bab ii pembahasan a. dimensi teoritik dan normatif fungsi...

59
BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi DPRD Uraian pada bab ini berkenaan dengan dua hal pokok yaitu pertama, dimensi teoritik dan normatif tentang fungsi lembaga perwakilan rakyat daerah DPRD. Kedua, pelaksanaan fungsi DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009 2014 serta analisisnya. 1. Fungsi DPRD DPRD sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintahan daerah memiliki peranan yang penting. Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau DPRD yang paling penting adalah: a. Menentukan policy (kebijaksanaan dan membuat undang undang). Untuk itu DPR atau DPRD b. Diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang undang atau rancangan peraturan daerah yang disusun oleh pemerintah serta hak budget. c. Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga semua tindakan ekskutif sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan tugas ini badan perwakilan rakyat diberi hak hak kontrol khusus. 1 Selanjutnya mengenai fungsi DPRD, Arbi Sanit mengatakan bahwa aktivitas DPRD bertujuan untuk menjalankan fungsi: a. Fungsi Perwakilan, melalui fungsi ini badan legislatif membuat kebijakan atas nama anggota masyarakat yang secara keseluruhan terwakili dalam lembaga tersebut. Dalam hal ini, DPRD bertindak sebagai pelindung kepentingan dan penyalur masyarakat yang diwakilinya. 1 Budiarjo dan Ambong, Fungsi Legislatif Dalam Sistem Politik Indonesia , Grafindo Persada , Jakarta 1995, hal.151

Upload: dangngoc

Post on 09-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi DPRD

Uraian pada bab ini berkenaan dengan dua hal pokok yaitu pertama, dimensi teoritik dan

normatif tentang fungsi lembaga perwakilan rakyat daerah DPRD. Kedua, pelaksanaan fungsi

DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009 – 2014 serta analisisnya.

1. Fungsi DPRD

DPRD sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintahan daerah memiliki peranan

yang penting. Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau DPRD yang paling penting

adalah:

a. Menentukan policy (kebijaksanaan dan membuat undang – undang). Untuk itu DPR

atau DPRD

b. Diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang –

undang atau rancangan peraturan daerah yang disusun oleh pemerintah serta hak

budget.

c. Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga semua tindakan ekskutif sesuai

dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan tugas ini

badan perwakilan rakyat diberi hak – hak kontrol khusus.1

Selanjutnya mengenai fungsi DPRD, Arbi Sanit mengatakan bahwa aktivitas DPRD

bertujuan untuk menjalankan fungsi:

a. Fungsi Perwakilan, melalui fungsi ini badan legislatif membuat kebijakan atas nama

anggota masyarakat yang secara keseluruhan terwakili dalam lembaga tersebut. Dalam

hal ini, DPRD bertindak sebagai pelindung kepentingan dan penyalur masyarakat yang

diwakilinya.

1 Budiarjo dan Ambong, Fungsi Legislatif Dalam Sistem Politik Indonesia , Grafindo Persada , Jakarta

1995, hal.151

Page 2: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

b. Fungsi Perundang – undangan, memungkinkan badan legislatif sebagai wakil rakyat

menuangkan kepentingan dan aspirasi anggota masyarakat ke dalam kebijaksanaan

formal dalam bentuk undang – undang.

c. Fungsi pengawasan, dimana lembaga legislatif melindungi kepentingan rakyat, sebab

penggunaan kekuasaan yang dilandasi fungsi DPRD dapat mengoreksi semua kegiatan

lembaga kenegaraan lainnya melalui pelaksanaan berbagai hak.2

Kemudian menurut Max Boboy lembaga perwakilan atau parlemen mempunyai fungsi

yaitu:

a. Fungsi perundang – undangan ialah fungsi membuat undang – undang

b. Fungsi pengawasan ialah fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap eksekutif.

Aktualisasi fungsi ini, lembaga perwakilan diberi hak seperti hak meminta keterangan

(interpelasi), hak mengadakan penyelidikan (angket), hak bertanya, hal mengadakan

perubahan (amandemen), hak mengajukan rancangan undang – undang (inisiatif) dan

sebagainya.

c. Sarana pendidikan politik, melalui pembicaraan lembaga perwakilan, maka rakyat di

didik untuk mengetahui berbagai persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan

sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara.3

Sedangkan B.N Marbun membagi fungsi DPRD ke dalam 5 (lima) fungsi yaitu:

a. Fungsi memilih dan menyeleksi

Fungsi ini mempunyai peranan yang menentukan tentang masa depan suatu daerah.

Apabila pelaksanaannya kurang tepat maka akan mendatangkan masalah bagi daerah

yang bersangkutan.

2 Sanit Perwakilan Politik di Indonesia CV. Rajawali Jakarta 1985, hal.252

9 Max Boboy, DPR RI Dalam Perspektif Sejarah dan Kata Negara. Jakarta: Sinar Harapan, 1994, hal. 28-

29.

Page 3: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

b. Fungsi pengendalian dan pengawasan

Maksuddari pengendaliandan pengawasan adalah DPRD bertanggung jawab

melaksanakan salah satu fungsi manajemen pemerintahan daerah yaitu pengendalian dan

pengawasan.

c. Fungsi pembuatan undang – undang dan peraturan daerah

Fungsi ini merupakan fungsi utama DPRD sebagai badan legislatif.Melalui fungsi ini,

pembuat undang – undang dapat menunjukkan warna dan karakter serta kualitas baik

secara materil maupun secara fungsional dari DPRD.

d. Fungsi debat

Melalui fungsi debat dan perdebatan yang jitu baik anggota DPRD maupun DPRD

dengan pihak eksekutif direfleksikan secara nyata kemampuan, integritas, rasa tanggung

jawab, kenasionalan dari setiap anggota DPRD dan DPRD tersebut sebagai suatu

lembaga yang hidup dan dinamis.

e. Fungsi representasi

Maksud dari fungsi representasi adalah bahwa anggota DPRD harus bertindak dan

berperilaku sebagai represantase(wakil) untuk setiap tindak tanduknya dan seluruh

kegiatannya dalam menjalankan tugas sebagai anggota DPRD.4

Sedangkan J.R Kaho menyebutkan bahwa DPRD mempunyai dua fungsi, yakni:

a. Sebagai partner Kepala Daerah dalam merumuskan kebijaksanaan daerah

b. Sebagai pengawas atas pelaksanaan kebijaksanaan daerah yang dijalankan oleh

Kepala Daerah.5

4 B.N Marbun, DPRD Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya. Erlangga, Jakarta, 1993,hal 86

5 J.R Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia (Identifikasi Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Penyelenggaraan Otonomi Daerah. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005; hal 78

Page 4: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Dalam perkembangannya, fungsi – fungsi DPRD mengalami perubahan yang disesuaikan

dengan keadaan dan peraturan yang berlaku.Berdasarkan Pasal 41 UU No. 32 Tahun 2004

disebutkan bahwa DPRD memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi legislasi

Fungsi ini dapat diartikan bahwa antara pemerintah daerah dan DPRD bekerjasama

dalam penyusunan Peraturan Daerah (Perda). Dalam Pasal 136 ayat (1) UU No.32 Tahun

2004 disebutkan bahwa”Perda ditetapkan oleh Kepala daerah setelah mendapatkan

persetujuan bersama DPRD.”

b. Fungsi anggaran (budgeting)

Berdasarkan fungsi ini, penyusunan anggaran/APBD harus melibatkan pemerintah daerah

dan DPRD. Dalam Pasal 25 huruf d UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa ”kepala

daerah mempunyai tugas dan wewenang menyusun dan mengajukan rancangan perda

tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama”. Selain itu dalam

Pasal 42 ayat (1) huruf b juga disebutkan bahwa ”DPRD mempunyai tugas dan

wewenang membahas dan mengetahui rancangan Perda tentang APBD bersama Kepala

Daerah.”

c. Fungsi pengawasan

Dalam fungsi pengawasan ini, DPRD bertugas mengawasi jalannya pemerintahan daerah,

dalam hal ini berkaitan dengan pelaksanaan produk hukum daerah. Dalam Pasal 42 ayat

(1) huruf c UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa ”DPRD mempunyai tugas dan

wewenang untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan Peraturan

Perundang – undangan lainnya, Peraturan Kepala Daerah, APBD, Kebijakan

Page 5: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama

internasional di daerah.”

Dari ketiga fungsi DPRD yakni fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan,

fungsi legislasi atau pembentukan perda merupakan fungsi yang utama karena kedua fungsi

lainnya memiliki kaitan yang erat dengan fungsi legislasi.Pelaksanaan fungsi anggaran, pada

dasarnya merupakan pelaksanaan fungsi legislasi, karena bentuk APBD disusun yang diawali

dengan pengajuan RUU tentang APBD.Demikian pula pada fungsi pengawasan, pada dasarnya

pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan politis yang mengacu kepada perda.Pengawasan

yang dilakukan adalah pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan APBD.

2. Tugas dan Wewenang DPRD

Untuk menjalankan peranan dan fungsinya agar berjalan dengan baik maka DPRD

diberikan tugas dan wewenang dalam pelaksanaannya. Pada pasal 42 UU No. 32 Tahun 2004

disebutkan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang:

a. Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan

bersama;

b. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala

daerah;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang –

undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam

melaksanakan program pembangunan daerah dan kerja sama internasional di daerah;

d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah

kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan kepala Menteri

Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD kabupaten/kota;

e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah;

Page 6: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana

perjanjian internasional di daerah;

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh

pemerintah daerah;

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah;

i. Membentuk panitia pengawasan pemilihan kepala daerah;

j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan

kepala daerah;

k. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antardaerah dan dengan pihak

ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Selanjutnya dalam Pasal 344 ayat (1) UU No. 27 Tahun 2009 juga diatur tentang tugas

dan wewenang DPRD, DPRD Kabupaten/Kota sebagai berikut :

a. membentuk peraturan daerah kabupaten/kotabersama bupati/walikota;

b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan

c. peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan danbelanja daerah kabupaten/kota

yang diajukan olehbupati/walikota;

d. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaanperaturan daerah dan

anggaranpendapatan danbelanja daerah kabupaten/kota;

e. mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentianbupati/walikota dan/atau wakil

bupati/wakil walikotakepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur

untukmendapatkan pengesahan pengangkatan dan/ataupemberhentian;

f. memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadikekosongan jabatan wakil

bupati/wakil walikota;

g. memberikan pendapat dan pertimbangan kepadapemerintah daerah kabupaten/kota

terhadap rencanaperjanjian internasional di daerah;

h. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan

oleh pemerintahdaerah kabupaten/kota;

i. meminta laporan keterangan pertanggungjawabanbupati/walikota dalam

penyelenggaraan pemerintahandaerah kabupaten/kota;

Page 7: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

j. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan

pihak ketigayang membebani masyarakat dan daerah;

k. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerahsesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan;dan

l. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diaturdalam ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3. Hak dan Kewajiban DPRD

Selanjutnya untuk dapat merealisasikan fungsinya dengan baik dan untuk menentukan

kebijakan yang sesuai dengan kehendak rakyat yang diwakilinya maka DPRD diberikan hak –

hak yang diatur dalam Pasal 43 UU No. 32 Tahun 2004 yaitu DPRD mempunyai hak:

a. Hak interpelasi yakni hak DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala daerah

mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis yang berdampak luas

pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara.

b. Hak angket yakni pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan penyelidikan

terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan strategis serta

berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga

bertentangan dengan peraturan perundang – undangan.

c. Hak menyatakan pendapat yakni hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap

kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai

dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak

interpelasi dan hak angket.

Selain itu setiap anggota DPRD juga mempunyai hak yang diatur dalam Pasal 44 UUNo. 32

Tahun 2004 yaitu:mengajukan rancangan Perda, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul

dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri, imunitas, protokoler; dankeuangan dan

administratif.

Page 8: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Berkaitan dengan pelaksanaan fungsi legislasi DPRD yaitu dalam membentuk peraturan

daerah maka hak yang dapat digunakan untuk menunjang fungsi legislasinya yaitu:

a. Hak Penyelidikan

Hak penyelidikan dapat dipergunakan sebagai sarana melakukan evaluasi, menemukan

gagasan untuk menciptakan atau mengubah perda yang ada.Hak penyelidikan bukan

semata–mata menyelidiki kebijakan pemerintah daerah yang sedang berjalan, tetapi untuk

berbagai kepentingan legislasi.

b. Hak Inisiatif (hak mengajukan Raperda)

DPRD atas inisiatif sendiri dapat menyusun dan mengajukan Raperda.Dalam praktik, hak

inisiatif DPRD kurang produktif.Pada umumnya, inisiatif datang dari pemerintah daerah.

c. Hak Amandemen (Mengadakan Perubahan atas Raperda)

Hak perubahan ini pada dasarnya berlaku pada Raperda inisiatif pemerintah daerah, tetapi

tidak menutup kemungkinan perubahan Raperda inisiatif DPRD sendiri.Secara teknis,

Hak Amandemen tidak pernah dilaksanakan.Hal ini terjadi karena Raperda yang sedang

dibahas DPRD selalu dilakukan bersama pemerintah daerah.

