sains teknologi masyarakat

162
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMP NEGERI 48 Jakarta Selatan) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta OLEH: FERDY NOVRIZAL 105016300587 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: 222924

Post on 29-Jun-2015

1.434 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sains Teknologi Masyarakat

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANSAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT

TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEPFISIKA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI

(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMP NEGERI 48 Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikanpada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

OLEH:

FERDY NOVRIZAL105016300587

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1431 H/2010 M

Page 2: Sains Teknologi Masyarakat

ABSTRAK

Ferdy Novrizal, Perogram Studi Pendidikan Fisika, Jurusan PendidikanIlmu Pengetahuan Alam, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN SyarifHidayatullah Jakarta: Penerapan Model Pembelajaran Sains TeknologiMasyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa pada Topik Usahadan Energi. Eksperimen di SMPN 48 Jakarta Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model STM untukmeningkatkan penguasaan konsep siswa. Metode yang digunakan adalah metodequasi eksperimen dengan Pretest-posttest Control Group design. Penelitiandilaksanakan di SMP Negeri 48 Jakarta Selatan dengan teknik pengambilansampel secara purposive sampling dan pemilihan kelas dilakukan secara random,didapatkan siswa kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas VIII-3 sebagaikelas kontrol. Instrumen penguasaan konsep berupa test berbentuk pilihan gandayang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan adalahpenguasaan konsep fisika yang diajarkan dengan menggunakan model STM lebihtinggi dari penguasan konsep fisika yang diajarkan dengan metode konvensional.Analisis data menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 5% dan dk= 61, denganhji prasyarat normalitas dan homogenitas. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t,dari hasil perhitungan statistik didapatkan harga thitung sebesar 2,22 dan ttabel padataraf signifikansi 5% dan dk = 61 adalah 1,99. maka pada penelitian inididapatkan hasil thitung > ttabel, hal ini menunjukan bahwa hipotesis nol (H0) ditolakdan hipotesis penelitian (Ha) diterima. Dari penelitian ini dapat disimpullanbahwa penguasaan konsep fisika siswa yang diajarkan dengan model STM lebihtinggi daripada penguasan konsep fisika siswa yang diajarkan denganmenggunakan metode konvensional.

Kata kunci: Model Sains Teknologi Masyarakat, Fisika, dan Penguasan Konsep

Page 3: Sains Teknologi Masyarakat

ABSTRACT

Ferdy Novrizal, Physic Study Program, Majoring of Natural Sciences Education(IPA), Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences State Islamic University (UIN),Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Application of Model of ScienceTechnology Society for Increase Procurement of Concept Physich Student on theTopic of Business and Energy. This Eksperimen in the SMPN 48 South Jakarta.

This research aims to know the application of model of science technologysociety for increase procurement of concept physich student. Eksperimen methodare used in this resesrch with Preetest-posttest Control Group Design, thisresearch has been executed SMPN 48 with sample technic. The ways of sampletechnic are purposive sampling and choosing of the class with random way. Andget the student of the class (VIII-1) as the exsperiment class and of the class (VIII-3) as control class. The multiple choise is the instrument of this theysis to get theresult. The multiple choise have been tested with validation and reliabitationways. Hipotesis in this research are used result learning of physich subject withscience technology society model more higher than the result learning of physichsubject with convensional method. Analist of data usung t-test. In the significantlevel 5% at dk = 61, with normalitas and homogenitas pre requirement test, withthe calculate statistic result, it gets thit 2,22 value and ttab in the 5% significantlevel and dk = 61 is 1,99 value. So this research gets thit more bigger than ttab, itsshowed that 0 hypothesys (H0) are rejected and hypothesys of research (Ha) areaccepted. The conclusion of this research are the result learning of physichsubject for SMPN 48 student with science technology society model more higerthan convensional method.

Key word : Science Technology Society Model, Physich,Procurement of Concept

Page 4: Sains Teknologi Masyarakat

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Tinggi

dan syukur kepada Allah SWT Yang Maha Ghafur, atas karunia yang tak

terdefinisikan nilainya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, teladan terbaik yang menjadi sumber inspirasi umat

manusia di seluruh dunia.

Terucap kata syukur atas terselesaikannya skripsi ini dari penulis, yang

menjadi sebuah karya sederhana bagai tetes kecil di lautan ilmu pengetahuan.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidatullah

Jakarta. Dalam skripsi ini penulis mengambil judul “Pengaru Model Pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika

Pada Konsep Usaha dan Energi”. Dengan skripsi ini penulis berharap dapat

memberikan kontribusi positif untuk menambah kajian ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang pendidikan. Untuk itu penulis mengharapkan agar para

pembaca yang budiman berkenan memberikan kritik dan saran untuk

kesempurnaan karya ilmiah ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, penulis

dengan tulus ingin megucapkan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam.

3. Ibu Erina Hartanti, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Ir Mahmud Siregar, M.Si., Pembimbing I yang telah meluangkan

banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan

penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., Pembimbing II yang telah meluangkan banyak

waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penulisan skripsi ini.

Page 5: Sains Teknologi Masyarakat

ii

6. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di

UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Fisika

7. Ayahanda Syafrizal dan Ibunda Mulyani, yang sepanjang masa memberikan

cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menjadi pribadi seperti saat

ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan cinta dan kasih sayang-Nya

untuk mereka berdua.

8. Adikku tercinta Delvi Andrizal. Terima kasih telah menghadirkan semangat

dan dukungan bagi penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat

dan karunia bagi kita semua.

9. Darmawati S.Ked, terimakasih atas kesabaran, doa, motivasi, dan bantuannya

yang telah diberikan kepada penulis.

10. Keluarga Besar SMP Negeri 48 Jakarta, khususnya Ibu Mami S.Pd. dan Ibu

Tuti alawiyah S.Pd., Guru IPA (fisika) yang telah banyak membantu penulis

selama penelitian dan juga siswa siswi kelas VIII-1 dan VIII-3 angkatan

2009/2010 yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.

11. Teman-teman terbaikku (Samsul, Apik, Ade, Arif, Khaerul, Sulaeman)

Terima kasih atas segala kebaikan yang telah kalian berikan. Teman-teman

seperjuangan di kampus UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2005 khususnya

pendidikan fisika yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, penulis sampaikan

terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia

pendidikan dan pembaca.

Jakarta, Oktober 2010

Penulis

Page 6: Sains Teknologi Masyarakat

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 4

D. Perumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 5

BAB II KAJIAN TEOERITIS, KERANGKA PIKIR, dan PERUMUSAN

HIPOTESIS

A. Kajian Teoeritis 7

1. Model STM dalam Pembelajaran Fisika 7

a. Pengertian STM 7

b. Model STM pada Pendekatan Konstruktivisme 9

c. Tujuan Model STM 10

d. Karakteristik Model STM 12

e. Tahap Pembelajaran STM 15

2. Konsep 19

a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran 19

b. Faktor yang Mempengaruhi Konsep 22

3. Sifat Konsep Energi 23

Page 7: Sains Teknologi Masyarakat

iv

a. Usaha............................................................................. .. 23

b. Energi 25

4. Motivasi Belajar...................................................................... 29

5. Hasil Penelitian yang Relevan 32

B. Kerangka Pikir 34

C. Perumusan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodoe Penelitian 36

B. Waktu dan Tempet Penelitian 36

C. Desain Penelitian 36

D. Populasi dan Sampel 37

E. Teknik Pengumpulan Sampel 37

F. Variabel Penelitian 38

G. Alur Penelitian 39

H. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 40

I. Instrumen Penelitian 40

1. Instrumen Tes 41

a. Uji Validitas 42

b. Uji Reliabilitas 43

c. Taraf Kesukan………………………………………… 43

d. Daya Pembeda Soal 44

2. Instrumen Non Tes………………………………………... 45

J. Teknik Analisis Data 45

1. Uji Normalitas 46

2. Uji Homogenitas 46

3. Uji Hipotesis 46

4. Pengujian Hipotesis………………………………………... 47

BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 47

B. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................. 48

C. Hasil Instrumen Nontest ......................................................... 50

Page 8: Sains Teknologi Masyarakat

v

D. Analisis Data ........................................................................... 54

1. Uji Normalitas ................................................................. 54

2. Uji Homogenitas ............................................................... 55

3. Uji Hipotesis ................................................................... 55

E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 57

F. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 59

BAB V PENUTUP ................................................................................. 61

A. Kesimpulan ........................................................................... 61

B. Saran ..................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 66

Page 9: Sains Teknologi Masyarakat

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Interaksi Sains Teknologi Masyarakat ..................................... 13

Gambar 2.2 Model Pembelajaran STM........................................................ 18

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ......................................................... 35

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian........................................................... 39

Gambar 4.1 Histogram Tes Penguasaan Konsep (pretest)

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................... 47

Gambar 4.2 Histogram Tes Penguasaan Konsep (posttest)

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................... 48

Gambar 4.3 Diagram Batang Penguasaan Konsep

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................... 50

Gambar 4.4 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 1.......................... 50

Gambar 4.5 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 2.......................... 51

Gambar 4.6 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 3.......................... 51

Gambar 4.7 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 4.......................... 52

Gambar 4.8 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 5.......................... 52

Gambar 4.9 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 6.......................... 53

Page 10: Sains Teknologi Masyarakat

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran STM dengan

Model Pembe;ajaran Tradisional .............................................. 18

Tabel 3.1 Desain Penelitian...................................................................... 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep.................................. 40

Tabel 3.3 Kategori Drajat Kesukaran....................................................... 42

Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda........................................................... 43

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian........................................... 49

Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Kelompok Eksperimen dan Kontrol........... 50

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Non Tes ............................. 53

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest .......................................... 54

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest........................................ 55

Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji-t................................................................... 56

Page 11: Sains Teknologi Masyarakat

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek) di Era Globalisasi saat ini

berkembang sangat pesat. Perkembangan iptek mendorong terjadinya perubahan

pola pikir manusia. Dalam hal ini ada beberapa manusia yang mengambil nilai

postif dan nilai negatif akan kemajuan iptek. Kemajuan teknologi itu sendiri tak

lepas dari perkembangan akan pengetahuan manusia mengenai apa yang mereka

alami dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan iptek dalam kehidupan sehari-

hari terutama dunia pendidikan khususnya pembelajaran IPA (fisika) sangat

berkaitan sekali. Sebagai contoh banyak sekali alat-alat yang diciptakan karena

kemajuan iptek (televise, radio, hp, dll). Banyaknya alat-alat yang ada dalam

kehidupan sehari-hari karena adanya kemajuan iptek perlu diimbangi dengan

pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) sehingga siswa dapat memahami

akan fungsi teknologi. Pada saat ini banyak sekali penyalahgunaan kemajuan

iptek yang dilakukan oleh siswa, karena itu diperlukan pengetahuan awal siswa

mengenai sains.

Tidak hanya itu, dalam proses pembelajaran biasanya guru hanya

menjelaskan IPA sebatas produk (yang sudah ada) dan sedikit proses tanpa

pembuktian. Salah satu alasan yang menyebabkan adalah banyaknya materi yang

harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal,

dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang

lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau

hukum. Oleh karena itu, metode, pendekatan dan alat peraga/praktikum sebagai

alat media pendidikan untuk menjelaskan IPA sangat diperlukan. Tujuan

pembelajaran IPA di SMP secara umum adalah agar siswa memahami konsep IPA

dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang

alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar,

mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan

Page 12: Sains Teknologi Masyarakat

2

mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah yang ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan sains dan teknologi serta perubahan kondisi masyarakat

yang sangat pesat ini mengharuskan para guru meningkatkan kemampuan dan

mengembangkan keahliannya. Kini tugas guru semakin kompleks dan menantang,

sehingga selalu dituntut untuk mengembangkan kemampuannya, baik secara

individu maupun kelompok. Tugas utama seorang guru adalah membantu siswa

dalam belajar, yakni berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang

memungkinkan terjadinya proses pembelajaran.

Paradigma baru dalam pembelajaran sains adalah pembelajaran dimana

siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan

prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan

pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan secara verbal, namun

hendaknya dalam pembelajaran sains, guru lebih banyak memberikan pengalaman

kepada siswa untuk lebih memotivasi siswa agar dapat menggunakan pengetahuan

tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Namun pada kenyataannya masih

banyak guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga siswa tidak paham

tentang kosep yang dipelajari.

Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, agaknya para

pemerhati maupun praktisi dunia pendidikan di Indonesia dituntut untuk segera

melakukan upaya perbaikan. Dalam hal ini, penulis mencoba mengangkat salah

satu pendekatan pembelajaran dalam IPA yaitu Model Sains-Teknologi-

Masyarakat (STM). Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan suatu

gerakan reformasi dalam pembelajaran sains di sekolah, sebagai upaya membuat

warga negara melek sains dan teknologi (science and technological literacy) yang

telah dimulai sejak dua decade yang lalu di negara-negara yang telah maju. Di

Amerika Serikat misalnya, pendekatan STM muncul sebagai upaya nyata

reformasi dalam pengajaran sains di sekolah (Yager, 1993b-c; 1992b; 1991).1

1 La Maronta Golib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sainsdi Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 034 Tahun ke-8, Januari 2002, h. 39.

Page 13: Sains Teknologi Masyarakat

3

Untuk itu pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM dapat

mengantisipasi beberapa hal pokok dalam membekali peserta didik, diantaranya :2

a)menghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan tanpa tahumasalah-masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupuninternasional, b) mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didikuntuk menyongsong era globalisasi, c) peserta didik mampumenjawab dan mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengankelestarian bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya masalahpencemaran, pengangguran, kerusuhan sosial, dampak hasilteknologi dan lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuaramenyelamatkan bumi, dan d) Membekali peserta didik dengankemampuan memecahkan masalah-masalah dengan penalaransains, lingkungan, teknologi, sosial secara integral, baik di dalammaupun di luar kelas.Model STM dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara

kemajuan IPTEK, membanjirinya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan

nilai-nilai IPTEK itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan

model STM ini diharapkan siswa memilki landasan untuk menilai pemanfaatan

teknologi baru dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya ditengah

derasnya arus pembanguan pada era globalisasi. Siswa dibiasakan untuk bersikap

peduli akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan

IPTEK.3

Pembelajaran STM dalam pembelajaran sains merupakan perekat yang

mempersatukan sains, teknologi dan masyarakat . Isu-isu sosial dan teknologi di

masyarakat merupakan karakteristik kunci dari STM.4 Isu-isu tersebut dipakai

sebagai titik acuan oleh guru untuk merancang dan mengimplementasikan

program pembelajaran. Melihat dasar pijakan pengembangan model STM

tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika model STM dalam pembelajaran IPA

layak dimunculkan sebagai upaya penguasaan konsep peserta didik. Hal ini bisa

2 http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/Diakses, tanggal 01 Maret 2010

3 Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam PembelajaranKimia di SMUN Kota Banjarmasin, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 Januari2003, h. 114.

4 Rai Sujanem, Penerapan Bahan Ajar yang Berwawasan Pendekatan STM Sebagai UpayaUntuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktikum Fisika Dasar, Sikap Ilmiah, Literasi Sainsdan Teknologi Mahasiswa Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP NegeriSingaraja No. 1 Th. XXXV Januari 2002, h. 124.

Page 14: Sains Teknologi Masyarakat

4

dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang guru dan murid

dimana menurut guru ketika mengajar fisika lebih dari 50% murid tersebut tidak

paham mengenai pelajaran tersebut, tetapi ketika guru tersebut menggunakan

model sains teknologi masyarakat dalam proses pembelajaran murid lebih

termotifasi lagi untuk mendalami fisika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan

murid, ketika guru tersebut menerapkan pendekatan sains teknologi masyarakat

murid jadi mengerti apa fungsi pembelajaran tersebut dan aplikasi apa saja yang

ada di masyarakat ketika belajar fisika.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas,

maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut

menjadi sebuah judul skripsi yaitu: “Penerapan Model Pembelajaran Sains

Teknologi dan Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa

pada Topik Usaha dan Energi.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang tidak diimbangi

dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) sehingga siswa

kurang memahami akan fungsi teknologi.

2. Sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang

menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa

bosan dalam belajar fisika.

3. Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pencapaian tuntutan

kurikulum dan penyampaian materi semata, sehingga menyebabkan

rendahnya penguasaan konsep fisika siswa.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memokuskan masalah dari penelitian ini, dilakukan pembatasan

masalah sebagai berikut.

Page 15: Sains Teknologi Masyarakat

5

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam eksperimen ini adalah model

sains teknologi masyarakat (STM)

2. Penguasaan konsep yang dimaksud disini adalah dilihat dari hasil belajar pada

ranah aspek kognitif pada tingkatan C1 sampai C5. Pada konsep Usaha dan

Energi.

3. Motivasi siswa yang diukur meliputi kesenangan belajar, rasa ingin tahu, dan

berusaha untuk berprestasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan pada penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep

siswa setelah penerapan model STM pada pembelajaran konsep energi dan

usaha?”

Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1 Bagaimana penguasaan konsep siswa pada topik Usaha dan Energi sebelum

dan setelah penerapan model pembelajaran STM?

2 Bagaimana motivasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran STM pada

topik Usaha dan Energi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan penguasaan konsep siswa

setelah diterapkan model STM dalam topik Usaha dan Energi.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi peneliti; dapat mengembangkan wawasan tentang model pembelajaran

fisika khususnya model STM serta memberikan pengalaman dalam melakukan

penelitian.

2. Bagi peserta didik; dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep pada

topik Usaha dan Energi melalui pembelajaran dengan model STM.

Page 16: Sains Teknologi Masyarakat

6

3. Bagi guru; dapat memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat

mengaitkan antara fenomena atau isu di masyarakat tentang masalah teknologi

dan sosial yang relevan dengan konsep-konsep fisika.

Page 17: Sains Teknologi Masyarakat

7

7

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran

Fisika

a. Pengertian STM

Model sains teknologi masyarakat sebagai suatu program pendidikan

untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahu 1985. pada tahun

1986, model STM mulai diperkenalkan di Program Pasca Sarjana IKIP

Bandung, sebagai salah satu mata kuliah. Sedangkan penelitian di kelas baru

dilaksanakan pada tahun 1994.1 Sains teknologi masyarakat sebagai suatu

perubahan yang utama di dalam pendidikan ilmu pengetahuan.2 Jadi, dalam

pendidikan ilmu pengetahuan sains teknologi masyarakat merupakan suatu

proses pembelajaran yang dapat mengubah cara berpikir siswa.

Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris

“Science Techology Society (STS)”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh

John Ziman dalam bukunya Teaching and Lerning about Science and Society.

Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunakan teknologi

sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.3 jadi, dalam pembelajaran

menggunakan sains teknologi masyarakat bahwa teknologi dapat digunakan

sebagai penghubung/penerapan antara sains dan masyarakat sehingga siswa

dapat memahami apa yang telah dipelajari.

1 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005).h. 111.

2 Elif Bakar, dkk, Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And TheirImpilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education,Volume 2, Number 3, December 2006. h. 19.

3 Anna Poedjiadi, Op.Cit., h. 99.

Page 18: Sains Teknologi Masyarakat

8

Menurut James E. Hollenbeck, STS means teaching and learning in the

context of human experience.4 STM dipandang sebagai proses pembelajaran

yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam model

ini siswa diajak untuk meningkatkan kreatifitas, sikap ilmiah, menggunakan

konsep, dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.5 Definisi lain tentang

STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam Sabar Nurohman bahwa STM

merupakan “an interdisciplinary approach which reflects the widespread

realization that in order to meet the increasing demands of a technical society,

education must integrate across disciplines”. 6 Dengan demikian,

pembelajaran dengan model STM haruslah diselenggarakan dengan cara

mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai

hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini

berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi

masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-

hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan

pembelajaran di era sekarang ini. Menurut Robert E. Yeger ada 5 bidang

dalam model pembelajaran, yaitu: 1) konsep, 2) proses, 3) aplikasi, 4)

kreativitas, dan 5) sikap.7

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model

STM adalah suatu pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui, dimana

ilmu (sains) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan

sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu

yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan teknologi

mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang memberikan

sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.

4 James Edward Hollenbeck,(1998) Scince, Technology and Society:an AmericanApproach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools, (Europe: A PlenaryPresentation to the Foundation for Environmental), h. 6.

5 Glen S. Aikenhead, Research Into STS Science Education, (Canada : University ofSasakatchewan 2005),. 385.

6 Sabar Nurohman, Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM) DalamPembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, (Pendidikan FisikaFMIPA UNY).

