bab 2 tinjauan teori 2.1 perangkat pembelajaran

21
8 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, Kunandar (2014: 6) menjelaskan bahwa “setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang lengkap, sistematis agar pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif”. Perangkat pembelajaran memiliki peranan penting bagi seorang guru sebelum memulai proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut dengan perangkat pembelajaran. Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 68) menyatakan bahwa “perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa silabus, RPP, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), serta Media Alat Peraga pembelajaran”. Jadi, Perangkat Pembelajaran dapat diartikan sebagai alat kelengkapan yang digunakan untuk membantu pembelajaran. Pada penelitian ini perangkat pembelajaran yang digunakan terdiri dari silabus, RPP dan LAS. 2.1.1 Silabus Menurut Trianto (2010: 201) menyatakan “silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”. Menurut Sanjaya (2010: 167) bahwa: Silabus dapat diartikan sebagai rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, pokok materi yang harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya dan bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang ditelah ditentukan.”

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

8

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang dipergunakan

dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, Kunandar (2014: 6) menjelaskan

bahwa “setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat

pembelajaran yang lengkap, sistematis agar pembelajaran dapat berlangsung

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpatisipasi aktif”.

Perangkat pembelajaran memiliki peranan penting bagi seorang guru

sebelum memulai proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan

dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS).

Perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut dengan

perangkat pembelajaran. Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 68) menyatakan bahwa

“perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar

mengajar dapat berupa silabus, RPP, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen

Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), serta Media Alat Peraga pembelajaran”.

Jadi, Perangkat Pembelajaran dapat diartikan sebagai alat kelengkapan

yang digunakan untuk membantu pembelajaran. Pada penelitian ini perangkat

pembelajaran yang digunakan terdiri dari silabus, RPP dan LAS.

2.1.1 Silabus

Menurut Trianto (2010: 201) menyatakan “silabus adalah rencana

pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu,

dan sumber belajar”.

Menurut Sanjaya (2010: 167) bahwa:

Silabus dapat diartikan sebagai rancangan program pembelajaran satu atau

kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, pokok materi yang harus

dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya dan bagaimana cara

untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang ditelah ditentukan.”

Page 2: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

9

Dari penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa silabus adalah

merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian

mata pelajaran.

Menurut Kunandar (2014: 4)

Silabus paling sedikit memuat:

a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTS/SMPLB/Paket B dan

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C kejuruan);

b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

c. Kompetensi inti, marupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang

harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan

mata pelajaran;

d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup

sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terkait muatan atau mata

pelajaran;

e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);

f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator pencapaian kompetensi;

g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta

didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;

i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur

kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan

j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Silabus dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan dan

standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola

pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.

Menurut Kunandar (2014: 4)

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap

bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun

ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun pada Kurikulum 2013

silabus telah dikembangkan oleh pusat sehingga guru tidak perlu lagi

mengembangkan silabus.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

10

Berdasarkan pendapat Kunandar di atas, peneliti tidak melakukan

pengembangan pada silabus namun dilakukan pengemasan kembali pada silabus

seperti pada lampiran 1 halaman 63. Silabus tersebut dikemas dari segi pembagian

materi dan alokasi waktu yang lebih jelas dan terperinci untuk mempermudah

guru dalam pelaksanaannya.

Menurut Trianto (2010: 201-202)

Dalam mengembangkan silabus harus memenuhi beberapa prinsip , yaitu :

1. Ilmiah, bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan

dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara

keilmuan.

2. Relevan, artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan

penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan

fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik.

3. Sistematis, bahwa komponen-komponen silabus saling berhubungan

secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4. Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi

dasar, indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian.

5. Memadai, artinya cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman

belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang

pencapaian kompetensi dasar.

6. Aktual dan Kontekstual, bahwa cakupan indikator, materi pokok,

pengelaman belajar, sumber belajar, dan sistem penialain

memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, seni mutakhir dalam

kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7. Fleksibel, bahwa keseluruhan komponen silabus dapat

mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika

perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8. Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah

kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor) sebagaimana yang

dikemukakan oleh Bloom.

