bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 IPA
Menurut Leo Sutrisno, dkk (2008:1-19) IPA merupakan usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
(correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan
dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan
kesimpulan yang betul (truth).
Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan
pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan
untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga
merupakan ilmu yang bersifar empirik dan membahas tentang fakta serta
gejala alam.
6
7
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa alam di kehidupan sehari-hari menggunakan beberapa
metode yang dipelajari secara langsung dan memperoleh konsep
pengetahuan dari peristiwa yang konkrit.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006 Mata Pelajaran IPA
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006 Mata Pelajaran IPA
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagi berikut :
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
8
b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan
gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
2.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di
SD/MI merupakan standar minimum yang secara rasional harus dicapai
oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Dalam
penelitian ini SK dan KD IPA kelas 4 semester 2 tahun pelajaran
2015/2016 yang disajikan dalam tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 : SK dan KD IPA Kelas 4 Sekolah Dasar Semester 2 Tahun
Pelajaran 2015/2016
Standar Kompetensi
(SK) Kompetensi Dasar (KD)
7. Memahami gaya
dapat mengubah
gerak dan/atau bentuk
suatu benda
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa
gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah gerak suatu benda.
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa
gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah bentuk suatu benda.
8. Memahami berbagai
bentuk energi dan
cara penggunaannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi
yang terdapat di lingkungan sekitar serta
sifat-sifatnya.
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif
dan cara penggunaannya.
8.3 Membuat suatu karya/model untuk
menunjukkan perubahan energi gerak
akibat pengaruh udara, misalnya roket
dari kertas/baling-baling/pesawat
kertas/parasut.
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi
melalui penggunaan alat musik.
9
9. Memahami
perubahan
kenampakan
permukaan bumi dan
benda langit.
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan
bumi.
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan
kenampakan bumi dari hari ke hari.
10. Memahami
perubahan lingkungan
fisik dan pengaruhnya
terhadap daratan
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab
perubahan lingkungan fisik (angin,
hujan, cahaya matahari, dan gelombang
air laut).
10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,
abrasi, banjir, dan longsor).
10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan
kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor).
11. Memahami hubungan
antara sumber daya
alam dengan
lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber
daya alam dengan lingkungan.
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber
daya alam dengan teknologi yang
digunakan.
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan
alam terhadap pelestarian lingkungan.
Sumber : Permendiknas No.22 Tahun 2006
Penelitian ini menggunakan standar kompetensi memahami
perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit dengan
kompetensi dasar mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.
2.1.5 Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Afrisanti Lusita (2011:83) Model Examples Non
Examples adalah model mengajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan. Model
Pembelajaran Examples Non Examples atau juga disebut Example and Non
example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar
sebagai media pembelajarannya. Penggunaan media gambar ini disusun
dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi
sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar.
Model ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang
digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah
10
dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa
kelas rendah seperti; kemampuan berbahasa tulisan dan lisan, kemampuan
analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.
Menurut Beuhl (1996) (dalam Apriani dkk, 2010:20) menjelaskan
bahwa Example Non Examples adalah model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai contoh. Bertujuan untuk mempersiapkan
siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari Examples
dan Non Examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa
untuk mengklarifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu menjadi contoh akan suatu
materi yang sedang dibahas, sedangkan Non Examples memberikan
gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
dibahas.
Sementara itu, Roestiyah (2001:73) menjelaskan bahwa Examples
Non Examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan
gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi
dasar, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk
guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok, bimbingan penyimpulan,
evaluasi, dan refleksi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Examples Non Examples adalah model
pembelajaran yang dalam proses mengajar guru menggunakan contoh
gambar dari suatu materi yang sedang dibahas (examples) dan bukan
contoh gambar dari suatu yang dari suatu materi yang dibahas (non
examples).
2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Example Non Examples
Menurut Suprijono (2009:125) menyebutkan langkah-langkah
dalam model pembelajaran examples non examples sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
11
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
6) Kesimpulan.
Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples
menurut Suprijono diatas ada 6 langkah pembelajaran, dimana guru
mempersiapkan gambar sampai memberikan kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran
examples non examples menurut Herdian (2009) adalah sebagai berikut:
1) Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan
kompetensi.
2) Sajikan gambar ditempel atau pakai OHP.
3) Dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian.
4) Diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi.
5) Presentasi hasil kelompok.
6) Bimbingan penyimpulan.
7) Evaluasi dan,
8) Refleksi.
Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples
menurut Herdian diatas ada 8 langkah pembelajaran, dimana guru
mempersiapkan gambar sampai memberikan refleksi kepada siswa.
Langkah-langkah yang digunakan sedikit berbeda dengan langkah-langkah
yang dikemukakan oleh Suprijono.
Menurut Afrisanti Lusita (2011:83) langkah-langkah model
pembelajaran examples non examples yang dilakukan adalah :
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
12
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
Memperhatikan dan menganalisis gambar.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6) Mulai dari komentar dan hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7) Kesimpulan.
Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples
menurut Afrisanti Lusita diatas ada 7 langkah pembelajaran, dimana guru
mempersiapkan gambar sampai memberikan kesimpulan. Berbeda dengan
langkah-langkah dari Suprijono, yaitu siswa membacakan hasil diskusinya.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran examples non
examples dari beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah model pembelajaran examples non examples yaitu :
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4) Siswa dibagi menjadi kelompok 2-3 orang.
5) Setiap kelompok berdiskusi tentang gambar yang di tempel di papan
atau ditayangkan melalui OHP.
6) Hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
7) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
8) Komentar/hasil diskusi siswa.
9) Guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
10) Evaluasi.
11) Refleksi.
12) Kesimpulan.
13
2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Examples Non
Examples
a. Kelebihan
Menurut Buehl (dalam Apriani dkk, 2010:219) mengemukakan
kelebihan model examples non examples antara lain :
1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan
untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam
dan lebih kompleks.
2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari examples dan non examples
3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian
non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian
yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan
pada bagian examples.
Mahrim (2010:16) mengemukakan bahwa model examples non
examples memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
1) Mendorong siswa agar mampu menumbuhkan motivasi diri untuk
dapat membangun pengetahuan yang sudah berada dalam diri
mereka sendiri.
2) Membangun kerjasama antar sesama siswa sehingga mereka dapat
saling mengemukakan dan meluruskan kompetensi pembelajaran.
3) Dengan contoh-contoh dan media gambar akan dapat menimbulkan
daya tarik, mempermudah pemahaman yang bersifat abstrak
sehingga dapat mempercepat peserta didik membentuk pemahaman
diri terhadap suatu konsep.
Menurut Beuhl (Depdiknas, 2007:219) kelebihan dari model
examples non examples antara lain :
1) Siswa dari satu definisi digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
14
2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari examples dan non examples.
3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian
non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian
yang telah dipaparkan pada bagian examples.
b. Kelemahan
Hary Kurniadi (2010:1) kelemaham model examples non
examples antara lain :
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang lama.
Kelemahan model pembelajaran examples non examples
menurut Afrisanti Lusita (2011:83) adalah :
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang lama.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
Examples Non Examples diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan
model pembelajaran Examples Non Examples yaitu siswa lebih kritis
dalam menganalisa gambar, siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa
contoh gambar, dan siswa diberi kesempatan untuk menggunakan
pendapatnya. Sedangkan kelemahan model pembelajaran Examples Non
Examplse yaitu tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar
dan proses pembelajaran akan memakan waktu yang lama.
2.1.8 Model Pembelajaran Konvensional
Ujang Sukandi (Kholik, 2011) mendefinisikan bahwa
pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak
mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah
siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan
15
pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini
terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah
pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer”
ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
Menurut Depdiknas (2001:592) konvesional mempunyai arti
berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan,
kelaziman); tradisional. Dalam kaitannya dengan peningkatan kulaitas
pendidikan, Zamroni, dalam Nursisto (2001:xxv) pendekatan konvensional
adalah upaya peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu secara kaku
pada paradigma input-proses-output.
Gilstrap dan Martin (dalam Abdul Azis Wahab, 2009: 88) “Model
konvensional (ceramah) yang dalam istilah asing disebut „lecture‟ berasal
dari kata Latin: lego (legere, lectus) yang berarti membaca. Kemudian
lego diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru
menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendektekan
pelajaran dengan penggunaan buku kemudian menjadi “lecture method”
atau metode ceramah”.
Berdasarkan definisi beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa model konvensional sering juga disebut metode ceramah, yaitu
merupakan cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan
penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa dan pembelajaran dimulai
dari penyajian informasi, pemberian ilustrasi dan contoh soal, latihan soal-
soal sampai pada akhirnya guru merasakan apa yang diajarkan telah
dimengerti oleh siswa.
2.1.9 Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model
konvensional adalah sebagai berikut (FTK, 2011:26) :
1) Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi
kepada siswa tentang materi yang diajarkan.
