bab enam pembahasan - institutional repository | satya...

28
177 Bab Enam Pembahasan Bab ini akan membahas keterhubungan antara beberapa variabel yang terkait dengan kinerja industri kreatif. Kinerja industri kreatif perlu mendapat perhatian dalam hubungannya dengan variabel lain sebagaimana dibahas dalam bab sebelumnya yaitu: knowledge management; intellectual capital, knowledge broker. Dalam bab ini akan dibahas pengaruh antara knowledge management terhadap intellectual capital; pengaruh intellec- tual capital terhadap kinerja industri kreatif; pengaruh knowledge management terhadap kinerja industri kreatif; serta moderasi knowledge broker dalam keterhubungannya dengan knowledge management dan intellectual capital. Pengaruh Knowledge Management Terhadap Intellectual Capital Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa Knowledge management mempunyai kontribusi yang berarti terhadap intellectual capital dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge management yang dimiliki mampu meningkatkan intellectual capital industri kreatif. Kondisi demikian terlihat dari dimensi Knowledge management yang terdiri dari: people, process, technologi yang terjabarkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi people (merangsang

Upload: hoangminh

Post on 03-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

177

Bab Enam

Pembahasan

Bab ini akan membahas keterhubungan antara beberapa variabel

yang terkait dengan kinerja industri kreatif. Kinerja industri kreatif perlu

mendapat perhatian dalam hubungannya dengan variabel lain sebagaimana

dibahas dalam bab sebelumnya yaitu: knowledge management; intellectual

capital, knowledge broker. Dalam bab ini akan dibahas pengaruh antara

knowledge management terhadap intellectual capital; pengaruh intellec-

tual capital terhadap kinerja industri kreatif; pengaruh knowledge

management terhadap kinerja industri kreatif; serta moderasi knowledge

broker dalam keterhubungannya dengan knowledge management dan

intellectual capital.

Pengaruh Knowledge Management Terhadap Intellectual Capital

Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa Knowledge

management mempunyai kontribusi yang berarti terhadap intellectual

capital dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge

management yang dimiliki mampu meningkatkan intellectual capital

industri kreatif. Kondisi demikian terlihat dari dimensi Knowledge

management yang terdiri dari: people, process, technologi yang terjabarkan

dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi people (merangsang

178

berbagi pengetahuan, memelihara berbagi pengetahuan, penggunaan

pengetahuan) mampu memberikan perubahan terhadap intellectual capital.

Demikian juga dimensi process (mencari pengetahuan, membuat berbagi

pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan), serta dimensi technology

(menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan, memungkinkan orang

lain bekerja sama mudah diakses) mampu memberikan perubahan

terhadap intellectual capital.

Fenomena yang sama juga berada pada dimensi intellectual capital

yang menunjukkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi

human capital (Attitude, Competencies, Education, Knowledge, Skills) yang

sangat baik. Demikian juga dimensi structural capital tercermin dari

indikator: Copyright, Corporate, Design rights, Financial relations, culture,

information technology infrastructure, dan management process yang

sangat baik. Hal yang sama nampak pada dimensi relational capital yang

tercermin dalam indikator: brand, company name, customers, distribution

channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik.

Temuan diatas sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya

diantaranya yang disampaikan oleh Nazem (2012): bahwa dimensi

manajemen pengetahuan memiliki efek langsung pada modal intelektual.

Temuan dari Nazem (2012) ini, lebih jauh lagi, menunjukkan peran

manajemen pengetahuan berpengaruh terhadap modal intelektual.

Pendapat yang sama dari Hsu dan Sabherwal (2011) mendukung bahwa

dampak manajemen pengetahuan pada modal intelektual. Demikian juga

Huang (2011): terdapat pengaruh positif yang signifikan dari manajemen

pengetahuan tentang modal intelektual. Marr (2003) juga menggaris

bawahi peran manajemen pengetahuan pada peningkatan modal

intelektual dalam organisasi. Temuan lain dari Rastogi (2002), Wiig (1997),

Daud dan Yusoff (2011) juga mengkaji peran manajemen pengetahuan dan

hubungannya dengan modal intelektual. Shih et al., (2011) mendukung

179

hubungan antara manajemen pengetahuan dan modal manusia. Modal

manusia dalam kajian tersebut (Shih et al.,2011) adalah salah satu dimensi

modal intelektual. Dalam model yang disajikan oleh Coukas-Semmel (2002),

peran manajemen pengetahuan dan dimensi pada modal intelektual dan

dimensi - modal manusia, modal struktural, dan pelanggan (relasional).