Dari para ahli dapat disimpulkan bahwa silabus merupakan seperangkat

rencana dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum, yang berisikan

Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),

Indikator, Materi Pokok, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Sumber Belajar,

dan Penilaian. Silabus yang digunakan peneliti adalah silabus yang disusun oleh

Dinas Pendidikan.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

11

2.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pembelajaran yang efektif tidak mungkin didapat hanya dengan harapan

bahwa pengalaman yang bermakna dan relevan akan muncul dengan spontan di

dalam kelas. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pembelajaran yang efektif hanya

dapat ditemukan dalam perencanaan yang baik. Perencanaan dalam kegiatan

pembelajaran ditulis dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

RPP merupakan perencanaan pendek untuk memperkirakan seluruh

kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa maupun guru dalam kegiatan

pembelajaran. Mulyasa (2008: 212) menyatakan bahwa “RPP adalah rencana

yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai

satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan

dalam silabus”. Sedangkan menurut Imas dan Berlin (2014: 1) “Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun

sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan”.

Setelah silabus tersusun berikutnya guru menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 dalam

Kunandar (2014: 5) tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah RPP

adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau

lebih.

Menurut Daryanto dan Aris (2014: 87-88):

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada dasarnya merupakan suatu

bentuk prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai kompetensi

dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi (standar kurikulum). Fungsi

pelaksanaan RPP untuk mengefektifkan proses pembelajaran agar sesuai

dengan yang direncanakan. Materi standar yang dikembangkan harus sesuai

dengan kemauan dan kebutuhan peserta didik, serta disesuaikan dengan

kondisi lingkungannya.

Selanjutnya, Daryanto dan Aris (2014: 89) menyatakan bahwa:

Secara umum ciri-ciri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik

adalah sebagai berikut:

1) Memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh

guru yang akan menjadi pengalaman belajar bagi siswa.

2) Langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis agar tujuan

Page 5: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

12

pembelajaran dapat dicapai.

3) Langkah-langkah pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga

apabila RPP digunakan oleh guru lain mudah dipahami dan tidak

menimbulkan penafsiran ganda.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa RPP adalah

perangkat pembelajaran yang berisi perencanaan dalam kegiatan pembelajaran

yang harus dibuat sendiri oleh guru sebelum memasuki kelas sehingga

menghasilkan pembelajaran yang efektif dan bermakna.

Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 (2016: 6-9) menjelaskan bahwa:

RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci

mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP

mencakup: (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan

kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian

kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6)

penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.

RPP disusun agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan

kompetensi yang disyaratkan tercapai. Oleh karena itu, berdasarkan

Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 (2016: 6-9), dalam menyusun RPP

hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

Prinsip Penyusunan RPP

1) Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual

(KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3),

dan keterampilan (KD dari KI-4).

2) Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

4) RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal,

tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan

sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar

belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

5) Berpusat pada peserta didik

6) Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik

untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,

kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik

meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

7) Berbasis konteks

8) Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai

sumber belajar.

9) Berorientasi kekinian

Page 6: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

13

10) Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.

11) Mengembangkan kemandirian belajar

12) Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara

mandiri.

13) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran

14) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,

penguatan, pengayaan, dan remedi.

15) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau

antarmuatan

16) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan

antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu

keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan

mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata

pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

17) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

18) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi

informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif

sesuai dengan situasi dan kondisi.

Selain memperhatikan kesepuluh prinsip di atas, terdapat berbagai

komponen yang harus ada dan dicantumkan ketika menyusun RPP yang baik dan

benar. Berdasarkan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, komponen tersebut

terdiri atas.

