bab ii - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_bab_2.pdf · pengertian...

42
BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kecerdasan emosional maupun strategi coping stres telah beberapa kali dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Iffah Nur Fidyatin (2010), yang berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II MTSN Tembelang Jombang”, yang dilakukan dengan teknik korelasi product moment. Dari penelitian tersebut telah diperoleh hasil 0,735 yang artinya terdapat hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan emosional dan tingkat prestasi belajar siswa. Selanjutnya dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EI), dan Kecerdasan Spiritual (SI) Terhadap Agresivitas pada Mahasiswa UIN Malang” oleh Rahmat Aziz, M.Si dan Retno Mangestuti, M.Si. (2006) penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi, yang kemudian diperoleh hasil bahwa dari ketiga jenis kecerdasan tersebut, secara bersama-sama mempengaruhi agresivitas sebesar 32,5%. Sehingga telah membuktikan bahwa salah satu cara untuk mengendalikan atau mengatasi masalah agresivitas pada mahasiswa adalah dengan mengembangkan kecerdasan khususnya kecerdasan spiritual.

Upload: tranque

Post on 18-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kecerdasan emosional maupun strategi coping

stres telah beberapa kali dilakukan oleh para peneliti terdahulu.

Penelitian tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Iffah Nur

Fidyatin (2010), yang berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosional

dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II MTSN Tembelang Jombang”,

yang dilakukan dengan teknik korelasi product moment. Dari penelitian

tersebut telah diperoleh hasil 0,735 yang artinya terdapat hubungan yang

erat antara tingkat kecerdasan emosional dan tingkat prestasi belajar

siswa.

Selanjutnya dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan

Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EI), dan Kecerdasan Spiritual

(SI) Terhadap Agresivitas pada Mahasiswa UIN Malang” oleh Rahmat

Aziz, M.Si dan Retno Mangestuti, M.Si. (2006) penelitian tersebut

dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi, yang kemudian

diperoleh hasil bahwa dari ketiga jenis kecerdasan tersebut, secara

bersama-sama mempengaruhi agresivitas sebesar 32,5%. Sehingga telah

membuktikan bahwa salah satu cara untuk mengendalikan atau

mengatasi masalah agresivitas pada mahasiswa adalah dengan

mengembangkan kecerdasan khususnya kecerdasan spiritual.

Page 2: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

12

Penilitian lainnya adalah penelitian yang berjudul “Hubungan

antara Tingkat Religiusitas dengan Strategi Coping pada Santri Pondok

Pesantren Nurul Huda Mergosono Malang” oleh Khulaimata Zalfa,

(2009). Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi product moment,

dengan kesimpulan bahwa sejumlah 15.58% santri tergolong memiliki

tingkat religiusitas yang tinggi, 71.43% sedang dan 12.99% rendah. Di

sisi lain 46.75% termasuk kategori problem-focused coping dan 53.25%

termasuk emotion-focused coping. Hasil analisis menunjukkan terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan problem-

focused coping, sedangkan antara religiusitas dengan emotion-focused

coping tidak terdapat adanya hubungan yang signifikan.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Riena Widahastuti Effendi

dan Evy Tjahjono (1999), yang berjudul “Hubungan Antara Perilaku Coping dan

Dukungan Sosial dengan Kecemasan pada Ibu Hamil Anak Pertama”. Teknik

yang digunakan adalah teknik analisis regresi dua prediktor dan teknik

korelasi parsial jenjang kedua. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa

Terdapat hubungan yang signifikan antara problem focused coping, emotion

focused coping dan dukungan sosial dengan kecemasan ibu hamil anak

pertama (F=5,753 , p<0,001).

Berdasarkan pada beberapa penelitian diatas, jelas terlihat kesamaan

dalam mengambil variabel-variabel penelitiannya, yakni variabel kecerdasan

emosianal maupun strategi coping stres. Perbedaan yang membedakan

antara peneliti ini dengan penelitian terdahulu adalah, bahwa variabel bebas

Page 3: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

13

yang ditentukan peneliti adalah kecerdasan emosial dan variabel terikatnya

adalah strategi coping stres. Yang kemudian, penelitian ini diujikan kepada

mahasiswa baru JAFEB UB Malang

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Emosi

Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti

“menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan ”e-” untuk memberi arti

“bergerak menjauh”, yang menyiratkan bahwa kecendrungan bertindak

merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1997: 7). Selain itu,

para psikolog memberikan definisi yang bervariasi, dan dengan

orientasi teoritis yang berbeda-beda tentang emosi, antara lain sebagai

berikut :

a. Emosi dapat dirumuskan sebagai satu keadaan yang terangsang

dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari,

yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku (Chaplin, 2004:

163)

b. Campos; Saarni, dkk (dalam Santrock, J.W. 2007: 6-7)

mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul

ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu

interaksi yang dianggap penting olehnya terutama well-being

(kesejahteraan) dirinya.

Page 4: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

14

c. Sarwono (Yusuf, 2004: 115) berpendapat bahwa emosi merupakan

“setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif

baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat luas

(mendalam).

d. Yusuf (2004: 115) mengungkapkan bahwa, emosi itu merupakan

warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku

individu. Sedangkan warna afektif sendiri berarti perasaan-

perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati)

suatu situasi tertentu.

Sedangkan Goleman (1997: 411-412) mengemukakan beberapa

macam emosi yang diantaranya, yaitu:

a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati,

terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan yang

barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian

patologis.

b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani

diri, kespian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis,

depresi berat.

c. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut

sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali,

kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.

d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang,

terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa

Page 5: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

15

puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali,

dan batas ujungnya mania.

e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

f. Terkejut: terkesiap, terkejut, takjub, terpana.

g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.

h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati

hancur lebur.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa “emosi”

adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami individu pada saat

menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu yang menyertai setiap

keadaan atau perilaku.

2. Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun

1990 oleh Peter Salovey dari Havard University dan John Mayer dari

University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas

emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Yang selanjutnya

berkat buku best-seller karya Daniel Goleman yang laris pada tahun 1995,

Emotional Intelligence, konsep ini menyebar luas dan menyeruak

menyadarkan masyarakat, dijadikan judul utama pada sampul majalah

Time dan dijadikan pokok pembicaraan dikelas-kelas dan di ruang rapat.

(Shapiro, L. E. 1998: 5).

