyaan kepada peserta didik pada akhir kegiatan
pembelajaran terkait dengan materi yang telah dipelajari untuk
mengukur seberapa jauh materi yang dapat diserap oleh peserta didik.
Di samping itu, guru Fiqh juga selalu memberikan apresiasi terhadap
semua hal yang telah peserta didik laksanakan sekecil apapun.
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
observasi yang mencapai 3,5.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, guru Fiqh
di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan konfirmasi terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. Cara guru Fiqh dalam
melaksanakan kegiatan tersebut adalah dengan melakukan ulasan
mengenai hasil dari tugas-tugas yang telah diberikan kepada peserta
didik sebelum kegiatan pembelajaran berakhir.
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,0.
Refleksi selalu dilakukan oleh guru Fiqh di MTs Negeri 1
Semarang di setiap akhir kegiatan pembelajaran. Guru fiqh selalu
mengulas serta menilai apa saja yang telah didapatkan dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
83
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan
baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang
mencapai 4,5.
Pada akhir proses pembelajaran, guru memberikan pertanyaan
terkait materi yang telah dipelajari kemudian memberikan kesempatan
kepada peserta didik yang ingin bertanya. Setelah itu, guru
memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab soal
mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
C. Analisis Kompetensi Paedagogik Dalam Pelaksanaan Kegiatan
Eksplorasi, Elaborasi, Dan Konfirmasi
1. Kegiatan Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi pada kegiatan pembelajaran menekankan pada
bagaimana seorang guru melaksanakan sebuah kegiatan pembelajaran
yang dapat menggali pengetahuan maupun kemampuan dari peserta didik
secara mandiri. Guru tidak selalu menganggap peserta didik sebagai gelas
kosong yang selalu menunggu untuk diberikan materi-materi secara
kompleks, akan tetapi guru hanya memfasilitasi peserta didik untuk dapat
mengeksplorasi pengetahuan maupun kemampuan mereka masing-masing.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, kemampuan guru-
guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan
eksplorasi sudah cukup baik. Hal tersebut dapat diindikasikan melalui
hasil penskoran angket observasi pada kegiatan eksplorasi guru-guru PAI
di MTs Negeri 1 Semarang yang mencapai skor 4,2 (baik).
Beberapa aspek yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan
eksplorasi berdasarkan UU No 41 Tahun 2007, meliputi :
a. Peserta didik dilibatkan dalam mencari informasi yang luas dan dalam
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
84
menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari
aneka sumber.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan
guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, maka dapat
disimpulkan bahwa semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah
cukup mampu dalam melibatkan peserta didik mencari informasi yang
luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru serta belajar
dari berbagai sumber. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan
hasil penskoran angket yang mencapai 4,37 yang berarti baik. Untuk
guru akidah akhlak memperolah skor 5,0; untuk guru al-Qur’an hadist
memperoleh skor 3,5; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,5;
sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,5.
Menurut analisa penulis, pada dasarnya semua guru PAI di
MTs Negeri 1 Semarang memiliki cara yang sama untuk melibatkan
peserta didik dalam mencari pengetahuan terkait materi yang akan
dipelajari. Adapun seperti yang telah dibahas pada bab tiga, sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru Quran Hadis memberikan
tugas untuk mencari materi yang relevan dengan materi yang sedang
dipelajari di lingkungan tempat tinggal mereka. Tugas yang diberikan
oleh guru Quran Hadis tersebut merupakan salah satu bentuk stimulan
yang diberikan kepada peserta didik.
Seperti yang telah dibahas pada bab dua bahwa guru
diharapkan dapat selalu melibatkan peserta didik dalam mencari atau
mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki peserta didik sehingga
mereka tidak hanya mengetahui sebuah pengetahuan secara instan,
akan tetapi lebih pada proses bagaimana pengetahuan tersebut disusun
atau ditemukan. Penugasan yang diberikan oleh guru Quran Hadis
tersebut telah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
secara aktif mengkonstruksi pengetahuan yang ada di lingkungan
sekitar mereka.
85
Hal tersebut senada dengan pelaksanaan awal kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Akidah Akhlak. Pada awal
pelaksanaan pembelajaran kegiatan inti, guru Akidah Akhlak terlebih
dahulu memberikan beberapa soal terkait dengan materi yang akan
dipelajari kemudian membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil
untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan.
Setelah selesai berdiskusi, perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Adapun pada awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran SKI,
guru SKI tidak langsung menyampaikan materi, tetapi terlebih dahulu
membangkitkan semangat peserta didik, dengan menanyakan keadaan
mereka dan terlebih dahulu memberikan stimulan kepada peserta didik
mengenai materi yang akan disampaikan dengan cara memberikan
pertanyaan pengantar seputar materi yang akan dibicarakan. Guru tidak
serta merta menyampaikan secara menyeluruh materi yang dipelajari.
Guru SKI terlebih dahulu memberikan tugas kepada peserta didik
untuk membaca materi yang akan dipelajari di rumah, kemudian guru
hanya memberikan tambahan materi-materi yang tidak terdapat dalam
buku.
