bab ii. pengutek fixdocx
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Pengukuran TeknikTRANSCRIPT
![Page 1: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran
2.1.1 Pengertian Pengukuran
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Suatu besaran ini dibandingkan
dengan besaran standar. Proses pengukuran akan menghasilkan angka yang diikuti
dengan nama besaran acuannya. Bila tidak diikuti dengan besaran acuan, maka
pengukuran akan menjadi tidak berarti. Jadi mengukur adalah suatu proses
mengaitkan angka secara empiris dan obyektif pada sifat‐sifat obyek atau kejadian
nyata sehingga angka yang diperoleh tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai obyek atau kejadian yang diukur. Pengukuran dapat dilakukan secara
langsung dan tak langsung. maka pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
alat ukur sebagai pembanding.
2.1.2 Metode Pengukuran (langsung dan tak langsung)
1) Pengukuran langsung
Adalah proses pengukuran dengan memakai alat ukur langsung. Hasil pengukuran
dapat langsung terbaca. Merupakan cara yang lebih dipilih jika seandainya hal ini
dimungkinkan. Proses pengukuran dapat cepat diselesaikan. Contoh pengukuran
langsung adalah pengukuran tebal objek ukur dengan memakai mikrometer
2) Pengukuran tidak langsung
Merupakan proses pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai beberapa jenis
alat ukur berjenis pembanding/komparator, standar dan bantu. Kerana alat ukur
pembanding umumnya memiliki kecermatan yang tinggi, Contoh pengukuran
dengan alat ukur pembanding jenis pupitas (dial test indicator) yang dipasangkan
pada dudukan pemindah.
![Page 2: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/2.jpg)
2.2 Alat-Alat Ukur dan Cara Penggunaannya
2.2.1 Mikrometer
Mikrometer merupakan salah satu alat ukur panjang. Mikrometer adalah alat
ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Tingkat ketelitian yang
dimiliki mikrometer mencapai 0,01 mm. dengan ketelitiannya yang tinggi,
mikrometer dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar dari benda yang sangat
kecil maupun tipis seperti kertas, pisau silet, maupun kawat. Mikrometer biasanya
digunakan untuk mengukur diameter benda-benda yang berukuran millimeter atau
beberapa centimeter saja.
Mikrometer terdiri atas rahang utama sebagai skala utama dan rahang putar
sebagai skala nonius. Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap kali skala nonius
diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju atau mundur sejauh 0,5 mm.
Ketelitian mikrometer adalah setengahnya dari skala terkecilnya. Satu skala nonius
memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketika kita memutar selubung bagia
luar sebanyak satu kali putaran penuh, akan diperoleh nilai 0,5 mm skala utama. Oleh
karena itu, nilai satu skala nonius adalah 0,5/50 mm = 0,01mm.
Pada pengukuran mikrometer, hasil pengukuran dengan menggunakan alat ini
biasanya lebih presisi daripada menggunakan jangka sorong. Akan tetapi, jangkauan
ukuran mikrometer jauh lebih kecil, yaitu sekitar 25 mm. Mikrometer memiliki
ketelitian samapai 0,01 mm. Jangkauan ukuran mikrometer adalah 0-25 mm, 25-0
mm, 50-75 mm, dan seterusnya.
![Page 3: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/3.jpg)
Gambar 2.1 Mikrometer
Sumber: http://rumushitung.com/wp-content/uploads/2013/02/skala-pada-
mikrometer-sekrup.jpg
Cara menggunakan mikrometer adalah :
1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.
2. Lakukan pengecekan ketika apakah poros tetap dan poros geser bertemu skala dan
skala nonius utama menunjukkan angka nol.
3. Buka rahang dengan meggerakkan pemutar ke arah kiri sampai benda dapat
masuk ke dalam rahang.
4. Letakkan benda diantara poros tetap dan poros geser lalu tutup kembali rahang
hingga tepat menjepit benda.
5. Putarlah pengunci agar pemutar tidak bisa bergerak lagi. Dengarkan bunyi “klik”
yag muncul
![Page 4: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/4.jpg)
Gambar 2.2 Skala Mikrometer
Sumber: http://rumushitung.com/wp-content/uploads/2013/02/skala-pada-
mikrometer-sekrup.jpg
Cara membaca mikrometer :
1. Lihat pada skala utama, lihar skala yang tepat ditunjukkan atau tepat di sebelah
kiri skala putar. Angka tersebut dalam mm.
