bab ii model sains teknologi masyarakat

42
7 BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis 1. Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Fisika a. Pengertian STM Model sains teknologi masyarakat sebagai suatu program pendidikan untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahu 1985. pada tahun 1986, model STM mulai diperkenalkan di Program Pasca Sarjana IKIP Bandung, sebagai salah satu mata kuliah. Sedangkan penelitian di kelas baru dilaksanakan pada tahun 1994. 1 Sains teknologi masyarakat sebagai suatu perubahan yang utama di dalam pendidikan ilmu pengetahuan. 2 Jadi, dalam pendidikan ilmu pengetahuan sains teknologi masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat mengubah cara berpikir siswa. Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris “Science Techology Society (STS) ”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Lerning about Science and Society. Pembelajaran 1 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005). h. 111. 2 Elif Bakar, dkk, Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And Their Impilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, Volume 2, Number 3, December 2006. h. 19. 7

Upload: 222924

Post on 29-Jun-2015

701 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

7

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran

Fisika

a. Pengertian STM

Model sains teknologi masyarakat sebagai suatu program pendidikan

untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahu 1985. pada tahun

1986, model STM mulai diperkenalkan di Program Pasca Sarjana IKIP

Bandung, sebagai salah satu mata kuliah. Sedangkan penelitian di kelas baru

dilaksanakan pada tahun 1994.1 Sains teknologi masyarakat sebagai suatu

perubahan yang utama di dalam pendidikan ilmu pengetahuan.2 Jadi, dalam

pendidikan ilmu pengetahuan sains teknologi masyarakat merupakan suatu

proses pembelajaran yang dapat mengubah cara berpikir siswa.

Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris

“Science Techology Society (STS)”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh

John Ziman dalam bukunya Teaching and Lerning about Science and Society.

Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunakan teknologi

sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.3 jadi, dalam pembelajaran

menggunakan sains teknologi masyarakat bahwa teknologi dapat digunakan

sebagai penghubung/penerapan antara sains dan masyarakat sehingga siswa

dapat memahami apa yang telah dipelajari.

Menurut James E. Hollenbeck, STS means teaching and learning in the

context of human experience.4 STM dipandang sebagai proses pembelajaran

yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam model

1 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005). h. 111.

2 Elif Bakar, dkk, Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And Their Impilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, Volume 2, Number 3, December 2006. h. 19.

3 Anna Poedjiadi, Op.Cit., h. 99.

7

Page 2: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

ini siswa diajak untuk meningkatkan kreatifitas, sikap ilmiah, menggunakan

konsep, dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.5 Definisi lain tentang

STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam Sabar Nurohman bahwa STM

merupakan “an interdisciplinary approach which reflects the widespread

realization that in order to meet the increasing demands of a technical society,

education must integrate across disciplines”. 6 Dengan demikian,

pembelajaran dengan model STM haruslah diselenggarakan dengan cara

mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai

hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini

berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi

masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-

hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan

pembelajaran di era sekarang ini. Menurut Robert E. Yeger ada 5 bidang

dalam model pembelajaran, yaitu: 1) konsep, 2) proses, 3) aplikasi, 4)

kreativitas, dan 5) sikap.7

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model

STM adalah suatu pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui,

dimana ilmu (sains) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan

lingkungan sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi

sosial atau isu yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan

teknologi mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang

memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.

b. Model STM pada Pendekatan Konstruktivisme

4 James Edward Hollenbeck,(1998) Scince, Technology and Society:an American Approach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools, (Europe: A Plenary Presentation to the Foundation for Environmental), h. 6.

5 Glen S. Aikenhead, Research Into STS Science Education, (Canada : University of Sasakatchewan 2005),. 385.

6 Sabar Nurohman, Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, (Pendidikan Fisika FMIPA UNY).

7 Robert E. Yeger, Assessment Results with the Science/Technology/Society Approach, Oktober 1999,. h. 35

8

Page 3: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Model STM merupakan sebuah model pembelajaran yang merujuk

pada pendekatan konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan cara belajar

yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya

sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan

siswa tersebut dalam membentuk pengetahuannya.8 Teori yang dikenal dengan

constructivist theories of leraning menyatakan bahwa siswa harus menemukan

sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan itu apabila tidak lagi

sesuai. 9

Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha

keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa

perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang

sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang

diterima melalui proses ketidakseimbangan (dissequilibrium). Selain itu, Jean

Piaget dan Vygotsky juga menekankan pada pentingnya lingkungan sosial

dalam belajar dan dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam

belajar kelompok akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual.

Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus

menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Pengetahuan tidak dapat begitu

saja dipindahkan dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa).

Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan

menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Tanpa pengalaman,

seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman disini tidak harus

pengalaman fisik, tetapi bisa diartikan juga pengalaman kognitif dan mental.

Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya

(misconseptions), menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja

dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit

diinterpretasikan sendiri oleh siswa.

8Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//Ilmuan Muda.Wordpress.com. Diakses tanggal 24 Februari 2010.

9 Muhammad Faiq Dzaki, Teori Konstruktivisme, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-konstruktivisme_06.html.

