implementasi nilai-nilai pendidikan karakter...

113
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Jurusan/Prodi: Pendidikan Agama Islam (PAI) Oleh: Roh Agung Dwi Wicaksono NIM: 063111015 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: ngohanh

Post on 17-Feb-2018

269 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Jurusan/Prodi: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh:

Roh Agung Dwi Wicaksono

NIM: 063111015

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

ii

MOTTO

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(QS. An-Nahl: 125)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

dia banyak menyebut Allah.”

(QS. Al-Ahzab: 21)

vii

ABSTRAK

Judul : Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1

Semarang

Penulis : Roh Agung Dwi Wicaksono

NIM : 06311105

Skripsi ini membahas tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter

yang terdapat dalam pembelajaran materi akidah akhlak di sebuah lembaga

pendidikan. Kajiannya dilatar belakangi oleh konsep utama dari pendidikan karakter

pada dasarnya merupakan pembentukkan akhlak peserta didik. Penelitian ini

dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimana pendidikan karakter

dalam pembelajaran Akidah Akhlak? (2) Bagaimana implementasi pendidikan

karakter yang terwujud dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) 1 Semarang? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan

yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang. Madrasah tersebut

dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan potret implementasi nilai-nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak. Datanya diperoleh dengan

cara wawancara, observasi lokasi, dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis

dengan pendekatan fenomenologi dan analisis deskriptif menggunakan logika

induksi, deduksi, dan refleksi.

Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Pendidikan karakter dalam pembelajaran

akidah akhlak merupakan pendidikan dalam membentuk akhlak peserta didik yang

didasarkan pada beberapa nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu: nilai ketuhanan

(religiusitas), nilai adab, nilai persaudaraan. Pendidikan ini menekankan pada potensi

peserta didik untuk mengenal dan mencintai Allah lebih dari apapun. Hal tersebut

diwujudkan dalam beberapa pembiasaan dan etika keseharian peserta didik. (2)

pelaksanaan pendidikan karakter yang terdapat dalam pembelajaran akidah akhlak

lebih ditekankan pada nilai ketuhanan (religiusitas). Pada dasarnya kunci utama

membentuk karakter peserta didik menuju akhlakul karimah adalah membentuk

karakter untuk mengenal dan mencintai Allah lebih dari apapun. Kemudian nilai adab

dan persaudaraan berupa penekanan pada etika seorang muslim dalam keseharian.

Peserta didik diajarkan untuk terus melakukan kebaikan. Sekalipun kebaikan itu

kecil, akan tetapi akan menampakkan efek yang cukup signifikan jika dilakukan terus

menerus. Temuan tersebut memberikan contoh konkret untuk pelaksanaan pendidikan

karakter peserta didik menuju akhlakul karimah.

viii

TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada

SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158/1987

dan Nomor: 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang [al-] disengaja

secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.

ṭ ط a ا

ẓ ظ b ب

„ ع t ت

g غ ṡ ث

f ف j ج

q ق ḥ ح

k ك kh خ

l ل d د

m م ż ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

‟ ء sy ش

y ي ṣ ص

ḍ ض

Bacaan Madd: Bacaan Diftong:

ā = a panjang ا و = au

ī = i panjang ا و = ai

ū = u panjang

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada

peneliti sehingga bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam

semoga senantiasa tercurahkan kehadirat beliau Nabi Muhammad saw, keluarga, para

sahabat, dan para pengikutnya.

Skripsi yang berjudul "Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang", ditulis untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini peneliti sampaikan banyak terima

kasih kepada:

1. Dr. Suja‟i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Daviq Rizal, M.Pd, selaku dosen wali studi yang banyak memberikan

masukan dan motivasi secara langsung maupun tak langsung pada peneliti

dalam studinya di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

3. Ahmad Muthohar, M.Ag dan Drs. Sajid Iskandar selaku pembimbing skripsi

peneliti yang telah bersedia meluangkan waktu dan mengoreksi naskah skripsi

peneliti ditengah kesibukannya.

4. Dra. Noor Hidayah Budhi, guru mapel Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

Negeri 1 Semarang yang berkenan membantu peneliti sebagai narasumber

terkait penelitian yang dilakukan.

5. Segenap guru dan karyawan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang yang

telah membantu untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

x

6. Rohadi dan RochPujiati, Ayah dan Ibunda tercinta, yang telah memberikan

curahan perhatian, kasih sayang dan biaya kepada peneliti dalam

menyelesaikan studinya.

7. Roh Bagus Eko Sugiarto, S.Pd dan Roh Ayu Tri Lestari, Kakak dan adikku

tercinta, yang selalu menjadi inspirasi dan semangat kepada peneliti dalam

menempuh studinya.

8. Ust. Harsono, selaku murobbi dan motivator peneliti di tengah keputus asaan

yang terkadang mendera.

9. Akhi Ismaturrohman (Ais), Pamuji (Pam-Pam), Lukman, Nabawi, Jazuli

(Jay), Bondan, Taufiq, Agus Qorib, teman-teman satu halaqoh yang selalu

menyemangati peneliti untuk segera menyelesaikan studinya.

10. Saifulhaq (mr. Elf), Nasirudin, Fahmi, Slamet, Juli, Mukhlisin, Habib (Abi‟)

adik-adik satu asrama di Ar-Raihan Pesma Qolbun Salim Walisongo dan

semua santri Pesma Qolbun Salim yang tak akan pernah terlupakan inspirasi

yang telah kalian hadirkan.

11. Semua saudaraku seaqidah yang telah berjuang bersama dalam wajihah

dakwah KAMMI komisariat IAIN Walisongo Semarang peneliti sampaikan

jazakumullah khoiron katsiron.

12. Segenap teman-teman penulis muda di Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting

Ngaliyan yang telah bersama belajar untuk semakin memahami hakikat dari

menulis.

13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

yang belum atau tak dapat disebutkan oleh peneliti dalam lembar yang

terbatas ini.

xi

Kepada mereka peneliti tidak dapat memberikan apa-apa selain ungkapan

terimakasih dan iringan doa semoga Allah swt membalas semua amal kebaikan kalian

semua dengan sebaik-baik balasan.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai

kesempurnaan. Namun demikian peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 8 Juni 2011

Peneliti,

Roh Agung Dwi Wicaksono

NIM: 063111015

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

MOTTO ................................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iii

PENGESAHAN ..................................................................................... iv

NOTA PEMBIMBING .......................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................ vii

TRANSLITERASI ................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ........................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1

B. Penegasan Istilah ......................................................... 6

C. Rumusan Masalah ....................................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 7

E. Kajian Pustaka ............................................................. 8

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN

AKIDAH AKHLAK

A. Konsep Pendidikan Karakter ........................................ 9

B. Hakikat Pembelajaran Akidah Akhlak ........................ 18

C. Urgensi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Akidah Akhlak ........................................................... 23

xiii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................ 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................... 39

C. Pendekatan Penelitian .................................................. 39

D. Fokus Penelitian .......................................................... 39

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 40

F. Teknik Analisis Data ................................................... 41

BAB IV IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN

KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH

AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1

SEMARANG

A. Sekilas Profil Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang.. 43

B. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

Negeri 1 Semarang ...................................................... 52

C. Analisis Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Semarang .......................................... 60

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................... 65

B. Saran ............................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun

kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di

sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-

komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan

penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler,

pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan

lingkungan sekolah.1

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,

apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan

kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan

pendidikan di sekolah sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter

juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan

oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan

karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma

atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

Melihat dari uraian tersebut, maka karakter adalah cara berpikir dan

berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik

dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter

baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.2

1 Akhmad Sudrajat, “Tentang Pendidikan Karakter”, dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

diakses 21 Desember 2010 2 Suyanto, ”Pendidikan Karakter”, dalam http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/ diakses 17

Desember 2010

2

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.

Pasal I UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan

pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki

kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal,

yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian

dan bertanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan

santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;

keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan;

kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian,

dan kesatuan.3

Sebagai contoh, seorang siswa terkadang cenderung hanya menghormati

atau mengenal para guru yang mengajar di kelasnya saja sedangkan selain itu

kurang tahu bahkan tidak mengenal. Pak Khoiri mengajar kelas X.3 sedangkan pak

Zaenuri mengajar kelas X.6; mereka berdua merupakan guru bahasa Arab. Suatu

hari pak Khoiri tidak masuk kelas, kemudian digantikan oleh pak Zaenuri

sementara. Saat KBM berlangsung ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan

atau bahkan kurang begitu menghargai keberadaan guru yang mengajar di kelasnya.

Kemudian mereka diminta untuk menghadap ke ruang BK. Saat ditanya mengapa

melakukan hal tersebut dengan lugu mereka menjawab, “Beliau kan sebenarnya

tidak mengajar kelas saya”. Inilah kelemahan kepribadian atau akhlak siswa saat ini.

Mereka cenderung hanya segan pada guru yang mengajar di kelasnya, atau mungkin

nasihat yang berpengaruh hanya yang berasal dari wali kelasnya, tidak dari guru

lain. Hal inilah yang menjadi tugas para pendidik untuk siap menerapkan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran yang disampaikan. Jadi, tidak hanya

sekedar teori yang mereka terima tetapi aplikasi nyata dalam kehidupan keseharian

di sekolah. Berawal dari contoh tersebut, maka peneliti melakukan penelitian

tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terintegrasi melalui pembelajaran

akidah akhlak yang berupa akhlak dalam berpakaian, pergaulan (sopan santun), serta

persatuan dan kesatuan.

3 Ibid.

3

Akidah akhlak, pada dasarnya telah terdapat rumusan pendidikan karakter,

yakni dengan istilah pembentukkan budi pekerti atau akhlak yang mulia.

Pembentukan budi pekerti/akhlak yang mulia adalah tujuan utama dari pendidikan

Islam. Ulama dan sarjana-sarjana Muslim dengan penuh perhatian telah berusaha

menanamkan akhlak yang mulia meresapkan fadhilah di dalam jiwa para muridnya,

membiasakan mereka berpegang teguh kepada akhlakul karimah dan menghindari

hal-hal yang tercela, berfikir secara rohaniah dan insaniah (prikemanusiaan) serta

menggunakan waktu buat belajar ilmu-ilmu duniawi dan ilmu keagamaan, tanpa

memandang kepada keuntungan-keuntungan materi semata. 4

Kemudian, akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab jama’ dari

bentuk mufrodatnya khulqun yang artinya budi pekerti, tingkah laku, atau tabiat.5

Akhlak adalah tata aturan perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia,

manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam semesta. Akhlak adalah sama

artinya dengan istilah tingkah laku atau kepribadian. Akhlak merupakan suatu sifat

yang penting bagi kehidupan manusia. Akhlak akan terbawa dalam kepribadian

seseorang, baik sebagai individu, masyarakat, maupun sebagai bangsa. Sebab

kejatuhan, kejayaan, kesejahteraan dan kerusakan suatu bangsa tergantung kepada

bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka akan sejahtera lahir batinnya,

tetapi apabila akhlaknya buruk, maka akan rusaklah lahir batinnya.6

Menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, manusia itu pada dasarnya memiliki

akhlak islami. Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang

berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada

di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.7

Dengan begitu akhlak ialah suatu sifat yang telah meresap dalam jiwa dan

menjadi kepribadian. Akhlak merupakan perilaku yang timbul dari hasil perpaduan

antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu dan

membentuk satu kesatuan tingkah laku akhlak yang dihayati dalam hidup kesehari-

harian. Hal ini tercermin dari firman Allah surat An-Nahl ayat 125;

4 M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet. Ke-4,

1970), hlm.10 5 Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1989), hlm. 87

6 Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Surabaya: Pustaka Islam, 1996), hlm. 11.

7 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 147.

4

“Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang

baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah

yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”8

Konsep utama dari pendidikan karakter sebenarnya adalah lebih

mengutamakan pada pembentukkan akhlak yang mulia dari seorang manusia.

Dengan demikian pembentukkan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-

sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan sarana pendidikan dan pembinaan

yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan

konsisten.9 Pembentukkan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak

adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya.

Bertolak dari deskripsi atau uraian tentang konsep pendidikan akhlak pada

dasarnya kunci utamanya terletak pada keteladanan seorang pendidik kepada anak

didik, dalam hal ini yaitu guru dengan siswa. Keteladanan merupakan metode yang

paling berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk aqidah akhlak. Jadi,

Contoh akhlak yang paling dekat yaitu guru/pendidik, sehingga diharapkan peserta

didik akan mampu meniru pendidik dengan disadari atau tidak. Hal tersebut

dikarenakan subjek didik tidak begitu saja lahir sebagai pribadi bermoral atau

berakhlak mulia, tetapi perlu dididik, untuk itu bantuan dari berbagai pihak sangat

diharapkan baik oleh guru atau orang tua.10

Sebagai muslim pada dasarnya juga ada contoh keteladanan yang jelas dari

rasulullah Muhammad saw. Beliau merupakan sosok teladan terbaik dalam

pembentukkan karakter kepribadian melalui Al-Qur’an, sebab setiap tingkah laku

atau perilaku beliau tercermin dari pengamalan al-Qur’an. Hal tersebut tersurat

dalam surat al-Ahzab ayat 21;

8 Departemen Agama RI, Al-qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002), hlm.

282. 9 Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 158.

10 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta: Buku Kompas, 2004), hlm. 42

5

“Sungguh, telah ada pada (diri) rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)

bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kadatangan) hari kiamat dan yang

banyak mengingat Allah.”11

Sesungguhnya keteladanan memang memberikan pengaruh yang lebih besar

daripada sekedar omelan atau nasihat. Menurut Jaudah Muhammad Awwad, posisi

pendidik sangat memiliki peran penting. Sebab karakter siswa dapat terbentuk

setelah melihat secara langsung perilaku gurunya. Maka, beberapa hal yang perlu

diperhatikan seorang guru saat berhadapan dengan siswa misalnya; harus

menjauhkan diri dari sikap dusta agar anak-anak tidak belajar berdusta, tidak boleh

memanjangkan kukunya agar anak tidak meniru memanjangkan kukunya, tidak

boleh membuang sampah sembarangan, serta memiliki sikap toleran terhadap anak

didik yang melakukan kesalahan dan menasihatinya dengan bahasa yang lembut

tanpa bermaksud memanjakan agar anak-anak terbiasa memaafkan kesalahan dan

berlaku santun terhadap orang lain.12

Dengan demikian pendidikan karakter itu sesungguhnya banyak sekali

pengaruhnya yang berasal dari implementasi sikap/perilaku sang pendidik itu

sendiri. Mengulang pemaparan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini peneliti akan

meneliti implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang tercermin ke dalam

beberapa hal yang terintegrasi dari pembelajaran akidah akhlak, yaitu akhlak dalam

berpakaian, pergaulan (sopan santun), serta persatuan dan kesatuan.

11

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 421. 12

Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islam (edisi terjemahan), (Jakarta: Gema

Insani Press, 1996), hlm 13-14

6

B. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pemahaman, judul Skripsi “Implementasi Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Di Madrasah Aliyah

Negeri 1 Semarang”, maka lebih dahulu perlu dijelaskan pengertiannya.

1. Nilai-nilai pendidikan karakter

Nilai maksudnya sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan

hakikatnya13

. Sedangkan pendidikan merupakan proses, cara, perbuatan

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan14

.

Kemudian, karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas

tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu

yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat

dari keputusan yang ia buat.15

Maka yang dimaksud oleh peneliti adalah sesuatu hal yang terdapat dalam

proses pembelajaran, yang akhirnya melahirkan sebuah kepribadian yang

melekat.

2. Pembelajaran Akidah Akhlak

Akidah akhlak secara substansial merupakan mata pelajaran di madrasah aliyah

yang memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik

untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan

untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari.16

Maka, pembelajaran akidah akhlak merupakan proses

pembentukkan siswa untuk belajar memiliki al-akhlakul-karimah (akhlak yang

mulia).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti meneliti pembelajaran akidah

akhlak pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang untuk mengetahui nilai-nilai

pendidikan karakter yang sedang berlangsung.

13

Pusat Bahasa Depdiknas RI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan”, dalam

www.kbbi_daring.net.id diakses 23 Maret 2011 14

Ibid. 15

Doni Koesoema A., ”Pendidikan Karakter”, dalam http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/

diakses 17 Desember 2010 16

Muhammad M. Basyuni, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia no. 2 tahun 2008,

(Jakarta: t. p., 2008), hlm. 83.

7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini adalah:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak?

2. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran

Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Semarang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

2. Implementasi pendidikan karakter yang terwujud dalam pembelajaran Akidah

Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Semarang.

Harapan peneliti disusunnya proposal penelitian ini, yang nanti akan

ditindak lanjuti dengan penelitian, dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi lembaga pendidikan lain yang

hendak menerapkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.

