bab ii kajian pustaka 2.1 pembelajaran...

16
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan padapemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006). Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI dan SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan- Nya.

Upload: vuonghuong

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan padapemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam

sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat

sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman

yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006).

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah

(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan

bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting

kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI dan

SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah.

Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.

7

2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,

konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tah, sikap positif, dan kesadaran

terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses

pembelajaran. “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

mengajar atau belajar” (Dimyati dan Moedjiono, 1992 : 40). Hasil belajar

dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan

keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses

pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan

perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar

merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu.

Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang

diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar

siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan

maksud. “Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penugasan,

penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang

terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai

8

aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi” (Tabrani Rusyan,

1989:8).

Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA

yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh

siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan

kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran IPA.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan keterampilan dan sikap (Winkel, 2000:53).

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan),

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.

Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam

diri peserta didik, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya

tujuan dalam kurikulum, maka pengajar/guru harus merencanakan dengan

seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan

perubahan tingkah lakupeserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan.

Bila terjadi proses belajar, bersama itu pula terjadi proses

mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami karena jika ada yang belajar

sudah tentu ada yang mengajar dan begitu juga sebaliknya. Dalam proses

belajar, mengajar guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar,

dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan,

kemampuan, sikap dan tata nilai, serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu

dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

9

Tujuan belajar adalah sebagai berikut (A.M., 1986: 28-31).

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Jenis interaksi atau

cara yang digunakan untuk kepentingan itu pada umumnya dengan moel

kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan demikian,

siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya

dan sekaligus akan mencarinya sendiriuntuk mengembangkan cara

berfikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya.

2. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan

suatu keterampilan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

3. Pembentukkan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak

didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk

itu, dibutuhkan kecakapan.

2.1.2 Ciri-ciri Hasil Belajar

Menurut Karti Soeharto (1995 : 108), belajar ditandai dengan ciri-

ciri yaitu : “(1) disengajai dan bertujuan, (2) tahan lama, (3) bukan karena

kebetulan, dan (4) bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.

Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses

pembelajaran, maka akan terjadiperubahan, baik perubahan pada aspek

kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek

tersebut diatas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal

ini sesuai dengan pendapat A.A Gede Agung( 1996 : 78) yang mengatakan

bahwa ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif,

psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang

diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri berikut :

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi.

10

Hasil belajar adalah perubahan sikap atau kecendurungan yang

dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan

atau perhatian adanya respon atau tanggapan atau penghargaan.

Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau

ketrampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan

minat dan kebutuhannya, keberanian berpatisipasi didalam kegiatan

penampilan sebagai usaha/kreatifitas dan kebebasan melakukan hal diatas

tanpa tekanan guru atau orang lain.

Berdasarkan ciri-ciri hasil belajar di atas maka tugas selain

mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang

cerdas, bersikap baik dan memiliki ketrampiilan-ketrampilan yang dapat

dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.”

2.1.3 Penilaian Hasil Belajar

Inti kegiatan penilaian adalah menentukan nilai dari suatu objek

dengan cara membandingkannya dengan kriteria tertentu. Dalam penilaian

hasil belajar, guru menentukan nilai dari hasil-hasil belajar yang dicapai

siswamelalui kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas, dengan

cara membandingkannya dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2010;Suwandi,

2011).

Ada tiga istilah yang merunjuk pada aktivitas-aktivitas utama dalam

kegiatan penilaian kelas, yaitu :

1. Asesmen

Asesmen adalah setiap metode atau prosedur sistematik untuk

mendapatkan informasi sebagai dasar membuat inferensi atau kesimpulan

tentang aneka karakteristik orang, objek atau program. Dalam konteks

penilaian kelas, asesmen adalah setiap metode atau prosedur

mendapatkan data sebagai dasar untuk membuat kesimpulan tentang

hasil belajar (Friedenberg, 1995; Chatterji, 2003).

11

2. Pengukuran

Prosedur yang dimaksud bisa berupa pengukuran yaitu teknik

pengumpulan data tentang orang yang melibatkan pengubahan data

menjadi bilangan skor. Salah satu teknik khas pengukuran yang identik

dengan pengertian pengukuran adalah tes, yaitu jenis asesmen yang

menggunakan sejumlah prosedur spesifik untuk memperoleh informasi

dan mengonversikan atau mengubah informasi tersebut menjadi bilangan

atau skor (Friedenberg, 1995). Teknik pengukuran lain adalah skala,

meliputi skala kepribadian maupun skala penilaian. Skala kepribadian

sejenis tes yang bertujuan mengukur aspek-aspek kepribadian yang

bersifat abstrak, seperti sikap dan minat, dan yang melibatkan

pengonversian informasi yang diperoleh menjadi bilangan atau skor.

