bab ii kajian pustaka, kerangka teori dan hipotesis a
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan kini sedang
marak-maraknya dilakukan. Pada masa sekarang keberhasilan institusi ditentukan
oleh adanya perhatian terhadap lingkungan sosial sekitar. Artinya bahwa perhatian
masyarakat terhadap perusahaan juga dari bagaimana perusahaan mengelola
tanggung jawab sosial terhadap komunitas sekitarnya, sehingga terciptanya
hubungan yang baik. Seorang humas memiliki tanngung jawab untuk memikirkan
kegiatanyang dapat berguna bagi masyarakat sehinnga timbul respon yang positif
mengenai perusahaan yang dinaunginya.
Peneliti mendapatkan beberapa referensi jurnal yang digunakan untuk
mendukung penelitian. Penelitian mengenai hubungan kegiatan CSR terhadap
image / citra oleh perusahaan tertentu dan terhadap suatu masyarakat tertentu
sudah pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa. Untuk mengetahui serta
membandingkan isi dan analisinya maka penulis akan memaparkan ringkasan
penelitian sejenis yang terdahulu.
Pada penelitian Dyah Sari Dewanti dengan judul Hubungan Kegiatan CSR
PT. Sinar Sosro Dalam Memelihara Lingkungan Bersih dan Sehat di Desa
Kaliurang Kecamatan Bekasi Utara. Dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui sejauh mana efektivitas kegiatan CSR PT. Sinar Sosro dalam
12
meningkatkan kebersihan lingkungan di Desa Kaliurang Kecamatan Bekasi
Utara, guna mencapai lingkungan yang sehat terhadap masyarakatnya. Dibalik
kegiatan sosial ini ada bagian yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam
menumbuhkan citra positif terhadap perusahaan, biasanya citra perusahaan ini
akan tumbuh dengan jangka waktu yang panjang. Maka itu dapat disimpulkan
bahwa hasil dari suatu hubungan kegiatan CSR ( kegiatan sosial) PT. Sinar Sosro
akan menghasilkan tolak ukur dari efektivitas kegiatan yang telah dilakukan baik
dari pihak masyarakat yang dituju ataupun untuk perusahaan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah triple bottom line yang
terdiri dari profit, people, planet. Tetapi unsur yang diangkat lebih pada planet
karena berhubungan dengan lingkungan dan kebersihan Desa Kaliurang. Teori
yang digunakan sama dengan peneliti, tetapi yang menjadi perbedaan adalah
ketiga aspek dari teori triple bottom line diangkat untuk dikaitkan dengan brand
image dari perusahaan penyelennggara kegiatan CSR. Metedologi penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengambilan samplenya adalah teknik
Purposive Sampling yang merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan
anggota sample dipilih secara khusus berdasarkan penelitian. Dari hasil penelitian
Hubungan Kegiatan CSR PT. Sinar Sosro Dalam Memelihara Lingkungan Bersih
dan Sehat di Desa Kaliurang Kecamatan Bekasi Utara,secara konstan dikatakan
cukup berhasil sesuai dengan hasil dari kuesioner yang disebarkan.
Perbedaan spesifik dari penelitian yang Dyah Sari Dewanti dengan penelitian
yang saya lakukan adalah tepat pada metodelogi yang digunakan serta tujuan
13
penelitian. Metodelogi yang dipakai dalam penelitian ini, penulis menggunankan
teknik random sampling yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu. Dalam penelitian ini terdapat analasis untuk
mengetahui seberapa kuat hubungan kegiatan Corporate Social Responsibility
(CSR) dengan lingkup pada satu kegiatan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk
yaitu Indofood Peduli, dan tidak hanya melihat hasil dari brand image PT
Indofood Sukses Makmur Tbk tetapi juga menerapkan hubungan kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR) serta untuk mengetahui bagaimana
tanggapan dari warga Perumahan Ciledung Indah 1 Tangerang.
Pada penelitian dari Lautiary Eka penilitian yang berjudul Hubungan Antara
Citra Merek ( Brand Image) Operator Seluler Indosat dengan Loyalitas Merek
(Brand Loyality) Pada Mahasiswa Pengguna Telepon Seluler di Universitas
Diponegoro Fakultas Ekonomi Semarang. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini
adalah untuk melihat hubungan antara citra merek operator seluler dengan
loyalitas merek pada mahasiswa pengguna telepon seluler di Fakultas Ekonomi
Reguler Universitas Diponegoro Semarang. Sampel pada penelitian ini berjumlah
214 mahasiswa yang terbagi dalam empat tahun angkatan. Pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Dalam
penulisan ini teori yang dipakai adalah tingkatan merek untuk mengetahui
seberapa besar peran Indosat memberikan pelayanannya terhadap konsumennya
terutama para mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas Ekonomi Semarang
apakah sudah baik atau tidak. Untuk menguatkan citra merek ini terhadap
14
loyalitas merek dengan menggunakan skala loyalitas merek yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kesetiaan mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas
Ekonomi Semarang.
Perbedaan spesifik dari penelitian yang Lautiary Eka dengan penelitian yang
saya lakukan adalah tepat pada metodelogi yang digunakan serta tujuan penelitian.
