bab ii : landasan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 bankeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2051/3/bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II : LANDASAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Bank
Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-
undang Perbankan 1967 dan Undang-Undang Perbankan yang diubah.
Pasal 1 huruf a Undang-Undang Perbankan 1967, menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Sementara itu, Undang-undang
perbankan yang diubah pada pasal 1 angka 2 mendefinisikan bank
sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa bank
berfungsi sebagai “Financial Intermediary” dengan usaha utama
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-
jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Sebagai badan usaha, bank
akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya
dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan,
bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang,
mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja (Usman,
2003:59)
Menurut Dasih (2014:1) Bank merupakan badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut
Perry Warjiyo (2004: 135), bank adalah lembaga kepercayaan yang
berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem
10
pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga
yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu
kebijakan moneter.
Dalam suatu perekonomian, bank mempunyai peran yang penting
yakni sebagai lembaga intermediasi yang mengimpun dana dari surplus
unit kemudian menyalurkannya ke defisit unit. Bank menghimpun dana
dari masyarakat sebagai sumber utama yang diandalkan dalam kegiatan
usaha sehari-hari. Dana ini dihimpun menggunakan instrumen produk
simpanan yang terdiri dari giro, deposito, dan tabungan. Selain itu, bank
juga berperan dalam melancarkan pembayaran, perdagangan dan
peredaran uang melalui berbagai layanan yang disediakan (Dasih,
2014:16)
2.1.2 Investasi
Menurut Halim (2005:4). Investasi adalah penempatan sejumlah
dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di
masa yang akan datang. Sedangkan Tandelilin (2010:3) mengemukakan
bahwa Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan dimasa datang.
Pengertian investasi menurut Sunariyah (2004) investasi adalah
penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan dimasa yang akan datang. Selanjutnya menurut Jogiyanto
(2010) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Investasi adalah
Penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif
selama periode waktu tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa investasi merupakan suatu aktivitas berupa penundaan konsumsi
di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan selama periode waktu
tertentu pada suatu aset yang efisien oleh investor, dengan tujuan
11
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu
sesuai dengan yang diharapkan; tentunya lebih baik daripada
mengonsumsi di masa sekarang (Sudaryo, 2017:2).
Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut sebagai investor.
Umumnya investor dibagi menjadi dua golongan yaitu investor
individual dan investor institusional. Investor individual terdiri dari
individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan
investor institusional terdiri dari perusahaan-perusahaan lembaga
penyimpan dana seperti bank dan lembaga simpan pinjam, kemudian
perusahaan asuransi, lembaga dana pensiun dan perusahaan investasi.
Menurut Sudaryo (2017:3) Bentuk investasi yang dapat
dijadikan sarana investasi sangatlah beragam. Masing-masing dengan
ciri tersendiri dan dengan kandungan risiko dan return harapan yang
berbeda-beda. Investor tinggal memilih bentuk investasi yang menurut
mereka dapat memenuhi keinginan untuk berinvestasi.
Menurut Fahmi dan Hadi (2009) dalam bukunya, Teori
Portofolio dan Analisis Investasi, dalam aktivitasnya pada umumnya
dikenal dua bentuk investasi, yaitu:
1. Real Investment
Investasi nyata (Real Investment) secara umum melibatkan aset
berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik.
2. Financial Investment
Investasi keuangan (Financial Infestment) secara umum melibatkan
aset kontrak tertulis, seperti saham biasa (Common Stock) dan
Obligasi (Bond).
Halim (2005: 4) mengklasifikasikan investasi dalam dua bentuk,
yaitu investasi pada aset-aset riil (real assets) dan investasi pada aset-
aset finansial (financial assets). Investasi pada aset-aset riil dapat
berupa pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
12
pertambangan, perkebunan, dan lain-lain. Sedangkan investasi dalam
bentuk financial assets dapat dilakukan antara lain dalam bentuk
investasi di pasar uang, seperti: sertifikat deposito, comercial paper,
surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dilakukan di pasar
modal, misalnya pembelian obligasi, waran, reksadana, opsi, futures,
saham, dan lainnya.
Perbedaan antara investasi pada Real Investment dan Financial
Investment adalah tingkat likuiditas dari kedua investasi tersebut.
Investasi pada Real Investment relatif lebih sulit untuk dicairkan
karena terbentur pada komitmen jangka panjang antara investor dengan
perusahaan. Sementara investasi pada Financial Investment lebih
mudah dicairkan karena dapat diperjualbelikan tanpa terikat waktu
(Sudaryo, 2017:3).
Jogiyanto (2010), Pembagian alternatif investasi menjadi dua
golongan besar, yaitu:
1. Investasi Langsung
Investasi langsung diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat
berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi
telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
berupa penghasilan dividen dan capital gains.
2. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga
yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi
(Investment Company) yang berfungsi sebagai perantara.
Kepemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-
lembaga keuangan terdaftar, yang bertindak sebagai perantara
atau intermediary. Dalam perananya sebagai investor tidak
langsung, pedagang perantara (pialang) mendapatkan dividen dan
capital gain seperti halnya dalam investasi langsung. Selain itu
13
juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain atas hasil
perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan perantara
tersebut.
