laporan kasus v dr. satya

23
1 LAPORAN KASUS ODS NEURITIS RETROBULBAR Disusun oleh : Dr. Satya Hutama Pragnanda Pembimbing : Dr. Riski Prihatningtias, Sp.M ILMU KESEHATAN MATA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

Upload: nur-camelia-pragnanda

Post on 20-Nov-2015

121 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

hjhjhjih

TRANSCRIPT

  • 1

    LAPORAN KASUS

    ODS NEURITIS RETROBULBAR

    Disusun oleh :

    Dr. Satya Hutama Pragnanda

    Pembimbing :

    Dr. Riski Prihatningtias, Sp.M

    ILMU KESEHATAN MATA

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2015

  • 2

    LAPORAN KASUS

    ODS NEURITIS RETROBULBAR

    Dibacakan Oleh : dr. Satya Hutama

    Pembimbing : dr. Riski Prihatningtias SpM

    PENDAHULUAN

    Neuropati optik biasanya berhubungan dengan hilangnya lapang pandang, disertai

    adanya RAPD ( relative afferent pupillary defect ), walaupun pada kondisi kelainan

    bilateral tanda ini tidak dapat ditemukan. Papil nervus optikus dapat ditemukan kelainan

    maupun tidak, kelainan pada papil nervus optikus dapat berupa edema, drusen, excavatio,

    maupun atropi.1

    Penyebab neuropati optik dapat terjadi melalui beberapa sebab. Faktor risiko yang

    dapat menyebabkan neuropati optik antara lain,kelainan di intrakranial, infeksi, usia, serta

    penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes, merokok, dan hiperlipidemia.1

    Neuritis retrobulbar terjadi pada 35% kasus neuritis optik, inflamasi terjadi di depan

    nervus, papil nervus 2 edema, biasanya hiperemis dan difus. Pada anak-anak sering

    ditemukan pada kasus post viral dan infeksi dibandingkan dengan kasus demyelinisasi.1,2

    Pada anak-anak manifestasi neuritis retrobulbar terjadi akibat infeksi viral,

    kondisinya bilateral, dan berhubungan dengan penurunan visus yang berarti.Pada follow

    up 15 tahun pada ONTT (Optic Neuritis Treatment Trial ) pasien dengan MRI yang

    normal,laki-laki, edema papil, perdarahan peripapil atau eksudat retina tidak berkembang

    menjadi multiple sclerosis.1,2

    Laporan kasus ini menyajikan kasus neuritis retrobulbar yang merupakan salah satu

    bentuk dari neuropati optik. Penegakan diagnosis, pemeriksaan penunjang dan

    tatalaksananya menjadi pokok bahasan pada laporan kasus ini.

  • 3

    IDENTITAS

    Nama : An. R.A.

    Umur : 9 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Kendal

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Belum bekerja - pelajar

    No. CM : C516320

    MRS : 15 Januari 2015

    ANAMNESIS (15 Januari 2015)

    Keluhan utama : : Pandangan kedua mata kabur

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Sejak 1 minggu yang lalu, pandangan kedua mata pasien kabur tiba-tiba, tidak disertai

    dengan mata merah,nyeri,cekot-cekot, pandangan seperti tertutup kabut, melihat kilatan

    cahaya, maupun melihat bayangan hitam beterbangan, pasien mengaku kemeng saat melirik,

    pasien juga mengeluh demam nglemeng sejak sebelum pandangannya kabur.

    5 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien periksa ke RSUD setempat, dikatakan peradangan

    syaraf mata, kemudian pasien dirujuk ke RSDK.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat pandangan kabur sebelumnya disangkal

    Riwayat trauma disangkal

    Riwayat pemakaian kacamata disangkal

    Riwayat makan makanan kurang matang (+) sate dan lalapan

    Riwayat kontak dengan binatang kucing liar (+)

    Riwayat demam tinggi sebelumnya disangkal

  • 4

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Penderita seorang pelajar Sekolah Dasar. Biaya pengobatan ditanggung BPJS.

