kajian normatif terhadap efektivitas perda provinsi bali

15
------------------- KAJIAN NORMATIF TERHADAP EFEKTIFITAS PERDA PROVINSI BALI NO 16 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WlLAYAH PROVINSI BALI TAHUN 20· 09-2029 SERTA STRATEGI IMPLEMENTASINYA (* Oleh: Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.MH I Ketut Sudiarta, SH.MH A. PENDAHULUAN Pemerintah Provinsi Bali termasuk salah satu dari sepuluh provinsi di Indonesia yang sudah merevisi perda tata ruangnya disesuaikan dengan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang W:layah ProvinsiBali Tahun 2009-2029(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 16 Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 15, diundangkan tanggal 28 Desember 2009, selanjutnya ditulis Perda RTRWP), sebagai pengganti dari Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali. Sebelum Perda RTRWP ini diundangkan, tepatnya hari Jumat tanggal 23 Oktober 2009, Bupati dan Walikota se Bali membuat kesepakatan bersama tentang Keberatan atas Penetapan RancangCln Peraturan Daearh Provinc;l Sali tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali. Ruang lingkup Kesepakatan Bersama tentang Keberatan Atas Penetapan Penetapan Rancangan Peraturan Daearh Provinsi Bali tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali mencakup: (a)Kawasan Tempat Suci; (b)Kawasan Sempadan Pantai; (c)Kawasan Sempadan Jurang; (d)Kawasan Sempadan Sungai; (e) Kawasan Sempadan danau/waduk; dan (f)Kawasan Strategis Provinsi. *) Disajikan dalam Seminar Nasional Membangun Bali Dalam Kerangka RTRWP Bali", yang diselenggarakan oleh Universitas Udayana, di Denpasar pada tanggal 6 Mei 2011 1

Upload: leginna-ayudithia

Post on 23-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

=-~=-----~-~=======~----~====~------- -------------------

KAJIAN NORMATIF TERHADAP EFEKTIFITAS PERDA PROVINSI BALI NO 16 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WlLAYAH

PROVINSI BALI TAHUN 20·09-2029 SERTA STRATEGI IMPLEMENTASINYA (*

Oleh: Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.MH

I Ketut Sudiarta, SH.MH

A. PENDAHULUAN

Pemerintah Provinsi Bali termasuk salah satu dari sepuluh provinsi di

Indonesia yang sudah merevisi perda tata ruangnya disesuaikan dengan Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam Peraturan

Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang W:layah

ProvinsiBali Tahun 2009-2029(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009

Nomor 16 Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 15, diundangkan

tanggal 28 Desember 2009, selanjutnya ditulis Perda RTRWP), sebagai pengganti

dari Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Bali.

Sebelum Perda RTRWP ini diundangkan, tepatnya hari Jumat tanggal 23

Oktober 2009, Bupati dan Walikota se Bali membuat kesepakatan bersama

tentang Keberatan atas Penetapan RancangCln Peraturan Daearh Provinc;l Sali

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 menjadi

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Ruang lingkup Kesepakatan Bersama tentang

Keberatan Atas Penetapan Penetapan Rancangan Peraturan Daearh Provinsi Bali

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 menjadi

Peraturan Daerah Provinsi Bali mencakup: (a)Kawasan Tempat Suci; (b)Kawasan

Sempadan Pantai; (c)Kawasan Sempadan Jurang; (d)Kawasan Sempadan

Sungai; (e) Kawasan Sempadan danau/waduk; dan (f)Kawasan Strategis Provinsi.

*) Disajikan dalam Seminar Nasional Membangun Bali Dalam Kerangka RTRWP Bali", yang diselenggarakan oleh Universitas Udayana, di Denpasar pada tanggal 6 Mei 2011

1

Gubernur Bali melalui suratnya tanggal 3 Desember 2009 No

188.34j5449jBappeda menyampaikan kepada Bupati dan Walikota se-Bali,

bahwa "sesuai kewenangan perubahan terhadap beberapa substansi yang

saudara usulkan tidak dapat kami putuskan untuk memenuhinya karena Raperda

RTRWP Bali yang saat ini telah dilakukan evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri

merupakan hasil kesepakatan antara Eksekutif dan Legislatif dan proses

penyusunannya telah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku .. . "

Setelah diundangkannya Perda RTRWP pad a tanggal 28 Juni 2010,

6(enam) orang masyarakat (I Made Kasim Aryana, I Made Deg, I Made Rada, I

Wayan Puja,I Wayan Tirta, dan I Made Meja), serta Kesatuan Masyarak2t Hukum

Adat Desa Adat Pecatu Kabupaten Badung dan Badan Musyawarah Desa ( BPD)

Desa Pecatu Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung mengajukan

permohonan keberatan hak uji materiil kepada Mahkamah,Agung RI di Jakartal.

