bab ii kajian teori dan hipotesis a. kajian teori 1 ... · kajian teori dan hipotesis a. kajian...

67
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Permainan Sepakbola Sepakbola adalah suatu permainan dengan bola yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang termasuk seorang penjaga gawang. Permainan sepakbola dilakukan dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengannya atau tangan. Hampir seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan kaki kecuali penjaga gawang yang pada waktu memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun tangannya. Suatu kesebelasan sepakbola yang baik, kuat dan tangguh adalah suatu kesebelasan yang mampu menyelenggarakan permainan yang baik. Untuk mencapai kerjasama tim yang baik dan tangguh diperlukan pemain yang dapat menguasai bagian-bagian dari berbagai macam teknik dasar sehingga dapat memainkan bola dalam segala posisi dan situasi dengan cepat, tepat, dan cermat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu sesuai dengan hasil yang dikehendaki. Untuk menjadi pemain sepakbola yang handal seorang pemain harus mengenal tentang karakteristik bola itu sendiri sebelum melakukan suatu permainan. Hal ini disebabkan permainan sepakbola menuntut penguasaan teknik yang komplek yang mana seorang pemain sepakbola harus terampil mengoperkan bola, lari dan menggiring bola dan mencetak gol dengan sasaran yang tepat sehingga sulit dijangkau oleh penjaga gawang. Menurut Devaney (1986:30) bahwa “Seorang pemain sepakbola yang hebat, harus dapat menggiring bola, menendang bola, menerima bola, dan menembak bola (shooting),

Upload: doxuyen

Post on 22-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Permainan Sepakbola

Sepakbola adalah suatu permainan dengan bola yang dimainkan oleh dua regu yang

masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang termasuk seorang penjaga gawang.

Permainan sepakbola dilakukan dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua

lengannya atau tangan. Hampir seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan kaki

kecuali penjaga gawang yang pada waktu memainkan bola bebas menggunakan anggota

badannya, dengan kaki maupun tangannya.

Suatu kesebelasan sepakbola yang baik, kuat dan tangguh adalah suatu kesebelasan

yang mampu menyelenggarakan permainan yang baik. Untuk mencapai kerjasama tim yang

baik dan tangguh diperlukan pemain yang dapat menguasai bagian-bagian dari berbagai

macam teknik dasar sehingga dapat memainkan bola dalam segala posisi dan situasi dengan

cepat, tepat, dan cermat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu sesuai dengan hasil

yang dikehendaki. Untuk menjadi pemain sepakbola yang handal seorang pemain harus

mengenal tentang karakteristik bola itu sendiri sebelum melakukan suatu permainan. Hal ini

disebabkan permainan sepakbola menuntut penguasaan teknik yang komplek yang mana

seorang pemain sepakbola harus terampil mengoperkan bola, lari dan menggiring bola dan

mencetak gol dengan sasaran yang tepat sehingga sulit dijangkau oleh penjaga gawang.

Menurut Devaney (1986:30) bahwa “Seorang pemain sepakbola yang hebat, harus dapat

menggiring bola, menendang bola, menerima bola, dan menembak bola (shooting),

semuanya ini dikenal dengan penguasaan bola”. Dengan demikian seorang pemain sepakbola

yang tidak menguasai teknik dasar bermain tidaklah mungkin akan menjadi pemain

sepakbola yang baik.

Kualitas pemain sepakbola sangat menentukan tingkat permainan suatu tim sepakbola.

Makin baik tingkat pemain dalam memainkan dan menguasai bola, makin cepat dan cermat

kerjasama kolektif akan tercapai. Suatu kesebelasan akan lebih lama menguasai bola akan

mendapatkan keuntungan fisik, moril, dan taktik. Pertama yang harus dikuasai adalah teknik

dasar yang merupakan faktor utama dalam bermain sepakbola, yang dilakukan dengan

latihan berulang-ulang sehingga menjadi suatu gerakan yang otomatis. Dikatakan pula oleh

Coerver (1985:21) bahwa “Seperti halnya di sekolah yang harus dipelajari terlebih dahulu

adalah membaca dan menulis sebelum dapat belajar lebih lanjut, dalam sepakbola yang harus

di kuasai adalah teknik dasar bermain dengan baik atau berlatih secara terarah. Teknik-teknik

dasar diperlukan sewaktu lari berliku-liku, berputar dan berbalik, begitu pula saat melindungi

bola”.

Sepakbola yang menarik menuntut dimilikinya berbagai teknik, pandangan dalam

permainan, dan kepribadian seorang pemain guna dapat mengatasi semua situasi yang dapat

terjadi selama pertandingan. Peran seorang pelatih maupun pembina disini dalam mengajar

teknik dasar bermain sepakbola yang tepat, diharapkan nanti akan tumbuh pemain yang

berkepribadian, dan sportif. Seorang pemain yang mempunyai moral, kepercayaan diri dan

keberanian dalam permainannya, maka ia telah menguasai teknik dasar menguasai bola.

Seorang pemain yang tidak menguasai satu segi saja dari permainan sepakbola, tidak

mungkin ia mempunyai kepercayaan pada permainannya sendiri.

Teknik merupakan dasar yang penting di dalam membentuk dasar untuk menguasai

bola agar selalu dapat dikontrol dalam berbagai situasi pertandingan yang bagaimana pun

sulitnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Dietrich (1981:2) bahwa “Barang siapa hendak

menjadi pemain sepakbola yang baik, pertama-tama harus mampu menendang dan

menyundul bola (heading), juga harus dikuasai kemahiran dasar membawa bola (dribbling)

dan menahan bola (controlling)”. Begitu juga pada awal pendidikan, dilatih duhulu secara

mendalam berbagai dasar teknik dan taktik permainan. Misalnya lari tanpa bola untuk

menempati posisi bebas, membayang-bayangi pemain lawan dan sebagainya, sebelum

pemain sepakbola mendapat kesempatan untuk mulai bermain sepakbola. Keterampilan

teknik yang baik disesuaikan ke dalam berbagai situasi tertentu yang memungkinkan seorang

pemain untuk menguasai bola lebih banyak di dalam suatu pertandingan.

Menurut Sneyers (1998:10) bahwa “Mutu suatu kesebelasan ditentukan oleh

penguasaan teknik dasar tentang sepakbola. Semakin terampil seorang pemain dengan bola,

semakin mudah ia dapat menguasai meloloskan diri dari suatu situasi, semakin baik jalannya

pertandingan bagi suatu kesebelasan”. Sepakbola pada dasarnya adalah suatu usaha untuk

menguasai bola, atau merebutnya kembali bila sedang dikuasai oleh lawan. Apabila teknik

dasar sudah dikuasai, maka bola akan lebih lama berada dalam penguasaan. Pemain akan

lebih leluasa untuk menentukan jalannya pertandingan dan menjebolkan gawang lawan.

Kesebelasan yang kurang menguasai teknik dasar, lebih sering kehilangan bola. Mempelajari

dan memelihara teknik dasar itu harus selalu dilakukan. Tentang cara-cara memainkan bola,

menumbuhkan naluri terhadap gerak bola, dan semuanya itu hanya dapat dikuasai dengan

melakukan latihan yang berulang-ulang dan sistematis. Penguasaan teknik dasar yang baik,

di samping meningkatkan kualitas permainan, maka bagi seorang pemain tersebut akan

mampu melakukan taktik permainan, mampu membaca permainan lawan, mampu mengikuti

perkembangan teknik dengan baik.

Teknik dasar dalam olahraga merupakan keterampilan dan kecakapan manusia untuk

bergerak secara cepat dan tepat sesuai dengan tujuan. Hal ini sebagai dasar untuk mencapai

prestasi. Bila teknik dasar sudah dikuasai, maka bola lebih lama dikuasai oleh seorang

pemain dan lebih leluasa bagi suatu kesebelasan untuk menentukan jalannya suatu

pertandingan dan memenangkannya.

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Bermain Sepakbola

Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan

tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang mampu

menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik

bila terdapat kerjasama tim yang baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh

diperlukan pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik

dasar bermain sepakbola dan terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik

dasar bermain setiap pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat

menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat

penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan

dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai.

Dengan demikian kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan

keuntungan secara fisik dan taktik.

Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi pemain, pelatih dan

semua pihak yang bersangkutan dengan pembinaan prestasi dalam permainan sepakbola.

Selain faktor-faktor tersebut dalam setiap cabang olahraga selalu membutuhkan unsur-

unsur khusus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Unsur-unsur yang menentukan

dalam pencapaian prestasi permainan sepakbola secara garis besar terdiri dari kondisi

fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat unsur kelengkapan pokok tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Kondisi Fisik

Dalam semua cabang olahraga termasuk sepakbola, faktor kondisi fisik

merupakan faktor utama yang harus dibina, disamping penguasaan teknik dan taktis.

Pada pertandingan sepakbola seringkali terjadi dengan tempo yang sangat tinggi,

sehingga diperlukan kerja otot yang tinggi. Dalam hal ini jelas diperlukan kondisi fisik

yang prima. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi pemain sepakbola

yang berprestasi diperlukan kondisi fisik yang baik. Dalam usaha pencapaian prestasi

tinggi dalam permainan sepakbola peningkatan kondisi fisik perlu dilakukan secara

terus menerus.

Teknik dan taktis dalam permainan sepakbola, tidak mungkin dapat diterapkan

secara sempurna apabila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang baik dari pemain.

Meskipun unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk masing-masing cabang olahraga

berbeda, tetapi unsur kondisi fisik sangat diperlukan oleh semua cabang olahraga. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Mochamad Sajoto (1995:8) bahwa “kondisi fisik adalah

satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang

atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau

ditawar-tawar lagi”.

Demikian halnya dengan cabang olahraga sepakbola, unsur fisik yang memadai

merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh semua pemainnya. Adapun unsur-unsur

fisik yang harus dimiliki oleh pemain menurut Mochamad Sajoto (1995:8) adalah

mencakup:

1. Kekuatan

2. Daya tahan

3. Daya ledak

4. Kecepatan

5. Daya lentur

6. Kelincahan

7. Koordinasi

8. Keseimbangan

9. Ketepatan

10. Reaksi

Unsur-unsur tersebut harus diperhatikan oleh pelatih maupun pemain sepakbola.

Untuk dapat memiliki kondisi fisik yang prima, pemain sepakbola dituntut untuk

melakukan latihan fisik yang sistematis, terprogram dan kontinyu. Apabila seorang

pemain memiliki kemampuan fisik yang prima, maka pemain tersebut dapat

memungkinkan bermain dengan cepat serta mengikuti pola taktis dan strategi dalam

permainan sepakbola yang telah diintruksikan oleh pelatih.

2) Unsur Teknik

Penguasaan teknik merupakan unsur utama dalam olahraga. Latihan teknik yang

bertujuan untuk mengembangkan penguasaan gerak dalam cabang olahraga tersebut.

Penguasaan teknik merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang

optimal. Demikian juga dalam permainan sepakbola, untuk mencapai prestasi dalam

permainan sepakbola faktor utama yang harus dikembangkan adalah unsur

keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.

Menurut Suharno HP (1986:42) bahwa “teknik adalah suatu proses gerakan dan

pembuktian dalam praktik sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti

dalam cabang olahraga”. Penguasaan teknik dasar permainan sepakbola merupakan

salah satu unsur yang menentukan menang dan kalahnya satu regu dalam

pertandingan, disamping unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Sehingga apabila ingin

meningkatkan mutu prestasi pemain sepakbola, maka teknik dasar ini harus benar-

benar dikuasai oleh pemain terlebih dahulu. Untuk dapat menguasai keterampilan

teknik dasar bermain sepakbola, harus melakukan latihan secara sistematis, teratur dan

kontinyu dan berulang-ulang dengan mengikuti prinsip pola gerak yang benar.

3) Taktik dan Strategi

Dalam cabang olahraga khususnya permainan, apabila kemampuan teknik dan

fisik telah memadai, maka tahap selanjutnya dalam meningkatkan prestasi atau

kemampuan permainan tim adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang

strategi dan taktik dalam bermain.

Menurut Suharno HP (1986:42) yang dimaksud dengan “taktis ialah siasat atau

akal yang digunakan pada saat pertandingan untuk mencari kemenangan secara

sportif”. Dalam permainan sepakbola, kemampuan dalam strategi dan taktik juga

mutlak diperlukan untuk memperoleh kemenangan dalam suatu pertandingan. Tanpa

memiliki kemampuan dalam taktik dan strategi dalam permainan, maka pemain tidak

akan dapat mengembangkan pertandingan, sehingga sangat mustahil untuk dapat

meraih prestasi yang tinggi dalam permainan sepakbola.

4) Mental

Mental yang tinggi merupakan salah satu modal utama untuk menuju jenjang

kematangan juara, setelah menguasai teknik, taktik maupun fisik. Tanpa memiliki

mental yang baik, sulit kiranya untuk dapat mencapai prestasi yang optimal, meskipun

memiliki kemampuan teknik, fisik dan taktik yang baik. Hal ini sesuai dengan

pendapat Harsono (1988:101) bahwa “Betapa sempurnanya perkembangan fisik,

teknik dan taktis atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang prestasi tinggi tidak

mungkin akan dapat dicapai”.

