bab ii kajian teori 2.1. pendekatan pembelajaran aktif 2.1...

71
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1.1. Pengertian pembelajaran aktif Dalam buku “Strategi Pembelajaran Aktif” (Zaini dkk, 2004 : xvi), pembelajaran aktif adalah suatu pembelajran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru saja mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yan lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Dalam Saptono dkk (2010 : 137) dipaparkan bahwa active learning is an “umbrella” term that refers to several models of instruction that focus the responsibility of learning on learners. Dari peryataan tersebut dimaksudkan bahwa pembelajaran aktif adalah sebuah istilah “payung” yang menunjuk pada beberapa model pembelajaran yang menekankan pada tanggung jawab pembelajaran siswa. Secara pedagogis pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses mendengarkan dan mencatat. 9

Upload: trankhue

Post on 13-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif

2.1.1. Pengertian pembelajaran aktif

Dalam buku “Strategi Pembelajaran Aktif” (Zaini dkk, 2004 : xvi),

pembelajaran aktif adalah suatu pembelajran yang mengajak siswa untuk belajar

secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi

aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik

untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan,

atau mengaplikasikan apa yang baru saja mereka pelajari kedalam satu persoalan

yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk

turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga

melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yan

lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Dalam Saptono dkk (2010 : 137) dipaparkan bahwa active learning is an

“umbrella” term that refers to several models of instruction that focus the

responsibility of learning on learners. Dari peryataan tersebut dimaksudkan

bahwa pembelajaran aktif adalah sebuah istilah “payung” yang menunjuk pada

beberapa model pembelajaran yang menekankan pada tanggung jawab

pembelajaran siswa. Secara pedagogis pembelajaran aktif adalah proses

pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses mendengarkan dan

mencatat.

9

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Siberman (2010 : 3), menyatakan bahwa pembelajaran aktif adalah

pembelajaran yang menyebabkan siswa menggunakan otak mereka, mempelajari

ide-ide / gagasan-gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang

mereka pelajari.

Menurut Lorenzen dalam Saptono dkk (2010 : 138) menyebutkan

pembelajaran aktif sebagai metode mendidik siswa yang mengijinkan mereka

berpartisipasi dalam kelas. Metode ini mengeluarkan siswa dari peran sebagai

pendengar dan pembuat catatan yang pasif, dan membolehkan siswa menentukan

arah dan inisiatif selama pembelajaran. Peran guru bukan lagi sebagai penceramah

dan hanya mengarahkan siswa ke jalan yang memungkinkan siswa “menemukan”

bahan pelajaran manakala mereka belajar bersama siswa lain memahami

kurikulum.

Menurut L. Dee Fink dalam Saptono dkk (2010 : 138) menguraikan

konsep pembelajaran aktif terdiri dari dua komponen utama yaitu unsur

pengalaman (experience), meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan

(observing), dan dialogue, yang meliputi dialog dengan diri sendiri (self) dan

dialog dengan orang lain (others).

1) Melakukan (Doing)

Kegiatan ini menunjukkan pada proses pembelajaran dimana siswa

benar-benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain

bendungan (bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang

ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal

10

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

(sejarah), membuat presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang

bahasa) dan sebagainya. Sama halnya dengan mengamati (observing),

kegiatan melakukan dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung.

2) Mengamati (Observing)

Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan

ketika orang lain “melakukan sesuatu (doing something)”, terkait dengan apa

yang sedang dipelajarinya. Misalnya, mengamati guru sedang melakukan

sesuatu. Guru olahraga yang sedang memperagakan cara menendang bola

yang baik, guru komputer yang sedang membelajarkan cara-cara browsing di

internet, dan sebagainya.

Selain mengamati peragaan yang ditampilkan gurunya, siswa juga dapat

diajak untuk mendengarkan dan melihat dari orang lain, misalnya

menyaksikan penampilan bagaimana cara kerja seorang dokter ketika sedang

mengobati pasiennya, menyaksikan seorang musisi sedang memperagakan

kemahirannya dalam memainkan alat music gitar dan sebagainya. Begitu juga

siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena-fenomena lain, terkait dengan

topik yang sedang dipelajari, misalnya fenomena alam, sosial, atau budaya.

Tindakan mengamati dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Pengamatan langsung artinya siswa diajak mengamati kegiatan atau

situasi nyata secara langsung. Misalnya untuk mempelajari seluk beluk

kehidupan di bank, siswa dapat diajak langsung mengunjungi bank-bank yang

ada didaerahnya. Sedangkan pengamatan tidak langsung, siswa diajak

melakukan pengamatan terhadap situasi atau kegiatan melalui simulasi dari

11

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

situasi nyata, studi kasus atau diajak menonton film (video). Misalnya untuk

mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak menyaksikan

video tentang situasi kehidupan disebuah bank.

3) Dialog dengan Diri Sendiri (Dialogue with Self)

Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan

berpikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa

yang sedang dan harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang

dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri, (thinking

about my own thinking)” dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak

hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata.

4) Dialog dengan Orang Lain (Dialogue with Others)

Dalam pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca buku teks atau

mendengarkan ceramah, pada dasarnya mereka sedang berdialog dengan

mendengarkan dari orang lain (guru, penulis buku), tetapi sifatnya sangat

terbatas karena didalamnya tidak terjadi balikan dan pertukaran pemikiran. L.

Dee Fink menyebutnya sebagai “partial dialogue”.

Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi

siswa kedalam kelompok-kelompok kecil (small group), dimana para siswa

dapat berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Lebih dari itu,

untuk melibatkan siswa kedalam situasi dialog tertentu, guru dapat

mengembangkan bermacam-macam cara kreatif, misalnya mengajak siswa

untuk berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya, baik yang berlangsung

12

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

didalam kelas maupun diluar kelas, melalui interaksi langsung atau secara

tertulis.

Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil

belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada

kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu

diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja

diterima dari guru pengajar. Belajar aktif adalah alah satu cara untuk mengikat

informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Karena salah satu

faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak

manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran

mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar disimpan sampai waktu

yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh

seorang filosof dari Cina, Konfusius (dalam Silberman, 2010 : 1). Dia

mengatakan :

Apa yang saya dengar, saya lupa.

Apa yang saya lihat, saya ingat.

Apa yang saya lakukan, saya mengerti.

Pernyataan Konfusius tersebut telah diperluas oleh Mel Siberman yang

disebut dengan Kredo Belajar Aktif atau Paham Belajar Aktif, yaitu :

Apa yang saya dengar, saya lupa.

Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.

Apa yang saya dengar, lihat dan ajukan pertanyaan tentangnya atau

diskusikan dengan orang lain saya mulai tahu

Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan saya memperoleh

pengetahuan dan ketrampilan

13

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai.

Dalam buku “Jurnal Scholaria” (Slameto, 2011 : 65) dikatakan bahwa

prinsip pembelajaran aktif sebenarnya mirip dengan konsep Tut Wuri Handayani

yang pernah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yang dasarnya KBM itu

berpusat kepada keaktifan siswa, dan guru hanya sebagai motivator (pendorong)

dan fasilitator terhadap siswanya. Ciri pembelajaran aktif adalah menempatkan

siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran dan adanya suasana demokratis serta

siswa lebih aktif dan produktif .

Suatu kegiatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat

KBM berarti harus memperhatikan potensi siswa (seperti tingkat perkembangna

fisik, psykhis, tingkat perkembangan belajar, pengalaman belajar, latar belakang

social budaya, bakat dan minat), dan juga memperhatikan kebutuhan siswa dalam

merancang strategi pembelajaran.

Sedangkan makna demokratisasi dalam KBM berarti siswa itu

diperlakukan secara manusiawi, sewajarnya dan siswa dipahami sebagai subyek

dalam pembelajaran yang berarti memiliki kebutuhan, keinginan dan tujuan hidup,

dan sekaligus sebagai obyek pembelajaran juga berarti siswa itu memiliki potensi

yang perlu dibina, diarahkan dan dituntut kearah yang tepat dengan penerapan

prinsip Tut Wuri Handayani.

Disamping itu, seorang guru hendaknya menyadari bahwa peserta didik

memiliki berbagai gaya belajar, ada tiga gaya belajar siswa (Silberman, 2010 :6)

yaitu :

14

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

1) Gaya belajar visual : paling baik belajar dengan cara melihat orang lain

melakukannya ataupun informasi yang disampaikan dalam bentuk visual,

mereka lebih senang mencatat apa yang guru katakan. Selama pelajaran

mereka biasanya tenang dan jarang terganggu oleh suara.

2) Gaya auditif : seringkali tidak terganggu melihat apa yang guru lakukan.

Mereka betul-betul ada pada kemampuannya untuk mendengar dan

mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin aktif bercakap-cakap dan

mudah terganggu oleh suara-suara.

3) Gaya kinestetik : mengutamakan belajar dengan terlibat langsung dalam

aktivitas. Selama pelajaran berlangung, mungkin mereka gelisah kecuali

mereka dapat bergerak dan melakukannya.

Selama ini proses pembelajaran lebih sering diartikan sebagai pengajar

menjelaskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan secara pasif. Namun telah

banyak ditemukan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika para siswa

peserta proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya,

berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang diperoleh.

Dengan cara ini diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut cenderung

untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.

Banyak cara, metode atau teknik yang dapat digunakan dalam

pembelajaran . Berikut ini adalah gambar efektifitas model pembelajaran aktif

dan pasif yang dikemukakan oleh Edgar Dale tentang penggunaan berbagai

media komunikasi dan informasi yang dikenal dengan Kerucut Dale.

15

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Gambar diatas menunjukkan dua kelompok model pembelajaran yaitu

pembelajaran aktif dan pembelajaran pasif. Gambar tersebut juga menunjukkan

bahwa kelompok pembelajaran aktif cenderung membuat siswa mengingat

(retention rate of knowledge) materi pelajaran. Selain itu juga konsep yang

diinformasikan melalui lambang verbal mempunyai daya serap paling rendah

dibandingkan apabila disampaikan dengan lambang visual, film dan sebagainya.