Komponen dan Sistematika RPP

Komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk

format berikut ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah :

Mata pelajaran :

Kelas/Semester : Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar 1) KD pada KI-1

2) KD pada KI-2

3) KD pada KI-3 4) KD pada KI-

C. Indikator Pencapaian Kompetensi*)

1. Indikator KD pada KI-1

Page 7: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

14

2. Indikator KD pada KI-2

3. Indikator KD pada KI-3

4. Indikator KD pada KI-4 D. Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan

guru, sumber belajar lain berupa muatan local, materi kekinian, konteks

pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran regular, pengayaan, dan remedial)

E. Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Pertama: (…JP) a. Kegiatan Pendahuluan

b. Kegiatan Inti **)

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan informasi/ mencoba

Menalar/ mengasosiasi

Mengomunikasikan

c. Kegiatan Penutup

2. Pertemuan Kedua: (…JP) a. Kegiatan Pendahuluan

b. Kegiatan Inti **)

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan informasi/ mencoba

Menalar/ mengasosiasi

Mengomunikasikan

c. Kegiatan Penutup 3. Pertemuan seterusnya.

F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

1. Teknik Penilaian 2. Instrumen Penilaian

a. Pertemuan Pertama

b. Pertemuan Kedua

c. Pertemuan seterusnya G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media/alat

2. Bahan 3. Sumber Belajar

*) Pada setiap KD dikembangkan indikator atau penanda. Indikator untuk

KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku

umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati sebagai

dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. Indikator untuk KD yang

diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik

yang dapat diamati dan terukur.

**) Pada kegiatan inti, kelima pengalaman belajar tidak harus muncul

seluruhnya dalam satu pertemuan tetapi dapat dilanjutkan pada pertemuan

berikutnya, tergantung cakupan muatan pembelajaran. Setiap langkah

pembelajaran dapat digunakan berbagai metode dan teknik pembelajaran.

a. Langkah penyusunan RPP yaitu antara lain:

Adapun langkah-langkah pengembangan RPP adalah sebagai berikut:

Page 8: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

15

1) Mengkaji Silabus

Pengkajian silabus meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi pembelajaran;

(3) proses pembelajaran; (4) penilaian pembelajaran; (5) alokasi

waktu; dan (6) sumber belajar.

2) Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4;

3) Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku

panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi

kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang

dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler,

pengayaan, dan remedial;

4) Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus dalam

bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan

dengan kondisi peserta didik dan satuan pendidikan termasuk

penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar;

5) Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan berdasarkan alokasi

waktu pada silabus, selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan,

inti, dan penutup;

6) Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan

lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta membuat pedoman

penskoran;

7) Menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah dilakukan

penilaian; dan

8) Menentukan media, alat, bahan dan sumber belajar disesuaikan dengan

yang telah ditetapkan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.

Di dalam RPP terdapat tahap pelaksanaan pembelajaran yang meliputi:

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan guru :

a. Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;

b. Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan

dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang

akan dipelajari dan dikembangkan;

c. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya

dalam kehidupan sehari-hari;

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, dan memotivasi peserta didik. Kegiatan inti menggunakan

pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran

Page 9: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

16

dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,

menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap

peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain

mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat

aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan

RPP.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup terdiri atas:

a) Membuat rangkuman/simpulan pelajaran

b) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan

c) Melakukan penilaian

d) Menyampaikan perencanaan pembelajaran pada pertemuan

berikutnya

Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, kegiatan inti

menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan

matapelajaran, yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

asosiasi, dan komunikasi dijelaskan sebagai berikut.

a) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi

kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:

melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta

didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan

(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau

objek.

b) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas

kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,

disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk

dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan

objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta,

konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta

didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena

Page 10: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

17

atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari

kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut

menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk

menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,

menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil

berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

d) Mengkomunikasikan hasil

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang

ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan

menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh

guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik

tersebut.

2.1.3 Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

Lembar aktivitas siswa (LAS) adalah istilah lain dari Lembar kegiatan

siswa (LKS). Istilah LKS digunakan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) sedangkan untuk kurikulum yang sedang berlaku sekarang yaitu

Kurikulum 2013 menggunakan istilah LAS. Namun pada kenyataannya, LKS atau

pun LAS sama saja fungsinya yaitu sebagai panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah dalam menemukan

konsep dan pengetahuan baru.