Beberapa bentuk pelaksanaan kegiatan tersebut senada dengan
konsep pendekatan inquiry. Menurut pendapat Nana Syaodih bahwa
proses pembelajaran merupakan sebuah stimulus yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru lebih
memiliki peran sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan
fasilitator belajar sehingga siswa lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri atau memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.27
Penugasan yang telah diberikan oleh guru Quran Hadis maupun
pembentukan kelompok oleh guru Akidah Akhlak untuk
mendiskusikan materi yang akan dipelajari merupakan sebuah stimulan
27 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), hlm. 154
86
yang dapat menantang peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar,
sehingga peserta didik tidak hanya menerima apa adanya serangkaian
materi yang diberikan oleh guru secara pasif. Jadi, dapat dikatakan
bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah mampu
melibatkan peserta didik dalam mencari informasi yang luas dan dalam
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari
aneka sumber.
b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru-guru PAI di
MTs Negeri 1 Semarang sudah menerapkan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran, maupun sumber belajar. Di
samping itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti
dengan guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, semua
guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang/potensi jadi guru serta belajar dari berbagai
sumber. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran
angket yang mencapai 4,25 yang berarti baik. Untuk guru akidah
akhlak memperolah skor 4,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh
skor 3,5, untuk guru fiqih memperoleh skor 5,0; sedangkan untuk guru
SKI memperoleh skor 4,0.
Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab tiga, guru-guru
PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup kreatif dalam
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
maupun sumber belajar. Dalam penggunaannya, tentunya harus
memenuhi beberapa prinsip-prinsip agar dapat digunakan secara
efektif.
87
Berdasarkan hasil observasi dengan guru Akidah Akhlak di
MTs Negeri 1 Semarang, beberapa pendekatan yang biasanya
digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran antaralain:
1) Pendekatan keteladanan
Pendekatan keteladanan diterapkan pada materi yang
berkaitan dengan akhlak. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara
guru memberikan contoh kepada peserta didik mengenai akhlak
yang baik, misalnya dengan cara guru tidak terlambat
(kedisiplinan), mengenakan pakaian yang rapi (kerapian dan
kebersihan). Jadi, guru tidak hanya mengajar secara teori, akan
tetapi juga dengan praktek secara langsung di lapangan.
2) Pendekatan keimanan
Pendekatan keimanan diterapkan pada materi yang
berkaitan dengan akidah. Materi yang dibahas dikaitkan dengan hal
yang ada di lapangan. Misalnya dalam membahas mengenai Iman
kepada Allah dapat dijelaskan dengan cara mengetahui penciptaan
Allah yang mana dapat dinalar secara akal maupun secara dalil.
Dalam menyampaikan materi, guru tidak jarang menggunakan
beragam media pembelajaran yang mana penggunaannya disesuaikan
dengan kebutuhan mengenai materi yang akan diajarkan. Dalam
penggunaan media pembelajaran yang baik, tentunya harus didasarkan
pada prinsip-prinsip pemilihan media yang mana prinsip-prinsip
tersebut meliputi tujuan pemilihan media, karakteristik media
pengajaran, dan alternatif pilihan.
Media yang dipilih oleh guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang
untuk menunjang kegiatan pembelajaran sudah didasari oleh prinsip-
prinsip tersebut. Hal tersebut dapat dilihat antaralain pada saat guru
fiqh mengajarkan materi tentang istinjak. Salah satu media yang
digunakan adalah boneka dan batuan. Penggunaan media ini cukup
efektif dan memenuhi prinsip-prinsip dalam pemilihan media. Di
samping itu, penggunaan media tersebut dilaksanakan dengan sistem
88
pengajaran individual sehingga masing-masing peserta didik benar-
benar mengetahui bagaimana cara beristinjak yang benar baik dengan
air maupun benda-benda lainnya melalui metode demonstrasi yang
dilakukan oleh guru dengan media boneka tersebut.
Menurut Syafrudin Nurdin, setiap media pengajaran
mempunyai karakteristik tertentu, baik dari segi keefektifannya, cara
pembuatannya, maupun cara penggunaannya.28 Menurut analisa
penulis, media boneka dan batuan yang dipilih guru fiqh untuk
menyampaikan materi istinjak cukup tepat karena boneka dan batuan
yang akan digunakan dapat diperoleh dengan mudah, cara
mendemonstrasikannya di hadapan peserta didik juga tidak terlalu
sulit, serta cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada
peserta didik.
Adapun mengenai penggunaan beragam sumber belajar, guru-
guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah mampu menggunakan
beragam sumber belajar dengan baik, penggunaan beragam sumber
belajar tersebut disesuaikan dengan tingkat kebutuhan serta
keefisienannya.
Menurut Hamid Darmadi, terdapat dua cara penggunaan
sumber belajar, diantaranya yaitu membawa sumber belajar ke dalam
kelas dan membawa kelas ke lapangan di mana sumber berada.29
Menurut analisa penulis dengan didasari oleh pembahasan pada bab
tiga, pada umumnya guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah
melaksanakan kedua cara tersebut dalam menggunakan sumber
belajar. Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan cara guru Fiqh
membawa video tentang perawatan jenazah ke dalam kelas.
Membawa video tentang perawatan jenazah ke dalam kelas
merupakan langkah yang cukup efektif karena peserta didik dapat
melihat secara langsung bagaimana cara merawat jenazah sehingga
28 Syafruddin Nurdin, op. cit, hlm. 97
29 Hamid Darmadi, op. cit, hlm. 75
89
tidak hanya membaca lewat tulisan saja maupun mendengarkan
ceramah dari guru. Hal ini membuat peserta didik lebih memahami
materi yang diajarkan daripada jika hanya dengan penyampaian secara
ceramah saja tanpa mendatangkan sumber belajar lain ke dalam kelas.