Metodelogi yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel yang dapat
dilakukan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proposional. Sedangkan penulis menggunankan teknik random
sampling yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Dalam penelitian Lautiary Eka pada bagian Brand Image teori yang
dipakai adalah tingkatan merek sama seperti pada penulis yang analisis tetapi
letak perbedaannya pada kelanjutan dari Brand Image menuju Brand Loyality
dalam penelitian terdahulu lebih dijelaskan secara mendalam antara proses nama
merek diterima sampai dengan tahap hasil yang di dapatkan apakah kesetian atau
loyality itu muncul atau tidak.
Selain itu dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui
seberapa kuat hubungan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
lingkup pada satu kegiatan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu Indofood
Peduli serta melihat hasil dari brand image yang dilakukan PT Indofood Sukses
Makmur Tbk tetapi juga menerapkan hubungan kegiatan Corporate Social
15
Responsibility (CSR) serta untuk mengetahui bagaimana tanggapan dari warga
Perumahan Ciledung Indah 1 Tangerang.
B. Kerangka Teori
Dalam penulisan ini teori yang digunakan adalah sebagai keterkaitan dengan
permasalahan yang diangkat. Teori ini sudah relevan sehingga dapat menjawab
pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah. Teori yang diangkat dalam
penulisan ini adalah Teori CSR dan Teori Pembentukan Citra. Kedua teori ini
sangat berkaitan dengan kolerasi judul yakni antara hubungan kegiatan CSR
dengan brand image PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dikalangan warga
Perumahan Ciledug Indah 1 Tangerang.
2.1 Teori Umum
2.1.1. Definisi Public Relations
Menurut Cutlip, Center, & Broom (2006:6 )Public Relations adalah fungsi
manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan
bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi tersebut
Menurut The Institute of Public Relations, Public Relations Nova (2011:45)
adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan
saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Public Relations adalah
sebuah fungsi manajemen komunikasi dalam perusahaan yang bertugas
16
membangun dan mempertahankan hubungan baik antara perusahaan dan khalayak
maupun perusahaan kepada karyawannya sehingga menghasilkan kerjasama yang
lebih produktif yang bersifat berkesinambungan dan terencana guna membentuk
citra perusahaan.
2.1.2. Fungsi dan Tugas Public Relations
Fungsi utama PR menurut Nova, 2011:49 adalah menumbuhkan dan
mengembangkan hubungan baik antara perusahaan dan publiknya dengan cara
menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim
politik yang menguntungkan bagi perusahaan. Dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, PR harus berdasarkan kejujuran dan etika.
Menurut Rumanti ada empat tugas pokok dari PR yaitu:
1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi
secara lisan, tertulis, melalui gambar kepada publik, supaya publik
mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi.
2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum
atau masyarakat.
3. Memperbaiki citra organisasi.
4. Tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility).
Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa Public Relations harus
memperhatikan kepentingan publiknya agar mendapatkan kesadaran
publik akan keberadaan perusahaan. PR harus menghubungkan antara
17
kepentingan publik dan kepentingan perusahaan dalam merencanakan dan
melaksanakan sebuah event yang ditujukan kepada masyarakat
perusahaan tersebut baik masyarakat internal (karyawan perusahaaan dan
keluarga) dan masyarakat eksternal (lingkungan sekitar atau masyarakat
luas), Selain itu PR juga harus bisa mengkomunikasikan event tersebut
dengan baik agar mendapatkan pengertian yang sama antara publik yang
menjadi target sasarannya serta membentuk atau bahkan memperbaiki
citra perusahaan dimata publiknya.
2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial
Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi CSR, teori CSR, bentuk
program CSR, manfaat penerapan CSR bagi perusahaan, dan langkah-langkah
melaksanakan Program CSR
2.2.1. Definisi CSR
Definisi CSR menurut Nor Hadi (2011:46) menyatakan bahwa CSR atau
Tanggung Jawab Sosial merupakan sebuah bentuk komitmen perusahaan dalam
berkontribusi membangun perekonomian perusahaan yang diimbangi dengan
melakukan kegiatan etis yang dapat meningkatkan kualitas hidup dari pekerja atau
karyawan beserta keluarganya agar setaraf dengan komunitas lokal dan
masyarakat secara luas .
CSR menurut Kotler & Nancy (2005:4) yaitu “Corporate Social
Responsibility is the company's commitment to improving the welfare of the
18
community through good business practices and contribute some corporate
resources”.
Berdasarkan terjemahan dari peneliti, pengertian yang dinyatakan oleh Kotler
dan Nancy adalah sebuah bentuk komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan komunitas yang diterapkan dan diwujudkan melalui kegiatan
praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya
perusahaan.
Berdasarkan pada beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa
Corporate Social Responsibility adalah bentuk komitmen perusahaan yang
bersifat jangka panjang dalam mengelola praktik bisnisnya yang berorientasi
positif serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat internal maupun eksternal
melalui kegiatan seperti peduli lingkungan
2.2.2. Teori CSR
Istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dipopulerkan oleh Jhon
Elkington, (1997) dalam Wibisono (2007: 32). melalui bukunya “Cannibal with
Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Business”. Elkington
mengembangkan konsep Triple Bottom Line dalam istilah economic prosperity,
environmental qualitydan social justice. Definisi dari CSR, pertama dalam
Pemerintah Inggris, dikatakan ”Voluntary action that bussines can take over and
above compliance with minimum requirement,”. Inti dari CSR adalah
dijalankan beyond compliance to law (melampui kepatuhan terhadap hukum).