Pembinaan mental dan kematangan juara dalam sepakbola sama pentingnya

dengan pembinaan teknik, fisik dan taktik. Pembinaan mental pemain harus ditujukan

pada penanaman unsur-unsur psikologis yang mendukung terhadap pencapaian

prestasi dalam olahraga. Pembinaan mental dan kematangan juara, dapat dilakukan

melalui pemberian pengertian kepada atlet serta melalui berbagai pertandingan uji

coba di dalam tim sendiri maupun uji coba dengan tim yang lain.

b. Teknik Dasar Bermain Sepakbola

Teknik merupakan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pemain agar tercapai

prestasi yang semaksimal mungkin. Menurut Hamidsyah Noer (1996:271) “Teknik

adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktik dengan sebaik mungkin untuk

menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga.” Sedangkan menurut

Suharno HP (1986:47) bahwa: “Teknik dasar adalah suatu teknik dimana proses

gerakannya merupakan dasar, dan gerakan itu dalam kondisi sederhana dan mudah”.

Pembinaan teknik dasar bermain sepakbola disamping pembinaan kondisi fisik,

pembinaan taktik, dan pembinaan kematangan juara. Jelaslah dari kelima macam

pembinaan tersebut yang fundamental dan yang harus lebih diutamakan adalah

pembinaan teknik dasar bermain di samping pembinaan lainnya. Kemampuan teknik

menguasai bola merupakan syarat utama bagi setiap pemain sepakbola yang erat

hubungannya dengan prestasi, oleh karena itu setiap pemain perlu mempelajari unsur-

unsur teknik secara seksama. Yang dimaksud dengan teknik dasar bermain sepakbola

adalah menendang bola, menggiring bola (dribbling), mengontrol bola (controlling),

menyundul bola (heading), melempar bola (throw-in), dan menembak bola (shooting)

yang di uraikan pada penjelasan berikut ini:

a. Menendang Bola

Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang sering

digunakan dalam permainan sepakbola. Suatu kesebelasan yang tangguh adalah suatu

kesebelasan yang semua pemainnya yang menguasai teknik dasar menendang bola

yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menendang bola adalah sebagai

berikut :

1) Pada waktu akan menendang bola, pandangan mata mengikuti arah posisi bola

yang akan diarahkan.

2) Posisi kaki tumpu tepat disamping bola karena hal ini dapat menentukan arah

lintasan dan tinggi rendahnya lambungan bola.

3) Pergelangan kaki yang akan menendang bola dikuatkan, tungkai kaki yang

menendang bola diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke belakang bola.

Macam-macam teknik dasar menendang bola:

1) Teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam

Dalam mengajarkan teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian

dalam harus dilakukan bersama-sama dengan latihan menghentikan bola.

Adapun teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam adalah sebagai

berikut: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah dibelakang bola dan arah sasaran

bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain lari ke arah bola, menendang bola

dengan kaki bagian dalam ke arah kawan kemudian kawan yang menerima bola

tadi menendang bola kembali ke arah pemain yang menendang pertama.

2) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki

Teknik menendang bola dengan punggung kaki ini sering digunakan dalam

permainan untuk menembakkan ke gawang. Adapun teknik dasar menendang

bola dengan punggung kaki adalah: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah di

belakang bola dan arah sasaran bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain

berlari dan menendang bola dengan punggung kaki ke arah sasaran, (d)

kemudian pemain yang menerima bola menendang kembali ke arah pemain yang

menendang pertama kali.

3) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam dan bagian

luar.

Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam

dan luar adalah: (a) Letakkan kaki tumpu di samping bola dengan jarak kurang

lebih 25 cm, dan posisi kaki agak ke belakang, arah kaki tumpu sejajar dengan

arah sasaran; (b) Kaki yang akan menendang diangkat ke belakang kemudian

diayunkan ke arah belakang bola; (c) Sikap badan agak condong ke depan,

kedua lengan terbuka di samping badan untuk menjaga keseimbangan; (d) Bola

yang ditendang hendaknya mengenai tengah-tengah bola maka bola akan

melambung rendah atau sedang.

b. Mengontrol Bola (Controlling)

Dalam permainan sepakbola, mengontrol bola sangat penting baik itu bola datar

maupun bola di udara yang datang kepada seorang pemain sepakbola dari berbagai

ketinggian dengan segala macam kecepatan dan sudut. Untuk menghentikan bola

datar dan yang berada di udara seorang pemain harus bisa menguasai dan siap

mengoperkan kepada pemain yang lain dalam suatu permainan. Mengontrol bola bisa

dilakukan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali tangan. Menurut

Scheunemann (2008:56) “apa pun bagian tubuh yang dipakai, cara mengontrol bola

pada dasarnya sama. Sesaat sebelum bola sampai, pastikan bagian tubuh yang

digunakan sedikit mengalah ke belakang. Hal ini akan mencegah bola untuk

memantul dengan keras ke depan”. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

mengontrol bola:

1) Seorang pemain, lari menjemput arah datangnya bola dan pandangan ke arah

berhentinya bola.

2) Kaki tumpu menerirna seluruh berat badan, kedua lutut sedikit ditekuk.

3) Sebelum mengontrol bola seorang pemain harus segera memikirkan bola yang

telah dikuasai untuk dioperkan kepada kawan, di giring atau ditembakkan ke

arah gawang.

4) Posisi badan siap menerima bola yang datang dengan semua bagian tubuh

kecuali tangan.

Macam-macam teknik dasar mengontrol bola:

1) Teknik dasar mengontrol bola dengan kaki bagian dalam

Penggunaan dalam permainan sepakbola adalah untuk menahan bola datar

yang bergulir di atas tanah. Adapun teknik menahan bola dengan bagian kaki

bagian dalam sebagai berikut: (a) Seorang pemain harus lari menyusul arah

datangnya bola, pandangan tertuju ke arah bola dan setelah dekat bola segera

berhenti, (b) Posisi kaki digerakkan ke depan ke arah datangnya bola, tepat di

tengah-tengah kaki bagian dalam menahan bola, (c) Kaki penerima bola

digerakkan ke belakang mengikuti arah lintasan bola, (d) Kemudian letakkan

kaki penerima dalam posisi tegak lurus dengan kaki tumpu, lurus pada ujung

tumit kaki tumpu.

2) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki

Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk mengontrol

operan bola dari teman baik bola datar maupun bola lambung. Adapun tekniknya

sebagai berikut: (a) Lari menyongsong arah datangnya bola, pandangan tertuju

ke arah datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b) Ujung jari

(sepatu) kaki tumpu ke arah datangnya bola, letakkan kaki tumpu sedikit

ditekuk, (c) Kaki penerima menerima bola tepat pada punggung kaki di tengah-

tengah bola, selanjutnya kaki penerima digerakkan ke arah belakang mengikuti

arah lintasan bola hingga kaki penerima dan bola berhenti.

3) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki bagian luar

Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari menyongsong arah datangnya

bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b) Ujung jari kaki tumpu

menghadap arah datangnya bola, ke dua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki

penerima segera digerakkan ke depan ke arah datangnya bola dengan punggung

kaki bagian luar pada tengah tengah depan bola, (d) Kemudian kaki penerima

digerakkan ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola.

4) Teknik dasar mengontrol bola dengan paha.

Mengontrol bola dengan paha sering digunakan dalam permainan

sepakbola, biasanya untuk mengontrol bola yang melambung. Adapun tekniknya

sebagi berikut: (a) Seorang pemain berlari menjemput arah datangnya bola dan

berhenti di tempat jatuhnya bola, (b) Kaki tumpu menghadap arah datangnya

bola, kedua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima diangkat ke depan,

paha diangkat ke atas menghadap arah jatuhnya bola kemudian menahan bola

dengan paha.

5) Teknik dasar mengontrol bola dengan dada

Teknik mengontrol bola dengan dada biasanya digunakan untuk menerima

bola di udara yang datang ke arah seorang pemain sepakbola. Adapun tekniknya

adalah sebagai berikut: (a) Seorang pemain lari segera menjemput arah jatuhnya

bola, (b) Kedua kaki berdiri kangkang ke muka belakang, kedua lutut sedikit

ditekuk dan pandangan terarah pada jatuhnya bola, (c) Dada dibusungkan siap

menerima jatuhnya bola. Apabila bola diterima dengan otot dada sebelah kanan

atau kiri, setelah bola menyentuh dada posisi badan segera di tarik ke belakang.

6) Teknik dasar mengontrol bola dengan dahi

Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk mengontrol

bola lambung di udara. Adapun teknik menerima bola dengan dahi adalah

sebagai berikut: (a) Daerah kepala di atas alis dibawah rambut, apabila bola

melambung datar di udara setinggi dahi. Seorang pemain segera menjemput ke

arah datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti dengan posisi

kaki kangkang muka-belakang, kedua lutut sedikit ditekuk, (b) Setelah bola

menyentuh dahi, badan segera ditarik ke belakang, (c) Setelah bola jatuh ke

tanah kemudian di kontrol dan segera dikuasai.

c. Menggiring Bola (Dribbling)

Menurut Mielke (2003:1) “dribbling dalam permainan sepakbola didefinisikan

sebagai penguasaan bola dengan kaki saat kamu bergerak di lapangan permainan”.

Menggiring bola dapat di artikan sebagai suatu gerakan lari menggunakan bagian

kaki mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring bola

dapat dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu bebas dari lawan.

Kegunaan teknik menggiring bola antara lain untuk melewati lawan, berputar dan

mengubah arah bola, mencari kesempatan memberikan umpan bola kepada kawan

dengan tepat, menahan bola tetap dalam penguasaan, dan menyelamatkan bola,

apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera mengoperkan bola

kepada kawan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggiring bola :

1) Bola yang berada dalam penguasaan pemain, harus selalu dekat dengan kaki,

badan pemain terletak antara bola supaya tidak mudah direbut oleh lawan, bola

selalu dikontrol.

2) Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dari lawan.

3) Bola digiring dengan kaki kanan atau kiri, setiap langkah kaki kanan atau kiri

mendorong bola ke depan, bukan di tendang. Irama sentuhan kaki pada bola

tidak mengubah irama langkah kaki yang teratur.

4) Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu pada bola saja,

akan tetapi harus memperhatikan atau mengamati situasi lapangan atau posisi

lawan maupun kawan.

5) Posisi badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti pada waktu

posisi berlari.

Macam-macam teknik dasar menggiring bola:

1) Teknik dasar menggiring bola dengan kaki bagian dalam

Menurut Mielke (2003:2) “dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam

memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan

kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar”. Sering digunakan

dalam permainan sepakbola untuk berputar dan mengubah arah bola. Teknik

menggiring bola dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: (a)

Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola

dengan punggung kaki bagian dalam, (b) Kaki yang digunakan untuk

menggiring bola tidak diayunkan seperti teknik menendang bola akan tetapi

setiap langkah secara teratur mendorong bola di depan kaki sehingga tidak

mudah direbut oleh lawan, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit

ditekuk dan pada waktu kaki menyentuh bola, kemudian melihat situasi

lapangan, posisi kawan atau lawan.

2) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki

Seorang pemain dapat membawa bola dengan cepat. Biasanya teknik ini

sering digunakan apabila di depan pemain terdapat daerah bebas dari lawan yang

cukup luas sehingga jarak untuk menggiring bola cukup jauh. Teknik

menggiring bola dengan punggung kaki adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki

sama dengan posisi kaki dalam menendang dengan menggunakan punggung

kaki, (b) Setiap langkah secara teratur dengan punggung kaki kiri atau kanan

mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki, (c) Pada saat

menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, dan pandangan pada bola juga

melihat situasi lapangan, posisi lawan dan kawan.

3) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar

Menurut Mielke (2003:4) “menggunakan sisi kaki bagian luar untuk

melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk mengontrol bola”. Sering

digunakan dalam permainan sepakbola karena bagian kaki yang bersentuhan

dengan bola cukup luas, pemain dapat dengan mudah bergerak ke depan atau

mengubah arah sesuai dengan arah kaki pada waktu berlari. Teknik menggiring

bola dengan punggung kaki bagian luar adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki

sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan punggung kaki bagian

luar, (b) Setiap langkah secara teratur dengan punggung kaki bagian luar kaki

kanan atau kiri mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan

kaki sesuai dengan irama lari, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit

ditekuk, pada waktu kaki menyentuh bola pandangan selanjutnya melihat situasi

lapangan, posisi lawan atau kawan.

d. Menyundul Bola (Heading)

Menyundul bola merupakan suatu keterampilan teknik dasar dalam permainan

sepakbola dengan menggunakan bagian kepala. Para pemain bisa melakukan heading

ketika sedang meloncat, melompat ke depan, menjatuhkan diri (diving), atau tetap

diam dan mengarahkan bola dengan tajam ke gawang atau teman satu tim (Mielke,

2003:49). Kegunaan menyundul bola dalam permainan sepakbola antara lain adalah

untuk mengoperkan bola kepada teman untuk memasukkan bola ke arah gawang

lawan dan untuk menyapu bola di daerah pertahanan sendiri serta mematahkan

serangan lawan. Adapun teknik menyundul bola ada dua macam yaitu menyundul

bola dengan sikap berdiri di tempat dan menyundul bola dengan sikap berlari yang

akan diuraikan sebagai berikut:

1) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berdiri ditempat

Teknik menyundul bola dengan sikap ini sering digunakan oleh seorang

pemain untuk mengoperkan bola kepada kawan. Adapun tekniknya akan

diuraikan sebagai berikut: (a) Posisi badan menghadap ke arah datangnya bola,

kedua kaki berdiri kangkang ke muka dengan kedua lutut sedikit ditekuk, (b)

Badan ditarik ke belakang, sikap badan condong ke belakang, otot-otot leher

dikuatkan hingga dagu merapat pada leher, dan pandangan ke arah datangnya

bola, (c) Seluruh berat badan diikutsertakan ke depan, badan condong ke depan

diteruskan hingga dahi tepat mengenai bola dan gerak lanjutan ke arah sasaran

dengan mengangkat kaki belakang ke depan dilanjutkan lari ke rencana posisi.

2) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berlari

Menyundul bola dengan sikap berlari biasanya sering digunakan dalam

permainan sepakbola untuk memasukkan bola ke gawang lawan atau tindakan

penyelamatan. Adapun tekniknya diuraikan sebagai berikut: (a) Pemain lari

menjemput arah datangnya bola, pandangan mata tertuju ke arah bola, (b) Otot-

otot leher digerakkan, kemudian dagu ditarik merapat pada leher, (c) Badan

ditarik ke belakang melengkung ke daerah pinggang, kemudian digerakkan ke

seluruh tubuh sehingga dahi dapat mengenai bola, (d) Pada waktu menyundul

bola hendaknya pandangan mata tetap terbuka dan selalu rnengikuti ke mana

bola diarahkan dan selanjutnya diikuti gerak lanjutan untuk segera lari mencari

posisi.

e. Melempar Bola (Throw-in)

Melempar bola pada permainan sepakbola dilakukan bila terjadi bola

seluruhnya melampaui garis samping, baik bola datar yang menggulir di atas tanah

maupun yang melayang di udara, maka seorang pemain lawan dari pihak terakhir

yang menyentuh bola, dapat melakukan lemparan ke dalam di belakang garis

samping ditempat bola meninggalkan lapangan permainan. Melempar bola ke dalam

harus dilakukan sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku. Throw-in dapat

menjadi senjata yang ampuh dalam rencana serangan sebuah tim (Mielke, 2003:39).

Dalam melempar bola tidak dibenarkan langsung membuat gol, dan keuntungannya

di dalam melempar bola ke dalam tidak ada hukuman bagi pemain yang berdiri di

posisi offside.

Prinsip teknik dasar melempar bola adalah: (a) Sikap berdiri, kedua kaki rapat

dengan lutut sedikit di tekuk, (b) Sikap memegang bola. Kedua tangan memegang

bola dengan jari-jari (direnggangkan). Jari-jari yang di belakang bola adalah ibu jari

tangan kanan bertemu dengan ibu jari tangan kiri, dan ujung jari telunjuk tangan

kanan bertemu dengan ujung jari telunjuk tangan kanan, sedangkan jari-jari yang lain

memegang bola dibagian samping bola. Jadi seolah-olah tangan membuat wadah

untuk bola, (c) Cara melempar adalah kedua tangan dengan bola diangkat di atas

belakang kepala, pandangan mata tertuju ke arah kawan yang akan diberi operan

bola. Pada waktu melemparkan bola dengan kekuatan otot-otot perut, bahu dan

tangan diayunkan ke depan, dibantu kedua lutut yang diluruskan dan badan

digerakkan seolah-olah dijatuhkan ke depan bersamaan dengan bola yang dilepaskan,

(e) Gerak lanjutan setelah bola dilepaskan, yaitu tetap berdiri di atas kedua kaki

dengan ujung-ujung kaki tetap di atas tanah dan diteruskan dengan gerakan lari untuk

mencari posisi.

f. Menembak Bola (Shooting)

Permainan sepakbola seorang anak dinyatakan terampil dalam menembak bola

(shooting) apabila dia dapat berhasil memasukan bola ke dalam gawang paling

sedikit 80% dari tembakannya. Bagi pemain tenis mereka dinyatakan terampil dalam

melakukan service apabila 60 sampai 70% service pertamanya masuk. Dengan

contoh-contoh tersebut bahwa keterampilan dinilai oleh produktivitas penampilan

yang dilakukan pemain.

Menurut Mielke (2003:67) “dari sudut pandang penyerangan, tujuan sepakbola

adalah melakukan shooting ke gawang”. Seseorang pemain harus menguasai

keterampilan dasar menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan

shooting yang memungkinkannya untuk melakukan tendangan shooting dan

mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan. Permainan sepakbola adalah cabang

olahraga permainan beregu atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan

tangguh adalah kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak.

Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama tim yang baik.

Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh diperlukan pemain-pemain yang

menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan

terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap

pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat

permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan

keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan dan

menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai.

Dengan demikian kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan

mendapatkan keuntungan secara fisik dan taktik.

Untuk dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain sepakbola

pemain harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan teknik yang benar, cermat,

sistematik yang dilakukan berulang-ulang terus menerus dan berkelanjutan, sehingga

menghasilkan kerjasama yang baik antara sekumpulan syaraf otot untuk

pembentukan gerakan yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan.

Untuk dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai sejak usia muda.

Shooting sepakbola adalah gerakan yang dibutuhkan dalam permainan

sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya. Maksudnya adalah pemain

melakukan gerakan-gerakan dengan bola dan gerakan-gerakan tanpa bola. Dengan

demikian setiap pemain dapat dengan mudah memerintah bola dan memerintah

badan atau anggota badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain

sepakbola dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan

tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan kedua belah

tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat. Dengan demikian setiap pemain

telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball feeling yang sempurna serta peka

terhadap bola.

Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha pengkajian

terhadap peserta didik, bentuk dan modal pembelajaran serta faktor-faktor yang

menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Pembentukan keterampilan

olahraga pada umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut

gerakan-gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi syaraf

dan diperoleh dari hasil belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh tingkat

keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama

agar fungsi sistem syaraf dapat terkoordinasi dengan sempurna yang menuju pada

otomatisasi gerakan. Pyke (1991:61) menyatakan bahwa “tanpa belajar atau latihan

suatu keterampilan tidak akan tercapai”.

Teknik dasar bermain sepakbola merupakan semua gerakan-gerakan yang

diperlukan untuk bermain sepakbola. Kemudian untuk bermain ditingkatkan menjadi

keterampilan teknik bermain sepakbola yaitu penerapan teknik dasar bermain ke

dalam permainan. Teknik dasar bermain sepakbola meliputi teknik tanpa bola dan

teknik dengan bola. Teknik tanpa bola merupakan semua gerakan-gerakan tanpa bola

yang terdiri dari lari cepat mengubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu

dengan badan dan gerakan-gerakan khusus penjaga gawang. Sedangkan teknik

dengan bola meliputi mengenal bola, menendang bola, mengontrol bola, mengiring

bola, heading, melempar bola, menembak bola. Beberapa teknik dasar yang perlu

dipelajari menurut Sneyers (1998:11), yaitu:

“Mengendalikan bola dengan kaki, paha, dada dan kepala, meneruskan bola

tanpa ditahan, dribbling, tendangan sambil salto, pass pendek dan panjang,

melempar bola, tendangan langsung dan tidak langsung, tendangan sudut

pendek dan yang panjang, menyundul bola, memberi efek pada bola dan

sebagainya”.

Sedangkan menurut Fuchs, Dieter and Gunter (1981:48) adalah “keterampilan

teknik bermain sepakbola terdiri dari menendang, trapping, dribling, volleying,

heading dan throw-in”. Selanjutnya disebutkan secara garis besarnya keterampilan

teknik bermain sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepakbola

meliputi: menendang (instep kick, inside foot kick, outside foot kick, heel kick),

trapping atau menghentikan bola (sole of the foot trap, Foot trap, body trap). Tiap

bagian dapat diajarkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kebutuhan bahan atau

materi pembelajaran.

Indikator penguasaan keterampilan bermain sepakbola, apabila masing-masing

anak menguasai dan mampu melakukan berbagai teknik dasar bermain sepakbola

tersebut. Dalam proses pembelajaran selanjutnya, pemain agar selalu mempelajari

dan mempraktikkan berulang-ulang bagaimana mengolah dan mempermainkan bola

agar dapat menumbuhkan naluri terhadap gerak bola.

Pembelajaran keterampilan gerak bermain sepakbola adalah hasil tes dan unsur-

unsur dasar bermain sepakbola. Banyak sekali model tes keterampilan bermain

sepakbola yang telah dibakukan dan hasilnya dapat dijadikan prediksi keterampilan

masing-masing anak. Menurut Mor-Christian General Soccer Ability Skill Test

Battery dalam Strand & Wilson (1993:122) meliputi: “passing, dribbling dan

shooting”. Yeagley Soccer Battery Test dalam Strand & Wilson (1993:124)

menyebutkan bahwa “item tes untuk keterampilan bermain sepakbola meliputi

dribbling, wall volley dan juggling. Tes keterampilan bermain sepakbola dari Plooyer

(1970:152-157) meliputi “menimang-nimang bola, keterampilan dalam lapangan

bujur sangkar, menggiring dan menendang bola ke dalam sasaran, menembak ke

sasaran dalam gawang, dan tes keterampilan lari sambil menendang bola ke dalam

sasaran yang berada di sebelah kanan dan kiri”.

c. Dribble Shooting Sepakbola

Dribble shooting merupakan gabungan dua kata antara dribble dan shooting. Yang

dimaksud dengan dribble adalah “keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua

pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap

melakukan operan atau tembakan” (Mielke, 2003:1). Dribble dipengaruhi oleh

koordinasi, ketajaman indera, kecepatan gerak, perasaan gerak serta teknik gerakan itu

sendiri.

Seorang pemain mutlak harus bisa menembak dengan cara yang benar. Menurut A.

Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun (1992:20) bahwa, “tembakan bola

adalah suatu usaha untuk memindahkan bola dari suatu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan kaki atau bagian kaki”. Kemampuan melakukan gerakan tembakan bola

mutlak diperlukan untuk menjadi pemain sepakbola yang baik. Dengan menguasai teknik

dasar tembakan bola dengan baik, maka akan dapat menembak dengan tepat yang akan

menunjang untuk memenangkan suatu pertandingan.

Kemampuan teknik tembakan bola besar peranannya dalam permainan sepakbola,

sebab sebagian besar permainan sepakbola dilakukan dengan tembakan bola.

Kemampuan tembakan diperlukan untuk memasukkan bola ke gawang baik dalam jarak

dekat atau jarak jauh. Teknik menembak bola dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki. Untuk mendapatkan manfaat tembakan bola secara optimal, pemain harus

menguasai teknik menembak bola dengan baik. Kesebelasan sepakbola yang baik yaitu

suatu kesebelasan yang semua pemainnya menguasai teknik tembakan bola dengan baik,

cermat, akurat dan tepat ke arah sasaran yang dituju.

Dribble shooting merupakan salah satu teknik dasar sepakbola yang mempunyai

kontribusi besar untuk mencetak gol ke gawang lawan. Pendapat lain dikemukakan Eric

(2003:1) bahwa, “Tujuan utama dari pada permainan sepakbola adalah mencetak gol

sebanyak-banyaknya”. Ini berarti bahwa latihan dribble shooting mau tidak mau mesti

menjadi satu latihan inti dalam program latihan sepakbola mana pun juga.

Pertama yang dilakukan oleh kebanyakan pemain adalah melakukan shooting

secara langsung dari dribbling mereka sendiri (Mielke, 2003:70). Seorang pemain yang

mendekati gawang harus mengalahkan pertahanan lawan dan kemudian melakukan

shooting ke gawang. Para pemain harus mengembangkan kebiasaan shooting sesegera

mungkin setelah mereka mendapatkan posisi tembakan langsung ke gawang. Terlalu

banyak pemain yang menunggu untuk mendapatkan peluang sempurna yang membuat

lawan bisa menyerobot bola atau mereka kehilangan kontrol terhadap dribblingnya

sendiri. Keterampilan menggiring bola yang baik dan kemampuan untuk menggunakan

beberapa gerakan mengecoh serta membalik sangat penting untuk menciptakan shooting

dari suatu giringan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa, dribble shooting adalah

kemampuan seseorang untuk menggiring dan menembak bola ke arah gawang terhadap

permainan sepakbola. Dribble shooting dipengaruhi oleh koordinasi, jarak dan besarnya

target, ketajaman indera, kecepatan gerak, perasaan gerak serta teknik gerakan tembakan.

2. Pendekatan Pembelajaran

Menurut Richards and Rodgers (1986:9) “Pendekatan adalah suatu aksiomatik yang

menggambarkan sifat dari mata pelajaran yang diajarkan. Pendekatan aksiomatik ini yang

menjelaskan sifat materi pelajaran diajarkan”. Dapat juga dikatakan bahwa pendekatan

merupakan sudut pandang bagi pendidik atau pengembangan terhadap proses pembelajaran,

seperti pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan

yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada

guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif

atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuisi serta strategi pembelajaran

induktif.

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia, dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensinya yang dibawa

sejak lahir, hal ini sesuai pendapat Max Darsono, A. Sugandi, Martensi K.Dj (2000:1)

bahwa hasil suatu belajar adalah perubahan. Morris & Shermis (1992:1) mengatakan

“belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan

secara genetis”. Perubahan itu terjadi pada pemahaman perilaku, persepsi, motivasi atau

campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dari situasi tertentu.

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan

dan nilai sikap (Winkel, 1999:36). Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang

menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan dan pengalaman, perilaku fisik

(pertumbuhan) dan perubahan karena kematangan tidak termasuk belajar. Memperhatikan

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar secara umum adalah

perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman.