7 Robert E. Yeger, Assessment Results with the Science/Technology/Society Approach,Oktober 1999,. h. 35

Page 19: Sains Teknologi Masyarakat

9

b. Model STM pada Pendekatan Konstruktivisme

Model STM merupakan sebuah model pembelajaran yang merujuk

pada pendekatan konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan cara belajar

yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya

sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan

siswa tersebut dalam membentuk pengetahuannya.8 Teori yang dikenal dengan

constructivist theories of leraning menyatakan bahwa siswa harus menemukan

sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan itu apabila tidak lagi

sesuai. 9

Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha

keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa

perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang

sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang

diterima melalui proses ketidakseimbangan (dissequilibrium). Selain itu, Jean

Piaget dan Vygotsky juga menekankan pada pentingnya lingkungan sosial

dalam belajar dan dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam

belajar kelompok akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual.

Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus

menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Pengetahuan tidak dapat begitu

saja dipindahkan dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa).

Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan

menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Tanpa pengalaman,

seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman disini tidak harus

pengalaman fisik, tetapi bisa diartikan juga pengalaman kognitif dan mental.

Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya

(misconseptions), menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja

8Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//IlmuanMuda.Wordpress.com. Diakses tanggal 24 Februari 2010.

9 Muhammad Faiq Dzaki, Teori Konstruktivisme,http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-konstruktivisme_06.html.

Page 20: Sains Teknologi Masyarakat

10

dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit

diinterpretasikan sendiri oleh siswa.

Selama dua puluh tahun terakhir ini, konstruktivisme telah banyak

diterapkan di Amerika, Eropa dan Australia. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai

berikut, yaitu a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara

personal maupun sosial, b) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke

murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c) siswa

aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep

menuju konsep yang lebih rinci, lengkap sesuai dengan konsep ilmiah, dan d)

guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses

konstruksi siswa berjalan mulus.10

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menurut konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan

siswa dalam mengkoordinasikan pengalaman mereka dengan cara

mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui interaksi dengan

lingkungannya. Tujuan pendidikan konstruktivisme adalah menghasilkan

individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan tiap

persoalan yang dihadapi

Berdasarkan masalah atau isu di masyarakat yang ditemukan oleh

siswa, guru mengarahkan dengan suatu pendekatan dalam pembelajaran

sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri, misalnya

dengan eksperimen atau diskusi. Dengan cara ini guru telah menerapkan

paham konstruktivisme dalam pembelajaran, yang dewasa ini sedang diminati

para pendidik dan dijadikan dasar pembelajaran melalui model STM.

c. Tujuan Model STM

Berdasarkan pengertian STM sebagaimana diungkapkan di bagian

sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan model

STM adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal

pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-

10Pristiadi Utomo, Op.Cit. h. 12.

Page 21: Sains Teknologi Masyarakat

11

masalah dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan

sehubungan dengan keputusan yang diambilnya (NSTA, 1991).11 Menurut

Zudan K. Prasetyo, salah satu tujuan dari model STM adalah agar sekolah

mengacu pada kurikulum yang dikaitkan dengan masalah-masalah sehari-hari

yang ada di masyarakat sebagai dampak dari penerapan teknologi.12

Menempatkan pembelajaran sains dalam suatu konteks lingkungan dan

kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan teknologi akan membuat sains

dan teknologi lebih dekat dan relevan dengan kehidupan nyata semua siswa.

Tujuan utama pendidikan sains dengan model STM adalah Mempersiapkan

siswa menjadi warga negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu

kemampuan dan kesadaran untuk:

1) Menyelidiki, menganalisa, memahami, dan menerapkan konsep-

konsep/prinsip-prinsip dan proses sains dan teknologi pada situasi nyata.

Dalam hakikatnya pembelajarn model STM terutama dalam fisika

adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara isu/masalah yang ada

dalam keterkaitannya antara sains, teknologi dan masyarakat. Untuk itu dalam

model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menelidiki, menganalisi dan

memahami isu/masalah tersebut.

2) Melakukan perubahan.

Pembelajaran model STM merupakan model pembelajaran yang

menjembatani anata sains, teknologi, dan masyarakat sehingga dengan adanya

model pembelajaran ini siswa mampu melakukan perubahan dalam

pembelajaran sehari-hari terutama pmata pelajaran fisika.

3) Membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang

isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sains

dan teknologi.

11 Purwanto,(2008) Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Inelligences)Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Fisika,(Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), h. 6.

12 Zhudan k. Prasetyo,(2006) Kapita Selekta Pembelajaran Fisika, (Jakarta: UniversitasTerbuka, 2006), h. 4.32.

Page 22: Sains Teknologi Masyarakat

12

Dalam pembelarannya siswa diusahakan mampu mengambil keputusan

mengenai isu/masalah-masalah yang ada dalam kaitannya dengan sain

teknologi masayarakat.

4) Merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok

dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-

masalah yang sedang dihadapi.

Perencanaan kegiatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan

baik secara individu maupun secara kelompok sehingga nantinya siswa dapat

memahami mata pelajaran tersebut dan dapat menerapkannya di lingkungan

kehidupan sehari-hari.

5) Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.13

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan

bahwa model STM dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik

mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam

kelas, 2) peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/prespektis untuk

menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan

pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai

warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.

d. Karakteristik Model STM

Berdasarkan dengan tujuan model STM, Heath seperti yang di kutip

oleh La Maronta Golib menyatakan bahwa secara operasional pembelajaran

dengan model STM memiliki karakteristik, yaitu:

1) Diawali dengan isu-isu/masalah-masalah yang sedang beredar serta

relevan dengan ruang lingkup isi/materi pelajaran dan perhatian, minat, atau

kepentingan siswa.

2) Mengikutsertakan siswa dalam pengembangan sikap dan keterampilan

dalam pengambilan keputusan serta mendorong mereka untuk

mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sains dan teknologi.

13 La Maronta G, (2002) Pendekatan STM dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, JurnalPendidikan dan Kebudayaan, h. 47.

Page 23: Sains Teknologi Masyarakat

13

3) Mengintegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup

kurikulum

4) Memperkembangkan literasi sains, teknologi , dan sosial.14

Menurut Yager dalam Hidayat seperti yang dikutip oleh ArnieFajar program STM pada umumnya memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut: 1) identifikasi masalah-masalah setempatyang memiliki kepentingan dan dampak, 2) penggunaansumber daya setempat untuk mencari informasi yang dapatdigunakan dalam memecahkan masalah, 3) keikutsertaan yangaktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkanuntuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, 4) Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadapsiswa, 5) suatu pandangan bahwa isis daripada sains bukanhanya konsep-konsep saja yang harus dikuasi siswa dalam tes,6) penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sainsdan teknologi, 7) kesempatan bagi siswa untuk berperansebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkanisu-isu yang telah diidentifikasi, dan 8) identifikasi bagaimanasains dan teknologi berdampak dimasa depan.15

Model STM dalam pembelajaran IPA merupakan perekat yang

mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat. Isu-isu sosial dan teknologi

yang terdapat di masyarakat merupakan karakteristik kunci dari model STM.16

Melalui model STM, para siswa belajar IPA dalam konteks pengalaman nyata,

yang mencakup penerapan sains dan teknologi.Bentuk korelasi hubungan

timbal balik antar unsur-unsur sains-teknologi-masyarakat dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 2.1 Interaksi sains-teknologi-masyarakat17

14 Ibid., h. 51.15 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya

2004). h. 25-2616 I Wayan Sadia, Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, (Singaraja: Aneka Widya, 1999) h. 26.17 La Maronta G, Loc.Citt.,

Page 24: Sains Teknologi Masyarakat

14

Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat

sangat erat hubungannya. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial

(masyarakat), lingkungan alam (dipelajari dengan sains), dan lingkungan

buatan (teknologi). Teknologi ini diciptakan oleh manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Teknologi dan sains saling melengkapi, sebab sains

merupakan pengetahuan yang sistematis tentang alam dimana manusia hidup

sedangkan teknologi merupakan metode sistematis yang dilakukan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dari beberapa karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik utama model STM adalah pengungkapan masalah atau isu sosial

teknologi diawal pembelajaran. Pembelajaran mengutamakan keaktifan siswa

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilisator saja. Pengungkapan

permasalahan di awal pembelajaran dapat membantu siswa mengkonstruksi

pengetahuan serta mengenalkan peranan sains dalam kehidupan kepada siswa.

Dengan menganalisis permasalahan yang dihadirkan, diharapkan siswa dapat

membuat suatu keputusan. Belajar dari suatu yang nyata akan membentuk

siswa memahami materi pelajaran. Robert E Yager dan Rustaman Roy

mengemukakan 4 perbandingan kontras antara STM yang dikemukakan oleh

NSTA terhadap pengajaran tradisional seperti terlihat pada tebel 2.118

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran STM

dengan Model Pembelajaran Tradisional

No Model Pembelajaran STM Model Pembelajaran Tradisional1 Identifikasi masalah dengan

minat/pengaruh yang kuat terhadappembelajaran

Pembelajaran menggunakan bukuteks

2 Menggunakan sumber daya lokaluntuk mengatasi masalah

Menggunakan buku teks dalammengatasi masalah

3 Siswa dengan aktif mencari informasi Siswa bersikap pasif dalampembelajaran

4 Pusat pembelajaran siswa ada padadiri pribadi serta keingintahuan yangkuat

Pusat pembelajaran siswa hanyapada informasi yang diberikan

18 Robert E. Yager and Rustam Roy, STS: Most Pervasive and Most Radical of ReformAppoarches to “Science” Education, The University of Lowa and Pennsylvania State University,2000. h. 9.

Page 25: Sains Teknologi Masyarakat

15

Rumansyah dan Irhasyuarna merangkum perbedaan antara

pembelajaran sains dengan pendekatan STM dan pembelajaran sains lainnya

seperti terlihat pada tabel 2.2. 19

Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Model STM

dengan Pembelajaran Sains Lainnya

No.Pembelajaran pendekatan STM

Pembelajaran sains

lainnya

1. Sesuai dengan kurikulum dan berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi

masyarakat serta berusaha menjawab

permasalahan tersebut.

Konsep berasal dari teks

sesuai kurikulum

2. Multidisipliner, melibatkan berbagai aspek

dan keilmuan dalam pembelajarannya

Monodisipliner dan

diajarkan secara terpisah

3. Topik /arah /fokus ditentukan siswa atau oleh

isu /masalah yang ada di lingkungan sekitar

Topik /arah /fokus

ditentukan oleh guru

4. Pembelajaran dimulai dengan aplikasi sains

(teknologi) dalam masyarakat

Pembelajaran dimulai dari

konsep, prinsip, kemudian

contoh

5. Guru berperan sebagai fasilisator Guru sebagai pemberi

informasi

6. Menggunakan sumber daya yang ada di

lingkungan

Menggunakan sumber daya

yang ada di sekolah

7. Tugas utama siswa adalah mencari,

mengolah dan menyimpulkan

Tugas utama siswa adalah

memahami isi buku teks

e. Tahap Pembelajaran STM

Model STM terdiri dari serangkaian tahap pembelajaran.

Keterlaksanaan setiap tahap sangat mendukung dan menentukan keberhasilan

pembelajaran secara keseluruhan. Pembelajaran STM banyak menggunakan

19 Rumansyah dan irhasyuarna, Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di Kalimantan Selatan , Jurnal Pendidikan danKebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7,, h. 195.

Page 26: Sains Teknologi Masyarakat

16

sumber belajar yang ada dimasyarakat yang berhubungan dengan materi dan

permasalahan teknologi yang akan dikaji. Pembelajaran bersifat fleksibel

karena guru leluasa untuk menerapkan berbagai strategi dan metode belajar.

Hal ini memungkinkan pendekatan STM melatih pola pikir yang divergen,

kerja kelompok diskusi kelas yang berpusat pada siswa, pemecahan masalah,

simulasi, pengambilan keputusan, dan debat dengan menggunakan sumber

belajar yang ada di masyarakat. Tahapan pembelajaran STM pada model STM

terdiri dari:

1. Pendahuluan

Tahap ini membedakan STM dengan pendekatan pembelajaran yang

lainnya. Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat.

Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri, namun apabila guru tidak

mendapatkan tanggapan dari siswa, maka masalah dapat saja dikemukakan

oleh guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan.

Dalam tahap ini guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang

dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan

eksplorasi melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan diluar kelas

secara berkelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran

memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal.

Selanjutnya kostruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan

pada tahap pembentukan dan pemantapan konsep.

2. Pembentukan konsep

Pada tahap pembentukan konsep guru dapat melakukan berbagai

metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, bermain peran, dan

sebagainya. Pendekatan STM juga memungkinkan diterapkannya berbagai

pendekatan seperti pendekatan ketrampilan proses, pendekatan sejarah,

pendekatan kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan

berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep siswa diharapkan

mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya

konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap

Page 27: Sains Teknologi Masyarakat

17

pembentukan konsep, siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap

masalah yang disampaikan pada awal pembelajaran telah sesuai dengan

konsep para ilmuwan.

3. Aplikasi konsep

Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat

menganalisis isu dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsep-

konsep yang telah dipahami siswa dapat menggunakan produk teknologi

listrik dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut

berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain, misalnya bahaya

akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain siswa menjadi

hemat dalam menggunakan beraneka sumber energy. Dalam kehidupan sehari-

hari setelah mengetahui terbatasnya energy saat ini.

4. Pemantapan Konsep

Pada tahap ini, guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa

yang keliru. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat sangat

besar kemungkinan guru tidak menyadari adanya kesalahan konsepsi pada

tahap pembelajaran sebelumnya. Pemantapan konsep penting sebab

mempengaruhi retensi materi siswa.

5. Evaluasi

Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan

belajar dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Berbagai kegiatan

penilaian dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh

siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan STM.

Page 28: Sains Teknologi Masyarakat

18

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4

Tahap 5

Pendahuluan:Inisiasi/invitasi/apersepsi/eksplorasi thd siswa

Pembentukan/pengembangan konsep

Aplikasi konsep dalamkehidupan: penyelesaianmasalah atau analisis isu

Penilaian

Pemantapankonsep

Pemantapan konsep

Pemantapan konsep

Isu/masalah

Alur pembelajaran STM dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.20

Gambar 2.2. Model Pembelajaran STM (Poedjiadi, A. 2006)

Jadi, tujuan yang ingin dicapai dari model STM dalam pembelajaran

adalah model interdisiplin ilmu dalam pembelajaran sains, memberikan siswa

pengetahuan tentang keadaan dunia yang sebenarnya, memberikan

kesempatan siswa untuk membentuk pemahaman yang kritis tentang

hubungan sains, teknologi dan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas

dan kepercayaan diri siswa untuk mengaplikasikan sains dalam kehidupan

sehari-harinya.

20 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2005). h. 126.

Page 29: Sains Teknologi Masyarakat

19

2. Konsep

a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran

Mempelajari fisika pada dasarnya menguasai kumpulan hukum, teori,

prinsip dan tau rumus yang terbangun oleh konsep sesuai kajiannya. Konsep

merupakan buah pemikiran seseorang yang dinyatakan dalam definisi

sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan

berpikir abstrak.21 Jadi, konsep disini merupakan sesuatu yang nyata sehingga

nantina siswa dapat memahami pembelajaran tersebut.

Dua tujuan utama dari pendidikan adalah meningkatkan ingatan dan

transfer. Ingatan didefinisikan sebagai kacakapan untuk menerima,

menyimpan dan menerima kesan-kesan.22 Sedangkan transfer dalam belajar

atau yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) mengandung arti

pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya

(Reber 1998).23 Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya

keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan

keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus

dipahami sebagai pemindahan pengaruh keterampilan melakukan sesuatu

terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lain.24

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ingatan merupakan

suatu kemampuan untuk mengingat atau memanggil kembali materi yang telah

diperoleh dengan cara yang hampir sama seperti saat belajar, sedangkan

transfer adalah kemampuan menggunakan materi yang telah diperoleh untuk

memecahkan masalah baru, menjawab pertanyaan baru atau untuk

mempermudah mempelajari materi baru.

Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan

masalah. Menurut Sutarto, konsep secara sederhana dapat dimengerti sebagai

katagaori suatu rangsangan (stimulus) berdasarkan atribut-atribut yang

21 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 71.22 Ibid, h. 128.23 Muhibbin Syah, PsikologiBelajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 159.24 Ibid.

Page 30: Sains Teknologi Masyarakat

20

dimilikinya.25 Dengan terkonsepnya rangsangan oleh siswa dengan baik

diharapkan siswa dengan mudah menemui dan memunculkan kembali dalam

bentuk konsep pada situasi dan kondisi yang lain. Jadi, konsep dapat diartikan

menurut penulis sebagai sesuatu fakta, peristiwa dan pengalaman melalui

generalisasi yang merupakan sesuatu gagasan atau ide.

Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk

mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content

objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip

utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimilki dan

dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan.26

Kemampuan individu dalam mengkonsep rangsangan baru memiliki

tingkatan yang berbeda-beda, yang disebut tingkatan pencapaian konsep.

Klausimer mengkategorikan tingkat pencapaian konsep menjadi 4 (empat)

yaitu : tingkat konkrit, tingkat identitas, tingkat klasifikatoris dan tingkat

formal.27

1) Tingkat konktir, yaitu tingkat menghafal hingga diskriminasi,pada tingkat ini individu akan merespon rangsangan bilarangsangan telah dikenal sebelumnya.2) Tingkat identitas, pada tingkat ini individu telah dapatmerespon rangsangan baru berdasarkan konsep-konseprangsangan sejenis yang telah dikenal sebelumnya.3) Tingkat klasifikatoris, pada tingkat ini individu akan nampaktelah dapat mengenal kesetaraan dua atau lebih rangsangan yangberbeda dari kelas yang sama, walaupun pada saat itu merekabelum dapat menentukan criteria atribut atau menentukan namakonsep rangsangan tersebut.4) Tingkat formal, pada tingkat ini individu sudah memilikikemampuan untuk menentukan atribut-atribut yang membatasikonsep suatu rangsangan, dengan demikian pada tingkat inimereka mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi namaatribut-atribut, dan mengevaluasi rangsangan.

25 Sutarto, Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika sebagai AlatBantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11 (054), 2005, h. 327

26 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPABerbasisi Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 14.

27 Sutarto, Op.Cit.,h. 332.

Page 31: Sains Teknologi Masyarakat

21

Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

penguasaan konsep dalam ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom

yang merupakan penguasaan bahan pelajaran yang berkenaan dengan

kemampuan berfikir setelah pembelajaran.

Bloom dan kawan-kawannya seperti yang dikutip oleh Suharsimi

Arikunto menyusun konsep taraf kompetensi kognitif ke dalam enam jenjang

atau tingkatan yang kompelksitasnya bertingkat.28

1. Mengingat berupa kemampuan untuk mempelajari fakta serta mengingat

kembali materi-ide-prinsip yang sudah dipelajari,

2.Pemahaman berupa kemampuan untuk menjelaskan ide dan konsep,

3.Penerapan yaitu kemampuan menggunakan materi yang sudah dipelajari

dalam situasi baru dan dunia nyata,

4.Menganalisa berupa kemampuan untuk menguraikan materi kedalam

bagian-bagian dan melihat hubungannya termasuk klasifikasi analisa dan

membedakan bagian-bagian,

5.Sintesis berupa kemampuan untuk menyesuaikan keputusan atau

serangkaian tindakan,

6.Evaluasi adalah kemampuan untuk membangkitkan produk baru, ide atau

cara pandang terhadap sesuatu.

Cara paling objektif untuk memperoleh kebenaran suatu konsep adalah

dengan menggunakan metode ilmiah. Suatu konsep dikatakan objektif jika

dapat dikonfirmasikan dengan kenyatannya, artinya symbol yang ada dalam

konsep tersebut dapat dileusuri keberadaanya di alam nyata.29 Dari beberapa

pengertian di atas, penguasaan konsep dapat diartikan kemampuan mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, dan menilai ide atau buah piker

seseorang atau sekelompok orang tentang alam nyata yang diperolehnya dari

fakta peristiwa, dan pengalaman.

28 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara2006),. h. 117-120

29 http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/discovery-inquiry-sts-fisika/Di akses tanggal 20 April 2009

Page 32: Sains Teknologi Masyarakat

22

Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam mengajarkan konsep,

yaitu sebagai berikut .

1. Tetapkan perilaku yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah

mempelajari konsep.

2. Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang

kompleks dan menjadi atribut-atribut dominant.

3. Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa.