2. Lihat angka pada skala putar yang segaris dengan garis melintang di skala utama,
kalikan angka itu dengan 0,01.
3. Tambahkan angka yang didapat di angka pertama dan angka kedua
Gambar 2.3 Pembacaan Mikrometer
Sumber : http://rumushitung.com/2013/02/02/mikrometer-sekrup-micrometer-screw/
![Page 5: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/5.jpg)
Panjang yang terbaca pada mikrometer di atas adalah skala utama 3,5 mm dan
skala putar 20 x 0,01 = 0,020 mm, jadi panjang bendanya adalah 3,70 mm.
Mikrometer memiliki beberapa jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada
aplikasi berikut :
1. Mikrometer luar adalah alat ukur yang dapat mengukur dimensi luar dengan cara
membaca jarak antara dua muka ukur sejajar yang berhadapan, yaitu sebuah
muka ukur tetap yang terpasang pada satu sisi rangka berbentuk U, dan sebuah
muka ukur lainnya yang terletak pada ujung spindle yang dapat bergerak tegak
lurus terhadap muka ukur, dan dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang
mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle. Micrometer luar
digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok - blok dan
batang-batang.
Gambar 2.4 Mikrometer Luar
Sumber: http://rumushitung.com/wp-content/uploads/2013/02/skala-pada-
mikrometer-sekrup.jpg
2. Mikrometer dalam adalah alat ukur yang dapat mengukur dimensi dalam dengan
cara membaca jarak antara dua muka ukur sfreis yang saling membelakangi,
yaitu sebuah muka ukur tetap yang terpasang pada batang utama dan sebuah
muka ukur lainnya yang terletak pada ujung spindle yang dapat bergerak searah
dengan sumbunya, dan dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang mempunyai
![Page 6: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/6.jpg)
graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle. Mikrometer dalam digunakan
untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda.
Gambar 2.5 Mikrometer Dalam
Sumber: http://rumushitung.com/wp-content/uploads/2013/02/skala-pada-
mikrometer-dalam.jpg
3. Mikrometer kedalaman, yang digunakan untuk mengukur kerendahan dari
langkah - langkah dan slot-slot.
Gambar 2.6 Mikrometer Kedalaman
Sumber: http://rumushitung.com/wp-content/uploads/2013/02/skala-pada-
mikrometer-kedalaman.jpg
![Page 7: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/7.jpg)
2.2.2 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus millimeter. Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian diam dan bagian
pembacaan hasil pengukuran. Bagian diam dan bagian pembacaan hasil pengukuran
sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian dari pengguna maupun alat. Sebagian
produk baru dari jangka sorong sudah dilengkapi dengan display digital pada
versianalog. Umumnya tingkat ketelitian adalah 0,05 mm untuk jangka sorong di
bawah 30 cm dan 0,01 mm untuk jangka sorong di atas 30 cm.
Gambar 2.7 Jangka Sorong
Sumber : http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/bagian-bagian mistar.html
Cara mengukur sisi luar suatu benda menggunakan jangka sorong :
1. Tempatkan besi pada bagian ujung alat jangka sorong
2. Lakukan pergeseran skala geser hingga diameter besi sudah tepat bersinggungan
dikedua sisi bagian ukur jangka sorong.
3. Kuncikan alat pengunci pada skala geser.
4. Untuk mendapatkan nilai diameter besi dapat dilihat sebagai berikut. Lihat angka
di skala diam dimana tepat dikiri angka nol skala geser (titik A). Kemudian lihat
![Page 8: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/8.jpg)
angka di skala geser dimana tepat garis bersinggungan dengan garis diskala diam
(titik B).