Media yang terletak pada alas kerucut menunjukkan tingkat keefektifan tertinggi.

Makin menuju kepuncak makin kerucut makin berkurang keefektifannya.

Oleh sebab itu pembelajaran aktif ini merupakan alternatif yang harus

diperhatikan jika kualitas pembelajaran ingin diperbaiki. Penggunaan cara-cara

pembelajaran aktif baik sepenuhnya atau sebagai pelengkap cara-cara belajar

tradisional akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pasif

Aktif

10 %

20 %

30 %

50 %

70 %

90 %

16

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Menurut Win Wenger dalam Saptono (2010 : 150), seorang peneliti yang

meneliti tentang otak manusia, ia memyebutkan bahwa belahan kanan korteks

manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian

bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak

yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta

mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagaian

proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar

seseorang. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak

menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan

kurang diperhatikan. Pada pembelajaran aktif pemberdayaan otak kiri dan kanan

sangat dipentingkan.

Pembelajaran aktif pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan

memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran, sehingga proses

pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang

membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi pembelajaran aktif

pada siswa dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat

dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.

2.1.2. Karakteristik Pembelajaran Aktif

Dalam Saptono dkk (2010 : 141) dibahas karakteristik pembelajaran aktif

didalam ruang kelas yang meliputi :

1) Child Centered Activities (CCA)

Fokus pendidikan seharusnya pada minat anak, apa yang anak ketahui, apa

yang anak inginkan untuk menemukan dan mempelajari, dan bagaimana anak

17

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

didorong untuk mendapatkan jawaban. Dinyatakan CCA ketika : (1) Anak

adalah fokus aktivitas pembelajaran. (2) Anak-anak secara aktif dilibatkan

didalam pembelajaran mereka. (3) Anak-anak dan bukan guru yang sedang

banyak melakukan pembicaraan di dalam ruang kelas.

2) Language Development Though Activities

Ketika anak-anak mengambil bagian di dalam aktivitas-aktivitas yang

menarik, sosial, mempunyai makna, mempunyai suatu tujuan, yang

membangkitkan gairah mereka dan mereka dapat menikmatinya. Disini guru-

guru butuh menolong anak-anak bertambah di ih sulit, dan mendapatkan lebih

banyak bagaimana mendapatkan lebih banyak bagaimana menggunakan

bahasa. Siswa-siswa akan belajar bahasa dari berpikir, berbicara, mendengar,

membaca dan menulis. Setiap aktivitas dan pengalaman adalah kesempatan

untuk mengembangkan keterampilan bahasa dan berpikir, ketika mempelajari

suatu pengetahuan baru.

3) Encouragement

Dorongan menolong siswa-siswa untuk keyakinan dan memiliki perasaan

yang baik akan diri mereka sendiri. Ini juga akan menolong murid untuk

mencoba suatu aktivitas baru. Anak-anak perlu untuk tahu bahwa mereka

diterima dan dikasihi oleh guru-guru mereka. Guru-guru perlu mendorong

siswa-siswa untuk belajar dari kesalahan.

4) Children have opportunities to work in groups

Ketika siswa-siswa bekerja di dalam pasangan dan kelompok kecil mereka

terlibat di dalam mengkomunikasikan ide-ide / gagasan-gagasan, di dalam

18

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

kerjasama untuk mencapai tujuan. Siswa-siswa dapat dikelompokkan dalam

suatu jumlah dengan cara yang berbeda, dan yang juga penting adalah adanya

fleksibelilitas di dalam ukuran kelompok, anggota dan peranannya. Di sini ada

beberapa cara pengelompokkan anak-anak untuk pembelajaran :

a) Mixed ability groups : memberikan siswa-siswa kesempatan untuk belajar

dari orang lain, dan mengakui kemampuan dan talenta yang berbeda-beda

dari teman-teman sebaya di dalam kelas mereka. Cara ini juaga

menciptakan kesempatan yang baik untuk nasehat dan pengajaran

tambahan teman sebaya.

b) Same ability groups : memberikan kesempatan-kesempatan yang baik

untuk pengajaran langsung ketika memperkenalkan dan merevisi

keterampilan dan konsep-konsep baru. Struktur kelompok ini juga

menyediakan dukungan teman sebaya bagi anak-anak yang sedang

mengerjakan tugas.

c) Similar interest groups : di dalam situasi ruang kelas siswa-siswa

mempunyai pilihan aktivitas pembelajaran kemudian dengan

minat/ketertarikan mengerjakan suatu topik/tugas yang sama secara

bersama-sama. Struktur kelompok ini akan disesuaikan dengan mata

pelajaran.

Struktur kelompok ini tentu saja penting untuk mengatur garis pedoman bagi

komunikasi dan kerjasama. Garis pedoman ini juga menjamin bahwa setiap

orang memiliki pergantian di dalam berbicara, dan mendapatkan cara untuk

menganalisa pekerjaan orang lain.

19

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

5) Demonstrations

Pengajaran langsung adalah praktek yang terkenal, yang mana guru-guru

dapat memusatkan kelas atau kelompok melalui ceramah, membaca, dan

memimpin daripada mendemostrasikan suatu keterampilan atau tekhnik-

tekhnik baru. Guru dapat menuntun pikiran siswa dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan dan contoh-contoh. Di dalam suatu pembacaan kelas,

sebagai contoh, guru dapat membacakan suatu teks baru, kemudian memulai

diskusi dengan petanyaan-pertanyaan terbuka yang mendorong siswa-siswa

untuk berpikir tentang tesk tersebut.

6) Independent Learning

Siswa- siswa lebih dapat mengerjakan dan belajar dengan tidak bergantung

kepada guru. Ini berarti bahwa mereka dimotivasi untuk belajar, dapat focus

kepada tugas-tugas yang spesifik, dan memiliki keterampilan. Ini dapat berarti

siswa-siswa dapat memecahkan persoalan matematika atau konsentrasi pada

contoh-contoh soal matematika. Dapat juga berarti siswa-siswa melakukan

penelitian atau eksperimen atau menulis suatu laporan mengatasi suatu topik

pengetahuan. Semua dari cirri-ciri ini pada akhirnya menuju pada satu cirri

utama yaitu : Most Children Learn Best When They Learn Through Action.

Menurut Bonwell (1995) dalam Saptono dkk (2010 : 144), pembelajaran

aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

1) Penekanan pada prosespembelajaran bukan pada penyampaianinformasi oleh

pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan

kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

20

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

2) Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan

sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah.

3) Penekanan pada eksplorasi nilai- nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan

materi kuliah.

4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan

evaluasi.

5) Umpan balik lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Di samping karakteristik dia atas, secara umum suatu proses pembelajaran

aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul

selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana

konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-

sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat

aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian

untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga,

proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat

kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.

2.2 Metode Ceramah

2.2.1. Pengertian Metode Ceramah

Menurut Djamarah dkk (2006 : 97) metode ceramah adalah metode yang

boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah

dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam

proses pembelajaran. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru

21

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

daripada siswa, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam

kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya ceramah murni cenderung pada bentuk

komunikasi satu arah.

Apabila guru menyampaikan informasi kepada siswa maka, guru berfungsi

sebagai transmitter dan siswa sebagai receiver. Bahasa, baik verbal dan nonverbal

merupakan satu-satunya media komunikasi. Bahan yang disampaikan dengan

bahasa sebagai alatnya disebut message (pesan). Komunikasi dikatakan baik jika

pesan diterima 100% oleh receiver. Sebaliknya, komunikasi dikatakan jelek jika

pesan yang ada pada transmitter tidak diterima sesuai dengan aslinya oleh

receiver. Hal itu bisa dikatakan terjadi communication gap (kesenjangan

komunikasi) jika pesan itu tidak diterima sama sekali oleh receiver, dan

miscommunication (kesalahan komunikasi) jika pesan itu diterima tidak sesuai

dengan apa yang dimaksud oleh transmitter. Untuk mengurangi kesalahan

tersebut, maka ceramah dilakukan sebagai berikut :

1) Penceramah dalam hal ini guru, harus menguasai dengan sungguh-sungguh

bahan ceramahnya.

2) Sistematika ceramah mempunyai urutan yang logis.

3) Penyampaian bahan secara jelas, antara lai dengan komunikasi dua arah.

4) Kemampuan menggunakan bahasa yang tepat.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara

penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan

22

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

secara langsung terhadap siswa. Metode ini mempunyai beberapa kelebihan

sebagai berikut :

1) Hemat dalam penggunaan waktu dan alat.

Melalui ceramah, bahan yang banyak dapat disampaikan dalam waktu sigkat.

Alat (termasuk media) yang digunakan juga cukup sederhana.

Pengorganisasian kelas sangat sederhana. Waktu yang diperlukan untuk

menyampaikan informasi kepada satu atau dua orang siswa sama dengan yang

diperukan untuk seratus orang.

2) Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa.

Kontak yang terjadi antara antara guru dan siswa tidak hanya sekadar kontak

bicara, tetapi merupakan kontak pribadi dimana pribadi guru bertemu dengan

pribadi siswa. Pribadi ini dapat diartikan sebagai keseluruhan aspek rohani

(seperti kecerdasan, kemauan, kejujuran, kedisiplinan, kepercayaan pada diri

sendiri) dan jasmani (sosok fisik)yang menyatu dalam eksistensi seseorang.

3) Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarkannya.

Mendengar itu sendiri dapat tejadi dalam tiga bentuk yaitu pertama

mendengar secara marginal yaitu mendengar sambil memperhatikan hal-hal

lain, kedua mendengar evaluative yaitu mendengar sambil menilai informasi

yang didengar dari yang bersangkutan menurut sudut pandang pendengar,

ketiga mendengar proyektif yaitu mendengar dengan menenmpatkan diri pada

23

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

jalan pikiran si pembicara sehingga informasi yang didengar, diterima, dan

dipahami dari sudur si pembicara.

4) Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.