2. Pengetahuan dalam implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran

akidah akhlak ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga

pendidikan lain yang akan menerapkan pendidikan karakter dalam proses

pembelajaran, sehingga menjadikan pembelajaran lebih hidup dan bermakna

dalam kepribadian siswa.

3. Sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk peneliti lain yang hendak meneliti lebih

lanjut tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak ini lebih

luas.

4. Sebagai bahan pustaka bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo berupa

penelitian pendidikan karakter dalam sebuah proses pembelajaran.

8

E. Kajian Pustaka

Sebagai sebuah sekolah menengah yang memiliki latar belakang atau latar

belakang pendidikan islam, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Semarang berusaha

meletakkan pendidikan karakter sebagai langkah untuk pembentukkan akhlakul

karimah pada diri para siswa. Berikut beberapa literatur yang terkait dengan

pendidikan karakter yang terkhususkan pada pendidikan akhlak, yaitu;

1. Ainun Nadziroh: 3102221, Pembentukkan Akhlak bagi Santri di Pondok

Pesantren Al-Hikmah 02 Putri Benda Sirampog Brebes, di dalam skripsi

tersebut dijelaskan tentang konsep pembentukkan akhlak pada santri serta

implementasi dari pendidikan akhlak tersebut terhadap Allah, manusia, dan

lingkungan.17

2. Hidayah: 3502059, Pola Pendidikan Agama dalam Keluarga Pengaruhnya

terhadap Keberagamaan Anak di Desa Cangkring Karanganyar Demak, di

dalam skripsi tersebut dijelaskan konsep pola pendidikan akhlak, tujuan

keberagamaan, serta relevansinya pendidikan akhlak dengan tujuan

keberagamaan setiap anak.18

3. Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, tahun 1996. Buku

ini menjelaskan tentang bagaimana proses pembentukkan karakter anak sesuai

dengan akhlak islami melalui pembiasaan sehari-hari.

4. Syaikh Fuhaim Musthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, 2004. buku ini

menjelaskan tentang metode pendidikan pembentukkan akhlak seorang muslim

berawal dari kehidupan keluarga. Rutinitas kebaikan yang dilakukan, tilawah al-

qur’an, berpikir positif, pengarahan dalam tekhnologi pendidikan, hingga bahan

bacaan yang dikonsumsi oleh seorang anak.

17

Ainun Nadziroh, Pembentukkan Akhlak bagi Santri di Pondok Pesantren Al-Hikmah 02 Putri

Benda Sirampog Brebes. Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2006. 18

Hidayah, Pola Pendidikan Agama dalam Keluarga Pengaruhnya terhadap Keberagamaan Anak

di Desa Cangkring Karanganyar Demak. Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang tahun 2005.

9

BAB II

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

A. Konsep Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan menurut Ngalim Purwanto adalah ”segala usaha orang

dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk memimpin perkembangan

jasmani dan ruhaninya kearah kedewasaan.”1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan

merupakan “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.”2

Sedangkan menurut al Syaibani, yang mengatakan bahwa

”pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik

pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.”3

Merujuk dari UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional (sisdiknas), dijelaskan juga bahwa;

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.4

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan

sebuah proses dalam pembentukkan sesuatu dalam diri peserta didik baik

dalam menyangkut kehidupan pribadi, masyarakat, maupun lingkungan

sekitarnya.

1 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarnya,

2003), cet. ke-12., hlm. 11. 2 Pusat Bahasa Depdiknas RI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan”, dalam

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php diakses 5 Mei 2011 3 Omar Muhammad al Thoumy al Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1979), hlm. 399. 4 UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat 1

10

Berikutnya mengenai karakter, mengutip pengertian Ahmad

Sudrajat, yaitu nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, baik itu diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,

maupun kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

krama, budaya, dan adat istiadat.5

Sedangkan menurut Prof. Suyanto, Ph. D., ”karakter merupakan

cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas individu untuk hidup

dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara.”6

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti juga mengambil

pengertian pendidikan karakter sendiri dari Ahmad Sudrajat; yaitu

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi manusia insan kamil.7

Menurut Thomas Lickona yang dikutip dalam ”Pendidikan

Karakter Berbasis Al-Qur’an”, bahwa pendidikan karakter adalah

pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan

budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu

tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, kerja keras dan

sebagainya.

Sedangkan menurut Bambang Q-Anees, M. Ag dan Drs. Adang

Hambali, M. Pd., pendidikan karakter merupakan upaya untuk

menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi benih agar peserta didik

5Akhmad Sudrajat, “Tentang Pendidikan Karakter”, dalam

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ diakses 21 Desember 2010 6Suyanto, “Urgensi Pendidikan Karakter”, dalam

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/ diakses 17 Desember 2010. 7 Akhmad Sudrajat, Loc. Cit.

11

mampu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalani

kehidupannya.8

Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa pendidikan

karakter merupakan proses pembentukkan cara berpikir dan berperilaku

seorang peserta didik serta menjadi ciri khas mereka dalam kehidupan

pribadi, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

2. Dasar Pendidikan Karakter

Membangun karakter bukanlah sebuah pekerjaan instan yang dapat

dilakukan dalam sekejap, melainkan membutuhkan proses yang tidak

sebentar dan bertahap. Dalam hal ini langkah-langkah tersebut merupakan

serangkaian hal yang mengerucut pada satu tujuan, yaitu terbentuknya

karakter peserta didik yang berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah.

Di dalam Al-Quran terdapat sebuah pembelajaran berharga yang

diajarkan oleh Luqman kepada anaknya. QS. Luqman (31): 13

menyebutkan

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar keẓaliman yang besar."9

Menurut Sayyid Quthb, nasihat yang diberikan Lukman kepada

putranya merupakan nasihat yang bijak. Nasihat tersebut tidak menuduh,

karena orang tua tidak menginginan bagi anaknya melainkan kebaikan,

dan orang tua menjadi penasihat untuk anaknya. Larangan untuk berbuat

syirik merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh Luqman, karena ia

8 Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an,

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), hlm. 103. 9 Departemen Agama RI, Al-qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002),

hlm. 413.

12

juga menjelaskan bahwa kemusyrikan itu adalah dosa yang besar. Hal

tersebut merupakan perkara tauhid.10

Sedangkan menurut Ibnu Katsir, beliau menyampaikan bahwa

Allah telah menyebut Lukman dengan sebutan yang terbaik dan

memberinya hikmah, kemudian ia berwasiat kepada putranya yang paling

dikasihi dan dicintainya. Anaknya laik diberitahu pengetahuan terbaiknya.

Oleh karena itu, Lukman berwasiat terlebih dulu tentang beribadah kepada

Allah semata dan jangan menyekutukan-Nya (syirik).11

Luqman menggunakan kata-kata “Wahai anakku,” mengisyaratkan

sebuah kasih sayang yang terpancar dari ayah terhadap putranya. Perasaan

ayah yang berarti rasa sayang, cinta dan kasih, akan membuat anak

menjadi patuh karena mencintai ayahnya. Setelah anak merasakan kasih

sayang tersebut dari ayahnya ia akan siap memasang telinga, hati, seluruh

raga, serta mengolah hatinya untuk menanamkan etika dan akhlak baik

dalam dirinya. Kemudian, saat sang ayah menyampaikan “jangan

menyekutukan Allah”, ditelinga anak, ini menjadi sebuah prioritas paling

penting. Saat itulah peristiwa pendidikan pertama yang diajarkan ayah

terhadap putranya tentang tauhid (mengesakan Allah). Sehingga anak

diajarkan untuk tidak menyembah atau beribadah selain kepada Allah.12

Ayat tersebut mengisyaratkan tentang pendidikan karakter dalam

hal pendidikan akidah peserta didik. Bagaimana peran seorang ayah

sekaligus pendidik mengajarkan tentang kepada Allah yang ditunjukkan

oleh Luqman. Peserta didik diajarkan bahwa jangan pernah menyekutukan

Allah, karena jika itu dilakukan merupakan sebuah keẓaliman yang besar

atau dosa besar.

10

Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an, terj. As‟ad Yasin dkk., Tafsir Fi Zilalil Qur’an Di

Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 9, (Jakarta: Gema Insani Press, 2008), hlm. 173. 11

Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min

Ibni Katsiir, terj. M. Abdul Ghoffar E. M. dan Abu Ihsan Al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7,

(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2008), hlm. 205. 12

Ibrahim bin Fathi Abdulmuqtadir, Washoya Luqmanun, terj. Umar Mujtahid, Wisdom of

Luqman El-Hakim: 12 Cara Membentengi Kerusakan Akhlak, (Solo: Aqwam, 2008), hlm. 41.

13

Dengan demikian pendidik secara langsung telah mengajarkan inti

dari akidah seorang muslim, yaitu hanya menyembah Allah dengan tidak

mempersekutukan-Nya. Ini merupakan pelajaran penting sebelum

melangkah ke tahap membentuk karakter peserta didik menjadi seorang

muslim yang memiliki akhlakul karimah.

Setelah itu pada ayat 16, Luqman menjelaskan kepada anaknya

bahwa setiap perbuatan apa pun yang dilakukan oleh manusia pasti akan

mendapatkan balasan.

“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di

dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.

13

Menurut Ibnu Katsir, keżaliman dan kesalahan sekalipun seberat

biji sawi, maka Allah akan menghadirkannya pada hari kiamat ketika Dia

mendirikan timbangan keadilan serta membalasnya. Pada ayat tersebut

terdapat dhomir sya‟n (innahā) yang menjelaskan keadaan di hari kiamat.

Jika kebaikan, maka dia akan dibalas dengan kebaikan dan jika keburukan,

dia akan dibalas dengan keburukan.14

Sedangkan Sayyid Quthb, menjelaskan bahwa ayat tersebut

berbicara tentang beban-beban akidah, berupa perintah untuk ‘amar

ma’ruf dan nahi munkar serta bersabar atas segala konsekuensinya. Semua

hal tersebut merupakan resiko yang harus dihadapi oleh pemegang akidah

ketika dia melangkahkan kakinya atas akidahnya tersebut.15

Berkenaan dengan ayat tersebut „Aidh al-Qarni menjelaskan pada

tafsir lafadz “Allah maha halus lagi maha mengetahui” bahwa, Allah itu

mahalembut terhadap semua hamba-Nya, Dia membawa hal yang disukai

13

Departemen Agama RI, Loc. Cit. 14

Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Op. Cit., hlm. 208. 15

Sayyid Quthb, Op. Cit., hlm. 164.

14

kepada mereka dan mencegah hal yang tak disukai dari mereka dengan

cara yang paling halus. Dia maha mengetahui, tidak ada yang tersembunyi

bagi-Nya ataupun tidak terlihat oleh-Nya.16

Ayat tersebut menjelaskan bahwa perbuatan atau perilaku manusia

yang baik atau buruk selalu diawasi oleh Allah. Oleh karena itu sebagai

pendidik harus selalu mengarahkan serta mengajarkan kepada peserta

didik untuk selalu melakukan etika seorang muslim. Salah satunya adalah

jujur terhadap dirinya sendiri.

Dalam hal ini, maka pendidik berupaya untuk mengajarkan etika

seorang muslim untuk membentuk karakter peserta didik menuju pribadi

yang hanif.

Kemudian pada ayat 17, Luqman mengajarkan anaknya untuk

ṣalat, mengajak orang lain untuk bersama melakukan kebaikan,

mengingatkan orang lain jika ada yang berbuat buruk, serta bersabar

terhadap musibah yang menimpa. Pada dasarnya hal tersebut merupakan

kewajiban dari Allah.

“Hai anakku, dirikanlah ṣalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang

baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”17

Pada ayat ini Luqman menyuruh anaknya untuk menegakkan ṣalat

dengan sempurna sebagaimana dalam syari‟at. Sebab, ṣalat merupakan

tiang agama dan pencegah dari perbuatan yang keji dan munkar.

Kemudian Luqman juga menyuruh anaknya untuk menyeru orang berbuat

ma’ruf. Dia juga berpesan untuk mencegah perbuatan munkar dengan

lemah lembutdan bijaksana. Menyeru orang berbuat ma’ruf dan mencegah

16

„Aidh al-Qarni, At-Tafsir Al-Muyassar, terj. Tim Qisthi Press, Tafsir Muyassar, (Jakarta

Timur: Qisthi Press, 2008), hlm. 375. 17

Departemen Agama RI, Loc. Cit..

15

perbuatan munkar, maka akan mendapatkan gangguan dari orang-orang

tersebut, demikianlah jalan yang ditempuh oleh nabi dan rasul.18

Ibnu Katsir menegaskan bahwa menjalankan ibadah ṣalat sesuai

dengan waktu-waktunya. Kemudian menyuruh anaknya untuk tetap

bersabar saat menyeru yang ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar. Pada

dasarnya hal tersebut merupakan kewajiban dari Allah.19

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban seorang muslim

bukan hanya beribadah kepada Allah untuk diri sendiri saja, melainkan

juga wajib untuk mengajak orang lain. Dengan demikian peserta didik

diajarkan untuk peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Bukan hanya

menjadi manusia yang baik untuk dirinya sendiri melainkan juga

mendatangkan manfaat untuk orang-orang di sekelilingnya.

Selanjutnya pada ayat 18 dan 19, Luqman mengajarkan kepada

anaknya untuk bersikap rendah hati, tidak sombong, angkuh, serta

membanggakan diri.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan

lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara

keledai.”20

Menurut Sayyid Quthb, bersamaan dengan perintah amar ma‟ruf

dan nahi munkar, Luqman juga mengingatkan anaknya agar tidak

18

„Aidh al-Qarni, Loc. Cit. 19

Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Loc. Cit. 20

Departemen Agama RI, Loc. Cit.

16

sombong terhadap manusia. Sebab, hal tersebut akan merusak perkataan

baik yang telah ia serukan dengan contoh buruk yang dilakukannya.21

Luqman melarang anaknya untuk memalingkan wajah karena

sombong atau meremehkan orang, melainkan hadapkanlah wajah kepada

setiap orang dan tersenyumlah dengan manis. Bersikap lunaklah terhadap

hamba-hamba Allah dan jangan berjalan di muka bumi dengaan sikap

sombong dan angkuh. Karena, Allah tidak menyukai setiap orang yang

tinggi hatidan tinggi lidah serta berbangga diri.

Pada ayat 19, lebih diperjelas dengan bersikap rendah hatilah

ketika berjalan serta janganlah mengeraskan suara melebihi yang

diperlukan, karena hal tersebut merupakan etika yang baik dan

menunjukkan kesempurnaan akal. Akhir ayat ditegaskan bahwa suara

paling buruk, paling keji, dan paling jelek adalah suara kedelai.22

Dengan demikian, ayat tersebut menjelaskan bahwa setelah peserta

didik dapat mempengaruhi teman-temannya atau orang lain untuk

bersama-sama melakukan kebaikan, maka ia pun juga diharapkan untuk

tetap bersikap rendah hati. Peserta didik diajarkan untuk tidak sombong,

angkuh, atau membanggakan diri. Maka, pada tahap ini peserta didik telah

memiliki kepribadian yang sudah tertata rapi. Karakter yang dibangun

mulai dapat terlihat dengan jelas.

Berdasarkan ayat-ayat tersebut memperjelas bahwa proses

pendidikan karakter dengan penanaman nilai-nilai kebaikan tidak terjadi

begitu saja melainkan melalui proses yang tidak sebentar. Dengan

demikian sebagai pendidik hal ini penting untuk dilaksanakan agar tetap

sabar dan mengikuti proses yang ada tahap demi tahap.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pada dasarnya tujuan pendidikan karakter merupakan bagian dari

tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam UU no. 20 tahun 2003

21

Sayyid Quthb, Op. Cit. hlm. 165. 22

„Aid Al-Qarni, Op. Cit., hlm. 376

17

tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) pasal 3, yaitu

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.23

Berkenaan dengan itu sesungguhnya amanah UU no. 20 tahun

2003 tentang sisdiknas bermaksud agar pendidikan tidak hanya

membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau

berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh

berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta

agama. Seorang insan pendidikan yang belum memiliki kepribadian atau

karakter positif, maka pada dasarnya dirinya masih kering dari nilai-nilai

luhur bangsa dan agama.

Sesungguhnya tujuan diberlakukannya pendidikan karakter yang

mengarah pada visi pendidikan nasional merupakan salah satu bagian dari

strategi pembangunan pendidikan nasional yang terdapat pada penjelasan

penjelasan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi

manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab

tantangan zaman yang selalu berubah.24

Berdasarkan hal tersebut tujuan dari adanya pendidikan karakter

sangatlah jelas, yaitu menyiapkan peserta didik untuk menjadi manusia

yang berkualitas dengan akhlak yang mulia (akhlakul karimah) serta

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

23

UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 3 24

Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

pendidikan nasional (Sisdiknas) bab Umum

18

B. Hakikat Pembelajaran Akidah Akhlak

1. Pembelajaran Akidah Akhlak

Pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan mempelajari

sesuatu atau proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar.25

Merujuk dari UU no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas menjelaskan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.26

Sedangkan aqidah menurut bahasa berasal dari kata al-‘Aqdu yang

berarti ikatan. Kemudian menurut istilah adalah iman yang teguh dan

pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.