2) Guru memberikan motivasi.
16
3) Guru menerangkan bahan ajar secara verbal.
4) Guru memberikan contoh-contoh.
5) Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab
pertanyaan.
6) Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan
contoh soal yang telah diberikan.
7) Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa.
8) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan inti pelajaran.
2.1.10 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional
a. Kelebihan
Metode ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar
mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan menurut (Setyawan Heru : 2011) dari ceramah adalah
sebagai berikut :
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
6) Lebih ekonomis dalam hal waktu.
7) Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan.
8) Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas.
9) Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh
perhatian.
10) Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan
meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.
11) Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber
lain.
17
Hisyam, Bermawy, Sekar (2008:91) mengemukakan kelebihan
metode ceramah sebagai berikut.
1) Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan.
2) Efisien dari sisi waktu dan biaya.
3) Dapat menyampaikan materi yang banyak.
4) Mendorong guru menguasai materi.
5) Lebih mudah mengkontrol kelas.
6) Siswa tidak pelu persiapan.
7) Siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan.
Wina Sanjaya (2006:148) mengemukakan kelebihan metode
ceramah sebagai berikut.
1) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah.
2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok nateri yang perlu
ditonjolkan.
4) Melalui ceramah dapat mengontrol keadaan kelas.
5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat doatur
menjadi lebih sederhana.
b. Kelemahan
Kelemahan model ceramah adalah sebagai berikut :
1) Siswa yang bertipe visual menjadi rugi, dan hanya siswa yang
bertipe auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
2) Mudah membuat siswa menjadi jenuh.
3) Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang
menggunakannya.
4) Siswa cendrung menjadi pasif dan guru yang menjadi aktif (teacher
centered).
Hisyam, Bermawy, Sekar (2008:93) mengemukakan kekurangan
metode ceramah sebagai berikut :
1) Membosankan.
2) Siswa tidak aktif.
18
3) Infomasi hanya satu arah.
4) Menggurui dan melelahkan.
5) Kurang melekat pada ingatan siswa.
6) Kurang terkendali, baik waktu maupun materi.
7) Monoton.
8) Tidak menggembanggkan kreativitas siswa.
9) Menjadikan siswa hanya sebagai objek didik.
10) Tidak merangsang siswa untuk membaca.
Wina Sanjaya (2006:148) mengemukakan bahwa kelemahan
metode ceramah sebagai berikut.
1) Materi yang dikuasai siswa dari hasil ceramah akan terbatas pada
yang dikuasai guru.
2) Meramah yang tidak disertai peragaan dapat mengaibatkan
terjadinya verbalisme.
3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik,
ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
4) Melalui ceramah sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh
siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan model konvensional diatas,
dapat disimpulkan bahwa kelebihan model konvensional guru lebih praktis
dalam menyampaikan materi, materi yang disampaikan lebih luas, dan
efisien waktu serta biaya. Sedangkan kelemahan model konvensional
dalam pembelajaran lebih terpusat pada guru, pembelajaran terlalu
monoton dan membosankan, dan tidak mengembangkan kreativitas siswa.
2.1.11 Hasil Belajar
Menurut A.J Romiszowki dalam (Abdurahman, 2003:38) hasil
belajar merupakan keluaran (output) dari suatu siswa pemrosesan masukan
(input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi
sedangakan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).
19
Seperti halnya Romiszowki, Keller dalam (Abdurahman, 1983:391)
memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan
berbagai masukan yang berupa informasi.
Menurut Sudjana dalam (Wardani, 2009:3.20) mengemukakan
bahwa hasil belajar harus diidentifikasi melalui hasil pengukuran
penguasaan materi dan aspel perilaku baik tes maupun non tes.
Penguasaan yang dimiliki siswa tersebut dinyatakan dalam aspek yang
terdiri dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psokomotorik.
Selain itu, Hamalik (2011) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah,
yang dinyatakan dalam bentuk angka atau skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari hasil tes atau
evaluasi dalam proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk
angka atau skor.
2.1.12 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes.
Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk
mengukur hasil belajar peserta didik yaitu :
1. Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai pertanyaan yang
harus dijawab atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes
dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes dan
dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator
pencapaian kompetensi (Poerwanti, dkk 2008:4-3). Tes adalah alat ukur
atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan
(Arikunto, 2009:53).
20
Tes menurut Sudjana (2011:35) seabagi alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran, namun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula
digunakan untuk mengukur arau menilai hasil belajar bidang afektif dan
psikomotorik.