Page 6: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

16

Kecerdasan emosional ini, dapat dijelaskan dengan bermacam-macam

definisi. Reuven Bar-On (1996) menyebutnya sebagai serangkaian

kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan

lingkungannya.Sedangkan Peter Salovey dan Jack Mayer (1990), pencipta

istilah "kecerdasan emosional”, menjelaskannya sebagai kemampuan untuk

mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu

pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan

secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

(Stein, 2004: 30)

Sedangkan Goleman, mendefinisikan “kecerdasan emosional” atau

emotional intelligencese sebagai kemampuan mengenali perasaan kita

sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungan dengan orang lain. Selanjutnya, Goleman juga menjelaskan

bahwa kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang

berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik, yaitu

kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ

(Goleman, 2005: 512).

3. Aspek- Aspek Kecerdasan Emosional

Pada buku terbarunya yang membahas kompetensi EQ, "The

Emotionally Intelligent Workplace”, Goleman menegaskan bahwa

Page 7: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

17

perilaku EQ tidak bisa hanya dilihat dari sisi setiap kompetensi EQ

melainkan harus dari satu dimensi atau setiap cluster-cluster-nya.

Kemampuan penyadaran sosial (social awareness) misalnya, tidak hanya

tergantung pada kompetensi empati semata, melainkan juga pada

kemampuan untuk berorientasi pelayanan dan kesadaran akan organisasi.

Dikatakannya pula, ada kaitan antara dimensi EQ yang satu dengan

lainnya. Jadi tidaklah mungkin bagi seseorang untuk memiliki keterampilan

sosial, tanpa memiliki baik kesadaran diri (self awareness), pengaturan diri

(self management) maupun kesadaran sosial (social awareness). (Martin,

2003: 28-29)

Selanjutnya, sebuah terobosan pemikiran mengenai EQ yang paling

penting terjadi pada tahun 1980, ketika seorang pakar psikologi Israel

kelahiran Amerika, Dr. Reuven Bar-On, memulai penelitiannya di bidang ini.

Sejumlah pertanyaan dasar telah membuatnya penasaran, namun baru pada

tahun 1985, beliau merasa sudah menemukan sebagian jawabannya pada

sesuatu yang disebutnya Emotional Quotient (EQ), suatu kesetaraan yang

jelas dengan ukuran kemampuan kognitif dan rasional yang dikenal

sebagai IQ, atau Intelligence Quotient, yang telah dikenal sejak lama

(Stein, 2004:18). Singkatnya, Reuven Bar-On akhirnya menemukan cara

untuk merangkum kecerdasan emosional dengan membagi EQ ke dalam

lima area atau ranah yang menyeluruh, dan 15 sub-bagian atau skala.

Page 8: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

18

Gambar 1

Model Kecerdasan Emosional Bar-On

Sumber: Ledakan EQ, 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses (Steven, 2004) Dicetak setelah mendapat izin dari Multi-Health Systems, Inc., Toronto, Kanada

Ranah tersebut meliputi:

1. Ranah lntrapribadi, terkait dengan kemampuan kita untuk mengenal

dan mengendalikan diri sendiri. Ini melingkupi:

a. Kesadaran diri, kemampuan untuk mengenali dan memilah-milah

perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan, mengapa kita

merasakannya dan mengetahui penyebab munculnya perasaan

tersebut. Kesadaran diri yang sangat rendah dialami penderita alexithymia

(tidak mampu mengungkapkan perasaan secara lisan).

Contoh: ketika mengetahui bahwa tugas yang sedang dikerjakan

tidak cukup waktu, maka lain kali akan lebih berhati-hati

merencanakan waktu. Saat menghadapi ujian mampu memilah

perasaanya sendiri dan mengalihkan emosi dan rasa frustasi pada

hal yang lebih membangun. Mampu mengakui kekurangannya

sendiri

Page 9: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

19

b. Sikap asertif, (ketegasan, keberanian menyatakan pendapat)

meliputi tiga komponen dasar:

1) Kemampuan mengungkapkan perasaan (misalnya untuk

menerima dan mengungkapkan perasaan marah, hangat, dan

seksual)

Contoh: saat ingin marah, seseorang mampu menunjukkannya

tanpa menyakiti orang lain. Ketika mengagumi sesuatu mampu

menyampaikannya dengan cara yang baik.

2) Kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara

terbuka (mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidak-

setujuan dan bersikap tegas, meskipun secara emosional sulit

melakukan ini dan bahkan sekalipun kita mungkin harus

mengorbankan sesuatu)

Contoh: dalam diskusi kelompok, mampu menyuarakan

pendapatnya meskipun itu berbeda dengan yang lain.

3) Kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi (tidak

membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan kita).

Contoh: berbagi tugas kelompok secara adil, bukannya

menerima mengerjakan sendiri tugas kelompoknya.

c. Kemandirian, kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan

diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa

bergantung pada orang lain secara emosional. Kemampuan ini juga

bergantung pada tingkat kepercayaan diri, kekuatan batin

Page 10: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

20

seseorang, dan keinginan untuk memenuhi harapan dan kewajiban

tanpa diperbudak oleh kedua jenis tuntutan itu.

Contoh: mampu bertanggung jawab atas diri sendiri dengan belajar

bersungguh-sungguh untuk keberhasilan masa depannya.

d. Penghargaan diri, kemampuan untuk menghormati dan menerima

diri sendiri sebagai pribadi yang pada dasarnya baik, menyukai diri

sendiri apa adanya, mampu mensyukuri diri kita, memahami

kelebihan dan kekurangan kita, merasa puas dengan diri kita, serta

mampu mengenali kekuatan dan kelemahan kita.

Contoh: mampu menjaga kehormatan dirinya dengan bersikap

santun, serta menghormati orang lain. Tidak terbawa pengaruh

negatif dari lingkungannya.

e. Aktualisasi diri, kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan

merasa senang (puas) dengan prestasi yang kita raih di tempat kerja

maupun dalam kehidupan pribadi. Unsur kecerdasan emosional ini

diwujudkan dengan ikut serta dalam perjuangan untuk meraih

kehidupan yang bermakna, kaya, dan utuh. Berjuang mewujudkan

potensi kita berarti mengembangkan aneka kegiatan yang dapat

menyenangkan dan bermakna, dan bisa juga diartikan sebagai

perjuangan seumur hidup dan kebulatan tekad untuk meraih sasaran

jangka panjang. Aktualisasi diri adalah suatu proses perjuangan

berkesinambungan yang dinamis, dengan tujuan mengembangkan

kemampuan dan bakat kita secara maksimal, dan berusaha dengan

Page 11: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

21

gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri kita secara

menyeluruh.

Contoh: mempersiapkan ujian dengan sebaik-baiknya, sehingga

memperoleh hasil yang memuaskan. Berusaha memaksimalkan

kelebihannya dengan mengikuti organisasi, seminar, atau

pelatihan-pelatihan yang mendukung potensinya, demi kesuksesan

masa depan.