Menurut analisa penulis, hal tersebut senada dengan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru Quran Hadis. Guru Quran
Hadis di MTs Negeri 1 Semarang mencoba untuk membawa kelas ke
luar lapangan di mana sumber belajar berada. Hal tersebut dapat
dilihat pada saat guru Quran Hadis memberikan tugas kepada peserta
didik untuk mewawancarai tokoh agama di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
Guru SKI tidak serta merta menyampaikan secara menyeluruh
materi yang dipelajari. Guru SKI terlebih dahulu memberikan tugas
kepada peserta didik untuk membaca materi yang akan dipelajari di
rumah, kemudian guru hanya memberikan tambahan materi-materi
yang tidak terdapat dalam buku. Dalam pelaksanaan pembelajaran,
pada umumnya guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang menerapkan
metode ceramah, diskusi dan tanya jawab dalam pelaksanaan
pembelajaran. Guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang tidak jarang
menggunakan LCD pada saat menjelaskan, khususnya ketika
mengajar di kelas unggulan. Pada saat memberikan materi mengenai
Kesenian dan Adat Nusantara, guru SKI menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Guru terlebih dahulu
menjelaskan mengenai peranan Adat Sunda dalam pengembangan
dakwah di Jawa dengan diberikan selingan berupa tanya jawab kepada
peserta didik. Beberapa sumber belajar yang dipakai dalam kegiatan
pembelajaran SKI di MTs Negeri 1 Semarang antara lain Buku
Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam ( Tiga serangkai ) dan Buku
Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. Jail Mubaroq , M. Ag.
90
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri 1
Semarang sudah mampu menggunakan beragam pendekatan, media
serta sumber belajar dengan baik.
c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan
guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, semua guru PAI
di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam memfasilitasi
terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Hal tersebut
dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang
mencapai skor 3,6 yang berarti cukup baik. Untuk guru akidah akhlak
memperoleh skor 3,5; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor
4,0, untuk guru fiqih memperoleh skor 3,5; sedangkan untuk guru SKI
memperoleh skor 3,5.
Untuk dapat terjadi interaksi yang baik antara peserta didik
dengan peserta didik yang lain, guru, lingkungan, maupun sumber
belajar yang lain, seorang guru perlu mengetahui pengalaman yang
dimiliki peserta didik, memperhatikan perbedaan individu setiap
peserta didik, kesiapan peserta didik untuk menerima pelajaran, serta
psikologi pengajaran.30
Menurut analisa penulis, pada dasarnya cara guru-guru PAI
yang ada di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan
tersebut adalah sama. Seperti yang telah dibahas pada bab tiga bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran Quran Hadis, Akidah Akhlak, Fiqh,
maupun SKI, cara guru untuk memfasilitasi terjadinya interaksi antar
peserta didik adalah dengan mengadakan diskusi baik dengan teman
sebangku atau dengan membentuk kelompok kecil.
Guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mengamati
lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dengan cara guru
30 Hamzah B. Uno, op. cit, hlm. 7
91
memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan wawancara
dengan tokoh agama di tempat tinggal mereka terkait dengan materi
yang sedang dipelajari. Sedangkan interaksi secara aktif dengan
sumber belajar yang lain dilaksanakan dengan cara guru memberi
tugas kepada peserta didik untuk mencari buku di perpustakaan yang
relevan dengan materi yang sedang dipelajari ataupun memberi arahan
kepada peserta didik untuk ke perpustakaan secara mandiri melalui
pemberian tugas.
Sedangkan interaksi secara aktif antara guru dengan peserta
didik dapat dilihat pada saat guru melakukan tanya jawab dengan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan interaksi
secara aktif dengan lingkungan dapat dilihat pada saat guru memberi
tugas kepada peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar
tempat tinggal peserta didik, pelaksanaan kegiatan tersebut dapat
dilihat pada saat guru Fiqh menggunakan batu dan benda keras
sejenisnya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka yang
digunakan untuk melaksanakan istinjak.
Dalam memfasilitasi peserta didik agar dapat berinteraksi
secara aktif, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang terlebih
dahulu melihat kondisi peserta didik, seberapa besar antusias atau
semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal
tersebut dilakukan dengan melakukan tanya jawab dengan peserta
didik ataupun guru memberikan motivasi-motivasi kepada peserta
didik. Jadi, guru terlebih dahulu mengetahui kesiapan maupun bekal
pengalaman peserta didik sebelum menerima pelajaran sehingga
mereka nantinya dapat berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran.
Sedangkan bentuk interaksi secara aktif dengan lingkungan,
dapat dilihat pada saat guru memberikan tugas kepada masing-masing
peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal
peserta didik, bentuk tugas yang diberikan dapat berupa wawancara
dengan tokoh agama di tempat tinggal mereka terkait dengan materi
92
yang sedang dipelajari. Setelah itu, guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mempresentasikan hasil wawancara
mereka. Dalam melaksanakan kegiatan ini yang mana merupakan
tugas individu, tentunya guru perlu memperhatikan perbedaan pada
diri masing-masing peserta didik, baik perbedaan secara psikis
maupun perbedaan di lingkungan tempat tinggal mereka.
Interaksi secara aktif dengan sumber belajar yang lain
dilaksanakan dengan cara guru memberi tugas kepada peserta didik
untuk mencari buku di perpustakaan yang relevan dengan materi yang
sedang dipelajari ataupun memberi arahan kepada peserta didik untuk
ke perpustakaan secara mandiri melalui pemberian tugas.
d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Peran guru adalah sebagai fasilitator sedangkan keterlibatan
aktif siswa merupakan suatu keharusan. Siswa tidak secara pasif
menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab
soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat
dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman
siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah
investigasi.31 Salah satu bagian dari kompetensi paedagogik yang
dimiliki oleh guru adalah merancang manajemen pembelajaran dan
manajemen kelas serta melaksanakan pembelajaran yang pro-
perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif dan
menyenangkan). Hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk dapat
mengembangkan sistem pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan
guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, semua guru PAI
di MTs Negeri 1 Semarang cukup mampu melibatkan peserta didik
secara aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat disimpulkan
berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang mencapai skor 4,3
31 Refi Elfira Yuliani, http://www.Refi07'sWeblog.html
93
yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 4,0;
untuk guru al-Qur’an Hadis memperoleh skor 4,0; untuk guru fiqih
memperoleh skor 4,5; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor
4,5.
