u ~. !!ii!ii

149
HUBUNGAN PERSEPSI KONDISI KERJA DENGAN AGRESIVITAS KARYAWAN PROYEK GEDUNG BERTINGKAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi U i !!II!II Oleh: f'l!e\'ilj, -- ! •• ••••• ". klasHlknsi : ............................................ " ROMIOKTAVIARDI NIM: 105070002256 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 HI 2009 M

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: U ~. !!II!II

HUBUNGAN PERSEPSI KONDISI KERJA

DENGAN AGRESIVITAS KARYAWAN PROYEK

GEDUNG BERTINGKAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

U i !!II!II~.

Oleh:

f'l!e\'ilj, -- -~-=:J"

~~~'.llndUk !:S66;S~:~~fI[~:~~•• • &O~•••••~ ".

klasHlknsi : ............................................ "

ROMIOKTAVIARDI

NIM: 105070002256

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 HI 2009 M

Page 2: U ~. !!II!II

HUBUNGAN PERSEPSI KONDISI KERJA

DENGAN AGRESIVITAS KARYAWAN PROYEK"-;-;;-=-~~. .... .. . ..

GEDUNG BERTING ~IRPus!UIN SYAH1D JAKI"FfC,(\

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

ROMIOKTAVIARDI

NIM: 105070002256

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing,

~RDrs. Sofiandy Zakaria, M.Psi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H 12009 M

11

Page 3: U ~. !!II!II

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "HUBUNGAN PERSEPSI KONOISI KERJA OENGAN

AGRESIVITAS KARYAWAN PROYEK GEDUNG BERTINGKAT" telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal12 November 2009.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Psikologi.

Jakarta, 12 November 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

-Jahja Umar, Ph.D

NIP. 130 885 522

Penguji I

Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi

NIP. 150368748

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra.~~M.SiNIP. 195612231983032001

Anggota,

Penguji 1/

.~

~Ikhwan Luthfi, M.Psi., Psi

NIP. 150368809

Pembimbing,

~Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi

III

Page 4: U ~. !!II!II

MOTTO

Sa6ar ffu Haria 6afamJa...1lkP femu~n kPfkfifasan rlan kP6ahtlJfan kPH~

sOJafa sesuafuYl!Ja k.tJserah~n kPfarla-N.Ja.

"Oem sun!JJuh akfln 1<.ami herikfln cohaan kPpadamu,tle11Jan set#k.ttkPfa~n, kPfaparan, kPkPran!Jan haffa,

jiwa dan huah-huahan. Oan herikflnfah herifa!JemhirakPpada oran!J-oran!JJa11J saharl~ (as. J'lf13af4t'a6 J'l!Jaf(55)

rltta. rima-. daurI~-~~. 4eIlt4

~ 11ta4~~ Jdata~~

~~~dau~~

~~~~dau

~.

Page 5: U ~. !!II!II

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi(B) November 2009(C) Romi Oktaviardi: 105070002256(D) Hubungan Persepsi Kondisi Kerja dengan Agresivitas Karyawan Proyek

Gedung Bertingkat(E) Xvii + 103 + lampiran

(F) Perusahaan konstruksi bangunan gedung bertingkat mempunyaikarakteristik yang berbeda dengan perusahaan lainnya. Letakperbedaannya dapat dilihat pada kondisi lingkungan kerjanya.Lingkungan kerja di proyek bangunan bertingkat sangat bising (noise),sarat getaran-getaran mekanis hingga temperatur udara yang panas.Setiap karyawan dapat mempersepsikan kondisi kerjanya denganberbeda-beda. Persepsi Kondisi kerja adalah proses kognitif dimanaseorang individu memberikan arti kepada stimulus terhadap suasana diIingkungan tempat kerja baik Iingkungan fisik, psikologis maupuntemporer kerja yang dapat mendukung dan membantu seseorang dalammelakukan pekerjaannya. Kondisi ke~a dibagi dalam tiga aspek yaitukondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja dan kondisi temporer kerja.Kondisi-kondisi Iingkungan seperti itu dapat menimbulkan agresivitaskaryawan. Agresivitas adalah segala keinginan-keinginan yang relatifmelekat pada diri individu untuk menjadi agresif dalam berbagai situasiyang berbeda yang dapat disalurkan dalam bentuk perilaku yangdisengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lainbaik secara fisil<! psikis ataupun.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsikondisi kerja dengan agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat diPT. Djasa Ubersakti Jakarta.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatankuantitatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian inimenggunakan teknik simple random sampling atau sampel acaksederhana dengan jumlah sampel 30 (tiga pUluh) orang karyawan.Teknik pengumpulan data dengan menggunakan skala persepsi kondisikerja dan skala agresivitas. Data yang diperoleh dari penelitian inimenggunakan analisa statistik oleh Pearson Correlation.

Page 6: U ~. !!II!II

Dari hasil analisis korelasi dihasilkan nilai r hhung sebesar 0.504.Sementara nilai r table pada taraf signifikansi 5% dengan n sebesar 30adalah 0.361. Ini berarti r hilung (0.504) > r lable (0.361), maka Hal diterimadan Hol ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yangsignifikan antara persepsi kondisi kerja dengan agresivitas karyawanproyek gedung bertingkat. Sedangkan untuk regresi, didapatkan hasil Fhhung sebesar 9.518 dan F table untuk n = 30 sebesar 4,20 dengandemikian nilai F hhung > dari F tabel, maka Ha2 diterima dan Ho2 ditolak.Sehingga disimpulkan bahwa ada sumbangan persepsi kondisi kerjaterhadap agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat.

Diskusi dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikanantara persepsi kondisi kerja dengan agresivitas. Sentuk korelasinyaadalah positif dimana semakin rendah persepsi kondisi kerja makasemakin rendah agresivitas karyawan. Persepsi kondisi kerjamemberikan sumbangan terhadap agresivitas sebesar 25,4 % danselebihnya 74,6 % adalah kemungkinan variabellain yang juga memilikiperanan terhadap perubahan agresivitas. Kondisi kerja yang tidaknyaman dapat memberikan peluang dan pengaruh terhadap timbulnyaagresivitas karyawan proyek gedung bertingkat. Saran untuk penelilianselanjutnya adalah agar menggunakan metode pengumpulan data yanglebih variatif seperti observasi dan wawancara mendalam dengan pihakterkait. Serta memperbanyak jumlah sampel penelitian sehingga dapatmemberikan hasil yang lebih representatif. Kemudian diharapkan agarperusahaan terus memperhatikan dan meningkatkan kondisi kerjakaryawan sehingga karyawan merasa nyaman dan produktifitas kerjapunsemakin meningkat.

(G) Daflar pustaka: 35 (1976-2009)

Page 7: U ~. !!II!II

ABSTRACT

(A) Faculty of Psychology(B) November 2009(C) Romi Oktaviardi: 105070002256(D) Correlation between Perceptions of Working Conditions with

aggressiveness of Employees High-Rise Building Projects(E) Xvii + 103 + enclosure

(F) Construction companies have different characteristics with othercompanies or industries. These differences can be seen in the workenvironment conditions. Employee project high-rise buildings are alwaysconfronted with the physical working conditions are noisy, full ofmechanical vibrations and high air temperature. Each employee mayperceive his work environment with the varied conditions. Perceptions ofworking conditions is a cognitive process in which an individual givesmeaning to the stimulus of the atmosphere in the workplace includes thephysical environment, psychological and temporary employment that cansupport and assist a person while doing his job. Working conditions aredivided into three aspects including the physical conditions, thepsychological conditions and temporary conditions of employment.Environmental conditions like that can cause aggressiveness ofemployees. Aggressiveness is all relative desire inherent in the individualself to be aggressive in different situations that can be manifested in theform of intentional behavior with the intent to hurt or harm othersphysically I psychologically and verbally. The form of aggressive behaviorwhich is used as an indicator is verbally aggressive behavior andphysically aggressive behavior.

The purpose of this research is to determine the correlation betweenperceptions of working conditions with aggressiveness of employeeshigh-rise building projects in the PT. Djasa Ubersakti Jakarta.

The method used in this research is a descriptive correlational method.This research uses a quantitative approach. Techniques used in thisresearch are simple random sampling. The amounted oh the sample inthis research is 30 (thirty) employees. The techniques used for collectingdata are a scale of working conditions and aggressive behavior scale.Data obtained from this research using statistical analysis by the PearsonCorrelation.

Page 8: U ~. !!II!II

From the results of correlation analysis obtained r calculated value (0.504) > rtable (0361) in a significant rate 5 %. This means r calculated value (0.504)higher than r table 0.361, Hal accepted and then Hol rejected. So theconclusion is there are significant correlations between perceptions ofworking conditions with aggressiveness of employees high-rise buildingprojects. As for regression, the results obtained F calculate value (9.518) ishigher than F table (4,20), Haz is accepted and Hoz.is rejected. Theconclusion is that there is a contribution from working conditions towardsaggressiveness of employees high-rise building projects.

Discussions in this research is there are significant relationship betweenperceptions of working conditions with aggressiveness. The correlationbetween two variables is positive which means the lower perceptionsworking conditions score is the lower aggressiveness score ofemployees. Perceptions of working conditions contribute to theaggressiveness of the remaining 25.4% and 74.6% are likely othervariables that also affect the aggressiveness variable. Uncomfortableworking conditions can cause aggressiveness of employee high-risebuilding projects. Suggestion for further research is to use the method ofdata collection is more varied as observation and interviews with relevantparties. And increase the number of samples so that research canprovide a more representative result. The writer hopes for the future thatthe company continues to pay attention and improve the workingconditions of employees so that employees feel comfortable and increaseproductivity of working.

(G) References: 35 (1976 - 2009)

Page 9: U ~. !!II!II

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahiim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat, inayah

dan hidayah-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul "Hubungan Persepsi Kondisi Kerja dengan Agresivitas

Karyawan Proyek Gedung Bertingkat" sebagai bagian tugas akademis

pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah

SAW. yang telah menjadi suri tauladan dan penerang bagi seluruh umat

manusia demi keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi

ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk penghargaan dan rasa hormat, izinkanlah penulis mengucapkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Jahja Umar, Ph.D., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis dalam

mencapai gelar Sarjana Psikologi.

2. Para Pembantu Dekan serta dosen Pembimbing Akademik, Dra. Diana

Muti'ah, M.Si., yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada

penulis selama menyelesaikan perkuliahan.

3. Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi., pembimbing skripsi yang selalu dapat

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi nasehat kepada

penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Apa dan Ama tercinta yang telah dengan sabar berjuang dan berkorban

dalam mendidik serta mengajarkan tentang arti kehidupan. Terima kasih

Page 10: U ~. !!II!II

atas setiap do'a dan kasih sayang yang tak henti-hentinya tercurah

kepada Ananda.

5. Pak Odang Dr. Asril Dt. Paduko Sindo, MA, dan Mak Odang Ora.

Yefnelty Z, M.Pd., yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Uni

Ezy, Uni Firza, Uni Farah dan Tony yang telah menemani hari-hari penulis

dengan canda, tawa dan kasih sayang. Semoga Allah SWT menggantikan

segala kebaikan dan kesabaran kalian semua dengan bulir-bulir pahala di

akhirat kelak.

6. Keluargaku tersayang, Mak Uwo dan Atuk, Iniak dan Atuak serta Om-om

dan etek-etek yang selalu memberikan dukungan baik moril, sprituil

maupun materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Adik-adikku tercinta yang selalu kurindukan setiap saat, Roma,

Rocky, Ridho, dan Rifka. Kehadiran kalian menjadi motivasi bagiku untuk

selalu semangat dalam menjalani kehidupan ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melimpahkan ilmunya dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan kepada penulis selama di bangku

kuliah.

8. Seluruh staf akademik dan perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis

sebutkan namanya satu persatu.

9. Mbak Desi Yustari, M.Psi dan Mbak Lucky Permasari SA, M.Psi., selaku

Pembimbing Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah memberikan arahan

dan bimbingan kepada penulis selama melakukan KKL di PT. TOTAL

Bangun Persada Jakarta.

10. Pihak PT. Djasa Ubersakti Jakarta serta para karyawan proyek yang telah

membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: U ~. !!II!II

11. Teman-teman mahasiswa Psikologi 2005 khususnya kelas A, semoga

kehangatan dan kebersamaan selama ini tetap terjaga sampai nanti,

terima kasih semuanya.

12. Sahabat-sahabat KMM, Uda, Uni, dan Adiak semuanya. Terima kasih

atas do'a dan dukungannya selama ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13. Sahabat-sahabat spiritual Kesatria ESQ 165 yang selalu menemani setiap

langkah penulis dalam iringan doa dan semangat untuk menjadi yang

lebih baik dari waktu kewaktu. Dan terakhir kepada semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan,

dukungan dan doa kalian semua.

Dengan harapan dan doa setulus hati, semoga semua pihak yang telah

berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini,

mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Amiiin. Penulis

menyadari dalam penulisan skripsi ini tentunya masih terdapat kekurangan­

kekurangan yang memerlukan perbaikan dan pembenahan. Oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca demi

kesempurnaan skripsi ini lebih lanjut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta,November2009

Penulis

Page 12: U ~. !!II!II

DAFTAR lSI

Halaman Judul

Halaman Persetujuan ii

Halaman Pengesahan iii

Motto dan Persembahan iv

Abstrak v

Abstract vii

Kata Pengantar ix

Daftar lsi xii

Daftar Tabel xv

Daftar Gambar xvi

Daftar Lampiran xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1 - 14

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah.... 9

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah................................ 10

1.3.1 Pembatasan Masalah 10

1.3.2 Perumusan Masalah 11

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian........ 11

1.4.1 Tujuan Penelitian 11

1.4.2 Manfaat Penelitian 12

1.5 Sistematika Penelitian 13

Page 13: U ~. !!II!II

BAB 2 KAJIAN TEOR!. 15 - 57

2.1 Agresivitas......................... 15

2.1.1 Definisi Agresi 15

2.1.2 Faktor Pencetus Agresivitas...................................... 17

2.1.3 Perspektif Teoritis tentang Perilaku Agresi 23

2.1.4 Macam-macam Agresi 27

2.1.5 Bentuk-bentuk Perilaku Agresif 28

2.2 Persepsi Kondisi Kerja 32

2.2.1 Pengertian Persepsi.................................................. 32

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi.............. 33

2.2.3 Macam-macam Persepsi........................................... 34

2.2.4 Pengertian Kondisi Kerja........................................... 34

2.2.5 Macam-macam Kondisi Kerja 36

2.2.6 Pengertian Persepsi Kondisi Kerja 52

2.3 Kerangka Pemikiran .. 53

2.4 Hipotesis................... 57

BAB 3 METODE PENELITIAN 58 -74

3.1 Jenis Penelitian 58

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 58

3.1.2 Definisi Variabel dan Definisi Operasional....... 59

3.2 Pengambilan Sampel 62

3.2.1 Populasi dan Sampel .. 62

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel..................................... 63

3.3 Teknik Pengumpulan Data 64

3.3.1 Metode dan Instrumen Penelitian.............................. 64

3.3.2 Teknik Uji Instrumen Penelitian 68

3.4 Teknik Analisa Data 72

3.5 Prosedur Penelitian............................................................ 73

Page 14: U ~. !!II!II

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 75 - 89

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian 75

4.2 Presentasi dan Analisis Data.............................................. 80

4.2.1 Uji Prasyarat 80

4.2.2 HasH Penelitian 83

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 90 - 100

5.1 Kesimpulan........ 90

5.2 Diskusi 92

5.3 Saran 98

DAFTAR PUSTAKA 101-103

LAMPIRAN

Page 15: U ~. !!II!II

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengaruh Tingkat Temperatur terhadapKondisi Fisik Individu 40

Tabel 2.2 Skala Intensitas Kebisingan 43

Tabel2.3 Efek Psikologi dari Warna..................................................... 48

Tabel 3.1 Macam-macam Kondisi Kerja 60

Tabel3.2 Bentuk-bentuk Perilaku Agresif............................................. 61

Tabel 3.3 Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif............................ 65

Tabel3.4 Blueprint Tryout Skala Persepsi Kondisi Kerja 66

Tabel 3.5 Blueprint Tryout Skala Agresivitas 67

Tabel 3.6 Blueprint skala Persepsi Kondisi Kerja setelah Tryout 70

Tabel3.7 Blueprint skala Agresivitas setelah Tryout............................. 71

Tabel 3.8 Koefisien Reliabilitas Persepsi Kondisi Kerja pada saat Tryout 72

Tabel3.9 Koefisien Reliabilitas Agresivitas pada saat Tryout............... 72

Tabel4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 76

Tabel4.2 Responden Berdasarkan Usia 77

Tabel4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan 78

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Jabatan 79

Tabel4.5 Uji Normalitas Agresivitas dan Persepsi Kondisi Kerja 81

Tabel 4.6 Model Summary and Parameter Estimates 82

Tabel4.7 Frekuensi Data Skala Agresivitas 83

Tabel4.8 Kategorisasi Agresivitas 84

Tabel 4.9 Frekuensi Data Skala Persepsi Kondisi Kerja 85

Tabel 4.10 Kategorisasi Persepsi Kondisi Kerja 85

Tabel 4.11 Descriptive Statistics.......... 86

Tabel 4.12 Correlations 87

Tabel 4.13 Anova 88

Tabe14.14 Model Summary 89

Page 16: U ~. !!II!II

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Dorongan atas Agresi 24

Gambar 2.2 Jadwal jam Kerja Lentur 39

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran 56

Gambar 4.1 Normal Q-Q Plot Agresivitas 81

Gambar 4.2 Normal Q-Q Plot Persepsi Kondisi Kerja 82

Page 17: U ~. !!II!II

DAFTAR lAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Skala Persepsi Kondisi Kerja dan Agresivitas (Tryout).

