bab ii landasan teori - institutional repository | satya...

23
1 BAB II LANDASAN TEORI Dunia pendidikan membutuhkan suatu media yang tepat untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pada hakikatnya bukan media pembelajaran yang menentukan hasil belajar yang baik, melainkan keberhasilan atas penggunaan media pembelajaran. Guru maupun siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan adanya bantuan dari media. Penggunaan media sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip yang ada, agar bahan ajar yang disampaikan oleh pengajar dapat diserap dan dipahami dengan baik oleh mahasiswa, sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam komunikasi. Adanya media pembelajaran, mahasiswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja karena tidak tergantung dengan kehadiran pengajar di dalam kelas, sehingga dapat melatih mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Apabila alat atau media ini dapat difungsikan secara maksimal, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan secara efektif. A. Media pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Wina Sanjaya (2010:204) kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2007:133) pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, materi ajar, strategi pembelajaran seperti metode, media, waktu. Menurut Rossi dan Breidle (dalam bukunya Wina Sanjaya,(2010:204)) mengemukakan bahwa “Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya”.

Upload: nguyenquynh

Post on 14-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

1

BAB II

LANDASAN TEORI

Dunia pendidikan membutuhkan suatu media yang tepat untuk

menyampaikan pesan pembelajaran. Pada hakikatnya bukan media pembelajaran

yang menentukan hasil belajar yang baik, melainkan keberhasilan atas

penggunaan media pembelajaran. Guru maupun siswa bekerja sama untuk

mencapai tujuan pembelajaran dengan adanya bantuan dari media. Penggunaan

media sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip yang ada, agar bahan ajar yang

disampaikan oleh pengajar dapat diserap dan dipahami dengan baik oleh

mahasiswa, sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam komunikasi. Adanya

media pembelajaran, mahasiswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja karena

tidak tergantung dengan kehadiran pengajar di dalam kelas, sehingga dapat

melatih mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Apabila alat atau media ini dapat

difungsikan secara maksimal, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan

secara efektif.

A. Media pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya (2010:204) kata media berasal dari bahasa latin

dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat

diartikan sebagai perantara atau pengantar.

Menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2007:133) pembelajaran adalah suatu

sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, materi ajar, strategi

pembelajaran seperti metode, media, waktu. Menurut Rossi dan Breidle

(dalam bukunya Wina Sanjaya,(2010:204)) mengemukakan bahwa “Media

pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk

tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan

sebagainya”.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

2

Akan tetapi, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja termasuk hal-

hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.

Menurut Newby (dalam Dewi Salma Prawiradilaga, 2007:64) media

pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran

atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang.

Menurut Gerlach (dalam Wina Sanjaya, 2010:204) mengemukakan bahwa

media secara umum meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang

memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

sikap.

Dalam pengertian tersebut, media bukan hanya alat perantara seperti tv,

radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai

sumber belajar atau berupa kegiatan seperti diskusi, seminar, karyawisata,

simulasi dan sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan

wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.

Menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2007:64) dapat disimpulkan bahwa

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan dari pengirim ke penerima pesan.

2. Fungsi Media pembelajaran

Penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal akan

menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi siswa, dan juga mengurangi

kemampuan siswa dalam menangkap pesan. Hal ini dikarenakan, siswa kurang

diajak berpikir dan menghayati pesan yang disampaikan. Siswa seharusnya

terlibat baik fisik maupun psikis.

Memberikan pengalaman langsung kepada siswa bukan sesuatu yang mudah

bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu, akan tetapi ada beberapa

pengalaman yang tidak mungkin dipelajari langsung oleh siswa. Oleh karena itu,

Peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

3

Melalui media pembelajaran, guru dapat memberikan informasi yang awalnya

bersifat abstrak kemudian menjadi konkret, sehingga dapat dipahami oleh siswa

dengan baik.

Menurut Wina sanjaya (2010, 207-209) media pembelajaran mempunyai

fungsi sebagai berikut :

a) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu

Peristiwa-peristiwa penting atau objek langka dapat diabadikan dengan

foto, film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa

tersebut disimpan dan dapat digunakan apabila suatu saat nanti

diperlukan.

b) Memanipulasi keadaan peristiwa dan objek tertentu

Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran

yang bersifat abstrak menjadi konkret, sehingga mudah dipahami dan

menghilangkan verbalisme oleh siswa. Media pembelajaran juga dapat

membantu menampilkan objek yang terlalu besar dan tidak mungkin

ditampilkan dalam kelas atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang

sulit dilihat dengan mata telanjang.

c) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga

perhatian siswa kepada materi dapat lebih meningkat.