    Kesan : sosial ekonomi cukup

    PEMERIKSAAN FISIK (15 Januari 2015)

    Status present

    Keadaan umum : Kesadaran : kompos mentis

    Tanda vital : Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 72 x/menit

    Respirasi : 20 x/menit

    Suhu : 37 C

    Kepala : mesosefal

    Thoraks : cor / pulmo dalam batas normal

    Abdomen : datar, supel, perkusi timpani

    Ekstremitas : tidak ada deformitas

    Status Oftalmologis

    OD OS

    Visus 1/300 1/300

    Bola mata Nyeri gerak ke arah kanan-kiri Nyeri gerak ke arah kanan-kiri

    Palpebra Edema (-) spasme (-) Edema (-) spasme (-)

    Konjungtiva Injeksi(-),sekret (-) Injeksi(-),sekret (-)

    Kornea Jernih Jernih

    COA Kedalaman cukup, TE(-) Kedalaman cukup, TE (-)

    Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Lensa Jernih Jernih

  • 5

    CV Turbidity (-) Turbidity (-)

    Fundus refleks Cemerlang Cemerlang

    Tonometri 12 mmHg 14 mmHg

    Funduskopi ODS :

    PN II : bulat, batas tegas, kemerahan, CDR 0,3

    Vasa : AVR 2/3, spasme (-), crossing phenomen (-)

    Retina : edema (-), eksudat (-), perdarahan (-), ablatio (-)

    Makula : edema (-), eksudat (-), perdarahan (-), fovea refleks cemerlang

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    FOTO FUNDUS COLOR ODS

    OD

  • 6

    OS

    Laboratorium darah:

    Hb : 12,4 mg/Dl

    Ht : 35,9 %

    Eritrosit : 4,7 juta / mmk

    Lekosit : 11,2 rb/ mmk

    Trombosit : 344.300 / L

    GDS : 104 mg/dl

    Ureum : 27 mg/dl

    Kreatinin : 0,35 mg/dl

    VDRL : NEGATIF

    TPHA : NEGATIF

    Toxoplasma IgG : 14,1 IU/ml (POSITIF)

    Toxoplasma IgM : 1,2 IU/ml (POSITIF)

  • 7

    CMV IgG : 26,2 IU/ml (POSITIF)

    CMV IgM : 0,7 IU/ml (NEGATIF)

    MRI Brain + Kontras

    Kesan :

    - Tidak didapatkan tanda peningkatan tekanan intra kranial

    - Struktur bulbus okuli intak, nervus opticus, chiasma opticum tidak ada

    kelainan

    - Gambaran sinusitis maksilaris dekstra

    RESUME

    Anamnesis

    Keluhan utama : pandangan kedua mata kabur

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Sejak 1 minggu yang lalu, pandangan kedua mata pasien kabur tiba-tiba, tidak disertai

    dengan mata merah,nyeri,cekot-cekot, pandangan seperti tertutup kabut, melihat kilatan

    cahaya, maupun melihat bayangan hitam beterbangan, pasien mengaku kemeng saat melirik,

    pasien juga mengeluh demam nglemeng sejak sebelum pandangannya kabur.

    5 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien periksa ke RSUD setempat, dikatakan peradangan

    syaraf mata, kemudian pasien dirujuk ke RSDK.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat makan makanan kurang matang (+) sate dan lalapan

    Riwayat kontak dengan binatang kucing liar (+)

    Riwayat demam tinggi sebelumnya disangkal

  • 8

    Status Oftalmologis

    OD OS

    Visus 1/300 1/300

    Bola mata Nyeri gerak ke arah kanan-kiri Nyeri gerak ke arah kanan-kiri

    Palpebra Edema (-) spasme (-) Edema (-) spasme (-)

    Konjungtiva Injeksi(-),sekret (-) Injeksi(-),sekret (-)

    Kornea Jernih Jernih

    COA Kedalaman cukup, TE(-) Kedalaman cukup, TE (-)

    Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Lensa Jernih Jernih

    CV Turbidity (-) Turbidity (-)

    Fundus refleks Cemerlang Cemerlang

    Tonometri 12 mmHg 14 mmHg

    Funduskopi ODS :

    PN II : bulat, batas tegas, kemerahan, CDR 0,3

    Vasa : AVR 2/3, spasme (-), crossing phenomen (-)

    Retina : edema (-), eksudat (-), perdarahan (-), ablatio (-)

    Makula : edema (-), eksudat (-), perdarahan (-), fovea refleks cemerlang

    Laboratorium darah:

