bab ii landasan teori - institutional repository | satya...
TRANSCRIPT
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Dunia pendidikan membutuhkan suatu media yang tepat untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Pada hakikatnya bukan media pembelajaran
yang menentukan hasil belajar yang baik, melainkan keberhasilan atas
penggunaan media pembelajaran. Guru maupun siswa bekerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan adanya bantuan dari media. Penggunaan
media sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip yang ada, agar bahan ajar yang
disampaikan oleh pengajar dapat diserap dan dipahami dengan baik oleh
mahasiswa, sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam komunikasi. Adanya
media pembelajaran, mahasiswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja karena
tidak tergantung dengan kehadiran pengajar di dalam kelas, sehingga dapat
melatih mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Apabila alat atau media ini dapat
difungsikan secara maksimal, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan
secara efektif.
A. Media pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya (2010:204) kata media berasal dari bahasa latin
dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat
diartikan sebagai perantara atau pengantar.
Menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2007:133) pembelajaran adalah suatu
sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, materi ajar, strategi
pembelajaran seperti metode, media, waktu. Menurut Rossi dan Breidle
(dalam bukunya Wina Sanjaya,(2010:204)) mengemukakan bahwa “Media
pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan
sebagainya”.
2
Akan tetapi, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja termasuk hal-
hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.
Menurut Newby (dalam Dewi Salma Prawiradilaga, 2007:64) media
pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran
atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang.
Menurut Gerlach (dalam Wina Sanjaya, 2010:204) mengemukakan bahwa
media secara umum meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang
memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
Dalam pengertian tersebut, media bukan hanya alat perantara seperti tv,
radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai
sumber belajar atau berupa kegiatan seperti diskusi, seminar, karyawisata,
simulasi dan sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.
Menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2007:64) dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan dari pengirim ke penerima pesan.
2. Fungsi Media pembelajaran
Penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal akan
menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi siswa, dan juga mengurangi
kemampuan siswa dalam menangkap pesan. Hal ini dikarenakan, siswa kurang
diajak berpikir dan menghayati pesan yang disampaikan. Siswa seharusnya
terlibat baik fisik maupun psikis.
Memberikan pengalaman langsung kepada siswa bukan sesuatu yang mudah
bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu, akan tetapi ada beberapa
pengalaman yang tidak mungkin dipelajari langsung oleh siswa. Oleh karena itu,
Peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
3
Melalui media pembelajaran, guru dapat memberikan informasi yang awalnya
bersifat abstrak kemudian menjadi konkret, sehingga dapat dipahami oleh siswa
dengan baik.
Menurut Wina sanjaya (2010, 207-209) media pembelajaran mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa penting atau objek langka dapat diabadikan dengan
foto, film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa
tersebut disimpan dan dapat digunakan apabila suatu saat nanti
diperlukan.
b) Memanipulasi keadaan peristiwa dan objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran
yang bersifat abstrak menjadi konkret, sehingga mudah dipahami dan
menghilangkan verbalisme oleh siswa. Media pembelajaran juga dapat
membantu menampilkan objek yang terlalu besar dan tidak mungkin
ditampilkan dalam kelas atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang
sulit dilihat dengan mata telanjang.
c) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga
perhatian siswa kepada materi dapat lebih meningkat.
Menurut Wina Sanjaya (2010:209-210) media pembelajaran memiliki nilai
praktis antara lain :
a) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa
Pengalaman setiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-
faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, misalnya
ketersediaan buku, kesempatan mencari, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Apabila peserta
didik tidak dapat dibawa ke obyek langsung, maka obyek yang menjadi
sumber pengamatan yang akan dibawa ke peserta didik. Obyek yang
dimaksud dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-
gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
b) Media dapat mengatasi batas ruang kelas
Hal ini dapat mengatasi penyajian bahan belajar yang sulit dipahami
secara langsung oleh siswa, sehingga media mempunyai fungsi untuk :
1. Menampilkan objek yang terlalu besar.
2. Memperbesar dan memperjelas objek yang terlalu kecil.
3. Mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat.
4. Memperlambat gerakan suatu proses yang terlalu cepat.
5. Menyederhanakan objek yang terlalu kompleks.
6. Memperjelas bunyi-bunyi yang sangat lemah.
c) Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta
dengan lingkungan.
4
d) Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat.
f) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk
belajar dengan baik.
g) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
h) Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
i) Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal
yang konkrit sampai hal-hal yang abstrak.
Nilai praktis pada media pembelajaran seperti yang telah diuraikan di atas,
maka media pembelajaran termasuk salah satu aspek yang paling penting agar
informasi dapat disampaikan kepada siswa. Sudah seharusnya media
pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai alat bantu saja bagi guru dalam
mengajar, akan tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari guru ke siswa.