Lampiran 2 Data Mentah Skala Persepsi Kondisi Kerja dan Agresivitas

(Tryout).

Lampiran 3 Reliability Analisis (Tryout)

Lampiran 4 Angket Skala Persepsi Kondisi Kerja dan Agresivitas

Lampiran 5 Data Mentah Skala Persepsi Kondisi Kerja dan Agresivitas

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik SPSS 16.0 for Windows.

Page 18: U ~. !!II!II

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak bisa lepas dari

pembangunan di segala bidang. Pengadaan proyek-proyek

bangunan/konstruksi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan daya

saing terhadap negara lain yang terus dilakukan. Hal ini karena proyek­

proyek konstruksi dapat memberikan hasil sekitar 3-8% dari Produk Oomestik

Bruto (Oglesby, 1988 dalam Digilib.petra.ac.id). Pembangunan infrastruktur

dan berbagai fasilitas lain di kota-kota besar terus ditingkatkan. Mulai dari

gedung pemerintahan, perusahaan dan industri, perhotelan hingga pusat­

pusat perbelanjaan.

Setiap proyek konstruksi selalu berbeda-beda antara yang satu dengan yang

lainnya. Oi Indonesia, karakteristik proyek bangunan masih berorientasi pada

para pekerja sebagai faktor yang dominan dalam pelaksanaan suatu proyek.

Oapat pula dikatakan bahwa pekerjal karyawan merupakan motor penggerak

dari kelancaran pelaksanaan berbagai proyek. Hal ini menunjukkan bahwa

pekerjaan para pekerja/karyawan proyek di Indonesia menjadi lebih berat

Page 19: U ~. !!II!II

2

dibandingkan negara maju lainnya. Pekerjaan dibidang konstruksi bangunan

banyak menguras pikiran dan tenaga. Pekerjal karyawan proyek bangunan

adalah mereka yang bekerja dalam pembangunan proyek bangunan baik itu

berupa Residence House (rumah tinggal), fasilitas umum maupun

pembangunan gedung-gedung bertingkat.

Namun demikian, pesatnya laju perkembangan industri konstruksi di

Indonesia tidak hanya memberikan manfaat posiUf tetapi juga mendatangkan

dampak negatif bagi Iingkungan di sekitar proyek. Bila kita mencermati tidak

sedikit terjadi pencemaran Iingkungan karena adanya pembangunan gedung­

gedung. Mulai dari polusi udara, kebisingan, kerusakan struktur alam yang

dapat mendatangkan bencana dan sebagainya. Kemudian dampak negatif

yang ditimbulkan seiring perkembangan industri konstruksi bangunan juga

berimbas bagi para karyawan atau pekerja yang setiap hari bergelut dengan

kondisi lingkungan di proyek. Permasalahan yang timbul misalnya adalah

terkait dengan dampak fisiologis berupa kelelahan dan keletihan kerja

dikarenakan beban kerja yang berat dan menuntut kekuatan fisiko Kemudian

dampak psikologis berupa perubahan emosi melalui tingkah laku karyawan

proyek bangunan gedung bertingkat seperti agresivitas yang dilakukan baik

saat bekerja maupun keUka berada di tengah masyarakat.

Page 20: U ~. !!II!II

3

Melalui pengamatan terhadap karyawan proyek gedung-gedung bertingkat,

penulis melihat adanya beberapa indikasi agresivitas yang muncul.

Agresivitas yang mereka lakukan ada yang secara verbal ataupun fisiko

Agresivitas atau dalam hal ini perilaku agresif terbagi dua yaitu verbal

misalnya berteriak-teriak, sering muncul kata-kata makian dan hinaan baik

kepada sesama rekan ataupun bawahannya. Makian dan hinaan tersebut

juga dilontarkan dengan suara lantang dan keras.

Sementara itu melalui wawancara pada tanggal12 Maret 2009, dengan pihak

Human Resources Development (HRD) salah satu perusahaan konstruksi

bangunan terkemuka di Indonesia yaitu PT. Total Bangun Persada, Lucky

Permasari, M.Psi. Psi., penulis juga mendapat informasi tentang kasus

agresivitas yang dilakukan oleh karyawan proyek bangunan. Uniknya perilaku

ini terjadi setelah karyawan tersebut bekerja di salah satu proyek

pembangunan gedung bertingkat tinggi. Menurut pengakuan keluarga dan

para kerabat, perilaku karyawan tersebut berubah menjadi seorang pemarah,

mudah sekali meluapkan emosi dengan membentak-bentak dan berbicara

dengan suara yang keras. Padahal sebelum bekerja sebagai karyawan

proyek gedung bertingkat tinggi, dia seorang yang pendiam, dan tidak mudah

marah. Bebrapa contoh perilaku yang menggambarkan perilaku agresif

verbal yang dilakukan oleh karyawan proyek diantaranya membentak dan

menghardik dengan kata-kata negatif seperti goblok, tolol, bodoh dan

Page 21: U ~. !!II!II

4

sebagainya. Sedangkan perilaku agresif fisik yang juga dilakukan oleh

karyawan antara lain membanting peralatan kerja, memukul-mukulkan

penggaris hingga membanting helm proyek ke lantai. Tidak hanya itu mereka

juga menendang-nendang meja dan kursi yang ada di sekitarnya. Semua

perilaku yang dilakukan oleh karyawan tersebut dapat dikatakan sebagai

bentuk agresivitas.

Agresivitas merupakan keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif

dalam berbagai situasi yang berbeda (Berkowtitz, 2003). Keinginan-keinginan

tersebut dapat menjadi sebuah bentuk perilaku dalam hal ini adalah perilaku

agresif. Agresi walaupun merupakan konsep yang sangat familiar tetapi

tampaknya tidak mudah untuk mendefinisikannya. Agresi merupakan tingkah

laku yang diarahkan pada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin

menghindari perlakuan semacam itu (Baron & Byrne, 2005).

Murray (dalam Mu'tadin, 2002), mendefinisikan agresi sebagai suatu cara

untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang,

membunuh,atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi

adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak

milik orang lain.

Page 22: U ~. !!II!II

5

Perilaku agresif muncul diakibatkan oleh beberapa faktor baik internal

maupun eksternal. Faktor internal misalnya terkait dengan faktor biologis,

Menurut Davidoff (1991), ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi

perilaku agresif diantaranya gen, yang berpengaruh pada pembentukan

sistem neural otak yang mengatur perilaku agresif. Kemudian terkait dengan

kimia darah khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor

keturunan juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Selanjutnya sistem otak

yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau

menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Sedangkan faktor

eksternal yaitu Iingkungan yang diperoleh melalui belajar dari bentuk-bentuk

perilaku agresif yang terjadi. Anak-anak akan cenderung melakukan perilaku

agresif melalui model perilaku yang ada di sekeliling meraka. Misalnya

dengan menonton acara-acara yang berbau kekerasan ditelevisi ataupun

meniru perilaku-perilaku agresif yang ada di Iingkungan mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa suhu Iingkungan juga dapat mempengaruhi

keadaan emosi seseorang. Bila diperhatikan dengan seksama tawuran

seringkali terjadi pada siang hari dengan terik panas matahari, tapi bila

musim hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi

demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang

biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan aksi

tersebut juga menjadi sepi. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu

Page 23: U ~. !!II!II

6

suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial

berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968 US Riot Comission pernah

melaporkan bahwa dalam musim panas, rangkaian kerusuhan dan

agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat dibandingkan

dengan musim-musim lainnya (Fisher et ai, dalam Sarlito, 1992).

Karyawanl pekerja proyek selalu bergelut dengan kondisi-kondisi yang

berbeda dengan kondisi kerja umum lainnya. Setiap bekerja mereka

dihadapkan pada kondisi kerja yang bising dari penggunaan alat-alat

konstruksi, suhu lingkungan yang panas karena terik matahari dan struktur

bangunan serta getaran mekanis yang tinggi (High Mechanical Vibration)

dikarenakan penggunaan mesin-mesin besar. Baik atau buruknya lingkungan

kerja mereka tegantung bagaimana mereka mempersepsikan keadaan

tersebut. Setiap karyawan tentu memiliki persepsi/pandangan yang berbeda­

beda terhadap kondisi kerja mereka.

Persepsi adalah proses kognitif dimana seorang individu memberikan arti

pada Iingkungan dengan melibatkan pengorganisasian dan penerjemahan

berbagai stimulus menjadi suatu pengalaman psikologis (Ivanchevich,

Konopaske, Matteson, 2007). Sementara itu Robbins (2006), berpendapat

bahwa persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan

Page 24: U ~. !!II!II

7

menafsirkan kesan indera merka dalam rangka memberikan makna kepada

Iingkungan mereka.

Sedangkan Kondisi kerja merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar

para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas­

tugas yang dibebankan baik fisik maupun psikis, seperti tata letak ruang dan

perangkat keras, kebersihan, musik, dan lain-lain (Munandar, 2001).

Kondisi Iingkungan kerja fisik bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu

dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang

terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan

pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya

dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Oi

samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja,

sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain

(Muchinsky dalam Margiati, 1999:73). Kemudian menurut Holahan (dalam

Prabowo, 1998), tingginya suhu dan polusi udara paling tidak dapat

menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku (Masbow.com,

2008). Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, perubahan perilaku

karyawan dapat dipengaruhi oleh kondisi kerja seperti kondisi suhu ruangan,

kebisingan dan warna di sekitar tempat kerja.

Page 25: U ~. !!II!II

8

Kondisi kerja karyawan proyek sarat dengan kebisingan yang dapat

bersumber dari penggunaan alat-alat konstruksi yang pada umumnya

menggunakan mesin-mesin besar. Selain dari penggunaan mesin-mesin

tersebut suara yang bising juga dapat diperoleh dari Iingkungan sekitar.

Misalnya suara-suara yang ditimbulkan dari padatnya arus lalu Iintas.

Kemudian kondisi penerangan di tempat kerja. Jika para karyawan bekerja

disiang hari, penerangan dapat diperoleh dari cahaya matahari. Namun jika

bekerja dimalam hari, maka karyawan menggunakan penerang berupa

lampu. Kemudian jika penggunaan penerimaan suara, cahaya maupun

kondisi fisik kerja lainnya tidak seimbang atau diterima secara berlebihan

oleh indvidu akan memberikan dampak yang negatif baik secara fisik atau

psikis.

Pemahaman dan pemaknaan individu terhadap kondisi kerja dapat

mempengaruhi tindakan mereka. Apabila karyawan mempersepsikan kondisi

tempat mereka bekerja secara positif tentu karyawan akan lebih semangat

dan termotivasi dalam bekerja begitupun sebaliknya. Oleh karena itu persepsi

kondisi kerja dapat disimpulkan sebagai proses kognitif dimana seorang

individu memberikan arti kepada stimulus terhadap suasana di Iingkungan

tempat kerja baik lingkungan fisik, psikologis maupun temporer kerja yang

dapat mendukung dan membantu seseorang dalam melakukan

pekerjaannya.

Page 26: U ~. !!II!II

9

Dari berbagai fenomena di atas, timbul beberapa pertanyaan bagi kita

semua. Diantaranya, kenapa perilaku karyawan proyek cenderung agresif?

.Apa yang menyebabkan timbulnya perilaku tersebut? Kemudian sehubungan

dengan teori-teori dan pendapat para ahli yang telah penulis kemukakan

sebelumnya, apakah kondisi lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku

seseorang dalam hal ini karyawan proyek bangunan bertingkat? Apakah

kondisi Iingkungan kerja proyek yang bising serta memiliki suhu yang panas

menjadi penyebab agresivitas para karyawan proyek tersebut? Melihat

permasalah di atas,maka penelitian lebih lanjut tentang tema di atas penting

dilakukan untuk mengetahui apakah ada "HUBUNGAN PERSEPSI

KONDISI KERJA DENGAN AGRESIVITAS KARYAWAN PROYEK

GEDUNG BERTINGKAT"

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis mengidentifikasikan masalah yaitu:

a. Bagaimana bentuk agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat?

b. Bagaimana pesepsi kondisi kerja karyawan proyek gedung bertingkat?

c. Apakah ada hubungan antara persepsi kondisi kerja dengan agresivitas

karyawan proyek gedung bertingkat?

Page 27: U ~. !!II!II

10

d. Bagaimana hubungan persepsi kondisi kerja dengan agresivitas karyawan

proyek gedung bertingkat?

e. Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku agresivitas karyawan proyek

gedung bertingkat?

f. Apakah kondisi kerja mempengaruhi agresivitas karyawan proyek gedung

bertingkat?

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, maka

masalah dibatasi pada hubungan persepsi kondisi kerja dengan agresivitas

karyawan proyek gedung bertingkat. Adapun batasan konseptual dari

masing-masing variabel adalah:

a. Agresivitas yaitu segala keinginan-keinginan yang relatif melekat pada diri

individu untuk mejadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda yang

dapat disalurkan dalam bentuk perilaku yang disengaja dengan maksud

untuk menyakiti atau merugikan orang lain baik secara fisikl psikis dan

verbal ataupun fisiko

b. Persepsi Kondisi kerja adalah proses kognitif dimana seorang individu

memberikan arti kepada stimulus terhadap suasana di Iingkungan tempat

Page 28: U ~. !!II!II

11

kerja baik lingkungan fisik, psikologis maupun temporer kerja yang dapat

mendukung dan membantu seseorang dalam melakukan pekerjaannya.

c. Karyawan proyek gedung bertingkat di PT. Djasa Ubersakti.

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana gambaran agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat di

PT. Djasa Ubersakti?

2. Bagaimana gambaran persepsi kondisi kerja karyawan proyek gedung

bertingkat di PT. Djasa Ubersakti?

3. Apakah ada hubungan antara persepsi kondisi kerja dengan agresivitas

karyawan proyek gedung bertingkat di PT. Djasa Ubersakti?

4. Seberapa besar sumbangan persepsi kondisi kerja terhadap agresivitas

proyek gedung bertingkat di PT. Djasa Ubersakti?

1.4 TUjuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui gambaran agresivitas karyawan proyek gedung

bertingkat di PT. Djasa Ubersakti.

Page 29: U ~. !!II!II

12

2. Untuk mengetahui gambaran persepsi kondisi kerja karyawan proyek

gedung bertingkat di PT. Djasa Ubersakti.

3. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi kondisi kerja

dengan agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat di PT. Djasa

Ubersakti.

4. Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan persepsi kondisi kerja

terhadap agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat di PT. Djasa

Ubersakti.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Psikologi

Industri dan Organisasi serta dapat memberi gambaran mengenai

hubungan persepsi kondisi kerja dengan agresivitas karyawan proyek

gedung bertingkat.

2. Manfaat Praktis

Aplikasi teori-teori psikologi industri dan organisasi tentang persepsi

kondisi kerja dan hubungannya dengan agresivitas karyawan proyek

gedung bertingkat. HasH penelitian ini diharapkan dapat membantu

memberikan informasi khususnya kepada Praktisi Industri dan organisasi

Page 30: U ~. !!II!II

13

dalam memahami pengaruh kondisi kerja terhadap agresivitas karyawan,

sehingga mereka dapat menangani permasalahan yang dialami oleh para

karyawan. Serta memberikan masukan kepada perusahaan-perusahaan

yang bergerak dibidang konstruksi khususnya gedung bertingkat dalam

usaha memperkecil terjadinya agresivitas yang disebabkan oleh kondisi

kerja.