Menurut Wina Sanjaya (2010:209-210) media pembelajaran memiliki nilai

praktis antara lain :

a) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa

Pengalaman setiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-

faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, misalnya

ketersediaan buku, kesempatan mencari, dan sebagainya. Media

pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Apabila peserta

didik tidak dapat dibawa ke obyek langsung, maka obyek yang menjadi

sumber pengamatan yang akan dibawa ke peserta didik. Obyek yang

dimaksud dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-

gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

b) Media dapat mengatasi batas ruang kelas

Hal ini dapat mengatasi penyajian bahan belajar yang sulit dipahami

secara langsung oleh siswa, sehingga media mempunyai fungsi untuk :

1. Menampilkan objek yang terlalu besar.

2. Memperbesar dan memperjelas objek yang terlalu kecil.

3. Mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat.

4. Memperlambat gerakan suatu proses yang terlalu cepat.

5. Menyederhanakan objek yang terlalu kompleks.

6. Memperjelas bunyi-bunyi yang sangat lemah.

c) Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta

dengan lingkungan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

4

d) Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.

e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat.

f) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk

belajar dengan baik.

g) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.

h) Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.

i) Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal

yang konkrit sampai hal-hal yang abstrak.

Nilai praktis pada media pembelajaran seperti yang telah diuraikan di atas,

maka media pembelajaran termasuk salah satu aspek yang paling penting agar

informasi dapat disampaikan kepada siswa. Sudah seharusnya media

pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai alat bantu saja bagi guru dalam

mengajar, akan tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari guru ke siswa.

Menurut Kemp and Dayton (dalam bukunnya Wina Sanjaya (2010:210))

media memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap proses

pembelajaran. Kontribusi tersebut antara lain :

a) Penyampaian pesan pembelajar dapat lebih terstandart.

b) Pembelajaran dapat lebih menarik.

c) Pembelajaran dapat lebih interaktif.

d) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

e) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

f) Proses pembelajaran dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja

saat diperlukan.

g) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses

pembelajaran dapat ditingkatkan.

h) Peran guru berubah ke arah yang positif artinya guru tidak

menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar.

Menurut Smaldino (dalam bukunnya Dewi Salma Prawiradilaga,

(2007:64)) media mempunyai peran dalam pembelajaran, antara lain :

a) Diatur oleh pengajar (instructor-directed)

Media pembelajaran yang difungsikan oleh pengajar dan menjadi

bagian dari penyajian materi yang disajikan oleh pengajar.

b) Diatur oleh peserta didik (learner-directed)

Media pembelajaran yang difungsikan oleh peserta didik karena merasa

dirinya ingin terlibat langsung dalam kegiatan belajarnya. Sarana

laboratorium, CAI adalah media pembelajaran yang pemanfaatanya

khusus diatur oleh peserta didik.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

5

c) Belajar jarak jauh (distance education)

Belajar jarak jauh memerlukan sarana telekomunikasi yang memadai,

baik untuk interaksi yang bersifat sinkron atau asinkron.

3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar

memiliki banyak macam dan karakteristik.

Menurut Rudy Brets (dalam bukunnya Wina Sanjaya, (2010:211) ada tujuh

klasifikasi media antara lain :

a) Media Audiovisual Gerak, misalnya : film, suara, pita video, film TV.

b) Media Audiovisual Diam, misalnya : film rangkai suara.

c) Media Audio Semigerak, misalnya : tulisan jauh bersuara.

d) Media Visual Bergerak, misalnya : film bisu.

e) Media Visual Diam, misalnya : halaman cetak, foto, micro-phone, slide

bisu.

f) Media Audio, misalnya : radio, telepon, pita audio.

g) Media Cetak, misalnya : buku, modul, bahan ajar sendiri.

Dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat, guru harus

mempertimbangkan karakteristik dari masing-masing media yang ada.

Menurut Wina Sanjaya (2010:213-223) beberapa media pembelajaran

memiliki karakteristik masing-masing sebagai berikut :

a) Media Grafis (visual diam)

Media grafis dan media cetak lebih sering digunakan dalam proses

pembelajaran. Media Grafis termasuk ke dalam kategori media visual

non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke

penerima pesan (dari guru kepada siswa), misalnya gambar atau foto,

diagram, gambar, poster, grafik, media cetak, dan buku.

b) Media Proyeksi

Media proyeksi adalah media yang dapat digunakan hanya dengan

bantuan proyektor. Media ini harus menggunakan alat elektronik untuk

menampilkan informasi atau pesan. Misalnya, film bingkai atau slide,

OHP, opaque projector, microfis, dan video.

c) Media Audio

Media Audio adalah media atau bahan yang mengandung pesan dalam

bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran dan perasaan pendengar

sehingga terjadi proses belajar. Media audio cocok untuk mencapai

tujuan yang bersifat kognitif berupa data dan fakta yang berhubungan

dengan sikap, misalnya radio, alat perekam pita magnetik, dan piringan

hitam.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

6

d) Media Komputer

Komputer termasuk jenis media yang secara virtual dapat

menyediakanrespons yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan

oleh siswa. Saat ini tekhnologi komputer, tidak hanya digunakan sebagai

sarana komputerisasi dan pengolahan kata, akan tetapi juga sebagai

sarana belajar multimedia yang memungkinkan peserta didik untuk

membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan.

Beberapa bentuk dalam penggunaan komputer sebagai media yang

dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi :

1. Penggunaan multimedia presentasi

Multimedia yang digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang

sifatnya teoritis. Digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan

kelompok besar. Untuk kebutuhan presentasi, multimedia dapat

menggunakan proyektor dengan jangkauan yang luas.

