bab ii kajian pustaka - institutional repository | satya...

14
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkat laku baik pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti serta sikap. Senada dengan Hamalik (2004: 30) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini juga didukung oleh Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Gagne & Briggs dalam Sukiniarti (2006) yang menyatakan hasil belajar ialah kemampuan internal meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap setelah siswa mengikuti pembelajaran dan siswa mampu menerapkan materi yang telah diajarkan dalam berbagai bidang. Menurut Srianti (2006) juga menyampaikan hal yang senada yaitu hasil belajar ialah nilai yang diperoleh siswa setelah siswa mempelajari suatu pokok bahasan. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005: 23) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Enam aspek dalam ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif serta interpretatif. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penelitian ini sejalan dengan rumusan hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar yang dilihat dalam penelitian ini dapat berupa tes formatif, menurut Purwanto (2004) yang terpenting dalam penilaian tes formatif adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan dalam program satuan pelajaran.

Upload: hatu

Post on 05-Mar-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses

belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkat laku baik

pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan

sosial, jasmani, budi pekerti serta sikap. Senada dengan Hamalik (2004: 30) yang

menyatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku

seseorang, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti. Hal ini juga didukung oleh Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil

belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar. Menurut Gagne & Briggs dalam Sukiniarti (2006) yang

menyatakan hasil belajar ialah kemampuan internal meliputi pengetahuan,

ketrampilan dan sikap setelah siswa mengikuti pembelajaran dan siswa mampu

menerapkan materi yang telah diajarkan dalam berbagai bidang. Menurut Srianti

(2006) juga menyampaikan hal yang senada yaitu hasil belajar ialah nilai yang

diperoleh siswa setelah siswa mempelajari suatu pokok bahasan. Menurut Bloom

dalam Sudjana (2005: 23) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah

kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Enam aspek dalam ranah kognitif

yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yaitu pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan

dengan sikap terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil

belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, terdiri dari enam aspek yaitu

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan

ekspresif serta interpretatif.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penelitian ini sejalan dengan

rumusan hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil

belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar. Hasil belajar yang dilihat dalam penelitian ini dapat berupa

tes formatif, menurut Purwanto (2004) yang terpenting dalam penilaian tes

formatif adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan instruksional yang

hendak dicapai yang telah dirumuskan dalam program satuan pelajaran.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

6

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa, menurut Sudjana (2005) dipengaruhi oleh

dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar

diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa yaitu kemampuan

yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan

belajar, ketekunan, sosial politik, faktor fisik dan psikis. Hasil belajar yang dapat

diraih siswa juga tergantung dari lingkungan, salah satu lingkungan belajar yang

paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran,

yang dimaksud kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya

proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat tiga

unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

yaitu kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. kemampuan

siswa dan kualitas pengajaran mempunyai hubungan berbanding lurus dengan

hasil belajar siswa, artinya makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran,

makin tinggi pula hasil belajar siswa. Senada dengan pendapat tersebut, pendapat

Hadis dan Nurhayati (2010: 100) juga menyatakan bahwa ada dua faktor utama

yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal berupa: faktor psikologis, sosiologis, dan fisiologis yang ada pada diri

siswa. Faktor psikologis antara lain faktor bakat, intelegensi, sikap, perhatian,

pikiran, persepsi, pengamatan, minat dan motivasi; faktor sosiologis siswa yang

mempengaruhi hasil belajar ialah kemampuan siswa berinteraksi sosial dan

komunikasi sosial, baik sesama siswa dengan siswa, ataupun siswa dengan guru;

faktor fisiologis yang mempengaruhi hasil belajar ialah faktor kesehatan

pancaindera secara khusus dan kesehatan fisik secara umum yang dimiliki siswa.

Faktor eksternal berupa faktor lingkungan, peralatan dan faktor eksternal lainnya.

