bab ii kajian teori dan hipotesis penelitian · bab ii kajian teori dan hipotesis penelitian pada...

54
11 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang relevan, dan (3) kerangka berpikir, serta (4) hipotesis. Bagian ini merupakan dasar atau landasan teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus keempat bagian-bagian besar tersebut 1. Kajian Teori a. Belajar 1) Pengertian Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan- pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan. Belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan mencapai suatu kecakapan, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam kehidupan (Mulyati:2005) Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar

Upload: others

Post on 21-Mar-2021

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

11

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat)

bagian besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang relevan, dan (3)

kerangka berpikir, serta (4) hipotesis. Bagian ini merupakan dasar atau landasan

teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus

keempat bagian-bagian besar tersebut

1. Kajian Teori

a. Belajar

1) Pengertian

Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan

peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-

pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

Belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan mencapai suatu

kecakapan, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam

kehidupan (Mulyati:2005)

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,baik yang

menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap; bahkan meliputi

segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti

mengorganisasikan pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

12

mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam

cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikatnya belajar adalah perubahan

(Syaiful Bahri dan Zain: 2002).

Yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah proses perubahan

perilaku siswa kelas VIIIa SMP Islam Sudirman Ambarawa karena hasil dari

pengalamannya mempelajari Kewarganegaraan.

2) Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip belajar menurut teori Gestalt (Slameto:2010) adalah

a) Belajar berdasarkan keseluruhan

Prinsip belajar secara keseluruhan didasarkan pada kenyataan

bahwa apa yang dipelajari sangat kompleks sehingga untuk

memudahkan pemahaman dengan cara menghubungkan pengajaran

yang satu dengan pengajaran yang lain. Pebelajar berusaha semaksimal

mungkin mengkaitkan pelajaran secara utuh dan

menyeluruh untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap.

b) Belajar merupakan suatu proses perkembangan ;

Prinsip belajar ini mau mengatakan bahwa belajar merupakan

proses dinamis dimana pebelajar mendapatkan pemahaman untuk

mengetahui, mempelajari, dan merencanakan sesuatu sesuai dengan

taraf perkembangan individu yang bersangkutan.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

13

c) Siswa sebagai organisme keseluruhan;

Prinsip ini mau menyadarkan kepada para pendidik bahwa

pembelajaran bukan hanya menyangkut segi kognitif saja. Guru harus

sadar bahwa selain mengembangkan segi kognitif, ia juga berperan

dalam mengembangkan sisi afektif dan keterampilan siswa sehingga

intelektual, emosional dan jasmani siswa dapat berkembang secara

seimbang.

d) Terjadi transfer;

Prinsip belajar ini berpesan bahwa dalam belajar yang

terpenting adalah penyesuaian dan merespon secara tepat sehingga

apa yang dipelajari benar-benar dikuasai. Penguasaan apa yang

dipelajari yang ditandai dengan adanya kesesuaian dan adanya respon

yang tepat tadi sangat berguna untuk memindahkan kemampuan yang

satu ke kemampuan yang lain.

e) Belajar adalah reorganisasi pengalaman;

Menurut prinsip ini seorang anak baru dikatakan belajar

apabila ia dapat menganalisis pengalaman yang lalu untuk

menyelesaikan persoalan/masalah yang baru dalam bentuk yang lain.

Dalam menganalisis pengalaman ia mengorganisasikan kembali

pengalaman yang pernah ia jumpai untuk mencari solusi ketika sedang

menghadapi persoalan dan persoalan yang akan dihadapinya dengan

perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

14

f) Belajar harus dengan insight;

Dalam proses belajar, seorang pebelajar akan mendapatkan

pengertian, hubungan, dan perbandingan. Perolehan wawasan ini akan

bertambah dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan

individu yang belajar tersebut. Proses belajar pun membutuhkan

sebuah wawasan yang baik.

g) Belajar lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat, keinginan,

dan tujuan siswa;

Prinsip belajar yang berhubungan dengan kebutuhan siswa

dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diajak untuk mengembangkan

kemampuan, bakat, dan minat yang telah dimiliki dengan

memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal. Siswa pun akan

termotivasi untuk belajar secara maksimal karena siswa yang

bersangkutan memang membutuhkan apa yang dipelajarinya itu.

h) Belajar berlangsung terus menerus

Prinsip ini setuju bahwa belajar bukan hanya di sekolah saja

tetapi juga di luar sekolah, baik pengalaman sendiri maupun dalam

pergaulan dengan masyarakat. Belajar tidak cukup hanya terbatas

pada saat di sekolah, tetapi setelah keluar dari sekolah pun tetap

belajar, seumur hidup.

Prinsip-prinsip belajar menunjuk pada hal-hal penting yang harus

dilakukan agar proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang

diharapkan. Aunurrahman (2001) mengatakan bahwa prinsip belajar

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

15

dalam proses pembelajaran adalah : prinsip perhatian dan motivasi;

prinsip transfer dan retensi; prinsip keaktifan; prinsip keterlibatan

langsung; prinsip pengulangan; prinsip tantangan; prinsip balikan dan

penguatan; prinsip perbedaan individual.

Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman AM (2004) adalah :

a) Belajar berarti mencari makna;

Siswa sendiri berusaha secara aktif untuk menciptakan sebuah

makna dari pengalaman mereka dalam melihat, mendengar, merasakan

dan mengalami;

b) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus;

Pembentukan makna merupakan usaha yang terus menerus

sepanjang hidup. Ketrampilan berproses untuk mendapatkan sebuah

makna ini dilakukan untuk membuktikan bahwa siswa itu sungguh-

sungguh belajar dari kehidupannya.

c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu

sendiri;

Bahwa belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan fakta saja

yang jika sudah terkumpul kemudian beberapa waktu akan dilupakan.

Lebih dari itu, belajar merupakan pengembangan untuk membuat

pengertian baru, konsep-konsep yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

16

d) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan

dunia fisik dan lingkungannya;

Prinsip belajar yang bertujuan mendapatkan hasil itu dicapai

dengan berbagai faktor fisik dari siswa itu sendiri maupun dari luar

diri siswa yang bersangkutan seperti lingkungan yang ada di sekitar

subjek pebelajar itu.

e) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si

subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi

dengan bahan yang sedang dipelajari.

Bahwa pencapaian hasil akhir dari proses pembelajaran baik

prestasi tinggi atau sebaliknya dipengaruhi faktor-faktor yang ada

dalam diri siswa dan interaksinya dengan materi yang sedang

dipelajari.

Menurut Moein dkk (1991) prinsip belajar yang diterapkan untuk

meningkatkan proses belajar dan pembelajaran adalah

a) Prinsip efek kepuasan (law of effect);

Berdasarkan prinsip ini, hasil belajar akan diperkuat apabila

menghasilkan rasa senang atau puas. Sebaliknya hasil belajar akan

diperlemah apabila menghasilkan perasaan tidak senang. Wiji

Suwarno (2006) mengatakan bahwa perbuatan yang diikuti akibat

menyenangkan akan diulang terus menerus, jika tidak mendapatkan

kepuasan akan ditinggalkan atau dihentikan.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

17

b) Prinsip pengulangan (law of exercise);

Prinsip ini mengandung arti bahwa hasil belajar dapat lebih

sempurna apabila sering diulang dan dilatih. Sebaliknya jika tidak

diulang dan dilatih akan menyebabkan hasil belajar yang telah ada

semua hilang dan secara berangsung-angsur tidak dimiliki lagi.