Kemudian, akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab jama’

dari bentuk mufrodatnya khulqun yang artinya budi pekerti, tingkah laku,

atau tabiat.27

Akhlak adalah tata aturan perilaku yang mengatur hubungan

antara sesama manusia, manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam

semesta. Akhlak adalah sama artinya dengan istilah tingkah laku atau

kepribadian.28

Melihat beberapa pengertian tersebut, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa pembelajaran akidah akhlak merupakan proses untuk

menjadikan peserta didik belajar memiliki keyakinan kuat terhadap

agamanya serta diimplementasikan dalam kepribadian dan perbuatan.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak

Pondasi pertama untuk membangun kepribadian peserta didik

adalah meletakkan keyakinan yang kokoh terhadap Allah dan rasul-Nya.

Itulah yang menjadi alasan utama mengapa pembelajaran akidah akhlak

25

Pusat Bahasa Depdiknas RI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan”, dalam

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php diakses 23 Maret 2011 26

UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat 20 27

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1989),

hlm. 87 28

Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Surabaya: Pustaka Islam, 1996),

hlm. 11.

19

merupakan langkah awal dan utama untuk mengarahkan anak menjadi

seseorang gemar melakukan kebaikan.

Dalam Peraturan menteri agama republik Indonesia no. 2 tahun

2008 dijelaskan bahwa mata pelejaran akidah akhlak memiliki dua aspek

pembelajaran, yaitu aspek akidah dan aspek akhlak.29

a. Aspek Akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode

peningkatannya, al-asma’ al-husna, macam-macam tauhid seperti

tauhid ulūhiyah, rubūbiyah, ash-shifat wa al-af’al, rahmāniyah,

mulkiyah dan lain-lain, syirik dan implikasinya dalam kehidupan,

pengertian dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu-

ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam (klasik dan modern).

b. Aspek akhlak terdiri atas: masalah akhlak yang meliputi pengertian

akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan tercela, metode peningkatan

kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti husnuzh-zhan,

taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan

menerima tamu, adil, ridha, amal sholih, persatuan dan kerukunan,

akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, serta pengenalan tasawuf.

Ruang lingkup akhlak tercela meliputi: riya, aniaya, dan diskriminasi,

perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri,

mengonsumsi narkoba), israaf, tabdzir, dan fitnah.

3. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak

Akidah akhlak secara substansial merupakan mata pelajaran di

madrasah aliyah yang memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya

dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.30

Dalam Peraturan Menteri Agama (Permenag) RI no. 2 tahun 2008

dijelaskan tentang tujuan pembelajaran akidah akhlak, yaitu;

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan

dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman,

pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah islam

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang

keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindariakhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam

29

Muhammad M. Basyuni, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia no. 2 tahun

2008, (Jakarta: t. p., 2008), hlm. 88. 30

Ibid, hlm. 83.

20

kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran

dan nilai-nilai akidah islam.31

Melihat penjelasan sebelumnya bahwa konsep utama dari

pendidikan karakter untuk mewujudkan tujuan pendidikan islam, yaitu

lebih mengutamakan pada pembentukkan akhlak. Maka dari itu, peserta

didik perlu dikuatkan dulu dalam akidahnya, kemudian implementasinya

berupa akhlak keseharian. Sedangkan proses untuk mewujudkan akhlak

yang baik (akhlakul karimah) itu tidak mudah. Berikut ada dua hal penting

yang perlu diperhatikan dalam proses mewujudkan peserta didik yang

memiliki akhlakul karimah.

a. Konsep Akidah yang Benar

Mengenalkan konsep akidah yang benar merupakan kewajiban

bagi para pendidik. Bagaimana proses dalam peletakkannya yang

kemudian menerapkannya sebagai konsep dalam hidup.

Akidah merupakan sesuatu yang ada dalam diri seorang manusia

yang diyakini kebenarannya tanpa keraguan sedikitpun. Oleh karena itu,

penanaman akidah islam kepada anak didik harus tegas dan dimulai dari

dalam diri pendidik. Seperti yang dicontohkan oleh nabiyullah Ibrahim as.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 132;

“Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian

pula Ya‟qub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih

agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan

muslim”32

Dengan demikian penanaman akidah yang benar bukanlah hal yang

dikesampingkan jika menginginkan pembentukkan karakter islami pada

diri anak didik. Berawal dari penerapan akidah yang benar itulah, maka

31

Ibid., hlm. 84. 32

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 21.

21

anak didik akan lebih mudah diarahkan untuk membentuk kepribadian

yang benar menurut al-qur‟an dan sunnah rasul.

Bercermin dari hal tersebut seorang pendidik perlu memberi

penekanan pada konsep akidah yang benar. Konsep yang berlandaskan

pada sumber utama hukum islam, yaitu al-qur‟an dan sunnah rasul. Dalam

firman Allah SWT. surat An-Nisa‟ ayat 36;

....

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatu apapun ….”33

Tujuan akhir dari penanaman konsep akidah yang benar apabila

peserta didik telah melakukan ibadah yang disyari‟atkan dengan ikhlas

tanpa beban. Peserta didik menunaikan ibadah seperti ṣalat, tilawah Al-

Qur‟an, berbuat baik, dan ibadah lainnya bukan lagi karena dilihat gurunya

melainkan karena Allah. Hal ini mungkin terkesan sulit, tetapi insya Allah

jika seorang pendidik yakin dan rutin dalam memberikan pemahaman ini

maka tak ada sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Penggambaran tersebut

Allah SWT jelaskan dalam surat Al-An‟am ayat 162;

”Katakanlah: ”Sesungguhnya ṣalatku, ibadahku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Tuhan semesta alam.”34

Penanaman akidah yang benar bukanlah sebuah perkara yang sulit,

jika hal tersebut dilakukan secara intensif. Menurut syaikh Fuhaim

Musthafa, bahwa para guru hendaknya memberikan pengertian kepada

anak didik betapa pentingnya akidah islam dalam kehidupan manusia.

Bahkan, sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan.35

33

Ibid., hlm. 85. 34

Ibid. hlm. 151. 35

Fuhaim Musthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim terj. Abdillah Obid dan Yessi HM.

Basyaruddin, (Jakarta Selatan: Mustaqiim, 2003), hlm. 72.

22

b. Pembentukkan Akhlak Islami

Sesungguhnya pembentukkan akhlak islami merupakan tahap

berikutnya setelah peserta didik mengerti akan konsep akidah yang benar.

Di sinilah peran seorang pendidik sangat kuat, karena akhlak yang baik

(akhlakul karimah) akan tumbuh dengan sendirinya melalui keteladanan

yang dicontohkan secara langsung oleh pendidik

Menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, manusia itu pada dasarnya

memiliki akhlak islami. Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan

sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat

Islami.36

Berkenaan dengan itu, maka seorang pendidik wajib untuk

mengajarkan serta mencontohkan seperti apa moral yang baik itu. Moral

yang baik dapat diperoleh dengan berjuang untuk menyucikan jiwa,

mengarahkannya untuk berbuat ta‟at, dan menjauhkan diri dari berbagai

perbuatan dosa dan maksiat.37

Merunut dari penjelasan sebelumnya bahwa akhlak islami akan

terbentuk dengan bertahap, tetapi semua itu berawal dari pemahaman

akidah yang benar. Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 dikatakan bahwa

kebaikan itu sesungguhnya berawal dari pengamalan rukun iman.

....

“Berbakti (dan beriman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu

(dalam ṣalat) ke arah timur dan barat, tetapi berbakti (dan beriman) yang

sebenarnya ialah iman seseorang kepada Allah, hari akhirat, para malaikat,

kitab-kitab dan Nabi- Nabi…”38

Terlepas dari hal tersebut peran guru tetaplah sangat penting,

karena seorang guru wajib mendampingi perkembangan akhlaknya.

Bagaimana mereka bergaul, seperti apa tontonan mereka, bagaimana etika

36

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 147. 37

Fuhaim Musthafa, Op. Cit., hlm. 216. 38

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 28

23

mereka ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua, seperti apa teman-

teman mereka, bacaan apa yang mereka konsumsi, semua itu hanya bisa

terdeteksi melalui pengawalan yang intensif namun tidak terkesan

memaksakan kehendak.

C. Urgensi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak

Akidah akhlak, pada dasarnya telah terdapat rumusan pendidikan

karakter, yakni dengan istilah pembentukkan budi pekerti atau akhlak yang

mulia. Pembentukan budi pekerti atau akhlak yang mulia adalah tujuan utama

dari pendidikan Islam. Ulama dan sarjana-sarjana Muslim dengan penuh

perhatian telah berusaha menanamkan akhlak yang mulia meresapkan fadhilah

di dalam jiwa para muridnya, membiasakan mereka berpegang teguh kepada

akhlakul karimah dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara

rohaniah dan insaniah (prikemanusiaan) serta menggunakan waktu buat

belajar ilmu-ilmu duniawi dan ilmu keagamaan, tanpa memandang kepada

keuntungan-keuntungan materi semata. 39

Oleh karena itu pembelajaran akidah akhlak tidak bisa hanya dipelajari

saja dengan cara membaca buku atau mendengarkan ceramah guru.

Pembelajaran akidah akhlak seharusnya tetap disampaikan dengan langkah

penjelasan materi yang kemudian dicontohkan dalam praktik keseharian.

Konsep utama dari pendidikan karakter sebenarnya adalah lebih

mengutamakan pada pembentukkan akhlak yang mulia dari seorang manusia.

Dengan demikian pembentukkan akhlak dapat diartikan sebagai usaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan sarana pendidikan

dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh dan konsisten.40

Pembentukkan akhlak ini dilakukan

berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi

dengan sendirinya.

39

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet.

Ke-4, 1970), hlm.10 40

Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 158.

24

Berdasarkan penjelasan sebelumnya yang mengambil dasar melalui

tafsir surat Luqman ayat 13 dan 16 sampai 19, maka pendidikan karakter

sangat penting untuk diterapkan dalam setiap pembelajaran. Khususnya

pembelajaran akidah akhlak, berikut urgensi pendidikan karakter dalam

pembelajaran akidah akhlak;

a. Kunci utama pendidikan karakter terletak pada keteladanan seorang

pendidik kepada peserta didik, karena keteladanan merupakan metode

yang paling berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk aqidah

akhlak.

b. Melalui pembentukkan karakter peserta didik, pada dasarnya mereka telah

diarahkan untuk menjadi manusia berakhlak mulia (ahlakul karimah).

c. Melalui pendidikan karakter, peserta didik memahami materi yang

disampaikan bukan hanya sekedar materi semata. Melainkan peserta didik

akan memahaminya sebagai pengalaman hidup yang dapat dijalankan.

Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak

dapat dilaksanakan dalam beberapa situasi lingkungan. Pada setiap lingkungan

tersebut pendidikan karakter yang diterapkan akan berpengaruh pada

lingkungan yang setelahnya, sebab pada dasarnya di mana pun peserta didik

berada maka ia akan terus belajar tentang sesuatu.

1. Lingkungan Pendidikan Karakter

a. Keluarga

Keluarga merupakan sekolah pertama bagi seorang anak (peserta

didik). Sebelum melangkah pergi semuanya berawal dari kehidupan

dalam keluarga. Keluarga dianggap sebagai tempat berkembangnya

individu, di mana keluarga ini merupakan sumber utama dari sekian

sumber-sumber pendidikan nalar peserta didik. 41

Keluarga juga dinilai sebagai lapangan pertama, di mana di

dalamnya seorang anak akan menemukan pengaruh-pengaruh dan unsur-

unsur kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya. Hal itu terbukti dalam

41

Fuhaim Musthafa, Op. Cit., hlm. 42.

25

menentukan pentingnya peran keluarga pada tahap pertama kehidupan

peserta didik.

Melalui pendidikan pertama yang terjadi dalam lingkungan

keluarga ini akan menghasilkan beberapa hal dalam diri mereka, seperti

kepribadiannya, pola pikirnya, kebiasaannya, atau kemampuan sosialnya.

Keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukkan karakter di fase-

fase tumbuh kembangnya peserta didik.

Peran penting yang dimiliki keluarga cukup besar, karena

pengawasan utama pada peserta didik lebih dominan pada lingkungan

keluarga. Maka dari itu amanah besar yang ada ini akan mempengaruhi

kepribadian dan akhlak seorang peserta didik saat mereka berada pada

linkungan yang berbeda.

Pendidikan yang terjadi dalam keluarga pun juga berupa pendidikan

dasar yang akan mengantarkan pada pendidikan yang lebih luas

nantinya. Misalnya adalah menghargai pendapat anak. Menghargai dan

membuat anak merasa bahwa dirinya punya hak merupakan salah satu

pendidikan dalam keluarga yang sangat penting.42

b. Sekolah

Sekolah merupakan salah satu dari sekian banyak institusi yang

dinilai sebagai sesuatu yang sangat penting dalam masyarakat Islam.

Karena sekolah sangat berperan dalam pembentukkan keseimbangan diri

dan sisi sosial anak.43

Sekolah benar-benar telah memberikan pengaruh yang sangat besar

dalam menanamkan berbagai pemahaman dan kepercayaan bagi seorang

anak terpelajar, sebagaimana sekolah juga telah ikut andil bagian dalam

membentuk tingkah laku dan kepribadian anak.

42

Abu Abdullah Musthafa Ibn Al-„Adawi, Fiqh Tarbiyah Abna Wa Tha’ifah Min Nasha’ih

Al-Athibba, terj. Umar Mujtahid dan Faisal Saleh, Fikih Pendidikan Anak : Membentuk Kesalehan

Anak Sejak Dini (Dilengkapi Nasehat Para Dokter dan Psikolog Anak), (Jakarta: Qisthi Press,

2006), hlm. 90. 43

Fuhaim Musthafa, Op. Cit., hlm. 64.

26

Sekolah merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat

dengan tujuan mensukseskan pendidikan dan pengajaran anak. Tentunya,

pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan pada metode yang benar.

Sekolah benar-benar telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di

masa sekarang dalam bidang pendidikan.

Pendidikan karakter yang diterapkan dalam lingkungan sekolah

lebih dekat pada pendidikan sosial peserta didik. Misalnya, etika bergaul

yang baik dengan teman, menghormati ibu dan bapak guru, menjaga

kerapian dalam berpakaian.

Dengan demikian, sekolah sekolah dapat dikatakan sebagai

lembaga sosial yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar

menjadi warga negara yang tercerahkan, mampu menjalankan peran

positifnya di tengah-tengah masyarakat, serta memberikan sumbangsih

dalam meningkatkan kemajuan masyarakat.

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan dengan wilayah terbesar yang

akan dialami peserta didik. Di mana ujian penerapan akhlak dibuktikan

saat peserta didik telah berada bersama masyarakat umum. Bagaimana

peserta didik bersikap, bertutur kata, berpakaian, bergaul, berpendapat,

maupun kegiatan lain yang melibatkan atau terlibat dengan masyarakat.

Ketika peserta didik telah berada bersama masyarakat, maka hal

yang harus dilakukan adalah menerapkan hasil pembelajaran akidah

akhlak yang telah didapat selama di lingkungan sebelumnya. Karena,

lingkungan ini terkadang membuat seorang manusia dewasa sekalipun

tenggelam dalam arus yang tidak jelas.

Seperti yang diungkapkan oleh Ali el-Makassary, di tengah

gelombang kehidupan yang dahsyat, generasi penerus seakan tak lagi

mengenal dirinya sendiri. Menurut mereka agama bukanlah hal yang

sakral, melainkan hanya sekedar formalitas.44

44

Ali el-Makassary, Yang Muda Yang Takut Dosa, (Klaten: Wafa Press, 2006), hlm. 34.

27

Sebuah realita yang menyedihkan jika membayangkan ke arah itu.

Oleh karena itu, pendidikan karakter di masyarakat hanya bisa dilakukan

jika kondisi peserta didik sudah baik saat berada di lingkungan

sebelumnya. Pendidikan karakter yang diperoleh di masyarakat biasanya

berasal dari keragaman masyarakat itu sendiri. Misalnya, peserta didik

melihat ada seseorang yang sangat rajin pergi ke masjid untuk ṣalat

berjama‟ah, maka peserta didik dapat menirunya. Contoh lain, ketika ada

seseorang yang saat bertemu dengan tetangganya selalu menyapa atau

mengucap salam, hal ini juga dapat ditiru oleh peserta didik. Hanya saja

pendidikan karakter di wilayah ini intensitasnya tidak seperti lingkungan

keluarga ataupun sekolah.

