bab ii kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis … · bab ii kajian pustaka, kerangka...

55
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian teori dan konsep-konsep yang relevan dengan variabel penelitian yang diteliti, yaitu: (1) Keterampilan menulis teks Negosiasi, (2) model Group Investigation (GI) dan model discovery learning, (3) penguasaan kosakata. 1. Keterampilan Menulis Teks Negosiasi a. Hakikat Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, dalam subbab ini akan dibahas mengenai pengertian menulis, tahapan menulis, dan hambatan serta manfaat menulis. 1) Pengertian Menulis Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dipelajari adalah menulis. Menulis merupakan suatu kegiatan memproduksi suatu catatan menggunakan aksara yang melalui serangkaian proses mulai dari isi tulisan dan pelibat wacana, hal ini sesuai dengan pendapat Maslakhah dalam Wiedarti (2005: 20) bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif dan produktif. Dengan menulis seseorang dapat mengekspresikan apa yang ada di dalam dirinya dalam bentuk aksara, searah dengan pendapat di atas Alek & Achmad (2011: 106) juga menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Berbeda dengan pendapat di atas, Murtono (2010: 27) menyatakan bahwa pengertian menulis hanya dikhususkan untuk penyampaian; ide, gagasan, pendapat, dan sebagainya yang berupa tulisan saja. Hal ini, sesuai dengan pendapat Mc Crimon (1976) (dikutip dari Slamet, 2007: 96) yang menyatakan menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Senada dengan pendapat Marry S Lawrence (1972) menyatakan 13

Upload: lamthu

Post on 22-Aug-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian PustakaPada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian teori dan konsep-konsep

yang relevan dengan variabel penelitian yang diteliti, yaitu: (1) Keterampilan

menulis teks Negosiasi, (2) model Group Investigation (GI) dan model discovery

learning, (3) penguasaan kosakata.1. Keterampilan Menulis Teks Negosiasi

a. Hakikat MenulisMenulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus

dikuasai oleh siswa, dalam subbab ini akan dibahas mengenai pengertian

menulis, tahapan menulis, dan hambatan serta manfaat menulis. 1) Pengertian Menulis

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dipelajari adalah

menulis. Menulis merupakan suatu kegiatan memproduksi suatu

catatan menggunakan aksara yang melalui serangkaian proses mulai

dari isi tulisan dan pelibat wacana, hal ini sesuai dengan pendapat

Maslakhah dalam Wiedarti (2005: 20) bahwa menulis merupakan

salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif dan

produktif. Dengan menulis seseorang dapat mengekspresikan apa

yang ada di dalam dirinya dalam bentuk aksara, searah dengan

pendapat di atas Alek & Achmad (2011: 106) juga menyatakan bahwa

menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan

atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.Berbeda dengan pendapat di atas, Murtono (2010: 27)

menyatakan bahwa pengertian menulis hanya dikhususkan untuk

penyampaian; ide, gagasan, pendapat, dan sebagainya yang berupa

tulisan saja. Hal ini, sesuai dengan pendapat Mc Crimon (1976)

(dikutip dari Slamet, 2007: 96) yang menyatakan menulis merupakan

kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek,

memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya

sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas.

Senada dengan pendapat Marry S Lawrence (1972) menyatakan

13

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

14

bahwa menulis adalah mengomunikasikan apa dan bagaimana pikiran

penulis (Slamet, 2007: 96).Pendapat lain disampaikan Nurgiantoro dalam Andayani (2009:

28) bahwa menulis memiliki pengertian sebagai aktivitas

mengungkapkan gagasan melalui bahasa. Aktivitas pertama

menekankan unsur bahasa sedangkan yang kedua gagasan. Rukayah

(2013: 6) menyatakan bahwa kemampuan menulis merupakan suatu

kecakapan seseorang dalam menyampaikan pesan melalui lambang-

lambang grafik baik dalam bentuk formal maupun non-formal,

sehingga pesan yang disampaikan dapat dimengerti maksud dan

maknanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Suparno dan M. Yunus

(2003) yang mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan

penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai alat medianya (Slamet, 2007: 96). Pada dasarnya, menulis

bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga

merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman

hidup seseorang dalam bahasa tulis, menulis bukanlah suatu kegiatan

yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru harus dikuasai.2) Tahap-tahap Menulis

Menulis tidak hanya mencoret ataupun menggoreskan pena ke

dalam kertas sehingga terbentuk suatu aksara, namun menulis

merupakan suatu proses pengembangan ide-ide yang membutuhkan

suatu keterampilan dalam menyampaikan bahasa lisan dalam bentuk

lambang-lambang bahasa sehingga menjadi suatu tulisan yang

memiliki pesan untuk para pembacanya, hal ini sejalan dengan

pendapat Dalman (2014: 3) menulis merupakan suatu kegiatan

komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis

kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau

medianya. Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak

melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen

(memusat) (Supriadi, 1997 dikutip dari Dalman, 2014: 5).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

15

Menulis juga dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan dalam

merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi frasa, frasa menjadi

klausa dan kalimat sehingga membentuk suatu paragraf, untuk

menyampaikan pesan kepada orang lain, dengan membaca tulisan

tersebut pembaca dapat mengerti informasi yang disampaikan.

Sejalan dengan pemikiran tersebut Tarigan (2005) mengemukakan

bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang

grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang

sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut

dan dapat memahami bahasa dan grafis itu (Dalman, 2014: 4).Tulisan yang baik yaitu suatu hasil dari penyampaian ide dan

gagasan dalam bentuk lambang bahasa yang hanya dengan membaca

seseorang dapat mengerti maksud yang disampaikan penulis. Oleh

sebab itu, menulis merupakan keterampilan yang harus dipelajari

menurut Syafi’e (1993) pembelajaran menulis mempunyai

kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran.

Keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin

dalam kehidupannya di sekolah (dikutip dari Slamet, 2007: 95).

Senada dengan pendapat Wiedarti (2005: 19) menulis merupakan

keterampilan yang harus dipelajari dengan melewati serangkaian

proses, mulai dari komunitas wacana keilmuwan tertentu yang

mewarnai isi tulisan, termasuk jargon (field); pelibat wacana:

pembaca dan penulis (tenor) dari saluran komunikasi (mode, gaya

selingkung, termasuk di dalamnya).Menulis tidak hanya mengubah bahasa lisan dalam bentuk

lambang-lambang bahasa saja, namun dalam kegiatan menulis

terdapat serangkaian proses berupa tahap-tahap menulis seperti fase

pramenulis, penulisan, dan pasca menulis. Seperti yang dijelaskan

Slamet (2007: 97) menulis adalah serangkaian aktivitas (kegiatan)

yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap), yaitu fase

pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan

pasca-penulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan),

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

16

sejalan dengan pendapat Slamet di atas tahap-tahap penulisan

menurut pendapat Tomkins dalam Pujiono (2013: 5-6) dibagi menjadi

tiga yaitu; Pertama, pramenulis adalah tahap persiapan. Hal-hal yang

dilakukan pada tahap pramenulis adalah: (1) memilih topik, (2)

mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca, serta (3)

mengidentifikasi dan menyusun ide-ide. Tahap pramenulis sangat

penting dan menentukan dalam tahap-tahap menulis selanjutnya.

Kedua, penulisan. Setelah karangan tersusun, penulis mulai

melakukan kegiatan menulis. Penulis akan mengekspresikan ide-

idenya ke dalam tulisan. Ketiga, pasca-penulisan. Pasca-penulisan

merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan kasar yang

kita hasilkan. Kegiatan ini meliputi penyuntingan dan merevisi.

penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik

karangan seperti ejaan, puntuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan,

gaya bahasa, dan konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi lebih

mengarah perbaikan dan pemeriksaan isi tulisan. Berdasarkan

pendapat di atas Pujiono (2013: 6) menyatakan penyuntingan

merupakan kegiatan merevisi dan perbaikan tulisan. Hal ini, sejalan dengan pendapat Dalman (2014: 15-19) yang

membagi tahap-tahap menulis menjadi: Tahap prapenulisan

(persiapan). Tahap ini merupakan tahap pertama, tahap persiapan

atau prapenulisan adalah tahap menyiapkan diri, mengumpulkan

informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah

informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang

dihadapi, berdiskusi, membaca, mengamati, dan kegiatan lain yang

dapat memperkaya kognitif yang akan diproses selanjutnya, adapun

langkah awal yang perlu dilakukan dalam tahap prapenulisan adalah

(a) menentukan tema, selanjutnya (b) menentukan topik dan

membatasi ruang lingkup topiknya, (c) menentukan maksud atau

tujuan penulisan, (d) memerhatikan sasaran karangan (pembaca), (e)

mengumpulkan informasi pendukung, langkah terakhir adalah (f)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

17

mengorganisasikan ide dan informasi. Tahap penulisan. Pada tahap

kedua ini langkah yang perlu dilakukan adalah mengembangkan butir

demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan

memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan

dikumpulkan. Adapun langkah awal yang perlu dilakukan adalah

membuat awal karangan yang mengenalkan dan sekaligus

menggiring pembaca terhadap pokok tulisan. langkah selanjutnya

adalah isi karangan yang menyajikan bahasa topik dan ide utama

karangan. Langkah terakhir dalam tahap penulisan adalah akhir

karangan yang berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide

inti dan penekanan ide-ide penting, langkah ini berisi kesimpulan.

Tahap pascapenulisan. Tahap ketiga ini merupakan tahap penghalusan

dan penyempurnaan buram yang dihasilkan. Kegiatan dalam tahap ini

terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan adalah

pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan. Menulis merupakan proses kreatif yang banyak melibatkan cara

berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Untuk

memudahkan menulis menurut Andayani (2009: 29-30) harus

memperhatikan tahapan penulisan berikut: Tahap

persiapan/prapenulisan, tahap ini meliputi: menyiapkan diri,

mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus,

mengolah informasi, menarik tafsiran dan refleksi terhadap realitas

yang dihadapi-nya berdiskusi, membaca, mengamati. Tahap inkubasi,

adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya

sedemikian rupa sehingga mengantarkannya pada ditemukannya

pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Tahap inspirasi

(insight), yaitu gagasan seakan-akan tiba dan berloncatan pada

pikiran kita. Verifikasi, pada tahap ini, apa yang dituliskan akan

diperiksa kembali, diseleksi dan disusun sesuai fokus tulisan.Sejalan dengan pemikiran di atas Sabarti (1999:11) menambahkan

proses menulis menjadi tujuh langkah yaitu: Pemilihan dan

penetapan topik. Memilih dan menetapkan topik merupakan suatu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

18

langkah awal yang penting, sebab tidak ada tulisan tanpa ada sesuatu

yang hendak ditulis. Topik tulisan adalah gagasan yang hendak

disampaikan dalam tulisan. Pengumpulan informasi dan data, hal ini

perlu dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot

dan meyakinkan. Informasi dan data yang dikumpulkan adalah

informasi dan data yang relevan dengan topik atau pokok bahasan

dan sesuai pula dengan tujuan penulisan. Penetapan tujuan,

menetapkan tujuan penulisan adalah hal penting yang harus

dilakukan sebelum menulis, karena tujuan berpengaruh dalam

menetapkan bentuk, panjang tulisan, dan cara penyajian tulisan.

Perancangan tulisan, merancang tulisan diartikan sebagai suatu

kegiatan menilai kembali informasi dan data memilih subtopik yang

perlu dimuat, melakukan pengelompokan topik-topik kecil ke dalam

suatu kelompok yang lebih besar dan memilih suatu sistem notasi dan

sistem penyajian secara tepat. Penulisan, dalam penulisan perlu

dipilih organisasi dan sistem penyajian yang tepat, artinya tepat

menurut jenis tulisan, tepat menurut tujuan atau sasaran tulisan.

Penyuntingan atau revisi, dalam penyuntingan dilakukan kegiatan

mengecek ketepatan angka-angka atau menghilangkan yang tidak

perlu, menambahkan sesuatu yang tidak perlu, perbaikan kalimat

ejaan, maupun kosakata yang kurang tepat sehingga menjadi tulisan

yang baik. Penulisan naskah jadi, pada penulisan naskah jadi,

masalah perwajahan harus mendapat perhatian yang sungguh-

sungguh karena kesempurnaan tulisan tidak hanya terbatas pada

kesempurnaan isi dan ketepatan pemakaian perangkat kebahasaan

tetapi juga masalah susunan. (Andayani, 2009: 30-31).Secara padat di dalam proses penulisan menurut Weaver (1990)

terdiri atas lima tahap, yaitu (1) persiapan penulisan (rehearsing), (2)

pembuatan draf (drafting), (3) perevisian (revising), (4) pengeditan

(editing), dan (5) pemublikasian (publishing). Senada dengan pendapat Murray dalam Tompkins dan Hoskisson

(1995) ada lima tahap atau kegiatan yang dilakukan pada proses

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

19

penulisan, yaitu (1) prapenulisan (prewiting), merupakan tahap

persiapan. Pada tahap ini merupakan tahap awal dalam menulis yang

mencangkup kegiatan menentukan dan membatasi topik tulisan,

merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan, dan menentukan

pembaca yang akan ditujunya, memilih bahan, serta menentukan

generalisasi dan cara-cara mengorganisasi ide untuk tulisannya.