Pengulangan ini bermanfaat untuk menjaga retensi yang dimiliki oleh

individu agar tidak pudar atau bahkan hilang sama sekali.

c) Prinsip kesiapan (law of readiness);

Prinsip ini menyatakan bahwa proses belajar akan memperoleh

tingkah laku baru apabila telah siap belajar. Kesiapan ini berkenaan

dengan kesiapan kematangan fisik dan psikologis. Selain itu kesiapan

berkaitan juga dengan penerimaan atau penolakan terhadap respon

yang ada. Jika keadaan siswa belum siap maka terjadi kekecewaan (W

Suwarno : 2006).

d) Prinsip kesan pertama (law of primacy);

Prinsip ini berarti bahwa penyiapan situasi belajar yang baik,

diharapkan memberikan kesan awal yang baik pula. Tetapi jika proses

belajar pertama keliru dan membentuk kebiasaan buruk, akan tetap

mewarnai belajar berikutnya secara beruntun serta menghasilkan yang

buruk pula.

e) Prinsip makna yang dalam (law of intensity);

Berdasarkan prinsip ini, belajar akan memberi makna yang

dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang bersemangat.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

18

Pengalaman yang statis dan penyajian yang kurang menarik tidak

akan memberi makna yang dalam bagi hasil belajar.

f) Prinsip bahan baru (law of recentcy);

Prinsip ini mengandung arti bahwa bahan yang baru dipelajari

akan lebih mudah diingat, sedangkan bahan yang telah lama dipelajari

akan terhalang oleh bahan baru sehingga terbenam ke alam bawah

sadar. Individu akan mengalami kesulitan mengingat bahan-bahan

yang lama, apabila terus menerus dijejali dengan bahan baru secara

sporadik, sementara bahan yang lama tidak pernah diulangi kembali

sehingga terlupakan.

g) Prinsip gabungan (kaitan antara efek dan pengulangan)

Prinsip ini merupakan perluasan dari prinsip efek kepuasan

dan prinsip pengulangan. Prinsip gabungan menunjukkan perlunya

keterikatan bahan yang dipelajari dengan situasi belajar yang akan

mempermudah berubahnya tingkah laku. Penggabungan prinsip

belajar ini dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru. Dengan mengkaitkan bahan yang

dipelajari yang bersifat abstrak itu dengan situasi belajar yang konkret

akan mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.

Kemudian Moein (1991) mengungkapkan bahwa ada prinsip

dalam proses belajar yang lain yaitu plateau/ mendatar akibat kemandegan

atau tidak mendapatkan kemajuan dalam hasil belajar. Penyebab plateau

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

19

ini adalah tingkat kesulitan bahan yang dipelajari semakin meningkat,

metode belajar yang digunakan tidak memadai, dan kejenuhan belajar.

Prinsip-prinsip belajar menurut Rothwell, A.B (2009) yaitu :

a) Prinsip Kesiapan (Readiness)

Kesiapan ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat

belajar dengan baik. Seorang siswa yang belum siap untuk

melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan

dalam belajar. Kesipaan dapat berupa kematangan dan pertumbuhan

fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku,

motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan

seseorang dapat belajar.

b) Prinsip Motivasi (Motivation)

Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai

kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.

Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan

penjajagan dalam lingkungannya. Tugas pendidik adalah

mempertahankan dan mengembangkan motivasi itu dalam belajar.

c) Prinsip Persepsi

Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap

individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang

lain. Perspesi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru

akan dapat memahami siswa lebih baik bila ia peka terhadap

bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

20

d) Prinsip Tujuan

Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh

seseorang. Guru memiliki tugas untuk mewadahi tujuan pembelajaran

yang sudah dibuat sebelum proses pembelajaran dimulai di kelas.

Target tujuan itu harus dicapai dalam proses pembelajaran agar terjadi

perubahan tingkah laku.

e) Prinsip Perbedaan Individual

Proses pembelajaran harus memperhatikan perbedaan

kemampuan individual dalam kelas sehingga dapat memberi

kemudahan pencapaian tujuan belajar secara optimal. Oleh karena itu

seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan

dan kemampuan individu tiap siswa supaya tujuan pembelajaran

tercapai serta tujuan tersebut persebarannya merata pada setiap siswa.

f) Prinsip Transfer dan Retensi

Prinsip ini menganggap bahwa belajar akan bermanfaat bila

seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil blejar dalam

situasi baru. Apa yang dipelajari dalam suatu situasi tertentu akan

digunakan dalam situasi yang lain. Tujuan belajar dan daya ingat

dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau

menugaskan sesuatu latihan untuk dipelajari dapat meningkatkan

retensi.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

21

g) Prinsip Belajar Kognitif

Prinsip belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,

pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan

memecahkan masalah. Cakupan tersebut selanjutnya akan membentuk

perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi yang

menuntut aktivitas mental pada berbagai tingkat kesukaran.

h) Prinsip Belajar Afektif

Prinsip belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat

dan sikap. Nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-

kanak akan melekat sepanjang hayat melalui proses identifikasi dari

orang lain dan standar perilaku kelompok. Siswa dibantu agar lebih

matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami

sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap dan perasaan

sangat perlu untuk membantu siswa memperoleh pengertian diri dan

kematangannya.

i) Prinsip Belajar Psikomotor

Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia

mampu mengendalikan aktivitas jasmaninya, misalnya bermain dan

aktifitas lainnya akan memperoleh kemampuan mengontrol

gerakannya lebih baik. Kematangan fisik dan mental, penjelasan yang

baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar memudahkan siswa

untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih baik.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

22

j) Prinsip Evaluasi

Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu

untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Evaluasi

mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar

dan kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang

lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini

pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk

menilai pengalamannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai prinsip-

prinsip belajar dapat dipahami bahwa prinsip belajar mencakup

kesiapan dari diri peserta didik untuk berkembang, secara

keseluruhan, terjadi transfer, reorganisasi penalaman, adanya insight,

adanya minat, keinginan, tujuan, terus menerus, mencari makna,

pengembangan pemikiran, dan sebagainya.

3) Faktor-Faktor Belajar

Selain prinsip-prinsip belajar yang sudah dipaparkan di atas,

belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut

sangat berpengaruh terhadap hasil belajar maupun saat belajar itu sendiri.

Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

digolongkan menjadi 2, yakti faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

23

a) Faktor Intern

Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.

(1) Faktor jasmani, meliputi kesehatan dan cacat tubuh;

Proses belajar dalam kondisi kesehatan yang baik, kondisi

panca indera yang berfungsi baik akan mendukung kegiatan

pembelajaran. Tetapi jika kondisi kesehatan kurang baik, panca

indera pun tidak berfungsi secara normal akan mengganggu proses

pembelajaran.