1.5 Sistematika Penulisan

Kaidah yang dipakai dalampenyusunan proposal ini berpedoman pada buku

panduan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

sistematika sebagai berikut.

BAB 1 : PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan

BAB 2 : KAJIAN TEORI, menguraikan teori-teori yang digunakan

dalam penelitian. Teori yang digunakan adalah teori agresivitas

dan persepsi kondisi kerja karyawan.

BAB 3 : METODE PENELITIAN, berisi tentang metode penelitian yang

digunakan berupa jenis penelitian, pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur

pengumpulan data.

Page 31: U ~. !!II!II

BAB4

BABS

: PRESENTASI DAN ANALISIS DATA, Menguraikan tentang

gambaran umum responden penelitian serta presentasi dan

analisis data.

: KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN, berisi tentang

kesimpulan hasH penelitian,diskusi mengenai temuan-temuan

dalam penelitian dan saran untuk penelitian lanjutan.

14

Page 32: U ~. !!II!II

BAB2

KAJIAN TEORI

2.1 Agresivitas

2.1.1 Definisi Agresivitas

Penggunaan istilah agresivitas dapat memiliki arti berbeda-beda dalam

penguraian perilaku sehingga menjadi sulit untuk memahami apa dan

bagaimana sesungguhnya yang dimaksud agresivitas . Menurut Berkowitz

Agresivitas merupakan keinginan yang relatif melekat untuk mejadi agresif

dalam berbagai situasi yang berbeda (Berkowitz, 1995). Dalam pengertian ini

dijelaskan bahwa agresivitas merupakan segala bentuk keinginan-keinginan

yang melekat pada diri inividu yang dapat disalurkan dalam bentuk perilaku

agresif.

Dalam psikologi dan ilmu sosial lainnya, agresivitas merujuk pada perilaku

yang dimaksudkan untuk membuat obyeknya mengalami bahaya atau

kesakitan. Walaupun terdapat perbedaan pengertian dari segi bahasa

ataupun sifatnya, namun agresivitas dalam beberapa teori juga disebut

dengan agresi atau perilaku agresif. Dalam Dayakisni (2009), perilaku agresif

diartikan segala tindakan menyakiti obyek lain dengan adanya suatu unsur

Page 33: U ~. !!II!II

16

penting yakni tujuan atau kesengajaan dalam melakukannya. Agresi dapat

dilakukan secara verbal atau fisiko Pengrusakan barang dan peri/aku

destruktif lainnya juga termasuk dalam definisi agresi (Wikipedia.com, 2008).

Dalam Chaplin (2002), Freud berpendapat agresi merupakan pernyataan

proyeksi dari naluri kematian atau Thanatos. Adler mengatakan agresi

merupakan perwujudan kemauan untuk berkuasa dan menguasai orang lain.

Sedangkan Kartono berpendapat bahwa agresi merupakan ledakan-Iedakan

emosi dan kemarahan hebat meluap-Iuap dalam bentuk tindak sewenang­

wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan, kekejaman, perbuatan­

perbuatan yang memimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengrusakan, dan

mentiranisir orang lain; tindakan permusuhan pada seseorang atau satu

benda (Kartono, 2002).

Sementara itu Krahe (1997), mendefinisikan agresi berdasarkan fokusnya

terhadap tiga aspek yaitu akibat merugikanl menyakitkan, niat dan harapan

untuk merugikan, dan keinginan orang yang menjadi sasaran agresi untuk

menghindari stimuli yang merugikan itu. Menurut Myers perilaku agresif

adalah perlaku fisik atau Iisan yang disengaja dengan maksud untuk

menyakiti atau merugikan orang lain (Myers, 2005).

Page 34: U ~. !!II!II

17

Sejalan dengan pengertian di atas Setiadi (2001), mengatakan perilaku

agresif adalah perilaku yang ditunjukkan untuk menyakiti makhluk hidup lain

baik secara fisik maupun mental. Dalam pengertian ini pengrusakan benda­

benda baru dianggap merupakan perilaku agresif bila tujuan akhirnya

menyakiti orang.

Jadi dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa agresivitas

adalah segala keinginan-keinginan yang relatif melekat pada diri individu

untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda yang dapat

disalurkan dalam bentuk perilaku yang disengaja dengan maksud untuk

menyakiti atau merugikan orang lain baik secara fisikl psikis dan verbal

ataupun fisiko

2.1.2 Faktor Pencetus Agresivitas

Agresivitas tidak muncul begitu saja. Adapun faktor-faktor pencetusnya

menurut Mu'tadin (2002), antara lain:

1. Frustrasi.

Dalam menguraikan alasan-alasan tindakan-tindakan agresif itu para ahli

psikologi telah menjelaskan dengan sebuah teori yang disebut teori frustasi

yang menimbulkan agresi. Menurut Gerungan (2004), orang-orang

mengalami frustasi apabila maksud dan keinginan-keinginan yang

Page 35: U ~. !!II!II

18

diperjuangkan sebagai intensif mengalami hambatan atau kegagalan.

Sebagai akibat dari frustasi itu mungkin timbul perasaan jengkel atau

perasaan-perasan agresif yang dapat dituangkan ke dalam bentuk positif

ataupun agresif. Apabila seseorang secara pribadi mengalami frustasi yang

ingin dipuaskan secara agresif, ia mungkin menendang kursinya, atau

memukul anjingnya, atau memperlihatkan kejengkelannya dengan cara lain.

2. Stres

Dalam istilah psikologi, stres dikatakan sebagai stimulus seperti ketakutan,

kesakitan yang mengganggu atau menghambat mekanisme-mekanisme

fisiologis yang normal dari organisme. Engle mengajukan definisi stres yang

lebih lengkap yaitu meliputi sumber-sumber stimuli internal dan eksternal.

Stres menunjuk kepada segenap proses, baik yang bersumber pada kondisi­

kondisi internal seperti kondisi emosional, pengaruh hormon dan lain-lain

yang bersifat faali, maupun Iingkungan eksternal seperti perubahan sosial

dan memburuknya kondisi perekonomian itu memberikan andil bagi

meningkatnya kriminalitas, termasuk di dalamnya tindak kekerasan agresi,

yang menuntut penyesuaian atas organisme.

3. Deindividuasi atau Depersonalisasi

Setiadi (2001), mengatakan bahwa deindividuasi adalah suatu situasi dimana

kesadaran diri, kemampuan menilai-diri dan kepedulian terhadap orang lain

menurun sehingga meningkatkan tingkah laku impulsif, yang dalam hal ini

dapat saja berbentuk perilaku agresif. Menurut Lorenz dalam Dayakisni

Page 36: U ~. !!II!II

19

(2009), deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam

melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukannnya menjadi lebih intens.

Deindividuasi dapat digolongkan sebagai faktor pencetus agresivitas karena

menyingkirkan atau mengurangi peranan beberapa aspek yang terdapat

pada individu, yaitu identitas diri dan keterlibatan emosional individu pelaku

agresi terhadap korbannya.

4. Kekuasaan dan Kepatuhan

Peranan kekeuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi tidak dapat

dipisahkan dari salah satu aspek penunjang kekuasaan itu yakni kepatuhan

(Compliance). Bahkan kepatuhan itu sendiri diduga memiliki pengaruh yang

kuat terhadap kecenderungan dan intensitas agresi individu. Dari hasil

eksperimennya, Milgram mencatat kepatuhan individu terhadap otoritas atau

penguasa mengarahkan individu tersebut kepada agresi yang lebih intensif

(Dayakisni, 2009).

5. Provokasi

Peranan provokasi turut mengambil bagian dalam kemunculan agresi.

Penelitian Wolfgang (dalam Dayakisni, 2009), dikemukakan bahwa tiga

perempat dari 600 pembunuhan yang diselidikinya terjadi karena adanya

provokasi dari korban. Sedangkan Beck (1983), menyatakan bahwa sebagian

besar pembunuhan dilakukan oleh individu-individu yang mengenal

korbannya, dan pembunuhan itu terjadi dengan didahului adanya adu

argumen atau perselisihan antara pelaku dan korbannya. Sejumlah teoris

Page 37: U ~. !!II!II

20

percaya bahwa provokasi bisa mencetuskan agresi, karena provokasi itu oleh

perilaku agresi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon

negatif untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu

(Moyer, 1971)

6. Pengaruh alkohol dan obat-obatan (Drug Effect)

Banyak terjadi perilaku agresi dikaitkan pada mereka yang mengkomsumsi

alkohol. Menurut hasil penelitian Pihl &Ross (dalam Brigham, 1991),

mengkomsumsi alkohol dalam dosis yang tinggi meningkatkan kemungkinan

respon agresi ketika seseorang diprovokasi. Sementara itu pengaruh

pemakaian obat-obatan terlarang tertentu juga dapat memicu terjadinya

perilaku agresi (Dayakisni, 2009). Sementara itu menurut Nevid (2005),

alkohol dan obat-obat terlarang mungkin membuat orang sulit

mempersepsikan motif-motif orang lain secara tepat, menyebabkan mereka

untuk mempersepsikan perilaku orang lain sebagai tujuan buruk, yang

akhirnya memicu respons dengan kekerasan.

7. Suhu Udara

Suhu udara adalah faktor yang jarang diperhatikan oleh para peneliti agresi

meski sesungguhnya ada dugaan suhu udara memiliki pengaruh terhadap

tingkah laku, termasuk tingkah laku agresif. Krahe (2005), menyatakan

bahwa tindakan kriminallebih banyak terjadi di daerah yang memiliki

temperatur udara tinggi daripada di daerah yang memiliki temperatur udara

rendah.

Page 38: U ~. !!II!II

21

8. Faktor Biologis

Menurut Davidoff (1991), ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi

agresi:

a. Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yangmengatur perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadapbinatang, mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancingamarahnya, faktor keturunan tampaknya membuat hewan jantan yangberasal dari berbagai jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya.

b. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuatatau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewansederhana marah dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsangsistem Iimbik (daerah yang menimbulkan kenikmatan pada manusia)sehingga muncul hubungan timbal balik antara kenikmatan dankekejaman.

c. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktorketurunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatueksperimen ilmuwan menyuntikkan hormon testosteron pada tikus danbeberapa hewan lain (testosteron merupakan hormon androgen utamayang memberikan ciri kelamin jantan) maka tikus-tikus tersebut berkelahisemakin sering dan lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi hewantersebut menjadi lembut. Kenyataan menunjukkan bahwa anak bantengjantan yang sudah dikebiri (dipotong alat kelaminnya) akan menjadi jinak.Sedangkan pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadarhormon kewanitaan yaitu estrogen dan progresteron menurun jumlahnyaakibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan mereka mudahtersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan. Selain itu banyak wanitayang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) padasaat berlangsungnya siklus haid ini.

9. Kesenjangan Generasi

Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan

orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang

semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi

orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku

agresi pada anak.

Page 39: U ~. !!II!II

23

Sedangkan yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Pola pendisiplinan tersebut

dapat pula menimbulkan pemberontakan, terutama bila larangan-Iarangan

yang bersangsi hukuman tidak diimbangi dengan alternatif lain yang dapat

memenuhi kebutuhan yang mendasar.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pencetus

agresi antara lain adanya frustasi dan stres, deindividuasi atau

depersonalisasi, kekerasan dan kepatuhan, provokasi dari pihak lain,

pengaruh alkohol dan obat-obatan (drug effect). Kemudian suhu Iingkungan

yang tidak bersahabat juga menjadi pemicu timbulnya perilaku agresi. Secara

biologis dapat disimpulkan perilaku agresif itu timbul berdasarkan perbedaan

gen, sistem otak dan cairan kimia darah. Faktor lingkungan yang juga turut

andil dalam memnuculkan tindakan agresi yaitu adanya kesenjangan

generasi, peran belajar model kekerasan serta proses pendisiplinan yang

keliru.

2.1.3 Perspektif Teoritis tentang Perilaku Agresi

1. Teori Frustrasi - Agresi

Teori frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasi-agresi (frustration-aggression

hypothesis) berasumsi bahwa frustasi mengakibatkan terangsangnya suatu

dorongan untuk tujuan utamanya adalah menyakiti beberapa orang ataupun

Page 40: U ~. !!II!II

24

obyek, terutama yang dipersepsikan sebagai penyebab frustasi (Berkowitz

dalam Baron & Byrne, 2005). Menurut formulasi ini, agresi bukan dorongan

bawaan, tetapi karena frustrasi merupakan kondisi yang cukup universal,

agresi tetap merupakan dorongan yang harus disalurkan.

Gambar 2.1

Teori Dorongan Atas Agresi: Motivasi untuk menyakiti orang lain

Berdasarkan ilustrasi di atas dapat dijelaskan bahwa teori dorongan atas

agresi menyatakan bahwa perilaku agresi didesak dari dalam oleh dorongan

untuk menyakiti atau melukai orang lain. Dorongan ini muncul dari berbagai

kejadian eksternal seperti frustasi (Baron & Byrne, 2005).

2. Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial memandang agresi sebagai respon tingkah laku yang

dipelajari yang diperoleh dari reinforcement (penguatan) yaitu melalui

mekanisme conditioning (pengkondisian). Teori belajar sosiallebih

memperhatikan faktor tarikan dari luar (Sumiati, 2006).

Page 41: U ~. !!II!II

25

Sementara itu Dayakisni (2009), juga mengatakan bahwa teori belajar sosial

menekankan kondisi lingkungan yang membuat seseorang memperoleh dan

memelihara respon-respon agresif. Asumsi dasar dari teori ini

adalahsebagian besar tingkah laku individu diperoleh sebagi hasil belajar

melalui pengamatan (observasi) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh

individu lain yang menjadi model.

Sejalan dengan uraian di atas, Bandura (dalam Thomson, 2005),

mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari- hari agresi dapat terjadi melalui

dua cara. Cara pertama yaitu melalui pengamatan yaitu sebuah proses

kognitif yang terjadi pada anak-anak yang mendapatkan respon agresif yang

mereka saksikan. Kemudian anak-anak dapat menjadi agresif sebagai

kebiasaan melalui pengalaman langsung. Anak-anak yang sering

mendapatkan perlakuan agresif akan cenderung menjadi agresif pula.

3. Teori Kualitas Lingkungan

Masbow (2008), menjelaskan bahwa strategi yang dipilih seseorang untuk

stimulus mana yang diprioritaskan atau diabaikan pada suatu waktu tertentu

akan menentukan reaksi positif atau negatif terhadap lingkungan. Teori

Kualitas Lingkungan yang salah satunya meliputi kualitas fisik (ambient

condition). Berbicara mengenai kualitas fisik (ambient condition), Rahardjani

dan Ancok (dalam Prabowo, 1998) menyajikan beberapa kualitas fisik yang

mempengaruhi perilaku yaitu: kebisingan, temperatur, kualitas udara,

Page 42: U ~. !!II!II

26

pencahayaan dan warna. Menurut Ancok (dalam Prabowo, 1998), keadaan

bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni.

Sedangkan menurut Holahan (dalam Prabowo, 1998), tingginya suhu dan

polusi udara paling tidak dapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan

dan efek perilaku.

4. Teori Insting (lnsting Theory)

Teori paling klasik tentang perilaku agresi ini mengemukakan bahwa

kekerasan manusia berasal dari kecenderungan bawaan (yang diturunkan)

untuk bersikap agresif satu sama lainnya (Baron, 2005). Tokoh Psikoanalis,

Sigmund Freud mengemukakan bahwa perilaku agresi merupakan gambaran

ekspresi yang sangat kuat dari insting untuk mati (thanatos). Dengan

melakukan agresi, maka secara mekanis individu telah berhasil

mengeluarkan energi destruktifnya dalam rangka menstabilkan

keseimbangan mental antara insting mencintai (eros) dan insting kematian

(thanatos) yang ada dalam dirinya. Energi destruktif individu dapat

dikeluarkan dalam bentuk perilaku yang tidak merusak, namun yang hanya

bersifat sementara (Krahe, 2005).

5. Teori Penilaian Kognitif (Cognitive Appraisal)

Teori ini menjelaskan bahwa reaksi individu terhadap stimulus agresi sangat

bergantung pada cara stimulus itu diinterpretasikan oleh individu. Zillman,

sebagai pelopor model transfer eksitasi menyatakan bahwa agresi dapat

dipicu oleh rangsangan fisiologis (physiological arousal) yang berasal dari

Page 43: U ~. !!II!II

27

sumber-sember yang netral atau sumber-sumber yang sama sekali tidak

berhubungan dengan atribusi rangsangan agresi itu (Krahe, 2005).