Pada umumnya, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang
belum menerapkan hal ini, peserta didik lebih sering diberikan tugas
secara terpimpin dari guru dengan mengerjakan LKS maupun
menuliskan kembali ayat-ayat alquran mengenai materi yang terkait.
Perumusan mengenai sebuah konsep dapat dilihat pada saat guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang akan
dipelajari, yang kemudian setelah itu guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menyimpulkan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut setelah didiskusikan dengan teman kelompoknya.
Partisipasi aktif dari peserta didik juga dapat dilihat pada saat
guru SKI memberikan penjelasan mengenai peta penyebaran Islam di
Indonesia. Pada kegiatan tersebut, indera penglihatan peserta didik
diajak untuk aktif melihat penyebaran Islam di Indonesia yang
terdapat pada peta yang terpampang di layar LCD, kemudian guru
memberi kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kembali yang
telah disampaikan oleh guru SKI.
e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
Percobaan di laboratorium tidak pernah dilakukan oleh guru-
guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang. Hanya saja, pada saat
membahas materi tentang haji pada kelas VIII, guru Fiqh membawa
peserta didik ke luar lapangan untuk dapat mendemonstrasikan
bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah haji.32 Hal tersebut cukup
efektif untuk memahamkan peserta didik karena mereka dapat
mempraktekan secara langsung, tidak hanya sebatas membaca dan
menghafal teori saja.
32 Wawancara dengan Guru Fiqh
94
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan
guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, semua guru PAI
di MTs Negeri 1 Semarang belum cukup mampu dalam memfasilitasi
terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Hal tersebut
dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang
mencapai skor 1,5 yang berarti sangat tidak baik. Untuk guru akidah
akhlak memperoleh skor 1,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh
skor 2,0, untuk guru fiqih memperoleh skor 2,0; sedangkan untuk guru
SKI memperoleh skor 1,0.
2. Kegiatan Elaborasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, kemampuan guru-
guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan
elaborasi sudah cukup baik. Hal tersebut dapat diindikasikan melalui hasil
penskoran angket observasi pada kegiatan elaborasi guru-guru PAI di MTs
Negeri 1 Semarang yang mencapai skor 4,8 (baik).
Adapun kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi:
a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
Berdasarkan observasi peneliti yang didukung dengan hasil
penskoran dari angket observasi pada guru-guru PAI di MTs Negeri 1
Semarang, maka dapat dikatakan bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri
1 Semarang mampu membiasakan peserta didik untuk membaca dan
menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
Rata-rata hasil penskoran seluruh guru-guru PAI di MTs Negeri 1
Semarang pada item kegiatan elaborasi poin pembiasaan peserta didik
untuk membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna, rata-rata skor dari seluruh guru-guru PAI di
MTs Negeri 1 Semarang mencapai skor 4,5 yang berarti baik. Untuk
guru akidah akhlak memperoleh skor 4,0; untuk guru al-Qur’an Hadis
95
memperoleh skor 5,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,5;
sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,5.
Adapun menurut analisa penulis, cara masing-masing guru PAI
di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan tersebut
adalah beragam. Secara garis besar, terdapat dua teknik dalam
elaborasi, yaitu verbal rehearsal dan mnemonic. Teknik verbal
rehearsal dilakukan dengan membaca kembali informasi yang baru
diterima dengan keras dan berulang-ulang. Pada dasarnya, kedua
teknik ini diterapkan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang
kepada peserta didik. Hal tersebut dapat terlihat ketika guru Quran
Hadis memberi kesempatan peserta didik untuk membaca ayat alquran
secara bersama-sama sampai 3 kali kemudian mempersilahkan mereka
untuk menghafalkan ayat tersebut. Hal tersebut juga dapat dilihat pada
saat guru Fiqh memberikan tugas kepada peserta didik untuk
menuliskan ayat mengenai materi “Makanan dan Minuman Halal”
sebanyak tiga kali kemudian guru memberi kesempatan kepada
masing-masing peserta didik untuk menghafalkan bacaan dan
tulisannya, kemudian mempersilahkan mereka untuk satu persatu
menuliskan ayat tersebut di depan kelas.
Pembiasaan membaca dan menulis juga dapat dilihat pada saat
guru SKI memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari
informasi mengenai materi yang sedang dipelajari, baik melalui buku-
buku yang ada di perpustakaan maupun melalui internet. Hal serupa
juga dilaksanakan oleh guru Akidah Akhlak, seperti yang telah
dijelaskan pada bab tiga bahwa penugasan yang diberikan kepada
peserta didik untuk membuat makalah juga membiasakan peserta didik
untuk membaca beragam informasi baik dari internet maupun buku-
buku lain yang relevan.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua bahwa semakin
sering informasi baru diulang, maka semakin kuat tersimpan di dalam
memori, sedangkan semakin pendek suatu kata atau kalimat yang
96
dipelajari atau diterima, maka akan semakin mudah diingat. Semakin
kompleks suatu kata atau kalimat yang dipelajari atau diterima, maka
akan semakin sulit untuk diingat. Jika dicermati, cara guru-guru PAI di
MTs Negeri 1 Semarang untuk membuat peserta didik menghafalkan
sebuah ayat maupun membenarkan cara peserta didik dalam membaca
alquran serta melatih untuk membaca beragam sumber informasi
adalah cukup efektif, dengan menulis dan membacanya secara
berulang-ulang, tentunya akan membuat peserta didik lebih mudah
untuk menghafalkannya dan memahaminya karena semakin sering
suatu informasi diulang maka akan semakin kuat tersimpan di dalam
memori.
b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis.