Hipotesis dan temuan dalam studi ini didasari oleh pijakan bahwa

intellectual capital yang dimiliki oleh SDM dalam organisasi tercipta sebagai

akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang sistematis

dan kokoh. Walaupun penelitian tersebut menghasilkan temuan knowledge

management (KM) mempunyai kontribusi (pengaruh) yang sangat berarti

(signifikan) terhadap intellectual capital, namun secara empirik pelaksanaan

KM berjalan secara konvensional. Artinya pelaksanaan KM pada industri

kreatif cenderung bersifat informal dalam pengelolaan pengetahuannya

(knowledge management) yang menghasilkan proses KM berjalan cukup,

dengan pengertian bahwa kegotong royongan dalam keseharian karyawan

dalam bekerja, curahan-curahan pengalaman dan pengetahuan yang

pernah dimiliki secara tidak formal dapat didiskusikan dengan baik, yang

dapat mendorong komunikasi antar individu.

Gambaran KM secara empirik dapat terlihat saat penyebaran

kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dalam memperjelas

pernyataan dan jawaban:

a. Walaupun pelaksanaan KM seperti di atas, namun masih terselip

adanya keinginan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) sesama

karyawan industri kreatif. Karyawan cenderung bersifat ingin tahu, niat

untuk membagi pengetahuan cukup ada, walaupun sifatnya cenderung

informal dalam pembicaraan keseharian sambil bekerja.

b. Karyawan terbiasa dengan kebiasaan rutinitas aktivitas sehari-hari yang

bekerja sambil ngobrol, secara tidak langsung terjadi proses transfer

180

pengetahuan dari karyawan satu ke karyawan yang lain. Namun

demikian berbagi pengetahuan dapat diperkuat dengan penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat membantu dalam

pelaksanaannnya sebagaimana halnya melalui forum diskusi online,

intranet, ekstranet.

c. Faktor lain dalam knowledge management yang cukup tersebut adalah

mencari pengetahuan baik melalui cara tradisional (trial and

error)dalam industri kreatif yaitu melihat, meniru, menambahi,

menandai, memberikan perbedaan terhadap produk/ karya yang

dihasilkan, walaupun secara etika bisnis hal tersebut cenderung

tindakan kearah penjiplakan dalam hal menentukan desain produk,

strategi pemasaran, kisaran harga, cara pelayanan, serta rencana

pengembangan produk agar lebih kreatif dan inovatif.

Gambaran KM pada industri kreatif terdapat beberapa hal yang

kurang baik dalam proses KM, yaitu: Keinginan untuk menularkan

pengetahuan yang belum maksimal, dapat disebabkan lemahnya budaya

berbagi pengetahuan yang ada pada industri kreatif, minimnya keinginan

memelihara berbagi pengetahuan.

Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Wongso Wijoyo salah satu

pelaku industri kreatif sub sektor periklanan terkait dengan knowledge

management :

181

Menyimak dari uraian di atas tentang pelaksanaan KM dalam

industri kreatif, nampak bahwa proses KM sudah berjalan di dalam aktivitas

industri kreatif sehari-hari dengan model secara konvensional dan

sederhana. Kondisi demikian sudah barang tentu sangat perlu mendapat

pertimbangan pihak lain untuk membantu memaksimalkan pelaksanaan KM

di dalam industri kreatif.

Fenomena knowledge management tersebut sangat mempunyai

keterkaitan dengan karakteristik responden. Beberapa di antaranya adalah

prosentase tingkat pendidikan terakhir dari pengelola/ pimpinan di industri

kreatif Jawa Timur. Komposisi pendidikan SMA mempunyai prosentase

terbesar (55,42%) dibandingkan pendidikan S1 maupun S2. Di samping

proporsi tingkat pendidikan yang rendah juga lama usaha dari sub sektor

tersebut, dimana sebanyak 58,23% lama usahanya masih dibawah 5 tahun.

Hal lain adalah sedikitnya jumlah SDM yang diberdaya gunakan dalam

industri kreatif termasuk dalam kelompok UKM kreatif. Dari responden

sebanyak 249, terdapat 85,54% industri kreatif yang mempunyai SDM < 10

karyawan. Kaarakteristik lain yang menonjol adalah jumlah SDM wanita,

“Begini lho pak, apa itu yang disebut knowledge management, disini apakah itu ada atau tidak yang jelas pegawai saya bekerja setiap hari apakah hal itu dibilang rajin.Apakah dia mau cerita pengalamannya biasanya terjadi saat bekerja sambil

ngobrol. Unsur kegototong royongan dalam perusahaan saya mungkin termasuk dalam knowledge management ya.Ngobrol keseharian itu biasanya sambil tukar pikiran. ftengalaman biasanya banyak digunakan untuk dirinya sendiri dalam menghadapi

persoalan.Ngajari teman lewat pengalaman lebih mudah dicontoh temannya yang butuh.Dikatakan enggan bercerita tentang pengetahuan/ pengalaman ya ada benarnya. Mengelola itu ya gampang-gampang susah. Susahnya kadang karyawan males cari ide baru, gampangnya kalau dikasih conto cepat nyonto/nirunya, kadang

ditambahi ini itu bisa menjadi berbeda”.Sumber : wawancara dilakukan tgl 4

Nopember 2015.