    Lekosit : 11,2 rb/ mmk (leukositosis)

    VDRL : NEGATIF

    TPHA : NEGATIF

    Toxoplasma IgG : 14,1 IU/ml (POSITIF)

    Toxoplasma IgM : 1,2 IU/ml (POSITIF)

    CMV IgG : 26,2 IU/ml (POSITIF)

    CMV IgM : 0,7 IU/ml (NEGATIF)

  • 9

    MRI Brain + Kontras

    Kesan :

    - Tidak didapatkan tanda peningkatan tekanan intra kranial

    - Struktur bulbus okuli intak, nervus opticus, chiasma opticum tidak ada

    kelainan

    - Gambaran sinusitis maksilaris dekstra

    DIAGNOSIS BANDING

    ODS Neuritis Retrobulbar

    ODS Compresive Optic Neuropathy

    ODS Infiltrative Optic Neuropathy

    ODS Toxic Optic Neuropathy

    DIAGNOSIS KERJA

    ODS Neuritis Retrobulbar

    DIAGNOSIS TAMBAHAN

    Infeksi Toxoplasma

    Infeksi CMV

    TERAPI

    Infus RL 20 tpm

    Injeksi Metil Prednisolon 2 x 62,5 mg intra vena

    Injeksi Ranitidin 2 x 1/2 ampul intra vena

    Vitamin B1, B6, B12 2 x 1 tablet / hari

  • 10

    Konsul Bagian Pediatri sub bagian Infeksi

    Terapi dari bagian Pediatri :

    Kotrimoksazole 480 mg / 12 jam

    Pirimetamin 75 mg / 12 jam

    Asam folat 1 mg / hari

    PROGNOSIS

    OD OS

    Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

    Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

    Quo ad vitam Ad Bonam

    Quo ad cosmeticam Ad Bonam

    EDUKASI

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa pasien mengalami

    peradangan pada syaraf mata yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi

    toxoplasma dan citomegalo virus.

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa peradangan syaraf mata

    tersebut diobati dengan program suntikan obat anti peradangan steroid dosis

    tinggi melalui infus selama 5 hari, dan dilanjutkan steroid tablet selama 2-3

    minggu sesuai respon penyakitnya.

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa infeksi toxoplasma dan

    CMV juga akan mendapat pengobatan dari bagian Infeksi Anak.

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa kemungkinan pandangan

    dapat membaik seperti semula, apabila obat digunakan secara teratur dan tidak

    terlambat kontrol.

  • 11

    FOLLOW UP RAWAT INAP

    17 Januari 2015

    OD OS

    Visus 1/300 1/300

    Bola mata Nyeri gerak ke arah kanan-kiri Nyeri gerak ke arah kanan-kiri

    Palpebra Edema (-) spasme (-) Edema (-) spasme (-)

    Konjungtiva Injeksi(-),sekret (-) Injeksi(-),sekret (-)

    Kornea Jernih Jernih

    COA Kedalaman cukup, TE(-) Kedalaman cukup, TE (-)

    Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Lensa Jernih Jernih

    CV Turbidity (-) Turbidity (-)

    Fundus refleks Cemerlang Cemerlang

    Tonometri 12 mmHg 14 mmHg

    Funduscopy Papil N.II batas tidak tegas,

    kemerahan

    Papil N.II batas tidak tegas,

    kemerahan

  • 12

    FOLLOW UP RAWAT INAP

    19 Januari 2015

    OD OS

    Visus 1/300 1/300

    Bola mata Nyeri gerak (-) Nyeri gerak (-)

    Palpebra Edema (-) spasme (-) Edema (-) spasme (-)

    Konjungtiva Injeksi(-),sekret (-) Injeksi(-),sekret (-)

    Kornea Jernih Jernih

    COA Kedalaman cukup, TE(-) Kedalaman cukup, TE (-)

    Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Lensa Jernih Jernih

    CV Turbidity (-) Turbidity (-)

    Fundus refleks Cemerlang Cemerlang

    Tonometri 12 mmHg 14 mmHg

    Funduscopy Papil N.II batas mulai tegas,

    kemerahan

    Papil N.II batas mulai tegas,

    kemerahan

  • 13

    FOLLOW UP RAWAT INAP

    21 Januari 2015

    OD OS

    Visus 1/300 1/300

    Bola mata Nyeri gerak (-) Nyeri gerak (-)