9

Page 4: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Selama dua puluh tahun terakhir ini, konstruktivisme telah banyak

diterapkan di Amerika, Eropa dan Australia. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai

berikut, yaitu a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara

personal maupun sosial, b) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke

murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c) siswa

aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep

menuju konsep yang lebih rinci, lengkap sesuai dengan konsep ilmiah, dan d)

guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses

konstruksi siswa berjalan mulus.10

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menurut konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan

siswa dalam mengkoordinasikan pengalaman mereka dengan cara

mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui interaksi dengan

lingkungannya. Tujuan pendidikan konstruktivisme adalah menghasilkan

individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan tiap

persoalan yang dihadapi

Berdasarkan masalah atau isu di masyarakat yang ditemukan oleh

siswa, guru mengarahkan dengan suatu pendekatan dalam pembelajaran

sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri, misalnya

dengan eksperimen atau diskusi. Dengan cara ini guru telah menerapkan

paham konstruktivisme dalam pembelajaran, yang dewasa ini sedang diminati

para pendidik dan dijadikan dasar pembelajaran melalui model STM.

c. Tujuan Model STM

Berdasarkan pengertian STM sebagaimana diungkapkan di bagian

sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan model

STM adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal

pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-

masalah dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan

10Pristiadi Utomo, Op.Cit. h. 12.

10

Page 5: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

sehubungan dengan keputusan yang diambilnya (NSTA, 1991).11 Menurut

Zudan K. Prasetyo, salah satu tujuan dari model STM adalah agar sekolah

mengacu pada kurikulum yang dikaitkan dengan masalah-masalah sehari-hari

yang ada di masyarakat sebagai dampak dari penerapan teknologi.12

Menempatkan pembelajaran sains dalam suatu konteks lingkungan dan

kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan teknologi akan membuat sains

dan teknologi lebih dekat dan relevan dengan kehidupan nyata semua siswa.

Tujuan utama pendidikan sains dengan model STM adalah Mempersiapkan

siswa menjadi warga negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu

kemampuan dan kesadaran untuk:

1) Menyelidiki, menganalisa, memahami, dan menerapkan

konsep-konsep/prinsip-prinsip dan proses sains dan teknologi pada situasi

nyata.

Dalam hakikatnya pembelajarn model STM terutama dalam fisika

adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara isu/masalah yang ada

dalam keterkaitannya antara sains, teknologi dan masyarakat. Untuk itu dalam

model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menelidiki, menganalisi dan

memahami isu/masalah tersebut.

2) Melakukan perubahan.

Pembelajaran model STM merupakan model pembelajaran yang

menjembatani anata sains, teknologi, dan masyarakat sehingga dengan adanya

model pembelajaran ini siswa mampu melakukan perubahan dalam

pembelajaran sehari-hari terutama pmata pelajaran fisika.

3) Membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang

isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sains

dan teknologi.

11 Purwanto,(2008) Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Inelligences) Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Fisika, (Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), h. 6.

12 Zhudan k. Prasetyo,(2006) Kapita Selekta Pembelajaran Fisika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 4.32.

11

Page 6: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Dalam pembelarannya siswa diusahakan mampu mengambil keputusan

mengenai isu/masalah-masalah yang ada dalam kaitannya dengan sain

teknologi masayarakat.

4) Merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok

dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-

masalah yang sedang dihadapi.

Perencanaan kegiatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan

baik secara individu maupun secara kelompok sehingga nantinya siswa dapat

memahami mata pelajaran tersebut dan dapat menerapkannya di lingkungan

kehidupan sehari-hari.

5) Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.13

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan

bahwa model STM dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik

mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam

kelas, 2) peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/prespektis untuk

menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan

pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai

warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.

d. Karakteristik Model STM

Berdasarkan dengan tujuan model STM, Heath seperti yang di kutip

oleh La Maronta Golib menyatakan bahwa secara operasional pembelajaran

dengan model STM memiliki karakteristik, yaitu:

1) Diawali dengan isu-isu/masalah-masalah yang sedang beredar serta

relevan dengan ruang lingkup isi/materi pelajaran dan perhatian, minat, atau

kepentingan siswa.

2) Mengikutsertakan siswa dalam pengembangan sikap dan keterampilan

dalam pengambilan keputusan serta mendorong mereka untuk

mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sains dan teknologi.