Pendekatan belajar merupakan salah satu strategi dasar dalam belajar mengajar

digunakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Djamarah Syaiful Bahri

(2002:6), ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar: (1) Mengidentifikasi serta

menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik

sebagaimana yang diharapkan, (2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan

aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, (3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode

dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif, (4) Menetapkan norma

dan batas minimal keberhasilan. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembina maupun

pelatih harus memilih cara pendekatan belajar mengajar paling tepat dan efektif untuk

mencapai tujuan, artinya bagaimana cara pembina maupun pelatih memandang suatu

persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang digunakan dalam memecahkan suatu kasus

akan mempengaruhi hasilnya.

Pendekatan pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran

menekankan pada penguasaan keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga dalam hal

ini yang dibahas dalam penelitian ini adalah dribble shooting sepakbola. Dalam pendekatan

pembelajaran menekankan pada strategi dasar dalam belajar mengajar yang digunakan untuk

mencapai tujuan yang telah digariskan.

Menurut Joyce, Weil, & Calhoun (2008:8-12) mengemukakan metode pembelajaran

dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk mengatur proses

pembelajaran. Sedangkan menurut Dick & Carey (1990:1) metode pembelajaran adalah

suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis atau mencapai tujuan seperti yang

diharapkan.

Metode pembelajaran bisa berbentuk penerapan cara-cara pembelajaran agar proses

belajar bisa berlangsung dengan baik dan tujuannya bisa tercapai. Dalam penelitian ini,

metode pembelajaran gerak menjadi fokus penelitian. Sebagai seorang pelatih atau pembina,

metode pembelajaran dalam mempelajari suatu keterampilan gerak sangatlah penting. Hal

ini disebabkan karena pemain yang dilatih memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat, maka tujuan penguasaan gerakan

keterampilan akan tercapai.

Dalam mempelajari keterampilan gerak, pembina maupun pelatih bisa menyesuaikan

dengan waktu, urutan dari materi pembelajaran, dan lingkungan belajar. Pelatih dapat

memilih metode yang tepat yang sesuai dengan kehendak pelatih yang tentunya disesuaikan

dengan kondisi-kondisi belajar itu sendiri. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang

tepat, selain diharapkan tujuan penguasaan gerak itu tercapai, pembelajaran itu sendiri akan

menjadi menarik. Metode pembelajaran dengan tujuan menghasilkan gerakan keterampilan

yang efisien, benar dan baik harus dilaksanakan dengan benar pada setiap pembelajaran.

Untuk mendapatkan hasil keterampilan gerak yang baik, maka berbagai macam metode

pembelajaran gerak bisa digunakan dan diterapkan oleh pelatih maupun pembina dalam tim.

Menurut Rusli Lutan (2002:81) mengemukakan bahwa, metode belajar merupakan cara

atau jalan yang ditempuh untuk menyajikan tugas-tugas ajar berupa kerja fisik dan

keterampilan. Winarno Surakhmad (1994:96) mengemukakan bahwa metode adalah cara

yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Hal ini senada dikemukakan

oleh Atwi Suparman (1994:149) bahwa metode sebagai suatu cara yang digunakan dalam

menyajikan pelajaran kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan.

Melihat uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah

cara penyajian materi pelajaran yang dilakukan secara berencana dan sistematis, dimana

pemberian beban latihan makin hari makin meningkat. Dengan berlatih secara sistematis dan

melalui pengulangan-pengulangan yang konstan, maka neurophysiologis akan menjadi

bertambah baik. Gerakan gerakan yang semula sukar dilakukan lama-kelamaan menjadi

gerakan otomatis, sehingga semakin kurang membutuhkan konsentrasi dari pada sebelum

melakukan belajar, sehingga tenaga yang dikeluarkan akan dihemat.

a. Tujuan Pendekatan Pembelajaran

Dipilihnya beberapa pendekatan tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan

untuk memberi strategi dasar bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional

pembelajaran. Dalam hal ini pendekatan bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan

hasil pembelajaran sehingga strategi dasar dalam belajar mengajar yang digunakan bisa

diraih sebaik dan semudah mungkin untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Tujuan pendekatan pembelajaran adalah memberikan suatu pemahaman tentang

strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan memberi panduan yang dapat diuji

kecocokannya dengan kondisi nyata. Tujuan pendekatan seperti berikut: (1)

Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran, (2) Menilai hasil-

hasil pembelajaran yang telah dicapai, (3) Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang

timbul, dan (4) Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

Keberhasilan pencapaian tujuan yang ditentukan oleh kemampuan pembina maupun

pelatih dalam memberikan bimbingan dan pencermatan gerakan melalui tahapan

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek,

penyesuaian pola gerakan dan kreativitas (Winkel, 1999:44). Semakin tepat pendekatan

yang digunakan dalam proses pembelajaran, maka semakin efektif dalam mencapai

tujuan. Pembina maupun pelatih harus mampu memilih pendekatan mengajar yang tepat

sehingga memberikan peluang terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

Menurut Nadisah (1992:96) bahwa pendekatan mengajar dan strategi yang digunakan

akan dirasa cocok apabila mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses.

Pendekatan mengajar merupakan suatu cara yang digunakan menyajikan pelajaran

kepada pemain untuk mencapai tujuan. Pendekataan mengajar adalah suatu cara khusus

yang digunakan untuk mengajar secara sistematis guna mencapai tujuan yang

diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang mengatur faktor eksternal

dalam kegiatan belajar yang mendukung dan mendorong serta menjaga tercapainya

tujuan pengajaran. Dalam proses pembelajaran ada dua kegiatan yaitu kegiatan

mengajar yang dilakukan oleh pembina maupun pelatih dan kegiatan belajar yang

dilakukan oleh pemain. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku

tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey

dalam Syaiful Sagala, 2003:61). Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara penerapan

materi dengan keadaan yang bervariasi secara terencana dan sistematis untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Melalui pendekatan pembelajaran akan dapat didefinisikan

dengan jelas mengenai tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam

pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran dapat membantu menyelesaikan tugas

pembina maupun pelatih melalui pemilihan bentuk instruksi dan penilaian sesuai

dengan kondisi pembina maupun pelatih dan kemampuan mahasiswa. Dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani jika pembina maupun pelatih memiliki suatu

pendekatan pembelajaran yang tersusun secara rinci, akan memudahkan dalam

mengelola kelas saat di lapangan. Pemanfaatan sumber belajar oleh pembina maupun

pelatih akan membantu menciptakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan

kemampuan mahasiswa. Untuk itu, para pembina maupun pelatih olahraga dapat

mengembangkan atau menciptakan model-model dan pendekatan pembelajaran, dengan

tujuan untuk memperlancar proses penguasaan satu keterampilan gerak yang diajarkan

kepada mahasiswa. Tentunya pengembangan dan penciptaan model pembelajaran harus

memiliki landasan dan dasar pemikiran yang kuat, agar tidak berdampak negatif pada

mahasiswa. Oleh karena itu pengembangan dan penciptaan berbagai model oleh

pembina maupun pelatih dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga

memiliki fungsi dan peranan yang penting. Fungsi utamanya adalah sebagai acuan yang

digunakan untuk menyusun materi pembelajaran tertentu, untuk membantu mahasiswa

dalam memahami dan menguasai keterampilan motorik yang diajarkan. Adapun bentuk

model pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan

tujuan pembelajaran yang dirancang.

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa pada intinya pendekatan bertujuan

mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan yang telah digariskan dengan strategi

dasar dalam belajar mengajar.

b. Prinsip-Prinsip Pendekatan Pembelajaran

Prinsip pembelajaran adalah karakteristik kunci dari suatu pembelajaran yang

memisahkannya dari aspek-aspek lain. Prinsip pembelajaran bukan suatu model atau

metode pembelajaran, tetapi aspek yang mendasari berbagai model dan metode. Prinsip

pembelajaran David Maerrill yang diberi istilah first principle of instruction dan prinsip

pembelajaran situasional. First principle of instruction mencakup lima prinsip atau

dinyatakan dalam fase-fase yang disebut dengan fase-fase pembelajaran, yakni

demonstrasi, aplikasi, prinsip berbasis pada tugas, aktivasi, dan integrasi (Maerrill,

2011:44-45). Kelima fase tersebut dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip, seperti: (1)

belajar difasilitasi bila peserta didik terlibat dalam strategi pembelajaran yang berpusat

pada tugas, (2) belajar difasilitasi ketika pengetahuan diaktifkan sebagai dasar untuk

mendapatkan pengetahuan baru, (3) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru

didemonstrasikan pada peserta didik, (4) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru

diterapkan oleh peserta didik, (5) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru terintegrasi

ke dalam dunia peserta didik.

Selain dari prinsip Merrill, prinsip kedua adalah pembelajaran situasional

(situational principles of instruction) yang dipandang sebagai prinsip pembelajaran

yang tidak universal karena hanya diterapkan dalam situasi tertentu. Prinsip situasional

terjadi pada suatu rangkaian kesatuan (continuum) dari situasi yang sangat umum

kepada suatu situasi sangat lokal (situasi yang diterapkan amat sangat jarang). Situasi

tersebut menjadi sangat penting ketika berupaya menciptakan ketelitian pada prinsip-

prinsip pembelajaran yang dilakukan. Peningkatan ketelitian sangat penting dalam

rangka membantu para praktisi pendidikan dalam merancang dan menentukan

pembelajaran yang berkualitas, begitu pun bagi peneliti untuk merancang penelitian

yang berguna untuk mengonstruksi dasar pengetahuan umum. Oleh karena itu, perlu

memperhatikan tiga prinsip, yakni jenis- jenis, bagian-bagian, dan kriteria.

Pertama, jenis mencakup klasifikasi konsep dan prosedur penggunaannya.

Penjelasan terhadap klasifikasi dan prosedur pelaksanaan terhadap suatu aktivitas

dipandang dapat meningkatkan ketelitian yang bermuara pada peningkatan kualitas

pelaksanaannya. Jika pembelajaran di desain dengan mempertimbangkan jenis-jenis,

maka pemahaman terhadap pembelajaran yang dimaksud dapat dipahami dengan

komprehensif. Prinsip situasional dalam hal ini tergantung dari jenis situasi di mana

pembelajaran itu diimplementasikan.

Kedua, prinsip situasi berhubungan dengan bagian-bagian. Jika jenis situasi hanya

menggunakan satu cara dalam mendesain pembelajaran, sedangkan bagian-bagian dapat

menggunakan berbagai macam cara tergantung dari situasi di mana bagian tesebut

sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dengan demikian, semua bagian-bagian

dibutuhkan untuk membentuk suatu sistem pembelajaran yang di desain, sedangkan

setiap jenis mencakup keseluruhan cara yang digunakan.

Ketiga, prinsip situasi berhungan dengan kriteria yang menentukan standar atau

indikator suatu model yang dikembangkan baru dikatakan memenuhi kriteria baik atau

sebaliknya. Kriteria merupakan suatu standar dalam mengukur dan menilai suatu

pembelajaran yang berhasil di desain secara baik dan benar. Oleh karena itu, perancang

atau peneliti harus mempertimbangkan jenis, bagian, dan kriteria di dalam

mengembangkan suatu model, pendekatan, metode, strategi, atau evaluasi pembelajaran

dalam upaya untuk menciptakan kualitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Namun

demikian, tidak ada suatu prinsip yang jauh lebih baik dari prinsip lain.

Terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan pendekatan yaitu prinsip

agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, mengembirakan

penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah

untuk diterima oleh peserta didik melalui strategi dasar dalam pembelajaran. Dalam

proses pembelajaran, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui

keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Secara garis besar prinsip-prinsip

konstruktivisme yang diambil adalah: (1) pengetahuan dibangun oleh peserta didik

sendiri, baik secara personal maupun secara sosial, (2) pengetahuan tidak dipindahkan

dari guru ke peserta didik, kecuali dengan kearifan peserta didik sendiri untuk bernalar,

(3) peserta didik aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan

konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah, (4)

guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi peserta

didik berjalan mulus.

Prinsip pendekatan pembelajaran berhubungan dengan kriteria yang menentukan

standar atau indikator suatu model yang dikembangkan baru dikatakan memenuhi

kriteria baik atau sebaliknya. Kriteria merupakan suatu standar dalam mengukur dan

menilai suatu pembelajaran yang berhasil di desain secara baik dan benar. Oleh karena

itu, peneliti harus mempertimbangkan jenis, bagian, dan kriteria di dalam

mengembangkan suatu model, pendekatan, metode, strategi, atau evaluasi pembelajaran

dalam upaya untuk menciptakan kualitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Namun

demikian, tidak ada suatu prinsip yang jauh lebih baik dari prinsip lain.

3. Pendekatan Pembelajaran Drill dan Bermain

a. Praktik Drill

Keterampilan gerak teknik shooting sepakbola dapat dikuasai oleh anak latih

dengan baik bila disertai dengan umpan balik dan balikan informatif tentang gerakan

yang dilakukan. Umpan balik (feedback) adalah respon yang dihasilkan dari informasi

yang diterima selama atau sesudah satu gerak (Schmidt, 1988:424). Sedangkan balikan

informatif merupakan masukan sensori yang memungkinkan kemajuan dalam keahlian

(Rahantoknam, 1988:64). Selain itu, diperlukan praktik latihan yang ajeg, maju, dan

berkelanjutan. Umpan balik dibedakan menjadi dua, yaitu umpan balik intrinsik dan

ekstrinsik.