Menurut Kemp and Dayton (dalam bukunnya Wina Sanjaya (2010:210))
media memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap proses
pembelajaran. Kontribusi tersebut antara lain :
a) Penyampaian pesan pembelajar dapat lebih terstandart.
b) Pembelajaran dapat lebih menarik.
c) Pembelajaran dapat lebih interaktif.
d) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
e) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
f) Proses pembelajaran dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja
saat diperlukan.
g) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan.
h) Peran guru berubah ke arah yang positif artinya guru tidak
menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar.
Menurut Smaldino (dalam bukunnya Dewi Salma Prawiradilaga,
(2007:64)) media mempunyai peran dalam pembelajaran, antara lain :
a) Diatur oleh pengajar (instructor-directed)
Media pembelajaran yang difungsikan oleh pengajar dan menjadi
bagian dari penyajian materi yang disajikan oleh pengajar.
b) Diatur oleh peserta didik (learner-directed)
Media pembelajaran yang difungsikan oleh peserta didik karena merasa
dirinya ingin terlibat langsung dalam kegiatan belajarnya. Sarana
laboratorium, CAI adalah media pembelajaran yang pemanfaatanya
khusus diatur oleh peserta didik.
5
c) Belajar jarak jauh (distance education)
Belajar jarak jauh memerlukan sarana telekomunikasi yang memadai,
baik untuk interaksi yang bersifat sinkron atau asinkron.
3. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar
memiliki banyak macam dan karakteristik.
Menurut Rudy Brets (dalam bukunnya Wina Sanjaya, (2010:211) ada tujuh
klasifikasi media antara lain :
a) Media Audiovisual Gerak, misalnya : film, suara, pita video, film TV.
b) Media Audiovisual Diam, misalnya : film rangkai suara.
c) Media Audio Semigerak, misalnya : tulisan jauh bersuara.
d) Media Visual Bergerak, misalnya : film bisu.
e) Media Visual Diam, misalnya : halaman cetak, foto, micro-phone, slide
bisu.
f) Media Audio, misalnya : radio, telepon, pita audio.
g) Media Cetak, misalnya : buku, modul, bahan ajar sendiri.
Dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat, guru harus
mempertimbangkan karakteristik dari masing-masing media yang ada.
Menurut Wina Sanjaya (2010:213-223) beberapa media pembelajaran
memiliki karakteristik masing-masing sebagai berikut :
a) Media Grafis (visual diam)
Media grafis dan media cetak lebih sering digunakan dalam proses
pembelajaran. Media Grafis termasuk ke dalam kategori media visual
non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke
penerima pesan (dari guru kepada siswa), misalnya gambar atau foto,
diagram, gambar, poster, grafik, media cetak, dan buku.
b) Media Proyeksi
Media proyeksi adalah media yang dapat digunakan hanya dengan
bantuan proyektor. Media ini harus menggunakan alat elektronik untuk
menampilkan informasi atau pesan. Misalnya, film bingkai atau slide,
OHP, opaque projector, microfis, dan video.
c) Media Audio
Media Audio adalah media atau bahan yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran dan perasaan pendengar
sehingga terjadi proses belajar. Media audio cocok untuk mencapai
tujuan yang bersifat kognitif berupa data dan fakta yang berhubungan
dengan sikap, misalnya radio, alat perekam pita magnetik, dan piringan
hitam.
6
d) Media Komputer
Komputer termasuk jenis media yang secara virtual dapat
menyediakanrespons yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan
oleh siswa. Saat ini tekhnologi komputer, tidak hanya digunakan sebagai
sarana komputerisasi dan pengolahan kata, akan tetapi juga sebagai
sarana belajar multimedia yang memungkinkan peserta didik untuk
membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan.
Beberapa bentuk dalam penggunaan komputer sebagai media yang
dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi :
1. Penggunaan multimedia presentasi
Multimedia yang digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang
sifatnya teoritis. Digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan
kelompok besar. Untuk kebutuhan presentasi, multimedia dapat
menggunakan proyektor dengan jangkauan yang luas.
2. CD multimedia interaktif
CD interaktif dapat digunakan dalam berbagai bidang studi. Sifat
media ini selain interaktif juga bersifat mutimedia dengan unsur-
unsur yang lengkap seperti sound, animasi, video, teks, dan grafis.
2. Pemanfaatan internet
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dapat
mengkondisikan siswa untuk belajar mandiri. Siswa dapat berperan
sebagai seorang peneliti menjadi seorang analis, tidak hanya
sebagai konsumen informasi. Siswa dapat menganalisis informasi
yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
4. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran
a. Prinsip pemilihan media pembelajaran
Dalam tahap pemilihan media harus dilakukan dengan hati-hati. Hal ini
dikarenakan, pemilihan media yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Menurut Wina Sanjaya (2010:224), ada beberapa prinsip pemilihan media
antara lain :
a) Pemilihan media sesuai dengan tujuan pembelajarn yang ingin dicapai.