Skala penilaian adalah teknik untuk menerjemahkan atau

mengubah hasil pengamatan menjadi bilangan atau skor. Prosedur

pengumpulan data juga bisa berupa teknik-teknik asesmen lain yang

lebih bersifat subjektif dan khususnya yang tidak melibatkan pengukuran

atau pengonversian data menjadi bilangan. Teknik-teknik ini lazim

dikelompokkan sebagai nontes (Sudjana, 2010;Suwandi, 2010).

Data atau informasi yang diperoleh baik dengan teknik pengukuran

maupun dengan teknik asesmen lain selanjutnya perlu diolah. Pada data

yang diperoleh lewat pengukuran (tes dan skala), pengolahan lazimnya

dilakukan secara kuantitatif dengan teknik statistik. Melalui teknik

statistik deskriptif dapat diketahui setidaknya tiga hal penting, yaitu : (1)

distribusi atau persebaran data atau skor; (2) gejala tendensi sentral, yaitu

kecenderungan data atau skor memusat pada nilai tengan tertentu, serta

(3) gejala variabilitas,yaitu kecenderungan data atau skor menyebar di

sekitar nilai tengah tertentu.

Pada data yang diperoleh lewat teknik-teknik nontes danlebih

khusus lagi lewat teknik-teknik yang bersifat subjektif seperti

wawancara, pengolahan data lazimnya dilakukan dengan menggunakan

analisis kualitatif. Selanjutnya dapat diterapkan pengolahan kuantitatif

12

sederhana meliputi antara lain penghitungan frekuensiatau presentase

masing-masing kategorijawaban atau gejala, termasuk penyajiannya

secara visual dalam grafik.

3. Evaluasi

Aktivitas terakhir dalam rangkain kegiatan penilaian kelas adalah

evaluasi. Evaluasi merupakan proses sesudah pengumpulan data atau

informasibaik dengan teknikpengukuran (tes dan skala) maupun dengan

teknik asesmen lain selesai dilakukan, bahkan sesudah data atau

informasi tersebut selesai diolah. Dalamevaluasi, hasil olahan tersebut

dinilai atau diinterprestasikan dalam rangka membuat keputusan atau

kesimpulan (Chatterji, 2003). Seperti sudah disinggung, penilaian dalam

arti evaluasi atau interprestasi ini lazimya dilakukan dengan cara

membandingkan skor atau data dengan sebuah kriteria. Tujuan akhir

evaluasi lazimnya memang pembuatan keputusan atau kesimpulan bisa

berupa : (a) penentuan posisi setiap murid dibandingkan kelompoknya

terkait hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, atau (b) penentuan

lulu-tidaknya setiap murid dalam mata pelajaran tertentu (Sudjana,

2010).

2.2 Media

2.2.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar

(Miarso Yusufhadi, 2005: 46). Dalam salah satu artikelnya Yusufhadi

Miarso memberikan batasan media pembelajaran tersebut sebagai segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar pada diri siswa.

Menurut Arsyad (2008:2) media adalah bagian yang terpisahkan

dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada

umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususunya. Menurut

13

wijaya dan Rusyan (1992:137) media adalah alat yang dapat membantu

proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna-pesan yang

disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengansempurna

Menurut Sudjana (1997:2), penggunaan media pembelajaran dalam setiap

proses belajar mengajar mempunyai manfaat antara lain :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa.

2. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru.

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati,

melakukan dan mendemonstrasikan.

Dari beberapa definisi para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa media merupakan suatu alat yang tidak terpisahkan dalam setiap

proses belajar yang berfungsi memperjelas atau mempermudah dalam

menerima makna/pesan yang disampaikan sehingga tujuannya dapat

tercapai secara optimal.

2.2.2 Media Audio

Media audio menurut Rinanto (2003:43) yaitu “segala jenis media

yang hanya bisa dinikmati oleh indera pendengar, dan yang mampu

menggugah imajinasi bagi para pendengarnya”. Media audio merupakan

alat bantu yang digunakan dengan hanya bisa mendengar saja. Di samping

menarik dan memotivasi peserta didik untuk mempelajari materi lebih

banyak, materi audio dapat digunakan untuk :

1. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa

yang telah didengar.

2. Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan

mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari

lokasi

3. Menjadikan model yang akan diturunkan oleh siswa.

14

4. Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat

kecepatan belajar mengenai pokok bahasan.