Jadi dapat disimpulkan pengertian tes adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan
menggunakan langkah-langkah dan kriteria-kriteria yang sudah
ditentukan serta memberikan pertanyaan atau pemberian tugas untuk
mengukur tingkat hasil belajar siswa.
2. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengases peserta didik
pada ranah afektif dan pskiomotor, berbeda dengan teknik tes yang
lebih menekankan pada aspek kognitif. Menurut Wardani, dkk
(2012:73-75) ada beberapa macam teknik non tes, beberapa diantaranya
yaitu :
a. Unjuk kerja
Unjuk kerja adalah suatu penilaian/pengukuran yang
dilakukan melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam
melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksinya.
b. Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian
tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus
selesai tepat waktu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara
bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,
dan penyajian data.
21
c. Tugas Individu
Tugas individu adalah penilaian berbentuk pemberian tugas
kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. Tugas ini
dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk seperti
pembuatan kliping, pembuatan makalah dan yang sejenisnya.
d. Tugas Kelompok
Tugas kelompok sama dengan tugas individu, namun
dikerjakan secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai
kompetensi kerja kelompok.
e. Laporan
Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atau tugas
atau pekerkaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan
kerja praktik, laporan praktikum dan laporan Pemantapan Praktik
Lapangan (PPL).
f. Responsi atau Uji Praktik
Responsi atau uji praktik adalah suatu penilaian yang
dipakai untuk mata pelajaran yang ada kehiatan praktikumnya
seperti mata kuliah PPL.
g. Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu.
Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrument. Ada
instrument butir-butir soal apabila cara pengukurannya menggunkan
tes, apabila pengukurannya menggunkan instrument lembar
pengamatan atau observasi, pengukuran dengan cara/teknik skala sikap
akan menggunakann instrument butir-butir pernyataan.
Untuk dapat mengukur instrument tersebur diperlukan suatu
indikator perilaku yang tercantum dalam kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan
22
pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Untuk
merumuskan indikator yang tepat, guru harus memperhatikan materi
yang aka diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan
standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan
jelas. Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang
dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang
kemudian direvisi oleh Krathwoll (2001). Revisi Krathwoll terhadap
tingkatan ranah kognitif adalah ingatan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6). Selain
indikator tersebut dikelompokkan pada tingkatan rendah, sedang, dan
tinggi. Semua hal tersebut terangkum dalam bentuk instrument baik
dalam bentuk pilihan ganda maupun uraian.
Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar
penilaian atau evaluasi. Wardani dkk, (2009:2.8) mengartikannya,
bahawa evaluasi itu merupakan proses untuk member makna atau
menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan
angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria
sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat
ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah
pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau
kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga
dapat pula berupa kemmapuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau
berbagai patokan yang lain.
Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah
ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan
Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK),
sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan
dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relative disebut
dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).
23
Di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidik menyatakan bahawa
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah criteria ketuntasan belajar
(KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir
jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Meirina Dwita Meirina Setowati (2009) dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Example Non Examples
dalam Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 2 Sukorejo
Pasuruan”. Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi
belajar siswa yaitu dengan peningkatan rata-rata presentase motivasi
belajar siswa yaitu dengan peningkatan rata-rata presentase motivasi
belajar dan taraf keberhasilan tindakan dari 63,75% (cukup) pada siklus I
menjadi 82,15% (baik) pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan bahwa model pembelajaran Example Non Examples dalam
Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar biologi siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Sukorejo. Kelebihan
dalam penelitian ini adalah keberhasilan peneliti menggabungkan dua
model menjadi satu dalam kegiatan pembelajaran yang mampu
meningkatkan hasil belajar siswa yang sangan signifikan, keberhasilan
siswa dalam bekerjasama dengan anggota kelompoknya, dan melatih siswa
berfikir kritis dalam menuangkan pendapatnya. Sedangkan kelemahan
dalam penelitian ini yaitu peningkatan hasil belajar pada siklus II yang
hanya 18,4%, perlunya perhatian dan bimbingan guru saat proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung agar suasana kelas lebih kondusif serta
kelemahan dalam penelitian ini hanya menggunakan 2 siklus saja. Oleh
karena itu, peran guru harus dioptimalkan lagi dalam memperhatikan dan
24
membimbing siswa supaya penelitian ini akan berjalan dengan lancar dan
baik.