182

walaupun jumlahnya tidak terlalu extrim, yaitu sebanyak 54,62% namun

perlu mendapat perhatian.

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Industri Kreatif

Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa intellectual capital

mempunyai kontribusi yang sangat berarti terhadap kinerja industri kreatif.

Artinya semakin kuat kemampuan intellectual capital yang dimiliki semakin

tinggi pula kinerja industri kreatif.

Dimensi intellectual capital yang kuat tersebut tercermin dari

indikator masing masing dimensi intellectual capital: human capital,

structural capital, dan relational capital yang dalam pelaksanaannya

berjalan sangat baik. Kondisi demikian terjabarkan dari masing-masing

dimensi sebagaimana dimensi human capital (Attitude, Competencies,

Education, Knowledge, Skills) yang sangat baik. Demikian juga dimensi

structural capital tercermin dari indikator: Copyright, Corporate, Design

rights, Financial relations, culture, information technology infrastructure,

dan management process yang sangat baik. Hal yang sama nampak pada

dimensi relational capital yang tercermin dalam indikator: brand, company

name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty yang

sangat baik.

Dimensi intellectual capital yang kuat tersebut tercermin dari

indikator masing masing dimensi sebagaimana dimensi human capital

(attitude, competence, education, knowledge, skills, dan copyright).

Demikian juga dimensi structural capital dengan indikator: corporate

culture, design rights, financial relations, information technology

infrastructure, management processes,dan brand. Hal yang sama dimensi

relational capital dengan indikator: company name, customers, distribution

channels, franchise agreements, loyalty.

183

Gambaran kekuatan intellectual capital yang terjadi ditemukan saat

penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dengan

sejumlah pernyataan dan jawaban yang memperjelas hal tersebut. Adapun

pernyataan-pernyataan dimaksud sebagai berikut:

a. Karyawan secara umum sikapnya baik, tanggap dan segera merespon

dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap (attitude) yang baik tersebut

dalam hal melakukan pekerjaan, bekerja sesuai uraian jabatan, bukan

bekerja baik karena perintah pimpinan. Tanggap dan peduli terhadap

kondisi lingkungan kerja.

b. Semangat/ motivasi karyawan baik dalam melaksanakan pekerjaan.

Semangat kerja yang merupakan cerminan dari motivasi merupakan

dasar bagi kinerja karyawan. Industri kreatif yang merupakan kegiatan

usaha yang didasari unsur kreativitas sangat penting untuk menghasilkan

produk yang kreatif dan inovatif.

c. Sebagian besar pekerjaan bersifat rutin, karyawan saya secara umum

mudah memahami. Kerutinan dalam bekerja analog dengan kebiasaan

dalam bekerja, sehingga akan menjadikan karyawan mudah dalam

menjalankan pekerjaannya. Namun walau pun ada unsur kerutinan

dalam bekerja, unsur kreatif (ketidak rutinan) lebih menonjol dalam

pekerjaan dalam sub sektor industri kreatif.

d. Karyawan cenderung terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal

tersebut dikarenakan pekerjaan dalam sub sektor periklanan, sub sektor

permainan interaktif, sub sektor komputer dan piranti lunak, sub sektor

musik, sub sektor TV & radio, sub sektor video film & fotographie

membutuhkan keterampilan lebih khusus.

e. Usaha saya memiliki pelanggan sebagai modal yang sangat penting bagi

perusahaan. Kemampuan melayani dan memuaskan pelanggan

merupakan salah satu dari modal relasi (relational capital) dalam industri

184

kreatif. Karyawan diupayakan selalu menjalin dan membina hubungan

yang baik dengan pelanggan.

h. Usaha saya sering mempunyai kerjasama dengan mitra kerja. Mitra kerja

dalam hal ini sebagai pihak untuk menjalin terkait dengan pekerjaannya,

misalnya dalam sub sektor periklanan bermitra dengan para pebisnis

yang akan mengiklankan produk. Dalam sub sektor musik bermitra

dengan industri rekaman, dalam sub sektor TV & radio bermitra dengan

pemasang iklan. Demikian juga sub sektor komputer & piranti lunak akan

bermitra dengan para pemasok bahan dan pengguna.

i. Usaha saya menjalin kerjasama untuk mendistribusikan hasil. Walaupun

industri kreatif tidak selalu mempunyai mitra kerja dalam penjualan

produk, namun kendala pendistribusian masih dapat diatasi.