    Palpebra Edema (-) spasme (-) Edema (-) spasme (-)

    Konjungtiva Injeksi(-),sekret (-) Injeksi(-),sekret (-)

    Kornea Jernih Jernih

    COA Kedalaman cukup, TE(-) Kedalaman cukup, TE (-)

    Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Lensa Jernih Jernih

    CV Turbidity (-) Turbidity (-)

    Fundus refleks Cemerlang Cemerlang

    Tonometri 12 mmHg 14 mmHg

    Funduscopy Papil N.II batas mulai tegas,

    kemerahan

    Papil N.II batas mulai tegas,

    kemerahan

    Acc pulang

    Aff infus, injeksi metil prednisolon dan ranitidin stop

    Obat pulang :

    Metil Prednisolon 8 mg 2 0 1 tapering off per minggu

    Cotrimoksazole 480 mg / 12 jam per oral sesudah makan

    Ranitidin 150 mg 1 tablet / 12 jam per oral sebelum makan

    Vitamin B1,B6,B12 1 tablet / 24 jam per oral sesudah makan

    Pyrimetamine / 12 jam per oral

    Asam folat / 24 jam per oral

    Kontrol di Poli Mata 1 minggu, Kontrol di Poli Anak 1 bulan

  • 14

    FOLLOW UP RAWAT JALAN

    28 Januari 2015

    OD OS

    Visus 6/6 6/7,5

    Bola mata Nyeri gerak (-) Nyeri gerak (-)

    Palpebra Edema (-) spasme (-) Edema (-) spasme (-)

    Konjungtiva Injeksi(-),sekret (-) Injeksi(-),sekret (-)

    Kornea Jernih Jernih

    COA Kedalaman cukup, TE(-) Kedalaman cukup, TE (-)

    Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Lensa Jernih Jernih

    CV Turbidity (-) Turbidity (-)

    Fundus refleks Cemerlang Cemerlang

    Tonometri 22 mmHg 25 mmHg

    Funduscopy Papil N.II batas tegas, CDR 0,3,

    kuning kemerahan ; Retinal fold

    (+)

    Papil N.II batas tegas, CDR 0,3,

    kuning kemerahan; Retinal fold

    (+)

    ODS Glaukoma Sekunder ec Steroid Induced

    Terapi :

    Metil Prednisolon 8 mg 1 -0-1

    Ranitidin 1 tablet / 12 jam per oral sebelum metil

    Vitamin B1,B6,B12 1 tablet/12 jam

    Timolol Maleat 0,5 % 1 tetes / 12 jam mata kanan kiri

    C. Lyteers 1 tetes/ 6 jam mata kanan kiri

    Kontrol 1 minggu

  • 15

    FOLLOW UP RAWAT JALAN

    4 Februari 2015

    OD OS

    Visus 6/6 6/7,5

    Bola mata Nyeri gerak (-) Nyeri gerak (-)

    Palpebra Edema (-) spasme (-) Edema (-) spasme (-)

    Konjungtiva Injeksi(-),sekret (-) Injeksi(-),sekret (-)

    Kornea Jernih Jernih

    COA Kedalaman cukup, TE(-) Kedalaman cukup, TE (-)

    Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Lensa Jernih Jernih

    CV Turbidity (-) Turbidity (-)

    Fundus refleks Cemerlang Cemerlang

    Tonometri 14 mmHg 16 mmHg

    Funduscopy Papil N.II batas tegas, CDR 0,3,

    kuning kemerahan ; Retinal fold

    (+)

    Papil N.II batas tegas, CDR 0,3,

    kuning kemerahan; Retinal fold

    (+)

    ODS Glaukoma Sekunder ec Steroid Induced

    Terapi :

    Metil Prednisolon 8 mg 1 -0-1/2

    Ranitidin 1 tablet / 12 jam per oral sebelum metil

    Vitamin B1,B6,B12 1 tablet/12 jam

    Timolol Maleat 0,5 % 1 tetes / 12 jam mata kanan kiri

    C. Lyteers 1 tetes/ 6 jam mata kanan kiri

    Kontrol 1 minggu

  • 16

    FOLLOW UP RAWAT JALAN

    11 Februari 2015

    OD OS

    Visus 6/6 6/7,5

    Bola mata Nyeri gerak (-) Nyeri gerak (-)