Secara formal sarnpai saat ini belurn ditemukan bukti putusan MA yang .

rnenyatakan Perda RTRWP ini 10105 dari judicial review, namun secara lisan

dalam pertemuan tanggal 13 Februari 2011 yang digelar oleh Gubernur Bali di

Gedung Wiswa Sabha, Gubernur Bali menyampaikan bahwa Perda RTRWP ini

telah lolos dari judicial review".

Polemik pro dan kontra, dalam beberapa media dapat dibaca adanya

keinginan dari beberapa masyarakat, agar Perda RTRWP ini direvisi, dilain pihak

ada juga yang berpandangan bahwa Perda RTRWP ini tidak perlu direvisi.

1 Laporan Pelaksanaan Tugas Tim Pengkaji Perda RTRWP Universitas Udayana Dalam Konteks Judicial Review ke Mahkamah Agung, 2010. halm.l

2

Persoalan hukum yang akan dikaji dalam makalah ini/ (a) eksistensi Perda

RTRWP secara normatif (b) Strategi apa yang dapat dilakukan dalam

melaksanakan Perda RTRWP ini ?

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Rencana dalam Hukum Penataan Ruang.

Dalam beberapa peraturan perundang-undangan khususnya yang

berkaitan dengan penataan ruang, (seperti PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang, dan Perda RTRWP mempergunakan istilah

Rencana, hal ini dapat saja memunculkan suatu pertanyaan/ apakah rencana

mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan?

Ada beberapa hal yang dapat disampaikan terlebih dahulu/ dengan

penyebutan istilah rencana dalam peraturan perundang-undangan yang

mengatur penataan ruang seperti tersebut diatas. Secara teoritik hal ini perlu

dikaji/ oleh karena pengertian rencana secara leksikal dapat ditafsirkan sesuatu

yang belum final.

Plan. a delineation; a design; a draft, form or represef7tation. The representation of anything drawn on a plane/ as a map or chart' a scheme; a sketctl,

Istilah rencana dan perencanaan dalam bahasa Indonesia mengandung makna

yang berbeda.

Rencana, artinya: a) rancangan; buram (rangka sesuatu yang dikerjakan­kerja); b) konsep; naskah (surat dan sebagainya); c) cerita; laporan pemberitaan (pers); catatan mengenai pembicaraan dalam rapat dan sebagainya); d) cara (pembicaraan); program; e) artikel;makalah;kertas kerja. f) maksud;niat.

2 Henry Campbell Black/ Black'S Law Dictionary, Difinition, of the Term an Phrases of American and English Jurisprudence. Ancient and Modern, Boston: ST Paul Minn West Publishing, Co, 1991, halm. 796.

3

Sedangkan Perencanaan artinya; a) perbuatan, d) cara merencanakan merencanakan3

proses, atau

b) pertumbuhan, c) merancangkan atau

Secara leksikal, istilah rencana dan perencanaan mengandung makna

yang t~rbeda, namun dalam beberapa kesempatan, kedua istilah tersebut

pemaknaanya disamakan, seperti nampak dalam pandangan dari Yohanes

Usfunan, ... '1stilah rencana atau perencanaan kadangkala disebut dengan istilah

program, walaupun istilahnya berbeda, tetapi makna yang terkandung

didalamnya adalah sama'l4 ...

Pandangan dari beberapa ahli memberikan batasan pengertian rencana sebagai

berikut:

P De Han memberikan batasan mengenai rencana yang diterbitkan oleh pemerintah sebagai suatu persia pan yang sistematik dan terkoordinasi yang berisi penentuan dan pelaksanaan keputusan-keputusan pemerintah berdasarkan suatu program yang berisi tujuan-tujuan dan upaya-upaya yang ditempuh.5

Wedgewood-Openheim sebagaimana dikutip oleh Lewton dan Rose dalam

bukunya yang berjudul Organization an Management In the Public Sector

menyatakan;

"Planning can be seen as a process where by aims, factual, evidence and assumption are translated by a process of logical argument into appropriate policies which are intended to achieve aims. 6

Seperti telah diuraikan diatas, Peraturan Perundang-undangan yang

berkaitan dengan Penataan Ruang umumnya menyebut dengan istilah

"Rencana". Terhadap persoalan ini Philipus M Hadjon, memaparkan konsep

" rencana sebagai hasil kegiatan perencanaan ... ,'1ebih lanjut dikatakan rencana

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus 8esar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia, 1988, halm. 741.