Berdasarkan uraian di atas hanya akan dijelaskan tentang

pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah, yaitu implementasi

pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MAN 1

Semarang.

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter terdapat beberapa nilai-nilai yang patut

di ajarkan kepada peserta didik. Nilai-nilai tersebut diuraikan dari tujuan

pendidikan nasional yang di ambil dari UU no. 20 tahun 2003 tentang

sidiknas.

Menurut Prof. Suyanto, P. Hd, terdapat sembilan pilar karakter yang

berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan

dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan bertanggungjawab;

ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima,

dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam,

percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan;

kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi,

kedamaian, dan kesatuan.45

45

Suyanto, ”Pendidikan Karakter”, dalam http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/

diakses 17 Desember 2010

28

Berikut ini beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yang terintegrasi

dari Permenag no. 2 tahun 2008.

a. Nilai Ketuhanan (Religiusitas)

Nilai Ketuhanan (religiusitas) merupakan integrasi dari karakter

cinta kepada Tuhannya dan segenap ciptaan-Nya. Nilai ini merupakan

unsur paling penting dalam membina karakter peserta didik, sebab

keberadaan nilai ini akan mempengaruhi penanaman nilai-nilai yang lain.

Sebelum nilai Ketuhanan ini benar-benar sepenuh hati tertanam dalam

jiwa peserta didik, maka akan sulit menerapkan nilai-nilai berikutnya

pada diri mereka kelak.

Nilai Ketuhanan bukan hanya tentang sikap peserta didik untuk

mengenal Tuhannya melainkan dapat tulus ikhlas beribadah karena-Nya.

Oleh karena pada dasarnya manusia diciptakan hanya untuk beribadah

kepada-Nya. Dalam hal ini dijelaskan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56;

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku”46

Pendidikan untuk membentuk karakter cinta terhadap Tuhan

beserta ciptaan-Nya dapat dilakukan dengan melakukan banyak

pembiasaan untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini dapat dilakukan dengan

pendekatan pendidik melalui interaksi yang intensif terhadap peserta

didik. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menuju pembiasaan

tersebut;

1) Mengajarkan prinsip-prinsip dan metode peningkatan kualitas akidah

Dalam hal ini pendidik menjelaskan prinsip-prinsip akidah

serta metode-metode peningkatan kualitas akidah dalam kehidupan

sehari-hari. Kemudian, bagaimana langkah untuk menerapkannya

dalam kehidupan.

46

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 524.

29

2) Menanamkan prinsip Tauhid dan perilaku orang yang bertauhid

Dalam hal ini peserta didik diajarkan tentang macam-macam

tauhid seperti tauhid ulūhiyah, rubūbiyah, ash-shifat wa al-af’al,

rahmāniyah, mulkiyah dan lain-lain. Kemudian menunjukkan

bagaimana perilaku orang yang ber-tauhid serta penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

3) Menghindari Syirik dalam Islam

Maksudnya, pendidik menjelaskan pengertian syirik, kemudian

peserta didik dapat mengidentifikasi macam-macam syirik. Setelah

itu peserta didik juga mengerti perilaku orang yang berbuat syirik

serta akibat dari perbuatan syirik. Oleh karena itu, mereka diarahkan

jangan sampai melakukan perbuatan tersebut.

4) Meningkatkan keimanan kepada Allah dengan meneladani sifat-

sifatnya dalam al-asma’ al-husna

Melalui al-asma’al-husna peserta didik dapat meningkatkan

keimanannya yang diuraikan dari nama-nama Allah yang baik. Hal

tersebut diimplementasikan dalam perbuatan keseharian, kemudian

meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-

husna untuk diamalkan ke dalam kehidupan sehari-hari.

b. Nilai Adab

Nilai Adab merupakan integrasi dari karakter etika (akhlak)

seorang muslim. Etika seorang muslim terhadap dirinya sendiri maupun

terhadap orang lain, misalnya mengajarkan sifat ihsan, menerapkan sifat

amanah, menanamkan ikhlas, membiasakan sabar, dan sifat-sifat lainnya.

Nilai Adab sesungguhnya lebih menunjukkan tentang karakter

seorang muslim. Kepribadian seorang muslim akan terlihat ketika

muslim itu berperangai dalam kebiasaan kesehariannya. Oleh karena itu,

seorang pendidik wajib membangun kebiasaan baik atau adab baik pada

peserta didik supaya mereka melakukan kebiasaan baik itu tanpa merasa

dipaksa.

30

Pada dasarnya nilai adab merupakan perbuatan untuk membiasakan

perilaku terpuji dan menghindari perilaku tercela.

Beberapa contoh kebiasaan baik yang dapat diterapkan untuk

dilakukan oleh peserta didik, seperti;

1) Mengajarkan perilaku ihsan

Seorang pendidik diharapkan dapat mengajarkan dan

mencontohkan perilaku ihsan. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah

berikut;

أن تعبد هللا كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك...

“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau

melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat

engkau”(H.R. Muslim)47

Salah satu contoh perilaku ihsan adalah sikap husnuzh-zhan.

Apabila dalam jiwa peserta didik sedikitnya telah mulai tertanam

sikap ini, maka tiada hari tanpa berbuat baik. Inilah langkah-langkah

sukses dalam membentuk karakter baik peserta didik. Khususnya

dalam menghadapi orang lain. Sebagai seorang muslim harus selalu

menanamkan sikap husnuzh-zhan. Menganggap atau berprasangka

baik kepada siapa pun.

2) Menanamkan sikap adil

Bersikap adil merupakan salah satu sikap seorang mukmin.

Karena dengan bersikap adil adalah lebih dekat dengan takwa.

Dengan bersikap adil tidak akan ada jiwa yang terẓalimi ataupun

teraniaya.

Peserta didik dibiasakan untuk menerapkan sikap adil dalam

situasi apapun. Baik dalam masalah yang kecil ataupun masalah

yang besar. Hal ini Allah jelaskan dalam QS. Al-Ma‟idah ayat 8;

47

Imam An-Nawawi, Al-Arba’in An-Nawawi, terj. Wahid Ahmadi, (Solo: Era Intermedia,

2005), hlm. 19.

31

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi

dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap

sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku

adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah

kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan”48

3) Menghindari sifat riya’

Menghindari sifat riya’ merupakan nilai adab yang berkaitan

tentang hubungan manusia dengan manusia lain. Hal ini termasuk

dalam menghindari perbuatan tercela. Riya’ merupakan

menampakkan sesuatu karena mengharapkan pujian dari makhluk.

Ketika melakukan kebaikan dihadapan orang lain terlihat sungguh-

sungguh padahal hanya mengharapkan pujian dari orang lain, tetapi

ketika tidak ada orang lain ia tidak pernah terlihat semangat.

Hal tersebut termaktub jelas dalam QS. An-Nisa‟ ayat 142;

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah

akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk

ṣalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan

ṣalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah

kecuali sedikit sekali”49

4) Menghindari perbuatan fitnah

Fitnah merupakan salah satu perbuatan keji. Karena menuduh

orang lain berbuat sesuatu tanpa bukti nyata yang benar itu sangat

48

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 109. 49

Ibid., hlm. 102.

32

menyakitkan. Bagi peserta didik terkadang sakit hati yang

disebabkan perilaku teman seringkali terjadi. Maka, jika tidak hati-

hati rasa sakit hati tersebut dapat menimbulkan rasa iri, setelah itu

berkembang menjadi dengki. Berikutnya rasa dengki yang

berkepanjangan akan berperilaku hasud, dari sanalah kemudian

perbuatan fitnah terjadi.

Allah menegaskan bahwa berbuat fitnah itu lebih besar

dosanya dan bahayanya daripada membunuh. Hal ini ada dalam QS.

Al-Baqarah ayat 191 dan 217;

….

“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan …”50

….

“Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh …”

51

5) Menghindari perbuatan dosa besar

Dalam hal ini merupakan dosa-dosa besar yang berkaitan

dengan kebiasaan buruk dalam hidup. Misalnya, mabuk-mabukan,

berjudi, zina, mencuri, ataupun mengonsumsi narkoba. Saat ini

perbuatan tersebut banyak menghinggapi kehidupan para peserta

didik di masa sekarang ini. Oleh karena itu, hal ini penting untuk

diajarkan oleh pendidik.

Hal ini terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 219;

….

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:

"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi

manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”52

50

Ibid., hlm. 31. 51

Ibid., hlm. 35. 52

Ibid.

33

Begitu pula perbuatan zina merupakan perbuatan keji dan

buruk. Allah sangat tidak menyukai perbuatan ini. Oleh karena itu

disebut dengan sebuah jalan yang buruk dalam QS. Al-Isra‟ ayat 32;

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”53

6) Mengajarkan perilaku jujur

Sebagai seorang pendidik sebuah pantangan berbohong tentang

yang diajarkan atau mengingkari janji yang diucapkan. Karena,

peserta didik akan ikut meniru perilaku gurunya.

Peserta didik hendaknya diajarkan memiliki sifat jujur, baik

dalam perkataannya maupun perbuatannya. Sehingga ia selalu

melakukan maupun berkata sesuai dengan realita yang ada. 54

Allah

berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 23;

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati

apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka

ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-

nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah (janjinya).”55

7) Menanamkan etika berpakaian yang benar

Salah satu hal penting yang sering dilalaikan dalam

membentuk karakter peserta didik adalah dalam hal berpakaian.

Pakaian yang menutup aurat dianggap kurang modern atau

ketinggalan zaman. Sedangkan pakaian yang memperlihatkan aurat

53

Ibid., hlm. 286. 54

Fuhaim Musthafa, Op. Cit., hlm. 219. 55

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 422.

34

atau memamerkan sebagian dari tubuh yang seharusnya bagian dari

aurat dianggap sah-sah saja.

Al-Qur‟an menjelaskan dengan terang hakikat pakaian taqwa

kepada Allah dalam QS Al-A‟raf ayat 26;

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan

kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan

bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah

sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka

selalu ingat.”56

c. Nilai Persaudaraan

Nilai Persaudaraan merupakan integrasi dari karakter cinta damai,

gotong royong, toleransi, saling menolong, keadilan maupun kesatuan.

Hal ini merupakan karakter penting yang harus dimiliki peserta didik saat

terjun dalam ranah sosial. Peserta didik akan mengenal banyak orang,

maka dari itu ia akan menemui banyak karakter yang berbeda. Oleh

karena itu, peserta didik perlu untuk dibentuk karakter kepekaan

sosialnya.

Nilai Persaudaraan merupakan nilai pendidikan karakter yang akan

menguatkan fisik seorang muslim dengan muslim lainnya. Dengan

membina persatuan yang kuat, maka peserta didik akan menjadi muslim

yang selalu peduli pada saudaranya, temannya, ataupun orang lain di

sekitarnya.

Pembelajaran yang dilakukan untuk peserta didik dapat berupa;

1) Mengarahkan pergaulan yang baik

Mengarahkan pergaulan peserta didik juga merupakan bagian

dari pendidikan karakter. Berawal dari sebuah pergaulan pula peserta

didik dapat terlihat bagaimana akhlaknya terbentuk

56

Ibid., hlm. 154.

35

Teman ada yang baik dan mengajak untuk mengingat Allah

serta beribadah kepada-Nya. Namun, sebaliknya ada juga teman

yang mengajak pada kemungkaran, kemaksiatan, dan dosa. Jika

peserta didik selepas keluar dari rumah atau sekolah bertemu dengan

teman yang pertama, tentu ia akan menjadi muslim sholih.

Sebaliknya, jika peserta didik bertemu dengan teman yang kedua,

senantiasa berbuat maksiat dan dosa, ia pun juga akan ikut terbawa.57

Peran pendidik sangat penting dalam mengarahkan pergaulan

peserta didik ke arah yang positif. Oleh karena Islam sangat

menekankan tentang kondisi pergaulan umatnya. Dalam QS.

Luqman ayat 15;

…. ….

“….dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku….”58

Al-Qur‟an juga menyarankan untuk mencari kawan yang baik

semasa di dunia, agar tidak ada penyesalan di akhirat kelak. Hal ini

dijelaskan dalam QS. Az-Zukhruf ayat 67;

“Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain,

kecuali mereka yang bertakwa.”59

2) Mengajarkan etika hormat terhadap orang lain

Islam itu sangat menghargai pribadi pemeluknya maupun di

luar itu. Oleh karena itu, peserta didik hendaknya juga diterapkan

etika hormat kepada siapapun, baik itu setara, lebih tua, atau lebih

muda.

Etika hormat terhadap orang lain yang paling mudah adalah

saling menebar salam. Pada dasarnya salam yang diucapkan

57

Abdullah Nashih Ulwan, Mencintai Dan Mendidik Anak Secara Islami. (Yogyakarta:

Darul Hikmah, 2009), hlm. 192. 58

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 413. 59

Ibid., hlm. 495.

36

merupakan do‟a keselamatan bagi yang mengucapkan, maupun yang

membalasnya.60

Tata cara menjawab salam telah tertulis di dalam

Al-Qur‟an secara jelas. Bagi siapa yang diberi penghormatan, maka

balaslah dengan lebih baik atau minimal setara. Begitulah Rasulullah

SAW mengajarkannya. Hal tersebut terdapat dalam QS. An-Nisa‟

ayat 86;

“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan,

maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau

balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya.

Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”61

Begitu pula ketika berbicara dengan orang lain, seorang

pendidik harus membiasakan untuk berkata yang baik. Berkata yang

baik itu berarti tidak menyinggung perasaan lawan bicara ataupun

menyakitinya. Hal tersebut terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 83;

… ….

“… Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia ...”62

3) Mengajarkan pentingnya silaturahmi

Maksud dari silaturahmi di sini adalah berbakti dan berbuat

baik kepada orang tua serta kaum kerabat. Di samping, menjaga hak-

hak para tetangga dan orang-orang lemah.63

Tujuan dari silaturahmi tidak lain untuk mempererat ikatan

kekeluargaan, baik itu kepada kerabat sendiri maupun orang lain.

Setelah itu merujuk pada tujuan utamanya yaitu semakin

60

Abu Abdullah Musthafa Ibn Al-„Adawi, Op. Cit., hlm. 91 61

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 92. 62

Ibid., hlm. 13. 63

Fuhaim Musthafa, Op. Cit., hlm. 223.

37

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam QS.

Ar-Ra‟d ayat 21;

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah

perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada

Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.”64

Pada dasarnya kebaikan itu akan terus terbangun ketika tali

silaturahmi terus terjalin. Oleh karena itu, pendidik hendaknya

mengarahkan pentingnya menjalin silaturahmi, bahkan jangan

sampai bercerai berai. karena, dengan demikian ikatan persaudaraan

akan dapat tumbuh dengan baik. Sesuai firman Allah dalam QS. Ali-

Imran ayat 103;

….

”Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada (tali) agama Allah,

dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah

kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu

Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu

menjadi bersaudara...”65

4) Etika bertamu dan menerima tamu

Dalam Islam ada langkah atau tata cara dalam bertamu ke

rumah orang lain. Pendidik mengajarkan etika dalam bertamu ke

rumah orang lain. Sebelum memasuki rumah orang lain ada tata

caranya dengan mengucapan salam dan meminta izin. Dijelaskan

dalam QS. An-Nuur ayat 27;

64

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 253. 65

Ibid., hlm. 64.

38

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah

yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam

kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar

kamu (selalu) ingat”66

Apabila belum ada jawaban atau belum diperkenankan untuk

masuk ke dalamnya, maka sebagai seorang tamu hendaknya tidak

masuk dengan sendirinya. Itulah tata cara dalam bertamu yang telah

diuraikan dalam QS. An-Nuur ayat 28;

“Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah

kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan

kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu

bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan”67

66

Ibid., hlm. 353. 67

Ibid., hlm. 354.

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, karena data-data yang

disajikan tidak berupa angka-angka atau rumus statistik. Ciri dari tulisan dalam

penelitian kualitatif menyampaikan data secara naratif perkataan orang atau

kutipan, berbagai teks, atau wacana lain.1

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang yang terletak

di jalan Brigjen Sudiarto, kecamatan Pedurungan. Waktu penelitian ini ini

berlangsung selama 2 minggu.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologis.

Menurut Creswell yang dikutip dalam “Pedoman Metode Penelitian Kualitatif”,

pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami

sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka

waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan

interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat di mana peneliti menyusun dan

mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang

dikatakan oleh responden.

D. Fokus Penelitian

Fokus pembahasan yang akan dipaparkan dalam penelitian ini terkait dengan

nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak, kemudian dilihat

implementasi dari niali-nilai pendidikan karakter tersebut dalam perilaku

keseharian siswa.

1 Septiawan Santana K., Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Buku Obor, 2007.,

hlm. 30.