4. Memberikan contoh-contoh yang positif dan negative mengenai konsep.

5. Menyajikan contoh-contoh.

6. Sambutan siswa dan penguatan ( reinforcement).

7. Menilai belajar konsep.30

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Konsep

Banyak faktor yang mempengaruhi penguasan konsep terhadap suatu

konsep pembelajaran, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam

memperbaiki penguasaan konsep siswa tidak akan terlepas dari faktor intern

siswa itu sendiri. Guru yang merupakan faktor ekstern dapat membantu

meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena guru dianggap sebagai salah

satu sumber belajar dan sumber informasi serta dapat diajak untuk

berkomunikasi secara langsung tentang permasalahan-permasalahan yang

dihadapi oleh siswa.

Motivasi dan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga sangat

mempengaruhi proses pembelajarn. Siswa yang memilki motifasi dan minat

yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran, akan lebih mudah menerima

pelajaran yang akan mempengaruhinya terhadap penguasaan konsep tertentu.

Siswa akan bekerja lebih keras jika mereka mempunyai minat dan perhatian

pada pembelajanya.

Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan

motivasi belajar siswa. Misalnya memberikan tugas yang jelas dan dapat

30 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta :PT. Bumi Aksara). h. 165 - 169

Page 33: Sains Teknologi Masyarakat

23

dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi siswa,

dan hukuman secara efektif dan tepat guna.

Selain itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus menggunakan

media yang tepat dan variasi metode pembelajaran agar konsep yang dipelajari

siswa mudah dimengerti.

Dengan menggunakan media pembelajaran dapat mempermudah proses

belajar siswa. Selain itu, penggunaan media pembelajaran bertujuan agar

proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien untuk tercapainya tujuan.

Dengan media yang tepat, mempermudah guru menyampaikan suatu konsep

tertentu dan siswa lebih mudah menerima dan mendapatkan suatu konsep

tertentu.

3. Sifat Konsep Energi

a. Usaha

Usaha alias Kerja yang dilambangkan dengan huruf W (Work-bahasa

inggris), digambarkan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh Gaya (F) ketika Gaya

bekerja pada benda hingga benda bergerak dalam jarak tertentu. Hal yang paling

sederhana adalah apabila Gaya (F) bernilai konstan (baik besar maupun arahnya)

dan benda yang dikenai Gaya bergerak pada lintasan lurus dan searah dengan arah

Gaya tersebut.31

Secara matematis, usaha yang dilakukan oleh gaya yang konstan

didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya yang searah dengan

perpindahan.

Persamaan matematisnya adalah :

W = Fs cos 0 = Fs (1) = Fs

31 Mikrajudin, IPA Terpadu SMP dan MTS, (Jakarta: Erlangga 2007). h. 33.

Page 34: Sains Teknologi Masyarakat

24

W adalah usaha alias kerja, F adalah besar gaya yang searah dengan

perpindahan dan s adalah besar perpindahan.

Apabila gaya konstan tidak searah dengan perpindahan, sebagaimana

tampak pada gambar di bawah, maka usaha yang dilakukan oleh gaya pada benda

didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan dengan komponen gaya yang

searah dengan perpindahan. Komponen gaya yang searah dengan perpindahan

adalah F cos

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Hasil perkalian antara besar gaya (F) dan besar perpindahan (s) di atas

merupakan bentuk perkalian titik atau perkalian skalar. Karenanya usaha masuk

dalam kategori besaran skalar. Pelajari lagi perkalian vektor dan skalar kalau

dirimu bingun… Persamaan di atas bisa ditulis dalam bentuk seperti ini:32

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGSUsaha (W) joule ergGaya (F) newton dyne

Perpindahan (

x )meter cm

32 Dedi Hidayat, Prinsip-prinsip Fisika, (Jakarta: Yudistira, 2000). h. 243.

Page 35: Sains Teknologi Masyarakat

25

Perlu anda pahami dengan baik bahwa sebuah gaya melakukan usaha

apabila benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Jika benda tidak

berpindah tempat maka gaya tidak melakukan usaha. Agar memudahkan

pemahaman anda, bayangkanlah anda sedang menenteng buku sambil diam di

tempat. Walaupun anda memberikan gaya pada buku tersebut, sebenarnya anda

tidak melakukan usaha karena buku tidak melakukan perpindahan. Ketika anda

menenteng atau menjinjing buku sambil berjalan lurus ke depan, ke belakang atau

ke samping, anda juga tidak melakukan usaha pada buku. Pada saat menenteng

buku atau menjinjing tas, arah gaya yang diberikan ke atas, tegak lurus dengan

arah perpindahan. Karena tegak lurus maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Cos

90o = 0, karenanya berdasarkan persamaan di atas, nilai usaha sama dengan nol.

Contoh lain adalah ketika dirimu mendorong tembok sampai puyeng… jika

tembok tidak berpindah tempat maka walaupun anda mendorong sampai banjir

keringat, anda tidak melakukan usaha. Kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah

gaya tidak melakukan usaha apabila gaya tidak menghasilkan perpindahan dan

arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan.

b. Energi

Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari

membutuhkan energi. Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi yang

diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk bergerak

dan energi itu diperoleh dari bahan bakar. Hewan juga membutuhkan energi untuk

hidup, sebagaimana manusia dan tumbuhan.

Energi merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam fisika.

Konsep yang sangat erat kaitannya dengan usaha adalah konsep energi. Secara

sederhana, energi merupakan kemampuan melakukan usaha. Definisi yang

sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau kurang valid untuk beberapa jenis

energi (misalnya energi panas atau energi cahaya tidak dapat melakukan kerja).

Definisi tersebut hanya bersifat umum. Secara umum, tanpa energi kita tidak

dapat melakukan kerja. Sebagai contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang

mogok, usaha alias kerja yang kita lakukan menggerakan sepeda motor tersebut.

Page 36: Sains Teknologi Masyarakat

26

Pada saat yang sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena

sebagian energi kimia dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor.

Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh

ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan

energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap.

Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk

energi menjadi bentuk energi lain.

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis energi. Energi kimia

pada bahan bakar membantu kita menggerakan kendaraan, demikian juga energi

kimia pada makanan membantu makhluk hidup bertahan hidup dan melakukan

kerja. Dengan adanya energi listrik, kita bisa menonton TV atau menyalakan

komputer sehingga bisa bermain game sepuasnya. Ini hanya beberapa contoh dari

sekian banyak jenis energi dalam kehidupan kita. Misalnya ketika kita

menyalakan lampu neon, energi listrik berubah menjadi energi cahaya. Energi

listrik juga bisa berubah menjadi energi panas (setrika listrik), energi gerak (kipas

angin) dan sebagainya. Banyak sekali contoh dalam kehidupan kita, dirimu bisa

memikirkan contoh lainnya. Secara umum, energi bermanfaat bagi kita ketika

energi mengalami perubahan bentuk, misalnya energi listrik berubah menjadi

energi gerak (kipas angin), atau energi kimia berubah menjadi energi gerak (mesin

kendaraan).

Pada kesempatan ini kita akan mempelajari dua jenis energi yang

sebenarnya selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni energi potensial

dan energi kinetik translasi. Energi potensial dapat berubah bentuk menjadi energi

kinetik ketika benda bergerak lurus dan sebaliknya energi kinetik juga bisa

berubah bentuk menjadi energi potensial. Total kedua energi ini disebut energi

mekanik, yang besarnya tetap alias kekal.

Page 37: Sains Teknologi Masyarakat

27

Energi Kinetik.

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang

bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya berbanding lurus dengan massa

benda dan kuadrat kecepatannya.33

Ek = ½ m v2

Ek = Energi kinetik ; m = massa benda ; v = kecepatan benda

SATUAN

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Energi kinetik (Ek) joule erg

Massa (m) Kg gr

Kecepatan (v) m/det cm/det

Usaha = perubahan energi kinetik.

W = Ek = Ek2 – Ek1

ENERGI POTENSIAL GRAFITASI

Energi potensial grafitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda

karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini juga disebut

energi diam, karena benda yang diam-pun dapat memiliki tenaga potensial.

Sebuah benda bermassa m digantung seperti di bawah ini.

g

h

33 Ibid, h. 250.

m

Page 38: Sains Teknologi Masyarakat

28

Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh.

Maka benda melakukan usaha, karena adanya gaya berat (w) yang menempuh

jarak h.

Besarnya Energi potensial benda sama dengan usaha yang sanggup

dilakukan gaya beratnya selama jatuh menempuh jarak h.

Ep = w . h = m . g . h

Ep = Energi potensial , w = berat benda , m = massa benda ; g = percepatan

grafitasi ; h = tinggi benda

SATUAN

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Energi Potensial (Ep) joule erg

Berat benda (w) newton dyne

Massa benda (m) Kg gr

Percepatan grafitasi (g) m/det2 cm/det2

Tinggi benda (h) m cm

Energi potensial grafitasi tergantung dari :

percepatan grafitasi bumi

kedudukan benda

massa benda

ENERGI POTENSIAL PEGAS.

Energi potensial yang dimiliki benda karena elastik pegas.

Gaya pegas (F) = k . x

Ep Pegas (Ep) = ½ k. x2

k = konstanta gaya pegas ; x = regangan

Hubungan usaha dengan Energi Potensial :

W = Ep = Ep1 – Ep2

ENERGI MEKANIK

Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan energi potensial

suatu benda.

Em = Ek + Ep

Page 39: Sains Teknologi Masyarakat

29

HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK.

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Jadi energi itu

adalah KEKAL.

Em1 = Em2

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2

4. Motivasi Belajar

Woodwort seperti dikutip oleh Wina Sanjaya mengatakan: “motive is a set

predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals”.

Suatu motif adalah suatu set yang bisa membuat individumelakukan kegiatan-

kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.34 Dengan demikian, perilaku atau

tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujian tertentu sangat

trergantung dari motivasi yang dimiliknya.

Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang

ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan

yang terdapat pada diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan

kegiatan tertentu untuk mencapai tujian tertentu.

Menurut Mc. Donald seperi dikutip oleh Sardiman dalam bukunya

interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, motivasi adalah perubahan energi

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului

34 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), h.27.

ENERGI

Bentuk Energi EK, EP, EM Perubahan Energi Hukum KekekalanEnergi

Page 40: Sains Teknologi Masyarakat

30

dengan tangggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian ini terlihat

bahwa dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu:35

a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu

manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi

dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. Dalam

hal ini motivasi rel;evan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan

emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong makhluk untuk bertingkah

laku atau bertindak ke arah tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang

diterapkan dalam kegiatan belajar. Menurut Hudoyo, motivasi belajar adalah

dorongan untuk mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh sehingga memiliki

pengertian yang lebih mendalam dalam bidang tersebut untuk

mengerahmendapatkan kepandaian.36 Dari pengertian motivasi belajar yang

dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu

dorongan atau kehendak untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang

timbul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Pembahasan macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut

pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang

disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berawal dari luar diri seseorang

yang disebut “motivasi ekstrinsik”.

1) Motivasi intrinsik

35Sardiman A. M, interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007), h. 73.

36”Motivasi Belajar” artikel diakses pada 19 Desember 2007 darihttp://www.damandiri.or.id/file/naniktunpabsbab2.pdf, h. 28.

Page 41: Sains Teknologi Masyarakat

31

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.37

Motivasi intrinsik juga dapat diartikan sebagai motivasi yang timbul dari

dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar.

Misalnya: keinginan untuk memahami suatu konsep; keinginan untuk

memperoleh pengetahuan, keinginan untuk memperoleh keterampilan, dan

sebagainya.

Apabila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dari dalam dirinya,

maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan

motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat

diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik

selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran

yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajajari akan dibutuhkan dan

sangat berguna di masa mendatang.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi

orang yan gterdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai yaitu belajar,

karena tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan dan menjadi seorang

ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan,

kebutuhan yang berisikan keharusan menjadi orang yang terdidik dan

berpengetahuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri

dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang dari luar atau motivasi yang datangnya dari luar individu.

Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan

belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak

37Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.1,h.149

Page 42: Sains Teknologi Masyarakat

32

mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk

mencapai angka tinggi, diploma, gelar, dan sebagainya.38

Perlu ditegaskan bahwa motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang

tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan

agar anak didik mau belajar. Hal ini disebabkan karena kemungkinan besar

keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen komponen

lain dalam proses pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga

diperlukan motivasi intrinsik.

Berdasarkan penjelasan macam-macam motivasi belajar di atas, baik

motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya merupakan

pendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul

karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Namun,

tentunya agar aktifitas dalam belajar tersebut memberikan kepuasan atau ganjaran

di akhir kegiatan belajar, maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk

belajar adalah motivasi intrinsik.

5. Hasil Penelitian Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

sains teknologi dan masyarakat antara lain adalah sebagai berikut:

I Made Wirata dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi

Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan Bantuan Diagnosis-

Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa

Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

terjadina peningkatan hasil belajar siswa dan siswa sudah cukup memahami, dan

mengenal berbagai perkembangan isu-isu sains, teknologi dan sosial, terutama

yang terkait erat dengan keadaan lingkungan di sekitar siswa.39

Ida Bagus Putu Arnyana dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III

38 Ibid., h.15139 I Made Wirata, Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan

Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika PadaSiswa Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli2000.

Page 43: Sains Teknologi Masyarakat

33

Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999”. Fokus masalah

yang terdapat dalam penelitian ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa

mengenai pembelajaran biologi karena dirasakan mata pelajaran biologi sebagai

beban yang harus diingat, dihafal, dipahami, dan tidak dirasakan maknanya dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga minat dan motivasi belajar siswa masih sangat

rendah. Untuk itu peneliti menggunakan model STM dalam pembelajaran biologi.

Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang

disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang tinggi.40

I Made Rideng dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat Terhadap

Hasil Belajar Siswa SLTP”. Hasil penelitiannya adalah kualitas proses belajar

mengajar untuk kelompok yang diajar dengan model pembelajaran IPA dengan

pendekatan sains teknologi dan masyarakat lebih baik dibandingkan dengan

kelompok yang diajar dengan pendekatan konvensional. skor rata-rata masing-

masing hasil pengamatan 2,96 dan 1,84 untuk skala 1-4. 41

Ni Ketut Rapi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA Dengan

Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP”. Temuan-temuan penelitian

ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat penguasaan siswa kelas eksperimen terhadap

konsep-konsep IPA adalah cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang sekali.

(2) literasi sains dan teknologi siswa kelas eksperimen berkualitas lebih dari

cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang. (3) pendekatan STM lebih efektif

daripada pendekatan konvensional dalam pembelajaran konsep suhu dan kalor. 42

40 Ida Bagus Putu Arnyana, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalamPembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999,Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000.

41 I Made Rideng,(2000) Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sainsteknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar SIswa SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja,no 4 TH. XXIII Januari. h.56

42 Ni Ketut Rapi, Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa MelaluiPembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP, Aneka WidyaSTKIP Singaraja, no 1 TH. XXII Januari 1999. h.175

Page 44: Sains Teknologi Masyarakat

34

B. Kerangka Pikir

Konsep-konsep fisika merupakan konsep yang cukup sulit untuk

dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, oleh karena itu

diperlukan metode yang menarik minat para siswa agar konsep fisika mudah

diserap dan dipahami oleh setiap siswa. Rendahnya penguasaan atau

pemahaman tidak terlepas dari penggunaan metode, model, atau pendekatan

pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik.

Salah satu model pengajaran yang tepat untuk membuat siswa

memahami terhadap konsep-konsep atau prinsip-prinsip fisika, dan juga

menanamkan pemahaman siswa terhadap teknologi yang berkaitan dengan

konsep tersebut, dan kemungkinan penggunaanya di dalam masyarakat atau

dalam kehidupan sehari-sehari yaitu melalui model STM.

Dalam model STM peserta didik mampu menghubungkan realitas

sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, peserta didik mampu

menggunakan berbagai jalan untuk mensikapi berbagai situasi yang

berkembang di dalam masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah dan peseta

didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki

tanggung jawab sosial.

Dengan demikian dapat diduga bahwa model STM akan dapat

mempertinggi pencapaian penguasaan konsep fisika siswa.

Page 45: Sains Teknologi Masyarakat

35

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian

dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh penerapan model STM

terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.

Masalah:D 1. Kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa

mengenai sains (fisika)2. Pembelajaran Usaha dan energy masih belum bersifat kontekstual3. Penguasaan konsep peserta didik pada topic Usaha dan Energi masih rendah

3

Siswa kurang termotivasi belajar fisika

1. Menjembatani antara sains teknologi masyarakat2. Memecahkan isu/masalah yang ada dalam masyarakat3. Siswa lebih cepat menguasai konsep pembelajaran

Penguasaan konsep siswa meningkat

Model pembelajaran yang mengaitkan antara sains, teknologi, dan masayarakat

Motivasi siswa meningkat

Page 46: Sains Teknologi Masyarakat

36

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen

atau eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan

dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel

yang relevan.1 Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N 48 Jakarta. Adapun waktu yang

diperlukan dalam kegiatan penulisan skripsi ini adalah pada Juli 2009 sampai Mei

2010. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai

Mei 2010.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah “pretest – posttest control group

design”.2 Sebelum proses pembelajaran dimulai dilakukan tes awal (pretest)

untuk kedua kelompok, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan

konsep siswa. Kemudian setelah akhir penelitian (selesai pertemuan pokok

bahasan) diadakan tes akhir (posttest) dengan butir yang sama pada kedua

kelompok. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah model sains teknologi

msayarakat. Setelah mendapatkan data, kemudian dianalisa untuk mengetahui

apakah penggunaan model sains teknologi masyarakat dalam pengajaran fisika

berpengaruh untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Skema disain

digambarkan sebagai berikut:

1Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman danPenguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165.

2 Ibid., h. 222.

Page 47: Sains Teknologi Masyarakat

37

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Subjek Pre-test Perlakuan Pos-test

Kelompok eksperimen X1 XA X2

Kelompok kontrol X1 XB X2

Pada Tabel 1 tersebut, XA adalah perlakuan (treatment) berupa penerapan

pendekatan STM pada kelompok A sedangkan XB adalah perlakuan

(treatment) berupa penerapan model konvensional.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruahn subjek

penelitian.3 Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa SMP N 48 Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini dibagi

menjadi 2 bagian yaitu :

Populasi target : Seluruh siswa SMP N 48 Jakarta Selatan.

Populasi terjangkau : Seluruh kelas VIII SMP N 48 Jakrta Selatan yang

berjumlah 7 kelas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.4 Artinya

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang

dipelajari sampel kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel yang

digunakan dalam penelitian yaitu kelas VIII-1 dan VIII-3 SMP Negeri 48 Jakarta.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau melalui teknik

“purposive sampling”, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.5

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2002), edisis revisi IV Cet. Ke-13, h. 1130

4 Ibid., h. 131.5Ibid., h. 139-140.

Page 48: Sains Teknologi Masyarakat

38

F. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono, “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”6 Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada

dua yaitu variabel x atau variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel y

atau variabel terikat (Dependent Variabel).

1. Variable bebas (Independent Variabel) yaitu model sains teknologi

masyarakat (STM)

a) Definisi konseptual model STM adalah pendekatan pengajaran yang

mengacu pada konsep yang terdapat di dalam kurikulum dan yang ada

masalah yang terdapat pada masyarakat sebagai dampak dari penerapan

teknologi.

b) Definisi operasional model STM adalah pengajaran yang diawali

dengan masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat yang

terkait dengan proses pembelajaran.

2. Variable terikat (Dependent Variable) yaitu penguasaan konsep fisika

a) Definisi konseptual yaitu penguasaan konsep adalah terjadinya

perubahan kepandaian, atau kemampuan seseorang dimana proses

tersebut berubah tahap demi tahap pada mata pelajaran fisika.

b) Definisi operasional yaitu penguasaan konsep adalah skor atau nilai

yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar pada

mata pelajaran fisika.

6 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2008), cet.13, h. 3.

Page 49: Sains Teknologi Masyarakat

39

G. Alur Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan berbagai tahapan sehingga

peneliti dapat mengetahui dengan pasti permasalahan apa yang ada dalam sekolah

tersebut.

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian

Akhir

Alur Penelitian

Pendahuluan

Pelaksanaan

Pretest

Penerapan Model Sains TeknologiMasyarakat

Posttest

Analisis Data

Hasil Penelitian

Penarikan Kesimpulan

Uji Coba +Analisis

Membuat Perangkat Pembelajaran

Masalah Pembelajaran

Survei Pendahuluan

Penyusunan Instrumen

Page 50: Sains Teknologi Masyarakat

40

Alur penelitian yang dibuat peneliti memiliki 3 tahapan, yaitu :

1. Pendahuluan

Dalam pendahuluan terdapat 5 tahapan yang dilakukan peneliti, yaitu a)

peneliti melakukan survei ke sekolah, b) megidentifikasi masalah pembelajaran, c)

melakukan penyusunan instrumen, d) membuat perangkat pembelajaran, dan e)

melakukan uji coba.