19
Melalui buku tersebut, Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang
ingin berkelanjutan, haruslah memperhatikan “3P”. Selain mengejar profit,
perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan
masyarakat (people) dan turut berkonstribusi aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet).
Gambar 2.1 Tripple Bottom Lines CRM
Dalam buku karangan Yusuf wibisono (2007:46) terdapat 3P konsep CSR
semakin berkembang, dan dengan berkembangnya konsep CSR tersebut maka
banyak teori yang muncul yang diungkapkan mengenai CSR ini. Salah satu yang
terkenal adalah teori triple bottom line dimana teori ini memberi pandangan
bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya,
20
maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar
keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada
pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan (planet)
a). Profit (Keuntungan)
Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap
kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam
perusahaan adalah mengejar profit dan mendongkrak harga saham setinggi-
tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial
terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk
mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan
melakukan efiisensi biaya.Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan
memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi
aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan
efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan menggunakan material sehemat
mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.
b.) People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)
People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi
perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan,
kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan
21
perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat. Dan perlu juga disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi
memberi dampak kepada masyarakat. Karena itu perusahaan perlu untuk
melakukan berbagai kegiatan yang dapat menyentuh kebutuhan masyarakat.
Kegiatan CSR di dalam PT Indofood Sukses Makmur memang sudah ada sejak
lama dan sudah dikenal oleh masyarakat. Pada kegiatan Indofood Peduli
masyarakat yang dituju dalam penelitian ini adalah warga Perumahan Ciledug
Indah 1 Tangerang.
c). Planet (Lingkungan)
Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
dalam kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang
diminum, udara yang dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya
berasal dari lingkungan. Namun sebagaian besar dari manusia masih kurang
peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada
keuntungan langsung yang bisa diambil didalamnya.
Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal
yang wajar. Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan
bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya
apapun untuk melestarikan lingkungan. Dalam kegiatan Indofood Peduli ini
bertujuan untuk membantu mereka yang terkena musibah banjir tetapi dalam
22
lingkup lingkungan disini juga memperhatikan sisi lingkungan daerah yang
terkena banjir. Dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan memperoleh
keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping
ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya.
Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi diharapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang
direfleksikan dalam kondisi financial-nya saja, namun juga harus memperhatikan
aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak hanya pada single bottle lines yaitu, nilai perusahaan
(corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja,
tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu
berupa: finansial, sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup
menjamin nilai perusahaan tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan
(sustainable development). Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila
korporasi juga turut memperhatikan demensi sosial dan lingkungan hidup. Konsep
CSR tampaknya dapat memberikan suatu perubahan yang baru dalam dunia
bisnis, namun tidak sedikit pendapat yang meragukannya. Banyak orang
berpendapat bahwa sebuah perusahaan yang kini telah meninggalkan konsep one
line reporting dan mulai menggunakan tripple line reposrting harus diwaspadai
dengan ketat karena CSR pada saat itu merupakan suatu trend yang mungkin saja
diikuti perusahaan hanya untuk meningkatkan daya saingnya. CSR dipandang
hanyalah dalih perusahaan untuk menunjukkan citra baik ke publik sehingga
23
beberapa tindakan kotor dalam perusahaan dapat tertutupi oleh kegiatan CSR.
Namun, terlepas dari upaya pencitraan melalui CSR, perusahaan memang
seharusnya tetap giat menyelenggarakan kegiatan CSR sebagai langkah pastinya
dalam bertanggungjawab atas keuntungan yang ia dapatkan dari lingkungan
sosialnya. Pelaksanaan CSR yang baik dan tulus dari perusahaan akan tentunya
dapat menciptakan suatu perkembangan yang terus-menerus bagi perusahaan dan
tentunya tidak merugikan pihak sosial di sekitar perusahaan tersebut.
2.2.3. Bentuk Program CSR
Menurut Kotler dan Lee (2005:23) ada enam bentuk program yang dijalankan
oleh perusahaan untuk mendukung masalah-masalah sosial dan memenuhi
komitmen untuk tanggung jawab sosial perusahaan.
Berikut enam program CSR sebagai berikut:
1. Cause Promotion
Merupakan salah satu bentuk dari CSR yang ditunjukkan dengan
kepedulian perusahaan terhadap isu-isu tertentu yang sedang beredar
dalam masyarakat, lalu perusahaan mengajak semua lapisan masyarakat
untuk ikut peduli pada isu tersebut.
2. Cause Related Marketing
Bentuk CSR seperti ini sering kita alami sehari-hari. Dimana suatu ketika
kita membeli produk tertentu atau kita disarankan untuk membeli produk
tertentu yang ternyata berapa persen dari penjualan produk tersebut akan
didonasikan untuk membantu mengatasi dan mencegah masalah tertentu.
24
3. Corporate Social Marketing
Pada corporate social marketing ini perusahaan memiliki target untuk
mengubah perilaku masyarakat terhadap suatu isu dari yang kurang baik
menjadi baik.