Tujuan pembelajaran dapat bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tidak semua media dapat digunakan untuk mencapai tujuan. Setiap
media memiliki karakteristik tertentu, sehingga menjadi bahan
pertimbangan dalam pemakaian.
b) Pemilihan media berdasarkan konsep yang jelas. Pemilihan media tidak
didasarkan pada kesenangan guru atau hanya dijadikan hiburan, akan
tetapi harus menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses
7
pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran
siswa.
c) Pemilihan media disesuaikan dengan karakteristik siswa. Antara siswa
satu dengan siswa yang lain, berbeda dalam kecocokan penggunaan
media pembelajaran.
d) Pemilihan media disesuaikan dengan gaya belajar siswa serta gaya dan
kemampuan guru. Guru perlu memahami karakteristik serta prosedur
penggunaan media yang dipilih.
e) Pemilihan media disesuaikan dengan kondisi lingkungan, fasilitas, dan
waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.
Menurut Wina Sanjaya (2010:225-226) ada beberapa pertimbangan
sebelum memilih media pembelajaran yang tepat yang dirumuskan dalam
satu kata ACTION yaitu akronim dari acces, cost, technology, interactivity,
organization, dan novelty antara lain:
a) Acces
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih
media. Hal ini berkaitan dengan tersedianya media, penggunaan media
yang mudah dan dapat dimanfaatkan oleh siswa. Akses juga
menyangkut aspek kebijakan. Tersediannya media dalam kegiatan
belajar mengajar dapat membantu guru untuk menyampaikan pesan
dalam bentuk materi pelajaran, sehingga dapat diterima dan dipahami
dengan baik oleh siswa. Dengan adanya media diharapkan dapat
meningkatkan siswa dalam belajar.
Sebelum menentukan media pembelajaran yang tepat bagi siswa, maka
terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan tetang siswa antara lain:
1) Kemampuan dasar
Dalam menentukan tujuan pembelajaran, sebaiknya disesuaikan
dengan kemampuan yang telah atau harus dimiliki terlebih
dahulu oleh setiap siswa. Dengan demikian media dirancang
sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki siswa,
bukan hanya dirancang semata-mata oleh kemauan dan kehendak
guru.
2) Gaya belajar
Gaya belajar setiap siswa berbeda-beda. Menurut DePorter
(dalam bukunya Wina Sanjaya, (2010:68)) membagi gaya belajar
ke dalam tiga tipe antara lain tipe auditif, tipe visual, tipe
kinetesis.
b) Cost
Besarnya biaya untuk memperoleh media juga menjadi
pertimbangan. Media tersedia dalm berbagai jenis. Media yang
canggih pada umumnya akan semakin mahal. Akan tetapi, mahalnya
biaya haris diperhitungkan dengan aspek manfaat yang dapat
diperoleh. Semakin banyak yang menggunakan, maka harga dari
sebuah media akan semakin menurun. Jadi, harga yang mahal tidak
menjadi hambatan dalam memperoleh media yang terbaik.
8
Untuk mendapatkan manfaat yang lebih baik, tidak memilih media
secara asal-asalan sehingga membutuhkan pertimbangan yang tepat.
Dibutuhkan perencanaan terhadap jenis media yang akan digunakan.
Menurut Wina Sanjaya (2010:44) dapat menyeleksi media dengan
menentukan bahan dan alat sebagai berikut :
1) Keberagaman kemampuan intelektual siswa.
2) Jumlah dan keragaman tujuan pembeljaran yang akan dicapai.
3) Tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus.
4) Berbagai altermatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
5) Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan.
6) Fasilitas fisik yang tersedia.
c) Technology
Saat ini bermunculan berbagai jenis tekhnologi yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Akan tetapi, yang menjadi
pertimbangannya adalah adanya dukungan tekhnologi yang ada dan
kemudahan dalam menggunakan media. Jadi, dalam penggunaan
media juga disesuaikan dengan tekhnisi yang ada.
d) Interactivity
Interaktif mengandung arti bahwa dalam mengajar bukan hanya
sekedar menyampaikan pengetahuan ke siswa. Akan tetapi, kegiatan
mengajar menjadi proses untuk dapat mengatur lingkungan sehingga
merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian, media
pembelajaran harus dapat mendorong siswa agar berinteraksi dengan
baik antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, serta
antara siswa dengan lingkungan. Melalui proses interaksi, dapat
memunculkan kemampuan siswa untuk mengembangkan mental
maupun intelektual. Media yang baik adalah media yang dapat
memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan
pembelajaran yang dikembangkan, membutuhkan media yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Komunikasi yang baik
dalam proses pembelajaran akan mempermudah siswa untuk dapat
memahami bahan ajar.
Menurut Oemar Hamalik (1980:15) guru dapat menciptakan
kondisi media yang merangsang siswa untuk lebih aktif dengan
memahami beberapa hal tentang media sebagai berikut :
1) Pemahaman terhadap media sebagai alat komunikasi yang lebih
menefektifkan proses belajar mengajar.