Pada proses berlatih melatih teknik shooting sepakbola, umpan balik ekstrinsik

yang diberikan. Pada umpan balik ekstrinsik pelatih menyampaikannya pada akhir dari

serangkaian gerak yang telah dilakukan. Schmidt (1988:426) menyebutnya dengan

terminal feedback (umpan balik terminal), dimana umpan balik diberikan setelah satu

gerak selesai dilakukan anak latih. Jadi setelah selesai satu gerak dilakukan evaluasi

oleh pelatih untuk selanjutaya diberikan koreksi-koreksi seperlunya bila terjadi

kesalahan gerak. Akan tetapi bila tidak terjadi kesalahan dalam gerakan cukup diberikan

informasi verbal dengan kata-kata, misalnya bagus atau yang sifatnya membenarkan

gerak yang dilakukan anak latih.

Informasi verbal yang membenarkan gerak merupakan salah satu bentuk

pematrian atau penguatan (reinforcement) yang dilakukan oleh pelatih. Selain itu

melalui latihan yang intensif dan progresif juga merupakan bentuk pematrian

keterampilan, dan tentunya disertai dengan umpan balik dan balikan informatif yang

sesuai dan tepat. Dengan demikian umpan balik dan balikan informatif dalam belajar

keterampilan gerak selalu diperlukan, agar mendukung penguasaan keterampilan gerak

yang baik dan benar. Cara ini memberikan gambaran yang jelas kepada anak latih

tentang gerak yang benar dan yang salah, serta selalu dalam keadaan yang terkontrol.

Pada permainan sepakbola, bola selalu dalam keadaan bergerak dan sebagai objek

yang ditendang dengan kaki. Untuk itu diperlukan kemampuan dan ketajaman melihat

serta mengkoordinasikannya dengan gerakan tungkai. Pada saat melihat bola, langsung

terjadi proses di dalam otak untuk memperkirakan sasaran agar bola dapat ditendang

secara baik. Proses ini berlangsung cepat dan tidak terlihat oleh mata. Agar diperoleh

keefektifan gerak yang dilakukan, diperkokoh kemampuan antisipasi gerak yang baik.

Menurut Bloom (1981:37) keefektifan dan kemampuan mengantisipasi gerak

dapat ditingkatkan dengan cara melakukan latihan-latihan drill secara kontinyu. Pada

teknik shooting sepakbola latihan drill dilakukan dengan cara memberikan feeding

(umpan) bola sebanyak mungkin pada anak latih, untuk selanjutnya ditendang ke

sasaran. Untuk itu, anak latih harus melakukan gerakan teknik shooting sepakbola

secara terus menerus sampai batas waktu yang ditentukan. Oleh karena pengulangan

tehadap setiap gerak yang dilakukan akan memperkuat koneksi antara stimulus dan

respon, sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak latih dalam merespon stimulus

yang diterima (Rahantoknam, 1988:26).

Gerak yang terjadi dalam aktivitas olahraga, merupakan akibat adanya stimulus

yang diproses di dalam otak dan selanjutnya direspon melalui kontraksi otot, setelah

merima perintah dari sistem komando syaraf yaitu otak. Oleh karena itu keterampilan

gerak selalu berhubungan dengan sistem motorik internal tubuh manusia yang hasilnya

dapat diamati sebagai perubaban posisi sebagian badan atau anggota badan (Keogh &

Sugden, 1985:33). Selanjutnya gerak yang dilakukan secara berulang-ulang akan

tersimpan dalam memori pelaku yang sewaktu-waktu akan muncul bila ada stimulus

yang sama. Untuk itu, keterampilan gerak dalam olahraga harus selalu dilatihkan secara

berulang-ulang agar tidak mudah hilang dari memori, sehingga individu tetap terampil

dalam setiap melakukan gerakan.

Ketepatan pemberian pengulangan (drill) pada setiap gerak teknik akan

mempercepat anak latih dalam menguasai keterampilan gerak. Sebaliknya, koneksi anak

latih akan menjadi lemah bila pengulangan (drill) dilakukan secara tidak terprogram

(Rahantoknam, 1988:26). Selain itu latihan-latihan drill (pengulangan) sangat

diperlukan guna mengembangkan teknik dasar dan meningkatkan kondisi fisik (Jones,

1988:144).

Teknik shooting sepakbola merupakan teknik dasar tendangan yang relatif sulit

dilakukan, khususnya bagi pemula. Untuk dapat melakukan seluruh rangkaian gerak

teknik shooting sepakbola dengan baik dan benar diperlukan latihan yang dilakukan

secara efektif dan efisien. Latihan-latihan dengan praktik drill sangat bagus untuk

membantu meningkatkan kemampuan penguasaan teknik dasar tendangan. Dengan

menggunakan praktik drill, maka teknik shooting sepakbola dapat lebih cepat dikuasai

(Applewhaite & Moss, 1987:15).

Penelitian ini menggunakan sampel pemain sepakbola. Untuk itu penerapan

metode yang tepat sangat diperlukan dalam mengajarkan keterampilan bermain

sepakbola. Praktik drill merupakan salah satu metode yang tepat digunakan pada para

pemula (Keogh & Sugden, 1985:73). Dengan demikian, praktik drill pada penelitian ini

adalah bertambahnya kemampuan shooting sepakbola sebagai akibat dari latihan secara

progresif yaitu diulang-ulang, ajeg, dan berkelanjutan.

Setiap awal pembelajaran gerak teknik, diupayakan agar lingkungan tidak

mempengaruhi proses latihan. Dengan demikian proses latihan dilakukan secara tertutup

(closed training), sehingga jenis keterampilan yang ditampilkan merupakan jenis

keterampilan tertutup (closed skill). Jenis keterampilan tetutup adalah satu keterampilan

yang ditampilkan dalam satu kondisi lingkungan yang dapat diprediksi atau tetap

sehingga memungkinkan individu untuk menyusun rencana gerak secara baik (Schmidt,

1988:115).

Pada pelaksanaan teknik shooting sepakbola, diperlukan serangkaian gerakan yang

kompleks. Untuk itu, anak latih harus melakukan dengan cara menirukan dan

mengulang-ulang secara terus menerus gerakan yang sama, sehingga akan menjadikan

satu pola bentuk gerak, yaitu teknik shooting sepakbola. Oleh karena aktivitas motorik

pada keterampilan tertutup tidak memerlukan penyesuaian (adjusments) ruang dan

waktu dalam pola geraknya. Dengan demikian faktor-faktor lain di luar gerak tidak

memberikan pengaruh yang besar selama dalam pelaksanaan gerak teknik.

Menurut Schornborn (1997:122) pengajaran teknik bagi pemain sepakbola pemula

harus berorientasi pada tugas dan tujuan (task-and goal-oriented) bukan hanya pada

gerakan (motion-oriented). Artinya, proses latihan pada keterampilan tertutup dilakukan

dengan menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tugas (task-orientated

approach). Dengan demikian pembelajaran teknik shooting sepakbola pada pemula

dibagi menjadi beberapa tahapan pelaksanaan serangkaian teknik shooting sepakbola.

Adapun cara pembelajaran dilakukan dengan menggunakan hitungan untuk memerinci

tahapan teknik shooting sepakbola.

Berdasarkan pelaksanaan proses latihan yang dilakukan, maka praktik drill lebih

menekankan pada bentuk teknik. Pada teknik shooting sepakbola yang diajarkan dengan

menggunakan praktik drill, anak latih hanya menirukan gerakan yang diperagakan oleh

pelatih, dimana setiap tahap gerakan teknik shooting sepakbola harus dikuasai satu

persatu. Selain itu, proses pembelajaran dilakukan secara rinci dan dibagi dalam tahapan

gerak, kondisi lingkungan yang mudah diprediksi, variabel latihan sedikit, serta tidak

memerlukan penyesuaian ruang dan waktu yang rumit. Sebagai akibatnya, daya pikir

dan kreativitas anak latih dalam belajar teknik shooting sepakbola tidak berkembang

meskipun bentuk gerak teknik lebih baik. Sehingga metode latihan drill lebih sesuai

diterapkan pada pemain sepakbola pemula yang memiliki kemampuan persepsi dan

koordinasi gerak kurang baik.

Setiap metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran maupun latihan tidak

mungkin dapat diterapkan secara optimal. Artinya, setiap metode tentunya memiliki

kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan dan kelebihan praktik drill, sebagai

berikut:

Tabel 1. Kelemahan dan Kelebihan Praktik Drill

Kelemahan Kelebihan

1. Kurang waktu recovery, sehingga anak

latih cepat mengalami kelelahan.

2. Variasi latihan sedikit, sehingga anak

1. Tepat bagi anak latih yang memiliki

kemampuan persepsi dan koordinasi

gerak yang kurang baik.

latih mudah mengalami kebosanan.

3. Pengulangan gerak yang terus

menerus membuat daya pikir dan

kreativitas anak latih dalam belajar

tidak berkembang.

4. Bila sarana dan prasarana kurang

memadai, proses latihan menjadi tidak

efektif.

2. Tepat untuk penguatan memori anak

latih terhadap setiap gerak teknik

yang diajarkan sehingga untuk

pembentukan gerak teknik dapat

dilakukan dengan cepat.

3. Bermanfaat untuk mengadaptasi

beban latihan yang relatif berat.

b. Praktik Bermain

Praktik bermain memanfaatkan kekuatan motivasi yang terkait dengan bermain

dan permainan untuk memperlihatkan hal yang positif dan tujuan keterlibatan.

Lingkungan yang menyenangkan merangsang minat pemain dan memungkinkan para

peserta untuk mempertahankan partisipasi. Menggunakan strategi yang memperlihatkan

motivasi intrinsik termasuk tantangan optimal, penguasaan tugas, bermain game dan

permainan kompetensi, sebagai dasar positif untuk belajar, menciptakan pengaturan ini

menyenangkan. Prinsip-prinsip ini mencerminkan pendekatan psikologis untuk motivasi

yang didasarkan pada teori pengendalian internal dan aplikasi mereka dalam pengaturan

permainan (Piltz, 2002:4).

Ketepatan dalam mengantisipasi gerak bola ditentukan oleh mata dan kemampuan

koordinasi gerak. Artinya, mata sebagai penerima stimulus berupa bola yang bergerak.

Kemampuan koordinasi yang didukung oleh ketajaman melihat suatu objek, ikut

menentukan ketepatan dalam pengambilan jarak antara posisi berdiri dengan gawang.

Keadaan ini hanya akan diperoleh melalui suatu proses latihan yang ajeg, teratur, dan

progresif. Pada waktu latihan selain meningkatkan keterampilan gerak, juga

meningkatkan ketepatan antisipasi, koordinasi, dan pemahaman terhadap keterampilan

gerak yang dilakukan (Sage, 1984:131). Dengan demikian, pada akhirnya akan

diperoleh suatu otomatisasi gerak.

Pada dasarnya model pemrosesan informasi bersumber dari model input-proces-

output. Pada teknik dribble shooting sepakbola input (masukan) berupa semua gerakan

yang dilakukan oleh teman (pengumpan) sampai terjadi gerakan menembak. Setelah

informasi atau masukannya diterima, maka terjadilah proses antara lain

mengidentifikasi stimulus, memilih respons, dan memprogramkan respons. Adapun

output (keluarannya) berupa gerak yang sesuai dengan perintah guru, pembina maupun

pelatih (Schmidt, 1988:77).

Pada teknik dribble shooting sepakbola perintahnya adalah menembak bola ke

arah gawang. Untuk itu, pemrosesan informasi dalam mempelajari suatu keterampilan

perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Oleh karena hasil belajar dribble shooting

sepakbola merupakan perpaduan dari proses kemampuan psikis dan fisik. Galambas dan

Morgan dalam Rahantoknam (1988:37) menyatakan bahwa belajar dapat lebih

menguntungkan bila tidak dilihat sebagai suatu proses tunggal, seperti daya ingat

(memory) yang terletak pada bagian tertentu dalam sistem syaraf. Akan tetapi lebih dari

itu, sebagai suatu rangkaian peristiwa yang mencakup sejumlah proses pengolahan

informasi yang terjadi dengan cara tertentu. Apabila hal ini benar, maka secara logis

dapat diasumsikan bahwa proses belajar dapat dipermudah dengan menerapkan konsep-

konsep proses informasi ke dalam mengajar ataupun melatih.

Pada permainan sepakbola, khususnya teknik dribble shooting sepakbola terdapat

berbagai faktor di lingkungan permainan yang secara mendadak dapat berpengaruh

terhadap kelancaran proses menembak bola. Dengan demikian, latihan harus

disesuaikan dengan situasi permainan yang sebenarnya, karena situasi sesungguhnya

sangat baik untuk perkembangan keterampilan gerak (Keogh & Sugden, 1985:74).

Sepakbola merupakan permainan yang relatif lebih sulit dibandingkan dengan

olahraga lainnya, khususnya bagi pemula. Dengan demikian bentuk latihan yang

diberikan pada pemula harus menyenangkan, sehingga pemain tidak bosan dalam

latihan dan bahkan berhenti bermain sepakbola. Oleh karena itu pembelajaran sepakbola

untuk pemain harus dalam bentuk aktivitas yang menyenangkan, karena pemain akan

cepat belajar menggunakan keterampilan sehingga akan mempermudah pencapaian

prestasi puncak.

Proses pembelajaran dengan pendekatan bermain akan mempermudah pemain

dalam proses pengembangan keterampilan. Pada proses pembelajaran tersebut pemain

dapat langsung mengembangkan pola teknik yang diajarkan sesuai dengan lingkungan

permainan sebenarnya. Penerapan metode yang mengarah pada kondisi pertandingan

yang sebenarnya akan mempercepat penguasaan keterampilan yang diajarkan (Bloom,

1981:22).