Adapun fenomena kinerja industri kreatif yang tinggi dapat

tercermin saat penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi

wawancara dalam memperjelas pernyataan dan jawaban:

a. Setahap demi tahap pertumbuhan labanya cenderung meningkat

walaupun sedikit

b. Secara pelan-pelan penjualan juga meningkat

c. Selalu berusaha melakukan pembaharuan produk baru

d. Pangsa pasar cenderung tumbuh dari waktu ke waktu

e. Memberi peluang kesempatan kerja bagi karyawan baru untuk lebih

maju

Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Sangaji salah satu pelaku

industri kreatif sub sektor musik terkait dengan intellectual capital adalah

sebagai berikut:

185

Berpijak pada uraian di atas dengan dimensi intellectual capital yang

cukup kuasakan berdampak terhadap meningkatnya kinerja industri kreatif.

Kajian tersebut senada sebagaimana temuan Bontis et al., (2000)

menyatakan bahwa Intelellectual Capital yang terdiri dari 3 elemen yaitu

human capital, structural capital, relational capital, dimana seluruh element

intelellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bisnis.

Demikian juga temuan dari Maditinos et al., (2010), menghasilkan

kesimpulan bahwa intelellectual capital memiliki hubungan positif terhadap

kinerja bisnis di kedua jenis industri. Hal senada disampaikan oleh Cabrita

dan Bontis (2008) dengan tujuan dalam penelitian untuk menguji antar-

hubungan dan interaksi antara komponen modal intelektual dan kinerja

bisnis di Portugal industri perbankan. Menghasilkan temuan bahwa modal

intelektual memiliki dampak yang signifikan dan substantif terhadap kinerja.

Dengan memaksimalkan IC yang dimiliki perusahaan yang tercermin

dalam peningkatan human capital, structural capital dan relational

capitalnya maka akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja

bisnis. Pentingnya modal intelektual (IC) untuk keberhasilan perusahaan

yang saat ini secara luas diakui oleh beberapa peneliti dan praktisi

(Brooking, 1996; Edvinsson dan Malone, 1997; Hussi dan Ahonen, 2002;

Kujansivu dan Lo¨nnqvist, 2007; Marr dan schiuma, 2001; Mayo, 2001; Roos

“Karyawan saya dapat dikatakan sikapnya dalam kerja baiklah, banyak nurutnya, termasuk tanggap pada pengguna. Anak-anak cepat sekali bertindak jika

ada keluhan dari pengguna. Anak-anak tekadnya (motivasi) besar sekali, walau kadang dia belum tentu mampu, tapi yang penting kemauannya tinggi. Masalah pelanggan memang saya tanamkan bahwa pelanggan adalah raja dan ladang emas yang harus

dijamu. Anak-anak megang kata-kata saya itu.Saya menanmkan pada mereka bahwa yang kita jual adalah pelayanan”

Sumber: wawancara dilakukan tgl 12 Nopember 2015

186

et al., 1997; Sveiby, 1997). Selain intelellectual capital yang penting untuk

organisasi, juga merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi

pembangunan sosial dan ekonomi (Bontis, 2004;. Medina et al., 2007). Marr

et al., (2003) menyimpulkan dua hal tentang keadaan penelitian

intelellectual capital, pertama, penelitian yang menghasilkan hubungan

yang erat antara IC dengan pembangunan sosial, dan kedua, penelitian

yang menghasilkan keeratan hubungan antara IC yang mendorong kinerja

bisnis.

Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif

Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif

Tanpa Variabel Kontrol

Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa knowledge

management (KM) belum mampu memberikan kontribusi yang berarti

terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan berlawanan.

Artinya perubahan knowledge management yang dimiliki tidak memberikan

efek perubahan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan

terbalik.

Kondisi seperti tersebut di atas menunjukkan bahwa KM tidak dapat

secara langsung memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri

kreatif. Maknanya bahwa KM harus memanfaatkan keberadaan intellectual

capital sebagai mediasi pengaruhnya terhadap kinerja industri kreatif.

Fenomena knowledge management yang demikian tersebut dapat diduga

bahwa efek langsung (hubungan langsung) dari perubahan KM adalah

perubahan intellectual capital. Intellectual capital dalam organisasi tercipta

sebagai akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang

sistematis dan kokoh. Penangkapan pengetahuan, penyimpanan dan

pendistribusian serta penerapan pengetahuan tidak dapat terjadi secara

kebetulan dan tidak sistematis, akan tetapi melalui pengelolaan

pengetahuan (knowledge management) yang baik. Makna dari uraian di

187

atas menunjukkan bahwa ketersediaan dan lahirnya intellectual capital

yang handal dibangun dari pengelolaan pengetahuan yang sistematis.

Sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995),

perusahaan di Jepang keterampilannya menjadi sukses karena terdapat

pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of

knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi

(1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan

adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh.

