bab ii pkbb

32
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Asuhan Keperawatan Jiwa, 2014). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2013). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1996). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif (Gambar 1). Respons Respons Adaptif Maladaptif 5

Upload: heriawansiahaan

Post on 18-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ok sip

TRANSCRIPT

Microsoft Word - kekerasan-1

BAB IILANDASAN TEORI

A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Asuhan Keperawatan Jiwa, 2014).Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2013).Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1996). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif (Gambar 1).

Respons Respons

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 1. Rentang Respon Marah

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menantang merupakan respon yang maladaptif, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu: Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega. Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis. Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain. Kekerasan: sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancamanancaman, melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/ merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

B. Faktor PredisposisiFaktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu: 1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan. 2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. 3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive). 4. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

C. Faktor Prespitasi Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflikdapat pula memicu perilaku kekerasan.D. Tanda dan Gejala Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara: Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang. Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien.

E. Mekanisme Koping Menurut Stuart dan Laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :1. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara moral. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.2. Proyeksi, yaitu menyalahkan oranglain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.3. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orangtuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orangtua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.4. Reaksi Formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.5. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak yang berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang perangan dengan temannya.

F. Masalah Keperawatan 1. Perilaku kekerasan 2. Resiko mencederai 3. Gangguan harga diri: harga diri rendah

G. Pohon Masalah

Resiko mencederai Orang lain/ lingkungan

Perilaku Kekerasan (CP)

Gangguan harga diri: harga diri rendah

H. Diagnosa 1. Resiko mencederai orang lain2. Perilaku kekerasan

I. Rencana Kegiatan Keperawatan Rencana tindakan keperawatan dibagi dua, yaitu: 1. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga klien: a. Pertemuan ke 1 Kontrak dengan keluarga Identifikasi masalah keluarga Informasi tentang perilaku kekerasan Informasi tentang cara merawat klien perilaku kekerasan b. Pertemuan ke 2 dan 3 Penerapan cara merawat klien selama dirawat di rumah sakit c. Pertemuan ke 4 Perencanaan pulang, tentang cara merawat klien di rumah Cara mengevaluasi perilaku kekerasan di rumah Cara mengevaluasi jadwal kegiatan di rumah

J. Pedoman Manajemen Krisis Saat Terjadi Perilaku Kekerasan 1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai pemimpin (leader) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab shif , perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia, 1998): Aktivitas ketua tim krisis oSusun anggota tim krisis oBeritahu petugas keamanan jika perlu oPindahkan klien lain dari area penanganan oAmbil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan) oUraikan perencanaan penanganan pada tim Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien oJelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif oIkat klien dengan petunjuk ketua tim oBerikan obat sesuai program terapi dokter Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien oEvaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim oJelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan oIntegrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap 2. Pembatasan Gerak Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998). Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut: Tunjuk ketua tim krisis oJelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain. Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk mengakhiri tindakan. Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya oBantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan. Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri, dan kebersihan kamar. Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan keperawatan yang diperlukan. Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap oDokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon klien dan alasan penghentian pembatasan gerak. 3. Pengekangan/ pengikatan fisik Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan masih umum digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury, 1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998): Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri klien yang berkurang karena pengekangan. Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan nyaman. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan bukan hukuman. Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis. Ikatan tidak terjangkau klien. Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman. Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi kerjasama klien pada tindakan. Perawatan pada daerah pengikatan: pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi. lakukukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap 2 (dua) jam. lakukan perubahan posisi tidur. periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara bertahap. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan semula. Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien.

26

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DX. KEPERAWATANRESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEKERASANNama Klien: RENCANA KEPERAWATAN Dx. Medis : Ruang: No. CM. : TGL. NO. DX. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN INTERVENSI

TUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. TUM: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen perilaku kekerasan. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1.1Klien mau membalas salam 1.2Klien mau menjabat tangan 1.3Klien mau menyebutkan nama 1.4Klien mau tersenyum 1.5KLien mau kontak mata 1.6KLien mau mengetahui nama perawat.

1.1.1Beri salam/ panggil nama 1.1.2Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan 1.1.3Jelaskan maksud hubungan interaksi 1.1.4Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat 1.1.5Beri rasa aman dan sikap empati 1.1.6Lakukan kontak singkat tapi sering

TUK 2: Klien dapat mengidentifikasikan penyebab perilaku kekerasan. Klien mengungkapkan perasaannya Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/ kesal (dari diri sendiri, dari lingkungan/ orang lain).

Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya 2.2.1 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/ kesal

TUK 3: Klien dapat mengindentifikasikan tandatanda perilaku kekerasan 3.1 Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/ jengkel

3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami 3.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan yang dialami dan rasakan saat jengkel/ kesal 3.1.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien 3.2.1 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien

TUK 4: Klien dapat mengindentifikasi perilku kekerasan yang biasa dilakukan. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien dapat dilakukan cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. 4.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klein 4.2.1Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 4.3.1 Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan 5.1 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien 5.1.1 Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien 5.1.2 Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan oleh klien 5.1.3 Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?

TUK 6: Klien dapat medefisinisikan cara konatruktif dalam berespon terhadap kemarahan 6.1 Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif 6.1.1 Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat? 6.1.2 Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat 6.1.3 Diskusikan dengn klien cara lain yang sehat: a. Secara fisik: tarik napas dalam, jika sedang kesal/ memukul bantal/ kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga b. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang kesal/ tersinggung/ jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya) c. Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara yang sehat, latihan asertif. Latihan manajemen perilaku kekerasan d. Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa/ ibadah lain,

meminta pada Tuhan, untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan tentang kekerasan/ kejengkelan.

