bab ii kajian teori 2.1. landasan teori 2.1.1. berpikir kritis...6 bab ii kajian teori 2.1. landasan...

18
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilain terhadap sejumlah pernyataan dan membuat keputusan objektif berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang sehat dan fakta-fakta yang mendukung, bukan berdasarkan pada emosi dan anekdot (Carole,2015), Berpikir kritis merupakan suatu aktivitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar/pemikiran. Belajar berpikir kritis berarti belajar menggunakan proses mental seperti memperhatikan, mengkategorikan, menyeleksi, menilai/memutuskan (Hidayah,2014). Oleh sebab itu peserta didik dituntut untuk berpikir kritis karena kita sudah masuk dizaman abab 21 dimana peserta didik lebih aktif berperan, dan guru sebagai fasilitator. What are we talking about when we talk about ‘higher-order thinking’? Brookhart (2010) identifies definitions of higher-order thinking as falling into three categories: (1) those that define higher-order thinking in terms of transfer, (2) those that define it in terms of critical thinking, and (3) those that define it in terms of problem solving. The critical thinking category includes definitions that refer to ‘reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe or do’ (Norris & Ennis, 1989) and ‘artful thinking’, which includes reasoning, questioning and investigating, observing and describing, comparing and connecting, finding complexity, and exploring viewpoints (Barahal, 2008)”.(Collins, 2014). Para ahli mengatakan bahwa, “Apa yang kita bicarakan ketika kita berbicara tentang 'pemikiran tingkat tinggi'?kataBrookhart dalam Collins (2014) mengidentifikasi definisi pemikiran tingkat tinggi yang termasuk dalam tiga kategori: (1) yang mendefinisikan pemikiran tingkat tinggi dalam hal transfer, (2) yang mendefinisikannya dalam hal pemikiran kritis, dan (3) yang mendefinisikannya dalam hal pemecahan masalah. Kategori berpikir kritis mencakup definisi yang mengacu pada 'pemikiran reflektif yang masuk akal yang berfokus pada penentuan apa yang harus dipercaya atau dilakukan' (Norris & Ennis, 1989) dan 'pemikiran licik', yang mencakup penalaran, pertanyaan dan penyelidikan, pengamatan dan penggambaran, membandingkan dan menghubungkan, menemukan kompleksitas, dan mengeksplorasi sudut pandang. Dari beberapa pendapat diatas mengenai berpikir kritis maka peneliti menyimpulkan bahwa berpikir kritis selalu berhubungan dengan pengamatan, mengapa

Upload: others

Post on 28-Jul-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilain

terhadap sejumlah pernyataan dan membuat keputusan objektif berdasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan yang sehat dan fakta-fakta yang mendukung, bukan

berdasarkan pada emosi dan anekdot (Carole,2015), Berpikir kritis merupakan suatu

aktivitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar/pemikiran. Belajar berpikir

kritis berarti belajar menggunakan proses mental seperti memperhatikan,

mengkategorikan, menyeleksi, menilai/memutuskan (Hidayah,2014). Oleh sebab itu

peserta didik dituntut untuk berpikir kritis karena kita sudah masuk dizaman abab 21

dimana peserta didik lebih aktif berperan, dan guru sebagai fasilitator.

“What are we talking about when we talk about ‘higher-order thinking’? Brookhart

(2010) identifies definitions of higher-order thinking as falling into three categories: (1)

those that define higher-order thinking in terms of transfer, (2) those that define it in

terms of critical thinking, and (3) those that define it in terms of problem solving. The

critical thinking category includes definitions that refer to ‘reasonable, reflective

thinking that is focused on deciding what to believe or do’ (Norris & Ennis, 1989) and

‘artful thinking’, which includes reasoning, questioning and investigating, observing and

describing, comparing and connecting, finding complexity, and exploring viewpoints

(Barahal, 2008)”.(Collins, 2014).