Peneliti lain Sofyan Adi Kusuma (2011) dengan judul “Pengaruh
penggunaan model Example Non Example terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas III SD N Blotongan 03 kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester II
tahun pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen yaitu 79,75 lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol
yaitu 67,67. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai sig.
0,000 maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Blotongan 03
dengan menggunakan model pembelajaran Example Non Examples
dengan pembelajaran secara konvensional (ceramah). Kelebihan dari
penelitian ini yaitu model yang digunakan mampu meningkatkan hasil
belajar siswa, walaupun hanya 12,08% saja dan siswa mampu bekerjasama
dengan kelompoknya. Kekurangan dalam penelitia ini adalah peningkatan
hasil belajar hanya 12, 08% saja dan diperlukan waktu yang lama untuk
menerapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam
penelitian harus mengkondisikan alokasi dengan materi yang akan
diajarkan agar tidak memakan waktu yang lama.
Hasil peneilitan Nopilia (2012) dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Model Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn
Siswa Kelas 5 SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa meningkat, dilihat dari aktivitas
siswa di siklus II dibanding siklus I. Pada siklus I skor rata-rata yaitu
65,08% dan pada siklus II yaitu 79,89%. Kelebihan dari penelitian ini
adalah penggunaan model berpengaruh pada skor rata-rata hasil belajar
siswa dan siswa mampu bbekerjasama dengan teman sekelompoknya serta
mampu berfikir kritis dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kekurangan
25
dari penelitian ini adalah perlunya variasi kegiatan pembelajaran yang
dapat menarik perhatian siswa agar tidak bosen. Oleh karena itu, penelitian
ini guru akan melakukan pembelajaran yang dapat menarik perhatian
siswa dan tidak membuat siswa bosan.
Penelitian diatas menunjukkan penggunaan model pembelajaran
example non example mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar siswa secara berkala. Hal itu ditunjukkan dengan adanya perubahan
pada hasil belajar siswa serta tingkat ketuntasan belajar siswa saat guru
menggunakan model pembelajaran example non example. Maka dari itu
peneliti akan melakukan penelitian apakan terdapat pengaruh motivasi
belajar dan hasil belajar perserta didik dengan menggunakan model
example non examples dalam penelitian di kelas 4 SD Negeri Ledok 07
Salatiga mata pelajaran IPA.
26
Tabel 2.2 : Kelebihan dan Kelemahan Hasil Penelitian yang Relevan
No. Nama Tahun Variabel Kelebihan Kelemahan
1. Meirina
Dwita
Setowati
2009 Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model
Example Non Examples
dalam Numbered Head
Together (NHT) untuk
Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Biologi
Keberhasilan peneliti menggabungkan dua
model menjadi satu dalam kegiatan
pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil
belajar siswa yang sangan signifikan,
keberhasilan siswa dalam bekerjasama dengan
anggota kelompoknya, dan melatih siswa
berfikir kritis dalam menuangkan pendapatnya
Peningkatan hasil belajar pada siklus II yang
hanya 18,4%, perlunya perhatian dan bimbingan
guru saat proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung agar suasana kelas lebih kondusif
serta kelemahan dalam penelitian ini hanya
menggunakan 2 siklus saja.
2. Sofyan Adi
Kusuma
2011 Pengaruh penggunaan
model Example Non
Example terhadap hasil
belajar IPS
Model yang digunakan peneliti mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, walaupun
hanya 12,08% saja dan siswa mampu
bekerjasama dengan kelompoknya
Peningkatan hasil belajar hanya 12, 08% saja dan
diperlukan waktu yang lama untuk menerapkan
dalam kegiatan belajar mengajar
3. Nopilia 2012 Pengaruh Penggunaan
Model Examples Non
Examples Terhadap Hasil
Belajar PKn
Adalah penggunaan model berpengaruh pada
skor rata-rata hasil belajar siswa dan siswa
mampu bbekerjasama dengan teman
sekelompoknya serta mampu berfikir kritis
dalam setiap kegiatan pembelajaran
Perlunya variasi kegiatan pembelajaran yang
dapat menarik perhatian siswa agar tidak bosen.
Oleh karena itu, penelitian ini guru akan
melakukan pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa dan tidak membuat siswa bosan.