Keberhasilan pemain sepakbola bukan hanya disebabkan karena kemampuan

keterampilan gerak, melainkan bagaimana penafsiran pemakaian keterampilan gerak

tersebut pada permainan. Artinya, latihan yang diterapkan oleh pelatih harus

berorientasi pada situasi pertandingan yang sebenarnya, sehingga dapat membantu

pemain dalam melakukan strategi di lapangan serta meningkatkan kemampuan

membaca dan mengantisipasi gerakan lawan.

Berdasarkan dari cara bermain, keterampilan dalam sepakbola dapat dikategorikan

sebagai jenis keterampilan terbuka (open skill). Menurut Schmidt (1988:132)

keterampilan terbuka adalah keterampilan motorik yang ditampilkan dalam satu kondisi

lingkungan yang tidak dapat diprediksi atau diperlukan kemampuan individu untuk

melakukan adaptasi terhadap respons motorik dengan kondisi lingkungan yang selalu

dinamis. Adapun proses pembelajaran keterampilan terbuka (open skill) berorientasi

pada proses.

Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih terpusat pada pemain, yang

merupakan landasan dari keterampilan terbuka. Sehingga pada metode pendekatan

bermain, pemain memiliki kedudukan sebagai subjek belajar. Untuk itu, diperlukan

suatu model instruksi latihan yang terbuka (open training). Pada model instruksi latihan

yang terbuka (open training), diperlukan dimensi kognitif untuk mengarahkan tujuan

dan sasaran yang berhubungan kemampuan gerak. Model instruksi terbuka juga

merupakan model pembelajaran yang bersifat perceptually oriented, yaitu aktivitas

keterampilan motorik yang memerlukan kemampuan perseptual untuk mengantisipasi

setiap perubahan kondisi lingkungan (Singer, 1980:140).

Keadaan lingkungan dan lawan bermain sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

dalam melakukan teknik dribble shooting sepakbola. Karena itu, pada waktu latihan

perlu diciptakan kondisi yang berubah-ubah agar pemain terbiasa dalam mengadaptasi

lingkungannya. Dengan demikian, proses latihan dalam metode pendekatan bermain

lebih menekankan pada fungsi teknik.

Proses latihan ditekankan pada pengetahuan pemain tentang karakteristik bola dan

kecenderungan pola permainan lawan, yaitu melalui latihan: (1) antisipasi khusus, (2)

meningkatkan kuantitas dan variasi bentuk permainan, (3) gaya melatih yang

mengembangkan pemahaman dan pemecahan masalah, serta (4) menciptakan latihan-

latihan yang mendekati dan menyerupai permainan sesungguhnya (open match play

situation). Dengan demikian, metode pendekatan bermain merupakan kerangka

konseptual tentang interaksi belajar mengajar yang disusun secara sistematis dan

dirancang untuk membantu tercapainya tujuan latihan. Adapun kerangka konseptual

disusun dan dirancang dengan kondisi lingkungan yang sulit diprediksi sebelumnya,

variabel latihan yang berubah-ubah, dan menggunakan pendekatan yang berorientasi

pada proses.

Menurut Singer (1980:223) tidak ada satu metode yang terbaik untuk semua tugas,

kecuali situasi dan kondisi variabel sekitar tempat latihan relatif mendukung. Artinya

bahwa setiap pendekatan pembelajaran dapat dipastikan memiliki kelemahan selama

diterapkan dalam proses latihan. Adapun kelemahan dan kelebihan dari praktik bermain

sebagai berikut:

Tabel 2. Kelemahan dan Kelebihan Praktik Bermain

Kelebihan Kelemahan

1. Tepat bagi pemain yang memiliki

kemampuan persepsi dan

koordinasi gerak yang baik.

2. Latihan bervariasi, sehingga

pemain tidak mengalami

kebosanan.

3. Recovery cukup, sehingga

pemain tidak mengalami

kelelahan.

4. Meningkatkan daya pikir dan

daya kreativitas pemain.

1. Kurang efisien dari segi waktu,

terutama bagi pemain yang

memiliki kemampuan koordinasi

rendah.

2. Perlu penekanan beban tugas

pada pemain, sehingga memiliki

beban latihan yang sama.

Perbedaan antara pendekatan pembelajaran dengan praktik drill dan bermain dapat

dirangkum ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Perbedaan Antara Praktik Drill dan Bermain

Proses Praktik Drill Praktik Bermain

Persepsi Lingkungan berubah-ubah dan

sulit dikendalikan.

Keadaan lingkungan stabil dan

mudah diprediksi.

Desisi Menyesuaikan dengan tugas

motorik dan tujuan yang

diinstruksikan.

Menirukan model atau sesuai

petunjuk pelatih.

Eksekusi Rangsang motorik berubah-

ubah.

Rangsang motorik tetap.

Umpan balik Berasal dari dalam diri pemain

(tergantung dari keberhasilan

pemain dalam melakukan

eksekusi).

Berasal dari pelatih atau dari

luar pemain.

Orientasi Fungsi teknik (form follow the

function).

Bentuk teknik (form pattern).

4. Pendekatan Pembelajaran Keterampilan Dribble Shooting Sepakbola Menggunakan

Praktik Drill dan Bermain

Keterampilan dapat digambarkan sebagai kualitas penampilan seseorang dalam

melakukan tugas gerak fisik. Indikator kualitas yang harus dipenuhi sebagai gerak terampil

yaitu efektif, efisien dan adaptif. Dribble shooting sepakbola merupakan kualitas

penampilan pemain dalam melakukan tugas gerak dribble shooting sepakbola. Untuk dapat

menguasai keterampilan gerak dribble shooting sepakbola dengan baik, harus melalui proses

pembelajaran.

Perlu memilih pendekatan yang tepat dan sesuai dengan tipe gerak dasar pemain,

sehingga pendekatan yang digunakan benar efektif dan efisien dalam merangsang minat

pemain untuk belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga akan berkembang secara

maksimal. Pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran bermain

sepakbola, harus dapat menimbulkan rasa senang pada pemain juga memberikan peluang

bagi pembina maupun pelatih dalam memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal

sehingga tidak ada alasan bagi pembina maupun pelatih terhambatnya proses pembelajaran

sepakbola karena faktor kurang memadainya fasilitas dan alat olahraga yang tersedia.

Pembelajaran dalam permainan sepakbola bertujuan agar pemain dapat menguasai

dribble shooting sepakbola. Menurut Sugiyanto (1998:289) bahwa, “keterampilan gerak bisa

diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas gerak tertentu dengan baik.

Semakin baik penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien”.

Gerakan keterampilan merupakan salah satu kategori gerakan dalam melakukannya

diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh secara keseluruhan atau sebagian tubuh. Gerakan

keterampilan merupakan gerakan yang memenuhi kriteria tertentu. Rusli Lutan dan Adang

Suherman (2000:56) menyatakan bahwa, tiga indikator gerak terampil yaitu: (1) efektif

artinya sesuai dengan produk yang diinginkan, (2) efisien artinya sesuai dengan proses yang

seharusnya dilakukan, (3) adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan

dimana gerak tersebut dilakukan.

Menurut Cassidy, Jones & Potrac (2004:28) bahwa melalui pengamatan yang bersifat

mendidik yang lebih baik, para pelatih maupun pembina diharapkan untuk mengembangkan

fase kognitif (pemikiran), afektif (rasa) dan psikomotor (fisik). Dalam proses belajar

penguasaan keterampilan gerak, selain unsur psikomotor yang terlibat, ada pula unsur

kognitif dan afektif. Artinya, meskipun tekanan belajarnya ialah penguasaan suatu

keterampilan olahraga, tidak berarti unsur-unsur lain seperti kognitif (misalnya pemahaman

konsep) dan afektif (misalnya peraturan serta nilai yang terkandung di dalam cabang

olahraga) diabaikan. Penguasaan suatu keterampilan tidak dapat dicapai dengan mudah,

tetapi diperlukan proses pembelajaran yang cukup panjang. Sugiyanto (1998:315)

menyatakan bahwa “proses belajar keterampilan dibagi dalam 3 fase belajar yaitu: (1) fase

kognitif, (2) fase asosiatif dan (3) fase otonom”. Penjelasan ketiga tahapan tersebut

dirangkum sebagai berikut:

1) Fase kognitif

Dalam fase ini proses belajar diawali dengan berpikir tentang gerakan yang

dipelajari, mahasiswa berusaha mengetahui dan memahami konsep gerakan yang

diberikan kepadanya baik yang bersifat verbal maupun yang bersifat visual artinya

gerakan-gerakan yang diinformasikan dengan kata-kata (yang didengar) maupun yang

diinformasikan melalui demontrasi langsung, informasi tersebut ditangkap oleh indera

yang kemudian diproses dalam mekanisme perseptual, setelah mendapatkan gambaran

tentang gerakan yang dipelajarinya diproses kembali menjadi ke dalam mekanisme

pengambilan keputusan apa yang akan diperbuat, dan kemudian diwujudkan dalam

bentuk rencana gerak dan selanjutnya diproses dalam mekanisme pengerjaan.

Tahap ini mahasiswa menerima informasi tentang konsep gerak, dan berusaha

memahami serta mencoba mengulang-ulang gerakan. Dalam usaha penerapan konsep

gerak tersebut, tidak mustahil mahasiswa banyak mengalami kesalahan, gerakan kaku,

dia meniru contoh gerakan temannya, dan hasil gerakannya tidak konsisten, namun

dengan mempraktikkan gerakan berulang-ulang gerakan demi gerakan, penguasaan

keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat memasuki fase belajar selanjutnya.

2) Fase asosiatif

Setelah tahap pertama dilalui maka belajar atau berlatih beralih ke tahap asosiatif

atau fase menengah. Pada awal tahap ini ditandai dengan pelaksanaan tugas gerak yang

dilakukan oleh mahasiswa semakin efektif dan efisien, artinya kesalahan gerakan

semakin berkurang, pelaksanaan gerakan mulai semakin halus, terkoordinir, tetapi belum

otomatis. Pelaku mulai mampu melakukan gerakan dan menyesuaikan diri dengan

gerakan kekikukan, seperti timing, kecepatan dan kekuatan gerakan. Karena itu dalam

tahap asosiatif ini siswa lebih memusatkan perhatian bagaimana melakukan pola gerak

sebaik-baiknya, dan bukan lagi mencari-cari pola gerak yang akan dilakukannya, namun

tetap melalui gerakan yang berulang-ulang, pelaksanaan gerakan semakin efisien dan

kesalahan-kesalahan semakin berkurang.

Untuk meningkatkan penguasaan gerakan yang benar perlu adanya koreksi dari

pelatih maupun pembina, orang lain atau melalui rekaman gerakan yang dilakukan

mahasiswa sehingga ia dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukannya

melalui repetisi atau pengulangan-pengulangan gerakan yang pada akhirnya mahasiswa

dapat merangkai gerakan secara terpadu.

3) Fase otomatisasi

Setelah seseorang belajar dalam suatu periode tertentu, maka pada akhirnya dia

akan sampai pada tahap otomatisasi. Artinya pelaku mulai melakukan gerak secara

otomatis karena telah latihan gerakan berulang-ulang dengan teratur dan dengan

frekuensi ulangan yang banyak dalam jangka waktu yang relatif lama. Kemampuan

kognitif mulai berkurang karena gerakan yang dilakukan telah dilakukan secara

otomatis, dan hasil gerakan lebih baik dibandingkan dengan tahap-tahap sebelumnya.

Dalam arti lain, keterampilan yang dipelajari dapat ditampilkan secara cermat dan tepat,

serta gerakannya tidak terganggu oleh kegiatan lingkungan yang terjadi secara simultan.

Belajar dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan

tingkah laku ke arah yang konsisten (menetap) sebagai pengalaman dari interaksi individu

dengan lingkungannya. Pengertian ini mengandung makna bahwa proses belajar ditunjukkan

dengan adanya usaha atau kegiatan tertentu untuk mencapai perubahan pada diri individu.

Proses belajar merupakan satu hubungan yang terus-menerus dan berkesinambungan

antara pembina maupun pelatih dengan mahasiswa. Pengalaman mahasiswa yang

merupakan hasil belajar adalah cerminan dari apa yang diajarkan oleh pembina maupun

pelatih selama proses belajar. Proses belajar memang tidak dapat diamati, tetapi hasil belajar

yang berupa penampilan gerak merupakan perilaku yang dapat diamati secara langsung.

Perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari proses belajar sifatnya relatif

permanen. Adapun yang dimaksud dengan hasil perubahan yang bersifat relatif permanen

diantaranya dalam bentuk yang antara lain mencakup hal-hal seperti pengertian, sikap,

pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan.

Belajar keterampilan motorik akan menghasilkan satu perubahan perilaku yang akan

nampak sebagai hasil, terutama pada perubahan keterampilan. Perubahan individu sebagai

hasil belajar keterampilan motorik antara lain ditandai dengan terjadinya perubahan pada

sistem syaraf dan sistem otot. Pada sistem syaraf, individu akan lebih mengenal terhadap

bentuk-bentuk stimulus yang serupa dengan yang pernah diterima selama proses belajar.

Kondisi tersebut akan memudahkan dan mempercepat individu dalam merespons setiap

stimulus yang sama atau hampir sama. Sedangkan perubahan pada sistem otot diantaranya

akan menjadi lebih kuat, tahan, dan cepat dalam merespons setiap stimulus yang berupa

gerak.

Di dalam proses pembelajaran gerak keterampilan diperlukan adanya kondisi tertentu

yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain. Ada dua jenis kondisi pada

belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal (Gagne, 1985:231).