4. Corporate Philanthropy
Merupakan salah satu bentuk CSR berupa pemberian kontribusi atau
bantuan secara langsung baik dalam bentuk dana maupun jasa kepada
pihak yang membutuhkan baik itu perorangan maupun lembaga atau
kelompok.
5. Corporate Volunteering
Pada corporate volunteering, perusahaan akan melibatkan karyawannya
secara langsung dalam kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan memberikan kesempatan seperti waktu bagi karyawan untuk
mengikuti kegiatan CSR pada jam kerja, dimana karyawan tersebut tetap
mendapatkan gaji.
6. Social Responsibility Business Practice
Social Responsibility Business Practice adalah inisiatif dari sebuah
perusahaan untuk mengadopsi dan mengatur praktek bisnis seperti sistem
kerja dan investasinya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan melindungi lingkungan.
25
Konsep CSR telah dikenal sejak awal 1970, yang secara umum diartikan
sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder,
nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, lingkungan,
serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara
berkelanjutan. (Siregar, 2007: 285). Pada awal pekembangannya, kebanyakan
perusahaan memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan
dalam bentuk pnyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat
melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada negara. Bentuk sumbangan ini
merupakan bentuk CSR yang paling primitif. Namun, pada dasawarsa ini, terjadi
perpindah 1an penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor
produktif ke arah sektor-sektor sosial. (Wibisono, 2007: 3-5).
Menurut Saidi (2003:130), terdapat karakteristik tahap-tahap kedermawanan
social perusahaan seperti yang tergambar pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan
Tahapan Charity Philantropy Good Corporate
Citizenship
Motivasi Agama, tradisi,
adapt
Norma etika, hokum
universal, redistribusi
kekayaan
Pencerahan diri dan
rekonsiliasi dengan
keterlibatan social
26
Berdasarkan ragam alasan yang telah diungkapkan sebelumnya, terdapat tiga
sudut pandang perusahaan terhadap CSR menurut Wibisono (2007: 79-82). ,
yaitu:
1. Sekedar basa-basi dan keterpaksaan. Artinya, CSR dipraktekkan lebih
karena factor eksternal. Factor eksternal ini dapat berupa keterpaksaan
dan reputation driven dengan motivasi untuk mendongkrak citra positif
perusahaan. Artinya niatan menyumbang masih diliputi kemauan meraih
kesempatan untuk melakukan publikasi positif semisal untuk menjaga atau
mendongkrak citra perusahaan.
Misi Mengatasi
masalah sesaat
Mencari dan
mengatasi masalah
Memberikan
kontribusi kepada
masyarakat
Pengelolaan Jangka pendek,
menyelesaikan
masalah sesaat
Terencana,
terorganisir,
terprogram
Terinternalisasi
dalam kebijakan
perusahaan
Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/ dana abadi,
profesionalisasi
Keterlibatan baik
dana maupun
sumber daya lain
Penerima manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas
dan perusahaan
Kontribusi Hibah social Hibah pembangunan Hibah (social
maupun
pembangunan) dan
keterlibatan sosial
Inspirasi Kewajiban → Kepentingan Bersama
27
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). Artinya CSR
diimplementasikan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang
memaksanya. Contohnya dengan adanya market driven ataupun
penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan oleh segenap institusi
atau lembaga.
3. Bukan lagi sekedar compliance, tapi beyond compliance alias comlpliance
plus. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus
dari dalam (internal driver). Perusahaan meyakini bahwa program CSR
merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability)
usaha. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya, melainkan
sebagai sentra di masa mendatang.
2.2.4. Manfaat Penerapan CSR bagi Perusahaan
Bagaimanapun tujuan perusahaan dalam melaksanakan CSR selalu terkait
erat dengan motivasi yang dimiliki. Yusuf Wibisono (2007:78) menyatakan
bahwa sulit untuk menentukan benefit perusahaan yang menerapkan CSR, karena
tidak ada yang dapat menjamin bahwa perusahaan yang telah
mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat kepastian benefit-nya.
Berikut manfaat penerapan CSR bagi perusahaan, antara lain:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan.
2. Layak mendapatkan social licence to operate.
3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
28
4. Melebarkan akses sumber daya.
5. Membentangkan akses menuju market.
6. Mereduksi biaya.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
10. Peluang mendapatkan penghargaan
2.2.5. Management CSR dan Management by Objectives (MBO)
Cutlip, Center dan Broom yang dikutip oleh Elvinaro dan Dindin (2011:188-
208) menerapkan empat tahapan manajemen PR dalam kegiatan CSR dengan
mengubah PR Problems menjadi CSR Problems, sehingga management CSR
terdiri dari:
1. Defining CSR Problems
Dimulai dengan melakukan penilaian tentang suatu kegiatan atau objek
dengan menganalisis situasi yang memuat semua latar belakang informasi
yang diperlukan untuk menjelaskan dan mengilustrasikan secara detail
sebuah problem.
2. Planning and Programming
Perlu dilakukannya perencanaan dan pemikiran strategis dengan
memprediksi atau menentukan tujuan masa depan yang diharapkan untuk
mengatasi permasalahan.