Tujuan dari investasi adalah untuk memperoleh keuntungan
selama jangka waktu tertentu, menambah nilai modal yang ditempatkan
dan menjaga aset terhadap inflasi. Dilakukan dengan tingkat risiko yang
dapat ditolerir. Semakin besar manfaat dari investasi tersebut maka
akan semakin besar pula risiko yang harus dihadapi. Jika ingin
melakukan investasi dengan risiko yang kecil, maka manfaat yang bisa
diharapkan dari investasi tersebut juga akan lebih kecil.
2.1.3 Pasar Modal
Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan(atau sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan
swasta (Husnan, 2009:3).
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (misalnya pemerintah). Dengan demikian, pasar
modal memfasilitasi berbagai saran dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya. Instrumen yang diperdagangkan dipasar modal
merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari satu
tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai
instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Undang-undang
Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 diartikan sebagai “Kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal memiliki
peran penting bagi kemajuan perekonomian suatu negara, yang
14
merupakan saran bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari
masyarakat investor.
Menurut Husnan (2009:265) pasar modal yang efisien
didefinisikan sebagai pasar modal yang harga sekuritasnya
mencerminkan semua informasi yang relevan. Fama (1970)
mengklasifikasikan informasi menjadi tiga tipe, yaitu (i) perubahan
harga di waktu yang lalu (past price changes), (ii) informasi yang
tersedia kepada publik (public information), dan (iii) informasi yang
tersedia baik kepada publik maupun tidak (public and private
information).
Ada tiga bentuk/tingkatan untuk menyatakan efisiensi pasar
modal. Pertama adalah Keadaan dimana harga-harga mencerminkan
semua informasi yang ada pada catatan harga di waktu yang lalu. Dalam
keadaan seperti ini pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan
di atas normal dengan menggunakan trading rules yang berdasarkan atas
informasi harga di waktu yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai bentuk
efisiensi yang lemah (weak form efficiency). Penelitian tentang random
walk menunjukan bahwa sebagian besar modal paling tidak efisien
dalam bentuk ini.
Tingkat efisiensi yang kedua adalah keadaan dimana harga-harga
bukan hanya mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi
semua informasi yang dipublikasikan. Keadaan ini disebut sebagai
bentuk efisiensi setengah kuat (semi strong). Dengan kata lain, para
pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan di atas normal
dengan memanfaatkan public information. Bentuk ketiga adalah bentuk
efisiensi yang kuat (strong forms) dimana harga tidak hanya
mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juga
informasi yang bisa diperoleh dari analisa fundamental tentang
perusahaan dan perekonomian.
15
Dalam mengatur kegiatan pasar modal di Indonesia Mentri
Keuangan membawahi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM-LK) namun sekarang peran BAPEPAM-LK
diganti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diatur dalam UU No. 21
tahun 2011. Selain menggantikan peran BAPEPAM-LK dalam
pengaturan dan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, OJK
juga menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan
pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa
keuangan.
Berikut ini adalah Gambar Struktur Pasar Modal Indonesia.
Gambar II.1. Struktur Pasar Modal Indonesia
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
OTORITAS JASA KEUANGAN
Bursa Efek
(Bursa Efek
Indonesia - BEI)
Lembaga Kliring dan
Penjaminan
(Kliring Penjaminan
Efek Indonesia- KPEI)
Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian
Kustodian Sentral Efek
Indonesia - KSEI)
Perusahaan
Efek
Penjamin
Emisi
Perantara
Perdagangan
Efek
Manajer
Biro
Administrasi
Efek
Bank
Kustodian
Wali Amanat
Pemeringkat
Efek
Akuntan
Notaris
Penilai
Konsultan
Hukum
Domestik
Asing
Emiten
Perusahaan
Publik
Reksadana
Lembaga
Penunjang
Profesi
Penunjang
Pemodal
16
2.1.4 Saham
Di Pasar Modal Indonesia terdapat berbagai macam produk untuk
berinvestasi. Produk-produk investasi tersebut antara lain: Saham
(Stock), Obligasi, Bukti Rigth, Waran, Kontrak Berjangka Indeks Saham
dan Reksadana. Salah satu produk investasi yang paling populer saat ini
adalah saham (Abi,2016:14). Karena dengan investasi pada saham
memungkinkan investor mendapatkan keuntungan lebih besar
dibandingkan investasi pada sekuritas lainnya, tetapi saham juga
memiliki resiko lebih tinggi juga. Dengan pergerakan naik turunnya
harga saham justru menjadikan beberapa investor tertarik investasi pada
sekuritas ini, dimana dengan peningkatan harga saham investor akan
memperoleh keuntungan tetapi investor juga dapat menanggung
kerugiaan jika harga saham mengalami penurunan dalam harga jualnya.
Darmadji, T.d.(2001) bahwa ada beberapa sudut pandang untuk
membedakan jenis-jenis saham, yaitu
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
1) Saham biasa (common stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim
berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila
terjadi likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan
prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari penjualan
asset perusahaan. Ciri dari saham biasa antara lain:
(1) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh
laba;
(2) Memiliki hak suara (one share one vote);
(3) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling
akhir apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan
dilunasi.
2) Saham preferen (preffered stock).