Hal ini tergantung pada kemampuan si penceramah untuk menimbulkan

keingintahuan si pendengar melalui ceramahnya. Kalau isi ceramah dianggap

penting dan menarik, maka siswa akan menindak lanjuti dengan

mengembangkan pemahamannya tentang itu melalui berbagai sumber yang

dicarinya diperpustakaan dan lain-lain.

5) Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh siswa.

Kemampuan ini menjadi optimal jika dikembangkan pola interaksi timbale

balik antara guru dan siswa.

Selain mempunyai kelebihan metode ceramah juga mempunyai kelemahan

yaitu sebagai berikut :

1) Ceramah cenderung pada pola strategis ekspositorik yang berpusat pada guru.

Pola interaksi cenderung pada komunikasi satu arah. Dengan demikian, sukar

bagi guru untuk mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa memahami

informasi yang telah disampaikannya.

2) Metode ceramah cenderung menempatkan posisis siswa sebagai pendengar

dan pencatat.

24

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Kadar CBSA tidak dapat dikembangkan secara optimal. CBSA berubah pada

pola DDDC (dating, duduk, dengar, catat).

3) Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah.

Dilihat dari segi taksonomi tujuan pengajaran, ceramah hanya mampu

mengembangkan kemampuan siswa pada tingkat pengetahuan sampai

pemahaman. Oleh karena bersifat verbal, maka kemampuan mengingat yang

diharapkan sangat terbatas. Lain halnya kalau bahan pelajaran berupa fakta riil

yang dilihat sendiri secara langsung oleh siswa. Apa yang dilihat sendiri

secara langsung oleh siswa. Apa yang dilihat, dapat dilihat lebih lama daripada

apa yang didengar. “To hear, to forget, to see, to remember, to do, to

understand”. Karena yang didengar itu bersifat verbal, maka daya serapnya

paling lama.

4) Proses ceramah berlangsung menurut kecepatan bicara dan logat bahasa yang

dipakai oleh

guru.

Ada guru yang berbicara cepat sehingga sukar diikuti oleh siswa. Ada juga

guru yang logat bahasanya dipengaruhi oleh bahasa daerah sehingga sukar

ditangkap oleh siswa dari daerah lain.

2.2.2. Metode Ceramah Bervariasi

Metode ceramah pada dirinya belum termasuk kedalam pembelajaran

aktif. Karena metode ceramah cenderung lebih bannyak menuntut keaktifan guru

daripada siswa, sehingga siswa menjadi pasif. Upaya untuk mengaktifkan siswa

dengan metode ceramah, selain memenfaatkan kelebihan dari metode ceramah itu,

25

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

juga diupayakan mengatasi kelemahan-kelemahannya. Strategi ini disebut

ceramah bervariasi (W. Gulo, 2004 : 142). Selain itu Djamarah dkk (2006 : 98)

menyebutkan bahwa metode ceramah termasuk dalam pembelajaran aktif apabila

divariasikan dengan metode-metode pembelajaran yang lain sehingga disebut

metode ceramah bervariasi.

Menurut W. Gulo (2004 : 142) menyebutkan bahwa disebut ceramah

bervariasi karena dalam strategi ini terdapat beberapa komponen atau unsur yang

masing-masing bervariasi. Komponen- komponen tersebut adalah :

1) Variasi Metode

Ceramah murni hanya efektif untuk sekitar 15 menit yang pertama. Menit-

menit berikutnya, daya serap siswa terhadap ceramah mulai menurun. Oleh

karena itu, supaya keefektifan belajar tetap tinggi, ceramah sebagai metode

pengajaran yang pokok hanya dapat digunakan pada sekitar 15 menit yang

pertama. Sesudah itu metode ceramah harus diganti dengan metode lain.

Dengan demikian, interaksi pembelajaran menjadi variasi.

2) Variasi Media

Alat indera siswa dilibatkan sebanyak mungkin dalam proses pembelajaran.

Untuk maksud tersebut media pembelajaran divariasikan, sehingga fungsi

melihat (visual), fugsi mendengar (audio), dan fungsi meraba atau mencium

diaktifkan pada hal-hal tertentu misalnya media audio divariasikan dengan

media visual.

26

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

3) Variasi Penampilan

Dalam variasi penampilan dibagi ke dalam beberapa variasi yaitu :

a) Variasi gerak

b) Variasi isyarat/mimik

c) Variasi suara

d) Selingan diam

e) Kontak pandang

f) Pemusatan perhatian

4) Variasi Bahan Sajian

Dalam menyampaikan materi atau bahan sajian seorang guru, tidak monoton

materi saja. Mereka harus menyajikan contoh-contoh yang kongret dan

relevan misalnya dengan disertai gambar-gambar yang sesuai dengan materi

yang diajarkan.

Ada macam-macam contoh metode ceramah bervariasi yaitu :

1) Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas

Mengingat ceramah banyak segi yang kurang menguntungkan,maka

penggunaannya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain.

Karena itu, setelah guru memberikan ceramah, maka dipandang perlu untuk

memberikan kesempatan kepada siswanya mengadakan tanya jawab. Tanya jawab

ini diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah

disampaikan guru melalui metode ceramah.

27

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang telah

disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa diberi tugas, misalnya membuat

kesimpulan hasil ceramah, mengerjakan pekerjaan rumah, diskusi, dan

sebagainya.

2) Ceramah, Diskusi, dan Tugas

Penggunaaan ketiga jenis mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan

pemberian kepada siswa tentang bahan yang akan didiskudikan oleh siswa, lalu

memberikan masalah untuk didiskusikan. Kemudian diikuti dengan tugas-tugas

yang harus dilakukan siswa.

Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan/informasi mengenai

bahan yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan

baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus

dikerjakan saat itu juga. Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa

melalui diskusi tersebut. Dengan demikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan

balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa.

3) Ceramah, Demontrasi, dan Eksperimen

Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen.

Apapun yang didemonstrasikan, baik oleh guru maaupun oleh siswa, tanpa diikuti

dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksanakan

demonstrasi, seorang demonstrator menjelaskan apa yang akan

28

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

didomonstrasikannya, sehinggga semua siswa dapat mengikuti jalannya

demontrasi tersebut dengan baik.

Metode eksperimen adalah metode yang siswanya mencoba

mempraktikkan suatu proses tersebut, setelah melihat atau mengamati apa yang

telah didemonstrasikan oleh seorang demonstrator. Eksperimen juga dapat

dilakukan untuk membuktikan kebenaran sesuatu, misalnya menguji sebuah

hipotesis. Dalam pelaksanaannya, metode demontrasi dan eksperimen dapat

digabungkan, artinya setelah dilakukan demonstrasi kemudian diikuti oleh

eksperimen dengan disertai penjelasan secara lisan (ceramah).

4) Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan

Metode latihan umumnya dilakukan untuk memperoleh suatu ketangkasan

atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Karena itu metode ceramah

dapat digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah

untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan

tertentu yang akan dilakukannya.

Sedangkan demonstrasi yang dimaksudkan untuk memperagakan atau

mempertunjukkan suatu kesimpulan yang akan dipelajari siswa. Misalnya belajar

tari jaipong. Siswa sebelum berlatih tari jaipong siswa diberikan penjelasan dulu

seluruh gerakan tangan, gerakan badan, dan sebagainya melalui ceramah. Lalu

guru mendemostrasikan tari jaipong dan siswa memperhatikan demonstrasi

tersebut. Setelah itu baru siswa mulai latihan tari jaipong seperti yang dilakukan

guru.

29

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam prakteknya atau kenyataannya,

metode mengajar tidak digunakan sendiri sendiri, melainkan merupakan

kombinasi dari beberapa metode mengajar. Hal itu dilakukan agar siswa tidak

merasa bosan atau jenuh dalam mengikuti proses belajar.

2.3. Media Pembelajaran

Dalam pembelajaran, guru selain menggunakan metode pembelajaran juga

dituntut untuk menggunakan media pembelajaran agar siswa merasa senang dan

tertarik terhadap mata pelajaran yang sedang diajarkan. Selain itu juga agar

materi-materi yang dirasa sulit dipahami oleh siswa, dengan bantuan media

pembelajaran tersebut dapat membantu mengkonkretkan hal-hal yang dirasa sulit

oleh siswa, jadi lebih mudah untuk dipahami.

2.3.1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam Sadiman dkk (2008 : 6) kata media berasal dari bahasa Latin media

yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti “perantara

atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan perantara atau pengantar

pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam dunia pendidikan biasanya disebut

media pendidikan atau media pengajaran.

Menurut AECT (Association for Education and Comunication

Technology) dalam Miarso (2004 : 457) mengartikan media sebagai segala bentuk

dan saluran yang digunakan dalam proses penyampaian informasi. Media

memang lebih bisa dipahami dalam konteks komunikasi. Didalam setiap

30

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

komunikasi selalu ada dua pihak yang berhubungan yaitu pemberi pesan

(komunikator) dan penerima pesan (komunikan) dan pesan itu disampaikan

melalui media.

Sedangkan menurut Asosiasi pendidikan Nasional (National Education

Association /NEA) dalam Sadiman (2008 : 7) memiliki pengertian yang berbeda.

Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan

dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut

yaitu bahwa media adalah segala sesuatuyang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi.

Menurut Gagne dalam Angkowo (2007 : 10) mengartikan media sebagai

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa

untuk belajar. Media mencakup benda-benda seperti barang cetakan, grafik, foto,

komunikasi audio, televisi, dan komputer. Media mempunyai dua komponen yaitu

perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras

adalah mesin-mesian atau alat-alat yang digunakan untuk memproduksi atau

menyajikan pesan (missal : proyektor film, OHP, dll). Perangkat lunak adalah

materi-materi yang disalurkan melalui perangkat keras (missal : film, transparansi,

rekaman, dll).

31

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Dalam konteks pembelajaran, media pembelajaran dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang perhatian, minat, pikiran

dan kemajuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri

siswa (Y. Miarso dalam Hujair, 2009 : 24). Maka secara umum media adalah alat

bantu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses

pembelajaran untuk merangsang perhatian, minat, dan pikiran siswa sehingga

dapat mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.

Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat

dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang

akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan

media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui

kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan

dengan kehadiran media. Dengan demikian, siswa lebih mudah mencerna bahan

daripada tanpa bantuan media.

2.3.2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Sadiman dkk (2008 : 17) media mempunyai beberapa fungsi

dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut :

a) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, ukuran, kecepatan, gerak dan distribusi.

32

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

� Jika obyek terlalu besar maka bias digantikan dengan gambar, film

bingkai, film atau model yang lebih kecil.

� Jika obyek kecil, maka dapat diperbesar dengan bantuan proyektor, film

bingkai atau gambar.

� Gerak yang terlalu lambat dapat dipercepat dengan dengan teknik

timelapse, sedang gerak yang terlalu cepat dapat diperlambat dengan

teknik highspeed photography untuk kemudian diputar secara lambat

(slow metion).

� Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi

lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, atau diceritakan secara

verbal.

� Obyek yang terlalu komplek dapat disajikan dengan model, diagram, dll.

� Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk dalam bentuk

film, film bingkai, gambar dll.

b) Mengatasi Sikap Pasif dari Pebelajar

Dengan menggunakan media yang tepat dan bervariasai maka sikap pasif

pebelajar dapat diatasi. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

bermanfaat untuk :

� Menimbulkan kegairahan belajar.

� Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara pebelajar dengan

lingkungan.

� Memungkinkan pebelajar untuk belajar mandiri menurut kemampuan dan

minatnya.

33

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

c) Memudahkan Belajar Siswa Sesuai dengan Tipe Belajarnya

Ada tiga tipe bagaimana seseorang itu belajar yaitu :

� Pendengar (auditive learners)

� Tipe ini biasanya tampak seolah tidak mempedulikan apa yang

dilakukan oleh guru dan tidak membuat catatan dikelas, ia lebih

mengandalkan kemampuannya untuk mendengar dan mengingat.

� Pemirsa (Visual Learners)

� Tipe ini biasanya sangat mencermati penyajian informasi, mereka lebih

suka mencatat apa yang dikemukakan oleh gurunya.

� Pekerja (Kinestetik)

� Tipe ini biasanya reaktif, didalam kegiatan belajar biasanya tipe ini

selalu aktif.

Selain fungsi diatas, Livie dan Lentz dalam Hujair (2009 : 6)

mengemukakan empat fungsi media pebelajaran yang khususnya pada media

visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi

kompensatoris. Masing-masing fungsi tersebut, dapat dijelaskan sebagi berikut :

1) Fungsi atensi berarti media visual merupakan inti, menarik, dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang terkait dengan

makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2) Fungsi afektif maksudnya, media visual dapatterlihat dari tigkat kenikmatan

siswa ketika belajar membaca teks bergambar. Gambar atau lambang visual

akan dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

34

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

3) Fungsi kognitif bermakna media visual menggungkapkan bahwa lambang

visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengarkan

informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris artinya media visual memberikan konteks untuk

memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatkannya kembali.

Disamping itu, Y. Miarso (2004 : 458) menyebutkan bahwa penggunaan

media dalam pembelajaran bermanfaat karena hal-hal berikut ini :

1) Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita,

seingga otak kita dapat berfungsi secara optimal.

2) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para

siswa.

3) Media dapat melampaui batas ruang kelas.

4) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan

lingkungannya.

5) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7) Media membangkitkan motivasi dan merngsang untuk belajar.

8) Media memberikan pengalaman yang menyeluruh dari sesuatu yang konkret

maupun abstrak.

Sedangkan menurut Hujair (2009 : 4) manfaat media pembelajaran

sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

35

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

1) Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan

baik.

3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan guru tidak

kehabisan tenaga.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi juga aktivitas lain yang

dilakukan seperti : mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan.

Selain itu manfaat media pembelajaran bagi guru dan siswa adalah sebagai

berikut :

1) Manfaat media pembelajaran bagi guru, yaitu :

a) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan.

b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik.

c) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik.

d) Membantu kecermatan, ketelitian, dalam penyajian materi pelajaran.

e) Membangkitkan rasa percaya diri seorang guru.

f) Meningkatkan kualitas pengajaran.

2) Manfaat media pembelajaran bagi siswa, yaitu :

a) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

b) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar siswa.

36

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

c) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan siswa untuk

belajar.

d) Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematis sehingga

memudahkan siswa untuk belajar.

e) Merangsang siswa untuk berpikir dan beranalisis.

f) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.

Pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain

itu media juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar,

memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan

kemampuannya. Media dapat meningkatkan pengetahuan, serta memberikan

fleksibilitas dalam penyampaian pesan. Selain itu juga berfungsi sebagai alat

komunikasi, sebagai sarana pemecahan masalah sebagai sarana pengembangan

diri.

Jadi dapat dirumuskan bahwa fungsi media dalam pembelajaran adalah

untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dan sebagai alat komunikasi dalam

menyampaikan pesan (materi pembelajaran) yang lebih kongkret pada siswa,

sehingga lebih mudah dipahami.

37

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

2.3.3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Dalam Djamarah (2006 : 124) media pembelajaran dapat diklasifikasikan

tiga yaitu dilihat dari jenisnya, dilihat dari daya liputnya, dan dari bahan serta cara

pembuatannya.

a) Dilihat dari Jenisnya, Media dapat Dibagai ke Dalam:

� Media Auditif

� Media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti

radio, kaset recorder, dll.

� Media Visual

� Media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, seperti slides,

gambar,film, dll.

� Media Audiovisual

Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media

ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis

media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam :

- Audiovisual Diam � media yang menampilkan suara dan gambar

diam seperti film bingkai suara (sound slides).

- Audiovisual Gerak � media yang dapat menampilkan unsur suara

dan gambar yang bergerak seperti film suara, video.

Pembagian lain dari media ini adalah :

- Audiovisual Murni � baik unsur suara maupun unsure gambar

berasal dari satu sumber film Video cassette.

38

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

- Audiovisual tidak Murni � yang unsure suara dan unsur gambarnya

berasal dari sumber yang berbeda.

Misalnya : Film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari

slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.

b) Dilihat dari Daya Liputnya , Media dapat Dibagai ke Dalam:

� Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak

� Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat

menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.

Contoh : Radio dan Televisi

� Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Waktu

� Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat

yang khusus.

Contoh : Film, Sound Slide.

� Media Untuk Pengajaran Individual

� Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termasuk media

ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

c) Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media dapat Dibagai ke Dalam:

� Media Sederhana

� Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara

pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.

39

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

� Media Kompleks

� Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit

diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan

penggunaannya memerlukan ketrampilan yang memadai.

Menurut Haney dan Ullmer dalam Y. Miarso (2004 : 462) ada tiga

kategori utama berbagai bentuk media pembelajaran itu yaitu :

1) Media penyaji � media yang mampu menyajikan informasi. Media penyaji

ini terbagi kedalam tujuh kelompok yaitu :

a) Kelompok 1 : grafis, bahan cetak, dan gambar diam.

b) Kelompok 2 : media proyeksi diam.

c) Kelompok 3 : media audio.

d) Kelompok 4 : audio ditambah media visual diam.

e) Kelompok 5 : gambar hidup (film).

f) Kelompok 6 : televise

g) Kelompok 7 : multimedia

2) Media objek � media yang mengandung informasi

Media objek adalah benda tiga dimensi yang mengandung informasi,

tidak dalam bentuk penyajian tetapi melalui cirri fisiknya seperti ukurannya,

beratnya, bentuknya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainnya.

Media objek meliputi dua kelompok yaitu :

a) Objek yang sebenarnya

Objek yang sebenarnya dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu

: obyek alami adalah segala sesuatu yang terdapat di alam yang

40

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

mengandung informasi bagi kehdupan baik yang hidup dan tidak hidup,

objek-objek buatan manusia, misalnya gedung-gedung dan bagunan-

bangunan lain, alat-alat, mesin-mesin, alat alat komunikasi, jaringan

transportasi, dan semua benda yang dibuat untuk keperluan manusia.

b) Objek pengganti

Objek pengganti adalah benda-benda yang dibuat untuk mewakili

atau menggantikan “benda-benda yang sebenarnya”. Objek pengganti

banyak dikenal dengan nama replika adalah suatu reproduksi statis suatu

objek dengan ukuran yang sebenarnya, model adalah merupakan suatu

reproduksi yang kelihatannya sama tetapi biasanya diperkecil atau

diperbesar dalam skala tertentu dan sering kali mempunyai bagian-bagian

yang bergerak atau unsur-unsur yang bekerja menurut pola benda yang

sesungguhnya, benda tiruan (mockup) ada dua macam yaitu (1)

merupakan bagunan yang kurang lebih menyerupai suatu benda yang

besar, (2) bentuk yang menggambarkan mekanisme kerja suatu benda.

3) Media interaktif � media yang memungkinkan untuk berinteraksi

Karakteristik terpenting kelompok ini adalah bahwa siswa tidak

hanya memerhatikan penyajian atau objek, tetapi dipaksa untuk

berinteraksi selama mengikuti pelajaran. Dalam hal ini siswa harus dapat

menyesuaikan diri dengan situasi karena tidak ada batasan yang kaku

tentang jawaban yang benar. Permainan pendidikan dan simulasi yang

berorientasi pada masalah memiliki potensi untuk memberikan

pengalaman belajar yang merangsang minat dan realistis, dan oleh karena

41

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

itu para pendidik perlu menganggapnya sebagai sumber terbaik untuk

belajar.

Sedangkan menurut Hujair (2009 : 40) media pembelajaran dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan

simbol-simbol kata atau visual (bahan-bahan cetakan dan bacaan).

2) Alat-alat audiovisual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, yaitu :

3) Media yang menggunakan teknik atau masial, yaitu slide, film strip, film

rekaman, radio, televise, video, VCD, ruang kelas otomatis, computer dan

internet.