Tahap ini merupakan tahap yang amat penting dalam kegiatan

menulis. (2) pembuatan draft (drafting), pada tahap ini diperlukan

berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan

kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, gaya bahasa,

pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk penyusunan

paragraf dengan penyusunan karangan secara utuh. (3) perevisian

(revising), pada tahap merivisi dilakukan koreksi terhadap

keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek,

misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan

meliputi penataan ide pokok, dan ide penjelas, serta sistematika dan

penalarannya. (4) pengeditan (editing), tahap ini bertujuan untuk

membuat tulisan dapat dibaca secara optimal oleh pembacanya. Jika

sebuah tulisan tidak dapat dibaca secara optimal oleh pembacanya.

Jika tulisan tidak dapat dibaca berarti penulis telah melakukan hal

yang sia-sia karena ungkapan perasaannya tidak dibaca orang (5)

publikasian (publishing/sharing), publisikasi mempunyai dua

pengertian. Pengertian pertama, publikasi berarti menyampaikan

karangan kepada publik dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian

kedua menyampaikan dalam bentuk non-cetakan. (Slamet, 2007: 112-

115)3) Hambatan dan Manfaat Menulis

Memulai menulis bukanlah perkara mudah yang dapat

diselesaikan dalam waktu sehari seperti keterampilan berbahasa yang

lain, menulis memerlukan konsentrasi, waktu, dan minat yang tinggi,

tentu seseorang akan mengalami beberapa kesulitan dan hambatan

ketika mengulas ide gagasan dalam bentuk uraian tulisan. Hal ini

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

20

berdasar pada pendapat Chaedar Alwasilah dalam Rohmadi dan

Nasucha (2010: 4) mengatakan kegiatan menulis merupakan

keterampilan berbahasa yang paling sulit dikuasai oleh para siswa

dan mahasiswa juga paling sulit diajarkan oleh para guru dan dosen

diperguruan tinggi selama pembelajaran menulis diajar oleh guru

atau dosen yang tidak berpengalaman.Adapun hambatan menulis siswa dipengaruhi oleh dua faktor

antara lain faktor internal dan eksternal seperti pendapat Wardhana

dan Ardianto dalam Kuncoro (2009: 6-7) yang mengatakan ada dua

penyebab utama yang menjadi faktor penghambat kegiatan menulis.Faktor yang pertama adalah faktor internal, faktor yang berasal

dari dalam diri individu. Faktor internal yang sering terjadi meliputi;

(1) seorang individu belum memiliki kebiasaan membaca buku,

membaca buku harus ditanamkan sedini mungkin karena dengan

kebiasaan membaca akan berdampak pada kemajuan suatu bangsa,

selain itu, kebiasaan membaca buku memiliki hubungan erat dengan

kemampuan menulis karya ilmiah. (2) seorang individu belum

memiliki kemampuan berbahasa yang baik, kemampuan berbahasa

yang baik sangat diperlukan untuk dapat membuat sebuah karya tulis

karena menulis adalah kegiatan berbahasa secara langsung; dan (3)

belum ada minat atau keinginan menulis, banyak orang mengatakan

belum ada waktu menulis padahal itu hanya menjadi alasan mereka

untuk menutupi kemalasan diri seseorang. Kemudian yang kedua

adalah faktor eksternal, merupakan faktor penghambat yang berasal

dari luar pribadi setiap individu. Faktor eksternal yang menghambat

seseorang untuk menulis adalah (1) sulitnya mendapat bahan acuan

dan referensi untuk menulis, (2) sulit mencari topik atau tema untuk

bahan tulisan, dan (3) kesulitan dalam menyusun kalimat baku.Mengesampingkan adanya hambatan dan kesulitan yang sering

muncul ketika kegiatan menulis dilakukan, pada dasarnya menulis

memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan kreativitas,

mengembangkan diri, berbagi informasi yang bermanfaat dengan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

21

orang lain, kemampuan menulis memungkinkan seseorang untuk

mengomunikasikan isi jiwa, penghayatan, dan pengalamannya

kepada berbagai pihak, terlepas dari ikatan kesamaan waktu dan

tempat dengan pihak-pihak itu. Menulis memberikan peluang

mendapatkan kesempatan kerja yang baik kepada sseseorang serta

membuktikan keberhasilan dalam pekerjaan di kehidupan

masyarakat (Widyamartaya & Sudiati, 2004: 2).Manfaat lain dari kegiatan menulis antara lain (1) membiasakan

diri berpikir sistematis; pada waktu menulis, seorang penulis

sekaligus berperan sebagai editor akan melakukan pembacaan

(pemeriksaan) ulang sampai bahasa dan susunan subtansi karangan

mudah dipahami oleh pembaca, sehingga dengan sering melakukan

kegiatan menulis seseorang akan membiasakan diri berpikir

sistematis. (2) menulis adalah membagikan keahlian; seorang ahli

dapat memberikan atau mewariskan keahlian – pengetahuan

(knowledge) dan keterampilan (skills) – serta sikap (atitude) dalam

bentuk tulisan. (3) menulis adalah aktivitas yang menyehatkan;

dengan menulis seseorang dapat mengekspresikan perasaan, jika

seseorang bertipe introvert atau tertutup menulis sangat membantu

dalam menyampaikan perasaan sehingga kegiatan menulis

berpontensi untuk mencegah seseorang dari stress. (4) menulis

menghindarkan kita dari aktivitas negatif; kegiatan menulis dapat

menyita waktu seseorang sehingga dapat menghindarkan dari

aktivitas yang negatif, (Leo, 2010: 2-3)Senada dengan pendapat Slamet (2007: 104) manfaat yang dapat

dipetik dari menulis antara lain; (1) peningkatan kecerdasan, (2)

pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, (3) penumbuhan

keberanian, dan (4) pendorong kemauan dan kemampuan

mengumpulkan informasi.Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang melibatkan

pikiran dan perasaan yang kemudian dituangkan dalam bentuk-

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

22

bentuk grafis pada sebuah media dengan penggunaan bahasa yang

komunikatif, sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami apa

yang disampaikan. adapun dalam kegiatan menulis melibatkan tiga

fase antara lain pramenulis, penulisan, pasca penulisan, dalam

menyampaikan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Kegiatan menulis

memberikan banyak manfaat baik untuk penulis sendiri ataupun bagi

orang lain.4) Pengertian Keterampilan Menulis

Kata keterampilan berasal dari kata terampil yang memiliki arti

yang sama dengan kata cekatan, hal ini berdasar pada pendapat

Soemarjadi, dkk (2001: 2) yang menyatakan kata keterampilan sama

artinya dengan kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian

melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.Keterampilan merupakan kemahiran yang tidak hanya

berhubungan dengan gerakan otot saja namun juga berkaitan dengan

kemahiran intelektual yang berhubungan dengan diri dan lingkungan

yang dilakukan dalam bentuk representatif dalam menyelesaikan

pekerjaan, hal ini berdasar pada pendapat Syah (2005: 121) yang

menyatakan istilah keterampilan merupakan kegiatan yang

berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang

lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,

mengetik, olahraga, dan sebagainya, akan tetapi keterampilan tidak

hanya mencangkup gerakan motorik, namun keterampilan itu

memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.

Dengan demikian, siswa melakukan gerakan motorik dengan

koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau

tidak terampil.Di samping itu, Reber (1998) dalam Syah (2005: 121)

menyatakan keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola

tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi secara mulus dan

sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

23

bukan hanya meliputi gerakan motorik melakan juga

pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.Keterampilan berkaitan erat dengan bahasa seseorang. Hal ini

sesuai dengan pendapat Tarigan (2008: 1) yang menyatakan setiap

keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses yang

mendasari bahasa. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin

cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh

dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan, melatih

keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan

menulis yang bersifat produktif. Keterampilan menulis lebih rumit

dibandingkan keterampilan berbahasa lainnya. Bahkan terkadang

penutur asli suatu bahasa sulit mengalami komplikasi dalam situasi

sulit. Pada dasarnya kemampuan ataupun keterampilan menulis

dalam menyajikan pengalaman harus terstruktur, terorganisasi, dan

terencana hal ini sesuai dengan pendapat Braine & Yoruzu (1998)

yang menyatakan the writing skill is more complicated than that of

of other language skills. Even sometimes a native speaker og english

language may experience complication in a tricky situation.

Basically the writing skill requires a well-stuctured way of the

presentation of thoughts in an organized and planned way (Javed,

Juan & Nazli, 2013: 130).Menurut Sujanto (1988: 60) keterampilan menulis merupakan

sebuah proses pertumbuhan melalui proses pertumbuhan melalui

banyak latihan. Menulis adalah salah satu dari keterampilan

berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Setiap siswa mempunyai

kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan sikapnya

dalam sebuah tulisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Andayani

(2009: 29) yang mengemukakan menulis karangan merupakan

aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan dengan

memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

24

sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Menulis adalah sebagai

bentuk komunikasi tidak langsung yang bermediakan tulisan.Keterampilan menulis merupakan salah satu indikator mengukur

kemampuan kognitif siswa dalam berbahasa karena untuk menilai

kompetensi berbahasa, kemampuan mengingat, dan kemampuan

berpikir, dalam hal ini keterampilan menulis dapat digunakan

sebagai indikator keberhasilan dalam proses belajar, hal ini sesuai

dengan pendapat Geiser & Studly (2001) the ability to write

something in a productive way is an indicator of success during the

learning process dan pendapat Benjamin & Cuan (2003) academic

achievement is considered as a token of a good indicator in

language learning process. Serta pendapat dari Kellong, Olive, &

Pilot (2001) the productive writing skill is considered a cognitive

challenge, because it helps to assess language competency, recalling

capability and thinking ability. It demands to recall information from

long-tern memory. Nickerson, Perkins, & Smith (1985) mengatakan

the ability, of productive writing requires sound ability of thinking on

comprehensible matters (Javed, Juan & Nazli, 2013: 131).Berbeda dengan pendapat di atas, keterampilan menulis menurut

Alek & Achmad (2011: 106) merupakan pelatihan yang dilakukan

secara bertahap dari berlatih mengembangkan gagasan menjadi

kalimat topik, melengkapi paragraf dengan kalimat topik,

mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf, menulis paragraf

secara utuh, mengembangkan paragraf menjadi karangan yang lebih

luas, kemudian karangan secara utuh. Musaba (2012: 24)

menyatakan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan

berbahasa biasanya paling akhir dikuasai oleh seseorang.Keterampilan menulis bukan sekedar kemampuan menulis

simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun

menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan

menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam

bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

25

lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat

dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil (Bryne, 1979)

keterampilan menulis menuntut kemampuan mengunakan pola-pola

bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan ini.

Keterampilan menulis ini mencangkup berbagai kemampuan,

misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara

tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk

karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan

kata serta yang lainnya (Slamet, 2007: 106-107). Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan

menulis adalah kecakapan berbahasa seseorang dalam

menyampaikan ide/gagasan dengan melalui serangkaian proses

sehingga menjadi tulisan yang bersifat ekspresif dan produktif.b. Pengertian Teks Negosiasi

1) Hakikat NegosiasiNegosiasi merupakan suatu kegiatan diskusi antara dua orang

atau lebih dalam menyelesaikan suatu perselisihan dengan cara

tawar-menawar sampai terdapat kesepakatan antara kedua belah

pihak. Hal ini berdasar pada pendapat Lumumba (2013: 10) yang

menyatakan Negosiasi adalah sebuah proses karena harus ada

aktifitas di dalamnya. Proses yang dimaksud adalah proses yang

kompleks, dalam proses tersebut harus terdapat dua pihak yang

bernegosiasi apakah yang bersifat individual maupun kolektif. Selain

itu, juga harus terdapat perbedaan yang mungkin bernuansa

persaingan, konflik atau bahkan perang sebagai dasar untuk

bernegosiasi. Karena kalau tidak terdapat perbedan maka tidak ada

dasar untuk bernegosiasi.Pernyataan Lumumba di atas berdasar pada pendapat beberapa

ahli antara lain; Collins Cobuild English Dictionary (Lumumba,

2013: 5-6) yang menyatakan negosiasi adalah diskusi formal antara

pihak-pihak yang memiliki tujuan atau maksud yang berbeda

terutama dalam bisnis politik, di mana mereka mencoba untuk

mencapai sebuah kesepakatan. Wikipedia, the free encyclopedia

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

26

(Lumumba, 2013: 6) yang mengungkapkan negosiasi adalah proses

di mana pihak-pihak yang berkepentingan menyelesaikan

perselisihan, setuju terhadap tindakan, menawarkan manfaat baik

yang bersifat individual atau kolektif dan berusaha mencapai

penyelesaian untuk kepentingan bersama. Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang

terlibat berusaha mencapai tujuannya yang berbeda dan

bertentangan, sehingga terapai suatu kesepakatan melalui diskusi

formal (Oxford dictionary dalam Lumumba, 2013: 7).Pada prinsipnya negosiasi berlangsung dalam nuansa perbedaan

dan persamaan, sebagai hasilnya kadangkala gagal dan kadangkala

sukses. Tujuan dari dilakukannya negosiasi menurut Lumumba

(2013: 10) adalah untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan ini

hanya dapat dicapai melalui usaha dan kiat-kiat tertentu oleh

negosiator yang mumpuni, Lumumba (2013: 9) juga menyatakan

bahwa hakekat melakukan negosiasi adalah untuk menghasilkan

win-win solution melalui saling pemahaman dari kedua belah pihak

yang bernegosiasi, di mana di antara keduanya memperoleh apa

yang diinginkan masing-masing, serta di antara mereka tidak ada

yang dirugikan.Negosiasi bukanlah sebuah proses yang disediakan hanya untuk

diplomat yang ahli, penjual barang ternama, atau pengacara yang

bekerja untuk sebuah pendekatan yang ternegosiasi, ini adalah

sesuatu yang setiap orang lakukan, hampir setiap hari (Lewicki,

Barry, & Saunders, 2012: 3). Seperti memutuskan di mana akan

makan, anak-anak yang memutuskan untuk melihat film apa, dll.