17
Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang
tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka
pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama
dalam pembagian hasil atas penjualan asset. Saham preferen
mempunyai sifat gabungan antara gabungan antara obligasi dan
saham. Adapun ciri-ciri dari saham preferen menurut siamat
(2004) adalah :
(1) Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen;
(2) Tidak memiliki hak suara
(3) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama
dalam pencalonan pengurus.
(4) memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham
lebih dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi
b. Di dalam praktek pasar modal, saham preferen dibagi menjadi
beberapa jenis, antara lain :
1) Saham preferen kumulatif (cumulative preffered stock)
Saham jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas
pembagian dividen yang sifatnya kumulatife dalam suatu
presntase atau jumlah tertentu.
2) Saham preferen non kumulatif ( non cumulative preffered stock)
Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian
dividen sampai pada suatu presentase atau jumlah tertentu, tetapi
tidak besifat kumulatif
3) Saham preferen partisipasi (participating preffered stock)
Pemilik saham jenis ini disamping memperoleh dividen tetap
seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra dividen
apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah
ditetapkan.
18
c. Ditinjau dari cara peralihannya:
1) Saham atas unjuk(Bearer stocks)
Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar
mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dia
akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir
dalam RUPS.
2) Saham atas nama(Registered stocks)
Saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya,
dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
d. Ditinjau dari kinerja perdagangan:
1) Blue-Chip Stocks
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi
tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan
yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen.
2) Income Stock
saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari ratra-rata dividen yang dibayarkan
pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu
menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur
membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba
dan tidak mementingkan potensi .
3) Growth Stock
saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi.
4) Speculative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
memipunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa
mendatang, meskipun belum pasti.
19
5) Countercyclical stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
maupun situasi bisnis secara umum.
Pada instrumen saham semakin tinggi potensi keuntungan dari
investasi, semakin tinggi pula kemungkinan risiko yang akan diderita
investor, demikian pula sebaliknya. Potensi keuntungan dari investasi
dalam bentuk saham relatif lebih besar dari investasi dalam bentuk
financial assets lainnya seperti instrumen pasar uang, obligasi, dan
reksadana, oleh karena itu risiko investasi dalam bentuk saham juga lebih
besar dari pada investasi dalam bentuk financial assets selain saham.
Pemegang saham memiliki beberapa keuntungan dengan memiliki atau
membeli saham, antara lain:
1) Dividen
Dividen merupakan pemberian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang
dihasilkannya. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang investor ingin
mendapatkan dividen, maka investor tersebut harus tercatat sebagai
pemegang saham pada tanggal penentuan pemegang saham yang
berhak mendapat dividen (dikenal dengan istilah recording date).
2) Keuntungan modal (capital gain)
Capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih antara
harga jual dan harga beli saham. Apabila investor membeli saham
dan menjualnya kembali pada harga yang lebih tinggi dari harga beli
saham, maka ia memperoleh capital gain.
Tujuan seorang investor melakukan investasi adalah untuk
memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin. Namun sebelum
20
memulai investasi, kadang investor hanya memperhatikan keuntungan
yang akan diperoleh. Sementara faktanya, bahwa dalam melakukan
investasi pasti akan selalu mengalami dua hal, yaitu keuntungan dan
kerugian (Abi, 2016:19).
Kerugian investasi dalam bentuk saham yaitu apabila investor
menjual saham pada harga yang lebih rendah dari pada harga saat
membeli saham, investor akan menderita kerugian atau capital loss. Dan
apabila emiten menderita kerugian, maka investor tidak akan menerima
dividen pada akhir tahun tersebut. Risiko terbesar investasi saham adalah
risiko likuidasi, yaitu apabila perusahaan yang sahamnya dimiliki,
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut
dibubarkan. Dalam hal ini klaim dari pemegang saham mendapat
prioritas terakhir setelah semua kewajiban perusahaan dapat dilunasi
(Abi, 2016:22).
Darmadji dan Fakhruddin (2006) di dalam skripsi Qoribulloh
(2013:25-26) Risiko selanjutnya yaitu saham perusahaan yang di-delist
dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang buruk. Saham yang telah
di-delist tidak dapat diperdagangkan di bursa. Meskipun saham tersebut
tetap dapat diperdagangkan diluar bursa, namun tidak terdapat patokan
harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh lebih
rendah dari harga sebelumnya. Resiko lain yaitu saham dihentikan
sementara (susppend). Jika suatu saham di-suspend atau dihentikan
perdagangannya sementara oleh otoritas Bursa Efek, maka investor tidak
dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut.
2.1.5 Harga Saham
Menurut Sunariyah (2004: 128) harga saham adalah harga selembar
saham yang berlaku dalam pasar saat ini di bursa efek. Sedangkan
menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) harga saham adalah nilai dan
21
penyertaan atau kepemilikkan seseorang dalam suatu perusahaan. Harga
saham merupakan harga per lembar saham yang berlaku di pasar modal.