2.1.4 Macam-macam Agresi

Franzoi (2006), membagi agresi menjadi dua tipe. Pembagian tipe ini

didasarkan pada sifatnya, yaitu:

1. Agresi Instrumental (Instrumental Aggression)

Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan untuk mencapai beberapa

tujuan tertentu. Contohnya seorang pencuri yang melakukan agresi dalam

rangka mencapai tujuannya untuk mencuri uang. Menurut Sears (2005),

agresi instrumental terjadi bila orang menggunakan agresi untuk memperoleh

tujuan praktis dengan melukai orang lain. Beberapa orang menjadi pembunuh

bayaran; mereka membunuh karena uang, bukan karena marah. Kadang­

kadang para penjahat muda mengganggu orang-orang di kota besar bukan

karena marah, tetapi ada tujuan demi imbalan-imbalan tertentu. Dalam hal ini

agresi berfungsi sebagai alat maupun sarana.

2. Hostile Agression

Agresi rasa emosi dipicu oleh ungkapan kemarahan dan ditandai dengan

emosi yang tinggi. Akibat dari jenis ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku

memang tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak mengakibatkan

kerugian dari pada manfaat, contoh adalah seseorang membunuh

Page 44: U ~. !!II!II

28

PEHPUSTPv :\l\N UlUIN SYAh..) JI~I<AF.Tp.

tetangganya sebagai ungkapan kemarahan karena si tetangga sering

menginjak-injak kebun ketela miliknya.

Sedangkan berdasarkan jenisnya Berkowitz, (1995) membagi agresi menjadi

tiga macam:

1. Agresi langsung, melibatkan aksi yang ditunjukkan secara langsung pada

target yang memunculkan amarah baik secara fisik, verbal ataupun

dengan penggunaan simbol-simbol tertentu.

2. Agresi tidak langsung, melibatkan aksi tidak langsung yang ditunjukkan

kepada target yang memunculkan amarah tanpa menjalin target secara

frontal. Misalnya dengan menceritakan kejelekan obyek kepada orang

lain.

3. Agresi yang dialihkan, melibatkan aksi agresif yang diakhiri kepada

sesuatu atau seseorang yang tidak ada hubungannya dengan target yang

memunculkan perasaan amarah tersebut.

2.1.5 Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif

Dayakisni (2009), menguraikan beberapa bentuk perilaku agresif

berdasarkan pendapat para ahli, diantaranya: Delut (1985), telah melakukan

penelitian dengan menggunakan bentuk perilaku agresi yang umum, yang

Page 45: U ~. !!II!II

29

digambarkan dalam bentuk item-item dari factor analysis of behavioral

checklist, yang terdiri dari:

1. Menyerang secara fisik (memukul, merusak, mendorong).2. Menyerang dengan kata-kata.3. Mencela orang lain.4. Menyerbu daerah orang lain.5. Mengancam melukai orang lain.6. Main perintah.7. Melanggar milik orang lain.8. Tidak mentaati perintah.9. Membuat permintaan yang tidak pantas dan tidak perlu.10. Bersorak-sorak, berteriak-teriak atau bersuara keras pada saat yang tidak

pantas.11. Menyerang tingkah laku yang dibenci.

Sementara itu Medinus dan Johnson (1976), mengelompokkan agresi

menjadi empat kategori, yaitu:

1. Menyerang fisik yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong,

meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas.

2. Menyerang suatu obyek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang

benda mati atau binatang.

3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk di dalamnya adalah

mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap

mengancam dan sikap menuntut.

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

Page 46: U ~. !!II!II

30

Buss (1987 ), mengelompokkan agresi manusia ke dalam delapan jenis,

yaitu:

1. Agresi Fisik Aktif Langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan individul

kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individul

kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara

langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam.

2. Agresi Fisik Pasif Langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan individul

kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan

individul kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak

fisik secara langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam.

3. Agresi Fisik Aktif Tidak Langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan

individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung

dengan individul kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak

fisik secara langsung, seperti merusak harta korban, membakar rumah,

menyewa tukang pUkul, dan lain sebagainya.

4. Agresi Fisik Pasif Tidak Langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan

individul kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individul

kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara

langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh.

5. Agresi Verbal Aktif Langsung: yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan

individul kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan

individul kelompok lain seperti menghina, memaki, marah, mengumpat.

Page 47: U ~. !!II!II

31

6. Agresi Verbal Pasif Langsung: yaitu tindakan agresi verbal yang

dilakukan individul kelompok dengan cara berhadapan dengan

individu/kelompok lain namun tidak te~adi kontak verbal secara langsung,

seperti menolak bicara, bungkam.

7. Agresi Verbal Aktif Tidak Langsung: yaitu tindakan agresi verbal yang

dilakukan individul kelompok dengan cara tidak berhadapan secara

langsung dengan individul kelompok lain yang menjadi targetnya seperti

menyebar fitnah, mengadu domba.

8. Agresi Verbal Pasif Tidak Langsung: yaut tindakan agresi fisik yang

dilakukan individul kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan

individul kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak

verbal secara langsung, seperti tidak memberi dUkungan, tidak

menggunakan hak suara.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, untuk mengetahui gambaran

agresivitas maka penulis mengelompokkan perilaku agresif ke dalam dua

bentuk yaitu perilaku agresif verbal dan perilaku agresif fisik yang dilakukan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk-bentuk perilaku agresif

tersebut akan dijadikan dimensi dalam penyusunan skala agresivitas dalam

penelitian ini, antara lain:

Page 48: U ~. !!II!II

32

1. Perilaku agresif verbal

Perilaku agresif verbal yaitu segala bentuk perilaku yang dilakukan

menggunakan ucapan atau perkataan. Secara verbal dapat ditunjukkan

melalui bentuk-bentuk seperti berkata-kata kasar, memaki/ mengejek,

mengancam dengan perkataan, berteriak-teriak tanpa alasan, membentak,

menghasut atau memfitnah, dan mengkritik penampilan di depan orang.

2. Perilaku agresif fisik

Perlaku agresif fisik atau non verbal yaitu segala bentuk perilaku yang

menggunakan aktifitas fisik yang dilakukan secara langsung kepada obyek

yang dimaksud ataupun dilampiaskan kepada benda-benda di sekitar subjek.

Sentuk perilaku tersebut antara lain: memukul, menendang/ melempar benda

di sekitar, menentang aturan, merusak, berkelahi, mengganggu (teasing),

melakukan pemaksaan/ mengambil paksa.

2.2 Persepsi Kondisi Kerja

2.2.1 Pengertian Persepsi

Desideranto (dalam Rakhmat, 2005), mendefinisikan persepsi adalah

pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau

dengan kata lain persepsi adalah pemberian makna pada stimuli inderawi.

Page 49: U ~. !!II!II

33

Sejalan dengan pengertian di atas, Robbins (2006), menyatakan bahwa

persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk mengorganisasi dan

menafsirkan kesan inderawi mereka untuk memberi makna kepada

Iingkungan mereka.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa apa yang dipersepsikan oleh

seseorang dengan orang lain dapat berbeda dalam pemaknaannya. Hal ini

disebabkan karena pemaknaan terhadap obyek yang ditangkap oleh indera

seseorang dapat berbeda dengan pemaknaan pada orang lain.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Robbins (2006), ada beberapa faktor yang dapat membentuk dan

seringkali dapat mengacaukan persepsi. Faktor-faktor itu antara lain:

1. Penerima (pemersepsi), ketika seorang individu melihat sebuah target dan

berusaha untuk mengartikan apa yang dia lihat, proses itu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik orang tersebut, mulai dari sikap, motivasi,

kepentingan, pengalaman, serta pengharapan.

2. Target! obyekl benda yang dipersepsikan, karakteristik dari target yang

sedang diobservasi dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan, mulai

dari gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, serta kedekatan.

Page 50: U ~. !!II!II

34

3. Situasi saat persepsi ilu dibuat, berbagai elemen yang ada di Iingkungan

sekitar juga mempengaruhi cara kita mempersepsikan sesuatu, mulai dari

waklu, keadaan, serla keadaan sosial.

2.2.3 Macam-macam Persepsi

Menurul Rakhmat (2005), persepsi terbagi menjadi dua bagian besar, yailu

persepsi interpersonal dan persepsi obyek.

1. Persepsi interpersonal adalah persepsi pada manusia.

2. Persepsi obyek adalah persepsi terhadap benda lain selain manusia.

Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gabungan kedua macam

persepsi tersebut baik interpersonal maupun obyek, dimana stimuli yang

dipersepsikan adalah kondisi kerja yang bersifat fisik, psikologis terkait

dengan persepsi lerhadap sesama individu, serla kondisi kerja temporer.

2.2.4 Pengertian Kondisi Kerja

Karyawan proyek gedung berlingkat memiliki karakterislik pekerjaan yang

berbeda dengan karyawan pada umumnya. Salah satu perbedaannya dapat

kita lihal pada kondisi fisik k~rja. Para karyawan proyek selalu dihadapkan

dengan berbagai kondisi fisik kerja seperli suara gaduh atau kebisingan,

getaran-getaran mekanis, suhu udara yang lidak seimbang hingga warna dan

Page 51: U ~. !!II!II

35

pencahayaan di tempat kerja. Dalam melaksanakan pekerjaannya, para

karyawan proyek gedung bertingkat harus dapat menyesuaikan diri dengan

kondisi kerja sekitarnya sehingga produktifitas kerja dapat ditingkatkan.

Menurut Munandar (2001), kondisi ke~a adalah keadaan yang memberi

kenyamanan atau ketidaknyamanan pada pekerja dalam menyelesaikan

pekerjaannya, seperti ruang kerja dengan peralatan tertentu serta fasilitas

yang digunakan. Sedangkan Mangkunegara (2005), mengatakan bahwa

kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan

kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktifitas

kerja.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja adalah

suasana di Iingkungan tempat kerja baik fisik, psikologis maupun temporer

yang dapat mendukung dan membantu seseorang dalam melakukan

pekerjaannya.

Page 52: U ~. !!II!II

36

2.2.5 Macam·macam Kondisi Kerja

Setiap karyawanl pekerja memiliki berbagai kondisi kerja yang berbeda-beda.

Perbedaan ini tergantung pada jenis pekerjaan yang mereka geluti.

Munandar (2001), membagi kondisi kerja ke dalam dua aspek yaitu:

1. Kondisi fisik

Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas parkir di gedung

perusahaan. lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah suara dan cahaya

yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja. Disamping

masalah tersebut di atas juga terdapat faktor-faktor lingkungan yang spesifik.

antara lain tentang i1uminasi (penerangan), warna, kebisingan, dan musik.

a. Iluminasi (Penerangan), agar tidak memberikan efek gelap, silau yang

berasal dari cahaya atau dari pantulan cahaya pada benda-benda yang

berkilau yang akan berdampak pada kinerja. Beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam iluminasi antara lain yaitu kadar cahaya, distribusi

cahaya. dan sinar yang menyilaukan. Untuk pekerjaan tertentu diperlukan

kadar cahaya tertentu sebagai penerangan. Faktor yang lain dari iluminasi

adalah distribusi cahaya dit empat kerja. Pengaturan yang ideal adalah

ialah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan

lapangan visual.

b. Warna, digunakan untuk memberikan fungsi sebagai simbol tertentu

(merah artinya bahaya). menghindari ketegangan mata (efek pantulan

Page 53: U ~. !!II!II

37

cahaya dari warna), unluk menciplakan ilusi lenlang luas dan suhu

ruangan (oranye jarak ruang sangal dekal dan efek suhu sangal panas).

c. Bising, yang merupakan suara alau bunyi yang lidak diiginkan, yang

mengganggu dan menjengkelkan yang lidak ada hubungannya dengan

aklivilas yang dilakukan. Dalam kehidupan sekarang ini bising merupakan

keluhan yang banyak didengar. Orang merasa kebisingan oleh banyaknya

suara yang dilimbulkan oleh ramainya lalu lintas, oleh suara mesin, oleh

kerasnya suara radio, lelevisi, cassette recorder, dan sebagainya. Bising

dalam kehidupan demikian membual individu mudah marah, gelisah, lidak

bisa lidur, bahkan dapat membual individu menjadi luna rungu.

Munandar juga menyebulkan akibal-akibal dari lingkal bising yang linggi

anlara lain pertama yailu limbulnya perubahan fisiologis. Penelilian

menunjukkan bahwa pada orang-orang yang mendengar bising pada lingkat

95-110 desibel, lerjadi penciulan pada pembuluh darah, perubahan delak

janlung, dilalasi pada pupil-pupil mala. Bising yang keras juga dapal

mengakibalkan kelegangan olot. Kedua yailu adanya dampak psikologis.

Bising dapat mengganggu kesejahleraan emosional. Mereka yang bekerja

dalam lingkungan yang ekslrim bising lebih agresif, penuh curiga, cepal

jengkel dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam lingkungan yang

lebih sepi.

Page 54: U ~. !!II!II

38

d. Musik dalam bekerja, memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan yang

sederhana, rutin dan monoton, sedangkan pada pekerjaan yang menuntut

konsentrasi yang tinggi dan jenis pekerjaan majemuk musik akan

berpengaruh secara negatif.

2. Kondisi Lama Waktu Kerja

a. Jam kerja, mencakup tentang jam kerja dalam satu minggu di Indonesia

pada umumnya adalah 40 jam. Meskipun jumlah jam kerja tersebut

sudah banyak yang menggunakannya, tetapi bukan jaminan bahwa jam

kerja itu adalah baik. Dari hasil kajadian ditemukan bahwa tidak lebih dari

20 jam yang benar-benar digunakan untuk bekerja (dari 37.5 jam kerja).

b. Kerja para waktu, para pekerja ini biasanya menghabiskan jam kerjanya

sebanyak 20 jam, untuk mengisi kekosongan waktu, terkait dengan usia,

dan tidak adanya kesediaan untuk bekerja dalam waktu yang lama.

c. Empat hari kerja diharapkan akan terjadi peningkatan pada produktivitas,

efesiensi pekerjaan dan megurangi jumlah absensi.

d. Jam kerja lentur memberi keuntungan adanya peningkatan produktivitas,

absensi dan keterlambatan berkurang, turn-over berkurang, semangat

kerja meningkat. Dalam program ini kerja dibagi kedalam empat bagian.

Dua bagian merupakan waktu kerja pilihan, dua pilihan lainnya

merupakan bagian waktu kerja wajib.

Page 55: U ~. !!II!II

39

Gambar2.2

Jadwal Jam Kerja Lentur

Waktu inti (6.5 jam kerja tambah 0,5 jam makan siang)

Jam Jam

7:30 9:10 11:00 14:00

~~, 1982 (~~,2001)

16:00

Sedangkan Dewa (2009), menguraikan beberapa kondisi lingkungan kerja

fisik yang mempengaruhi aktivitas manusia, yaitu:

1. Temperatur

Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika

perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi

panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semua ini dari keadaan normal tubuh.

Dalam keadaan normal anggota tubuh manusia mempunyai temperatur

berbeda-beda, seperti bagian mulut sekitar 37°G, dada sekitar 35°G, dan kaki

sekitar 28°G. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena memiliki

kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan

jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.

Page 56: U ~. !!II!II

40

Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan

pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut :

Tabel2.1

Pengaruh Tingkat Temperatur terhadap Kondisi Fisik Individu

Temperatur Keterangan±49°e Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi

iauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental.± 300e Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan

cenderung untuk dalam pekerjaan, serta menimbulkankelelahan fisiko

±24°e Kondisi optimum± 1Qoe Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul

2. Kelembaban (Humidity)

Yang dimaksud kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung

dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh

temperatur udara. Suatu keadaan di mana temperatur udara sangat panas

dan kelembabannya tinggi,akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh

secara besar-besaran, karena sistem penguapan, dan pengaruh lain ialah

makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen. Tubuh manusia selalu berusaha untuk

mencapai keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu di sekitarnya.