3. Bahan Ajar

a. Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Mudlofir (2011:128) menyatakan bahan ajar adalah segala jenis

bahan yang digunakan untuk membantu guru/intruktur dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas. Senada dengan Mudlofir, Purnomo (2006) juga

menyatakan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat

meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar dan membaca. Hal ini juga

didukung oleh pendapat Sutopo dan Haryanto (2005) yang menyatakan bahwa

bahan ajar atau alat bantu ajar ialah bahan yang berupa alat elektronik maupun

non elektronik atau kombinasi keduanya yang digunakan untuk mendukung

strategi dan metode dalam proses pembelajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

7

Menurut Purnomo (2006) proses pengembangan ada tiga kegiatan yang

dilakukan yaitu mengkaji kurikulum, mengumpulkan dan menyeleksi bahan, dan

menulis draf modul. Pengkajian kurikulum dimaksudkan untuk menentukan

kompetensi yang harus dibinakan, indikator kompetensinya apa dan apa

materinya. Pengumpulan dan penyeleksian bahan dimaksudkan untuk

mengumpulkan bahan atau materi ajar yang mungkin sesuai kurikulum, kemudian

menyeleksinya berdasarkan kriteria tertentu. Menulis draf merupakan kegiatan inti

yang menghasilkan draf modul untuk siswa dan modul untuk guru. Strategi dalam

proses pengembangan bahan ajar menurut Sutama (2000) yang pertama ialah

stategi pengelolaan yaitu pengorganisasian isi mata pelajaran (pemilihan isi,

penataan isi, dan pembuatan format). Kedua, strategi penyampaian yaitu metode

dalam pembelajaran. Ketiga, stategi pengelolaan yaitu penataan variabel siswa

dengan variabel pembelajaraan lainnya. Keterpaduan antar aspek akan mendasari

pengembangan bahan ajar ini.

Pengembangan bahan ajar ini juga mempunyai prosedur, agar proses yang

dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal. Menurut Sutadji (2000) yang

menyatakan langkah-langkah pengembangan mengikuti alur berikut: tahap

pertama adalah mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran di kelas; tahap kedua

adalah menetapkan mata pelajaran yang akan dikembangkan dan mengkaji silabus

yang ada; tahap ketiga, menyusun dan mengembangkan modul dengan

komponen-komponen: topik, pengantar, daftar isi, petunjuk, prasyarat, tes awal,

tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, epitome/kerangka isi

pembelajaran, materi, gambar, rangkuman, latihan, tugas, sisipan dan rujukan;

tahap keempat, uji coba dan revisi yang meliputi uji coba produk dan revisi produk

dan tahap kelima, prototipe modul pembelajaran individual.

Pengembangan tersebut dapat menghasilkan bahan ajar yang baik jika

mempunyai ciri-ciri seperti yang disampaikan oleh Mudlofir (2011) yang

menyatakan ciri-ciri bahan ajar yang baik antara lain menimbulkan minat baca,

ditulis dan dirancang untuk siswa, menjelaskan tujuan instruksional, disusun

berdasarkan pola belajar yang fleksibel, struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan

kompetensi akhir yang akan dicapai, memberi kesempatan pada siswa untuk

berlatih, mengakomodasi kesulitan siswa, memberikan rangkuman, gaya penulisan

komunikatif dan semi formal, kepadatan berdasar kebutuhan siswa, dikemas untuk

proses instruksional, mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik

dari siswa, menjelaskan cara mempelajari bahan ajar. Hal ini juga didukung oleh

Sutopo dan Haryanto (2005) yang menyatakan bahwa bahan ajar yang bermutu

jika memuat antara lain kesahitan yaitu benar tidaknya fakta, data dan konsep

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

8

yang menjadi rujukan penulisan; kemutahiran yaitu aktual tidaknya materi yang

disampaikan; kedalaman artinya intensitas pembahasan materi; konsistensi yaitu

ketetapan dalam pemakaian suatu istilah; kejelasan yaitu ada kesamaan

pemahaman antara penulis dan pembaca; keruntutan yaitu alur penyajian materi

sesuai ddengan alur disiplin ilmu; kesesuaian artinya ada keserasian antara tujuan

penulisan dengan bobot tulisan yang disajikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dalam

pengembangan bahan ajar sesuai dengan Sutadji (2000) yang menyatakan

langkah-langkah pengembangan yaitu: mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran

di kelas; menetapkan matapelajaran yang akan dikembangkan dan mengkaji

silabus yang ada; menyusun dan mengembangkan modul dengan komponen-

komponen: topik, pengantar, daftar isi, petunjuk, prasyarat, tes awal, tujuan

umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, epitome/kerangka isi

pembelajaran, materi, gambar, rangkuman, latihan, tugas, sisipan dan rujukan; uji

coba dan revisi yang meliputi uji coba produk dan revisi produk; prototipe modul

pembelajaran individual.