Disamping hak–hak yang diberikan maka setiap anggota DPRD juga mempunyai

kewajiban yang sama. Kewajiban anggota DPRD diatur dalam Pasal 45 UU No. 32 Tahun 2004,

Yaitu:

a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang – Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, dan menaati segala peraturan perundang – undangan;

b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

Page 9: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

d. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

e. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

f. mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;

g. memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD

sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya;

h. menaati Peraturan Tata Tertib, Kode Etik dan sumpah/janji anggota DPRD;menjaga

norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

4. Tahapan atau Proses Penyusunan Peraturan Daerah (Perda)

Dalam penyusunan suatu peraturan daerah terdapat serangkaian langkah utama yang

perlu dilalui agar perda dapat dirumuskan dengan baik dan pelaksanaannya dapat efektif.Proses

pembentukanperaturan perundang-undangan daerah dapat dibagi ke dalam beberapa

tahapansebagai berikut6:

1. Perencanaan

Perencanaan penyusunan perda dilakukan dalam suatu prolegda.

2. Perancangan Raperda

Raperda dapat dirancang oleh Pemerintahan Daerah atau DPRD.

3. Pengajuan Raperda

6 A, Djojosoekarto, dkk, Meningkatkan Kinerja Fungsi Legislasi DPRD. Saint Communication, Jakarta:

2004, hal.38-40

Page 10: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

a) Raperda yang dirancang oleh Pemerintahan Daerah disampaikan oleh Kepala

Daerah kepada pimpinan DPRD dengan surat pengantar.

b) Raperda yang diajukan oleh anggota, komisi-komisi, atau alat kelengkapan khusus

yang menangani bidang legislasi dibahas terlebih dahulu di DPRD untuk

mendapatkan persetujuan DPRD.

c) Raperda yang telah dipersiapkan oleh DPRD disampaikan oleh Pimpinan DPRD

kepada Kepala Daerah.

4. PembahasanRaperda

a) Pembahasan raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama Kepala Daerah.

b)Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat pembicaraan dalam rapat komisi/

panitia/alat kelengkapan dewan yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat

paripurna;

c) Raperda yang belum dibahas dapat ditarik kembali;

d)Raperda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik apabila berdasarkan persetujuan

bersama DPRD dan Kepala Daerah.

1. Penetapan Raperda

a) Raperda yang telah disetujui bersama disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada

Kepala Daerah paling lambat tujuh hari sejak tanggal persetujuan untuk ditetapkan

menjadi Perda;

b)Raperda ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan membubuhkan tanda tangan dalam

jangka waktu 30 harisejak raperda disetujui bersama;

c)Apabila tidak ditandatangani dalam jangka waktu yang ditentukan, maka Raperda sah

menjadi perda dan wajib diundangkan dengan tambahan kalimat pengesahan

“Perda ini dinyatakan sah”.

Page 11: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

6. Pengundangan

Raperda diundangkan didalam lembaran daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh

Sekretariat Daerah.

7. Penyebarluasan Perda

Pemda wajib menyebarluaskan perda yang telah diundangkan.

Proses pembentukanperaturan perundang-undangan daerah diatur juga dalam Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

(selanjutnya disebut UU No. 12 Tahun 2011) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53

Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (selanjutnya disebut Permendagri No.

53 Tahun 2011).

Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 2011 danPasal 1 angka 1 Permendagri No. 53 Tahun

2011 menentukan tahapan pembentukan Perda Provinsi sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

a. Pasal 32 dan Pasal 39 UU No.12 Tahun 2011 danPasal 8 Permendagri No. 53 Tahun

2011menentukan bahwa setiap Perda yang dibentuk sebelumnya harus dimuat dalam

Prolegda.

b. Prolegda merupakan instrumen perencanaan program pembentukan Perda Provinsi dan

Perda Kabupaten/Kota yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.

c. Pasal 8 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa penyusunan Prolegda

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi.

2. Tahap Penyusunan

Pasal 15 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa penyusunan rancangan

peraturan daerah (Raperda) dapat dilakukan berdasarkan Prolegda.

3. Tahap Pembahasan

Page 12: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

a. Pasal 34 ayat (1)Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa Rancangan

Perda sebagaimanayang berasal dari DPRD atau kepala daerah dibahas oleh DPRD

dan kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama.

b. Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Permendagri No. 53 Tahun 2011 ,

dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat I dan

pembicaraan tingkat II.

4. Tahap pengesahan/Penetapan

a. Pasal 40 ayat (1)Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa Rancangan

Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah disampaikan oleh

pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi Perda.

b. Ayat (2)Permendagri No. 53Tahun 2011Penyampaian Rancangan Perda sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari

terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

5. Tahap Pengundangan

a. Pasal 55 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa Perda yang telah

disahkan/ditetapkan, diundangkan dalam lembaran daerah yang merupakan

penerbitan resmi pemerintah daerah.

b. Pengundangan dalam lembaran daerah merupakan pemberitahuan secara formal suatu

Perda, sehingga mempunyai daya ikat kepada masyarakat.

c. Sedangkan berdasarkan Pasal 56 Permendagri No. 53 Tahun 2011 menentukan bahwa

penjelasan Perda dimuat dalam tambahan lembaran daerah.

B. Hasil Penelitian dan Analisis

Sebagaimana pengantar judul dalam Bab ini, bagian iniakan membahas hasil penelitian dan

analisa. Dalampoin pertama yaitu hasil penelitian terdiri dari dua bagian yaitu gambaran umum

Kabupaten Sumba Barat dan DPRD Kabupaten Sumba Barat serta pelaksanaan dan kendala

DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam menjalankan fungsi legislasi. Selanjutnya pada poin

kedua yaitu analisa kinerja DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam melaksanakan fungsi legislasi

serta faktor-faktor yang menghambat dan mendorong kinerja DPRD Kabupaten Sumba Barat.

Page 13: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Barat

Kabupaten Sumba Barat merupakan bagian dari Pulau Sumba dan salah satu dari empat

Kabupaten yang ada di Sumba. Wilayah Kabupaten Sumba Barat terbentang diantara 9º 22’ - 9º

47’ Lintang Selatan dan 119º 08’ - 119º 33’ Bujur Timur. Luas wilayah daratan adalah 732,42

kilometer persegi, yang sebagaian besar wilayahnya berbukit – bukit, dimana hampir 50 % luas

wilayahnya memiliki kemiringan 14º - 40º. Topografi yang berbukit – bukit mengakibatkan

tanah rentan terhadap erosi.

Batas wilayah Kabupaten Sumba Barat yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat

Sumba, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Sumba Tengah dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Barat Daya.

Luas wilayah sebesar 737,42 Km², dengan rincian luas Kecamatan : Kecamatan Loli 132,36 Km²

atau 17,95 %, Kecamatan Kota Waikabubak 44,71 Km² atau 6,06 %, Kecamatan Lamboya

125,65 Km² atau 17,04 %, Kecamatan Wanukaka 133,68 Km² atau 18,13 %, Kecamatan Tana

Righu 139,79 Km² atau 18,96 %, dan Kecamatan Laboya Barat 161,23 Km² atau 21,86 %.

Sampai akhir tahun 2012, Kabupaten Sumba Barat terdiri dari enam wilayah Kecamatan,

yakni Kecamatan Kota Waikabubak, Kecamatan Loli, Kecamatan Tanarighu, Kecamatan

Wanukaka, Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Laboya Barat. Sementara jumlah desa

sebanyak 49 Desa dan 11 Kelurahan.Pada tahun 2011 terjadi pemekaran (pembentukan) desa

sebanyak 14 desa.Saat ini sedang muncul usulan pembentukan desa baru maupun kecamatan.

Tabel berikut akan menggambarkan keadaan kecamatan, desa dan kelurahan pada tahun 2012.

Page 14: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Tabel 2.1

Keadaan Kecamatan, Desa dan Kelurahan

No. Kecamatan Ibukota Jumlah

Desa

Jumlah

Kelurahan

1. Lamboya Kabukarudi 13 -

2. Wanukaka Lahi Huruk 12 -

3. Laboya Barat Gaura 4 -

4. Loli Dedekadu 9 5

5. Kota Waikabubak Waikabubak 7 6

6. Tana Righu Malata 18 -

Sumba Barat Waikabubak 63 11 Sumber: BPS Kab. Sumba Barat 2012

2. Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumba

Barat

a. Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten Sumba Barat.

Kedudukan DPRDdiatur dalam Pasal 3 Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Sumba Barat, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan lembaga

perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah.DPRD

sebagai lembaga pemerintahan daerah memiliki tanggung jawab yang sama dengan

pemerintahan daerah dalam membentuk Peraturan Daerah untuk kesejahteraan rakyat.

Selanjutnya dalam Pasal 4 No 1 Tahun 2009 Tentang Peraturan Tata Tertib Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat, DPRD mempunyai Fungsi yaitu:

a. Fungsi legislasi, yang diwujudkan dalam membentuk perda bersama Kepala Daerah

b. Fungsi anggaran, yang diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan APBD bersama

Pemerintah daerah.

c. Fungsi pengawasan, yang diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap

pelaksanaan undang-undang, Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan

kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

Page 15: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Adapun tugas dan wewenang DPRD berdasarkan dalam Pasal 5 Peraturan Tata Tertib

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat adalah:

a. Membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat

persetujuan bersama;

b. Menetapkan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah bersama dengan Kepala

Daerah;

c. Melaksanakan Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan

Perundang-undangan lainnya, Keputusan Kepala daerah, Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah, Kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program

pembangunan daerah dan kerjasama dengan pihak swasta;

d. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap rencana

perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daaerah;

e. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah/ Wakil Kepala

Daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur;

f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam pelaksanaan

tugas-tugas desentralisasi;

g. Tugas-tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang.

b. Susunan Keanggotaan DPRD Kabupaten Sumba Barat

Pengorganisasian kegiatan dan keanggotaan DPRD Kabupaten Sumba Barat periode

2009 - 2014 yang merupakan hasil pemilihan umum tahun 2009 diatur dalam keputusan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Peraturan

Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat. Anggota DPRD

Kabupaten Sumba Barat berjumlah 35 orang, terdiri dari anggota Partai politik peserta pemilihan

umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum tahun 2009.

Adapun jumlah anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat periode 2009-2014 berdasarkan asal

partai politik dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 16: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Tabel 2.2

Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat

Periode 2009-2014 Berdasarkan Asal Partai Politik

No. Nama Partai Jumlah Anggota

1 Partai Golkar 6 Orang

2 Partai PDI Perjuangan 5 Orang

3 Partai Demokrat 4 Orang

4 PDK 4 Orang

5 PKPI 4 Orang

6 PKB 2 Orang

7 PPRN 2 Orang

8 Gerindra 1 Orang

9 Republikan 2 Orang

10 Pelopor 1 Orang

11 PPD 1 Orang

12 PKPB 1 Orang

13 PDS 1 Orang

14 PDP 1 Orang

Jumlah 35 Orang Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Dari tabel di atas dapat diketahui anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat berasal dari 14

partai politik peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat, Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK),Partai Keadilan dan

Persatuan Indonesia(PKPI), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Peduli Rakyat Nasional

(PPRN), Partai Gerakan Indonesia Raya(Gerindra), Partai Republikan, Partai Pelopor, Partai

Persatuan Daerah (PPD), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Damai Sejahtera (PDS),

Partai Demokrasi Pembaruan (PDP). Sedangkan Partai Golongan Karya (Golkar) tercatat sebagai

partai politik yang menempatkan wakil terbanyak dalam DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan

6 orang.

Selain itu DPRD Kabupaten Sumba Barat juga membentuk fraksi-fraksi dimana setiap

anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat wajib menjadi anggota salah satu fraksi yang dibentuk

tersebut.