2) Pemahaman terhadap media dalam rangka pencapaiab tujuan
pendidikan.
3) Pemahaman terhadap proses-proses belajar.
4) Pemahaman terhadap hubungan antara metode mengajar dan
media.
5) Pemahaman terhadap manfaat media dalam pengajaran.
6) Pemahaman terhadap memilih dan menggunakan media.
7) Pemahaman terhadap berbagai alat dan tekhnik media.
9
8) Pemahaman terhadap penggunaan media dalam setiap mata
pelajaran.
e) Organization
Perlunya dukungan organisasi di lingkungan sekolah dalam
menggunakan media, sehingga guru maupun pengajar dapat
memanfaatkan media agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Sehingga proses penyampaian pesan dari guru ke
siswa dapat tercapai dengan baik. Hal ini berkaitan dengan
tersedianya sarana di lingkungan sekolah yang disebut dengan pusat
sumber belajar.
Menurut Wina Sanjaya (2010:12-13) dukungan terhadap pusat
sumber belajar meliputi lingkungan fisik dan personal. Lingkungan
fisik meliputi tempat belajar, bahan dan alat yang digunakan.
Sedangkan untuk personal meliputi guru, petugas perpustakaan dan
ahli media serta siapa yang berpengaruh baik secara langsung maupun
tidak lansung dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran.
Guru dan siswa akan bekerja sama menggunakan bahan pelajaran,
memanfaatkan alat, dan berdiskusi.
f) Novelty
Suatu media akan bermakna apabila bersifat baru dan canggih.
Media yang telah usang, akan mempengaruhi tingkat motivasi dan
perhatian siswa dalam mempelajari bahan pelajaran. Penggunaan
media yang baru dan canggih pada umumnya akan lebih baik dan lebih
menarik bagi siswa. Tingkat perhatian siswa pada bahan ajar yang
disajikan dengan media tersebut akan tinggi disertai juga dengan
motivasi untuk terus selalu belajar.
b. Prinsip penggunaan media pembelajaran
Prinsip pokok penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar adalah
bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam
upaya memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, penggunaan media dipandang
dari sudut kebutuhan siswa.
Menurut Wina Sanjaya (2010:226-227) media pembelajaran benar-benar
digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan antara lain :
1) Media harus sesuai dan daiarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Media tidak digunakan untuk alat hiburan atau
mempermudah guru dalam penyampaian pesan, melainkan benar-
benar hanya untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai.
10
2) Media harus sesuai dengan materi pembelajaran. Media yang
digunakan sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran
3) Media harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa. Setiap
siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda-beda. Guru perlu
memperhatikan setiap kemampuan dari gaya tersebut.
4) Media harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Media yang mahal
belum tentu efektif untuk mencapai tujuan. Demikian juga, media yang
sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai.
5) Media yang ada harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya. Media-media yang mutakhir memerlukan
kemampuan khusus dalam mengoperasikannya. Oleh karena itu, guru
perlu mempelajari cara mengoperasikan dan memanfaatkan media
yang akan digunakan.
B. Kemandirian Belajar
1. Pengertian Kemandirian Belajar
Menurut Haris Mudjiman (2011:9) belajar mandiri adalah kegiatan belajar
aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu
kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Beberapa penjelasan
yang terkait dengan batasan belajar mandiri antara lain :
a) Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri
keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk
mencapai tujuan.
b) Motif atau niat untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan
pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan
kreatif.
c) Kompetensi adalah pengetahuan atau keterampilan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah.
d) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah
informasi yang diperoleh dan sumber belajar, sehingga menjadi
pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya.
e) Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal tradisional
tujuan belajar, khususnya tujuan-tujuan antara hingga evaluasi hasil
belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Tujuan akhir dari setiap
unit penugasan dapat ditetapkan oleh guru.
Dari batasan tersebut, dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sedang
menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai oleh motif yang
mendorongnya untuk belajar, bukan dari kenampakan fisik kegiatan belajarnya.
11
Kegiatan belajar mandiri diawali dengan adanya kesadaran adanya masalah,
kemudian diikuti dengan timbulnya niat untuk melakukan kegiatan belajar secara
sengaja untuk menguasai suatu kompetensi guna memecahkan suatu permasalhan
yang ada. Jadi, dengan kata lain kegiatan belajar mandiri ini tidak akan tercipta
bila terdapat unsur pemaksaan dari pihak lain, melainkan timbulnya kesadaran
dan niat yang timbul dengan sendirinya dalam pribadi individu itu sendiri. Belajar
mandiri bermanfaat di masa depan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang
semakin lama semakin keras, serta masalah yang dihadapi juga semakin banyak.