Berdasarkan observasi peneliti yang didukung dengan hasil
penskoran dari angket observasi pada guru-guru PAI di MTs Negeri 1
Semarang, maka dapat dikatakan bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri
1 Semarang mampu memfasilitasi peserta didik melalui pemberian
tugas, diskusi, dan lain- lain untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis. Rata-rata hasil penskoran seluruh guru-
guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang pada item kegiatan elaborasi poin
pemfasilitasan peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis, mencapai skor 3,1 yang berarti baik. Hal tersebut dapat
disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang
mencapai skor 4,0 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak
memperoleh skor 4,5; untuk guru al-Qur’an Hadis memperoleh skor
2,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 3,0; sedangkan untuk guru SKI
memperoleh skor 3,0.
Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang selalu
memberikan tugas baik melalui Lembar Kerja Siswa maupun tugas
97
presentasi atau diskusi. Akan tetapi, diskusi yang dilaksanakan serta
tugas yang diberikan kepada peserta didik tidak hanya sekedar
bertujuan untuk menjawab teori yang sudah ada, lebih dari itu adalah
untuk membuat peserta didik memiliki pendapat atau gagasan baru
mengenai materi yang dipelajari.
Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan
tugas maupun diskusi baik di akhir proses pembelajaran maupun di
akhir penutupan suatu materi pembelajaran. Hanya saja tidak semua
tugas maupun diskusi yang dilaksanakan selalu memunculkan gagasan
yang baru.
Misalnya, pada saat guru Quran Hadis memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang mana jawabannya dapat dicari di luar kelas baik di
perpustakaan maupun di luar lingkungan sekolah. Setelah itu guru
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyimpulkan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dan
mempresentasikannya di depan kelas.
Dari jawaban tersebut, peserta didik sudah terlihat dapat
memunculkan gagasan baru baik gagasan tersebut diperoleh
berdasarkan gagasan-gagasan orang lain maupun berdasarkan
pemikirannya sendiri.
c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang sudah
cukup mampu dalam memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket
observasi yang mencapai skor 4,4 yang berarti baik. Untuk guru akidah
akhlak memperoleh skor 4,5; untuk guru al-Qur’an Hadis memperoleh
skor 5,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,5; sedangkan untuk guru
SKI memperoleh skor 3,5.
98
Dalam kegiatan elaborasi, guru diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik tidak hanya untuk berpikir, akan tetapi
juga menjabarkan atau merinci sesuatu pengetahuan, yang kemudian
dia dapat menyelesaikan permasalahan yang sejalan dengan materi yang
telah dipelajari kemudian dapat bertindak secara nyata.
d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif
Semua guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang sudah
cukup mampu dalam memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan
hasil penskoran angket observasi yang mencapai skor 3,75 yang berarti
cukup baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 3,5; untuk
guru al-Qur’an Hadis memperoleh skor 3,5; untuk guru fiqih
memperoleh skor 4,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,0.
Belajar kooperatif merupakan bentuk pembelajaran di mana
peserta didik bekerja sama untuk belajar dan bertanggungjawab pada
kemajuan belajar temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.33
Gagasan utama dari belajar kooperatif adalah peserta didik
bekerja sama untuk belajar dan bertanggungjawab pada kemajuan
belajar temannya. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa peserta
didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit
jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara
rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks.34
Berdasarkan observasi penulis, guru-guru PAI di MTs Negeri 1
Semarang sudah mampu memfasilitasi peserta didik dalam
33 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2010), Cet.2, hlm. 56 34 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2010), Cet.2, hlm. 56
99
Guru-guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang, terkadang
mempergunakan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif berupa
pembentukan kelompok-kelompok belajar maupun kelompok-
kelompok diskusi. Misalnya pada saat membahas materi mengenai
kebudayaan Islam, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok
kemudian memberikan mereka tugas untuk mendiskusikan bentuk-
bentuk kebudayaan Islam.35
Guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang sering
menerapkan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam bentuk
diskusi, misalnya pada saat mempelajari materi dalam Surat Al-
Mujadalah ayat 11. Pembelajaran kolaboratif juga diaplikasikan pada
saat peserta didik melakukan diskusi, baik penyaji maupun peserta
diskusi saling memberikan respon dalam bentuk masukan pendapat
maupun pertentangan pendapat.
Konsep penggunaan pembelajaran ini didasari persepsi bahwa
peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.
e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
Dalam proses pembelajaran, rasa semangat diperlukan oleh
setiap diri peserta didik, salah satu cara agar mereka dapat semangat
dalam mengikuti proses pembelajaran adalah dengan adanya persaingan
atau kompetisi. Bentuk kompetisi yang dapat dilihat oleh peneliti,
antara lain kompetisi peserta didik dalam memperoleh nilai. Dalam
proses pembelajaran, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sering
menjelaskan bagaimana peran setiap kegiatan pembelajaran (tugas,
ulangan harian, dan sebagainya) dalam akhir sebuah penilaian, sehingga
peserta didik akan semakin tertantang untuk meningkatkan prestasi
belajar mereka untuk bersaing dengan peserta didik yang lain.
35 Dokumentasi RPP Guru SKI
100
Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu
melakukan kegian ini, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
rata-rata pada angket yang mencapai 4,2 yang berarti baik. Untuk guru
akidah akhlak memperolah skor 4,5, untuk guru al-Qur’an hadist
memperoleh skor 4,0, untuk guru fiqih memperoleh skor 4,0, sedangkan
untuk guru SKI memperoleh skor 4,0. Jadi, menurut analisis meneliti
semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok
Perolehan skor rata-rata pada kegiatan ini mencapai 4,4 yang
berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 4,0; untuk
guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 3,5; untuk guru fiqih
memperoleh skor 5,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 5,0.