Menurut Miarso Yusufhadi (2005:53) Media audio adalah media

yang hanya memanipulasikan kemampuan-kemampuan suara semata-

mata.

Menurut Sadiman Arief S, Rahardjo, Haryono Agung, Rahardjito

(2008:49-55) berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan

indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam

lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata bahasa lisan)

maupun non verbal. Ada beberapa jenis media dapat kita kelompokkan

dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetic, piringan

hitam, dan laboratorium bahasa.

Dari pendapat para ahli di atas media audio adalah media yang

hanya bisa didengar yang mampu menggugah imajinasi bagi para

pendengarnya dan mudah disiapkan. Media visual misalnya radio, tape,

dan sebagainya.

2.2.3 Media Visual

Menurut Rinanto (2002:22) yang dimaksud dengan media visual

adalah semua media yang bisa dinikmati oleh indera mata dan mampu

menimbulkan rangsangan untuk berefleksi. Misalkan, gambar/lukisan,

foto-foto, slide, poster, cergam, dan sebagainya. Arsyad (2008:91)

berpendapat bahwa media visual memegang peranan yang sangat penting

dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman

(misalnya melalui elaborasi, struktur dan organisasi), memperkuat ingatan,

dan juga dapat menumbuhkan minta siswa serta dapat memberikan

hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media

visual adalah media yang dapat dilihat oleh mata yang mampu

menumbuhkan rangsangan untuk berefleksi, memperlancar pemahaman,

memperkuat ingatan, dan menumbuhkan minat peserta didik, serta dapat

15

memberikan hubungan antara isi materi dengan dunia nyata. Bentuk media

visual misalnya gambar representasi, diagram, peta, slide, cergam, dan

sebagainya.

2.2.4 Media Audio Visual

Menurut Rinanto (2002:21) “audio visual adalah suatu media yang

terdiri dari media visual yang disingkronkan dengan media audio yang

sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan

anak didik di dalam proses PBM”.

Media audio visual merupakan perpaduan yang saling mendukung

antara gambar dan suara yang mampu menggugah perasaan dan pikiran

bagi yang bersangkutan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa media audio visual merupakan alat yang dapat menyampaikan

informasi dengan cara didengar dan dilihat sehingga mempermudah

seseorang dalam memahami sesuatu.

2.2.5 VCD Pembelajaran

Media VCD adalah alat bantu dengan memperlihatkan gambar

yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan

informasi atau pesan. VCD merupakan media yang efektif dalam

penyampaian informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat

memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan dan yang

menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang

memiliki keterampilan sesuai dengan gerak yang diinformasikan.

Dalam http://vcdpembelajaran.com/menu.php?moVideo/VCD

pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan

berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya

mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut

memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih

mudah dan menarik. Secara fisik Video/VCD pembelajaran merupakan

program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau VCD dan

16

disajikan dengan menggunakan peralatan VTR atau VCD player serta TV

monitor.

Pembelajaran menggunakan VCD juga mempunyai kelebihan dan

kekurangan seperti yang dikutip pada http://bangirham.blogspot.com ,

kelebihan dari media VCD yaitu dapat membuat konsep yang abstrak

menjadi kongkrit, dapat pula menampilkan gerak yang bisa dipercepat atau

diperlambat sehingga lebih mudah diamati serta dapat menampilkan detail

suatu benda atau proses yang membuat penyajian pelajaran jadi lebih

menarik, tidak membosankan, sehingga siswa lebih aktif, mudah dan jelas

dalam memahami materi pelajaran. Selain ituVCD pembelajaran juga

mempunyai kelemahan yaitu :

1. Persiapan mengajar akan lebih lama.

2. VCD pembelajaran tidak dapat digunakan pada setiap pokok

bahasan, hanya pokok bahasan tertentu saja.

3. Diperlukan alat pemutar kaset video/video disc, video cassette/disc

player yang cukup mahal.

4. Belum semua guru dapat menggunakannya.

5. Memerlukan aliran listrik

Parno (2009) menarik kesimpulan sebagai berikut :

VCD pembelajaran dapat membantu mempertajam pesan yang

disampaikan dengan kelebihan mensrik indera, karena merupakan

gabungan antara pandangan, suara dan gerakan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa VCD pembelajaran merupakan media baru berbasis komputer yang

dapat mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar.