Harga saham di pasar modal terdiri dari tiga kategori, yaitu harga
tertinggi (high price), harga terendah (low price), dan harga penutupan
(close price). Harga tertinggi dan terendah adalah harga dimana saham
yang paling tinggi dan paling rendah pada satu hari bursa. Sedangkan
harga penutupan adalah harga terakhir yang terjadi pada saat akhir jam
bursa. Dari ketiga kategori tersebut dapat dilihat perubahan harga saham
yang terjadi. Banyak investor yang tergesa-gesa menjual sahamnya tanpa
memperhatikan apakah prospek ke depan bagus atau tidak. Harga saham
dapat dikatakan sebagai indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan,
dimana kekuatan pasar ditunjukkan dengan terjadinya transaksi
perdagangan saham perusahaan di pasar modal (Setyorini, 2016:6).
Menurut Widoatmodjo (2005:91) harga saham dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a) Harga Nominal
Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham
yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham
yang dikeluarkan.
b) Harga Perdana
Harga perdana adalah harga yang pada waktu saham tersebut
dicatat di bursa efek.
c) Harga pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain.
Dalam Tendelilin (2010:301), penilaian saham dikenal adanya tiga
jenis nilai,yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai instriksi saham. Nilai
buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan
penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang
ditunjukan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai instrinsik
22
atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya
atau seharusnya terjadi. Meskipun semuanya dinyatakan dalam per
lembar saham, ketiga jenis nilai tersebut ditambahkan nilai nominal
umumnya adalah tidak sama besarnya. Nilai nominal dan nilai buku
dapat dicari didalam atau ditentukan berdasarkan laporan perusahaan
keuangan. Nilai pasar dapat dilihat pada harga saham dibursa efek.
Pada aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham selalu
mengalami fluktuasi baik kenaikan maupun penurunan harga saham.
Harga saham di bursa ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu kekuatan
permintaan dan penawaran saham tersebut. Semakin banyak orang yang
membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan
bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak orang yang
yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut akan
bergerak turun.
Dalam Qoribulloh (2013:27). Secara umum, semakin baik kinerja
suatu perusahaan maka semakin tinggi laba usaha dan semakin banyak
keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, sehingga semakin
besar kemungkinan harga saham perusahaan tersebut akan naik.
Meskipun demikian, perusahaan yang memiliki kinerja baik sekalipun
harga sahamnya bisa saja turun dikarenakan keadaan pasar. Perusahaan
yang memiliki kinerja baik sekalipun harga sahamnya bisa mengalami
penurunan karena keadaan pasar yang buruk yang menyebabkan
kepercayaan pemodal terguncang. Saham ini tidak akan sampai hilang.
Jika kepercayaan pemodal ini pulih, siklus ekonomi membaik ataupun
hal-hal lain membaik, maka harga saham ini akan kembali naik. Dengan
demikian, risiko pemegang saham adalah turunnya harga saham. Cara
mengatasinya adalah dengan menahan saham tersebut untuk waktu
yang cukup lama sampai keadaan pasar kembali membaik (Rahmadi,
2010).
23
Pergerakan harga suatu saham dalam jangka pendek tidak dapat
diterka secara pasti. Harga saham di bursa efek ditentukan menurut
hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar.
Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham
tersebut cenderung akan bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak
orang yang ingin menjual, maka harga saham tersebut akan bergerak
turun. Namun dalam jangka panjang, kinerja perusahaan emiten dan
pergerakan harga saham umumnya bergerak searah. Meskipun demikian
perlu diingat, tidak ada bursa saham yang terus menerus naik
sebagaimana juga tidak ada saham yang terus menerus turun. Pergerakan
harga saham selama jangka waktu tertentu umumnya membentuk suatu
pola tertentu (Widoatmodjo, 2008 :23).
2.1.6 Analisis Sekuritas
Menurut Husnan (2009:307) untuk melakukan analisis dan
memilih saham terdapat dua pendekatan dasar yaitu analisis teknikal dan
analisis fundamental.
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di
masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variable-
variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis
fundamental umumnya dilakukam dengan tahapan melakukan
analisis ekonomi terlebih dulu, diikuti dengan analisis industri dan
akhirnya analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut
(Husnan, 2009:336-337).
Kondisi fundamental mencerminkan kinerja variabel-
variabel keuangan yang dianggap mendasar atau penting. Jika
24
prospek suatu perusahaan publik adalah sangat kuat dan baik, maka
harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan
merefleksikannya dengan peningkatan harga saham. Para penganut
analisis fundamental berasumsi bahwa apabila kondisi fundamental
atau kinerja keuangan perusahaan semakin baik maka saham yang
diharapkan juga akan mengalami kenaikan (Ghozali dan
Sugiyanto, 2002:71-72). Analisis fundamental merupakan analisis
yang memiliki asumsi dasar bahwa harga saham tidaklah diukur
dari standar harga dipasar, melainkan diprediksikan terlebih dahulu
dengan menggunakan analisis kinerja keuangan perusahaan.
Faktor fundamental dari perusahaan yang dapat
menjelaskan kekuatan dan kelemahan kinerja keuangan perusahaan
di antaranya adalah rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan
merupakan suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu
unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Rasio ini
akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart
(Munawir, 2001:64).
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah metode untuk memprediksi
pergerakan harga dan tren pasar di masa depan melalui studi grafik
historis dengan pertimbangan harga dan volume perdagangan
(Sunariyah, 2004: 168). Sedangkan menurut Husnan (2009:341)
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham
tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Pemikiran yang
mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham
25
mencerminkan informasi yang relevan, (ii) bahwa informasi
tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yan lalu, dan
(iii) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola
tertentu dan pola tersebut akan berulang.
Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk
menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual
saham (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-
indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis.
Analisis teknikal didahului dengan asumsi dasar bahwa
harga saham terbentuk dari hasil spekulasi (Ghozali dan Sugiyanto,
2002:94). Spekulasi tersebut menitikberatkan pada trend yang
dibentuk harga saham pada periode yang lalu. Trend harga saham
menjadi tolak ukur untuk memprediksi harga saham pada periode
berikutnya.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:160) analisis
teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
penilaian saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan
evaluasi saham berbasis pada data-data stastistik yang dihasilkan
dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume
transaksi. Dengan berbagai grafik yang ada serta pola-pola grafik
yang terbentuk, analisis teknikal mencoba memprediksi arah
pergerakan harga saham ke depan. Analisis teknikal atau sering
disebut chartist percaya bahwa perkembangan atau kinerja saham
dan pasar masa lalu merupakan cermin kinerja ke depan.
2.1.7 Analisis Laporan Keuangan
2.1.7.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan pertanggung jawaban
manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan
26
yang dipercayakan kepadanya kepada pemangku kepentingan atau
pihak-pihak yang punya kepentingan (stakeholders) di luar
perusahaan; pemilik perusahaan; pemerintah; kreditor; dan pihak
lainnya (Rahardjo,2009).
Menurut Murhardi (2013) di dalam laporan keuangan berisi
informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada pihak
pengguna, maka berbagai pihak yang berkepentingan dapat melihat
kondisi kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002) ada dua laporan
keuangan perusahaan yang pokok, yaitu Neraca dan Laporan Rugi
laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan, kewajiban
keuangan dan modal sendiri perusahaan sendiri pada waktu
tertentu. Sedangkan laporan rugi laba menunjukkan laba atau rugi
yang diperoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu.
2.1.7.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan
keuangan, perlu dipahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk
memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis
terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
perusahaan berguna bagi manajer keuangan (pihak intern
perusahaan), dan pihak diluar perusahaan seperti para (calon)
pemodal dan kreditur (Husnan dan Pudjiastuti, 2002).
Menurut Murhadi (2013) Tujuan utama dari laporan
keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja dan perubahan dalam posisi keuangan sebagai
suatu entitas yang bermanfaat dalam pembuatan putusan ekonomi.
Sedangkan peranan analisis laporan keuangan adalah untuk
pengambilan keputusan ekonomi dengan menggunakan informasi
laporan keuangan dan informasi relevan penting.
27
2.1.7.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002), Laporan keuangan
masih perlu diolah dan analisis untuk dapat dipergunakan sesuai
dengan maksud pemakai laporan keuangan tersebut. Berbagai alat
analisis dapat dipergunakan untuk mengolah laporan keuangan.
Alat analisis tersebut mungkin berbentuk analisis Common Size,
indeks maupun rasio keuangan
1) Analisis Common Size
Analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam neraca dan
laporan laba rugi menjadi persentase berdasarkan dasar
tertentu. Untuk angka-angka yang ada di neraca, common
base-nya adalah total aktiva. Dengan kata lain total aktiva
dipergunakan sebagai 100%. Untuk angka-angka dalam rugi
laba, penjualan neto dipergunakan sebagai 100%. Penyajian
dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca
laporan keuangan memperhatikan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam neraca.
2) Analisis Indeks
Analisis ini merubah semua angka dalam suatu laporan
keuangan pada tahun dasar menjadi 100. Pemilihan tahun
dasar bukanlah selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun
yang dianggap normal. Dengan demikian analisis ini dilakukan
untuk membandingkan perkembangan dari waktu ke waktu.
3) Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah yang paling banyak digunakan
dalam menganalisis laporan keuangan. Cara untuk menafsirkan
rasio-rasio keuangan dengan menggunakan asumsi bahwa
28
metode akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan
konsisten dari waktu ke waktu, dan sama dengan yang
dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan lain.
2.1.8 Rasio Keuangan
2.1.8.1 Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Murhardi (2013) analisis rasio digunakan dengan
cara membandingkan suatu angka tertentu pada suatu akun
terhadap angka dari akun lainnya. Analisis rasio sering digunakan
oleh manajer, analisis kredit dan analisis saham.
Rasio keuangan merupakan rasio yang menggambarkan
hubungan antara jumlah tertentu dengan jumlah lainnya pada
laporan keuangan. Penggunaan rasio keuangan akan menjelaskan
dan memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan serta
posisi keuangan perusahaan, terutama bila angka rasio tersebut
dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai
standar industri.
Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi
laporan keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan,
diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan
aspek-aspek tertentu. Setiap bentuk dari analisis rasio mempunyai
tujuan tertentu atau digunakan untuk menentukan perbedaan
penekanan hubungan.