Lembar aktivitas siswa berisi teori ringkas, contoh soal dan soal-soal essay

atau multiple choise. Azhar (dalam Maulida, 2009: 114) menyatakan bahwa

“lembar aktivitas siswa adalah lembaran yang berisi perintah-perintah yang

dilakukan sesuai dengan prosedur kegiatan yang dilakukan dan persoalan-

persoalan yang dikerjakan atau dijawab oleh siswa”. Pendapat tersebut sejalan

dengan Majid (2011: 176) yang mengutarakan bahwa, “lembar kerja siswa adalah

lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS

biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, dimana

tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar

yang akan dicapainya”.

Menurut Trianto (2012: 111)

Lembar Kegiatan Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS memuat

sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan siswa untuk

memaksimalkan pemahaman dalam rangka memgembangkan kemampuan

dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

18

Pariska (2012: 76) mengatakan bahwa:

Dalam pembelajaran matematika, LKS banyak digunakan untuk

memancing aktivitas belajar peserta didik. Melalui LKS peserta didik

merasa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dan merasa

harus mengerjakannya, terlebih lagi jika guru memberikan perhatian penuh

terhadap hasil pekerjaan mereka, sehingga peserta didik terlibat aktif

dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa LKS/LAS merupakan panduan belajar bagi siswa yang berisi petunjuk,

langkah-langkah dalam pengerjaannya dan juga biasanya berupa soal latihan yang

berisikan petunjuk dalam pemecahan masalahnya. LAS juga dapat dikatakan

sebagai panduan belajar di kelas bagi siswa yang digunakan untuk melakukan

penyelidikan atau pemecahan masalah dalam menemukan konsep atau

pengetahuan baru yang pastinya juga akan dibimbing oleh guru.

Menurut Depdiknas (dalam Nashirotun dan Suci, 2015: 3)

Bahwa komponen isi, bahasa, penyajian, kegrafikan masing-masing

mempunyai subkomponen sebagai berikut:

1. Komponen isi

Aspek yang harus dipenuhi dari komponen isi yaitu sesuai dengan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sesuai dengan

perkembangan anak, sesuai dengan kebutuhan bahan ajar, substansi

materi pelajaran, bermanfaat untuk menambah wawasan, dan sesuai

dengan nilai moral dan nilai sosial.

2. Komponen kebahasaan

Aspek yang harus dipenuhi dari kebahasaan yaitu keterbacaan,

informasi jelas, sesuai Bahasa Indonesia yang baik, dan menggunakan

bahasa yang jelas dan singkat.

3. Komponen penyajian

Aspek yang harus dipenuhi dari komponen penyajian yaitu tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, urutan penyajian, memberikan

motivasi dan daya tarik, interaksi (pemberian stimulus dan respon),

dan informasi lengkap.

4. Komponen kegrafikan

Aspek yang harus dipenuhi dari komponen kegrafikan yaitu

menggunakan font, jenis dan ukuran yang sesuai, tata letak, ilustrasi,

gambar atau foto, dan sesaian tampilan.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

19

Dalam mengembangkan Lembar Aktivitas Siswa (LAS), peneliti

menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perbandingan di kelas VII

SMP.

2.1.4 Penilaian

Menurut Kunandar (2014: 35) bahwa “penilaian adalah proses

pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan

belajar peserta didik”. Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu

yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan

penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta

didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru.

Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian

melalui tes (mengukur kompetensi kemampuan berdasarkan hasil saja), menuju

penilaian autentik (mengukur penilaian sikap, keterampilan, dan pengetahuan

berdasarkan proses dan hasil). Dalam penelitian ini, penilaian sikap diambil pada

saat proses belajar mengajar, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan

diambil setelah mengerjakan LAS yang diberikan oleh guru.

2.1.4.1 Penilaian Sikap

Kunandar (2014: 104) mendefenisikan “penilaian kompetensi sikap adalah

penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi

sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan,

merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasikan atau

mengelola dan berkarakter”. Adapun sikap yang dapat diamati dari setiap peserta

didik seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, gotong royong, dan sikap lainnya

yang dapat ditambahkan guru untuk melihat penilaian sikap peserta didik.