Definisi negosiasi secara singkat menurut Pruit dalam Lewicki,

Barry, & Saunders (2012: 3) adalah bentuk pengambilan keputusan

di mana dua pihak atau lebih berbicara satu sama lain dalam upaya

untuk menyelesaikan kepentingan perdebatan mereka. Lewicki,

Barry, & Saunders (2012: 7) mengatakan negosiasi adalah salah satu

dari beberapa mekanisme di mana orang dapat menyelesaikan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

27

konflik. Situasi negosiasi pada dasarnya memiliki karakteristik yang

sama, apakah negosiasi perdamaian antara negara-negara perang,

negosiasi bisnis antara pembeli dan penjual atau buruh dan

manajemen, atau tamu yang marah mencoba untuk mengetahui

bagaimana mendapatkan air panas untuk mandi sebelum wawancara

penting.Karakteristik negosiasi menurut Lewicky, 1992; Rubin &

Brown, 1975) dalam Lewicki, Barry, & Saunders (2012: 7-8) antara

lain; (1) dalam bernegosiasi terdapat dua atau lebih pihak, (2)

terdapat konflik kebutuhan dan keinginan antara dua pihak atau lebih

yang akan dibahas, (3) para pihak bernegosiasi dengan pilihan! (4)

ketika bernegosiasi, kita mengharapkan proses “memberi dan

menerima” yang mendasar untuk definisi sendiri. (5) para pihak

lebih suka benegosiasi dan mencari kesepakatan daripada melawan

secara terbuka satu sisi mendominasi dan sisi lain menyerah,

memutuskan kontak secara tetap, atau membawa perselisihan

mereka otoritas yng lebih tinggi untuk mengatasinya. Negosiasi adalah sebuah komunikasi di mana pihak-pihak

mencari kesepakatan untuk mengadakan pertukaran di antara

mereka. Namun pendapat tersebut kurang disetujui Brian Lomas.

Lomas (2008: 1) berpendapat bahwa tidak setiap negosiasi

menghasilkan sebuah kesepakatan pertukaran – ada kemungkinan

pihak-pihak yang terlibat memutuskan untuk menghentikan diskusi.

Jadi, negosiasi menurut Lomas adalah sebuah komunikasi yang

menghasilkan pertukaran antara dua pihak atau lebih.Tiada hari dalam kehidupan kita yang berlalu tanpa negosiasi

menurut Lomas (2008: 2) beberapa contoh negosiasi bisnis yang

pernah dilakukan; (1) menetapkan/menyepakati target-target

dan/atau upah dan manfaat-manfaat; (2) mengupayakan kerjasama

dari pihak-pihak lain di dalam organisasi; (3) membentuk kemitraan

dengan organisasi-organisasi, serikat pekerja, dan pemerintah; (4)

mempengaruhi orang-orang untuk membuat prioritas sesuai dengan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

28

keinginan dan kebutuhan;(5) mengupayakan pendelegasian

pekerjaan pada seseorang; (6) mengadakan transaksi dengan para

pemasok eksternal, pemberi jasa dan pelanggan mengenai waktu,

harga, kualitas, syarat, dan ketentuan, dan lain-lain;(7)

menyelesaikan sengketa dengan para pelanggan, pemasok, atau

secara internal. Menurut Lomas (2008: 2) dalam kehidupan pribadi kita

bernegosiasi ketika (1) membeli atau menjual rumah, mobil, atau apa

pun yang menyangkut barang milik pribadi; (2) membentuk atau

mengakhiri sebuah hubungan; (3) membagi tanggung jawab atau

tugas di antara teman-teman atau keluarga; (4) membujuk orang lain

untuk melakukan tindakan tertentu; (5) memutuskan tujuan

bepergian.

Walgito (2008: 159-160) berpendapat agar mencapai

penyelesaian konflik yang memuaskan, selain harus melibatkan

kedua belah pihak yang berkonflik, kita pun harus dapat memenuhi

atau memuaskan keduanya hal ini disebut win win solution.

Sebaliknya jika sifat kompetetif yang dipentingkan, maka

pemecahan konflik hanya memenuhi kepentingan salah satu pihak

dan disebut win lose solution. Namun, konflik dapat berakhir kalah-

kalah, sehingga tidak memenuhi keinginan satu pihak pun. Selain pengertian di atas Lumumba (2013: 11) membagi proses

negosiasi menjadi dua tahapan, yakni: informal dan formal. Pada

kedua fase ini para pihak yang terlibat dalam negosiasi dapat

melakukan langkah-langkah persiapan, yakni: Pertama,

mengidentifikasi elemen-elemen kunci dari negosiasi, berupa daftar

persiapan sebagai kerangka kerja yang akan digunakan selama

proses negosiasi, sekaligus sebagai kesempatan untuk belajar dan

berimprovisasi. Kedua, perencanaan yang di dalamnya mencangkup

waktu dan tempat serta status negosiator yang akan menempati

tempat duduk di meja perundingan. Selain itu, pengaturan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

29

“lingkungan” negosiasi yang dapat menciptakan atmosfer demi

menunjang sebuah kesepakatan. Hal ini sering terjadi dengan faktor

“lingkungan” yang meliputi: waktu, tempat, keadaan sekitar, dapat

mendukung atau merusak negosiasi, karena partisipan lebih dominan

menghabiskan sejumlah waktu dalam lingkungan tersebut.Berbeda dengan pendapat Lumumba, tahapan negosiasi menurut

Lomas (2008: 79-86) antara lain sebagai berikut: (1) Membuka

sebuah negosiasi Secara singkat, nyatakan subyek yang akan anda

negosiasikan tanpa memberikan indikasi mengenai hasil yang

diharapkan; (2) Temukan kebutuhan-kebutuhan, ajukan pertanyaan

secara berurutan; pembuka, spesifik, shecking, ringkasan, dan

kemudian penutup; berikanlah sedikit informasi, mintalah beberapa

sebagai balasan; mendengar secara cermat jawaban-jawaban yang

muncul; (3) Jelajahi kebutuhan dan keinginan, menentukan prioritas

relatif mengenai kebutuhan, keinginan, dan kriteria sukses dari

pihak-pihak lain; (4) Memperdagangkan, jangan pernah memberikan

sesuatu secasa gratis (sekalipun bagi anda hal itu tidak bernilai).

Segala sesuatu seharusnya ‘diperdagangkan’; (5) Menutup deal, jika

segala sesuatu telah diperdagangkan secara sukses, maka kita harus

menutup deal; (6) Cantumkan dalam tulisan, secara ideal, setiap

pihak akan menuliskan kesepakatan dan kemudian meng-crosschek-

nya sebelum negosiasi berakhir.Secara umum Pragolapati (2011: 9) menyatakan negosiasi

adalah sebuah proses bahwa dua atau lebih orang atau kelompok

bersama-sama memberikan perhatian pada minat untuk mendapatkan

sebuah kesepakatan yang akan saling menguntungkan

(menguntungkan kedua belah pihak). Pragolapati juga menjelaskan

bahwa negosiasi merupakan cara yang lebih baik dalam mencari

solusi dibanding dengan sebuah pengadilan atau kekerasan, untuk

mendapatkan solusi terbaik, negosiasi dilakukan dengan menjalin

hubungan yang baik dan profesional.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

30

Menurut Cohen (1986: 14) negosiasi adalah penggunaan

informasi dan kekuatan untuk mempengaruhi sikap dalam suatu

jaringan ketegangan. Perdapat tersebut sejalan dengan Prasetyono

(2008: 38) Negosiasi adalah proses atau upaya menggunakan

informasi dan kekuatan untuk mempengaruhi tingkah laku ke dalam

suatu jaringan yang penuh dengan tekanan. Jadi sadar tidak sadar

dalam kenyataannya kita akan selalu bernegosiasi setiap waktu, baik

pada pekerjaan atau di dalam kehidupan pribadi.2) Hakikat Teks Negosiasi

Pendapat-pendapat di atas merupakan pengertian secara umum

mengenai negosiasi. Berbeda dengan negosiasi pada umumnya,

pengertian teks negosiasi sangat terbatas. Teks merupakan

pemahaman seseorang tentang bahasa yang disampaikan dengan

bahasa lisan atau tulis berupa rentetan kata-kata dan kalimat-kalimat

yang di dalam rentetan tersebut terdapat makna-makna yang dapat

menyampaikan pesan dari penulis kepada pembaca. Hal ini berdasar

pada Rohmadi & Nasucha (2010: 11) yang berpendapat teks

merupakan bahasa tulis berupa rentetan kata-kata dan kalimat-

kalimat, tetapi sebenarnya yang penting dicermati adalah teks itu

terdiri atas makna-makna, sehingga dapat disimpulkan bahwa teks

itu sangat berkaitan dengan kegiatan menulis. Sedangkan Halliday

dan Ruqaiyah (1992) menyebutkan bahwa teks merupakan jalan

menuju pemahaman tentang bahasa. Menurutnya teks merupakan

bahasa yang berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan tugas

tertentu dalam konteks situasi. Semua contoh bahasa hidup yang

mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi disebut teks

(Mahsun, 2014: 1).Mahsun (2014: 1) mendefinisikan teks merupakan satuan bahasa

yang digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial baik secara

lisan maupun tulis dengan struktur berpikir yang lengkap, dengan

demikian pencirian teks dapat berupa bahasa yang dituturkan

ataupun dituliskan, atau juga bentuk-bentuk sarana lain yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

31

digunakan untuk menyatakan apa saja yang dipikirkan baik secara

verbal maupun nonverbal.Mahsun (2014: 8-22) mengemukakan jenis teks berdasarkan

genre-nya, yaitu (1) teks sastra/penceritaan, beberapa teks yang

termasuk dalam genre teks sastra adalah (a) teks cerita ulang, teks ini

memiliki tujuan sosial menceritakan kembali tentang peristiwa pada

masa lalu agar tercipta semacam hiburan atau pembelajaran dari

pengalaman pada masa lalu bagi pembaca atau pendengarnya; (b)

tesk anekdot, memiliki tujuan sosial yang sama dengan teks cerita

ulang, hanya saja peristiwa yang ditampilkan membuat partisipan

yang mengalaminya merasa jengkel atau konyol (Wiratno, 2014

dalam Mahsun, 2014: 25); (c) teks ekseplum, teks ini memiliki

tujuan sosial menilai perilaku atau karakter dalam cerita; (d) teks

nartif, model penceritaan pada teks ini, antara masalah dengan

pemecahan masalah tidak menyatu dalam satu struktur teks yang

berbeda. (2) teks faktual, untuk teks genre faktual dikemukakan dua

buah teks, yaitu (a) teks deskripsi, tipe teks yang memiliki tujuan

sosial untuk menggambarkan sesuatu objek/benda secara individual

berdasarkan ciri fisiknya. (b) teks prosedur/arahan, memiliki tujuan

sosial mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang

telah ditentukan. (3) teks tanggapan, untuk teks genre tanggapan

dikemukakan dua buah teks, yaitu; (a) teks eksposisi, teks ini berisi

gagasan atau usulan sesuatu yang bersifat pribadi. Itu sebabnya, teks

ini sering juga disebut sebagai teks argumentasi sati sisi (Wiratno,

2014 dalam Mahsun, 2014: 31); (b) teks eksplanasi memiliki fungsi

sosial menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau terjadinya

sesuatu.Teks negosiasi termasuk dalam genre teks tanggapan dengan

tujuan sosial mengasosiasikan hubungan, informasi barang dan

layanan dengan struktur teks negosiasi mencangkup orientasi,

pengajuan, penawaran, persetujuan, dan penutup (dikutip dari

Mahsun, 2014: 8-22).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

32

Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk

mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai

kepentingan yang berbeda. Dalam negosiasi, pihak-pihak tersebut

berusaha menyelesaikan perbedaan itu dengan berdialog. Negosiasi

memiliki tujuan yaitu untuk mengurangi perbedaan posisi setiap

pihak, mereka mencari cara untuk menemukan butir-butir yang sama

sehingga akhirnya kesepakatan dapat dibuat dan diterima bersama.