4) Kumpulan benda-benda (material collections), yaitu berupa peninggalan

sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai sejarah, jenis

kehidupan, mata pencaharian, perbankan, perdagangan, pemerintahan, agama,

kebudayaan, dan politik.

5) Contoh-contoh kelakuan, perilaku guru. Guru member contoh perilaku atau

perbuatan. Misalnya mencontohkan suatu perbuatan dengan gerakan tangan,

kaki, gerakan badan, mimic, dan lain-lain. Media pembelajaran dalam bentuk

ini, sangat tergantung pada inisiatif dan kreasi guru.

Media pembelajaran sangat banyak macam dan jenisnya. Maka, untuk

menggunakan media secara baik, efektif, dan efisien dalam proses pembelajaran

diperlukan kemampuan, pengetahuan dalam memilih, menggunakan dan

kemampuan untuk mendesain serta membuat suatu media pembelajaran tersebut.

42

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keterkaitan media dengan tujuan

pembelajaran, metode, materi pembelajaran, dan kondisi siswa. Selain itu

pengembangan dan penggunaan media pembelajaran, sangat tergantung pada

kreasi dan inisiatif guru itu sendiri. Sebab kemampuan, kreasi dan inisiatif guru

dalam mendesain, membuat, dan mengembangkan media pembelajaran

merupakan hal yang mutlak dan tidak boleh diabaikan.

2.3.4. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaaan Media

Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, disamping memenuhi

prinsip-prinsip pemilihan, juga terdapat beberapa faktor dan kriteria yang perlu

diperhatikan yaitu :

1) Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Memilih Media Pengajaran

(Djamarah, 2006 : 128) yaitu :

a) Objektivitas

b) Program Pengajaran

c) Sasaran Program

d) Situasi dan Kondisi

e) Kualitas Teknik

f) Keefektifan dan Kefisiensi Penggunaan

Selain faktor-faktor diatas menurut Dick dan Carey dalam Sudiman (2008 :

86) masih ada empat faktor lagi yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan

media yaitu :

43

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

a) Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak

terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri.

b) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana,

tenaga dan fasilitasnya.

c) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media

yang bersangkutan untuk waktu yang lama.

d) Efektivitas biayanya dalam jangka yang panjang.

2) Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana dan Ahmat Rivai dalam Djamarah (2006 : 132),

dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan

kriteria-kriteria sebagai berikut:

a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran

b) Dukungan terhadap isi bahan pengajaran

c) Kemudahan memperoleh media.

d) Ketrampilan guru dalam menggunakannya.

e) Tersedia waktu untuk menggunakannya.

f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Sedangkan menurut Sihkabuden dalam Masnur. M (2009 : 134) dalam

memilih dan menggunakan media pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1) Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan

pembelajaran.

44

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

2) Media dipilih yang paling efektif (tepat guna) untuk pencapaian tujuan

pembelajaran.

3) Media dipilih sesuai dengan kemampuan pengetahuan menarik perhatian

siswa.

Selain itu menurut Arief Sidharta dalam Mulyasa (2009 : 80 - 81)

menyatakan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan dalam memilih media

pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam satu kata ACTION, akronim dari

access, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.

a) Access

Kemudahan akses menjadi pertimabangan pertama dalam memilih media.

Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan

oleh siswa.

b) Cost

Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak media yang canggih biasanya

mahal, kita harus mempertimbangkan aspek manfaatnya media tersebut.

c) Technology

Mungkin kita tertarik pada suatu media tertentu, kita harus memperhatikan

apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya. Misalnya kita

akan menggunakan media audiovisual, maka harus dipertimbangkan apakah

fasilitas listrik, tegangan listrik tersedia dan sesuai.

d) Interactivity

Media yang kita kembangkan hendaknya dapat memunculkan komunikasi dua

arah antara guru dengan siswa.

45

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

e) Organization

Perlu dipertimbamgkan apakah pimpinan sekolah atau pimpinan lembaga atau

yayasan mendukung.

f) Novelty

Biasanya media yang baru lebih menarik bagi siswa sehingga baru tidaknya

suatu media hendaknya juga menjadi pertimbangan pemilihan suatu media.

Selanjutnya pemilihan media pembelajaran harus melihat komponen

perencanaan pembelajaran (Mulyasa, 2009 : 176), seperti :

a) Tujuan

Media pembelajaran hendaknya sesuai dan menunjang pencapaian tujuan

pembelajaran.

b) Materi Pembelajaran

Materi yang dipilih hendaknya relevan dan tidak out of date.

c) Metode atau Pendekatan

Sebagai contoh pemilihan metode demonstrasi akan lebih banyak memerlukan

media daripada metode ceramah

d) Evaluasi

Sebetulnya evaluasi mengukur keberhasilan tujuan, oleh karena itu media

dipilih selain mengacu pada tujuan terkait juga pada evaluasi yang digunakan.

e) Siswa

Pemilihan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan perkembangan

intelektual siswa, yaitu disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam hal

membaca, mendengar, dan melihat.

46

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Dengan kreteria pemilihan media tersebut, guru dapat lebih mudah

menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah

tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran

jangan dipaksakan sehingga dapat mempersulit guru, tapi sebaliknya, yakni

mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran.

2.3.5. Media Audiovisual

Menurut Hujair (2009 : 105), media audiovisual adalah seperangkat alat

yang memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan

suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya.

Sedangkan menurut Djamarah (2006 : 124), mengartikan media

audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis

media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis

media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam :

- Audiovisual Diam � media yang menampilkan suara dan gambar diam

seperti film bingkai suara (sound slides).

- Audiovisual Gerak � media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar

yang bergerak seperti film suara, video.

Pembagian lain dari media ini adalah :

- Audiovisual Murni � baik unsur suara maupun unsure gambar berasal dari

satu sumber film Video cassette.

- Audiovisual tidak Murni � yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal

dari sumber yang berbeda.

47

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Misalnya : Film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides

proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.

Alat-alat yang termasuk dalam kategori media audiovisual adalah sebagai berikut:

a. Televisi

Televisi dalam pengertiannya berasal dari dua kata yaitu kata tele yang

berarti jauh dan visi berarti penglihatan. Television (bahasa Inggris) bermakna

melihat jauh. Kata melihat jauh mengandung makna bahwa gambar yang

diproduksi pada suatu tempat (stasiun televisi) yang dapat dilihat ditempat lain

melalui sebuah perangkat penerima yang disebut televise minitor atau televise set.

Televisi suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan

gambar hidup yang terdiri dari gambar dan suara. Dengan demikian peranan TV

baik sebagai gambar hidup maupun sebagai radio yang dapat menampilkan

gambar yang dapat dilihat dan menghasilkan suara yang dapat didengar pada

waktu yang sama.

Televisi sebagai media pendidikan dan pengajaran tentu tidak terlepas

dari kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dan kelemahan media televisi

adalah sebagai berikut :

1) Kelebihan media televisi

a) Memiliki daya jangkauan yang cukup luas.

b) Memiliki daya tarik yang besar, karena memiliki sifat audiovisualnya.

c) Dapat mengatasi batas ruang dan waktu.

d) Dapat menginformasikan pesan-pesan yang actual.

e) Dapat menampilkan obyek belajar seperti benda atau kejadian aslinya.

48

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

f) Sebuah televisi sebagai jendela dunia, membawa khalayak untuk dapat

melihat secara langsung peristiwa, suasana dan situasi tempat, daerah-

daerah yang di belahan dunia.

2) Kelemahan media televisi

a) Pengadaannya memerlukan biaya mahal.

b) Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala

tempat.

c) Sulit dikontrol, terutama jika terkait dengan soal jadwal belajar disekolah.

d) Mudah tergoda pada penyajian acara yang bersifat hiburan, sehingga

suasana belajar kurang serius dan kurang efektif.

b. Video- VCD

Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara dan dapat ditayangkan

melalui medium video dan VCD. Sama seperti medium audio, program video

yang disiarkan sering digunakan oleh lembaga pendidikan jarak jauh sebagai

sarana penyampaian materi pembelajaran. Video dan televise mampu

menayangkan pesan pembelajaran secara realistic.

Media Video -VCD, sebagai media pembelajaran memiliki karakteristik sebagai

berikut :

a) Gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara.

b) Dapat digunakan untuk sekolah jarak jauh.

c) Memiliki perangkat slow mention untuk memperlambat proses atau peristiwa

yang berlangsung.

49

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Media Video dan VCD, sebai media pembelajaran juga tdak terlepas dari

kelebihan dan kelemahannya, sebagai berikut :

1) Kelebihan media video dan VCD

a) Menyajikan obyek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara

reaistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar.

b) Sifatnya sangat audio, sehingga memiliki daya tarik tersendiri, dan dapat

menjadi motivasi siswa untuk belajar.

c) Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik.

d) Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan

dengan teknik mengajar secara ceramah dan diskusi.

e) Menambah daya tahan ingatan tentang obyek belajar yang dipelajari siswa.

2) Kelemahan media Video dan VCD

a) Pengadaannya memerlukan biaya mahal.

b) Tergantung pada energy listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan disegala

tempat.

c) Sifat komunikasi searah, sehingga tidak memberi peluang untuk terjadi

umpan balik.

d) Mudah tergoda untuk menayangkan kaset VCD yang bersifat hiburan,

sehingga suasana belajar akan terganggu.

c. Media sound slide

Slide merupakan media pembelajaran yang bersifat audiovisual. Secara

fisik, slide suara adalah gambar tunggal dalam bentuk film positif tembus pandang

yang dilengkapi dengan bingkai yang diproyeksikan. Penggunaan dapat

50

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

dikombinasikan dengan audio kaset, dan dapat digunakan secara tunggal tanpa

narasi.

Pada umumnya jika digunakan untuk keperluan instruksional, slide dapat

dibuat secara berseri dan berurutan serta dikombinasikan dengan audio kaset.

Slide yang dikombinasikan dengan audio kaset disebut dengan sound slide yaitu

penyajian bahan pelajaran yang dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan

slide secara berurutan yang dikombinasikan atau dilengkapi dengan audio kaset.