13 La Maronta G, (2002) Pendekatan STM dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, h. 47.

12

Page 7: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

SAINS

TEKNOLOGI MASYARAKAT

3) Mengintegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup

kurikulum

4) Memperkembangkan literasi sains, teknologi , dan sosial.14

Menurut Yager dalam Hidayat seperti yang dikutip oleh Arnie Fajar program STM pada umumnya memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut: 1) identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak, 2) penggunaan sumber daya setempat untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, 3) keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, 4) Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa, 5) suatu pandangan bahwa isis daripada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasi siswa dalam tes, 6) penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi, 7) kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi, dan 8) identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak dimasa depan.15

Model STM dalam pembelajaran IPA merupakan perekat yang

mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat. Isu-isu sosial dan teknologi

yang terdapat di masyarakat merupakan karakteristik kunci dari model STM.16

Melalui model STM, para siswa belajar IPA dalam konteks pengalaman nyata,

yang mencakup penerapan sains dan teknologi.Bentuk korelasi hubungan

timbal balik antar unsur-unsur sains-teknologi-masyarakat dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 2.1 Interaksi sains-teknologi-masyarakat17

14 Ibid., h. 51.15 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya

2004). h. 25-2616 I Wayan Sadia, Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, (Singaraja: Aneka Widya, 1999) h. 26.17 La Maronta G, Loc.Citt.,

13

Page 8: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat

sangat erat hubungannya. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial

(masyarakat), lingkungan alam (dipelajari dengan sains), dan lingkungan

buatan (teknologi). Teknologi ini diciptakan oleh manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Teknologi dan sains saling melengkapi, sebab sains

merupakan pengetahuan yang sistematis tentang alam dimana manusia hidup

sedangkan teknologi merupakan metode sistematis yang dilakukan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dari beberapa karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik utama model STM adalah pengungkapan masalah atau isu sosial

teknologi diawal pembelajaran. Pembelajaran mengutamakan keaktifan siswa

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilisator saja. Pengungkapan

permasalahan di awal pembelajaran dapat membantu siswa mengkonstruksi

pengetahuan serta mengenalkan peranan sains dalam kehidupan kepada siswa.

Dengan menganalisis permasalahan yang dihadirkan, diharapkan siswa dapat

membuat suatu keputusan. Belajar dari suatu yang nyata akan membentuk

siswa memahami materi pelajaran. Robert E Yager dan Rustaman Roy

mengemukakan 4 perbandingan kontras antara STM yang dikemukakan oleh

NSTA terhadap pengajaran tradisional seperti terlihat pada tebel 2.118

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran STM

dengan Model Pembelajaran Tradisional

No Model Pembelajaran STM Model Pembelajaran Tradisional1 Identifikasi masalah dengan

minat/pengaruh yang kuat terhadap pembelajaran

Pembelajaran menggunakan buku teks

2 Menggunakan sumber daya lokal untuk mengatasi masalah

Menggunakan buku teks dalam mengatasi masalah

3 Siswa dengan aktif mencari informasi Siswa bersikap pasif dalam pembelajaran

4 Pusat pembelajaran siswa ada pada diri pribadi serta keingintahuan yang

Pusat pembelajaran siswa hanya pada informasi yang diberikan

18 Robert E. Yager and Rustam Roy, STS: Most Pervasive and Most Radical of Reform Appoarches to “Science” Education, The University of Lowa and Pennsylvania State University, 2000. h. 9.

14

Page 9: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

kuat

Rumansyah dan Irhasyuarna merangkum perbedaan antara

pembelajaran sains dengan pendekatan STM dan pembelajaran sains lainnya

seperti terlihat pada tabel 2.2. 19

Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Model STM

dengan Pembelajaran Sains Lainnya

No.Pembelajaran pendekatan STM

Pembelajaran sains

lainnya

1. Sesuai dengan kurikulum dan berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi

masyarakat serta berusaha menjawab

permasalahan tersebut.

Konsep berasal dari teks

sesuai kurikulum

2. Multidisipliner, melibatkan berbagai aspek

dan keilmuan dalam pembelajarannya

Monodisipliner dan

diajarkan secara terpisah

3. Topik /arah /fokus ditentukan siswa atau oleh

isu /masalah yang ada di lingkungan sekitar

Topik /arah /fokus

ditentukan oleh guru

4. Pembelajaran dimulai dengan aplikasi sains

(teknologi) dalam masyarakat

Pembelajaran dimulai dari

konsep, prinsip, kemudian

contoh

5. Guru berperan sebagai fasilisator Guru sebagai pemberi

informasi

6. Menggunakan sumber daya yang ada di

lingkungan

Menggunakan sumber daya

yang ada di sekolah

7. Tugas utama siswa adalah mencari,

mengolah dan menyimpulkan

Tugas utama siswa adalah

memahami isi buku teks

e. Tahap Pembelajaran STM

Model STM terdiri dari serangkaian tahap pembelajaran.

Keterlaksanaan setiap tahap sangat mendukung dan menentukan keberhasilan

19 Rumansyah dan irhasyuarna, Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di Kalimantan Selatan , Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7,, h. 195.

15

Page 10: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

pembelajaran secara keseluruhan. Pembelajaran STM banyak menggunakan

sumber belajar yang ada dimasyarakat yang berhubungan dengan materi dan

permasalahan teknologi yang akan dikaji. Pembelajaran bersifat fleksibel

karena guru leluasa untuk menerapkan berbagai strategi dan metode belajar.

Hal ini memungkinkan pendekatan STM melatih pola pikir yang divergen,

kerja kelompok diskusi kelas yang berpusat pada siswa, pemecahan masalah,

simulasi, pengambilan keputusan, dan debat dengan menggunakan sumber

belajar yang ada di masyarakat. Tahapan pembelajaran STM pada model STM

terdiri dari:

1. Pendahuluan

Tahap ini membedakan STM dengan pendekatan pembelajaran yang

lainnya. Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat.

Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri, namun apabila guru tidak

mendapatkan tanggapan dari siswa, maka masalah dapat saja dikemukakan

oleh guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan.

Dalam tahap ini guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang

dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan

eksplorasi melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan diluar kelas

secara berkelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran

memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal.

Selanjutnya kostruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan

pada tahap pembentukan dan pemantapan konsep.

2. Pembentukan konsep

Pada tahap pembentukan konsep guru dapat melakukan berbagai

metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, bermain peran, dan

sebagainya. Pendekatan STM juga memungkinkan diterapkannya berbagai

pendekatan seperti pendekatan ketrampilan proses, pendekatan sejarah,

pendekatan kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan

berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep siswa diharapkan

mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya

16

Page 11: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap

pembentukan konsep, siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap

masalah yang disampaikan pada awal pembelajaran telah sesuai dengan

konsep para ilmuwan.

3. Aplikasi konsep

Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat

menganalisis isu dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsep-

konsep yang telah dipahami siswa dapat menggunakan produk teknologi

listrik dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut

berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain, misalnya bahaya

akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain siswa menjadi

hemat dalam menggunakan beraneka sumber energy. Dalam kehidupan sehari-

hari setelah mengetahui terbatasnya energy saat ini.

4. Pemantapan Konsep

Pada tahap ini, guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa

yang keliru. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat sangat

besar kemungkinan guru tidak menyadari adanya kesalahan konsepsi pada

tahap pembelajaran sebelumnya. Pemantapan konsep penting sebab

mempengaruhi retensi materi siswa.

5. Evaluasi

Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan

belajar dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Berbagai kegiatan

penilaian dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh

siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan STM.

17

Page 12: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4

Tahap 5

Pendahuluan: Inisiasi/invitasi/apersepsi/ eksplorasi thd siswa

Pembentukan/ pengembangan konsep

Aplikasi konsep dalam kehidupan: penyelesaian masalah atau analisis isu

Penilaian

Pemantapan konsep

Pemantapan konsep

Pemantapan konsep

Isu/masalah

Alur pembelajaran STM dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.20

20 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005). h. 126.

18

Page 13: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Gambar 2.2. Model Pembelajaran STM (Poedjiadi, A. 2006)

Jadi, tujuan yang ingin dicapai dari model STM dalam pembelajaran

adalah model interdisiplin ilmu dalam pembelajaran sains, memberikan siswa

pengetahuan tentang keadaan dunia yang sebenarnya, memberikan

kesempatan siswa untuk membentuk pemahaman yang kritis tentang

hubungan sains, teknologi dan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas

dan kepercayaan diri siswa untuk mengaplikasikan sains dalam kehidupan

sehari-harinya.

2. Konsep

a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran

Mempelajari fisika pada dasarnya menguasai kumpulan hukum, teori,

prinsip dan tau rumus yang terbangun oleh konsep sesuai kajiannya. Konsep

merupakan buah pemikiran seseorang yang dinyatakan dalam definisi

sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan

berpikir abstrak.21 Jadi, konsep disini merupakan sesuatu yang nyata sehingga

nantina siswa dapat memahami pembelajaran tersebut.

Dua tujuan utama dari pendidikan adalah meningkatkan ingatan dan

transfer. Ingatan didefinisikan sebagai kacakapan untuk menerima,

menyimpan dan menerima kesan-kesan.22 Sedangkan transfer dalam belajar

atau yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) mengandung arti

pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya

(Reber 1998).23 Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya

21 ? Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 71.22 ? Ibid, h. 128. 23 ? Muhibbin Syah, PsikologiBelajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 159.

19

Page 14: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan

keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus

dipahami sebagai pemindahan pengaruh keterampilan melakukan sesuatu

terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lain.24

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ingatan merupakan

suatu kemampuan untuk mengingat atau memanggil kembali materi yang

telah diperoleh dengan cara yang hampir sama seperti saat belajar, sedangkan

transfer adalah kemampuan menggunakan materi yang telah diperoleh untuk

memecahkan masalah baru, menjawab pertanyaan baru atau untuk

mempermudah mempelajari materi baru.

Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan

masalah. Menurut Sutarto, konsep secara sederhana dapat dimengerti sebagai

katagaori suatu rangsangan (stimulus) berdasarkan atribut-atribut yang

dimilikinya.25 Dengan terkonsepnya rangsangan oleh siswa dengan baik

diharapkan siswa dengan mudah menemui dan memunculkan kembali dalam

bentuk konsep pada situasi dan kondisi yang lain. Jadi, konsep dapat diartikan

menurut penulis sebagai sesuatu fakta, peristiwa dan pengalaman melalui

generalisasi yang merupakan sesuatu gagasan atau ide.

Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk

mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content

objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip

utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimilki dan

dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan.26

Kemampuan individu dalam mengkonsep rangsangan baru memiliki

tingkatan yang berbeda-beda, yang disebut tingkatan pencapaian konsep.