    Palpebra Edema (-) spasme (-) Edema (-) spasme (-)

    Konjungtiva Injeksi(-),sekret (-) Injeksi(-),sekret (-)

    Kornea Jernih Jernih

    COA Kedalaman cukup, TE(-) Kedalaman cukup, TE (-)

    Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Bulat,sentral,regular 3 mm,

    refleks pupil menurun, RAPD (-)

    Lensa Jernih Jernih

    CV Turbidity (-) Turbidity (-)

    Fundus refleks Cemerlang Cemerlang

    Tonometri 11 mmHg 12 mmHg

    Funduscopy Papil N.II batas tegas, CDR 0,3,

    kuning kemerahan ; Retinal fold

    (+)

    Papil N.II batas tegas, CDR 0,3,

    kuning kemerahan; Retinal fold

    (+)

    ODS Glaukoma Sekunder ec Steroid Induced

    Terapi :

    Metil Prednisolon 8 mg 1 -0-0 (1 minggu lalu stop)

    Ranitidin 1 tablet / 12 jam per oral sebelum metil

    Vitamin B1,B6,B12 1 tablet/12 jam

    Timolol Maleat 0,5 % 1 tetes / 12 jam mata kanan kiri stop

    C. Lyteers 1 tetes/ 6 jam mata kanan kiri stop

    Kontrol 2 minggu

  • 17

    DISKUSI

    Neuritis optik merupakan inflamasi primer pada nervus optikus. Secara klinis,

    hal ini bisa muncul sebagai kelainan yang berdiri sendiri atau berhubungan dengan

    berbagai macam kondisi sistemik yang mendasarinya. Insidensinya mencapai 1-5 per

    100.000 kasus per tahun.3 Faktor risiko yang dapat menyebabkan neuropati optik

    antara lain,kelainan di intracranial, infeksi, usia, serta penyakit sistemik seperti

    hipertensi, diabetes, merokok, dan hiperlipidemia.1

    Penyebab inflamasi dan patofisiologinya meliputi aktivasi perifer dari sel T

    yang menembus blood-brain barrier menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe IV

    lambat. Proses ini menyebabkan kerusakan myelin dan axon yang menyebabkan

    terjadinya penurunan visus. Teori lain menjelaskan bahwa papil nervus optikus yang

    merupakan jaringan normal dianggap sebagai benda asing oleh sistem imunitas tubuh

    yang hiperaktif. Pada kasus neuritis optik, selubung myelin pada nervus optikus

    dianggap sebagai benda asing oleh sistem imunitas tubuh. Selain itu adanya infeksi

    virus yang terjadi selama bertahun-tahun dapat mencetuskan terjadinya episode akut

    dari neuritis optik.3,4

    Neuritis optik biasanya berhubungan dengan hilangnya lapang pandang,

    disertai adanya RAPD, walaupun pada kondisi kelainan bilateral tanda ini tidak dapat

    ditemukan. Papil nervus optikus dapat ditemukan kelainan maupun tidak, kelainan

    pada papil nervus optikus dapat berupa edema, drusen, ekskavasio, maupun atropi.1,5

    Neurits retrobulbar dapat berdiri sendiri atau berhubungan dengan demyelinisasi,

    viral, vaskulitis, atau penyakit granulomatosa. Inflamasi terjadi pada selubung saraf

    optik, umum dijumpai pada anak-anak, biasanya bilateral, dan onsetnya simultan.

  • 18

    Sering ditemukan pada kasus post viral dan infeksi dbandingkan dengan kasus

    demyelinisasi.1,2,5

    Pada anak-anak manifestasi neuritis retrobulbar terjadi akibat infeksi viral,

    kondisinya bilateral, dan berhubungan dengan penurunan visus yang berarti.1Pada

    follow up 15 tahun pada ONTT (Optic Neuritis Treatment Trial ) pasien dengan MRI

    yang normal,laki-laki, edema papil, perdarahan peripapil atau eksudat retina tidak

    berkembang menjadi multiple sclerosis.1,2

    Gambaran Klinis

    Gambaran umum dari neuritis optik adalah hilangnya lapang pandang yang

    mendadak dan unilateral dengan visus berkisar antara 0,8 sampai no light perception.