Sound slide sebagai media pembelajaran juga memiliki kelebihan dan

kelemahan, sebagai berikut :

1) Kelebihan media sound slide

a) Dapat menyajikan gambar dengan proyeksi depan maupun belakang.

b) Portable, berukuran kecil dan mudah didistribusikan sehingga praktis

penggunaannya

c) Dapat dikontrol sesuai dengan keinginan penggua sehingga

memungkinkan untuk dihentikan secara spontan dan dapat diselingi

dengan tanya jawab dan diskusi singkat.

d) Memberikan visualisasi tentang obyek belajar seperti apa adanya atau

autentik, sehingga dapat mengkonkretkan obyek beajar siswa.

2) Kelemahan media sound slide

a) Pengdaannya memerlukan biaya yang mahal.

b) Untuk memproyeksikan slide proyektor memerlukan penggelapan ruang.

c) Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat secara praktis dapat

dihidupkan dan diputar disegala tempat.

51

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Jadi dapat disimpulkan bahwa media audiovisual adalah suatu alat yang

digunakan dalam pembelajaran yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

2.3.6. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk mengembangkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik agar dapat menjadi

warganegara yang baik, yaitu warga negara yang memahami, menyadari dan

mampu menggunakan hak serta menjalankan kewajiban kenegaraannya secara

bertanggungjawab. Untuk maksud tersebut pendidikan kewarganegaraan minimal

harus mencakup :

1) Penanaman ide-ide dan prinsip-prinsip etik dan moral, yang memberi arah,

makna, dan tujuan bagi seluruh bangsa.

2) Penanaman dan pengembangan pengetahuan yang diperlukan untuk berpikir

dan bertindak cerdas dalam menghadapi isu-isu kenegaraan mutakhir.

3) Pengembangan keterampilan, dan teknik-teknik yang diperlukan warganegara

dalam menunaikan tanggungjawab kenegaraannya.

Dalam Negara demokrasi pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan

untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dan generasi

muda agar mereka mampu dan bersemangat untuk menjalankan, meningkatkan,

dan memperluas kehidupan demokratis. Mereka harus mempunyai pengetahuan

dan pemahaman tentang demokrasi, keyakinan-keyakinan, dan kesetiaan pada

nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi, keterampilan berpikir kritis dan

keterampilan memecahkan masalah, serta kemampuan untuk menerapkan teknik-

52

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

teknik yang diperlukan dalam mewujudkan partisipasi dalam kehidupan

demokratis secara cerdas, efektif, dan menyenangkan.

Muatan pendidikan kewarganegaraan menurut Patrick dalam Saptono

(2010 : 17) memcangkup empat komponen dasar yaitu :

1) Pengetahuan tentang pemerintah dan kewarganegaraan dalam negara

demokrasi.

2) Keterampilan-keterampilan kognitif dari kewarganegaraan demokratis.

3) Keterampilan-keterampilan partisipasi dari kewarganegaraan demokratis.

4) Kebajikan atau disposisi-disposisi kewarganegaraan demokratis.

Pendidikan kewarganegaraan menurut Thomas Ehrlic dalam Saptono

(2010 : 18) sebaiknya dijalankan dengan memadukan pembelajaran berbasis

masalah, pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran layanan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah melatih siswa agar mampu menjalani kehidupan

demokratis yang selalu diliputi persoalan bersama. Pembelajaran kolaboratif

melatih siswa memasuki masyarakat demokratis dimana warganegara saling

berinteraksi, saling belajar, tumbuh serta berkerja sama membangun kehidupan

bersama. Pembelajaran layanan masyarakat member kesempatan bagi siswa untuk

mempraktikkan teori yang dipelajari dikelas dan sebaliknya juga memperoleh

tilikan untuk memperjelas analisa akademiknya.

Sementara itu Qigley dalam Saptono (2010 : 18) mencatat pula bahwa di

bidang strategi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan demokratis saat ini

berkembang kecenderungan berlangsungnnya hal-hal berikut ini :

53

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

a) Analisa studi-studi kasus.

Para guru biasanya meminta siswa untuk menerapkan konsep-konsep atau

prinsip-prinsip pokok untuk menganalisa studi kasus. Penggunaan studi kasus

dapat menampilkan vitalitas dan drama dalam kehidupan kenegaraan yang

sesungguhnya ke dalam kelas dan menuntut penerapan praktis dari konsep-

konsep atau prinsip-prinsip pokok untuk memahami tata kehidupan

kenegaraan yang senyatanya.

b) Pengembangan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan dalam

pendidikan kewarganegaan demokratis.

Para guru menggunakan studi kasus yang menyangkut isu-isu di bidang

hukum dan politik untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan membuat

keputusan. Para siswa diajar untuk mengidentifikasi isu-isu, menilai pilihan-

pilihan yang tersedia serta konsekuensinya, dan mempertahankan pilihan

masing-masing.

c) Analisa perbandingan Pemerintah dan Kewarganegaraan Internasional.

Kebangkitan global demokrasi konstitusional telah meningkatkan minat

penggunaan metode perbandingan dalam proses belajar mengajar

pemerintahan dan kewarganegaraan. Hal itu dimaksudkan untuk

memperdalam pemahaman siswa tentang lembaga-lembaga demokrasi di

negaranya sendiri seraya memperluas pemahamannya tentang prinsip-prinsip

demokrasi.

d) Pengembangan keterampilan-keterampilan berpartisipasi dan kebajikan

kewarganegaraan melalui pembelajaran kooperatif.

54

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Melalui kegiatan kooperatif siswa mengembangkan berbagai ketrampilan

berpartisipasi dan nilai-nilai demokrasi yang terkait. Siswa yang terlibat dalam

pembelajaran kooperatif cenderung berkembang kepemimpinannya,

ketrampilannya ketrampilan untuk menyelesaikan konflik, bernegosiasi,

bersikap kompromis, dan memberikan kritik membangun nilai-nilai yang

berkembang antara lain toleransi, keberadaban (civility) dan kebenaran.

e) Penggunaan bahan pustaka untuk mengajarkan nilai-nilai keutamaan

warganegara.

Para pendidik kewarganegaraan mengakui bahwa mempelajari kepustakaan,

baik yang berifat fiksi maupun kesejarahan, dapat mendorong

minat/ketertarikan siswa kepada figur-figur yang merupakan teladan dalam hal

nilai-nilai keutamaan warganegara di dalam situasi-situasi dramatis. Karakter

dalam cerita itu dapat berperan sebagai model peran bagi para siswa. Paling

tidak dalam cerita itu terdapat contoh-contoh tentang nilai-nilai keutamaan

warganegara tertentu yang dapat membantu siswa memahami makna dan arti

pentingnya moralitas dalam kehidupan kenegaraan.

f) Pembelajaran aktif tentang pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai

keutamaan kewarganegaraan.

Para pendidik cenderung melibatkan siswa dalam perolehan pengetahuan,

ketrampilan dan nilai-nilai secara aktif. Contoh-contoh dari pembelajaran aktif

mencakup belajar konsep sistematis, analisa studi kasus, pengembangan

ketrampilan membuat keputusan, tugas-tugas belajar kooperatif, dan diskusi

55

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

kelompok interaktif yang terkait dengan nilai-nilai keutamaan warganegara

melalui studi pustaka.

Materi pokok dan proses kognitif dasar adalah faktor yang saling terkait

dalam proses belajar mengajar. Keduanya harus diajarkan secara bersama-sama.

Untuk memenuhi misi pendidikan kewarganegaraan yaitu mengembangkan

kemampuan individu untuk membangun, memelihara dan meningkatkan

pemerintahan dan kewarganegaraan demokratis di negaranya sendiri maupun

diseluruh dunia.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dalam sistem pendidikan di

Indonesia, merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan

warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut :

a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas

dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.

c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

krakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya.

56

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain baik secara langsung maupun tidak

langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Tujuan tersebut hendak diwujudkan melalui proses pembelajaran dengan

menggumuli materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang ruang

lingkupnya meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partiipasi dalam pembelaan

Negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hokum dan peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan

daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim

hokum dan peradilan nasional, Huum dan peradilan Internasional.

3) Hak asasi manusia, meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakat, Instrumen nasional dan Internasional HAM, Pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara meliputi : HIdup gotong royong, Harga diri sebagai

warga masyarakat, Kebebasan beroganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan

warga negara.

57

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

5) Konstitusi Negara meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitui yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan

dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem

politik, Budaya politik menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers

dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila meliputi : Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi

Negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara, Pengalaman nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideoogi

terbuka.

8) Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan

organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha

sadar untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik

agar dapat menjadi warganegara yang baik, yaitu warga negara yang memahami,

menyadari dan mampu menggunakan hak serta menjalankan kewajiban

kenegaraannya secara bertanggungjawab, dimana materi-materinya lebih pada

pendidikan budi pekerti, pengamalan nilai-nilai dan moral. Maka disinilah yang

menjadi fungsi dari media audiovisual, karena di sini media audiovisual dapat

mengkonkretkan pemahaman para peserta didik terhadap materi- materi yang sulit

untuk dimengerti seperti pada materi Pendidikan Kewarganegaraan.

58

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

2.4. Hasil Belajar

2.4.1. Pengertian Hasil Belajar

Istilah hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar.

Menurut pengertian secara psikologi dalam Bayu .D (2010 : 14) belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahana tingkah laku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek kehidupan.

Menurut Skinner dalam Angkowo dan Kosasih (2007 : 47) mengartikan

belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif. Bell Gredler mendifinisikan belajar sebagai proses

memperoleh berbagai kemampuan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

Menurut teori kognitivisme dalam Angkowo dan Kosasih (2007 : 48)

belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan

pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati.