29
3. Action and Communications
Setelah mendefinisikan masalah yang ada dan solusi yang dilakukan, maka
selanjutnya adalah mengambil tindakan dan komunikasi. Praktisi PR harus
memilih waktu yang tepat dalam mengimplementasikan langkah pertama
dan kedua termasuk pemilihan komunikasi yang tepat agar terjadi saling
pengertian atau understanding antara perusahaan dan publik.
4. Evaluation CSR Programs
Tahap akhir dari manajemen CSR dilakukan untuk mengukur keberhasilan
dari program CSR dilihat dari peningkatan kesadaran atau brand
awareness, perubahan opini, sikap dan perilaku yang dapat didukung
dengan data kuantitatif. Evaluasi ini bermanfaat sebagai bahan masukan
program-program mendatang sehingga hasilnya lebih baik, berhasil dan
tepat sasaran
Untuk membantu menganalisa empat langkah manajemen CSR ini, peneliti
menambahkan Sembilan langkah Management by Objectives (MBO) atau
manajemen berbasis sasaran.
Diadaptasi dari Cutlip, Center dan Broom, tujuan dari MBO sendiri adalah
untuk memberi fokus dan arah untuk pengembangan strategi dan taktik program,
menyediakan pedoman dan motivasi bagi pihak yang mengimplementasikan
program tersebut, dan menyebutkan kriteria untuk memonitor kemajuan dan
menilai dampaknya.
30
2.3 Brand Image ( Merk Citra)
2.3.1. Definisi Brand atau Merk
Pengertian merek menurut Bison Simamora (2002:149) adalah ”Merek adalah
nama, tanda, istilah, symbol, desain atau kombinasinya yang ditujukan untuk
mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu
penjual dari barang/jasa.
Fandy Tjiptono (2005:2) berpendapat bahwa pengertian merek adalah sebagai
berikut merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa
Dari kedua definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa merek adalah
suatu nama, istilah, symbol, tanda, desain atau kombinasi dari semuanya yang
digunkan untuk mengidentifikasikan produk dan membedakan produk perusahaan
dengan produk pesaing. Pada hakikatnya merek mengidentifikasikan penjual dan
pembeli. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memberikan cirri, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli.
2.3.2. Definisi Image atau Citra
Menurut Frank Jeffkins dalam bukunya PR Technique, (Nova, 2011:298)
menyimpulkan bahwa secara umum citra diartikan sebagai kesan
seseorang/individu tentang suatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan
pengalamannya. Menurut Kotler, pengertian citra adalah persepsi masyarakat
31
terhadap perusahaan atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor diluar
kontrol perusahaan. Sedangkan menurut Djaslim Saladin, citra merupakan salah
satu perbedaan yang dapat dibanggakan oleh pelanggan, baik citra produk ataupun
citra perusahaan .
Menurut Hill Canton dan Sukatendel yang dikutip oleh Soemirat dan
Ardianto (2003:111). mengatakan bahwa citra adalah pesan, kesan, perasaan,
gambaran diri publik terhadap perusahaan.
Citra dinyatakan sebagai bentuk pandangan seseorang terhadap sebuah
perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan
mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.
2.3.3. Definisi Brand Image ( Citra Merek )
Brand Image atau Citra merek merupakan hasil pandangan atau penilaian
konsumen terhadap suatu merek yang baik atau buruk. Hal ini berdasarkan
pertimbangan atau penyeleksian dengan membandingkan perbedaan yang terdapat
pada beberapa merek, sehingga yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan
konsumen akan terpilih. Maka konsumen akan memiliki penilaian yang lebih pada
merek tersebut.
Menurut Kotler dan Fox ( 1995 ) yang disadur oleh Sutisna ( 2002, 83 ),
mendefinisikan :
”citra merek adalah Sejumlah gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinan-
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek ”
32
Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson yang dialihbahasakan oleh Husain
Umar ( 2000 :44 ), mendefinisikan citra merek sebagai berikut :
“ Citra merek terdiri dari pengetahuan dan kepercayaan terhadap ciri merek,
konsekwensi penggunaan merek, dan pemanfaatan yang tepat, disamping
evaluasi, perasaan dan emosi sehubungan dengan suatu merek.”
Berdasarkan konsep-konsep di atas dapat dirumuskan bahwa citra merek
merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan,
kepercayaan konsumen terhadap merek tertentu dan bagaimana konsumen
memandang atau mempunyai persepsi tertentu pada suatu merek.
Citra adalah gambaran atau konsep tentang sesuatu. Dengan demikian citra
itu ada, tapi tidak nyata atau tidak bisa digambarkan secara fisik, karena citra
hanya ada dalam pikiran. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi
terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengolahan masa lalu terhadap
merek itu.
Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek memugkinkan
untuk melakukan suatu pembelian, oleh karena itu kegunaan utama dari iklan
diantaranya adalah membangun citra yang positif terhadap merek.
Baik dan efektifitasnya pemahaman, keyakinan dan persepsi konsumen akan
citra merek yang telah melekat dalam benak konsumen yang dapat mendorong
konsumen melakukan pembelian yang tepat, sehingga diharapkan dapat
menciptakan minat beli konsumen untuk melakukan keputusan pembelian dan
akan mengakibatkan meningkatnya omzet penjualan perusahaan.