b. Jenis Bahan Ajar

Sutopo dan Haryanto (2005) menyampaikan jenis bahan ajar ialah bahan

cetak misalnya hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur; audio visual

misalnya video atau film, VCD; audio misalnya radio, kaset, CD audio; Visual

misalnya foto, gambar, model atau market; multimedia misalnya CD interaktif,

internet.

Senada dengan Sutopo dan Haryanto, Mudlofir (2011) membagi jenis bahan

cetak yang pertama ialah buku teks, indikator yang harus dimiliki buku teks

sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran ialah kesahitan,

kemutahiran, kedalaman, konsistensi, kejelasan, keruntutan dan kesesuaian;

kedua, laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh

para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang aktual

atau mutakhir; ketiga, jurnal yaitu penerbitan berkala yang berisikan hasil

penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai

sumber bahan ajar; keempat, pakar bidang studi yang penting digunakan sebagai

sumber bahan ajar dan dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau

bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dan sebagainya; kelima, kalangan

profesional ialah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu; keenam, buku

kurikulum yang digunakan sebagai sumber bahan ajar, karena berdasar kurikulum

itulah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi bahan dapat ditemukan;

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

9

ketujuh, penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan. Penerbitan

berkala seperti koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan

ajar suatu mata pelajaran; kedelapan, internet sebagai sumber bahan ajar siswa

untuk belajar; kesembilan, media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio);

kesepuluh, lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi).

Menurut hasil penelitian Purnomo (2006) yang menyatakan bahwa ada

beberapa kategori bahan ajar yang digunakan oleh guru, yaitu buku wajib, buku

penunjang (misalnya: buku teks ), lembar kerja siswa (LKS) dan bahan

pembelajaran buatan guru. Buku wajib yang digunakan oleh guru pada umumnya

adalah buku pelajaran matematika yang telah diterbitkan, baik oleh penerbit

pemerintah atau swasta. Buku penunjang yang biasa digunakan oleh guru adalah

buku-buku terbitan swasta. Lembar kerja siswa (LKS) adalah bahan ajar yang

berupa tugas dan pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa, yang hanya ada

latihan dan soal-soal. Guru juga membuat atau mengembangkan bahan

pembelajaran sendiri yang berupa LKS dan handout.

Beberapa jenis bahan ajar yang diuraikan di atas, dipilih bahan ajar jenis buku

teks untuk dikembangkan menjadi modul. Menurut Rowntree dalam Setiawan

(2007), menjelaskan empat tahapan yang perlu dilakukan dalam pengembangan

modul, sebagai berikut: pertama, mengindentifikasi tujuan instruksional, penulisan

tujuan instruksional harus mengandung aspek ABCD (Audience, Behaviour,

Condition dan degree). A merujuk pada siapa yang menjadi target, sasaran atau

peserta didik. B menjelaskan kompetensi yang diharapkan akan dikuasai peserta

didik setelah mempelajari modul. C merujuk pada situasi di mana tujuan

diharapkan akan dicapai. D adalah tingkat kemampuan yang kita inginkan dikuasai

pembaca; kedua, memformulasikan garis besar materi, pada saat menentukan

materi, juga harus memperhatikan ABCD dari tujuan instruksional. Artinya materi

harus disesuaikan dengan target siswa, tingkah laku siswa yang diharapkan akan

dikuasai setelah mempelajari modul, kondisi tingkah laku dan tingkat kemampuan

yang diharapkan akan dicapai; ketiga, menulis materi, pada saat mulai menulis

modul, ada tiga pertanyaan yang harus dijawab untuk menentukan keluasan dan

kedalaman materi yang ditulis, antara lain: apa yang harus diketahui siswa setelah