27
2.3 Kerangka Berfikir
Penelitian ini membandingkan hasil belajar antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen dimana kelas kontrol pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan model konvensional dan kelas eksperimen pembelajaran
dengan menggunakan model examples non examples (ENE). Pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional yang pada umumnya
dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian
kompetensi siswa. Model konvensional yang digunakan guru adalah
ceramah. Siswa dituntut untuk mendengarkan penjelasan guru, bahkan
catatan siswa juga didektekan oleh guru. Dalam pembelajaran
konvensional, terlihat guru yang aktif dalam menjelaskan, sedangkan
siswa hanya pasif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran IPA menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri
pengetahuannya sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya sehari-
hari. Penemuan pengetahuan sendiri oleh siswa diperoleh melalui
pengalaman belajar langsung yang dialami siswa disekolah dan lingkungan
sekitarnya. Selain pengalaman belajar langsung siswa juga membutuhkan
suatu teknik belajar yang dapat membantu siswa memahami konsep-
konsep penting dalam pembelajaran IPA. Konsep-konsep penting tersebut
nantinya akan membantu siswa dalam menerapkan apa yang diperolehnya
dari pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan model pembelajaran examples non examples (ENE)
diharapkan menjadikan siswa lebih mudah memperoleh informasi dan
memahaminya, karena siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya
melalui pengamatan gambar dan kerja sama dalam kelompok. Selain itu
siswa juga dapat berbagi informasi dengan teman satu kelompok maupun
kelompok lain melalui laporan diskusi masing-masing kelompok.
Penggunaan model examples non examples dalam proses belajar.
Diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa menjadi
meningkat yaitu diatas KKM yang telah ditentukan yaitu ≥ 80. Untuk
mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran ini dalam
28
meningkatkan hasil belajar IPA siswa, diperlakukan kelas kontrol sebagai
pembanding, dimana hasil akhir yang disebut posttest diuji untuk dilihat
rata-rata pengaruhnya.
Kedua kelas diasumsikan memiliki kemampuan hasil belajar yang
sama pada mata pelajaran IPA. Kelas A pada siswa kelas 4 SDN
Cebongan 01 Salatiga disebut kelas kontrol dan kelas B soswa kelas 4
SDN Ledok 07 Salatiga disebut kelas eksperimen. Sebelum dilakukan uji
perlakuan dengan menerapkan model examples non examples, kedua
kelompok baik kelompok kontrol dan eksperimen, diberikan pretest untuk
mengetahui kemampuan rata-rata siswa pada mata pelajaran IPA. Setelah
diberikan pretest, pada kelompok kontrol diberikan treatment dengan
model konvensional, dan pada kelompok eksperimen diberikan treatment
model examples non examples. Setelah diberikan treatment, kedua
kelompok diuji kembali dengan posttest. Hasil dari posttest inilah yang
kemudian diukur melalui uji regresi untuk menganalisis dan mengambil
kesimpulan bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran
Examples Non Examples (ENE) terhadap hasil belajar IPA kelas 4 SD
Negeri Ledok 07 Kota Salatiga Kecamatan Argomulyo semester 2 tahun
pelajaran 2015/2016.
29
Gambar 2.3 : Skema Hubungan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Examples Non Examples (ENE) dan
Pembelajaran Komvensional.
Model Examples Non Examples (Kelas
Eksperimen)
Model Konvensional (Kelas Kontrol)
Pretest
Pretest
Menyimak tujuan pembelajaran yang dicapai
Menyimak materi perubahan kenampakan bumi
Menyimak materi perubahan kenampakan bumi
Membuat kelompok @2-3 orang
Memperhatikan gambar kenampakan bumi
Mencatat materi yang didekte guru
Menyimpulkan materi kenampakan bumi
Mencatat hasil diskusi di kertas/buku
Posttest
Rata-rata Skor
Perbandingan skor rata-rata kelas
kontrol < kelas eksperimen Rata-rata Skor
PEMBELAJARAN IPA
SK : 9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit. KD : 9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.
Memperhatikan contoh gambar dan bukan
contoh gambar materi perubahan kenampakan
bumi
Mendiskusikan gambar dengan kelompoknya
Membacakan hasil diskusi
Menyimak tujuan pembelajaran yang dicapai
Menyimpulkan hasil diskusi
Menyimak pemberian refleksi
Posttest
Menganalisa gambar yang disediakan guru
30
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas dapat
ditarik hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah terdapat
pengaruh penggunaan model pembelajaran examples non examples
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Ledok 07 Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga.
Ho Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Examples Non Examples
(ENE) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Ledok 07
Salatiga Kecamatan Argomulyo semester 2 tahun pelajaran
2015/2016.
Hi Terdapat pengaruh model pembelajaran Examples Non Examples
(ENE) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Ledok 07
Salatiga Kecamatan Argomulyo semester 2 tahun pelajaran
2015/2016.