Kemandirian belajar (dalam scribd.com) adalah kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri dengan tidak tergantung
pada orang lain serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam
menyelesaikan tugasnya.
Menurut Poerwadarminta (2003:23) (dalam id.shvoong.com) aktivitas
adalah kegiatan.
Jadi, aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang
keberhasilan belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas
siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis
Menurut Paul B. Diedrich (dalam id.shvoong.com) ada 177 macam
aktivitas siswa antara lain
1) Visual Activities, seperti membaca, memperhatikan gambar,
memperhatikan demonstrasi percobaan pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
musik,
pidato.
4) Writing activities seperti menulis: cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
mereparasimodel, bermain, berkebun, berternak.
12
7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui aktivitas siswa terdiri
dari :
1) Bertanggung Jawab Terhadap Tugas
2) Menemukan Penyelesaian Masalah
3) Pemahaman Isi Materi
4) Kemampuan Menjawab Pertanyaan
5) Menghindarkan Perilaku Yang Tidak Sesuai Dengan Proses Belajar
6) Melakukan Kegatan Yang Berhubungan Dengan Proses Belajar
7) Sistem Pengerjaan Tugas
8) Keberanian Bertanya
9) Keberanian Mengajukan Pendapat
10) Kegiatan Berdiskusi
2 Ciri-ciri kemandirian
Menurut Chabib Thoha (1996:123-124) dalam (subliyanto.blogspot.com)
mengemukakan ciri-ciri kemandirian antara lain :
a) Mampu berpikir secara kritis
b) Tidak mudah terpegauh oleh pendapat orang lain
c) Tidak lari dan menghindari masalah
d) Memecahkan maslaah dengan berfikir yang mendalam
e) Apabila menjumpai maslaah dipecahkan sendiri tanpa meminta
bantuan orang lain
f) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain
g) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan
h) Bertanggung jawab atas tindakanya sendiri
3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
Menurut Masrun (1986:4) (dalam tugasavan.blogspot.com) faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian dibedakan menjadi dua antara lain :
13
a) Faktor Dari Dalam
Faktor dari dalam yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara
lain :
1) Usia
Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-
lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia
remaja mereka lebih berorientasi internal, karena percaya bahwa
peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya
sendiri. Anak-anak akan lebih
tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat
laun akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia
seseorang. Anak-anak usia muda merasa belum mampu untuk
melakukan sesuatu secara sendiri karena kemampuan yang
dimiliki masih terbatas. Sebaliknya, anak dengan usia yang
semakin dewasa merasa sudah mempunyai kemampuan yang
cukup, maka secara pelan-pelan akan dapat melakukan semuanya
secara sendiri. Anak semakin tua usia cenderung semakin mandiri.
2) Jenis Kelamin
Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya
sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja.
Perbedaan sifat-sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita
disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada
anak pria dan wanita. Perbedaan jasmani yang menyolok antara
pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang beranggapan
bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita. Seorang
anak perempuan memiliki dorongan untuk melepaskan diri dari
ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya sebagai
seorang perempuan, maka dituntut untuk bersikap pasif, berbeda
dengan anak lelaki yang agresif dan ekspansif, akibatnya anak
perempuan berada lebih lama dalam ketergantungan daripada
anak laki-laki.
3) Konsep diri
Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang
kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil.
Cara individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan
dirinya atau menentukan kepibadian individualnya. Individu yang
memandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki
kemandirian dan sebaliknya individu yang memandang dan
menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung tidak mampu, maka
akan menggantungkan dirinya pada orang lain. Kemampuan
bertindak dan mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain
hanya dapat dimiliki oleh orang yang mampu berpikir dengan
seksama tentang tindakannya.
14
b) Faktor Dari Luar
Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara
lain :
1) Pendidikan
Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang,
kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga
orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar
seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri, sehingga orang
memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan
orang lain. Menurut Thoha (1996) sistem pendidikan yang
diterapkan disekolah yang dalam prosesnya tidak dapat
mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung
menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi juga akan
menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa.
15
2) Keluarga
Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam
menciptakan dasar-dasar kepribadian seorang anak. Demikian
juga dalam pembentukan kemandirian anak berupa aktivitas
pendidikan dalam keluarga, kecenderungan dalam mendidika
anak, cara memberikan penilaian terhadap anak bahkan sampai
pada cara hidup orang tua. Keluarga berperan dalam penanaman
nilai-nilai pada diri seorang anak, termasuk niali kemandirian.
Penanaman nilai kemandirian tidak lepas dari peran orang tua
dan cara asuh orang tua ke anak. Apabila sejak kecil seorang anak
sudah dilatih mandiri, maka ketika harus keluar dari asuhan orang
tua untuk dapat mandiri, tidak akan mengalami kesulitan dalam
hidup.
Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak terkait dengan
peranan orang tua. Dalam hal ini, ayah dan ibu mempunyai peran
nyata bahwa dari rasa kasih sayang dan rasa kuatirnya seorang
ibu tidak berani melepaskan anaknya untuk berdiri sendiri
sehingga menjadikan anak tersebut untuk selalu ditolong, selalau
tergantung kepada ibu karena selalu dimanjakan mengakibatkan
tidak dapat menyesuaikan diri dan perkembangan watak mengarah
pada keragu-raguan. Sikap ayah yang keras menjadikan anak
kehilangan rasa percaya diri sementara kemanjaan yang diberikan
ayah menjadikan anak kurang berani menghadapai masyarakat
luas. Pemanjaan yang berlebihan dan pengabaian sikap orang tua
terhadap anak mengakibatkan terhambatnya perkembanagan anak.
3) Interaksi sosial
Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan
mendukung perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai
perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan
yang dihadapi dengan baik, tidak mudah menyerah, maka akan
mendukung untuk dapat berperilaku mandiri. Sistem kehidupan
masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur
sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang
menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif
dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja
atau siswa.
4 Aspek-Aspek Kemandirian
Menurut Steinbergh (1999:289) dalam (adwintaactivity.blogspot.com)
mengemukakan tiga aspek kemandirian antara lain :
a) Kemandirian emosional (emotional autonomy)
Kemandirian emosional adalah seberapa besar individu tidak
tergantung kepada dukungan emosional orang lain, terutama orang tua
dalam mengelola dirinya sendiri. Memudarnya hubungan emosional
16
anak dengan orang tua pada masa remaja terjadi sangat cepat.
Kecepatan memudarnya hubungan itu terjadi seiring dengan semakin
mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri. Proses ini secara
tidak langsung memberikan peluang bagi remaja untuk
mengembangkan kemandirian emosional. Proses psikososial yang
menuntut remaja untuk mengembangkan kemandirian emosional
antara lain:
(1) Perubahan pengungkapan kasih saying
(2) Meningkatkan pendistribusian kewenangan dan tanggung jawab
(3) Menurunnya interaksi verbal dan kesempatan bertemu dengan
orang tua
(4) Semakin larutnya remaja dalam pola-pola hubungan antar teman
sebaya untuk menyelami hubungan kehidupan yang baru di luar
keluarga. Individu yang mampu memutuskan ikatan emosionalmya,
maka ia akan melakukan pemisahan diri dari keluarga (sparasi).
Keberhasilan dalam melakukan sparasi ini merupakan dasar bagi
pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat
independency, sehingga ini menjadi awal untuk terbentuknya
kemandirian.
b) Kemandirian Perilaku (behavioural autonomy
Kemandirian perilaku adalah kemampuan individu dalam
menentukan dan mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya. Ciri-
ciri individu yang mempunyai kemandirian dalam perilaku antara lain:
1) Memiliki kemampuanmengambil keputusan, yang ditandai oleh:
a. Menyadaru adanya resiko dari tingkah laku
b. Memilih alternatif pemecahan masalah yang didasarkan atas
pertimbangn diri sendiri dan orang lain
c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang
diambil.
2) Memiliki kekuatan terhadap penaruh pihak lain, yang ditandai ole:
a. Tidak mudah terpengauh dalam situasi yang menuntut
konformitas
b. Tidak mudah terpengaruh oleh tekanana teman sebaya dan orang
tua dalam mengambil keputusan
c. Memasuiki kelompok sosial tanpa tekanan.
3) Memiliki rasa percaya diri (self reliance), yang ditandai oleh:
a. Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
b. Dapat memenuhi tanggung jawab
c. Dapat mengatasi sendiri masalahnya
d. Berani mengemukakan ide atau gagasan
c) Kemandirian nilai (values autonomy)
Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak
tekanan atau tuntutan dari orang lain yang berkaitan dengan keyakinan
dalam bidang nilai. Seorang individu memiliki seperangkat prinsip
tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting dalam
17
memandang sesuatu yang dilihat dari sisi nilai. Terdapat tiga
perubahan kemandirian nilai yang terjadi pada masa remaja antara
lain :
1) Keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstrak belief)
Perilaku yang dapat terlihat dari semakin abstraknya keyakinan
akan nilai-nilai adalah mampu menimbang berbagai kemungkinan
dalam bidang nilai.