Menurut Kunandar (2014: 104)

Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui:

1) Observasi atau pengamatan perilaku dengan alat lembar pengamatan

atau observasi

2) Penilaian diri

3) Penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik

4) Jurnal

5) Wawancara dengan alat panduan atau pedoman wawancara

(pertanyaan-pertanyaan langsung)

Page 13: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

20

Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan penilaian kompetensi

sikap dengan cara observasi atau pengamatan dengan alat lembar

pengamatan atau observasi. Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap

spiritual mengacu pada :

KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya,

KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

2.1.4.2 Penilaian Keterampilan

Menurut Kunandar (2014: 57)

Guru menilai kompetensi keterampilan melalui:

1) Kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik

mendemostrasikan suatu kompetensi tertentu menggunakan tes praktik

(unjuk kerja) dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan

(observasi).

2) Proyek dengan menggunakan instrumen lembar penilaian dokumen

laporan proyek.

3) Penilaian portofolio dengan menggunakan instrumen lembar penilaian

dokumen kumpulan portofolio dan penilaian produk. Instrumen yang

digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang

dilengkapi rubrik.

Menurut Kunandar (2014: 257) “penilaian kompetensi keterampilan

adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian

kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi,

manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi”. Pada penelitian ini peneliti

mengembangkan penilaian keterampilan dengan penilaian kinerja.

2.1.4.3 Penilaian Pengetahuan

Menurut Kunandar (2014: 165) “penilaian kompetensi pengetahuan atau

kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian

atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan

atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi”. Pada penilaian pengetahuan ini dapat juga berupa soal yang dapat

mengukur kompetensi kognitif peserta didik.

Menurut Kunandar (2014: 165)

Page 14: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

21

Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui:

1) Tes tertulis dengan menggunakan butir soal.

2) Tes lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik

menggunakan daftar pertanyaan.

3) Penugasan atau proyek dengan lembar kerja tertentu yang harus

dikerjakan oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

2.2 Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang diambil oleh guru dan

siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang bersifat lugas dan

terencana. Menurut Sanjaya (2010: 77) “pendekatan dapat diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses pembelajaran. Istilah

pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses

pembelajaran yang bersifat masih sangat umum”.

Menurut Hanafiah & Suhana (2009: 67) “Contextual Teaching and

Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistic yang bertujuan untuk

membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna

(meaningfull) yang dikaitkan dengan kontek kehidupan nyata, baik berkaitan

dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural”.

Menurut Hamruni (2011: 133) bahwa :

Strategi pembelajaran kontekstual (CTL) adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk

dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

kontesktual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan kehidupannya. Dengan

mengaitkan pelajaran dan kehidupan nyata, pembelajaran yang dilakukan akan

lebih bermakna sebab siswa akan memahami keterkaitan materi dengan

aplikasinya di kehidupan nyata. Selain itu, pendekatan kontekstual juga bertujuan

untuk menyadarkan bahwa apa yang mereka pelajari sangat berguna dalam

kehidupan nyata mereka sehingga mereka akan memposisikan diri mereka sendiri

Page 15: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

22

yang membutuhkan bekal untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Hanafiah & Suhana (2009: 73-75)

Beberapa komponen metode Contextual Teaching Learning adalah

sebagai berikut:

1. Konstruktivisme (Contstructivism)

Contextual Teaching and Learning dibangun dalam landasan

konstruksivisme yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan dibangun

peserta didik secara sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui

konteks terbatas.

Peserta didik harus mengkontruksi pengetahuan baru secara bermakna

melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan mentransformasi

informasi ke dalam situasi lain secara kontekstual. Oleh karena itu, proses

pembelajaran merupakan proses mengkontruksi gagasan dengan

strateginya sendiri bukan sekedar menerima pengetahuan, serta peserta

didik menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran.

2. Menemukan (Inquiry)

Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan proses

menemukan (inquiry) terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan.