Sebelum negosiasi dilakukan, perlu ditetapkan terlebih dahulu

orang-orang yang menjadi wakil dari setiap pihak dikutip dari buku

siswa (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014: 122). Agar negosiasi berjalan lancar, perlu dilakukan beberapa

serangkaian tindakan, antara lain; (a) mengajak untuk membuat

kesepakatan, (b) memberikan alasan mengapa harus ada

kesepakatan, (c) membandingkan beberapa pilihan, (d) memperjelas

dan menguji pandangan yang dikemukakan, (e) mengevaluasi

kekuatan dan komitmen bersama, dan (f) menetapkan dan

menegaskan kembali tujuan negosiasi (Kemendikbud, 2014: 122)Bernegosiasi tidak hanya melakukan beberapa tindakan seperti

di atas, namun selama melakukan negosiasi hendaknya menghindari

hal-hal yang dapat merugikan kedua belah pihak. Untuk itu,

komunikasi dalam negosiasi dilakukan dengan cara yang santun.

Cara tersebut dapat ditempuh dengan: (a) menyesuaikan

pembicaraan ke arah tujuan praktis, (b) mengkomodasi butir-butir

perbedaan dari kedua belah pihak, (c) mengajukan pandangan baru

dan mengabaikan pandangan yang sudah ada tanpa memalukan

kedua belah pihak, (d) mengalokasikan tugas dan tanggung jawab

masing-masing, dan (e) menprioritaskan dan mengelompokkan saran

atau pendapat dari kedua belah pihak (Kemendikbud, 2014: 123)Keterampilan menulis teks negosiasi tidak hanya paham

mengenai pengertian, tindakan, dan cara melakukan negosiasi saja,

namun harus memperhatikan struktur teks negosiasi berdasarkan

jenis dari negosiasi yang dilakukan. Adapun struktur teks negosiasi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

33

terdiri dari dua, yaitu struktur umum dan struktur komplek. Hal ini

didukung oleh pendapat Shalima, dkk (2014: 36-47) menyatakan

bahwa struktur umum teks negosiasi meliputi tiga hal yang

membentuknya, yakni pembukaan, isi, dan penutup. Pembuka berisi

tentang salam, perkenalan diri (bila perlu), dan menyampaikan

maksud yang ingin disampaikan dalam negosiasi secara garis besar.

Isi merupakan pokok-pokok yang ingin disampaikan dalam

rundingan negosiasi. Penutup berisi keputusan atau kesepakatan dan

juga salam penutup. Struktur komplek ini biasanya untuk negosiasi

penjual dan pembeli. Orientasi berupa salam, maksud, dan tujuan

mengadakan jual beli. Permintaan disampaikan pembeli kepada

penjual. Pemenuhan merupakan kesepakatan atas produk sesuai

dengan kriteria pembeli atau tidak. Penawaran adalah negosiasi

tentang nilai barang, membuat kesepakatan yang sama antara

penawaran penjual dan pembeli. Persetujuan adalah kesepakatan

yang dicapai penjual dan pembeli. Pembelian merupakan kegiatan di

mana barang yang ada pada penjual menjadi hal milik pembeli

dengan menukar nilai tertentu. Penutup biasanya berupa ucapan

terima kasih dan pesan kepuasan.Berbeda dengan pendapat di atas Soebandi (2014: 168-169)

mengatakan bahwa struktur dari teks negosisi antara lain; (1)

percakapan. Teks negosiasi disusun dalam pola percakapan atau

dialog, baik dalam bentuk drama ataupun paragraf. Pada bentuk

drama, antara pembicara (pelaku) dan kalimat dialognya dipisahkan

dengan tanda titik dua, sedangkan pada bentuk paragraf kalimat

dialog diapit dengan tanda kutip sebagai ciri kalimat langsung. (2)

pelaku. Dalam sebuah negosiasi, dipastikan ada pelaku atau

negosiator, baik perseorangan maupun kelompok, yang

berkepentingan menyelesaikan masalah. Setiap pelaku memiliki

tujuan utama yang sama, tetapi memiliki pandangan yang berbeda.

(3) ragam percakapan. Pada teks negosiasi, banyak digunakan gaya

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

34

percakapan, yaitu bahasa percakapan sehari-hari, termasuk

penggunaan kalimat minor (bentuk sapaan, dan kata seru) selain itu,

banyak juga digunakan kata yang menyatakan penolakan dan

persetujuan.Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan teks

negosiasi merupakan suatu teks yang di dalamnya terdapat bentuk

interaksi sosial yang bertujuan untuk mengasosiasikan hubungan

dalam bentuk interaksi sosial antara dua orang atau lebih untuk

mencapai suatu kesepakatan bersama di mana kesepakatan tersebut

adalah kesepakatan terbaik untuk kedua belah pihak

(menguntungkan kedua belah pihak). Struktur teks negosiasi

berbeda-beda, tergantung pada jenis dari negosiasi tersebut, ada

negosiasi sederhana dan ada negosiasi komplek.c. Pedoman Penilaian Menulis Teks Negosiasi

Setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan sejumlah asas yang

dapat dijadikan pedoman. Demikian pula dengan aktivitas menulis. The

Liang Gie (2002) mengemukakan enam asas menulis yang disebut

dengan asas mengarang berikut. (1) Kejelasan (clarity), setiap karangan

harus jelas, tulisan harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan

dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti

tidak disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-

samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak

nyata oleh pembaca. (2) Keringkasan (conciseness), suatu tulisan tidak

boleh ada penghamburan kata, tidak terdapat butir ide yang

dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan dalam kalimat

yang terlalu panjang. (3) Ketepatan (correctness), suatu tulisan harus

dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan

kecocokan sepenuhnya seperti yang dimakasud penulisnya. (4)

Kesatupaduan (unity), segala hal yang disajikan dalam tulisan tersebut

memuat satu gagasan pokok atau sering disebut tema. Tulisan yang

tersusun atas alenia-alenia tidak boleh ada uraian yang menyimpang serta

tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. (5) Pertautan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

35

(coherence), kalimat satu dengan kalimat yang lain harus

berkesinambungan. (6) Penegasan (emphasis), tulisan perlu ada

penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca

mendapat kesan yang kuat terhadap suatu tulisan (Andayani, 2009: 32-

34).Selaras dengan pendapat di atas Menurut David P. Haris dikutip dari

Slamet (2007: 108) proses menulis sekurang-kurangnya mencangkup

lima unsur yakni (1) isi karangan, merupakan gagasan yang

dikemukakan; (2) bentuk karangan, adalah susunan atau penyajian isi

karangan; (3) tata bahasa, merupakan kaidah-kaidah bahasa termasuk di

dalamnya pola-pola kalimat; (4) gaya, adalah pilihan struktur dan

kosakata untuk memberi nada tertentu terhadap karangan itu, (5) ejaan

dan tanda baca, adalah penggunaan tata cara penulisan lambang-lambang

bahasa tertulis.Dalman (2014: 100-102) mengemukakan kriteria karangan yang baik

setidak-tidaknya berhubungan dengan: (1) Tema, adalah hal yang

mendasari karangan/tulisan untuk membuat karangan yang baik

diperlukan tema atau topik. Keberhasilan mengarang dipengaruhi oleh

tepat atau tidaknya tema/topik yang dipilih. (2) Ketepatan isi dalam

paragraf, paragraf harus memiliki ide pokok, oleh karena itu paragraf

yang baik harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut; kesatuan (semua

kalimat yang membina paragraf harus secara bersama-sama menyatakan

suatu hal atau tema tertentu; dan kepaduan (kekompakan hubungan

antarkalimat yang satu dengan yang lain dan membentuk paragraf); serta

perkembangan (penyusunan atau perincian ide yang membina karangan).

(3) Kesesuaian isi dengan judul, judul sebuah karangan akan

menggambarkan isi secara keseluruhan. (4) Ketepatan susunan kalimat,

struktur sebuah kalimat sangat penting, hal ini dimaksudkan untuk

memudahkan pembaca menangkap ide pokok dalam paragaraf. Berikut

pada ketepatan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang

lain akan menentukan kejelasan kalimat. (5) Ketepatan penggunaan

ejaan, memegang peranan penting penting, tercakup dalam penggunaan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

36

ejaan adalah penulisan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian

tanda baca.

Penilaian terhadap hasil karangan menulis teks negosiasi siswa

sebaiknya tidak hanya dilihat dari asas-asas yang telah dijelaskan di atas

saja, namun juga menggunakan rubrik penilaian yang mencangkup

komponen isi dan bahasa masing-masing dengan subkomponennya

(Nurgiyantoro: 2011: 439). Tes kemampuan menulis yang paling sering

diberikan kepada peserta didik adalah dengan menyediakan tema atau

sejumlah tema, dan ada kalanya sudah berupa judul-judul yang harus

dipilih salah satu di antaranya. Jika yang disediakan berupa tema, peserta

didik diberi kebebasan untuk menjuduli karanganya sepanjang

mencerminkan tema yang di maksud. Jenis karangan yang ditulis dapat

berupa fiksi (karya kreatif) ataupun nonfiksi, karangan bukan cerita

(Nurgiyantoro, 2011: 437 - 438).Nurgiyantoro (2011: 439 - 440) mengemukakan bahwa kita dapat

mengembangkan sendiri rubrik penilaian yang memberi bobot secara

proposional terhadap tiap komponen berdasarkan pentingnya komponen-

komponen itu dalam mendukung ekstensi sebuah karya tulis. Singkatnya,

komponen yang lebih penting diberi skor yang lebih tinggi, sedang yang

kurang penting skor lebih rendah. Dengan skala 1 – 100.

Berdasarkan konsep teori dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

keterampilan menulis teks negosiasi adalah kemahiran seseorang dalam

menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat mengenai interaksi sosial antara

dua orang atau lebih untuk mencapai suatu kesepakatan bersama yang saling

menguntungkan, dalam sebuah media dengan aksara yang membentuk suatu

karangan yang baik sehingga seorang dapat memahami maksud dari

seseorang melalui membaca. 2. Hakikat Model Group Investigation (GI) dan Model Discovery Learning

Pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu faktor penting

yang dalam menumbuhkan semangat, minat, dan motivasi siswa dalam

mengikuti pelajaran. Oleh sebab itu, seorang pendidik perlu melakukan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

37

perencanaan serangkaian pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa,

salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang dapat efisien dan

efektif untuk siswa.Joyce & Well berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan

pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model

pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih

model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan

pendidikannya (dikutip dari Rusman, 2012: 133).Mill dalam Suprijono (2011: 45) berpendapat bahwa model adalah

representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Sedangkan

menurut Suprijono (2011: 45) model merupakan interprestasi terhadap hasil

observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Menurut

Arends dalam Suprijono (202: 46) model pembelajaran mengacu pada

pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Penelitian ini fokus pada model Group Investigation dan

discovery learning sebagai model dalam kelas kontrol.a. Hakikat Model Group Investigation (GI)

Model group investigation dalam pandangan Tsoi, Goh, dan Chia

(2001) secara filosofis beranjak dari paradima konstruktivis, di mana

terdapat suatu situasi yang di dalamnya siswa-siswa berinteraksi dan

berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan

pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi suatu masalah,

merencanakan, mempresentasikan, serta mengevaluasi kegiatan mereka

(dikutip dari Aunurrahman, 2012: 151). Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dirancang

oleh Herbet Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

38

kawan-kawannya dari Universitas Tel Aviv (Mahendra, 2013: 43).

Model GI sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan

paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif

(Sugiyanto, 2009: 46). Model ini menuntut siswa untuk kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki

kelompok (group process skills). Model pembelajaran Group

Investigation (GI) menurut Mahendra (2013: 44) merupakan jenis

pembelajaran kooperatif untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang melibatkan

siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara

untuk mempelajari melalui investigasi. Model ini cocok untuk digunakan

untuk proyek yang terintegrasi dalam memecahkan suatu masalah.Model pembelajaran GI, siswa merencanakan sendiri topik yang

akan diselidiki dari tema umum yang diberikan oleh guru dan selanjutnya

menentukan sendiri cara melakukan penyelidikannya. Komunikasi dan

kerjasama yang baik antar-anggota kelompok sangat dipentingkan.