2. CD multimedia interaktif

CD interaktif dapat digunakan dalam berbagai bidang studi. Sifat

media ini selain interaktif juga bersifat mutimedia dengan unsur-

unsur yang lengkap seperti sound, animasi, video, teks, dan grafis.

2. Pemanfaatan internet

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dapat

mengkondisikan siswa untuk belajar mandiri. Siswa dapat berperan

sebagai seorang peneliti menjadi seorang analis, tidak hanya

sebagai konsumen informasi. Siswa dapat menganalisis informasi

yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

4. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

a. Prinsip pemilihan media pembelajaran

Dalam tahap pemilihan media harus dilakukan dengan hati-hati. Hal ini

dikarenakan, pemilihan media yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan

dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Menurut Wina Sanjaya (2010:224), ada beberapa prinsip pemilihan media

antara lain :

a) Pemilihan media sesuai dengan tujuan pembelajarn yang ingin dicapai.

Tujuan pembelajaran dapat bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tidak semua media dapat digunakan untuk mencapai tujuan. Setiap

media memiliki karakteristik tertentu, sehingga menjadi bahan

pertimbangan dalam pemakaian.

b) Pemilihan media berdasarkan konsep yang jelas. Pemilihan media tidak

didasarkan pada kesenangan guru atau hanya dijadikan hiburan, akan

tetapi harus menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

7

pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran

siswa.

c) Pemilihan media disesuaikan dengan karakteristik siswa. Antara siswa

satu dengan siswa yang lain, berbeda dalam kecocokan penggunaan

media pembelajaran.

d) Pemilihan media disesuaikan dengan gaya belajar siswa serta gaya dan

kemampuan guru. Guru perlu memahami karakteristik serta prosedur

penggunaan media yang dipilih.

e) Pemilihan media disesuaikan dengan kondisi lingkungan, fasilitas, dan

waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.

Menurut Wina Sanjaya (2010:225-226) ada beberapa pertimbangan

sebelum memilih media pembelajaran yang tepat yang dirumuskan dalam

satu kata ACTION yaitu akronim dari acces, cost, technology, interactivity,

organization, dan novelty antara lain:

a) Acces

Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih

media. Hal ini berkaitan dengan tersedianya media, penggunaan media

yang mudah dan dapat dimanfaatkan oleh siswa. Akses juga

menyangkut aspek kebijakan. Tersediannya media dalam kegiatan

belajar mengajar dapat membantu guru untuk menyampaikan pesan

dalam bentuk materi pelajaran, sehingga dapat diterima dan dipahami

dengan baik oleh siswa. Dengan adanya media diharapkan dapat

meningkatkan siswa dalam belajar.

Sebelum menentukan media pembelajaran yang tepat bagi siswa, maka

terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan tetang siswa antara lain:

1) Kemampuan dasar

Dalam menentukan tujuan pembelajaran, sebaiknya disesuaikan

dengan kemampuan yang telah atau harus dimiliki terlebih

dahulu oleh setiap siswa. Dengan demikian media dirancang

sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki siswa,

bukan hanya dirancang semata-mata oleh kemauan dan kehendak

guru.

2) Gaya belajar

Gaya belajar setiap siswa berbeda-beda. Menurut DePorter

(dalam bukunya Wina Sanjaya, (2010:68)) membagi gaya belajar

ke dalam tiga tipe antara lain tipe auditif, tipe visual, tipe

kinetesis.

b) Cost

Besarnya biaya untuk memperoleh media juga menjadi

pertimbangan. Media tersedia dalm berbagai jenis. Media yang

canggih pada umumnya akan semakin mahal. Akan tetapi, mahalnya

biaya haris diperhitungkan dengan aspek manfaat yang dapat

diperoleh. Semakin banyak yang menggunakan, maka harga dari

sebuah media akan semakin menurun. Jadi, harga yang mahal tidak

menjadi hambatan dalam memperoleh media yang terbaik.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

8

Untuk mendapatkan manfaat yang lebih baik, tidak memilih media

secara asal-asalan sehingga membutuhkan pertimbangan yang tepat.

Dibutuhkan perencanaan terhadap jenis media yang akan digunakan.

Menurut Wina Sanjaya (2010:44) dapat menyeleksi media dengan

menentukan bahan dan alat sebagai berikut :

1) Keberagaman kemampuan intelektual siswa.

2) Jumlah dan keragaman tujuan pembeljaran yang akan dicapai.

3) Tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus.

4) Berbagai altermatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

5) Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan.