Page 57: U ~. !!II!II

41

3. Sirkulasi Udara (Ventilation)

Seperti kita ketahui udara di sekitar kita mengandung sekitar 21 % Oksigen,

0,03% Karbondioksida dan 0,9% gas lainnya (campuran). Oksigen

terutama merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama

untuk menjaga kelangsungan hidupnya (proses metabolisme). Udara di

sekitar kita dikatakan kotor bila kadar oksigen di udara telah berkurang dan

bercampur dengan gas-gas lain yang berbahaya bagi kesehatan. Jika kita

menghirup udara kotor kita akan marasa sesak dan akan lebih cepat merasa

lelah. Sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi yang cukup akan

menggantikan udara yang kotor dengan udara yang bersih. Demikian juga

dengan menaruh tanaman akan mampu membantu memberi kebutuhan akan

oksigen yang cukup.

4. Pencahayaan (Lighting)

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat

obyek secara jelas dan cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan

yang kurang mengakibatkan pekerja mudah lelah karena mata akan

berusaha melihat dengan cara membuka lebar-Iebar. Lelahnya mata akan

mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh bisa merusak mata.

5. Kebisingan (Noise)

Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita,

karena dalam waktu panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu

ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan

Page 58: U ~. !!II!II

42

komunikasi. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa

menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada

manusia yaitu :

a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar.

b. Intensitas biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan

besarnya arus energi persatuan luas.

c. Frekuensi suara yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang

suara yang sampai ke telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah

getaran per detik (Hz).

Tingkat-tingkat kerasnya suara atau bunyi tertentu dapat merupakan

ancaman bagi pendengaran. Tingkat desibel tertentu dapat menimbulkan

hilangnya pendengaran secara sementara, dapat pula menimbulkan

pendengaran secara permanen. Menurut Scultz (dalam Munandar, 2001)

mengatakan bahwa seorang pekerja yang sehari-hari mendengar bunyi pada

tingkat desibel ke atas dalam jangka waktu yang lama pasti akan menderita

kehilangan pendengaran tertentu. Berikut adalah tabel skala tingkat intensitas

kebisingan.

Page 59: U ~. !!II!II

43

Tabel2.2

Skala Intensitas Kebisingan

Menulikan 120 Halilintar110 Meriam100 Mesin ua90 Jalan hiruk ikuk

Perusahaan san aduh80 Peluit olisi

Kuat Kantor aduhJalan ada umumn a

70 Radio60 Perusahaan

Sedang Rumah gaduh50 Kantor ada umumn a

Percaka an kuat40 Radio erlahan

Tenan Rumah tenanKantor ribadi

30 AuditoriumPercaka an

Sangat tenang 20 Suara daun-daun10 Berbisik-bisik0 Batas den ar terendah

6. Getaran Mekanis (Mechanical Vibration)

Gerakan mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan

oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan

dapat menimbulkan akibat-akibat yang kurang baik untuk tubuh kita.

Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi, getaran dan

Page 60: U ~. !!II!II

44

lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga

memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan

frekuensi getaran akan menimbulkan gangguan-gangguan antara lain:

mempengaruhi konsentrasi kerja, mempercepat datangnya kelelahan dan

gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti: mata, syaraf, oto-otot, dan

lain sebagainya.

7. Bau Bauan

Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga dipertimbangkan sebagai polusi

akan dapat mengganggu konsentrasi orang bekerja. Temperatur dan

kelembaban merupakan dua faktor Iingkungan yang dapat mempengaruhi

kepekaan penciuman. Oleh karena itu pemakaian Air Conditioning yang tepat

merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau­

bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja. Berkowitz (dalam Sears,

2005) mengungkapkan bahwa berbagai rangsangan yang tidak disukai dapat

menimbulkan agresi. Misalnya seseorang yang dihadapkan pada bau badan

yang kurang sedap, asap rokok yang memedihkan, dan pemandangan yang

memuakkan akan meningkatkan perasaan agresif.

8. Warna

Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan dan interior yang ada di

sekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan

mata untuk melihat objek, juga memberikan pengaruh yang lain seperti warna

merah bersifat merangsang, warna kuning memberikan kesan luas, terang

Page 61: U ~. !!II!II

45

dan leluasa. warna hijau atau biru memberikan sejuk, aman dan

menyegarkan, warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang

memberikan kesan leluasa. Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan

warna ruangan tempat kerja perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan

dengan kegiatan kerjanya. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit

maka pemilihan warna yang sesuai dapat menghilangkan kesan tersebut.

Hal ini secara psikologis akan menguntungkan karena kesan sempit

cenderung menimbulkan stres.

Tim JPK (2009), mengatakan konsep stres sebagai suatu stimulus sering

digunakan untuk membahas situasi-situasi kerja yang dapat menimbulkan

stres yang nantinya dapat memicu perilaku agresi pada para pekerja.

Karakterisrik situasi-situasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Karakterisrik fisik1. Noise (kebisingan)2. Terlalu panas atau terlalu dingin.3. Rancangan sistem manusia-mesin yang buruk4. Situasi kerja yang mengancam keselamatan fisik

b. Karakteristik waktu kerja1. Pekerjaan-pekerjaan yang waktunya tidak menentu2. Terlalu sering lembur3. Deadlines (batas waktu)4. Time pressures

c. Karakteristik lingkungan sosial dan organisasi1. Iklim politis yang kurang sehat2. Kualitas supervisi yang buruk3. Relasi atasan-bawahan yang buruk4. Tugas-tugas monoton

Page 62: U ~. !!II!II

46

5. Machine pacing (kecepatan mesin)6. Beban kerja yang berlebihan7. Tanggung jawab yang terlalu besar8. Kurang penghargaan terhadap hasH kerja karakteristik perubahan dalam

pekerjaan.9. Pemutusan hubungan kerja pensiun10. Demosi11. Adanya perubahan kualitatif dalam jabatan12. Promosi yang terlalu dini13. Perubahan pada pola shift14. Situasi di mana tidak ada perubahan sama sekali

Sumber: Jurnal Pusat Kesehatan Kerja (2009)

Mangkunegara (2005), membagi kondisi kerja ke dalam 3 jenis yaitu:

1. Kondisi fisik kerja

a. Penerangan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Knave (1984), Sutton

dan Rafaeli (1988), disimpulkan bahwa karyawan dapat membaca di dalam

ruangan dengan cahaya lampu 25 watt. Cahaya lampu yang tidak memadai

berpengaruh negatif terhadap keterampilan kerja.

b. Kondisi Suara

Sarwono (1992), mengatakan bahwa jika gelombang-gelombang suara

dirasakan sebagai gangguan maka namanya adalah bising atau berisik

(noise). Dengan demikian, bising dapat diidentifikasikan secara sederhana

bunyi-bunyi yang tidak dikehendaki. Kondisi suara ini adalah suara di dalam

kantor maupun di luar kantor, suara yang dirasakan gaduh oleh karyawan

akan berpengaruh terhadap konsentrasi kerja. Berdasarkan hasil penelitian

Page 63: U ~. !!II!II

47

Glass dan Singer (1972), disimpulkan bahwa suara gaduh berpengaruh

terhadap efisiensi produksi kerja. Dari hasil penelitian W. Burns (1979) dan

Kryter (1970), dapat disimpulkan bahwa karyawan yang tidak terlindungi pada

suara 95-110 dB dapat menyebabkan pembuluh darahnya mengerut,

perubahan rate hati, dan pupil mata membesar. Sebaliknya, dari hasil

penelitian Donnerstein dan Wilson (1976), dapat disimpulkan bahwa suara

gaduh sangat berpengaruh terhadap emosi karyawan dan sebagai sumber

stres. Sejalan dengan pendapat diatas, Ancok, (1995) juga menjelaskan

bahwa salah satu sumber stres kehidupan perkotaan adalah kebisingan

yang bersumber dari suara mobil, mesin-mesin, alat-alat transportasi, suara

pabrik dan sumber suara lainnya. Kebisingan ini membuat orang mengalami

ketegangan jiwa.

Menurut Munandar, memberikan cahaya penerangan pada suatu daerah

yang mengelilinginya akan menimbulkan kelelahan mata (eyestrain) setelah

jangka waktu tertentu. Kemudian sinar menyilaukan juga merupakan faktor

lain yang mengurangi efesiensi visual dan meningkatkan ketegangan mata

(eyestrain). Sinar dirasakan sebagai silau karena intensitas cahaya melebihi

dari intensitas cahaya yang telah biasa diterima oleh mata. Kajian dalam

kondisi laboratorium menunjukkan bahwa silau menimbulkan peningkatan

kesalahan kerja rinci selama waktu 20 menit. Selain ketegangan mata silau

dapat mengaburkan pandangan (Munandar, 2001).

Page 64: U ~. !!II!II

48

c. Warna

Warna ruang kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan

moral kerja, menurunkan kecelakaan, dan menurunkan terjadinya kesalahan

kerja. E. Sundstrom (1986), mengemukakan warna sejuk adalah biru dan

hijau, warna pastel adalah biru muda dan kuning muda, warna hangat adalah

kuning dan merah sedangkan warna netral adalah abu-abu dan kecoklatan.

Tabel2.3

Efek Psikologi dari Warna

Warna Efekjarak Efek suhu Efek psikisBiru Jauh Sejuk MenenangkanHijau Jauh Sangat sejuk Sangat menenangkan

sampai netralMerah Dekat Panas Sangat mengusik dan

terkesiapOranye Sangat dekat Sangat panas MerangsangKuning Dekat Sangat panas MerangsangCoklat Sangat dekat netral Merangsanglembavuna Sanaat dekat seiuk Aaresif terkesiao Melesukan

Sumber: Suyatno, 1985 (dalam Munandar, 2001).

d. Musik

Penggunaan musik pada jam kerja tertentu berpengaruh positif terhadap

semangat kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musikpun

dapat menurunkan tingkat absensi dan mengurangi tingkat kelelahan dalam

bekerja. Efektif tidaknya musik dalam bekerja, bergantung pada jenis musik

yang dimainkan dan perlu disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan

kondisi ruang kerja.

Page 65: U ~. !!II!II

49

e. Temperatur dan kelembapan

Temperatur dan kelembapan dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi,

fisik dan, emosi karyawan. Temperatur antara 73° F sampai 77° F cocok

untuk ruang kerja dengan kelembapan antara 25% hingga 50%. Temperatur

yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan

emosi karyawan. Sarwono (1992), mengatakan kondisi suhu di sekitar

Iingkungan manusia atau atmosfer dinamakan ambient temperature atau

suhu Iingkungan. Penginderaan suhu lingkungan itu sendiri bersumber pada

dua komponen, yaitu komponen fisik dan komponen psikis. Komponen fisik

adalah kadar suhu udara Iingkungan yang diukur dengan skala Fahrenheit (F)

atau Celcius (C) sedangkan bagian dari komponen psikis adalah suhu alam

tubuh sendiri yang dinamakan suhu interna, suhu tubuh (Body Temperature).

Bagian lainnya adalah reseptor suhu dikulit (thrmoreceptor) yang peka

perubahan terhadap perubahan suhu Iingkungan. Suhu lingkungan

diinderakan tidak hanya melalui reseptor suhu (thermoreceptor), melainkan

juga melalui reseptor lainnya seperti peraban dan kelembapan. Kelembapan

disini adalah suhu lingkungan dengan kelembapan lebih tinggi akan

diinderakan lebih panas dari suhu yang sama di Iingkungan dengan

kelembapan yang lebih rendah. Kombinasi antara suhu dan lingkungan ini

menghasilkan persepsi terhadap suhu yang dinamakan suhu efektif.

Page 66: U ~. !!II!II

50

2. Kondisi Psikologis Kerja

a. Bosan kerja

Kebosanan kerja dapat disebabkan perasan tidak enak, kurang bahagia,

kurang istirahat dan perasaan lelah. Berdasarkan hasil penelitian R.P. Smith

(1981), dapat disimpulkan bahwa "kebosanan kerja dapat mengakibatkan

penurunan produksi" (Mangkunegara, 2005).

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.

Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot,

sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk

bekerja yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton),

intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan

psikologis, status kesehatan, dan gizi.

b. Keletihan kerja

Keletihan kerja terdiri atas dua macam yaitu keletihan psikis dan keletihan

fisiologis. Penyebab keletihan psikis adalah kebosanan kerja, sedangkan

keletihan fisiologis dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan dalam

bekerja, meningkatkan absensi, turn over dan kecelakaan kerja.

Page 67: U ~. !!II!II

51

3. Kondisi temporer kerja

a. Waktu jumlah jam kerja

Dalam kebijakan kepegawaian di Indonesia, standar jumlah jam kerja minimal

35 jam dalam seminggu. Karyawan dikategorikan pekerja penuh apabila

mereka bekerja minimal 35 jam dalam seminggu. Sebaliknya karyawan yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu, dikategorikan karyawan setengah

pengangguran yang terlihat (visible underemployed).

b. Waktu Istirahat kerja

Waktu istirahat kerja perlu diberikan kepada karyawan agar dapat

memulihkan kembali rasa lelahnya. Dengan adanya waktu istirahat yang

cukup, karyawan dapat bekerja lebih semangat dan bahkan meningkatkan

produksi serta meningkatkan efisiensi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja karyawan

dibedakan dalam tiga aspek yatu kondisi fisik dan kondisi psikologis kerja dan

kondisi lama kerja. Adapun kondisi fisik kerja meliputi, i1uminasi

(penerangan), agar tidak memberikan efek gelap, silau yang berasal dari

cahaya atau dari pantulan cahaya pada benda-benda yang berkilau yang

akan berdampak pada kinerja. Kondisi suara berupa suara atau bunyi yang

tidak diiginkan, yang mengganggu dan menjengkelkan yang tidak ada

hubungannya dengan aktivitas yang dilakukan. Warna, musik dalam bekerja,

Page 68: U ~. !!II!II

52

yang memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan yang sederhana, rutin dan

monoton, sedangkan pada pekerjaan yang menuntut konsentrasi yang tinggi

dan jenis pekerjaan majemuk musik akan berpengaruh secara negatif. Dan

temperatur atau kelembapan. kemudian kondisi psikologis kerja yang terdiri

dari bosan kerja dan keletihan kerja yang dapat disebabkan oleh tugas yang

monoton dan beban kerja yang berlebihan. Dan aspek yang ketiga yaitu

kondisi temporer kerja meliputi waktu jumlah jam kerja dan lama istiahat

kerja. Ketiga aspek kondisi kerja di atas untuk selanjutnya akan dijadikan

sebagai dimensi variabel persepsi kondisi kerja dalam penelitian ini.

2.2.6 Pengertian Persepsi Kondisi Kerja

Robbins (2006) mengemukakan persepsi adalah proses yang digunakan

individu untuk mengorganisasi dan menafsirkan kesan inderawi mereka untuk

memberi makna kepada lingkungan mereka.

Sedangkan kondisi kerja adalah suasana di lingkungan tempat kerja baik

fisik, psikologis maupun temporer yang dapat mendukung dan membantu

seseorang dalam melakukan pekerjaannya.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi kondisi

kerja yaitu proses kognitif dimana seorang individu memberikan arti kepada

Page 69: U ~. !!II!II

54

Karyawan proyek gedung bertingkat selalu dihadapkan pada kondisi kerja

fisik yang bising (noise), sarat getaran-getaran mekanis yang disebabkan

penggunaan alat-alat konstruksi. Kemudian temperatur udara yang panas.

Kemudian adapula kondisi piskologis kerja seperti kebosanan dan keletihan

kerja yang salah satunya disebabkan oleh beban kerja yang berat. Selain itu.

lamanya waktu kerja dan istirahat pekerja merupakan suatu kondisi yang juga

harus dihadapi oleh karyawan misalnya penambahan jam kerja (Iembur).

Kondisi-kondisi kerja baik fisik, psikologis maupun waktu kerja seperti itu

tentu memiliki dampak yang buruk bagi pekerja. Penelitian menunjukkan

temperatur yang tidak seimbang (terlalu panas atau terlalu dingin) dapat

menimbulkan perubahan emosi karyawan seperti timbulnya agresivitas.

Selain itu kebisingan dan getaran-getaran yang berada di atas taraf normal

juga dapat memicu agresivitas. Kemudian kelelahan dan kebosanan kerja,

jam kerja yang berlebihan sehingga beban kerja bertambah dapat memicu

terjadinya frustasi dan stres sebagai pemicu timbulnya perilaku agresi. Dalam

hal ini kondisi kerja baik fisik, lama waktu kerja dan kondisi kerja psikologis

karyawan proyek gedung tingkat dapat memicu timbulnya agresivitas.

Selain faktor-faktor tersebut juga terdapat terdapat faktor internal yang dapat

menjadi pencetus periku agresif seperti faktor biologis (genetis, sistem otak,

kimia darah), frustasi, stres dan amarah. Menurut pandangan ini bahwa

Page 70: U ~. !!II!II

55

perilaku agresif tidak hanya disebabkan oleh lingkungan tetapi ada faktor

bawaan yang didapat dari orang tua melalui jalur keturunan.

