bab ii kajian teori dan hipotesis -...

Download BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408017_bab1.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A Kajian Teori 1. Lanjut Usia

If you can't read please download the document

Upload: vuthuy

Post on 06-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A Kajian Teori

    1. Lanjut Usia (Lansia)

    Lanjut usia merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami

    oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang

    tidak dapat dihindari.

    a. Definisi Lansia

    Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

    perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoatmojo,

    2007).

    Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

    kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

    Tahun 1998 tentang kesehatan, dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

    yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Aulia Dwi Natalia, 2009)

    Menurut Notoatmojo(2007;281) lanjut usia meliputi:

    1) Usia pertengahan (middleage) yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun,

    2) Usia lanjut (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 70 tahun,

    3) Lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 sampai 90 tahun, dan

    4) Usia sangat tua (veryold) yaitu usia diatas 90 tahun.

    b. Klasifikasi Lansia

    Batasan usia lanjut didasarkan atas undang-undang No. 13 Tahun 1998

    adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program

    kesehatan usia lanjut, Departemen Kesehatan membuat pengelompokan seperti

    di bawah ini:

  • 8

    1) Kelompok pertengahan umur

    Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut

    yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54

    tahun).

    2) Kelompok usia lanjut dini

    Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai

    memasuki usia lanjut (55-64 tahun)

    3) Kelompok usia lanjut

    Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas)

    4) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi

    Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut

    yang hidup sendiri, terpencil menderita penyakit berat atau cacat.

    (Notoatmojo, 2007).

    c. Masalah Pada Lanjut Usia

    Dalam diri Lansia ada beberapa hal yang menarik yang pasti berbeda dari

    kebanyakan orang dewasa lainnya. tidak dapat dibantah, bila seseorang bertambah

    tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan perlahan lahan tetapi pasti

    menurun. Akibatnya aktivitas - aktivitas hidupnya akan ikut terpengaruh, hal ini

    berdampak pada penurunan kesigapan Lansia itu sendiri.

    Menurut Lilik (2011:19) secara umum menjadi tua atau menua (ageing

    process), ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala

    kemunduran fisik dan kemunduran kemampuan kognitif. Kemunduran fisik yang

    dialami oleh Lansia tersebut sering menimbulkan masalah-masalah dalam

    keseharian Lansia. Lansia menjadi tidak berdaya dan tergantung kepada orang-

    orang disekitarnya.

    d. Komponen Kebugaran pada Lansia

    Komponen aktivitas dan kebugaran pada Lansia menurut Darmojo

    (2004:94) terdiri dari:

    1) Self Effacy (Keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk

    menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktifitas.

    Hal ini sangat berhubungan dengan ketergantungan dalam aktifitas sehari-

  • 9

    hari. Dengan keberdayagunaan ini seseorang usia lanjut mempunyai

    keberanian dalam melakukan aktifitas.

    2) Latihan pertahanan (Resistence Training) keuntungan fungsional atas

    latihan pertahanan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis

    latihan yang bertahan. Antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi,

    luas lingkup gerak sendi (Range of Motion) dan jenis kekuatan.

    3) Daya tahan (Endurance) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

    kerja dan waktu yang relatif cukup lama. Pada Lansia latihan daya

    tahan/kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang

    didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut

    bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (Training Specific), sehingga

    latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan

    latihan bertahan.

    4) Kelentukan (Flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak

    terjadi pada lanjut usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon.

    Oleh karena itu latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting

    dari latihan atau olahraga bagi lanjut usia.

    5) Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering

    mengakibatkan Lansia sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan

    motorik yang dihasilkan oleh berbagai faktor, diantaranya input sensorik

    dankekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya

    sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita.

    Penurunan keseimbangan dapat diperbaiki dengan berbagai latihan

    keseimbangan. Latihan yang meliputi keseimbangan akan menurunkan

    insiden pada Lansia.

    e. Teori Penuaan

    Para ahli yang mengadakan studi tentang proses aging berpendapat bahwa

    adalah sangat penting untuk membedakan secara hati hati antara normal

    aging dan pathological aging. Secara umum teori penuaan dibagi menjadi dua

    kelompok besar yaitu teori genetik dan teori non genetik (Ririn pudjiastuti dan

    Budi, 2000:5)

  • 10

    1) Teori Genetik

    Pada teori ini menitikberatkan mekanisme penuaan yang terjadi pada

    nukleus sel. Penjelasan teori yang berdasarkan genetik diantaranya sebagai

    berikut:

    a) Teori Hayflick

    Pada teori ini penuaan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain

    perubahan fungsi sel, efek akumulatif, dari tidak normalnya sel,

    kemunduran sel dalam organ dan jaringan. Semakin cepat suatu organisme

    dia hidup maka semakin cepat pula mereka menua. Hal ini terjadi karena

    kehidupan cepat di definisikan sebagai proses diferensiasi dan

    pertumbuhan yang cepat serta metabolisme yang tinggi sehingga sel sel

    lebih cepat mengalami penuaan.

    b) Teori Error Sintesis Protein

    Teori ini dikenalkan oleh Orgel pada tahun 1963, dimana

    pendapatnya sebagai berikut: kesalahan pembentukan protein yang

    mengandung materi genetik, jika kesalahan tersebut terus menerus terjadi

    dan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya maka jumlah

    molekul abnormal akan semakin banyak. Keadaan tersebut dapat

    menyebabkan faal atau fungsi biologi mengalami gangguan, hal ini akan

    berdampak pada terganggunya faal organ dan berakhir dengan kematian.

    Yang dapat dimasukkan dalam teori ini adalah teori persambungan silang

    (Crosslinking theory) dari Bjorksten dan Kohn pada tahun 1974. Dalam

    pendapatnya bahwa seiring dengan pertambahan umur manusia maka

    akan berdampak pada jumlah jaringan kolagen yang terbentuk akan

    semakin banyak dan mengganggu faal atau fungsi fisiologi organ semula.