Pembuatan laporan eksplorasi secara tertulis salah satunya
dilaksanakan oleh guru fiqh pada saat mengadakan praktek beristinjak.
Masing-masing kelompok diskusi bersama guru melakukan
pengamatan dan memberikan penilaian pada lembar penilaian terhadap
kelompok lain yang sedang maju mempraktekkan istinjak dengan
menggunakan media yang telah disediakan. Pembuatan laporan
eksplorasi oleh peserta didik dapat dilihat pada saat guru SKI di MTs
Negeri 1 Semarang mengharuskan peserta didik untuk mengumpulkan
PR yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya berkaitan dengan
materi yang akan dibahas. Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru SKI
juga dilaksanakan oleh guru PAI yang lainnya. Kegiatan ini dapat
melatih peserta didik untuk membuat sebuah laporan terkait dengan
pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan
101
Perolehan skor rata-rata pada kegiatan ini mencapai 1,0 yang
berarti sangat tidak baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor
1,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 1,0; untuk guru fiqih
memperoleh skor 1,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 1,0.
Pameran, turnamen, maupun festival yang diselenggarakan
adalah untuk meningkatkan kretivitas peserta didik serta untuk
memotivasi semangat peserta didik dalam belajar. Guru-guru PAI di
MTs Negeri 1 Semarang belum ada yang membuat ketiga kegiatan
tersebut dalam rangkaian proses pembelajaran.
h. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
Untuk menumbuhkan kebanggaan peserta didik, guru-guru PAI
yang ada di MTs Negeri 1 Semarang biasanya memberikan hadiah
berupa tepuk tangan, pujian, dan nilai tambahan bagi peserta didik yang
aktif di kelas maupun yang memiliki prestasi bagus. Sedangkan untuk
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, guru selalu memberikan
motivasi-motivasi untuk selalu dapat menjadi lebih baik dan terus rajin
belajar, karena pada dasarnya semua peserta didik memiliki potensi
yang sama jika ingin berusaha lebih keras lagi.
Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu
Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik, hal tersebut
diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang
mencapai 4,0 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah
skor 4,5, untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 4,5, untuk guru
fiqih memperoleh skor 3,5, sedangkan untuk guru SKI memperoleh
skor 3,5.
3. Kegiatan Konfirmasi
Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :36
36 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
102
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran terdiri
dari penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal
merupakan pemberian penguatan berupa pujian yang dinyatakan dengan
ucapan kata atau kalimat, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan
dengan bahasa tubuh (body language). Penggunaan penguatan dilakukan
dalam proses belajar mengajar untuk mendorong siswa agar mau belajar
lebih giat lagi dan lebih bermakna. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI
di MTs Negeri 1 Semarang, sebagian besar guru-guru PAI sudah mampu
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
Hal tersebut di atas, diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata
pada angket yang mencapai 4,0 yang berarti baik. Untuk guru akidah
akhlak memperolah skor 4,0, untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh
skor 4,0, untuk guru fiqih memperoleh skor 4,0, sedangkan untuk guru
SKI memperoleh skor 4,0.
Guru melakukan penguatan berupa pujian serta motivasi terhadap
peserta didik meskipun hal tersebut hanya dilakukan secara lisan saja.
Pada umumnya, guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang selalu
melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik. Hal itu dapat dilihat pada saat guru memberikan
apresiasi berupa tepuk tangan dan pujian terhadap peserta didik yang dapat
menjawab pertanyaan dengan baik, mendapatkan nilai terbaik di kelas, dan
sebagainya. Salah satu hal yang bisa dilihat dalam pelaksanaanya adalah
ketika guru mengukuhkan kelompok yang terbaik pada akhir pelaksanaan
pembelajaran.
b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber
Semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu
melaksanakan Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
103
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. Hal tersebut
diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai
3,5 yang berarti cukup baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor
3,5, untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 3,5, untuk guru fiqih
memperoleh skor 3,5, sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 3,5.
Konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi yang telah
dilaksanakan dilakukan oleh guru dengan cara guru memberikan
pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari sehingga guru mengetahui
sejauh mana keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Pada dasarnya, cara guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang
dalam memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
adalah sama. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan melakukan
ulasan mengenai hasil dari tugas-tugas yang telah diberikan maupun
ulasan singkat mengenai serangkaian materi yang dipelajari yang
dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran berakhir.
c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan
Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan. Hal tersebut diindikasikan
dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai 4,5 yang
berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 5,0; untuk guru
al-Qur’an hadist memperoleh skor 5,0; untuk guru fiqih memperoleh skor
4,0, sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,0.
Refleksi merupakan sebuah penyegaran yang dilaksanakan untuk
mengulas serta menilai apa saja yang telah didapatkan dari pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Hal ini dilaksanakan agar peserta didik
mengetahui pengalaman apa saja yang telah mereka dapatkan dalam
proses pembelajaran. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh guru-guru PAI
di MTs Negeri 1 Semarang pada akhir proses pembelajaran, dengan cara
104
melakukan tanya jawab dengan peserta didik mengenai materi yang telah
dipelajari bersama. Apabila ada permasalahan mengenai materi-materi
yang telah dipelajari, maka guru berusaha membantu peserta didik untuk
menyelesaikannya.
d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu
dalam memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Hal tersebut diindikasikan
dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai 4,4 yang
berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 4,5; untuk guru
al-Qur’an hadis memperoleh skor 4,0; untuk guru fiqih memperoleh skor
4,5; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,5.