(2) Faktor psikologis, meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, dan kesiapan;

Faktor psikologis pun berpengaruh kuat dalam kegiatan proses

pembelajaran siswa. Keadaan kecerdasan, perhatian, minat dan

bakat, motif, kematangan, serta kesiapan ikut menentukan

seseorang belajar dengan baik atau belajar dengan penuh

gangguan.

(3) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan rohani (psikis)

Kelelahan secara fisik dan psikis bersamaan atau salah

satunya juga ikut andil dalam keberhasilan seseorang dalam

belajar. Kelelahan ini sangat memungkinkan seseorang belajar

tidak terfokus, mengurangi perhatian dan minat terhadap kegiatan

belajar walaupun intelegensinya tinggi.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

24

b) Faktor Ekstern

Fakfor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga,

sekolah, dan masyarakat.

(1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi,

pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan;

Suasana keluarga tempat dimana individu tinggal dan hidup

merupakan faktor lain yang berperan dalam menentukan berhasil

atau tidaknya dalam belajar. Individu berasal dari keluarga, maka

pertama kali individu belajar adalah dalam keluarga, sehingga

pada perkembangan berikutnya kebiasaan yang dialami dalam

keluarga akan berpengaruh dalam pola pikir dan cara belajar

individu tersebut.

(2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin, alat pelajaran,

waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan geedung,

metode belajar, dan tugas rumah.

Sekolah pun menentukan keberhasilan seseorang dalam

belajar. Sekolah yang kurang mendukung untuk belajar akan

sangat mungkin siswa menjadi gagal dalam belajar. Sebaliknya

jika sekolah peduli terhadap keberhasilan proses belajar mengajar

akan menyediakan tempat, sarana, dan waktu yang cukup secara

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

25

kondusif untuk mendukung terciptanya suasana belajar yang baik

sehingga siswa belajar dengan berhasil.

(3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,

massa media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Faktor masyarakat pun tidak kalah pentingnya dalam

mempengaruhi siswa untuk belajar. Lingkungan masyarakat yang

menyediakan tawaran yang memungkinkan individu belajar

dengan gagal, maka individu yang belajar pun menuai kegagalan.

Lingkungan masyarakat yang menyediakan tawaran yang

mendukung kegiatan pembelajaran akan mencetak individu untuk

belajar dengan sukses.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang disampaikan

oleh Slameto di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar juga

dikemukakan oleh Witherington dkk (1982) adalah :

a) Situasi belajar

Situasi belajar yang mendukung kegiatan belajar yaitu kondisi

yang kondusif pada awal permulaan proses pembelajaran. Kondisi

yang kondusif ini seperti keadaan kesehatan yang baik pada siswa,

keadaan psikis yang baik, motif yang murni dalam diri siswa untuk

sungguh-sungguh ingin mencapai prestasi belajar yang maksimal.

b) Penguasaan alat-alat intelektual

Penguasaan alat intelektual ini nampak dalam semakin

meningkatnya kemampuan siswa untuk berhitung, membaca, menulis,

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

26

pengertian-pengertian, mengarang, penggunaan bahasa, dan logika.

Penguasaan alat-alat intelektual ini berkembang secara seimbang

menurut ukuran kedewasaan siswa yang bersangkutan dan keadaan

lingkungan.

Menurut Mustaqim dkk (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

adalah

a) Kemampuan pembawaan;

Siswa yang mempunyai pembawaan lebih dibandingkan

dengan yang lain akan lebih mudah dan lebih cepat belajarnya

daripada siswa yang mempunyai kemampuan kurang. Hal ini

didasarkan pada kenyataan bahwa setiap orang dilahirkan dengan

kemampuan yang berbeda-beda.

b) Kondisi fisik;

Kondisi kesehatan fisik siswa dapat berpengaruh terhadap

kegiatan belajar siswa. Kondisi fisik yang tidak sehat memungkinkan

siswa belajar dengan terganggu sehingga prestasinya menurun atau

proses pembelajaran tidak diikuti dengan baik. Selain itu berkaitan

dengan fisik adalah cacat tubuh entah pendengaran ataupun

penglihatan, atau cacat tubuh lainnya.

c) Kondisi psikis

Kondisi psikis berkaitan juga dengan kondisi fisik baik yang

berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya, atau dari

lingkungan dimana siswa tersebut berada. Dalam proses pembelajaran

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

27

harus memperhatikan kondisi psikis yang baik, harus dipersiapkan

agar gangguan belajar dapat diminimalisir dan membantu kegiatan

pembelajarannya.

d) Kemauan belajar;

Kemauan belajar memegang peranan yang penting agar

dorongan untuk belajar dalam mencapai keinginan dan tujuan individu

yang bersangkutan. Sebaliknya jika dorongan untuk belajar tidak ada

memungkinkan siswa untuk belajar hanya semaunya sendiri,

semangat belajar menjadi lemah.

e) Sikap terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka terhadap

kemajuan mereka sendiri;

Faktor ini berasal dari diri siswa sendiri. Jika siswa

menyenangi sikap guru, mata pelajaran maka kurva kemajuan

belajarnya menjadi naik. Sebaliknya siswa yang tidak menyenangi

gurunya, mata pelajarannya, maka kurva belajarnya menjadi terus

menurun. Guru pun berpengaruh terhadap kondisi belajar siswa.

f) Bimbingan;

Bimbingan belajar dibutuhkan untuk menghindari dan

memperbaiki kesalahan agar dalam proses belajar siswa dapat belajar

dengan baik dan sukses. Bimbingan dapat diberikan kepada siswa

sesaat sebelum ada usaha-usaha belajar. Atau sewaktu-waktu setelah

ada usaha yang tidak terpimpin.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

28

g) Ulangan;

Dalam proses pembelajaran dibutuhkan adanya ulangan-

ulangan. Hal ini berguna untuk mengukur kemajuan, kemandegan,

atau kemunduran siswa dalam belajar. Hasil ulangan menunjukkan

prestasi belajar siswa dan dengan hasil itu siswa dapat memperbaiki

cara belajar, penambahan dan efektifitas waktu untuk belajar, atau

mencari sumber-sumber belajar yang lebih banyak.

Berbagai pendapat para ahli di atas memberikan pemahaman bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada bermacam-macam.

Namun dapat dimengerti bahwa secara garis besar faktor-faktor tersebut

berasal dari dalam (intern) dan luar (ekstern). Faktor luar (ekstern) dan dalam

(intern) ini saling berkaitan satu sama lainnya sehingga kondisi pembelajar

sungguh-sungguh merasakan akibat ketika sedang menjalani proses

pembelajaran.

b. Pembelajaran

Menurut BSNP (2006) kegiatan pembelajaran dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber

belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Selain itu

pengalaman belajar siswa harus terwujud melalui penggunaan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

29

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-

unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1999).

Menurut Dimyati (2002) pembelajaran berarti meningkatkan

kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan siswa. Kemampuan tersebut

dikembangkan bersama dengan perolehan pengalaman belajar.

Perolehan pengalaman merupakan proses yang berlaku deduktif atau induktif

dan terus menerus.

Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas

dapat dimengerti bahwa pembelajaran merupakan suatu pengalaman siswa

yang tersusun dari unsur manusia, materil, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan.