Klausimer mengkategorikan tingkat pencapaian konsep menjadi 4 (empat)

24 ? Ibid.25 ? Sutarto, Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11 (054), 2005, h. 32726 ? Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisi Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 14.

20

Page 15: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

yaitu : tingkat konkrit, tingkat identitas, tingkat klasifikatoris dan tingkat

formal.27

1) Tingkat konktir, yaitu tingkat menghafal hingga diskriminasi, pada tingkat ini individu akan merespon rangsangan bila rangsangan telah dikenal sebelumnya.2) Tingkat identitas, pada tingkat ini individu telah dapat merespon rangsangan baru berdasarkan konsep-konsep rangsangan sejenis yang telah dikenal sebelumnya.3) Tingkat klasifikatoris, pada tingkat ini individu akan nampak telah dapat mengenal kesetaraan dua atau lebih rangsangan yang berbeda dari kelas yang sama, walaupun pada saat itu mereka belum dapat menentukan criteria atribut atau menentukan nama konsep rangsangan tersebut.4) Tingkat formal, pada tingkat ini individu sudah memiliki kemampuan untuk menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep suatu rangsangan, dengan demikian pada tingkat ini mereka mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi nama atribut-atribut, dan mengevaluasi rangsangan.

Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

penguasaan konsep dalam ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom

yang merupakan penguasaan bahan pelajaran yang berkenaan dengan

kemampuan berfikir setelah pembelajaran.

Bloom dan kawan-kawannya seperti yang dikutip oleh Suharsimi

Arikunto menyusun konsep taraf kompetensi kognitif ke dalam enam jenjang

atau tingkatan yang kompelksitasnya bertingkat.28

1. Mengingat berupa kemampuan untuk mempelajari fakta serta mengingat

kembali materi-ide-prinsip yang sudah dipelajari,

2.Pemahaman berupa kemampuan untuk menjelaskan ide dan konsep,

3.Penerapan yaitu kemampuan menggunakan materi yang sudah dipelajari

dalam situasi baru dan dunia nyata,

4.Menganalisa berupa kemampuan untuk menguraikan materi kedalam

bagian-bagian dan melihat hubungannya termasuk klasifikasi analisa dan

membedakan bagian-bagian,

27 Sutarto, Op.Cit.,h. 332.28 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara

2006),. h. 117-120

21

Page 16: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

5.Sintesis berupa kemampuan untuk menyesuaikan keputusan atau

serangkaian tindakan,

6.Evaluasi adalah kemampuan untuk membangkitkan produk baru, ide atau

cara pandang terhadap sesuatu.

Cara paling objektif untuk memperoleh kebenaran suatu konsep adalah

dengan menggunakan metode ilmiah. Suatu konsep dikatakan objektif jika

dapat dikonfirmasikan dengan kenyatannya, artinya symbol yang ada dalam

konsep tersebut dapat dileusuri keberadaanya di alam nyata.29 Dari beberapa

pengertian di atas, penguasaan konsep dapat diartikan kemampuan mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, dan menilai ide atau buah piker

seseorang atau sekelompok orang tentang alam nyata yang diperolehnya dari

fakta peristiwa, dan pengalaman.

Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam mengajarkan konsep,

yaitu sebagai berikut .

1. Tetapkan perilaku yang diharapkan diperoleh oleh siswa

setelah mempelajari konsep.

2. Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep

yang kompleks dan menjadi atribut-atribut dominant.

3. Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa.

4. Memberikan contoh-contoh yang positif dan negative

mengenai konsep.

5. Menyajikan contoh-contoh.

6. Sambutan siswa dan penguatan ( reinforcement).

7. Menilai belajar konsep.30

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Konsep

Banyak faktor yang mempengaruhi penguasan konsep terhadap suatu

konsep pembelajaran, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam

29 ? http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/discovery-inquiry-sts-fisika/Di akses tanggal 20 April 2009

30 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : PT. Bumi Aksara). h. 165 - 169

22

Page 17: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

memperbaiki penguasaan konsep siswa tidak akan terlepas dari faktor intern

siswa itu sendiri. Guru yang merupakan faktor ekstern dapat membantu

meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena guru dianggap sebagai salah

satu sumber belajar dan sumber informasi serta dapat diajak untuk

berkomunikasi secara langsung tentang permasalahan-permasalahan yang

dihadapi oleh siswa.

Motivasi dan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga sangat

mempengaruhi proses pembelajarn. Siswa yang memilki motifasi dan minat

yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran, akan lebih mudah menerima

pelajaran yang akan mempengaruhinya terhadap penguasaan konsep tertentu.

Siswa akan bekerja lebih keras jika mereka mempunyai minat dan perhatian

pada pembelajanya.

Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan

motivasi belajar siswa. Misalnya memberikan tugas yang jelas dan dapat

dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi siswa,

dan hukuman secara efektif dan tepat guna.

Selain itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus menggunakan

media yang tepat dan variasi metode pembelajaran agar konsep yang dipelajari

siswa mudah dimengerti.