Page 17: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Fraksi adalah pengelompokan anggota DPRD berdasarkan partai politik yang

memperoleh kursi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam keputusan DPRD.Setiap anggota

DPRD wajib berhimpun dalam fraksi. Jumlah anggota setiap fraksi sekurang-kurangnya sama

dengan jumlah komisi di DPRD. Anggota DPRD dari partai politik yang tidak memenuhi syarat

untuk membentuk 1 (satu) fraksi wajib bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi

gabungan.Pimpinan fraksi terdiri dari ketua, wakil ketua dan sekretaris yang dipilih dari dan oleh

anggota fraksi.

Adapun susunan keanggotaan fraksi di DPRD Kabupaten Sumba Barat dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Table 2.3

Susunan Kenggotaan Fraksi-fraksi DPRD Kabupaten Sumba Barat

Periode 2009-2014

No Nama Jabatan

1. Fraksi Partai Golongan Karya

1. Marten Ng. Toni, SP

2. Lazarus J. L. Wula

3. Riswan Ishak

4. Agustinus Bulu Kii

5. Daniel Bili, SH

6. Jefri Tarawatu Ora, SH

Ketua Fraksi

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

Anggota

2. Fraksi PDI Perjuangan

1. Samuel K. Heo

2. Cornelis Witu Ngara

3. Agustinus D. Poety, S.TP

4. Alexcander R. Dapawole

5. Bayu Dwi Kurniawan, SH

Ketua Fraksi

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

3.

Fraksi PDK

1. Jantje K. Tenabolo, BA

2. Drs. David Ng. Kabata Poro

3. Marthen Dedi Muda, SH

4. Agustinus Kaka, SH

5. Dubu Baiya, SP

Ketua Fraksi

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

4. Fraksi Partai Demokrat

1. Raingu Toka, B.Sc.Ak

2. Seingu Bani

3. Drs. Lele Leba Ari

Ketua Fraksi

Wakil Ketua

Sekretaris

Page 18: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

4. Dominggus Dinga Leba

5. Eduard Pangga Leghu

Anggota

Anggota

5. Fraksi PKP Indonesia

1. Stepanus Romi U. Warata

2. Kedu Wawo

3. Saingo Delo, SE

4. Yusak Putaratho, SE

5. Siprianus Dapa Loka

Ketua Fraksi

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

6. Fraksi Pada Eweta

1. Agustinus D. Keiku

2. Kanisius Nisa Pewali

3. Gregorius H.B.L. Panddango, SE

4. Stepanus Japalata

5. Agustinus Molu Malana

Ketua Fraksi

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

7. Fraksi Manda Elu

1. Gerson Umbu Awang, S.Sos

2. S. B. Ragawino, BA

3. Timotius Raga

4. Drs. Tarawatu Ora

Ketua Fraksi

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa DPRD Kabupaten Sumba Barat terdiri atas 7

Fraksi yaitu Fraksi Partai Golkar, Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PDK, Fraksi Partai Demokrat,

Fraksi PKP Indonesia, Fraksi Pada Eweta, Fraksi Manda Elu. Partai politik yang tidak memenuhi

syarat untuk membentuk fraksi, bergabung dengan fraksi dari partai lain. Di DPRD Kabupaten

Sumba Barat, Partai Damai Sejahtera, Partai Pelopor, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai

Republikan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Daerah, PKPB dan Partai Demokrasi

Pembaharuan bergabung membentuk 2 Fraksi tambahan yaitu Fraksi Pada Eweta dan Fraksi

Manda Elu.

DPRD Kabupaten Sumba Barat juga membentuk alat kelengkapan DPRD. Alat

kelengkapan DPRD tersebut terdiri dari Pimpinan DPRD, Panitia Musyawarah, Komisi,

BadanKehormatan, Panitia anggaran dan alat kelengkapan lain yang diperlukan.

1. Pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Barat.

Page 19: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Pimpinan DPRD sebagai alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan

kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif yang mencerminkan fraksi–fraksi berdasarkan urutan

besarnya jumlah anggota fraksi.Adapun pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Barat terdiri dari 1

(satu) orang ketua dan 2(dua) orang wakil ketua. Masa jabatan pimpinan DPRD sama dengan

masa keanggotaan DPRD. Pimpinan DPRD mempunyai tugas sebagaimana diatur dalam pasal

41 ayat (1) Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat,

yaitu:

1. Memimpin rapat – rapat dan menyimpulkan hasil rapat untuk mengambil keputusan;

2. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil

Ketua;

3. Menjadi juru bicara DPRD;

4. Melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD;

5. Mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan Instansi Pemerintah lainnya sesuai

dengan Keputusan DPRD;

6. Mewakili DPRD dan atau alat kelengkapan DPRD di pengadilan;

7. Melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi

anggota DPRD sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

8. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam rapat Paripurna DPRD.

Selanjutnya mengenai susunan Pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014

dapat dilihat dalam table berikut ini:

Page 20: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Tabel 2.4

Susunan Pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Barat

Periode 2009-2014

No Nama Jabatan Asal Partai

1 Daniel Bili, SH Ketua DPRD Partai Golongan Karya

2 Alexcander R. Dapawole Wakil Ketua DPRD Partai PDI Perjuangan

3 Dominggus Dinga Leba Wakil Ketua DPRD Partai Demokrat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

2. Badan Musyawarah

Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD bersifat tetap yang dibentuk

DPRD pada permulaan masa keanggotaan DPRD.Pemilihan anggota Badan Musyawarah

ditetapkan setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, komisi - komisi dan badan anggaran dan

fraksi.Badan musyawarah terdiri dari unsur - unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah

anggota dan sebanyak-banyaknya tidak lebih dari setengah jumlah anggota DPRD.Ketua dan

wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah Pimpinan Badan Musyawarah merangkap anggota.

Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam rapat Paripurna, Sekretaris

DPRD karena jabatannya adalah sekretaris Badan Musyawarah bukan anggota. Tugas Badan

musyawarah DPRD Kabupaten Sumba Barat sebagaimana disebut dalam Pasal 48 Keputusan

DPRD Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Peraturan Tata Tertib DPRD

Kabupaten Sumba Barat adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD baik diminta atau

tidak diminta;

2. Menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD

3. Memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan pendapat;

4. Memberikan saran pendapat untuk memperlancar kegiatan;

5. Merekomendasikan pembentukan Panitia Khusus.

Page 21: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

3. Komisi

Komisi-komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh

DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD yang terdiri dari setiap anggota DPRD

kecuali pimpinan DPRD.Penempatan anggota DPRD dalam komisi-komisi didasarkan atas

tercapainya efisiensi tugas DPRD.Jumlah anggota setiap komisi diupayakan berimbang dan

setiap anggota DPRD wajib masukdalam satu komisi dengan penugasan dari fraksi masing-

masing.Pembagian anggota DPRD menurut komisi – komisi adalahuntuk memudahkan

pelaksanaan tugas DPRD. Masa penempatan anggota dalam komisi dan perpindahan ke komisi

laindiputuskan dalam rapat Paripurna DPRD atas usul fraksi pada awal tahun anggaran.

Adapun komisi-komisi di atas mempunyai tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 50

Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesi dan daerah;

2. Melakukan pembahasan tentang Rancangan Peraturan Daerah dan rancangan

Keputusan DPRD;

3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan, pemerintahan dan

kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi masing – masing;

4. Membantu Pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang

disampaikan oleh Kepala Daerah dan masyarakat kepada DPRD;

5. Menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

6. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

7. Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan Pimpinan

DPRD;

8. Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat;

9. Mengajukan usul kepada pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup

bidang tugas masing-masing komisi;

Page 22: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

10. Memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas

dan kegiatan komisi.

Untuk pencapaian tujuan tersebut diatas, maka dalam Peraturan Tata Tertib DPRD

Kabupaten Sumba Barat Pasal 50 diatur pembagian masing-masing komisi yang didasarkan pada

bidang tugasnya sebagai berikut:

3.1 Komisi A

Komisi A menangani bidang Pemerintahan yang meliputi:

Pemerintahan, Ketertiban dan Keamanan, Kependudukan, Kehumasan / Pers, Hukum dan

Perundang-undangan, Kepegawaian/Aparatur, Sosial Politik, Organisasi Masyarakat,

Perijinan dan Pertanahan, Pengelohan data elektronik dan arsip daerah.

Adapun susunan keanggotaan Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-

2014 sebagai berikut:

Tabel 2.5

Susunan Keanggotaan Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Barat

Periode 2009 – 2014

No Nama Jabatan Fraksi

1 Yusak Putaratho, SE Ketua PKP Indonesia

2 Bayu Dwi Kurniawan, SH Wakil Ketua PDI Perjuangan

3 Saingo Delo, SE Sekretaris PKP Indonesia

4 Sogara Bani Ragawino, BA Anggota Manda Elu

5 Drs. Tarawatu Ora Anggota Manda Elu

6 Drs. Lele Leba Ari Anggota Demokrat

7 Agustinus Dedi Keiku Anggota Pada Eweta

8 Drs. David Ng. Kabata Poro Anggota PDK

9 Marthen Dedi Muda, SH Anggota PDK

10 Lazarus J. L. Wula Anggota Golkar

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Page 23: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

3.2 Komisi B

Komisi B menangani bidang Perekonomian dan Keuangan yang meliputi:

Perdagangan, Perindustrian, Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan,

Pengadaan Pangan, Logistik, Koperasi, Pariwisata, Keuangan Daerah, Perpajakan,

Retribusi, Perbankan, Pegadaian, Perusahaan Daerah, Perusahaan Patungan, Dunia Usaha

dan Penanaman Modal Daerah.

Adapun susunan keanggotaan Komisi B DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-

2014 sebagai berikut:

Tabel 2.6

Susunan Keanggotaan Komisi B DPRD Kabupaten Sumba Barat

Periode 2009-2014

No Nama Jabatan Fraksi

1 Jantje K. Tenabolo, BA Ketua PDK

2 Agustinus D. Poety, S.TP Wakil Ketua PDI Perjuangan

3 Riswan Ishak Sekretaris Golkar

4 Agustinus Bulu Kii Anggota Golkar

5 Timotius Ragga Anggota Manda Elu

6 Seingu Bani Anggota Demokrat

7 Stepanus Romi U. Warata Anggota PKP Indonesia

8 Seprianus Dapa Loka Anggota PKP Indonesia

9 Gregorius H. B. L. Pandango, SE Anggota Pada Eweta

10 Eduard Pangga Leghu Anggota Demokrat

11 Agustinus M. Malana Anggota Pada Eweta

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Page 24: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

3.3 Komisi C

Komisi C menangani bidang Pembangunan dan Kesejahteraan rakyat yang meliputi:

Pemukiman, Prasarana Wilayah, Tata Kota, Pertanaman, Kebersihan, Perhubungan,

Pertambangan dan Energi, Perumahan Rakyat dan Lingkungan Hidup.

Adapun susunan keanggotaan Komisi C DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-

2014 sebagai berikut:

Tabel 2.7

Susunan Keanggotaan Komisi C DPRD Kabupaten Sumba Barat

Periode 2009-2014

No Nama Jabatan Fraksi

1 Marthen Ngailu Toni, SP Ketua Golkar

2 Raingu Toka, B.Sc.Ak Wakil Ketua Demokrat

3 Kedu Wawo Sekretaris PKP Indonesia

4 Jefry Tarawatu Ora, SH Anggota Golkar

5 Dubu Baiya, SP Anggota PDK

6 Gerson Umbu Awang, S.Sos Anggota Manda Elu

7 Samuel Kaha Heo Anggota PDI Perjuangan

8 Agustinus Kaka, SH Anggota PDK

9 Stepanus Djapalata Anggota Pada Eweta

10 Kanisius Nisa Pewali Anggota Pada Eweta

11 Cornelis Witu Ngara Anggota PDI Perjuangan

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

4 Badan Kehormatan

Badan kehormatan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang dibentuk

dan ditetapkan dengan keputusan DPRD.Calon anggota badan kehormatan ditetapkan dalam

rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul dari masing-masing fraksi.Anggota Badan kehormatan

dipilih dari dan oleh anggota DPRD.Anggota badan kehormatan berjumlah 5 orang.Pimpinan

Page 25: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Badan kehormatan terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh

anggota badan kehormatan.Badam kehormatan dibantu oleh sekretariat yang secara fungsional

dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD.