Peranan guru adalah sebagai narasumber dan fasilitator.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Group Investigation (GI) adalah suatu rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka

dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.Seperti pendapat di atas Huda (2013: 292) mengatakan bahwa model

group investigation yang pertama kali dikembangkan oleh Sharan dan

Sharan (1976). Menurut Huda group investigation merupakan salah satu

model komplek dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan

siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi, dalam GI guru

bertugas untuk menginisiasi pembelajaran dengan menyediakan pilihan

dan kontrol terhadap para siswa untuk memilih strategi penelitian yang

akan mereka gunakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniasih & Sani

(2015: 71) yang menyatakan model pembelajaran group investigation

adalah salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang memiliki

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

39

titik tekan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri

materi atau segala sesuatu mengenai materi pelajaran yang akan

dipelajari. Model ini harus melibatkan siswa mulai dari perencanaan,

baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya

melalui investigasi.Para guru yang menggunakan model GI umumnya membagi kelas

menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 hingga 5 siswa

dengan karakteristik yang heterogen.Deskripsi mengenai langkah-

langkah model GI menurut Sugiyanto, 2009: 47-48) sebagai berikut: (1)

seleksi topik. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah

umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa

diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada

tugas (task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.

Komposisi kelompok bersifat heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik,

maupun kemampuan akademik. (2) merencanakan kerjasama. Para siswa

dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan

tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang

telah dipilih seperti langkah di atas. (3) implementasi. Para siswa

melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.

Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan

dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan

berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan

memberikan bantuan jika diperlukan. (4) analisis dan sintesis. Para siswa

menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada

langkah sebelumnya dan merencanakan peringkasan dalam suatu

penyajian yang menarik di depan kelas. (5) penyajian hasil akhir. Semua

kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang

telah dipelajari agar semua siswa telibat dan mencapai prespektif yang

luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.

(6) evaluasi selanjutnya. Guru beserta para siswa melakukan evaluasi

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

40

mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai

suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencangkup tiap siswa secara

individual atau kelompok atau keduanya. Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation (GI) menurut

Suprijono (2012: 93) dibagi menjadi 5 tahap yaitu: (1) pembelajaran

dimulai dengan pembagian kelompok. (2) guru beserta peserta didik

memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang

dapat dikembangkan dari topik-topik itu. (3) sesudah topik beserta

permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menetukan

metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah. (4)

langkah selanjutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing

kelompok, (5) di akhir pembelajaran dilakukan evaluasi.Sementara itu, Aqib (2014: 26) membagi langkah-langkah model

Group Investigation (GI) menjadi 8 langkah antara lain sebagai berikut:

(1) guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen, (2) guru

menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok, (3) guru

memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok

mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain, (4)

masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara

kooperatif berisi penemuan, (5) setelah selesai diskusi, lewat juru bicara,

ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok, (6) guru memberikan

penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan, (7) evaluasi, (8)

penutup.Menurut Daryanto & Rahardjo (2012: 237-238) langkah-langkah

implementasi model pembelajaran Group Investigation (GI) antara lain

sebagai berikut, Tahap pertama, sebagai tahap penyajian materi

menggunakan strategi atau pendekatan “pembentukan konsep dari taba”.

Tahap kedua, merupakan gabungan dari tahap analogi langsung atas

materi yang sedang dibahas. Setelah itu diikuti dengan melakukan

pembandingkan terhadap analogi-analogi dengan tujuan untuk

mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan dan kaitan antara aspek-

aspek yang dibahas. Kegiatan penjelasan perbedaan bertujuan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

41

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memperoleh kejelasan

tentang perbedaan-perbedaan yang ada dalam objek yang sedang

dibahas. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar perlu memberi

dorongan dan memfasilitasi peserta didik untuk kegiatan tersebut. Tahap

ketiga, sebagai tahap pengajuan analogi personal peserta didik diminta

mengajukan pengenalan diri seumpama ia (peserta didik) sebagai sesuatu

objek sesuai materi yang sedang dibahas. Karena itu dalam tahap ini,

peserta didik tidak boleh dibatasi kesempatannya untuk berekspresi dan

mengemukakan gagasannya. Peran serta aktif pengajar sebagai fasilisator

sangat dibutuhkan. Tahap keempat, disebut sebagai tahap eksplorasi

peserta didik diminta menguraikan atau menjelaskan kembali materi

yang sedang dibahas dengan menggunakan bahasanya sendiri. Untuk itu,

agar peserta didik mampu melakukan tugas tersebut maka pengajar perlu

memfasilitasi peserta didiknya dengan teknik curah pendapat dan hasil

pekerjaan peserta didik didiskusikan dengan teman-temannya. Tahap

kelima, disebut sebagai tahap pengajuan analogi langsung (yang lainnya)

terhadap materi yang sedang dibahas. Peserta didik diharapkan dapat

mengajukan analogi langsung yang telah dikuasainya dan mampu

menjelaskan persamaan atau perbedaannya. Di sini, yang dipentingkan

adalah argumentasi, mengapa suatu objek tertentu dianalogikan dengan

meteri yang sedang dibahas. Sementara itu, langkah-langkah pelaksanaan model Group

Investigation menurut Zingaro dalam Maman (2012: 112) adalah (1)

seleksi topik, pada langkah ini para siswa memilih berbagai subtopik

dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih

dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi

kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups)

yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen

baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik; (2)

merencanakan kerja sama, pada langkah kedua ini para siswa beserta

guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

42

umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah

dipilih dari langkah pertama di atas; (3) implementasi, pada langah

ketiga, para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada

langkah kedua. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan

keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk

menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di

luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap

kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan; (4) analisis dan

sintesis, para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi

yang diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar dapat

diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas; (5)

penyajian hasil akhir, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang

menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam

kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai

topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru; dan (6)

evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi

dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau

keduanya.Sama halnya dengan beberapa pendapat di atas Slavin dalam

Mahendra (2013: 44) memaparkan bahwa model group investigation

memiliki enam tahapan pembelajaran yaitu sebagai berikut: (1) grouping,

(2) planning, (3) investigating, (4) organizing, (5) presenting¸(6)

evaluating. Berbeda dengan beberapa pendapat di atas Rusman (2012: 223)

menyatakan langkah-langkah model pembelajaran group investigation

hanya melalui 3 langkah yaitu membagi siswa ke dalam kelompok kecil

yang terdiri 5 siswa, lalu memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat

analitis, kemudian mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam

menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam

dalam kurun waktu yang disepakati.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

43

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran group investigation merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang menitik-beratkan pada keaktifan siswa.

Dengan langkah-langkah pembelajaran pembagian siswa terlebih dahulu,

pemberian materi, diskusi kelompok, presentasi di depan kelas, dan

evaluasi.Model Group Investigation (GI) digunakan untuk melatih berbagai

kemampuan siswa antara lain: sintesis, analitis, dan mengumpulkan

informasi/data untuk memecahkan suatu permasalahan (Arnyana dalam

Mahendra, 2013: 44). Model pembelajaran GI dapat digunakan untuk

melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa (Slavi dalam Ibrahim

dalam Mahendra, 2013: 44).Adapun kelebihan dari model pembelajaran group investigation

menurut Arnyana dalam Mahendra (2013: 44) yaitu: (1) siswa menjadi

mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, (2)

siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, (3) siswa memiliki

kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam

mensintesis dan menganalisis, (4) meningkatkan kemampuan siswa

dalam berdiskusi.Sementara itu Kurniasih & Sani (2015: 73) menyebutkan beberapa

kelebihan model group investigation antara lain sebagai berikut: (1)

model pembelajaran group investigation memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa, (2) penerapan model ini mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (4)

pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan

berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar

belakang, (5) model ini juga melatih siswa untuk memiliki kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya, (6)

memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai

dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.Manfaat atau kelebihan dari penggunaan model Group Investigation

(GI) menurut Daryanto & Rahardjo (2012: 239) sebagai berikut; (1)

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

44

Model pembelajaran ini mudah diterapkan atau diadopsi pengajar karena

tahap-tahap pembelajaran yang ada dalam pembelajaran ini

menggunakan analogi-analogi yang sesungguhnya, pengajar telah

terbiasa menggunakannya ketika menjelaskan suatu materi pembelajaran

yang dirasa sulit dikuasai peserta didik. (2) dengan demikian, pengajar

tidak terlalu asing terhadap model pembelajaran tersebut, (3) model

pembelajaran ini tidak mempersyaratkan adanya penyediaan prasarana

atau fasilitas pembelajaran yang relatif kompleks, (4) model

pembelajaran ini hanya memerlukan media pembelajaran sederhana,

terutama akan dipakai untuk memfasilitasi peserta didik dalam

memahami materi yang sedang dibahas atau melihat kaitan dan

perbedaan antara meteri yang sedang dibahas dengan objek yang

dianalogikan.Sementara itu, Shoimin (2014: 81-82) membagi kelebihan model

pembelajaran group investigation menjadi 3 kelompok antara lain. (1)

Secara pribadi; dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas,

memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, rasa percaya diri

dapat lebih meningkat, dapat belajar untuk memecahkan dan menangani

suatu masalah, mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik. (2)

Secara sosial; meningkatkan belajar bekerja sama, belajar berkomunikasi

baik dengan teman sendiri maupun guru, belajar berkomunikasi yang

baik secara sistematis, meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu

keputusan. (3) Secara akademis; siswa terlatih untuk mempertanggung-

jawabkan jawaban yang diberikan, bekerja secara sistematis,

mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang,

merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya, mengecek

kebenaran jawaban yang mereka buat, selalu berpikir tentang cara atau

strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku

umum.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kelebihan dari

penggunaan model group investigation yaitu dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa, serta melatih siswa untuk bekerjasama

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

45

dengan kelompok dalam hal ini penggunaan model GI sangat berguna

bagi pembelajaran bahas Indonesia.Selain kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran group

investigation juga mempunyai kekurangan. Menurut Setiawan dalam

Shoimin (2014: 82) kekurangan dari model GI antara lain; (1) sedikitnya

materi yang disampaikan pada suatu kali pertemuan. (2) sulitnya

memberikan penilaian secara personal. (3) tidak semua topik cocok

dengan model pembelajaran group investigation. Model ini cocok untuk

diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu

bahasa dari pengalaman yang dialami sendiri. (4) diskusi kelompok

biasanya berjalan kurang efektif. (5) siswa yang tidak tuntas memahami

materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini.Langkah-langkah penggunaan model group investigation dalam

pembelajaran menulis teks negosiasi yaitu sebagai berikut; (1) guru

membuat berbagai tema/topik mengenai teks negosiasi, setelah itu guru

membagi siswa menjadi 6 kelompok di mana dalam satu kelompok

terdapat 6 siswa beserta menentukan ketua kelompok, kemudian ketua

kelompok memilih salah satu tema yang telah dibuat oleh guru; (2)

setelah itu guru menjelaskan mengenai prosedur dan tujuan dari

pembelajaran, siswa membuat hipotesis dari pertanyaan yang telah guru

sajikan dalam teks; (3) siswa menginvestigasi, mencari informasi dari

berbagai media mengenai topik yang telah dipilihnya secara

berkelompok serta untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka buat;

(4) setelah mengumpulkan berbagai informasi siswa menganalisis dan

mensintesis berbagai informasi tersebut dan merencanakan agar dapat

diringkas dalam penyajian yang menarik dalam di depan kelas; (5)

langkah selanjutnya semua topik dan hasil pembuktian hipotesis

dipresentasikan di depan kelas, setelah semua kelompok menyajikan

hasil dari diskusi langkah selanjutnya, (6) guru beserta siswa melakukan

evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas

secara keseluruhan, evaluasi ini dapat mencangkup tiap siswa secara

individu ataupun kelompok.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

46

b. Hakikat Model Discovery LearningDiscovery learning atau yang dikenal dengan belajar penemuan

dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Jerome Bruner. Bruner

menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian sesuai

dengan pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya

memberikan hasil yang paling baik (Trianto, 2011: 38), seperti halnya

pendapat Trianto, menurut Joolingen discovery learning adalah suatu tipe

pembelajaran di mana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri

dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip

dari hasil percobaan tersebut (dalam Purwanto, 2012: 28).Matson dalam Matthews menyatakan pengajaran penyelidikan dan

penemuan ilmu pengetahuan adalah suatu proses bertanya sifat dan

struktur alam semesta. Pembelajaran penyelidikan dan penemuan

menuntut siswa untuk menemukan untuk mengambil contoh dari

kehidupan sehari-hari untuk mengusulkan hipotesis, menguji mereka

seperti ilmuwan, dan sementara itu untuk memperoleh tingkat lanjutan

keterampilan kognitif. Discovery learning (belajar penemuan) adalah

model yang mendorong siswa untuk sampai pada suatu kesimpulan

berdasarkan kegiatan dan pengamatan mereka sendiri, adapun kutipan

teori tersebut sebagai berikut.“According to Matson (2006), inquiry and discovery based scienceteaching is the process of inquiring the nature and structure of theuniverse. Inquiry and discovery based learning requires students totake examples from daily life, to propose hypotheses, test them likescientists, and meanwhile, to gain advanced level cognitive skills(Matthews, 2002). Discovery learning is a method that encouragesstudents to arrive at a conclusion based upon their own activitiesand observations. Inclusion of activities based on discovery learningin science teaching in Turkey is important for meaningful andlifelong learning”. (dalam Balim, 2009: 3)

Rahman & Maarif (2014: 40) model pembelajaran discovery

merupakan salah satu model pengajaran yang progresif serta

menitikberatkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. Amin

menegaskan bahwa suatu kegiatan“discovery atau penemuan” ialah suatu

kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

47

siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui

proses mentalnya sendiri. Dalam hal ini, penemuan terjadi apabila siswa

dalam proses mentalnya seperti mengamati, menggolongkan, membuat

dugaan, mengukur, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya

untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip (dalam Rahman &

Maarif, 2014: 40). Sementara Purwanto (2012: 27) mengatakan model pembelajaran

discovery merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan

sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis,

analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri. Discovery learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak

disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), namun peserta didik

dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan

konsep. Discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan

hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu

kesimpulan. Discovery terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam

penggunaan proses mental untuk menemukan beberapa konsep dan

prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,

prediksi, penentuan, dan inferi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Suprihatiningrum (2013: 242) bahwa melalui pembelajaran penemuan,

diharapkan siswa terlibat dalam penyelidikan suatu hubungan,

mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk menemukan hukum

atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut.Hosnan (2014: 282) berpendapat model pembelajaran discovery

learning adalah salah satu model untuk mengembangkan cara belajar

siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil

yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan

mudah dilupakan oleh siswa.Menurut Ballew salah satu tujuan pembelajaran discovery learning

adalah agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis. Hal ini

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

48

disebabkan siswa melakukan aktivitas mental sebelum materi yang

dipelajari dapat dipahami. Aktivitas mental tersebut misalnya

menganalisis, mengklasifikasi, membuat dugaan, menarik kesimpulan,

menggeneralisasi, dan memanipulasi informasi (dalam Pratiwi, 2014: 4).Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran

yang mendorong siswa untuk aktif dalam mencari, menemukan,

menganalisis suatu pengetahuan (materi pelajaran),dan memecahkan

masalah dalam pembelajaran di kelas sehingga pengetahuan yang didapat

lebih bermakna dan bertahan lama dalam ingatan siswa, karena dengan

menemukan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran membuat siswa memahami kesalahan dan mengerti cara

mengatasi masalah tersebut, sehingga siswa tidak mudah melupakan

materi yang telah ditemukan, dipecahkan, dan diselidiki sendiri.Pembelajaran yang menggunakan discovery learning dapat

meningkatkan keterampilan berpikir siswa karena siswa dilatih untuk

mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan

melalui sintaksnya seperti pada tahap stimulation siswa diajak untuk

mengamati dan menanya, tahap problem statement siswa diajak untuk

menanya dan mengumpulkan informasi, tahap data collection siswa

diajak untuk mencoba dan mengamati, tahap data processing siswa

diajak untuk menalar dan menanya, dan tahap terakhir verification siswa

diajak untuk menalar, dan mengomunikasikan.Langkah-langkah penerapan model discovery learning menurut

Scuhman dalam Suryosubroto dalam Rahman & Maarif (2014: 41)

meliputi; (1) identifikasi kebutuhan siswa; (2) seleksi pendahuluan

terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep, dan analogi yang akan

dipelajari; (3) seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas; (4)

membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan

masing-masing siswa; (5) mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang

diperlukan; (6) mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan

dipecahkan dan tugas-tugas siswa; (7) memberikan kesempatan kepada

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

49

siswa untuk melakukan penemuan; (8) membantu siswa dengan

informasi, data, jika diperlukan oleh siswa; (9) memimpin analisis sendiri

dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses; (10)

merangsang terjadinya interaksi antar-siswa dengan siswa; (11) memuji

dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan; (12)

membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan analogi atas hasil

penemuannya.Bruner dalam Dewi (2013: 13) membagi langkah-langkah model

discovery learning menjadi 6 tahap, antara lain (1) Stimulation

(stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar

dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian

dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan

untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk

menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan

membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. (2) Problem statement

(pernyataan/identifikasi masalah), memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka

hadapi, merupakan teknik yang berguna membangun siswa agar mereka

terbiasa untuk menemukan suatu masalah. (3) Data collectioon

(pengumpulan data), anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca litelatur,

mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba

sendiri, dan sebagainya. (4) Data processing (pengolahan data), data

processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah

diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya

lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding

kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan

generalisasi. (5) Verification (pembuktian), pada tahap ini siswa

melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,

dihubungkan dengan hasil data processing. (6) Generalization (menarik

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

50

kesimpulan/generalisasi), tahap generalization/ menarik kesimpulan

adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip

umum yang berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,

dengan memerhatikan hasil verifikasi atau tahap di mana berdasarkan

hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau

generalisasi tertentu.Berdasarkan pendapat ahli di atas langkah-langkah pembelajaran

model discovery learning dapat disimpulkan sebagai berikut;

menentukan tujuan pembelajaran, melakukan identifikasi karakteristik

peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya,

memilih materi pelajaran, menentukan topik-topik yang harus dipelajari

peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi),

mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,

ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik, mengatur

topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret

menjadi abstrak, dan melakukan penilaian proses dan hasil belajar

peserta didik.Penggunaan model discovery learning dalam pembelajaran bahasa

memiliki beberapa kelebihan seperti siswa yang aktif, tidak mudah

melupakan materi pelajaran, pembelajaran yang menyenangkan, siswa

dapat memecahkan masalah yang dihadapi, siswa dapat mengembangkan

sendiri pengetahuan yang telah dimiliki secara ilmiah, dsb.Suryosubroto dalam Rahman & Maarif (2014: 41) mengemukakan

bahwa salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak

digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah model discovery.

Hal ini disebabkan karena model pembelajaran memiliki beberapa

kelebihan antara lain; (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan

cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan sendiri, menyelidiki

sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam

ingatan, tak mudah dilupakan anak; (3) pengertian yang ditemukan

sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah

digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

51

strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang

akan dapat dikembangkan sendiri; (5) dengan model ini juga, anak

belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang

dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan

bermasyarakat.Sementara itu Roestiyah dalam Dewi (2013: 16) mengemukakan

kelebihan penggunaan model discovery learning sebagai berikut; (1)

model ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,

memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses

kognitif/pengenalan siswa. (2) siswa memperoleh pengetahuan yang

bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam

tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.(3) dapat membangkitkan

kegairahan belajar para siswa. (4) mampu memberikan kesempatan pada

siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-

masing. (5) mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga memiliki

motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. (6) membantu siswa untuk

memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses

penemuan sendiri. (7) model ini berpusat pada siswa, tidak pada guru.

Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.Selain dari kelebihan di atas model discovery learning ini memiliki

kelemahan, Roestiyah dalam Dewi (2013: 16) menyatakan beberapa

kelemahan dari model discovery learning antara lain sebagai berikut; (1)

siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar

ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan

sekitarnya dengan baik. (2) bila kelas telalu besar penggunaan model ini

akan kurang berhasil. (3) bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan

perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sempat kecewa

karena bila diganti dengan model ini. (4) dengan model ini ada yang

berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses

pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan

sikap dan keterampilan bagi siswa. (5) idak memberikan kesempatan

berpikir secara kreatif.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

52

Langkah-langkah penggunaan model discovery learning dalam

pembelajaran keterampilan menulis teks negosiasi yaitu sebagai berikut.

(1) siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri 6 siswa dalam satu

kelompok, (2) siswa diberikan soal-soal mengenai teks negosiasi, tanpa

dijelaskan terlebih dahulu siswa menjawab soal tersebut dengan hipotesis

mereka, (3) setelah itu siswa mengidentifikasi dan menganalisa

permasalahan yang mereka hadapi, (4) dengan cara mencari sebanyak

mungkin informasi dari internet ataupun buku, (4) tahap selanjutnya

siswa mengolah data yang berasal dari informasi yang mereka

kumpulkan, (5) setelah itu bersama kelompok siswa melakukan

pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis yang telah mereka tetapkan kemudian dihubungkan dengan

pengolahan data, (6) tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari

hasil diskusi kemudian mempresentasikan hasil dari kesimpulan tersebut.c. Perbedaan Model Group Investigation dan Discovery Learning

Model group investigation lebih menekankan kerjasama siswa dalam

menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru, secara berkelompok

dengan menukar pengalaman masing-masing siswa, dengan belajar

secara berkelompok kecil interaksi di antara sesama anggota akan lebih

intensif dibandingkan belajar dalam jumlah yang terlalu besar misalnya

satu kelas. Jouce, Weil dan Calhoun (2000) dikutip dari Aunurrahman

(2012: 153) mengatakan dengan jumlah kelompok yang tidak terlalu

besar, akan lebih mudah mengatur kegiatan, termasuk dalam

menyepakati waktu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok. Di

samping pentingnya perolehan pengetahuan dan pengalaman menurutnya

ada nilai-nilai penting yang menyertai tugas-tugas ini, yaitu melalui

kelompok kerjasama ini peserta didik akan belajar bagaimana bekerja

dengan teman lain atau seluruh siswa di kelas dalam berbagai variasi

tugas.Adapun ciri esensial group investigation menurut Killen (1998)

sebagai pendekatan pembelajaran adalah: (1) para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru; (2)

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

53

kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang telah dirumuskan; (3) kegiatan belajar siswa akan selalu

mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data,

menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan; (4) siswa akan

menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar; (5) hasil-hasil

dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa (dikutip dari

Aunurrahman, 2012:152-153). Menurut Joyce dan Weil (2000) group investigation memiliki

kelebihan komprehensivitas, di mana model ini memadukan penelitian

akademik, integrasi sosial, dan proses belajar sosial. Model ini juga dapat

dipergunakan dalam segala areal subyek, dengan seluruh tingkatan usia.

Penerapan model GI dalam proses pembelajaran memberikan dampak

instruksional dan dampak pengiring, yaitu berupa terwujudnya proses

efektivitas kelompok, mengembangkan wawasan dan pengetahuan serta

dapat menumbuhkan disiplin dalam inquiry kolaboratif. Penerapan model

GI juga memiliki dampak nurturant terutama berupa kebebasan sebagai

pelajaran menumbuhkan harga diri serta mengembangkan kehangatan

dan affilisiasi (dikutip dari Aunurrahman, 2012: 153-154).Group investigation merupakan suatu model pembelajaran yang

efektif dalam menyampaikan ilmu pengetahuan akademik sekaligus

sebagai proses sosial. Model ini juga akan mampu menumbuhkan

kehangatan hubungan antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap

aturan dan kebijakan. Kemandirian dalam belajar serta hormat terhadap

harkat dan martabat orang lain, dan yang lebih penting adalah model GI

dapat dipergunakan pada seluruh areal subyek yang mencangkup semua

anak pada segala tingkatan usia dan peristiwa sebagai model sosial inti

untuk semua sekolah. Oleh karena itu, penerapan model ini untuk proses

pembelajaran bagi siswa diyakini penting untuk dilakukan serta akan

memberikan manfaaat langsung bagi siswa dalam menggali pengalaman

belajar mereka.Model discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang lebih

menekankan pada pengalaman langsung. Model ini lebih mengutamakan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

54

proses daripada hasil besar. Bagi peserta didik di tingkat lembaga

pendidikan menengah ke bawah, pembelajaran ini masih memerlukan

bimbingan pendidik baik dalam proses maupun analisis (Sujarwo, 2011:

73). Sejalan dengan itu, penerapan pembelajaran discovery learning

suatu alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar

peserta didik, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan penalaran,

dan keterampilannya sendiri yang belum sesuai dengan yang diharapkan.

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya dalam

proses pembelajaran yang dipilih oleh pendidik dan memotivasi belajar

peserta didik. proses pembelajaran diupayakan pada kegiatan belajar

yang lebih bermakna melalui diskusi, bekerja kelompok, dan

memecahkan masalah serta menyimpulkannya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa pembelajaran discovery learning merupakan prosedur

pembelajaran yang mementingkan pembelajaran individual (Sujarwo,

2011: 74).Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran discovery

learning menurut Sujarwo (2011: 76) antara lain: (1) peserta didik

memerlukan tambahan bimbingan penemuan sama sekali baru bagi

mereka. Kondisi demikian ditekankan pada upaya bagaimana agar

peserta didik tidak sangat tergantung pada pendidik; (2) gunakan

pertanyaan dan pengarahan yang baik bila menemukan perkiraan yang

salah; (3) verbalisasi diserahkan pada peserta didik; (4) sering model ini

dihubungkan dengan lembar kerja; (5) merencanakan pelajaran dengan

penemuan harus memiliki tujuan yang jelas dan perlu dipikirkan sejauh

mana bimbingan dapat diberikan kepada pendidik; (6) merencanakan

materi pelatihan sesudah penemuan. Berdasarkan pemikiran di atas dapat disimpulkan perbedaan model

group investigation dan discovery learning adalah pembelajaran dengan

model discovery learning lebih menekankan pada kerja kelompok dalam

menginvestigasi suatu permasalahan, sedangkan pembelajaran discovery

learning lebih menekankan pada penemuan peserta didik secara

individual dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam hal ini

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

55

model group investigation lebih condong pada interaksi sosial sedangkan

model discovery learning lebih menekankan pada mental peserta didik. 3. Hakikat Penguasaan Kosakata

a. Hakikat KataKegiatan menulis tidak akan pernah lepas dari rentetan kata-kata

yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Kata merupakan satuan bahasa

yang lebih konkret yang secara hierarkis terdapat di atas morfem, hal ini

berdasar pada pendapat Kridalaksana (2005: 38) mengatakan secara

empiris morfem baru dapat diperoleh bila telah diketahui satuan yang

lebih konkret yang secara hierarkis terdapat di atasnya, yaitu kata.