Dengan menggunakan media pembelajaran dapat mempermudah proses

belajar siswa. Selain itu, penggunaan media pembelajaran bertujuan agar

proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien untuk tercapainya tujuan.

Dengan media yang tepat, mempermudah guru menyampaikan suatu konsep

tertentu dan siswa lebih mudah menerima dan mendapatkan suatu konsep

tertentu.

3. Sifat Konsep Energi

a. Usaha

Usaha alias Kerja yang dilambangkan dengan huruf W (Work-bahasa

inggris), digambarkan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh Gaya (F) ketika Gaya

bekerja pada benda hingga benda bergerak dalam jarak tertentu. Hal yang paling

23

Page 18: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

sederhana adalah apabila Gaya (F) bernilai konstan (baik besar maupun arahnya)

dan benda yang dikenai Gaya bergerak pada lintasan lurus dan searah dengan arah

Gaya tersebut.31

Secara matematis, usaha yang dilakukan oleh gaya yang konstan

didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya yang searah dengan

perpindahan.

Persamaan matematisnya adalah :

W = Fs cos 0 = Fs (1) = Fs

W adalah usaha alias kerja, F adalah besar gaya yang searah dengan

perpindahan dan s adalah besar perpindahan.

Apabila gaya konstan tidak searah dengan perpindahan, sebagaimana

tampak pada gambar di bawah, maka usaha yang dilakukan oleh gaya pada benda

didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan dengan komponen gaya yang

searah dengan perpindahan. Komponen gaya yang searah dengan perpindahan

adalah F cos

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

31 Mikrajudin, IPA Terpadu SMP dan MTS, (Jakarta: Erlangga 2007). h. 33.

24

Page 19: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Hasil perkalian antara besar gaya (F) dan besar perpindahan (s) di atas

merupakan bentuk perkalian titik atau perkalian skalar. Karenanya usaha masuk

dalam kategori besaran skalar. Pelajari lagi perkalian  vektor dan skalar kalau

dirimu bingun… Persamaan di atas bisa ditulis dalam bentuk seperti ini:32

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGSUsaha (W) joule ergGaya (F) newton dyne

Perpindahan ( )meter cm

Perlu anda pahami dengan baik bahwa sebuah gaya melakukan usaha

apabila benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Jika benda tidak

berpindah tempat maka gaya tidak melakukan usaha. Agar memudahkan

pemahaman anda, bayangkanlah anda sedang menenteng buku sambil diam di

tempat. Walaupun anda memberikan gaya pada buku tersebut, sebenarnya anda

tidak melakukan usaha karena buku tidak melakukan perpindahan. Ketika anda

menenteng atau menjinjing buku sambil berjalan lurus ke depan, ke belakang atau

ke samping, anda juga tidak melakukan usaha pada buku. Pada saat menenteng

buku atau menjinjing tas, arah gaya yang diberikan ke atas, tegak lurus dengan

arah perpindahan. Karena tegak lurus maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Cos

90o = 0, karenanya berdasarkan persamaan di atas, nilai usaha sama dengan nol.

Contoh lain adalah ketika dirimu mendorong tembok sampai puyeng… jika

tembok tidak berpindah tempat maka walaupun anda mendorong sampai banjir

keringat, anda tidak melakukan usaha. Kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah

gaya tidak melakukan usaha apabila gaya tidak menghasilkan perpindahan dan

arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan.

b. Energi

32 Dedi Hidayat, Prinsip-prinsip Fisika, (Jakarta: Yudistira, 2000). h. 243.

25

Page 20: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari

membutuhkan energi. Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi yang

diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk bergerak

dan energi itu diperoleh dari bahan bakar. Hewan juga membutuhkan energi untuk

hidup, sebagaimana manusia dan tumbuhan.

Energi merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam fisika.

Konsep yang sangat erat kaitannya dengan usaha adalah konsep energi. Secara

sederhana, energi merupakan kemampuan melakukan usaha. Definisi yang

sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau kurang valid untuk beberapa jenis

energi (misalnya energi panas atau energi cahaya tidak dapat melakukan kerja).

Definisi tersebut hanya bersifat umum. Secara umum, tanpa energi kita tidak

dapat melakukan kerja. Sebagai contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang

mogok, usaha alias kerja yang kita lakukan menggerakan sepeda motor tersebut.

Pada saat yang sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena

sebagian energi kimia dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor.

Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh

ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan

energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap.

Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk

energi menjadi bentuk energi lain.

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis energi. Energi kimia

pada bahan bakar membantu kita menggerakan kendaraan, demikian juga energi

kimia pada makanan membantu makhluk hidup bertahan hidup dan melakukan

kerja. Dengan adanya energi listrik, kita bisa menonton TV atau menyalakan

komputer sehingga bisa bermain game sepuasnya. Ini hanya beberapa contoh dari

sekian banyak jenis energi dalam kehidupan kita. Misalnya ketika kita

menyalakan lampu neon, energi listrik berubah menjadi energi cahaya. Energi

listrik juga bisa berubah menjadi energi panas (setrika listrik), energi gerak (kipas

angin) dan sebagainya. Banyak sekali contoh dalam kehidupan kita, dirimu bisa

memikirkan contoh lainnya. Secara umum, energi bermanfaat bagi kita ketika

energi mengalami perubahan bentuk, misalnya energi listrik berubah menjadi

26

Page 21: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

energi gerak (kipas angin), atau energi kimia berubah menjadi energi gerak (mesin

kendaraan).