Pembelajaran juga memiliki beberapa karakteristik. Menurut Wina

Sanjaya (2006) karakteristik pembelajaran yaitu :

1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa

Tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa, maka

kriteria keberhasilan proses pembelajaran diukur dari sejauh mana siswa

telah melakukan proses belajar tidak diukur, bukan dari sejauh mana

siswa telah menguasai materi pelajaran. Hal ini berarti bahwa guru tidak

lagi hanya berperan sebagai sumber belajar, melainkan berperan sebagai

orang yang membimbing dan memfasilitasi supaya siswa mau dan mampu

belajar.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

30

Kondisi seperti ini menuntut guru untuk memperhatikan

perbedaan setiap siswa agar menggunakan cara untuk membelajarkan

siswa tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Profesionalismenya

sebagai guru yang menguasai cara mengajar harus dimiliki. Cara

mengajar tidak hanya menggunakan keinginan guru yang bersangkutan,

tetapi dengan cara yang bisa dimengerti oleh siswa.

2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi

kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas

bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan

berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi

pelajaran. Ketika siswa hendak mempelajari tentang fungsi pasar

misalnya, maka pasar itu sendiri merupakan tempat belajar siswa.

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan

tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai. Oleh karena itu penguasaan materi pelajaran bukanlah

akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara

untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana

materi yang dikuasai siswa dapat membentuk pada perilaku siswa itu

sendiri.

BSNP (2006) merekomendasikan bahwa dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

31

1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para

pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran

secara profesionall;

2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan

oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar;

3) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki

konsep materi pembelajaran;

4) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung

dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar

siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

Pembelajaran apapun yang akan dilaksanakan oleh seorang pengajar

dalam pengajaran, seorang pengajar pastinya mempunyai tujuan yang akan

dicapai oleh peserta didik. Menurut H. Zaini (2008) tujuan pembelajaran

yaitu : mendapatkan pengetahuan; mampu menyampaikan pendapat; merubah

sikap; keahlian dalam bidang tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, metode atau cara apapun yang akan digunakan

oleh pengajar dalam pembelajaran, seorang pengajar harus merumuskan

tujuan yang akan dicapai pada akhir proses pembelajaran. Kemudian pengajar

menentukan metode atau strategi yang tepat untuk mencapai tujuan yang

telah direncanakan dalam rumusan tujuan pembelajaran.

5) Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005) pembelajaran kooperatif adalah para siswa

akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

32

menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Johnson, DW.

Johnson, RT Hambee EJ. (1991), pembelajaran kooperatif adalah kegiatan

belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil tempat siswa belajar dan

bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik

pengalaman individu maupun kelompok. Dari pengertian tersebut tersirat tiga

(3) karakteristik pembelajaran kooperatif adalah kelompok kecil, belajar/

bekerja sama, dan pengalaman belajar.

Johnson & Johnson (dalam Anita Lie : 2002) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran koopeatif untuk mencapai

hasil yang maksimal. Kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran

kooperatif apabila memiliki 5 unsur metode pembelajaran gotong roying

harus diterapkan.

Kelima unsur tersebut adalah :

1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence);

Saling ketergantungan positif (positive interdependence) berarti

bahwa pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa

untuk saling membantu satu sama lain dalam menguasai materi

pembelajaran. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha

setiap anggotanya. Setiap anggota berpartisipasi secara aktif untuk

mencapai tujuan bersama. Karena itu, untuk menciptakan kelompok kerja

yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedeimikian rupa, sehingga

setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang

lain dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap anggota kelompok

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

33

kooperatif harus bekerja sama dan berusaha sampai ia benar-benar

menguasai materi pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

guru.

2) Interkasi langsung antar siswa (face to face interaction student);

Interaksi langsung antar siswa (face to face interaction student)

merupakan kegiatan interaksi yang bertujuan memberikan kesempatan

kepada para siswa untuk bersinergi demi keuntungan semua anggota.

Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik dibanding pemikiran

seorang diri. Inti dari sinergi itu adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Para

anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal satu

sama lain.

3) Tanggung jawab individu untuk menguasai materi yang ditetapkan

(individual accountability);

Tanggung jawab individu (individual accountability) adalah setiap

anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif perlu menyadari

tanggung jawab pribadi dalam kelompoknya. Secara individu seseorang

menentukan keberhasilan kelompok menyelesaikan tugasnya. Karena itu,

kunci utama keberhasilan mendorong tanggung jawab individu dalam

kelompok terletak pada tugas yang dirancang guru untuk dikerjakan setiap

kelompok.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

34

4) Ketrampilan interpersonal dalam kelompok kecil (interpersonal and

small-group skills)

Ketrampilan sosial (social skills) merupakan ketrampilan yang

dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif. Ketrampilan sosial berperan

mengarahkan seorang siswa berinteraksi dan membangun kerja sama

dengan siswa yang lain. Ketrampilan sosial yang dimiliki akan menuntun

siswa peka menghargai berbagai perbedaan di antara teman belajar,

sehingga ia mampu menempatkan diri di antara berbagai keragaman baik

budaya, ekonomi, dan bahasa yang justru dapat digunakan untuk

menunjang keberhasilan dalam belajar.

5) Evaluasi proses kelompok

Setiap anggota kelompok dengan kesadarannya akan belajar untuk

menyelesaikan diri dengan yang lain. Penyesuaian diri ini melahirkan

penghargaan terhadap sesamanya. Dalam pembelajaran kelompok ini

proses pembelajaran diikuti oleh siswa. Mereka akan menyatukan

perbedaan yang ada untuk mencapai tujuan bersama. Sementara itu guru

juga akan memahami bahwa keberhasilan kelompok tersebut disebabkan

karena adanya usaha yang aktif dari siswa. Pendidik akan melihat dan

menilai proses yang terjadi dalam proses pembelajaran kelompok

tersebut.

Ketrampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif

yaitu : (Made Wena : 2009)

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

35

1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma;

2) Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina

hubungan kerja sama diantara anggota kelompok;

3) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang

dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan

menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan;

4) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif,

mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran

untuk memperoleh kesimpulan.

Menurut Slavin (2005) pembelajaran kooperatif memiliki macam-macam tipe

yaitu :

1) Team-Assisted Individualization (TAI);

TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada siswa

yang belum siap menerima pelajaran secara lengkap dengan

menggabungkan pembelajaran kooperatif dan individual.

2) Team Games-Tournament (TGT);

Team Games-Tournament (TGT) hampir sama dengan STAD,

kecuali dalam hal evaluatif pada akhir pelajaran. Jika pada model

pembelajaran STAD, evaluasinya dengan tes tertulis atau lisan. Sementara

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

36

pada model TGT pada akhir pelajaran evaluasinya dalam bentuk games,

dimana siswa memilih sendiri nomor pertanyaan yang sudah disediakan.

3) Group Investigation;

Group investigation adalah model pembelajaran yang mencakup

penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi untuk menyelesaikan

masalah yang bersifat multi aspek. Siswa mencari sumber belajar baik

dari dalam sekolah maupun di luar sekolah. Selanjutnya siswa

mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh

setiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan karya kelompok.