33
Dari konsep-konsep di atas dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan
pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan
konsumen terhadap suatu merek tertentu, dan bagaimana konsumen memandang
suatu merek. Brand image yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu
produk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari, sedangkan bagi
produsen brand image yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran
pemasaran pesaing.
Ahli-ahli juga menyatakan citra merek adalah bagaimana masyarakat
mangartikan tanda-tanda yang disampaikan oleh merek melalui produk-produk
dan pelaksanaan komunikasinya, atau dengan kata lain citra adalah reputasi,
sedangkan identitas merek adalah aspirasional; bagaimana merek tersebut akan
diterima dalam benak konsumen, yang akan dilakukan melalui produk-produknya
dan pelaksanaan komunkasinya tadi. bahwa brand image ada pada konsumen
sebagai penerimanya terhadap suatu merek disebabkan oleh produk-produk atau
proses komunikasi yaitu identitas merek yang dilakukan perusahaan sebagai pihak
pengirim pesan.
2.4 Proses Pembentukan Citra
Berikut adalah gambar model proses pembentukan citra menurut John
Nimpoena yang digambarkan dalam buku Efek Kedermawanan Pebisnis dan
CSR:
34
Gambar 2.2 Proses Pembentukan Citra
Sumber : (Ardianto & Machfudz, 2011:107-108)
Penjelasan Model Pembentukan Citra
John Nimpoena dikutip oleh (Ardianto & Machfudz, 2011:107-108)
Stimulus merupakan rangsangan yang diterima suatu lembaga / individu dari
pihak luar atau eksternal. Dari rangsangan akan timbul sensasi yang merupakan
fungsi alat indra dalam menerima informasi. Stimulus akan mengahasilkan
persepsi, yang dimana lembaga atau individu memiliki pemahaman dan
pengetahuan untuk menghasilkan pembentukan makna yang diterima dari stimuli
indrawi. Ketika hasil persepsi sudah ada maka akan timbul sebuah kognisi yang
dimana aspek pengetahuan yang berhubungan dengan ide dan konsep sudah mulai
terpikirkan. Dari kognisi akan dilanjutkan dengan motivasi yang merupakan
kecenderungan menetap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan untuk sedapat
35
mungkin menjadi kondisi kepuasan maksimal bagi individu / lembaga. Kognisi
akan mengahsilkan sebuah sikap yang merupakan evaluasi dapat berupa positif
atau negatif terhadap konsekuensi-konsekuensi penggunaan suatu objek. Sikap
merupakan dasar ketika tindakan akan dilakukan, tindakan merupakan respons
individu sebagai organisme terhadap rangsangan-rangsangan yang berasl dari
dalam dirinya maupun lingkungan. Hasil akhir dari pembentukan citra ini adalah
tingkah laku, perilaku yang berupa tindakan-tindakan dalam hasil reaksi terhadap
stimulus.
2.5 Jenis Citra
Menurut Frank Jefkins (Nova, 2011:299-300), ada 6 jenis citra, diantaranya :
1. Citra Cermin (Mirror Image)
Pengertian disini bahwa citra cermin yang diyakini oleh perusahaan
bersangkutan – terutama para pimpinannya – yang selalu merasa dalam
posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar.
2. Citra Kini (Current Image)
Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang
perusahaan atau hal yang lain berkaitan dengan produknya.
3. Citra Keinginan (Wish Image)
Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak
manajemen terhadap lembaga atau perusahaan, atau produk yang
ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awareness), menyenangkan dan
36
diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh
publiknya atau masyarakat umum.
4. Citra Perusahaan (Corporate Image)
Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai
tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate
image) yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, mungkin
tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang
marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab (social care)
sosialnya
5. Citra Serba Aneka (Multiple Image)
Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan diatas, misalnya
bagaimana pihak Humas atau PR-nya akan menampilkan pengenalan
(awareness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name,
seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor
dan penampilan para profesionalnya.
6. Citra Penampilan (Performance Image)
Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja
atau penampilan diri (Performance Image) para profesional pada
perusahaan bersangkutan.
37
2.6 Dimensi Citra Merek
Agar brand image dapat terbentuk sesuai atau mendekati brand identity yang
diharapakan perusahaan, maka perusahaan sebagai produsen harus mampu
memahami dan mengeksploitasi unsur-unsur yang membentuk suatu merek
menjadi merek yang memiliki citra yang baik.
Brand image ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kualitas yang penting
menurut persepsi konsumen. Inilah yang disebut dengan received quality. Hal ini
harus didukung oleh kenyataan yang bukan sekedar hal yang di komunikasikan
tanpa adanya bukti. Tingkat merek menurut Gary Hamel dan Ck Prahalad
(Kertajaya,2000:480) yaitu :
a) Recognition
Yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Konsumen harus
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan nama perusahaan, logo dan
atribut perusahaaan, dan jenis produk yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Pengakuan merek akan membantu orang untuk yakin terhadap produk.