    2) Teori Non Genetik

    Pada teori ini memfokuskan lokasi diluar nukleus sel, seperti organ,

    jaringan, dan sistem. Teori yang berdasarkan non genetik antara lain sebagai

    berikut:

    a) Teori Autonium

  • 11

    Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh antibodi yang

    bereaksi terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi itu terjadi karena

    tubuh gagal mengenal sel normal dan memproduksi antibodi yang salah.

    Teori imunologis berangkat dari pengamatan bahwa dengan bertambahnya

    usia maka terjadi penurunan kadar imunoglobulin, terutama

    imunoglobuluin D, peningkatan natural killer cell, penurunan faal

    Limfosit dan resistensi terhadap infeksi, serta peningkatan kejadian

    penyakit penyakit autonium ( Ririn Pudjiastuti dan Budi, 2000:6).

    b) Teori Radikal Bebas

    Menerangkan proses menua berdasarkan timbulnya kerusakan

    jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas adalah atom

    atau molekul dengan susunan elektron tak lengkap. Susunan elektron yang

    tidak lengkap menyebabkan atom atau molekul sangat terpengaruh oleh

    medan magnet. Ini yang mengakibatkan radikal bebas menjadi bersifat

    sangat reaktif. Radikal bebas dapat terbentuk akibat hilangnya maupun

    penambahan elektron di lintasannya pada saat terputusnya ikatan kovalen

    atom atau molekul yang bersangkutan. Energi untuk memutuskan ikatan

    kovalen tersebut berasal dari panas, radiasi elektromagnetik atau reaksi

    redoks berlebihan (Halliwell, 1996). Radikal bebas dapat dirusak oleh

    enzim protektif yang dibentuk tubuh yaitu superoksid dismutase, katalase,

    dan glutation peroksidase. Bila terdapat sebagian radikal bebas yang tak

    terdestruksi (escape) maka radikal bebas tersebut akan merusak membran

    organel subselular seperti membran mitokondria,dan mikrosom. Keadaan

    tersebut akan mengakibatkan terjadinya kerusakan sel. Bentuk kerusakan

    yang tampak misalnya kerusakan endotel dengan akibat munculnya

    berbagai proses degeneratif .

    2. Keseimbangan

    a. Definisi keseimbangan

    Keseimbangan adalah salah satu kunci pokok pada saat kita bergerak,

    keseimbangan merupakan proses yang komplek yang melibatkan penerimaan dan

  • 12

    integrasi input sensorik dan perencanaan serta pelaksanaan suatu gerak untuk

    mencapai tujuan yang membutuhkan postur tegak (Allison L, 2001). menurut

    Harsono (1998:23), adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem

    neuromuscular dalam suatu posisi atau sikap yang efisien saat kita bergerak.

    Sementara itu, menurut Winter dalam Howe, et al., (2008) keseimbangan adalah

    kemampuan untuk mempertahankan proyeksi pusat tubuh pada landasan

    penunjang baik saat berdiri, duduk, transit dan berjalan.

    Keseimbangan potural adalah kemampuan tubuh untuk memelihara pusat

    dari massa tubuh dengan batasan dari stabilitas yang ditentukan oleh dasar

    penyangga, pusat massa tubuh adalah titik dimana jumlah gaya yang bekerja sama

    dengan nol. Pada orang normal, pusat massa tubuh terletak di depan vertebra

    sacral ke 2 atau berada 55 57 % dari tinggi badan seseorang diatas tanah.

    Batasan stabilitas adalah tempat pada suatu ruang dimana tubuh dapat menyangga

    posisi tanpa berubah dari dasar penyangga. Keseimbangan melibatkan berbagai

    gerakan disetiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan

    bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang

    tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan

    efisien (Suhartono, 2005)

    b. Anatomi dan Fisiologi Keseimbangan

    Fungsi keseimbangan diatur secara fisiologi oleh bagian-bagian otak yang

    mempunyai fungsi sensomotorik masing-masing yang berperan dalam mengontrol

    fungsi keseimbangan, yaitu:

    1) Batang Otak

    Fungsi motorik batang otak yang berhubungan dengan sistem otot

    rangka dapat dibagi dalam kedua kelompok besar, fungsinya membantu

    menopang badan terhadap daya tarik bumi dalam mempertahankan

    keseimbangan (Guyton and Arthur, 1994).

    2) Aparatus Vestibularis

    Ini adalah organ sensoris yang mendeteksi sensasi mengenai

    keseimbangan, yang terdiri dari suatu labirintus. Labirin statis memberi

  • 13

    informasi mengenai posisi kepala di dalam ruang, labirin kinetik mengirim

    informasi mengenai pergerakan kepala. Bila kepala bergerak maka suatu

    penyesuaian penglihatan sebagai kompensasi, reflek vestibular okular

    diperlukan untuk mempertahankan fiksasi mata terhadap suatu obyek

    (Guyton and Arthur,1994)

    3) Cerebellum

    Fugsinya mengkoordinasikan pergerakan sadar yang terampil

    dengan mempengaruhi aktivitas otot dan mengontrol keseimbangan dan

    tonus otot melalui hubungan dengan sistem vestibularis dan sumsum

    tulang belakang.

    c. Penyebab Gangguan Keseimbangan

    Gangguan keseimbangan pada Lansia dipengaruhi oleh perubahan yang

    terjadi pada sistem neurologis atau saraf pusat, sistem sensori terutama sistem

    visual, propioseptif dan vestibuler serta ditambah dengan sistem muskuloskeletal

    (Miller, 2004). Perubahan pada sistem neurologis dapat menyebabkan perubahan

    psikososial diantaranya adalah kerusakan kognitif, kecemasan dan ketakutan.