Tugas Badan Kehormatan sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Keputusan DPRD

Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten

Sumba Barat adalah sebagai berikut :

1. Mengamati, mengevaluasi disiplin, etika dan moral para anggota DPRD dalam rangka

menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan kode etik DPRD;

2. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap Peraturan Tata

Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpah / janji;

3. Melakukan penyelidikan, verifikasi dan klasifikasi atas pengaduan Pimpinan DPRD,

masyarakat dan/atau pelilih;

4. Menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi dan klasifikasi

sebagaimana dimaksud pada huruf c sebagai rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh

DPRD; dan

5. Menyampaikan rekomendasi kepada Pimpinan DPRD berupa rehabilitasi nama baik

apabila tidak terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD atas pengaduan

Pimpinan DPRD, masyarakat dan atau pemilih.

5. Badan Anggaran

Badan anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk

oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.Badan anggaran terdiri dari pimpinan

DPRD, 1 (satu) wakil dari setiap komisi dan utusan fraksi berdasarkan perimbangan jumlah

anggota.Ketua dan wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan wakil ketua Badan

anggaran merangkap anggota.Susunan keanggotaan, ketua dan wakil ketua Badan anggaran

ditetapkan dalam rapat Paripurna.Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan

anggaran bukan anggota.

Page 26: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Tugas Badan anggaran DPRD Kabupaten Sumba Barat sebagaimana dalam Pasal 56

Peraturan Tata tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat adalah sebagai berikut:

1. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkan rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selambat-lambatnya lima bulan sebelum

ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

2. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkan

penetapan, perubahan dan perhitungan APBD sebelum ditetapkannya dalam Rapat

Paripurna DPRD;

3. Memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai pra rancangan APBD,

Rancangan APBD, perubahan dan perhitungan APBD yang telah disampaikan oleh

Kepala Daerah;

4. Memberikan saran dan pendapat terhadap Rancangan Perhitungan anggaran yang

disampaikan olah Kepala Daerah kepada DPRD;

5. Menyusun anggaran belanja DPRD dan memberikan saran terhadap penyusunan

anggaran belanja Sekretariat DPRD.

Adapun susunan keanggotaan Badan anggaran DPRD Kabupaten Sumba Barat periode

2009-2014 dapat dilihat pada table berikut:

Tabel2.8

Susunan Keanggotaan Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sumba Barat

Periode 2009-2014

No Nama Jabatan

1 Daniel Bili, SH Ketua

2 Alexcander R. Dapawole Wakil Ketua

3 Dominggus Dinga Leba Wakil Ketua

4 Sairo Umbu Awang, SE Sekretaris Bukan Anggota

5 Marthen Ng. Toni, SP Anggota

6 Lazarus J. L. Wula Anggota

7 Riswan Ishak Anggota

8 Gerson Umbu Awang, S.Sos Anggota

Page 27: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

9 Raingu Toka, B.Sc.Ak Anggota

10 Eduard Pangga Leghu Anggota

11 Stepanus Romi Umbu Warata Anggota

12 Yusak Putaratho, SE Anggota

13 Jantje K. Tenabolo, BA Anggota

14 Agustinus Kaka, SH Anggota

15 Agustinus Dedi Keiku Anggota

16 Samuel Kaha Heo Anggota

17 Agustinus D. Poety, S.TP Anggota

18 Cornelis Witu Ngara Anggota

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

6. Badan Legislasi Daerah

Badan Legislasi daerah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap

yangdibentuk pada awal masa keanggotaan DPRD dan ditetapkan dengan keputusan

DPRD. Badan Legislasi dipilih sebanyak 15 (lima belas) orang dari dan oleh anggota

DPRD. Pimpinan Badan Legislasi Daerah terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris

yang dipilih dalam rapat Badan Legislasi Daerah yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD

setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi Daerah. Masa tugas Badan

Legislasi Daerah paling lama 2,5 (dua setengah ) tahun. Adapun Tugas Badan Legislasi

Daerah yaitu:

1. Menyusun Program Legislasi Daerah yang memuat daftar urutan rancangan Peraturan

Daerah untuk satu masa keanggotaan dan prioritas setiap tahun anggaran, yang

selanjutnya dilaporkan dalam rapat Paripurna untuk ditetapkan dengan Keputusan

DPRD.

2. Menyiapkan rancangan Peraturan Daerah usul inisiatif DPRD berdasarkan program

prioritas tang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Melakukan pengharmonisan, pembulatan dan pemantapan konsepsi rancangan

peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi, atau gabungan komisi, atau

Page 28: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

pimpinan panitia khusus sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan

kepada Pimpinan DPRD.

4. Memberikan pertimbangan terhadap pengajuan rancangan peraturan daerah yang

diajukan anggota, komisi atau gabungan komisi, pimpinan panitia khusus diluar

rancangan peraturan daerah yang terdaftar dalam Program Legislasi Daerah atau

program prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan.

5. Melakukan penyebarluasan dan mencari masukan untuk rancangan Perda yang

sedang dan akan dibahas dan sosialisasi perda yang telah ditetapkan.

6. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap materi peraturan daerah

melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus.

7. Memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas

oleh Pemerintah Daerah.

8. Membuat inventarisasi masalah hokum pada akhir masa keanggotan DPRD untuk

dapat dipergunakan sebagai bahan oleh Badan Legislasi Daerah pada masa

keanggotaan berikutnya.

Badan Legislasi Daerah dalam melaksanakantugasnya, dapat:

1. Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat dengan masyarakat

2. Mengadakan koordinasi dan konsultasi dengan pihak Pemerintah Daerah atau dengan

pihak lain yang dianggap perlu mengenai hal yang menyangkut ruang lingkup

tugasnya melalui Pimpinan DPRD.

3. Memberikan rekomendasi kepada badan Musyawarah dan atau Komisi yang terkait

berdasarkan hasil pemantauan terhadap materi undang – undang.

4. Mengusulkan kepada Badan Musyawarah hal yang dipandang perlu untuk dimasukan

dalam acara rapat DPRD.

5. Mengadakan kunjungan kerja dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat dam studi

banding untuk penyiapan rancangan Perda dengan persetujuan Pimpinan DPRD yang

hasilnya dilaporkan dalam rapat Paripurna untuk ditentukan tindak lanjutnya.

Page 29: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

6. Mengusulkan pembentukan team kerja/team perumus kepada Pimpinan DPRD.

Adapun susunan keanggotaan Badan Legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat

periode 2009-2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel2.9

Susunan Keanggotaan Badan Legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat

Periode 2009-2014

No Nama Jabatan Asal Partai

1 Agustinus Kaka, SH Ketua PDK

2 Lazarus J.L Wula Wakil Ketua Partai Golkar

3 Sairo Umbu Awang, SE Sekretaris Bkn Anggota Sekwan DPRD

4 Stepanus Djapalata Anggota PPRN

5 Agustinus Molu Malana Anggota Gerindra

6 Agustinus D. Poety, S.TP Anggota PDI Perjuangan

7 Seprianus Dapa Loka Anggota PDK

8 Dubu Baiya, SP Anggota PDK

9 Stepanus Romi U. Warata Anggota PKP Indonesia

10 Saingo Delo, SE Anggota PKP Indonesia

11 Seingu Bani Anggota Demokrat

12 Drs. Lele Leba Ari Anggota PKPB

13 Drs. Tarawatu Ora Anggota PPD

14 Agustinus Bulu Kii Anggota Partai Golkar

15 Jefry Tarawatu Ora, SH Anggota Partai Golkar

16 Bayu Kurniawan, SH Anggota PDI Perjuangan

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

7. Panitia Khusus

Pimpinan DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain yang diperlukan berupa Panitia

Khusus dengan Keputusan DPRDatas usul dan pendapat anggota DPRD setelah mendengar

pertimbangan Panitia Musyawarah dengan persetujuan Rapat Paripurna.PanitiaKhusus

merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tidak tetap.Jumlah anggota panitia khusus

Page 30: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

mempertimbangkan jumlah anggota komisi yang terkait disesuaikan dengan program / kegiatan

serta kemampuan anggaran.Anggota panitia khusus terdiri dari anggota komisi terkait yang

mewakili semua unsur fraksi, ketua, wakil ketua dan sekretaris panitia khusus dipilih dari dan

oleh anggota panitia khusus.Susunan keanggotaan, ketua dan wakil ketua panitia khusus

ditetapkan dalam Rapat Paripurna.

Panitia Khusus melaksanakan tugas tertentu yang penting dan mendesak, meliputi bidang

tugas beberapa komisi yang memerlukan penelitian dan penyelesaian secara khusus dalam

jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Pimpinan DPRD.Masa kerja Panitia Khusus

ditentukan olah Pimpinan DPRD dan dapat diperpanjang apabila diperlukan setelah mendapat

pertimbangan dari panitia Musyawarah.Panitia Khusus bertanggung jawab kepada Pimpinan

DPRD.Hasil kerja Panitia Khusus disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Periode 2009 – 2014

Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat yang telah disetujui DPRD Kabupaten

Sumba Baratdari Tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.10

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2009

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2009

13 Maret 2009

Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan

Daerah

Pemda Sumba Barat

2 2 Tahun 2009

13 Maret 2009

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan

Pengurus Korps Pegawai Republik Indonesia

Kabupaten Sumba Barat.

Pemda Sumba Barat

3 3 Tahun 2009

13 Maret 2009

6 Tahun 2009

31 Agustus 2009

Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun

2005-2025.

Perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun 2009

Pemda Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

4 7 Tahun 2009 Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemda Sumba Barat

Page 31: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

31 Agustus 2009

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Sumba Barat.

5 8 Tahun 2009

31 Agustus 2009

Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan

Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Hak

dan Lahan Masyarakat.

Pemda Sumba Barat

6 9 Tahun 2009

17 Des 2009

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tahun Anggaran 2010

Pemda Sumba Barat

7 16 Tahun 2009

17 Des 2009

Pembentukan Kelurahan Dira Tana di

Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

8 17 Tahun 2009

17 Des 2009

Pelayanan Publik di Kabupaten Sumba Barat Pemda Sumba Barat

9 18 Tahun 2009

17 Des 2009

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

Sumba BaratNomor 11 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah

Pemda Sumba Barat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Pada tahun 2009 Peraturan Daerah berjumlah 9 (Sembilan) yang telah ditetapkan oleh

DPRD Kabupaten Sumba Barat bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat.Dari

Sembilan Perda yang ditetapkan terdapat beberapa Perda yang menyangkut tata kelola

pemerintahan dan tata kelola keuangan daerah.

Kemudian pada Tahun 2010, produktifitas penyusunan Perda masih kurang.Hal ini dapat

dilihat dari hasil Perda yang ditetapkan DPRD Kabupaten Sumba Barat bersama Pemerintah

Daerah Kabupaten Sumba Barat berjumlah 5 (lima) Perda dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.11

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2010

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2010

26 Juli 2010

Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Anggaran Pendapaatan dan Belanja Daerah

Tahun Anggaran 2010

Pemda Sumba Barat

2 1 Tahun 2010

4 Oktober 2010

Perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun Angaran 2010

Pemda Sumba Barat

3 2 Tahun 2010

15 Desember 2010

Penyertaan Modal Daerah Pada Badan

Usaha Milik Daerah

Pemda Sumba Barat

4 3 Tahun 2010

15 Desember 2010

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tahun Anggaran 2010

Pemda Sumba Barat

5 4 Tahun 2010

30 Desember 2010

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan

Pemda Sumba Barat

Page 32: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Pada Tahun 2011 Peraturan Daerah yang disusun dan disetujui terdapat 19 Perda yang

kebanyakan berisi Pembentukan Desa baru di 3 (tiga) Kecamatan berbeda.Sedangkan Perda

lainnya berisi tentang regulasi perizinan dan retribusi. Hal ini dapat dilihat dari rincian Perda

berikut ini:

Tabel 2.12

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu

Pintu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

2 2 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Manola Kecamatan Loli

Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

3 3 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Puu Mawo Kecamatan

Kota Waikabubak Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

4 4 Tahun 2011

22 Pebruari 2011 Pembentukan Desa Pala Moko Kecamatan

Lamboya Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

5 5 Tahun 2011

22 Pebruari 2011 Pembentukan Desa Lolo Tana Kecamatan

Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

6 5 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Kareka Nduku Utara

Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba

Barat

Pemda Sumba Barat

7 6 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Kareka Nduku Selatan

Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba

Barat

Pemda Sumba Barat

8 8 Tahun 2011

22 Pebruari 2011 Pembentukan Desa Manu Mada Kecamatan

Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

9 9 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Elu Loda Kecamatan

Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

10 10 Tahun 2011

22 Pebruari 2011

Pembentukan Desa Kalebu Ana Kaka

Kecamatan Tana Righu Kabupaten Sumba

Barat

Pemda Sumba Barat

11 11Tahun 2011

22 Pebruari 2011 Pembentukan Desa Tarona Kecamatan

Tana Righu Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

12 12 Tahun 2011

22 Pebruari 2011 Pembentukan Desa Rewa Rara Kecamatan

Wanokaka Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

13 13 Tahun 2011

22 Pebruari 2011 Pembentukan Desa Weimangoma

Kecamatan Wanokaka Kabupaten Sumba

Barat

Pemda Sumba Barat

14 14 Tahun 2011 Pembentukan Desa Ana Wolu Kecamatan Pemda Sumba Barat

Page 33: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

22 Pebruari 2011 Wanokaka Kabupaten Sumba Barat

15 15 Tahun 2011

22 Pebruari 2011 Pembentukan Pari Rara Wolu Kecamatan

Wanokaka Kabupaten Sumba Barat

Pemda Sumba Barat

16 19 Tahun 2011

29 Desember 2011 Pajak Daerah Pemda Sumba Barat

17 20 Tahun 2011

28 Desember 2011

Retribusi Jasa Umum Pemda Sumba Barat

18 21 Tahun 2011

28 Desember 2011

Retribusi Jasa Usaha Pemda Sumba Barat

19 19 Tahun 2011

28 Desember 2011 Retribusi Perizinan Tertentu Pemda Sumba Barat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Pada tahun 2012 Peraturan Daerah yang disetujui bersama DPRD Kabupaten Sumba

Barat dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat adalah sebanyak 4 (empat)

Perda.Terdapat 1 (satu) Perda inisiatif DPRD Kabupaten Sumba Barat yaitu Perda tentang

Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak.