Kegiatan ini mencakup lima kegiatan, diantaranya menjadi
narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah peserta didik; memberi acuan agar
peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi
informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada
peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang mampu
membantu menyelesaikan masalah yang dialami peserta didik dengan baik
dengan cara menjawab pertanyaan peserta didik menggunakan bahasa
yang jelas sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik.
Sedangkan guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang merupakan sosok
guru yang cukup komunikatif sehingga pada akhir pembelajaran, guru fiqh
mampu memberikan motivasi dengan baik kepada peserta didik untuk
bereksplorasi lebih jauh.
Pada akhir pembelajaran, semua guru PAI di MTs Negeri 1
Semarang tidak jarang memberikan motivasi kepada peserta didik yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif dengan baik.
105
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pada bab-bab sebelumnya dari
hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang memiliki sudah memiliki
kompetensi paedagogik yang cukup baik dalam pelaksanaan kegiatan eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata skor penilaian
kompetensi paedagogik guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai 4,0
yang berarti baik.
Penskoran kompetensi paedagogik pada kegiatan eksplorasi yang
dilakukan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai 4,4 yang
berarti baik. Guru Akidah Akhlak memperoleh skor 4,3; guru Quran Hadis
memperoleh skor 4,3; guru SKI memperoleh skor 4,3; dan guru Fiqh memperoleh
skor 4,6. Kompetensi paedagogik guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam
melaksanakan kegiatan eksplorasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas sehingga mampu menggali kemampuan peserta didik.
Penskoran kompetensi paedagogik pada kegiatan elaborasi yang dilakukan
oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai 3,5 yang berarti cukup
baik. Guru Akidah Akhlak memperoleh skor 3,6; guru Quran Hadis memperoleh
skor 3,8; guru SKI memperoleh skor 3,6; dan guru Fiqh memperoleh skor 3,6.
Kompetensi paedagogik guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam
melaksanakan kegiatan elaborasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas sehingga mampu memunculkan gagasan baru serta menambah
motivasi belajar untuk peserta didik.
Penskoran kompetensi paedagogik pada kegiatan konfirmasi yang
dilakukan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai 4,1 yang
berarti cukup baik. Guru Akidah Akhlak memperoleh skor 4,3; guru Quran Hadis
memperoleh skor 4,3; guru SKI memperoleh skor 4,0; dan guru Fiqh memperoleh
100
skor 4,0. Kompetensi paedagogik pada kegiatan konfirmasi dapat terlihat pada
kemampuan guru dalam melaksanakan penguatan, refleksi, maupun review.
B. Saran-Saran
Setelah sedikit banyak mengetahui kondisi MTs Negeri 1 Semarang, maka
perkenankanlah penulis menyampaikan saran demi kebaikan bersama, antara lain:
1. Kepada guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang agar terus mengembangkan
kemampuan dalam mengajar khususnya dalam membangkitkan semangat
peserta didik agar tidak bosan di dalam kelas. Khususnya dalam mata pelajaran
SKI dan Quran Hadis yang membutuhkan keterampilan lebih dalam mengelola
pelaksanaan pembelajaran.
2. Hendaklah guru selalu memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya belajar
ilmu-ilmu agama serta terus memberikan motivasi dan perhatian lebih kepada
peserta didik yang kurang dapat mengikuti pelaksanaan pembelajaran agar
tidak tertinggal dengan teman-temannya.
3. Kepada guru diharapkan agar memilih atau menggunakan metode yang tepat
dan sesuai dengan materi yang diberikan, disamping itu hendaknya tidak
menggunakan metode yang monoton melainkan metode yang bervariasi,
sehingga tidak membosankan baik terhadap guru maupun terhadap peserta
didik itu sendiri.
4. Kepada siswa hendaknya selalu memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh
guru, juga mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta mempraktekan
dan mengamalkan materi yang telah diterima di sekolah.
C. Penutup
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam penulisan
skripsi ini.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan meskipun
penulis sudah berusaha semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan keterbatasan
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati
101
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya sebagai penutup penulis mohon maaf, atas segala kekurangan
dan kesalahan serta penulis berdo’a semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi diri penulis dan umumnya pagi para pembaca.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2004
Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: CV Rajawali, 1992,
Cet.3
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2005, cet.3
___________________, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. 3
Darmadi, Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: Penerbit Alfabeta,
2009
Depdikbud., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Edisi Kedua, cetakan
ketiga, 1994
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2005,
Cet.2
Fakhruddin, Asef Umar, Menjadi Guru Favorit, Jakarta: Diva Press, 2010, Cet.3
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2009), Cet.13
Idris, M., dan Marno, Strategi dan Metode Pengajaran, Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2009, Cet.4
j. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Kementrian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
41 Tahun 2007
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran “Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru”, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
Muchith, M. Saekhan, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail Media
Group, 2008, cet.1
Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007
_______, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008,
cet.7
Nasution, S. , Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bumi Aksara: 2000
Nurdin, Syafruddin, Kinerja Guru dalam Mendisain PBM, Jakarta: Ciputat Press,
2003
___________, dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004
Pendidikan Nasional, Menteri, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor
41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah”
Ramayulis, Metodologi PAI, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Prenata Media, 2010,
Cet. 2
Rohani, Ahamad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004,
Cet.2
Rooijakers, Ad., Mengajar dengan Sukses, Jakarta: PT Grafindo, 1993
Sadulloh, Uyoh, et. al., Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung: Penerbit Alfabeta,
2010
Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1989, Cet. I
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 1997
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit Sinar
Baru Algensindo, 2005
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008
Suryobroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1997
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali, t.th
Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Thoha, Chabib, dan Abdul Mu’ti (eds.), PBM PAI di Sekolah, Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar, 1998
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada
Media Group, 2010, Cet.2
DPR RI, Undang-Undang Guru dan Dosen, Bandung: Fokus Media, 2009
Uno, Hamzah B., Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet.3
Uzer Usman, Moh., Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), Cet. ke-13
Yusuf L.N., Syamsu, Buku Materi Pokok Pedagogik Pendidikan Dasar, Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2007
Columbo, Rebecca, “Elaborasi, Eksplorasi, dan Konfirmasi”, dalam
http://gurupembaharu.com/home/?p=187, diakses 3 Februari 2011
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005UU.htm,
Presiden RI, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan”,
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/2005/019-05.pdf, hlm.33
Pengembangan Kurikulum Siklus Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfimasi _ Guru
Pembaharu.html
INSTRUMEN PENELITIAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK
1. Nama Guru :
2. Kelas :
3. Mata Pelajaran :
4. Materi Pokok :
5. Jumlah peserta didik :
6. Tanggal :
7. Waktu :
A. Eksplorasi
No
Aspek Yang Dinilai Skor
1 Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi
guru dan belajar dari aneka sumber.