2. Pelaksanaan

Pada tahapan ini hasil dari uji coba instrumen diberikan kepada siswa sebelum

diterapkan model STM untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah itu,

diberikan model STM dalam pembelajaran dan terakhir kembali diberikan tes

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan model STM dalam

pembelajaran.

3. Akhir

Pada tahapan akhir peneliti membuat analisis data serta hasil penelitian yang

telah dilakukan dah terakhir memberikan kesimpulan terhadap penelitian.

H. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid dan aktual, maka peneliti melakukan

pengumpulan data dengan menggunakan dua buah data. Data utama adalah

penguasaan konsep fisika yang diperoleh dari penyelenggaraan pretest dan

posttest. Data penunjang penelitian adalah data hasil angket berupa motivasi yang

dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

I. Instrumen Penelitian

Jenis tes yang digunakan yaitu tes objektif penguasaan konsep fisika dalam

bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban, yaitu a, b, c, dan d.

Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur sejauh mana efektifitas model

STM untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa pada materi usaha dan

Page 51: Sains Teknologi Masyarakat

41

energi diperlukan data tentang kemampuan penguasaan konsep fisika siswa

sebelum dan sesudah perlakuan. Atas dasar ini, teknik pengambilan data

dilakukan dua kali dengan instrumen pengukuran berupa soal pilihan ganda yang

terdiri dari 20 soal, dengan pensekoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0. Tes yang diberikan sebelum perlakuan disebut tes awal (pretest),

dan tes yang diberikan setelah perlakuan disebut tes akhir (posttest).

1. Instrumen Tes

Berikut ini tabel penyusunan kisi-kisi instrumen tes untuk mengukur hasil

belajar fisika berdasarkan indikator yang akan dicapai

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep

Aspek KognitifNo IndikatorC1 C2 C3 C4

Jumlah

1Menjelaskan pengertianenergi dan contohnya dalamkehidupan sehari-hari.

1* 2* 2

2Mendeskripsika perubahanenergi dan contohnya dalamkehidupan sehari-hari

3* 4* 2

3Membedakan energi kinetikdan energi potensial.

7* 1

4Menghitung besar energikinetik dan energi potensial

8* 10* 2

5Menjelaskan hukumkekekalan energi

12*,13*

15* 3

6

Menjelaskan perbedaanantara sumber energi yangdapat diperbaharui denganenergi yang tidak dapatdiperbaharui.

16* 18* 2

7Menjelaskan pengertianusaha

19*20*,22*

23* 4

8Menganalisis hubunganantara usaha dan energipotensial serta kinetik

25* 26* 2

9Menganalisis hubunganantara usaha dan daya

28* 30* 2

Ket.

Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian

berdasarkan hasil uji coba instrument yang dilakukan.

Page 52: Sains Teknologi Masyarakat

42

2. Kalibrasi Instrumen

Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk penelitian terlebih dulu

harus dilakukan uji kelayakan yaitu: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan

daya pembeda. Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk

mengetahui bahwa tes yang akan dipakai memenuhi keempat kriteria tersebut.

a. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat

mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang di evaluasi tersebut. Uji validitas

adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang sebenarnya.

Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item

denmgan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini

digunakan rumus ”point biserial” :7

q

p

SD

MMr

t

tppbi

Keterangan:

rpbi = Koefisien Korelasi Pont Biserial

Mp = Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar

Mt = Mean skor total

SDt = Standar deviasi dari skor total

P = Proporsi peserta tes yang menjawab benar

Q = Proporsi peserta tes yang menjawab salah, q = 1 – p

Perhitungan uji validitas bisa dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan

terdapat 21 soal yang dinyatakan valid. Diantara 21 soal yang valid ini

selanjutnya akan dipilih kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat

digunakan dalam penelitian ini. Adapun butir soal yang valid terdapat pada

tabel 3.2.

7 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001),cet. 1, h. 187.

Page 53: Sains Teknologi Masyarakat

43

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut

dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan

rumus Spearman-Brown, yaitu :8

21

21

21

21

11 1

)(2

r

rr

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas instrument

21

21r : rxy yang disebutkan indeks korelasi antara dua belahan instrumen

Perhitungan uji reabilitis dapat dilihat pada lampiran 9. Metode yang

digunakan dalam perhitungan reliabilitas ini adalah metode ganjil-genap.

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen

tes ini adalah 0,91. Nilai ini termasuk kategori tinggi. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

c. Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal-soal yang diberikan termasuk ke dalam

kategori mudah, sedang, atau sukar, maka digunakna perhitungan taraf

kesukaran dengan rumus :9

sJ

Keterangan

P : Indeks kesukaran untuk setiap butir soal

B : Banyak Peserta didikyang menjawab benar

Js : Jumlah seluruh Peserta didikyang mengikuti tes

8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed.Revisi, cet. 8, h. 100-101.

9 Ibid, h 208

Page 54: Sains Teknologi Masyarakat

44

Penentuan kriteria indeks kesulitan soal sebagai berikut

Tabel 3.3 Katagori Derajat Kesukaran

Rentang Nilai Katagori

0,00 ≤ I < 0,30 Sukar

0,31 ≤ I < 0, 70 Sedang

0,71 ≤ I ≤ 1,00 Mudah

Perhitungan taraf kesukaran bias dilihat pada lampiran 10. Berdasarkan

hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang

diujicobakan terdapat 24 soal dinyatakan sedang, dan 6 soal dinyatakan sukar.

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang memiliki

derajat kesukaran sedang atau mudah. Dengan demikian, instrumen ini layak

untuk digunakan dalam penelitian ini.

d. Daya Pembeda Soal

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswayang tergolong

mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu

(lemah prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:10

D = PA – PB, dimana

PA =A

A

J

B dan PB =

B

B

J

B

Keterangan:

D = daya pembeda

PA = proporsi kelas atas

PB = proporsi kelas bawah

BA = banyak siswakelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal

BB = banyak siswakelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir soal

JA = jumlah siswakelas atas

JB = jumlah siswakelas bawah

10 Ibid, h. 213

Page 55: Sains Teknologi Masyarakat

45

Tabel 3.4 Katagori Daya Pembeda

Rentang Nilai Katagori

D < 0,20 jelek (poor)

D = 0,20 – 0,40 cukup (satisfactory)

D = 0,40 – 0,70 Baik (good)

D = 0,7 – 1 Sangat baik (excellent)

Perhitungan daya pembeda bisi dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan

hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang

diujicobakan terdapat 4 soal yang dinyatakan drop, 6 soal dinyatakan cukup,

12 dinyatakan baik, dan 8 soal dinyatakan baik sekali. Soal-soal yang layak

digunakan adalah soal yang memiliki daya beda yang baik sekali, baik, atau

cukup

3. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes dalam penelitian ini yaitu lembar angket motivasi belajar.

Dalam penelitian kuantitatif, lembar angket lebih sering digunakan sebagai alat

pelengkap instrumen lain. Angket pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

motivasi siswa pada pembelajaran model STM.

J. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan uji instrumen, maka dilakukan penelitian. Data yang

diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis supaya

hasilnya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji

hipotesis. Dalam pengolahan dan penganalisaan data tersebut digunakan statistik.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan statistik untuk pengolahan

data tersebut adalah:

Page 56: Sains Teknologi Masyarakat

46

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari

populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan tes

kecocokan chi-kuadrat, dengan rumus ;11

Ei

EioiX

22

Simbol Oi pada persamaan tersebut menunjukan frekuensi obserfasi

sedangkan simbol Ei menunjukan frekuensi ekspektasi (harapan). Kriteria

pengujian nilai chi-kuadrat adalah sebagai berikut:

a. Jika X2hitung ≤ X2

tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data terdistribusi

normal)

b. Jika X2hitung > X2

tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima ( data tidak terdistribusi

normal)

2. Uji Homogenitas

Sedangkan uju homogenitas varians yang digunakan adalah uji F, yaitu:12

kecilVariansi

besarVariansiF

Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut :

a. Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (homogen)

b. Fhitung > Ftabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima (tidak homogen)

3. Uji Hipotesis

Setelah prasyarat analisis data dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan

uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t ini digunakan untuk

membandingkan dua kelompok yang independen dan biasa digunakan

untuk membandingkan akibat dua treatment yang dilakukan pada suatu

penelitian. Uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan Uji Statistik13

11 M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 149-150.12 Ibid., h. 161.

Page 57: Sains Teknologi Masyarakat

47

t =

21

21

11

nndsg

XX

dengan

2

11

21

2211

nn

VnVndsg

Keterangan:

N1 = Jumlah sampel kelompok 1

N2 = Jumlah sampel kelompok 2

V1 = Varians data kelompok eksperimen 1 (sd1)2

V2 = Varians data kelompok kontrol 1 (sd2)2

dsg = nilai deviasi standar gabungan

1X = rata-rata data kelompok 1

2X = rata-rata data kelompok 2

4. Pengujian Hipotesis

Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:

Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Keterangan:

Ho = Hipotesis nihil

H1 = Hipotesis alternatif

µ1 = Penguasaan konsep peserta didik sesudah diberi pembelajaran dengan model

sains teknologi masyarakat

µ2 = Penguasaan kosep peserta didik sesudah diberi pembelajaran dengan model

konvensional

13Ibid., h. 161-162.

Page 58: Sains Teknologi Masyarakat

47

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data pretest diperoleh histogram seperti gambar 4.1

Gambar 4.1 Histogram Tes Penguasaan Konsep (Pretest) Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol

Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen tidak terdapat

siswa yang mendapatkan nilai pada interval 15-19, sedangkan pada kelas kontrol

sebanyak 3 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas

eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 20-24, pada kelas

kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 9 orang mendapat

nilai pada interval 25-29 pada kelas kontrol sebanyak 7 orang. Pada kelas

eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 30-34, pada kelas

kontrol sebanyak 10 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang

mendapatkan nilai pada interval 35-39, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada

kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval 40-44, pada

kelas kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai

terendah pada kelas eksperimen adalah 20, sedangkan pada kelas kontrol 15. Nilai

tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 40. Nilai rata-rata

0

2

4

6

8

10

12

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44

Jarak Antar Kelas

Jum

lah

Sisw

a

Kelas EksperimenKelas Kontrol

Page 59: Sains Teknologi Masyarakat

48

yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 42,6, siswa yang mendapat nilai

diatas rata-rata sebanyak 55%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata

sebanyak 45%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 42,7,

siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 47,5%, siswa yang mendapat

nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.

B. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data posttest diperoleh histogram seperti gambar 4.2

Gambar 4.2 Histogram Tes Penguasaan Konsep (Posttest) Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol

Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen terdapat 2 siswa

yang mendapatkan nilai pada interval 40-46, sedangkan pada kelas kontrol

sebanyak 2 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas

eksperimen sebanyak 1 orang mendapatkan nilai pada interval 47-53, sedangkan

pada kelas kontrol sebanyak 3 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang

mendapat nilai pada interval 54-60 sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 8

orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval

61-67, pada kelas kontrol sebanyak 9 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 4

orang mendapatkan nilai pada interval 68-74, pada kelas kontrol sebanyak 5

orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 14 orang mendapatkan nilai pada interval

0

2

4

6

8

10

12

14

16

40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81

Jarak Antar Kelas

Jum

lah

Sisw

a

Kelas EksperimenKelas Kontrol

Page 60: Sains Teknologi Masyarakat

49

75-81, pada kelas kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui

bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 40, sedangkan pada kelas

kontrol juga 40. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama

yaitu 81. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 68,34,

siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 50%, siswa yang mendapat

nilai dibawah rata-rata sebanyak 50%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang

diperoleh sebesar 62,42, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak

47,5%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian.

Tabel 4. 1

Rekapitulasi Data Hasil Instrumen Tes

Pretest PosttestDataEksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Skor Max 40 40 85 80Skor Min 20 15 45 40Rata-rata 29,53 28,93 68,34 62,42Median 30 29,25 69,7 62,46Modus 25 30,75 69,7 61,9

SD 5,56 7,27 11,29 9,68

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata nilai posttest pada

kelompomk eksperimen dengan menggunakan model sains teknologi masyarakat

sebesar 68,34 dan kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional sebesar

62,42. Jadi, dapat didapatkan bahwa dengan menggunakan model STM dalam

pembelajaran dapat meningkatkan nilai belajar siswa.

1. Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas VIII Kelompok Eksperimen dan

Kontrol

Berikuti ini adalah tabel rekapitulasi uji Nilai Normal Gain (N-Gain).

Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok BanyakSiswa

Rata-rataPretest

Rata-rataPosttest N-Gain Katagori

Eksperimen 32 39,5 67,9 0,47 SedangKontrol 31 28,93 62,42 0,40 Sedang

Page 61: Sains Teknologi Masyarakat

50

Data pada tabel tersebut di atas dapat divisualisasikan dalam histogram

berikut:

Gambar 4.3 Diagram Batang Penguasaan Konsep

Kelompok Eksperimen dan Kontrol

C. Hasil Instrumen Nontes

Berdasarkan angket motivasi belajar yang telah disebarkan pada akhir

pertemuan, didapatkan bahwa pada saat penerapan model pembelajaran STM

siswa termotivasi sehingga penguasaan konsep siswa meningkat. Hal ini bisa

dilihat pada hasil penyebaran angket motivasi belajar berikut.

Gambar 4.4 Persentase Angket Motivasi Siswa

pada Penerapan Model STM Soal No 1

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan

setuju jika waktu pelajaran fisika tiba, yaitu sebanyak 20 orang (62,5%),

sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan tidak setuju 6 orang (18,75%),

sangat setuju 4 orang (12,5%), dan sangat tidak setuju 2 orang (6,25%). Hal ini

Page 62: Sains Teknologi Masyarakat

51

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model STM siswa dapat termotivasi

dalam belajar fisika, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika.

Gambar 4.5 Persentase Angket Motivasi Siswa

pada Penerapan Model STM Soal No 2

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa

menyatakan tidak setuju jika waktu pelajaran fisika tiba mereka bercanda, yaitu

sebanyak 19 orang (59,375%), sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan

sangat tidak setuju 5 orang (15,625%), sangat setuju 3 orang (9,375%), dan setuju

5 orang (15,625%). Hal ini menunjukkan bahwa ketika pelajaran berlangsung

dengan menggunakan model STM siswa antusias dalam belajar fisika.

Gambar 4.6 Persentase Angket Motivasi Siswa

pada Penerapan Model STM Soal No 3

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan

sangat antusias bertanya ketika pelajaran fisika, yaitu sebanyak 18 orang

(56,25%), sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju 6 orang

(18,75%), tidak setuju 4 orang (12,5%), dan sangat tidak setuju 4 orang (12,5%).

Page 63: Sains Teknologi Masyarakat

52

Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model STM pada saat

pembelajaran siswa lebih aktif dalam bertanya.

Gambar 4.7 Persentase Angket Motivasi Siswa

pada Penerapan Model STM Soal No 4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian siswa

menyatakan tidak setuju, jika waktu pelajaran fisika tiba mereka malu untuk

bertanya, yaitu sebanyak 16 orang (50%), sedangkan sebagian siswa yang

menyatakan sangat tidak setuju 8 orang (25%), sangat setuju 3 orang (9,375%),

dan setuju 5 orang (15,625%). Hal ini menunjukkan bahwa ketika pelajaran

berlangsung dengan menggunakan model STM siswa selalu ingin bertanya ketika

ada yang belum dimengerti.

Gambar 4.8 Persentase Angket Motivasi Siswa

pada Penerapan Model STM Soal No 5

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan

setuju sebelum pelajaran fisika dimulai siswa belajar lebih dahulu di rumah, yaitu

sebanyak 15 orang (46,875%), sedangkan sebagian siswa yang menyatakan sangat

setuju 5 orang (15,625%), tidak setuju 8 orang (25%), dan sangat tidak setuju 4

Page 64: Sains Teknologi Masyarakat

53

orang (12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebelum dimulainya pelajaran fisika

siswa telah lebih dahulu membaca materi yang akan diajarkan.

Gambar 4.9 Persentase Angket Motivasi Siswa

pada Penerapan Model STM Soal No 6

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian siswa

menyatakan tidak setuju, jika siswa belajar pada saat ada ulangan saja , yaitu

sebanyak 17 orang (53.125%), sedangkan sebagian siswa yang menyatakan sangat

tidak setuju 8 orang (25%), sangat setuju 3 orang (9,375%), dan setuju 4 orang

(12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan model STM siswa lebih termotivasi

lagi untuk belajar di rumah walaupun tidak ada tugas.

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data instrumen nontes yang diperoleh

selama penelitian.

Tabel 4. 3

Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Non Tes

Indikator

1

Indikator

2

Indikator

3

Indikator

4

Indikator

5

Indikator

6

Sangat setuju 12,5% 9,375% 18,75% 9,375% 15,625% 9,375%

Setuju 62,5% 15,635% 56,25% 15,625% 46,875% 12,5%

Tidak Setuju 18,75% 59,375% 12,5% 50% 25% 53,125%

Sangat Tidak Setuju 6,25% 15,625% 12,5% 25% 12,5% 25%

Page 65: Sains Teknologi Masyarakat

54

D. Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Data variabel penelitian yang dianalisis dengan menggunakan statistik

inferensial melalui uji perbedaan rata-rata dengan analisis varians faktorial satu

jalur harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya adalah:

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui

apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari

ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan

dengan menggunakan statistik kai kuadrat χ. Berdasarkan hasil pengujian

normalitas posttest dari kelompok eksperimen didapatkan X2hitung adalah

4,0505 dan X2tabel adalah 7,81 (perhitungan lengkap lihat lampiran 26).

Begitu juga pada kelas kontrol didapatkan X2hitung adalah 2,0848 dan X2

tabel

adalah 7,81 Penghitungan uji normalitas untuk data posttest ini disajikan pada

lampiran 24 dan Lampiran 25. Berikut adalah hasinya:

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No. Kelompok Χ2hitung Χ2

tabel Keputusan

1 Eksperimen 4,0505 7,81 Data terdisrtibusi normal

2 Kontrol 2,0848 7,81 Data terdisrtibusi normal

Nilai χ2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat

pada taraf signifikansi 5% kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan

pengujian hipotesis normalitas yaitu jika X2hitung X2

tabel maka data

dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika X2hitung > X2

tabel maka

data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel 4.11 tersebut terlihat

bahwa semua nilai X2hitung data lebih kecil dari nilai X2

tabel maka dinyatakan

semua data berdisrtibusi normal.

Page 66: Sains Teknologi Masyarakat

55

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui

apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari

ciri-ciri data yang berdistribusi homogen. Pengujian homogenitas dilakukan

uji perbedaan varians δ2 dengan menggunakan statistik F atau uji-F. Pengujian

homogenitas data posttest penguasaan konsep fisika kelompok eksperimen

dan data posttest penguasaan konsep fisika kelompok kontrol menghasilkan

harga Fhtung sebesar 1,3603 sedangkan Ftabel sebesar 1,84. Pengujian homogen

disajikan pada lampiran 26. Berikut ini adalah hasinya:

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Kelompok Varians Fhitung Ftabel Keputusan

1 Eksperimen 127,4641

2 Kontrol 9370241,3603 1,84 Kedua data homogen

Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji

homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas

yaitu jika nilai Fhitung Ftabel maka semua data memiliki varians homogen.

Sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka semua data memiliki varians tidah

homogen. Tampak bahwa hasil penghitungan tersebut nilai Fhitung Ftabel

sehingga dinyatakan semua data memiliki varians homogen.

Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis terhadap data dari

kedua kelompok di atas, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat

dianalisis dengan menggunakan uji t dapat dilakukan.

2. Uji Hipotesis

Setelah diketahui dan dinyatakan bahwa data hasil posttest berdistribusi

normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.

Adapun kriterianya adalah:

Ho : µX1 < µX2

H1 : µX1 > µX2

Page 67: Sains Teknologi Masyarakat

56

Ho : Tidak terdapat pengaruh model sains teknologi masyarakat pada

pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep siswa.

H1 : Terdapat pengaruh model sains teknologi masyarakat pada pembelajaran

fisika terhadap penguasaan konsep siswa.