Gambaran Knowledge management yang kurang maksimal tersebut

terlihat dari dimensi dan indikator dari variabel knowledge management

sebagaimana dimensi people (merangsang berbagi pengetahuan,

memelihara berbagi pengetahuan, penggunaan pengetahuan) tercermin

dalam uraian berikut.

Sebagian besar masalah KM dalam usaha kecil menengah termasuk

industri kreatif adalah kelemahan dalam berbagi pengetahuan. Jikapun

berbagi pengetahuan dapat berjalan namun dengan proses sederhana

yaitu melalui ngobrol dan curahan pendapat sesama karyawan.

Hal lain yang menjadi lemahnya proses KM dalam hal memelihara

pengetahuan. Kegiatan ini merupakan hal yang tidak menarik karena

merupakan kegiatan yang secara rutin dilakukan sehingga pengetahuan

tersebut tetap terpelihara dalam kemampuan karyawan.

Menggunakan pengetahuan dalam kegiatan sehari-hari adalah mudah,

namun menggunakan pengetahuan dalam menghadapi persoalan

adalah tidak mudah.

Demikian juga dimensi process dengan indikator: mencari

pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi

pengetahuan:

188

Mencari pengetahuan identik dengan belajar dan bertanya kepada

pihak/sumber pengetahuan. Secara psikologis kegiatan itu menjadi

beban bagi karyawan yang melakukan.

Hal yang sama juga rendahnya berbagi pengetahuan, yang sangat

terkait dengan kegiatan mencari pengetahuan.

Sementara itu pada dimensi technology dengan indikator:

menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan, memungkinkan

orang lain bekerja sama mudah diakses:

IT yang dibutuhkan dan digunakan dalam industri kreatif cukup tinggi

intensitasnya. Namun seringkali keberadaan (ketersediaannya tidak

maksimal). Sehinga aksesbilitas pengetahuan dan pendistribusian

pengetahuan tidak dapat maksimal.

Berpijak pada uraian di atas dengan dimensi knowledge

management yang lemah maka tidak memberikan efek terhadap kinerja

industri kreatif. Bahkan yang terjadi, arah hubungan antara knowledge

management dan kinerja industri kreatif mempunyai arah hubungan yang

negatif. Artinya kenaikan knowledge management yang dimiliki cenderung

tidak berakibat terhadap kinerja industri kreatif.

Temuan di atas tidak sejalan dengan kajian riset Mills dan Smith

(2011) serta Hassan (2012). Dimana Mills dan Smith (2011) mengkaji dari

sumber daya knowledge management pada kinerja perusahaan, tujuannya

untuk menunjukkan knowledge management berdampak pada kinerja

perusahaan. Sedangkan, Hassan (2012) mengkaji peran pengelolaan

pengetahuan dalam meningkatkan kinerja perusahaan di beberapa

perusahaan Mesir dengan hasil yang menunjukkan hubungan positif antara

knowledge management dan kinerja perusahaan. Selaras dengan hal

tersebut didukung pernyataan Azadehdel, et al., (2013), hasil kajian

menunjukkan bahwa ada hubungan antara KM (tacit pengetahuan) dan

189

inovasi kualitas dan juga di antara kualitas inovasi dan kinerja perdagangan

dan manufaktur perusahaan di provinsi Guilan.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang disertai dengan

diskusi wawancara dalam memperjelas pengisian jawaban, diperoleh

beberapa temuan:

a. Knowledge management pada industri kreatif masih lemah. Butiran

indikator tersebut dinyatakan rendah (tidak kokoh) terkait dengan

hal-hal : merangsang berbagi pengetahuan, mencari pengetahuan,

membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan,

menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan.

b. Dalam penyebaran pengetahuan dapat berawal dari pengetahuan

yang berasal dari pengalaman (tacit) kearah pengetahuan explicit.

Ada banyak hal menarik yang diungkapkan terkait knowledge

management pada industri kreatif banyak tacit knowledge tidak

mudah dibagikan (di-sharing-kan). Hal tersebut terkait dari

pengalaman pribadi, akan tetapi karyawan yang bersangkutan sulit

untuk menjelaskan sebagai bentuk penyebaran pengetahuan.

c. Proses sharing pengetahuan belum tentu sama sebagaimana secara

konsep dari tacit ke explicit, lalu dari explicit kembali ke tacit lagi.

Biasanya berupa standard baku tertentu sebagai misalnya panjang,

lebar, ketebalan dan ukuran lainnya, yang dapat di explicitkan dalam

bentuk standard. Upaya yang bisa dilakukan adalah melalui

dokumentasi. Hasil dari dokumentasi yang berupa gambar bisa

digunakan oleh orang lain untuk mendapatkan knowledge.

d. Kemampuan pelaku industri kreatif untuk menghasilkan temuan

mutakhir yang dimulai dari dasar (nol) untuk menemukan terobosan

adalah sesuatu yang tidak mudah terjadi. Biasanya yang sering

terjadi kemunculan ide yang kreatif berasal dari pengalaman

190

sebelumnya atau dapat juga berasal dari diskusi (sharing) dari

sesama rekan kerja di industri kreatif.

Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Samadikun salah satu pelaku

industri kreatif sub sektor komputer & piranti lunak terkait dengan

knowledge management sebagai berikut:

Padahal seharusnya dengan adanya KM, karyawan dapat lebih siap

atas perubahan. Dampak-dampak ini membuat karyawan merasa lebih baik

karena pengetahuan yang diperoleh dan peningkatan keterampilan serta

dampak meningkatnya nilai pasar/market value mereka dibandingkan

karyawan organisasi lain. Dampak langsung KM pada kinerja organisasi

muncul ketika pengetahuan digunakan untuk menciptakan produk inovatif

yang dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan atau ketika strategi

KM selaras dengan strategi bisnis. Sehingga dampak langsung berkaitan

dengan pendapatan dan/ atau biaya dan secara eksplisit berkaitan dengan

visi atau strategi organisasi.

Tujuan KM berupaya untuk mentransfer knowledge dalam bentuk

tacit ke explicit, kemudian dari explicit kembali menjadi tacit knowledge,

dan seterusnya hingga membentuk spiral Nonaka. Knowledge pada awalnya

digambarkan sebagai noktah yang kemudian berpusar semakin membesar

sebagai gambaran bahwa knowledge yang ada semakin berkembang.

“Saya bisa memahami kalau knowledge management itu penting dalam usaha saya. Apalagi usaha saya komputer mesti dibutuhkan itu., tapi yaitu perihal menciptakan pengetahuan kayaknya belum dapat dilakukan disini, yang sudah

pasti ya memanfaatkan pengetahuan komputer. Itu sama dengan menciptakan sesuatu mulai dari nol. Tapi mungkin saja sebenarnya bisa terjadi, tapi hingga sekarang kayaknya belumlah. Bercerita tentang pengalaman kerja biasanya terjadi

antara senior dan yunior, namun itu nggak gampang apalagi yang sifatnya seni, kalau tentang ukuran dan panjang gampang menceritakannya”

Sumber : wawancara dilakukan tgl 27 Nopember 2015

191

Konsep dari spiral Nonaka ini juga berlaku dalam industri kreatif, semakin

sering terjadi sharing pengetahuan dilakukan, maka corak lagu/ disain iklan/

macam permainan interaktif/ variasi gambar yang dihasilkan juga akan

dapat memenuhi keinginan. Diharapkan melalui sharing pengetahuan tacit

dan explicit, akan diperoleh berbagai macam pengetahuan yang dapat

memperkaya wawasan desain tertentu. Tidak mudah untuk mendokumen

tasikan desain dan seni kreatif dan inovasi ke dalam tulisan-tulisan.

Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif

dengan Variabel Kontrol

Merujuk bahasan 6.3.1. fenomena knowledge management

tersebut sangat mempunyai keterkaitan dengan kharakteristik responden.

Beberapa diantaranya adalah prosentase tingkat pendidikan terakhir dari

pengelola/ pimpinan di industri kreatif Jawa Timur. Komposisi pendidikan

SMA mempunyai prosentase terbesar (55,42%) dibandingkan pendidikan S1

maupun S2. Tingkat pendidikan pengelola/ pimpinan yang sebagian besar

rendah inilah yang memungkinkan pelaksanaan knowledge management

yang terjadi di industri kreatif berjalan tidak maksimal. Di samping proporsi

tingkat pendidikan yang rendah juga lama usaha dari sub sektor tersebut,

dimana sebanyak 58,23% lama usahanya masih dibawah 5 tahun. Artinya

sebanyak 58,23% industri kreatif tersebut mempunyai masa/ lama usaha <

5 tahun. Dengan lama usaha < 5 tahun tersebut sangat mungkin sekali

proses knowledge management belum berjalan dengan baik,dengan

pengertian pengalaman pimpinan dalam mengelola belum lama, serta

karyawan belum banyak mempunyai pengalaman, sehingga proses berbagi

pengetahuan dari pengetahuan tacit (pengalaman) ke explicit tidak

maksimal. Hal lain yang menyebabkan knowledge management demikian

adalah sedikitnya jumlah SDM yang diberdaya gunakan, walaupun industri

kreatif termasuk dalam kelompok UKM kreatif, namun dengan sedikitnya

SDM yang digunakan akan memperlemah pengayaan dan pengembangan

192

pengetahuan. Dari responden sebanyak 249, terdapat 85,54% industri

kreatif yang mempunyai SDM < 10 karyawan. Karakteristik lain yang

menonjol adalah jumlah SDM wanita, walaupun jumlahnya tidk terlalu

extrim, yaitu sebanyak 54,62% namun perlu mendapat perhatian.