Proses inquiry terdiri atas:

a. Pengamatan (observation)

b. Bertanya (questioning)

c. Mengajukan dugaan (hypothesis)

d. Pengumpulan data (gathering)

e. Penyimpulan (conclusion)

3. Bertanya (Questioning)

Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik diawali dengan

proses bertanya. Proses bertanya yang dilakukan peserta didik sebenarnya

merupakan proses berpikir yang dilakukan peserta didik dalam rangka

memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Proses bertanya begitu berarti dalam rangka:

a. Membangun perhatian

b. Membangun minat

c. Membangun motivasi

d. Membangun sikap

e. Membangun rasa keingintahuan

f. Membangun interaksi antarsiswa dengan siswa

g. Membangkitkan interaksi antara siswa dan guru

h. Membangun lebih banyak lagi pertanyaan yang dilakukan siswa dalam

rangka menggali dan menemukan lebih banyak informasi.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antara peserta didik

dengan peserta didik, antara peserta didik dengan gurunya dan antara

peserta didik dengan lingkungannya. Proses pembelajaran yang signiifikan

jika dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar, baik secara homogen

Page 16: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

23

maupun secara heterogen sehingga di dalamnya terjadi berbagi masalah,

berbagi informasi, bebragi pengalaman, dan berbagi pemecahan masalah

yang memungkinkan semakin banyaknya pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh.

5. Pemodelan (Modeling)

Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya

pemodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat identifikasi maupun

bersifat fisik yang berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu

aktifitas, cara menguasai pengetahuan dan keterampilan tertentu.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berpikir tentang apa yang

baru dipelajarinya atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah

dilakukan atau dipelajarinya dimasa lalu. Reflesi pembelajaran merupakan

respon terhadap aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang baru

diterima dari proses pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk

mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan

dan keterampilan yang baru sebagai wujud pengayaan atau revisi dari

pengetahuan dan ketermapilan sebelumnya.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian merupakan proses pengumpulan data yang dapat

mendeskripsikan mengenai perkembangan perilaku peserta didik.

Pembelajaran efektif adalah proses membantu peserta agar mampu

mempelajari bukan hanya menekankan pada diperolehnya sebanyak

mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.

Oleh karena penilaian menekankan pada proses pembelajaran, data yang

dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan

pembelajaran. Kemajuan peserta didik dinilai dari proses, tidak semata dari hasil.

Oleh karena itu, penilaian authentic merupakan proses penilaian pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa di mana penilai tidak hanya guru, tetapi juga

teman siswa atau pun orang lain.

2.2 Pengertian Validitas dan Praktis

2.2.1 Validitas Perangkat Pembelajaran

Menurut Akker (dalam Syahbana, 2012: 24) bahwa “aspek kevalidan

perangkat pembelajaran terkait pada dua hal yaitu: pertama perangkat

pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat dan

kedua terdapat konsistensi secara internal”. Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan dikatakan valid jika perangkat pembelajaran berdasarkan (validasi

isi) menurut Hamruni (2011: 133) “strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu

Page 17: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

24

strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk

menemukan materi yang dupelajari dan menghubungkannya dengan

kehidupannya nyata.” Kelayakan atau kevalidan RPP sesuai dengan komponen-

komponen berdasarkan Pemendikbud Nomor 24 Tahun 2016 (2016: 6-9)

menjelaskan bahwa:

(1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2)

alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; (4) materi

pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7) media/alat,

bahan, dan sumber belajar.

Serta kelayakan atau kevalidan LAS sesuai dengan komponen-komponen

berdasarkan Depdiknas (dalam Nashirotun dan Suci, 2015: 3) menyatakan bahwa:

Komponen isi, bahasa, penyajian, kegrafikan masing-masing mempunyai

subkomponen sebagai berikut:

1. Komponen isi

Aspek yang harus dipenuhi dari komponen isi yaitu sesuai dengan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sesuai dengan

perkembangan anak, sesuai dengan kebutuhan bahan ajar, substansi

materi pelajaran, bermanfaat untuk menambah wawasan, dan sesuai

dengan nilai moral dan nilai sosial.

2. Komponen kebahasaan

Aspek yang harus dipenuhi dari kebahasaan yaitu keterbacaan,

informasi jelas, sesuai Bahasa Indonesia yang baik, dan menggunakan

bahasa yang jelas dan singkat.

3. Komponen penyajian

Aspek yang harus dipenuhi dari komponen penyajian yaitu tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, urutan penyajian, memberikan

motivasi dan daya tarik, interaksi (pemberian stimulus dan respon),

dan informasi lengkap.