4) Student Team-Achievement Division (STAD);

Student Team Achievement Division (STAD) adalah model

pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok

kecil yang heterogen dan saling membantu dalam belajar untuk

memahami materi pelajaran yang telah disampaikan guru.

5) Cooperated Integrated Reading and Composition (CIRC);

Model pembelajaran ini difokuskan untuk mengajari pelajaran

membaca, menulis dan seni berbahasa di sekolah. Guru menggunakan

novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa

ditugaskan untuk belajar secara berpasangan dalam kegiatan yang bersifat

kognitif, termasuk membaca cerita satu sama lainnya, membuat prediksi

mengenai bagaimana akhir sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita,

menulis tanggapan terhadap cerita, melatih pengucapan, dan melatih

untuk menguasai gagasan utama.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

37

6) Co-op Co-op;

Co-op Co-op adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa

didorong untuk menemukan beberapa topik yang menarik bagi mereka.

Setelah mengidentifikasi masalah yang akan didalami, mereka memilih

sendiri topik yang akan dibahas dalam kelompoknya masing-masing.

Siswa diberi waktu untuk bekerja dalam kelompok, dan hasil kerjanya

dipresentasikan di kelas. Pada akhirnya evaluasi secara keseluruhan

materi yang didalami semua kelompok, contoh : Co-op Think – Pair –

Share.

7) Learning Together;

Model Pembelajaran Learning Together dikembangkan oleh David

dan Roger Johnson beserta rekan-rekannya di University of Minnesota

tahun 1984. Model ini sama dengan STAD, hanya perbedaannya Learning

Together untuk memberikan sertifikat atau rekognisi tim lainnya. Pada

Learning Together menyoroti pembangunan kelompok, menilai sendiri

kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tem.

8) Jigsaw II;

Model asli jigsaw dikembangkan Elliot Arronson dan rekan-rekannya

tahun 1978. Kemudian diadaptasi oleh Slavin tahun 1986 yang diberi

nama Jigsaw II. Model pembelajaran ini adalah tipe pembelajaran

kooperatif dimana siswa mempelajari bahan ajar yang bila digabungkan

dengan materi yang diajarkan oleh siswa lain, membentuk kumpulan

pengetahuan atau keterampilan yang padu. (Silberman : 2004)

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

38

1) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu strategi atau cara guru dalam

menyampaikan materi pada saat proses kegiatan belajar mengajar

berlangsung (Nana Sudjana : 2000). Materi pembelajaran yang sudah

disiapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran akan disampaikan

kepada siswa dengan menggunakan cara-cara tertentu agar siswa dapat

mengerti isi pelajaran itu dan dapat mengembangkannya kembali dalam

kehidupan yang konkret dalam masyarakat.

Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan

materi pembelajaran dalam proses pembelajaran berlangsung antara lain

metode pembelajaran kooperatif, metode ceramah, metode tanya jawab,

metode diskusi, kerja kelompok, eksperimen, simulasi dan lain-lain.

Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang dibahas adalah

metode pembelajaran kooperatif, khususnya metode pembelajaran Think

– Pair – Share, dan ceramah.

2) Metode Pembelajaran Ceramah

a) Pengertian

Metode ceramah adalah metode yang paling popular dan

banyak dilakukan oleh guru, selain mudan penyajian juga tidak

banyak memerlukan media (Mulyani Sumantri : 2000). Hal ini

menunjukkan adanya kecenderungan menganggap bahwa metode

ceramah itu mudah dalam penggunaannya dalam proses kegiatan

pembelajaran di kelas. Karena dianggap metode yang popular dan

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

39

banyak dilakukan oleh guru, maka kecenderungan untuk menganggap

metode tersebut mudah diterapkan di kelas semakin bertambah juga.

Fakta bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh

pribadi guru yang bersangkutan tidak bisa disingkirkan begitu saja.

Seorang guru harus memiliki keterampilan yang cukup untuk

menggunakan metode ceramah dalam proses belajar di kelas. Hal

senada diungkapkan oleh (Dimyati : 1999) bahwa metode ceramah itu

sangat dipengaruhi oleh personalitas guru yaitu suara, gaya bahasa,

sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, keteraturan guru

dalam memberikan penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara mudah

oleh setiap guru.

(Mulyani Sumantri : 2000) mendefinisikan metode ceramah

sebagai penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan

penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Sedangkan (Winarno

Surakhmad : 1980) mengartikan metode ceramah sebagai sebuah

bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh

seorang terhadap sekelompok pendengar. Alat utama perhubungan

dengan kelompok pendengar adalah bahasa lisan.

Sementara itu (Dimyati : 1991) mengungkapkan bahwa metode

ceramah adalah sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang

dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru

terhadap sekelompok peserta didik. Selanjutnya, metode ceramah

adalah suatu cara penyajian bahan ajar atau cara mengajar melalui

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

40

penjelasan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada peserta diidk

(Widi Rahardjo : 2002).

b) Tujuan

Setiap metode yang digunakan oleh seorang guru dalam proses

pembelajaran di kelas pasti sudah ditentukan tujuan-tujuan yang ingin

dicapai oleh guru tersebut. Demikian juga metode ceramah yang

digunakan guru di kelas memiliki tujuan. Mulyani Sumantri dan

(Johar Permana : 2000) tujuan umum metode ceramah adalah untuk

menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep-konsep,

pengertian-pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak dan luas serta

untuk penemuan-penemuan yang langka dan belum meluas.

Selanjutnya ahli yang sama (Mulyani Sumantri dan Johar

Permana : 2000) mengemukakan bahwa tujuan khusus metode

ceramah adalah :

(1) Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk

ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik

dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah guru;

(2) Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan

penting yang terdapat dalam isi pelajaran;

(3) Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan

menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar;

(4) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara

gamblang dan menyinggung penjelasan teori dan prakteknya;

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

41

(5) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya

menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik.

Selain tujuan yang diungkapkan tersebut di atas, (Moedjiono

dan Dimyati : 1991) juga mengatakan bahwa metode ceramah

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud

adalah :

(1) Menghemat biaya penyelenggaraan pendidikan, karena metode

ceramah memungkinkan seorang untuk menghadapi sejumlah

besar siswa secara serentak;

(2) Mengatasi keterbatasan waktu, peralatan dan kelompok siswa

yang mempunyai tipe pengamatan auditif;

(3) Mengatasi keterbatasan persediaan dan/ atau pengadaan bahan

pembelajaran yang berisi pokok permasalahan yang harus

dipelajari siswa;

(4) Mengatasi keterbatasan kemampuan membaca pada diri siswa.

c) Keunggulan

Setiap metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di

kelas memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000) menunjukkan

keunggulan metode ceramah yaitu :

(1) Murah dalam arti efisien dalam pemanfaatan waktu dan

menghemat biaya pendidikan dengan seorang guru yang

menghadapi banyak peserta didik;

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

42

(2) Mudah dalam arti materi dapat disesuaikan dengan keterbatasan

waktu, karakteristik peserta didik tertentu, pokok permasalahan

dan keterbatasan peralatan dan dapat disesuaikan dengan jadwal

guru terhadap ketidaktersediaan bahan-bahan tertulis;