2) Keyakinan akan nilai-nilai yang semakin bersifat prinsip (principle
belief). Perilaku yang muncul antara lain:
a. Berpikir sesuai dengan prinsip yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai
b. Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam bidang nilai
3) Keyakinan akan nilai-nilai yang terbentuk dalam diri remaja bukan
hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tua atau orang
dewasa lainnya tetapi lebih pada keyakinan yang dimilikinya sendiri
(independent belief). Perilaku yang muncul antara lain :
a. Individu memulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-
nilai yang diterimanya dari orang lain
b. Berfikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri
c. Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri
5. Komponen Kemandirian Belajar
Siswa yang mandiri dapat menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk
mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, dan jarang mencari
perlindungan dari orang lain serta mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Menurut Haris Mudjiman (2011:15) terdapat empat komponen dalam
belajar mandiri antara lain :
a. Konstruktivisme yaitu paradigma yang meyakini bahwa pembelajaran
adalah penambahan pengetahuan baru hasil olahan pembelajar sendiri,
atas dasar rangsangan yang berupa informasi dari sumber belajar.
b. Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara
intensif, persistensi, terarah dan kreatif
c. Kegiatan aktif adalah kegiatan belajar yang ditandai dengan melakukan
tindakan, dan memiliki ciri-ciri efektif, persisiten, terarah dan kreatif.
d. Kompetensi / tujuan belajar mandiri yang mengarah ke penguasaan
kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan tindakan secara
profesional
C. Penelitian Terdahulu
18
1) Penelitian yang dilakukan oleh Agustin Kurniawati (162003026) tentang
Gambaran Pemanfaatan Sumber Belajar Mahasiswa Pendidikan ekonomi
FKIP UKSW Salatiga Angkatan 2005-2008 Semester II Tahun Ajaran
2008/2009 pada tahun 2010 yang bertujuan untuk menggambarkan sumber
belajar yang dimanfaatkan oleh mahasiswa. Diperoleh hasil penelitian
sebagai berikut :
a. Gambaran pemanfaatan sumber belajar pada saat kegiatan tatap muka :
(1) Pemanfaatan sumber belajar dosen, antara mahassiwa lama dengan
mahassiwa baru tidak ada bedanya yaitu 100%
(2) Pemanfaatan sumber belajar pustaka, mahasiswa lama lebih besar
menggunakannya yaitu 66,7%, sedangan mahsiswa baru yaitu
54,5%
(3) Pemanfaatan sumber belajar internet, mahaiswa lama lebih besar
yaitu 60%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 51,5%
(4) Pemanfaatan sumber belajar perpustakaan, mahasiswa angkatan
lama lebih rendah yaitu 40%, sedangkan mahasiswa angkatan baru
yaitu 54,5%
Jadi, kesimpulan sementara pada saat tatap muka mahasiwa lama
maupun mahassiwa baru cenderung memanfaatkan sumber belajar dosen.
b. Gambaran pemanfaatan sumber belajar pada saat kegiatan terstrukur
(1) Pemanfaatn sumber belajar dosen, mahassiswa lama lebih rendah
yaitu 20%, sedangkan mahasiwa baru yaitu 21,2%
19
(2) Pemanfaatn sumber belajar pustaka, mahasiswa lama 80%,
sedangkan mahasiswa baru yaitu 36,4%
(3) Pemanfaatan sumber belajar internet, mahasiswa lam lebih rendah
yaitu 54,5%, sedangkan mahassiwa baru yaitu 73,3%
(4) Pemanfaatan sumber beajar perpustakaan, mahasiswa lama lebih
tinggi yaitu 66,7%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 60,6%
Jadi, kesimpulan sementara bahwa pemanfaatan sumber belajar doesn
antara mahasiswa angkatan baru dengan mahassiwa angkatan lama kurang
baik. Untuk pemanfaatn sumber belajar puataka, internet, dan perpustakaan
untuk mahasiswa angkatan lama cenderung lebih memanfaatkan daripada
mahasiswa angkatan baru.
c. Gambaran pemanfaatan sumber belajar pada saat kegiatan mandiri
(1) Pemanfaatan sumber belajar dosen, mahasiswa lama lebih tinggi
yaitu 26,7%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 15,2%
(2) Pemanfaatan sumber belajar pustaka, mahasiswa lama lebih rendah
yaitu 53,3%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 57,6%
(3) Pemanfaatan sumber belajar internet, mahasiswa lama lebih tinggi
yaitu 73,3%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 51,5%
(4) Pemanfaatan sumber belajar perpustakaan, mahasiswa lama lebih
tinggi yaitu 60%, sedangkan mahasiswa baru yaitu 39,4%
Jadi, kesimpulan sementara bahwa mahasiswa masih memanfaatkan
sumber belajar, dosen, pustaka, internet dan perpustakaan. Mahasiswa lama
lebih banyak meanafaatkan sumber belajar tersebut daripada mahasiswa
20
baru. Tetapi, untuk sumber belajar pustaka mahasiswa baru lebih besar
memanfaatkannya daripada mahasiswa lama.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Citra Nur Kartikasari (162007009) tentang
kesesuaian pemilihan media dengan tujuan pembelajaran guru ekonomi
SMA Negeri 3 Salatiga pada tahun 2012. Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pemilihan media
dengan tujuan pembelajaran guru konomi SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa Pendidikan Ekonomi dalam
pemanfaatan sumber belajar pada saat tatap muka masih tergantung pada
sumber belajar dosen. Sumber belajar yang paling sedikit digunakan adalah
sumber belajar internet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kesesuaian pemilihan
media dengan tujuan pembelajaran guru ekonomi SMA Negeri 3 Salatiga
belum baik. Terkadang media yang dipilih tidak disesuaikan dengan
karakteristik, watak, kemampuan dan latar belakang siswa. Usaha yang
dilakukan oleh guru ekonomi dalam penggunaan media pembelajaran belum
maksimal. Jadi, fasilitas yang disediakan oleh pihak sekolah belum
digunakan secara maksimal dan informasi dari guru yag akan disampaikan
ke siswa sulit dicapai sebagai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,
dibutuhkan peningkatan kemampuan memilih, menggunakan, dan
mengembangkan media pembelajaran secara maksimal sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa.