µX1 :Nilai rata-rata kelas eksperimen

µX2 :Nilai rata-rata kelas kontrol

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar

2,22 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1,996 ini berarti H0 ditolak dan H1

diterima pada taraf signifikansi 05,0 . Dengan demikian penelitian ini bisa

menguji kebenaran hipotesis yaitu “terdapat pengaruh penerapan model sains

teknologi masyarakat untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada topik

usaha dan energy”. Penghitungan uji hipotesis disajikan dilampiran 27. Hasil

rekap analisis anava satu jalur pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji t

Kelompok N mean Dsg t hitung T tabel Kesimpulan

Eksperimen 32 68,34

Kontrol 31 62,4210,61 2,22 1,996 Ho ditolak

Hasil perolehan posttest pada kelas eksperimen mencapai rata-rata yang

lebih tinggi dari pada rata-rata kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen setelah diberikan

perlakuan berupa model sains teknologi masyarakat lebih tinggi dari pada

peningkatan penguasaan konsep siswa kelas kontrol yang diberi perlakuan berupa

metode konvensional.

Ternyata perolehan nilai rata-rata yang lebih tinggi oleh kelas eksperimen

diikuti dengan peningkatan nilai deviasi standar. Sehingga nilai deviasi standarnya

justru lebih besar dari pada nilai standar deviasi kontrol. Fakta ini menunjukkan

bahwa keragaman kemampuan siswa kelas eksperimen setelah diberikan

perlakuan model sains teknologi masyarakat lebih tidak merata dari pada kelas

kontrol setelah diberi perlakuan berupa penerapan konvensional. Berbeda dengan

Page 68: Sains Teknologi Masyarakat

57

itu, kelas kontrol walaupun keragaman kemampuannya lebih merata dari pada

kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan, namun peningkatan

kemampuannya lebih kecil dari pada kelas eksperimen.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Temuan yang diperoleh selama penelitian adalah bahwa kelompok

eksperimen yang menggunakan model STM dalam pembelajaran fisika lebih baik

dari pada kelompok kontrol yang menggunakan model konvensional. Pernyataan

ini didasarkan pada perolehan rata-rata nilai posttest yaitu, untuk kelompok

eksperimen nilai rata-rata sebesar 68,34 dan untuk kelompok kontrol sebesar

62,42.

Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis dengan uji-t, terbukti bahwa

hipotesis alternatif (h1) yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Hasil

pengujian hipotesis meyimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran

STM terhadap peningkatan penguasaan konsep fisika siswa pada konsep usaha

dan energi, yang ditunjukan dengan perolehan thitung sebesar 2,22 ternyata lebih

besar dari ttabel sebesar 1,996 dengan taraf signifikasi 5 %. Hasil penelitian ini

memberikan informasi khususnya kepada guru fisika bahwa model pembelajaran

STM berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep

fisika siswa..

Hal ini terbukti dengan terlihatnya peningkatan penguasaan konsep siswa

dengan menggunakan model STM, yang diperoleh dari nilai normal gain. Nilai

rata-rata masing kelompok yaitu, untuk kelompok eksperimen dengan gain 0,47

dan kelompok kontrol 0,40, walaupun pada pengkategorian kedua kelas

dikategorikan sedang, tetap saja terlihat nilai rata-rata N-Gain kelompok

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontro.

Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi Nur Widayanti1 Hasil

Penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) peningkatan penguasaan konsep siswa

1 Dewi Nur Widayanti, Pengaruh Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)

Pada Proses Pembelajaran IPA Biologi Materi Ekosistem Terhadap Penguasaan Konsep dan

Sikap Positif Siswa Kelas VII SMP N 5 Wates, http://one.indoskripsi.com

Page 69: Sains Teknologi Masyarakat

58

materi ekosistem menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat (STM)

lebih tinggi dibandingkan kelas yang tidak menggunakan pendekatan STM, dan

(2) jumlah siswa yang memunculkan sikap positif melalui pendekatan STM

materi ekosistem lebih tinggi dibandingkan kelas yang tidak menggunakan

pendekatan STM. Selain itu sejalan juga dengan penelitian Ita Pahitah2, dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat

memberikan pengaruh yang positif bagi siswa dalam mempelajari konsep reaksi

oksidasi reduksi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan

pendekatan konvensional.

Dari deskripsi data, dapat dilihat bahwa penguasaan konsep siswa yang

diajarkan dengan model sains teknologi masyarakat lebih tinggi daripada siswa

yang diajarkan dengan model konvensional. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,

hal ini disebabkan karena siswa yang diajar dengan model sains teknologi

masyarakat mempunyai kesempatan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Model sains teknologi masyarakat juga melatih siswa untuk

memadukan antara konsep yang telah diperoleh dari penjelasan guru di kelas

dengan konsep yang didapat oleh mereka sendiri baik dari buku-buku maupun

internet. Dalam hal ini siswa diajarkan untuk dapat bekerja sama secara

berkelompok dalam memecahkan masalah dan membuat alternatif untuk

mengatasi permasalahan atau topik yang sedang dikaji.

Data angket menunjukkan bahwa siswa bisa diajak mereformasi strategi

pembelajaran menuju pada pembelajaran yang lebih menekankan pada bagaimana

menggali pengetahuan tidak semata-mata menerima pengetahuan. Artinya dalam

pembelajaran STM siswa berperan aktif dalam menentukan proses pembelajaran.

Dari hasil analisis terhadap butir pernyataan angket menunjukkan bahwa siswa

merasa lebih tertarik belajar fisika dengan model STM karena pembelajaran fisika

dirasakan lebih bermanfaat untuk mempelajari fenomena alam dan teknologi yang

2 Ita Pahitah, (2008) Pengaruh Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi, Skripsi S1 JurusanPendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UINSyarif Hidayatullah Jakarta.

Page 70: Sains Teknologi Masyarakat

59

ditemukan sehari-hari. Misalkan dari analisis angket soal nomer 1 didapatkan

bahwa ternyata siswa tertarik dengan adanya model pembelajaran STM dalam

kegiatan belajar mengajar dikarenakan dalam model tersebut dikaitkan antara

pembelajaran yg diajarkan di sekolah dengan teknologi yang ada di sekitar

lingkungan.

Model sains teknologi masyarakat merupakan pembelajaran yang

berlandaskan pada teori belajar kontruktivisme, yang pada prinsipnya siswa akan

membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan

lingkungan sekitarnya. Model pembelajaran STM merupakan suatu inovasi

pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori

secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik serta dapat

mengaplikasikannya kedalam teknologi.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari penguasaan konsep dan

motivasi siswa, disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara

penguasaan konsep dengan motivasi siswa. Sesuai dengan hasil pengujian

hipotesis, terbukti bahwa hipotesis alternatif (h1) yang diajukan secara signifikan

dapat diterima, dengan perolehan nilai t hitung > t tabel. Hasil pengujian hipotesis

meyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara penguasaan konsep

dengan motivasi siswa. Dengan demikian diketahui bahwa siswa yang memiliki

penguasaan konsep yang tinggi atau peningkatan belajar yang tinggi memiliki

motivasi terhadap pembelajaran STM yang tinggi pula. Sebaliknya jika siswa

memiliki penguasaan konsep yang rendah atau tidak terdapat peningkatan

penguasaan konsep maka, motivasi siswa terhadap pembelajaran STM juga

rendah.

F. Keterbatasan Penelitian

Pada akhir penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disampaikan yang

terkait selama proses penelitian, antara lain:

1. Waktu yang relatif singkat yakni selama kurang lebih satu bulan, sehingga

tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan secara utuh kemampuan siswa

secara keseluruhan

Page 71: Sains Teknologi Masyarakat

60

2. Sarana dan prasarana (alat-alat laboratorium) di sekolah yang kurang

mendukung.

3. Siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang berpusat pada mereka,

maka perlu usaha dari guru untuk memfariasikan model atau strategi

pembelajaran agar siswa paham dengan materi yang ada sehingga penguasaan

konsep siswa menjadi lebih baik.

Page 72: Sains Teknologi Masyarakat

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya,

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Penguasaan konsep fisika peserta didik pada topik Usaha dan Energi

mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari skor pretest yang diperoleh

peserta didik sebesar 39,5 dan setelah diberika tindakan berupa model STM

rerata skor posttest menjadi 68,34. Dilihat dari rerata hasil posttest peserta

didik sudah mencapai standar ketuntasan minimum dalam pembelajaran fisika

(65). Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada topik

Usaha dan Energi dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran

STM.

2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terbukti bahwa hipotesis alternatif (H1)

yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis

menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep fisika dengan

menggunakan penerapan model pembelajaran STM, yang ditunjukkan thitung

sebesar 2,22 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1,996 pada pengujian satu

arah dengan 05,0 . Dan hasilnya thitung = 2,22 > ttabel = 1,996.

3. Model STM ternyata cukup efektif diterapkan pada mata pelajaran fisika

khusunya pada konsep Usaha dan Energi. Hal ini dapat dilihat dari motivasi

yang baik yang dilakukan oleh peserta didik.

B. Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu alternatif model

pembelajaran yang menekankan pada pengembangan sains dan teknologi

dalam kehidupan masyarakat.

61

Page 73: Sains Teknologi Masyarakat

62

2. Setiap guru harus pandai dalam memilih dan menentukan model

pembelajaran, metode, pendekatan, strategi dalam kegiatan belajar mengajar

agar peserta didik tidak selalu menerima informasi hanya dari guru saja.

3. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menerapkan model STM, maka

disarankan untuk meninjau pembelajaran pada ranah afektif atau ranah

psikomotorik.

Page 74: Sains Teknologi Masyarakat

63

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PTRineka Cipta.

A. M, Sadirman. (2007). interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Bagus Putu Arnyana, Ida. (2000). Penerapan Pendekatan Sains TeknologiMasyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999, Aneka Widya STKIP Singaraja,No. 3 TH. XXXIII

Djamarah, S Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bakar, E, dkk. (2006). Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And Their Impilication In Society, Eurasia Journal ofMathematics, Science and Technology Education, Volume 2, Number 3.

Edward Hollenbeck, J. (1998). Scince, Technology and Society:an AmericanApproach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools,Europe: A Plenary Presentation to the Foundation for Environmental

E. Yeger, R. (1999). Assessment Results with the Science/Technology/SocietyApproach.

E. Yager, R and Rustam Roy. (2000). STS: Most Pervasive and Most Radical ofReform Appoarches to “Science” Education, The University of Lowa andPennsylvania State University.

Faiq Dzaki, M. TeoriKonstruktivismehttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teorikonstruktivisme_06

Fajar, Arnie. (2004). Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT RemajaRosda Karya.

Hamalik, O. (2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Jakarta : PT. Bumi Aksara

Kasiram, Moh. (2008). Metodologi Penelitian: Refleksi PengembanganPemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UINMalang

Page 75: Sains Teknologi Masyarakat

64

Ketut Rapi, Ni. (1999). Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi SiswaMelalui Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi danmasyarakat di SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 1 TH. XXII

K. Prasetyo, Z. (2006). Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: UniversitasTerbuka Departemen Pendidikan Nasional

Maronta Golib, La. (2002). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat DalamPembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.034 Tahun ke-8.

Nurohman, S. (2007). Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat(STM) Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life SkillsPeserta Didik, Pendidikan Fisika FMIPA UNY

Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Purwanto. (2008). Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (MultipleInelligences) Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STMDalam Pembelajaran Fisika, Yogyakarta, Dinas Pendidikan KotaYogyakarta

Rideng, I Made. (2000). Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan PendekatanSains teknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar SIswa SLTP,Aneka Widya STKIP Singaraja, no 4 TH. XXIII

Rumansyah dan Irhasyuarna. (2001). Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di KalimantanSelatan , Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7.

Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna. (2003). Implementasi Pendekatan STMdalam Pembelajaran Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, JurnalPendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9

S. Aikenhead, G. (2005). Research Into STS Science Education, (Canada :University of Sasakatchewan.

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Sadia, I Wayan. 1999. Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan TingkatPertama (SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, Aneka WidyaSTKIP Singaraja.

Page 76: Sains Teknologi Masyarakat

65

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan, Jakarta:Kencana Prenada Media.

Sujanem, R. (2002). Penerapan Bahan Ajar yang Berwawasan Pendekatan STMSebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PraktikumFisika Dasar, Sikap Ilmiah, Literasi Sains dan Teknologi MahasiswaPendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP Negeri SingarajaNo. 1 Th. XXXV.

Sofyan, A. dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisi Kompetensi,Jakarta: UIN Jakarta Press.

Subana, M dan Sudrajat. (2001). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung:Pustaka Setia.

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sutarto. (2005). Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisikasebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan danKebudayaan, 11.

Syah, M. (2008). PsikologiBelajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Utomo, P. Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//IlmuanMuda.Wordpress.com. diakses tanggal 15 Januari 2010.

Wirata, I Made. (2000). Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat(STM) dengan Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya MeningkatkanKualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 5Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII

Page 77: Sains Teknologi Masyarakat

66

Lampiran 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk Pengisian

1. Materi dalam instrumen ini adalah materi pelajaran fisika yang dibatasi hanya

pada konsep zat kelas VIII semester genap tingkat SLTP.

2. Instrumen ini berbentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat alternative

jawaban a, b, c dan d.

3. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat a, b, c atau d dengan

memberi tanda silang (X) pada lembar pertanyaan dibawah ini.

4. Waktu dalam mengisi instrument ini adalah 90 menit.

5. Instrumen penelitian ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak

mempengaruhi nilai siswa.

6. Sebelum menjawab pertanyaan terlebih dahulu tulis nama, kelas dan nama

sekolah dengan lengkap pada kolom dibawah ini.

7. Atas partisipasi dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

8. Awali pengisian jawaban ini dengan mengucap basmalah.

Nama

Kelas

Sekolah

:

:

:

……………………………………

……………………………………

……………………………………

Jakarta, 26 April 2010

Penulis

Page 78: Sains Teknologi Masyarakat

67

1. Apabila akan menyalakan kompor diperlukan energi, begitu pula ketika akan

mengayuh sepeda maka kita memerlukan energi agar sepeda itu bergerak.

Jadi, energi adalah . . . (C1)

a. kemampuan benda melakukan gaya

b. kemampuan benda melakukan kerja

c. kemampuan benda melakukan kecepatan

d. kemampuan benda melakukan percepata

2. Ketika kita mendengar nama Negara Belanda maka yang ada dibayangan kita

adalah kicir angin. Jika angin bertiup maka kicir angin akan berputar. Pada

peristiwa ini energi yang terjadi ketika kicir itu berputar adalah. . . . (C2)

a. angin c. listrik

b. air d. matahari

3. Konversi energi adalah . . . . (C1)

a. kemempuan untuk melakukan usaha

b. energi yang dihasilakn oleh gerakan partikel penyusunnya

c. perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain

d. perubahan energi yang dimiliki benda karena ke adaannya

4. Gambar disamping merupakan kereta api tercepat dunia

dengan kecepatan resmi, 581 km/jam . Kereta super cepat ini

telah menggunakan teknologi Magnetic Levitation (Maglev),

sehingga dapat melayang di atas rel dengan magnet

berkekuatan tinggi. Perubahan energi yang terjadi pada kereta tersebut adalah..

(C2)

a. energi magnet – energi gerak

b. energi magnet – energi bunyi

c. energi listrik – energi magnet

d. energi listrik – energi panas

Page 79: Sains Teknologi Masyarakat

68

5. Berikut adalah empat dasar pemikiran menyangkut konsversi energi atau

penghematan energi, yaitu . . . .

(1) laju konsumsi energi dewasa ini cenderung meningkat

(2) keterbatasan jumlah energi yang dapat diperbaharui

(3) penggunaan energi yang menurun

(4) ketergantungan masyarakat terhadap energi yang tidak dapat diperbaharui

sangat besar

Pernyataan yang benar adalah . . . . (C2)

a. (1) saja c. (3) saja

b. (2) saja d. (4) saja

6. Gambar disamping merupakan air terjun

Victoria yang terletak di sungai

Zimbabwe. Air terjun ini memiliki lebar

kira-kira 1 mil (1,6 km), dengan

ketinggian 128m (420 kaki). Air terjun

memiliki energi . . . (C1)

a. Kinetik c. Listrik

b. Potensial √ d. Gravitasi

7. Perhatikan gambar disamping.

Sebuah kelereng dalam keadaan diam diletakan di atas.

Ketika kita sentuh dengan menggunakan jari maka kelereng

tersebut akan jatuh ke lantai. Peristiwa jatuhnya kelereng ke

lantai menunjukan bahwa kelereng tersebut memiliki

energi . . . .. (C1)

a. potensial c. kinetik

b. gravitasi d. bunyi

8. Energi potensial adalah . . . . (C1)

a. energi yang timbul karena letak suatu benda

b. energi yang dipunyai oleh suatu benda yang bergerak

Page 80: Sains Teknologi Masyarakat

69

c. energi yang dihasilkan oleh gerakan partikel penyusun benda

d. energi yang dihasikan oleh arus listrik

9. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s.

Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . . (C2)

a. 4.000 joule c. 40.000 joule

b. 16.000 joule d. 1.600 joule

10. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah (g

= 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut 350

joule, maka massa benda tersebut adalah . . . . (C3)

a. 50 kg c. 5 kg

b. 500 kg d. 5000 kg

11. Sebuah benda dijatuhkan dari keringgian 5 m di atas tanah. Pada saat

mengenai taanh, benda tersebut memperoleh energi kinetik sebesar 450 joule,

maka massa benda itu adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C3)

a. 90 kg c. 100 kg

b. 9 kg d. 10 kg

12. Bunyi hukum kekekalan energi adalah. . . . (C1)

a. energi dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke

bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan energi.

b. energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu

bentuk ke bentuk lain.

c. energi dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk

ke bentuk lain.

d. energi tidak dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke

bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan jumlah energi.

13. Hubungan antara energi mekanik, potensial dan kinetik secara matematis

ditulis dengan... (C1)

Page 81: Sains Teknologi Masyarakat

70

a. E kpM EE c. EkEpEm

b. E kpM EE d.Ek

EpEm

14. Sebuah benda dengan massa 1 kg didorong dari permukaan meja hingga

kecepatan pada saat lepas dari bibir meja adalah 2 m/s. Energi mekanik benda

pada saat ketinggian dari tanah 1 m adalah . . . .(g=10m/s 2 ) (C2)

a. 2 joule c. 12 joule

b. 10 joule d. 22 joule

15. Suatu mesin mempunyai energi mekanik sebesar 750 joule pada saat mesin

mempunyai energi potesnsial sebesar 100 joule, maka besar energi kinetik

mesin tersebut adalah . . . . (C3)

a. 850 J c. 650 J

b. 800 J d. 600 J

16. Perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat

diperbaharui adalah . . . . (C1)

a. sumber energi yang dapat diperbaharui terbatas di alam sedangkan yang

tidak dapat diperbaharui tidak terbatas

b. sumber energi yang dapat diperbaharui tidak terbatas di alam sedangkan

sumber energi yang tidak dapat diperbaharui terbatas

c. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang bisa

dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat

diperbaharui tidak

d. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang tidak

dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat

diperbaharui sering dimanfaatkan

17. Contoh penggunaan energi matahari secara langsung oleh manusia adalah. . . .

(C1)

a. setrika listrik c. terjadinya air terjun

Page 82: Sains Teknologi Masyarakat

71

b. kalkulator d. menjemur pakaian

18. Berikut merupakan beberapa sumber energi.

1 2 3 4

Yang termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui adalah. . . . (C2)

a. 1 dan 2 c. 1, 2, dan 4

b. 3 dan 4 d. 2, 3, dan 4

19. Usaha merupakan. . . . (C1)

a. hasil kali antara gaya dengan perpindahan.

b. hasil kali antara gaya dengan kecepatan.

c. hasil kali antara gaya dengan waktu.

a. hasil kali antara gaya dengan percepatan

20. Seekor sapi menarik pedati sejau 2 km pada jalan yang lurus. Jika gaya tarik

sapi kira-kira 5 N, maka usaha yang dilakukan sapi adalah . . . . (C2)

a. 10 J c. 1000 J

b. 10000 J √ d. 100 J

21. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule. Jika

massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah 250 N,

maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . . (C3)

a. 2 m c. 4 m

b. 3 m d. 5 m

22. Seorang anak mendorong meja sejauh 2 m dengan gaya 50 N, maka usaha

yang dilakukan anak tersebut untuk mendorong meja adalah . . . . (C2)

a. 100 joule c. 25 joule

Page 83: Sains Teknologi Masyarakat

72

b. 50 joule d. 75 joule

23. Sebuah bus mogok di tengah jalan. Beberapa orang turun untuk mendorong

bus tersebut. Masing-masing orang mengeluarkan gaya 200 N, 300 N, 400 N,

dan sisanya p N. Jika usaha yang digunakan untuk mengeser bus ke pinggir

jalan sejauh 4 m adalah 4,6 kj, maka harga p adalah . . . . (C4)

a. 200 N c. 300 N

b. 250 N d. 350 N

24. Seorang anak menarik mobil mainan menggunakan tali dengan gaya sebesar

20 N. Tali tersebut membentuk sudut 30o terhadap permukaan tanah. Jika

mobil mainan berpindah sejauh 10 meter dan usaha total yang dilakukan anak

tersebut adalah 153 joule, maka gaya gesekan tanah dengan roda mobil

mainan adalah . . . . (C4)

a. 2 N √ c. 6 N

b. 4 N d. 8 N

25. Energi potensial yang dimiliki pohon kelapa pada ketinggian 8 m di atas

permukaan tanah adalah 320 joule, maka massa kelapa pada pohon tersebut

adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C3)

a. 4 N c. 2 N

b. 40 N d. 20 N

26. Usaha total yang dilakukan Ronaldo untuk menendang bola dari keadaan diam

sehingga bergerak lurus menuju gawang dengan kelajuan 30 m/s adalah 67,5

joule, maka massa bola yang ditendang oleh Ronaldo adalah . . . . (C4)

a. 150 meter c. 1,5 meter

b. 15 meter d. 0,15 meter

27. Hubungan dari besarnya usaha dan daya secara matematis dirumuskan

dengan. . . . (C1)

a.t

wp c. wpt

Page 84: Sains Teknologi Masyarakat

73

b.w

tp d.

w

pt

28. Sebuah pesawat sederhana mempunyai daya 100 watt. Apabila pesawat

melakukan usaha selama 20 s, maka usaha pesawat tersebut adalah . . . (C3)

a. 5 joule c. 120 joule

b. 100 joule d. 2.000 joule

29. Andi yang bermassa 60 kg menaiki tangga selama 4 sekon. Apabila ketinggian

vertikal tangga tersebut adalah 4 meter, maka daya Andi menaiki tangga

tersebut adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C2)

a. 400 watt c. 600 watt

b. 500 watt d. 700 watt

30. Seorang anak mampu mendorong meja sejauh 5 meter dengan daya sebesar 5

watt. Jika waktu yang diperlukan anak mendorong meja 30 detik, maka gaya

anak tersebut adalah . . . . (C4)

a. 10 N c. 30 N

b. 20 N d. 40 N

Page 85: Sains Teknologi Masyarakat

74

Lampiran 2

KUNCI JAWABAN

1 B 11 B 21 C2 A 12 D 22 A3 C 13 A 23 B4 A 14 C 24 A5 A 15 D 25 A6 B 16 B 26 D7 C 17 D 27 A8 A 18 B 28 D9 C 19 A 29 C10 C 20 B 30 C

Page 86: Sains Teknologi Masyarakat

75

Lampiran 3

SOAL PRETEST DAN POSTES

Nama : ...............................................