2.1.8.2 Analisis Rasio Keuangan Perusahaan
Menurut Munawir (2002:268) analisis rasio sangat
bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan
pengevaluasian prestasi atau kinerja (performance) perusahaannya
bila dibandingkan dengan rata-rata industri, sedangkan bagi para
29
kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang
akan dihadapi dikaitan dengan adanya jaminan kelangsungan
pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjamannya. Analisis
rasio juga bermanfaat bagi para investor yang akan mengevaluasi
nilai saham, dan adanya jaminan atas keamanan dana yang akan
dianamkan.
Analisis rasio selalu digunakan untuk mengetahui kesehatan
keuangan dan kemajuan perusahaan setiap kali laporan keuangan
diterbitkan. Setiap laporan keuangan yang dibentuk memiliki
tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan. Rasio
keuangan dikelompokkan dalam lima jenis yaitu: (1) rasio
likuiditas (liquidity ratio); (2) rasio aktivitas (activity ratio); (3)
rasio rentabilitas (profitability ratio); (4) rasio solvabilitas
(leverage ratio); (5) rasio pasar (market ratio) (Ang, di dalam
skripsi Kusumo: 2011).
Dalam penelitian ini analisis rasio keuangan yang
digunakan adalah Pertama, rasio solvabilitas atau leverage rasio
yang digunakan untuk mengukur penggunaan hutang terhadap total
shareholders equity yang dimiliki perusahaan yaitu rasio DER.
Kedua, rasio pasar yang menggambarkan harapan-harapan investor
terhadap investasi yang ditanamkan, yaitu EPS. Ketiga, rasio
profitabilitas yang menggambarkan tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat investasi yang ditanamkan, diantaranya
NPM dan ROA. Adapun penjelasan tentang Rasio Keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) DER
DER yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara
hutang dengan modal sendiri (Husnan dan pudjiastuti, 2002).
30
DER =
Semakin tinggi proporsi DER menyebabkan laba
perusahaan semakin tidak menentu dan menambah
kemungkinan bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayaran utangnya. Oleh karena itu semakin
tinggi proporsi rasio utang akan semakin tinggi pula risiko
financial suatu perusahaan (Nurfadillah, 2011:46)
Menurut Wahyono,(2002:12) di dalam skripsi Ariana
(2016) rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur
seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur
permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiridari
hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang
saham.
2) EPS
Setyorini dkk (2016:9) Earning Per Share (EPS) atau laba
per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap
lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat
menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS
diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.
EPS =
Pemodal sering memusatkan perhatian pada laba per
lembar saham (Earning per share, EPS) dalam melakukan
analisis (Husnan, 2009). Komponen penting yang pertama harus
diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba bersih
setelah pajak per lembar saham atau lebih dikenal dengan
Earning Per Share (EPS), karena rasio EPS perusahaan
31
menentukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan (Tandelilin,
2001:241). EPS memberikan informasi penting bagi para
investor dalam menilai seberapa jauh kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba tiap lembar saham yang beredar.
Dengan mengetahui EPS dapat dinilai berapa potensi laba yang
akan diterima investor. Rasio ini sekaligus sebagai indikator
untuk memprediksi keberhasilan ataukah kegagalan yang akan
diperoleh investor di masa yang akan datang.
Syamsuddin (2007: 66) EPS merupakan rasio yang banyak
diperhatikan oleh calon investor, karena informasi EPS
merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan dapat
menggambarkan prospek earning perusahaan masa depan. Pada
umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan
calon pemegang saham tertarik akan EPS, karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap
lembar saham biasa.
3) NPM
Net Profit Margin (NPM), yaitu membandingkan antara
laba bersih setelah pajak (Net Income After Tax) dengan Total
penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur pendapatan
bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai oleh
perusahaan. Rasio NPM dapat dirumuskan sebagai berikut
NPM =
x 100%
Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih (net
profit) yaitu sesudah dikurangi dengan seluruh expenses
termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan (Syamsuddin,
2007:62). Sedangkan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006),
32
menyatakan bahwa NPM diperoleh dengan membandingkan
laba operasi dengan penjualan. Semikin tinggi nilai rasio ini,
menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan semakin baik.
4) ROA
Menurut munawir (2002: 269) Return on Assets (ROA)
merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh
hasil atas seluruh sumber daya keuangan yang ditanamkan pada
perusahaan.
Return on Assets (ROA), yaitu membandingkan antara laba
setelah pajak dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia di dalam perusahaan. Secara teoritis rasio ROA
dapat dirumuskan sebagai berikut
ROA =
x 100%
Dalam mengukur tingkat kesehatan perusahaan terdapat
perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis
dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Perusahaan
Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba
setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang
diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. Semakin besar ROA
suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi
perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset (Aminah dkk,
2016). Sedangkan Munawir (2000) menyatakan bahwa ROA
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik
analisa keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif.
Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dengan keseluruhan
33
aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan atau laba.
2.2 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang
pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Earning per Share (EPS), Net Profit
Margin (NPM), dan Return on Asset (ROA) terhadap harga saham. Hasil dari
beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan
dalam penelitian ini, berikut hasil beberapa penelitian :
Nurfadillah (2011) “Analisis Pengaruh Earning per Share(EPS), Debt
to Equity Ratio (DER), dan Return on Equity (ROE) terhadap harga saham
PT. Unilever Indonesia” menunjukkan bahwa semua variabel yaitu Earning
per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Equity (ROE)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT Unilever
Indonesia. Sedangkan berdasarkan hasil analisis statistic uji t menunjukkan
bahwa variabel yang berpengaruh Earning per Share (EPS) dan Return on
Equity (ROE) sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham PT Unilever Indonesia.