D. Kerangka Berpikir
21
Pengunaan media ada dua faktor yang harus diperhatikan agar tidak terjadi
kesalahan komunikasi antara pengajar dengan mahasiswa, mengingat bahwa gaya
belajar maupun kemampuan mahasiwa yang satu dengan yang lain berbeda-beda.
Faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan media antara lain ada faktor
prinsip dalam pemilihan media pembelajaran dan faktor pertimbangan media
pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran hendaknya dilakukan dengan hati-hati. Hal-
hal yang harus diperhatikan saat akan memilih media pembelajaran antara lain
yang pertama sesuaikan media pembelajaran yang akan digunakan dengan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengarah kepada kognitif, afektif atau
perubahan sikap, dan psikomotorik. Kedua, pemilihan media sesuai dengan
konsep pembelajaran. Media pembelajaran ditujukan hanya untuk membntu
proses belajar mahasiswa. Ketiga, pemilihan media sesuai dengan karakteristik
mahasiswa. Karakteristik ini meliputi usia, jenis kelamin, level pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar, pengalaman dan sikap.
Kemampuan dalam mengajar berkaitan dengan kemampuan pengajar dalam
menggunakan media yang tepat. Keempat, Pemilihan media sesuai dengan
kondisi lingkungan belajar yang berkaitan dengan kondisi serta fasilitas yang
tersedia dalam mendukung penggunaan media.
Faktor dalam pertimbangan media pembelajaran dapat dirumuskan dalam
satu kata ACTION yaitu, acess, cost, technology, interactivity, organization, dan
novelty. Acess berkaitan dengan kemudahan cara dalam menggunakan media.
Cost berkaitan dengan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan media yang
22
berkualitas. Technology berkaitan dengan tekhnologi lain sebagai pendukung
media dapat digunakan. Interactivity berkaitan dengan adanya penggunaan media,
mahasiswa FKIP-PE dapat mengembangkan kemampuan interaksi dengan sesama
mahasiswa lain, pengajar, maupun lingkungan. Organization berkaitan dengan
adanya dukungan dari Fakultas atau Program Studi PE untuk pengadaan media
pembelajaran. Novelty berkaitan dengan penggunaan media yang tergolong baru
dan canggih.
Mahasiswa FKIP-PE telah disediakan berbagai macam media yang tersedia
di dalam maupun diluar kelas. Media di dalam kelas seperti LCD, OHP.
Sedangkan diluar kelas seperti, perpustakaan, hotspot area, ahli media dan posnet.
Kegiatan belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Pengajar hadir di
dalam kelas maupun tidak sudah tidak menjadi hambatan bagi mahasiswa untuk
terus belajar. Oleh karena itu, mahasiswa dapat belajar secara mandiri, sehingga
tidak tergantung kehadiran pengajar di dalam kelas.
Kemandirian mahasiswa dapat dibedakan antara mahasiswa yang
mempunyai kemandirian tinggi dan rendah. Kemandirian belajar dapat dilihat dari
tingkah laku yang ditunjukkan mahasiswa saat proses belajar dapat dibedakan
mana mahasiswa yang memiliki kemandiran dalam belajar dan yang kurang
memiliki kemandirian dalam belajar, seperti kesiapan menerima materi dari
pengajar.
Kemandirian belajar dalam diri setiap mahasiswa dapat dilihat dari
terbentuknya kemandirian perilaku. Bentuk kemandirian perilaku mahasiswa
antara lain yang pertama, saat pengambilan keputusan disertai dengan kesiapan
23
menghadapi konsekuensi dan sikap tanggung jawab. Kedua, memiliki keyakinan
diri yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hasutan orang lain dalam
suatu kondisi. Ketiga, memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Hipotesis
E. Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan media
pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga
angkatan tahun 2008-2009 Semester II tahun ajaran 2011-2012.
H0 : = 0 tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa
FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun 2008-2009 Semester II tahun
ajaran 2011-2012.
Ha : 0 terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa
FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun 2008-2009 Semester II tahun
ajaran 2011-2012.
Penggunaan Media Pembelajaran
(X)
Kemandirian Belajar
(Y)