Kelas : ...............................................

Sekolah : ...............................................

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah soal dengan teliti sebelum menjawab.

2. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap paling mudah

3. jawaban dikerjakan dengan memberikan tanda silang (X) sesuai dengan

jawaban yang dianggap paling benar.

4. Periksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan.

5. Awali pengisian jawaban ini dengan mengucap basmalah.

1. Apabila akan menyalakan kompor diperlukan energi, begitu pula ketika akan

mengayuh sepeda maka kita memerlukan energi agar sepeda itu bergerak.

Jadi, energi adalah . . .

a. kemampuan benda melakukan gaya

b. kemampuan benda melakukan kerja

c. kemampuan benda melakukan kecepatan

d. kemampuan benda melakukan percepata

2. Ketika kita mendengar nama Negara Belanda maka yang ada dibayangan kita

adalah kicir angin. Jika angin bertiup maka kicir angin akan berputar. Pada

peristiwa ini energi yang terjadi ketika kicir itu berputar adalah. . . .

a. angin c. listrik

b. air d. matahari

3. Konversi energi adalah . . . .

a. kemempuan untuk melakukan usaha

Page 87: Sains Teknologi Masyarakat

76

b. energi yang dihasilakn oleh gerakan partikel penyusunnya

c. perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain

d. perubahan energi yang dimiliki benda karena ke adaannya

4. Gambar disamping merupakan kereta api tercepat dunia

dengan kecepatan resmi, 581 km/jam . Kereta super cepat ini

telah menggunakan teknologi Magnetic Levitation (Maglev),

sehingga dapat melayang di atas rel dengan magnet

berkekuatan tinggi. Perubahan energi yang terjadi pada

kereta tersebut adalah . . .

a. energi magnet – energi gerak

b. energi magnet – energi bunyi

c. energi listrik – energi magnet

d. energi listrik – energi panas

5. Perhatikan gambar disamping.

Sebuah kelereng dalam keadaan diam diletakan di atas.

Ketika kita sentuh dengan menggunakan jari maka kelereng

tersebut jatuh ke lantai. Peristiwa jatuhnya kelereng ke

lantai menunjukan bahwa kelereng tersebut memiliki

energi . . . ..

a. potensial c. kinetik

b. gravitasi d. bunyi

6. Energi potensial adalah . . . .

a. energi yang timbul karena letak suatu benda

b. energi yang dipunyai oleh suatu benda yang bergerak

c. energi yang dihasilkan oleh gerakan partikel penyusun benda

d. energi yang dihasikan oleh arus listrik

7. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah (g

= 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut 350

joule, maka massa benda tersebut adalah . . . .

a. 50 kg c. 5 kg

Page 88: Sains Teknologi Masyarakat

77

b. 500 kg d. 5000 kg

8. Bunyi hukum kekekalan energi adalah. . . .

a. energi dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke

bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan energi.

b. energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu

bentuk ke bentuk lain.

c. energi dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk

ke bentuk lain.

d. energi tidak dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke

bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan jumlah energi.

9. Hubungan antara energi mekanik, potensial dan kinetik secara matematis

ditulis dengan...

a. E kpM EE c. EkEpEm

b. E kpM EE d.Ek

EpEm

10. Suatu mesin mempunyai energi mekanik sebesar 750 joule pada saat mesin

mempunyai energi potesnsial sebesar 100 joule, maka besar energi kinetik

mesin tersebut adalah . . .

a. 850 J c. 650 J

b. 800 J d. 600 J

11. Perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat

diperbaharui adalah . . . .

a. sumber energi yang dapat diperbaharui terbatas di alam sedangkan yang

tidak dapat diperbaharui tidak terbatas

b. sumber energi yang dapat diperbaharui tidak terbatas di alam sedangkan

sumber energi yang tidak dapat diperbaharui terbatas

c. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang bisa

dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat

diperbaharui tidak

Page 89: Sains Teknologi Masyarakat

78

d. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang tidak

dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat

diperbaharui sering dimanfaatkan

12. Berikut merupakan beberapa sumber energi.

1 2 3 4

Yang termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui adalah. . . .

a. 1 dan 2 c. 1, 2, dan 4

b. 3 dan 4 d. 2, 3, dan 4

13. Usaha merupakan. . . .

a. hasil kali antara gaya dengan perpindahan.

b. hasil kali antara gaya dengan kecepatan.

c. hasil kali antara gaya dengan waktu.

d. hasil kali antara gaya dengan percepatan

14. Seekor sapi menarik pedati sejau 2 km pada jalan yang lurus. Jika gaya tarik

sapi kira-kira 5 N, maka usaha yang dilakukan sapi adalah . . . .

a. 10 J c. 1000 J

b. 10000 J d. 100 J

15. Seorang anak mendorong meja sejauh 2 m dengan gaya 50 N, maka usaha

yang dilakukan anak tersebut untuk mendorong meja adalah . . . .

a. 100 joule c. 25 joule

b. 50 joule d. 75 joule

16. Sebuah bus mogok di tengah jalan. Beberapa orang turun untuk mendorong

bus tersebut. Masing-masing orang mengeluarkan gaya 200 N, 300 N, 400 N,

dan sisanya p N. Jika usaha yang digunakan untuk mengeser bus ke pinggir

jalan sejauh 4 m adalah 4,6 kj, maka harga p adalah . . . .

a. 200 N c. 300 N

Page 90: Sains Teknologi Masyarakat

79

b. 250 N d. 350 N

17. Energi potensial yang dimiliki pohon kelapa pada ketinggian 8 m di atas

permukaan tanah adalah 320 joule, maka massa kelapa pada pohon tersebut

adalah . . . . (g = 10 m/s2)

a. 4 N c. 2 N

b. 40 N d. 20 N

18. Usaha total yang dilakukan Ronaldo untuk menendang bola dari keadaan diam

sehingga bergerak lurus menuju gawang dengan kelajuan 30 m/s adalah 67,5

joule, maka massa bola yang ditendang oleh Ronaldo adalah . . . .

a. 150 meter c. 1,5 meter

b. 15 meter d. 0,15 meter

19. Sebuah pesawat sederhana mempunyai daya 100 watt. Apabila pesawat

melakukan usaha selama 20 s, maka usaha pesawat tersebut adalah . . .

a. 5 joule c. 120 joule

b. 100 joule d. 2.000 joule

20. Seorang anak mampu mendorong meja sejauh 5 meter dengan daya sebesar 5

watt. Jika waktu yang diperlukan anak mendorong meja 30 detik, maka gaya

anak tersebut adalah . . . .

a. 10 N c. 30 N

b. 20 N d. 40 N

Page 91: Sains Teknologi Masyarakat

80

KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST DAN POSTES

1 A 11 D2 D 12 B3 B 13 B4 D 14 C5 A 15 A6 C 16 C7 B 17 D8 C 18 C9 C 19 D10 B 20 A

Page 92: Sains Teknologi Masyarakat

81

Lampiran 4

ANGKET MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII IPA

SMP N 48 JAKARTA

Petunjuk

Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan apa

yang anda alami dalam belajar fisika dengan memilih salah satu kolom yang telah

disediakan.

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Jawaban pernyataanNo Pernyataan

SS S TS STS

1.

Saya sangat antusias dalam belajar fisika karena

dikaitkan langsung dengan penerapannya dalam

bentuk tekonolgi yang ada di sekitar saya.

2.

Saya bercanda dengan teman ketika guru

menyampaikan materi pelajaran fisika karena

penyamapian materi pembelajaran oleh guru

membosankan.

3.

Dalam proses pembelajaran fisika, apabila ada

kesulitan saya selalu bertanya hingga saya

mengerti.

4.

Dalam proses pembelajaran fisika, apabila saya

tidak mengerti maka saya akan diam saja karena

saya malu untuk bertanya.

5.

Saya membaca terlebih dahulu materi atau bahan

yang akan diajarkan oleh guru karena guru selalu

bertanya sebelum proses pembelajaran dimulai.

6.

Saya malas untuk belajar di rumah jika tidak ada

ulangan karena salami ini guru jarang memberikan

tugas.

Page 93: Sains Teknologi Masyarakat

82

Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Eksperimen)

Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas / Semester : VIII / 2

Tahun Pelajaran : 2009/2010

Pertemuan ke : Satu

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Standar Kompetensi

5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari

B. Kompetensi Dasar

5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan

energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

C. Materi Pelajaran

Usaha dan Energi

D. Indikator

1. Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Mendeskripsikan perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan

sehari-hari

3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial

E. Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian energi.

2. Menyebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menyebutkan aplikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Membedakan konsep energi kinetik dan enrgi potensial

Page 94: Sains Teknologi Masyarakat

83

F. Alokasi Waktu

2 x 40 menit (2JP)

G. Model Pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat

H. Metode Pembelajaran

1. Multimedia

2. Diskusi

3. Eksperimen

I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan 1)

A. Kegiatan Awal

Tahap 1

Seandainya BBM di bumi telah habis, bagaimanakah keadaan bumi?

Dapatkah manusia menciptakan energi?

B. Kegiatan Inti

Tahap 2

1. Guru menjelaskan mengenai energi

2. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

Apabila ada yang belum dipahami peserta didik dibolehkan untuk

bertanya.

3. Guru memberikan pertanyaan kepada murid mengenai energi untuk

mengetahui pemahaman murid.

Tahap 3

4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kelompok

5. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai isu yang

telah diberikan serta mencari solusi atau isu tersebut.

6. Peserta didik mendiskusikan hasil kelompoknya secara klasikal

7. Guru memberikan kesimpulan mengenai hasil diskusi

Tahap 4

8. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusika perubahan energi

9. Perwakilan tiap kelompok mengembil alat dan bahan yang sudah

disipakan

Page 95: Sains Teknologi Masyarakat

84

10. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen

mengamati perubahan energi

11. Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai

dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru

12. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah

sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik

atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru

dapat langsung memberikan bimbingan.

C. Kegiatan Akhir

Tahap 5

1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki

kinerja dan kerjasama yang baik.

2. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat

rangkuman

3. Guru memberikan tugas berupa latihan soal.

J. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 26-35

2. Buku referensi yang relevan

3. LKS

K. Penilaian Hasil Belajar

Dalam penilaian hasil belajar, guru memberikan soal berupa tes essay untuk

mengetahui apakah siswa sudah memahami mengenai pelajaran yang telah

diberikan. Contoh tes esay yang dibrikan sebagai berikut :

1. Jelaskanlah pengertian konsversi energi! Serta berikan 2 contoh perubahan

energi dalam kehidupan sehari-hari!

Jawab :

Konsversi energi adalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain

Contohnya : Lampu bohlam : energi listrik – energi cahaya

Radio : energi listrik – energi bunyi

Page 96: Sains Teknologi Masyarakat

85

Jakarta, 01 Maret 2010Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran

Ferdy Novrizal

Page 97: Sains Teknologi Masyarakat

86

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Eksperimen)

Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas / Semester : VIII / 2

Tahun Pelajaran : 2009/2010

Pertemuan ke :Dua

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Standar Kompetensi

5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari

B. Kompetensi Dasar

5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan

energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

C. Materi Pelajaran

Usaha dan Energi

D. Indikator

1. Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial

2. Menjelaskan hokum kekekalan energy

3. Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui

dengan energi yang tidak dapat diperbaharui

E. Tujuan Pembelajaran

1. Membedakan konsep energi kinetik dengan energi potensial

2. Menyebutkan bunyi hukum kekekalan energi mekanik

3. Membedakan antara energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang

tidak dapat diperbaharui

F. Alokasi Waktu

2 x 40 menit (2JP)

G. Model Pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat

Page 98: Sains Teknologi Masyarakat

87

H. Metode Pembelajaran

1. Multimedia

2. Diskusi

3. Latihan

4. Pengamatan

I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan 2)

A. Kegiatan Awal

Tahap 1

Pemanasan global yang diyakini sedang terjadi dan akan memasuki

tahap yang mengkhawatirkan juga merupakan dampak penggunaan

energi minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini

B. Kegiatan Inti

Tahap 2

1. Guru menjelaskan mengenai energi kinetik dan energi potensial

2. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

Apabila ada yang belum dipahami peserta didik dibolehkan untuk

bertanya.

3. Guru memberikan pertanyaan kepada murid mengenai energi untuk

mengetahui pemahaman murid.

Tahap 3

4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kelompok

5. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai isu yang

telah diberikan serta mencari solusi atau isu tersebut.

6. Peserta didik mendiskusikan hasil kelompoknya secara klasikal

7. Guru memberikan kesimpulan mengenai hasil diskusi

Tahap 4

8. Guru meminta kepada salah seorang peserta didik untuk menjatuhkan

kelereng yang diletakan diatas meja dengan menggunakan salah satu

jari

9. Peserta didik mengemati apa yang terjadi

10. Guru menjelaskan proses kelereng tersebut ketika jatuh

Page 99: Sains Teknologi Masyarakat

88

11. Guru menjelaskan mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi

mekanik serta memberikan aplikasi contohnya dalah kehidupan sehari-

hari

12. Guru memberikan soal kepada peserta didik mengenai energi

potensial, energi kinetik dan energi mekanik

C. Kegiatan Akhir

Tahap 5

13. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat

rangkuman

14. Guru memberikan tugas berupa latihan soal.

J. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 34-41

2. Buku referensi yang relevan

K. Penilaian Hasil Belajar

Tes Essay

1. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s.

Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . .

Diketahui : m = 800 kg

v = 10 m/s

Ditanya : Ek

Jawab :

joule000.40

1008002

1

108002

12

1

2

2

k

k

k

k

E

E

E

mvE

2. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah

(g = 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut

350 joule, maka massa benda tersebut adalah . . . .

Diketahui : Ep = 350 Joule

h = 7 m

Page 100: Sains Teknologi Masyarakat

89

g = 10 m/s2

Ditanya : m

Jawab :

kg5710

350

m

m

gh

Em

mghE

p

p

Jakarta, 01 Maret2010

Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran

Ferdy Novrizal

Page 101: Sains Teknologi Masyarakat

90

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Eksperimen)

Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas / Semester : VIII / 2

Tahun Pelajaran : 2009/2010

Pertemuan ke : Tiga

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Standar Kompetensi

5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari

B. Kompetensi Dasar

5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan

energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

C. Materi Pelajaran

Usaha dan Energi

D. Indikator

1. Menjelaskan pengertian usaha

2. Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik

3. Menganalisis hubungan antara usaha dan daya

E. Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian usaha.

2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.

3. Membedakan usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.

4. Menghitung usaha oleh beberapa buah gaya.

5. Menentukan besarnya daya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Alokasi Waktu

2 x 40 menit (2JP)

G. Model Pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat

Page 102: Sains Teknologi Masyarakat

91

H. Metode Pembelajaran

1. Multimedia

2. Diskusi

3. Latihan

4. Pengamatan

I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-3)

A. Kegiatan Awal

Tahap 1

Apakah lifter yang mengangkat beban tergolong melakukan usaha?

B. Kegiatan Inti

Tahap 2

1. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian usaha.

2. Peserta didik memperhatikan cara menentukan rumusan usaha yang

dilakukan suatu benda yang disampaikan oleh guru.

3. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan usaha yang

disampaikan oleh guru.

4. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai kaitan usaha dan

energi.

Tahap 3

5. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan antara

usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.

6. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.

7. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan

informasi yang sebenarnya.

8. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan usaha yang

dilakukan oleh beberapa gaya yang disampaikan oleh guru.

9. Guru memberikan beberapa soal menentukan usaha yang dilakukan oleh

beberapa gaya untuk dikerjakan oleh peserta didik.

10. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum.

Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar,

guru dapat langsung memberikan bimbingan.

Page 103: Sains Teknologi Masyarakat

92

11. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian daya.

12. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan daya yang

dilakukan suatu benda yang disampaikan oleh guru.

Tahap 4

13. Perwakilan tiap kelompok mengembil alat dan bahan yang sudah

disipakan

14. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen

menyelidiki besarnya usaha yang dilakukan oleh suatu gaya

15. Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan

langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru

16. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah

dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau

kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat

langsung memberikan bimbingan

C. Kegiatan Akhir

Tahap 5

1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja

dan kerjasama yang baik.

2. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat

rangkuman.

3. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

J. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 41 - 44

2. Buku referensi yang relevan

3. LKS

K. Penilaian Hasil Belajar

Tes Essay

1. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule.

Jika massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah

250 N, maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . .

Diketahui : w = 1000 Joule

Page 104: Sains Teknologi Masyarakat

93

m = 100 kg

F = 250 N

Ditanya : s

Jawab :

ms

s

s

sFW

4250

1000

2501000

Jakarta, 01 Maret2010

Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran

Ferdy Novrizal

Page 105: Sains Teknologi Masyarakat

94

Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Kontrol)

Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas / Semester : VIII / 2

Tahun Pelajaran : 2009/2010

Pertemuan ke : Satu

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Standar Kompetensi

5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari

B. Kompetensi Dasar

5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan

energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

C. Materi Pelajaran

Usaha dan Energi

D. Indikator

1. Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Mendeskripsikan perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan

sehari-hari

3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial

E. Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian energi.

2. Menyebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menyebutkan aplikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Membedakan konsep energi kinetik dan enrgi potensial

Page 106: Sains Teknologi Masyarakat

95

F. Alokasi Waktu

2 x 40 menit (2JP)

G. Model Pembelajaran

Konvensional

H. Metode Pembelajaran

1. Multimedia

2. Latihan

I. Langkah-langkah Pembelajaran (pertemuan ke-1)

1. Kegiatan Awal

Motivasi

Kenapa benda yang dilempar ke atas akan selalu jatuh ke bawah?