selesai membaca materi ?; apa yang sebaiknya diketahui siswa setelah membaca

materi ?; apakah ada manfaatnya jika siswa selesai membaca materi ?; keempat,

menentukan format dan tata letak. Variabel yang mempengaruhi tata letak

meliputi empat hal berikut ini: ukuran halaman dan format, kolom dan margin,

penempatan tabel, gambar, dan diagram

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

10

4. Modul Berbasis PMRI

a. Modul

Pengertian modul yang didefinisikan Russel dalam Ali (2004) ialah suatu paket

belajar mengajar berkenaan satu unit bahan pelajaran. Senada dengan Ali,

Mudlofir (2011) juga menyatakan modul adalah alat atau sarana pembelajaran

yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang

dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Pendapat tersebut didukung

oleh Muljono (2001) yang mendefinisikan modul sebagai unit terkecil dari

pelajaran yang memuat suatu konsep secara utuh, sehingga dapat dipelajari secara

terpisah dari bagian lain tanpa mengurangi maknanya. Senada dengan pendapat

Muljono, Santyasa (2009) juga menjelaskan pengertian modul sebagai suatu cara

pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan.

Ciri-ciri modul berdasarkan Ali (2004) pertama ialah unit pengajaran terkecil

yang direncanakan dan ditulis secara sistematis dan operasional, terdiri dari:

rumusan tujuan instruksional yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah

menyelesaikan unit pelajaran, deskripsi isi pengajaran yang harus dikuasai siswa,

daftar alat-alat pelajaran yang akan digunakan siswa dalam proses belajar

mengajar; kegiatan belajar yang harus dilakukan disusun dalam jenis teks bacaan

dan petunjuk yang harus diikuti serta lembaran kerja yang berisi tugas-tugas yang

harus diselesaikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan; kunci jawaban kerja;

lembaran evaluasi -test- untuk mengukur taraf penguasaan siswa terhadap bahan

yang dipelajari dilengkapi lembaran jawaban; kunci evaluasi berisi jawaban yang

benar dari setiap soal test sebagaimana tercantum pada lembaran evaluasi;

petunjuk guru yang berisi petunjuk penggunaan modul. Kedua, sebuah modul

dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan siswa dapat belajar sendiri

seoptimal mungkin. Ketiga, sebuah modul dirancang sedemikian rupa sehingga

penilaian terhadap kemajuan siswa dapat dilakukan secara cermat melalui evaluasi

setiap akhir unit pelajaran. Keempat, sebuah modul dirancang sedemikian rupa

sehingga memungkinkan siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan

belajarnya masing-masing. Kelima, sebuah modul dirancang berasaskan kepada

“belajar tuntas”. Tarat ketuntasan yang ditentukan adalah 75%. Siswa yang belum

mencapai taraf itu tidak diperkenankan melanjutkan mempelajari modul

berikutnya.

Menurut Mudlofir (2011) yang menyebutkan tujuan penulisan modul ialah

memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbal; mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

11

peserta diklat maupun guru/instruktur; mengefektivitaskan belajar siswa, seperti:

meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa, mengembangkan

kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber

belajar lainnnya, memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan

minatnya, memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil

belajarnya.

Senada dengan Mudlofir, Sutadji (2000) juga menyebutkan beberapa

kelebihan pemanfaatan penggunaan modul adalah: lebih mengutamakan proses

belajar; rumusan tujuan belajarnya jelas; mengutamakan cara belajar yang aktif;

menggunakan banyak balikan dan evaluasi; memperhatikan perbedaan

kemampuan setiap individu; motivasi belajar lebih tinggi; pembelajaran lebih

efektif; dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai; dapat

mengetahui bahan pembelajaran yang belum dikuasai siswa; dapat menerima

balikan mengenai tingkat keberhasilan; diberikan waktu untuk memperbaiki hal-

hal yang belum disampaikan. Pendapat-pendapat di atas juga didukung oleh

Nasution (2008: 206-209) menyebutkan kelebihan modul bagi siswa dan guru, bagi

siswa antara lain: modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga

siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya; setiap siswa mendapat kesempatan

untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas;

tujuan modul jelas dan spesifik sehingga siswa terarah untuk mencapainya dengan

segera; langkah-langkah pembelajaran modul yang teratur, menimbulkan motivasi

yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya; dapat disesuaikan dengan perbedaan

siswa antara lain: kecepatan belajar, cara belajar, dan bahan pelajaran; kerja sama

antar siswa lebih terarah karena setiap siswa tidak bersaing untuk mencapai

rangking tertinggi, juga kerjasa dengan guru karena kedua belah pihak merasa

sama bertanggung jawab atas berhasilnya pengajaran; modul memberi

kesempatan pelajaran remidial yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan atau

kekurangan siswa yang segera dapat ditemukan sendiri oleh siswa berdasarkan

evaluasi yang diberikan secara kontinu. Kelebihan bagi guru antara lain:

penyusunan modul yang cermat memudahkan siswa mempelajari materi sehingga

hasil belajar yang baik bagi semua siswa lebih terjamin, guru pun mendapatkan

kepuasan yang lebih besar karena telah melakukan profesinya dengan baik; modul

memberikan kesempatan dan waktu yang lebih besar untuk memberikan bantuan

dan perhatian individual kepada setiap siswa yang membutuhkannya tanpa

mengganggu seluruh kelas; guru mendapatkan lebih banyak waktu untuk pelajaran

tambahan sebagai pengayaan; modul membebaskan guru dari persiapan pelajaran

karena seluruhnya telah disediakan oleh modul; modul yang berdiri sendiri

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

12

mengenai topik tertentu dan dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran, ini

berarti penghematan waktu dan sekolah-sekolah dapat saling bertukar modul;

pengajaran modul menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai proses belajar

itu sendiri, pertanyaan tersebut merangsang guru berpikir dan mendorong

bersikap ilmiah tentang profesinya serta lebih terbuka bagi saran-saran dari pihak

siswa untuk memperbaiki modul; penggunaan modul yang dicobakan pada siswa

yang kecil jumlahnya dalam taraf pengembangan sehingga dapat dinilai taraf hasil

belajar siswa tentang keefektivitasan bahan tersebut. Uraian di atas menyebutkan

kelebihan pengajaran dengan modul dibandingkan tanpa modul, namun ada

sejumlah massalah timbul bagi siswa, guru, maupun administrator. Kesulitan bagi

siswa antara lain: siswa harus sanggup mengatur waktu, memaksa diri untuk

belajar dan kuat terhadap godaan-godaan teman untuk bermain; siswa yang

suddah terbiasa memandang guru sebagai sumber belajar utama dalam pelajaran

dapat menimbulkan kesukaran siswa untuk penyesuaian. Kesulitan bagi guru ialah

persiapan penyusunan modul yang memakan waktu yang banyak juga memerlukan

keahlian dan ketrampilan yang cukup, hendaknya guru diberikan waktu yang cukup

untuk mempersiapkannya; kedudukan guru yang tinggi akan banyak berkurang

dengan pengajaran modul, ada kemungkinan guru merasakan kehilangan gengsi;

guru akan menghadapi siswa yang akan menanyakan hal-hal yang mungkin

berkenaan dengan berbaggai fase keseluruhan bahan tidak berpusat pada bagian-

bagian tertentu. Kesulitan bagi administrator antara lain: memerlukan lebih bnyak

fasilitas yang melibatkan soal pembiayaan; penyusunan jadwal pelajaran yang

fleksibel dapat pula menimbulkan kesukaran; kesulitan-kesulitan tersebut maka

pelaksanaan pengajaran modul di PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan)

masih belum mampu membiarkan siswa-siswa untuk belajar menurut kecepatan

masing-masing, dengan program pengayaan dicoba agar semua siswa mulai

dengan modul yang sama pada waktu yang bersamaan, sehingga semuanya

menyelesaikan studinya dan memperoleh STTB pada saat yang sama pula.