5. Maka nilai dimeter besi adalah A + (0.01 x B).
Gambar 2.8 Cara Mengukur Diameter Luar Suatu Benda
Sumber : http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/cara-mengukur-diameter-
dengan-mistar.html
Cara mengukur sisi dalam suatu benda menggunakan jangka sorong :
1. Putar pengunci berlawanan arah dengan arah jarum jam.
2. Masukkan rahang bagian atas ke dalam benda yang akan diukur
3. Geser rahang sampai tepat pada benda.
4. Putar pengunci searah jarum jam agar rahang tidak bergeser.
5. Baca skala utama dan skala noniusnya
![Page 9: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/9.jpg)
Gambar 2.9 Cara Mengukur Diameter Dalam Suatu Benda
Sumber : http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/cara-mengukur-diameter
dalam-dengan-mistar.html
Cara mengukur panjang suatu benda menggunakan jangka sorong :
1. Putar pengunci berlawanan arah dengan arah jarum jam.
2. Buka rahang jangka sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar benda.
3. Putar pengunci searah jarum jam agar rahang tidak bergeser.
4. Baca skala utama dan skala noniusnya
Gambar 2.10 Cara Mengukur Panjang Suatu Benda
Sumber : http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/mengukur panjang. html
![Page 10: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/10.jpg)
Cara mengukur kedalaman suatu benda menggunakan jangka sorong :
Gambar 2.11 Cara Mengukur Kedalaman Suatu Benda
Sumber : http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/mengukur kedalaman.html )
2.2.2.1 Jangka Sorong Nonius
Seperti yang telah dijelaskan di atas, jangka sorong ini melakukan pembacaan
dengan skala nonius. Jangka sorong nonius memiliki bagian - bagian yang digunakan
unutk pengukuran kondisi tertentu. Bagian - bagian tesebut seperti ditunjukkan pada
gambar 2.7.
Gambar 2.12 Bagian - Bagian Jangka Sorong
Sumber : http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/cara-mengukur-panjang-
dengan-mistar.html )
Keterangan dari tiap - tiap bagian dari jangka sorong nonius seperti pada
gambar di atas adalah sebagai berikut.
![Page 11: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/11.jpg)
1. Out side jaws, digunakan unutk mengukur diameter luar atau lebar dari benda
ukur.
2. Inside jaws, digunakan untuk mengukur diameter dalam.
3. Depth probre, digunakan untuk mengukur kedalaman benda atau kedalaman
lubang.
4. Main scale, adalah skala utama dalam (mm)
5. Main scale, adalah scala utama dalam (Inchi)
6. Vernier, digunakan untuk menunjukkan skala keletlitian atau interpolasi (skala
nonius) dalam (mm).
7. Vernier, digunakan untuk menunjukkan skala keletlitian adau interpolasi (skala
nonius) dalam (Inchi).
8. Rotainer, digunakan untuk memudahkan mendorong movable part.
2.2.3 Dial Indikator
Dial indikator adalah alat pengukur atau memeriksa kerataan, kesejajaran,
kebundaran, kebengkokan, kelurusan, dan ketirusan dari suatu benda kerja dengan
membandingkan ketinggian satu titik pada permukaan yang diukur dengan titik - titik
lainnya yang lebih rendah atau lebih tinggi. Dial indikator digunakan untuk mengukur
increment sangat kecil. Hal ini digunakan dalam proses permesinan untuk mengukur
bagian logam presisi. Pada umumnya ada 3 jenis pengukuran. Incremental digunakan
oleh dial indicator dengan kenaikan terbesar 0,001 dan pengukuran paling akurat
adalah 0,001 inch.
Di dalam sebuah dial indikator terdapat komponen sebuah tali sederhana dan
peralatan sistem sayap terhubung kepinggir gigi pinion. Pembebanan pegas pluger
adalah bagian dari mekanisme yang melawan dan bereaksi dari dalam sistem gearing.
Mekanisme ini tidak efektif pada batas perjalanan pluger indikator di setiap kualitas
pada tempat semua berjalan di luar batas-batas tentang pengukuran yang ditentukan.
![Page 12: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/12.jpg)
Metode dial indikator adalah metode yang paling banyak di lakukan, karena
ketelitian cukup dapat dipertanggungjawabkan, terutama jika dilakukan dengan
professional. Dan harga alat relatif murah. Keuntungan dari metode dial adalah cukup
akurat, cukup efisien untuk poros berdiameter besar maupun kecil, dengan
menggambar atau mudah melihat posisi kedua poros, dapat dilakukan untuk kedua
poros yang dapat diputar ataupun hanya satu, alat cukup murah dibanding alat laser
atau alat lain, mudah digambar, dibuat perhitungan -perhitungan, sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan lebih cepat, cukup sesuai untuk mesin - mesin besar dengan
putaran tinggi.