2. Ranah Antarpribadi, berkaitan dengan "keterampilan bergaul" yang kita

miliki, kemampuan kita berantaraksi dan bergaul baik dengan orang lain.

Wilayah ini terdiri atas tiga skala:

a. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran

orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang

lain. Dengan kata lain empati adalah kemampuan untuk menyadari,

memahami, menghargai, peka terhadap apa, bagaimana, dan latar

belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut

merasakan dan memi-kirkannya. Bersikap empatik artinya mampu

"membaca orang lain dari sudut pandang emosi".

Contoh: peduli bencana alam baik dengan materi maupun dukungan.

Menghibur dan membantu teman yang kesusahan tanpa terlarut dalam

emosinya.

b. Tanggung jawab sosial adalah kemampuan untuk menjadi anggota

masyarakat yang dapat bekerja sama dan bermanfaat bagi kelompok

masyarakatnya meskipun tanpa mendapatkan keuntungan pribadi,

Page 12: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

22

melakukan sesuatu untuk dan bersama orang lain, bertindak sesuai

dengan hati nurani, menjunjung tinggi norma yang berlaku, sangat

peduli pada orang lain, memiliki kepekaan antarpribadi, serta dapat

menggunakan bakatnya demi kebaikan bersama.

Contoh: membuang sampah pada tempatnya, ikut serta dalam bakti

sosial

c. Hubungan antarpribadi, berkaitan dengan kemampuan membina dan

memelihara hubungan yang saling memuaskan, penuh keakraban dan

saling memberi serta menerima kasih sayang. Keterampilan menjalin

hubungan antarpribadi yang positif dicirikan oleh kepedulian pada

sesama, tidak hanya keinginan untuk membina persahabatan dengan orang

lain, tetapi juga mampu merasa tenang dan nyaman berada dalam jalinan

hubungan tersebut, serta memiliki harapan positif yang menyangkut

antaraksi sosial.

Contoh: mengikuti setiap acara yang diadakan kampus dan mampu

menikmatinya.

3. Ranah Penyesuaian diri berkaitan dengan kemampuan untuk bersikap

lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul.

Ketiga skalanya adalah;

a. Uji realitas, kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan

kenyataannya, bukan seperti yang kita inginkan atau takuti. Secara

sederhana, uji realitas adalah kemampuan untuk secara akurat

menilai, menyimak situasi yang ada di depan kita, dan kemampuan

Page 13: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

23

melihat hal secara objektif. Aspek penting unsur kecerdasan

emosional ini meliputi kemampuan berkonsentrasi dan memusatkan

perhatian ketika berusaha menilai dan menghadapi situasi yang ada

didepan kita. Uji-realitas ini berkaitan dengan tidak menarik diri dari

dunia luar, penyesuaian diri dengan situasi langsung, dan ketenangan

serta kejelasan persepsi dan proses

Contoh: ketika mengalami suatu peristiwa, seseorang dapat

memandang masalah sebagaimana adanya, tanpa rasa takut,

harapan, dan prasangka.

b. Sikap fleksibel, kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran dan

tindakan kita dengan keadaan yang berubah-ubah. Unsur kecerdasan

emosional ini mencakup seluruh kemampuan kita untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak biasa, tidak

terduga, dan dinamis, tangkas, mampu bekerja sama yang

menghasilkan sinergi, dapat menanggapi perubahan secara luwes,

bersedia berubah pikiran jika ada bukti yang menunjukkan bahwa

mereka salah, terbuka dan mau menerima gagasan, orientasi,

cara,dan kebiasaan yang berbeda.

Contoh: ketika seseorang menyadari bahwa pendapatnya salah, dan

mau menerima pendapat yang lebih benar. Seseorang mampu

bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda di lingkungan yang

belum pernah ia kunjungi.

Page 14: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

24

c. Pemecahan masalah, kemampuan untuk mengenali dan merumuskan

masalah, serta menemukan dan menerapkan pemecahan yang ampuh.

Yang meliputi;

1) Memahami masalah dan percaya pada diri sendiri, serta termotivasi

untuk memecahkan masalah secara efektif

2) Menentukan dan merumuskan masalah sejelas mungkin (misalnya

dengan mengumpulkan informasi yang relevan)

3) Menemukan sebanyak mungkin alternatif pemecahan (misalnya

curah gagasan)

4) Mengambil keputusan untuk menerapkan salah satu alternatif

pemecahan (misalnya menimbang-nimbang kekuatan dan

kelemahan setiap alternatif, kemudian memilih alternatif

terbaik.)

5) Menilai hasil penerapan alternatif pemecahan yang digunakan

6) Mengulang proses di atas apabila masalahnya tetap belum

terpecahkan.

Contoh: Dalam usaha memecahkan masalah, seseorang dapat

melihat semua kemungkinan lalu memutuskan mana yang

terbaik.

4. Ranah pengendalian stres terkait dengan kemampuan kita untuk tahan

menghadapi stres dan mengendalikan impuls. Kedua skalanya adalah:

a. Ketahanan menanggung stres, kemampuan untuk tetap tenang dan

berkonsentrasi, dan secara konstruktif bertahan menghadapi kejadian

Page 15: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

25

yang gawat dan tetap tegar menghadapi konflik emosi. Kemampuan

ini didasarkan pada;

1) Kemampuan memilih tindakan untuk menghadapi stres (banyak

akal dan efektif, dapat menemukan cara yang pas, tahu apa yang

harus dilakukan dan bagaimana melakukannya)

2) Sikap optimis menghadapi pengalaman baru atau perubahan

pada umumnya dan optimis pada kemampuan sendiri untuk

mengatasi masalah yang tengah dihadapi

3) Perasaan bahwa kita dapat mengendalikan atau berperan dalam

menangani situasi stres dengan tetap tenang dan memegang

kendali. Orang yang tahan menghadapi stres akan menghadapi,

bukan menghindari, krisis dan masalah, tidak menyerah pada

rasa tidak berdaya atau putus asa.

Contoh: ketika menerima beberapa tugas sekaligus dan harus

menyelesaikannya dalam waktu singkat, tidak menyerah dan

berusaha menyelesaikannya tepat waktu dan dengan sebaik-

baiknya.

b. Pengendalian impuls, kemampuan untuk menahan atau menunda

keinginan untuk bertindak. Pengendalian impuls ini mencuatkan

kemampuan menampung impuls agresif, tetap sabar dan mengendalikan

sikap agresif, permusuhan, serta perilaku yang tidak bertanggung jawab.