Modul sebelum diterapkan kepada siswa terlebih dahulu modul divalidasikan

kepada 3 orang ahli. Menurut Amiyati (2010) ketentuan kriteria persentase

validitas sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kriteria Persentase Validitas

Persentase Kriteria Validitas

80-100 Baik sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

30-39 Gagal

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

13

Berdasarkan uraian pengertian modul di atas, dapat disimpulkan pengertian

modul berdasarkan pendapat Mudlofir (2011) yang menyatakan modul adalah alat

atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara

mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

b. PMRI

Marpaung (2004) menyatakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai

dengan paradigma pendidikan sekarang. PMRI menginginkan adanya perubahan

dalam paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi

paradigma belajar.

Senada dengan pendapat Marpaung, Zulkarnain (2002) menyatakan PMRI

juga menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna

dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik.

Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang

berkaitan dengan situasi realistik. Kata realistik disini dimaksudkan sebagai suatu

situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam

dunia nyata. Suharta (2003) juga menyampaikan proses pembelajaran PMRI dapat

diuraikan sebagai berikut, yaitu: siswa diberikan masalah realistik, dan diberi

kesempatan untuk memahami masalah; siswa secara individual atau kelompok

memecahkan masalah, dengan terlebih dahulu membuat model matematika;

melalui diskusi/interaksi kelas siswa dibimbing untuk menemukan matematika

formal; setelah siswa merekonstruksi pengetahuan matematika formal, siswa

diberi kesempatan untuk mengaplikasikannya baik dalam matematika maupun

dalam bidang yang lain. Terdapat 5 karakteristik utama dalam PMRI yakni: yang

pertama dengan menggunakan konteks “dunia nyata”, dalam PMRI pembelajaran

diawali dengan masalah kontekstual dari konsep yang sesuai dari situasi nyata

yang dinyatakan oleh De Lange sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi

dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit, kemudian

siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari

dunia nyataHal tersebut untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan

pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematika dengan pengalaman

sehari-hari dan penerapan matematika sehari-hari. Karakteristik kedua ialah

menggunakan model-model (matematisasi). Istilah model berkaitan dengan model

situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self

developed models). Peran self developed models merupakan jembatan bagi siswa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

14

dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika formal ke matematika

informal. Ketiga, menggunakan produksi dan kontruksi. Pembuatan “produksi

bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka

anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa

prosedur pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber informasi dalam

pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkontruksi pengetahua

matematika formal. Keempat menggunakan interaktif, secara eksplisit jenis-jenis

interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju,

pernyataan atau refleksi digunakan untuk mencapai jenis formal ke jenis-jenis

informal siswa. Karakteristik kelima ialah menggunakan keterkaitan

(intertwinment), dalam PMRI pengintegrasian unit-unit matematika adalah

esensial. Proses Pembelajaran yang mengabaikan keterkaitan dengan bidang lain,

maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Pengaplikasikan matematika,

biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, tidak hanya aritmatika,

aljabar, geometri tetapi juga bidang lain.

Menurut Danoebroto (2008) juga menyampaikan hal yang sama yaitu

pendekatan PMRI merupakan salah satu inovasi pembelajaran matematika yang

potensial meningkatkan koneksi siswa terhadap konsep-konsep matematika.

Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI konsep matematika

diperoleh melalui proses berpikir siswa sendiri sehingga pembelajaran berpusat

pada siswa. Masalah nyata atau situasi sehari-hari digunakan sebagai titik mula

pembelajaran, oleh karena masalah kontekstual tersebut harus realistik atau nyata

bagi siswa.

Menurut Dhoruri (2010) dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) matematika menyebutkan standar

bahan ajar PMRI ialah bahan ajar disusun dengan kurikulum yang berlaku; bahan

ajar menggunakan permasalahan realistik untuk memotivasi siswa dan membantu

siswa belajar matematika; bahan ajar memuat berbagai konsep matematika yang

terkait sehingga siswa memperoleh pengetahuan matematika yang bermakna dan

utuh; bahan ajar memuat materi pengayaan yang mengakomodasi perbedaan cara

dan kemampuan berpikir siswa; bahan ajar dirumuskan atau disajikan sedemikian

sehingga mendorong memotivasi siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif serta

berinteraksi dalam belajar.