Kerugian dengan menggunakan dial indikator adalah mengerjakanya harus
sangat teliti atau hati - hati, pemasangan dial harus kokoh, sehingga dapat dihindari
salah baca / salah penunjukan, toleransi, run-out, sag harus diketahui atau dicek dulu,
jika permukaan kopling tidak rata atau run-out nya besar, maka penunjukan dial
indicator menjadi tidak sebenarnya, sehingga selanjutnya perhitungan - perhitungan
menjadi salah, aksial clearence sangat mempengaruhi kesalahan.
Gambar 2.13 Dial Indikator
(Sumber : http://lestianulum.blogspot.com/2013_04_01_archive.html )
![Page 13: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/13.jpg)
2.2.4 Bevel Protactor
Bevel protactor merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat
langsung dibaca pada skala ukurnya. Pada bevel protactor nampak bahwa bagian-
bagian dari busur bilah adalah piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah
utama, badan / landasan, kunci nonius dan kunci bilah.
Alat ini digunakan untuk mengukur sudut, berbeda dengan busur derajat yang
mengukur sudut antara 2 garis yang berhubungan dan dibatasi oleh sudut maksimum
180. Bevel protactor ini dapat mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik
potongnya. Bevel protactor ini juga dapat mengukur obyek dengan sudut maksimum
360, karena alat ukur ini dilengkapi dengan lengan penggerak 360. Pada skala utama
mempunyai tingkat kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala nonius maka
busur bilah ini mempunyai ketelitian hingga 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk
mengunci bilah utama dengan piringan skala utama. Dengan adanya bilah utama dan
landasan maka busur bilah ini dapat digunakan untuk mengukur sudut benda ukur
dengan berbagai macam posisi. Untuk hal - hal tertentu biasanya dilengkapi pula
dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa digeser - geserkan
posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai dengan prinsip -
prinsip pengukuran yang betul.
Gambar 2.14 Bevel protactor
(Sumber : http://lestianulum.blogspot.com/2013_04_01_archive.html)
![Page 14: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/14.jpg)
Bevel protactor ini banyak dipakai pada gambar arsitektur dan mesin sebelum
perangkat lunak CAD. Bentuk lain dari bevel protactor adalah bevel protactor yang
banyak dipakai dalam proses permesinan.
2.3 Sifat-Sifat Alat Ukur
1. Rantai Kalibrasi (Chain Calibration)
Kalibrasi (peneraan) pada dasarnya serupa dengan pengukuran yaitu
membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Dalam kalibrasi yang
diukur adalah objek ukur yang diketahui “harga sebenarnya” yang menjadi acuan
kalibrasi. Harga sebenarnya adalah harga yang dianggap benar dalam kaitannya
dengan “tingkat kebenaran” yang diperlukan oleh alat ukur yang dikalibrasi.
2. Keterlacakan(Traceability)
Dengan menjalankan sistem kalibrasi berantai, setiap alat ukur akan
memiliki keterlacakan (traceability) yaitu sampai sejauh mana mata rantai kalibrasi
dirangkai. Jika secara meyakinkan seorang dapat menyatakan bahwa keterlacakan
suatu alat ukur (misalnya alat ukur kerja) adalah sampai mata rantai ke 2 berarti
alat ukur tersebut pernah dikalibrasi dengan memakai acuan standar kerja yang
mana acuan standar kerja ini pernah dikalibrasi dengan alat ukur standar.
3. Kecermatan (Resolution)
Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan cara
pembacaannya. Bagi skala yang dibaca melalui garis indeks atau jarum penunjuk
kecermatan alat ukur sama dengan kecermatan skala yaitu arti jarak antar garis
skala.
![Page 15: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/15.jpg)
4. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah, sesuai
dengan prinsip kerja yang diterapkan padanya. Dalam hal ini, kepekaan alat ukur
adalah kemampuan alat ukur untuk menerima, mengubah dan meneruskan isyarat
sensor ( dari sensor menuju ke bagian penunjuk, pencatat atau pengolah data
pengukuran ). Secara matematis, kepekaan didefinisikan sebagai kemiringan grafik
antara keluaran (output) sebagai fungsi masukan (input), yaitu : kepekaan = dy/dx.