Para ahli mengatakan bahwa, “Apa yang kita bicarakan ketika kita berbicara

tentang 'pemikiran tingkat tinggi'?kataBrookhart dalam Collins (2014) mengidentifikasi

definisi pemikiran tingkat tinggi yang termasuk dalam tiga kategori: (1) yang

mendefinisikan pemikiran tingkat tinggi dalam hal transfer, (2) yang mendefinisikannya

dalam hal pemikiran kritis, dan (3) yang mendefinisikannya dalam hal pemecahan

masalah. Kategori berpikir kritis mencakup definisi yang mengacu pada 'pemikiran

reflektif yang masuk akal yang berfokus pada penentuan apa yang harus dipercaya atau

dilakukan' (Norris & Ennis, 1989) dan 'pemikiran licik', yang mencakup penalaran,

pertanyaan dan penyelidikan, pengamatan dan penggambaran, membandingkan dan

menghubungkan, menemukan kompleksitas, dan mengeksplorasi sudut pandang.

Dari beberapa pendapat diatas mengenai berpikir kritis maka peneliti

menyimpulkan bahwa berpikir kritis selalu berhubungan dengan pengamatan, mengapa

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

7

demikian karena melalui pengamatan maka muncul suatu pendapat atau masalah,

kemudian dihubungkan maka dari situ muncul suatu kompleksitas yaitu menjadi rumit

dan bagaimana cara memecahkan dengan melakukan ekplorasi dari sudut pandang

peserta didik.Berdasarkan kurikulum 2013 implementasi pembelajaran menggunakan

pendekatan saintifik, karena mengacu pada model pembelajaran inquiry, cooperative

learning, problem based learning, and project based learning pendekatan yang

menggunakan lima M yaitu kemampuan menanya, mengumpulkan informasi, menalar

dan mengkomunikasikan sampai menciptakan tergantung suatu matapelajaran tertentu.

Implementasi kurikulum13 pendekatan saintifik lebih ditekankan untuk mengembangkan

caraberpikir kritis siswa dalam proses mengajarkan peserta didik untuk lebih

kemandiriaan dalam belajar. Berpikir adalah proses aktifitas mencurahkan daya pikir

untuk maksud tertentu, berpikir merupakan identitas yang memisahkan status

kemanusiaan manusia dengan lainnya sebab karena sejauhmana manusia pantas disebut

manusia dapat dibedakan dengan sejauhmana pula menggunakan pikirannya. Belajar

bukanlah kosekuensi yang otomatis dari penuangan informasi kedalam benak peserta

didik, belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja peserta didik sendiri.Otak tidak

sekedar menerima informasi tetapi mengolah informasi tersebut.

2.1.2. Tujuan Berpikir Kritis

Menurut Jhonson (2009:185) tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai

pemahaman yang mendalaman, sedangkan menurut Faiz (2012:2) mengatakan bahwa

tujuan berpikir kritis yaitu untuk menjamin, sejauh mungkin bahwa pemikiran kita valid

dan benar. Melalui pendapat para ahli diatas maka dapat kita artikan bahwa tujuan

berpikir kritis adalah proses untuk mencapai pemahaman yang mendalam sejauh

mungkin bahwa pemikiran peserta didik valid dan benar.

Karakteristik-karakteristik dari Higher order thinking skills (HOTS) yang perlu

kita perhatikan dalam berpikir kritis peserta didik (Ekonomiritonga,2015):

1) Evaluasi dengan kriteria, yaitu proses penilaian di lakukan berdasarkan criteria

yang ditentukan untuk melihat sejauhmana kemampuan berpikir kritis peserta didik

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

8

2) Menunjukkan skeptisme, peserta didik menujukka suatu permasalahan atau

tantangan yang diberikan dengan mempertanyaakaan atau ragu dengan jawaban

3) Keputusan yang menggantung, sejauhmana peserta didik mengambil keputusan

dalam menjalaskan dan tidak menggantung jawaban kepada teman, lebih aktif dalam

proses kegiatan belajar

4) Menggunakan analisis logis, yaitu dapat dipercaya dan masuk akal proses

berpikir kritis peserta didik

5) Sistematis dimaksudkan untuk melihat sejauh mana peserta didik dapat

menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan.

2.1.3. Langkah- Langkah Berpikir Kritis

Menurut Sihotang (2015) delapan langkah berpikir kritis (critical thinking) yang

perlu diperhatikan:

1. Mengenali masalah adalah langkah pertama yang sangat penting. Identifikasi secara

baik apa masalah dari sebuah argumentasi.

2. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. Informasi apa yang

dibutuhkan terkait masalah yang dihadapi? Pengetahuan luas dan informasi penting

terkait masalah sangat dibutuhkan untuk menilai sesuatu secara tepat dan akurat.