    Faktor resiko internal dan eksternal juga dapat menyebabkan gangguan

    keseimbangan pada Lansia. Faktor resiko internal dapat berupa gangguan

    patologis atau penyakit yang diakibatkan oleh perubahan fisiologis dan

    psikososial pada Lansia. Selain itu karakteristik usia lanjut seperti usia, jenis

    kelamin dan pekerjaan. Riwayat jatuh yang dapat menyebabkan takut jatuh,

    aktivitas fisik, nutrisi serta medikasi dapat menjadi faktor resiko gangguan

    keseimbangan. Faktor resiko eksternal dapat berupa lingkungan, penggunaan alat

    bantu jalan, alas kaki serta pakaian yang tidak adekuat (Miller,2004)

    d. Dampak Gangguan Keseimbangan

    Akibat dari gangguan keseimbangan adalah jatuh dan sering mengarah

    pada injuri, kecacatan, kehilangan kemandirian dan berkurangnya kualitas hidup

    (Salzam,2010). Jatuh merupakan kejadian yang tidak disengaja sebagai

    konsekuensi dalam mempertahankan pukulan yang keras, kurangnya kesadaran,

    serangan paralisis yang tiba-tiba pada stroke atau serangan epilepsi (Lord, et

  • 14

    al.,2007). Jatuh mengakibatkan keterbatasan fisik, mengurangi kapasitas untuk

    melaksanakan aktivitas sehari-hari, kegagalan sistem pernafasan dan

    muskuloskeletal, kerusakan fisik, fraktur pada panggul radius ulna, humerus, kaki,

    leher, injuri seperti luka memar, lecet dan terkilir, subdural hematom,

    hospitalisasi, peningkatan biaya perawatan dan bahkan mortalitas. Resiko

    kejadian jatuh dapat dikurangi dengan cara meningkatkan keseimbangan (

    Singh,2000).

    e. Keseimbangan Lansia

    Stabilitas postural adalah masalah yang umum pada Lansia. Lansia

    mengalami kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan

    perubahan fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot,

    elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi. Penurunan

    fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan kemampuan

    mempertahankan keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh Lansia.

    Penurunan kekuatan otot ektrimitas bawah dapat mengakibatkan

    kelambanan gerak, langkah pendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan

    lebih gampang goyah (Darmojo, 2000). Penurunan kekuatan otot juga

    menyebabkan terjadinya penurunan mobilitas Lansia. Karena kekuatan otot

    merupakan komponen utama dari kemampuan melangkah, berjalan dan

    keseimbangan.

    f. Jenis Keseimbangan postural

    Menurut Suhartono, (2005) bahwa keseimbangan postural dapat dibagi

    menjadi dua bentuk yaitu keseimbangan postural statik dan keseimbangan

    postural dinamik.

    1) Keseimbangan statis (statis balance)

    Keseimbangan statik adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat

    memelihara keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi tertentu. Sebagai contoh

    ekstrimnya pada anak anak yang menirukan patung.

    2) Keseimbangan dinamis (dynamic balance)

  • 15

    Keseimbangan dinamis merupakan keseimbangan pada saat tubuh

    melakukan gerakan atau saat berdiri diatas landasan yang bergerak (Dynamic

    tanding) yang akan menempatkannya dalam kondisi yang tidak stabil, dan pada

    keadaan ini kebutuhan akan kontrol keseimbangan postural akan semakin

    meningkat, misalnya pada saat bangkit berdiri dari duduk dikursi, berjalan,

    berlari, naik di atas perahu, ataupun berlari di atas treadmill.

    Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh

    dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu. Kemampuan

    untuk menyeimbangkan masa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat

    manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.

    Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dan integrasi/interaksi

    sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk propioceptor)

    dan muskuloskeletal (otot, sendi dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi/di

    atur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, dan area

    asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi ekternal dan internal

    (Setiawan, 2010). Serta dipengaruhi oleh faktor lain seperti, usia, motivasi,

    kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

    Dalam praktek kehidupan sehari-hari keseimbangan statik dan dinamik

    saling bertumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan secara mutlak karena tubuh

    manusia jarang sekali dalam keadaan diam yang sempurna tanpa gerakan sama

    sekali. Tubuh secara berkesinambungan melakukan pengaturan postur yang tidak

    dapat dirasakan secara sadar. Pengaturan postur ini mengatur posisi tubuh yang

    optimal untuk konservasi/ penghematan energi.

    d. Keseimbangan dinamis Lansia

    Keseimbangan dinamis Lanjut usia (Lansia) merupakan kemampuan untuk

    menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu yang akan membuat Lansia

    mampu untuk beraktifitas secara efektif dan efisien. Lansia meupakan masa

    perkembangan terakhir dalam hidup manusia, karena adanya proses penurunan

    kemampuan sehingga pada Lansia seperti keadaan ini kebutuhan akan kontrol

    keseimbangan postural semakin meningkat. Keseimbangan dinamis melibatkan

  • 16

    berbagai gerakan disetiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem

    muskuloskeletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa

    tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas

    secara efektif dan efisien. Dengan keseimbangan, fleksibilitas dan kekuatan yang

    baik maka akan terwujud pola jalan yang baik pada setiap individu. Pada saat

    berjalan itu melibatkan banyak aspek antara lain muskuloskeletal, neurologis,

    stimulus reseptor. Apabila semua aspek tadi bagus, maka kemampuan berjalan

    akan baik serta aktifitas Lansia akan terjaga. Berjalan terdiri dari beberapa fase,

    yaitu fase menumpu dan melayang, semua saling berkaitan untuk menuju jalan

    dengan keseimbangan yang sempurna.

    e. Komponen-komponen Pengontrol Keseimbangan

    1) Sistem informasi sensoris

    Sistem informasi sensoris meliputi vestibular, somatosensoris, dan visual.

    a) Sistem vestibular

    Menurut (Andi Sugiarto, 2005) organ vestibular memberikan informasi ke

    sistem saraf pusat tentang posisi dan gerakan dari kepala serta pandangan mata

    melalui reseptor makula dan krista ampularis yang ada di telinga dalam.

    Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

    keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular

    berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis

    semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut

    dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi

    kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mampu

    mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Kemudian

    meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang

    berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi

    ke cerebellum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

    Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinthine,

    retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular

    menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang

  • 17

    menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot

    punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga

    membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot

    postural.

    b) Somatosensoris

    Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-

    kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis

    medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju

    cerebellum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus

    medialis dan thalamus.

    Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

    bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat

    indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan

    ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain,

    serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

    c) Visual

    Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. (Cratty dan

    Martin, 1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai

    umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk

    mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan

    gerak statis atau dinamis. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi

    tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting

    untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita

    berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek

    sesuai jarak pandang.

    Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi

    terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja

    otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

    2) Kekuatan otot (muscle strength)

  • 18

    Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua

    gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot

    sebagai respon motorik.

    Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan

    beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal

    (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler

    yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan

    kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin

    besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

    Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus kuat untuk

    mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot

    tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya

    gravitasi, seperti gerakan berdiri dikursi, ditahan beberapa detik berulang-ulang

    atau aktifitas dengan tahanan tertentu misalnya latihan dengan tali elastis, serta

    beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

    3) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response

    synergies)

    Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak

    dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan

    keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas

    atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta

    mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada

    tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot

    postural bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu,

    gaya gravitasi, dan garis tubuh.

    Kerja otot yang sinergis berarti bahwa adanya respon yang tepat

    (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan

    fungsi gerak tertentu.

    4) Adaptive systems

  • 19

    Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran

    motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik

    lingkungan.

    5) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

    Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan

    gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

    Penurunan kemampuan muskuluskeletal dapat menurunkan ROM, sehingga akan

    mempengaruhi Lansia dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Adhitya putra,

    2012).

    f. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keseimbangan

    Faktor yang mempengaruhi keseimbangan menurut Ririn Pudjiastuti dan Budi

    (2000) adalah sebagai berikut:

    1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

    Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi

    terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada

    tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu

    ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat

    gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi

    manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan

    belakang vertebra sakrum ke dua.

    Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: ketinggian

    dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis

    gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan.

    2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

    Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui

    pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat

    gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

    3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

    Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan

    permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh

  • 20

    dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang

    tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri

    dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin

    dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.

    Menurut (Andi Sugiarto, 2005) kemampuan mengontrol keseimbangan sangat

    perlu, karena dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari tubuh hampir

    selalu berubah pusat massanya (COM = center of mass) dan landasan

    penunjangnya (BOS = base of support).

    g. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Tubuh Lansia

    Keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, yaitu faktor

    internal dan eksternal.

    1) Faktor Internal

    a) Usia

    Keseimbangan berkurang seiring bertambahnya usia karena perubahan

    yang terjadi pada Lansia (Sihvonen,2004). Maciel dan Guerra (2005)

    menemukan hubungan antara usia diatas 75 tahun dan keseimbangan yang

    buruk pada penelitiannya yang dilakukan pada 310 Lansia yang berusia

    lebih dari 60 tahun (Gai, et al., 2010). Menurut Tinetti dalam Gai, et al

    (2010) juga menyatakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk berusia 65

    tahun atau lebih di dunia mengalami jatuh dan setengahnya merupakan

    kejadian berulang. Jatuh merupakan dampak langsung dari gangguan

    keseimbangan (Gai, et al., 2010).

    b) Jenis Kelamin

    Perbedaan keseimbangan antara perempuan dan Laki-laki dapat

    dipengaruhi oleh faktor antropometri yang berbeda (Sihvonen,2004).

    Selain itu, perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor psikologis,

    kekuatan otot, dan faktor hormonal (Sihvonen, 2004).

    Observasi terhadap kejadian jatuh pada 963 Lansia berusia lebih dari 65

    tahun di Inggris menemukan peningkatan kejadian jatuh pada Lansia

    wanita lebih tinggi daripada pria yaitu dari 30% menjadi 50% sedangkan

  • 21

    pada pria meningkat dari 13% menjadi 30% (Lord, et al., 2007). Menurut

    Davis dalam Lord, et al (2007) yang mengkaji kejadian jatuh pada Lansia

    jepang yang tinggal di Hawai menemukan bahwa kejadian jatuh terjadi

    pada Lansia laki-laki sebesar 13,9% dan wanita sebesar 27,6%. Rata-rata

    kejadia jatuh pada Lansia wanita adalah 40% sedangkan laki-laki sebesar

    38% dan akan terus meningkat pada usia diatas 65 tahun. Kejadian

    tersebut dapat disebabkan berkurangnya kekuatan otot pada Lansia wanita

    dan kurangnya kemampuan Lansia wanita dalam mengembalikan stabilitas

    tubuh. Lansia wanita juga mengalami kelemahan otot pada ekstremitas

    bawah sehingga kurang dapat menyangga berat badan (Lord, et al., 2007)

    c) Pekerjaan

    Pekerjaan berhubungan dengan ketidak seimbangan tubuh karena

    dikaitkan dengan kondisi lingkungan di tempat bekerja. Kondisi

    lingkungan tersebut diantaranya kondisi pencahayaan, temperatur dan

    kondisi lantai. Selain itu, pekerjaan dapat mempengaruhi keseimbangan

    juga dikaitkan dengan aktivitas dalam pekerjaan itu sendiri (Gauchard, et

    al., 2003)

    d) Gangguan afektif dan kondisi psikologis

    Ketakutan akan jatuh menyebabkan gangguan mobilitas yang dapat

    mempengaruhi keseimbangan (Gazzola, et al., 2006). Takut jatuh dapat

    menyebabkan Lansia membatasi aktivitas fisik, fungsional dan sosial

    sehingga mengakibatkan kelemahan otot, penampilan postur yang buruk,

    dan lambat berjalan (Todd & Skelton, 2004).