Dua karakteristik: lama usaha industri kreatif yang relatif dini (< 5

tahun), dan tingkat pendidikan terakhir pimpinan/ pengelola industri kreatif

adalah SMA, dipertimbangkan dimasukkan sebagai variabel kontrol. Untuk

membuktikan ke dua hal tersebut perlu dilakukan pengujian, dengan

meletakkan sebagai variabel Dummy dengan,

D = 0 untuk kategori < 5 tahun,

D = 1 untuk kategori ≥ 5 tahun.

Demikian juga

D = 0 untuk kategori < SMA,

D = 1 untuk kategori> SMA.

Selanjutnya dimasukkan sebagai variabel kontrol dalam

hubungannya antara knowledge management terhadap kinerja

industri kreatif.

Berikut hasil olahan PLS sebagaimana tampak pada gambar 6.1.

Gambar 6.1. MODEL PLS TAHAP 1 (dengan memasukkan variabel kontrol)

193

Berdasarkan gambar 6.1. model PLS nampak bahwa adanya model

dasar: model struktural yang mengubungkan antara variabel knowledge

management terhadap intellectual capital dengan menempatkan tingkat

pendidikan dan lama usaha sebagai variabel kontrol. Demikian juga nampak

adanya model struktural yang menghubungkan antara variabel knowledge

management terhadap kinerja industri kreatif dengan menempatkan hal

yang sama tingkat pendidikan dan lama usaha sebagai variabel kontrol.

Akan tetapi dalam hal ini hanya pengaruh knowledge management

terhadap kinerja industri kreatif saja yang akan dibahas, hal tersebut diduga

2 (dua) karakteristik responden tersebut sebagai penyebab: “tidak adanya

pengaruh yang signifikan antara knowledge management terhadap kinerja

industri kreatif dengan arah hubungan negatif.

Mengacu gambar 6.1. di atas nampak adanya model pengukuran

dengan indikator dengan loading factor yang lebih kecil dari 0.50. Indikator

yang demikian tidak memenuhi syarat, sehingga perlu dihapus. Perubahan

dari langkah tersebut menghasilkan model PLS sebagai berikut.

Gambar 6.2. MODEL PLS TAHAP 2 (dengan memasukkan variabel kontrol)

Sumber: hasil olah data PLS

194

Mengacu gambar 6.2. di atas nampak bahwa indikator-indikator

yang mempunyai factor loading lebih kecil dari 0.50 telah dihapus semua,

sehingga seluruh indikator dapat dikatakan valid.

Selanjutnya dapat dilihat koefisien path pada inner model seperti

pada tabel 6.1.

Tabel 6.1. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

Keterangan

Lama Usaha *

Know.

Management ->

Kinerja.Ind.Kreatif

0.1993

0.0679

0.1081

0.1081

1.8422

Signifikan

Pendidikan * Know.

Management ->

Kinerja.Ind.Kreatif

0.1398

0.0241

0.0819

0.0819

1.7053

Signifikan

Batas signifikansi :

Loading factor (original sample) ≥ 0,50 (Ghozali, 2008)atau

Z α≥ 1,645 (Z α = 0,05 (5%)

Sumber: hasil olah data PLS

Berpijak pada tabel 6.1.di atas menghasilkan temuan:

1. Dengan menempatkan lama usaha sebagai variabel kontrol, knowledge

management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

industri kreatif dengan arah hubungan selaras. Artinya perubahan

knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kreatif

benar-benar bukan disebabkan oleh variabel di luar variabel penelitian

(disebabkan oleh lama usaha). Maknanya semakin lama masa usaha

industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge

management terhadap perubahan kinerja industri kreatif semakin kuat.

2. Dengan menempatkan tingkat pendidikan sebagai variabel kontrol,

knowledge management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja industri kreatif dengan arah hubungan selaras. Artinya

perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja industri

195

kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel diluar variabel

penelitian (disebabkan oleh tingkat pendidikan). Maknanya semakin

tinggi pendidikan pengelola industri kreatif, akan menyebabkan

pengaruh antara knowledge management terhadap perubahan kinerja

industri kretaif semakin kuat.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa:

knowledge management mempunyai pengaruh non signifikan terhadap

kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif (sebagaimana sub

bab 6.3), disebabkan karena lama usaha industri kreatif masih dini (< 5

tahun), dan tingkat pendidikan pengelola industri kreatif masih SMA.

Moderasi Knowledge Broker dalam Hubungannya dengan Knowledge Management dan Intellectual Capital

Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa moderasi

knowledge broker dalam hubungannya dengan knowledge management

dan intellectual capital mempunyai peranan yang kuat. Hal ini mengandung

makna bahwa knowledge broker benar-benar mempunyai peranan yang

dapat memperkuat dalam keterhubungannya antara knowledge

management dengan intellectual capital industri kreatif.