Kondisi internal adalah kondisi yang ada pada diri mahasiswa, sedangkan kondisi eksternal

adalah kondisi yang ada pada situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu:

mengingat bagian-bagian keterampilan (recall of part-skills) dan mengingat rangkaian

pelaksanaan (recall of executing routine). Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu:

instruksi verbal, gambar, demontrasi, praktik, dan umpan balik.

Pembelajaran gerak menurut Piaget dalam Good & Brophy (1990:134) menyatakan

bahawa “Skema Sensor Motorik” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila diberikan

contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan gambaran visual dapat

menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan dan menjadi tambahan kesempatan

dalam praktik dengan umpan balik yang korektif. Latihan merupakan hal yang sangat

penting bagi peserta mahasiswa sebagai umpan balik. Umpan balik dalam belajar

keterampilan gerak bersifat internal selain umpan balik internal ini keterampilan gerak juga

menghasilkan umpan balik eksternal melalui kejadian di lingkungannya. Pada pembelajaran

keterampilan gerak penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila

mahasiswa tidak diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat

mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu tetapi tidak

efisien dan secara potensial tidak produktif.

Dengan adanya perubahan pada sistem syaraf dan sistem otot individu sebagai akibat

dari latihan, maka dalam belajar keterampilan motorik terjadinya perubahan akan lebih

permanen bila dibandingkan dengan belajar yang bukan keterampilan motorik. Artinya,

individu yang pernah belajar satu keterampilan motorik akan membekas lebih lama dari

pada belajar yang non keterampilan motorik. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Good &

Brophy (1990:52) bahwa belajar meningkatkan kemampuan untuk penampilan, perubahan

hasil belajar dapat diamati dari penampilan sebagai kesimpulan bahwa telah terjadi proses

belajar terutama belajar motorik yang peningkatannya melalui latihan. Dengan demikian

hasil belajar yang bersifat motorik (psikomotor) akan membekas lebih lama dari pada hasil

belajar yang bersifat kognitif. Sebab prinsip belajar antara lain (1) berhubungan dengan

suatu hal, (2) prosesnya aktif, (3) tergantung dari usaha dan aktivitas, dan (4) melibatkan

kemauan, intelektual, dan emosional (Annarino, Cowell & Hazelton, 1980:53).

Istilah pembelajaran selalu berkaitan dengan pengertian interaksi belajar mengajar

antara pembina dan pelatih dengan mahasiswa, sehingga dampak dari proses belajar akan

mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku pada mahasiswa. Untuk itu, dalam

pengertian pembelajaran mengandung suatu proses belajar mengajar untuk mencapai

perubahan ke arah peningkatan baik yang berupa pengetahuan, kemampuan, keterampilan,

nilai maupun sikap yang dapat menetap secara relatif permanen sebagai hasil dari latihan.

Adapun ciri-ciri proses pembelajaran, antara lain: (1) ada tujuan yang akan dicapai, (2) ada

bahan (materi) yang menjadi isi dari interaksi, (3) ada metode sebagai cara atau pendekatan

yang digunakan untuk mencapai tujuan, (4) ada situasi yang memungkinkan proses belajar

mengajar berlangsung dengan baik, dan (5) ada evaluasi terhadap proses dan hasil belajar

(Sardiman, 2001:54).

Menurut Nana Sudjana (2000:25) bahwa hakikat belajar mengajar adalah peristiwa

belajar yang terjadi pada mahasiswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar

yang diatur oleh pembina. Asumsi yang melandasi hakikat belajar mengajar tersebut adalah:

(a) proses belajar mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang

tepat, (b) program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, (c)

proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan

kegiatan belajar, (d) pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian

fungsional antara teori dan praktik serta materi penyampaiannya, (e) pembentukan

kompetensi profesional memerlukan pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas

sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan

aktual, (f) kriteria keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian

penguasaan kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.

Pembelajaran dalam permainan sepakbola bertujuan agar mahasiswa dapat menguasai

dribble shooting sepakbola. Menurut Sugiyanto (1997:289) bahwa, “keterampilan gerak bisa

diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas gerak tertentu dengan baik.

Semakin baik penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien”.

Gerakan keterampilan merupakan salah satu kategori gerakan dalam melakukannya

diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh secara keseluruhan atau sebagian tubuh. Gerakan

keterampilan merupakan gerakan yang memenuhi kriteria tertentu. Adang Suherman

(2000:56) menyatakan bahwa, tiga indikator gerak terampil yaitu: (1) efektif artinya sesuai

dengan produk yang diinginkan, (2) efisien artinya sesuai dengan proses yang seharusnya

dilakukan, (3) adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana gerak

tersebut dilakukan.

Menurut Sage dalam Pate, McClenaghan & Rotella (1993:203), bahwa “Gerakan

refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang mengirimkan suatu tanda

sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut-serabut otot”. Biasanya, gerakan-gerakan

ini dikendalikan pada tingkat jaringan syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai

peranan penting dalam olahraga. Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali

yang cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang makin

bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian memperoleh kekuatan untuk

membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar bergerak. Selama penampilan gerakan

sederhana yang terpisah, anak mulai mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima

sensoris dengan penampilan gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan

tingkah laku gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk

menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk menghasilkan

respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal masa anak-anak usia 2-8

tahun ditunjukkan oleh pencapaian dan perkembangan yang cepat dari kemampuan gerak

yang semakin kompleks. Pengembangan gerak selama dua tingkatan pertama sangat

tergantung pada proses kematangan sebagai akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu

tergantung pada pengalaman anak-anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai

peralihan yang cepat dari perkembangan yang berdasarkan pada kematangan menuju suatu

proses yang sangat tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak.

Keterampilan dapat digambarkan sebagai kualitas penampilan seseorang dalam

melakukan tugas gerak fisik. Indikator kualitas yang harus dipenuhi sebagai gerak terampil

yaitu efektif, efisien dan adaptif. Dribble shooting sepakbola merupakan kualitas

penampilan pemain dalam melakukan tugas gerak dribble shooting sepakbola. Untuk dapat

menguasai keterampilan gerak dribble shooting sepakbola dengan baik, harus melalui proses

pembelajaran.

Perlu memilih pendekatan yang tepat dan sesuai dengan tipe gerak dasar mahasiswa,

sehingga pendekatan yang digunakan benar efektif dan efisien dalam merangsang minat

mahasiswa untuk belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga akan berkembang

secara makimal. Pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran bermain

sepakbola, harus dapat menimbulkan rasa senang pada mahasiswa juga memberikan peluang

bagi pembina maupun pelatih dalam memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal

sehingga tidak ada alasan bagi pembina maupun pelatih terhambatnya proses pembelajaran

sepakbola karena faktor kurang memadainya fasilitas dan alat olahraga yang tersedia.

Jenis pendekatan pembelajaran yang juga dapat digunakan untuk pembelajaran dribble

shooting sepakbola, diantaranya yaitu praktik drill dan praktik bermain. Pada penelitian ini

akan dibahas secara lebih lanjut mengenai pembelajaran keterampilan dengan praktik drill

dan praktik bermain.

a. Pendekatan Pembelajaran Drill Untuk Keterampilan Dribble Shooting Sepakbola

Pelaksanaan pembelajaran seorang mahasiswa harus melakukan pengulangan

gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Semakin sering atau semakin banyak

mengulang-ulang gerakan yang dipelajari maka akan terjadi otomatisasi gerakan yang

efektif dan efisien.

Pengaturan giliran praktik dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor

penting untuk meningkatkan penguasaan gerakan keterampilan. Dengan keterampilan

yang telah dimilikinya menjadi lebih baik dan otomatis. Oleh karena itu seorang pelatih

maupun pembina harus cermat dan tepat dalam menerapkan program pembelajaran.

Praktik drill merupakan pendekatan pembelajaran yang pelaksanaannya dengan

cara memberikan feeding (umpan) bola sebanyak mungkin pada anak latih, untuk

selanjutnya ditendang ke sasaran. Dalam hal ini mahasiswa melakukan gerakan sesuai

dengan instruksi dari pelatih maupun pembina dengan cara memberikan feeding

(umpan) bola sebanyak mungkin pada anak latih, untuk selanjutnya ditendang ke

sasaran.

Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus menerus sampai batas

waktu yang ditentukan adalah ciri dari praktik drill. Pembelajaran yang dilakukan

secara terus menerus sampai batas waktu yang ditentukan akan berpengaruh terhadap

kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya

rangsang cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik di dalam tubuh. Junusul

Hairy (1989:203) menyatakan bahwa “latihan terus menerus dapat mempertinggi

kapasitas aerobik, karena bentuk latihan tersebut memberikan pembebanan yang cukup

berat terhadap sistem aerobik, sehingga dipergunakan untuk meningkatkan kesegaran

aerobik”. Pendapat lain dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifudin (1996:142),

“Metode terus menerus dapat meningkatkan daya tahan keseluruhan dan peningkatan

perlawanan terhadap kelelahan”.

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa, pendekatan pembelajaran

praktik drill pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan.

Disamping itu juga dengan latihan secara terus menerus akan meningkatkan

kemampuan mengontrol gerakan pada waktu melakukan pembelajaran dan akan

merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk

membantu mencapai prestasi yang lebih baik.

1) Pelaksanaan pembelajaran keterampilan dribble shooting sepakbola dengan praktik

drill

Pelaksanan dribble shooting sepakbola dengan pendekatan pembelajaran

praktik drill yaitu mahasiswa diintruksikan melakukan keterampilan dribble

shooting sepakbola secara berulang–ulang dan terus menerus sampai batas waktu

yang ditentukan. Mahasiswa tidak diberi kesempatan untuk istirahat sampai batas

waktu yang telah dijadualkan.

Dengan melakukan gerakan yang berulang–ulang dan terus menerus sampai

batas waktu yang ditentukan maka dengan sendirinya akan terjadi perbaikan kualitas

sistem syaraf, yang mengarah pada perbaikan pola gerakan keterampilan dribble

shooting sepakbola. Seperti yang dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip

Syarifudin (1996:142) menyatakan ”Metode terus menerus meningkatkan self

control atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang melelahkan, dan

kemampuan untuk merangsang kelompok otot yang memegang peranan penting

dalam pelaksanaan cabang olahraga”.

2) Sistem memori dalam pendekatan pembelajaran praktik drill

Pendekatan pembelajaran praktik drill merupakan bentuk pembelajaran yang

dilakukan secara terus menerus sampai batas waktu yang ditentukan. Dalam hai ini

mahasiswa melakukan keterampilan sepakbola secara terus menerus sesuai dengan

program yang telah dijadualkan. Dengan melakukan keterampilan sepakbola secara

berulang-ulang, maka akan menguatkan respon.

Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, pembelajaran dribble

shooting sepakbola dengan praktik drill termasuk sistem memori jangka panjang

atau long term memory. Dalam hal ini Rusli Lutan (1988:170) berpendapat bahwa :

Tujuan latihan teknik dalam olahraga ialah untuk menguasai

keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktu

tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan konsep memori jangka panjang, karena

dalam banyak hal pengembangan memori jangka panjang merupakan tujuan

akhir dari proses mengajar atau belajar dalam keterampilan motorik. Dalam

keadaan informasi itu melekat, maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu

melemah yang berarti informasi dalam jagka panjang itu semakin hilang.

Selain itu, dengan latihan atau pengulangan maka semakin meningkat jumlah

asosiasi dalam informasi yang telah dipelajari (misalnya semakin meningkat

kebermaknaannya).

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran dribble

shooting sepakbola yang dilakukan secara terus menerus sampai batas waktu yang

ditentukan, maka suatu keterampilan akan dikuasai dengan baik. Keterampilan yang

dilakukan secara terus menerus akan tersimpan di dalam memori, sehingga

mahasiswa akan memiliki konsep gerakan dribble shooting sepakbola yang

konsisten. Pada waktu lain, keterampilan yang dikuasai tidak akan mudah hilang.

Jika tidak ditunjang dengan latihan lambat laun keterampilan yang dimiliki akan

menurun.

b. Pendekatan Pembelajaran Bermain Untuk Keterampilan Dribble Shooting

Sepakbola

Pendekatan pembelajaran praktik bermain merupakan bentuk pembelajaran yang

lebih menekankan pada fungsi teknik. Pendekatan pembelajaran praktik bermain

merupakan kerangka konseptual tentang interaksi belajar mengajar yang disusun secara

sistematis dan dirancang untuk membantu tercapainya tujuan latihan.

1) Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Dribble Shooting Sepakbola dengan

Pendekatan Praktik Bermain

Pendekatan pembelajaran praktik bermain dapat juga diterapkan untuk

meningkatkan keterampilan dribble shooting sepakbola. Di dalam pelaksanaannya,

yaitu mahasiswa melakukan gerakan keterampilan dribble shooting sepakbola

dalam memainkan dan menembakkan bola ke arah gawang lawan dalam berbagai

posisi dan semua situasi dan kondisi permainan dengan cepat, tepat, cermat, dan

sistematik agar tidak membuang energi dan waktu sesuai dengan harapan yang

diinginkan instruksi dari pelatih maupun pembina sehingga akan tumbuh pemain

yang berkepribadian, sportif, memiliki moral, kepercayaan diri dan keberanian

dalam permainannya.