    e) Penyakit Kardiovaskular

    Miyamoto (2003) menemukan korelasi antara keseimbangan yang diukur

    dengan Berg Balance Scale (BBS) dengan penyakit kardiovaskular yaitu

    sebesar -0,353 dan alpha kurang dari 0,05 pada 36 sampel dengan usia 65

    tahun atau lebih (Gazzola, et al., 2006). Hipotensi postural dapat

    mempengaruhi keamanan dan kualitas hidup Lansia serta berkontribusi

    pada kejadian jatuh apalagi jika dikombinasikan dengan gangguan

    penglihatan dan hambatan lingkungan (Miller, 2004).

  • 22

    f) Gangguan metabolik

    Gangguan metabolik contohnya adalah obesitas (Salzam, 2010). Obesitas

    dikaitkan dengan status nutrisi. Status nitrisi yang diukur dengan IMT atau

    Indeks Massa Tubuh berhubungan dengan keseimbangan (Lee & Scudds,

    2003). Penelitian Ringsberg, et al (1999) pada 230 Lansia wanita

    menghasilkan bahwa berat badan dan tinggi badan berhubungan dengan

    keseimbangan dan kekuatan otot.

    g) Gangguan Muskuloskeletal

    Gangguan muskuloskeletal dapat berupa kelemahan otot, abnormalitas

    kaki dan nyeri kaki (Gazzola, et al., 2006). Frekuensi nyeri pada kaki

    meningkat seiring dengan peningkatan usia (Helme & Gibson, 1999).

    h) Gangguan Neurologis

    Gangguan neurologis yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan

    adalah delirium, demensia, gangguan vestibular dan stroke (Salzman,

    2010). Stroke berhubungan dengan keseimbangan karena terjadi

    penurunan stabilitas postural, berkurangnya koordinasi, kerusakan

    kognitif, dan sensori serta berkurangnya aktivitas fisik (Weerdesteyn, et

    al., 2008).

    i) Gangguan Sensori

    Gangguan sensori yang mempengaruhi keseimbangan seperti gangguan

    pendengaran, penglihatan, dan propioseptif (Howe, et al., 2008). Penuaan

    mengakibatkan gangguan penglihatan bahkan saat kondisi pencahayaan

    yang normal. Berkurangnya penglihatan tersebut juga dihubungkan

    dengan kemampuan dalam mengontrol pergerakan mata dan persepsi

    terhadap warna karena sensitivitas terhadap warna berkurang pada Lansia

    (Petrofsky & Cuneo, 2008)

    j) Penggunaan Beberapa Mediasi

    Mediasi merupakan faktor resiko yang dapat menimbulkan dampak

    fungsional negatif (Miller,2004). Penggunaan beberapa obat terutama 4

    atau lebih seperti antiaritmia, diuretik, digoxin, antikonvulsan, psikotropik

    dan antidepresan dapat mempengaruhi gangguan keseimbangan (Salzman,

  • 23

    2010). Pengobatan dihubungkan dengan efeknya seperti dapat

    menyebabkan nyeri, dispnea, ketidakseimbangan, keterbatasan rentang

    gerak, postur yang buruk, berkurangnya persepsi sensori, kelemahan,

    deformitas serta berkurangnya kesadaran dan kemampuan untuk

    beradaptasi terhadap kemungkinan bahaya lingkungan (Salzman, 2010).

    k) Aktivitas Fisik

    Aktivitas fisik merupakan beberapa pergerakan tubuh yang dibentuk dari

    otot-otot skeletal dan menghasilkan pengeluaran energi yang

    diekspresikan dengan kilokalori serta dapat dilakukan pada lingkup

    pekerjaan, waktu luang dan aktivitas rutin sehari-hari (Pender, Murdaugh,

    & Parsons, 2001). Aktivitas fisik juga dapat terjadi saat melakukan

    aktivitas seperti pekerjaan rumah, berkebun, melakukan hobi, rekreasi, dan

    olahraga (Allender & Spradley, 2001). Kategori aktivitas fisik dibagi

    berdasarkan tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas. Aktivitas fisik dapat

    dilakukan dengan frekuensi 1-3 kali seminggu dan durasi 15-60 menit

    (Morris & Schoo, 2004).

    2) Faktor Eksternal

    a) Lingkungan

    Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan

    dan berkontribusi pada resiko jatuh (Desai, et al., 2010). Lingkungan yang

    tidak aman pada area luar rumah seperti kondisi jalan yang retak, jalan

    depan rumah sempit, pencahayaan kurang, kondisi teras atau halaman

    yang landai dan memiliki tepian lebih tinggi. Bahaya lingkungan pada area

    ruang tamu adalah kurangnya pencahayaan, area yang sempit untuk

    berjalan, kondisi lantai yang retak dan berantakan, dengan barang serta

    kabel, karpet yang ujungnya terlipat, kaki kursi yang miring dan tinggi

    kursi yang tidak sesuai dengan tinggi kaki Lansia dan sandaran lengan

    pada kursi yang tidak kuat. (APS Healtcare, 2010)

    b) Penggunaan alat bantu jalan

    Penggunaan alat bantu jalan dalam jangka waktu lama dapat

    mempengaruhi keseimbangan Lansia sehingga dapat menyebabkan jatuh (

  • 24

    Safe saskatchewan and the Seniors Falls Provincial Steering Committe.