c. Modul PMRI

Modul yang digunakan dalam penelitian adalah modul berbasis PMRI. Modul

berbasis PMRI disusun dengan melibatkan karakteristik PMRI yakni: menggunakan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

15

konteks dunia nyata; menggunakan model-model; menggunakan produksi dan

kontruksi; menggunakan interaktif; menggunakan keterkaitan. Penyusunan modul

PMRI juga memperhatikan syarat-syarat ditaktik, kontruksi dan taktis. Bahan ajar

modul PMRI ini sesuai dengan pendapat Fauzan (2005) yang menyatakan bahwa

perangkat pembelajaran PMRI terdiri dari perangkat pembelajaran pegangan siswa

dan pegangan guru. perangkat pembelajaran pegangan siswa memuat soal-soal

kontekstual serta soal-soal untuk pekerjaan rumah. Beberapa soal kontekstual

yang diberikan dalam setiap pertemuan juga langsung sebagai soal kuis. Kuis ini

berfungsi untuk melihat daya serap siswa dalam mempelajari tiap alur belajar yang

diperkenalkan.

Perangkat pembelajaran pegangan guru memuat modul kerja siswa dan

komentar tentang soal-soal kontekstual bervariasi antara yang satu dengan yang

lain. Komentar tersebut berupa petunjuk yang mungkin dibutuhkan siswa,

beberapa alternatif solusi dari soal-soal kontekstual, suatu tindak lanjut yang

mungkin dapat dilakukan guru berdasarkan jawaban yang diberikan siswa.

4. Karakteristik Siswa Kelas VIII

Sunarto (2008: 6) berpendapat: seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu

menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di

dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorang pun yang sama. Kategorikan

perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut: pertama; perbedaan fisik:

usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan

kemampuan bertindak. Kedua, perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama,

hubungan keluarga dan suku. Ketiga, perbedaan kepribadian termasuk watak,

motif, minat, dan sikap. Keempat, perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.

Kelima, perbedaan kecakapan atau kepandaian. Perbedaan-perbedaan tersebut

berpengaruh terhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah. Menurut

Piaget dalam Sunarto (2008: 24) menambahkan perkembangan kognitif siswa kelas

VIII antara umur 11 tahun-dewasa termasuk pada tahap keempat yaitu masa

operasi formal. Usia remaja seseorang sudah mampu berpikir abstrak dan

hipotetis. Remaja dalam berpikir operasional formal setidak-tidaknya mempunyai

dua sifat yang penting yaitu: sifat deduktif hipotesis: dalam menyelesaikan

masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoretik. Remaja

menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang

mungkin. Kedua ialah berpikir operasional juga berpikir kombinatoris: sifat ini

merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara

bagaimana melakukan analisis.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

16

Senada dengan pendapat Sunarto, Danim (2010) yang menyatakan juga

bahwa kebanyakan siswa yang mencapai tahap operasi formal akan

mengembangkan alat baru untuk memanipulasi informasi. Tahap ini siswa dapat

berpikir abstrak dan deduktif, serta dapat mempertimbangkan kemungkinan masa

depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel, menguji hipotesis

dan menarik kesimpulan atas kejadian yang siswa alami secara langsung.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan karakter siswa SMP

menurut Danim (2010) yang menyimpulkan bahwa kebanyakan siswa masih pada

tahap operasi formal yang mempunyai ciri-ciri dapat berpikir abstrak dan deduktif.

5. Materi Bahan Pokok Matematika Kelas VIII

Sistematika bahan pokok pelajaran yang menjadi bahan penelitian di kelas VIII

yaitu materi bangun ruang sisi datar mengenai sifat-sifat kubus, balok, prisma dan

limas; membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas; menghitung luas

permukaan kubus, balok, prisma dan limas; menghitung volume kubus, balok,

prisma dan limas.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Indaryanti (2008) yang berjudul pengembangan modul

pembelajaran individual dalam mata pelajaran matematika di kelas XI SMA Negeri

1 Palembang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa modul yang dihasilkan dari

pengembangan ini, isi materi dalam modul sudah sesuai dengan tuntutan

kurikulum, sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran dan dapat digunakan

oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pelembang.