2.2.6 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan VCD

Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan VCD

pembelajaran (Angkowo dan Kosasih, 2007) :

1. Persiapan

17

Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan

program yang sudah dibuat.

b. Memeiksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan

tegangan peralatan dengan tegangan listrik yang tersedia di

sekolah.

c. Mempelajari bahan penyerta.

d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang

perlu atau tidak disajikan dalam kegiatn pembelajaran.

e. Memriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang

tertera.

f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan

peralatan lain yang diperlukan.

g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat

dan mendengar dengan baik.

2. Pelaksanaan

Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran,

ajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari

dengan baik.

b. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.

c. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan

dimanfaatkan.

d. Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran

sebelumnya.

e. Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk

pemanfaatan/petunjuk teknis dan bahan penyerta.

f. Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program.

g. Memberi penguatam/penegasan terhadap tayangan program

18

h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.

i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan

evaluasi kepada siswa.

3. Tindak lanjut

a. Memberikan tugas kepada siswa

b. Memberi pertanyaan/umpan balik.

c. Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru mengajak

siswa untuk mengadakan praktek di laboratorium.

d. Bagi mata pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang

lebih lengkap, guru mengajak siswa untuk belajar di

perpustakaan.

e. Menginformasikan tentang pentingnya

memperhatikan/mendengarkan program video pembelajaran

berikutnya.

f. Mengajak sisswa untuk memperkaya materi melalui sumber

belajar lain yang relevan dengan materi yang dipelajari.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

1. Dari penelitian relevan yang dilakukan oleh Hadi Waspodo, S (2009)

pada mata pelajaran IPA, hasil penelitian dapat dirumuskan bahwa

a. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi prestasinya lebih baik

daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah pada prestasi

belajar fisika (rataan marginal kemampuan awal tinggi = 81,13

sedangkan rataan marginal kemampuan awal rendah = 64,49).

b. Pembelajaran menggunakan VCD memberikan prestasi lebih baik dari

pembelajaran menggunakan OHP pada prestasi belajar IPA (rataan

marginal VCD = 73,22 > rataan marginal OHP = 70,32).

c. Pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, pembelajaran

menggunakan VCD lebih efektif daripada menggunakan OHP (rataan

VCD = 83,81> rataan OHP = 78,72).

19

d. Pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, pembelajaran

menggunakan VCD lebih efektif daripada menggunakan OHP (rataan

VCD = 65,60 > rataan OHP = 63,33).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Hadi Waspodo, S (2009),

dapat disimpulkan bahwa penggunaan Media Audio Visual (VCD

Pembelajaran) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Hasil penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Lilik Yuswanti 2007

dengan judul Media Audio-Visual Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Kelas VI-SDS Pawyatan Daha Kediri. Tujuan dalam Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) ini adalah agar siswa dapat meningkatkan prestasi

belajarnya dalam materi perpindahan energi panas dan listrik pada

khususnya dan pelajaran IPA pada umumnya, sehingga pembelajaran

IPA lebih dipahami dan dikuasai dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini prosentase ketercapaian pada

siklus pertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus

kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab

hipotesis yang dirumuskan pada Bab II bahwa melalui pembelajaran

dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan prestasi

belajar IPA siswa kelas VI SDS Pawyatan Daha Kediri.

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses belajar

mengajar dengan menggunakan media audio visual/komputer sebagai

pelengkap metode ceramah dan metode percobaan bisa menjadi pilihan

bagi guru untuk dapat memberikan pemahaman yang nyata pada siswa,

sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan, yaitu mengarahkan siswa

belajar tuntas dapat tercapai.

20

2.4 Kerangka Berfikir

Berdasarkan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dengan Media Audio Visual (VCD

Pembelajaran), maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis.

Gagasan tersebut bila disajikan dalam bakan akan tampak seperti di bawah

ini.

Media Audio Visual

Penerapan Media Audio Visual

1. Persiapan

2. Pelaksanaan

3. Tindak lanjut

Kelebihan Media Audio Visual

1. Mempercepat daya serap

peserta didik memahami

pelajaran yang disampaikan

2. Baik untuk semua siswa karena

dapat mendengar dan melihat

3. Bisa menampilkan

gambar,grafik,diagram,ataupun

cerita

4. Bisa diperlambat dan di ulang

5. Dapat dipergunakan tidak

hanya untuk satu orang

Dengan menggunakan media audio visual

hasil belajar siswa SD Negeri Kadirejo 03

Kecamatan Pabelan diharapkan

meningkat sesuai dengan KKM 65.

21

2.5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan

Media Audio Visual (VCD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas

III SDN Kadirejo 03 Kecamatan Pabelan pada mata pelajaran IPA materi

Mengenal Bentuk Permukaan Bumi.