Adapun Perda pada tahun 2012 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.13

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2012

24 Pebruari 2012

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Sumba Barat Tahun 2012 - 2032

Pemda Sumba Barat

2 2 Tahun 2012

21 Pebruari 2012

Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan

Pemda Sumba Barat

3 3 Tahun 2012

21 Pebruari 2012

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Pemda Sumba Barat

4 4 Tahun 2013

21 Pebruari 2012

Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak DPRD Kabupaten

Sumba Barat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Sedangkan pada tahun 2013 terdapat 3 (tiga) Peraturan Daerah yang telah disetujui oleh

DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat. Adapun

Perda – Perda dengan rincian sebagai berikut:

Page 34: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Tabel 2.14

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2013

No No/Tgl/Thn Perda Tentang Pengusul

1 1 Tahun 2013

26 Pebruari 2013

Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah

Kabupaten Sumba Barat No. 11 Tahun

2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan

Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Pemda Sumba Barat

2 2 Tahun 2013

5 Juli 2013

Tugas Belajar, Izin Belajar dan Ikatan

Dinas

Pemda Sumba Barat

3 3 Tahun 2013

3 Juli 2013

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan

Pemda Sumba Barat

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Dari tahun 2009 – 2013 Peraturan Daerah yang disetujui dan telah diperdakan oleh

DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat sebanyak

40 (empat puluh) Perda.Selama tahun 2009 – 2013 baru terdapat 1 (satu) Perda inisiatif DPRD

Kabupaten Sumba Barat yaitu Peraturan Daerah No 4 Tahun 2012 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi

dan Anak.Terdapat 39 (tiga puluh Sembilan) Perda yang merupakan inisiatif Pemerintah

Kabupaten Sumba Barat.

Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat yang telah disetujui DPRD Kabupaten

Sumba Barat Tahun 2012 adalah sebagai berikut7:

1. Rencana Tata Ruang Wilayah

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

3. Pajak – pajak Daerah

4. Retribusi Perijinan tertentu

5. Retribusi jasa umum

6. Pembentukan Desa – Desa dan Kecamatan

7. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

8. Kesehatan Ibu dan Anak

7 Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Page 35: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

9. Penyelenggaraan administrasi kependudukan

10. Pembentukan lembaga kemasyarakatan Desa dan Kelurahan

11. Penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa

12. Penyelenggaraan Upacara/ritual adat

13. Pengelolaan persampahan

14. Perlindungan dan pegelolaan lingkungan hidup

15. Surat ijin usaha perdagangan (SIUP)

16. Perencanaan dan penganggaran partisipasif

17. Penyelenggaraan pariwisata

3. Analisis

a. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD

Salah satu fungsi DPRDadalah menentukan kebijakan dan membuat peraturan undang-

undang(peraturan daerah). Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD tersebut melalui beberapa proses

mulai dari penyusunan rancangan peraturan daerah, pembahasan rancangan peraturan daerah

sampai ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

1. Tahap Perencanaan Pembentukan Peraturan Daerah

Tahap pertama pembentukan Peraturan Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota,

(termasuk pembentukan undang-undang) pada dasarnya adalah sama, yakni diawali dengan

tahap perencanaan yang dituangkan dalam bentuk Program Legislasi Daerah (Proglegda) sebagai

instrumen perencanaan pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara berencana, terpadu

dan sistematis8.

Program legislasi merupakan pedoman dan pengendali penyusunan peraturan perundang-

undangan yang mengikat lembaga yang berwenang membentuk peraturan daerah. Pembentukan

perundang-undangan yang disusun sesuai dengan program legislasi tidak saja akan menghasilkan

8 Pasal 1 angka 10 Undang-Udang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan

Page 36: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk mendukung tugas umum pemerintahan

dan pembangunan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945, tetapi juga akan memenuhi kebutuhan hukum masyarakat sesuai dengan tuntutan reformasi

dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maupun dimasa yang akan datang.

Program Legislasi Daerah, dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 juga memuat mengenai

penyebarluasan program legislasi daerah.

Pemerintah daerah dan DPRD dapat menyusun Prolegda yang memuat rencana dan

prioritas pembentukan Perda untuk kurun waktu lima tahunan dan satu tahunan.

Prioritasditentukan berdasarkan pengkajian atau inspirasi dan kebutuhan daerah masing-masing

serta memperlihatkan perubahan kenegaraan dan kemasyarakatan relatif cepat.

Pada tahap perencanaan, elite daerah harus menyusun naskah akademik terlebih dahulu

sebagai naskah awal yang memuat gagasan – gagasan pengaturan dan pokok – pokok materi

muatan bidang tertentu sebagai bahan pertimbangan yang paling objektif dan rasional dalam

penyusunan Raperda yang ditinjau dari sisi kelayakan filosofisnya, sosiologisnya, politisnya,

maupun yuridisnya. Penyusunaan naskah akademik ini tentunya didahului dengan serangkaian

pengkajian dan penelitian terhadap keempat aspek tersebut.

Penyusunan program legislasi daerah dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap

pertama pada Pemerintah daerah dengan meminta masukan dari dinas-dinas daerah atau

perangkat daerah lainnya mengenai raperda yang diperlukan untuk memperlancar kerja masing-

masing dinas yang bersangkutan dan tahap kedua di DPRD, masukan dapat diperoleh dari

komisi-komisi, fraksi, maupun aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD.Yang

melakukan penyusunan naskah akademik tersebut tentu bukan elite daerah sendiri. Agar relatif

objektif, maka penyusunan naskah akademik dilakukan oleh tenaga/staf ahli yang dimiliki elite

Page 37: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

daerah jika memang memiliki, atau jika tidak memiliki tenaga/staf ahli maka dapat bekerja sama

dengan perguruan tinggi atau lembaga lainnya yang memiliki pengalaman melakukan membuat

naskah akademik untuk menjadi dasar dalam penyusunan Raperda. Dengan adanya naskah

akademik tersebut maka dapat dijamin kerangka objektifitas tentang perlunya sebuah Perda

diterbitkan.

Pada tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Sumba Barat dan Fakultas Hukum Universitas

KristenSatya Wacana bekerja sama dalam melakukan penelitian terhadap seluruh produk hukum

daerah baik berupa perda maupun peraturan bupati. Dalam kerja sama itu pun dibuat sebuah

dukumen perencanaan produk hukum daerah dalam bentuk rekomendasi untuk penyusunan

prolegda Kabupaten Sumba Barat tahun 2011- 2015.

Keadaan yang terjadi di Kabupaten Sumba Barat, tahap perencanaan dalam penyusunan

peraturan di Kabupaten Sumba Barat belum berdasarkan pada prioritas pembentukan peraturan

daerah untuk lima tahunan dan satu tahunan. Tahap perencanaan tersebut lebih mengarah pada

kebutuhan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat untuk memperlancar tugasnya dan agar memiliki

landasan operasional.

Penyusunan program legislasi di Kabupaten Sumba Barat tidak menggunakan skala

prioritas lima tahunan atau satu tahunan. Penyusunan program legislasi disesuaikan dengan

kebutuhan daerah.Di Kabupaten Sumba Barat tidak terdapat Badan khusus yang menangani

program legislasi atau biasanya disebut Panitia Legislasi (Panleg).Dalam tahap perencanaan ini,

penyusunan program legislasi sebagian besar berasal dari pemerintah Kabupaten Sumba Barat.

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Drs. Lele Leba Ari selaku Sekretaris Pansus II DPRD

Kabupaten Sumba Barat bahwa:

Page 38: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

“Di DPRD Kabupaten Sumba Barat ini tidak memiliki Panleg sehingga tahap perencanaan atau

penyusunan program legislasi daerah sebagian besar berasal dari Pemda” 9

Walaupun tidak memiliki Panitia Legislasi, dalam prakteknya penyusunan program legislasi

tetap berjalan. Seperti yang diungkap oleh Bapak Stepanis Romi U. Warata selaku Wakil Ketua

Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat yakni:

“Program legislasi daerah tersebut tetap digunakan walaupun tidak terdapat Badan Khusus

yang menangani program legislasi sehingga DPRD Kabupaten Sumba Barat mendelegasikan

anggotanya untuk menanyakan pada Bagian Hukum Pemda Sumba Barat mengenai program

legislasi daerah yang dibuat misalnya seperti perda-perda apa saja yang tidak sesuai lagi

dengan era sekarang sehingga perlu direvisi dan dibuat yang baru atau perlu diadakan hearing

tentang hal-hal yang muncul atau hal-hal yang diperlukan oleh Kabupaten Sumba Barat”. 10

Program legislasi daerah sangatlah penting karena program legislasi daerah (Prolegda)

dapat menjadi acuan bagi perangkat daerah atau DPRD dalam menyiapkan draft raperda yang

menjadi kebutuhan Kabupaten Sumba Barat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten

Sumba Barat. Seperti yang diungkapkan Bapak Drs. Lele Leba Ari selaku Sekretaris Pansus II

DPRD Kabupaten Sumba Barat bahwa:

“Prolegda tersebut sangatlah penting karena dapat dijadikan pedoman bagi Pemda dan DPRD

Kabupaten Sumba Barat untuk menyiapkan raperda yang sesuai dengan kepentingan

masyarakat Sumba Barat”.

9 Wawancara dengan Drs. Lele Leba Ari selaku Sekretaris Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat,

tanggal 5 Agustus 2013 diruang Fraksi DPRD

10

Wawancara dengan Stepanis Romi U. Warata selaku Wakil Ketua Pansus II DPRD Kabupaten Sumba

Barat, tanggal 25 Agustus 2013 di ruang Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Barat

Page 39: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

2. Tahap Pembahasan Rancangan Peraturan daerah

Pada tahap pembahasan, rancangan peraturan daerah Kabupaten Sumba Barat dibahas

oleh DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan Bupati untuk mendapatkan persetujuan

bersama.Sebagaimana diketahui rancangan peraturan daerah dapat berasal dari DPRD dan dapat

pula berasal dari inisiatif Kepala Daerah. Pembahasan sebuah rancangan peraturan daerah di

DPRD dilakukan dalam Rapat Paripurna I, II, III dan IV, masing-masing dengan agenda

tersendiri, sebagai berikut:

1. Pembicaraan Tahap Pertama (sidang paripurna)

Bagi rancangan peraturan daerah yang berasal dari Kepala Daerah, maka Kepala Daerah

memberikan penjelasan mengenai rancangan peraturan daerah.Di dalam hal rancangan

peraturan daerah berasal dari DPRD, maka penjelasan disampaikan oleh pimpinan komisi

atau pimpinan rapat gabungan komisi atau pimpinan panitia khusus.

2. Pembicaraan Tahap Kedua (sidang paripurna)

Pembicaraan tahap kedua meliputi pemandangan umum anggota (fraksi) dan jawaban

Kepala Daerah atas pemandangan umum anggota (fraksi). Didalam hal rancangan

peraturan daerah berasal dari prakarsa DPRD, maka pembicaraan tahap kedua akan

mendengarkan pendapat kepala daerah dan jawaban pimpinan komisi atau pimpinan rapat

gabungan komisi atau pimpinan panitia khusus atas pendapat Kepala Daerah.