Masalah dalam hal pengendalian impuls ini akan muncul dalam bentuk

sering merasa frustrasi, impulsif, sulit mengendalikan amarah, bertindak

Page 16: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

26

kasar, kehilangan kendali diri, menunjukkan perilaku yang meledak-

ledak dan tak terduga. Contoh: ketika merasa kecewa karena

pendapatnya tidak diterima dalam diskusi, seseorang mampu

menahan diri dan bersabar.

5. Ranah Suasana Hati Umum. Ranah kecerdasan emosional ini berkaitan dengan

pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira sendirian dan

dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan.

Ranah suasana hati umum memiliki dua skala.

a. Optimisme (optimis) adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap

positif yang realistis, mampu melihat sisi terang kehidupan terutama

dalam menghadapi masa-masa sulit. Optimis meng-asumsikan adanya

harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan. Optimis adalah

pendekatan yang positif terhadap kehidupan sehari-hari. Optimis

adalah lawan pesimis, yang merupakan gejala umum depresi.

Contoh: ketika menghadapi masalah, seseorang merasa yakin bahwa

masalah tersebut akan berlalu selama tetap berusaha

menyelesaikannya dan tidak menyerah.

b. Kebahagiaan adalah kemampuan untuk mensyukuri kehidupan,

menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta

bergairah dalam melakukan setiap kegiatan. Orang yang bahagia

sering merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun

pada waktu luang, mereka menikmati hidup dengan bebas, dan

menikmati kesempatan untuk bersenang-senang. Kebahagiaan

Page 17: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

27

berhubungan dengan perasaan riang dan penuh semangat. Orang

yang derajat kebahagiaannya rendah dapat menderita gejala depresi,

seperti cenderung merasa cemas, merasa tidak pasti akan masa

depan, menarik diri dari pergaulan, kurang semangat, berpikiran

murung, merasa bersalah, tidak puas pada hidup dan, dalam kasus

yang ekstrem, memikirkan dan berperilaku yang mengarah ke

bunuh diri (Stein, 2004: 73-252). Contoh: mahasiswa baru mampu

menikmati setiap kesibukan dan tugas-tugas yang didapatkannya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi tidak sepenuhnya tergantung pada faktor

lingkungan dan pengalaman belajar seseorang, faktor keturunan juga

memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi seseorang. Untuk lebih

jelasnya, faktor-faktor tersebut antara lain;

a. Faktor keturunan

Kondisi mental dan emosi seorang ibu hamil sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan emosi bayi yang dikandungnya, ibu yang

berkarakter mudah tersinggung, marah-marah dan gampang meluap

kejengkelannya cenderung membentuk anak yang berangasan dan

mudah marah. Begitupun sebaliknya. Meskipun muncul kontroversi

tentang hal tersebut, seorang tokoh psikologi perkembangan, Elizabeth

Hurlock, membenarkan adanya perkembangan emosi yanga tampak

nyata pada bayi sejak ia lahir. (Martin, 2003:104-105)

Page 18: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

28

b. Faktor fisik

Menurut Joseph LeDoux, terdapat dua struktur penting dalam otak

manusia yang mempengaruhi kecerdasan emosi. Pertama adalah

“limbik”, sistem pusat emosi manusia, dan yang kedua adalah sistem

“neo-korteks”, pusat berfikirnya manusia. Pada limbik itulah terdapat

“amygdala”, bagian otak yang mengakses informasi yang kita peroleh

melalui sebuah sistem di bagian “thalamus”, lalu memberi reaksi

terhadap apa yang dialami. Di amygdala inilah terletak memori emosi

manusia. Impuls-impuls yang terjadi di amygdala erat terkait dengan

neo-korteks yang dihubungkan dengan lobus pre-fontal. Kadang-

kadang reaksi emosi yang menuju atau ke arah amygdala bisa terjadi

tanpa dipikir, atau tidak melalui korteks, sehingga reaksi yang

timbulpun lebih sulit di prediksi. (Martin, 2003: 94)

c. Faktor lingkungan dan pengalaman belajar

Menurut Martin (2003: 105) Emosi mirip dengan inteligensi

manusia. Tidak sepenuhnya merupakan bawaan sejak lahir. Budaya, pola

pendidikan dan pengalaman hidup nyata-nyata mempengaruhi cara

seseorang mengelola dan menyatakan emosi.

C. Strategi Coping Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah tekanan internal maupun eksternal serta kondisi

bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and eksternal

Page 19: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

29

pressure and other troublesome condition in life). Dalam kamus

psikologi (Chaplin, 2004:488) stres merupakan suatu keadaan tertekan

baik itu secara fisik, maupun psikologis. Stres bersumber dari frustasi

dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai

bidang kehidupan manusia (Ardani, 2008: 80).

Menurut Fieldman (Widury & Fausiah, 2005: 9-10) stres

adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang

mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu

merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan

perilaku. Perilaku yang memunculkan stres bisa saja positif (misalnya:

merencanakan perkawinan) atau negatif, contoh: kematian keluarga.

Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressful event)

atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu

terhadapnya. Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami stres,

maka perlu dilihat apakah gejala-gejala stres telah muncul. Menurut

Yusuf (2004: 95-96), gejala-gejala stres yang muncul meliputi:

d. Gejala Fisik; antara lain sakit kepala, jantung berdebar debar,

insomnia (susah tidur), mudah lelah, keluar keringat dingin, dan

kurang selera makan.

e. Gejala Psikis; antara lain gelisah atau cemas, konsentasi belajar

menurun, kehilangan rasa humor, sering melamun dan sering

marah-marah

Page 20: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

30

2. Pengertian Strategi Coping

Menurut S. Lazarus dan Folkman (Taylor, 2003) coping adalah

proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir

sebagai beban karena diluar kemampuan diri individu. Coping terdiri

atas upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis untuk

mengelola (seperti menuntaskan, tabah, mengurangi, atau

meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal dan konflik diantaranya.

Sementara Weiten dan Lloyd mengemukakan bahwa "coping" merupakan

"Upaya-upaya untuk mengatasi, mengurangi. atau mentoleransi ancaman dan

beban perasaan yang tercipta karena stres" (Yusuf, 2004: 115).

Hude (2006: 278) memaknai coping sebagai menanggulangi,

menerima menguasai. Segala sesuatu yang terjadi dan bersangkutan

dengan diri kita seharusnya dihadapi dan ditanggulangi sesuai

kemampuan yang ada. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2004:112),

coping behavior diartikan sebagai sembarang perbuatan, dalam mana

individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan

tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas atau masalah).