Hutami (2012) “Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity dan
Net Profit Margin terhadap Harga Saham Perusahaaan Industri Manufaktur
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010”. Dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa Dividend per Share, Return on Equity
dan Net Profit Margin memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial
maupun secara bersama-sama (simultan) terhadap Harga Saham.
Qoribulloh (2013) “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel EPS dan
ROA berpengaruh positif terhadap harga saham, ROE berpengaruh negatif
terhadap harga saham, sedangkan NPM tidak berpengaruh terhadap harga
34
saham. Secara simultan variabel EPS, NPM, ROA, dan ROE berpengaruh
terhadap harga saham.
Raharjo dan Muid (2013) “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
Fundamental Rasio Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham” Hasil
pengujian data secara simultan dengan menggunakan semua variabel
independen yaitu ROE, ROA, DER, CR, EPS dan BVS menunjukkan
pengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham. Hasil
pengujian data secara parsial menunjukkan bahwa variabel CR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan variabel
ROE, ROA, DER, EPS dan BVS tidak berpengaruh signifikan terhadap
perubahan harga saham.
Pratama dan Erawati (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh
Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin dan
Earning Per Share terhadap Harga Saham” (Study Kasus pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011). Hasil
penelitian menunjukkan secara parsial dari kelima variabel independen yang
memiliki pengaruh positif dan signifikan hanya tiga variabel yaitu Current
Ratio, Debt to Equity Ratio dan Earning per Share. Sedangkan secara
simultan dari kelima variabel independen memiliki pengaruh signifikan.
Ariana (2016) mengenai “Pengaruh Return On Investment (ROI), Debt
to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) terhadap harga saham pada
perusahaan whole sale dan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2013”. Hasil penelitian menunjukan Return On Investment
(ROI) tidak berpengaruh terhadap harga saham, Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh positif terhadap harga saham, Current Ratio (CR) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara
simultan variable Return On Investment (ROI), Debt to Equity Ratio (DER)
dan Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Harga Saham.
Dewi dan Saryadi (2016) “ Pengaruh Suku Bunga (Bi Rate), EPS dan
35
ROE Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014“. Hasil penelitian dari
uji t menunjukkan bahwa dari ketiga variabel yang berpengaruh secara
signifikan hanya variabel Earning per Share (EPS). Sedangkan secara
simultan Bi Rate, Earning per Share (EPS), dan Return on Equity (ROE)
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sektor pertambangan.
Aminah dkk (2016) “ Pengaruh Dividen Per Share, Return on Equity,
Net Profit Margin, Return on Investment dan Return on Asset Terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan
Variabel DPS dan ROI berpengaruh positif terhadap harga saham pada
perusahaan Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia.
Variabel ROE berpengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahaan
Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia. Variabel NPM
dan ROA berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham
pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia.
Tabel II.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Variabel
Penelitian
Alat
Analisis Hasil Penelitian
1 Mursidah
Nurfadillah
(2011)
Dependen :
Harga Saham
Independen :
EPS, DER,
dan ROE
Analisis
Regresi
Berganda
Secara simultan variabel
EPS, DER, ROE
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Secara parsial variabel
yang berpengaruh EPS
sedangkan ROE dan DER
tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
2 Rescyana Dependen : Analisis Secara simultan dan
36
Putri Hutami
(2012)
Harga Saham
Independen :
DPS, ROE,
NPM
Regresi
Berganda
parsial DPS, ROE dan
NPM memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap Harga Saham.
3 A Rizal
Qoribulloh
(2013)
Dependen :
Harga Saham
Independen :
EPS, NPM,
ROA dan
ROE
Analisis
Regresi
Berganda
Secara simultan variabel
EPS, NPM, ROA, dan
ROE berpengaruh
terhadap harga saham.
Secara parsial variabel
EPS dan ROA
berpengaruh positif
terhadap harga saham,
ROE berpengaruh negatif
terhadap harga saham,
sedangkan NPM tidak
berpengaruh terhadap
harga saham.
4 Daniarto
Raharjo, Dul
Muid(2013)
Dependen :
Harga Saham
Independen :
ROE, ROA,
DER, CR,
EPS dan BVS
Analisis
Regresi
Berganda
Secara simultan ROE,
ROA, DER, CR, EPS dan
BVS berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
perubahan harga saham.
Secara parsial CR
berpengaruh positif dan
signifikan, sedangkan
variabel ROE, ROA,
DER, EPS dan BVS tidak
berpengaruh signifikan
terhadap perubahan harga
37
saham.
5 Aditya
Pratama,
Teguh
Erawati
(2014)
Dependen :
Harga Saham
Independen :
CR, DER,
ROE, NPM,
EPS
Analisis
Regresi
Berganda
Secara simultan CR,
DER, ROE, NPM, EPS
memiliki pengaruh
signifikan.