2. Kegiatan Inti

a. Guru Menjelaskan pengertian energy

b. Guru menjelaskan bentuk-bentuk energy yang ada dalam kehidupan

sehari-hari

c. Jika ada yang tidak dimengerti peserta didik dipersilakan bertanya oleh

guru

d. Guru bertanya kepada pesrta didik aplikasi konsep energy apa saja

yang ada dalam kehidupan sehari-hari

e. Guru kembali menerangkan apliaksi konsep energy apa saja yang ada

dalam kehidupan sehari-hari

f. Guru menjelaskan kembali mengenai energy kinetic dan energy

potensial

g. Guru memberikan soal kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh

mana pengetahuan yang telah didapat oleh peserta didik

3. Kegiatan Akhir

a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini

b. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di

rumah

Page 107: Sains Teknologi Masyarakat

96

J. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 26-35

2. Buku referensi yang relevan

K. Penilaian Hasil Belajar

Dalam penilaian hasil belajar, guru memberikan soal berupa tes essay untuk

mengetahui apakah siswa sudah memahami mengenai pelajaran yang telah

diberikan. Contoh tes esay yang dibrikan sebagai berikut :

1. Jelaskanlah pengertian konsversi energi! Serta berikan 2 contoh perubahan

energi dalam kehidupan sehari-hari!

Jawab :

Konsversi energi adalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain

Contohnya : Lampu bohlam : energi listrik – energi cahaya

Radio : energi listrik – energi bunyi

Jakarta, 01 Maret 2010Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran

Ferdy Novrizal

Page 108: Sains Teknologi Masyarakat

97

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Kontrol)

Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas / Semester : VIII / 2

Tahun Pelajaran : 2009/2010

Pertemuan ke :Dua

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Standar Kompetensi

5.Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari

B. Kompetensi Dasar

5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan

energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

C. Materi Pelajaran

Usaha dan Energi

D. Indikator

1 Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial

2 Menjelaskan hukum kekekalan energy

3. Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui

dengan energi yang tidak dapat diperbaharui

E. Tujuan Pembelajaran

1. Membedakan konsep energi kinetik dengan energi potensial

2. Menyebutkan bunyi hukum kekekalan energi mekanik

3. Membedakan antara energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang

tidak dapat diperbaharui

F. Alokasi Waktu

2 x 40 menit (2JP)

G. Model Pembelajaran

Konvensional

Page 109: Sains Teknologi Masyarakat

98

H. Metode Pembelajaran

1. Multimedia

2. Diskusi

3. Latihan

4. Pengamatan

I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-2)

1. Kegiatan Awal

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan mengenai energi kinetik dan energi potensial serta

cara pengitungannya

b. Guru memberi contoh untuk menghitung energi kinetik dan energi

potensial

c. Guru memberikan latihan kepada peserta didik tentang cara

menghitung energi kinetik dan energi potensial

d. Jika ada peserta didik yang belum paham guru membantu peserta didik

untuk menyelesaikan soal tersebut

e. Guru menjelaskan bunyi hukum kekekalan energi

f. Guru menjelaskan perbedaan energi yang dapat diperbaharui dengan

energi yang tidak dapat diperbaharui

g. Peserta didik dibimbing guru untuk menyebutkan apa saja energi yang

dapat diperbaharui dan energi yang tidak dapat diperbaharui

h. Guru memberikan beberapa soal kepada peserta didik

3. Kegiatan Akhir

a. Jika ada peserta didik yang belum paham guru memberikan

kesempatan untuk bertanya

b. Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

dipelajari hari ini

J. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 34-41

2. Buku referensi yang relevan

Page 110: Sains Teknologi Masyarakat

99

K. Penilaian Hasil Belajar

Tes Essay

1. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s.

Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . .

Diketahui : m = 800 kg

v = 10 m/s

Ditanya : Ek

Jawab :

joule000.40

1008002

1

108002

12

1

2

2

k

k

k

k

E

E

E

mvE

Jakarta, 01 Maret 2010Mengetahui Kepala SMP Guru Mata Pelajaran

Ferdy Novrizal

Page 111: Sains Teknologi Masyarakat

100

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Kontrol)

Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas / Semester : VIII / 2

Tahun Pelajaran : 2009/2010

Pertemuan ke : Tiga

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Standar Kompetensi

5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari

B. Kompetensi Dasar

5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan

energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

C. Materi Pelajaran

Usaha dan Energi

D. Indikator

1. Menjelaskan pengertian usaha

2. Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik

3. Menganalisis hubungan antara usaha dan daya

E. Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian usaha.

2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.

3. Membedakan usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.

4. Menghitung usaha oleh beberapa buah gaya.

5. Menentukan besarnya daya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Alokasi Waktu

2 x 40 menit (2JP)

G. Model Pembelajaran

Konvensional

Page 112: Sains Teknologi Masyarakat

101

H. Metode Pembelajaran

1. Multimedia

2. Tanya Jawab

3. Latihan

I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-3)

1. Kegiatan awal

Apersepsi

Guru sedikit bercerita mengenai usaha dalm kehidupan sehari-hari

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan definisi usaha dalam kehidupan sehari-hari dan

usaha dalam fisika dengan memberikan contoh yang ada kaitanya

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Guru menjelaskan kaitan antara usaha dengan energi

c. Jika ada yang kurang dimengerti guru mempersilakan peserta didik

untuk bertanya

d. Guru bertanya kepada salah satu peserta didik mengenai usaha

e. Guru menjelaskan cara untuk menghitung besarnya usaha dan daya,

serta memberikan contoh kepada peserta didik

f. Guru memberikan latihan soal kepada peserta didik untuk mengetahui

tingkat pemahamannya

g. Jika masih ada peserta didik yang belum mengerti guru membantu

peserta didik untuk menyelesaikan latihan soal

3. Kegiatan Akhir

a. Guru dan peserta didik bersama-sama memberikan kesimpulan

mengenai pelajaran hari ini

J. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 41 – 44

2. Buku referensi yang relevan

L. Penilaian Hasil Belajar

Tes Essay

Page 113: Sains Teknologi Masyarakat

102

1. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule.

Jika massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah

250 N, maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . .

Diketahui : w = 1000 Joule

m = 100 kg

F = 250 N

Ditanya : s

Jawab :

ms

s

s

sFW

4250

1000

2501000

Jakarta, 01 Maret2010

Mengetahui Kepala SMP Guru MataPelajaran

Ferdy Novrizal

Page 114: Sains Teknologi Masyarakat

103

Lampiran 7

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : VIII

Semester : 2

Materi Pokok : Usaha dan Energi

A. Tujuan

1. Menyelidiki perubahan energi

B. Alat dan bahan

1. lampu 1 buah

2. baterai 2 buah

3. kabel secukupnya

C. Langkah-langkah kegiatan

1. Tiap-tiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah disediakan

2. Sambungkan kabel dengan batubaterai

3. Ujung kabel yang telah disambungkan dengan baterai disambungkan juga

dengan lampu. Seperti gambar di bawah ini

D. Pertanyaan

1. Apang yang terjadi pada lampu setelah dirangkai?

2. Apakah ada perubahan energi?. Jika ada perubahan energi apa yang

terjadi!

E. Kesimpulan

Page 115: Sains Teknologi Masyarakat

104

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : VIII

Semester : 2

Materi Pokok : Usaha dan Energi

Fenomena/MasalahDalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata usaha dan energi.

Berkaitan dengan kata usaha dan energi ini, sering muncul pertanyaan seperti:

apakah orang yang mendorong tembok kokoh dapat dikatakan melakukan usaha?

Seorang pramusaji yang sedang berjalan mengantarkan makanan ke meja

pelanggannya. Apakah pramusaji ini dikatakan melakukan usaha?

Apakah seorang anak yang berjalan sambil menjunjung tas di atas kepalanya

dapat dikatakan melakukan usaha? Demikian pula seorang atlet angkat besi

mengangkat barbel dari lantai. Pada angkatan pertama, atlet sudah mengerahkan

seluruh tenaganya tetapi barbel tidak terangkat dari lantai. Apakah atlet ini telah

melakukan usaha? Pada kasus yang lain, orang sering menanyakan apakah buah

kelapa yang berada di pohon memiliki energi?

B. Tujuan

1. Menyelidiki besarnya usaha yang dilakukan oleh suatu gaya.

C. Alat dan bahan

1. Balok 1 buah

2. Pegas 1 buah

3. Mistar (100 cm)

D. Langkah-langkah kegiatan

1. Angkatlah sebuah benda perlahan-lahan dengan menggunakan neraca

pegas, dari lantai sampai ke atas meja, amati dan baca besar gaya yang

diperlukan untuk mengangkat itu.

Page 116: Sains Teknologi Masyarakat

105

2. Lakukan seperti kegiatan 1, tetapi sekarang diangkat sampai dua kali,

tingginya semula. Amati juga gaya yang diperlukan untuk mengangkat itu.

Berbedakah besar gaya yang diperlukan pada kegiatan 1 dengan gaya yang

diperlukan pada kegiatan 2. berbedakah besar energi yang diperlukan pada

kegiatan 1 dan kegiatan 2.

E. Pertanyaan

1. Bagaimanakah besar gaya dalam kedua hal di atas?

2. Apakah besarnya sama?

3. Bagaimana dengan energi yang digunakan, apakah sama?

F. Kesimpulan

Page 117: Sains Teknologi Masyarakat

106

Lampiran 8

Uji Validitas

Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point

biserial berdasarkan rumus berikut ini.

q

p

SD

MM

t

tp pbir

Dimana:

rpbi = indeks point biserial

Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada

butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara

keseluruhan.

Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada

butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara

keseluruhan.

SDt = Deviasi standar skor total.

p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang

diuji validitasnya.

q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang

diuji validitasnya

Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel

bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan

untuk menguji validitas instrumen.

Page 118: Sains Teknologi Masyarakat

107

Tabel Perhitungan Uji Validitas

Skor untuk item noNoSubjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1C 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0D 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1E 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0F 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1G 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0H 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1I 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1J 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0K 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0L 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0M 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1N 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0O 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0P 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1R 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0S 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0T 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0U 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0V 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0W 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0X 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0Y 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0Z 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0

AA 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Page 119: Sains Teknologi Masyarakat

108

AB 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0AC 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0AD 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0AE 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1Σ 13 14 13 17 17 20 14 13 18 13 11 12 18 15 13 19 5 13 18 10 10 9

p 0.43

0.47

0.43

0.57

0.57

0.67

0.47

0.43

0.60

0.43

0.37

0.40

0.60

0.50

0.43

0.63

0.17

0.43

0.60

0.33

0.33

0.30

q 0.57

0.53

0.57

0.43

0.43

0.33

0.53

0.57

0.40

0.57

0.63

0.60

0.40

0.50

0.57

0.37

0.83

0.57

0.40

0.67

0.67

0.70

Mt 13.1SD 5.41

rtabel 0.35

Mp

15.4

6

15.2

1

16.7

7

15.7

6

12.2

9

12.9

5

16.5

7

16.3

8

14.5

6

16.4

6

14.7

3

16.4

2

15.5

0

14.4

0

16.0

8

14.7

9

15.4

0

16.3

8

15.5

0

16.2

0

13.7

0

16.5

6

rpbi 0.38 0.36 0.59 0.56-

0.18-

0.050.59 0.53 0.32 0.54 0.22 0.50 0.54 0.23 0.48 0.40 0.19 0.53 0.54 0.40 0.07 0.41

UjiHipotesis V

alid

Val

id

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Page 120: Sains Teknologi Masyarakat

109

Tabel Perhitungan Uji Validitas (lanjutan)

Skor untuk item no Skor total(Xt)

(Xt)2

NoSubjek

23 24 25 26 27 28 29 30

A 1 1 1 0 1 1 0 0 24 576

B 1 0 1 1 0 0 1 0 23 529C 1 1 0 1 1 1 1 1 23 529D 1 1 1 1 0 1 1 0 20 400E 1 1 0 1 0 1 0 1 19 361F 0 1 1 0 0 1 1 0 18 324G 1 1 1 0 0 1 0 0 18 324

H 0 0 0 1 0 0 0 1 17 289I 1 0 1 1 1 0 1 0 16 256J 1 1 0 0 1 1 0 1 16 356K 1 1 1 1 1 1 0 0 15 225L 1 0 0 1 0 0 0 0 15 225M 0 1 1 0 0 1 1 0 14 196

N 0 1 0 1 0 1 1 0 14 196O 1 0 0 0 0 0 0 0 13 169P 1 0 0 1 0 0 1 0 13 169R 1 1 0 0 0 1 0 0 13 169S 0 0 0 0 0 0 0 0 10 100T 1 0 0 0 0 0 0 0 10 100

U 1 0 1 0 0 0 1 0 10 100V 0 0 0 0 0 0 0 0 9 81W 1 0 1 0 0 0 0 0 9 81X 0 0 0 0 0 0 1 0 9 81Y 1 0 0 1 0 0 0 0 8 64Z 0 1 0 0 0 1 0 0 8 64

Page 121: Sains Teknologi Masyarakat

110

AA 1 0 1 1 0 0 0 0 7 49AB 0 1 0 0 0 1 1 0 7 49AC 0 0 0 0 1 0 0 0 7 49AD 1 0 0 0 0 0 0 0 5 25

AE 0 0 0 0 0 0 0 0 4 16Σ 19 13 11 12 6 13 11 4 394 6052

p 0.63

0.43

0.37

0.40

0.20

0.43

0.37

0.13

q 0.37

0.57

0.63

0.60

0.80

0.57

0.63

0.87

Mt 13.1

SD 5.41rtabel 0.35

Mp

14.5

8

16.0

8

15.8

2

15.8

3

16.8

3

16.0

8

15.1

8

18.7

5

rpbi 0.35 0.48 0.38 0.41 0.34 0.48 0.29 0.41

Uji

Hip

otes

is

Val

id

Val

id

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Page 122: Sains Teknologi Masyarakat

111

Lampiran 9

Perhitungan RealibitasUntuk keperluan perhitungan realibitas instrumen tes ini, digunakan rumus Spearman-Brownberikut ini.

2

1

21

r1N1

rNr n

Simbol-simbol yang terdapat pada persamaan tersebut dijelaskan pada keterangan berikut ini.rn = koefisien korelasi seluruh tesN = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang

dikorelasikanr½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnyaTabel berikut ini adalah ringkasan perhitungan realibilitas ini.

Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-GenapSkor untuk item no Ganjil JumlahNo

subjek 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29A 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 12B 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 11

C 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 12D 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 10E 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 7F 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 9G 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9H 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7

I 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 9J 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 8K 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 9L 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 8M 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 7N 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 8

O 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 6P 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 5R 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 5S 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4T 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3U 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 5

V 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4W 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 4X 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 6Y 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 6Z 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5

AA 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4

AB 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4AC 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4AD 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4AE 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2

Σ 13 13 17 14 18 11 18 13 5 18 10 19 11 6 11 197

Page 123: Sains Teknologi Masyarakat

112

Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-Genap (lanjutan)Skor untuk item no Genap jumlahNo

subjek 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30A 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 12

B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 12C 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 11D 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 10E 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12F 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9G 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 9

H 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 10I 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 7J 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 8K 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 6L 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 7M 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 7

N 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 6O 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7P 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 8R 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 8S 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6T 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 7

U 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5V 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5W 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 5X 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3Y 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2Z 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 3

AA 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3AB 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 3AC 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3AD 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1AE 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2

Σ 14 17 20 13 13 12 15 19 13 10 9 13 12 13 4 197

Page 124: Sains Teknologi Masyarakat

113

Perhitungan Reliabilitas Metode Ganjil-Genap (lanjutan)

Dimana:X : skor total subjek pada itembernomor ganjilY : skor total subjek pada itembernomor genap

Dari perhitungan tersebut diperolehbahwa nilai reliabilitas instrumen iniadalah 0,911. Nilai ini termasukkategori cukup.

Subjek X Y XY X2 Y2

A 12 12 144 144 144

B 11 12 132 121 144C 12 11 132 144 121D 10 10 100 100 100E 7 12 84 49 144F 9 9 81 81 81G 9 9 81 81 81

H 7 10 70 49 100I 9 7 63 81 49J 8 8 64 64 64K 9 6 54 81 36L 8 7 56 64 49M 7 7 49 49 49

N 8 6 48 64 36O 6 7 42 36 49P 5 8 40 25 64R 5 8 40 25 64S 4 6 24 16 36T 3 7 21 9 49

U 5 5 25 25 25V 4 5 20 16 25W 4 5 20 16 25X 6 3 18 36 9Y 6 2 12 36 4Z 5 3 15 25 9

AA 4 3 12 16 9AB 4 3 12 16 9AC 4 3 12 16 9AD 4 1 4 16 1AE 2 2 4 4 4Σ 197 197 1479 1505 1589

r1/2 1/2 0.84

rn 0.911

Page 125: Sains Teknologi Masyarakat

114

Lampiran 10Perhitungan Derajat Kesukaran

Untuk menghitung derajat kesukaran digunakan rumus berikut ini.

%100nn

WWDK

HL

HL

Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut.DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty)WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentuWH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentunL = jumlah kelompok bawahnH = jumlah kelompok atas

Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran

Skor untuk item noNoSubjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1C 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0D 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1E 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0F 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1G 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0H 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1I 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1J 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0

Page 126: Sains Teknologi Masyarakat

115

K 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0L 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0M 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1N 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0O 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0P 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1R 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0S 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0T 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0U 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0V 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0W 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0X 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0Y 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0Z 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0

AA 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0AB 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0AC 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0AD 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0AE 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1Σ 13 14 13 17 17 20 14 13 18 13 11 12 18 15 13 19 5 13 18 10 10 9

TK 0.38 0.41 0.38 0.50 0.50 0.59 0.41 0.38 0.53 0.38 0.32 0.35 0.53 0.44 0.38 0.56 0.15 0.38 0.53 0.29 0.29 0.26Keputus

anSdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr Skr Skr

Page 127: Sains Teknologi Masyarakat

116

Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran (lanjutan)

Skor untuk item noNoSubjek 23 24 25 26 27 28 29 30 (Xt)

A 1 1 1 0 1 1 0 0 24B 1 0 1 1 0 0 1 0 23C 1 1 0 1 1 1 1 1 23D 1 1 1 1 0 1 1 0 20E 1 1 0 1 0 1 0 1 19F 0 1 1 0 0 1 1 0 18G 1 1 1 0 0 1 0 0 18H 0 0 0 1 0 0 0 1 17I 1 0 1 1 1 0 1 0 16J 1 1 0 0 1 1 0 1 16K 1 1 1 1 1 1 0 0 15L 1 0 0 1 0 0 0 0 15M 0 1 1 0 0 1 1 0 14N 0 1 0 1 0 1 1 0 14O 1 0 0 0 0 0 0 0 13P 1 0 0 1 0 0 1 0 13R 1 1 0 0 0 1 0 0 13S 0 0 0 0 0 0 0 0 10T 1 0 0 0 0 0 0 0 10U 1 0 1 0 0 0 1 0 10V 0 0 0 0 0 0 0 0 9W 1 0 1 0 0 0 0 0 9X 0 0 0 0 0 0 1 0 9Y 1 0 0 1 0 0 0 0 8

Page 128: Sains Teknologi Masyarakat

117

Z 0 1 0 0 0 1 0 0 8AA 1 0 1 1 0 0 0 0 7AB 0 1 0 0 0 1 1 0 7AC 0 0 0 0 1 0 0 0 7AD 1 0 0 0 0 0 0 0 5AE 0 0 0 0 0 0 0 0 4Σ 19 13 11 12 6 13 11 4 394

TK 0.56 0.38 0.32 0.35 0.18 0.38 0.32 0.12Keputusan Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr

Kategorisasi derajat kesukaran tersebut berdasarkan ketentuan berikut ini.

Mudah : DK ≥ 0,70

Sedang : 0,30 < DK < 0,70

Sukar : DK ≤ 0,30

Page 129: Sains Teknologi Masyarakat

118

Lampiran 11Daya Beda

Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini.

n

WWDB HL

Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut.DB = Daya Beda (discriminating power, DP)WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentuWH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentun = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah

Tabel Perhitungan Daya BedaSubjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 211 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 04 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 05 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 16 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 18 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 09 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1

10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 011 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 112 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 013 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0

Kelom

pok Atas

14 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0

Page 130: Sains Teknologi Masyarakat

119

15 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 116 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 017 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 118 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 019 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 020 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 021 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 122 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 023 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0

24 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

25 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0

26 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 028 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 129 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 030 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

WH 9 8 11 11 7 9 11 9 12 10 6 9 13 9 10 11 3 9 13 8WL 4 6 2 6 10 11 3 4 6 3 5 3 5 6 3 8 2 4 5 2

Daya Beda 0.56

0.22

1.00

0.56

-0.3

3

-0.2

2

0.89

0.56

0.67

0.78

0.11

0.67

0.89

0.33

0.78

0.33

0.11

0.56

0.89

0.67

Page 131: Sains Teknologi Masyarakat

120

Kep

utus

an

baik

cuku

p

baik

sek

ali

baik

drop

drop

baik

sek

ali

baik

baik

baik

sek

ali

buru

k

baik

baik

sek

ali

cuku

p

baik

sek

ali

cuku

p

buru

k

baik

baik

sek

ali

baik

Tabel Perhitungan Daya Pembeda (lanjutan)

Skor untuk item no ΣNoSubjek

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 242 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 233 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 234 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 205 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 196 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 187 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 188 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 179 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1610 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1611 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1512 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1513 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1414 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1415 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1316 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1317 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1318 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1019 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1020 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 10

Kelom

pok Atas 1-15 K

elompok B

awah 16 -20

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9

Page 132: Sains Teknologi Masyarakat

121

22 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 923 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 924 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 825 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 826 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7

27 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 728 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 729 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 530 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 431 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 932 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 933 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 834 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8

WH 6 7 11 10 8 9 5 10 7 4WL 4 2 8 3 3 3 1 3 4 0

Daya Beda 0.22

0.56

0.33

0.78

0.56

0.67

0.44

0.78

0.33

0.44

Kep

utus

an

cuku

p

baik

cuku

p

baik

sek

ali

baik

baik

baik

baik

sek

ali

cuku

p

baik

Kategorisasi untuk menentukan daya beda didasarkan ketentuan berikut ini.