(3) Meningkatkan daya dengar peserta didik dan menumbuhkan minat

belajar dari sumber lain;

(4) Memperoleh penguatan bagi guru dan peserta didik yaitu guru

memperoleh penghargaan, kepuasan, dan sikap percaya diri dari

peserta didik atas perhatian yang ditunjukkan peserta didik dan

peserta didik pun merasa senang dan menghargai guru bila

ceramah guru meninggalkan pesan dan berbobot;

(5) Memberikan wawasan yang luas daripada sumber lain karena guru

dapat menjelaskan topik dengan mengkaitkannya dengan

kehidupan sehari-hari.

d) Kelemahan

Kemudian (Mulyani Sumantri : 2000) mengungkapkan secara

tegas bahwa kelemahan-kelemahan metode ceramah dalam

penerapannya adalah

(1) Dapat menimbulkan kejenuhan pada peserta didik apalagi bila

guru kurang dapat mengorganisasikannya;

(2) Menimbulkan verbalisme pada peserta didik;

(3) Materi ceramah terbatas pada apabila yang diingat guru;

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

43

(4) Merugikan peserta didik yang lemah dalam keterampilan

mendengarkan;

(5) Menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat

terus;

(6) Informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan jaman;

(7) Tidak merangsang perkembangan kreatifitas peserta didik;

(8) Terjadi proses satu arah yaitu dari guru kepada peserta didik.

Ahli yang lain mengungkapkan hal yang hampir sama. Menurut

(Dimyati : 1991) menerangkan bahwa kelemahan metode ceramah

adalah

(1) Cenderung terjadi proses satu arah yang mengakibatkan siswa

berperan pasif selama penerapan metode ini jika diterapkan secara

murni;

(2) Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan guru yang ditandai

dengan menempatkan guru sebagai pihak primer dalam proses

belajar mengajar dan siswa sebagai pihak sekunder, isi ceramah

diwarnai minat dan perhatian guru, kemajuan belajar bergantung

pada kecepatan penyajian isi pelajaran oleh guru;

(3) Menurunkan perhatian siswa sebagai akibat kejenuhan terhadap

panjangnya ceramah;

(4) Ingatan jangka pendek dimana metode ini mampu menghasilkan

ingatan dalam diri siswa dalam jangka waktu pendek;

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

44

(5) Merugikan kelompok siswa tertentu khususnya siswa yang tidak

memiliki tipe pengamatan auditif, tidak bisa mencatat, dan

merugikan siswa yang mampu belajar sendiri lebih cepat daripada

diceramahi secara klasikal;

(6) Tidak efektif untuk mengajarkan keterampilan psikomotorik dan

menanamkan sikap.

e) Langkah-langkah pembelajaran

Secara garis besar terdapat 4 langkah yang tercakup dalam

prosedur pemakaian metode ceramah dalam proses belajar mengajar

(Dimyati : 1991). Keempat langkah prosedur tersebut adalah

(1) Tahap persiapan ceramah

Pada tahap ini yang dilakukan seorang guru adalah

mengorganisasikan isi pelajaran yang akan diceramahkan,

mempersiapkan penguasaan isi pelajaran yang akan diceramahkan,

dan memilih serta mempersiapkan media instruksional dan/ atau

alat bantu instruksional yang akan digunakan dalam ceramah.

(2) Tahap awal ceramah

Pada tahap ini seorang guru melakukan peningkatan hubungan

guru-siswa secara akrab, peningkatan perhatian siswa untuk

belajar lebih giat, penyampaian pokok-pokok isi ceramah secara

garis besar.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

45

(3) Tahap pengembangan ceramah

Tahap ini merupakan tahap kegiatan inti dalam penggunaan

metode ceramah. Tahap ini seorang guru melakukan menyajikan

isi pelajaran yang telah diorganisasikan sebelumnya. Pada tahap

ini hal-hal yang harus diperhatikan guru adalah memberikan

keterangan secara singkat dan jelas, penggunaan papan tulis

sebagai upaya visualisasi, memberikan keterangan ulang dengan

menggunakan istilah atau kata-kata yang lebih jelas, merinci dan

memperluas pelajaran, mencari balikan (feedback) sebanyak-

banyaknya selama berceramah.

(4) Tahap akhir ceramah

Tahap akhir ceramah atau tahap kesimpulan merupakan

kegiatan terakhir dari guru dalam pemakaian metode ceramah. Hal

yang dilakukan oleh guru adalah : membuat rangkuman dari garis-

garis besar isi pelajaran yang diceramahkan; menjelaskan

hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran

berikutnya; menjelaskan tentang kegiatan pada pertemuan

berikutnya.

f) Syarat-syarat penerapan metode ceramah

Untuk dapat menetapkan apakah metode ceramah sesuai

diterapkan dalam situasi tertentu, maka seorang guru harus

memperhatikan kapan kewajaran ceramah itu digunakan. Menuru

Winarno S (1980) metode ceramah dikatakan wajar dipakai apabila :

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

46

(1) Seorang penatar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau

pendapat dimana tidak terdapat bahan bacaan yang merangkum

fakta atau pendapat tersebut;

(2) Seorang penatar harus menyampaikan fakta kepada kelompok

pendengar yang besar jumlahnya sehingga metode-metode yang

lain tidak mungkin dipakai;

(3) Penatar adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsang

kelompok untuk melaksanakan sesuatu;

(4) Seseorang akan menyimpulkan pokok yang penting yang telah

dipelajari oleh kelompok untuk memungkinkan anggota kelompok

melihat lebih jelas hubungan antara pokok yang satu dengan yang

lain;

(5) Seseorang yang akan memperkenalkan pokok yang baru dalam

rangka menghubungkannya dengan hasil interaksi yang telah

terjadi sebelumnya.

Selanjutnya, Dimyati dkk (1991) mengungkapkan bahwa syarat-syarat

metode ceramah sesuai digunakan apabila :

(1) Tujuan dasar pengajaran adalah menyampaikan informasi baru;

(2) Isi pelajaran langka misalnya penemuan baru;

(3) Isi pelajaran harus diorganisasikan dan disajikan dalam sebuah

cara khusus untuk kelompok tertentu;

(4) Membangkitkan minat terhadap mata pelajaran;

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

47

(5) Isi pelajaran tidak diperlukan untuk diingat dalam waktu yang

lama;

(6) Untuk mengajar penggunaan metode mengajar yang lain dan

pengarahan penyelesaian tugas-tugas belajar.

Kemudian Dimyati dkk (1991) menulis bahwa metode ceramah tidak

sesuai digunakan apabila :

(1) Tujuan pengajaran bukan tujuan perolehan informasi;

(2) Isi pelajaran perlu diingat dalam jangka waktu yang lama;

(3) Isi pelajaran kompleks, rinci, dan abstrak;

(4) Pencapaian tujuan yang mempersyaratkan partisipasi siswa;

(5) Tujuan kognitif tingkat tinggi yang mencakup analisis, sintesis,

atau evaluasi;

(6) Para siswa yang inteligensi atau pengalaman pendidikannya rata-

rata atau dibawah rata-rata.

c. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai

dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara

bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan

motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin dalam Evi : 2000).