40

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Studi Lapangan (Field Research),

di mana data yang diteliti diperoleh melalui penelitian di lokasi penelitian. Ada

beberapa teknik yang digunakan, yaitu sebagai berikut.

a. Observasi

Metode observasi adalah metode yang dilakukan melalui pengamatan,

meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera.2 Dalam penelitian ini peneliti meninjau

langsung terhadap subjek penelitian serta berperan serta untuk mendekati subjek

penelitian, yakni para siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang.

Tujuan observasi tersebut untuk mendapatkan data langsung dari

implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak

yang diterapkan di MAN 1 Semarang.

b. Wawancara

Metode ini identik dengan interviu yang secara sederhana dapat diartikan

sebagai dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam hal ini peneliti menggunakan

jenis wawancara tidak berstruktur, yaitu kombinasi antara wawancara bebas

dengan wawancara terpimpin. Teknisnya adalah pewawancara membawa

pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan

ditanyakan.3 Peneliti akan mewawancarai guru-guru pengampu mapel aqidah

akhlak dan beberapa siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang.

Tujuan dari wawancara tersebut untuk memperoleh informasi dari guru

pengampu mapel akidah akhlak tentang proses pembelajaran dalam penanaman

nilai-nilai pendidikan karakter di MAN 1 Semarang, kendala-kendala yang

terjadi, pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan selama di madrasah, teguran

(sanksi) untuk peserta didik yang melanggar aturan serta penghargaan (reward)

yang diberikan pada peserta didik yang berbuat baik. Kemudian, wawancara

dengan beberapa siswa MAN 1 Semarang untuk mengetahui sejauh mana proses

penanaman nilai-nilai pendidikan karakter tersebut berdampak pada diri mereka.

2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta), cet

12, hlm. 132 3 Ibid, hlm. 132

41

Berikut pula kebiasaan-kebiasaan selama di madrasah maupun di luar madrasah

sebagai gambaran umum tercapainya keberhasilan penanaman nilai-nilai

pendidikan karakter tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi artinya barang-barang tertulis. Maksudnya, peneliti

menyelidiki dokumen-dokumen dan sebagainya sebagai sumber data yang

dibutuhkan. Dalam metode ini yang peneliti gunakan untuk mengumpulkan data

adalah dokumentasi yang berhubungan atau berkaitan dengan proses

pembelajaran akidah akhlak seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

silabus materi akidah akhlak, maupun proses pembelajaran dan aktivitas siswa

yang berkaitan dengan proses penelitian.

Tujuan dari dokumentasi tersebut untuk memperoleh data berupa rincian

detail mengenai aspek-aspek pembelajaran yang dilakukan di MAN 1 Semarang,

seperti perencanaan (planning), proses pembelajaran yang akan berlangsung,

manajemen kelas yang dilakukan, serta penilaian (assesment) yang digunakan

oleh guru pengampu mapel akidah akhlak di MAN 1 Semarang.

F. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya analisis data merupakan penguraian data melalui tahapan:

kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan, dan pencarian hubungan antar data yang

spesifik.4

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam

pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan dan dapat

dirumuskan seperti yang disarankan oleh data-data tersebut. Data yang telah

terkumpul kemudian diklasifikasi, kategorisasi, kemudian diinterpretasikan secara

logis. 5

Pada penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif. Proses analisis

dilakukan secara interaktif (berkelanjutan) dari mulai penetapan masalah,

pengumpulan data maupun setelah data dikumpulkan. Setelah data terkumpul,

4 Cik Hasan Bisri, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, ( Jakarta: Rajawali Pers,

2001), hlm.66. 5 STAIN Cirebon, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Cirebon: STAIN Cirebon Perss , 2006), hlm.

128

42

langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis terhadap data yang terhimpun dengan

menggunakan metode ini. Metode analisis ini digunakan untuk menyampaikan

hasil penelitian yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka-angka melainkan

dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.6

Adapun langkah-langkah yang peneliti tempuh untuk menganalisis data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data yang telah diperoleh diproses dengan aturan atau prosedur yang telah

direncanakan

2. Data diproses secara sistematis, diklasifikasi mana data yang sesuai dengan

kategori serta mana yang tidak.

3. Analisis data dilakukan berlandaskan konsep teoretiknya.

4. Hasil analisis data kemudian dimanifestasikan dalam sebuah laporan hasil riset

yang tersusun sistematis.

6 Nana Sudjana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989),

hlm. 64

43

BAB IV

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SEMARANG

A. Sekilas Profil Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang

1. Latar Belakang

Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang yang lebih dikenal dengan

MAN 1 Semarang, terletak di Pedurungan Kidul, tepatnya di jalan Brigjen

Sudiarto, kecamatan Pedurungan. Dahulu sekolah ini disebut ”SP IAIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Kemudian dengan menggunakan SK Menteri

Agama no. 17 tahun 1978 diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 1 Semarang.

Berawal pada tahun 2004, MAN 1 Semarang ditunjuk menjadi pilot

proyek (piloting projects) dalam rangka pelaksanaan kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) bersama 12 (dua belas) madrasah aliyah se-Indonesia,

yaitu 7 (tujuh) madrasah aliyah negeri (MAN) dan 5

(lima) madrasah aliyah swasta (MAS).

Menyikapi hal tersebut, stake holders madrasah telah bersepakat

untuk mempersiapkan diri dengan memberikan pelatihan baik dalam

44

bidang manajemen, metodologi pembelajaran, penataan administrasi,

pelatihan kepemimpinan bagi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),

Pramuka, atau Palang Merah Remaja (PMR). Tujuannya untuk

meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dari warga madrasah.

Berkenaan dengan mempersiapkan kualitas MAN 1 Semarang,

maka MAN 1 Semarang meningkatkan kualitas pelayanan berupa

membuka kelas Immersi (immersion class). Kelas Immersi (immersion

class) memiliki program pengajaran dan belajar dengan menggunakan

bahasa Inggris atau proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan

bahasa pengantar berupa bahasa Inggris. Di sisi lain para guru pun juga

mempersiapkan untuk dapat menjalankan proses KBM dengan

menggunakan bahasa Inggris. Pengadaan program tersebut masih berada

dalam bimbingan Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Madrasah juga telah menyediakan asrama untuk tempat tinggal

siswa, khususnya untuk mereka yang masuk dalam program kelas Immersi

(immersion class). Mereka tinggal di asrama untuk peningkatan kurikulum

supaya lebih baik. Mereka juga akan belajar agama lebih baik.

2. Sarana dan Prasarana Madrasah

MAN 1 Semarang memiliki beberapa fasilitas pribadi milik

madrasah sebagai berikut.

No. Nama Volume

1. Luas Bangunan 3.765 m2

2. Luas Tanah 11.463 m2

3. Kantor Kepala Madrasah 1

4. Ruang Kelas 33

5. Kantor Tata Usaha (TU) 1

6. Ruang Peralatan Olahraga 1

7. Ruang Guru 1

45

8. Ruang OSIS 1

9. Ruang UKS 1

10. Ruang GC 1

11. Ruang Multimedia 1

12. Masjid 1

13. Gedung Serbaguna 1

14. Perpustakaan 1

15. Ruang Pertemuan (Rapat) 1

16. Laboratorium 7

17. Gudang 1

18. Workshop 1

19. Kantin 5

20. Toilet Siswa 25

21. Tempat Parkir 2

22. Rumah Dinas -

23. Toilet Guru 6

24. Asrama Sekolah 3

3. Visi dan Misi MAN 1 Semarang

Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang sebagai lembaga pendidikan

dasar berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan Peserta Didik,

orang tua Peserta Didik, lembaga pengguna lulusan madrasah dan

masyarakat dalam merumuskan visi dan misinya. Berikut merupakan visi

dan misi MAN 1 Semarang. 1

1 Dokumentasi milik MAN 1 Semarang

46

a. Visi

Membangun generasi yang beriman, bertaqwa, berprestasi dan

berakhlakul karimah.

b. Misi

1) Menjadikan Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang sebagai

madrasah yang mengembangkan pengajaran IPTEK dan

IMTAQ

2) Menjadikan Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang sebagai

lingkungan pendidikan yang Islami penuh ukhuwah,

sederhana, disiplin dan berkreasi

3) Membiasakan peserta didik dengan ajaran agama melalui

kebiasaan beribadah baik maghdloh maupun ghoiru

maghdloh

4) Meningkatkan kemampuan professional tenaga pendidikan

sesuai perkembangan jaman

5) Menyiapkan lulusan Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang

agar bisa diterima di perguruan tinggi negeri maupun

swasta favorit dengan memiliki prestasi akademik yang baik

6) Mencetak generasi yang bermanfaat bagi masyarakat, nusa,

bangsa dan agama

7) Menyiapkan calon pemimpin dan mubalighul Islam yang

kreatif, inovatif, dan aspiratif, dengan bekal ilmu

pengetahuan dan teknologi, berlandaskan iman dan taqwa

kepada Allah swt melalui Boarding School

4. Kepala MAN 1 Semarang

Sampai saat ini MAN 1 Semarang telah dipimpin oleh 11 orang

kepala madrasah sejak tahun 1978, yaitu;

a. K. H. Achmad Daroji, M.Si

b. Drs. H. Abdul Karim Husein

c. H. Abdul Fatah

d. Drs. H. Sunhadi Rachmat

e. Drs. H. Ismono

f. Drs. H. Rachmat Shofi

g. Drs. H. Muhammad

h. Drs. Agus Hadi Susanto

i. Drs. H. Haryano

j. Drs. H. Basuki, M. Ag.

k. Drs. Syaefudin, M. Pd.

47

5. Guru dan Karyawan MAN 1 Semarang

Berikut ini merupakan data guru dan karyawan MAN 1 Semarang

tahun pelajaran 2010/2011 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Madrasah

Aliyah Negeri 1 Semarang nomor Ma.11.59/PP.00.6/667/2010 pada

tanggal 28 Juli 2010.

a. Data Guru

No Nama Gol /

Ruang Jabatan Mapel

1 Drs. Syaefudin, M. Pd IV/b Ka. MAN Bahasa Inggris

Koord Bahasa

Jawa

2 Katibin, S. Pd III/c Wakakur Fisika

3 Anshori, S. Pd IV/a Wakasis Sastra Indonesia

4 Dra. Hj. Sukrisnawati,

MM

IV/a Waka Humas Biologi

5 Drs. Sukri IV/a Waka Sarpras Matematika

6 Ahmad Alfan, S. Ag III/b Staf Kurikulum SKI,BTA, Fiqih

7 Sih Hartini, S.Pd, M.Si IV/a Staf Kurikulum Biologi

8 Drs. Widodo IV/a Staf Kesiswaan PKn

9 Drs. Sudarko IV/a Staf Kesiswaan Fiqih

10 Siswoyo, S. Pd III/a Staf Kesiswaan Penjaskes

11 Ani Rahmawati, S.Ag,

M.SI

III/d Staf Kesiswaan Ilmu Kalam,

BTA, Aqidah

12 Edi Kristiana, S.Pd III/b Staf Humas Extra

Kesenian

Kesenian

13 Misbah, S.Kom III/c Staf Sarpras Komputer

14 Drs. Dwi Raharjo, S.Pd IV/a Litbang/Akademis Matematika

15 Nurul Hidayah, S. Pd III/b Koord BK

16 Imam Suadi, S. Pd. III/a Staf BK

48

Piket

17 Beta Nur Bety Tsani, S.Pd III/b Staf BK

18 Drs. Sugiyanta IV/a Lab. Bahasa

Wali Kelas XI 3

Bahasa Inggris

19 Drs. Budi Santoso IV/a Lab. Biologi Biologi

20 Dra. Siti Rochmah IV/a Lab. Kimia Kimia

21 Aris Fahkrudin, S.Pd III/b Lab. Fisika Fisika

22 Siti Himmatul Aliyah,

S.Pd

III/a Lab. Ketrampilan Ketrampilan

23 A. Sakhowi, S.Kom GTT Koord. Lab Kom Komputer

24 M. Taufik, S.Ag III/a Wali Kelas X 1 Bahasa Arab,

Hadits

25 Chomsatun, S.H IV/a Wali Kelas X 2 PKn,

Ketrampilan

26 Dra. Rochmatah IV/a Wali Kelas X 3 Matematika

27 Anwar Rifa'i, S.Pd III/b Wali Kelas X 4 Sejarah,

Geografi

28 Eko Sukaryono, S. Pd III/b Wali Kelas X 5

Extra Paskibra

Bahasa Jawa

29 Drs. Supardi IV/a Wali Kelas X 6 Sosiologi,

Sejarah

30 Musa Al Hadi, S.Ag III/a Wali Kelas X 7

Extra Rebana

BTA, Qur’an

31 Sri Penggalih, S. Pd III/a Wali Kelas X 8 Bahasa

Indonesia

32 Drs. Mulyanto, M.Pd III/b Wali Kelas X 9

Extra Bola Basket

Penjaskes

33 Siti Salamah, S.Pd IV/a Wali Kelas X 10 Bahasa

Indonesia

34 Solastri, S.Pd III/b Wali Kelas X 11 Matematika

49

35 Drs. Zaenuri Siroj IV/a Wali Kelas XI

Agama

Bahasa Arab

36 Tri Marheni, SPd III/a Wali Kelas XI

Bahasa

Antropologi,

Ekonomi

37 Drs. Sutarno IV/a Wali Kelas XI IPA 1 Biologi,

Ketrampilan

38 Nur Farida, S.Pd.I III/a Wali Kelas XI IPA 2 SKI,

Ketrampilan

39 Nur Hadi, S.Ag, M.Pd III/a Wali Kelas XI IPA 3

Extra KIR

Bahasa Arab

40 Puji Lestari, S.Pd III/d Wali Kelas XI IPA 4 Matematika

41 Drs. M. Sholeh IV/a Wali Kelas XI IPA 5

Koord Imersi

Bahasa Inggris

42 Endang Purwaningrum,

S.Pd

GTT Wali Kelas XI IPS 1 Ketrampilan,

Ekonomi

43 Drs. Makmun IV/a Wali Kelas XI IPS 2 Geografi

44 Drs. Herry Paryono IV/a Wali Kelas XI IPS 4 Ekonomi,

Sejarah

45 Dra. Siti Asmah IV/a Wali Kelas XII

Agama

Aqidah

46 Agustin Sri Hartatik, S.Pd IV/a Wali Kelas XII

Bahasa 1

Counters Parts

Bahasa Inggris

47 Drs. M. Badi III/c Wali Kelas XII

Bahasa 2

Bahasa Inggris

48 Ari Priyono, S.Pd IV/a Wali Kelas XII

IPA 1

Piket

Fisika

49 Ellya Nur Chasanah, IV/a Wali Kelas XII Fisika

50

S.Pd, M.Sc IPA 2

Piket

50 Yuli Wahyuningsih, S.Pd III/a Wali Kelas XII

IPA 3

Bahasa Inggris

51 Sri Hidayati, S.Pd III/b Wali Kelas XII

IPA 4

Kimia

52 Dra. Kanti Setiati IV/a Wali Kelas XII

IPA 5

Kimia

53 Siti Fitriyah, S. Pd III/b Wali Kelas XII IPS 1 Bahasa

Indonesia

54 Ali Firdaus, S.Pd IV/a Wali Kelas XII IPS 2 Matematika

55 Dra. Hj.Yetty Musyaviroh IV/a Wali Kelas XII IPS 3 Ekonomi,

Sejarah

56 Dra. Noor Hidayah Budhi III/a Piket Aqidah

57 Dra. Siti Khoiriyah IV/a Piket Fiqih

58 Drs. Isnandar IV/a Piket Matematika

59 Drs. Asrori III/d Piket Matematika

60 Dra. Hj. Sih Widayatun IV/a Piket Qur’an Hadits

61 Drs. RM. Djupriyanto,

M.Pd

IV/a Piket Biologi

62 Irfan Dwi Putranto, S.Pd III/b Piket PKn,

Bahasa Indonesia

63 Halimur Rosyad, A. Md III/a Piket

Extra Pramuka

Bahasa Jepang,

Bahasa Inggris

64 Suhardi, S.Pd III/a Piket Fisika

65 Tasmiyanto, SH III/c Piket Sosiologi,

Bahasa Jawa

66 Drs. Joko Siswono IV/a BK Kelas XII

Piket

67 Drs. Agung Wibowo III/a Piket Bahasa Inggris

51

68 Widhi Astono, SE III/b Piket Sosiologi,

Ekonomi

69 Drs. Muslih IV/a Piket Sejarah,

Sosiologi

70 Samidi, S. Pd GTT Extra Bola Voli Penjaskes,

Orkes

71 Muawanah, S.Pd III/a Extra Jumalistik Bahasa

Indonesia

72 Joko Wahyono, S. Ag III/a Extra Pencak Silat Qur’an Hadits

73 Sulasih, S.Pd III/b Extra PMR/UKS Geografi

74 Zulia Ulfa, S.Ag III/a Extra Pramuka Qur’an Hadits

75 Beny Prasaja, S.Pd GTT Extra Sablon Foto Kesenian

76 Syafa’ah, S. Pd III/a Bahasa

Indonesia

b. Data Pegawai dan Karyawan TU

No. Nama Pegawai Jabatan

1. H. Arif Budiman, SH Kepala Urusan Tata Usaha

2. Abdul Rachman Tata Usaha

3. Abdul Rachman Tata Usaha

4. Asrori Tata Usaha

5. Rianingsih Tata Usaha

6. Siti Rokhani Tata Usaha

7. Endang Sri Rahayu Tata Usaha

8. Herry Sadewo Tata Usaha

9. Suharno Tata Usaha

10. Nur Farida, SPd Tata Usaha

11. Benny Indra Jaya, AMd Tata Usaha

12. Abda Noor Isna Zaeni'mah, SH Tata Usaha

52

13. Siti Alfiyah Pegawai Tidak Tetap

14. Ngatno Pegawai Tidak Tetap

15. Agung Tristiyanto Pegawai Tidak Tetap

16. Muhajir Pegawai Tidak Tetap

17. Sarmiyah Pegawai Tidak Tetap

18. Ahmad Pegawai Tidak Tetap

19. Sukisno Pegawai Tidak Tetap

20. Musholli Pegawai Tidak Tetap

B. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang

Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran konsentrasi agama

di MAN 1 Semarang. Merujuk dari Peraturan Menteri Agama no. 2 tahun

2008 bahwa mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk membentuk dan

membina akidah serta akhlak peserta didik. Oleh karena itu, secara materi

sebenarnya tidak sulit, namun dalam penerapannya tidak mudah untuk

dilakukan. Dengan demikian pembelajaran akidah akhlak juga menerapkan

proses belajar pembiasaan.