    2010).

    c) Penggunaan Alas Kaki dan Pakaian

    Penggunaan alas kaki dan pakaian yang tidak adekuat dapat menyebabkan

    gangguan keseimbangan yang berpotensi terhadap jatuh (Todd & Skelton,

    2004)

    h. Prinsip-prinsip Keseimbangan

    Menurut Pate Rotella (1993:190) untuk mengatur badan agar tetap

    seimbang, terdapat prisip-prinsip yang mengatur keseimbangan yaitu sebagai

    berikut:

    1) Garis gaya berat yakni Suatu garis khayal yang menggambarkan tarikan

    vertikal gaya berat. Vektor gaya ini melewati pusat gaya berat dan

    merupakan suatu faktor penting yang menentukan keseimbangan.

    2) Dasar dukungan yakni suatu daerah yang menggambarkan permukaan

    dan seluruh berat badan terbagi diatasnya. Ukuran dan bentuk dasar

    dukungan merupakan variabel penting untuk mempertahankan

    keseimbangan.

    3) Seimbang/ tidak seimbang/ keseimbangan netral. Keseimbangan tubuh

    manusia seringkali digolong-golongkan menurut kemampuannya

    menahan gaya yang dimaksudkan untuk mangacukan keseimbangan.

    Perbedaan utama diantara pengelompokkan keseimbangan terlihat dalam

    kegiatan pusat gaya berat apabila suatu gaya dikenakan pada suatu benda.

    3. Senam Lansia

    Senam Lansia telah banyak diciptakan oleh berbagai instansi yang

    ditujukan untuk meningkatkan kesehatan Lansia agar menjadi Lansia yang aktif

    dan tidak bergantung dengan orang lain.

    a. Definisi Senam Lansia

    Senam Lansia adalah serangkaian gerak tubuh yang teratur dan terarah

    serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud

    meningkatkan kemampuan fungsional raga (Yahmin, 2012). Senam Lansia

  • 25

    adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, dan tidak memberatkan apabila

    diterapkan pada Lansia.

    Senam adalah kegiatan utama yang paling bermanfaat dalam

    mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (Motor Ability) (Agus

    Mahendra 2000:14) Lewat berbagai gerakan dalam senam Lansia yang terlibat

    didalamnya akan berkembang daya tahan ototnya, kekuatannya, kelentukannya.

    koordinasi, serta keseimbangan Lansia yang akan memperbaiki mobilitas Lansia

    agar dapat menikmati masa tuanya dengan baik dan bermanfaat bagi orang

    disekitarnya.

    b. Senam Sang Surya

    Perguruan Tapak Suci memiliki empat aspek, yaitu aspek beladiri,

    olahraga, seni, dan mental spiritual.

    1) Sejarah Senam Sang Surya

    Senam Sang Surya disusun dari jurus banjaran ( Pencak Karomah) KH.

    Busyro Syuhada yang diturunkan kepada K. Abu Tafsir kemudian kepada KH.

    Syarif Amirudin merupakan gerakan beladiri-mental spiritual yang lazim

    diajarkan dalam situasi krisis (Crash program) terutama dalam komunitas muslim

    dahulu. Kemudian digubah bersama oleh KH. Syarif Amirudin dan Chamada

    Brajanegara kedalam bentuk senam kesehatan mental spiritual, disempurnakan

    oleh dewan guru Tapak Suci menjadi Senam Sang Surya, memenuhi amanat

    tanwir sebagai alternatif senam untuk lansia yang telah disusun oleh tim.

    Adapun asal- usul dari nama Senam Sang Surya itu sendiri diambil dari

    gambar sinar sang surya yang berada pada lambang Perguruan Tapak Suci,

    sehingga ke-12 gerakannya juga diberi nama Sinar satu hingga Sinar dua belas.

    2) Gerak Dasar Senam Sang Surya

    Dasar gerak Senam Sang Surya terdiri dari 12 (duabelas) jurus, ditambah 1

    (satu) gerak pembuka dan 1 (satu) gerak penutup, yang dilakukan selama 15

    menit, untuk lebih jelasnya lihat Lampiran, tujuan gerakan tersebut adalah

    membangkitkan/mengaktifkan energi internal dan menyerap energi eksternal

    (energi kehidupan/penyembuh/illahi). Bentuk senam sederhana, menyenangkan

  • 26

    dan bisa dilakukan siapa saja, oleh usia berapa saja bahkan oleh Lansia yang tidak

    pernah berolahraga sekalipun.

    c. Senam Sehat Indonesia

    Senam Sehat Indonesia adalah nama resmi yang diberikan oleh Pemerintah

    bagi Waitankung dan Neitankung, suatu senam kuno berasal dari Cina yang

    menggambil prinsip: menenangkan pikiran serta mengendorkan otot untuk

    memungkinkan energi dasar bangkit, dan kemudian menyebarkan keseluruh tubuh

    guna mengaktifkan fungsi organ dalam memperlancar peredaran darah, sehingga

    seseorang dapat menjadi lebih sehat (Bapeda SSI, 1996).

    1) Sejarah Senam Sehat Indonesia

    Senam Sehat Indonesia sudah berumur ribuan tahun dan semula tetap

    tersimpan sebagai rahasia. Baru kemudian, setelah Haji Chang Chih Tung

    mempelajari lebih dari 30 tahun, dengan tujuan agar semua orang dapat hidup

    sehat dan bahagia, maka pada tahun 1976 mulailah senam ini disebarkan kepada

    masyarakat luas, dan pada tahun 1985 mulai diperkenalkan kepada masyarakat

    Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya yang dalam waktu singkat mendapat

    sambutan dari masyarakat ramai.