3. Mengevaluasi data, fakta, serta pernyataan-pernyataan.

4. Mengenali asumsi-asumsi. Asumsi adalah sesuatu yang tidak secara eksplisit

dinyatakan oleh orang lain.

5. Mencermati hubungan logis antara masalah dan jawaban.

6. Menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas. Gunakan istilah-istilah sesuai topik.

Jangan bias.

7. Menemukan cara-cara untuk menangani masalah. Temukan cara-cara kreatif untuk

menangani masalah.

8. Menarik kesimpulan/pendapat dari isu atau persoalan yang dibahas.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

9

2.1.4. Indikator Berpikir Kritis.

Menurut Ennis dalam Bahriah (2011) terdapat duabelas indikator keterampilan

berpikir kritis.

No Kelompok Indikator Sub-Indikator

1 Memberikan penjelasan

sederhana

Memfokuskan pertanyaan Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk

mempertimbangkan

kemungkinan jawaban

Menjaga kondisi berpikir

Menganalisis Argumen Mengidentifikasi

kesimpulan

Mengidentifikasi kalimat-

kalimat pertanyaan

Mengidentifikasi kalimat-

kalimat bukan pertanyaan

Mengidentifikasi dan

menangani suatu

ketidaktepatan

Melihat struktur dari suatu

argumen

Membuat ringkasan

Bertanya dan menjawab

pertanyaan

Memberikan pesan

sederhana

Menyebutkan contoh

2 Membangun

Kentrampilan Dasar

Mempertimbangkan sumber

dapat dipercaya atau tidak

Mempertimbangkan

keahlian

Mempertimbangkan

kemenarikan konflik

Mempertimbangkan

kesesuaian sumber

Mempertimbangkan

reputasi

Mempertimbangkan

penggunaan prosedur yang

tepat

Mempertimbangkan risiko

untuk reputasi

Kemampuan untuk

memberikan alasan

Kebiasaan berhati-hati

Mengobservasi dan Melibatkan sedikit dugaan

Menggunakan waktu yang

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

10

mempertimbangkan laporan

observasi

singkat antara observasi

dan laporan

Melaporkan hasil observasi

Merekam hasil observasi

Menggunakan bukti-bukti

yang benar

Menggunakan akses yang

baik

Menggunakan teknologi

Mempertanggungjawabkan

hasil observas

3 Menyimpulkan Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil

deduksi

Siklus logika Euler

Mengkondisikan logika

Menyatakan tafsiran

Menginduksi dan

mempertimbangkan induksi

Mengemukakan hal yang

umum

Mengemukakan

kesimpulan dan hipotesis

mengemukakan hipotesis

merancang eksperimen

menarik kesimpulan sesuai

fakta

menarik kesimpulan dari

hasil menyelidik

Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan

Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan

berdasarkan latar belakang

fakta-fakta

Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan

berdasarkan akibat

Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan

berdasarkan penerapan

fakta

Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan

keseimbangan dan masalah

4 Memberikan Penjelasan

lanjut

Mendefenisikan istilah dan

mempertimbangkan suatu

Membuat bentuk definisi

Strategi membuat definisi

bertindak dengan

memberikan penjelasan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

11

defenisi lanjut

mengidentifikasi dan

menangani ketidakbenaran

yang disengaja

Membuat isi definisi

Mengidentifikasi asumsi-

asumsi

Penjelasan bukan

pernyataan

Mengonstruksi argumen

5 Mengatur Strategi dan

Teknik

Menetukan suatu tindakan Mengungkap masalah

Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi

yang mungkin

Merumuskan solusi

alternatif

Menentukan tindakan

sementara

Mengulang kembali

Mengamati penerapannya

Berinteraksi dengan orang

lain

Menggunakan argumen

Menggunakan strategi

logika

Menggunakan strategi

retorika

Menunjukkan posisi, orasi,

atau tulisan

Inilah lima indikator menurut Ennis yang digunakan Peneliti sebagai berikut:

Aspek berpikir kritis Indikator berpikir kritis Sub Indikator

Memberikan penjelasan

sederhana

Memfokuskan pertanyaan Menjaga kondisi berpikir

Menganalisa argumen Membuat ringkasan

Bertanya dan menjawab pertanyaan Memberikan

penjelasan

sederhana

Menyebutkan

contoh

Membangun

keterampilan dasar

Mempertimbangkan apakah sumber

dapat dipercaya atau tidak

Kemampuan untuk

memberikan alasan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

12

Menyimpulkan Menginduksi dan mempertimbangkan

hasil induksi

Mengemukakan hal yang

umum

Berdasarkan beberapa point tersebut tentang indikator berpikir kritis tersebut

peneliti bisa mengembangkan di SD Kristen 03 Eben Haezer salatiga karena dapat

menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik akan muncul ketika

sedang berada dalam keadaan kritis dimana ia diharuskan memecahkan suatu masalah

yang rumit atau memerlukan cara-cara penyelesaian yang tidak biasa dan membutuhkan

suatu argumen-argumen yang memperkuat suatu jawaban yang tepat dan mampu

mempertanggung jawabkan jawaban tersebut.

2.1.5. Muatan Tematik Dalam Mata Pelajaran PKn

Subroto (2000;9), menjelaskan bahwa pembelajaran tematik adalah sebuah

pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu dan didukung oleh subtema-

subtema yang dikaitkan dengan pokok pembahasan, konsep tertentu dikaitkan dengan

konsep lain yang dilaksanakan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang

studi atau dengan beragam pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi semakin

bermakna. Sedangkan menurut Sukmadinata (2004;197) lebih melihat pembelajaran

tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran.

Tujuan pelajaran PKn digabungkan dalam tematik adalah untuk mengkaitkan

suatu mata pelajaran dengan pelajaran lain sebab saling berhubungan. Mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terdiri atas; Pancasila sebagai dasar negara

dan pandangan hidup bangsa diperankan dan dimaknai sebagai entensitas inti yang

menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan

pengorganisasian dari keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan; substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara

Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-pedagogis

pembangunan warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

13

Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema

pembelajaran. Sehingga pelajaran PKn di gabungkan kedalam teman-tema yang

dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti pembicaraan. Di

SD pelajaran PKn ini digabungkan tidak berdiri sendiri sehingga menjadi tematik

terpadu. Melalui tema-tema yang dikembangkan diharapkan memberikan banyak

keuntungan bagi peserta didik yaitu: (1) siswa gampang memfokuskan minat dengan

sebuah tema tertentu yang dibahas; (2) siswa bisa menunjukkan akal sebuah kompetensi

dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; (3) Pengertian siswa terhadap materi

pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih

baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;

(5) murid lebih merasakan adanya manfaat dan makna belajar karena materi pelajaran

yang disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) murid aktif dan rasa ingin tahu

tentang belajar karena peserta didik dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata, untuk

mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari

matapelajaran lain; (7) pengajar dapat menghemat waktu pembelajaran karena beberapa

mata pelajaran.

2.1.6. PKn SD

PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan

pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007:1.15) menyatakan bahwa pelajaran PKn

merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat

dan cenderung pada pendidikan efektif. Pendidikan kewarganegaraan (civic education/

citizenship) atau yang lebih dikenal PKn mempunyai peran strategis dalam

mempersiapkan warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab dan berkeadaban.

Undang-Undang Nomor 20 tentang sistem pendidikan nasional telah mengatur

pendidikan kewarganegaraan bagi pendidikan formal mulai dari pendidikan Dasar,

Menengah dan Tinggi dan juga untuk pendidikan non formal (Monteiro, 2015).

Oleh karena itu tujuan pendidikan Kewarganegaraan ditunjukkan pada sekolah-

sekolah formal untuk membentuk karakter menurut Douglas dalam Samawi (2012),

character isn’t incrited, one builds its daily by the way one thinks and acts, thought by

thought, action mempunyai jiwa tanggung jawab dan berpikir kritis, mengapa demikian

karena peserta didik mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk diasah. Tujuan

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

14

Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan potensi individu yaitu

warga negara Indonesia sehingga memiliki wawasan, sikap, dan ketrampilan yang

memadai, yang memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab

dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia

(Sudarno,2017).

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut: (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi

isu kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

2 serta antikorupsi, (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk

membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) Berinteraksi dengan bangsa

bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Hardini,2015).

Melalui pembelajaran PKn SD peserta didik dituntut untuk berpikir kritis dalam

pemecahan soal-soal yang diberikan berdasarkan materi pembelajaran yang diberikan.