5. Keterbacaan (Readability)
Karena pengamat akan dapat lebih mudah dan cepat membaca hasil
pengukuran, maka secara umum keterbacaan penunjuk digital dikatakan lebih tinggi
daripada keterbacaan skala dengan jarum penunjuk, garis indeks, atau garis indeks
dengan skala nonius. Istilah keterbacaan dalam metrology secara khusus lebih
dikaitkan pada bagian penunjuk dengan skala.
6. Histerisis
Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul sewaktu
dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah secara berlawanan
( mulai dari 0 hingga skala maksimum kemudian diulang dari skala maksimum
sampai skala nol ). Histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah
alat ukur.
7. Kepasifan (Passivity)
Kepasifan dikaitkan dengan waktu yang digunakan “perjalanan isyarat”
mulai dari sensor sampai pada penunjuk. Suatu alat ukur dapat memiliki kepekaan
tinggi dengan kepasifan yang tinggi atau sebaliknya, sebab antara kepekaan dan
kepasifan tidak ada kaitannya. Kepasifan yang rendah sangat menguntungkan sebab
alat ukur akan cepat reaksinya, terutama pada bagian pengubahnya yang dirancang
dengan memperhatikan hal itu.
![Page 16: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/16.jpg)
8. Pergeseran (Shifting)
Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk atau pena pencatat bergeser dari
posisi semestinya. Proses pergeseran biasanya berjalan lambat dan pengamat tak
menyadari gara - gara jarum penunjuk atau pena pencatat berfungsi secara dinamik
mengikuti perubahan isyarat sensor. Jadi, pergeseran merupakan suatu
penyimpangan yang membesar dengan berjalannya waktu.
9. Kestabilan Nol (Zero Stability)
Jika pergeseran merupakan perubahan yang menyebabkan penyimpangan
yang membesar dengan berjalannya waktu, kestabilan nol juga menjadi penyebab
penyimpangan tetapi dengan harga yang tetap atau berubah - ubah secara rambang
(acak) tak stabil.
10. Pengambangan (Floating)
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya atau
angka terakhir penunjuk digital berubah - ubah. Hal ini disebabkan oleh adanya
gangguan (noise) yang menyebabkan perubahan kecil yang “dirasakan sensor” yang
kemudian diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur.
2.4 Presisi dan Akurasi
Dalam percakapan sehari-hari, akurasi dan presisi adalah istilah yang sering
digunakan secara bergantian. Namun, makna ilmiah mereka sangat berbeda. Akurasi
adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil pengukuran dengan nilai yang benar atau
diterima dari kuantitas besaran yang diukur. Presisi adalah ukuran dari seberapa dekat
serangkaian pengukuran satu sama lain. Pengukuran yang tepat sangat mudah
direproduksi (atau diulang ditempat yang lain), bahkan jika pengukuran tidak dekat
dengan nilai yang benar.
![Page 17: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/17.jpg)
Anak panah yang dilemparkan pada papan dart sangat membantu dalam
menggambarkan perbdaan antara akurasi dan presisi.
Gambar 2.15 Distribusi panah pada papan dart menunjukkan perbedaan antara akurasi dan presisi.
Sumber: http://www.sridianti.com/perbedaan-akurasi-dan-presisi.html
Asumsikan bahwa tiga anak panah yang dilemparkan pada papan dart, dengan
bagian tengah papan yang berwarna biru (mata sapi) mewakili yang benar, atau
diterima, nilai apa yang diukur. Sebuah anak panah yang menimpa di dalam mata sapi
adalah sangat akurat, sedangkan anak panah yang mendarat jauh dari mengenai mata
sapi memiliki akurasi yang buruk. Gambar di atas menunjukkan empat hasil yang
mungkin.
Anak panah telah mendarat jauh dari satu sama lain dan jauh dari mata sapi.
Pengelompokan ini menunjukkan pengukuran yang tidak akurat, juga tidak tepat.