6) Fasilitas fisik yang tersedia.

c) Technology

Saat ini bermunculan berbagai jenis tekhnologi yang dapat

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Akan tetapi, yang menjadi

pertimbangannya adalah adanya dukungan tekhnologi yang ada dan

kemudahan dalam menggunakan media. Jadi, dalam penggunaan

media juga disesuaikan dengan tekhnisi yang ada.

d) Interactivity

Interaktif mengandung arti bahwa dalam mengajar bukan hanya

sekedar menyampaikan pengetahuan ke siswa. Akan tetapi, kegiatan

mengajar menjadi proses untuk dapat mengatur lingkungan sehingga

merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian, media

pembelajaran harus dapat mendorong siswa agar berinteraksi dengan

baik antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, serta

antara siswa dengan lingkungan. Melalui proses interaksi, dapat

memunculkan kemampuan siswa untuk mengembangkan mental

maupun intelektual. Media yang baik adalah media yang dapat

memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan

pembelajaran yang dikembangkan, membutuhkan media yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Komunikasi yang baik

dalam proses pembelajaran akan mempermudah siswa untuk dapat

memahami bahan ajar.

Menurut Oemar Hamalik (1980:15) guru dapat menciptakan

kondisi media yang merangsang siswa untuk lebih aktif dengan

memahami beberapa hal tentang media sebagai berikut :

1) Pemahaman terhadap media sebagai alat komunikasi yang lebih

menefektifkan proses belajar mengajar.

2) Pemahaman terhadap media dalam rangka pencapaiab tujuan

pendidikan.

3) Pemahaman terhadap proses-proses belajar.

4) Pemahaman terhadap hubungan antara metode mengajar dan

media.

5) Pemahaman terhadap manfaat media dalam pengajaran.

6) Pemahaman terhadap memilih dan menggunakan media.

7) Pemahaman terhadap berbagai alat dan tekhnik media.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

9

8) Pemahaman terhadap penggunaan media dalam setiap mata

pelajaran.

e) Organization

Perlunya dukungan organisasi di lingkungan sekolah dalam

menggunakan media, sehingga guru maupun pengajar dapat

memanfaatkan media agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan

efektif dan efisien. Sehingga proses penyampaian pesan dari guru ke

siswa dapat tercapai dengan baik. Hal ini berkaitan dengan

tersedianya sarana di lingkungan sekolah yang disebut dengan pusat

sumber belajar.

Menurut Wina Sanjaya (2010:12-13) dukungan terhadap pusat

sumber belajar meliputi lingkungan fisik dan personal. Lingkungan

fisik meliputi tempat belajar, bahan dan alat yang digunakan.

Sedangkan untuk personal meliputi guru, petugas perpustakaan dan

ahli media serta siapa yang berpengaruh baik secara langsung maupun

tidak lansung dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran.

Guru dan siswa akan bekerja sama menggunakan bahan pelajaran,

memanfaatkan alat, dan berdiskusi.

f) Novelty

Suatu media akan bermakna apabila bersifat baru dan canggih.

Media yang telah usang, akan mempengaruhi tingkat motivasi dan

perhatian siswa dalam mempelajari bahan pelajaran. Penggunaan

media yang baru dan canggih pada umumnya akan lebih baik dan lebih

menarik bagi siswa. Tingkat perhatian siswa pada bahan ajar yang

disajikan dengan media tersebut akan tinggi disertai juga dengan

motivasi untuk terus selalu belajar.

b. Prinsip penggunaan media pembelajaran

Prinsip pokok penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar adalah

bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam

upaya memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, penggunaan media dipandang

dari sudut kebutuhan siswa.

Menurut Wina Sanjaya (2010:226-227) media pembelajaran benar-benar

digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada beberapa prinsip yang

harus diperhatikan antara lain :

1) Media harus sesuai dan daiarahkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Media tidak digunakan untuk alat hiburan atau

mempermudah guru dalam penyampaian pesan, melainkan benar-

benar hanya untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

10

2) Media harus sesuai dengan materi pembelajaran. Media yang

digunakan sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran

3) Media harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa. Setiap

siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda-beda. Guru perlu

memperhatikan setiap kemampuan dari gaya tersebut.

4) Media harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Media yang mahal

belum tentu efektif untuk mencapai tujuan. Demikian juga, media yang

sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai.

5) Media yang ada harus sesuai dengan kemampuan guru dalam

mengoperasikannya. Media-media yang mutakhir memerlukan

kemampuan khusus dalam mengoperasikannya. Oleh karena itu, guru

perlu mempelajari cara mengoperasikan dan memanfaatkan media

yang akan digunakan.

B. Kemandirian Belajar

1. Pengertian Kemandirian Belajar

Menurut Haris Mudjiman (2011:9) belajar mandiri adalah kegiatan belajar

aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu

kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal

pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Beberapa penjelasan

yang terkait dengan batasan belajar mandiri antara lain :

a) Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri

keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk

mencapai tujuan.

b) Motif atau niat untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan

pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan

kreatif.

c) Kompetensi adalah pengetahuan atau keterampilan yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah.

d) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah

informasi yang diperoleh dan sumber belajar, sehingga menjadi

pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya.

e) Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal tradisional

tujuan belajar, khususnya tujuan-tujuan antara hingga evaluasi hasil

belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Tujuan akhir dari setiap

unit penugasan dapat ditetapkan oleh guru.