Kita tahu bahwa pembelajaran PKn SD adalah pembelajaran yang membosankan karana

banyak ceritanya tetapi sebagai guru kita harus membuat strategi pengajaran yang

menyenangkan sehingga peserta didik tidak bosan dalam proses pembelajaran. Strategi

pembelajaran merupakan spesifikasi untuk memilih dan mengatur urutan kejadian atau

peristiwa dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung (Mawardi,2018). Kita tahu

bahwa peserta didik di bangku SD sudah berpikir konkrit terutama kelas besar oleh

karena itu pembelajaran PKn SD ini sangat baik untuk dikembangkan dalam hal berpikir

kritis karena melalui cerita-cerita yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai

dengan paradigma baru tugas PKn yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi

mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic

knowledge), membina keterampilan warga negara (civic skill) dan membentuk watak

warga negara (civic disposition) (kamuryan,2014).

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

15

2.1.7. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger, dkk (1992) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas

pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh salah satu prinsip bahwa pembelajaran

harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok

pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajaran

anggota-anggota yang lain (Huda,2014). Model pembelajaran merupakan kerangka

konseptual untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, dan sebagai pedoman dalam proses

pembelajaran karena berisi langkah-langkah (sintak) pembelajaran yang sistematis

(Mawardi,2018). Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pengajaran

yang mengajak peserta didik belajar dalam sebuah kelompok-kelompok kecil yang

memiliki tingkat kemampuan berbeda, dan yang diutamakan adalah kerjasama, yakni

kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Depdiknas,2004:1).

Wina (2011:242) pembelajaran kooperatif adalah model Pembelajaran ynag

menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu yang terdiri antara empat sampai

enam orang peserta didik yang memiliki latar belakang kemampuan akademik yang

berbeda, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Menurut Roger, dkk

(dalam Huda 2011:29) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah aktivitas

pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus

didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok

pembelajar yang ada didalamnya setiap peserta didik bertanggung jawab atas

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk bekerjasama meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain.

Pembelajaran kooperatif muncul pada konsep bahwa peserta didik lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan

temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu

memecahkan masalah-masalah yang kompleks (Trianto,2007:41). Adanya pembelajaran

kooperatif ini sangat baik untuk diterapkan di kalangan tingkat SD dalam proses kegiatan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

16

pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari beberapa pendapat menurut para ahli diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah

pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok yang didasari dengan kerjasama

dan setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas pembelajarannya agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase menurut Suprijono

(2009:65) yaitu:

Langkah 1:

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Langkah2:

Menyajikan informasi. Guru mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara

verbal.

Langkah 3:

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam tim-tim belajar. Guru memberikan penjelasan

kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien.

Langkah 4:

Membantu kerja tim dan belajar. Membantu tim-tim belajar selama peserta didik

mengerjakan tugasnya.

Langkah 5:

Mengevaluasi. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi

pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Langkah6:

Memberikan pengakuan atau penghargaan. Guru mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

2.1.8. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Menurut Aroson dalam Huda (2011) hal-hal penting yang harus diperhatikan

dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

17

Selain sebagai teknik, jigsaw juga dikenal sebagai metode pembelajaran

kooperatif.

Dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan kentrampilan

membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara

Dapat diterapkan dengan beberapa mata pelajaran

Cocok untuk semua tingkatan kelas

Dalam teknik ini, guru harus memahami kemampuan dan pngalaman siswa dan

membantu siswa mengaktifkan skema pembelajaran lebih bermakna

Memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk mengolah infomasi dan

meningkatkan kentrampilan berkomunikasi.

2.1.8.1. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaraan Kooperatife Jigsaw

Menurut Rusman (2014:116) kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah

sebagai berikut:

1) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok.

2) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.

3) Menerapkan bimbingan sesama teman.

4) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi.

5) Memperbaiki kehadiran.

6) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar.

7) Sikap apatis berkurang.

8) Pemahaman materi lebih mendalam.

9) Meningkatkan motivasi belajar.

10) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.

11) Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok.

12) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan

kelompok lain.

13) Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.

Sedangkan menurut Rusman (2014:116) kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

adalah sebagai berikut:

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

18

1. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa bingung dan

pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;

2. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-

ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan

kelompok akan macet.

3. Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai

4. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada

anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif

dalam diskusi.

5. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum

terkondisikan dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang 17 dapat

juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum

model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

2.1.8.2. Langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw

Menurut Stepen, et all. diambil Rusman (2014:113), menyampaikan tahap-tahap

kooperatif model jigsaw sebagai berikut:

1. Peserta didik terdiri dari 1 sampai 5 orang group.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4. Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari sub bagian yang sama bertemu

dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

5. Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali kepada kelompok

asli dan bergantian mengajar teman satu timnya tentang sub bab yang mereka

kuasai, dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

7. Guru memberikan evaluasi.

8. Penutup.

Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan model jigsaw sebagai berikut:

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

19

1) Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh

topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan infornmasi untuk

permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang

sama bertemu dalam satu kelompok, atau disebut dengan kelompok ahli untuk

membicarakan topik permasalahn tersebut.

3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan

hasil yang didapatkan dari diskusi tim ahli.

4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.

5) Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

2.2. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini tentang Penelitian Tindakan kelas yaitu Penerapan Model

Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV

SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2018/2019, adapun hasil

ekplorasi yang dilakukan peneliti ada beberapa tulisan yang berkaitan mengenai

penelitian ini yaitu:

Pertama penelitian dari Tri Makarti (2012) dengan judul penelitian adalah

Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 1 Bentangan Tahun

Pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 1

Bentangan, sebanyak 40 siswa yang terdiri dari 22 siswa putra dan 18 putri. Tekhnik

Hasil penelitian ini adalah (1) rata-rata kelas pada awal sebelum diadakan PTK adalah

61,00 dan setelah dilaksanakan PTK siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 68,00 dengan

KKM 65, rata-rata tersebut sudah berada di atas KKM. Pada siklus II rata-rata menjadi

71,00 dengan KKM 65, rata-rata siswa tersebut sudah berada diatas KKM, namun ada 5

siswa yang nilainya di bawah KKM.

Kedua penelitian Sitti Aminan (2014) dengan judul penelitian yaitu

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran PKn Melalui Penerapan Kooperatif Tipe

Jigsaw Siswa Kelas IV SD Negeri Sibea. Hasil Penelitian yang dilakukan menunjukkan

hasil tindakan siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 55% dengan nilai

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

20

rata-rata 6,65. Hasil tindakan Siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal 90% dengan

nilai rata-rata 7,4. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri

Sibea.

Ketiga penelitian dari Tiningsih (2016) tujuan dari penelitian ini adalah untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1 Tanjungsari melalui

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

aktivitas siswa meningkat pada setiap siklusnya. Siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa

64,8 dengan ketuntasan klasikal hanya 54,5% dan berada pada kategori kurang. Siklus II

nilai rata-rata meningkat menjadi 71,2, dan ketuntasan klasikal menjadi 77,3% dengan

kategori tuntas. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan disetiap siklus. Hasil

belajar afektif siklus I diperoleh nilai rata-rata 63,2 dengan persentase ketuntasan 54,5%.

Siklus II menjadi 71,8 dengan persentase ketuntasan 86,4%. Hasil belajar psikomotorik

siklus I diperoleh nilai rata-rata 64,2 dengan persentase ketuntasan 59,09%. Siklus II

menjadi 72,0 dengan persentase ketuntasan 81,80%. Hasil belajar kognitif siklus I

diperoleh nilai rata-rata 62,66 dengan persentase ketuntasan 45,45%. Siklus II menjadi

76,2 dengan persentase ketuntasan 81,80%. Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw aktivitas dan hasil belajar PKn

siswa kelas V SDN 1 Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran

2015/2016 dapat meningkat.

Keempat penelitian dari Roy Bawe (2015) Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kerjasama siswa pada mata pelajaran PKn kelas IV melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SDN Kledokan Depok.Subjek penelitian

Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SDN Kledokan Depok yang berjumlah 26

orang. Objek penelitian ini adalah kerjasama siswa pada mata pelajaran PKn melalui

penerapan model kooperatif tipe Jigsaw. Hasil observasi siklus I kerjasama siswa yang

telah ditunjukkan meliputi komunikasi, menghargai kontribusi, dan mendorong

partisipasi. Hasil observasi siklus II keterampilan siswa telah mencapai hasil baik dari

semua aspek yang diharapkan yaitu komunikasi, memberi sumbangan ide, menghargai

kontribusi, mendorong partisipasi, dan tidak mendominasi kelompok.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

21

Kelima penelitian dari Umu Kalsum (2013).Tujuan penelitian meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dikelas IV SDN No.4 Tondo Kec.Sirenja. Penelitian ini menggunakan desain

penelitian Kemmis dan McTaggart yang terdiri atas dua siklus, Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 64,28% dan

daya serap klasikal 67,85%. Pada tindakan siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 100%

dan daya serap klasikal 77,85%. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah

memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai ketuntasan belajar klasikal minimal 80%

dan daya serap klasikal minimal 65%. Berdasarkan nilai rata-rata daya serap klasikal dan

ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan

bahwa perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PKn di SDN

No. 4 Tondo Kec. Sirenja.