Penelitian Santyasa (2009) berjudul metode penelitian pengembangan dan

teori pengembangan modul. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Negeri 1 Nusa

Penida pada kelas X. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian tersebut yaitu

didapatkan produk modul yang dapat membantu dalam proses pembelajaran.

Penelitian Danoebroto (2008) berjudul meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah melalui pendekatan PMRI dan pelatihan metakognitif. Hasil

dari penelitiannya menyebutkan kemampuan siswa memecahkan masalah yang

memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI dan

metakognitif lebih unggul dibandingkan dengan pendekatan konvensional.

Penelitian Suharta (2003) yang berjudul Pendidikan Indonesia Realistik

Indonesia (alternatif pembelajaran matematika yang berorientasi kurikulum

berbasis kompetensi) yang menyatakan bahwa PMRI merupakan alternatif

pendekatan pembelajaran yang relevan dengan kurikulum yang berlaku dan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

17

berpotensi menumbuhkan rasa senang dengan matematika atau atau

menghilangkan rasa takut terhadap matematika.

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dapat terlihat dari hasil

belajar siswa pada materi yang diajarkan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar

siswa tersebut salah satu caranya dengan penerapan bahan ajar yang sesuai

dengan kurikulum dan karakteristik siswa SMP. Penelitian ini akan didesain bahan

ajar dengan mengembangkan teori dari (Sutadji, 2000) dan (Fauzan, 2005) untuk

melakukan pembelajaran dengan penggunakan modul pembelajaran matematika

berbasis PMRI.

Guru dan sekolah kebanyakan menggunakan bahan ajar berupa buku wajib,

buku penunjang (misalnya: buku teks atau buku pelajaran), lembar kerja siswa

(LKS). Penggunaan bahan ajar tersebut untuk mempermudahkan siswa, tetapi

pada kenyataannya materi yang disajikan dalam buku teks misalnya tidak sesuai

dengan kurikulum dan karakteristik siswa. Penelitian yang dilakukan Indaryanti

(2008) menunjukan bahwa modul yang dirancang sudah sesuai kurikulum dan hasil

belajar siswa yang diajar dengan modul terjadi peningkatan.

Pendekatan PMRI yang digunakan dalam penyusunan modul pembelajaran

matematika didasarkan karakteristik dari PMRI yang berpusat pada siswa,

persoalan kontekstualnya nyata dalam kehidupan siswa sehingga sesuai dengan

karakteristik siswa kelas VIII pada masa remaja.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapat disusun kerangka

berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang timbul.

Kegiatan belajar mengajar matematika banyak faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya sarana dan prasarana, minat,

aktivitas, metode pembelajaran, proses pembelajaran, dan sebagainya. Salah satu

faktor yang berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar matematika adalah

sarana dan prasarana yang berupa bahan ajar yang digunakan dalam

pembelajaran. Penggunaan bahan ajar yang tidak tepat dalam pembelajaran juga

dapat menghambat proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika yang lebih

efektif diantaranya dengan menerapkan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum

dan karakteristik siswa SMP. Penggunakan Modul pembelajaran matematika

berbasis PMRI dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang

diajarkan dalam proses pembelajaran.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1858/3/T1_202008005_BAB II… · yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal

18

Secara sistematis kerangka pemikiran dari hubungan bahan ajar dengan hasil

belajar siswa ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2

Sistematis Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang

signifikan modul pembelajaran pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar

berbasis PMRI terhadap hasil belajar siswa kelas VIIID SMP Negeri 3 Suruh

Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun ajaran 2011/2012.

Analisis bahan ajar yang ada

Studi kepustakaan

Merancang bahan ajar yang dikembangkan berupa modul pembelajaran berbasis PMRI

Validasi modul dengan para ahli

Revisi modul

Modul diterapkan pada siswa kelas VIIID SMP Negeri 3 Suruh

Analisis hasil belajar siswa

Kelompok eksperimen dengan bahan ajar modul berbasis PMRI

Kelompok kontrol tanpa modul berbasis PMRI

Diharapkan hasil belajar siswa dengan modul berbasis PMRI lebih baik dibanding siswa dengan

tanpa modul berbasis PMRI