Dari batasan tersebut, dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sedang

menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai oleh motif yang

mendorongnya untuk belajar, bukan dari kenampakan fisik kegiatan belajarnya.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

11

Kegiatan belajar mandiri diawali dengan adanya kesadaran adanya masalah,

kemudian diikuti dengan timbulnya niat untuk melakukan kegiatan belajar secara

sengaja untuk menguasai suatu kompetensi guna memecahkan suatu permasalhan

yang ada. Jadi, dengan kata lain kegiatan belajar mandiri ini tidak akan tercipta

bila terdapat unsur pemaksaan dari pihak lain, melainkan timbulnya kesadaran

dan niat yang timbul dengan sendirinya dalam pribadi individu itu sendiri. Belajar

mandiri bermanfaat di masa depan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang

semakin lama semakin keras, serta masalah yang dihadapi juga semakin banyak.

Kemandirian belajar (dalam scribd.com) adalah kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri dengan tidak tergantung

pada orang lain serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam

menyelesaikan tugasnya.

Menurut Poerwadarminta (2003:23) (dalam id.shvoong.com) aktivitas

adalah kegiatan.

Jadi, aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang

keberhasilan belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas

siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis

Menurut Paul B. Diedrich (dalam id.shvoong.com) ada 177 macam

aktivitas siswa antara lain

1) Visual Activities, seperti membaca, memperhatikan gambar,

memperhatikan demonstrasi percobaan pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi.

3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,

musik,

pidato.

4) Writing activities seperti menulis: cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,

mereparasimodel, bermain, berkebun, berternak.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

12

7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui aktivitas siswa terdiri

dari :

1) Bertanggung Jawab Terhadap Tugas

2) Menemukan Penyelesaian Masalah

3) Pemahaman Isi Materi

4) Kemampuan Menjawab Pertanyaan

5) Menghindarkan Perilaku Yang Tidak Sesuai Dengan Proses Belajar

6) Melakukan Kegatan Yang Berhubungan Dengan Proses Belajar

7) Sistem Pengerjaan Tugas

8) Keberanian Bertanya

9) Keberanian Mengajukan Pendapat

10) Kegiatan Berdiskusi

2 Ciri-ciri kemandirian

Menurut Chabib Thoha (1996:123-124) dalam (subliyanto.blogspot.com)

mengemukakan ciri-ciri kemandirian antara lain :

a) Mampu berpikir secara kritis

b) Tidak mudah terpegauh oleh pendapat orang lain

c) Tidak lari dan menghindari masalah

d) Memecahkan maslaah dengan berfikir yang mendalam

e) Apabila menjumpai maslaah dipecahkan sendiri tanpa meminta

bantuan orang lain

f) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain

g) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan

h) Bertanggung jawab atas tindakanya sendiri

3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian

Menurut Masrun (1986:4) (dalam tugasavan.blogspot.com) faktor-faktor

yang mempengaruhi kemandirian dibedakan menjadi dua antara lain :

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

13

a) Faktor Dari Dalam

Faktor dari dalam yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara

lain :

1) Usia

Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-

lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia

remaja mereka lebih berorientasi internal, karena percaya bahwa

peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya

sendiri. Anak-anak akan lebih

tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat

laun akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia

seseorang. Anak-anak usia muda merasa belum mampu untuk

melakukan sesuatu secara sendiri karena kemampuan yang

dimiliki masih terbatas. Sebaliknya, anak dengan usia yang

semakin dewasa merasa sudah mempunyai kemampuan yang

cukup, maka secara pelan-pelan akan dapat melakukan semuanya

secara sendiri. Anak semakin tua usia cenderung semakin mandiri.

2) Jenis Kelamin

Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya

sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja.

Perbedaan sifat-sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita

disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada

anak pria dan wanita. Perbedaan jasmani yang menyolok antara

pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang beranggapan

bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita. Seorang

anak perempuan memiliki dorongan untuk melepaskan diri dari

ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya sebagai

seorang perempuan, maka dituntut untuk bersikap pasif, berbeda

dengan anak lelaki yang agresif dan ekspansif, akibatnya anak

perempuan berada lebih lama dalam ketergantungan daripada

anak laki-laki.

3) Konsep diri

Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang

kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil.

Cara individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan

dirinya atau menentukan kepibadian individualnya. Individu yang

memandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki

kemandirian dan sebaliknya individu yang memandang dan

menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung tidak mampu, maka

akan menggantungkan dirinya pada orang lain. Kemampuan

bertindak dan mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain

hanya dapat dimiliki oleh orang yang mampu berpikir dengan

seksama tentang tindakannya.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

14

b) Faktor Dari Luar

Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara

lain :

1) Pendidikan

Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang,

kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga

orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar

seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri, sehingga orang

memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan

orang lain. Menurut Thoha (1996) sistem pendidikan yang

diterapkan disekolah yang dalam prosesnya tidak dapat

mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung

menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi juga akan

menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

15

2) Keluarga

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam

menciptakan dasar-dasar kepribadian seorang anak. Demikian

juga dalam pembentukan kemandirian anak berupa aktivitas

pendidikan dalam keluarga, kecenderungan dalam mendidika

anak, cara memberikan penilaian terhadap anak bahkan sampai

pada cara hidup orang tua. Keluarga berperan dalam penanaman

nilai-nilai pada diri seorang anak, termasuk niali kemandirian.