Sejalan dengan pendapat Kridalaksana, Rahardi (2009: 12) menegaskan

bahwa kata menunjuk pada satuan bahasa terkecil yang dapat dilafalkan

secara bebas. Kata dapat berdiri sendiri sebagai sebuah entitas

kebahasaan dan dapat memiliki makna yang jelas, baik kata itu

merupakan kata dasar maupun sebagai kata jadian atau kata bentukan.

Sama halnya pendapat ahli di atas, kata menurut Pujiono (2013: 9) adalah

satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri dan mempunyai makna.

kata terbentuk dari gabungan huruf atau morfem yang sudah mempunyai

makna. Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas

intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi

tertentu (entah fonologis entah morfologis) dan secara relatif memiliki

distribusi bebas (Keraf, 2007: 21).Chaer (2009: 37-38) membagi kata menjadi dua status, seperti pada

kutipan berikut secara gramatikal kata mempunyai dua status. Sebagai

satuan terbesar dalam tataran morfologi, dan sebagai satuan terkecil

dalam tataran sintaksis. Sebagai satuan terbesar dalam tataran morfologi,

kata dibentuk dari bentuk dasar (yang dapat berupa morfem dasar terikat

maupun bebas, atau gabungan morfem) melalui proses morfologi

afiksasi, reduplikasi, atau komposisi. Sebagai satuan tekecil sintaksis

kata, khususnya yang termasuk kelas terbuka (nomina, verba, dan

adjektiva) dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan kata-kata

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

56

dari kelas tertutup (numeralia, preposisi, konjungsi) hanya menjadi

bagian dari frase yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis itu.Sebuah kata akan kelihatan jati dirinya, juga makna dan maksudnya,

hanya apabila kata itu digunakan dalam konteks fungsional di dalam

entitas kebahasaan yang lebih tinggi. Maka kemudian Ramlan

menyebutkan bahwa berdasarkan ciri-ciri fungsionalnya, kata di dalam

bahasa Indonesia itu dapat dibedakan menjadi 12 macam, yakni (1) kata

verbal, (2) kata nominal, (3) kata keterangan, (4) kata tambah, (5) kata

bilangan, (6) kata penyukat, (7) kata sandang, (8) kata tanya, (9) kata

suruh, (10) kata penghubung, (11) kata depan, dan (12) kata seruan.

Sekali lagi harus ditegaskan bahwa memaknai sebuah kata itu harus

selalu dihubungkan dengan fungsinya di dalam satuan kebahasaan yang

lebih besar, entah itu frasa, klausa, maupun kalimat (Ramlan dalam

Rahardi, 2009: 13).Sukmawati (2014: 168) mengatakan kata adalah suatu ujaran yang

mempunyai pengenalan intuitif bentuk lisan maupun dalam bentuk

bahasa tulis, hal ini sejalan dengan pendapat Crystal dalam Ba’dulu kata

adalah satuan yang dapat didefinisikan secara fisik yang dijumpai dalam

rentang tulisan (dikutip dari Sukmawati, 2014: 168). Pendapat

Sukmawati di atas searah dengan Samsiyah, dkk (2013: 31) juga

mengemukakan bahwa kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau

ditulis yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang

digunakan dalam bahasa.Pateda berpendapat bahwa wujud kata yang menjadi dasar

pembicaraan kosakata adalah (1) bentuk, (2) bentuk berimbuhan atau

bentuk turunan, (3) bentuk berulang atau reduplikasi, (4) bentuk

majemuk atau komposisi, (5) bentuk terikat konteks, (6) bentuk paduan

leksem (dalam Syamsiah, 2013: 31).Chaer dalam Syamsiyah (2013: 31) mengemukakan menurut tata

bahasawan tradisional klasifikasi kata menggunakan kriteria makna dan

kriteria fungsi. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasi kelas

verba, nomina, dan adjektiva, sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

57

mengidentifikasi preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, dan lain-

lain. melalui beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kata

merupakan unsur bahasa terkecil yang diucapkan atau dituliskan dalam

bentuk bebas yang merupakan perwujudan pikiran yang dapat digunakan

untuk berbahasa (berkomunikasi).b. Hakikat Kosakata

Kosakata merupakan perbendaharaan kata yang paling dasar untuk

mengapresiasikan pikiran manusia. sebelum manusia memahami

mengenai membaca, menyimak, berbicara, mendengar, seseorang harus

mengerti tentang konsep suatu kosakata. Kosakata juga berhubungan erat

dengan cara berbahasa seseorang, semakin banyak kosakata yang

dimiliki seseorang maka semakin baik pula keterampilan berbahasanya

(Tarigan, 2011).Pendapat di atas sesuai dengan Nurgiyantoro (2010: 338) yang

mengungkapkan bahwa kosakata adalah perbendaharaan kata, atau kata

saja, juga: leksikon, kekayaan kata yang dimiliki oleh (terdapat dalam)

suatu bahasa.Soedjito (2009: 24) mendefinisikan kosakata sebagai semua kata

yang terdapat dalam semua bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh

seorang pembicara atau penulis, daftar kata yang disusun seperti kamus

serta penjelasan secara singkat dan praktis. Hal ini searah dengan

pendapat Wijayanti, dkk (2014: 76) yang menerangkan bahwa penulis

harus memiliki kekayaan kosakata agar dapat menulis dengan baik dan

menarik. Seperti kata Moeliono dalam Suhardiyanto yang dipetik dari

Winarto dkk dan tercantum dalam Wijayanti, dkk (2014: 76) kosakata

dapat diperkaya dengan (1) pemakaian kata umum dan kamus sinonim,

(2) penggunaan kata baru dalam bahasa lisan dan bahasa tulis, (3)

pengetahuan mengenai aneka ragam tulisan, dan (4) pemahaman

denotasi, konotasi, dan kata umum. Semetara itu Diamond & Gutlohn yang dikutip oleh Nurbaya (2011:

202) mengatakan bahwa kosakata adalah pemahaman seseorang tentang

sejumlah kosakata beserta maknanya. Sedangkan Muffin dalam Nurbaya

(2011: 202) menguraikan tentang kosakata bersifat multi-definisi yang

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

58

terkait dengan hal-hal, yaitu (1) semua kata dalam suatu bahasa, (2)

sejumlah kata yang digunakan, dipahami pada perintah dari seseorang

atau kelompok, (3) daftar kata atau frase, biasanya diatur secara

berurutan menurut abjad dan didefinisikan atau diterjemahkan, dan (4)

alat untuk mengekspresikan lakon. Pemerian kosakata yang lebih spesifik diungkapkan oleh Collins

dalam Nurbaya (2011: 202) yang dikutip dari

www.thefeedictionary.com/vocabulary Collins mendefinisikan kosakata

lebih rinci yakni:

(1) all the words that a person knows, (2) all the words contained ina language, (3) the specialist terms used in a given subject, (4) a listof words in another language with their translations, (5) a range ofsymbols or techniques as used in any of the art of crafts.

Berbeda dengan pendapat di atas Ermitati (2014: 156)

mendefinisikan kosakata atau butir leksikal merupakan tempat

penyimpanan konteks masa lalu sehingga tak ada makna yang bebas

konteks. Hal ini, searah dengan pendapat Sukmawati (2014: 168) yang

mengatakan kosakata sebagai perbendaharaan kata suatu bahasa

mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek isi atau makna

(berkaitan dengan konteks). Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat

diserap oleh pancaindera, yaitu dengan mendengar atau melihat,

sedangkan isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam

pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk

tersebut.Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan kosakata

adalah pembendaharaan komponen dasar suatu bahasa sebelum

seseorang memahami keterampilan berbahasa yang digunakan untuk

menyampaikan ide, gagasan baik diucapkan maupun dituliskan.Kosakata memiliki hubungan erat dengan keterampilan menulis oleh

sebab itu pembendaharaan kosakata sangat diperlukan, untuk itu

memperluas kosakata sangat diperlukan, adapun cara memperluas

kosakata seseorang dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut ini: (1)

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

59

Proses belajar; perluasaan kosakata melalui proses belajar dapat

dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan. Melalui pelajaran bahasa dan

mata pelajaran lainnya yang memperkenalkan istilah-istilah baru

sehingga pembendaharaan kosakata siswa meningkat, (2) Konteks; yang

dimaksud konteks adalah lingkungan yang dimasuki sebuah kata. Dan

sesungguhnya, dalam banyak hal kosakata diperluas melalui sebuah

konteks, baik lisan maupun tertulis. (3) Kamus, kamus sinonim, dan

tesaurus; kamus memegang peranan yang sangat penting, karena kamus

dapat membenarkan atau memperbaiki kosakata baru yang didapat

seseorang. Kamus menyuguhkan sebuah daftar kata, masing-masing

dengan batasan pengertian yang sedang berlaku atau yang tidak belaku

lagi, pengertian yang umum dan khusus, bentuk turunannya, memberi

sugesti bagaimana hubungannya dengan sebuah kalimat, dan sering pula

mencantumkan konotasinya. Sebuah kamus sinonim bermanfaat sebagai

sebuah pelengkap bagi kamus biasa. Kamus sinonim dapat membedakan

kontasi-konotasi, yaitu sugesti-sugesti yang ditimbulkan oleh kata-kata

yang tampaknya mempunyai arti yang sama, tetapi tidak dapat saling

melengkapi. Tesaurus adalah sebuah khasanah kata untuk keperluan

sendiri. buku yang disusun menurut sebuah sistem tertentu, terdiri dari

gagasan-gagasan yang mempunyai pertalian timbal-balik, sehingga setiap

pemakai dapat memilih istilah atau kata yang ada di dalamnya. (4)

Menganalisa kata; analisa terhadap bagian-bagian kata yang selalu

muncul dalam bentuk-bentuk gabungan, sehingga dengan mengingat

dasar katanya, maka semua kata yang mempergunakan dasar tadi, dapat

diduga maknanya secara tepat. Bagian-bagian kata yang sering muncul

dalam bentuk gabungan itu dapat berupa akar kata dan dapat berupa

imbuhan-imbuhan prefiks (Keraf, 2007: 67-72).c. Hakikat Penguasaan Kosakata

Elviza & Noveria (2013) berpendapat bahwa penguasaan kosakata

adalah kegiatan menguasai atau kemampuan memahami dan

menggunakan kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa, baik bahasa

lisan ataupun tulisan.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

60

Djiwandono mengemukakan bahwa penguasaan kosakata dapat

dibedakan dalam penguasaan yang aktif produktif dan penguasaan yang

pasif reseptif. Selanjutnya dijelaskan bahwa kosakata yang merupakan

bagian dari penguasaan aktif produktif sering dikenal dengan kosakata

aktif, yaitu kosakata yang dapat digunakan seorang pemakai bahasa

secara wajar dan tanpa banyak kesulitan dalam mengungkapkan dirinya.

Selanjutnya kosakata yang merupakan bagian dari penguasaan pasif

reseptif atau kosakata pasif adalah seorang pemakai bahasa lain, tanpa

mampu menggunakannya sendiri secara wajar dalam ungkapan-

ungkapannya (dalam Syamsiyah, 2013: 32).Nurbaya (2011: 201) berpendapat bahwa penguasaan kosakata dapat

mempengaruhi berbahasa yang lain seperti membaca, sehingga

kemampuan memahami makna kata menjadi prasyarat untuk menguasai

aspek keterampilan berbahasa yang lain. penguasaan kosakata dalam

suatu bahasa oleh seseorang juga menjadi kunci untuk memahami

informasi memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. d. Pengukuran Penguasaan Kosakata

Penguasaan kosakata dapat dibedakan ke dalam penguasaan yang

bersifat reseptif dan produktif, yaitu kemampuan untuk memahami dan

mempergunakan kosakata. Kemampuan memahami kosakata (juga:

struktur) terlihat dalam kegiatan membaca dan menyimak, sedang

kemampuan mempergunakan kosakata tampak dalam kegiatan menulis

dan berbicara. Oleh karena itu, tes kemampuan kosakata biasanya

langsung dikaitkan dengan kemampuan reseptif atau produktif bahasa

secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 2011: 338).Tes kosakata adalah tes yang dimaksudkan mengukur kompetensi

peserta didik terhadap kosakata dalam bahasa tertentu baik yang bersifat

reseptif maupun produktif. Jika tidak dikaitkan dengan ada tidaknya

keterlibatan aspek-aspek kebahasaan yang lain dan sekaligus dikaitkan

dengan fungsi komunikatif bahasa, tes kosakata dapat dibedakan menjadi

tes diskret, integratif, pragmatik atau otentik (Nurgiantoro, 2013: 342).

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

61

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan

kosakata adalah kemampuan seseorang dalam memahami (reseptif) dan

mempergunakan (penguasaan produktif) suatu kekayaan kata yang dimiliki

suatu bahasa untuk berkomunikasi dan menyampaikan ide, pendapat, dan

perasaan kepada orang lain. selain itu penguasaan kosakata seseorang

mempengaruhi kemampuan berbahasa hal ini sama dengan penguasaan

kosakata mempengaruhi hasil tulisan seseorang.Berkaitan dengan kajian teori di atas, telah ada penelitian terdahulu yang

mengujicobakan keterampilan menulis siswa, penggunaan model Group

Investigation (GI) dan penguasaan kosakata. Di mana ada perbedaan dan

persamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Penelitian-

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:Artikel ilmiah dari jurnal internasional Journal of Education and Practice

yang ditulis oleh Pitoyo; Waluyo; Suwandi; Andayani (2014) yang berjudul “The

Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and

Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills Viewed from

Cognitive Style”. Menerangkan bahwa Group Investigation (GI) mempunyai

pengaruh terhadap keterampilan menulis. Keterampilan menulis siswa yang

menggunakan pembelajaran GI lebih baik daripada model lainnya, berikut ini

kutipan dari artikel tersebut“The test results showed that the Indonesian writing skills of group ofstudents who take Investigations Group learning model is better thanIndonesian writing skills of students who follow the group learning model ofAccelerated Learning Team and Role Playing”.

Relevansi antara Penelitian dari Pitoyo dkk, dengan penelitian ini adalah

penggunaan model GI, dalam penelitian Pitoyo dkk telah dijelaskan bahwa

dengan menggunakan model GI hasil menulis siswa menjadi lebih baik daripada

menggunakan model lain seperti role playinng. Hanya saja penelitian yang

dilakukan oleh Pitoyo dkk, membandingkan model pembelajaran GI dengan dua

model lai yaitu accelerated learning dan role playing, sedangkan dalam penelitian

ini hanya membandingkan model GI dengan satu model pembelajaran yaitu

discovery learning.

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

62

Selain penelitian di atas, Tesis dari Sri Sutarni (2014) yang berjudul

“Pengaruh Metode Kooperatif Group Investigation (GI) dan Penguasaan Struktur

Kalimat terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi (Eksperimen di SMA

Negeri Kabupaten Sragen” juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara

penggunaan model Group Investigation dengan keterampilan menulis siswa.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Sri Sutarni dengan penelitian ini adalah

sama-sama menggunakan variabel bebas model Group Investigation. Sedangkan

perbedaan dari penelitian Sri Surtani dengan penelitian ini adalah variabel bebas

X2 yaitu penguasaan struktur kalimat sedangkan variabel X2 dalam penelitian ini

adalah penguasaan kosakata, selain variabel X2 varibel terikat dalam penelitian ini

memiliki persamaan yaitu sama-sama keterampilan menulis, hanya saja dalam

penelitian Sri Surtani mengambil materi dari KTSP yaitu menulis argumentasi

sedangkan kelebihan penelitian ini adalah materi yang di ambil dari Kurikulum

2013 yaitu teks negosaisi.

Penelitian yang relevan selanjutnya yaitu artikel dari jurnal Lingua yang

ditulis oleh Joko Sukoyo (2013) yang berjudul ”Hubungan Penguasaan Kosakata

dan Minat Membaca dengan Kemampuan Menulis Eksposisi Mahasiswa Program

Pendidikan Bahasa dan Sastra Unnes”. Jurnal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan positif antara penguasaan kosakata dan kemampuan menulis. Dalam

jurnal ini dijelaskan bahwa mahasiswa yang mempunyai penguasaan kosakata

tinggi hasil menulisnya pun bagus, sedangkan mahasiswa yang memiliki

penguasaan kosakata rendah kemampuan menulisnya pun rendah. Sehingga

artikel penelitian dari Joko Sukoyo memiliki relevansi dengan penelitian sama-

sama menggunaan variabel bebas penguasaan kosakata dan keterampilan menulis,

sedangkan kekurangannya dari penelitian ini adalah jenis penelitian, artikel jurnal

Joko Sukoyo ini menggunakan penelitian kuantitatif korelasi yaitu mencari

hubungan variabel X dengan variabel Y sedangkan penelitian ini jenis penelitian

kuantitatif eksperimen yang mencari pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

63

B. Kerangka BerpikirBerdasarkan kajian teori di atas, dapat disusun kerangka berpikir guna

memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang timbul. Rendahnya

kualitas pendidikan merupakan suatu permasalahan yang menonjol dalam bidang

pendidikan. Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan pembaharuan

kurikulum guna menyempurnakan kualitas pendidikan. Kurikulum ini merupakan

pembaharuan dari kurikulum KTSP yaitu kurikulum 2013, di mana dalam

kurikulum menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran.Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan model

pembelajaran yang sesuai dalam mencapai proses pembelajaran yang bermakna.

Perpaduan dari kemampuan dalam diri siswa seperti penguasaan kosakata dan

model pembelajaran yang efektif sebagai faktor dari luar yang mendukung siswa

akan membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan, kemudian secara

proaktif dan terampil siswa mampu membuat sebuah produk berupa tulisan.1. Perbedaan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi antara Siswa yang

Diajar dengan Model Pembelajaran Group Investigation dan Siswa yang

Diajar dengan Model Pembelajaran Discovery Learning Teks negosiasi merupakan materi baru dalam kurikulum 2013 untuk

siswa kelas X SMA/SMK, karena materi baru dalam pembelajaran

memerlukan model pembelajaran yang lebih efektif di mana suatu

pembelajaran siswa lebih aktif dibandingkan guru. Penggunaan metode lama

yang konvensional tanpa penggunaan model pembelajaran membuat siswa

kurang mampu mengeluarkan pendapat, ide dan gagasannya, karena

pembelajaran semata-mata hanya berpacu pada guru, seolah-olah gurulah

yang berkuasa dalam kelas tersebut, hal ini akan membuat siswa pasif dalam

kegiatan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan.

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

64

Oleh sebab itu, dengan menggunakan model group investigation yang

lebih inovatif, siswa dapat aktif dalam menyampaikan pendapatnya, lebih

kritis dan mampu melakukan kerjasama baik, serta mampu menuangkan ide-

idenya dalam bentuk tulisan. Pembelajaran dengan model group

investigation ini menekankan pada kerjasama kelompok dalam memecahkan

suatu masalah yang dihadapi, pertama-tama guru menjelaskan maksud

pembelajaran, setelah itu perwakilan dari kelompok maju ke depan kelas

untuk menjelaskan materi yang telah mereka diskusikan, sehingga

pembelajaran dengan GI selain melatih kerjasama siswa juga melatih

keberanian dan keterampilan siswa dalam menyampaikan pendapat.

Penerimaan informasi pada awal pembelajaran dari guru akan menghindarkan

siswa dari kebingungan.Pada pembelajaran dengan model discovery learning, pembelajaran

ditekankan pada proses penemuan informasi, penemuan informasi terjadi saat

siswa berusaha memecahkan permasalahan yang diberikan guru setelah siswa

menemukan jawaban siswa melakukan generalisasi. Pembelajaran ini melatih

siswa untuk berpikir analisis dan mampu menyelesaikan permasalahannya

sendiri. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam

mengembangkan proses berpikir analitis, namun model discovery learning

akan menimbulkan kebingungan pada siswa karena guru tidak menjelaskan

terlebih dahulu, hal ini akan menyebabkan beberapa siswa salah persepsi dan

menimbulkan pemahaman yang kurang terhadap materi pembelajaran.Berdasarkan pemikiran di atas diduga keterampilan menulis teks

negosiasi siswa yang diajar dengan model pembelajaran group investigation

lebih baik hasilnya dibandingkan siswa yang diajar dengan model

pembelajaran discovery learning.2. Perbedaan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Siswa yang Memiliki

Penguasaan Kosakata Tinggi dan Penguasaan Kosakata Rendah Menuangkan pendapat, ide, dan gagasan melalui kegiatan menulis tentu

tidak akan pernah lepas dari kosakata, oleh sebab itu penguasaan kosakata

sangat berpengaruh pada hasil dari menulis siswa.Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menuntut

seseorang untuk dapat menghasilkan suatu karya sebagai ungkapan ide dan

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

65

gagasannya dalam bentuk tulisan, sementara itu dalam menulis tentu

penguasaan kosakata akan memiliki pengaruh besar terhadap hasil tulisan

tersebut. Tinggi rendahnya penguasaan kosakata seseorang mempengaruhi

hasil dari keterampilan menulis. Siswa yang memiliki penguasaan kosakata

tinggi kemungkinan akan menghasilkan tulisan yang lebih baik, sedangkan

siswa yang memiliki penguasaan kosakata rendah kemungkinan hasil

tulisannya pun akan kurang. Oleh sebab itu, tinggi rendahnya penguasaan

kosakata seseorang mempengaruhi hasil dari keterampilan menulis, sebagai

penunjang keteraturan, keberagaman, dan daya tarik dari sebuah tulisan

penguasaan kosakata siswa berpengaruh terhadap keterampilan menulis teks

negosiasi.Berdasarkan hal tersebut diduga keterampilan menulis teks negosiasi

siswa yang memiliki penguasaan kosakata tinggi lebih baik hasilnya daripada

siswa yang memiliki penguasaan kosakata rendah. 3. Interaksi Model Group Investigation dan Penguasaan Kosakata terhadap

Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Penggunaan model group investigation dalam pembelajaran siswa akan

lebih memiliki berbagai wawasan karena siswa akan lebih aktif menggali

materi pembelajaran, selain itu dalam model group investigation siswa akan

belajar kelompok sehingga saling berbagi pendapat dan pengalaman bersama

teman satu kelompoknya, hal ini akan melatih siswa untuk menyampaikan

pendapatnya dan lebih memiliki keterampilan menulis teks negosiasi.Selain pengalaman dan wawasan dari pengguanaan model group

investigation, penguasaan kosakata yang baik akan mempermudah seseorang

dalam menuangkan ide atau gagasannya dalam sebuah tulisan, tanpa harus

khawatir kehabisan kata-kata dan berhenti di tengah jalan ketika menulis

karena kurangnya penguasaan kosakata.Dengan demikian diprediksi terdapat interaksi antara penggunaan model

group investigation dalam pembelajaran dengan siswa yang memiliki

penguasaan kosakata tingi dalam mempengaruhi keterampilan menulis teks

negosiasi terhadap siswa.Berikut ini skema kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana

pengaruh variabel bebas (model group investigation dan penguasaan

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

66

kosakata) terhadap variabel terikat (keterampilan menulis teks negosiasi)

dalam konteks penelitian eksperimen.

3a 3b

2a 2b1a 1b

Keterangan:

1a.Siswa yang diajar dengan model Group Investigation (GI), didugamemiliki kemampuan menulis teks negosiasi tinggi

1b.Siswa yang diajar dengan model discovery learning, diduga memilikikemampuan menulis teks negosiasi rendah

2a.Penguasaan kosakata siswa tinggi, diduga memiliki kemampuan menulisteks negosiasi tinggi

2b.Penguasaan kosakata siswa rendah, diduga memiliki kemampuan menulisteks negosiasi rendah

3a.Siswa yang diajar dengan model Group Investigation (GI) dan penguasaankosakata tinggi, diduga memiliki kemampuan menulis tinggi

3b.Siswa yang diajar dengan model discovery learning dan penguasaankosakata rendah, diduga memiliki kemampuan menulis rendah.

C. Hipotesis PenelitianBerdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan dan kerangka berpikir di

atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:1. Keterampilan menulis teks negosiasi siswa yang diajar dengan menggunakan

model Group Investigation (GI) lebih baik hasilnya daripada siswa yang

diajar dengan menggunakan model Discovery Learning.2. Keterampilan menulis teks negosiasi siswa yang memiliki penguasaan

kosakata tinggi hasilnya lebih baik daripada siswa yang memiliki penguasaan

kosakata rendah.

Group Investigaton (GI)

Tinggi

KeterampilanMenulis Teks

Negosiasi

Tinggi

ModelPembelajaran

Rendah

Discovery Learning

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

PenguasaanKosakata

Rendah

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai kajian

67

3. Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran Group Investigation

(GI) dan penguasaan kosakata terhadap keterampilan menulis teks negosiasi

siswa.