Selanjutnya menurut Lazarus & Folkman (1984), coping

berbeda dengan perilaku adaptif otomatis, karena coping

membutuhkan suatu usaha, yangmana hal tersebut akan menjadi

perilaku otomatis lewat proses belajar. Coping dipandang sebagai

suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan

akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu

Page 21: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

31

usaha untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak semua

situasi tersebut dapat benar-benar dikuasai. Maka, coping yang efektif

untuk dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk

mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan

tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Wangsajaya, n.d).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa strategi coping adalah segala usaha, cara, kesiapan

individu baik disadari maupun tidak dalam mengatasi permasalahan

yang dihadapi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

3. Macam-Macam Strategi Coping Stres

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Smet, 1994: 143-146)

terdapat dua macam cara dalam strategi coping, yaitu:

a. Emotional focused coping (strategi coping yang berorientasi pada

emosi), yaitu: usaha untuk mengatur respon emosional terhadap

stres dengan mengubah cara dalam merasakan permasalahan atau

situasi yang mendatangkan stress. Strategi coping ini meliputi:

1) Kontrol diri (self control), menjaga keseimbangan dan menahan

emosi dalam dirinya. Contoh: Berani mengatakan “tidak” pada

ajakan dan paksaan tawuran serta perbuatan tercela,

2) Membuat jarak (distancing), menjauhkan diri dari teman-teman

dan lingkungan sekitar. Contoh: tidak suka bergaul dengan

teman, ketika mendapat masalah lebih sering memendamnya.

Page 22: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

32

3) Penilaian kembali secara positif (positive reapraisal), dapat

menerima masalah yang sedang terjadi dengan berfikir secara

positif dalam mengatasi masalah. Contoh: karena pernah

kehilangan dompet, maka akan lebih berhati-hati menjaga

barangnya.

4) Lari atau menghindar (escape), menjauh dari permasalahan

yang dialami. Contoh: lebih memilih untuk mendengarkan

musik, dan menonton televisi seharian ketika akan menghadapi

ujian.

5) Menerima tanggung jawab (acceptance), menerima tugas

dalam keadaan apapun saat menghadapi masalah dan bisa

menanggung segala sesuatunya. Contoh: ketika mendapati hasil

ujiannya menurun karena kurang persiapan, dia menerima hal

ini sebagai kesalahannya.

b. Problem focused coping (strategi coping yang berorientasi pada

masalah), yaitu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan stres

dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan baru

untuk memodifikasi permasalahan yang mendatangkan stres.

Bentuk ini meliputi:

1) Konfrontasi, yaitu individu berpegang teguh pada pendiriannya

dan mempertahankan apa yang diinginkannya, mengubah

situasi secara agresif dan adanya keberanian mengambil resiko.

Contoh: ketika tidak ada biaya dan dukungan untuk

Page 23: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

33

melanjutkan ke perguruan tinggi, dia tetap berusaha dengan

mencari kerja sambilan.

2) Mencari dukungan social (seeking social support for emotional

reason); individu berusaha untuk mendapatkan bantuan dari

orang lain. Contoh: untuk mendapatkan hasil yang terbaik,

seorang mahasiswa tidak segan-segan bertanya kepada ahlinya.

3) Merencanakan pemecahan masalah (planful problem solving),

dengan memikirkan, membuat, dan menyusun rencana untuk

menyelesaikan masalah. Contoh: mahasiswa membuat

manajemen waktu yang baik, karena sering tidak ada waktu

untuk belajar.

Menurut Aldwin & Revenson (dalam Afandi, 2004) beberapa

hal yang menunjukkan strategi coping pada Problem-focused dan

Emotion-focused

1. Tipe Problem-focused ini antara lain sebagai berikut:

a. Instrumental Action (tindakan secara langsung)

Seseorang melakukan usaha dan menetapkan langkah-langkah

yang mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung

serta menyusun rencana untuk bertindak dan melaksanakannya.

Contoh: tidak menunda untuk segera menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh dosen..

b. Cautiousness (kehati-hatian)

Page 24: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

34

Seseorang berfikir, meninjau dan mempertimbangkan beberapa

alternatif pemecahan masalah, berhati-hati dalam memutuskan

atau dengan meminta pendapat orang lain tentang pemecahan

masalah tersebut dan mengevaluasi tentang strategi yang

pernah diterapkan. Contoh: tidak terburu-buru mengambil

kesimpulan atas suatu masalah, terlebih dahulu mengevaluasi

penyelesaian masalah bersama orang lain.

c. Negotiation (negosiasi)

Seseorang membicarakan serta mencari penyelesaian dengan

orang lain yang terlibat dalam permasalahan yang dihadapinya

dengan harapan agar masalah dapat terselesaikan. Contoh:

berunding dengan orang lain demi menyelesaikan masalah

yang berhubungan dengan masa depannya.

2. Tipe Emotion-focused ini antara lain sebagai berikut:

a. Escapism (pelarian diri dari masalah)

Cara individu mengatasi stres dengan berkhayal atau

membayangkan hasil yang akan terjadi atau mengandaikan

dirinya berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang

dialaminya saat ini. Contoh: ketika mengahadapi masalah

serius, seseorang meringankan bebannya dengan menghayal

bahwa masalah tersebut sudah terselesaikan.

b. Minimization (meringankan beban masalah)

Page 25: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

35

Cara individu mengatasi stres dengan menolak memikirkan

masalah dan menganggapnya seakan-akan masalah tersebut

tidak ada dan membuat masalah menjadi ringan. Contoh: saat

terjadi masalah dalam keluarga dia memilih untuk jalan-jalan

ke mall.

c. Self Blame (menyalahkan diri sendiri)

Cara individu mengatasi stres dengan memunculkan perasaan

menyesal, menghukum dan menyalahkan diri sendiri atas

tekanan masalah yang terjadi. Strategi ini bersifat pasif dan

ditunjukkan pada diri sendiri. Contoh: menyalahkan diri sendiri

atas semua masalah yang dia hadapi.

d. Seeking Meaning (mencari arti)

Cara individu mengatasi stres dengan mencari makna atau

hikmah dari kegagalan yang dialaminya dan melihat hal-hal

lain yang penting dalam kehidupan. Contoh: mencari makna

atau manfaat dari setiap musibah yang dia alami.

Dari kedua strategi coping tersebut, individu cenderung untuk

menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah-

masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya.

Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion focused coping

dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk

dikontrol (Lazarus & Folkman, 1984). Namun, terkadang individu

dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan,

Page 26: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

36

meskipun tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh individu

(Taylor, 1991, dalam Wangsajaya: n.d).