1 2 3 4 5
2 Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
1 2 3 4 5
3 Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya.
1 2 3 4 5
4 Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
1 2 3 4 5
5 Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan
1 2 3 4 5
B. Elaborasi
No Aspek Yang Dinilai Skor
1 Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
1 2 3 4 5
2 Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,
dan lain- lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis.
1 2 3 4 5
3 Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
1 2 3 4 5
4 Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif
1 2 3 4 5
5 Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
1 2 3 4 5
6 Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok
1 2 3 4 5
7 Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan
1 2 3 4 5
8 Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik
1 2 3 4 5
C. Konfirmasi
No
Aspek Yang Dinilai Skor
1 Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik
1 2 3 4 5
2 Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
1 2 3 4 5
3 Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk 1 2 3 4 5
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
4 Menjadi narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar
1 2 3 4 5
5 Membantu menyelesaikan masalah peserta didik 1 2 3 4 5
6 Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi
1 2 3 4 5
7 Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh 1 2 3 4 5
8 Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif
1 2 3 4 5
Kriteria Skor Penilaian:
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = cukup baik
4 = baik
5 = baik sekali
Rekapitulasi Penilaian
Nilai = Skor yang diperoleh pada tiap item
Jumlah item
No KOMPONEN YANG DINILAI NILAI
1. Eksplorasi
2. Elaborasi
3. Konfirmasi
Jumlah Total
Nilai Rata-rata /
Nilai Akhir
PEDOMAN WAWANCARA II
( Untuk Guru PAI MTs N 1 Semarang)
1. Latar belakang subjek penelitian
a. Nama Lengkap
b. Latar belakang pendidikan
c. Pengalaman mengajar
2. Pemahaman terhadap konsep eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
a. Menurut Bapak/Ibu, apakah karakteristik utama yang terdapat pada kegiatan
eksplorasi?
b. Menurut Bapak/Ibu, apakah karakteristik utama yang terdapat pada kegiatan
elaborasi?
c. Menurut Bapak/Ibu, apakah karakteristik utama yang terdapat pada kegiatan
konfirmasi?
d. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan konsep eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi dalam pelaksanaan pembelajaran? Solusi apa yang Anda tempuh
untuk mengatasi kendala tersebut?
3. Kompetensi paedagogik dalam pelaksanaan eksplorasi
a. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk dapat mengeksplorasi pengetahuan peserta didik?
b. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan berbagai pendekatan, media serta sumber
belajar dalam mengelola proses pembelajaran? Pendekatan, media serta sumber
belajar apa saja yang biasanya digunakan dalam mengelola proses pembelajaran?
c. Bagaimana cara Bapak/Ibu agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya?
4. Kompetensi paedagogik dalam pelaksanaan elaborasi
a. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan tugas kepada peserta didik berkaitan dengan
materi yang diajarkan? Dalam bentuk apa saja Anda memberikan tugas tersebut?
b. Apakah Bapak/Ibu sering menerapkan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dalam
mengajar? Bagaimana cara Anda menerapkannya?
c. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya
diri peserta didik?
5. Kompetensi paedagogik dalam pelaksanaan konfirmasi
a. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan umpan balik dan penguatan dalam proses
pembelajaran? Dalam bentuk apa hal tersebut diberikan?
PEDOMAN WAWANCARA I
( Untuk Kepala Sekolah MTs N 1 Semarang)
1. Pemahaman terhadap Elaborasi, Konfirmasi, dan Eksplorasi
a. Menurut Bapak, apakah guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang memahami secara utuh
penerapan konsep elaborasi, konfirmasi, dan eksplorasi?
b. Apakah guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sering mengikuti pelatihan tentang
pengelolaan kegiatan belajar mengajar?
c. Sebagai kepala sekolah, upaya apa saja yang telah Bapak tempuh agar tenaga
pengajar di MTs Negeri 1 Semarang mempunyai pemahaman yang mendalam
tentang konsep elaborasi, konfirmasi, dan eksplorasi?
2. Kompetensi Paedagogik Guru PAI pada kegiatan Elaborasi, Konfirmasi, dan Eksplorasi
a. Apakah guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah menerapkan konsep elaborasi,
konfirmasi, dan eksplorasi dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)?
b. Bagaimana kompetensi paedagogik guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang? Apakah
sesuai dengan rencana yang telah disusun dan berlangsung secara efektif?
c. Apakah fasilitas yang disediakan sekolah sudah cukup menunjang proses
pembelajaran yang menerapkan konsep elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi?