ii. kajian pustaka, kerangka berpikir dan hipotesis …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi -...

72
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Belajar dan Teori Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku yang dimaksud dalam pengertian belajar menurut Slameto (2003:3-5) adalah : 1. Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan pada dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah (Slameto, 2003:3).

Upload: letu

Post on 16-May-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Belajar dan Teori Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-

perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku yang dimaksud dalam pengertian

belajar menurut Slameto (2003:3-5) adalah :

1. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi

adanya suatu perubahan pada dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa

pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya

bertambah (Slameto, 2003:3).

Page 2: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

13

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan

akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan ataupun proses belajar berikutnya (Slameto, 2003:3).

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa

bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh

(Slameto, 2003:3-4).

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk

beberapa saat saja, seperti berkeringat, bersin, menangis, tidak dapat

digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2003:4).

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang

ingin dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku

yang benar-benar disadari (Slameto, 2003:4).

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang

belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

Page 3: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

14

laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan

sebagainya (Slameto, 2003:4-5).

Beberapa ahli psikologi mengemukakan pengertian belajar dalam Djamarah

(2008:12-13) antara lain :

1. James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2. Cronbach berpendapat bahwa learning is show by change in behavior

as result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan

oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

3. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by

which behavior (in the broader sense) is originated or change through

practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam

arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Sedangkan Geoch merumuskan learning is change is performance as a

result of practice.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang pengertian belajar dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2008:13).

Biggs dalam Syah (2008:67-68) mendefinikan belajar dalam tiga macam

rumusan yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional, rumusan kualitatif.

1. Rumusan kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti

kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan

fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari

sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa (Biggs dalam Syah,

2008:67).

Page 4: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

15

2. Rumusan institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang

sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas

materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang

menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya

dengan proses mengajar. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar

yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan

siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai

(Biggs dalam Syah, 2008:67).

3. Rumusan kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti

dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia

disekeliling siswa, belajar dalam pengertian ini difokuskan pada

tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk

memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa

(Biggs dalam Syah, 2008:68).

Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

adalah the process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh

pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan

psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang refresentatif

karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.

Selanjutnya Reber dalam Syah (2010:89-90) menyatakan belajar adalah A

relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of

reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif

langgeng sebagai hasil praktik yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat

Page 5: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

16

empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses

belajar.

1. Relatively permanent, yang secara umum menetap. Konotasinya adalah

bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena

mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena kematangan fisik tidak

termasuk belajar.

2. Respons potentiality, kemampuan bereaksi berarti menunjukan pengakuan

terhadap adanya perbedaan antara belajar dengan penampilan atau kinerja

hasil-hasil belajar. Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu

merupakan peristiwa hipotesis yang hanya dapat dikenali melalui

perubahan kinerja akademik yang dapat diukur.

3. Reinforce, yang diperkuat konotasinya ialah bahwa kemajuan yang didapat

dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak

diberi penguatan.

4. Practice, praktik atau latihan menunjukan bahwa proses belajar itu

membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk mejamin kelestarian

kinerja akademik yang telah dicapai siswa.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang

dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-

tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar (Dimyati dan

Mudjiono, 2002:7).

Belajar menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10) merupakan

kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang

memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas

tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif

yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat

Page 6: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

17

proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Dalam proses belajar mengajar biologi yang terpenting adalah pengalaman

yang dapat membuat perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat

diukur. Masukan atau input yang berupa stimulus merupakan bentuk

pengalaman yang diperoleh siswa, sedangkan keluaran atau output yang berupa

respon merupakan bentuk tingkah laku hasil belajar siswa, yang dapat dilihat

dari prestasi belajar biologi. Semakin menarik pengalaman yang diberikan guru

kepada siswa seperti penggunaan media inovatif dan kreatif, diharapkan

memberikan respon yang tinggi, sehingga membantu siswa memperoleh

prestasi tinggi.

2.1.1.2 Teori-Teori Belajar

1. The Law of Effect

Teori ini dikemukakan oleh E.L Thorndike. Teorinya dikenal sebagai

connectionism (pertautan, pertalian) karena dia berpendapat bahwa belajar

adalah suatu proses “stamping in” (diingat), forming, hubungan antara stimulus

dan respons. Thorndike mengembangkan teorinya dari penelitian yang intensif

pada binatang. Dari belajar dengan binatang Thorndike melihat bahwa ada

unsur-unsur persamaan antara manusia dan binatang, hanya pada manusia

kemampuannya lebih tinggi (Djiwandono, 2006:126).

Berdasarkan percobaannya Thorndike mengambil kesimpulan bahwa belajar

adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respons dan

Page 7: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

18

penyelesaian masalah (problem solving) yang dapat dilakukan dengan cara

trial and error (coba-coba). Faktor penting yang mempengaruhi semua belajar

adalah reward atau “pernyataan kepuasan dari suatu kejadian”. Dalam

penulisan kemudian, Thorndike menghapuskan bagian negatif yang

mengganggu dari hukum law of effect (hukum pengaruh) karena dia

menemukan bahwa hukuman tidak penting. Hukuman akan memperlemah

ikatan dan tidak mempunyai efek apa-apa, berbeda dengan hadiah (reward)

(Djiwandono, 2006:127).

Law of excersice (hukum latihan) adalah prinsip belajar yang kedua, yang pada

umumnya dinyatakan hubungan antara S dan R akan menjadi semakin kuat dan

makin sering R (respons) dilaksanakan terhadap S (stimulus). Dengan latihan

berkali-kali hubungan S dan R makin kuat. Hubungan antara stimulus dan

respons akan melemah bila latihan dihentikan atau bila hubungan neural

(berhubungan dengan urat saraf) tidak ada. Thorndike juga memodifikasi

dalam penulisan berikutnya karena dia menemukan bahwa latihan tanpa hadiah

tidak efektif. Hubungan diperkuat hanya oleh latihan yang mendapatkan

hadiah (Djiwandono, 2006:127).

Teori belajar Thorndike mengarah pada sejumlah praktik pendidikan. Saran

umum bagi guru adalah tahu apa yang hendak diajarkan, respon apa yang

diharapkan, dan kapan harus memberikan hadiah atau penguat (Djiwandono,

2006:127).

Page 8: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

19

2. Operant Conditioning

Teori ini dikemukan oleh B.F Skinner. Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono

(2006:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang

belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responsnya akan menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut :

(1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar,

(2) Respons si pembelajar

(3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut, pemerkuat terjadi

pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi,

perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya,

perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan Skinner.

Pandangan Skinner terkenal dengan nama teori Skinner. Dalam penerapannya,

guru perlu memperhatikan dua hal yang penting, yaitu (1) pemilihan stimulus

yang diskriminatif, dan (2) penggunaan penguatan (Skinner dalam Dimyati dan

Mudjiono, 2006:9).

Dasar operant conditionong dalam pembelajaran adalah untuk memastikan

respon terhadap stimuli. Guru berperan langsung di kelas, dengan mengontrol

langsung kegiatan belajar siswa. Mereka yang harus pertama-tama menentukan

logika yang penting agar menyampaikan materi pelajaran dengan langkah-

langkah yang pendek dan kemudian mencoba untuk memberikan reinforcement

(penguatan) segera sesudah siswa merespon. Saran kepada guru, perbaikilah

kemampuan me-reinforced, mengembalikan, dan mendiskusikan pekerjaan

siswa setelah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin dan menanyakan kepada

siswa secara teratur dan memuji jawaban yang benar (Djiwandono, 2006:135).

Page 9: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

20

3. Perkembangan Intelektual

Teori perkembangan intelektual dikemukakan oleh Piaget. Piaget dalam

Dimyati dan Mudjiono (2006:13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk

oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan

lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya

interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Pengetahuan dibangun dalam pikiran, setiap individu membangun sendiri

pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu

pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan sosial.

Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi,

pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa

mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa

mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi

konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut

(Dimyati dan Mudjiono, 2006:14).

Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut: Pada tahap sensori

motorik (0-2 tahun) anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik

dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabaan, dan gerakan. Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun),

anak mengandalkan diri dari persepsi tentang realitas, mampu menggunakan

simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan

menggolongkan. Pada tahap operasi konkret (7-11 tahun), anak dapat

mengembangkan pikiran logis dan dapat mengikuti penalaran logis. Pada tahap

Page 10: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

21

operasi formal (11 tahun ke atas), anak dapat berfikir abstrak seperti pada

orang dewasa (Dimyati dan Mudjiono, 2006:14).

Dalam teori perkembangan kognitif piaget, masa remaja adalah tahap transisi

dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara

operasional. Kemampuan anak remaja untuk memperbaiki, menganalisis,

membandingkan, dan memutarbalikan hubungan yang abstrak, merupakan

pengalaman yang akan mendasari keterampilan yang diperlukan setelah

mereka menjadi orang yang dewasa. Perubahan kognitif remaja mempunyai

implikasi yang penting bagi pengajaran dan kurikulum. Guru seharusnya

membantu remaja yang sedang belajar berpikir abstrak untuk mengembangkan

penemuan-penemuan baru yang akan memperkaya kemampuan intelektualnya

(Djiwandono, 2006:108).

5. Reception Learning

Teori ini dikemukakan oleh Ausubel, dikenal dengan belajar bermakna.

Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang

berada di tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau mereka banyak

dilibatkan dalam kegiatan langsung. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel

adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru

dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya

dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa

(Neozonk, 2008 : 4).

Page 11: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

22

Ausubel (dalam Dahar, 1988:137, dalam Shvoong, 2008 : 1) mengemukakan

bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan

dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki

peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya

dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar bermakna adalah suatu

proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian

yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi

bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah

ada sebelumnya.

Inti dari pendekatan Ausubel adalah expository teaching, yaitu pengajaran yang

sistematis dengan penyampaian informasi yang bermakna. Expository

teaching berisi tiga prinsip tahap penyampaian pelajaran. 1) Presentation of

Advance Organier. Pengatur awal mengarahkan para siswa pada materi yang

akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali

informasi yang berhubungan, dan dapat digunakan dalam membantu

menanamkan pengetahuan baru. 2) Presentation of Learning Task or Material.

Pembelajaran dengan memberikan materi baru, yang disampaikan melalui

ceramah, diskusi, atau memberikan tugas kepada siswa. 3) Strenghthening

Cognitive Organization. Guru menggabungkan informasi baru dan

menghubungkan pelajaran tersebut dengan pengetahuan siswa yang telah ada

sebelummnya (Djiwandono, 2006:175-177).

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi

pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan

Page 12: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

23

kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua

menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur

kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi

baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah

belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau

mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi

adalah belajar bermakna (Shvoong, 2008 : 1).

Adapun langkah–langkah belajar bermakna Ausubel di dalam kelas adalah :

1) Pengaturan awal (advance organizer). Menjelaskan secara singkat konsep

penting yang akan di diskusikan dalam kelas, 2) Gunakan sejumlah contoh,

misalnya melalui gambar atau model, 3) Fokuskan pada persamaan dan

perbedaan, 4) Sampaikan materi dalam suatu cara yang terorganisasi, 5)

Berikan motivasi belajar materi yang dapat dipelajari dengan lebih berarti,

misalkan memberikan kesempatan pada siswa dalam menjelaskan ide satu

sama lain (Djiwandono, 2006:179-180).

6. Learning by doing

Merupakan teori belajar yang dikemukakan oleh John Dewey. Pemikiran John

Dewey banyak dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin (1809-1882)

yang mengajarkan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu proses, dimulai

dari tingkatan terendah dan berkembang maju dan meningkat. Hidup tidak

statis, melainkan bersifat dinamis. All is in the making, semuanya dalam

perkembangan. Pandangan Dewey mencerminkan teori evolusi dan

Page 13: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

24

kepercayaannya pada kapasitas manusia dalam kemajuan moral dan

lingkungan masyarakat, khusunya malalui pendidikan (Amaliyah, 2008:1).

Pola pemikiran Dewey tentang pendidikan sejalan dengan konsepsi

instrumentalisme yang dibangunnya, dimana konsep-konsep dasar pengalaman

(experience), pertumbuhan (growth), eksperimen (experiment), dan transaksi

(transaction) memiliki kedekatan yang akrab, sehingga Dewey

mendeskripsikan filosofi sebagai teori umum pendidikan. Pendidikan dan

filosofi saling membutuhkan satu sama lain; dimana tanpa filosofi, pendidikan

kering akan arahan inteligensi (Purnawati, 2011:2).

Dalam Democracy and Education, Dewey (1961) dalam Purnawati (2011:2)

mendefinisikan pendidikan sebagai penuntun secara intelegensia terhadap

pengembangan tentang kemungkinan-kemungkinan yang melekat pada

kebiasaan pengalaman. Jika dielaborasi lebih lanjut, pemikiran di atas dapat

diartikan bahwa untuk dapat tertarik pada sesuatu hendaknya terlibat dalam

transaksi yakni dengan mengalami. Pengalaman adalah suatu proses yang

bergerak terus menerus dari suatu tahap ke tahapan rekonstruksi sebagaimana

problem baru mendorong inteligensi untuk memformulasikan usulan-usulan

baru untuk bertindak. Pada prinsipnya, pengembangan pengalaman datang

melalui interaksi berbagai aktivitas (means) di mana pendidikan pada dasarnya

merupakan suatu proses social.

Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari

pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916

mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan

Page 14: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

25

dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual

berakar dari paham progresivisme John Dewey. Intinya siswa akan belajar

dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang

mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif

dalam proses belajar di sekolah. Selain teori progresivisme John Dewey, teori

kognitif melatar belakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan

belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan

di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri (Orbyt, 2012:2).

Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru

menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka. Hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis dan

melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka

panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

(Orbyt, 2012:2).

Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada

pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan

secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa

yang dialaminya, bukan mengetahui-nya. Pembelajaran yang berorientasi

target penguasaan materi terbukti berhasil dari kompetensi mengingat jangka

pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam

Page 15: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

26

kehidupan jangka panjang, pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan

pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu (Orbyt, 2012:2).

Relevansi pemikiran John Dewey pada pendidikan di Indonesia menurut Orbyt

(2012:4) merupakan pendidikan partisipatif, dapat diterapkan dengan cara

mengaktifkan peserta didik pada proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa

dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional, keterampilan,

kreatifitas. Dengan cara melibatkan siswa secara langsung ke dalam proses

belajar, sehingga nantinya peserta didik dapat secara mandiri mencari problem

solving dari masalah yang ia hadapi. Model pendidikan partisipatif bertumpu

pada nilai-nilai demokratis, pluralisme, dan kemerdekaan peserta didik.

Dengan landasan nilai-nilai tersebut fungsi pendidik lebih sebagai falisitator

yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk berekspresi,

berdialog, dan berdiskusi.

Selanjutnya Dewey dalam Amaliyah (2008:1) berpendapat bahwa sistem

pendidikan sekolah harus diubah. Sains, menurutnya, tidak mesti diperoleh dari

buku-buku, melainkan harus diberikan kepada siswa melalui praktek dan tugas-

tugas yang berguna. Belajar harus lebih banyak difokuskan melalui tindakan

dari pada melalui buku. Dewey percaya terhadap adanya pembagian yang tepat

antara teori dan praktek. Hal ini membuat Dewey demikian lekat dengan

atribut learning by doing. Yang dimaksud di sini bukan berarti ia menyeru anti

intelektual, tetapi untuk mengambil kelebihan fakta bahwa manusia harus aktif,

penuh minat dan siap mengadakan eksplorasi.

Page 16: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

27

Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas dapat disimpulkan, dalam

pembelajaran diperlukan adanya masukan atau input yang berupa stimulus dan

keluaran atau output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang yang

diberikan guru kepada siswa misalnya media pembelajaran CD interaktif,

model, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk belajar siswa,

sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang

diberikan guru tersebut. Apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja

yang dihasilkan oleh siswa (respons) dapat diamati dan dapat diukur.

Pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya

perubahan tingkah laku tersebut.

Dalam proses pembelajaran guru berperan dalam membimbing siswa agar hasil

belajarnya terarah pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran dapat dikelola dengan dua cara. Pertama yaitu belajar aktif,

dengan melibatkan siswa secara langsung dengan objek yang sedang

dipelajarinya, baik itu berupa keadaan alam, benda, hewan, tumbuhan,

manusia, serta hal-hal lain yang sedang dipelajarinya. Kedua, pembelajaran

dapat dikelola dengan menekankan pembelajaran yang bermakna. Dalam

pembelajaran ini, menekankan pada organisasi materi pelajaran sehingga siswa

dapat membuat keterkaitan antara konsep-konsep yang dipelajarinya.

Kebermaknaan belajar akan diperoleh siswa jika lingkungan diciptakan secara

alamiah dan menyenangkan, dan siswa mengalami sendiri apa yang

dilakukannya.

Page 17: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

28

2.1.1.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut kamus

bahasa Indonesia, prestasi adalah “hasil yang telah dicapai, dilakukan,

dikerjakan, dan sebagainya”. Menurut Hengkiriawan (2012:1) Prestasi adalah

hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan, prestasi

merupakan kecakapan atau hasil yang kongkrit yang dapat dicapai pada saat

atau periode tertentu.

Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto, 2003:2).

Jadi pengertian prestasi belajar berdasarkan beberapa pendapat ahli dalam

Hengkiriawan (2012:2) antara lain :

1. Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan

bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang, maka prestasi belajar

merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah

melaksanakan usaha-usaha belajar.

2. Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah

usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-

usaha belajar.

Menurut Hifni (2011:1) prestasi belajar adalah sesuatu yang didapat atau

dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar yang dinyatakan dengan

berubahnya pengetahuan, tingkah laku, dan keterampilan. Prestasi belajar yang

dicapai oleh tiap-tiap anak setelah belajar atau usaha yang diandalkan oleh

guru berupa angka-angka atau skala. Prestasi belajar yang diperoleh murid

Page 18: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

29

berupa pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan (skill), apresiasi,

emosional, hubungan sosial, jasmani, etika atau budi pekerti dan sikap

(attitude).

Sedangkan menurut Hamalik (2001:43), prestasi belajar adalah perubahan

tingkah laku yang diharapkan pada murid setelah dilaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Berdasarkan pengertian di atas, prestasi belajar pada dasarnya adalah

tingkat keberhasilan siswa terhadap semua materi yang telah dipelajarinya

yang ditunjukan dengan kemampuannya megerjakan tes evaluasi hasil belajar

yang diberikan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap

berbagai hal yang pernah diajarkan atau dilatihkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi proses pembelajaran. Menurut Slameto (2003:54-69) proses

pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor internal meliputi 1) faktor jasmaniah yaitu kesehatan dan cacat tubuh, 2)

faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan

dan kesiapan dan 3) faktor kelelahan. Faktor eksternal adalah faktor yang ada

diluar individu yang meliputi 1) faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik

dan latar belakang kebudayaan, 2) faktor sekolah yaitu metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, hubungan antar siswa, standar pelajaran,

metode belajar, dan tugas rumah, 3) faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa

dalam masyarakat, media, teman bergaul, dan kehidupan di masyarakat.

Page 19: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

30

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi

belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang

setelah melakukan kegitan dari proses belajar sehingga dalam diri seseorang

tersebut mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi

belajarnya. Prestasi belajar biologi adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan

yang diperoleh seseorang setelah seseorang tersebut belajar biologi. Sehingga

dalam diri seseorang tersebut mengalami perubahan tingkah laku baik dalam

aspek kognitif, maupun psikomotornya sesuai dengan kompetensi materi

pokok bahasan biologi yang dipelajarinya. Prestasi belajar dalam penelitian ini

diperoleh melalui nilai tes hasil belajar materi sel.

2.1.2 Karakteristik Mata Pelajaran Biologi

Biologi berasal dari bahasa latin yaitu bios dan logos. Bios artinya hidup,

sedangkan logos artinya ilmu. Sehingga biologi dapat diartikan sebagai ilmu

yang mempelajari tentang seluk beluk kehidupan. Menurut BSNP (2006) mata

pelajaran biologi berdasarkan standar isi (SI) masuk dalam rumpun pelajaran

IPA dan kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Mata pelajaran biologi mempelajari permasalahan yang berkait dengan

fenomena alam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan berbagai

permasalahan yang berkait dengan penerapannya untuk membangun teknologi

guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam

dalam mata pelajaran biologi dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema, dan

tempat kejadiannya (BSNP, 2006:VI).

Page 20: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

31

Struktur keilmuan biologi menurut BSCS (Biological Science Curiculum

Study), biologi memiliki objek berupa kerajaan atau kingdom : (a) Plantae

(tumbuhan), (b) Animalium (hewan), dan (c) Protista. Ketiga objek tersebut

dikaji dari tingkat molekul, sel, jaringan dan organ, individu, populasi,

komunitas, sampai tingkat bioma. Adapun persoalan yang dikaji meliputi 9

tema dasar yaitu : (a) biologi (sains) sebagai proses inkuiri atau penemuan

(inquiry), (b) sejarah konsep biologi, (c) evolusi, (d) keanekaragaman dan

keseragaman, (e) genetik dan keberlangsungan hidup, (f) organisme dan

lingkungan, (g) perilaku, (h) struktur dan fungsi, (i) regulasi

(BSNP, 2006:VI-VII).

Pembelajaran biologi memerlukan kegiatan penyelidikan atau eksperimen

sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang

dilandasi sikap ilmiah. Selain itu, pembelajaran biologi mengembangkan rasa

ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang

dilakukan mellaui kerja ilmiah untuk memanfaatkan fakta, membangun

konsep, prinsip, teori dan hukum. Melalui kerja ilmiah peserta didik

dilatih untuk berfikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Pembelajaran biologi

diharapkan dapat membentuk sikap peserta didik dikehidupan sehari-hari

sehingga mereka menyadari keindahan, keteraturan alam, dan meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (BSNP, 2006:VII).

Keterampilan dalam biologi mencakup keterampilan dasar dan keterampilan

terpadu. Keterampilan dasar meliputi keterampilan mengobservasi,

mengklasifikasi, berkomunikasi. Melakukan pengukuran metric, memprediksi

Page 21: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

32

atau meramal, menginferensi atau menyimpulkan, dan menafsirkan.

Keterampilan terpadu mencakup mengidentifikasi variabel, menentukan

variabel operasional, menjelaskan hubungan antar variabel, menyusun

hipotesis, merancang prosedur dan melaksanakan penyelidikan atau

eksperimen untuk pengumpulan data, memproses atau menganalisis data,

menyajikan hasil penyelidikan atau eksperimen dalam bentuk tabel atau grafik,

serta membahas, menyimpulkan, serta mengomunikasikan baik secara tertulis

maupun lisan (BSNP, 2006:VII).

Ilmu biologi mempelajari makhluk hidup secara kompleks meliputi morfologi,

anatomi, dan proses fisiologi seperti metabolisme, sintesis, koordinasi,

reproduksi, transportasi, regulasi, ekskresi, serta pertumbuhan dan

perkembangan. Sel merupakan materi pelajaran biologi yang memiliki

kompleksitas yang cukup tinggi atau sulit dan memerlukan visualisasi yang

lebih. Dikarenakan tidak semua bagian sel dan organel-organel sel dapat

terlihat dengan jelas menggunakan mata telanjang ataupun mikroskop cahaya.

Sehingga pada materi sel diperlukan media yang dapat digunakan dalam

kegiatan pembelajaran yakni CD interaktif dan model. Selain itu media

pembelajaran yang sering dimanfaatkan dalam pembelajaran biologi antara lain

adalah media asli hidup dan media asli mati.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran

biologi banyak menggunakan istilah dalam bahasa latin. Selain itu materi

pembelajarannya kebanyakan merupakan proses yang bersifat abstrak. Karena

itu, seorang guru biologi diharapkan selain menguasai ilmu biologi, juga

Page 22: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

33

memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap peserta didik

sehingga siswa lebih mudah memahami dan mempelajari ilmu biologi. Agar

komunikasi antar guru biologi dan peserta didik dapat berjalan dengan baik dan

efektif diperlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Pada penelitian ini

media pembelajaran yang digunakan dalam materi sel adalah CD interaktif dan

model. Pembelajaran Biologi sebaiknya dilakukan dengan memberikan

pengalaman langsung pada siswa tentang objek yang sedang dipelajarinya.

Pada pokok bahasan sel, upaya pemberian pengalaman langsung pada siswa

dapat dilakukan dengan membuat media model yang dilakukan oleh siswa.

Kegiatan ini akan lebih mendekatkan siswa dengan fakta-fakta konkret

sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa.

2.1.3 Gaya Belajar

Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana menyerap informasi dengan

mudah (modalitas), dan mengatur serta mengolah informasi yang didapat (De

Porter dan Hernacki, 2001:110-111). Menurut Susilo (2009:94) gaya belajar

adalah cara yang cenderung dipilih untuk menerima informasi dari lingkungan

dan memproses informasi tersebut. Sedangkan menurut Suparman (2010:10)

gaya belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik

oleh anak didiknya. Definisi lain dikemukakan oleh Keefe dalam Gufron dan

Risnawati (2012:10) yang mengatakan bahwa gaya belajar adalah suatu

karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotorik, sebagai indikator yang

bertindak relatif stabil untuk pembelajar merasa saling berhubungan dan

bereaksi terhadap lingkungan belajar.

Page 23: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

34

Kolb dalam Gufron dan Risnawati (2012:11) berpendapat bahwa gaya belajar

merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi. Yang

pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar

aktif. Gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan

kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Rita Dunn dalam Ginnis (2008:41) gaya

belajar adalah cara dimana tiap siswa belajar berkonsentrasi terhadap proses

dan mempertahankan informasi, Robert Sternberg dalam Ginnis (2008:41)

juga mendefinisikan gaya belajar sebagai suatu cara untuk menggunakan

kemampuan seseorang.

De Porter dan Hernacki (2001 : 116-118) menjelaskan terdapat tiga gaya

belajar dominan yang dimiliki siswa yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.

a. Gaya Belajar Visual

Menurut Suparman (2010 : 66) gaya belajar ini umumnya disebut sebagai gaya

belajar pengamatan. Gaya belajar ini sangat mengandalkan indra penglihatan

(mata) dalam proses pembelajaran. Anak-anak jenis ini tertarik dengan warna,

bentuk, dan gambar-gambar hidup. Koordinasi mata dan tangan mereka sangat

baik, dan mereka sangat senang serta antusias ketika bermain dengan balok-

balok dan puzzle yang sederhana.

Karena mata sebagai indera yang paling dominan dalam proses

pembelajarannya, maka sebaiknya metode pengajaran yang digunakan guru

menitik beratkan pada peragaan atau media visual, membawa mereka ke

Page 24: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

35

obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran, dengan cara menunjukan alat

peraganya secara langsung atau bisa juga dengan cara menggambarkannya

dipapan tulis (Suparman, 2010:66).

Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan

ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung

memilih duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berfikir

menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat dengan

menggunakan tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan

video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat detail-detailnya untuk

mendapatkan informasi. Mereka juga sangat menyenangi jika di dalam kelas

mereka tertempel gambar-gambar dengan aneka warna dengan berbagai jenis

gambar (Suparman, 2010:67).

De Porter dan Hernacki (2001:116) mengemukakan bahwa modalitas gaya

belajar orang-orang visual adalah :

1) Rapi dan teratur

2) Berbicara dengan cepat

3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik

4) Teliti terhadap detail

5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi

6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam

pikiran mereka

7) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

8) Mengingat dengan asosiasi visual

9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan

10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika ditulis,

dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya

11) Pembaca cepat dan tekun

12) Lebih suka membaca daripada dibacakan

13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap

waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah

14) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat

15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

Page 25: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

36

16) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak

17) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato

18) Lebih suka seni daripada musik

19) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

memilih kata-kata

20) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan

b. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar ini disebut juga dengan pendengar. Anak-anak yang memiliki

gaya belajar ini umumnya memaksimalkan penggunaan indera pendengar

dalam proses penangkapan dan penyerapan informasi. Umumnya mereka

memperlihatkan ketertarikan yang lebih besar terhadap suara dan kata-kata.

Kemampuan mereka dalam berbicara lebih cepat dan juga cepat mengenal

kata-kata baru serta senang bila dibacakan cerita-cerita (Suparman, 2010:64).

Anak yang memiliki gaya belajar auditorial dapat belajar lebih cepat dengan

menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan serta

lebih senang pembelajaran dengan menggunakan media audio. Anak auditori

dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi

rendahnya), kecepatan berbicara. Informasi yang bersifat tulisan terkadang

kurang mudah ditangkap dan dicerna oleh anak-anak auditori. Anak-anak

seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan

keras dan mendengarkan kaset (Suparman, 2010:64).

Modalitas gaya belajar siswa auditorial menurut De Porter dan Hernacki

(2001:118) adalah :

1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja

2) Mudah terganggu oleh keributan

Page 26: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

37

3) Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika

membaca

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara

6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita

7) Berbicara dalam irama yang terpola

8) Biasanya pembicara yang fasih

9) Lebih suka musik daripada seni

10) Belajar dengan cara mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

daripada apa yang dilihat

11) Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar

12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain

13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

14) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

c. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar seperti ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar penggerak.

Hal ini disebabkan karena anak-anak dengan gaya belajar ini senantiasa

menggunakan dan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses

pembelajaran atau dalam usaha memahami sesuatu. Anak-anak yang termasuk

jenis ini senang dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan

tubuh seperti merangkak, dan biasanya kemampuan berjalan lebih cepat.

Mereka terkoordinasi dan yakin dengan tubuh mereka. Mereka senang

digendong, diayun-ayun, dan selalu mencari kontak fisik. Lirikan ke bawah

jika berbicara, dan berbicara lebih lambat (Suparman, 2010:68-69).

Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,

menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-

jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan bereksplorasi sangatlah

kuat. Anak didik yang bergaya belajar ini umumnya belajar melalui gerak dan

sentuhan fisik (Suparman, 2010:69).

Page 27: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

38

Menurut De Porter dan Hernacki (2001:118) modalitas gaya belajar kinestetik

adalah :

1) Berbicara dengan perlahan

2) Menanggapi perhatian fisik

3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar

7) Belajar melalui memanipulasi dan praktik

8) Menghapal dengan cara berjalan dan melihat

9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

10) Banyak menggunakan isyarat tubuh

11) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama

12) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah

berada di tempat itu

13) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

14) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot mereka mencerminkan

aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

15) Kemungkinan tulisannya jelek

16) Ingin melakukan segala sesuatu

17) Menyukai permainan yang menyibukkan

2.1.4 Media Pembelajaran

2.1.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dkk,

2008:8). Dalam bahasa arab media disebut wasail bentuk jamak dari wasilah

yakni sinonim al wasth yang artinya tengah (Munadi, 2008:6).

Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2009:3) mengatakan bahwa media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku, dan lingkungan

Page 28: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

39

sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses

belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi

visual atau verbal.

Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media

dalam Sanaky (2011:3-4) diantaranya adalah 1) Asosiasi teknologi dan

komunikasi pendidikan membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran

yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. 2) National

Education Association (NEA), mengatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk

komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya. 3) Gagne

(1970), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber

belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk

belajar. 4) Briggs (1970) mengatakan media adalah segala wahana atau alat

fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar.

Heinich dan kawan-kawan (1982) dalam Arsyad (2009:4) mengemukakan

istilah medium yaitu perantara yang mengantar informasi antara sumber dan

penerima. Sedangkan Hamidjojo dalam Latuheru (1993) dalam Arsyad

(2009:4) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang

digunakan manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau

pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai

kepada penerima yang dituju. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

media adalah alat bantu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Page 29: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

40

Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu

intruction yang diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan siswa yang

berlangsung secara dinamis. Ini berbeda dengan istilah teaching yang berarti

mengajar. Teaching memiliki konotasi proses belajar dan mengajar yang

berlangsung satu arah dari guru ke siswa. Dalam hal ini, hanya guru yang

berperan aktif dalam mengajar, sedangkan siswa bersifat pasif

(Asyhar, 2011:6).

Saputro (1996) dalam Asyhar (2011:6) menyatakan penggunaan istilah

pembelajaran sebagai pengganti istilah lama Proses Belajar Mengajar (PBM)

tidak hanya sekedar merubah istilah melainkan merubah peran guru dalam

proses pembelajaran. Guru tidak hanya mengajar melainkan membelajarkan

peserta didik agar mau belajar. Tugas guru dalam proses pembelajaran

disamping menyampaikan informasi ia juga bertugas mendiagnosis kesulitan

belajar siswa, menyeleksi materi ajar, mensupervisi kegiatan belajar siswa,

menstimulasi kegiatan belajar siswa, memberikan bimbingan belajar,

mengembangkan dan menggunakan strategi dan metode.

Menurut Asyhar (2011:7) pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara

pendidik dengan peserta didik. Sedangkan menurut Sanaky (2011:3)

pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan

ajar. Dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa

bantuan sarana untuk menyampaikan pesan, bentuk-bentuk stimulus dapat

dipergunakan sebagai media, diantaranya adalah suara, lihat dan gerakan.

Page 30: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

41

Beberapa pendapat dari para ahli mengenai pembelajaran dalam Asyhar

(2011:7) antara lain : 1) Degeng (1989) menyatakan bahwa pembelajaran pada

dasarnya merupakan upaya membelajarkan pembelajar (anak, siswa, peserta

didik). 2) Setyosari dan Sulton (2003) mengartikan pembelajaran sebagai

upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru, instruktur) dengan tujuan untuk

membantu siswa agar bisa belajar dengan mudah. Usaha ini dijalankan dalam

sebuah proses yang sistematis yang dijalankan dalam sebuah sistem dan setiap

komponen dalam sistem itu memiliki arti penting untuk keberhasilan belajar

siswa. Dalam proses sistematis tersebut komunikasi merupakan unsur yang

mutlak diperlukan. Dengan itu proses pembelajaran sesungguhnya merupakan

suatu proses komunikasi.

Menurut Asyhar (2011:7) media pembelajaran adalah apa saja yang digunakan

sebagai media dalam pembelajaran. Sementara itu menurut Anderson

(1987:21) dalam Sukiman (2012:28) media pembelajaan adalah media yang

memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara guru dengan siswa.

Secara umum peranan guru yang menggunakan media pembelajaran sangatlah

berbeda dengan peranan seorang guru “biasa”.

Menurut Hamalik (1989) dalam Sanaky (2011:4) menyatakan media

pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat dipergunakan sebagai

perantara proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi

untuk mencapai tujuan.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

dapat dipahami segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan

Page 31: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

42

pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang

kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar mengajar secara

efesien dan efektif. Selain itu media pembelajaran juga merupakan segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta

kemauan peserta didik dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.4.2 Landasan Penggunaan Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

pembelajaran dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif dalam

membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Asyhar (2011:18-23) ada

tiga landasan penggunaan media yaitu landasan empiris, landasan psikologis

dan landasan teknologis.

1. Landasan Empiris

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terbaru mengungkapkan fakta yang

menyatakan, media berpengaruh terhadap hasil dan proses belajar. Beberapa

hasil penelitian para ahli dalam Asyhar (2011:19) yakni berdasarkan hasil

penelitian Collin et.al (2007) menunjukan bahwa penggunaan media audio dan

video berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian ini

dilaporkan oleh Remus et.al (2008) juga menunjukan pengaruh media terhadap

pengambilan keputusaan siswa. Media teks ternyata lebih efektif dibandingkan

media audio. Sedangkan adanya animasi tidak memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap hasil belajar secara keseluruhan. Jenis media ini juga

Page 32: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

43

memberikan pengaruh yang berbeda kepada peserta didik. Felton et.el (2001)

melaporkan bahwa penggunaan media audiovisual (video) pada mahasiswa

kesehatan lebih efektif dibandingkan dengan media visual teks dan tanpa media

(Asyhar, 2011:19).

Sedangkan Daryanto (2010:16) menyatakan bahwa temuan penelitian

menunjukan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran

dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya,

siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan

menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya

belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan memperoleh

keuntungan bila pembelajaran dengan menggunakan media visual, seperti

gambar, diagram, video atau film.

Selanjutnya Daryanto (2010:16) menyatakan siswa yang memiliki tipe belajar

auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman

suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari

kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan

landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran

hendaknya jangan atas kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan

kesesuain antara karakteristik pembelajar, karakteristik materi pelajaran, dan

karakteristik media itu sendiri.

Page 33: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

44

2. Landasan Psikologis

Menurut Midun (2009) dalam Asyhar (2011:20) landasan psikologis

penggunaan media pembelajaran adalah alasan atau rasionalitas penggunaan

media pembelajaran ditinjau dari kondisi belajar dan bagaimana proses belajar

itu terjadi. Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan terjadinya

perubahan perilaku pembelajar karena adanya pengalaman belajar.

Perubahan perilaku belajar dapat berupa bertambahnya pengetahuan dan

keterampilan, yang diperoleh melalui pintu gerbang alat indera pembelajar.

Karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori behaviorisme) atau informasi

(menurut teori kognitif) sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi

yang telah diproses itulah hasil belajar diperoleh (Asyhar, 2011:20).

Selain itu proses belajar terjadi secara individual, sehingga apa yang terjadi

pada peserta didik A dan peserta didik B terhadap rangsangan atau informasi

yang diterima tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama pula.

Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran adalah menyediakan

rangsangan dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang

bermacam-macam, agar peserta didik yang memiliki kondisi dan karakteristik

yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman belajar harus disesuaikan

dengan tingkat kemajuan peserta didik (Asyhar, 2011:20-21).

Menurut Jean Piaget tingkat kemampuan yang dimaksud adalah tingkat berfikir

seseorang sesuai dengan perkembangan usianya. Misalnya usia 0–2 tahun

tingkat berfikir seseorang berada pada tingkat sensori motoris, usia 2–7 tahun

Page 34: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

45

tingkat berfikir seseorang berada pada tingkat pra-operasional, usia 7–11 tahun

tingkat berfikir seseorang berada pada tingkat operasi konkret, umur 11 tahun

keatas tingkat berfikir seseorang berada pada tingkat operasi formal

(Asyhar, 2011:21).

Sesuai dengan tingkat berfikirnya, setiap orang diberikan rangsangan yang

berbeda, sehingga rangsangan itu dapat direspon dengan mempengaruhi

perilaku yang diharapkan. Manusia belajar melalui pergaulan dengan

lingkungannya. Dalam pengenalan dengan lingkungan itu, seseorang melewati

tiga tahap belajar, yaitu tingkat konkret, tingkat skematis, dan tingkat abstrak

(Asyhar, 2011:21).

Berdasarkan teori kognitif Piaget (tahap-tahap perkembangan kognitif), maka

beberapa implikasi yang dapat diambil dalam praktek pendidikan atau

pembelajaran antara lain : (1) setiap individu (peserta didik) diberi rangsangan

yang berbeda sesuai dengan tingkat berfikirnya. (2) pendidik perlu melakukan

tes kemampuan awal (entry behavior) peserta didik agar dapat menyusun dan

menyajikan materi pembelajaran secara tepat guna. (3) materi pembelajaran

jangan terlalu sulit dan jangan terlalu mudah, sehingga pembelajaran yang

dijalankan dapat mengubah perilaku (kognitif, afektif, dan psikomotorik)

peserta didik. (4) guru menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat

dan kemampuan berfikir peserta didik (Asyhar, 2011:21).

Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal

yang konkret dibandingkan yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan yang

konkret-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada

Page 35: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

46

beberapa pendapat para ahli dalam Daryanto (2010:13-14), 1) Jerome Bruner,

mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan

urutan dari belajar gambaran atau film (iconoc representation of experiment)

kemudian belajar kesimbol, yaitu menggunakan kata-kata (syimbolic

representation). Menurut Bruner, hal ini berlaku tidak hanya untuk anak tetapi

untuk orang dewasa. 2) Charles F Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya

nilai dari media pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia

membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling

abstrak. 3) Edgar Dale, membuat jenjang konkret-abstrak dengan dimulai dari

siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa

sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan kesiswa sebagai pengamat

terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai

pengamat kejadian yang disajikan dengan symbol. Jenjang konkret-abstrak ini

ditunjukan dengan bagan dalam bentuk kerucut.

Abstrak

Lambang

Kata

Lambang

Visual

Gambar Diam

Rekaman Radio

Gambar Hidup Pameran

Televisi

Karyawisata

Dramatisasi

Benda Tiruan Pengamatan

Pengalaman Langsung

Konkret

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Page 36: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

47

3. Landasan Teknologis

Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan,

penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi,

teknologi pembelajaran merupakan proses komplek dan terpadu yang

melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis

masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan

mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar

itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran,

pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen

sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan

dalam pemanfaatan dan dikombinasikan menjadi sistem pembelajaran yang

lengkap (Daryanto, 2010:15-16).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran produk-produk teknologi telah

memberi dampak yang luar biasa terhadap peserta didik. Kemajuan ilmu

teknologi komunikasi dan informasi sangat membantu para guru dan peserta

didik dalam memperoleh informasi. Dalam pembelajaran misalnya berbagai

macam media interaktif telah diproduksi dan diaplikasikan oleh banyak

sekolah dan institusi pendidikan. Media internet pun menyediakan materi

pembelajaran yang tak terbatas dan dapat diakses kapan dan dimana saja sesuai

dengan keperluan. Hadirnya teknologi video conference memungkinkan

pembelajaran berlangsung jarak jauh (distance learning) (Asyhar, 2011:23).

Begitu pula dengan kegiatan praktikum (misalnya kimia, fisika, biologi) sudah

dapat digantikan melalui virtual labolatory (laboratorium maya). Melalui

Page 37: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

48

laboratorium virtual para siswa atau mahasiswa dapat mengerjakan proyek

praktikum yang diberikan guru atau dosen seperti biasa. Bahkan laboratorium

virtual memiliki beberapa keunggulan, antara lain lebih praktis, efisien, dan

relatif tidak berbahaya dibandingkan laboratorium konvensional

(Asyhar, 2011:23).

2.1.4.3 Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2009 : 12-14) mengemukakan tiga ciri media

yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang

dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien)

melakukannya.

a. Ciri fiksatif (fixative property) ciri ini menggambarkan kemampuan media

dalam merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu

peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun

kembali dengan menggunakan media seperti fotografi, video tape, disket

komputer, dan film. Ciri-ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-

kejadian atau obyek yang telah direkam atau disimpan dengan format

media yang ada dapat digunakan setiap saat (Arsyad, 2009:12).

b. Ciri manipulatif (manipulative property). Transformasi suatu kejadian

kemungkinan karena media memiliki ciri manipulative. Kejadian yang

memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu

dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse

recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian

menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi

tersebut. Selain itu, suatu kejadian dapat diperlambat pada saat

menayangkannya misalnya proses loncat galah atau terjadinya reaksi kimia

(Arsyad, 2009:13).

c. Ciri distributif (distributive property), ciri ini memungkinkan suatu objek

atau peristiwa ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan

kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus

pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi

direkam dalam format media, media tersebut dapat diproduksi beberapa

kali pun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau dapat

digunakan secara berulang-ulang (Arsyad, 2009:14).

Page 38: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

49

2.1.4.4 Pengelompokan Media Pembelajaran (Taksonomi)

Pengelompokan media pembelajaran (taksonomi) menurut Sadiman dkk (2008,

20-26) antara lain :

1. Taksonomi menurut Rudy Bretz

Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu

suara, viual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga macam yaitu gambar,

garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk

yang ditangkap dengan indera penglihatan. Disamping itu, Bretz membedakan

antara media siar dan media rekam sehingga terdapat 8 klasifikasi media antara

lain : 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio

semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak,

7) media audio, 8) media cetak (Sadiman dkk, 2008:20).

2. Taksonomi menurut Briggs

Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau

rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian

rangsangan tersebut dengan karakteritsik siswa, tugas pembelajaran, bahan dan

transmisinya. Briggs mengidentifkasi 13 macam media yang dipergunakan

dalam proses belajar mengajar, yaitu : objek, model, suara langsung, rekaman

audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi,

film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar (Sadiman dkk, 2008:23).

Page 39: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

50

3. Taksonomi menurut Gagne

Tanpa menyebutkan masing-masing dari medianya, Gagne membuat 7 macam

pengelompokan media, yaitu benda untuk didemontrasikan, komunikasi lisan,

media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar.

Ketujuh kelompok media ini yang kemudian dikaitkan dengan kemampuan

memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang dikembangkannya

yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar,

memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih-ilmu,

menilai prestasi, dan pemberi umpan balik (Sadiman dkk, 2008:23).

4. Taksonomi menurut Edling

Dalam penyusunan ini Edling beranggapan bahwa siswa, rangsangan belajar

dan tanggapan merupakan variabel kegiatan belajar dengan media. Ia

berpandangan bahwa pendekatan menurut model Guilford dan Bloom cukup

memadai untuk mengklasifikasikan dimensi siswa dan tanggapan, karena itu ia

dalam usahanya hanya memusatkan pada variabel rangsangan saja (Sadiman

dkk, 2008:23).

Menurut Edling media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar,

yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi subyektif visual dan

kodifikasi objektif audio, dua untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi

subyektif audio dan kodifikasi objektif visual, dan dua untuk pengalaman

belajar 3 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman

langsung dengan benda-benda. Dipandang dari banyaknya isyarat yang

diperlukan, pengalaman, subyektif, objektif, dan langsung tersebut menurut

Page 40: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

51

Edling, hal tersebut merupakan suatu kontinum atau kesinambungan

pengalaman belajar (Sadiman dkk, 2008:26).

5. Hierarki media menurut Duncan

Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media

audio-visual dengan menyusun suatu hierarki. Dari hierarki yang digambarkan

oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat

hierarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus

sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan keluwesan

penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media

berada pada hierarki paling rendah (Sukiman, 2012:45).

Berdasarkan perkembangan teknologi Arsyad (2009 : 29-32) membagi media

pembelajaran menjadi empat kelompok yaitu :

1. Media hasil teknologi cetak

Media hasil teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau

menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama

melalui proses percetakan mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil

teknologi cetak meliputi teks, grafiks, foto atau refresentasi fotografik dan

reproduksi (Aryad, 2009:29-30).

2. Media hasil teknologi audio visual

Media hasil teknologi audio visual adalah cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan cara menggunakan mesin-mesin mekanis dan

elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Pengajaran melalui

Page 41: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

52

audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses

belajar, seperti proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang

lebar (Arsyad, 2009:30).

3. Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer

Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer merupakan cara

menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-

sumber yang berbasis mikro-prosesor. Berbagai jenis aplikasi teknologi

berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai

computer-assisted instruction (pembelajaran dengan bantuan komputer).

Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin

dicapai meliputi tutorial (penyajian materi pelajaran secara bertahap), drills

and practice (latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah

dipelajari sebelumnya), permainan dan stimulasi (latihan mengaplikasikan

pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari), dan basis data (sumber

yang dapat membantu siswa menambah informasi dan pengetahuannya

sesuai dengan keinginan masing-masing) (Arsyad, 2009:31).

4. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer

Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer adalah cara untuk

menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian

beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan

beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih apabila

dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti

jumlah random access memory yang besar, hard disk yang besar, dan

Page 42: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

53

monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan periperal (alat-alat

tambahan seperti video disc player, perangkat keras untuk bergabung dalam

suatu jaringan, dan sistem audio (Arsyad, 2009:32).

Seels dan Glasgow (1990:181-183) dalam Arsyad (2009:33-34)

mengelompokan berbagai jenis media dilihat dari segi perkembangan teknologi

kedalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media

teknologi mutakhir.

Pilihan media tradisional yaitu 1) visual diam yang diproyeksikan antara lain

proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slide, dan

filmstrip. 2) visual yang tak diproyeksikan antara lain, gambar, poster, foto,

charts, grafik, diagram, pameran, papan info, papan bulu. 3) audio antara lain

rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge. 4) penyajian multimedia antara

lain slide plus suara (tape), multi-image. 5) visual dinamis yang diproyeksikan

yaitu film, televisi, dan video. 6) cetak yaitu buku teks, modul, teks terprogram,

workbook, majalah ilmiah, berkala, dan lembaran lepas (hand-out).

7) permainan yaitu teka-teki, simulasi, permainan papan. 8) realia yaitu model,

specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka) (Arsyad, 2009:33-34).

Pilihan media teknologi mutakhir antara lain 1) media berbasis telekomunikasi

misalnya telekonferen, kuliah jarak jauh. 2) media berbasi mikroprosesor

misalnya computer-assisted instruction, permainan komputer, sistem tutor

intelijen, interaktif, hypermedia, compact (video) disc (Arsyad, 2009:34-35).

Page 43: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

54

Menurut Setyosari dan Sihkabudden dalam Asyhar (2011:46-52)

mengelompokan media pembelajaran menjadi 5 kelompok yakni :

1. Pengelompokan berdasarkan ciri fisik

a. Media pembelajaran dua dimensi

b. Media pembelajaran tiga dimensi (3D)

c. Media pandang diam (still picture)

d. Media pandang gerak (motion picture) (Asyhar, 2011:46-47).

2. Pengelompokan berdasarkan unsur pokoknya

Berdasarkan unsur pokok atau indera yang dirangsang, media pembelajaran

diklasifikasikan menjadi tiga macam, yakni media visual, media audio, dan

media audio-visual (Asyhar, 2011:48).

3. Pengelompokan berdasarkan pengalaman belajar

a. Menurut Edgar Dale

Dalam bukunya berjudul audio visual method in teaching, Edgar Dale

(1997) mengelompokan media pembelajaran berdasarkan jenjang

pengalaman yang diperoleh pembelajar. Jenjang pengalaman belajar

disusun secara berurutan menurut tingkat kekonkretan dan keabstrakan

(Asyhar, 2011:49).

b. Menurut Thomas dan Sutjiono

Thomas dan Sutjiono (2005) mengklasifikasikan media pembelajaran

menjadi tiga kelompok, yakni pengalaman langsung, pengalaman

tiruan, dan pengalaman verbal (dari kata-kata) (Asyhar, 2011:50).

Page 44: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

55

4. Pengelompokan berdasarkan penggunaan

a. Berdasarkan jumlah penggunanya

Berdasarkan jumlah penggunanya, media pembelajaran dapat

dibedakan menjadi tiga macam yakni secara individu, secara

berkelompok dan secara massal (Asyhar, 2011:50).

b. Berdasarkan cara penggunaannya

Berdasarkan cara penggunaannya, media pembelajaran dibedakan

menjadi dua yaitu: media tradisional (konvensional) dan media modern

(Asyhar, 2011:50).

c. Berdasarkan hirarki manfaat media

Dengan kata lain, semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai

semakin mahal biaya investasinya semakin susah pengadaannya, tetapi

juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup

sasarannya. Sebaliknya, semakin mudah pengadaannya, sifat

penggunaannya semakin khusus dan lingkup sasarannya semakin

terbatas (Asyhar, 2011:52).

Dari beberapa pengelompokan media yang dikemukan di atas, tampaknya

bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi

(sistem taksonomi) media yang baku. Meskipun demikian apapun dan

bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya

memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita

ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat

memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya

Page 45: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

56

sehingga dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu

pembelajaran tertentu.

2.1.4.5 Fungsi Dan Manfaaat Media Pembelajaran

Asyhar (2011:29-40) mengatakan bahwa media pembelajaran tidak sekedar

menjadi alat bantu pembelajaran, melainkan juga merupakan suatu strategi

dalam pembelajaran. Sebagai strategi media pembelajaran memiliki banyak

fungsi, sebagaimana diuraikan dibawah ini :

1. Media Sebagai Sumber Belajar

Belajar adalah proses aktif dan konstruktif melalui suatu pengalaman dalam

memperoleh informasi. Dalam proses aktif media pembelajaran berperan

sebagai salah satu sumber belajar bagi pembelajar (siswa). Artinya melalui

media peserta didik memperoleh pesan dan informasi sehingga membentuk

pengetahuan baru pada diri siswa. Dalam batas tertentu media dapat

menggantikan fungsi guru sebagai sumber informasi atau pengetahuan bagi

peserta didik. Media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan suatu

komponen sistem pembelajaran yang meliputi pesan, orang, bahan, alat,

teknik dan lingkungan, yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta

didik (Munadi dalam Asyhar , 2011:30).

2. Fungsi Semantik

Fungsi semantik yaitu kemampuan media dalam menambah

perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna dan maksudnya benar-

benar dipahami anak didik (Munadi, 2008:39). Semantik berkaitan dengan

Page 46: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

57

“meaning´ atau arti dari suatu kata, istilah atau simbol. Ketika anda belajar

bahasa asing anda tentu dapat mempelajari kata-kata atau istilah baru.

Untuk itu diperlukan media seperti kamus, glossari atau narasumber.

Melalui media tersebut anda dapat menambah perbendaharaan kata dan

istilah (Asyhar, 2011:30-31). Dalam ilmu Biologi, banyak istilah yang

diambil dari bahasa latin, dalam bahasa ilmiah tidak sedikit istilah yang

diadopsi dari bahasa Inggris.

3. Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif adalah kemampuan media dalam menampilkan kembali

suatu benda atau peristiwa dengan berbagai cara, sesuai dengan situasi,

kondisi dan tujuan sasarannya. Manipulasi ini seringkali dibutuhkan oleh

pendidik untuk menggambarkan suatu benda yang terlalu besar, terlalu

kecil atau terlalu berbahaya serta sulit diakses mungkin karena letak dan

posisinya yang jauh atau prosesnya terlalu lama untuk diobservasi dalam

waktu yang terbatas. Misalnya proses metamorfosis kupu-kupu tidak

mungkin diamati selama proses pembelajaran, untuk itu dibutuhkan

bantuan media seperti skema, gambar, video dan lain-lain

(Asyhar, 2011 : 32).

4. Fungsi Fiksatif

Fungsi fiksatif adalah fungsi yang berkenaan dengan suatu media untuk

menangkap, menyimpan, menampilkan kembali suatu objek atau kejadian

yang sudah lama terjadi. Artinya, fungsi fiksatif ini terkait dengan

kemampuan merekam media pada suatu peristiwa atau objek dan

Page 47: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

58

menyimpannya dalam waktu yang tak terbatas sehingga sewaktu-waktu

dapat diputar kembali ketika diperlukan (Asyhar, 2011:32).

5. Fungsi Distributif

Fungsi distributif media pembelajaran berarti bahwa dalam sekali

penggunaan satu materi, objek atau kejadian, dapat diikuti oleh peserta

didik dalam jumlah besar dan dalam jangkauan yang sangat luas sehingga

dapat meningkatkan efisiensi baik waktu maupun biaya. Sebagai contoh

media audio-visual yang disajikan melalui teleconference

(Asyhar, 2011:33).

Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki dua kemampuan yaitu

(1) Mengatasi batas-batas ruang dan waktu, (2) Mengatasi keterbatasan indrawi

manusia. Beberapa kemampuan media mengatasi ruang dan waktu (Munadi,

2008; Dongeng Setyosari dan Sihkabuden, 2005) dalam Asyhar (2011 : 33-34)

menyatakan bahwa media pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk :

a. menyelesaikan benda atau peristiwa yang ada atau yang terjadi pada masa

lampau.

b. mengamati benda, obyek, peristiwa, yang sukar dikunjungi atau dihadirkan

dalam bentuk aslinya, baik karena tempatnya jauh, berbahaya atau

terlarang.

c. mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau yang berbahaya

didekati.

d. dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak atau sukar

diawetkan.

e. dengan mudah membandingkan sesuatu, dengan bantuan gambar, foto atau

model, peserta didik dapat dengan mudah membandingkan dua benda

yang berbeda sifat, ukuran ataupun bentuknya.

f. menyajikan sutau ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang

panjang atau lama. Misalnya setelah peserta didik mengamati proses

pembuatan gula merah, kemudian diberi kesempatan untuk melihat film

yang menyajikan secara ringkas pembuatan gula merah.

Page 48: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

59

g. dapat menjangkau sasaran yang besar jumlahnya. Dengan radio, ratusan

atau ribuan peserta didik dapat mengikuti kuliah yang disajikan oleh

seorang dosen dalam waktu yang sama.

Kemampuan mengatasi keterbatasan indera manusia, menurut (Munadi, 2008 :

Dongeng Setyosari dan Sihkabuden, 2005) dalam Asyhar (2011 : 34-35)

menyatakan media pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk :

a. memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-hal yang sukar

dimati langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, misalnya

gambaran tentang bakteri, amoeba, sel, dsb.

b. mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara

langsung karena sukar ditangkap.

c. mendengar suara yang sukar ditangkap telinga secara langsung, misalnya

rekaman denyut jantung.

d. memperlihatkan secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat

yang dapat ditunjukan dalam beberapa menit saja. Misalnya proses dari

telur menjadi katak, bunga dari kuncup menjadi mekar.

e. memperlihatkan secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung amat

cepat . Media film ini memperlihatkan lompat tinggi, salto secara lambat,

bahkan dapat pula dihentikan jika diperlukan untuk diamati secara teliti.

f. membantu peserta didik memahami obyek yang terlalu komplek, misalnya

dengan memanfaatkan peta, diagram grafik.

g. memudahkan peserta didik mangamati gerakan-gerakan mesin atau alat

yang sukar diamati secara langsung

h. menunjukan bagian-bagian tersembunyi dari suatu benda atau alat.

6. Fungsi Psikologis

Dari segi psikologis media pembelajaran memiliki beberapa fungsi seperti

fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif dan fungsi

motivasi (Asyhar, 2011:35-39) :

a. Fungsi atensi

Media pembelajaran dapat mengambil perhatian peserta didik terhadap

materi yang dibahas (Asyhar, 2011:36).

Page 49: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

60

b. Fungsi afektif

Media pembelajaran dapat menggugah perasaan, emosi dan tingkat

penerimaan atau penolakan peserta didik terhadap sesuatu sehingga

akan menimbulkan sikap dan minat peserta didik terhadap materi

pembelajaran (Asyhar, 2011:36).

c. Fungsi kognitif

Fungsi kognitif dari suatu media pembelajaran dimaksudkan bahwa

media tersebut memberikan pengetahuan dan pemahaman baru kepada

peserta didik tentang sesuatu (Asyhar, 2011:37).

d. Fungsi psikomotorik

Psikomotorik keterampilan yang berhubungan dengan fisik atau

tampilan pada seseorang. Aspek ini adalah satu dari tiga aspek

(kognitif, afektif, psikomotorik) penting yang menjadi target

pembelajaran (Asyhar, 2011:38).

e. Fungsi imajinatif

Imajinasi adalah suatu proses penciptaan suatu obyek atau peristiwa

tanpa memanfaatkan data sensoris atau indera, (Caplin, 1996) dalam

Asyhar (2011 : 38-39) imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi

obyek-obyek baru sebagai rencana masa mendatang. Atau juga dapat

mengambil bentuk fantasi yang didominasi kuat oleh pikiran-pikiran

autistik.

f. Fungsi motivasi

Media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar peserta

didik, sebab penggunaan media pembelajaran menjadi lebih menarik

Page 50: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

61

dan memusatkan perhatian peserta didik. Guru dapat mendorong

peserta didiknya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dengan

cara menimbulkan atau memberi harapan. Pemberian motivasi yang

dilakukan guru dengan dua cara yaitu arausal dan expectancy (Hebb

dalam Munadi, 2008) dalam Asyhar (2011 : 39).

7. Fungsi Sosio Kultural

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mengatasi hambatan

sosiokultural antar peserta. Peserta didik dalam jumlah cukup besar,

dengan adat, kebiasaan, lingkungan dan pengalaman yang berbeda-beda

sangat mungkin memiliki persepsi dan pemahaman yang tidak sama

tentang suatu topik pembelajaran (Asyhar, 2011:40).

Levi dan Lentz (1982) dalam Arsyad (2009 : 16-18) mengemukakan empat

fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi,

fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensantoris. Fungsi atensi

media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian

siswa untuk berkonsentrasi kepada sisi pelajaran yang berkaitan dengan

makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran

(Arsyad, 2009:17).

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa

belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual

dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang

menyangkut masalah sosial atau ras (Arsyad, 2009:17).

Page 51: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

62

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar

mencapai tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang

terkandung dalam gambar (Arsyad, 2009:17).

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian

bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks

membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan

informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media

pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan

lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks

atau disajikan secara verbal (Arsyad, 2009:17).

Menurut Sanaky (2011 : 6) media pembelajaran berfungsi untuk merangsang

pembelajaran dengan :

1. Menghadirkan obyek yang sebenarnya dan obyek yang langkah.

2. Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya

3. Membuat konsep yang abstrak ke konsep yang konkret

4. Memberi kesamaan persepsi

5. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak

6. Menyajikan ulang informasi secara konsisten

7. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan menarik sehingga

dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Hamalik (1986) dalam Arsyad (2008:15) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap

siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran

Page 52: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

63

akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian

pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain itu membangkitkan motivasi dan

minat siswa. Media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan

penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Sementara itu, media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (1985:28) dalam

Arsyad (2008:19) dapat memenuhi fungsi utama apabila media itu digunakan

untuk perorangan, kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,

yaitu (1) memotivasi minat dan tindakan, (2) menyajikan informasi dan (3)

memberi instruksi.

Sadiman, dkk., (2008:17-18) menjelaskan secara umum media pendidikan

mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

(1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka.

(2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, menurut Sadiman,

dkk. ( 2008:17) seperti misalnya:

a. Objek yang terlalu besar—bisa digantikan dengan realitas, gambar, film

bingkai, film, atau model;

b. Objek yang kecil—dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film

atau gambar;

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi

lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain, dan;

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-

lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-

lain.

Page 53: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

64

(3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan menurut Sadiman,

dkk. ( 2008:17-18) berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar;

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan;

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

dan minatnya.

(4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan

bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila

latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini

dapat diatasi dengan media pendidikan menurut Sadiman, dkk. ( 2008:17),

yaitu dengan kemampuannya dalam memberikan perangsang yang sama,

mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Dari penjelasan mengenai fungsi media pembelajaran diatas secara eksplisit

juga diperoleh berbagai manfaat penggunaan media yang diperoleh pengajar

dan peserta didik dalam pembelajaran. Midun (2009) dalam Asyhar (2011, 41)

menyatakan manfaat penggunaan media pembelajaran adalah :

a. memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan dikelas.

b. peserta didik memperoleh pengalaman beragam saat proses pembelajaran.

c. memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada

peserta didik, seperti kegiatan karyawisata ke pusat tenaga listrik, dan

sebagainya.

d. menyajikan sesuatu yang sulit disajikan, dikunjungi atau dilihat oleh

peserta didik, seperti sistem tata surya, virus, metamorfosa kupu-kupu ,

pelapukan batuan, atau perang uhud.

e. memberikan informasi yang akurat dan terbaru.

f. menambah kemenarikan tampilan materi sehingga meningkatkan motivasi

dan minat serta mengambil perhatian peserta didik.

Page 54: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

65

g. meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, dapat menjangkau peserta

didik ditempat yang berbeda dengan ruang lingkup yang tak terbatas.

h. memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran, baik dalam lingkup

makro maupun mikro.

Menurut Sudjana dan Rivai dalam Sanaky (2011:4-5) manfaat media

pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah :

a. Pembelajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar,

b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga lebih dipahami

pembelajar, sehingga memungkinkan pembelajar menguasai tujuan

pengajaran dengan baik,

c. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan,

dan pengajar tidak kehabisan tenaga,

d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang

dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-

lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan media pembelajaran di

dalam kegiatan pembelajaran akan membantu siswa dalam memahami materi

pelajaran, selain itu kegiatan pembelajaran lebih bervariasi dan lebih

menyenangkan bagi siswa.

Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar dan pengajar menurut Sanaky

(2011:5), sebagai berikut :

1. Bagi pengajar adalah : memberikan pedoman arah untuk mencapai tujuan,

menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik, memberikan

kerangka sistematis mengajar secara baik, memudahkan kendali pengajar

terhadap materi pelajaran, membantu kecermatan, ketelitian dalam

penyajian materi pelajaran, membangkitkan rasa percaya diri seorang

pengajar, meningkatkan kualitas pengajaran.

Page 55: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

66

2. Bagi pembelajar adalah : meningkatkan motivasi belajar pembelajar,

memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar, memberikan

struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar,

memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga

memudahkan pembelajar untuk belajar, merangsang pembelajar untuk

berpikir dan beranalisis, menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa

tekanan, pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis

yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.

2.1.4.6 Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Asyhar (2011:86-89) ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru

sebelum menentukan pilihan media yang akan digunakan untuk pembelajaran :

1. Mengidentifikasi Karakteristik Peserta Didik

Ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu : (a) karakteristik yang bersifat

umum, seperti peserta didik kelas berapa, jenis kelamin, latar belakang

budaya, kebiasaan, dsb. Dan (b) karakteristik yang bersifat khusus, seperti

pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal yang dimiliki peserta didik.

Menurut Winkel dalam Asyar (2011 : 86) karakteristik siswa meliputi :

1) fungsi, 2) fungsi konatif-dinamik, 3) fungsi afektif, 4) fungsi sensorik-

motorik; 5) fungsi lain seperti individualitas, kondisi mental, vitalitas

psikis, dan perkembangan kepribadian. Pemahaman tentang karakteristik

peserta didik memberi gambaran kepada guru tentang jenis dan format

media yang cocok untuk digunakan (Asyhar, 2011:86).

Page 56: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

67

2. Menelaah Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran juga menjadi faktor pertimbangan dalam pemilihan

media karena jenis kompetensi yang diharapkan dicapai sangat terkait

dengan jenis media yang digunakan. Misalnya materi “Membuang Sampah

Pada Tempatnya”. Tujuannya adalah siswa bisa membiasakan diri

membuang sampah pada tempatnya (afektif), maka jenis media yang cocok

digunakan adalah audio-visual atau real object media berbasis manusia,

dengan cara guru memberikan contoh secara langsung (Asyhar, 2011:87).

3. Mengkaji Karakteristik Bahan Ajar

Karakteristik bahan ajar menentukan pemilihan media dalam pembelajaran.

Sifat bahan atau materi ajar menentukan bentuk tugas dan pengalaman

belajar yang akan diberikan kepada peserta didik. Tugas dan pengalaman

belajar tersebut sangat menentukan jenis aktivitas siswa disekolah dan

diluar sekolah. Jenis aktivitas tidak hanya mendengarkan dan mencatat,

melainkan juga berbagai macam aktivitas lainnya seperti berdiskusi,

bermain, berlatih, melakukan percobaan, searching internet, dan lain-lain

(Asyhar, 2011:87).

4. Menetapkan Pilihan Media

Dari hasil telaah berbagai faktor yang terkait dengan karakteristik siswa,

materi ajar dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran, maka akan

diketahui alternatif jenis dan format media yang bisa dipilih. Selanjutnya,

perlu dikaji ketersediaan jenis dan media yang dibutuhkan serta fasilitas

pendukungnya (Asyhar, 2011:88).

Page 57: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

68

5. Mereview

Mereview kembali jenis media yang telah dipilih, apakah sudah tepat atau

masih memiliki kelemahan, atau masih ada alternatif jenis media lain yang

lebih hebat (Asyhar, 2011:89).

Menurut Arsyad (2009:69-72) pada tingkat yang menyeluruh dan umum

pemilihan media dilakukan dengan cara mempertimbangkan faktor berikut :

1. Hambatan pengembangan dan pembelajaran, meliputi faktor dana, fasilitas

dan peralatan yang tersedia, waktu dan sumber yang tersedia.

2. Persyaratan isi, tugas dan jenis pembelajaran. Setiap kategori pembelajaran

itu menuntut perilaku yang berbeda-beda, dan demikian akan memerlukan

teknik dan media penyajian yang berbeda pula.

3. Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan

keterampilan awal, serta karakteristik siswa lainnya.

4. Tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru dan pelajar) dan biaya.

5. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan kemampuan

mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat, mengakomodasikan

respons siswa yang tepat, mengakomodasilkan umpan balik, pemilihan

media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus,

serta untuk latihan dan tes.

6. Media sekunder harus mendapatkan perhatian karena pembelajaran yang

berhasil menggunakan media yang beragam. Dengan penggunaan media

yang beragam, siswa memiliki kesempatan untuk menghubungkan dan

berinteraksi dengan media yang paling efektif sesuai dengan kebutuhan

belajar mereka secara perorangan.

Page 58: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

69

2.1.4.7 CD Interaktif

Media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran. Media ada yang dapat langsung dimanfaatkan oleh

guru (by utilization) dalam kegiatan pembelajaran, artinya media tersebut

dibuat oleh pihak tertentu (produsen media), dan guru tinggal menggunakannya

secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu contoh media yang

dapat dimanfaatkan secara langsung oleh guru adalah CD pembelajaran

interaktif (Rusman, 2012:159).

CD interaktif adalah sebuah media yang menegaskan sebuah format

multimedia, dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan

aplikasi interaktif di dalamnya (Maroebeni, 2008:4). Compact Disc (CD)

adalah sistem penyimpanan dan rekaman video dimana signal audio-visual

direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetik (Arsyad, 2009:36).

Walaupun berukuran kecil, CD memiliki kemampuan untuk menyimpan

informasi dalam jumlah besar. Selain mudah digunakan, keuntungan utama

dari CD adalah ketahanannya terhadap kerusakan.

Dalam program talk show e-lifestyle yang ditayangkan di Metro TV pada 9

Agustus 2003 pukul 09.00 WIB disebutkan bahwa CD interaktif adalah sebuah

CD yang berisi menu-menu yang dapat diklik untuk menampilkan sebuah

informasi tertentu. Sistem interaktif yang dipakai CD interaktif sama persis

dengan sistem navigasi pada internet, hanya yang berbeda disini adalah media

yang dipakai keduanya. CD interaktif memakai media off line berupa CD,

sementara internet memakai media on line (Maroebeni, 2008:5).

Page 59: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

70

CD interaktif merupakan piranti sistem komputer yang berisi tentang muatan

pembelajaran meliputi judul, tujuan, materi pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran. CD interaktif dapat menyampaikan pembelajaran secara

langsung kepada para siswa dengan cara berinteraksi dengan mata pelajaran

yang diprogramkan ke dalam sistem komputer (Rusman, 2012:153).

CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran disekolah sebab cukup

efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Sifat media ini selain interaktif juga

bersifat multimedia, terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi

sound, animasi, video, teks dan grafis (Rusman, 2012:148).

Beberapa model media interaktif dalam Rusman (2012:148-149) diantaranya :

a. Model drill, latihan untuk mempermahir keterampilan atau memperkuat

penguasaan konsep melalui serangkaian soal atau pertanyaan.

b. Model tutorial, merupakan program pembelajaran menggunakan perangkat

lunak komputer yang berisi materi pelajaran. Pola dasarnya mengikuti

pembelajaran berprograma tipe branching dimana konten kurikulum atau

materi pelajaran disajikan dalam unit-unit kecil. Lalu disusul dengan

pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (diperbandingkan

dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis program) dan umpan

baliknya yang benar diberikan.

c. Model simulasi, bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih

konkrit melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang

mendekati suasana yang sebenarnya.

d. Model game instuction, dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran

menyenangkan” dimana peserta didik dihadapkan pada beberapa petunjuk

aturan permainan. Sering disebut instructional games (Eleanor L.

Criswell, 1989 : 20) dalam Rusman (2012 :149).

Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan dalam CD interaktif

adalah “tutorial” tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi

dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan

penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan

Page 60: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

71

tutorial mengggunakan CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan

penguasaan software kepada siswa dibandingkan dengan mengajarkan

hardware (Rusman, 2012:149).

Menurut praktisi media Augus Savara dalam program e-lifestyle Metro TV,

Sabtu 9 Agustus 2003 dalam Maroebeni (2008:5), kelebihan CD interaktif

antara lain :

1. Penggunanya bisa berinteraksi dengan program computer, dalam CD

interaktif terdapat menu-menu khusus yang dapat diklik oleh user untuk

memunculkan informasi berupa audio, visual, maupun fitur lain yang

diinginkan oleh pengguna.

2. Menambah pengetahuan, berupa materi pembelajaran yang dirancang

kemudahannya dalam CD interaktif bagi pengguna.

3. Tampilan audio-visual yang menarik, menarik disini tentu saja jika

dibandingkan dengan media konvensional seperti buku atau media dau

dimensi lainnya. Kemenarikan disini utamanya karena sistem interaksi

yang tidak dimiliki oleh media cetak maupun media elektronik lain.

Dari beberapa keunggulan CD interaktif, dapat diketahui bahwa CD interaktif

dapat membantu mempertajam pesan yang disampaikan dengan kelebihannya

menarik indera dan menarik minat. Karena merupakan gabungan antara

pandangan, suara, dan gerakan (Suyanto, 2003:18) dalam Maroebeni (2008:4).

Kelebihan lain dari CD interaktif adalah siswa belajar dengan mandiri, tidak

harus tergantung kepada guru. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan

dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi yang

diajarkan dapat langsung dipraktikan secara langsung oleh siswa terhadap

software tersebut. Terdapat juga fungsi repeat bermanfaat untuk mengulangi

materi secara berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh (Rusman,

2012:149). Saat ini sudah banyak orang yang memanfaatkan bahan ajar CD

Page 61: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

72

interaktif. CD interaktif disamping menarik juga memudahkan bagi

penggunanya untuk mempelajari suatu bidang tertentu, termasuk pembelajaran

biologi. Dalam penelitian ini memanfaatkan CD interaktif yang dibuat oleh

ai-learn (Animated & Interactive Learning).com Indonesia.

2.1.4.8 Model

Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa

langsung ke kelas, atau siswa langsung dibawa ke tempat benda asli itu berada.

Jika hal tersebut sulit dilakukan, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi

sebagai media pembelajaran yang efektif (Daryanto, 2010:29).

Benda tiruan sering disebut sebagai model. Model dapat diartikan sebagai

sesuatu yang dibuat dengan ukuran tiga dimensi, sehingga menyerupai benda

aslinya, untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin diperoleh dari benda

sebenarnya. Benda asli kemudian dibuat modelnya dalam bentuk besar seperti

aslinya atau sangat kecil (Sanaky : 2011:115).

Sanaky (2011:115) menyatakan dalam pembelajaran, tidak selalu atau harus

menggunakan benda-benda asli. Artinya benda-benda tersebut dapat digantikan

dengan benda-benda tiruan. Penggunaan benda pengganti atau tiruan, berfungsi

untuk menggantikan benda-benda sebenarnya. Penggunaan benda-benda tiruan

perlu dilakukan pengajar, dengan pertimbangan :

a. Mungkin benda tersebut sulit didapatkan

b. Benda tersebut terlalu jauh tempatnya

c. Benda tersebut teralu kecil atau terlalu besar

d. Mungkin benda tersebut merupakan benda yang dilindungi oleh cagar

budaya.

Page 62: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

73

Media model termasuk benda tiga dimensi yang memiliki keunggulan bila

dibandingkan dengan gambar yang hanya dua dimensi. Oleh karena itu, model

sangat membantu untuk mewujudkan realitas yang tidak saja dapat dilihat,

tetapi juga dapat diraba. Model dapat dibuat sendiri oleh pembelajar atas

bimbingan pengajar atau juga dapat dibuat oleh pengajar sendiri

(Sanaky, 2011:116).

Daryanto (2010:29) menyatakan bahwa media tiga dimensi dapat dibuat sendiri

oleh guru dengan mudah, tanpa harus memerlukan keahlian khusus. Hal ini

disebabkan karena media tiga dimensi tergolong sederhana dalam penggunaan

dan pemanfaatannya. Selain itu bahan untuk membuat media tiga dimensi

dapat diperoleh dengan mudah di lingkungan sekitar.

Oemar Hamalik (1989:134) dalam Sanaky (2011:116-117) membagi model

atau benda tiruan, menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Solid model, model ini terutama hanya menunjukan bagian luar.

b. Cross section model, model ini hanya menampakan struktur bagian dalam

saja.

c. Working model, bahwa model ini hanya mendemonstrasikan fungsi atau

proses-proses saja.

Ditinjau dari cara membuat, bentuk dan tujuan penggunaan model dapat

dibedakan atas : model perbandingan (globe), model yang disederhanakan,

model irisan, model susunan, model terbuka, model utuh, boneka dan topeng

(Daryanto, 2010:31).

Bentuk dari suatu model dapat dibuat untuk keperluan pembelajaran yaitu

mungkin saja dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu dari benda

Page 63: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

74

tersebut yang kurang perlu, serta menonjolkan bagian-bagian yang perlu-perlu

saja. Model atau benda tiruan tersebut bentuknya harus sama dengan aslinya,

besarnya dapat sama atau lebih kecil atau lebih besar lagi dari aslinya

(Sanaky, 2011:116).

Untuk besar model atau benda tiruan, pada dasarnya tergantung pada benda

yang ditirunya. Untuk benda bakteri tertentu dibuat dalam model yang

diperbesarkan. Kemudian agar benda tiruan tersebut lebih jelas dan menarik,

biasanya diberi warna yang sesuai dengan warna aslinya atau warna kontras,

sehingga dapat menunjukan bagian luar, atau bagian dalam dan arah proses,

serta cara bekerja atau kegiatan tersebut (Sanaky, 2011 : 117) .

Menurut Hamalik (1989) dalam Sanaky (2011:117-118) menggunakan benda

model dalam kelas, hendaknya disesuaikan dengan program mengajar, yaitu

tujuan, materi, metode, dan kondisi pembelajar. Untuk menjadikan pengajaran

lebih menarik dan efektif, maka perhatikanlah hal-hal berikut :

a. Bentuk dan besarnya model harus diperhatikan agar dapat dilihat oleh

pembelajar di kelas.

b. Jangan terlalu banyak memberikan penjelasan. Biasanya pembelajar lebih

mengkonsentrasikan perhatiannnya kepada model bukan pada penjelasan.

c. Gunakan model untuk maksud tertentu dalam pengajaran, bukan bertujuan

mengisi waktu pengajar dan mengurangi peranan pengajar dalam kelas.

d. Usahakan para pembelajar sebanyak mungkin dapat belajar dari model

dengan mendorong mereka bertanya, berdiskusi, atau memberikan kritik.

e. Model hendaknya diintegrasikan dengan alat-alat lainnya supaya

pembelajaran berhasil.

f. Didalam suatu pelajaran hanya menggunakan model-model terpilih saja

dan jangan menggunakan bermacam-macam model karena dapat

menyebabkan kabingungan bagi pembelajar.

g. Apabila menggunakan beberapa model, hendaknya model tersebut satu

sama lain berhubungan & menghubungkan pelajaran satu dengan lainnya.

Page 64: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

75

Menurut Daryanto (2010:30-31), belajar melalui model dilakukan untuk pokok

bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman

langsung atau melalui benda sebenarnya. Ada beberapa tujuan belajar dengan

menggunakan model, yaitu : mengatasi kesulitan yang muncul ketika

mempelajari objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, untuk mempelajari

obyek yang telah menjadi sejarah dimasa lampau, untuk mempelajari obyek-

obyek yang tak terjangkau secara fisik, untuk mempelajari obyek yang mudah

dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya mata

manusia, telinga manusia), untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang

abstrak, untuk memperlihatkan proses dari obyek yang luas (misalnya proses

peredaran planet-planet).

Selanjutnya Daryato (2010:31) menjelaskan keuntungan menggunakan model,

diantaranya adalah: belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting

saja, dapat mempertunjukan struktur dalam suatu obyek, dan siswa dapat

memperoleh pengalaman yang konkret.

Moedjiono (1992) dalam Daryanto (2010:29) mengatakan bahwa media

sederhana tiga dimensi (model) memiliki kelebihan-kelebihan yaitu

memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara konkret dan

menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik

konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi

secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan

kelemahannya adalah tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar,

penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.

Page 65: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

76

Model sel dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh siswa secara berkelompok,

dengan bantuan dan bimbingan dari guru. Model sel yang dibuat terdiri dari

dua macam yaitu sel hewan dan sel tumbuhan. Bahan untuk membuat model

sel menggunakan lilin dengan warna yang beraneka ragam. Gambar model sel

dapat dilihat pada lampiran 12.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan telaah kepustakaan yang peneliti lakukan, ditemukan beberapa

hasil penelitian yang relevan dan berkaitan dengan variable penelitian ini,

antara lain :

a. Hidayana (2009:1) melakukan penelitian tentang pengaruh gaya belajar

terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMKN 2 Balikpapan. Hasil

penelitiannya menunjukan 55,8% prestasi belajar siswa kelas X SMKN 2

Balikpapan dipengaruhi oleh variable gaya belajar (X) yang terdiri dari

gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Sedangkan sisanya 44,2%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

b. Dewanti (2008:1) dalam penelitian tentang pengaruh pembelajaran

berbasis audio-visual terhadap prestasi belajar biologi bagi siswa yang

memiliki gaya belajar yang berbeda di SMPN 13 Malang. Berdasarkan

penelitiannya, Dewanti menyimpulkan terdapat pengaruh pembelajaran

berbasis audio-visual terhadap prestasi belajar Biologi pada siswa yang

bergaya belajar visual di SMPN 13 Malang, dan terdapat pengaruh

pembelajaran berbasis audio visual terhadap prestasi belajar biologi pada

siswa yang bergaya belajar auditorial di SMPN 13 Malang. Dan terdapat

Page 66: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

77

perbedaan prestasi belajar biologi pada siswa yang memiliki gaya belajar

visual dengan siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajar

menggunakan metode pembelajaran audio-visual di SMPN 13 Malang.

c. Zalikha (2008:1) melaporkan hasil penelitiannya tentang pengaruh

penggunaan multimedia interaktif dalam model pembelajaran aktif

(active learning) tipe true or false terhadap hasil belajar biologi siswa.

Berdasarkan penelitiannya disimpulkan penggunaan multimedia interaktif

berpengaruh dalam model active learning terhadap hasil belajar biologi

siswa, penerapan model active learning memberikan pengaruh yang positif

terhadap hasil belajar biologi, pembelajaran actif learning (aktif) tipe true

or false dengan penggunaan multimedia interaktif efektif digunakan dalam

pembelajaran biologi dan berpengaruh terhadap hasil belajar biologi.

d. Supriyatin (2010:1) melakukan penelitian mengenai pemanfaatan media

tiruan kerangka untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas IV SDN

Ketawanggede 1 Kecamatan Lowokwaru kota Malang. Berdasarkan data

yang diperoleh menunjukan pemanfaatan media tiruan kerangka dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar pra tindakan

49,96; siklus I 58,86 dan siklus II 79,77. Sedangkan secara klasikal

diperoleh hasil 72%, siswa telah mencapai KKM dari 75% yang ditetukan.

Penggunaan media tiruan dalam pembelajaran IPA dikelas IV terbukti

dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Peningkatan

skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 63,98 dan siklus II 76,27.

Page 67: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

78

2.3 Kerangka Berfikir

2.3.1 Interaksi antara Pemanfaatkan Media Pembelajaran dengan Gaya

Belajar Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses

komunikasi. Media berperan sebagai alat perantara untuk menyalurkan pesan

dan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dalam proses

pembelajaran media digunakan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar

dan prestasi belajar siswa. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar

siswa adalah ketidaksesuaian penggunaan media pembelajaran dengan

karakteristik belajar siswa, salah satunya yaitu gaya belajar.

Siswa yang memiliki gaya belajar tipe visual memiliki interest yang tinggi

ketika diperlihatkan warna, bentuk, gambar-gambar hidup dan ilustrasi visual

lainnya. Beberapa teknik yang digunakan dalam belajar visual adalah untuk

meningkatkan keterampilan berfikir dan belajar, lebih mengedepankan peran

penting mata sebagai penglihatan (visual). Pada gaya belajar ini diperlukan

metode pembelajaran yang digunakan dengan menitik beratkan pada peragaan.

Mereka berfikir menggunakan gambar-gambar diotak dan belajar lebih cepat

dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti CD interaktif. CD

interaktif merupakan multimedia yang memiliki unsur yang lengkap meliputi

sound, animasi, vidio, teks dan grafis.

Siswa yang memiliki tipe kinestetik belajar dengan cara melakukan,

menyentuh, merasa, bergerak, dan mengalami (tindakan). Anak seperti ini sulit

untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan

Page 68: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

79

eksplorasi sangatlah kuat. Oleh karena itu pembelajaran yang dibutuhkan

adalah pembelajaran yang lebih bersifat kontekstual dan praktik. Penggunaan

media pembelajaran model memberikan kesempatan anak untuk dapat

membuat media model secara langsung, sehingga anak dapat beraktivitas

melalui gerakan dan sentuhan.

Berdasarkan perbedaan gaya belajar pada masing-masing siswa dibutuhkan

suatu strategi dalam pemilihan media pembelajaran sehingga dapat memacu

siswa berprestasi, baik pada siswa yang memiliki gaya belajar visual maupun

gaya belajar kinestetik.

Pemanfaatan media pembelajaran pada siswa dengan gaya belajar berbeda

tentu mengakibatkan prestasi belajar yang berbeda pula. Siswa yang memiliki

gaya belajar visual dengan menggunakan media pembelajaran CD interaktif,

prestasi belajarnya dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang

menggunakan media pembelajaran model. Atau sebaliknya siswa yang

memiliki gaya belajar kinestetik dengan menggunakan media pembelajaran

model, prestasi belajarnya dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang

menggunakan media pebelajaran CD interaktif.

2.3.2 Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa yang

Memanfaatkan Media CD Interaktif dengan yang Memanfaatkan

Model Pada Siswa yang Memiliki Gaya Belajar Visual

Siswa dengan gaya belajar tipe visual akan mendapatkan perlakuan yang sesuai

ketika diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran CD

interaktif. Hal ini disebabkan karena pada CD interaktif menampilkan

Page 69: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

80

pembelajaran melalui gambar, teks, warna dan bersifat animasi. Kesesuaian

perilaku yang didapatkan memungkinkan pengembangan potensi secara

maksimal. Sebaliknya pada siswa dengan gaya belajar visual pada mata

pelajaran sel dengan menggunakan media pembelajaran model, juga dapat

memahami dan mengerti materi pelajarannya. Tetapi akan lebih mudah

dipahami dan dimengerti apabila siswa menggunakan media pembelajaran CD

interaktif. Dengan demikian diduga bahwa prestasi belajar siswa dengan gaya

belajar visual yang menggunakan media pembelajaran CD interaktif akan lebih

tinggi daripada yang menggunakan media pembelajaran model.

2.3.3 Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa yang

Memanfaatkan Media CD Interaktif dengan yang Memanfaatkan

Model pada Siswa yang Memiliki Gaya Belajar Kinestetik

Siswa dengan gaya belajar kinestetik cenderung belajar dengan cara

melakukan, menyentuh, merasa, bergerak, dan mengalami. Metode belajar

yang tepat bagi siswa dengan karakteristik seperti ini adalah dengan

menggunakan media pembelajaran model.

Adanya pengarahan dan bimbingan secara langsung dengan membuat media

“model” sendiri, memungkinkan siswa dengan gaya belajar kinestetik berupaya

mencapai tujuan belajar semaksimal mungkin. Siswa dengan gaya belajar

kinestetik yang menggunakan media CD interaktif lebih sulit memahami

materi pelajaran sehingga kurang dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan

baik. Dapat diduga bahwa prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik

yang menggunakan media pembelajaran model lebih tinggi daripada yang

menggunakan media pembelajaran CD interaktif.

Page 70: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

81

2.1.4 Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa yang

Memanfaatkan Media Model dengan yang Memanfaatkan CD

Interaktif

Media model merupakan benda dengan ukuran tiga dimensi yang menyerupai

benda aslinya. Pembuatan model dapat dilakukan sendiri oleh siswa dengan

bimbingan guru mata pelajaran. Dengan membuat model sendiri maka siswa

akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan secara langsung, sehingga

siswa akan lebih mudah mempelajari dan mengingat hal-hal yang didapatkan

dari keterampilan atau praktek yang dilakukan.

Pembelajaran menggunakan CD interaktif dapat menarik perhatian siswa,

karena CD interaktif memiliki unsur-unsur audio, visual, teks, animasi dan

bersifat interaktif. Walaupun demikian kebermaknaan dan pengalaman belajar

yang di peroleh siswa dengan memanfaatkan CD interaktif tidak sebaik

dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan model. Karakteristik media

pembelajaran model yang cenderung lebih mudah dipahami, menarik dan

menyenangkan membuat siswa lebih tertarik untuk memperhatikan proses

pembelajaran. Sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa sebagai

subyek dalam belajar.

Kebermaknaan pembelajaran membuat adanya referensi yang lebih lama di

dalam ingatan sebagai bentuk prestasi belajar. Dengan demikian dapat diduga

bahwa prestasi belajar siswa akan lebih tinggi dengan menggunakan media

model daripada menggunakan media CD interaktif.

Page 71: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

82

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka dapat digambarkan kerangka

berpikirnya sebagai berikut:

2.4 Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat interaksi antara pemanfaatan media pembelajaran dengan gaya

belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada materi pokok sel.

2. Peningkatan prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual yang

memanfaatkan media CD interaktif lebih tinggi daripada yang

memanfaatkan model pada materi pokok sel.

3. Peningkatan prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik yang

memanfaatkan media model lebih tinggi daripada yang memanfaatkan CD

interaktif pada materi pokok sel.

4. Peningkatan prestasi belajar siswa yang memanfaatkan media model lebih

tinggi daripada yang memanfaatkan CD interaktif pada materi pokok sel.

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Peningkatan Prestasi

Belajar

Gaya Belajar

Visual

Kinestetik

Pemanfaatan Media

CD interaktif

Model

Tinggi

Page 72: II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …digilib.unila.ac.id/15211/2/bab 2 revisi - Copy.pdf · Reber dalam Syah (2010:89) mengungkapkan pengertian belajar, belajar

83