Dalam menghadapi permasalahan yang berat, setiap orang

adakalanya memilih untuk berpura-pura bahwa masalah tersebut tidak

terjadi, namun adapula yang memilih untuk langsung bertindak

mengatasinya. Yang manakah yang paling sesuai dengan diri kita,

Lazarus & Folkman, 1984, juga berpendapat, bahwa berpura-pura

seakan masalah tidak ada atau tidak terjadi merupakan suatu bentuk

penyangkalan. Penyangkalan merupakan suatu contoh coping yang

berfokus pada emosi (emotion focused coping). Pada coping yang

berfokus pada emosi, orang berusaha segera mengurangi dampak

stressor, dengan menyangkalnya stresor atau menarik diri dari situasi.

Namun, coping yang berfokus pada emosi tidak tidak menghilangkan

stressor (sebagai contoh, suatu penyakit yang serius) atau tidak juga

membantu individu dalam mengembangkan cara yang lebih baik untuk

mengatur stressor. Sebaliknya, pada coping yang berfokus pada

masalah (problem focused coping) orang menilai stresor yang mereka

hadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah stressor atau

memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek dari stressor

tersebut (Nevid, 2005: 144-145).

Page 27: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

37

4. Proses Terjadinya Coping Stres

Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya coping, mari

kita cermati gambar berikut ini (Yusuf, 2004: 115);

Gambar 2 Proses Coping Stres

Pada gambar di atas dijelaskan bahwa, diantara faktor-faktor yang

mempengaruhi "coping" sebagai upaya untuk mereduksi atau

mengatasi stres adalah dukungan sosial (social support) dan kepribadian.

Kedua faktor tersebut lebih lanjut jika dijelaskan adalah sebagai berikut;

1. Dukungan Sosial, dapat diartikan sebagai "Pemberian bantuan atau

pertolongan terhadap seseorang yang mengalami stres dari orang

lain yang memiliki hubungan dekat (saudara atau teman)". House

(1981) mengemukakan bahwa dukungan sosial memiliki empat

fungsi, yaitu sebagai berikut.

Page 28: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

38

a. Emotional support, yang meliputi pemberian curahan kasih

sayang, perhatian, dan kepedulian.

b. Appraisal support, yang meliputi bantuan orang lain untuk

menilai dan mengembangkan kesadaran akan masalah yang

dihadapi, termasuk usaha-usaha untuk mengklarifikasi hakikat

masalah tersebut, dan memberikan umpan balik tentang hikmah

dibalik masalah tersebut.

c. Informational support, yang meliputi nasihat dan diskusi

tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah.

d. Instrumental support, yang meliputi bantuan material, seperti

memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang, dan menyertai

kunjungan ke biro layanan sosial (Yusuf, 2004: 115-116).

2 Kepribadian. Tipe atau karakteristik kepribadian seseorang

mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap "coping” atau

usaha dalam mengatasi stres yang dihadapinya. Diantara tipe atau

karaktersitik kepribadian tersebut adalah sebagai berikut;

a. Hardiness (Ketabahan, Daya tahan). Dapat diartikan sebagai 'Tipe

kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen, internal locus

control, dan kesadaran akan tantangan (challenge)’. Suzanne Kobasa

(1979) sebagai pencetus istilah "hardiness" menjelaskan ketiga

karakteristik tersebut sebagai berikut:

1) Commitment, yaitu keyakinan seseorang tentang apa yang

seharusnya dilakukan, seperti keterlibatannya dalam

Page 29: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

39

kehidupan di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan

lembaga-lembaga sosial.

2) Internal Locus Control, yaitu dimensi kepribadian tentang

keyakinan atau persepsi seseorang bahwa keberhasilan atau

kegagalan yang dialaminya disebabkan oleh faktor internal

(berasal dari dirinya sendiri). Sementara external locus control

merupakan keyakinan seseorang bahwa kesuksesan atau

kegagalan yang dialaminya disebabkan oleh faktor dari luar.

3) Challenge, yaitu kecenderungan persepsi seseorang

terhadap situasi, atau tuntutan yang sulit atau mengancam

sebagai suatu tantangan, (peluang) yang harus dihadapi.

b. Optimism. Menurut Weiten/ Lloyd, 1994, optimis merupakan

suatu kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil-hasil

yang baik. Sikap optimis memungkinkan seseorang dapat

meng-"cope" stres secara lebih efektif, dan dapat mereduksi

dampaknya, yaitu jatuh sakit.

c. Humoris. Orang yang senang humor (humoris) cenderung

lebih toleran dalam menghadapi situasi stres dari pada orang

yang tidak senang humor (seperti orang yang bersikap kaku,

dingin, pemurung, atau pemarah). Dalam studinya tentang

beberapa cara "coping", McCrae (1984) menemukan bahwa 40%

sikap humor itu dapat mengurangi stres. Dixon (1980)

mengemukakan bahwa humor, joke, atau ketawa dapat berfungsi

Page 30: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

40

sebagai upaya untuk menilai kembali situasi stres dengan cara

yang kurang mengancam dan dapat melepaskan emosi-emosi

negatif yang terpendam (seperti perasaan marah). Beberapa orang

ahli psikologi sudah lama memperkirakan bahwa humor

merupakan respon "coping" yang positif. Dalam hal ini, Martin

dan Lefcourt (1983) menemukan bahwa humor dapat berfungsi

untuk mengurangi dampak negatif stres terhadap suasana hati

atau perasaan seseorang (Yusuf, 2004: 118-119).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping

Menurut Smet (1994: 130-131), proses pemilihan strategi

coping dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Variabel dalam kondisi individu; umur, tahap kehidupan, jenis

kelamin, temperamen, pendidikan, inteligensi, suku, kebudayaan,

status ekonomi, dan kondisi fisik.

2) Karakteristik kepribadian; introvert-ekstrovert, stabilitas emosi

secara umum, kepribadian ‘ketabahan’, locus of control, kekebalan

dan ketahanan.

3) Variabel sosial kognitif; dukungan sosial yang dirasakan, jaringan

sosial, kontrol pribadi yang dirasakan.

4) Hubungan dengan lingkungan sosial; dukungan sosial yang

diterima, integrasi dalam jaringan sosial.

Page 31: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

41

6. Dampak Coping Stres (Coping Outcome)

Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan coping yang efektif

adalah coping yang membantu seseorang untuk menoleransi dan

menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan tekanan yang tidak

dapat dikuasainya. Sesuai dengan pernyataan tersebut, Cohen dan

Lazarus (Taylor, 1991) mengemukakan, agar coping dilakukan dengan

efektif, maka strategi coping perlu mengacu pada lima fungsi tugas

coping yang dikenal dengan istilah coping task, yaitu :

1. Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan

prospek untuk memperbaikinya

2. Menoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang

negatif.