Penanaman nilai kemandirian tidak lepas dari peran orang tua

dan cara asuh orang tua ke anak. Apabila sejak kecil seorang anak

sudah dilatih mandiri, maka ketika harus keluar dari asuhan orang

tua untuk dapat mandiri, tidak akan mengalami kesulitan dalam

hidup.

Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak terkait dengan

peranan orang tua. Dalam hal ini, ayah dan ibu mempunyai peran

nyata bahwa dari rasa kasih sayang dan rasa kuatirnya seorang

ibu tidak berani melepaskan anaknya untuk berdiri sendiri

sehingga menjadikan anak tersebut untuk selalu ditolong, selalau

tergantung kepada ibu karena selalu dimanjakan mengakibatkan

tidak dapat menyesuaikan diri dan perkembangan watak mengarah

pada keragu-raguan. Sikap ayah yang keras menjadikan anak

kehilangan rasa percaya diri sementara kemanjaan yang diberikan

ayah menjadikan anak kurang berani menghadapai masyarakat

luas. Pemanjaan yang berlebihan dan pengabaian sikap orang tua

terhadap anak mengakibatkan terhambatnya perkembanagan anak.

3) Interaksi sosial

Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan

sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan

mendukung perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai

perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan

yang dihadapi dengan baik, tidak mudah menyerah, maka akan

mendukung untuk dapat berperilaku mandiri. Sistem kehidupan

masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur

sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang

menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif

dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja

atau siswa.

4 Aspek-Aspek Kemandirian

Menurut Steinbergh (1999:289) dalam (adwintaactivity.blogspot.com)

mengemukakan tiga aspek kemandirian antara lain :

a) Kemandirian emosional (emotional autonomy)

Kemandirian emosional adalah seberapa besar individu tidak

tergantung kepada dukungan emosional orang lain, terutama orang tua

dalam mengelola dirinya sendiri. Memudarnya hubungan emosional

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

16

anak dengan orang tua pada masa remaja terjadi sangat cepat.

Kecepatan memudarnya hubungan itu terjadi seiring dengan semakin

mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri. Proses ini secara

tidak langsung memberikan peluang bagi remaja untuk

mengembangkan kemandirian emosional. Proses psikososial yang

menuntut remaja untuk mengembangkan kemandirian emosional

antara lain:

(1) Perubahan pengungkapan kasih saying

(2) Meningkatkan pendistribusian kewenangan dan tanggung jawab

(3) Menurunnya interaksi verbal dan kesempatan bertemu dengan

orang tua

(4) Semakin larutnya remaja dalam pola-pola hubungan antar teman

sebaya untuk menyelami hubungan kehidupan yang baru di luar

keluarga. Individu yang mampu memutuskan ikatan emosionalmya,

maka ia akan melakukan pemisahan diri dari keluarga (sparasi).

Keberhasilan dalam melakukan sparasi ini merupakan dasar bagi

pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat

independency, sehingga ini menjadi awal untuk terbentuknya

kemandirian.

b) Kemandirian Perilaku (behavioural autonomy

Kemandirian perilaku adalah kemampuan individu dalam

menentukan dan mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya. Ciri-

ciri individu yang mempunyai kemandirian dalam perilaku antara lain:

1) Memiliki kemampuanmengambil keputusan, yang ditandai oleh:

a. Menyadaru adanya resiko dari tingkah laku

b. Memilih alternatif pemecahan masalah yang didasarkan atas

pertimbangn diri sendiri dan orang lain

c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang

diambil.

2) Memiliki kekuatan terhadap penaruh pihak lain, yang ditandai ole:

a. Tidak mudah terpengauh dalam situasi yang menuntut

konformitas

b. Tidak mudah terpengaruh oleh tekanana teman sebaya dan orang

tua dalam mengambil keputusan

c. Memasuiki kelompok sosial tanpa tekanan.

3) Memiliki rasa percaya diri (self reliance), yang ditandai oleh:

a. Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

b. Dapat memenuhi tanggung jawab

c. Dapat mengatasi sendiri masalahnya

d. Berani mengemukakan ide atau gagasan

c) Kemandirian nilai (values autonomy)

Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak

tekanan atau tuntutan dari orang lain yang berkaitan dengan keyakinan

dalam bidang nilai. Seorang individu memiliki seperangkat prinsip

tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting dalam

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

17

memandang sesuatu yang dilihat dari sisi nilai. Terdapat tiga

perubahan kemandirian nilai yang terjadi pada masa remaja antara

lain :

1) Keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstrak belief)

Perilaku yang dapat terlihat dari semakin abstraknya keyakinan

akan nilai-nilai adalah mampu menimbang berbagai kemungkinan

dalam bidang nilai.