Kleden menegaskan bahwa belajar pada dasarnya berarti mempraktekkan,

sedangkan belajar tentang sesuatu berarti mengetahui sesuatu . Cronbach

memberikan arti belajar : “learning is shown by a change is behavior as a result

of experience. Harold Spears memberikan batasan tentang belajar : learning is to

observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow

59

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

direction”. Sedangkan Geoch, mengatakan : “Learning is a change in

performance as a result of practice”

Menurut Winkel dalam Angkowo (1996: 21) belajar berarti perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca,

mengamati, mendengarkan dan meniru. Belajar akan lebih efektif, apabila si

pembelajar melakukannya dalam suasana yang menyenangkan dan dapat

menghayati obyek pembelajaran secara langsung. Belajar bukan merupakan

kegiatan yang verbalistik. Belajar merupakan usaha penambahan pengetahuan,

dan jangan disamakan dengan menghafal. Winkel juga menganggap belajar

sebagai suatu proses perubahan kelakuan berkat pengelaman dan latihan. Belajar

akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak

hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga bentuk kecakapan,

kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan

sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagi hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Sedangkan menurut Nana Sudjana ( 2005 : 2) hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses

penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang

60

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan

belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina

kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun

individu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa ,

hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila di

bandingkan pada saat sebelum mengajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Nana Sudjana, 2005 : 22) hasil

belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain :

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

61

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Dalam mata pelajaran PKn tipe hasil belajar kognitif dan psikomotor lebih

dominan namun hasil belajar afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian

dalam proses pembelajaran Pkn.

Menurut Howard Kingsley (Nana Sudjana, 2005 : 22 ), hasil belajar dibagi

menjadi 3 macam yaitu :

a) Ketrampilan dan kebiasaan.

b) Pengetahuan dan pengertian.

c) Sikap dan cita-cita, yang masing- masing golongan dapat diisi dengan bahan

kurikulum disekolah.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

keberhasilan yang dicapai oleh siswa untuk mendapatkan suatu peningkatan

kepandaian yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui tes.

2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Menurut Slameto dalam Bayu D. (2010 : 16), hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi hasil belajar yang berasal dari

dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu aantara lain :

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan

belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan lebih mudah dalam belajar

dibandingkan dengan siswa yang kondisi kesehatannya kurang baik, sehingga

belajarnya juga akan lebih baik.

2) Kecerdasan / Intelegensia

62

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Kecerdasan / intelegensia adalah kemampuan belajar disertai kecakapan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini

sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi. Intelegensi yang normal

selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan

sebayanya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan

yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainya, sehingga seorang

anak pada usia tertentu sudah mamiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kawan sebayanya.

Kecerdasan / intelegensia juga berpengaruh besar dalam menentukan

seorang siswa dalam mencapai keberhasilan. Siswa yang memiliki intelegensi

sangat tinggi, prestasi belajarnya juga akan tinggi, sementara siswa yang

memiliki intelegensi rendah maka prestasi yang diperoleh akan rendah.

3) Cara Belajar

Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar

tanpa memperhatikan teknik dan factor fisiologis, psiologis dan ilmu

kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan dating. Siswa yang belajar sesuai dengan

bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar diluar

bakatnya.

63

Page 56: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

5) Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa

tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam

bidang itu. Serang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka hasil

yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang

berminat dalam belajar.

6) Motivasi

Motivasi sebagai factor intern berfungsi menimbulkan, mandasari,

mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi maka siswa akan

memiliki prestasi yang baik, begitu pula sebaliknya.

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut

merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk elakukan belajar.

Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaiman cara mengatur

agar motivasi dapt ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar

mengajar seorang anak didika akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk

belajar.

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang sifatnya dari luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,

keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini

pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan pada individu.

Faktor-faktor ekstern itu antara lain :

1) Latar belakang pendidikan orang tua

64

Page 57: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi prestasi belajar.

Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka anak dituntut harus lebih

berprestasi dengan berbagai cara dalam pengembangan prestasi belajar anak.

2) Status ekonomi sosial orang tua

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang

sedang belajar harus terpenihi kebutuhan pokoknya. Jika anak hidup dalam

keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya

kesehatan anak terganggu. Akibatnya, belajar anak juga tergangu.

3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan di sekolah

Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan sebagai

tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Sekolah harus mempunyai ruang kelas, ruang guru, perpustakaan,

halaman sekolah dan ruang kepala sekolah. Sedangkan di rumah diperlukan

tempat belajar dan bermain, agar anak dapat berkreasi sesuai apa yang

diinginkan. Semua bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak

didik.

4) Media yang dipakai guru

Media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di

sekolah tergantung dari baik tidaknya media yang digunakan dalam

pendidikan yang digunakan dalam pendidikan yang dirancang. Bervariasi

potensi yang tersedia media yang baik dalam pendidikan yang berlainan untuk

tiap sekolah.

65

Page 58: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

5) Kompetensi guru

Kompetensi guru adalah cara guru dalam pembelajaran yang dilakukannya

terhadap siswa dengan metode atau program tertentu. Metode atau program

disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan

di sekolah tergantung dari baik tidaknya program yang dirancang.

Clark dalam Angkowo dan Kosasih ( 2007 : 50 ) mengungkapkan bahwa

hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %

dipengaruhi oleh lingkungan. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa,

selain faktor kemampuan , ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian,

sikap, kebiasaaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan

psikis. Salah satu faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil

belajar adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajarana

adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam

mencapai tujuan intruksional. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar disekolah

(Theory of school learning) dari Bloom, bahwa ada 3 (tiga) variable utama dalam

teori belajar di sekolah, yaitu karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil

belajar siswa.

Sedangkan Carol dalam Angkowo dan Kosasih (2007 : 51) berpendapat

bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu :

1) Faktor bakat belajar.

2) Faktor waktu yang tersedia untuk belajar.

3) Faktor kemampuan individu.

4) Faktor kualitas pengajaran.

66

Page 59: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

5) Faktor lingkungan.

Kelima faktor tersebut, factor pertama sampai keempat berkenaan dengan

kemampuan individu, sedangkan fackor terakhir merupakan faktor yang

datangnya dari luar diri siswa yaitu faktor lingkungan.

Dari uraian yang telah dijabarkan diatas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa berasal dari dua hal

yaitu faktor yangberasal dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor yang

berasal dari luar siswa (faktor ekstern).

2.4.3. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar

Dalam proses pembelajarn, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat

dicapai siswa penting untuk diketahui oleh guru, agar guru pada tahap selanjutnya

dapat mendesain pembelajaran secara tepat dan penuh makna. Setiap proses

pembelajaran hendaknya tingkat keberhasilannya dapat diukur, disamping dapat

diukur dari segi prosesnya. Tipe hasil belajar yang dimaksud perlu nampak dalam

prumusan tujuan pembelajaran (instruksional), sebab tujuan itulah yang akan

dicapai oleh proses pembelajaran. Ada beberapa pendapat yang dapat dipakai

untuk melihat peristiwa atau proses belajar. Dari berbagai pendapat-pendapat itu

Angkowo dan Kosasih (2007 : 52) mengklasifikasikan menjadi tiga sudut

pandang, yaitu :

1) Memandang belajar sebagai proses.

2) Memandang belajar sebagai hasil.

3) Memandang belajar sebagai fungsi.

67

Page 60: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Ketiga cara pandang ini nampak perlu dipahami oleh guru sebab guru

adalah pembina, pembimbing dan pengarah kegiatan belajar siswa. Dalam uraian

berikut ini akan dipandang dari segi hasil.

Howard Kingsley dalam Angkowo dan Kosasih (2007 : 52) membagi tiga

macam hasil belajar yaitu :

1) Keterampilan dan kebiasaan.

2) Pengetahuan dan pengertian.

3) Sikap dan cita-cita

Masing-masing dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dengan kurikulum

sekolah.

Gagne dalam Angkowo dan Kosasih (2007 : 52) mengemukakan lima

kategori tipe hasil belajar yaitu :

1) Informasi verbal (verbal information).

2) Keterampilan intelektual (intelektual skill).

3) Strategis kognitif (cognitive strategy).

4) Sikap (attitude).

5) Keterampilan motorik (motor skill).

Berbeda dengan kedua pendapat diatas, Benyamin Bloom dalam Angkowo

dan Kosasih (2007 : 53) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan yang hendak

dicapai dapai diklasifikasikan menjadi tiga bidang, yakni : ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotorik, yang masing-masing ranah atau domain dibagi

lagi menjadi beberapa kategori. Kategori-kategori ini disusun secara hirarkis,

68

Page 61: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

sehingga menjadi taraf-taraf yang menjadi semakin bersifat kompleks mulai dari

taraf bawah ke atas.

Bloom membagi lagi ranah atau domain tersebut sebagai berikut :

1) Ranah kognitif (cognitive domain)

a) Pengetahuan (knowledge)

b) Pemahaman (comprehension)

c) Penerapan (application)

d) Analisa (analysis)

e) Sintesa (synthesis)

f) Evaluasi (evaluation)

2) Ranah afektif (affective domain)

Menurut Bloom, Kratwohl dan kawan-kawan pada ranah ini terbagi menjadi ;

a) Penerimaan (receiving)

b) Partisipasi (responding)

c) Penilaian / penentuan sikap (valuing)

d) Organisasi (organization)

e) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)

3) Ranah psikomotorik (psychomotoric domain) menurut Simpson :

a) Persepsi (perception)

b) Kesiapan (set)

c) Gerakan terbimbing (guided response)

d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)

e) Gerakan yang kompleks (complek response)

69

Page 62: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

f) Penyesuaian pola gerakan (adjusment)

g) Motivasi belajar (creativity)

Berkenaan dengan hasil belajar, Gagne dalam Angkowo dan Kosasih (2007 : 54)

mengemukakan lima jenis atau tipe belajar yaitu :

1) Belajar kemahiran intelektual (cognitif)

Yang termasuk dalam tipe ini adalah belajar deskriminasi, belajar konsep, dan

belajar kaidah. Belajar deskriminasi adalah kesanggupan membedakan

beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu.