TUK 7: Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan 7.1 Kien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan Fisik: tarik napas dalam, olah raga, pukul kasur dan bantal. Verbal: mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti Spiritual: sembahyang, berdoa atau ibadah klien 7.1.1.7.1.2.Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah diplih 7.1.3.Bantu klien menstimulasikan tersebut (role play) 7.1.4.Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut 7.1.5.Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah 7.1.6.Susun jadual melakukan cara yang telah dipelajari

TUK 8: Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)

8.1 Klien dapat menyebutkan obatobat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis, dan efek)

8.2 Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengelolaan 8.1.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien 8.1.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizing dokter 8.1.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum) 8.1.4 Jelaskan manfaat minum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan 8.2.1 Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu 8.2.2 Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan 8.2.3 Beri pujian jika klien minum obat dengan benar

TUK 9: Klien mendapat dukungan keluarga mengontrol perilaku kekerasan 9.1 Keluarga klien dapat: Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan Mengungkapkan rasa puar dalam merawat klien 9.1.1 Identifikasikan kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini 9.1.2 Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien 9.1.3 Jelaskan cara-cara merawat klien: Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstuktif Sikap tenang, bicara tenang dan jelas Membantu klien mengenal penyebab marah 9.1.4 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien 9.1.5 Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi

TUK 10: Klien mendapat perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan 10.1 Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara rendah, tunjukkan kepedulian 10.2 Lindungi agar klien tida k mencederai orang lain dan lingkungan 10.3 Jika tidak dapat diatasi, lakukan: Pembatasan gerak atau pengekangan (lihat prosedur)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Masalah: Perilaku kekerasan Pertemuan: Ke 1 (satu)

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marahmarah dan memecahkan piring dan gelas. 2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. 3. TUK : 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mengidentifikasi penyebab marah

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 1. Orientasi a. Salam terapeutik Selamat pagi, nama saya Budi Anna. Panggil saya suster Budi. Namanya siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat Ali. b. Evaluasi/ validasi Ada apa di rumah sampai dibawa kemari? c. Kontrak Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan Ali marah Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar perawat? Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit 2. Kerja Apa yang membuat Ali membanting piring dan gelas? Apakah ada yang membuat Ali kesal? Apakah sebelumnya Ali pernah marah? Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang? Baiklah, jadi ada . (misalnya 3) penyebab Ali marah-marah. 3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap? b. Evaluasi Obyektif Coba sebutkan 3 penyebab Ali marah. Bagus sekali. c. Rencana Tindak Lanjut Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Ali ingat lagi, penyebab Ali marah yang belum kita bicarakan. d. Kontrak Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan Ali pada saat marah dan cara marah yang biasa Ali lakukan. Tempat: Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini? Waktu: Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Masalah: Perilaku kekerasan Pertemuan: Ke 2 (dua)

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien dapat menyebabkan penyebab marah. 2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. 3. TUK : 3. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 1.Orientasi a. Salam terapeutik Selamat siang Ali. b. Evaluasi/ validasi Bagaimana perasaan Ali saat ini? Apakah masih ada penyebab kemarahan Ali yang lain? c. Kontrak Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Ali saat sedang marah Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat? Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja? 2. Kerja Ali pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Ali rasakan? Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir? Lalu apa biasanya yang Ali lakukan? Apakah sampai memukul? Atau marah-marah? Ali, coba dipraktekkan cara marah Ali pada suster Budi. Anggap suster budi adalah Ibu yang membuat Ali jengkel. Wah bagus sekali. Nah, bagaimana perasaan Ali setelah memukul meja? Apakah masalahnya selesai? Apa akibat perilaku Ali? Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa ke rumah sakit Bagaimana Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat? Baiklah, waktu kita sudah habis. 3. Terminasi a. Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap? b. Evaluasi Obyektif Apa saja yang kita bicarakan? Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke. Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke. Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit. c. Rencana Tindak Lanjut Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi perasaan Ali sewaktu marah, dan cara Ali marah serta akibat yang terjadi. Kalau di runah sakit ada yang membuat Ali marah, langsung beritahu suster. d. Kontrak Waktu: Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?

Tempat: Bagaimana kalau disini lagi? Topik: Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Masalah: Perilaku kekerasan Pertemuan: Ke 3 (tiga)

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi. 2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. 3. TUK : 5. Memilih satu cara marah yang konstruktif 6. Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 1. Orientasi Salam terapeutik Selamat pagi Ali. Evaluasi/ validasi Bagaimana perasaan Ali saaty ini? Wah bagus. Apakah ada yang membuat Ali marah sore dan malam kemarin? Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya Ali, masih ada tambahan (jika perlu ulang satu-satu). 2. Kontrak Topik : Ali masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan latihan cara marah yang sehat. Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa Waktu : Mau berapa lama? 15 menit ya Ali. 3. Kerja Ali ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara Nah, Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal? Baiklah, kita latihan nafas dalam Jadi, kalau Ali kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar cara marah yang lama tidak terjadi. Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik napas dari hidung dan keluarkan dari mulut. Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari mulut. Oke, ulang sampai 5 kali. 4. Terminasi a. Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Ali setelah latihan, ada perasaan plong atau lega? b. Evaluasi Obyektif Coba apa yang sudah kita pelajari? Bagus, berapa kali tarik napas dalam? Ya benar, 5 kali. c.Rencana Tindak Lanjut Nah, berapa kali sehari Ali mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali? Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum makan dan malam sebelum tidur Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal Bagimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik, nanti kalau sudah dijalankan di cek list. Nah, ini caranya. d.Kontrak Topik: Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara lain. Waktu: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00 Tempat: Mau dimana? Disini lagi? Baik, sampai nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda : Reflika Aditama.

Keliat B.A, 1998, ProsesKeperawatanKesehatanJiwa, ( Terjemahan ). Jakarta : EGC.