2) Keyakinan akan nilai-nilai yang semakin bersifat prinsip (principle

belief). Perilaku yang muncul antara lain:

a. Berpikir sesuai dengan prinsip yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai

b. Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung

jawabkan dalam bidang nilai

3) Keyakinan akan nilai-nilai yang terbentuk dalam diri remaja bukan

hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tua atau orang

dewasa lainnya tetapi lebih pada keyakinan yang dimilikinya sendiri

(independent belief). Perilaku yang muncul antara lain :

a. Individu memulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-

nilai yang diterimanya dari orang lain

b. Berfikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri

c. Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri

5. Komponen Kemandirian Belajar

Siswa yang mandiri dapat menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk

mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, dan jarang mencari

perlindungan dari orang lain serta mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

Menurut Haris Mudjiman (2011:15) terdapat empat komponen dalam

belajar mandiri antara lain :

a. Konstruktivisme yaitu paradigma yang meyakini bahwa pembelajaran

adalah penambahan pengetahuan baru hasil olahan pembelajar sendiri,

atas dasar rangsangan yang berupa informasi dari sumber belajar.

b. Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara

intensif, persistensi, terarah dan kreatif

c. Kegiatan aktif adalah kegiatan belajar yang ditandai dengan melakukan

tindakan, dan memiliki ciri-ciri efektif, persisiten, terarah dan kreatif.

d. Kompetensi / tujuan belajar mandiri yang mengarah ke penguasaan

kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan tindakan secara

profesional

C. Penelitian Terdahulu

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

18

1) Penelitian yang dilakukan oleh Agustin Kurniawati (162003026) tentang

Gambaran Pemanfaatan Sumber Belajar Mahasiswa Pendidikan ekonomi

FKIP UKSW Salatiga Angkatan 2005-2008 Semester II Tahun Ajaran

2008/2009 pada tahun 2010 yang bertujuan untuk menggambarkan sumber

belajar yang dimanfaatkan oleh mahasiswa. Diperoleh hasil penelitian

sebagai berikut :

a. Gambaran pemanfaatan sumber belajar pada saat kegiatan tatap muka :

(1) Pemanfaatan sumber belajar dosen, antara mahassiwa lama dengan

mahassiwa baru tidak ada bedanya yaitu 100%

(2) Pemanfaatan sumber belajar pustaka, mahasiswa lama lebih besar

menggunakannya yaitu 66,7%, sedangan mahsiswa baru yaitu

54,5%

(3) Pemanfaatan sumber belajar internet, mahaiswa lama lebih besar

yaitu 60%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 51,5%

(4) Pemanfaatan sumber belajar perpustakaan, mahasiswa angkatan

lama lebih rendah yaitu 40%, sedangkan mahasiswa angkatan baru

yaitu 54,5%

Jadi, kesimpulan sementara pada saat tatap muka mahasiwa lama

maupun mahassiwa baru cenderung memanfaatkan sumber belajar dosen.

b. Gambaran pemanfaatan sumber belajar pada saat kegiatan terstrukur

(1) Pemanfaatn sumber belajar dosen, mahassiswa lama lebih rendah

yaitu 20%, sedangkan mahasiwa baru yaitu 21,2%

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

19

(2) Pemanfaatn sumber belajar pustaka, mahasiswa lama 80%,

sedangkan mahasiswa baru yaitu 36,4%

(3) Pemanfaatan sumber belajar internet, mahasiswa lam lebih rendah

yaitu 54,5%, sedangkan mahassiwa baru yaitu 73,3%

(4) Pemanfaatan sumber beajar perpustakaan, mahasiswa lama lebih

tinggi yaitu 66,7%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 60,6%

Jadi, kesimpulan sementara bahwa pemanfaatan sumber belajar doesn

antara mahasiswa angkatan baru dengan mahassiwa angkatan lama kurang

baik. Untuk pemanfaatn sumber belajar puataka, internet, dan perpustakaan

untuk mahasiswa angkatan lama cenderung lebih memanfaatkan daripada

mahasiswa angkatan baru.

c. Gambaran pemanfaatan sumber belajar pada saat kegiatan mandiri

(1) Pemanfaatan sumber belajar dosen, mahasiswa lama lebih tinggi

yaitu 26,7%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 15,2%

(2) Pemanfaatan sumber belajar pustaka, mahasiswa lama lebih rendah

yaitu 53,3%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 57,6%

(3) Pemanfaatan sumber belajar internet, mahasiswa lama lebih tinggi

yaitu 73,3%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 51,5%

(4) Pemanfaatan sumber belajar perpustakaan, mahasiswa lama lebih

tinggi yaitu 60%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 39,4%

Jadi, kesimpulan sementara bahwa mahasiswa masih memanfaatkan

sumber belajar, dosen, pustaka, internet dan perpustakaan. Mahasiswa lama

lebih banyak meanafaatkan sumber belajar tersebut daripada mahasiswa

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

20

baru. Tetapi, untuk sumber belajar pustaka mahasiswa baru lebih besar

memanfaatkannya daripada mahasiswa lama.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Citra Nur Kartikasari (162007009) tentang

kesesuaian pemilihan media dengan tujuan pembelajaran guru ekonomi

SMA Negeri 3 Salatiga pada tahun 2012. Tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pemilihan media

dengan tujuan pembelajaran guru konomi SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa Pendidikan Ekonomi dalam