Proses pembelajaran akidah akhlak di MAN 1 Semarang tidak hany

dilakukan dalam 2 jam pelajaran di kelas. Peserta didik diajarkan untuk

membiasakan beberapa hal yang merupakan implementasi dari materi akidah

akhlak.

1. Pembelajaran Materi Akidah Akhlak

Penyampaian materi akidah akhlak selama tiga tahun di MAN 1

Semarang akan merasakan peningkatan dalam hal penekanan nilai-nilai

akhlak yang hendak dibangun.

a. Kelas Sepuluh (X)

Peserta didik yang masih kelas sepuluh (X), mereka

mendapatkan pendidikan konsep akidah yang benar dan meningkatkan

kualitas akhlak yang baik. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan

bukan berupa soal saja, melainkan lebih pada penerapan keseharian.

53

Dalam hal tilawah Al-qur’an mereka akan diminta untuk membaca

bersama atau sendiri bergantian. Sedangkan untuk ṣalat, peserta didik

akan terus diarahkan untuk ṣalat berjama’ah di masjid milik

madrasah, khususnya ṣalat ẓuhur.

b. Kelas Sebelas (XI)

Peserta yang duduk di kelas sebelas (XI), mereka akan

mendapatkan pendidikan untuk penguatan konsep akidah yang benar

serta beberapa akibat buruk dari perbuatan tercela yang sering

dilakukan oleh remaja masa kini.

Penguatan akidah tersebut berupa analisis aliran-aliran ilmu

kalam yang pernah merebak di kalangan umat Islam. Oleh karena itu,

maksud dari materi tersebut adalah peserta didik diharapkan dapat

menghargai jika ada umat Islam di masyarakat yang memiliki

kefahaman berbeda dari yang biasa peserta didik tahu.

Kemudian, ditekankan pentingnya berbusana, bertamu, maupun

bepergian sesuai dengan akhlak seorang muslim. Hal ini mungkin

sederhana, tapi penerapannya sangat menunjukkan ciri khas dari siswa

MAN 1 Semarang.

Selanjutnya untuk akhlak tercela, peserta didik akan diingatkan

tentang bahayanya beberapa dosa besar yang terkesan sebagai corak

budaya modern. Misalnya, kebiasaan minum-minuman keras, berjudi,

zina, mencuri, maupun mengonsumsi narkoba. Beberapa hal tersebut

kesannya adalah budaya modern remaja saat ini, sesungguhnya

merupakan perilaku tercela yang dapat merusak moral pemuda

generasi pembangun bangsa.

c. Kelas Dua Belas (XII)

Peserta didik kelas dua belas (XII) merupakan puncak

pembelajaran akidah akhlak di MAN 1 Semarang. Mereka menjadi

tolak ukur atau contoh bagi adik-adiknya di kelas bawah. Oleh karena

54

itu, peserta didik di kelas ini mereka selalu ditekankan untuk terbiasa

melakukan kebiasaan baik yang pernah diajarkan di kelas sebelumnya

untuk terus dipraktikkan.

Peserta didik dibiasakan untuk menjadi teladan bagi peserta

didik di kelas bawah. Misalnya, dalam hal berpakaian benar-benar

sudah tidak perlu untuk terlalu diarahkan. Mereka sudah membiasakan

diri untuk bersikap rapi dan santun. Dalam sikap hormat ke guru

mereka seperti menghormati orang tuanya sendiri. Dalam hal ṣalat

mereka sering menjadi imam bagi teman-temannya sendiri. Ketika,

diminta untuk menjadi penceramah peserta didik sudah terbiasa untuk

tampil sebagai mubaligh, bahkan saat ditugaskan untuk mengisi

tausiyah di masjid-masjid sekitar MAN 1 Semarang.

Kemudian berkaitan untuk pembelajaran materi akidah akhlak

peserta didik di kelas ini mendapatkan materi penerapan akhlak terpuji

di masyarakat. Peserta didik dibiasakan untuk mengasah jiwa peduli

lingkungan dalam penerapan akhlak terpuji di dalam madrasah

ataupun di luar madrasah.

2. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Upaya untuk menerapkan pendidikan karakter di MAN 1 Semarang

sesungguhnya dilakukan dalam berbagai sektor. Namun, pembiasaan

dalam sektor pendidikan religiusitas lebih ditekankan sebagai ciri khas

MAN 1 Semarang. MAN 1 Semarang yang berkeinginan untuk melahirkan

output siswa yang beriman, bertakwa, berprestasi, tapi tetap berakhlakul

karimah. Oleh karena itu, upaya tersebut terwujud dalam beberapa

pembiasaan akhlak seorang muslim di lingkungan madrasah.

Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di MAN 1 Semarang

berupa pembinaan akhlak seorang muslim dalam perilaku keseharian. Pada

dasarnya di MAN 1 Semarang evaluasi pembelajaran akidah akhlak lebih

sering dilakukan dalam taraf praktik pengamalan keseharian, khususnya di

lingkungan MAN 1 Semarang.

55

Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di MAN 1 Semarang

adalah sebagai berikut.2

a. Nilai Ketuhanan (Religiusitas)

1) Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an merupakan bagian dari pembelajaran

akidah akhlak. Sebelum memulai pelajaran guru meminta salah

satu atau beberapa siswa untuk membaca Al-Qur’an. Hal ini

bertujuan untuk membiasakan peserta didik untuk rutin membaca

al-qur’an setiap hari. Harapannya pun mereka dapat

mempraktikkan hal tersebut juga ketika di luar KBM.

2) Meneladani Asma‘ul Ḥusna

Membaca asma‘ul ḥusna sering dilakukan pada pagi hari

setelah membaca dan menyimak al-qur’an. Hal tersebut dilakukan

bersama-sama. Biasanya peserta didik sudah disiapkan lembar foto

copy asma‘ul ḥusna, kemudian mereka tinggal membacanya

bersama-sama. Cara membacanya pun bukan sekedar membaca,

tetapi juga menggunakan irama lagu yang bagus sehingga terlihat

menarik.

Dalam pembelajaran akidah akhlak, asma‘ul ḥusna bukan

hanya sekedar dibaca dan dimengerti artinya, melainkan juga

meneladani makna yang terkandung di dalamnya. Merujuk dari

Permenag nomor 2 tahun 2008, ada 10 asma‘ul ḥusna yang

dipelajari serta diteladani, yaitu; al-Muqsiṭu (Yang Maha adil), al-

Wāriṡu (Yang Maha mewarisi), an-Nāfi‘u (Yang Maha memberi

manfaat), al-Bāsiṭu (Yang Maha melapangkan), al-Ḥafiẓu (Yang

Maha memelihara), al-Walī (Yang Maha memerintah), al-Wadūdu

(Yang Maha mencintai), ar-Rāfi‘u (Yang Maha meninggikan), al-

2 Implementasi nilai-nilai pendidikan ini diambil dari menelaah Permenag nomor 2 tahun

2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa

Arab di Madrasah.

56

Mu‘izu (Yang Maha memuliakan), al-‘Afuwwu (Yang Maha

pemaaf).

Berdasarkan asma‘ul ḥusna tersebut, kemudian

diimplementasikan dalam kehidupan keseharian. Misalnya, an-

Nāfi‘u (Yang Maha memberi manfaat), peserta didik diajarkan

untuk menjadi manusia yang selalu memberi manfaat kepada orang

lain, bukan sebaliknya selalu meresahkan. Kemudian, al-‘Afuwwu

(Yang Maha pemaaf), peserta didik diajarkan untuk menjadi

manusia yang pemaaf dan tidak pendendam atau mudah marah.

Hal ini bertujuan untuk menanamkan rasa mengenal Allah

lebih dekat lewat nama-nama-Nya yang indah. Harapannya

asma‘ul ḥusna bukan hanya sekedar menjadi bacaan rutin,

melainkan dapat menghayati dan meneladani maknanya dalam

pengamalan perilaku keseharian.

3) Hafalan Surat-Surat Pendek (Juz ‘Amma)

Hafalan surat-surat pendek (juz ‘amma) merupakan salah satu

evaluasi pembelajaran dalam pembelajaran akidah akhlak.

Biasanya setoran hafalan dilakukan sepekan sekali setelah proses

KBM mata pelajaran akidah akhlak.

Sesuai penuturan ibu Noor Hidayah, selaku guru pengampu

mata pelajaran akidah akhlak, beliau mengatakan bahwa hafalan ini

untuk menanamkan rasa cinta para siswa terhadap al-qur’an. Oleh

karena itu, dengan menghafalkan surat-surat dalam al-qur’an secara

langsung akan menumbuhkan kebiasaan peserta didik untuk

membaca al-qur’an juga. Selain itu bacaan tersebut bukan hanya

dilafadzkan dan dihafal, tetapi juga akan dapat merasuk dalam hati

peserta didik.

57

4) Meningkatkan kualitas akhlak dalam ibadah

Peningkatan kualitas akhlak dalam hal ibadah merupakan

salah satu pendidikan dalam meningkatkan kualitas akhlak

keseharian peserta didik. Dalam mata pelajaran akidah akhlak, hal

ini dipraktikkan dalam pembiasaan ṣalat ḍuḥa, selain ṣalat ẓuhur

yang juga dibiasakan saat istirahat siang bersama para guru.

Waktu ṣalat ḍuḥa diberikan saat jam istirahat pertama sekitar

setengah jam atau 30 menit, selebihnya mereka dapat pergi ke

kantin. Waktu istirahat sengaja diperlama supaya peserta didik

dapat menunaikan ṣalat ḍuḥa bersama-sama. Peserta didik kelas

awal (sepuluh) biasanya mereka diarahkan untuk ṣalat oleh guru

pengampu akidah akhlak atau guru yang lain. Tetapi, peserta didik

yang kelas atas (sebelas dan dua belas) biasanya mereka sudah

langsung menuju masjid dengan sendirinya.

Hal ini bertujuan untuk menanamkan jiwa mencintai ṣalat

sunnah, khususnya ṣalat ḍuḥa yang juga dicontohkan oleh

rasulullah saw. Di samping itu hal tersebut sebagai langkah untuk

mewujudkan pendidikan untuk meningkatkan kualitas akhlak

peserta didik, khususnya dalam ibadah.

b. Nilai Adab

1) Menerapkan Perilaku Terpuji dalam Pergaulan Remaja

Dalam pembelajaran akidah akhlak dipaparkan bahwa salah

satu hal yang perlu diperhatikan merupakan penerapan akhlak

terpuji dalam pergaulan remaja. Misalnya, etika bertemu muslim

lainnya di mana pun peserta didik berada, yaitu adab mengucapkan

salam.

Adab kebiasaan mengucap salam dilakukan di setiap tempat

yang dimasuki oleh peserta didik, kecuali kamar mandi atau WC.

Sebelum masuk ruang guru, perpustakaan, kelas, ruang OSIS,

ruang Pramuka, dan ruang lain. Hal tersebut juga dilakukan saat

58

mereka keluar ruangan. Selain itu mengucap salam atau menjawab

salam juga dilakukan saat proses KBM sebelum dan setelah

berlangsung. Begitu pula saat bertemu di koridor atau bertemu di

luar kelas, peserta didik dibiasakan untuk mengucapkan salam.

Hal ini bertujuan untuk terbiasa saling mendo’akan antara

muslim yang satu dengan yang lain. Di samping itu juga sebagai

bentuk penghormatan terhadap orang lain, baik itu setara, lebih tua,

maupun lebih muda. Dengan demikian, peserta didik ditanamkan

untuk senantiasa menyapa saudaranya seakidah maupun orang lain,

secara tidak langsung bentuk perhatian terhadap orang lain.

2) Menerapkan Perilaku Sopan Santun

Perilaku sopan dan santun terhadap guru merupakan

pembiasaan rasa hormat peserta didik terhadap pendidiknya. Pada

dasarnya adab tersebut bukan hanya dilakukan hanya kepada guru,

melainkan juga kepada warga sekolah yang lain. Misalnya,

karyawan TU, kepala madrasah, petugas perpustakaan, bahkan

kepada penjual kantin, satpam, dan tukang kebun madrasah.

Perilaku tersebut diajarkan dalam mata pelajaran akidah

akhlak sebagai langkah membentuk manusia yang menghargai

manusia lainnya. Namun, dalam implementasinya hal tersebut juga

di arahkan untuk menjadi kebiasaan keseharian.

Etika untuk menyapa, mencium tangan guru, konsultasi

permasalahan (share) kepada guru, berdialog dengan satpam

maupun tukang kebun dilakukan dengan tanpa beban. Peserta didik

menjadikan kebiasaan ini menjadi sebuah perilaku yang baik di

madrasah.

Hal ini bertujuan supaya dalam jiwa peserta didik tertanam

rasa kebersamaan, serta tidak saling membedakan antara yang satu

dengan yang lain. Selain itu, juga menanamkan sikap saling

menghargai dan menghormati kepada siapapun.

59

3) Etika Berpakaian Rapi dan Santun

Etika berpakaian rapi dan santun merupakan bagian dari

pendidikan akhlak yang diterapkan di MAN 1 Semarang. Siswa

laki-laki memakai celana panjang rapi seragam sesuai ketentuan

madrasah, sedang yang perempuan berseragam panjang berjilbab

rapi dan tidak menampilkan sosok seksi. Setiap seragam harus

sesuai dengan ketentuan madrasah, tidak boleh membuat seragam

model sendiri.

Dalam proses KBM mata pelajaran akidah akhlak, etika

berpakaian rapi dan santun merupakan salah satu hal yang

ditekankan. Bila berpakaian kurang rapi, biasanya langsung ditegur

oleh ibu Noor Hidayah dan tidak diperkenankan untuk ikut belajar

sebelum merapikan pakaiannya.

Hal ini bertujuan untuk menanamkan sikap peduli terhadap

menjaga aurat. Karena, sebagai seorang muslim menjaga aurat

merupakan kewajiban dari Allah swt dan mencerminkan pribadi

muslim. Berawal dari hal-hal kecil inilah pembentukkan karakter

dapat dilakukan.

c. Nilai Persaudaraan

1) Mengajarkan pentingnya silaturahmi

Silaturahmi merupakan kebiasaan yang mulai pudar di

kalangan remaja saat ini. Dalam pembelajaran akidah akhlak hal

tersebut dijelaskan dengan sedemikian rupa agar peserta didik

memahaminya dengan seksama dan mulai mempraktikkannya.

Praktik yang dilakukan bisa dimulai dari silaturahmi kepada teman

sebayanya, kemudian guru-guru yang mengajar, hingga ke orang

lain.

Hal tersebut mengajarkan kepada peserta didik untuk peduli

dan perhatian kepada saudaranya atau orang lain, sebagai bentuk

ciri seorang muslim.

60

2) Etika bertamu ke rumah orang lain

Selain mengajarkan pentingnya silaturahmi, dalam

pembelajaran akidah akhlak juga diajarkan untuk memahami etika

saat mengunjungi rumah orang lain. Di dalam Islam pun diuraikan

secara jelas bahwa untuk bertamu ke rumah orang lain melalui

beberapa prosedur yang tak boleh diabaikan.