4. Komponen kegrafikan

Aspek yang harus dipenuhi dari komponen kegrafikan yaitu

menggunakan font, jenis dan ukuran yang sesuai, tata letak, ilustrasi,

gambar atau foto, dan sesaian tampilan.

Serta adanya kesesuaian antara komponen-komponen RPP dengan

pendekatan kontekstual (validasi konstruk). Dalam penelitian ini produk yang

dikembangkan berupa RPP dan LAS dikatakan valid, apabila sudah divalidasi

oleh validator dan sesuai dengan kriteria kevalidan.

Kegiatan validasi dilakukan terhadap perangkat pembelajaran yang

dikembangkan yaitu dalam bentuk mengisi lembar validasi. Perangkat

Page 18: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

25

pembelajaran yang akan di validasi adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Adapun aspek yang divalidasi pada

RPP dinilai pada 4 aspek yaitu aspek perumusan indikator pencapaian

kompetensi, aspek isi yang disajikan, aspek bahasa, dan aspek waktu. Sedangkan

aspek yang divalidasi pada LAS adalah aspek isi yang disajikan, aspek materi dan

aspek bahasa. Validator tersebut menilai perangkat pembelajaran yang dirancang

dan memberikan saran serta masukan pada rancangan perangkat pembelajaran.

Sehingga kriteria perangkat pembelajaran yang valid adalah:

1. Validasi isi. Validasi isi menunjukkan bahwa model pembelajaran yang

dikembangkan berdasar pada teori pendekatan kontekstual. Pendekatan

kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan. CTL

merupakan pembelajaran yang terdiri atas beberapa komponen yaitu

konstruktivisme, questioning, inkuiri, learning community, modeling,

reflection, dan authentic assesment.

2. Validasi konstruk. Validasi konstruk menunjukkan konsistensi internal antar

komponen-komponen model. Untuk pengembangan perangkat pembelajaran

dilihat dari kesesuaian komponen-komponen pada RPP dengan kurikulum,

kesesuaian kegiatan dengan pendekatan kontekstual, dan kesesuaian

penyusunan LAS dengan pendekatan kontekstual. Pada validasi ini dilakukan

serangkaian kegiatan penelitian untuk memeriksa apakah komponen model

yang satu tidak bertentangan dengan komponen lainnya; sintaks model

mengarah pada tercapainya tujuan pengembangan model; dan prinsip sosial,

prinsip reaksi, serta sistem mendukung keterlaksanaan sintaks yang

dikembangkan.

Kriteria RPP yang valid sebagai berikut:

1. Struktur atau komponen sudah sesuai dengan pakar.

2. Kegiatan-kegiatan sesuai dengan model pembelajaran.

3. Kesesuaian antara komponen-komponen RPP.

Page 19: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

26

Kriteria LAS yang valid sebagai berikut:

1. Struktur dalam menyusun LKS sesuai dengan syarat didaktik, syarat,

kontruksi, syarat teknis, syarat pendekatan kontekstual dan syarat isi.

2. Kegiatan yang ada di LKS sesuai dengan model pembelajaranm

3. Kesesuaian antara syarat-syarat LKS.

Menurut Sugiyono (2014: 125)

Validasi produk dapat digunakan pendapat minimal tiga orang ahli untuk

memberi keputusan instrumen yang telah disusun dapat digunakan tanpa

perbaikan atau ada perbaikan. Pada tahap ini, sekaligus dilakukan revisi

untuk memperoleh masukan dalam hal memperoleh perbaikan perangkat

pembelajaran. Hasil revisi digunakan dalam uji pratikalitas.