pemanfaatan sumber belajar pada saat tatap muka masih tergantung pada

sumber belajar dosen. Sumber belajar yang paling sedikit digunakan adalah

sumber belajar internet.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kesesuaian pemilihan

media dengan tujuan pembelajaran guru ekonomi SMA Negeri 3 Salatiga

belum baik. Terkadang media yang dipilih tidak disesuaikan dengan

karakteristik, watak, kemampuan dan latar belakang siswa. Usaha yang

dilakukan oleh guru ekonomi dalam penggunaan media pembelajaran belum

maksimal. Jadi, fasilitas yang disediakan oleh pihak sekolah belum

digunakan secara maksimal dan informasi dari guru yag akan disampaikan

ke siswa sulit dicapai sebagai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,

dibutuhkan peningkatan kemampuan memilih, menggunakan, dan

mengembangkan media pembelajaran secara maksimal sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik siswa.

D. Kerangka Berpikir

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

21

Pengunaan media ada dua faktor yang harus diperhatikan agar tidak terjadi

kesalahan komunikasi antara pengajar dengan mahasiswa, mengingat bahwa gaya

belajar maupun kemampuan mahasiwa yang satu dengan yang lain berbeda-beda.

Faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan media antara lain ada faktor

prinsip dalam pemilihan media pembelajaran dan faktor pertimbangan media

pembelajaran.

Pemilihan media pembelajaran hendaknya dilakukan dengan hati-hati. Hal-

hal yang harus diperhatikan saat akan memilih media pembelajaran antara lain

yang pertama sesuaikan media pembelajaran yang akan digunakan dengan tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengarah kepada kognitif, afektif atau

perubahan sikap, dan psikomotorik. Kedua, pemilihan media sesuai dengan

konsep pembelajaran. Media pembelajaran ditujukan hanya untuk membntu

proses belajar mahasiswa. Ketiga, pemilihan media sesuai dengan karakteristik

mahasiswa. Karakteristik ini meliputi usia, jenis kelamin, level pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar, pengalaman dan sikap.

Kemampuan dalam mengajar berkaitan dengan kemampuan pengajar dalam

menggunakan media yang tepat. Keempat, Pemilihan media sesuai dengan

kondisi lingkungan belajar yang berkaitan dengan kondisi serta fasilitas yang

tersedia dalam mendukung penggunaan media.

Faktor dalam pertimbangan media pembelajaran dapat dirumuskan dalam

satu kata ACTION yaitu, acess, cost, technology, interactivity, organization, dan

novelty. Acess berkaitan dengan kemudahan cara dalam menggunakan media.

Cost berkaitan dengan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan media yang

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

22

berkualitas. Technology berkaitan dengan tekhnologi lain sebagai pendukung

media dapat digunakan. Interactivity berkaitan dengan adanya penggunaan media,

mahasiswa FKIP-PE dapat mengembangkan kemampuan interaksi dengan sesama

mahasiswa lain, pengajar, maupun lingkungan. Organization berkaitan dengan

adanya dukungan dari Fakultas atau Program Studi PE untuk pengadaan media

pembelajaran. Novelty berkaitan dengan penggunaan media yang tergolong baru

dan canggih.

Mahasiswa FKIP-PE telah disediakan berbagai macam media yang tersedia

di dalam maupun diluar kelas. Media di dalam kelas seperti LCD, OHP.

Sedangkan diluar kelas seperti, perpustakaan, hotspot area, ahli media dan posnet.

Kegiatan belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Pengajar hadir di

dalam kelas maupun tidak sudah tidak menjadi hambatan bagi mahasiswa untuk

terus belajar. Oleh karena itu, mahasiswa dapat belajar secara mandiri, sehingga

tidak tergantung kehadiran pengajar di dalam kelas.

Kemandirian mahasiswa dapat dibedakan antara mahasiswa yang

mempunyai kemandirian tinggi dan rendah. Kemandirian belajar dapat dilihat dari

tingkah laku yang ditunjukkan mahasiswa saat proses belajar dapat dibedakan

mana mahasiswa yang memiliki kemandiran dalam belajar dan yang kurang

memiliki kemandirian dalam belajar, seperti kesiapan menerima materi dari

pengajar.

Kemandirian belajar dalam diri setiap mahasiswa dapat dilihat dari

terbentuknya kemandirian perilaku. Bentuk kemandirian perilaku mahasiswa

antara lain yang pertama, saat pengambilan keputusan disertai dengan kesiapan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2557/3/T1... · 2013-05-16 · bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu,

23

menghadapi konsekuensi dan sikap tanggung jawab. Kedua, memiliki keyakinan

diri yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hasutan orang lain dalam

suatu kondisi. Ketiga, memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Hipotesis

E. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan media

pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga

angkatan tahun 2008-2009 Semester II tahun ajaran 2011-2012.

H0 : = 0 tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa

FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun 2008-2009 Semester II tahun

ajaran 2011-2012.

Ha : 0 terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa

FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun 2008-2009 Semester II tahun

ajaran 2011-2012.

Penggunaan Media Pembelajaran

(X)

Kemandirian Belajar

(Y)