Pada kesempatan ini kita akan mempelajari dua jenis energi yang

sebenarnya selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni energi potensial

dan energi kinetik translasi. Energi potensial dapat berubah bentuk menjadi energi

kinetik ketika benda bergerak lurus dan sebaliknya energi kinetik juga bisa

berubah bentuk menjadi energi potensial. Total kedua energi ini disebut energi

mekanik, yang besarnya tetap alias kekal.

Energi Kinetik.

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang

bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya berbanding lurus dengan massa

benda dan kuadrat kecepatannya.33

Ek = ½ m v2

Ek = Energi kinetik ; m = massa benda ; v = kecepatan benda

SATUAN

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Energi kinetik (Ek) joule erg

Massa (m) Kg gr

Kecepatan (v) m/det cm/det

Usaha = perubahan energi kinetik.

W = Ek = Ek2 – Ek1

ENERGI POTENSIAL GRAFITASI

33 Ibid, h. 250.

27

Page 22: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Energi potensial grafitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda

karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini juga disebut

energi diam, karena benda yang diam-pun dapat memiliki tenaga potensial.

Sebuah benda bermassa m digantung seperti di bawah ini.

g

h

Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh.

Maka benda melakukan usaha, karena adanya gaya berat (w) yang menempuh

jarak h.

Besarnya Energi potensial benda sama dengan usaha yang sanggup

dilakukan gaya beratnya selama jatuh menempuh jarak h.

Ep = w . h = m . g . h

Ep = Energi potensial , w = berat benda , m = massa benda ; g = percepatan

grafitasi ; h = tinggi benda

SATUAN

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Energi Potensial (Ep) joule erg

Berat benda (w) newton dyne

Massa benda (m) Kg gr

Percepatan grafitasi (g) m/det2 cm/det2

Tinggi benda (h) m cm

Energi potensial grafitasi tergantung dari :

percepatan grafitasi bumi

kedudukan benda

massa benda

28

m

Page 23: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

ENERGI POTENSIAL PEGAS.

Energi potensial yang dimiliki benda karena elastik pegas.

Gaya pegas (F) = k . x

Ep Pegas (Ep) = ½ k. x2

k = konstanta gaya pegas ; x = regangan

Hubungan usaha dengan Energi Potensial :

W = Ep = Ep1 – Ep2

ENERGI MEKANIK

Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan energi potensial

suatu benda.

Em = Ek + Ep

HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK.

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Jadi energi itu

adalah KEKAL.

Em1 = Em2

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2

4. Motivasi Belajar

Woodwort seperti dikutip oleh Wina Sanjaya mengatakan: “motive is a set

predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals”.

Suatu motif adalah suatu set yang bisa membuat individumelakukan kegiatan-

kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.34 Dengan demikian, perilaku atau

34 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), h.27.

29

ENERGI

Bentuk Energi EK, EP, EM Perubahan Energi Hukum Kekekalan Energi

Page 24: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujian tertentu sangat

trergantung dari motivasi yang dimiliknya.

Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang

ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan

yang terdapat pada diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan

kegiatan tertentu untuk mencapai tujian tertentu.

Menurut Mc. Donald seperi dikutip oleh Sardiman dalam bukunya

interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, motivasi adalah perubahan energi

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului

dengan tangggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian ini terlihat

bahwa dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu:35

a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu

manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi

dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. Dalam

hal ini motivasi rel;evan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan

emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong makhluk untuk bertingkah

laku atau bertindak ke arah tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang

diterapkan dalam kegiatan belajar. Menurut Hudoyo, motivasi belajar adalah

dorongan untuk mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh sehingga memiliki

pengertian yang lebih mendalam dalam bidang tersebut untuk

mengerahmendapatkan kepandaian.36 Dari pengertian motivasi belajar yang

dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu

35Sardiman A. M, interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 73.

36”Motivasi Belajar” artikel diakses pada 19 Desember 2007 dari http://www.damandiri.or.id/file/naniktunpabsbab2.pdf, h. 28.

30

Page 25: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

dorongan atau kehendak untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang

timbul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Pembahasan macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut

pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang

disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berawal dari luar diri seseorang

yang disebut “motivasi ekstrinsik”.

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.37

Motivasi intrinsik juga dapat diartikan sebagai motivasi yang timbul dari

dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar.

Misalnya: keinginan untuk memahami suatu konsep; keinginan untuk

memperoleh pengetahuan, keinginan untuk memperoleh keterampilan, dan

sebagainya.