Meminta izin kepada pemilik rumah merupakan kaidah

utama sebelum melangkah masuk. Jika memang diizinkan, barulah

tamu tersebut masuk ke rumah. Apabila sebaliknya, maka tamu tak

boleh memaksa.

Dengan demikian, peserta didik diajarkan untuk berperilaku

sopan dan santun saat bertamu ke rumah seseorang, sekalipun itu

teman sebayanya sendiri. Sebab, kebiasaan seseorang saat bertamu

dapat mencerminkan sebagian dari sifat atau karakter tamu

tersebut.

C. Analisis Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan melalui observasi,

wawancara, maupun dokumentasi, peneliti menganalisis implementasi atau

penerapan dari nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah

akhlak di MAN 1 Semarang.

Pembelajaran akidah akhlak yang terdapat di Madrasah Aliyah Negeri

1 Semarang tak terlepas dari beberapa aspek pembelajaran yang biasa

dilakukan dalam pembelajaran mata pelajaran lainnya.

1. Planning (Perencanaan)

Dalam hal ini pendidik mempersiapkan hal-hal yang akan

dilakukannya sebelum proses KBM berlangsung. Pendidik membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta mempersiapkan segala hal

dalam kegiatan KBM nantinya. Contoh, materi tentang memahami tauhid.

Pendidik menyiapkan RPP dengan tujuan pembelajaran peserta didik

61

mampu memahami dan menjelaskan tentang tauhid serta macam-

macamnya (ulūhiyah, rubūbiyah, mulkiyah, raḥmaniyah). Kemudian

metode pembelajaran yang akan digunakan adalah inquiring minds want to

know (melihat pengetahuan siswa). Metode tersebut, pendidik mengajak

peserta didik untuk membuat perkiraan-perkiraan tentang sebuah

pertanyaan yang pada akhirnya diarahkan untuk memahami materi yang

sedang dijelaskan.

2. Proses Pembelajaran

Setelah melalui tahap perencanaan, berikutnya adalah proses

pembelajaran yang berlangsung. Pada tahap ini RPP yang telah dibuat

dipraktikkan. Bagaimana pendidik menyampaikan dan mengarahkan

materi ajar kepada peserta didik agar mereka memahaminya. Contoh, pada

materi memahami tauhid tadi pendidik menjalankan RPP yang telah

dibuatnya. Pendidik menggunakan metode inquiring minds want to know

(melihat pengetahuan siswa). Mengawali pembelajaran pendidik memberi

satu pertanyaan yang berkaitan dengan isi materi untuk mengantarkan.

Pertanyaan tersebut yang dapat membangkitkan minat peserta didik untuk

mengetahui lebih lanjut. Pendidik meminta peserta didik untuk menjawab

pertanyaan tersebut sesuai dengan dugaan yang mereka pikirkan. Setelah

dugaan para siswa ditampung barulah pendidik membuat sebuah garis

lurus untuk menyimpulkan dan menjelaskan materi yang akan mereka

pelajari.

3. Manajemen Kelas

Berikutnya aspek manajemen kelas, hal ini merupakan faktor

penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran selain

penguasaan materi oleh pendidik. Sekalipun pendidik sangat menguasai

materi ajar, tetapi jika aspek manajemen kelasnya kurang baik juga akan

menghasilkan hasil yang kurang baik juga.

Dalam penelitian ini peneliti melihat langsung proses pembelajaran

yang dilakukan. Pendidik mengajak semua peserta didik untuk berdiskusi

bersama dengan cara melemparkan sebuah pertanyaan tiba-tiba kepada

62

peserta didik secaa acak. Hal tersebut bertujuan untuk mengajak peserta

didik tetap fokus terhadap proses pembelajaran, namun tetap tidak bosan.

Selain penyampaian materi, pendidik juga mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata yang ada di sekitar peserta didik.

4. Assessment (Penilaian)

Kemudian yang terakhir assessment (penilaian) dari pembelajaran

yang dilakukan. Timbal balik atau sikap peserta didik setelah mendapatkan

materi yang telah disampaikan. Kepahaman peserta didik akan terlihat,

jika peserta didik paling tidak dapat mengaplikasikan dalam perilaku atau

sikap. Jika tak terlihat hal tersebut mungkin saja terdapat sesuatu yang

perlu dibenahi agar dapat tercapai pembelajaran yang baik.

Dalam pembelajaran yang dilakukan oleh ibu Noor Hidayah, guru

akidah akhlak di MAN 1 Semarang beliau juga mencermati sedikitnya

perilaku di luar kelas ketika peserta didik sedang berkunjung di ruang guru

atau berpapasan saat di luar kelas. Selain itu beliau juga terkadang

bertanya tentang keseharian yang dilakukan oleh peserta didik dengan

metode share (bercerita). Tujuannya pendidik dapat memberi penilaian

terhadap perkembangan pembinaan akhlak yang dilakukan selain aspek

kognitif dalam hal kepahaman materi ajar.

Setelah menganalisis hasil penelitian dalam aspek-aspek pembelajaran

tersebut, peneliti juga menemukan beberapa hal positif berupa kelebihan atau

dampak baik dari implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam

pembelajaran akidah akhlak. Terlepas dari itu, peneliti juga menemukan hal

negatif berupa kekurangan atau kelemahan dalam melakukan implementasi

nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MAN 1

Semarang.

63

1. Kelebihan penerapan nilai-nilai pendidikan karakter dalam

pembelajaran akidah akhlak di MAN 1 Semarang

Berkenaan dengan kelebihan dalam penerapan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MAN 1 Semarang adalah

sebagai berikut.

a. Penyampaian materi yang berupa uraian panjang dengan dengan

berbagai istilah menjadi lebih mudah untuk dipahami oleh peserta

didik. Sebab, penjelasan yang dilakukan bukan hanya sekedar ceramah

saja melainkan ada praktik berupa penerapan. Misalnya, perilaku

budaya bersih dalam mewujudkan jiwa yang bersih. Maka, guru

mencoba menjelaskan dengan memperlihatkan perbandingan antara

siswa yang berpakaian rapi dengan yang kurang rapi. Kemudian, guru

meminta siswa untuk merapikan pakainnya.

b. Transfer nilai-nilai pendidikan karakter dapat terlihat setahap demi

setahap dalam diri peserta didik. Misalnya, peserta didik yang

sebelumnya jarang atau tidak pernah membaca al-qur’an setiap harinya,

kemudian dalam setiap pertemuan diharuskan untuk membaca al-quran.

Lambat laun peserta didik tersebut akan bisa membaca al-qur’an

dengan lancar.

c. Peserta didik melaksanakan kebiasaan-kebiasaan baik yang menuju

pada pembentukkan karakter tersebut merasa nyaman dalam

melakukannya. Hal ini lebih dikarenakan kebiasaan yang dibangun

tersebut bukan dengan cara dipaksakan melainkan dicontohkan oleh

guru yang mengajarkannya.

d. Dalam hal ṣalat khususnya, guru pengampu mata pelajaran akidah

akhlak selalu menjadi pendamping dalam penerapan kebiasaan-

kebiasaan nilai ketuhanan (religiusitas) seperti ṣalat dhuha, ṣalat ẓuhur

berjama’ah, hafalan surat pendek (juz ‘amma). Oleh karena itu, peserta

didik merasa pembiasaan tersebut masih ada perhatian dari guru

mereka.

64

e. Kebiasaan baik yang sudah terbangun pada jiwa peserta didik akan

dilakukan tanpa pembiasaan dari guru mereka lagi. Misalnya, saat

bertemu dengan guru siapapun atau memasuki ruangan guru atau

ruangan lain peserta didik secara spontan mengucapkan salam terlebih

dahulu baru kemudian masuk.

2. Kekurangan penerapan nilai-nilai pendidikan karakter dalam

pembelajaran akidak akhlak di MAN 1 Semarang

Terlepas dari hal-hal positif implementasi nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MAN 1 Semarang, peneliti

juga menemukan hal-hal negatif berupa kekurangan dalam

implementasinya. Sebagian besar kekurangan tersebut lebih dikarenakan

masalah tekhnis pelaksanaan di lapangan. Kekurangan yang ditemukan

oleh peneliti adalah sebagai berikut.

a. Tidak semua materi dalam materi akidah akhlak yang dapat diterapkan

dalam bentuk penerapan praktik atau diaplikasikan. Karena, materi

tersebut berkaitan dengan kepribadian peserta didik sendiri atau berupa

materi dalam hal pemikiran. Misalnya, materi ilmu kalam atau taswuf

yang tidak mudah untuk dicontohkan.

b. Dalam hal penerapan kebiasaan baik keseharian di madrasah belum

semua guru ikut memberikan contoh yang baik. Terkadang ada

beberapa guru yang belum bisa ikut andil dalam memberikan contoh

yang baik. Misalnya, saat pelaksanaan ṣalat ẓuhur berjama’ah, ketika

ṣalat sudah akan dimulai, tetapi ada guru yang sengaja menunda-nunda

untuk segera melakukannya. Bukankah hal tersebut secara tidak

langsung akan memberikan citra dan contoh buruk seorang pendidik.

c. Tidak semua perilaku peserta didik dapat terdeteksi oleh para pendidik.

Sebab, jumlah siswa di MAN 1 Semarang lebih banyak dari jumlah

guru yang mengajar. Oleh karena itu, jika ada peserta didik yang

melakukan beberapa sikap yang kurang baik tidak ada yang

mengingatkan secara langsung dengan tegas.

65

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi nilai-nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MAN 1 Semarang,

peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak ini,

terdapat beberapa nilai. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

peneliti merangkumnya menjadi tiga buah nilai, yaitu nilai ketuhanan

(religiusitas), nilai adab, dan nilai persaudaraan.

a. Nilai Ketuhanan (Religiusitas)

Nilai Ketuhanan (religiusitas) merupakan integrasi dari karakter cinta

kepada Tuhan dan segenap ciptaan-Nya. Nilai ini merupakan unsur

paling penting dalam membina karakter peserta didik, sebab keberadaan

nilai ini akan mempengaruhi penanaman nilai-nilai yang lain. Sebelum

nilai Ketuhanan ini benar-benar sepenuh hati tertanam dalam jiwa

peserta didik, maka akan sulit menerapkan nilai-nilai berikutnya pada

diri mereka kelak.

b. Nilai Adab

Nilai Adab merupakan integrasi dari karakter etika (akhlak) seorang

muslim. Etika seorang muslim terhadap dirinya sendiri maupun

terhadap orang lain. Nilai menunjukkan kepribadian seorang muslim

dalam berperilaku.

c. Nilai Persaudaraan

Nilai Persaudaraan merupakan integrasi dari karakter cinta damai,

gotong royong, toleransi, saling menolong, keadilan maupun kesatuan.

Hal ini merupakan karakter penting yang harus dimiliki peserta didik

saat terjun dalam ranah sosial. Peserta didik akan mengenal banyak

orang, maka dari itu ia akan menemui banyak karakter yang berbeda.

66

Oleh karena itu, peserta didik perlu untuk dibentuk karakter kepekaan

sosialnya.

Nilai-nilai tersebut, kemudian dijabarkan dalam beberapa pembiasaan

keseharian yang diintegrasikan dari permenag no. 2 tahun 2008 tentang

Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan

Bahasa Arab di Madrasah. Pembahasaannya pada bab aspek materi ajar

mata pelajaran akidah akhlak.

2. Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang diterapkan dalam

rangka membentuk karakter peserta didik, tetaplah mengalami banyak

kekurangan. Secara konsep sudah baik, tetapi belum tentu baik dalam

penerapannya. Dalam praktik di lapangan peneliti melihat juga beberapa

kendala yang terdapat dalam proses penerapannya.

Beberapa diantaranya yang dapat terlaksana dengan baik, seperti

membiasakan untuk membaca Al-Qur’an, pembiasaan ṣalat ḍuḥa dan ṣalat

ẓuhur berjamaah di masjid Man 1 Semarang, mengucap salam saat masuk

ruangan dan bertemu dengan guru, serta etika berpakaian rapi dan santun.

B. Saran

Untuk Madrasah

1. Pertahankan penerapan nilai-nilai pendidikan karakter yang sudah berjalan

dengan baik untuk ditingkatkan menjadi lebih baik. Sedangkan

implementasinya yang belum maksimal dibenahi supaya menjadi lebih

maksimal.

2. Usahakan melibatkan semua pihak di lingkungan madrasah, khususnya

para guru dalam implementasi nilai-nilai pendidikan karakter ini supaya

tidak terkesan hanya tugas dari guru-guru pengampu mata pelajaran agama

saja. Pada dasarnya semua guru merupakan pendidik yang memiliki tugas

mulia untuk mengantarkan peserta didik memiliki akhlakul karimah.

67

Untuk Para Pendidik

1. Upayakan menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dalam jiwa

para pendidik agar secara tidak langsung peserta didik akan menirunya.

2. Diperkuat lagi persatuan para pendidik dalam usaha melakukan penerapan

nilai-nilai pendidikan karakter ini, supaya bukan terkesan hanya tugas

beberapa guru yang berwenang saja.

3. Tumbuhkan budaya islami di setiap proses KBM yang sedang

berlangsung, sehingga proses pendidikan karakter dapat terus berjalan

dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut

Tafsir Min Ibni Katsiir, terj. M. Abdul Ghoffar E. M. dan Abu Ihsan Al-

Atsari, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2008.

Abdulmuqtadir, Ibrahim bin Fathi, Washoya Luqmanun, terj. Umar Mujtahid,

Wisdom of Luqman El-Hakim: 12 Cara Membentengi Kerusakan Akhlak,

Solo: Aqwam, 2008.

Ainun Nadziroh, Pembentukkan Akhlak bagi Santri di Pondok Pesantren Al-

Hikmah 02 Putri Benda Sirampog Brebes. Skripsi mahasiswa Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2006.

Al Thoumy Al Syaibani, Omar Muhammad, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta:

Bulan Bintang, 1979.

Al-„Adawi, Abu Abdullah Musthafa, Fiqh Tarbiyah Abna Wa Tha’ifah Min

Nasha’ih Al-Athibba, terj. Umar Mujtahid dan Faisal Saleh, Fikih

Pendidikan Anak : Membentuk Kesalehan Anak Sejak Dini (Dilengkapi

Nasehat Para Dokter dan Psikolog Anak), Jakarta: Qisthi Press, 2006.

Al-Abrasyi, M. Athiyah, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1970.

Albertus, Doni Koesoema, ”Pendidikan Karakter”, dalam

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/ diakses 17 Desember 2010.

Al-Qarni, „Aidh, At-Tafsir Al-Muyassar, terj. Tim Qisthi Press, Tafsir Muyassar,

Jakarta Timur: Qisthi Press, 2008.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta.

Awwad, Jaudah Muhammad,Manhajul Islami fit Tarbiyatil Athfal, terj.

Shihabuddin, Mendidik Anak Secara Islam, Jakarta: Gema Insani Press,

1996.

Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-

Qur’an, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.

Bisri, Cik Hasan, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, Jakarta:

Rajawali Pers, 2001.

Departemen Agama RI, Al-qur’an Dan Terjemahnya, Jakarta: CV. Darus Sunnah,

2002.

Djatnika, Rahmat, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), Surabaya: Pustaka Islam,

1996.

Dokumentasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Semarang.

El-Makassary, Ali, Yang Muda Yang Takut Dosa, Klaten: Wafa Press, 2006.

Hidayah, Pola Pendidikan Agama dalam Keluarga Pengaruhnya terhadap

Keberagamaan Anak di Desa Cangkring Karanganyar Demak. Skripsi

mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2005.

Imam An-Nawawi, Al-Arba’in An-Nawawi, terj. Wahid Ahmadi, Hadits-Hadits

Arba’in Nawawiyah, Solo: Era Intermedia, 2005.

M. Basyuni, Muhammad, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia no. 2

tahun 2008, Jakarta: t. p., 2008.

Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progresif,

1989.

Musthafa, Fuhaim, Manhajuth Thiflil Muslim; Dalilul Mu’alimin Wal Aba’Ilat-

Tarbiyati Abna’ Fi Riyadhil Athfal Wal Madrasatil Ibtidaiyah, terj. Abdillah

Obid dan Yessi HM. Basyaruddin, Manhaj Pendidikan Anak Muslim,

Jakarta Selatan: Mustaqiim, 2003.

Nana Sudjana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar

Baru, 1989.

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja

Rosdakarnya, 2003.

Pusat Bahasa Depdiknas RI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan”,

dalam http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php diakses 5 Mei 2011.

Quthb, Sayyid, Fi Zhilalil Qur’an, terj. As‟ad Yasin dkk., Tafsir Fi Zilalil Qur’an

Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 9, Jakarta: Gema Insani Press, 2008.

Santana K., Septiawan, Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta:

Buku Obor, 2007.

STAIN Cirebon, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Cirebon: STAIN Cirebon

Perss , 2006.