Anak panah yang dekat satu sama lain, tetapi jauh dari bulls-eye. Pengelompokan
ini menunjukkan pengukuran yang tepat, tetapi tidak akurat. Dalam situasi
laboratorium, presisi yang tinggi dengan akurasi yang rendah sering dihasilkan
dari kesalahan sistematis. Entah pengukur membuat kesalahan yang sama
berulang-ulang atau alat ukur entah bagaimana mengalami cacat. Neraca yang
![Page 18: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/18.jpg)
buruk dikalibrasi dapat memberikan pembacaan massa yang sama setiap waktu,
tetapi akan jauh dari massa sebenarnya dari benda.
Anak panah tidak berkumpul sangat dekat satu sama lain, tetapi umumnya
berpusat di sekitar mata sapi. Hal ini menunjukkan presisi yang buruk, tapi
akurasi cukup tinggi. Situasi ini tidak diinginkan dalam situasi laboratorium
karena akurasi yang “tinggi” mungkin hanya kebetulan acak dan bukan
merupakan indikator sejati keterampilan pengukuran yang baik.
Panah berkumpul bersama dan telah menghantam mata sapi. Hal ini menunjukkan
presisi tinggi dan juga akurasi yang tinggi. Para ilmuwan selalu berusaha untuk
memaksimalkan keduanya dalam pengukuran mereka.
2.5 Faktor Kesalahan / penyimpangan dalam Pengukuran
a. Penyimpangan yang berasal dari alat ukur
Alat ukur yang digunakan harus mendapat tera teliti. Dengan demikian,
proses pengukuran akan bebas dari penyimpangan yang merugikan yang
biasanya berasal dari alat ukur. Apabila alat ukur sering dipakai dan belum
dikalibrasi ulang ada kemungkinan timbul sifat-sifat yang merugikan seperti
histerisis, kepasifan, pergeseran, dan kestabilan nol yang jelek.
b. Penyimpangan yang berasal dari benda ukur
Setiap benda elastis akan mengalami deformasi (perubahan bentuk)
apabila ada beban yang beraksi padanya. Beban ini dapat disebabkan oleh
tekanan sensor kontak alat ukur, berat benda ukur sendiri ( yang diletakkan di
antara tumpuan ), dan tekanan penjepit penahan benda ukur. Meskipun harga
deformasi ini dianggap kecil dan sering diabaikan dalam perhitungan kekuatan,
dalam hal pengukuran geometric yang cermat membuat deformasi ini menjadi
bermakna untuk diperhitungkan dan dapat menjadi sumber kesalahan
sistematik.
![Page 19: BAB II. Pengutek Fixdocx](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022042519/55cf9274550346f57b968791/html5/thumbnails/19.jpg)
c. Penyimpangan yang berasal dari posisi pengukuran
Sesuai dengan prinsip ABBE, yakni “Garis ukur harus berimpit dengan
garis dimensi”. Apabila garis ukur, yaitu garis pada skala ukur, tidak bermpit
dengan garis dimensi objek ukur melainkan membuat sudut sebesar teta, hasil
pengukuran akan lebih besar daripada dimensi sebenarnya. Semakin besar sudut
teta kesalahan ini akan membesar sesuai dengan membesarnya sisi miring pada
segitiga siku - siku mengikuti rumus kosinus. Oleh karena itu, kesalahan ini
sering disebut kesalahan kosinus.
d. Penyimpangan yang berasal dari lingkungan
Sesuai dengan prinsip yang menyatakan bahwa “Lingkungan harus
memberikan kenyamanan bagi pengukur”. Jika persyaratan ini dipenuhi, pada
umumnya akan memenuhi persyaratan yang diminta alat ukur dan benda ukur :
1. Kebersihan (Debu, geram dan serpihan yang sering terlihat pada daerah
mesin produksi perlu disingkirkan dari daerah pengukuran).
2. Tingkat kebisingan yang rendah.
3. Pencahayaan yang mencukupi.
4. Temperatur 25 - 27, kelembapan 70 - 75%.
e. Penyimpangan yang berasal dari Operator
Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian dengan
menggunakan alat ukur dan benda ukur serta kondisi lingkungan yang
dianggap tak berubah mungkin menghasilkan data yang berbeda. Sumber
perbedaan ini dapat berasal dari cara mereka mengukur yang dipengaruhi oleh
pengalaman, keahlian, kemampuan, dan keterampilan, serta perangai masing-
masing pengukur.