Apabila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dari dalam dirinya,

maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan

motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat

diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik

selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran

yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajajari akan dibutuhkan dan

sangat berguna di masa mendatang.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi

orang yan gterdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai yaitu belajar,

karena tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan dan menjadi seorang

ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan,

kebutuhan yang berisikan keharusan menjadi orang yang terdidik dan

berpengetahuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri

dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.37Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.1,

h.149

31

Page 26: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang dari luar atau motivasi yang datangnya dari luar individu.

Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan

belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak

mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk

mencapai angka tinggi, diploma, gelar, dan sebagainya.38

Perlu ditegaskan bahwa motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang

tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan

agar anak didik mau belajar. Hal ini disebabkan karena kemungkinan besar

keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen komponen

lain dalam proses pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga

diperlukan motivasi intrinsik.

Berdasarkan penjelasan macam-macam motivasi belajar di atas, baik

motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya merupakan

pendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul

karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Namun,

tentunya agar aktifitas dalam belajar tersebut memberikan kepuasan atau ganjaran

di akhir kegiatan belajar, maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk

belajar adalah motivasi intrinsik.

5. Hasil Penelitian Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

sains teknologi dan masyarakat antara lain adalah sebagai berikut:

I Made Wirata dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi

Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan Bantuan Diagnosis-

Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa

Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

terjadina peningkatan hasil belajar siswa dan siswa sudah cukup memahami, dan

38 Ibid., h.151

32

Page 27: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

mengenal berbagai perkembangan isu-isu sains, teknologi dan sosial, terutama

yang terkait erat dengan keadaan lingkungan di sekitar siswa.39

Ida Bagus Putu Arnyana dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III

Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999”. Fokus masalah

yang terdapat dalam penelitian ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa

mengenai pembelajaran biologi karena dirasakan mata pelajaran biologi sebagai

beban yang harus diingat, dihafal, dipahami, dan tidak dirasakan maknanya dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga minat dan motivasi belajar siswa masih sangat

rendah. Untuk itu peneliti menggunakan model STM dalam pembelajaran biologi.

Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang

disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang tinggi.40

I Made Rideng dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat Terhadap

Hasil Belajar Siswa SLTP”. Hasil penelitiannya adalah kualitas proses belajar

mengajar untuk kelompok yang diajar dengan model pembelajaran IPA dengan

pendekatan sains teknologi dan masyarakat lebih baik dibandingkan dengan

kelompok yang diajar dengan pendekatan konvensional. skor rata-rata masing-

masing hasil pengamatan 2,96 dan 1,84 untuk skala 1-4. 41

Ni Ketut Rapi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA Dengan

Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP”. Temuan-temuan penelitian

ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat penguasaan siswa kelas eksperimen terhadap

konsep-konsep IPA adalah cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang sekali.

(2) literasi sains dan teknologi siswa kelas eksperimen berkualitas lebih dari

39 I Made Wirata, Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000.

40 Ida Bagus Putu Arnyana, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999 , Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000.

41 I Made Rideng,(2000) Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar SIswa SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 4 TH. XXIII Januari. h.56

33

Page 28: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang. (3) pendekatan STM lebih efektif

daripada pendekatan konvensional dalam pembelajaran konsep suhu dan kalor. 42

B. Kerangka Pikir

Konsep-konsep fisika merupakan konsep yang cukup sulit untuk

dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, oleh karena itu

diperlukan metode yang menarik minat para siswa agar konsep fisika mudah

diserap dan dipahami oleh setiap siswa. Rendahnya penguasaan atau

pemahaman tidak terlepas dari penggunaan metode, model, atau pendekatan

pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik.

Salah satu model pengajaran yang tepat untuk membuat siswa

memahami terhadap konsep-konsep atau prinsip-prinsip fisika, dan juga

menanamkan pemahaman siswa terhadap teknologi yang berkaitan dengan

konsep tersebut, dan kemungkinan penggunaanya di dalam masyarakat atau

dalam kehidupan sehari-sehari yaitu melalui model STM.

Dalam model STM peserta didik mampu menghubungkan realitas

sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, peserta didik mampu

menggunakan berbagai jalan untuk mensikapi berbagai situasi yang

berkembang di dalam masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah dan peseta

didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki

tanggung jawab sosial.

Dengan demikian dapat diduga bahwa model STM akan dapat

mempertinggi pencapaian penguasaan konsep fisika siswa.

42 Ni Ketut Rapi, Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 1 TH. XXII Januari 1999. h.175

34

Page 29: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian

dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh penerapan model STM

terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.

35

Masalah:D 1. Kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) 2. Pembelajaran Usaha dan energy masih belum bersifat kontekstual 3. Penguasaan konsep peserta didik pada topic Usaha dan Energi masih rendah3

Siswa kurang termotivasi belajar fisika

1. Menjembatani antara sains teknologi masyarakat2. Memecahkan isu/masalah yang ada dalam masyarakat3. Siswa lebih cepat menguasai konsep pembelajaran

Penguasaan konsep siswa meningkat

Model pembelajaran yang mengaitkan antara sains, teknologi, dan masayarakat

Motivasi siswa meningkat

Page 30: BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

36