3. Pembicaraan Tahap Ketiga

Pembicaraan tahap ketiga merupakan rapat-rapat komisi atau gabungan komisi atau

panitia khusus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang disertai pejabat (eksekutif) yang

ditunjuk oleh kepala daerah serta stakeholder ataupun para pihak pemangku

Page 40: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

kepentingan.Pembicaraan tahap ketiga ini untuk menemukan kesepakatan baik mengenai

materi muatan maupun rumusan-rumusannya.

Di dalam praktik perbicaraan tahap ketiga inilah secara rill membuat Peraturan daerah.

Pada pembicaraan tahap ketiga wakil-wakil fraksi dan pemerintah merumuskan kembali

semua kesepakatan yang akan disetujui DPRD dan pada pembicaraan tahap ketiga

peranan individual anggota DPRD menonjol. Diskusi, perdebatan, dan permusyawaratan

sangat intensif dan mendalam.

4. Pembicaraan Tahap Keempat (sidang paripurna)

Pembicaraan tahap keempat merupakan terakhir yang diadakan dalam rangka

pengambilan keputusan persetujuan DPRD atas rancangan peraturan daerah, dalam

sidang ini akan didengar:

a. Laporan hasil kerja komisi, atau gabungan komisi atau panitia khusus;

b. Pendapat akhir fraksi sebagai pengantar persetujuan dewan; dan

c. Sambutan kepala daerah.

Prinsip utama yang dianut oleh semua sistem hukum adalah hukum itu dapat

dikomunikasikan terhadap masyarakat.Apabila suatu aturan hukum dalam bentuk

peraturan daerah tersebut tidak dapat dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat,

berarti peraturan daerah tersebut tidak dapat memengaruhi tingkah laku masyarakat.

3. Tahap Pengundangan Peraturan Daearah

Perda yang telah ditetapkan, selanjutnya diundangkan dengan menempatkan dalam

Lembaran Daerah oleh Sekretaris Daerah, sedangkan Penjelasan Peraturan daerah dicatat dalam

Tambahan Lembaran Daerah oleh Sekretaris Daerah atau oleh Kepala Bagian hukum.

Pengundangan Peraturan daerah dalam Lembaran Daerah dimaksudkan sebagai syarat hukum

Page 41: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

agar setiap orang mengetahuinya. Lembaran daerah adalah penerbitan resmi yang digunakan

untuk mengundangkan peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah, sedangkan Berita

Daerah adalah penerbitan resmi pemerintah daerah yang digunakan untuk mengumumkan

peraturan daerah, keputusan kepala daerah dan keputusan kepala daerah tertentu.

Pengundangan Peraturan Daerah dilakukan dalam Lembaran Daerah.Sekretaris Daerah

menandatangani pengundangan Perda dengan membubuhkan tanda tangan pada naskah

Peraturan Daerah tersebut. Pengundangan ini penting karena Peraturan Perundang-undangan

mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan

lain dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Pengundangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat dilakukan Sekretaris Daerah dan

DPRD tidak ikut serta melakukan pengundangan Peraturan Daerah tersebut. Serupa yang

diungkapkan oleh Bapak Drs. Lele L. Ari selaku Wakil Ketua Pansus DPRD Kabupaten Sumba

Barat menyatakan:

“Dalam hal pengundangan suatu Peraturan Daerah, DPRD tidak ikut serta karena pengundangan

tersebut merupakan tugas dari Sekretaris Daerah”.

4. Tahap Sosialisasi Peraturan Daerah

Meskipun Peraturan daerah telah diundangkan dalam Lembaran Daerah, namun belum

cukup menjadi alasan untuk menganggap bahwa masyarakat telah mengetahui eksistensi

Peraturan daerah tersebut.Oleh karena itu peraturan daerah yang telah disahkan dan diundangkan

tersebut harus pula disosialisasikan.Penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara dilakukan bersama

oleh DPRD dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Metode Sosialisasi dapat dilakukan dengan

cara:

Page 42: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

1. Pengumuman melalui berita daerah (RRI, TV daerah) oleh oleh Kepala Bagian

HukumKabupaten/Kota.

2. Sosialisasi secara langsung oleh Kepala Biro Hukum/Kepala Bagian Hukum atau dapat

puladilakukan oleh unit kerja pemrakarsa, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya

Masyarakat yang berkompeten.

3. Sosialisasi melalui seminar dan lokakarya (Seminola).

4. Sosialisasi melalui sarana internet.Untuk ini Pemerintah Daerah dan DPRD hendaknya

memiliki fasilitas web site agar masyarakat mudah mengakses segala perkembangan

kegiatan kedua lembaga.

Dalam prakteknya sosialisasi peraturan daerah yang telah diundangkan dilakukan oleh

DPRD Kabupaten Sumba Barat dengan bantuan sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

bersama-sama Kepala Bagian Hukum pada Sekretariat Daerah Kabupaten Sumba Barat atau

perwakilannya. Sosialisasi dilakukan di setiap Kantor Kecamatan Kabupaten Sumba Barat

dengan mengundang Ketua RT, Ketua RW, Kepala Desa/Lurah, dan tokoh-tokoh

masyarakat.Sosialisasi yang demikian ternyata belum efektif untuk menjamin agar masyarakat

mengetahui peraturan daerah yang baru. Kenyataan saat ini banyak masyarakat Kabupaten

Sumba Barat yang tidak mengetahui peraturan daerah apa saja yang telah dihasilkan oleh DPRD

Kabupaten Sumba Barat meskipun masyarakat tersebut juga sebagai pemangku

kepentingan.Namun hal ini berdasarkan pengamatan dan wawancara bersama Agustinus Kaka,

SH, Anggota DPRD Komisi C sebagai Ketua Badan Legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat,

di Kantor DPRD Kabupaten Sumba Barat, 23 Agustus 2013 mengakui ketentuan itu dijalankan

secara tidak maksimal11

.

11

Wawancara dengan Agustinus Kaka, SH, Anggota DPRD Komisi C sebagai Ketua Badan Legislasi

DPRD Kabupaten Sumba Barat, 23 Agutus 2013

Page 43: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Ini menandakan tidak efektifnya sosialisasi peraturan daerah yang dilakukan pemerintah daerah

dan DPRD Kabupaten Sumba Barat. Salah satu penyebab lain adalah kurangnya kesadaran

politik masyarakat yang rendah karena tingkat pendidikan atau karena prioritas hidup sebagian

besar masyarakat yang lebih tersita untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga

kepekaan masyarakat terhadap proses pembentukan suatu peraturan daerah sangat rendah (Sifat

Aphatis Masyarakat).

5. Tahap Evaluasi Peraturan Daerah

Untuk dapat mengetahui sejauh mana pengaruh sebuah Peraturan daerah setelah

diberlakukan maka perlu dilakukan evaluasi. Melalui evaluasi akan dapat diketahui kelemahan

dan kelebihan peraturan daerah yang sedang diberlakukan, yang selanjutnya guna menentukan

kebijakan-kebijakan, misalnya apakah peraturan daerah tetap dipertahankan atau perlu direvisi.

Tahapan pembentukan Peraturan Daerah tersebut idealnya diberlakukan baik dalam

pembentukan Peraturan Daerah Provinsi maupun pembentukan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.Hal ini hanya dapat dilakukan apabila ada keinginan kuat (good will) baik dari

lembaga legislatif maupun eksekutif di Daerah. Jika hanya satu pihak saja tentu akan menemui

kendala dalam pelaksanaannya. Dalam Tahap evaluasi seringkali hanya dilakukan oleh DPRD

dikarenakan setiap Komplain masyarakat terhadap sebuah Peraturan Daerah, masyarakat selalu

mengugat kepada DPRD Kabupaten Sumba Barat hal ini yang mengakibatkan banyak kritik dan

saran yang masuk di DPRD terhadap satu Peraturan Daerah padahal seperti diketahui bahwa

dalam Pembantukan Peraturan Daerah itu bukan hanya Pihak DPRD tetapi juga pihak

Pemerintah Daerah dalam hal ini Bagian Hukum Pemerintah Kabupaten Sumba Barat, seperti

Pengamatan lapangan yang ditemukan olah penulis sejumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Setda mendatangi Kepala Bagian Hukum DPRD Kabupaten Sumba Barat ingin meminta draf

Page 44: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

copy dari Peraturan Daerah alasannya mereka tidak pernah mengetahui seperti apa bentuknya

serta untuk menganalisa namun tidak diberikan oleh pihak Bagian Hukum DPRD dengan alasan

Copy fisiknya habis.

6. Tahap Penetapan Raperda

Setelah dilakukan pembahasan sampai pada Tahap IV, tahap selanjutnya adalah tahap penetapan

Raperda menjadi Perda.Rancangan Peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD

dan walikota disampaikan oleh Pimpinan Dewan kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan

menjadi Perda.Penyampaian raperda kepada Kepala Daerah dilakukan dalam waktu paling

lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal persetujuan bersama. Penandatangan oleh Kepala Daerah

paling lambat 30 (tiga puluh) dari sejak raperda tersebut disetujui bersama oleh DPRD dan

Kepala Daerah. Apabila raperda yang telah disetujui bersama tidak ditandatangani oleh Kepala

Daerah dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak raperda tersebut disetujui bersama,

maka raperda tersebut sah manjadi Perda dan wajib diundangkan.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sering penetapan Raperda telah dilakukan sesuai

dengan aturan yang ada.Sebelum jangka waktu yang ditetapkan habis, Kepala Daerah sudah

menandatangani Raperda yang telah disetujui bersama antara DPRD dan Kepala Daerah. Hal

tersebut senada dengan yang diungkapkan Bapak Drs. Lele L. Ari selaku Wakil Ketua Pansus

DPRD Kabupaten Sumba Barat bahwa:

“Dalam hal penetapan Raperda menjadi Peraturan daerah Kabupaten Sumba Barat telah

dilakukan sesuai dengan aturan yang ada.Dimana Kepala Daerah selalu menandatangani raperda-

raperda yang sudah disetujui bersama baik oleh DPRD dan Kepala Daerah dalam jangka waktu

kurang dari 30 hari”.

Page 45: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

b. Pemahaman DPRD Kabupaten Sumba Barat Tentang Fungsi Legislasi

Tugas dan Wewenang DPRDdiatur dalam UUNo 27 Tahun 2009, UU No 32

Tahun2004, Peraturan Pemerintah No16Tahun 2010 dan Peraturan DPRD Kabupaten Sumba

Barat No 1 Tahun 2009. Berdasarkan ketentuan diatas DPRD mempunyai tugas dan wewenang

(fungsi DPRD ada 3: Fungsi Legislasi, Fungsi Budgeting, dan Fungsi Pengawasan).

Tahapan, proses dan materi dari Peraturan DPRD Kabupaten Sumba Barat Nomor 1

Tahun 2009 membawa kepada pemahaman pada prosedur yang harus dilalui dalam membuat dan

mengusulkan peraturan daerah. Dengan proses tersebut, tentunya DPRD akan bekerja dan

memproduksi peraturan perundang – undangan dalam bentuk PERDA sebagai implementasi

tugas DPRD.

Meski demikian, apakah proses dan prosedur yang dilalui DPRD hanya berpatok pada

prosedur formal tersebut, ketua fraksi partai PDI Perjuangan, Samuel K. Heo menjelaskan

bahwa:

“proses formal pembuatan peraturan perundang – undangan yang menjadi kewenangan

DPRD memang sudah tergambarkan sebagaimana tercantum dalam Peraturan DPRD

Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 tahun 2009, namun DPRD juga menyadari bahwa

karena materi perda itu menyangkut pengaturan permasalahan masyarakat Kabupaten

Sumba Barat, maka semangat yang harus dirumuskan dalam pembuatannya juga harus

selaras dengan kepentingan masyarakat Kabupaten Sumba Barat.”12

12

Wawancara dengan ketua Fraksi Partai PDI Perjuangan, Samuel K. Heo, DPRD Kab. Sumba Barat.

Page 46: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Tidak tergambar dengan jelas atas uraian yang dimaksud apakah PERDA itu harus sesuai

dengan kehendak masyarakat Kabupaten Sumba Barat, karena untuk mengetahui kehendak

masyarakat diperlukan seperangkat proses yang harus dilalui, apakah melalui hearing, dialog,

penggalian informasi, termasuk penelitian, atau hanya cukup membayangkan tentang kebutuhan

masyarakat akan substansi yang harus diatur dalam PERDA. Kalau yang dimaksud proses

memahami semangat masyarakat itu diwujudkan dalam bentuk hearing, dialog, penggalian

informasi, termasuk penelitian, makaakan ada seperangkat proses yang akan dilakukan DPRD

dalam pembuatan peraturan perundang – undangan. Dan hal ini akan ada proses pertanggung

jawaban akademik dari yang telah dilakukannya itu.