    90% pasien mendapat keluhan nyeri di peri okuler yang berhubungan dengan gerakan

    bola mata. Kondisi tersebut dapat terjadi dalam hari sampai minggu.3 Gambaran

    klinis yang dapat berhubungan dengan neuritis optik adalah Pulfrichs phenomenon

    yaitu perubahan persepsi dari gerakan, pada pasien dengan neuritis optik unilatel,

    pendulum yang berayun terlihat seperti pendulum yang berputar, tidak berayun,

    diakibatkan adanya hambatan konduksi dari satu nervus menyebabkan perlambatan

    transmisi neuron dibandingkan dengan saraf optik yang lainnya,6 Uhthoffs

    phenomenon adalah perburukan visus atau terjadi gejala demyelinisasi saat aktivitas

    fisik atau peningkatan suhu tubuh. LHermittes sign adalah sensasi seperti tersengat

    listrik yang menjalar sepanjang tulang belakang sampai ke ekstremitas atas saat leher

    difleksikan ke depan.6,7

    . Selain itu juga didapatkan adanya sensitivitas warna yang menurun, defek

    lapang pandang khas berupa skotoma sentral, parasentral, dan altitudinal, didapatkan

  • 19

    relative aferent pupillary defect pada kasus unilateral, adanya gambaran papil edema.

    Dapat juga ditemukan Tyndal effect ringan sampai sedang pada anterior chamber

    maupun vitreus adanya tanda ini merupakan indikator kemungkinan besar terjadinya

    multiple sclerosis. Neuritis optik pada dewasa berhubungan dengan autoimun (Lupus

    erythematosus, sarcoidosis,Behcets disease) dan infeksi (viral etiology,syphilis,

    tuberculosis or Lyme disease). 94% pasien dengan visus < 0,6 dapat kembali ke visus

    semula. 64% pasien dengan NLP dapat kembali ke visus 0,5 atau lebih baik.6,7,8

    MRI BRAIN dilakukan pada kecurigaan optik neuritis, Berdasarkan ONTT,

    pasien dengan MRI tanpa lesi memiliki kemungkinan progresi 25% menjadi multiple

    sklerosis dalam 15 tahun dibandingkan dengan risiko 72% pada pasien yang

    didapatkan tanda demyelinisasi pada MRI . Pasien memiliki risiko rendah terkena

    multiple sklerosis dimasa depan jika MRI nya normal, laki-laki,papil edema, tidak

    nyeri, atau jika pemeriksaan menunjukkan no light perception, perdarahan peripapil

    atau eksudat retina dimana tanda diatas merupakan tanda ynag tidak khas.7,8

    Perbaikan visus tidak berhubungan dengan adanya edema papil, nyeri,

    maupun derajat penurunan visus. Dalam 10 tahun dilaporkan 74% pasien mencapai

    visus > 20/20 dan 92% mencapai > 20/40, walaupun terdapat sisa kelainan dari

    contrast sensitivity, light brightness, visual field atau color vision. Hanya 3% pasien

    visus

  • 20

    membutuhkan dua atau lebih kejadian klinis yang tipikal untuk MS dan didapatkan

    lesi pada MRI. Apabila diagnosis MS sudah tegak perlu dilakukan konsultasi ke

    bagian neurologi untuk tatalaksana terapi imunomodulator.7,8,9

    Diagnosis MS berdasarkan waktu dan tempat (Ropper, 2009)9

    Berdasarkan waktu Berdasarkan letak

    Lesi baru pada otak atau spinal T2 pada

    MRI follow up

    Satu atau lebih lesi pada lokasi spesifik :