4 Johanes Usfunan, Perbuatan Pemerintah Yang Dapat Digugt Jak<lrta Djambatan, 2002, halm.10S.

5 IbiLthal.106. 6 Lawton, Alan and Rose Aidan G, Organization and Management In The Public Sector,

London, Pitman Publishing, Second edition, 1994 halm. 119.

4

1

merupakan keseluruhan tindakan yang saling berkaitan dari tata usaha negara

yang mengupayakan terlaksananya keadaan tertentu yang tertib / teratur,

dengan demikian ... ''hanya rencana-rencana yang berkekuatan hukum yang

memiliki arti bagi hukum administrasi dan suatu rencana menunjukkan kebijakan

apa yang akan dilakukan oleh tata usaha negara pada suatu lapangan tertentu".7

Jika pzndangan Philipus M Hadjon ini dicermati, maka dikatakan walaupun

peraturan perundang-undangan tersebut menyebut dengan istilah atau

judul "rencana", mempunyai kekuatan hukum jika rencana-rencana yang

terkandung dalam peraturan tersebut menunjukkan kebijakan apa yang akan

dilakukan oleh administrasi negara.

Paling tidak ada dua hal yang dapat dilihat dari pandangan sarjana diatas,

pertama/ bahwa suatu rencana, baru mempunyai nilai yuridis apabila telah

ditetapkan dalam suatu bentuk peraturan perundang-undangan atau dengan

kata lain, walaupun disebut sebagai suatu rencana, apabila telah ditetapkan

dalam suatu produk peraturan perundang-undangan, maka rencana tersebut

mempunyai nilai yuridis, begitu pula sebaliknya suatu rencana yang tidak

ditetapkan sebagai dalam suatu produk peraturan perundang-undangan, maka

rencana tersebut hanyalah berstatus dokumen. Ked!Ja, bahwa fungsi suatu

rencana adalah menciptakan keteraturan, dengan terciptanya suatu keteraturan

dalam penetapan suatu rencana, maka langkah dalam pemanfaatan ruang dan

pengendalian ruang menjadi lebih terarah dan jelas.

7 Philipus M Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta Gajahmada University Press, 1994 ha1.156.

5

2. Status Hukum Perda RTRWP.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang

Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4548), penjelasan umum angka 9 nya menentukan bahwa

Ranperda Rencana Umum Tata Ruang ( RUTR), sebelum disahkan oleh kepala

daerah terlebih dahulu dieavaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda

RUTR provinsi dan Gubernur terhadap Raperda RUTR kabupatenjkota.

Selain Menteri Dalam Negeri yang mengevaluasinya, dalam proses

persetujuan substansi Raperda RTRW Provinsi Bali juga dilakukan oleh Menteri

Pekerjaan Umum, substansi RTRW Provinsi Bali, yang dibahas dalam rapat

BKPRN pada tanggal 25 Maret 2009, dinyatakan telah mengikuti arahari

kebijakan penataan ruang nasional, dan karenanya diberikan persetujuan

substansi oleh Menteri PU pada tanggal 31 Agustus 2009. Persetujuan substansi

kehutanan oleh Menteri Kehutanan diberikan pada tanggal 14 September 20098•

Ini menunjukkan bahwa secara prosedural dan subtansi Raperda RTRWP diawasi

oleh tiga (3) menteri. Setelah Raperda RTRWP ini disahkan menjadi Perda

RTRWP, mendapat penguatan legalitas dengan lolosnya Perda RTRWP ini dari

judicial review MA.

8 Oirektur Pembinaan Penataan Ruang Oaerah Wilayah II Oirektorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, Kebijakan Penataan Ruang Untuk Kepentingan Publik Oi Provinsi Bali ( Makalah ) disampaikan Oalam Seminar Kemenangan Publik atas RTRWP Bali diselenggarakan oleh AJI dan Oenpasar Lawyer Club ( OLC) di Oenpasar, 11 Maret 2011, tanpa halm.