Terjadinya perilaku agresi dapat merugikan orang-orang yang menjadi objek

agresi baik secara fisiologis maupun psikologis. Apabila seseorang

melakukan tindakan agresi maka tidak tertutup kemungkinan timbulnya agresi

balik sebagai bentuk ketidakpuasan obyek yang dirugikan. Dari segi fisiologis

dapat menimbulkan cidera fisik secara ringan maupun berat karena adanya

penggunaan benda-benda dan sebagainya.

Dalam dunia kerja khususnya bagi perusahaan tempat karyawan bernaung

juga memberikan akibat-akibat negatif bagi perusahaan yang berujung pada

penurunan produktifitas kerja. Perilaku agresif dikelompokkan kedalam dua

jenis yaitu verbal dan fisiko Perilaku agresif verbal contohnya dengan

mengeluarkan kata-kata kasar, memaki, berteriak-teriak, membentak dan

sebagainya. Sedangkan perilaku agresif fisik misalnya menendang-nendang

kursi, membanting-banting meja, memukul, menginjak, melukai dengan

benda dan sebagainya. Fenomena di atas dapat diuraikan dalam gambar

berikut:

Page 71: U ~. !!II!II

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

56

1.~OOS-Jwia- Penerangan- Kondlsl suara- Warna- Musik- Temperatur dan

kelembapan

3.~ lama ~Jwia- Jl,lool$!l:! jam Jwia- ~Jwia

,1. ~agU:~ilverbal;

- berkata-kata kasar- memakilmengejek- mengancam dengan

perkataan- berteriak-teriak tanpa alasan- membentak- menghasut atau memfltnah- mengkritik penampilan dl

depanorang

2. Perilaku agresif fiSik;- memukUl

menenctang/melemparbenda disekitarmenentang aturanmerusakberkelahimenganggu (teaSing)melakukanpemaksaanlmengambilpaksa

Page 72: U ~. !!II!II

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang

kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan. Hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1 : Ada hubungan yang signifikan antara persepsi kondisi kerja dengan

agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat.

Ho1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi kondisi kerja

dengan agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat.

Ha2 : Ada sumbangan persepsi kondisi kerja dengan agresivitas karyawan

proyek gedung bertingkat.

Ho2 : Tidak ada sumbangan persepsi kondisi kerja dengan agresivitas

karyawan proyek gedung bertingkat.

PEF\PUST lJWIN SYAHiD ,Ji<S'v",,',

57

Page 73: U ~. !!II!II

BAB3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.

Pada umumnya penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka,

mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, serta penampilan dari hasil

penelitiannya (Arikunto, 2006). Karena data yang diperoleh merupakan data

langsung yang dapat dihitung atau dikelola dengan statistik. Dalam penelitian

ini, data kuantitatif yang diperoleh digunakan untuk menganalisa hubungan

korelasional antara persepsi kondisi kerja dengan agresivitas karyawan

proyek gedung bertingkat.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan

pendekatan korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla, et aI., 1993) metode

deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka

menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan

pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Sedangkan

penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan

Page 74: U ~. !!II!II

59

tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi

(Sevilla, e1., 1993). Dalam penelitian korelasional ini ingin diketahui korelasi

antara variabel persepsi kondisi kerja dengan variabel agresivitas karyawan

proyek gedung bertingkat di PT. Djasa Ubersakti Jakarta.

3.1.2 Definisi Variabel dan Definisi Operasional

Variabel (dalam Hasan, 2002), adalah suatu konsep yang dapat diukur.

Variabel terbagi menjadi dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terika1.

Dalam penelitian yang menjadi kedua variabel tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Variabel bebas

Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi kondisi

kerja. Persepsi kondisi kerja yaitu proses kognitif dimana seorang individu

memberikan arti kepada stimulus terhadap suasana di lingkungan tempat

kerja baik Iingkungan fisik, psikologis maupun temporer kerja yang dapat

mendukung dan membantu seseorang dalam melakukan pekerjaannya.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah agresivitas, yaitu segala keinginan­

keinginan yang relatif melekat pada diri individu untuk menjadi agresif dalam

berbagai situasi yang berbeda yang dapat disalurkan dalam bentuk perilaku

Page 75: U ~. !!II!II

60

yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain

baik secara fisik/ psikis dan verbal ataupun fisiko

Sedangkan definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Persepsi kondisi kerja

Menurut Mangkunegara (2005), kondisi kerja dikelompokkan ke dalam tiga

aspek, yaitu:

Tabel3.1

Macam-macam Kondisi kerja

No. Kondisi kerja Indikator

1. Kondisi kerja kisik

a. Penerangan Melihat dengan jelas

b. Kondisi suara Pendengaran yang baik

C. Warna Kenyamanan ruang kerja

d. Musik Kenyamanan bekerja

e. Temperatur dan Kenyamanan lingkungan kerja

kelembapan

2. Kondisi psikologis kerja

a. Ketidakbosanan bekerja Tugas yang monoton, hubungan dengan

rekan kerja

b. Keletihan kerja Beban kerja yang berlebihan

3. Kondisi lama waktu kerja

a. Jumlah jam kerja Deadlines (batas waktu)/ time pressures

b. Waktu istirahat kerja Penambahan dan pengurangan jam kerja

Page 76: U ~. !!II!II

61

b. Agresivitas

Agresivitas yang dimaksud dalam hal ini adalah perilaku agresif yaitu perilaku

menyakiti atau merugikan orang lain secara verbal ataupun fisiko

Tabel3.2

Bentuk-bentuk Perilaku Agresif

No. Perilaku agresif Indikator

1. Perilaku agresif verbal berkata-kata kasar

memakil mengejek

mengancam dengan perkataan

berteriak-teriak tanpa alasan

membentak

menghasut atau memfitnah

mengkritik penampilan di depan orang

2. Perilaku agresif fisik memukul

menendangl melmpar benda disekitar

menentang aturan

merusak

berkelahi

menganggu (teasing)

melakukan pemaksaan/mengambil paksa

Page 77: U ~. !!II!II

62

3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua obyek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002).

Populasi dalam penelitian ini yaitu karyawan proyek PT. Djasa Ubersakti

yang beralamat di JI. Karang Tengah Raya Jakarta sebanyak 137 orang.

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu,

jelas, dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi (Hasan, 2002).

Billey (dalam Hasan, 2002) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan

menggunakan anal isis statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah

30. Oleh karena itu penulis menetapkan karyawan yang ada dalam

perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu sebanyak 30 orang.

Sedangkan subjek uji coba (tryout) dalam penelitian ini adalah karyawan

proyek gedung bertingkat pada PT. Djasa Ubersakti dengan jumlah 30 orang.

Page 78: U ~. !!II!II

63

Adapun untuk penggolongan responden, penulis membuat karakteristik atau

eiri-eiri umum dari sampel yang akan diambil sebagai berikut:

1. Karyawan proyek gedung bertingkat di PT. Djasa Ubersakti Jakarta.

2. Karyawan yang dimaksud adalah karyawan yang bekerja pada proyek

bangunan gedung bertingkat.

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik simple random sampling atau sampel aeak sederhana,

yaitu dalam pengambilan sampel peneliti menganggap semua subjek di

dalam populasi sama. Semua subjek dalam penelitian ini bekerja di dalam

lingkungan proyek gedung bertingkat yang sama. Dimana tempat mereka

bekerja berada di dalam proyek gedung betingkat dan selalau menghadapi

kondisi Iingkungan kerja yang sama antata satu karyawan dengan karyawan

lainnya. Dengan demikian, maka peneliti memberi hak yang sama kepada

setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi subjek

(Arikunto, 2006).

Page 79: U ~. !!II!II

64

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Metode dan Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara menyebarkan langsung instrumen penelitian kepada subjek

yang menjadi sampel penelitian yaitu karyawan proyek gedung bertingkat di

PT. Djasa Ubersakti Jakarta.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur persepsi kondisi kerja

dan agresivitas karyawan adalah angket. Angket adalah sejumlah

pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui

(Arikunto, 2006). Kedua instrumen tersebut menggunakan skala model

Likert. Untuk setiap pernyataan yang diberikan, responden diharuskan

memilih salah satu jawaban yang paling menggambarkan dirinya sendiri.

Responden menanggapi sebutir pernyataan dengan menggunakan taraf

kesetujuan (favourable) atau ketidaksetujuan (unfavourable) terhadapnya

dengan menggunakan dengan 4 (empat) kategori jawaban. Skala 4 (empat)

ini dipilih untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) atau

menghindari jawaban responden di tengah-tengah (netral), yang

dikhawatirkan akan menggambarkan keadaan responden yang sebenarnya.

Masing-masing alternatif jawaban menunjukkan kesesuaian yang diberikan

Page 80: U ~. !!II!II

65

dengan keadaan yang dirasakan responden sendiri. Setiap kategori memiliki

nilai tertentu. Penilaiannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel3.3

Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif

Kateaori Favourable UnfavourableSanaat Tidak Setuiu ISTS) 1 4

Tidak Setuiu ITS) 2 3Setuiu IS) 3 2

Sanaat Setuiu ISS) 4 1

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

1. Skala persepsi kondisi kerja. Skala ini disusun berdasarkan kondisi kerja

yang dikembangkan oleh Mangkunegara, (2005) yang tediri dari tiga

aspek, yaitu:

a. Kondisi fisik kerja meliputi: Penerangan, kondisi suara, warna, musik,

temperatur dan kelembapan.

b. Kondisi psikologis kerja yaitu bosan kerja dan keletihan kerja.

C. Kondisi lama waktu kerja meliputi jumlah jam kerja dan waktu istirahat

kerja.

Adapun distribusi penyebaran butir pernyataan secara jelas dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Page 81: U ~. !!II!II

Tabel3.4

Blueprint Tryout Skala Persepsi Kondisi Kerja

66

No Dimensi Indikator Perilaku Item Total

Favourable Unfavourable

1 Kondisi kerja fisik

Penerangan Melihat dengan jelas 1,19,28,43 10, 37 6

Kondisi suara Pendengaran yang 2,11,44,38 20, 29 6

baik

Warna Kenyamanan ruang 3,21,30 12 4

kerja

Musik Kenyamanan bekerja 13,22,31 4 4

Temperatur & Kenyamanan 5,32,39, 14,23,45 6

kelembapan Iingkungan kerja

2. Kondisi psikologis

ketidakbosanan Tugas yang monoton, 15,24,46 6,40,33 6

kerja hubungan rekan kerja

Keletihan kerja Seban kerja 7, 34, 41 16,47,25 6

berlebihan

3. Kondisi lama

waktu kerja

Jumlah jam kerja Deadlines (batas 17,26 8, 35 4

waktu) I time

Waktu istirahat pressures

kerja Pengaturan jam kerja 9, 27, 36 18,42 5

Total 28 19 47

Page 82: U ~. !!II!II

67

2. Skala agresivitas. Disusun kedalam dua bentuk perilaku agresif, yaitu

verbal dan fisiko Perilaku agresif verbal yaitu; berkata-kata kasar, memakil

mengejek, mengancam dengan perkataan, berteriak-teriak tanpa alasan,

membentak, menghasut atau memfitnah, mengkritik penampilan di depan

orang. Sedangkan perilaku agresif fisik meliputi; memukul, menendangl

melempar benda disekitar, menentang aturan, merusak, berkelahi,

menganggu (teasing), melakukan pemaksaanl mengambil paksa.

Adapun distribusi penyebaran butir pernyataan secara jelas dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel3.5

Blue Print Tryout Skala Agresivitas

No Dimensi Item Total

Favourable Unfavourable

1 Perilaku agresif verbal 1,29, 16, 30, 43, 15,42,2,4, 18,

3, 17,44,49,31, 19,32,46,21 29

45, 5, 47, 53, 6,

20,33,7,34,50

2. Perilaku agresif fisik 22, 56, 60, 9, 36, 8, 35, 23, 51, 37,

54,58, 10,24,57, 48,26,13,40

59, 61, 11, 25, 38, 32

12,39,55,27, 14,

28,41,52

Total 43 18 61

Page 83: U ~. !!II!II

68

3.3.2 Teknik Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah skala yang telah dibuat mampu menghasilkan data

yang akurat, sesuai dengan tujuan ukurnya, maka diperlukan pengukuran

validitas (Azwar, 2005). Oleh karena itu, untuk menguji validitas dari skala

yang telah dibuat digunakan teknik korelasi Product Moment Pearson.

Adapun rumusnya adalah :

Keterangan :

rXY = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.

XY = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y.

X = jumlah nilai setiap item.

Y = jumlah nilai konstan.

n = jumlah subyek penelitian.

Page 84: U ~. !!II!II

69

2. Reliabilitas Data

Reliabilitas mengaeu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang

mengandung makna keeermatan pengukuran (Azwar, 2005). Pengukuran

yang memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu yang mampu memberikan hasil

ukur yang terpereaya. Untuk meneari nilai estimasi reliabilitas dari instrumen

yang digunakan, peneliti menggunakan teknik Alpha Cronbaeh, dalam

penghitungannya adalah dengan menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows.

Pengujian validitas diperoleh dengan mengkorelasikan skor setiap item

dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor item. Hasil korelasi

bagian total inilah yang diuji signifikansinya untuk menentukan validitas item

tersebut. Item yang mempunyai korelasi positif di atas nilai r tabel (0,361)

menunjukkan bahwa item tersebut valid (Sugiyono, 2004: 24).

Hasil uji validitas pada 30 responden (n=30) menentukan tiap-tiap variabel

skala persepsi kondisi kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 85: U ~. !!II!II

70

Tabel3.6

Blueprint Skala Persepsi Kondisi Kerja setelah Tryout

setelah tryout dengan vaildltas dl bawah r tabel (0,361)

No Dimensi Indikator Perilaku Item Total

Favourable Unfavourable

1 Kondisi kerja fisik

Penerangan Melihat dengan jelas 1,19,28,43 10, 37 6

Kondisi suara Pendengaran yang 2*,11,44,38* 20,29 6

baik

Warna Kenyamanan ruang 3*,21*,30* 12 4

kerja

Musik Kenyamanan bekerja 13,22*,31* 4* 4

Temperatur & Kenyamanan 5*,32,39, 14,23,45 6

kelembapan lingkungan kerja

2. Kondisi psikologis

ketidakbosanan Tugas yang 15*,24*,46* 6*,40*,33 6

kerja monoton, hubungan

rekan kerja 7,34*,41* 16*,47,25* 6

Keletihan kerja Beban kerja

berlebihan

3. Kondisi lama

waktu kerja

Jumlah jam kerja Deadlines (batas 17, 26 8, 35 4

waktu) I time

pressures

Waktu istirahat Pengaturan jam 9,27*,36* 18,42* 5

kerja kerja

Total 28 19 47

*..

Page 86: U ~. !!II!II

71

Dari 47 item skala persepsi kondisi kerja, didapatkan 21 item yang gugur dan

tersisa 26 item yang dianggap valid. Sedangkan untuk skala agresivitas dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel3.7

Blueprint Skala Agresivitas setelah Tryout

*setelah t/)lout dengan validltas dl bawah r tabel (0,361)

No Dimensi Item Total

Favourable Unfavourable

1 Perilaku agresif verbal 1, 29, 16, 30,43, 15*,42*, 2*, 4,

3,17,44,49,31, 18, 19,32,46*, 29

45, 5*, 47, 53, 6, 21

20*, 33, 7, 34, 50

2. Perilaku agresif fisik 22, 56, 60, 9, 36, 8*,35*,23*,51,

54,58, 10,24*,57, 37*,48,26, 13,

59,61, 11,25,38, 40* 32

12,39,55,27*, 14,

28,41,52

Jumlah 43 18 61..

Dari 61 item skala agresivitas, didapatkan 13 item yang gugur dan tersisa 48

item yang dianggap valid.