3. Mempertahankan gambaran diri yang positif.

4. Mempertahankan keseimbangan emosional.

5. Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain.

Menurut Taylor (1991), efektivitas coping tergantung dari

keberhasilan pemenuhan coping task. Individu tidak harus memenuhi

semua coping task untuk dinyatakan berhasil melakukan coping

dengan baik. Setelah coping dapat memenuhi sebagian atau semua

fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat bagaimana coping outcome

yang dialami tiap individu. Coping outcome adalah kriteria hasil

coping untuk menentukan keberhasilan coping. Coping outcome, yaitu:

Page 32: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

42

a. Ukuran fungsi fisiologis, yaitu coping dinyatakan berhasil bila

coping yang dilakukan dapat mengurangi indikator dan arousal

stres seperti menurunnya tekanan darah, detak jantung, detak

nadi, dan sistem pernapasan.

b. Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia

mengalami stres, dan seberapa cepat ia dapat kembali. Coping

dinyatakan berhasil bila coping yang dilakukan dapat membawa

individu kembali pada keadaan seperti sebelum individu

mengalami stres.

c. Efektivitas dalam mengurangi psychological distress. Coping

dinyatakan berhasil jika coping tersebut dapat mengurangi rasa

cemas dan depresi pada individu.

Dampak suatu peristiwa memang berbeda pada setiap individu

(Wulandari, tanpa tahun).

D. Kajian Keislaman tentang Kecerdasan Emosional dan Strategi Coping

Stres

1. Kecerdasan Emosional dalam Islam

Menurut Umar (Hude, 2006), kajian atas cerdas emosi di

dalam dunia Islam, bukanlah barang baru. Di dalam hadis

diriwayatkan:

Page 33: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

43

اد بن أوس رضى هللا عنھ عن النبى صلى هللا علیھ عن أبى یعلى شدمن وسلم قال: الكیس من دان نفسھ وعمل لما بعد الموت ,والعاجز

. حدیث حسن :وقال, رمذىرواه الت هللا. , وتمنى علىأتبع نفسھ ھواھا

.: معنى دان نفسھ حاسبھاذى وغیره من العلماءقال الترم

Dari Abi Ya’la Syaddad bin Aus ( رضى هللا عنھ),

Rasulullah (صلى هللا علیھ وسلم) bersabda: “Orang yang cerdas

adalah yang bisa mengendalikan hawa nafsunya dan berbuat

untuk (kepentingan) masa setelah kematiannya. Orang yang

lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya, dan berangan-

angan pada (kemurahan) Allah” (HR Turmudzi, beliau

berkata: Hadis ini hasan)

Al-Qur’an juga banyak menyinggung aktifitas kecerdasan

emosional, yangmana seringkali dihubungkan dengan kalbu. Oleh

karena itu kata kunci utama kecerdasan emosional didalam al-Qur’an

dapat ditelusuri melalui kata kunci qalb (kalbu), dan tentu saja dengan

istilah-istilah lain yang mirip dengan fungsi kalbu seperti jiwa (nafs),

intuisi, dan beberapa istilah lainnya. Selanjutnya menurut Umar, jenis-

jenis dan sifat-sifat kalbu (qalb) dalam al-Qur’an dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kalbu yang positif:

1. Kalbu yang damai (qalb salim)

2. Kalbu yang bertaubat (qalb munib)

3. Kalbu yang tenang (qalb muthmainnah)

4. Kalbu yang berfikir (qalb ya’qilun)

5. Kalbu yang mukmin (qalb al-mu’minin)

Page 34: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

44

b. Kalbu yang negatif:

a) Kalbu yang sewenang-wenang (qalb mutakabbir)

b) Kalbu yang sakit (qalb maridh)

c) Kalbu yang melampaui batas (qalb al-mu’tadin)

d) Kalbu yang berdosa (qalb al-mujrimin)

e) Kalbu yang terkunci/tertutup (khatama Allah ‘ala qulubihim)

f) Kalbu yang terpecah-pecah (qulubuhum syatta)

Apabila memandang kalbu diatas sebagai emosi, maka dapat

difahami akan adanya emosi cerdas dan tidak cerdas. Emosi yang

cerdas dapat dilihat pada sifat-sifat yang positif, sedangkan emosi

yang tidak cerdas dapat dilihat pada sifat-sifat yang negatif.

Kecerdasan emosional dijelaskan didalam Al-Quran Surah Al Haj ayat

46, surah Al-A’raf ayat 179, dan Surah Al Jatsiah ayat 23, seperti

berikut ini:

Artinya: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS. al-Haj ayat: 46)

Page 35: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

45

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi

neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. al-A'raf ayat: 179)

Artinya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. al-Jatsiyah ayat: 23)

Ayat-ayat tersebut di atas, menggambarkan kepada kita

bahwa faktor kecerdasan emosional ikut serta dalam menentukan

eksistensi martabat manusia di depan Tuhan. Sedangkan upaya

Page 36: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

46

mendapatkan kecerdasan emosional dalam Islam sangat terkait dengan

upaya memperoleh kecerdasan spiritual. Keduanya memiliki beberapa

persamaan metode dan mekanisme, yaitu keduanya menuntut latihan-

latihan yang sifatnya telaten dan sungguh-sungguh (mujahadah)

dengan melibatkan kekuatan dalam (inner power) manusia.

Sedangkan bedanya mungkin terletak pada sarana dan proses

perolehan. Aktivitas kecerdasan emosional seolah-olah masih tetap

berada dalam lingkup diri manusia (sub-conciousnes), sedangkan

kecerdasan spiritual sudah melibatkan unsur asing dari diri manusia

(supra-consiousnes) (Hude, 2006: ix-xi).