6

Dalam UU. No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 78

ayat (4) huruf b menentukan "semua perda provinsi tentang RTRW Provinsi

disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung

sejak undang-undang ini diberlakukan". UU. No. 26 Tahun 2007 diundangkan

pada tanggal 26 April 2007, ini berarti paling lambat 26 April 2009, Perda RTRWP

disetiap provinsi harus disesuaikan dengan UU No 26 Tahun 2007. Dilihat dari sisi

pengundangannya, Perda RTRWP Bali diundangkan pada tanggal 28 Desember

2009, termasuk terlambat lagi enam (6) bulan, hal ini jauh lebih baik jika

dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang lainnya, yang sampai saat ini belum

menyesuaikan perda RTRWP nya dengan UU No 26 Tahun 2007.

Dalam UU Penataan Ruang ini, tidak ada satu pasal pun yang

mengisyaratkan bahwa penyusunan Perda RTRW Provinsi harus menunggu

sampai diterbitkannya PP atas UU tersebut. Pasal 78 ayat (1) UU. No. 26 Tahun

2007 menyebutkan "Peraturan Pemerintah yang diamanatkan undang-undang ini

diselesaikan paling lambat 2(dua) tahun terhitung sejak undang-undang ini

diberlakukan". Kalau penyusunan Perda RTRW Provinsi disusun setelah

diterbitkannya PP (setelah 2 tahun), maka akan bertentangan dengan ketentuan

Pasal 78 ayat (4) huruf b yang mewajihkarl percla provinsi di$usun 2 tahun

setelah Undang-undang No. 26 Tahun 2007 diberlakukan.

Dengan demikian, dari sudut prosedural, substansi dan waktu

pengundangan, ditambah lagi dengan penguatan dari MA terhadap Perda RTRWP

ini, maka maka dapat dikatakan Perda RTRWP ini mempunyai dasar legalitas

yang sangat kuat.

7

3. Kendala-Kendala Dalam Pengimplementasian Perda RTRWP

Walaupun Perda RTRWP ini mempunyai dasar legalitas yang sangat kuat,

namun beberapa ketententuan pasal-pasalnya memerlukan peraturan pelaksana

dalam implementasinya. Sampai saat ini Gubernur belum menerbitkan peraturan

pelaksana berupa Peraturan Gubernur, seperti yang diperintahkan oleh pasal-

pasal yang tertuang dalam Perda RTRWP ini, sebagaimana dapat disimak dalam

tabel berikut ini.

Tabell: Rumusan ketentuan Perda RTRWP yang memerlukan pengaturan lebih I . t anJu.

No Pasal Rumusan Penjelasan

1 33 Ayat Petunjuk teknis pengelolaan Cukup jelas (8) sumber daya air ditetankan

dengan Peraturan Gubernur

2 49 Ayat Gubernur menetapkan dengan Cukup jelas (3) Peraturan Gubernur:

a. pedoman penyelenggaraan kegiatan tata batas, pemeliharaan dan pengamanan kawasan

I hutan lindung dan . hutan produksi;

b. pedoman penyelenggaraan kegiatar. penanggu!ap.gan erosi pClda daerah aliran sungai Iintas kabupatenjkota pada kawasan resapan air;

c. standar pengelolaan sumberdaya air permukaan lintas kabupatenjkota; dan

d. standar pengamanan dan pelestarian sumberdaya air lintas kabupatenjkota termasuk pada kawasan resapan air.

3 61Ayat(3) Gubernur menetapkan Yang dimaksud dengan

8

4

5

6

7

62Ayat(3)

63Ayat(3)

64 Ayat (3)

Pasal91 Ayat (5)

dengan Gubernur:

Peraturan "petunjuk teknis pembangunan bidang

a. standar pelayanan pertanian tanaman minimum pembenihan pangan" mencakup: pertanian tanaman a. standar pelayanan pangan; dan minimum dan

b. petunjuk teknis pembenihan pertanian. pembangunan bidang b. . .. pertanian tanaman pangan.

Gubernur dengan Gubernur:

menetapkan Peraturan

1. pedoman penetapan kawasan sentra produksi komuditas hortikultura; dan

2. petunjuk teknis pembangunan bidang pertanian budaya hortikultura.

Gubernur dengan Gubernur:

menetapkan Peraturan

2. pedoman perencanaan pembangunan bidang budaya perkebunan;

3. petunjuk teknis pelaksanaan pembangunan bidang budidaya perkebunan; dan

4. penyelenggaraan perizinan lintas kabupater./kotr.l untu\<: usaha perkebunan.

Yang dimaksud dengan'petunjuk teknis pembangunan bidang pertanian budaya hortikultura', mencakup: a. Kawasan sentra

komoditas hortikultura;

b ....