Menurut pengamatan penulis, Peraturan DPRD Kabupaten Sumba Barat No. 1 Tahun

2009 Tentang Tata Tertib DPRD hanya mentransfer ketentuan yang terdapat dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 16Tahun 2010Tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD tanpa

mampu merumuskan aturan pelaksana yang berbasis pada prinsip – prinsip keterbukaan dan

pelibatan masyarakat. Perumusan Tata Tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam prosesnya

mengundang elemen masyarakat untuk diminta masukan, namun dari sekian usulan yang

diajukan oleh elemen masyarakat tidak ada yang diakomodir dalam tata tertib DPRD Kabupaten

Sumba Barat.

Menurut pengamatan penulis sifat monopoli kekuasaan dalam tata tertib DPRD sangat

dominan, tata tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat tidak memberikan ruang bagi pelibatan

publik dalam penyusunan dan pengesahan rancangan Peraturan Daerah hal itu bisa dilihat dari

tidak adanya satu kalimat pun yang menjamin keterlibatan publik dalam setiap tahapan proses

pengesahan peraturan daerah, sehingga kalau mekanisme formal sebagaimana yang diatur dalam

Page 47: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

tatib ini dijadikan pedoman secara tekstual maka justru pelibatan publik akan menjadi tertutup.

Sehingga penting untuk mengetahui pemahaman anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat

tentang fungsi legislasi apakah hanya sebatas formal – tekstual atau ada pemahaman yang lebih

subtansial.

Dari uraian responden tentang hasil penelitian penulis sebagian besar anggota DPRD

Kabupaten Sumba Barat memahami dengan baik Legal Drafting melalui pelatihan – pelatihan

Legal Drafting baik yang dilakukan di tingkat Pusat, Propinsi maupun Daerah, namun

pemahaman tersebut belum pernah teraplikasikan dalam pembuatan suatu draft Rancangan

Peraturan Daerah inisiatif DPRD Kabupaten Sumba Barat. Menurut Ketua Komisi A DPRD

Kabupaten Sumba Barat bahwa” pemahaman anggota DPRD terhadap Legal Drafting

didapatkan dari pelatihan – pelatihan legal drafting yang diadakan di tingkat daerah, propinsi

maupun pusat namun belum sampai pada taraf kemampuan teknis pembuatan draf rancangan

Peraturan Daerah namun hanya sebatas pada pemahaman akan tahapan proses pembuatan

Peraturan Daerah”. 13

Selain pemahaman anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat tentang Legal Drafting

sebatas demikian, pada umumnya anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat belum memahami

semangat perubahan konstitusi yang telah menggeser kekuasaan legislasi kepada lembaga

Legislatif, bahkan terhadap perubahan konstitusi tersebut anggota DPRD Kabupaten Sumba

Barat belum dapat memaknainya. Sehingga perubahan konstitusi yang kemudian diikuti dengan

perubahan beberapa peraturan perundang – undangan tersebut tidak berdampak pada

peningkatan produktivitas DPRD dalam memproduk Rancangan Peraturan Daerah.

13

Wawancara dengan Y usak Putaratho, SE Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Barat

Page 48: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Pemahaman anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat tentang fungsi Peraturan Daerah

juga beragam, namun mayoritas berpendapat bahwa Peraturan Daerah berfungsi untuk mengatur

masyarakat.Selain pendapat mayoritas demikian sebagian anggota DPRD Kabupaten Sumba

Barat juga memahami fungsi Peraturan Daerah sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap

hak-hak masyarakat. Dari Perda – Perda yang ditetapkan dalam pandangan Ketua Fraksi PDI

Perjuangan belum seluruhnya mempedomani Proses Legislasi Kabupaten Sumba Barat lebih

lanjut mengatakan:

“Pertama yaitu DPRD dan Pemerintah masih konsentrasi pada rutinitas pembahasan

Perda (non Prolegda) yaitu Perda APBD dan Perubahan APBD setiap tahun. Sebagian besar

waktu tersita untuk membahas Perda ini, mulai dari Pembahasan KU (Kebijakan Umum) –

APBD dan PPAS (Plafon Prioritas Anggaran Sementara), perhitungan dan

Pertanggungjawaban APBD dan LKPJ (Laporan Keterangan Pertangngung Jawaban) Bupati

tahun sebelumnya. Belum lagi ada Perda – Perda (non Prolegda) yang dibahas dan ditetapkan

atas perintah peraturan yang lebih tinggi (UU).Kedua, SDM Pemerintah dan DPRD

terbatas.Contohnya rekruitmen Anggota DPRD melalui pemilu yang tidak mensyaratkan secara

tegas bahwa Caleg harus punya kemampuan legal drafting. Disitu cukup lulus SMA, sehat

jasmani dan rohani dan lain – lain. Dalam perbedaan pemahaman dan kapasitas Anggota

DPRD turut mempengaruhi dalam penyelesaian Perda. Ketiga, Pemerintah dan DPRD belum

mengalokasikan khusus dana untuk penyusunan Perda. Dalam hal ini kita butuh dana untuk

bekerjasama dengan Perguruan Tinggi (PT) dalam penyusunan naskah akademik”.

Page 49: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

“Rancangan Peraturan Daerah seharusnya memberikan perlindungan hukum terhadap hak –

hak rakyat dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat bukan hanya untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah”

Terhadap isi yang seharusnya ada dalam Peraturan Daerah mayoritas anggota DPRD

Kabupaten Sumba Barat mengatakan seharusnya muatan yang terkandung didalam Peraturan

Daerah adalah tentang Kepentingan Rakyat. Sedangkan pemahaman tentang prinsip – prinsip

penyusunan Peraturan Daerah para anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat pada umumya

memahami penyusunan Peraturan Daerah cukup dilakukan oleh para anggota DPRD Kabupaten

Sumba Barat karena mereka telah mewakili rakyat. Hanya sebagian kecil saja yang memahami

bahwa Penyusunan Peraturan Daerah harus melibatkan partisipasi masyarakat.

Dari hasil Penelitian penulis dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman para anggota

DPRD Kabupaten Sumba Barat terhadap fungsi Legislasi berpengaruh terhadap produktivitas

DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam melahirkan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal

dari inisiatif DPRD Kabupaten Sumba Barat. Sejak DPRD Kabupaten Sumba Barat periode

2009-2014 dilantik pada pertengahan bulan Agustus sampai hari ini belum pernah mengajukan

Rancangan Peraturan Daerah inisiatif dari DPRD Kabupaten Sumba Barat.

Demikian juga pemahaman para anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat terhadap

perubahan konstitusi yang telah menggeser kekuasaan Legislasi kepada Lembaga Legislatif

sangat mempengaruhi inisiatif perubahan yang dimiliki oleh para anggota DPRD Kabupaten

Sumba Barat.Sampai hari ini peran anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam pelaksanaan

fungsi Legislasi tidak ubahnya seperti yang pernah terjadi di zaman orde baru ketika belum ada

perubahan konstitusi hanya sebatas membahas dan mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah.

Page 50: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Para anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat pada umumnya memahami fungsi

Peraturan Daerah hanya sebatas untuk mengatur masyarakat.Sedangkan fungsi strategis lainnya

misalnya fungsi perlindungan terhadap hak - hak rakyat, fungsi perubahan sosial dan fungsi

pemberdayaan masyarakat hanya dipahami oleh minoritas anggota DPRD Kabupaten Sumba

Barat. Pemahaman demikian menjadikan mayoritas Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat

hanya dijadikan sebagai legitimasi yuridis untuk melakukan “Pungutan” kepada masyarakat atas

nama pajak dan retribusi. Sedangkan Peraturan Daerah yang mempunyai orientasi memberikan

perlindungan terhadap hak – hak rakyat, memberdayakan masyarakat dan melakukan perubahan

terhadap sistem pemerintahan ke arah yang pemerintahan yang baik(good governance)belum

direspon secara positif baik oleh DPRD Kabupaten Sumba Barat atau Pemerintah Kabupaten

Sumba Barat. Bahkan usulan draft Peraturan Daerah dari kelompok – kelompok masyarakat

tidak mendapat respon secara positif oleh para anggota DPRD dan Pemda Sumba Barat.

Pada umumnya mayoritas anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat menjawab bahwa

seharusnya isi dari suatu rancangan Peraturan Daerah adalah menyangkut Kepentingan Rakyat

namun ketika memahami prinsip penyusunan Peraturan Daerah mayoritas anggota DPRD

menjawab cukup disusun oleh anggota DPRD, dengan beragam alasan sebagian mengemukakan

bahwa Penyusunan Peraturan Daerah oleh DPRD lebih efektif dan efisien, sebagian lagi

menjawab bahwa DPRD sudah dipilih oleh rakyat untuk mewakili sehingga sudah sah apabila

DPRD yang menyusun Peraturan Daerah tanpa keterlibatan rakyat. Pemahaman tentang prinsip

penyusunan Peraturan Daerah sangat mempengaruhi isi dari suatu Peraturan Daerah. MahfudMD

dalam tesisnyamengemukakan “Politik Hukum Indonesia” bahwa proses penyusunan Peraturan

Perundang – Undangan yang tertutup akan melahirkan produk hukum yang “Represif”,

sedangkan Proses Penyusunan Peraturan Perundang – Undangan yang terbuka dan partisipatif

Page 51: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

akan melahirkan produk hukum yang “Responsif” terhadap kepentingan Publik.14

Akibat

pemahaman para anggota DPRD seperti paparan diatas menyebabkan produk hukum berupa

Peraturan Daerah di Kabupaten Sumba Barat lebih banyak yang berkarakter “Represif” hanya

sebagai alat pemaksa kepatuhan publik dalam hal melaksanakan kewajiban kepada negara bukan

dalam rangka melindungan kepentingan publik. Proses penyusunan Peraturan Daerah yang

tertutup dari keterlibatan publik selalu menghasilkan produk hukum yang merugikan masyarakat.

c. Kinerja DPRD Kabupaten Sumba Barat Dalam Melaksanakan Fungsi Legislasi

Belum ada standar baku mengenai ukuran kinerja DPRD dalam melaksanakan salah satu

tugas dan fungsinya, yaitu fungsi legislasi,dimana legislasi itu sendiri adalah produk politik yang

menjadi pilihan kebijakan dalam menentukan arah permasalahan kalau itu sudah dalam bentuk

PERDA.

Menurut hasil penelitian Penulis, sejak dilantik pada bulan Agustus 2009, DPRD

Kabupaten Sumba Barat periode 2009 – 2012 telah mengesahkan 40 Peraturan Daerah.Dan

sejaktahun 2013 sampai saat ini DPRD Kabupaten Sumba Barat masih sedang membahas 4

(empat) Rancangan Peraturan Daerah, diantaranya:

Tabel 2.15

Nama Raperda Tahun 2013-2014

No. NAMA RANPERDA YANG MEMBAHAS

1. Ranperda tentang Pemekaran Desa PANSUS

2. Ranperda tentang Pajak Daerah BPHTB (Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)

PANSUS

14

Mahfud, MD, Politik Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta 2010, hal 368

Page 52: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

3. Ranperda tentang RTRW PANSUS

4. Ranperda tentang RPJMD (Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah)

PANSUS

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Menurut pengamatan penulis dan hasil wawancara dengan beberapa Anggota DPRD

Kabupaten Sumba Barat,untuk semua Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat

baik yang telah disahkan maupun yang sedang dalam proses pembahasan di DPRD Kabupaten

Sumba Barat berasal dari inisiatif Pemerintah Kabupaten Sumba Barat, baru 1 (satu) yang

berasal dari inisiatif DPRD Kabupaten Sumba Barat yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Sumba

Barat No. 4 Tahun 2013 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (KIBA). Selain Rancangan

Peraturan Daerah berasal dari inisiatif Pemerintah Kabupaten Sumba Barat. Berkaitan dengan

keterlibatan masyarakat dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah, menurut hasil

penelitian penulis ada beberapa Rancangan Peraturan Daerah yang dalam pembahasannnya

melibatkan masyarakat antara lain Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 Tentang Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 – 2032 yang melibatkan para Tokoh Masyarakat.