    - Periventricular, juxtacortical,

    posterior fossa, spinal cord,

    - Kecuali lesi simptomatik pada

    batang otak dan medula spinalis

    Diagnosis MS berdasarkan kriteria Mc Donald (2001)9

    Clinical presentation Additional data needed for MS

    diagnosis

    Two or more attacks; objective clinical

    evidence or 2 or more lesions

    None

    Two or more attacks; objective clinical

    evidence of 1 lesion

    Dissemination in space, demonstrated

    by MRI or 2 or more MRI--detected

    lesions consistent with MS plus positive

    cerebrospinal fluid (CSF) or await

    further clinical attack implicating a

    different site

    One attack; objective clinical evidence

    of 2 or more lesions

    Dissemination in time, demonstrated by

    MRI or second clinical attack

    One attack; objective clinical evidence

    of 1 lesion (monosymptomatic

    presentation; clinically isolated

    Dissemination in space, demonstrated

    by MRI or 2 or more MRI--detected

    lesions consistent with MS plus positive

  • 21

    syndrome) CSF and dissemination in time,

    demonstrated by MRI or second clinical

    attack

    Insidious neurological progression

    suggestive of multiple sclerosis

    Positive CSF and dissemination in

    space, demonstrated by 1) 9 or more T2

    lesions in brain or 2) 2 or more lesions

    in spinal cord, or 3) 4--8 brain plus 1

    spinal cord lesion or abnormal

    Visual evoked potential associated with

    4--8 brain lesions, or with fewer than 4

    brain lesions plus 1 spinal cord lesion

    demonstrated by MRI and

    dissemination in time, demonstrated by

    MRI or continued progression for one

    year

    Pada kasus ini pasien seorang anak laki-laki usia 9 tahun dengan gejala dan

    tanda berupa penurunan visus mendadak, selama 1 minggu, bilateral, terdapat nyeri

    gerak bola mata, dari gambaran funduscopy didapatkan papil edema, selain itu tanda

    yang lain didapatkan adanya infeksi toxoplasma dan CMV, gambaran MRI dalam

    batas normal tidak didapatkan lesi. Penemuan klinis diatas mengarah kepada

    diagnosis mata kanan kiri papilitis yang disebabkan karena infeksi Toxoplasma dan

    CMV. Saran yang diperlukan untuk pemeriksaan penunjang yang lainnya yaitu

    pemeriksaan lapang pandang, yang tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif.

    Gambaran MRI serta gambaran klinis yang lain menunjukkan bahwa pasien ini

    memiliki risiko rendah untuk kejadian multiple sklerosis di masa yang akan datang.

  • 22

    Pasien ini diterapi dengan metil prednisolon injeksi intravena dengan dosis 4

    mg/kg BB/ hari selama 3 hari dan dilanjutkan dengan oral metil prednisolon 1 mg/ kg

    BB / hari, dalam perkembangannya dalam kontrol rawat jalan terakhir terdapat

    perbaikan visus yang signifikan dimana visus awal mata kanan kiri 1/300 menjadi 6/6

    mata kanan dan 6/7,5 mata kiri saat kontrol rawat jalan minggu ke dua di Poli Mata

    Rawat Jalan. Sementara etiologi utama kondisi papilitis ini adalah infeksi toxoplasma

    dan CMV dilakukan rawat bersama dengan Bagian Anak, dengan terapi

    kotrimoksazole, pyrimetamine, dan asam folat selama 1 bulan evaluasi, mengingat

    adanya risiko rekurensi.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Skuta, Gregory L.et.al. BCSC Section 5 : Neuro-Ophthalmology. American

    Academy of Ophthalmology. Singapore : 2011. 116-129.

    2. Chu, Edward R.et.al. Optic Neuritis : More than a vision loss. Australian Family

    Physician Vol 38, No.10. Australia : 2009.

    3. Anonim. Optic Neuritis. North American Ophthalmology Society

    4. Perez-Cambrodi, Jose, et.al. Optic neuritis in pediatric population: A review in

    current tendencies of diagnosis and management. Journal of Optometry . 2014.

    5. Shams, PN, Plant,GT. Optic Neuritis : A review. The International MS Journal

    Ed.16. London. 2009 : 8289.

    6. Rohana, A R, et.al. Optic neuritis with multiple sclerosis in a 10-year old Asian

    girl. International Journal of Ophthalmology Vol.2 No.1. Mar 18 : 2009.

    7. Foroozan,Rod, et.al. Acute demyelinating optic neuritis. Current Opinion in

    Ophthalmology. 2005. 375-380.

    8. Murphy, Marjorie A. Clinical Update on Optic Neuritis and Multiple Sclerosis.

    Medicine and Health Vol. 91 No.2. Rhode Island, New York : 2008.

    9. Kemp, Pavlina S. Et.al. Optic neuritis. http://www.EyeRounds.org/cases/159-

    optic-neuritis.htm . 2012.