    Dalam rangka mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan

    olahraga, maka untuk menjaga agar senam tersebut dilaksanakan dengan tetap

    berpegang teguh pada kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, Pemerintah

    memandang perlu adanya badan khusus yang bertanggung jawab atas

    penyelenggaraanya, maka disusun lah Badan Penyelenggara Senam Sehat

    Indonesia yang di sahkan dengan Surat Keputusan Menteri Negara Pemuda dan

    Olahraga No. 0017/KMENPORA/87 tanggal 6 mei 1987, sebagai satu-satunya

    organisasi penyelenggara dan penanggungjawab Senam Sehat Indonesia (Bapenas

    SSI, 1987).

    2) Gerak Dasar Senam Sehat Indonesia

    Latihan Senam Sehat Indonesia merupakan satu kesatuan latihan yang

    terdiri atas 12 jurus dan berlangsung sekitar 20 menit.

    Senam ini bertujuan untuk lebih mempelancar pernafasan, peredaran

    darah, gerak persendian dan otot, memperbaiki fungsi organ tubuh, memperlancar

  • 27

    sirkulasi energi yang terbentuk keseluruh tubuh. Apabila latihan ini dilakukan

    setiap hari secara teratur, diharapkan dapat menghambat proses penuaan. Untuk

    lebih jelasnya lihat pada Lampiran

    1. Latihan Fisik Untuk Lansia

    Latihan fisik adalah segala upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan

    kebugaran jasmani dan kondisi fisik Lansia (Rusli, 2012). Kebugaran jasmani

    merupakan suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh.

    Pada Lansia terjadi penurunan massa otot serta kekuatannya sehingga

    keseimbangan tubuh menurun, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan,

    kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh (Hadi Martono, 1992).

    Bukti bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olahraga pada Lansia dapat

    mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut (Darmojo, 2006:93).

    a. Prinsip-prinsip Latihan Fisik Bagi Lansia

    Prinsip-prinsip latihan olahraga untuk Lansia menurut (Nugroho, 2000),

    antara lain :

    1) Memperhatikan komponen kesehatan jasmani yang paling mendasar untuk

    dilatih antara lain :Ketahanan, Kelenturan, Kekuatan otot, Komposisi

    tubuh (lemak tubuh jangan berlebih)

    2) Selalu memperhatikan keselamatan

    3) Latihan teratur dan tidak terlalu berat

    4) Olahraga ringan dalam bentuk permainan sangat dianjurkan

    5) Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang (naik perlahan-lahan)

    6) Menghindari olahraga yang bersifat pertandingan

    7) Selalu memperhatikan kontraindikasi latihan, seperti:Adanya penyakit

    infeksi, Hipertensi lebih dari 180 mmHg sistolik dan 120 mmHg diastolik,

    Berpenyakit berat dan dilarang dokter untuk melakukan olahraga

    b. Manfaat Latihan Fisik Lansia

    Manfaat latihan fisik berupa olahraga bagi lansia diantaranya adalah untuk

    memperlancar sirkulasi darah, memperkuat otot, menjaga kelentukan sendi,

    mencegah pengeroposan tulang, menurunkan tekanan darah, menurunkan

  • 28

    kolesterol jahat, dan menaikkan kolesterol baik. Bahkan olahraga juga dapat

    meningkatkan kekebalan tubuh, menjaga keseimbangan dan koordinasi otot serta

    dapat membakar kalori untuk mengurangi berat badan yang berlebih (Said

    Junaidi, 2011).

    B Kerangka Berpikir

    Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas dapat

    digambarkan skematis kerangka pemikiran sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    1. Perbedaan pengaruh Senam Sang Surya dan Senam Sehat Indonesia

    terhadap keseimbangan dinamis Lansia

    Dengan melakukan olahraga khususnya senam dengan teratur dan benar

    dalam jangka waktu yang cukup akan berdampak positif bagi Lansia itu sendiri.

    Dengan berolahraga Lansia dapat memperlambat proses degenerasi karena

    Penurunan

    Keseimbangan

    Tubuh

    Resiko Jatuh Lansia

    Meningkat

    Senam Sang

    Surya

    Senam Sehat

    Indonesia

    Variabel Atributif

    IMT

    Underweight,

    Normal,

    Overweight

    Degenerasi Penurunan

    Aktivitas Fisik

    Penurunan Fungsi

    Organ Gerak

    Hasil keseimbangan dinamis

  • 29

    perubahan usia. Karena dalam pergerakan apapun, kontraksi secara aktif (agonist)

    bersamaan dengan relaksasi atau pertentangan otot (antagonist). Otot akan lebih

    mudah mengalahkan resistensinya. Kapasitas urat otot untuk mempertahankan

    posisinya dalam waktu tertentu akan meningkat sebagai hasil latihan

    keseimbangan. Oleh karena itu tidak mengejutkan kalau seseorang dengan

    mobilitas gerak yang kurang atau ketidak mampuan merelaksasi otot antagonist,

    mungkin hanya mempunyai angka rendah dalam perkembangan

    keseimbangannya. Hal ini tidak berlaku pada Lansia yang aktif berolahraga.

    Latihan keseimbangan dengan menggunakan Senam Sang Surya memiliki

    kelebihan yaitu pada tiap gerakannya terdapat gerakan kuda-kuda yang

    memberikan beban kepada kedua otot tungkai serta diselingi dengan gerakan

    memutar pada togok Lansia yang dapat memperkuat dan melatih kelentukan otot

    ekstremitas bawah sebagai anggota gerak tubuh bagian bawah yang berperan

    dalam mobilitas Lansia.

    Selain kelebihan tersebut senam ini juga memiliki kelemahan yaitu otot

    tungkai yang dilatih untuk mempertahankan keseimbangan akan meningkat secara

    perlahan dalam waktu yang relatif lama, dikarenakan gerakan kuda-kuda yang

    bertumpu pada kedua tungkaiakan memberikan beban yang lebih sedikit.