Sudrajat, Akhmad, “Tentang Pendidikan Karakter”, dalam

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ diakses 21 Desember 2010.

Suyanto, “Urgensi Pendidikan Karakter”, dalam

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/ diakses 17 Desember 2010.

Ulwan, Abdullah Nashih, Mencintai Dan Mendidik Anak Secara Islami,

Yogyakarta: Darul Hikmah, 2009.

UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Widiastono, Tonny D., Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta: Buku Kompas,

2004.

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fasilitas Pribadi (Sarana dan Prasarana) milik MAN 1 Semarang, 45 -

46.

Tabel 2 Data Guru yang mengajar di MAN 1 Semarang dan jabatannya dalam

struktur madrasah, 48 - 52.

Tabel 3 Data Pegawai dan Karyawan Tata Usaha (TU) di MAN 1 Semarang,

52-53.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Denah Lokasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Semarang, 44.

DAFTAR SINGKATAN

BK : Bimbingan Konseling

BTA : Baca Tulis Al-Qur’an

IMTAQ : Iman dan Taqwa

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi

KBM : Kegiatan Belajar Mengajar

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Permenag : Peraturan Menteri Agama

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sisdiknas : Sistem Pendidikan Nasional

SK : Surat Keputusan

SP : Sekolah Pendidikan

UU : Undang-Undang

DOKUMENTASI PENELITIAN

Dra. Noor Hidayah Budhi

Guru Akidah Akhlak MAN 1 Semarang saat diinterviu oleh Peneliti

Siswa Putra MAN 1 Semarang saat diinterviu oleh Peneliti

Siswa Putri MAN 1 Semarang saat diinterviu oleh Peneliti

Proses Pembelajaran di kelas sedang berlangsung

SILABUS PEMBELAJARAN

NAMA MADRASAH : MAN 1 SEMARANG

MATA PELAJARAN : AKIDAH AKHLAK

KELAS / SEMESTER : X [SEPULUH] / I [GANJIL]

ALOKASI WAKTU : 2 X 45 menit

NO. ASPEK SILABUS DIKRIPSI ISI SILABUS

A Standar Kompetensi Memahami Tauhid

B Kompetensi Dasar a. Menjelaskan pengertian tauhid dan istilah-

istilah lainnya

b. Menjelaskan macam-macam tauhid (ulūhiyah,

rubūbiyah, mulkiyah, raḥmaniyah dan lain-

lain)

C Indikator Hasil Belajar Siswa mampu

1. Memahami pengertian tauhid

2. Memahami makna dari macam-macam tauhid

(ulūhiyah, rubūbiyah, mulkiyah, raḥmaniyah

dan lain-lain)

D Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran peserta didik mampu

memahami dan menjelaskan tentang tauhid serta

macam-macamnya.

E Materi Pokok Memahami tauhid

F Metode Pembelajaran INQUIRING MINDS WANT to KNOW (Melihat

Pengetahuan Siswa)

G Sumber Belajar, Bahan

dan Alat

1. Lembar peraga peta konsep dan sketsa

penerapan konsep.

2. Buku refrensi sesuai dengan mata pelajaran

yang diajarkan.

3. Lembar kegiatan siswa.

H Penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

Semarang, 10 Juli 2009

Mengetahui Penyusun

Kepala Madrasah Guru Mata pelajaran

Drs. Syaefudin, M Pd Dra. Noor Hidayah Budhi S

NIP. 19651015 199203 1 003 NIP. 196504182005012001

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

NAMA MADRASAH : MAN 1 SEMARANG

MATA PELAJARAN : AQIDAH AKHLAK

KELAS / SEMESTER : X [SEPULUH] / [GANJIL]

ALOKASI WAKTU : 2 X 45 MENIT

Standar Kompetensi : Memahami Tauhid

Kompetensi Dasar :

1. Menjelaskan pengertian tauhid dan istilah-istilah tauhid lainnya

2. Menjelaskan macam-macam tauhid (ulūhiyah, rubūbiyah, mulkiyah,

raḥmaniyah dan lain-lain)

Indikator

Siswa mampu

1. Memahami pengertian tauhid

2. Memahami makna dari macam-macam tauhid (ulūhiyah, rubūbiyah,

mulkiyah, raḥmaniyah dan lain-lain)

1. Tujuan pembelajaran

Setelah proses pembelajaran peserta didik mampu memahami dan menjelaska

tentang tauhid serta macam-macamnya.

2. Materi Ajar

Memahami Tauhid

Tauhid yaitu

3. Metode pembelajaran

INQUIRING MINDS WANT to KNOW (Melihat Pengetahuan Siswa)

Metode sederhana ini dapat membangkitkan keingintahuan siswa dengan meminta

mereka untuk membuat perkiraan-perkiraan tentang suatu topik/suatu

pertanyaan.biasanya siswa cenderung diam ketika diajak untuk membahas materi-

materi yang belum terpecahkan pada pertemuan sebelumnya jika diminta untuk

menjawab secara bersama-sama dalam satu kelas, siswa terlihat lebih kompak dan

bersemangat dalam memberikan respon/tanggapan.

4. Langkah Pembelajaran

Kegiatan Awal

a. Mengamati dan mengarahkan sikap siswa agar siap memulai pelajaran

b. Mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa

c. Melakukan tes penjajakan (pre-tes) dan mengidentifikasi keadaan siswa

d. Mengingatkan pelajaran yang telah diterima dan mengaitkan pada pelajaran

baru

e. Penjelasan singkat tentang tujuan dan proses pembelajaran yang akan

dijalani siswa

Kegiatan Inti

a. Buat satu pertanyaan tentang isi pelajaran yang dapat membangkitkan minat

siswa untuk mengetahui lebih lanjut atau mau mendiskusikannya dengan

teman. Pertanyaan tersebut harus dibuat yang sekiranya hanya diketahui

oleh sebagian kecil siswa.

b. Anjurkan siswa untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka.

Gunakan kata-kata; coba perkirakan, apa kira-kira?

c. Jangan memberi jawaban secara langsung. Tampung semua dugaan-dugaan.

Biarkan siswa bertanya-tanya tentang jawaban yang benar.

d. Gunakan pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengerjakan apa yang

akan anda ajarkan kepada siswa.

e. Berikan kunci jawaban yang benar terhadap pertanyaan yang diajukan pada

saat menyampaikan pembahasan materi pembelajaran.

f. Berikan tugas mandiri untuk mendalami materi pembelajaran.

Kegiatan Akhir

a. Memberikan penegasan dan menyimpulkan materi ajar yang sudah di

pelajari.

b. Memberikan post tes untuk mengetahui hasil pembelajaran.

c. Memberikan tugas mandiri untuk mendalami materi ajar.

5. Alat/Bahan/Sumber Belajar

a. Lembar peraga yang berisi peta kosep sesuai materi ajar.

b. Lembar peraga yang berisi sketsa penerapan konsepsesuai materi.

c. Buku referensi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

d. Lembar Kegiatan Siswa.

6. Penilaian

a. Kognitif [Tes Lisan / Tulis]

No ITEM SOAL Bobot Catatan

01 Jelaskan apa yang dimaksud dengan tauhid! 3

02 Bagaimana makna dari tauhid ulūhiyah! 4

03 Apa yang anda ketahui tentang tauhid rubūbiyah! 4

04 Jelaskan maksud dari tauhid raḥmaniyah! 4

05 Uraikan perbedaan dari tauhid ulūhiyah dengan tauhid

rubūbiyah!

5

b. Afektif [Pengamatan minat dan bakat]

No Nama Siswa

Aspek Penilaian Afektif Jml

Skor Nilai Catatan

Respon Disiplin Kerja

Sama

Tuntas

Tugas

01

02

03

c. Psikomotorik [Unjuk Kerja]

No Nama

Siswa

Aspek Penilaian Psikomotorik Jml

Skor Nilai Catatan

Penguasaan Sistematika Kecakapan Kualitas

01

02

03

Semarang, 10 Juli 2009

Mengetahui Penyusun

Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

Drs. Syaefudin, M. Pd Dra. Noor Hidayah Budhi S

NIP. 196510151992031003 NIP. 196504182005012001

SILABUS PEMBELAJARAN

NAMA MADRASAH : MAN 1 SEMARANG

MATA PELAJARAN : AKIDAH AKHLAK

KELAS / SEMESTER : X [SEPULUH] / I [GANJIL]

ALOKASI WAKTU : 2 X 45 menit

NO. ASPEK SILABUS DIKRIPSI ISI SILABUS

A Standar Kompetensi Memahami Tauhid

B Kompetensi Dasar a. Menunjukkan perilaku orang yang bertauhid

b. Menerapkan perilaku bertauhid dalam

kehidupan sehari-hari

C Indikator Hasil Belajar Siswa mampu

1. Menjelaskan perilaku orang yang bertauhid

2. Menjelaskan dan menerapkan tentang perilaku

bertauhid dalam kehidupan sehari-hari

D Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran peserta didik mampu

memahami dan menjelaskan tentang perilaku

bertauhid

E Materi Pokok Memahami tauhid

F Metode Pembelajaran SYNERGETIC TEACHING (Pengajaran Bersinergi)

G Sumber Belajar, Bahan

dan Alat

1. Lembar peraga peta konsep dan sketsa

penerapan konsep.

2. Buku referensi sesuai dengan mata pelajaran

yang diajarkan.

3. Lembar kegiatan siswa.

H Penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

Semarang, 10 Juli 2009

Mengetahui Penyusun

Kepala Madrasah Guru Mata pelajaran

Drs. Syaefudin, M Pd Dra. Noor Hidayah Budhi S

NIP. 19651015 199203 1 003 NIP. 196504182005012001

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

NAMA MADRASAH : MAN 1 SEMARANG

MATA PELAJARAN : AQIDAH AKHLAK

KELAS / SEMESTER : X [Sepuluh] / [Ganjil]

ALOKASI WAKTU : 2 X 45 menit

Standar Kompetensi : Memahami Tauhid

Kompetensi Dasar :

1. Menunjukkan perilaku orang yang bertauhid

2. Menerapkan perilaku bertauhid dalam kehidupan sehari-hari

Indikator

Siswa mampu

1. Menjelaskan perilaku orang yang bertauhid

2. Menjelaskan dan menerapkan tentang perilaku bertauhid dalam kehidupan

sehari-hari

1. Tujuan pembelajaran

Setelah proses pembelajaran peserta didik mampu memahami dan menjelaskan

tentang perilaku bertauhid.

2. Materi Ajar

Penerapan perilaku bertauhid dalam kehidupan sehari-hari

3. Metode pembelajaran

SYNERGETIC TEACHING (Pengajaran Bersinergi)

Ini merupakan metode yang menggabungkan dua cara belajar yang berbeda.

Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil

belajar dari materi yang sama dengan cara yang berbeda dengan

membandingkan catatan.

4. Langkah Pembelajaran

Kegiatan Awal

a. Mengamati dan mengarahkan sikap siswa agar siap memulai pelajaran

b. Mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa

c. Melakukan tes penjajakan (pre-tes) dan mengidentifikasi keadaan siswa

d. Mengingatkan pelajaran yang telah diterima dan mengaitkan pada

pelajaran baru

e. Penjelasan singkat tentang tujuan dan proses pembelajaran yang akan

dijalani siswa

Kegiatan Inti

a. Bagi kelas menjadi dua kelompok, pindahkan kelompok pertama ke kelas

lain, atau tempat lain yang tidak memungkinkan mereka mendengarkan

pelajaran anda untuk membaca bacaan dari topik yang akan anda pelajari.

b. Pastikan bahwa bacaan dapat dipahami dengan baik dan sesuai dengan

waktu yang anda perkirakan untuk pembelajaran.

c. Dalam waktu yang sama, sampaikan materi tersebut kepada kelompok

kedua dengan metode ceramah di kelas asal.

d. Minta siswa untuk mencari pasangan kawan yang tadi menerima pelajaran

dengan cara yang berbeda. Anggota kelompok satu akan mencari kawan

dari anggota kelompok dua.

e. Keduanya diminta untuk menggabungkan hasil belajar yang mereka

peroleh dengan cara yang berbeda tersebut.

f. Berikan kesempatan siswa untuk menyampaikan hasil belajar yang mereka

peroleh didepan kelas.

g. Sampaikan ulasan dan pembahasan untuk mempertajam pemahaman

siswa.

Kegiatan Akhir

a. Memberikan penegasan dan menyimpulkan materi ajar yang sudah di

pelajari.

b. Memberikan post tes untuk mengetahui hasil pembelajaran.

c. Memberikan tugas mandiri untuk mendalami materi ajar.

5. Alat/Bahan/Sumber Belajar

a. Lembar peraga yang berisi peta kosep sesuai materi ajar.

b. Lembar peraga yang berisi sketsa penerapan konsep sesuai materi.

c. Buku referensi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

d. Lembar Kegiatan Siswa.

6. Penilaian

a. Kognitif [Tes Lisan / Tulis]

No ITEM SOAL Bobot Catatan

01 Bagaimana cara anda menerapkan tauhid dalam

lingkungan tempat tinggal anda!

3

02 Jelaskan ciri-ciri orang yang bertauhid! 4

03 Apa yang dimaksud dengan perilaku bertauhid! 4

04 Jelaskan perbedaan antara orang yang perilakunya

bertauhid dengan yang tidak bertauhid!

4

05 Berikan contoh orang yang melakukan tauhid! 5

b. Afektif [Pengamatan minat dan bakat]

No Nama Siswa

Aspek Penilaian Afektif Jml

Skor Nilai Catatan

Respon Disiplin Kerja

Sama

Tuntas

Tugas

01

02

03

c. Psikomotorik [Unjuk Kerja]

No Nama

Siswa

Aspek Penilaian Psikomotorik Jml

Skor Nilai Catatan

Penguasaan Sistematika Kecakapan Kualitas

01

02

03

Semarang, 10 Juli 2009

Mengetahui Penyusun

Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

Drs. Syaefudin, M. Pd Dra. Noor Hidayah Budhi S

NIP. 196510151992031003 NIP. 196504182005012001

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Roh Agung Dwi Wicaksono

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 20 November 1988

3. NIM : 063111015

4. Alamat Rumah : Kebon Arum Utara VI no. 26 Rt.06 Rw.X

Pucang gading, Mranggen, Demak

5. HP : 024-70246728

6. E-Mail : [email protected]

7. Web-Blog : http://raddywicaks.wordpress.com

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal :

1. SDN Tirtoyoso 04 Semarang Lulus Tahun 2000.

2. SLTP N 32 Semarang Lulus Tahun 2003.

3. MAN 1 Semarang Lulus Tahun 2006.

4. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2006

C. Pengalaman Organisasi

Nama Organisasi Jabatan Tahun

UKMF BITA Anggota 2006-2008

UKMI KSMW Departemen

Pengembangan Wacana

2008-2009

KAMMI Komisariat IAIN

Walisongo

Departemen

Sosial Masyarakat

2008-2009

Forum Lingkar Pena (FLP)

Ranting Ngaliyan Semarang

Sekretaris Umum 2009-2010

Pesantren Mahasiswa

(PesMa) Qolbun Salim

Walisongo Semarang

Direktur 2009-2010

Forum Lingkar Pena (FLP)

Cabang Semarang

Departemen Human

Resource Development

(HRD)

2009-2010

D. Karya Yang Pernah Terpublikasikan

1. Artikel “Melihat Esensi Qurban” di Buletin Al-Hikam edisi 18/Desember

2008 M/Dzulhijah 1429 H.

2. Artikel “Menjadi Pemimpin Yang di-Idola-kan Umat” di buletin Al-HIkam

edisi 19/Maret 2009 M/Robi„ul awal 1430 H.

3. Artikel “Copy Paste Ilmu Islam Oleh Barat” di Majalah Al-Hikam edisi

21/Maret 2011/Robi„uṡ ṡani 1432 H

4. Motivasi “Bercermin Dari Dirimu” di buletin Al-Qolam FLP Ranting

Ngaliyan edisi 01/September 2009

5. Motivasi “Makna Sebuah Renungan” di Buletin Al-Qolam FLP Ranting

Ngaliyan edisi 02/Mei 2010

6. Cerpen “Tekad Perubahan” sebagai Nominator dalam Lomba Cipta

Cerpen Tingkat Mahasiswa dengan tema “Religiusitas Kepemimpinan”

oleh Forum Sastra (ForSas) Semarang Maret 2009

7. Cerpen “Masih Ada Waktu” sebagai 6 Finalis Terbaik dalam Lomba Cipta

Cerpen Tingkat Mahasiswa oleh SMF Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang Tahun 2009

8. Cerpen “Trouble Maker” dalam buku Antologi Cerpen “Sekolah Kolong

Langit” FLP Ranting Ngaliyan-Semarang diterbitkan oleh PM Publisher

Maret 2011

Semarang, 9 Juni 2011

Roh Agung Dwi Wicaksono

NIM : 063111015