Drop : TK < 0

Buruk : 0 ≤ TK < 0,20

Page 133: Sains Teknologi Masyarakat

122

Cukup : 0,20 ≤ TK < 0,40

Baik : 0,40 ≤ TK < 0,70

Baik Sekali : 0,70 ≤ TK < 1,00

Page 134: Sains Teknologi Masyarakat

123

Lampiran 12

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes

Item No Validitas TarafKesukaran Daya Pembeda

1 Valid Sdg baik2 Valid Sdg cukup3 Valid Sdg baik sekali4 Valid Sdg baik5 Tidak Valid Sdg drop6 Tidak Valid Sdg drop7 Valid Sdg baik sekali8 Valid Sdg baik9 Tidak Valid Sdg baik

10 Valid Sdg baik sekali11 Tidak Valid Sdg buruk12 Valid Sdg baik13 Valid Sdg baik sekali14 Tidak Valid Sdg cukup15 Valid Sdg baik sekali16 Valid Sdg cukup17 Tidak Valid Skr buruk18 Valid Sdg baik19 Valid Sdg baik sekali20 Valid Skr baik21 Tidak Valid Skr cukup22 Valid Skr baik23 Valid Sdg cukup24 Valid Sdg baik sekali25 Valid Sdg baik26 Valid Sdg baik27 Tidak Valid Skr baik28 Valid Sdg baik sekali29 Tidak Valid Sdg cukup30 Valid Skr baik

Penetapan keputusan disamping didasarkan pada kriteria-kriteria tersebut jugadidasarkan pada keterpenuhan indikator. Artinya, setiap indikator diwakili olehsatu atau lebih soal.

Page 135: Sains Teknologi Masyarakat

124

Lampiran 13

DATA HASIL PENELITIAN

Kelompok Eksperimen

NilaiNo NamaPretes Postes

1 Adi Joyo Negoro 40 452 Agrishinta Dewi A 50 703 Anas Surya Permana 30 654 Anggreina 45 755 David Hamonangan 30 756 Dea Aprilia 45 507 Desy Murdiah 35 558 Erlando Bandawesa 35 559 Febri Apriansyah 50 75

10 Feri Alfa Prasetia 35 8511 Gusnaelly Fitriyati A 40 7512 Ilham Sampurna 40 7013 Innez Nadia. D 35 5514 Intan Ratna K 45 6515 Laras Otaviani 45 5016 M. Ahya Rosada 35 5517 M. Iqbal Wiguna 45 8018 M. Rahma 40 7519 M. Rifaldi Septian 35 5520 M. Suprada H 30 6021 Neneng Soleka 40 4522 Nissa Rachmani 35 6023 Pracikal Giya P 40 6024 Rasmanah 45 7525 Regita Ardia G 45 8026 Resy Anissa 35 7527 Reza Pratama 40 8028 Rosma Allyka 40 7029 Salman Farish 50 7530 Septiani Rachmawati 45 7531 Utami Insani 35 7032 Yukie Nugraha 30 80

Jumlah 1265 2135

Page 136: Sains Teknologi Masyarakat

125

Kelompok Kontrol

NilaiNo NamaPretes Postes

1 Aditya Permana 30 402 Ahmad Firtiadi 25 653 Agi Septiani 25 404 Ajeng Ayu Sandra 20 655 Aji Susanto 20 706 Alek Mardiana 40 557 Arif Sanjaya 20 658 Debi Darma MN 35 659 Dodi Haripin 25 70

10 Fia Oktapiani 30 6511 Fikri Ari 25 7012 Fitria 30 5513 Gema Ramadhan 30 7014 Irma Rosita 25 5515 Irnanda 30 4016 Ismayanti 20 5517 Makhdoh 25 6018 Maulana Cahyadi 30 6519 Maya S 40 7020 M. Rizal 40 8021 M. Daru 40 5022 Neneng Yulianti 25 7523 Neng Febriyanti 30 7524 Oki Aditian 15 6525 Regiana Rolita 20 6526 Riska Manasari 15 5027 Riyan Firdana 20 6028 Rizal Gunawan 15 6029 Toni Ratir 30 6530 Via kursita 30 7531 Yudhi Mulya 30 50

Jumlah 835 1910

Page 137: Sains Teknologi Masyarakat

126

Lampiran 14

PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI

PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN

Hasil Pretest Kelas VIII-1

Hasil pretest dari kelas VIII-1 adalah sebagai berikut.

40 45 40 35 40 35 3550 35 40 45 35 40 3030 35 35 40 40 4045 50 45 35 45 5030 35 45 30 45 45

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 50 dan nilai minimum (Xmin)

adalah 30. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih

dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai

ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

20

3050min

XXR mx

b. Banyaknya Kelas (K)

6

97,5

97,41

50,13,31

32log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 6

c. Panjang Kelas (P)

Page 138: Sains Teknologi Masyarakat

127

4

33,36

20

K

RP

Sehingga panjang kelasnya adalah 4.

d. Frekuensi Relatif

KelasFrekuensiAbsolut Frekuensi Relatif

30 - 33 4 12.50 %

34 - 37 9 28.13 %

38 - 41 8 25.00 %

42 - 45 8 25.00 %

46 - 49 0 0.00 %

50 - 53 3 9.38 %

Jumlah (∑) 32 100

Page 139: Sains Teknologi Masyarakat

128

Lampiran 15

ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA PRETES

(kelompok eksperimen)

Kelas Batas KelasNilai Tengah

(xi)Frekuensi

(fi)fi . xi fi . xi

2

30 - 33 29.5 31.5 4 126 3969

34 - 37 33.5 35.5 9 319.5 11342.3

38 - 41 37.5 39.5 8 316 12482

42 - 45 41.5 43.5 8 348 15138

46 - 49 45.5 47.5 0 0 0

50 - 53 49.5 51.5 3 154.5 7956.75

Jumlah (∑) 237 249 32 1264 50888

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ),

median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah

perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

5,3932

1264

i

ii

f

xfX

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

f

FnPbMe 2

1

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 33,5

P = panjang kelas = 4

n = banyaknya data = 32

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4

f = nilai frekuensi kelas median = 9

Page 140: Sains Teknologi Masyarakat

129

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini

adalah sebagai berikut.

83,38

33,55,33

33,145,33

9

432.2

1

45,33

Me

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

21

1

bb

bPbMo

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 33,5

P = panjang kelas = 4

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sebelumnya = 9 – 4 = 5

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sesudahnya = 9 – 8 = 1

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini

adalah sebagai berikut.

83,36

33,35,33

83,045,33

15

545,33

Mo

Page 141: Sains Teknologi Masyarakat

130

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

56,5

97,30

31

960

31

4992850888

3132

159769650888

13232

126450888

1

..

2

2

2

i

i

iiii

f

f

xfxf

Si

Page 142: Sains Teknologi Masyarakat

131

Lampiran 16

PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI PRETES

KELOMPOK KONTROL

Hasil pretest dari kelas VIII-3 adalah sebagai berikut.

30 40 25 20 40 15 3025 20 30 25 25 2025 35 30 30 30 1520 25 25 40 15 3020 30 30 40 20 30

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 40 dan nilai minimum (Xmin)

adalah 15. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih

dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai

ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

25

1540min

XXR mx

b. Banyaknya Kelas (K)

6

92,5

92,41

49,13,31

31log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 6

c. Panjang Kelas (P)

5

16,46

25

K

RP

Page 143: Sains Teknologi Masyarakat

132

Sehingga panjang kelasnya adalah 5.

d. Frekuensi relatif

KelasFrekuensiAbsolut Frekuensi Relatif

15 - 19 3 9.68 %

20 - 24 6 19.35 %

25 - 29 7 22.58 %

30 - 34 10 32.26 %

35 - 39 1 3.23 %

40 - 44 4 12.90 %Jumlah (∑) 31 100

Page 144: Sains Teknologi Masyarakat

133

Lampiran 17

ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA PRETES

(kelompok kontrol)

KelasBatasKelas

NilaiTengah (xi)

Frekuensi(fi)

fi . xi fi . xi2

15 - 19 14.5 17 3 51 867

20 - 24 19.5 22 6 132 2904

25 - 29 24.5 27 7 189 5103

30 - 34 29.5 32 10 320 10240

35 - 39 34.5 37 1 37 1369

40 - 44 39.5 42 4 168 7056

Jumlah (∑) 162 177 31 897 27539

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ),

median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah

perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

93,2831

897

i

ii

f

xfX

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

f

FnPbMe 2

1

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 29,5

P = panjang kelas = 5

n = banyaknya data = 31

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 3 + 6 + 7 = 16

f = nilai frekuensi kelas median = 10

Page 145: Sains Teknologi Masyarakat

134

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini

adalah sebagai berikut.

25,29

25,05,29

)05,0(55,29

10

1631.2

1

55,29

Me

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

21

1

bb

bPbMo

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 29,5

P = panjang kelas = 5

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sebelumnya = 10 – 7 = 3

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sesudahnya = 10 – 1 = 9

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini

adalah sebagai berikut.

75,30

25,15,29

25,055,29

93

355,29

Mo

Page 146: Sains Teknologi Masyarakat

135

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

27,7

79,52

30

87,1583

30

13,2595527539

3031

80460927539

13131

89727539

1

..

2

2

2

i

i

iiii

f

f

xfxf

Si

Page 147: Sains Teknologi Masyarakat

136

Lampiran 18

PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI

POSTTES KELOMPOK EKSPERIMEN

Hasil posttest dari kelas VIII-1 adalah sebagai berikut.

45 50 75 55 45 85 7070 55 70 85 60 80 8065 55 55 75 60 7075 75 65 60 75 7575 85 70 60 80 75

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 85 dan nilai minimum (Xmin)

adalah 45. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih

dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai

ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

40

4585min

XXR mx

b. Banyaknya Kelas (K)

6

97,5

97,41

50,13,31

32log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 6

c. Panjang Kelas (P)

7

67,66

40

K

RP

Page 148: Sains Teknologi Masyarakat

137

Sehingga panjang kelasnya adalah 7.

d. Frekuensi relatif

KelasFrekuensiAbsolut Frekuensi Relatif

45 - 51 3 9.38 %

52 - 58 4 12.50 %

59 - 65 6 18.75 %

66 - 72 5 15.63 %

73 - 79 8 25.00 %

80 - 86 6 18.75 %

Jumlah (∑) 32 100

Page 149: Sains Teknologi Masyarakat

138

Lampiran 19

ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA POSTTEST

(kelompok eksperimen)

KelasBatasKelas

Nilai Tengah(xi)

Frekuensi(fi)

fi . xi fi . xi2

45 - 51 44.5 48.00 3 144.00 6912.00

52 - 58 51.5 55.00 4 220.00 12100.00

59 - 65 58.5 62.00 6 372.00 23064.00

66 - 72 65.5 69.00 5 345.00 23805.00

73 - 79 72.5 76.00 8 608.00 46208.00

80 - 86 79.5 83.00 6 498.00 41334.00Jumlah (∑) 372 393.00 32 2187.00 153423

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ),

median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah

perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

34,6832

2187

i

ii

f

xfX

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

f

FnPbMe 2

1

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 65,5

P = panjang kelas = 7

n = banyaknya data = 32

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 + 7 = 13

Page 150: Sains Teknologi Masyarakat

139

f = nilai frekuensi kelas median = 5

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini

adalah sebagai berikut.

7,69

2,45,65

6,075,65

5

1332.2

1

75,65

Me

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

21

1

bb

bPbMo

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 65,5

P = panjang kelas = 7

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sebelumnya = 8 – 5 = 3

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sesudahnya = 8 – 6 = 2

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini

adalah sebagai berikut.

7,69

2,45,65

6,075,65

23

375,65

Mo

Page 151: Sains Teknologi Masyarakat

140

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

29,11

59,127

31

22,3955

31

78,149467153423

3132

4782969153423

13232

2187153423

1

..

2

2

2

i

i

iiii

f

f

xfxf

Si

Page 152: Sains Teknologi Masyarakat

141

Lampiran 20

PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI

POSTTEST KELOMPOK KONTROL

Hasil posttest dari kelas VIII-3 adalah sebagai berikut.

55 40 70 55 50 50 5065 65 60 60 75 6040 65 70 65 75 6065 70 55 70 75 6570 65 55 65 65 80

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 80 dan nilai minimum (Xmin)

adalah 40. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih

dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai

ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

40

4080min

XXR mx

b. Banyaknya Kelas (K)

6

92,5

92,41

49,13,31

31log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 6

c. Panjang Kelas (P)

7

67,66

40

K

RP

Page 153: Sains Teknologi Masyarakat

142

Sehingga panjang kelasnya adalah 7.

d. Frekuensi relatif

KelasFrekuensiAbsolut Frekuensi Relatif

40 - 46 2 6.45 %

47 - 53 3 9.68 %

54 - 60 8 25.81 %

61 - 67 9 29.03 %

68 - 74 5 16.13 %

75 - 81 4 12.90 %Jumlah (∑) 31 100

Page 154: Sains Teknologi Masyarakat

143

Lampiran 21

ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA POSTTEST

(kelompok kontrol)

KelasBatasKelas

NilaiTengah (xi)

Frekuensi(fi)

fi . xi fi . xi2

40 - 46 39.5 43.00 2 86.00 3698.00

47 - 53 46.5 50.00 3 150.00 7500.00

54 - 60 53.5 57.00 8 456.00 25992.00

61 - 67 60.5 64.00 9 576.00 36864.00

68 - 74 67.5 71.00 5 355.00 25205.00

75 - 81 74.5 78.00 4 312.00 24336.00Jumlah (∑) 342 363.00 31 1935.00 123595

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ),

median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah

perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

42,6231

1935

i

ii

f

xfX

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

f

FnPbMe 2

1

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 60,5

P = panjang kelas = 7

n = banyaknya data = 31

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 8 + 3 + 2 = 13

f = nilai frekuensi kelas median = 9

Page 155: Sains Teknologi Masyarakat

144

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini

adalah sebagai berikut.

46,62

96,15,60

28,075,60

9

1331.2

1

75,60

Me

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

21

1

bb

bPbMo

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 60,5

P = panjang kelas = 7

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sebelumnya = 9 – 8 = 1

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sesudahnya = 9 – 5 = 4

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini

adalah sebagai berikut.

9,61

4,15,60

2,075,60

41

175,70

Mo

Page 156: Sains Teknologi Masyarakat

145

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

68,9

785,93

30

55,2813

30

45,120781123595

3031

3744225123595

13131

1935123595

1

..

2

2

2

i

i

iiii

f

f

xfxf

Si

Page 157: Sains Teknologi Masyarakat

146

Lampiran 24

PENGHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMEN

Uji Normalitas Posttest Eksperimen

Kelas fi.xi xi fi. Xi2bataskelas

Zbataskelas

luas Ztabel

Ei Oi(Oi -

Ei)^2/Ei

44.5 -2.11

45-

51 144 48 69120.0507

1.6224 3 0.6326

51.5 -1.49

52-

58 220 55 121000.1241

3.9712 4 0.0002

58.5 -0.87

59-

65 372 62 230640.2091

6.6912 6 0.0796

65.5 -0.25

66-

72 345 69 238050.243

7.7760 5 1.5412

72.5 0.37

73-

79 608 76 462080.1946

6.2272 8 0.3929

79.5 0.99

80-

86 498 83 413340.0968

3.0976 6 1.4040

85.5 1.52

86-

92

Jumlah 2187 393 153423 X2 4.0505

Karena Xhitung < Xtabel = 4,0505 < 7.81 pada taraf signifikansi α 0,05 maka data

dinyatakan berdistribusi normal

Page 158: Sains Teknologi Masyarakat

147

Lampiran 25

PENGHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL

Uji Normalitas Posttest Kontrol

Kelas fi.xi xi fi. Xi2bataskelas

Zbataskelas

luas Ztabel

Ei Oi(Oi -

Ei)^2/Ei

39.5 -2.37

40-

46 86 43 36980.0416

1.2896 2 0.3913

46.5 -1.64

47-

53 150 50 75000.1283

3.9773 3 0.2401

53.5 -0.92

54-

60 456 57 259920.2419

7.4989 8 0.0335

60.5 -0.20

61-

67 576 64 368640.2778

8.6118 9 0.0175

67.5 0.52

68-

74 355 71 252050.1959

6.0729 5 0.1895

74.5 1.25

75-

81 312 78 243360.0749

2.3219 4 1.2128

80.5 1.87

81 -

Jumlah 1935 363 123595 X2 2.0848

Karena Xhitung < Xtabel = 2,0848 < 7.81 pada taraf signifikansi α 0,05 maka data

dinyatakan berdistribusi normal

Page 159: Sains Teknologi Masyarakat

148

Lampiran 26

PENGHITUNGAN HOMOGENITAS DATA POSTTEST

Eksperimen Kontrol

S2 127,59 93,785

N 32 31

Pengujian homogenitas yaitu:

360,1785,93

59,127

22

21

2

1

F

S

S

V

VF

Fhitung 1.360Ftabel 1.84 Db=31-1=30 pembilang

Db=32-1=31 penyebut

Fhitung < Ftabel1.30 < 1.84 Data Homogen

Page 160: Sains Teknologi Masyarakat

149

Lampiran 27

PENGHITUNGAN UJI HIPOTESIS

A. Posttest

Untuk pengujian hipotesis penelitian ini langkah-langkah yang dapat diambil

adalah sebagai berikut

1. Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan model

H1 : Ada pengaruh yang signifikan model

Ho : µX1 < µX2

H1 : µX1 > µX2

2. Menentukan harga thitung digunakan persamaan :

21

21

11

nndsg

XXt

dimana

2

11

21

2211

nn

VnVndsg

Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut.

1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui.

Dari nilai posttest diperoleh:

1X = 68,34

2X = 62,42

V1 = SD12 = (11,3)2 = 127,69

V2 = SD22 = (9,68)2 = 93,70

2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.

Page 161: Sains Teknologi Masyarakat

150

61,10

51,112

61

09,6863

61

7,290439,3958

23132

70,9313169,127132

2

11

21

2211

nn

VnVndsg

3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.

22,2

67,2

92,5

252,061,10

92,5

03226,003125,061,10

92,531

1

32

161,10

42,6234,68

11

21

21

nndsg

XXt hitung

4. Menentukan nilai ttabel

Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:

dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 31 – 2 = 61

pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.

t(0,95)(60) = 2,000

t(0,95)(120) = 1,980

dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=61 sebagai berikut.

Page 162: Sains Teknologi Masyarakat

151

99968,1

00032,0000,2

)980,100,2(60

1000,26195,0

t

Dengan cara interpolasi yang sama, maka nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah:

t(0,99)(60) = 2,660

t(0,99)(120) = 2,617

jadi nilai ttabel dengan dk = 61 diperoleh

659,2

0007,0660,2

)617,2660,2(60

1660,26199,0

t

5. Menguji Hipotesis

Pada taraf signifikansi 1% nilai thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak. Namun

pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak

6. Memberikan interpretasi

Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% terdapat

perbedaan penguasaan konsep siswa yang menggunakan model sains teknologi

masyarakat dengan yang menggunakan metode konvensional. Namun pada taraf

kepercayaan 99%, tidak terdapat perbedaan penguasan konsep fisika siswa yang

menggunakan model sains teknologi masyarakat dengan yang menggunakan metode

konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa model sains teknologi masyarakat

dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa hanya pada taraf kepercayaan 95%

saja, tidak pada taraf kepercayan 99%.