Secara parsial dari kelima
variabel independen yang
memiliki pengaruh positif
dan signifikan hanya tiga
variabel yaitu CR, DER
dan EPS
6 Ana Ariana
(2016)
Dependen :
Harga Saham
Independen :
ROI, DER,
CR
Analisis
Regresi
Berganda
Secara simultan ROI,
DER dan CR
berpengaruh terhadap
Harga Saham.
Secara parsial ROI dan
CR tidak berpengaruh
terhadap harga saham,
DER berpengaruh positif
terhadap harga saham.
7 Nor Dewi.
Saryadi
(2016)
Dependen :
Harga Saham
Independen :
Bi rate, EPS,
ROE
Analisis
Regresi
Berganda
Secara simultan Bi Rate,
EPS, dan ROE
berpengaruh secara
signifikan terhadap harga
saham.
Secara parsial dari ketiga
variabel yang
berpengaruh secara
signifikan hanya variabel
EPS.
38
8 Nur Aminah,
Rina Arifati,
SE, M.Si.
Agus
Supriyanto,
SE, MM
(2016)
Dependen :
Harga Saham
Independen :
DPS, ROE,
NPM, ROI,
ROA
Analisis
Regresi
Berganda
Secara parsial DPS dan
ROI berpengaruh positif
terhadap harga saham,
Variabel ROE
berpengaruh negatif
terhadap harga saham,
Variabel NPM dan ROA
berpengaruh negatif tetapi
tidak signifikan terhadap
harga saham
2.3 Kerangka Fikir
Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu
saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi.
Dengan nilai usaha yang tinggi membuat investor tertarik untuk menanamkan
modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila
terjadi berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan
penurunan harga saham pada perusahaan tersebut (Ghozali dan Sugiyanto,
2002: 71-72)
Kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan
yang kemudian dapat dilakukan analisis laporan keuangan menggunakan
rasio keuangan. Untuk penelitian ini akan menguji bagaimana pengaruh rasio
keuangan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
LQ-45. Kerangka hubungan rasio keuangan dengan harga saham adalah
sebagai berikut:
1) Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham.
DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan utang terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
39
menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham
terhadap pemberi pinjaman. Tingkat DER yang tinggi menunjukkan
komposisi total hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka
panjang) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal
sendiri, sehingga ini akan berdampak pada semakin besar pula beban
perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur).
Semakin besar nilai DER menandakan bahwa struktur permodalan
usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap
ekuitas. Semakin tinggi DER mencerminkan risiko perusahaan yang
relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-
saham yang memiliki DER yang tinggi (Ang, 1997). Oleh karena itu,
DER berpengaruh negatif terhadap harga saham.
2) Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham.
EPS merupakan rasio yang mengukur perbandingan antara laba
bersih dengan jumlah saham yang beredar. Semakin tinggi nilai EPS
berarti semakin besar laba yang diperoleh pemegang saham atas setiap
lembar saham yang dimilikinya. Nilai EPS yang lebih besar
menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Semakin
tinggi nilai EPS akan semakin menarik minat investor dalam
menanamkan modalnya, karena EPS menunjukkan laba yang berhak
didapatkan oleh pemegang saham atas satu lembar saham yang
dimilikinya. Informasi peningkatan EPS akan diterima pasar sebagai
sinyal baik yang akan memberikan masukan positif bagi investor dalam
pengambilan keputusan membeli saham. Hal ini membuat permintaan
akan saham meningkat sehingga harganya pun akan naik. Oleh karena
itu, EPS berpengaruh positif terhadap harga saham.
40
3) Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham.
NPM merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak
keuntungan operasional yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan.
NPM diperoleh dengan membandingkan laba operasi dengan penjualan.
Semakin tinggi nilai rasio ini, menunjukkan bahwa profitabilitas
perusahaan semakin baik sehingga investor tertarik untuk menanamkan
modal (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:74). Semakin tinggi NPM akan
menunjukkan adanya efisiensi yang semakin tinggi, sehingga variabel
ini menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh investor.
Oleh karena itu, NPM berpengaruh positif terhadap harga saham.
4) Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Harga Saham.
ROA merupakan perbandingan antara laba dan aset. Menurut
Dendawijaya (2003:120) rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik
pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Dengan
pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan
keuntungan dari dividen karena pada hakekatnya dalam ekonomi
konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang
tinggi, maka apabila suatu saham menghasilkan dividen yang tinggi
ketertarikan investor juga akan meningkat, sehingga kondisi tersebut
akan berdampak pada peningkatan harga saham. Oleh karena itu, ROA
berpengaruh positif terhadap harga saham.
2.4 Paradigma Penelitian
Dalam kerangka pemikiran ini dijelaskan bagaimana rasio keuangan
seperti DER, EPS, NPM dan ROA dapat mempengaruhi harga saham
41
perbankan yang terdaftar di LQ-45. Berikut skema kerangka pemikiran dari
keempat variabel tersebut :
Gambar II.2. Paradigma Penelitian
Keterangan:
: Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
: Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara bersama-sama.
2.5 Hipotesis
Berpedoman pada kerangka pemikiran teoritis diatas, dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1 : DER berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di LQ-45
H2 : EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di LQ-45
H3 : NPM berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di LQ-45
42
H4 : ROA berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di LQ-45
H5 : DER, EPS, NPM dan ROA berpengaruh secara simultan
terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di LQ-45.