Pada dasarnya kebutuhan belum cukup untuk merangsang terjadinya
pembelian karena mengenali kebutuhan itu sendiri untuk dapat
menetapkan sesuatu untuk memenuhinya. Hubungan recognition dengan
minat beli terletak pada seberapa besar dikenalnya sebuah merek oleh
konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal maka produk dengan merek
tertentut harus dijual dengan mengandalkan harga yang murah. Tapi
apabila produk sudah dikenal sebelumnya dengan brand yang baik, harga
38
mahalpun tidak menjadi persoalan, karena dalam benak konsumen, brand
yang baik menjamin kualitas baik. Hal ini akan melahirkan minat beli
konsumen untuk melakukan pembelian.
b) Reputation
Yaitu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih
terbukti memiliki track record yang baik. Perkembangan produk-produk
biasanya sudah meluas dan dikenal oleh konsumen.. Dengan minat beli
konsumen terletak pada sebuah merek produk yang dimiliki oleh
perusahaan. Komposisi atas merek dari reputasi yang dimiliki oleh sebuah
produk dapat mudah dikenal oleh konsumen, sehingga dengan reputasi
yang tinggi, dikenal dan dipercaya oleh konsumen akan berdampak pada
minat beli konsumen untuk melakukan pembelian
c) Affinity
Yaitu suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah merek
dengan konsumenya, Brand image dari perusahaan menimbulkan
hubungan yang baik antara sebuah merk dengan konsumennya dilihat dari
kesenangan dari konsumen atas pemakaian produk yang dikeluarkan dari
perusahaan. Sebuah produk dengan merek yang disukai oleh konsumen
akan lebih mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsikan memiliki
kualitas yang tinggi dan reputasi yang baik.
39
d) Loyalty
Yaitu menyangkut seberapa besar kesetiaan konsumen yang menggunakan
merek bersangkutan. sikap senang terhadap produk yang direpresentasikan
dalam bentuk pembelian yang konsisten terhadap merek sepanjang waktu,
menjadi dasar untuk memprediksi seberapa besar kemungkinan konsumen
pindah 1 ke merek lain. Penciptaan dan peningkatan akan kesetiaan merek
akan menghasilkan peningkatan nilai-nilai kepercayaan terhadap merek
Hubungan konsumen dengan produk terhadap minat beli mempunyai
hubungan kausal, yaitu seberapa jauh kesetiaan konsumen menggunakan
produk dengan brand tertentu. Apabila konsumen loyal terhadap
suatu brand maka pembelian ulang akan terus berlangsung.
Citra merek yang baik akan membuat konsumen melakukan pembelian atas
produk atau jasa seketika tanpa pikir panjang karena citra merek yang baik akan
memberikan konsumen tersebut rasa percaya diri yang tinggi (Kertajaya,2000:2).
Setelah merek ditentukan kemudian membangun citra merek agar merek tersebut
dapat berlangsung lama dan tertancap dalam benak konsumen. Sebuah produk
tanpa citra merek yang kuat sangat sulit untuk konsumen baru dan
mempertahankan konsumen yang lama.
40
2.7 Manfaat Citra Merek
Dikenalnya suatu merek akan membuat seorang konsumen mengingat merek
tersebut. Citra konsumen terhadap suatu merek merupakan hal penting untuk
strategi pemasaran perusahaan. Berikut adalah manfaat dari suatu citra merek :
1. Citra dapat dibuat sebagai suatu tujuan di dalam strategi pemasaran.
2. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan merek-
merek lain dari produk sejenis.
3. Citra merek juga dapat membantu dalam memperbaharui penjualan suatu
merek.
4. Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektifitas dari
strategi pemasaran.
5. Citra merek dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain diluar usaha strategi
pemasaran.
C. Hipotesis
Hipotesis menurut Riduwan (2003:162) secara etimologis berasal dari kata
“hipo” yang bearatikan sementara dan “thesis” yang berartikan pernyataan
atau teori.
Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 96), Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
41
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
teori.
Hipotesis penelitian merupakan data yang dikumpulkan dari populasi dan
hasilnya akan menjadi pembuktian yang benar. Hipotesis dirumuskan atas
dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan.Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja
dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada
hipotesis stati
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2002:72) merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang
di ambil tanpa menyebutkan adanya taraf kesalahan dan taraf kepercayaan.
Maka itu dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kegiatan CSR
dengan brand image PT Indofood Sukses Makmur Tbk
2. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik menurut Sugiyono (2002:76) umumnya dilakukan
bila penelitian yang dilakukan menggunakan sampel sehingga dapat
diketahui apakah data sampel dapat diberlakukan pada populasi.
Ho : r xy = 0
Tidak ada hubungan kegiatan CSR dengan brand image PT Indofood
Sukses Makmur Tbk
42
Ha : r xy ≠ 0
Adanya hubungan kegiatan CSR dengan brand image PT Indofood
Sukses Makmur Tbk
D. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2010:57) kerangka konsep penelitian adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian
yang dilakukan. Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungakan secara
logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Penyusunan
kerangka konsep membantu peneliti untuk menguji hubungan tertentu dan
membantu menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat
diamati atau diukur melalui variabel.
Variabel menurut Notoatmodjo (2010:69) adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai. Dengan demikian, variabel adalah merupakan objek yang
berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh
informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Secara teori, definisi variabel
penelitian adalah merupakan suatu objek, atau sifat, atau atribut atau nilai dari
orang, atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu
dengan yang lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulan.