    Latihan keseimbangan dengan Senam Sehat Indonesia memiliki beberapa

    kelebihan, yaitu : pada Senam ini terdapat gerakan yang lebih bervariasi untuk

    meningkatkan fungsi anggota gerak bawah yang berperan besar dalam menjaga

    stabilitas tubuh Lansia agar tidak mudah goyah. Gerakan mengangkat satu kaki

    kedepan dan kebelakang pada gerakan Jurus Santai Penuh Siaga dapat

    meningkatkan fungsi anggota gerak bagian bawah Lansia yang sudah mengalami

    penurunan fungsi.

    Selain kelebihan tersebut senam ini juga memiliki kelemahan, yaitu:

    karena terdapat gerakan mengangkat satu kaki pada gerakan Jurus santai penuh

    siaga maka resiko terjadinya cidera pada Lansia yang tidak mampu menjaga

    keseimbangannya akan meningkat.

  • 30

    Dari penjelasan kelebihan dan kelemahan kedua senam diatas maka dapat

    diperkirakan bahwa kedua senam tersebut akan memberikan hasil atau pengaruh

    yang berbeda terhadap keseimbangan dinamis Lansia.

    2. Perbedaan keseimbangan dinamis Lansia ditinjau dari Indeks Massa

    Tubuh (IMT)

    Indeks masa tubuh (IMT) adalah rasio antara berat badan (Kg) dan tinggi

    badan2

    (m) kuadrat, dengan menjaga berat badan ideal, memungkinkan seseorang

    dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Karena pada Lansia akan

    terjadi penurunan massa otot dan bertambahnya timbunan lemak, hal ini yang

    akan mengakibatkan terjadinya kegemukan pada Lansia.

    Pada Lansia yang memiliki Indeks Masa tubuh berlebih atau Overweight

    akan mengakibatkan perubahan pusat gravitasi, hal ini akan menimbulkan

    problem keseimbangan pada Lansia, karena keseimbangan juga bisa diartikan

    sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat masa tubuh (Center of mass)

    atau pusat gravitasi (Center of gravity) terhadap bidang tumpu (Base of support).

    Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan masa

    tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam

    keadaan seimbang. Pada manusia pusat gravitasi berpindah sesuai perubahan

    berat, dan pada orang yang memiliki berat badan berlebih akan terjadi perubahan

    letak dari Center of gravity atau pusat gravitasi hal ini bisa berpegaruh pada

    keseimbangan (Ririn Pudjiastuti dan Budi, 2000). Kemampuan untuk

    menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia

    mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. Sehingga pada Lansia yang

    kelebihan berat badan akan dijumpai lambatnya atau penurunan dalam mobilitas

    (Andre L and David, 2011).

    Pada Lansia dengan indeks massa tubuh normal atau ideal pusat gravitasi

    tubuhnya berada pada 2 cm Vertebra Sacrum 2, hal ini sesuai dengan pendapat

    OSullivan, 1981 bahwa keseimbangan adalah kemampuan untuk

    mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi

    tegak dan bergerak. Selain itu kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh

    dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara

  • 31

    efektif dan efisien. Pengaruhnya terhadap Lansia dengan Indeks massa tubuh yang

    normal adalah Lansia akan memiliki keseimbangan yang baik pada saat bergerak

    ataupun diam.

    Pada Lansia dengan indeks massa tubuh Underweight, Status nutrisi yang

    kurang mengakibatkan atrofi otot, penurunan fleksibilitas sendi, dan permasalahan

    lainnya yang akan menimbulkan gangguan keseimbangan pada Lansia.

    Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diperkirakan bahwa Lansia yang

    memiliki kriteria IMT Overweight, Normal, dan Underweight akan memiliki skor

    keseimbangan yang berbeda.

    3. Perbedaan pengaruh interaksi antara jenis senam Lansia dan IMT

    terhadap keseimbangan dinamis Lansia.

    Hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keseimbangan tubuh

    Lansia salah satunya adalah pemilihan bentuk latihan yang tepat dan benar,

    sehingga akan memperoleh hasil yang maksimal. Bentuk latihan yang dapat

    meningkatkan keseimbangan dinamis salah satunya adalah dengan melakukan

    Senam Lansia. IMT (Indeks Masa Tubuh) sangat besar pengaruhnya terhadap

    keseimbangan Lansia, Bagi Lansia yang memiliki Kategori IMT Overweight,

    normal, dan underweight memiliki skor keseimbangan yang berbeda beda, hal

    ini dikarenakan pengukuran IMT dapat menunjukkan status nutrisi seseorang.

    Selain itu dengan pengukuran IMT dapat diketahui tinggi dan berat badan

    seseorang, dimana tinggi badan dan berat badan juga akan mempengaruhi

    keseimbangan Lansia. Jadi berdasarkan uraian diatas dapat diperkirakan akan

    adanya pengaruh interaksi antara jenis senam Lansia dan IMT terhadap

    keseimbangan dinamis tubuh Lansia.

    C Hipotesis

    Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di

    atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    1. Ada perbedaan pengaruh Latihan Senam Sang Surya dan Senam Sehat

    Indonesia terhadap keseimbangan dinamis Lansia. Kelompok Senam Sehat

  • 32

    Indonesia memiliki keseimbangan dinamis yang lebih baik dibandingkan

    kelompok Senam Sang Surya..

    2. Ada perbedaan keseimbangan dinamis antara Lansia yang memiliki kriteria

    IMT overweight, Normal, dan underweight, Lansia yang memiliki kategori

    IMT Normal memiliki keseimbangan dinamis lebih baik daripada Lansia

    yang memiliki kategori IMT Underweight dan Overweight.

    3. Ada interaksi antara jenis latihan senam Lansia dan IMT terhadap

    keseimbangan tubuh Lansia.