2.2.2 Praktikalitas Perangkat Pembelajaran

Zulkardi (2002: 18) mengatakan “Practicality means that the LE (learning

environment) should meet the needs and contextual constraints of the users and

experts”. Sejalan dengan pendapat diatas McKenney (2001: xi) menyatakan

bahwa “Practicality implies usability in terms of practical constraints, in addition

tolinking up with user needs, wishes, attitudes and beliefs”.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa kepraktisan dilihat dari kegunaan

dalam hal kendala praktis, dengan kebutuhan pengguna dan ahli. Dalam

menghasilkan perangkat pembelajaran yang berkualitas baik yang sesuai dengan

pendapat Akker (dalam Syahbana, 2012: 24), maka “perangkat pembelajaran

tersebut mesti memenuhi tiga kriteria, yaitu kevalidan (validity), kepraktisan

(practically), dan keefekifan (effectiveness). Dimana aspek praktis hanya dapat

dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang

dikembangkan dapat diterapkan; (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang

dikembangkan tersebut dapat diterapkan”.

Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan

pengembangan perangkat berupa materi pembelajaran Nieveen,N (dalam

Rochmad, 2012: 70) menyatakan “mengukur tingkat kepraktisan dilihat apakah

guru (dan pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi mudah dan

dapat digunakan oleh guru dan siswa”. Hal ini berarti terdapat konsistensi antara

harapan dengan pertimbangan dan harapan dengan operasional. Apabila kedua

Page 20: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

27

konsistensi tersebut tercapai, maka produk hasil pengembangan dapat dikatakan

praktis.

Hobri (dalam Astuti & Mulyati, 2010: 27) menyatakan “LKS dinyatakan

praktis jika LKS mendapat respon positif dari siswa yang dilihat dari persentase

skor angket”. Jika persentase penilaian angket lebih dari 75% maka dapat

dikatakan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap LAS sehingga LAS

memenuhi aspek praktis. Tetapi apabila persentase kurang dari 75%, maka respon

siswa dinyatakan negatif sehingga lembar aktivitas siswa perlu direvisi dengan

memperhatikan komentar dari subjek uji coba.

Dalam penelitian pengembangan perangkat yang dikembangkan dikatakan

praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa

perangkat dapat diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya perangkat

termasuk kategori “baik”. Istilah “baik” ini masih memerlukan diukur dengan

indikator-indikator yang diperlukan untuk menentukan tingkat “kepraktisan” dari

keterlaksanaan perangkat pembelajaran.

Menurut Sukardi (dalam Syari dkk, 2013: 20) bahwa “suatu produk

dikatakan praktis jika dilihat dari: (1) kemudahan penggunaannya; (2) waktu

yang diperlukan dalam pelaksanaan; (3) daya tarik produk terhadap minat siswa;

(4) mudah diinterpretasikan oleh guru”. Sejalan dengan pendapat di atas Zulkardi

(2002: 97) menyatakan bahwa kepraktisan suatu produk dilihat dari: (1) mudah

digunakan; (2) waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan; (3) daya tarik produk

untuk siswa; (4) mudah diinterpetasikan.

Berkaitan dengan kepraktisan di tinjau dari apakah guru dapat

melaksanakan pembelajaran dikelas. Biasanya peneliti dan observer mengamati

aktivitas yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

Sehingga kriteria perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika:

1. Kemudahan penggunaannya

2. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan

3. Daya tarik produk untuk minat siswa

4. Mudah diinterpretasi

Page 21: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran

28

Kriteria kepraktisan atau respon guru terhadap perangkat pembelajaran

sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran mudah digunakan oleh guru.

2. Model dan metode yang ada di perangkat pembelajaran dapat memudahkan

guru.

3. Memanfaatkan waktu yang ada pada perangkat pembelajaran.

4. Perangkat pembelajaran dijabarkan secara sistematis, rinci dan jelas.

5. Daya tarik pada perangkat pembelajaran membuat guru bersemangat dalam

mengajar.

6. Perangkat pembelajaran mudah diinterpretasikan oleh guru.

Kriteria kepraktisan atau respon siswa terhadap LAS sebagai berikut:

1. LAS sudah sangat rapi.

2. Gambar dan warna dalam penyajian LAS yang menarik.

3. Bahasa, penyajian tulisan dan petunjuk LAS yang sistematis mudah dipahami

siswa.

4. Masalah yang disajikan dalam LAS sesuai dengan model pembelajaran yang

digunakan.

5. LAS yang disajikan memudahkan siswa dalam memahami materi.

6. Pengerjaan LAS sesuai waktu yang tlah disediakan.