Yang dimaksud dengan 'pedoman teknis pembangunan budidaya perkebunan', mencakup:

a. pedoman penyelenggaraan inventarisasi dan pemetaan kebun.menyeienggar akan pembentukan dan perwilayahan areal perkebunan lintas kabuapten/kota.

b . .. . Gubernur menetapkan Cukup jelas. dengan Peraturan Gubernur mengenai standar teknis minimal rumah potong hewan, rumah sakit hewan, satuan pelayanan peternakan terpadu, pengendalian wabah atau virus yang bersumber dari hewan dan lokasi usaha peternakan. Gubernur menetapkan Cukup jelas pedoman penatagunaan tanah, penatagunaan air,penatagunaan ruang udara

9

8

9

10

95 Ayat (3)

108 Ayat 2 huruf d

126 Ayat (4)

11 127 Ayat (6)

dan penatagunaan sumberdaya alam lainnya dengan Peraturan Gubernur atas persetujuan DPRD. Gubernur mengatur Cukup je\as dengan Peraturan Gubernur:

a. petunjuk teknis penetapan jalur dan syarat ketinggian penerbangan untuk kegiatan wisata udara atau olahraga dirgantara;dan

b. pedoman penetapan lokasi pembangunan menara penerima dan/atau pemancar radio,t:elevise dan telekomunikasi.

Penentuan batas-batas terluar tiap-tiap zona radius kawasan tempat suci didasarkan atas batas-batas pisik yang tegas berupa batas alami atau batas buatan, disesuaikan dengan kondisi geografis masing­masing kawasan dan panjang radius antara garis iingkaran terluar zona pemanfaatan dan titik pusat lingkaran sekurang­kurangnya sama dengan radius kawasan tempat suci sebagaimnnG dimalGud dalam Pasal 50 Ayat (2), diatur lebih lanjut dalam rencana rind tata ruang kawasan tempat sud. Gubernur menerbitkan Cukup jelas. rekomendasi arahan izin pemanfaatan ruang sesuai jenis dan lingkupnya, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Gubernur menetapkan Cukup jelas prosedur insentif dan disinsentif dengan Peraturan Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-

10

undangan.

12 136 Ayat Standar pelayanan minimal Cukup jelas (5) penataan ruang diatur dengan

Peraturan Gubernur. 13 137Ayat Tatacara pengawasan Cukup jelas

(3) sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.

14 142 Ayat Pembentukan BKPRD Provinsi Cukup jelas (2) ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur. 15 145 Ketentuan lebih lanjut Cukup jelas

mengenai tata cara pengenaan sanksi administrative sebagaimana dimaksud dalam Pasall44 diiatur ~~n an Peraturan 9

L-~L-______ ~I~G~u=be~r_n~u~r. ______________ L-________________ ~

Tabel 2: Jumlah Jenis Pengaturan lebih lanjut yang diperintahkan oleh Perda RTRWP

No Jenis Pengaturan jumlah Ketera:lgan

2 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit Petunjuk teknis pengelolaan sumber daya air

3 Peraturan Gubernur tentang 4 Belum terbit 1. pedoman penyelenggaraan kegiatan tata -

batas, pemeliharaan dan pengamanan kawasan hutan lindung dan hutan produksi;

2. pedoman penyelenggaraan kegiatan penanggulangan erosi pada di:lerah aliran sungai lintas kabupatenjkota pada kawasan resapan air;

3. standar pengelolaan sumberdaya air permukaan lintas kabupatenjkota; dan

4. standar pengamanan dan pelestarian sumberdaya air lintas kabupatenjkota termasuk pada kawasan resapan air.

6 Peraturan Gubernur tentang 1. standar pelayanan minimum pembenihan 2 Belum terbit

pertanian tanaman pangan; dan 2. petunjuk teknis pembangunan bidang

pertanian tanaman pangan. 7 Peraturan Gubernur tentang:

1. pedoman penetapan kawasan sentra produksi komuditas hortikultura; dan 2 Belum terbit

11

2. petunjuk teknis pembangunan bidang pertanian budaya hortikultura.

8 Peraturan Gubernur tentang: 1. pedoman perencanaan pembangunan

bidang budaya perkebunan; Belum terbit 2. petunjuk teknis pelaksanaan 3

pembangunan bidang budidaya perkebunan; dan

3. penyelenggaraan ..

lintas penzman kabupatenjkota untuk usaha perkebunan.