2. Strategi Coping Stres dalam Pandangan Islam

Riwayat para nabi dan rasul yang penuh cobaan memberikan

pedoman tentang bagaimana implementasi ayat pada kehidupan nyata

sehari-hari. Dalam sebuah kisah, Nabi Ayub a.s mengalami banyak

peristiwa hidup, yang dalam teori stres dapat digolongkan dalam stres

tingkat berat. Beliau secara berturut-turut kehilangan harta benda,

mata pencaharian, terserang penyakit kulit kurang lebih selama 7

tahun yang menyebabkannya kesulitan berkomunikasi dengan orang

lain, serta ditinggalkan istri dan anak-anak yang dicintainya. Namun

demikian, beliau memiliki kemampuan untuk bertahan dan kesabaran

dalam menghadapi stres (coping stres). (Hasan, 2008: 86). Dalam al-

Qur’an dinyatakan:

Page 37: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

47

Artinya: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang."Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (QS al-Anbiya, ayat: 83-85)

Melalui ayat tersebut diatas, ditunjukkan bagaimana Islam

mengajarkan pada umatnya dalam menghadapi stres, yang diantaranya

dengan kesabaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan

stres sendiri dapat terjadi, karena seseorang memandang besar akibat

dari kejadian yang menegangkan, dan dia tidak memiliki kemampuan

untuk mengatasinya. Dalam al-Qur’an dinyatakan:

Page 38: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

48

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS al-Baqarah, ayat: 286)

Secara garis besar terdapat tiga hal penting yang perlu

diperhatikan dalam menghadapi stres, yaitu hubungan dengan Allah,

pengaturan perilaku, dan dukungan sosial. Hal ini sesuai dengan

ajaran Islam yang memandang bahwa tidak ada yang paling penting

selain Allah. Manusia wajib berusaha dan bersabar, namun Allah-lah

yang akan menentukan hasilnya, dan hal itu sesuai dengan apa yang

diupayakan manusia. Manusia menyadari dan berusaha memperbaiki

kesalahannya dengan memohon ampunan dan pertolongan Allah.

Selain itu hubungan antar sesama manusia juga penting sebagai usaha

memupuk dukungan sosial dalam mengatasi segala masalah, terutama

Page 39: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

49

untuk bersabar dan untuk melakuakan hal yang benar sesuai dengan

jalan Allah (Hasan, 2008: 82).

E. Hubungan antara Kecerdasan Emosional (EI) dengan Strategi Coping

Stres

Salovey dan Mayer mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi

merupakan himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan

kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik pada diri-sendiri maupun

kepada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi

untuk membimbing pikiran dan tindakan serta menjalin hubungan dengan

orang lain. Sehingga, seseorang yang memiliki kecerdasan pada dimensi

emosionalnya, yaitu mampu menguasai situasi yang penuh tantangan,

yang biasanya dapat menimbulkan ketegangan dan kecemasan (stres) akan

lebih tangguh menghadapi berbagai persoalan hidup, juga akan berhasil

mengendalikan reaksi dan perilakunya, sehingga mampu menghadapi

kegagalan dengan baik (Rahayu, 2005: 174-175).

Lazarus, Kanner dan Folkman (McGraw-Hill, 2005) menunjukkan

bahwa emosi yang positif (cerdas) memainkan tiga peran penting dalam

proses stres:

1) Emosi yang positif dapat mendukung usaha coping stres

2) Emosi yang positif memberikan suatu jeda dalam menghadapi stres

Page 40: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

50

3) Emosi yang positif memberikan seseorang waktu dan kesempatan

untuk mengembalikan kembali energi yang telah dikeluarkan,

termasuk memulihkan hubungan dengan orang lain

Selanjutnya, Goleman (1997: 45) mengungkapkan bahwa,

kecerdasan emosi adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam

memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan (stres),

mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan

jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat

menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan

mengatur suasana hati.

Craig (2004: 25) juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi mampu mengasimilasi tingkat stres

yang tinggi dan mampu berada disekitar orang-orang pencemas tanpa

menyerap dan meneruskan kecemasan tersebut. Selain itu, orang-orang

yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai kualitas belas

kasih, mendahulukan kepentingan orang lain, disiplin diri, optimis,

fleksibilitas dan kemampuan memecahkan berbagai masalah dan

menangani stres.

Dalam bukunya yang berjudul “Kecerdasan Emosional, Mengapa

EI lebih penting daripada IQ”, Goleman (1997: 60) mengungkapkan

bahwa, bagi kaum pria yang tinggi kecerdasan emosionalnya, secara sosial

mantap, mudah bergaul dan jenaka, tidak mudah takut atau gelisah.

Mereka berkemampuan melibatkan diri dengan orang-orang atau

Page 41: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

51

permasalahan, untuk memikul tanggung jawab, dan mempunyai

pandangan moral; mereka simpatik dan hangat dalam hubungan-hubungan

mereka. Kehidupan emosional mereka kaya, tetapi wajar; mereka merasa

nyaman dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan dunia pergaulan

lingkungannya.

Selanjutnya, Goleman (1997: 61) juga menambahkan bahwa untuk

kaum wanita yang cerdas secara emosional cenderung bersikap tegas,

mampu mengungkapkan perasaan mereka secara langsung, dan

memandang dirinya sendiri secara positif; selain itu, kehidupan memberi

makna bagi mereka. Sebagaimana kaum pria mereka mudah bergaul dan

ramah, serta mengungkapkan perasaan mereka dengan takaran yang wajar

(tanpa meledak-ledak); mereka mampu menyesuaikan diri dengan beban

stres. Kemantapan pergaulan mereka membuat mereka mudah menerima

orang-orang baru; mereka cukup nyaman dengan dirinya sendiri sehingga

selalu ceria, spontan, dan terbuka. Berbeda dengan kaum wanita yang

semata-mata ber-IQ tinggi, mereka yang ber-EI tinggi jarang merasa

cemas atau bersalah atau tenggelam dalam kemurungan.

Oleh karena sebab tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan

tingginya kecerdasan emosional, akan membantu seseorang, baik pria

maupun wanita dalam menghadapi serta menyesuaikan diri dengan beban

stres (coping stres).

Page 42: BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1208/7/08410075_Bab_2.pdf · Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu movere, yang berarti “menggerakkan,

52

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas sebuah hipotesis mayor dan

dua buah hipotesis minor. Hipotesis mayor yang diajukan adalah sebagai

berikut: terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan

strategi coping stres pada mahasiswa baru. Sehingga, semakin tinggi

kecerdasan emosional mahasiswa baru, akan semakin tinggi pula strategi

coping stresnya. Semakin rendah kecerdasan emosional mahasiswa baru, akan

semakin rendah pula strategi coping stresnya.

Hipotesis mayor akan diterima apabila dua buah hipotesis minor yang

diajukan diterima. Adapun hipotesis minor yang diajukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan

pemilihan untuk menggunakan emotional focused coping pada mahasiswa

baru. Sehingga, semakin tinggi kecerdasan emosional mahasiswa baru,

akan semakin tinggi pula emotional focused coping-nya

2. Terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan

pemilihan untuk menggunakan problem focused coping pada mahasiswa

baru. Sehingga, semakin tinggi kecerdasan emosional mahasiswa baru,

akan semakin tinggi pula problem focused coping-nya.