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang bekerja

sebagai suatu tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

48

tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya

(Erman dkk dalam Evi : 2007).

Upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran kooperatif yang harus

diperhatikan adalah heterogen anggota timnya, baik dari kemampuan atau

karakteristik lainnya. Untuk menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok,

sebaiknya gurulah yang membagi kelompok. Jika para siswa yang

mempunyai kemampuan yang berbeda dimasukkan dalam satu kelompok,

maka dapat memberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah

dan sedang. Sedangkan siswa yang pandai akan dapat mentransfer ilmu yang

dimilikinya. Ukuran kelompok yang ideal untuk pembelajaran kooperatif

adalah 4 – 7 orang.

Pembelajaran kooperatif dalam kewarganegaraan dapat membantu

siswa meningkatkan sikap positif dalam kewarganegaraan. Siswa secara

individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk

menyelesaikan masalah-masalah sehingga akan mengurangi bahkan

menghilangkah rasa bosan terhadap kewarganegaraan. Pembelajaran

kooperatif juga terbukti sangat bermanfaat bagi siswa yang heterogen.

Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model pembelajaran ini

dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan

berlatarbelakang berbeda.

1) Pembelajaran Kooperatif tipe Think – Pair – Share

Pembelajaran Think – Pair – Share merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural (PS). Pendekatan

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

49

ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran Think – Pair –

Share kali pertama dikenalkan oleh Professor Frank Lyman dari

University of Maryland (1981) Think – Pair – Share memiliki prosedur

yang diterapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak

untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Teknik

belajar mengajar Think – Pair – Share sebagai struktur kegiatan gotong

royong memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta

bekerjasama dalam kelompok. (Peni : 2008).

Adanya kegiatan “berpikir – berpasangan – berbagi”

memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan

pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think-time),

sehingga kualitas jawaban siswa juga meningkat. Keunggulan lain dari

pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, dengan metode

klasikal hanya memungkinkan satu siswa maju dan membagikan hasilnya

untuk seluruh kelas, tetapi Think – Pair – Share memberikan sedikitnya

delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan

partisipasi mereka kepada orang lain (Anita Lie : 2002). Para guru juga

mempunyai waktu lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan

Think – Pair – Share. Guru dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban

siswa, mengamati reaksi siswa dan mengajukan pertanyaan.

Tahapan utama dalam pembelajaran Think – Pair – Share

menurut (Ibrahim : 2008) adalah sebagai berikut :

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

50

Tahap 1.Think (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan

pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan

atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2. Pair (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama.

Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau

berbagi ide jika suatu persoalan/ masalah khusus telah

diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk

berpasangan.

Tahap 3. Share (berbagi)

Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi

dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.

Keterampilan berbagi dengan seluruh kelas dapat dilakukan dengan

menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan

hasil kerja kelompoknya. Ini efektif dilakukan dengan cara

bergiliran pasangan demi pasangan.

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

51

Langkah-langkah pembelajaran Think – Pair – Share adalah sebagai

berikut.

1. Pendahuluan

Fase I : Persiapan

a. Guru melakukan apersepsi.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c. Guru memberikan motivasi.

2. Kegiatan inti

Fase II : Pelaksanaan pembelajaran Think – Pair – Share

Langkah pertama :

a. Guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi

yang akan disampaikan.

b. Siswa memperhatikan/ mendengarkan dengan aktif penjelasan dan

pertanyaan dari guru.

Langkah kedua :

a. Berpikir : siswa berpikir secara individual.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan

jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini

dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan

hasil pemikiran masing-masing.

Langkah ketiga :

a. Berpasangan : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran

masing-masing dengan pasangan.

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

52

b. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan. Siswa

mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar. Guru

memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya.

Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS, kumpulan

soal latihan yang dikerjakan secara kelompok.

Langkah keempat :

a. Berbagi : siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas.

b. Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara

individual atau kelompok di depan kelas. Individu atau kelompok

yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan

pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.

c. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil

pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. Jika ada siswa

yang belum berhasil di fase ini, guru diharapkan memberikan

dorongan semangat.

Fase III : Penutup

a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat simpulan dari materi

yang telah didiskusikan

b. Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

53

c. Siswa diberi PR dari buku paket/ LKS atau mengerjakan ulang

soal evaluasi.

2) Pengertian Reward

Thorndike ( dalam Raniyati : 2010) berpendapat bahwa tingkah

laku manusia dikendalikan oleh Reward (ganjaran) atau penguatan

(reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku

belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi tingkah laku dengan

stimulus (rangsangan).

Menurut Edi Soegito (2010) Reward (ganjaran) atau penguatan

(reinforcement) adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat

meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut.

Memberikan penguatan ini kelihatannya sangat sederhana namun

mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi siswa, bayangkan

seandainya siswa telah berusaha untuk menunjukkan pekerjaan yang

baik, akan tetapi guru bersikap acuh tanpa memberi komentar apapun,

dapat membuat siswa patah semangat. Penghargaan dari guru sebenarnya

tidak berat, cukup dengan anggukan, senyuman, pujian atau bahkan

acungan ibu jari, namun kenyataannya masih banyak yang tidak

melakukannya.

3) Bentuk-Bentuk Reward

Fathleen Sri Wandani ( dalam Raniyati : 2010) menyatakan bahwa ada

lima kategori utama bentuk Reward yang dengan mudah diperoleh dalam

kelas.

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

54

Adapun kategori bentuk Reward adalah :

1. Reward berupa pujian.

2. Reward berupa aktivitas.

3. Reward berupa ganjaran.

4. Reward berupa denda.

5. Reward berupa tanda kredit, ganjaran ini tidak bernilai tinggi tetapi

kelak dapat ditukarkan dengan sesuatu yang berharga.

4) Tujuan Pemberian Reward

(Prasetyo : 2010) menyatakan bahwa ada 4 tujuan diberikan

penguatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa.

2. Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa.

3. Memudahkan siswa belajar.

4. Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang

positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang

produksi.

d. Pembelajaran Kewarganegaraan

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagia suatu proses yang mana

suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang

dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari

perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

55

kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan-

perubahan sementara dari organisme ( Jogiyanto:2006).

Atau dengan kata lain bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar

dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan para

peserta didik.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai mata pelajaran yang

memiliki keunikan tersendiri. Karena dalam pendidikan

Kewarganegaraan dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan

demokrasi, pendidikan moral dan pendidikan Pancasila (P.S. Widi

Raharja:2008). Dalam hakekat pendidikan kewarganegaraan terdapat

tujuan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai

berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

56

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi

1) Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut BSNP (2006) visi mata pelajaran PKn adalah terwujudnya

suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak

bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara.

Kemudian misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga negara

yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan

kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan

Undang-Undang Dasar 1945 (BSNP, 2006).

2) Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempunyai karakteristik

sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building)

dan pemberdayaan warga negara. Warga negara yang sanggup

melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa, bernegara

sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

3) Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Hakekat pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang

mengembangkan dan membina sikap (effective education) mulai dari

tingkatan yang belum tahu terhadap nilai sampai siswa menyadari dan

melakukan nilai moral dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

57

4) Peranan Pendidikan Kewarganegaraan

Hamid Darmadi (2010) mengemukakan bahwa Peranan Pendidikan

Kewargangeraan adalah :

a) Membina, mengembangkan dan melestarikan konsep, nilai,

moral dan norma Pancasila secara dinamis dan bertanggung

jawab.

b) Membina dan mengembangkan jati diri manusia Indonesia

yang seutuhnya, agar berkepribadian Pancasila dan melek

politik yang mampu menjadi insan teladan dan narasumber

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut

BSNP (2006) adalah :

1) Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis dan kreatif

dalam menanggapi isu kewarganegaraan sehingga mampu

memahami berbagai wacana kewarganegaraan;

2) Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan

berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa

dan bernegara;

3) Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan

norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat

dan bernegara;

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

58

4) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia

agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;

5) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan duni

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi

Dalam tesisnya, Ahmad Haris Bhakti (2009) mengatakan

bahwa tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah

agar peserta didik dapat :

a) Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan memahami dan

menghayati nilai-nilai Pancasila dalam rangka pembentukan

sikap dan perilaku sebagai pribadi, anggota masyarakat dan

warga negara yang bertanggung jawab;

b) Memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air;

c) Mempunyai pola pikir, sikap dan perilaku yang berasaskan

nilai, moral dan nilai Pancasila serta UUD 1945;

d) Menjadi warga negara Indonesia yang memiliki politik, cinta

pembangunan dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi.

6) Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

BSNP (2006) mengemukakan bahwa ruang lingkup atau isi mata

pelajaran PKn yaitu mencakup dimensi politik, hukum, dan moral. Ruang

lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek :

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

59

a) Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi : hidup rukun dalam

perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,

Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan;

b) Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan

keluarga, tata terib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,

peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan bangsa

dan negara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan

peradilan internasional;

c) Hak Asasi Manusia, meliputi : hak dan kewajiban anak : hak dan

kewajiban anggota masyarakat; instrumen nasional dan internasional

HAM; pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM;

d) Kebutuhan Warga Negara meliputi : hidup gotong royong, harga diri

sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,

persamaan kedudukan warga negara;

e) Konstitusi Negara meliputi : proklamasi kemerdekaan dan konstitusi

yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

hubungan dasar negara dengan konstitusi;

f) Kekuasan dan Politik, meliputi : pemerintahan desa dan

kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat,

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

60

demokrasi dan sistem politik, budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat demokrasi;

g) Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar dan ideologi

negara; Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara;

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;

Pancasila sebagai ideologi terbuka;

h) Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan

internasional dan Organisasi Internasional, dan mengevaluasi

globalisasi.

Ahmad Haris Bakti (2009) mengatakan bahwa ruang lingkup mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah

a) Nilai moral dan norma bangsa Indonesia serta perilaku yang

diharapkan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara;

b) Kehidupan ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan

di negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945.

7) Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berfungsi untuk

membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter baik,

serta setia kepada Bangsa dan Negara Indonesia yang berdasarkan pada

Pancasila dan UUD 1945. Selain itu juga berfungsi sebagai pengikat

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

61

untuk menyatukan visi peserta didik yang beragam latar belakang tentang

budaya persatuan yang dapat mendukung tetap berdirinya Negara

Kesatuan Republik Indonesia (BSNP, 2006).

Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Hamid Darmadi

(2010) adalah :

a. Mendidik siswa dengan tatanan konsep, nilai, norma dan moral

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

b. Membentuk, membina dan mengembangkan potensi serta kualifikasi

peserta didik;

c. Membentuk totalitas diri peserta didik yang berjiwa atau

berkepribadian Pancasila dan UUD 1945;

d. Membina dan membentuk warga negara Indonesia yang baik, cinta

bangsa dan negara, serta memiliki ketahanan fisik dan non fisik yang

tinggi.

e. Penelitian Yang Terkait

a. Penelitian yang dilakukan oleh Peni Handayani (2008) mata pelajaran

Aritmatika menunjukkan bahwa melalui penerapan pembelajaran

Think-Pair-Share berbasis masalah dengan media LKS dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok aritmatika sosial

kelas VII semester 1 SMP Negeri 4 Ambarawa tahun pelajaran

2007/2008. Peningkatan hasil belajar ini ditunjukkan dengan adanya

peningkatan hasil evaluasi pada setiap akhir siklus. Pada siklus I nilai

rata-rata kelas 69,59 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,85.

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

62

b. Penelitian yang dilakukan oleh M. Kusumasari (2009) bahwa nilai

prestasi belajar Ekonomi siswa sebelum diberikan pembelajaran

dengan model TPS adalah 66,675. Setelah diberikan pembelajaran

model TPS nilai prestasi belajar ekonomi siswa meningkat menjadi

81,075. Atau terdapat selisih sebesar 14,4. Artinya pembelajaran

kooperatif tipe TPS lebih baik (lebih efektif) dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah ada peningkatan prestasi belajar ekonomi dalam penggunaan

metode STAD (Students Team Achievement Division).

c. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Huda (2009), dalam mata

pelajaran PKn kelas VII SMPN Malang pada pokok bahasan

Demokrasi dengan metode Reward diterapkan dalam belajar siswa

terlihat sangat serius dan antusis terhadap tugas yang diberikan. Siswa

yang mulanya terlihat kurang serius dalam belajar menjadi lebih

semangat dalam belajar.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

63

2. Kerangka Berfikir

Sudah saatnya pembelajaran kewarganegaraan hendaknya lebih

bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa.

Pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model

pembelajaran guna terciptanya iklim pembelajaran aktif yang bermakna

adalah tuntutan yang harus dipenuhi guru agar siswa dapat berpikir logis,

kritis dan dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif dan

inovatif serta tidak membosankan.

Pembelajaran yang hanya berorientasi pada pencapaian target

penyampaian materi, membuat siswa pasif dan hasil belajar siswa cenderung

rendah. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran hanya bersifat

monoton melalui ceramah kemudian diberikan tugas akhir, dengan kata lain

pada pembelajaran ini hanya terpusat pada guru saja.

Sudah saatnya pembelajaran PKn hendaknya lebih bervariasi metode

maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Pemilihan metode,

strategi dalam mendesain model pembelajaran guna menciptakan iklim

pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang harus dipenuhi guru

agar siswa dapat berfikir logis, kritis dan dapat memecahkan masalah dengan

kreatif serta tidak membosankan, hendaknya guru memberikan suatu

semangat dukungan untuk memotivasi siswa agar lebih serius mengerjakan

soal materi. Ketika Reward diterapkan dalam belajar siswa terlihat serius dan

antusias terhadap tugas yang diberikan. Motivasi yang tinggi menjadikan

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN · BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar,

64

siswa semangat dalam belajar, sebaliknya motivasi yang rendah akan

menyebabkan siswa tidak semangat dalam belajar.

3. Hipotesis Tindakan

Melalui metode pembelajaran kooperatif Think – Pair – Share dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di

kelas VIIIa SMP Islam Sudirman Ambarawa Semester II Tahun Ajaran 2011/

2012.