2) Belajar informasi verbal

Pada umumnya belajar berlangsung melalui informasi verbal, apalagi belajar

di sekolah, seperti membaca, menulis, mengarang, bercerita, mendengarkan

penjelasan guru. Kesanggupan menyatakan pendapat dalam bahasa lisan atau

tulisan, berkomunikasi, dan kesanggupan member arti pada setiap kata /

kalimat.

3) Belajar mengatur kegiatan intelektual

Dalam belajar kemahiran intelektual menekankan pada belajar deskriminasi,

konsep, dan kaidah, maka dalam belajar mengatur kegiatan intelektual yang

ditekankan adalah kesanggupan memecahkan masalah melalui konsep atau

kaidah yang telaj dimiliki siswa. Hal ini lebih menekankan pada aplikasi

kognitif dalam pemecahan persoalan. Dua aspek penting dalam tipe belajar ini

adalah prinsip pemecahan masalah dan langkah berpikir dalam pemecahan

masalah (problem solving).

70

Page 63: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

4) Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik banyak berkaitan dengan kesanggupan

memanfaatkan gerakan badan, memiliki rangkaian urutan gerakan yang

teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar. Belajar motorik memerlukan kemahiran

dan keunggulan intelektual serta sikap. Karena dalam belajar motorik tidak

semata-mata hanya gerakan anggota badan, melainkan juga memerlukan

pemahaman dan penguasaan akan prosedur gerakan yang harus dilakukan, dan

konsep mengenai cara memerlukan gerakan. Aspek utama belajar motorik

adalah tercapainya otomatisme melakukan gerakan. Gerakan yang otomatis

merupakan puncak belajar motorik.

5) Belajar sikap

Belajar sikap merupan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau

menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti

atau tidak berarti baginya. Itulah sebabnya, sikap berhubungan dengan

pengetahuan dan perasaan seseorang terhadap objek. Sikap juga dipandan

sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku (predisposisi). Maka,

hasil belajar sikap Nampak dalam bentuk kemauan, minat, motivasi, perhatian,

dan perubahan perasaan. Sikap dapat dipelajari dan diubah melalui proses

belajar.

Tipe belajar kemahiran intelektual, informasi verbal dan pengaturan

kegiatan intelektual merupakan hasil belajar kognitif. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pendapat Gagne hamper sejalan dengan pendapat Bloom yaitu

bahwa ada tiga aspek hasil belajar yaitu : kognitif, keterampilan, dan sikap.

71

Page 64: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Proses pendidikan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yang dapat

dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif (penguasaan

intelektual), bidang afektif (berhubungan sikap dan nilai), serta bidang

psikomotorik (kemampuan / keterampilan untuk bertindak berperilaku).

Ketiganya tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang akan

dicapai melalui proses pembelajaran, ketiganya harus nampak sebagai hasil

belajar siswa di sekolah. Hasil proses pembelajaran perlu nampak dalam

perubahan perilaku, dalam perubahan dan perkembangan intelektual serta dalam

bersikap mempertahankan nilai-nilai.

1) Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan

hafalan (knowledge), tipe hasil belajar pemahaman (comprehention), tipe hasil

belajar penerapan (aplikasi), tipe hasil belajar analisis, tipe belajar sintesis dan

tipe hasil belajar evaluasi.

2) Tipe hasil belajar bidang afektif. Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan

nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan

perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.

Hasil belajar bidang afektif ini nampaknya kurang mendapat perhatian dari

para guru, sebab guru lebih banyak member perhatian pada bidang kognitif

semata-mata. Tipe hasil belajar afektif biasanya nampak dalam berbagai

tingkah laku siswa seperti :perhatian (attention) terhadap proses pembelajaran,

disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dan teman-temannya. Beberapa

tingkatan hasil belajar dalam bidang afektif adalah sebagai berikut : receive /

72

Page 65: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

attenting, responding atau menjawab, valuing atau penilaian, organisasi,

karakterisasi nilai dan internalisasi nilai.

3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik. Hasil belajar bidang psiomotorik

tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemamuan bertindak individu

(perseorangan). Ada 6 tingkatan keterampilan yaitu :

a) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan perceptual termasuk didalamnya membedakan visual.

d) Kemampuan membedakan auditif (suara).

e) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan

ketepatan.

f) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang komplek.

g) Kemampuan yang berkenaan dengan nondecursive komunikasi seperti

gerakan ekspresif dan gerakan interpretative.

Dalam Djamarah dkk, 2006 : 105, yang menjadi petunjuk bahwa suatu

proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut :

a) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkanb mencapai prestasi

tinggi , baik secara individu maupun kelompok.

b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK)

telah dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.

73

Page 66: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Untuk mengukur dan mengevaluasai tingkat keberhasilan belajar tersebut

dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar, berdasarkan tujuan dan ruang

lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian

(Djamarah, 2006 : 106) sebagai berikut :

1) Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan

tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tetntang daya serap siswa

terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk

memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

2) Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan

dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya

serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes

subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan

diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

3) Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-

pook bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun

pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan

belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini

dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau

sebagai ukuran mutu sekolah.

74

Page 67: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah

yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil balajar) yang telah

dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi

atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat

dikuasai oleh siswa.

2) Baik Sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s/d 99%) bahan pelajaran

yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

3) Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s/d 75%

dikuasai oleh siswa.

4) Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai

oleh siswa.

Dengan melihat daya yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam

pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dapatlah diketahui keberhasilan

proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa.

2.5. Penelitian Yang Relevan

Lilik Yuswanti (2007) dalam Sri Budi Warningsih dkk (2011) yang

berjudul “Media Audiovisual Meningkatkan Minat Belajar IPA Kelas VI SDN

Pawyatan Daha Kediri” yang menemukan bahwa kriteria keberhasilan ini dari sisi

proses dan hasil. Sisi proses yaitu siswa diberi keleluasaan untuk

menginterpretasikan sendiri materi yang didapat lewat tayangan audiovisual. Dari

75

Page 68: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

sisi hasil, pembelajaran IPA dengan menggunakan media audiovisual terasa lebih

menyenangkan, perhatian siswa untuk menyimak materi lebih fokus, minat belajar

siswa lebih besar sehingga diharapkan hasil belajarnya nanti dapat meningkat

dengan baik. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar

dengan menggunakan media audiovisual / komputer sebagai pelengkap metode

ceramah dan metode percobaan bisa menjadi pilihan bagi guru untuk dapat

memberikan pemahaman yang nyata pada siswa, sehingga tujuan pendidikan yang

diharapkan,yaitu mengarahkan siswa belajar tuntas dapat tercapai.

Sri Budi Warningsih dkk (2011) yang berjudul “Inovasi Pendidikan

Dengan PemanfaatanMedia Audiovisual Dalam Pembelajaran IPA Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Di SD Negeri 02 Tuntang, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ” menemukan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan media pembelajaran audiovisual dalam mata pelajaran IPA

kelas V di SD Negeri 02 Tuntang kabupaten Semarang dapat meningkatkan hasil

blajar siswa, secara umum menunjukkan hasil yang sangat baik dengan mencapai

ketuntasan hasil belajar yang maksimal, prosentase ketuntasan mencapai 100 %.

LF Kusumadewi (2011) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Seni

Tari Dengan Media Audiovisual dan Melalui Metode Ceramah Bervariasi”

menemukan bahwa pembelajara dengan menggunakan media audiovisual dan

metode ceramah bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A

SMP N I Jambu pada mata pelajaran Seni Budaya tahun 2009 / 2010. Terbukti

adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa dari 30 % pada pra siklus

meningkat menjadi 84 % pada siklus I dan 88 % pada siklus II. Selain itu aktivitas

76

Page 69: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

belajar siswa juga meningkat, terbukti dari 33 siswa yang aktivitasnya kurang

baik pada pra siklus dengan rata-rata skor 2,58 % mengalami peningkatan pada

siklus I menjadi 3,82 % dengan kualifikasi cukup dan pada siklus II menjadi 4,02

atau kualifikasi baik.

2.6. Kerangka Berfikir

Berdasarkan pemaknaan-pemaknaan tentang Penerapan Metode Ceramah

Bervariasi dan Penggunaan Media Audiovisual dalam Pembelajarn Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai Upaya dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar Siswa Kelas VIII E, maka disini akan mencoba membangun kerangka

berpikir teoritis sebagai berikut :

Pendekatan

pembelajaran yang

dapat meningkatkan

aktivitas siswa

Penerapan metode

ceramah

bervariasi dan

penggunaan

media audiovisual

Pembelajaran

PKn

Aktifitas belajar

siswa meningkat

Berpengaruh positif

terhadap hasil belajarnya

77

Page 70: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

Pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang menumbuhkembangkan

aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat menjadi warga negara yang

baik yaitu warga negara yang memahami, menyadari dan mampu menggunakan

hak serta menjalankan kewajibannya secara bertanggung jawab, dimana materi-

materinya lebih pada pendidikan budi pekerti, pengamalan nilai-nilai dan moral.

Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam mengajar seharusnya

tidaklah bertumpu pada aspek pengetahuan saja, akan tetapi harus dapat

merangkai ketiga aspek tersebut yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Selain itu juga harus memperhatikan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran. Metode yang tepat agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses

pembelajaran adalah salah satunya dengan metode ceramah bervariasi, dan karena

dalam pembelajaran PKn itu materi-materinya lebih pada pendidikan budi pekerti,

pengamalan nilai-nilai dan moral, maka guru dalam mengajar perlu adanya media

yang tepat untuk menjelaskan materi tersebut yaitu melalui media audiovisual.

Karena dengan media audiovisual tersebut dapat mengkonkretkan pemahaman

para peserta didik terhadap materi-materi yang sulit dimengerti seperti materi

Pendidikan Kewarganegaraan.

Dengan menerapkan itu semua maka aktivitas belajar siswa akan

meningkat, sehingga dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya.

78

Page 71: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Aktif 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/587/3/T1_172007014_BAB II.pdf · untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,

2.7. Hipotesis

Penggunaan metode ceramah bervariasi dan media audiovisual, dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Stella Matutina

Salatiga pada semester II tahun ajaran 2010/2011 dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

79