Adapun uji reliabilitas skala persepsi kondisi kerja pada saat t/)lout

didapatkan koofisien reliabilitas:

Page 87: U ~. !!II!II

72

Tabel3.8

Koefisien Reliabilitas Persepsi Kondisi Kerja pada saat Tryout

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.906 47

Sedangkan untuk uji reliabilitas skala agresivitas pada saat tryout didapatkan

koofisien reliabilitas:

Tabel3.9

Koefisien Reliabilitas Agresivitas pada saat Tryout

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.959 61

3.4 Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis data yang sudah diperoleh dan mengetahui ada tidaknya

korelasi antar dua variabel penelitian digunakan teknik korelasi Product

Moment dari Pearson dan untuk melihat ada tidaknya sumbangan

Independent Variable terhadap Dependent Variable, maka digunakan anal isis

regresi.

Page 88: U ~. !!II!II

73

Hasil penelitian dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows. Hasil penelitian korelasi akan diinterprestasikan dengan

menunjukkan pada nilai r tabel dan mengacu pada kelompok signifikansi

sebesar 5 %. Jika hasil r hitung lebih > dari r tabel, maka korelasi dianggap ada

hubungan atau Ha diterima dan Ho ditolak. Namun jika hasil r hilung < dari r tabel.

korelasi dianggap tidak ada hubungan atau Ha1 ditolak dan Ho1 diterima.

Sedangkan hasil analisis regresi akan di interpretasikan dengan

menunjukkan F tabel dan mengacu pada kelompok signifikansi 5 %. Jika

hasil F hilung > F tabel. maka regresi dianggap Ha2 ada sumbangan dan Ho2

tidak ada sumbangan

3.5 Prosedur Penelitian

Untuk mendapatkan data yang baik maka dibutuhkan suatu prosedur

penelitian yang sudah dirancang dengan baik dan seefisien mungkin,

prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,

melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis

yang tepat mengenai variabel penelitian. Kemudian, menentukan, menyusun,

dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelilian ini yatiu

skala agresivitas dan skala persepsi kondisi kerja.

Page 89: U ~. !!II!II

74

2. Tahap Uji Coba (tryout)

Penulis menyebarkan angket ke responden uji coba, mengolah data yang

sudah terkumpul sehingga diperoleh item-item yang reliabel dan valid untuk

digunakan dalam penelitian.

3. Tahap PengambHan Data

Menentukan populasi dan sampel penelitian, memberikan penjelasan

mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi

angket penelitian, serta melakukan pengambHan data dengan memberikan

angket yang telah disiapkan kepada responden penlitian.

4. Tahap Pengolahan Data

Melakukan skoring untuk setiap hasH skala yang telah diisi oleh responden

penelitian. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik

untuk menguji hipotesis penelitian. Melakukan interpretasi dan anal isis dari

hasH penelitian.

Page 90: U ~. !!II!II

BAB4

PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Djasa Ubersakti yang beralamat di JI. Karang

Tengah Raya, Jakarta. PT. Djasa Ubersakti adalah perusahaan yang

bergerak dibidang konstruksi bangunan yang menangani berbagai proyek

pembangunan gedung bertingkat, fasilitas-fasilitas umum hingga

pembangunan rumah tinggal (Residence House). PT. Djasa Ubersakti

merupakan salah satu perusahaan konstruksi bangunan terbesar di

Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1971. Selama lebih dari 30 tahun

pengalaman dalam bidang konstruksi bangunan, perusahaan ini telah

berkembang menjadi perusahaan pembangunanan fasilitas gedung-gedung

gas dan perminyakan, perindustrian, dan berbagai bangunan lainnya. Sistem

manajemen yang tangguh dan kemampuan teknik yang memadai menjadi

kunci kesuksesan dalam penyelesaian berbagai proyek. Adapun responden

yang terlibat dalam penelitian ini adalah:

75

Page 91: U ~. !!II!II

1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel4.1

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah responden PersentaseLaki-Iaki 30 100%

Perempuan - 0%Total 30 100 %

Dari hasH persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini memHiki jenis kelamin yang sama. Semua responden

terdiri dari 30 orang (100 %) berjenis kelamin laki-Iaki. Dalam penelitian ini

tidak ada responden perempuan (0 %). Hal ini tejadi karena karakteristik

pekerjaan karyawan di proyek gedung bertingkat tinggi menuntut kekuatan

fisik yang tangguh dan kuat. Oleh karena itu semua pekerjaan di proyek

dilakukan oleh laki-Iaki.

76

Page 92: U ~. !!II!II

78

3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan pendidikan, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Tabel4.3

Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan terakhir Jumlah responden PersentaseSD - -

SLTP 3 10 %SLTA 3 10 %

Diploma 4 13%Sariana (S1) 20 67%

Total 30 100 %

Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini berasal dari pendidikan yang berbeda-beda. Pendidikan

tingkat SLTP dan SLTA masing-masing sebanyak 3 responden (10 %)

pendidikan Diploma sebanyak 4 responden (13 %). Responden dalam

penelitian ini paling banyak adalah mereka yang berlatar belakang pendidikan

S1 yaitu 20 responden (67 %), hal ini disebabkan oleh tuntutan perusahaan

yang menginginkan karyawan-karyawan yang profesional dan dapat bekerja

sesuai dengan tingkat keilmuan yang mereka miliki.

Page 93: U ~. !!II!II

79

4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan

Berdasarkan jabatan, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Tabel4.4

Responden Berdasarkan Jabatan

Jabatan Jumlah responden PersentaseProiect Enaineerina 6 20%

Drafter 5 17 %Supervisor Building 6 20%

Administrasi 3 10 %Loaistik 3 10 %Driver 4 13 %

Security 3 10 %Total 30 100%

Dari hasH persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini berasal dari berbagai jabatan di proyek. Jabatan Project

Engineering sebanyak 6 responden (20 %), Jabatan Drafter sebanyak 5

responden (17 %), Jabatan Supervisor Building sebanyak 6 responden (20

%). Jabatan Administrasi dan logistik masing-masing sebanyak 3 responden

(10 %). Kemudian jabatan Driver dan Security masing-masing sebanyak 4

dan 3 responden (13 % dan 10 %). Dari data di atas dapat dilihat bahwa

jabatan yang memiliki jumlah responden yang banyak yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Project Engineering dan Supervisor Building, hal ini

disebabkan karena karyawan-karyawan tersebut merupakan pelaksana

dalam sebuah proyek.

Page 94: U ~. !!II!II

80

4.2 Presentasi dan Analisis Data

4.2.1 Uji Prasyarat

Pengolahan data merupakan kegiatan yang penting dilakukan oleh peneliti

untuk dapat melihat hasil dari penelitian yang dilakukan, karena dalam

penelitian harus menggunakan pengolahan data untuk memperoleh hasil

penelitian. Untuk itu, sebelum pengujian tersebut dilakukan harus dipenuhi

persyaratan analisis terlebih dahulu. Dalam hal ini persyaratan yang

dilakukan adalah:

4.2.1.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Adapun uji normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk untuk menguji

kebaikan kesesuaian dikarenakan jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini kurang dari 100 orang (Kuncono, 2004).

Dalam tarat signifikansi, variabellebih besar dari tarat signifikansi yang telah

ditetapkan sebesar 0.05, maka distribusi data dinyatakan normal dan apabila

kurang dari 0.05, maka dinyatakan tidak normal (Koncono, 2004). Uji

normalitas pada pengukuran alat tes ini adalah dengan menggunakan SPSS

Versi 16.0 for Windows yang hasilnya sebagai berikut:

Page 95: U ~. !!II!II

81

Tabel4.5

Uji Normalitas Agresivitas dan Persepsi Kondisi Kerja

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov' Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Agresivitas .226 30 .000 .863 30 .001

Persepsi Kondisi Ke~a .195 30 .005 .800 30 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Dapat diketahui dari tabel di atas bahwa hasil uji normalitas data pada

agresivitas sebesar 0.001 dan untuk persepsi kondisi kerja sebesar 0.000.

Kedua hasil tersebut lebih keeil dari taraf signifikansi 0.05 «0.05), sehingga

dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal. Berikut ini

gambar diagram Seatterplot Agresivitas dan Persepsi Kondisi Kerja.

Gambar4.1

Normal Q-Q Plot Agro,ivita,

2

o

;;Eoz

] 0:;~

0.~

W

-1

-2

50

o

o

7S

o

oer D

8oooo

o

100

Observed Value

150

Page 96: U ~. !!II!II

Gambar4.2

Normal Q.Q Plot Persepsi Kondisl Kerja

2 o

o

oo

82

.'

.,'0

o

'0

o

o

so

o

60 70 60

4.2.1.2 Uji Linearitas

Observed Value

Uji linearitas dilakukan dengan melihat taraf signifikansi pada Model

Summary and Parameter Estimates.

Tabel4.6

ModeJ Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Agreslvitas

Model Summary Parameter Estimates

Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .254 9.518 1 28 .005 15.796 1.521

The independent variable is Persepsi Kondisi Kerja

Page 97: U ~. !!II!II

84

Tabel4.8

Kategorisasi Agresivitas

Kate~ori Rumus Rentang Skor Frekwensi %Tinaai X>M > 95 9 30

Rendah X:;;M :;; 95 21 70Jumlah 30 100

Rentang penyebaran skor agresivitas adalah 48 - 192, karena pada skala ini

dibuat sebanyak 48 item dengan empat pilihan jawaban yang bernilai SS =4,

S = 3, TS = 2, STS = 1. Dengan demikian rentang skor terendah adalah 1 x

48 = 48 dan skor tertinggi adalah 4 x 48 = 192, sehingga luas sebarannya

adalah 192 - 48 = 144 dengan mean 94.6000, standardeviasi 25.01255, nilai

minimum 56 dan nilai maksimum 146. Untuk mengetahui tingkat agresivitas

penulis membaginya ke dalam 2 kategori yaitu agresivitas rendah dan tinggi.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 21 responden (70 %)

yang memiliki tingkat agresivitas rendah dengan rentang skor > 95.

Sedangkan pada tingkat agresivitas tinggi terdapat 9 responden (30

%).dengan rentang skor:;; 95. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

responden paling banyak memiliki agresivitas rendah, yaitu sebanyak 21

responden.

Page 98: U ~. !!II!II

85

4.2.2.2 Gambaran Persepsi Kondisi Kerja Karyawan

Tabel4.9

Frekuensi Data Skala Persepsi Kondisi Kerja

Statistics

Kondisi Ke~a

N Valid 30

Missing 0

Mean 51.8000

Median 50.5000

Std. Deviation 8.28126

Minimum 40.00

Maximum 78.00

Sum 1554.00

Tabe14.10

Kategorisasi Persepsi Kondisi Kerja

Kategori Rumus Rentang Skor Frekwensi %Nyaman X>M > 52 9 30

Tidak Nyaman X~M ~ 52 21 70Jumlah 30 100

Rentang penyebaran skor persepsi kondisi kerja adalah 26 - 104, karena

pada skala ini dibuat sebanyak 26 item dengan empat pilihan jawaban yang

bernilai SS =4, S =3, TS =2, STS =1. Dengan demikian rentang skor

terendah adalah 1 x 26 = 26 dan skor tertinggi adalah 4 x 26 = 104, sehingga

luas sebarannya adalah 104 - 26 = 78 dengan mean 51.8000, standar deviasi

Page 99: U ~. !!II!II

86

8.28126, nilai minimum 40 dan nilai maksimum 78. Untuk mengetahui tingkat

persepsi kondisi kerja penulis membaginya ke dalam 2 kategori yaitu kondisi

kerja nyaman dan kondisi kerja tidak nyaman.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 9 responden (30

%) yang memiliki kondisi kerja yang nyaman dengan rentang skor > 52.

Sedangkan pada rentang skor :5 52 diperoleh 21 responden (70 %) yang

memiliki kondisi kerja yang tidak nyaman. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa responden paling banyak memiliki kondisi kerja yang

tidak nyaman, yaitu sebanyak 21 responden.

4.2.2.3 Pembahasan Uji Korelasi

Analisis Statistik untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan

korelasi Pearson. Dalam perhitungannya, menggunakan SPSS Versi 16.0 for

Windows. Dari hasil uji hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi antara

Kondisi Kerja dengan perilaku agresif adalah 0.504, korelasi tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabe14.11

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Agresivitas 94.6000 25.01255 30

Persepsi Kondisi Kerja 51.8000 8.28126 30

Page 100: U ~. !!II!II

87

Tabe14_12

Correlations

VAROOO01 VAROOO02

VAROOO01 Pearson Correlation 1 .504"'

Sig. (2-tailed) .005

N 30 30

VAROOO02 Pearson Correlation .504-- 1

Sig. (2-tailed) .005

N 30 30

". Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi dengan teknik Pearson Correlation dihasilkan nilai r hitung

sebesar 0.504. Sementara nilai r table pada taraf signifikansi 5% dengan n

sebesar 30 adalah 0.361. Ini berarti r hitung (0.504) > r table (0.361), Maka Hat

diterima sedangkan Hot ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara persepsi kondisi kerja dengan agresivitas

karyawan proyek gedung bertingkat.

Dari hasil korelasi terlihat bahwa korelasi yang terjadi antara dua variabel

tersebut adalah korelasi yang posilif, yaitu semakin tinggi persepsi kondisi

kerja maka semakin tinggi pula agresivitas karyawan, begitupun sebaliknya.

Semakin rendah persepsi kondisi kerja maka semakin rendah pula

agresivitas karyawan.

Page 101: U ~. !!II!II

89

Tabe14.14Model Summary

Adjusted R Std. Error of the

Model R R Squere Square Estimate

1 .504' .254 .227 21.99050

a. Predictors: (Constant), Persepsi Kondisi Keria

b. Dependent Variable: Agresivitas

Berdasarkan tabel di atas, R Square menunjukkan bahwa variabel persepsi

kondisi kerja memiliki peranan terhadap variabel agresivitas sebesar 25,4 %

dan selebihnya 74,6 % adalah kemungkinari variabellain yang memiliki

peranan terhadap perubahan variabel agresivitas

Page 102: U ~. !!II!II

BABS

KESIMPUlAN, DISKUSI, DAN SARAN

Dari tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui (1) Gambaran persepsi

kondisi kerja karyawan proyek, (2) Gambaran agresivitas karyawan proyek,

(3) Hubungan antara persepsi kondisi kerja dengan agresivitas karyawan

proyek gedung bertingkat, dan (4) Sumbangan persepsi kondisi kerja

terhadap agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat, maka didapatkan

kesimpulan, diskusi serta saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Dari distribusi frekuensi skala agresivitas didapatkan 21 responden (70 %)

yang memiliki tingkat agresivitas rendah dengan rentang skor > 95.

Sedangkan pada tingkat agresivitas tinggi terdapat 9 responden (30

%).dengan rentang skor:S; 95. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa responden paling banyak memiliki agresivitas rendah, yaitu

sebanyak 21 responden.

Page 103: U ~. !!II!II

91

b. Dari distribusi frekuensi skala kondisi kerja didapatkan 9 responden (30

%) yang memiliki kondisi kerja yang nyaman dengan rentang skor > 52.

Sedangkan pada rentang skor $ 52 diperoleh 21 responden (70 %) yang

memiliki kondisi kerja yang tidak nyaman. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa responden paling banyak memiliki kondisi kerja yang

tidak nyaman, yaitu sebanyak 21 responden.

c. Setelah melakukan uji hipotesis, didapatkan nilai r Mung sebesar o. 504.

Sementara nilai r table pada taraf signifikansi 5% dengan n sebesar 30

adalah 0.361. Ini berarti r hilung (0. 504) > r table (0.361), maka dengan

demikian Hal diterima sedangkan H ol ditolak. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa "Ada hubungan yang signifikan antara persepsi

kondisi kerja dengan agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat".

d. Berdasarkan hasil uji analisis regresi didapatkan F h~ung sebesar 9.518 dan

F tabel dengan angka sebesar 4,20 dengan demikian nilai F hitung > dari nilai

F tabel. Jadi hasil hipotesis regresinya yaitu Ha2 diterima dan Ho2 ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa "Ada sumbangan persepsi kondisi

kerja terhadap agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat. Persepsi

kondisi kerja memberikan sumbangan sebesar 25,4% terhadap

agresivitas dan selebihnya 74,6% sumbangan dari variabellain yang juga

memiliki peranan terhadap agresivitas.

Page 104: U ~. !!II!II

92

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian untuk melihat gambaran persepsi kondisi kerja

karyawan proyek gedung bertingkat, maka dilakukan pengkategorisasian

berdasarkan 2 kategori yaitu persepsi kondisi kerja nyaman dan tidak

nyaman. Sedangkan untuk mengetahui gambaran agresivitas karyawan

proyek gedung bertingkat juga digunakan dua kategorisasi yaitu agresivitas

rendah dan agresivitas tinggi. Gambaran kedua variabel diperoleh dengan

melihat persentase dan jumlah responden.