Keenam penelitian dari Abidin.N.Zainal (2013) tujuan penelitian untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 03 Bangsri Karangpandan dalam

pembelajaran PKn melalui strategi Jigsaw. Subyek penelitian siswa kelas IV SDN 03

Bangsri yang berjumlah 20 siswa. Sedangkan obyeknya adalah aktivitas belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Teknik analisis data yang

digunakan adalah teknik analisis interaktif. Teknik pembelajaran menggunakan tipe

pembelajaran kooperatif Jigsaw. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

dengan menggunakan dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Siklus I

menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 68 dan

presentase siswa yang mencapai nilai di atas KKM (75) sebanyak 55% (11 siswa). Pada

Siklus II menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata

76 dan prosentase siswa yang mencapai nilai di atas KKM (75) sebanyak 90% (18 siswa).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Jigsaw dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN 03 Bangsri tahun

pelajaran 2012/2013.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

22

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan tujuan masalah apakah model pembelajaran jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Kristen 03 Eben Haezer,

maka dari itu peneliti menggunakan model pembelajaran jigsaw untuk menstimulus

apakah model ini cocok digunakan atau tidak pada Pembelajaran PKn, dan disertai

apakah dengan model jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta

didik bisa tercapai?

Solusi untuk pemecahan masalah tersebut peneliti menggunakan metode

menggunakan teknik tanya jawab, diskusi, ceramah dan presentasi didalam proses

pembelajaran PKn SD sebab dalam proses pembelajaran berlangsung peneliti bisa

melihat sejauh mana kemampuan berpikir peserta didik, kita tahu bahwa pembelajaran

PKn SD adalah pelajaran yang membosankan, yang banyak alur cerita, peserta didik

jarang aktif untuk bertanya, suasana kelas pasif, guru yang lebih aktif dalam

menyampaikan materi, peserta didik lebih senang belajar individual. Melalui bantuan

metode pengajaran kooperatif jigsaw ini dapat membantu menghilangkan rasa kebosanan,

dan mengajak peserta didik lebih berpikir kritis, kreatif dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan mereka dengan bantuan media pembelajaran, sehingga pelajaran PKn SD

tidak lagi menjadi pelajaran satu arah melainkan ada hubungan saling menjawab antara

peserta didik dan guru didalam ruang kelas.

Hasilnya adalah melalui penerapan model pembelajaran jigsaw peserta didik

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, sebab merupakan suatu komponen yang

di masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan

sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

bisa dilihat dalam bagan kerangka berpikir gambar 2.3. Melalui berpikir kritis ini peserta

didik dipersiapkan untuk aktif dalam belajar secara mandiri dan kelompok serta berani

mengeluarkan pendapat peserta didik. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modificationor strengthening of

behavior through experience). Jadi belajar itu merupakan suatu proses kegiatan dan

bukan dari hasil dan tujuan, kita berharap dari berpikir kritis siswa mampu mengeluarkan

pendapatnya melalui pengalaman yang di alami dalam kehidupan sehari-hari sejalan

dengan materi pembelajaran PKn SD.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis...6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk

23

Gambar: 2.3. Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis penelitian ini model

pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV

SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2018/2019.

Belum terlihat jelas metode

pengajaran yang digunakan

Cara berpikir kritis siswa

secara kritis belum terlihat

Kondisi Awal

Peneliti menyumbangkan metode

kooperatife tipe jigsaw dalam

kegiatan pembelajaran dalam

berpikir kritis.

Siswa lebih aktif dari sebelumnya,

proses kegiatan pembelajaran sangat

lancar berjalannya.

Kemampuan berpikir kritis siswa

terlihat.

Tindakan

Kondisi akhir Melalui model ini ada keberhasilan

didapat yaitu peningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.