43
Adapun variable yang akan diuraikan dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel independen atau variabel bebas (X) yaitu Corporate Social
Responbility atau tanggung jawab sosial yang dilakukan PT Indofood
Sukses Makmur. Konsep hubungan kegiatan dari Corporate Social
Responbility sesuai dengan konsep triple bottom line meliputi dimensi :
a) Aspek Profit
Kegiatan Corporate Social Responbility dapat meningkatkan
pengetahuan akan produk dari PT. Indofood Sukses Makmur baik
produk makanan maupun minuman ketika Indofood Peduli
berlangsung. Akitivitas dari Corporate Social Responbility ini juga
dapat membangun brand image PT. Indofood Sukses Makmur.
Keuntungan yang di dapatkan tidak hanya untuk keperluan perusahaan
tetapi juga untuk kepentingan konstributif terhadap masyarakat.
b) Aspek People
Hubungan kegiatan Corporate Social Responbility dapat memberikan
dampak terhadap masyarakat. Disini hasil dari kegiatan Indofood
Peduli akan dinilai oleh masyarkat di Perumahan Ciledug Indah 1
Tangerang apakah sudah berhasil atau tidak.
c) Aspek Planet
44
Hubungan kegiatan Corporate Social Responbility PT. Indofood
Sukses Makmur dalam Indofood Peduli adalah menjaga lingkungan
dan membangun rasa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan di
Perumahan Ciledug Indah 1 Tangerang.
2. Variabel dependen atau variabel terikat (Y) yaitu Brand Image dari PT.
Indofood Sukses Makmur. Variabel ini terdiri dari tingkatan merek yang
meliputi dimensi :
a) Recognition
Tingkat dikenalnya produk-produk dari PT. Indofood Sukses Makmur
di kalangan konsumen yang tepatnya di kalangan Warga Perumahan
Ciledug Indah 1 Tangerang.
b) Reputation
Perkembangan produk-produk dari PT. Indofood Sukses Makmur
memiliki brand image yang cukup tinggi di kalangan masyarakat, baik
dari harga penjualan sampai dengan ketersedian produk dapat diatasi
dengan baik.
c) Affinity
Hubungan emosional antar brand dengan pelanggan yang membuat
konsumen menyukai produk-produk dari PT. Indofood Sukses
Makmur.
d) Loyality
45
Seberapa jauh kesetian konsumen menggunakan produk-produk dari
PT.Indofood Sukses Makmur.
E. Operasionalisasi Konsep
Operasional konsep menurut Singarimbun (1989 :103). juga bisa di katakan
upaya menerjemahkan konsep atau sesuatu yang abstrak ke dalam bentuk yang
konkrit Dengan demikian, konsep yang telah diopersionalkan akan memenuhi
persyaratan validitas dan reliabilitas.Untuk kebutuhan analisis deskriptif, maka
operasionalisasinya lebih banyak menggunakan ukuran nominal. Ukuran nominal
yang dimaksud yaitu dasar dari penggolongannya adalah kategori yang tidak
tumpang tindih dan tuntas. Dalam metoda penelitian survei, pengukuran
merupakan kegiatan yang pokok, sebab tanpa pengukuran, objek penelitian tidak
dapat dibanding - bandingkan/dikelompokkan. Karlinger (1996) yang mengutip
pendapat Steven mengatakan bahwa pengukuran adalah penggunaan angka-angka
pada objek atau peristiwa menurut aturan tertentu.
46
Tabel 2.2 Opersionalisasi Konsep
Variabel Bebas (X)
Corporate Social Responsibilty Variabel Terikat (Y)
Brand Image Dimensi Indikator Dimensi Indikator
Profit
- Mendekatkan
pengetahuan produk di kalangan
masyarakat
- Mendekatkan
jumlah produk di
kalangan masyarkat
- Memberikan
kepentingan kontribusi bagi
perusahaan dan
masyarkat
Recognition
- Sejauh mana
masyarakat mengenal nama
perusahaan
- Sejauh mana
masyarakat
mengenal nama produk
- Sejauh mana
masyarkat mengenal logo dan
atribut perusahaan
People
- Pemberian
produk-produk
makanan dari Indofood
- Memberikan sarana dan
prasarana yang
berkaitan dengan
kesehatan
- Memberikan
sarana dan prasarana untuk
kebersihan tempat
berlangsungnya Indofood Peduli
Reputation
- Sejauh mana
perkembangan
produk Indofood yang meluas
- Memiliki ketersedian stock
produk setiap
harinya
- Memperoleh
Pengahargaan akan menjadi pengaruh
bagi masyarkat
47
Planet
- Melengkapi peralatan-peralatan
dapur umum
- Memberikan air
bersih untuk
kebutuhan masyarakat
- Memberikan suasana dan
lingkungan yang
sehat dan bersih
Affinity
- Seberapa banyak produk yang
disenangi
masyarkat
- Produk mudah
diperoleh dimana
saja
-Produk yang dijual
memiliki kualitas
yang baik dan
tinggi
Loyality
- Tetap membeli
produk Indofood
dibanding produk
dengan jenis yang
lain
- Memiliki
kebiasaan untuk mengkonsumsi
produk Indofood
- Memiliki kepeercayaan yang
penuh untuk
merefrensikan produk Indofood
ke pihak lain
Sumber : Yusuf Wibisono (2007 : 46) dan Kertajaya (2000 : 480)