Dari kesimpulan yang sudah didapatkan untuk mengetahui gambaran

persepsi kondisi kerja karyawan proyek gedung bertingkat diketahui bahwa

terdapat 21 responden (70 %) yang memiliki kondisi kerja yang tidak nyaman

dan 9 responden (30 %) yang memiliki kondisi kerja yang nyaman. Dengan

demikian, responden paling banyak memiliki kondisi kerja yang tidak nyaman,

yaitu sebanyak 21 responden (30 %). Ini berarti sebagian besar karyawan

menganggap kondisi kerja mereka selama ini masih jauh dari yang mereka

harapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kerja di proyek bangunan

bertingkat memang berbeda dengan kondisi kerja di tempat kerja pada

umumnya. Karyawanl pekerja proyek selalu bergelut dengan kondisi-kondisi

kerja yang bising dari penggunaan alat-alat konstruksi, suhu lingkungan yang

Page 105: U ~. !!II!II

93

panas karena terik matahari dan struktur bangunan serta getaran mekanis

yang tinggi dikarenakan penggunaan mesin-mesin besar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar (2001), yang membagi kondisi

kerja menjadi dua aspek yaitu kondisi fisik kerja dan lama waktu kerja.

Kondisi fisik kerja meliputi lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah suara

dan cahaya yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja.

Oi samping masalah tersebut juga terdapat faktor-faktor lingkungan yang

spesifik, antara lain tentang iluminasi (penerangan), warna, kebisingan, dan

musik. Munandar juga menyebutkan akibat-akibat dari tingkat bising yang

tinggi antara lain pertama yaitu timbulnya perubahan fisiologis. Penelitian

menunjukkan bahwa pada orang-orang yang mendengar bising pada tingkat

95-110 desibel, terjadi penciutan pada pembuluh darah, perubahan detak

jantung, dilatasi pada pupil-pupil mata. Bising yang keras juga dapat

mengakibatkan ketegangan otot. Kedua yaitu adanya dampak psikologis.

Bising dapat mengganggu kesejahteraan emosional. Mereka yang bekerja

dalam lingkungan yang ekstrim bising lebih agresif, penuh curiga, cepat

jengkel dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam Iingkungan yang

lebih sepi. Kemudian kondisi lama waktu kerja mencakup tentang jam kerja

dan pengaturan sistem waktu kerja.

Page 106: U ~. !!II!II

94

Sejalan dengan penjelasan di atas, Mangkunegara, (2005) membedakan

kondisi kerja karyawan dalam tiga aspek yatu kondisi fisik dan kondisi

psikologis kerja dan kondisi lama kerja. Adapun kondisi fisik kerja meliputi,

iluminasi (penerangan), agar tidak memberikan efek gelap, silau yang berasal

dari cahaya atau dari pantulan cahaya pada benda-benda yang berkilau yang

akan berdampak pada kinerja. Kondisi suara berupa suara atau bunyi yang

tidak diiginkan, yang mengganggu dan menjengkelkan yang tidak ada

hubungannya dengan aktivitas yang dilakukan. Warna, musik dalam beke~a,

yang memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan yang sederhana, rutin dan

monoton, sedangkan pada pekerjaan yang menuntut konsentrasi yang tinggi

dan jenis pekerjaan majemuk musik akan berpengaruh secara negatif. Dan

kondisi fisik kerja lainnya adalah terkait dengan temperatur atau kelembaban.

Kemudian kondisi psikologis kerja yang terdiri dari bosan kerja dan keletihan

kerja yang yang dapat disebabkan oleh tugas yang monoton dan beban kerja

yang berlebihan. Dan aspek yang ketiga yaitu kondisi temporer kerja meliputi

waktu jumlah jam kerja dan lama istiahat kerja.

Sedangkan dari variabel agresivitas dihasilkan 21 responden (70 %) yang

memiliki agresivitas rendah. Kemudian pada tingkat agresivitas tinggi

terdapat 9 responden (30 %). Ini berarti responden paling banyak memiliki

agresivitas yang rendah yaitu sebanyak 21 orang. Sehingga dapat

disimpulkan agresivitas yang dilakukan oleh karyawan proyek gedung

Page 107: U ~. !!II!II

95

bertingkat berada pada tingkat yang rendah. Dengan kata lain juga dapat

disimpulkan bahwa terjadi agresivitas pada karyawan gedung bertingkat

walaupun hanya dalam taraf yang rendah. Hal ini terjadi mungkin disebabkan

karena berbagai faktor diantaranya faktor lingkungan, genetis atau peraturan­

peraturan seperti norma-norma yang diterapkan perusahaan ataupun di

tengah masyarakat yang menuntut mereka untuk memilih pernyataan

normatif pada instrumen penelitian.

Hasil hipotesis menyatakan bahwa "Ada hubungan antara persepsi kondisi

kerja dengan agresivitas karyawan proyek gedung bertingkat". Hasil

penelitian pada variabel persepsi kondisi kerja yang tinggi menunjukkan

bahwa karyawan proyek berada pada kondisi yang tidak nyaman. Para

karyawan bekerja pada lingkungan yang sarat ganguan baik fisik maupun

psikologis. Gangguan-gangguan yang terjadi dapat mempengaruhi

perubahan pada perilaku mereka. Dalam Masbow.com (2008), diuraikan

bahwa strategi yang dipilih seseorang untuk stimulus mana yang

diprioritaskan atau diabaikan pada suatu waktu tertentu akan menentukan

reaksi positif atau negatif terhadap Iingkungan. Teori Kualitas Lingkungan

yang salah satunya meliputi kualitas fisik (ambient condition). Berbicara

mengenai kualitas fisik (ambient condition), Rahardjani dan Ancok (dalam

Prabowo, 1998) menyajikan beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi

perilaku yaitu: kebisingan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan dan

Page 108: U ~. !!II!II

96

Narna. Menurut Ancok (dalam Prabowo, 1998), keadaan bising dan

:emperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni.

Sedangkan menurut Holahan tingginya suhu dan polusi udara paling tidak

::lapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku.

Korelasi dari kedua variabel ini adalah korelasi yang positif yaitu korelasi

searah yang diartikan bahwa semakin tinggi persepsi kondisi kerja karyawan

maka semakin tinggi agresivitas karyawan dan sebaliknya semakin rendah

persepsi kondisi kerja karyawan maka semakin rendah agresivitas karyawan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja yang tidak nyaman ternyata

dapat memberikan pengaruh terhadap agresivitas namun masih berada

dalam taraf yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya metode

pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur

persepsi kondisi kerja dan agresivitas karyawan adalah angket. Dengan

menggunakan angket, responden diminta untuk menanggapi setiap butir

pernyatan yang paling sesuai dengan dirinya. Namun instrumen dengan

penggunaan metode angket dapat memberikan kesempatan kepada

responden untuk memilih jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan dirinya.

Sehingga mereka cenderung menjawab pernyatan-pernyataan normatif yang

tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.

Page 109: U ~. !!II!II

97

Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa agresivitas tidak hanya

dipengaruhi oleh kondisi kerja saja. Namun terdapat faktor-faktor lain yang

juga memberi kontribusi dalam memunculkan perilaku agresi pada individu.

Diantaranya banyak terjadi perilaku agresi pada mereka yang

mengkomsumsi alkohol. Menurut hasil penelitian Pihl & Ross (dalam

Brigham, 1991) mengkomsumsi alkohol dalam dosis yang tinggi

meningkatkan kemungkinan respon agresi ketika seseorang diprovokasi.

Sementara itu pengaruh pemakaian obat-obatan terlarang tertentu juga dapat

memicu terjadinya perilaku agresi (Dayakisni, 2009). Sementara itu menurut

Nevid (2005), alkohol dan obat-obat terlarang mungkin membuat orang sulit

mempersepsikan motif-motif orang lain secara tepat, menyebabkan mereka

untuk mempersepsikan perilaku orang lain sebagai tujuan buruk, yang

akhirnya memicu respons dengan kekerasan.

Disamping itu menurut Davidoff (1991), ada juga beberapa faktor biologis

yang dapat mempengaruhi perilaku agresi seseorang seperti gen yang

tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang

mengatur perilaku agresi. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi

ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang

mengendalikan agresi. Kimia darah juga dapat mempengaruhi perilaku

agresi.

Page 110: U ~. !!II!II

98

Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan persepsi kondisi kerja

memberikan sumbangan atau kontribusi terhadap timbulnya agresivitas

karyawan. Hal tersebut dapat dilihat dari persepsi kondisi kerja yang

memberikan sumbangan sebesar seeesar 25,4 % dan selebihnya 74,6 %

adalah kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap perubahan

variabel agresivitas seperti yang telah dijelaskan di atas.

5.3 Saran

Guna kepentingan lebih lanjut, ada beberapa saran teoritis dan praktis yang

diajukan oleh penulis yang dapat dijadikan pertimbangan, yaitu:

Saran Teoritis

a. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur persepsi kondisi

kerja dan agresivitas karyawan adalah angket. Dengan menggunakan

angket, responden diminta untuk menanggapi setiap butir pernyatan yang

paling sesuai dengan dirinya. Namun instrumen dengan penggunaan

metode angket dapat memberikan kesempatan kepada responden untuk

memilih jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Oleh karena

itu penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya perlu menggunakan

metode pengumpulan data lainnya seperti observasi dan wawancara

mendalam dengan pihak-pihak terkait sehingga hasil penelitian

diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Page 111: U ~. !!II!II

99

b. Mengingat jumlah sampel dalam penelitian ini terbatas yaitu 30 orang

responden, maka disarankan untuk penelitian berikutnya dapat melibatkan

sampel yang lebih besar. Karena pada dasarnya semakin tinggi jumlah

sampel maka akan memberikan kesimpulan yang semakin representatif.

c:. Skala yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan pernyataan

yang disusun oleh penulis bedasarkan teori-teori yang relevan dengan

penelitian. Sehingga sangat mungkin terjadi kekeliruan dan kekurangan

dalam penyusunan sebuah skala yang valid dan reliabel. Oleh karena itu

untuk penelitian berikutnya perlu memperhatikan dan mencermati setiap

pernyataan skala sebaik mungkin agar tepat sesuai tujuan dan sasaran

permasalahan.

Saran Praktis

Kondisi kerja merupakan aspek yang penting dalam kelangsungan

produktifitas karyawan dalam sebuah perusahaan. Pekerjaan akan dapat

diselesaikan dengan baik apabila kondisi kerja karyawan juga baik. Setiap

perusahaan tentu memiliki karakterisrik kondisi kerja yang berbeda pada

masing-masing perusahaan termasuk dalam hal ini perusahaan yang

bergerak dalam bidang konstruksi bangunan.

Page 112: U ~. !!II!II

DAFTAR PUSTAKA

Baron, Robert A. dan Donn Byrne. Social Psychology, Psikologi Sosial jilid 2.Ratna Djuwita (terj.) 2005. Jakarta: Erlangga,

Berkowitz, Leonardo. Agression: Its Causes, Concequences. Agresi: Sebabdan Akibatnya, Hartatni Woro Susiatni (terj).1995. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo.

Chaplin, J.P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Davidoff, Linda L. (1976). Introduction to Psychology. USA: McGraw-Hili Inc.

Djamaludin, Ancok.(1995). Nuansa Psikoloqi Pembanqunan. Bandung:Penerbit Pustaka Pelajar.

Franzoi, Stephen L. (2006). Social Psychology. New York: The McGraw-HiliCompanies. Inc.

Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika AditamaBandung.

Januar, Sutrisno Yayan. "Kondisi Lingkungan Kerja Fisik yang MempengaruhiAktifitas Manusia." Artikel diakses pada 29 November 2008 darihttp://januarsutrisnoyayan.wordpress.com/2008/11/29/kondisi­Iingkungan-kerja-fisik-yang-mempengaruhi-aktifitas-manusia.

Kartini, Kartono. (2002). Psikologi Sosial untuk manajemen, Perusahaan &Industri. Jakarta: PT. RajaGrafindo Indonesia.

Kuncono, (2004). Aplikasi Komputer Psikologi; Diktat Kuliah dan PanduanPratikum. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas PersadaIndonesia.

KraM, Barbara. The Social Psychology of Agression. Perilaku Agresif. HellyPrajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Sutjipto (terj). 2005.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 113: U ~. !!II!II

102

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Perilaku dan Budaya Organisasi.Bandung: PT. Refika Aditama.

M. Iqbal Hasan. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penefitian danApfikasinya. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Masbow"Tawuran Pelajar": Ditinjau dengan perspektif perilaku agresi. Artikeldiakses pada 14 Mei 2008 darihttp://www.masbow.com/2008/05/tawuran-pelajar-ditinjau­dengan.html.

Mitra Fm. "Agresi dan Penyebabnya." Artikel diakses pada 26 Januari 2009dari http://mitrafm.com/blog /2009/01/26/agresi-dan­penyebabnya/By mitrafm on Jan 26,2009 in MITRA UP DATE­Berita Terkini Mitra 97FM.

Mu'tadin, Zainun. "Faktor-Penyebab-Perilaku Agresi." Artikel diakses pada2002 dari: http://www.scribd.com/doc/12007911/Faktor-Penyebab­Perilaku-Agresi?autodown=doc.

Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia.

Myers, David G., et.al. (2005). Social Psychology. New York: McGraw-HilI.

Neneng, Tati Sumiati. "Gangguan Sikap Menentang (Membangkang padaAnak)" Tazkya, Journal of Psychology Vol. 6 No.1. FakultasPsikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2006. 44-52.

Nevid, Jeffrey S., et.al. Abnormal Psychology in a Changing. PsikologiAbnormal. Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (terj.)(2005). Jakarta: Erlangga.

Proyek_konstruksi-chapter1. Artikel diakses pada 2007 dari:http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/sip4/2007/jiunkpe-ns-s1-2007­21402016-5158-.pdf.

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta. 2003.

Page 114: U ~. !!II!II

103

Pusat Kesehatan Kerja. Jurnal Prinsip Dasar Kesehatan Kerja: "Stres danKepuasan Kerja". Artikel diakses pada Maret 2009 dari:http://jUrnal-sdm.bl09Spot.com/2009/03/stres-dan-kepuasan­kerja.html.

Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. PT. RemajaRosdakarya: Bandung.

Robbins, P. Stephen. Organizational Behaviour. Perilaku Organisas(Benyamin Molan (terj). (2003). Jakarta: PT. Macanan JayaCemerlang.

Sarlito, Wirawan Sarwono. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Saifuddin, Azwar. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: PenerbitPustaka Pelajar.

Sears, David 0., et.al. Social Psychology, Psikologi Sosialjilid 2. MichaelAdryanto (terj). (2005). Jakarta: Erlangga.

Setiadi, Bernadette. N. (2001). "Terjadinya Tindak Kekerasan dalamMasyarakat: Suatu Analisis Teoritik. "Jurnal Psikologi Sosial (JPS).No. DOTH VIl/JUNI 2001. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Sevilla, Consuelo G, et.al,. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UICipta.

Shaffer, David R., et.al., (2005). Social and Personality Development. USA:Thomson Wadsworth.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Tri Dayakisni dan Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Wikipedia.com. Perilaku Agresi: diakses dari www.wikipedia.com.

Page 115: U ~. !!II!II
Page 116: U ~. !!II!II
Page 117: U ~. !!II!II
Page 118: U ~. !!II!II
Page 119: U ~. !!II!II
Page 120: U ~. !!II!II
Page 121: U ~. !!II!II
Page 122: U ~. !!II!II
Page 123: U ~. !!II!II
Page 124: U ~. !!II!II
Page 125: U ~. !!II!II
Page 126: U ~. !!II!II
Page 127: U ~. !!II!II
Page 128: U ~. !!II!II
Page 129: U ~. !!II!II
Page 130: U ~. !!II!II
Page 131: U ~. !!II!II
Page 132: U ~. !!II!II
Page 133: U ~. !!II!II
Page 134: U ~. !!II!II
Page 135: U ~. !!II!II
Page 136: U ~. !!II!II
Page 137: U ~. !!II!II
Page 138: U ~. !!II!II
Page 139: U ~. !!II!II
Page 140: U ~. !!II!II
Page 141: U ~. !!II!II
Page 142: U ~. !!II!II
Page 143: U ~. !!II!II
Page 144: U ~. !!II!II
Page 145: U ~. !!II!II
Page 146: U ~. !!II!II
Page 147: U ~. !!II!II
Page 148: U ~. !!II!II
Page 149: U ~. !!II!II