9 Peraturan Gubernur tentang: 1. standar teknis minimal rumah potong

hewan; 5 Belum terbit 2. rumah sakit hewan, 3. satuan pelayanan peternakan terpadu, 4. pengendalian wabah atau virus yang

bersumber dari hewan 5. lokasi usaha peternakan.

10 Peraturan Gi'bernur atas persetujuan DPRD tentang : I

I 1. pedoman penatagunaan tanah. 4 Belum terbit 2. penatagunaan air. 3. penatagunaan ruang udara 4. penatagunaan sumberdaya alam lainnya.

11 Peraturan Gubernur tentang: Belum Terbit 1. petunjuk teknis penetapan jalur dan syarat 2

ketinggian penerbangan untuk kegiatan wisata udara atau olahraga dirgantara;

2. pedoman penetapan lokasi pembangunan menara penerima danjatau pemancar radio televise dan telekomunikasi.

13 Peraturan Gubernur tentang Rekomendasi arahan izin pemanfaatan ruang 1 Belum terbit. sesuai jenis dan li:1gkupnva.

14 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit Prosedur insentif dan disinsentif

15 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit Standar pe!ayanan minimal penataan ruang

16 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit Tatacara pengawasan penataan ruang setiap tingkat wilayah

17 Keputusan Gubernur tentang 1 Belum terbit Pembentukan BKPRD Provinsi.

18 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit Tata cara pengenaan sanksi administratif Jumlah 29 Beium terbit

12

---- --

Tabel 3: Klasifikasi Peraturan yang diperintahkan Perda RTRWP berdasarkan Jenlsnya

No Jenis Peraturan Jumlah

1 Peraturan Gubernur 28 ( 96,55% )

4 Keputusan Gubernur 1 (3,45% )

Jumlah 29 (100 %)

Walaupun Perda RTRWP ini mempunyai dasar legalitas yang kuat, namun

beberapa ketentuan untuk dapat dilaksanakan lebih lanj ut. Salah satu faktor

penyebabnya adalah belum terbitnya peraturan pelaksana yang diperintahkan

oleh Perda RTRWP seperti Peraturan Gubernur, Pedoman Gubernur, Keputusan

Gubernur dan Persetujuan Gubernur seperti yang telah ditamj::lkan pada tabel

diatas.

c. PENUTUP

1. Kesimpulan:

1. Dar: sudut prosedural, substan:>i dan waktu pengundangan, ditambah

lagi dengan penguatan dari MA terhadap Perda RTRWP Bali , maka

maka dapat dikatakan Perda RTRWP Bali mempunyai dasar legalitas

kuat.

2. Beberapa ketentuan untuk dapat Perda RTRWP dilaksanakan masih

memerlukan terbitnya peraturan pelaksana yang diperintahkan oleh

Perda RTRWP seperti Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur

seperti yang telah ditampilkan pada tabel diatas.

13

2. Saranl Rekomendasi.

Ketentuan yang tidak memerlukan peraturan pelaksana dapat

diterapkan, sedangkan yang belum menunggu peraturan pelaksana.

Dari sisi pengaturan, Gubernur Bali diharapkan segera menerbitkan

peraturan pelaksana baik berupa Peraturan Gubernur, dan Keputusan

Gubernur, sehingga Perda RTRWP Bali dapat diimplementasikan.

14

Daftar Pustaka

Bappeda Provinsi Bali, Materi Teknis RTRWP Bali 2009-2029, 2009.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia, 1988.

Dinas Pekerjaan Umum, Laporan Akhir Pekerjaan Pemantauan dan Peningkatan Pemanfaatan Ruang, Denpasar, Dinas Pekerjaan Umum Prov Bali,Tahun Anggaran 2008.

Henry Campbell Black, Black'S Law Dictionary, Difinition of the Term an Phrases of American and English Jurisprudence. Ancient and Modern Boston: ST Paul Minn West Publishing, Co, 1991.

Johanes Usfunan, Perbuatan Pemerintah Yang Dapat DigugC Jakarta Djambatan, 2002.

Lawton, Alan and Rose Aidan G, Organization and Management In The Public Secto0 London, Pitman Publishing, Second edition, 1994.

Philipus M Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta Gajahmada University Press, 1994.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomo 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. ( LNRI Tahun 2007 No 68, TLNRI No 4725 )

Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahull 2009 tentang Rencana Tata RUflng Wilayah Provi!1si Bali Tahun 2009-2029 (LembarJn Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 16 Tambahan lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 15)

15