Hal ini menunjukkan bahwa DPRD belum memahami dan memaknai semangat dari

perubahan konstitusional yang terjadi pasca reformasi melalui amandemen UUD 1945 yang

memberikan kekuasaan legislasi kepada Legislatif.Perubahan konstitusional tersebut belum

mampu mendorong produktivitas DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam menggunakan hak

inisiatifnya dalam pembuatan Rancangan Peraturan Daerah.

Selain anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat tidak mempunyai inisiatif dalam

mengusulkan Rancangan Peraturan Daerah, inisiatif DPRD untuk mensosialisasikan dan

melibatkan partisipasi rakyat dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah juga sangat

Page 53: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

minim, pembahasan Rancangan Peraturan Daerah mayoritas tanpa proses sosialisasi dan

keterlibatan masyarakat yang kemudian berdampak pada proses pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah tanpa keterlibatan masyarakat. Proses pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah tanpa keterlibatan masyarakat menyebabkan produk Peraturan Daerah yang dihasilkan

justru menimbulkan penolakan di masyarakat. Peraturan daerah yang disusun tanpa melibatkan

masyarakat juga berdampak pada “ketidaksukarelaan” masyarakat dalam melaksanakan

kewajibannya.Akhirnya, masyarakat melaksanakan kewajibannya hanya karena ancaman sanksi

bukan karena kesadaran hukum masyarakat dan hal ini terjadi karena masyarakat tidak merasa

memiliki Peraturan Daerah yang telah dibuat. Akhirnya dalam kondisi demikian antara Rakyat

dan Negara tertanam benih – benih ketidakpuasan dan ketidakpercayaan (krisis kepercayaan)

yang suatu saat apabila terakumulasi secara luas akan meledak dan mengahancurkan sendi –

sendi kehidupan bernegara. Hal itu terjadi karena Pemerintah Kabupaten Sumba Barat lebih

banyak hanya menggunakan pendekatan tirani kekuasaan dalam pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah tidak memposisikan Peraturan Daerah sebagai wujud dari “Kontrak Politik”

antara rakyat dengan negara yang harus saling seimbang (Cheks and Balance).

Selain inisiatif membuat Rancangan Peraturan Daerah serta inisiatif mensosialisasikan

dan melibatkan rakyat dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah yang tidak dimiliki oleh

DPRD Kabupaten Sumba Barat, inisiatif untuk memasukkan ide – ide pembaharuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan daerah ke dalam Rancangan Peraturan Daerah juga hampir –

hampir tidak dapat kita temukan, DPRD Kabupaten Sumba Barat hanya “mengamini” saja alur

kepentingan yang dimasukkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Barat dalam Rancangan

Peraturan Daerah yang diajukan oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Barat tanpa ada inisiatif

untuk mengisi ide – ide pembaharuan dalam Rancangan Peraturan Daerah tersebut. Sehingga

Page 54: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

tidak mengherankan bila yang kita lihat bukan perkembangan yang mengarah pada peningkatan

kualitas pelayanan publik namun jutru kemerosotan di bidang itu. Potensi – Potensi Korupsi

semakin meluas dan kasus – kasus penyelewengan kekuasaan semakin bermunculan.

d. Kendala – kendala Yang Mempengaruhi Produktivitas DPRD Kabupaten Sumba Barat

dalam Memproduk Peraturan Daerah (Perda).

Beberapa kendala yang mempengaruhi produktivitas DPRD dalam pembuatan

Rancangan Peraturan Daerah, yaitu :

a. Faktor individual.

1. Kapasitas.

Hal ini terkait dengan kapasitas anggota dewan yang dimaksud. Dimana dari ke 35

anggota dewan yang ada mayoritas adalah punya pemahaman dengan berlatar

pendidikan hukum yang sangat minim, terlebih pembuatan produk hukum sangat

membutuhkan kecermatan dan kepiawaian seseorang dalam membuat aturan yang

akan diterapkan pada skala pemerintahan daerah tersebut. Dengan kemampuan yang

minim tersebut dapat dilihat pada produk yang diciptakannya.Bagaimana memproduk

aturan yang efektif dan mempunyaidaya efektifitas yang dapat memjawab kebutuhan

masyarakat daerah menjadi hal yang sulit ditemui.

Terungkap berkaitan dengan kapasitas anggota dewan ini dalam membuat produk

hukum sebagaimana disampaikan Anggota Badan Legislasi dengan mengatakan:

“bahwa apa bisa mereka membuat aturan hukum, kalau sebelumnya pun ia hanya

berprofesi jadi Ibu rumah tangga atau ada juga pengangguran. Bagaimana mungkin

Page 55: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

anggota DPRD tersebut dapat menghasilkan, apalagi mempunyai inisiatif untuk

membuat aturan yang betul-betul diharapkan oleh masyarakat.”15

2. Latar belakang

Selain pada kapasitas, faktor latar belakang keilmuan dan latar belakang pekerjaan

menjadi catatan tersendiri dalam melihat kendala DPRD Kabupaten Sumba Barat

dalam melaksanakan fungsi legislasinya.

Dari 35 anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat periode 2009 – 2014 yang berlatar

belakang pendidikan hukum hanya 5 orang.

Tabel 2.16

Latar Pendidikan Anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014

No. Anggota DPRD berdasar latar

belakang pendidikan

Jumlah Prosentase

1. Pendidikan setara sarjana dengan

latar belakang bidang Hukum

5 14 %

2. Pendidikan setara sarjana dengan

latar belakang non Hukum

8 22 %

3. Pendidikan dibawah sarjana 22 62 %

Sumber: Data Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sumba Barat

Menjadi ironi manakala lembaga yang bertugas memproduk aturan namun diisi oleh

orang – orang dengan pengalaman minim dibidangnya.Tidak heran ketika aturan yang

dihasilkannya banyak yang berorientasi pada pemenuhan solusi pemerintahan yang

tidak sistematis.Apalagi dari ke 35 anggota DPRD tersebut ada yang belum pernah

mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.Akan terjadi pemaksaan ide ketika

kekuasaan legislasi dipegangnya.

15

Anggota Badan Legislasi

Page 56: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

3. Kemauan

Kapasitas yang kurang dan latar belakang yang rendah sebetulnya bukan faktor utama

kendala DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam menjalankan kekuasaan legislasinya

selama punya kemauan yang tinggi untuk belajar dan terus meng up grade diri dengan

informasi yang selalu terbaru.Namun demikian harapan ini hanya tinggal harapan

mana kala dengan kemampuan yang minim tersebut tidak diimbangi dengan kemauan

belajar yang tinggi demi pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Dalam forum – forum penggalian aspirasi dimasyarakatpun, tidak jarang proses yang

dilakukannya cenderung sangat tertutup. Dengan indikasi selalu yang dilibatkan

adalah konstituen masing – masing partai. Hal ini dapat dilihat dari daftar hadir dan

undangan yang dibuat serta pengakuan orang – orang yang dianggap mampu, tetapi

tidak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

b. Faktor Institusional.

Selain faktor invidual, yang menjadi kendala bagi DPRD dalam memproduk Rancangan

Peraturan Daerah adalah faktor institusional. Faktor ini meliputi,

1. Tidak adanya inisiatif membentuk Badan Legislasi Daerah (BALEGDA)

Badan Legislasi Daerah yang sebenarnya telah diamanatkan oleh Undang – Undang

Nomor 27 tahun 2009 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPD, DPR, DPRD

Propinsi dan DPRD Kabuapaten/Kota, namun hal ini belum menjadi faktor penggerak

bagi munculnya produk hukum buatan DPRD yang berkualitas. BALEGDA

dimaksudkan untuk melaksanakan proyeksi dalam bidang perundang – undangan yang

dibuat oleh DPRD.Dengan tidak ada BALEGDA ini dipastikan pembuatan legislasi

Page 57: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

didaerah tidak terencana, lebih berproyeksi pada hal – hal yang sifatnya jangka

pendek. Perda yang dihasilkannya pun tidak cukup mampu menjangkau kejadian –

kejadian yang akan datang yang akan menjadi perhatian publik luas.

Pembagian kerja yang dilakukan oleh Badan Legislasi terhadap setiap anggotanya

dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik sebenarnya.Artinya setiap anggota sudah

dibebankan pekerjaan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan usulan kebijakan

daerah yang telah dimasukkan pada Badan Legislasi.Namun realita di lapangan beban

pekerjaan yang diberikan kepada masing-masing anggota Badan Legislasi belum dapat

dijalan dengan sempurna.Dimana masih ada anggota Badan Legislasi yang

melimpahkan tugas dan beban kerja kepada anggota Badan Legislasi lainnya,

disebabkan oleh alasan pribadi anggota tersebut. Fakta ini membuat ada beberapa

anggota Badan Legislasi yang harus mengemban tugas yang telah diberikan kepada

rekannya untuk diselesaikan.

Dampaknya proses penyelesaian perumusan dan penyusunan kebijakan daerah yang

akan dibahas oleh masing-masing fraksi sering terlambat. Kemudian dalam

pelaksanaan tugasnya anggota Badan Legislasi sudah cukup mampu untuk saling

bekerjasama dalam menyelesaikan beban tugasnya. Dimana dari setiap data dan

informasi yang telah dikumpulkan akan dijadikan bahan kajian dan analisis oleh

anggota Badan Legislasi dalam merumuskan kebijakan daerah. Proses perumusan

kebijakan daerah yang dilakukan tentunya melalui kerjasama yang dikembangkan oleh

internal Badan Legislasi. Musyarawah dalam merumuskan kebijakan daerah menjadi

bentuk kerjasama yang dilakukan oleh anggota Badan Legislasi dalam merumuskan

kebijakan. Selanjutnya komitmen kerja yang dimiliki anggota Badan Legislasi

Page 58: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

sebenarnya sudah cukup baik, karena setiap anggota telah berusaha untuk dapat

memiliki visi dan misi yang sama dalam mewujudkan perumusan kebijakan daerah.

2. Tidak punya data base permasalahan pemerintahan

DPRD Kabupaten Sumba Barat tidak dilengkapi dengan seperangkat data base

pemerintahan. Hal ini diakui sendiri oleh Ketua Fraksi PDI Perjuangan Kabupaten

Sumba Barat,

“jadi tidak semua data yang kami butuhkan diberikannya serta merta pada saat itu,

sehingga kami harus bekerja dengan data yang minim, apalagi kalau menyangkut

permasalahan yang akan dapat menurunkan reputasi dinas tersebut. Tidakjarang data

tersebut dikeluarkan setelah terungkap dimedia massa”.16

Bagaimana bisa membuat produk hukum yang berkualitas bila prasyarat untuk itu

tidak terpenuhi. Produk hukum akan dihasilkan dari proses yang maksimal kalau data–

data pendukungnya juga cukup untuk melaksanakan proses pembuatannya. Untuk

menguji hasil tersebut cukup dengan melihat tahapan dan data pendukung yang

diperlukan.

3. Budaya politik

Perilaku politik DPRD yang merupakan kendala eksternal karena hal tersebut

merupakan perilaku yang sudah menginstitusional di DPRD. Dengan kondisi budaya

politik demikian sulit apabila ada anggota DPRD yang kemudian punya inisiasi untuk

melakukan upaya – upaya politik yang terhormat menjadi tidak berdaya apa – apa.

16

ibid

Page 59: BAB II PEMBAHASAN A. Dimensi Teoritik dan Normatif Fungsi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8360/3/T1_312010711_BAB II.pdf · Menurut Budiarjo dan Ambong peranan DPR atau

Keluhan tentang budaya politik demikian banyak diungkap oleh anggota dewan yang

masih punya semangat tinggi untuk terus melakukan upaya perubahan – perubahan

bagi lingkungan DPRD.

Tidak jarang mereka yang punya semangat idealisme yang tinggi, kemudian harus

kandas lantaran proses politik menghendaki voting untuk memutus sebuah

permasalahan yang berkembang. Dancelakanya, mayoritas yang hadir dan ikut

menentukan arah solusi permasalahan menjadi demikian tidak simpatik dengan pilihan

– pilihan politik yang dibuatnya.

4. Pengaruh kekuatan politik (eksternal)

Kekuatan politik eksternal yang paling berpengaruh atas kualitas produk legislasi

DPRD adalah pasar/pemodal. Dimana peranan pasar ini dalam mengintervensi proses

pembuatan hukumnya terletak pada korelasi produk hukum yang dibuat dengan warna

produk hukum tersebut. Kekuatan pasar akan selalu mendorong upaya pembuatan

hukum yang berpihak padanya. Pada saat – saat tertentu, pasar akan memaksakan

keinginannya untuk tujuan investasi yang dijalankannya.