Menurut Luxbacher (2004:1) “Pengembangan keterampilan bermain pada

dasarnya dapat dilakukan melalui jenis permainan yang memanfaatkan sebuah bola

atau lebih”. Bagi seorang pemain sepakbola akan mampu melakukan taktik

permainan, mampu membaca permainan lawan, dan mampu mengikuti

perkembangan teknik dengan baik. Pelatih maupun pembina dapat memberikan

koreksi, dan dapat digunakan untuk relaksasi. Dengan demikian kondisi mahasiswa

akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati kesalahan pada saat

melakukan permainan sepakbola, sehingga pada kesempatan berikutnya kesalahan

tersebut tidak diulangi lagi.

2) Sistem Memori dalam Pendekatan Pembelajaran Praktik Bermain

Pendekatan pembelajaran praktik bermain merupakan bentuk pembelajaran

yang dilakukan sesuai dengan situasi permainan yang sebenarnya, karena situasi

sesungguhnya sangat baik untuk perkembangan keterampilan gerak.

Pembelajaran dribble shooting sepakbola dengan pendekatan pembelajaran

praktik bermain termasuk sistem memori jangka pendek atau short term memory.

Short term memory merupakan suatu pemrosesan informasi yang diterima dalam

waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula karena lamanya waktu. Menurut

hasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli Lutan (1988:164) bahwa: (1)

Penyimpanan sensori jangka pendek mampu untuk menyimpan semua informasi

yang dihadirkan ke dalamnya (karena subjek dapat mengingatkan kembali huruf

jika suara dibunyikan dengan segera). (2) Penyimpanan sensori jangka pendek itu

kehilangan informasi dengan cepat seiring dengan lamanya waktu.

Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pendekatan

pembelajaran dribble shooting sepakbola dengan praktik bermain yaitu mahasiswa

akan mengingat gerakan sepakbola pada saat melakukan gerakan tersebut.

5. Koordinasi Mata-Kaki

Koordinasi mata-kaki merupakan salah satu kemampuan fisik yang sangat berpengaruh

dalam permainan sepakbola. Banyak gerakan-gerakan dalam sepakbola yang memerlukan

koordinasi dan salah satu koordinasi tersebut adalah koordinasi mata-kaki. Koordinasi tersebut

merupakan dasar untuk mencapai suatu keterampilan yang tinggi dalam bermain sepakbola.

Menurut Suharno HP (1993:61) “koordinasi adalah kemampuan pemain untuk merangkaikan

beberapa unsur gerak menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras”. Selanjutnya Mochamad

Sajoto (1995:17) bahwa “koordinasi adalah kemampuan pemain untuk merangkaikan beberapa

gerakan ke dalam satu pola gerakan yang selaras dan efektif sesuai dengan tujuannya”. Dari

uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa koordinasi mata-kaki adalah kemampuan pemain

dalam mengintegrasikan antara mata (pandangan) dengan gerakan kaki secara efektif.

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi Mata-Kaki

Faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi menurut Suharno HP (1993:62)

antara lain:

1. Pengaturan syaraf pusat dan tepi. Hal ini berdasar pembawaan pemain dan hasil dari

latihan-latihan.

2. Tergantung tonus dan elaktisitas otot yang melakukan gerakan.

3. Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan pemain.

4. Baik dan tidaknya koordinasi kerja syaraf, otot dan indera.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa kemampuan koordinasi

seorang pemain dipengaruhi oleh pembawaan dan unsur-unsur kondisi fisik seperti

kelincahan, kelentukan, keseimbangan. Dengan demikian latihan untuk mengembangkan

unsur-unsur kondisi fisik tersebut, secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan

koordinasi pula.

Hal penting yang berpengaruh terhadap kemampuan koordinasi adalah latihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan koordinasi tersebut dapat diciptakan dan

diupayakan melalui latihan secara sistematis, teratur dan kontinyu. Dengan latihan yang

dilakukan secara berulang-ulang gerakan yang memerlukan koordinasi akan dapat

dilakukan dengan mudah bahkan dapat menjadi gerakan yang otomatis. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hamidsyah Noer (1996:8) “dengan pengulangan suatu gerakan yang

dilakukan secara terus menerus maka akhirnya gerakan tersebut menjadi gerakan yang

otomatis”. Menurut pendapat Harsono (1988:102) yaitu:

“Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan

(repetition) yang konstan maka organisasi-organisasi, mekanisme neuro

physiologis kita akan bertambah baik, gerakan-gerakan yang semula sukar

dilakukan lama kelamaan akan menjadi gerakan yang otomatis dan reflektif, yang

makin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf sebelum melakukan

latihan-latihan”.

b. Hakikat Koordinasi Mata-Kaki

Inti dari aktivitas olahraga adalah gerak manusia itu sendiri. pemain bergerak untuk

melempar, berlari, menendang, menggiring. Tetapi gerak manusia dalam olahraga

merupakan gerak yang dilakukan secara terencana dan terorganisir. Pelaksanaan gerak

secara efektif dan efisien hanya dimungkinkan bila gerakan-gerakan dilakukan dapat

dikoordinir dengan baik.

Tingkat koordinasi pemain tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu

gerakan secara mulus, tepat dan efisien (Harsono, 1988:220). Seorang pemain dengan

koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara

sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan yang masih

baru baginya. Dia juga dapat mengubah dan berpindah secara cepat.

Dari pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efisien. Keterampilannya

sendiri bisa melibatkan koordinasi mata-kaki (foot eye coordination). Koordinasi mata-

kaki berkaitan dengan proses informasi untuk menghasilkan suatu gerakan. Infomasi

yang diperoleh sebagai stimulus melalui mata, kemudian direspon dan diproses

menghasilkan suatu gerakan berdasarkan informasi yang pada akhirnya menghasilkan

suatu gerakan kaki.

c. Peranan Koordinasi Mata-Kaki Terhadap Dribble Shooting Sepakbola

Dalam permainan sepakbola, koordinasi mata-kaki diperlukan karena akan sangat

menunjang untuk menguasai jalannya permainan, koordinasi mata-kaki merupakan dasar

untuk mencapai keterampilan yang tinggi dalam menendang, mengontrol dan menggiring

bola.

Dribble shooting sepakbola merupakan gerakan yang cukup komplek karena

dribble shooting sepakbola merupakan gabungan dari berbagai unsur seperti gerakan

berlari, mengontrol, menyentuh bola serta melihat situasi di lapangan. Dribble shooting

sepakbola merupakan kemampuan menggiring dan menembak bola ke gawang dengan

kaki. Pemain juga dituntut untuk mengintegrasikan gerakan mendorong, mengontrol,

menggiring dan menembak bola ke arah gawang serta harus memiliki koordinasi mata-

kaki yang baik. Dengan mempunyai koordinasi mata-kaki yang baik, maka seorang

pemain akan dapat melakukan dribble shooting sepakbola dengan baik pula.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai pendekatan pembelajaran sudah banyak dilakukan, beberapa hasil

temuan penelitian yang menarik dan memiliki relevansi yang dekat dengan penelitian ini, akan

diungkap kembali sebagai berikut:

1. Suharta, A. (1997) meneliti tentang pengaruh pendekatan mengajar dan kemampuan awal

terhadap hasil belajar servis bolavoli, yang menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki

kemampuan awal tinggi lebih tepat dipakai dengan pendekatan mengajar langsung.

Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah lebih tepat dipakai dengan

pendekatan mengajar tidak langsung dalam belajar servis bolavoli.

2. Samijo, E.R. (2007) meneliti tentang perbedaan pengaruh metode mengajar dan koordinasi

mata-tangan terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli mini, yang menyimpulkan

bahwa ada perbedaan pengaruh antara metode mengajar dan koordinasi mata-tangan terhadap

keterampilan teknik dasar bermain bolavoli mini.

3. Sugiyono (2007) meneliti tentang perbedaan pengaruh strategi pembelajaran dan kemampuan

motorik terhadap hasil jump shot bolabasket, yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh

strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung, kemampuan motorik terhadap hasil jump

shot bolabasket.

4. M. Furqon H. (1991) menyatakan bahwa, metode latihan lari cepat akselerasi (acceleration

sprint) dan lari cepat hollow (hollow sprint) berpengaruh terhadap kecepatan lari. Metode

latihan lari cepat hollow (hollow sprint) memiliki pengaruh yang lebih baik dan pada lari

cepat akselerasi (acceleration sprint) terhadap peningkatan prestasi lari cepat. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa acceleration sprint cukup efektif untuk

meningkatkan kecepatan lari.

5. Pomo Warih Adi (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat kemampuan gerak

dasar berpengaruh terhadap hasil pembelajaran keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.

Siswa yang memiliki tingkat kemampuan gerak dasar tinggi memiliki peningkatan hasil

pembelajaran keterampilan teknik dasar bermain sepakbola yang lebik baik dibandingkan

siswa yang memiliki tingkat kemampuan gerak dasar rendah.

C. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan pengaruh antara praktik drill dan praktik bermain terhadap peningkatan

dribble shooting sepakbola.

Penyampaian suatu materi perkuliahan dengan pendekatan yang berbeda akan

memungkinkan hasil yang tidak sama. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan mahasiswa

secara fisik dan mental yang berbeda pula sehingga motivasi belajar yang ditimbulkan juga

tidak sama. Pada praktik drill, latihan yang diberikan berorientasi pada kemampuan

penguasaan teknik dribble shooting sepakbola. Artinya, bahwa penekanan latihan cenderung

pada peningkatan kemampuan menggiring dan menendang bola secara terus menerus pada

setiap sesi latihan sampai batas waktu yang ditetapkan. Keuntungan dari praktik drill adalah

mahasiswa dapat meningkatkan otomatisasi gerak dengan cepat, sedangkan kelemahan dari

praktik drill adalah memungkinkan mahasiswa mengalami kebosanan sebagai akibat dari

kelelahan selama latihan berlangsung.

Sedangkan praktik bermain pada pengaplikasian di lapangan, terutama pada penekanan

secara fisik dan mental. Kelebihan praktik bermain adalah peluang untuk pengayaan

keterampilan gerak teknik yang dilatihkan pada mahasiswa akan lebih mudah adaptasi pada

situasi permainan sepakbola yang sebenarnya. Pada praktik bermain, latihan yang diberikan

berorientasi pada penerapan teknik dribble shooting sepakbola. Dengan demikian,

mahasiswa langsung dapat mengembangkan teknik yang diajarkan sesuai dengan

lingkungan permainan.

Dari uraian di atas dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang ada pada

masing-masing pendekatan pembelajaran, maka dapat diduga bahwa antara praktik drill dan

praktik bermain akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap dribble shooting

sepakbola.

2. Perbedaan peningkatan dribble shooting sepakbola antara mahasiswa yang memiliki

koordinasi mata-kaki baik, sedang dan kurang.

Koordinasi adalah kemampuan mahasiswa untuk merangkaikan beberapa unsur gerak

menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras dan dapat disebut juga sebagai bagian penting

dari semua gerakan aktivitas olahraga. Koordinasi mata-kaki yang dimiliki oleh setiap

mahasiswa tidak semuanya sama, ada yang baik, sedang dan ada pula yang kurang. Baik,

sedang dan kurangnya koordinasi mata-kaki yang dimiliki oleh seorang mahasiswa tentunya

akan berpengaruh terhadap keterampilan pemain yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan

koordinasi mata-kaki merupakan salah satu unsur yang dominan dalam gerakan-gerakan

yang memerlukan tingkat eksplosifitas tinggi.

Dari uraian tersebut di atas, dapat diduga bahwa perbedaan koordinasi mata-kaki yang

baik, sedang dan kurang dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan

dribble shooting sepakbola.

3. Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-kaki

terhadap peningkatan dribble shooting sepakbola.

Peningkatan dribble shooting sepakbola yaitu peningkatan menggiring dan menembak

bola ke arah gawang terhadap permainan sepakbola yang ditekuni dengan hasil yang baik.

Dalam melatih dan meningkatkan dribble shooting sepakbola, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, salah satu diantaranya adalah penerapan pendekatan pembelajaran.

Kecermatan dan ketepatan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran merupakan faktor

yang sangat penting untuk memperoleh peningkatan dribble shooting sepakbola yang lebih

baik, maka latihan yang diterapkan harus mempunyai ciri-ciri latihan eksplosif power.

Latihan eksplosifitas dapat memperbaiki kecepatan, pengembangan tenaga dan keduanya itu

sangat diperlukan untuk menunjang prestasi yang lebih baik. Hal ini dapat membawa

pemikiran bahwa perlunya pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk

meningkatkan dribble shooting sepakbola yang tentunya disesuaikan dengan koordinasi

mata-kaki mahasiswa.

Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan dribble shooting

sepakbola mahasiswa diantaranya adalah praktik drill dan praktik bermain. Kedua macam

bentuk pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif dan variasi latihan

untuk mengembangkan dan meningkatkan dribble shooting sepakbola.

Bagi mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki yang kurang penerapan praktik

drill kurang menguntungkan. Koordinasi mata-kaki yang kurang, mahasiswa akan sulit

beradaptasi dengan membutuhkan koordinasi mata-kaki yang baik. Praktik bermain lebih

tepat digunakan bagi mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki yang kurang untuk

menguasai dribble shooting sepakbola. Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diduga

terdapat hubungan antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-kaki terhadap

peningkatan dribble shooting sepakbola.

D. Pengajuan Hipotesis

Bertolak pada kerangka pemikiran yang mengacu pada jawaban sementara, maka

hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh antara praktik drill dan praktik bermain terhadap peningkatan

dribble shooting sepakbola.

2. Ada perbedaan peningkatan dribble shooting sepakbola antara mahasiswa yang memiliki

koordinasi mata-kaki baik, sedang dan kurang.

3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-kaki terhadap

peningkatan dribble shooting sepakbola.