Peran knowledge broker dalam memperkuat hubungan antara

knowledge management dan intellectual capital tersebut didukung oleh

kekuatan knowledge broker tersebut tercermin dari sebaran nilai rata-

rata sebesar 4.389, yang mencerminkan knowledge broker mempunyai

peranan yang kuat dalam keterhubungan antara knowledge management

dengan intellectual capital. Maknanya keberadaan knowledge broker sangat

dibutuhkan sekali untuk memperkuat keterhubugannya antara knowledge

management dan intellectual capital industri kreatif.

196

Uraian yang mendukung pernyataan di depan yaitu oleh Ziam,

Landry, dan Amara, (2009), dalam Knowledge brokers: a winning strategy

for improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam

konteks ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam

pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan

membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan

kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pengeta-

huan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker pengetahuan

(knowledge broker).

Mengacu dari uraian di atas bahwa dengan adanya KB akan

berdampak terhadap pembaharuan pengetahuan, dan inovasi pengeta-

huan. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang lebih operasional

adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif, dan pengetahuan

pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui kemampuan modal

intelektualnya. Jika ditinjau ulang tentang Framework Knowledge Broker

(Oldham dan McLean, 1997) yang terdiri dari:

•"Interface" menghubungkan pengguna dan pencipta •"Direct" mengacu

pada fakta bahwa dalam beberapa kasus ada interface langsung antara

menggunakan pengetahuan dan menciptakan pengetahuan, •"Distributor"

menyebarkan pengetahuan (contohnya termasuk penerbit, on-line

penyedia, dll), •"Integrator" mengambil ilmu yang dibuat oleh orang lain

dan menafsirkannya untuk kepentingan pengguna tertentu (contohnya

termasuk konsultan, Komisi Royal, kebijakan organisasi penelitian, transfer

teknologi). Di samping itu sebagai •"Intermediaries" yang menghubung

kan pengguna dan pencipta, dan yang terakhir adalah sebagai • "Broker"

mirip dengan perantara, perbedaannya adalah bahwa seperti dengan real

estate atau broker saham, broker pengetahuan memperoleh pendapatan

yang merupakan fungsi dari nilai dipertukarkan dalam transaksi antara

pengguna dan pencipta.

197

Uraian yang mendukung pernyataan di atas yaitu oleh Ziam, Landry,

dan Amara, (2009), dalam Knowledge brokers: a winning strategy for

improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam konteks

ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam

pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan

membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan

kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan

pengetahuan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker

pengetahuan (Knowledge Broker).

Terkait dengan temuan dalam studi ini yang mencerminkan

knowledge broker mempunyai peranan yang kuat dalam keterhubungan

antara knowledge management dengan intellectual capital, secara empirik

hal tersebut tercermin sebagaimana pernyataan responden dalam

pengisian kuesioner yang disertai dengan wawancara dapat digambarkan:

a. Responden memberikan pernyataan usaha saya memanfaatkan Broker

pengetahuan untuk memperoleh tambahan pengetahuan yang terkait

dengan usaha saya.

b. Responden memberikan pernyataan usaha saya memanfaatkan Broker

pengetahuan untuk memperjelas penggunaan sebuah pengetahuan

yang sebelumnya masih ragu dan kurang jelas.

c. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker

pengetahuan untuk konsultasi dan perlindungan dari resiko usaha.

d. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker

pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi perusahaan

e. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker

pengetahuan dalam meniningkatkan usaha dalam industri kreatif.

f. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker

pengetahuan dalam menerapkan pengetahuan dalam pengelolaan

model (produk baru/ cara baru/ metode baru).

198

Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Edward salah satu pelaku

industri kreatif sub sektor film, video & photo graphie terkait dengan

knowledge broker sebagai berikut:

Fenomena knowledge broker dalam industri kreatif sering

digambarkan sebagaimana halnya jika memerlukan masukan dari luar

organisasi/ perusahaan, mereka cenderung ‘berguru/ belajar’ dengan

sesama praktisi industri kreatif, baik dalam hal menabah pengetahuan

bidang periklanan, musik, film, video, radio dan telivisi maupun

pengetahuan lainnya. Tak jarang kolaborasi terjadi di antara dua atau lebih

praktisi tersebut. Seorang praktisi industri kreatif mengungkapkan adanya

semangat berbagi di antara praktisi industri, dengan tujuan untuk

mengembangkan industri kreatif. Namun melalui peran KB yang dalam hal

ini diwakili pihak peneliti dalam diskusi penelitian (yang dimaksud FGD)

yang berperan sebagai pihak mediasi dan difusi pengetahuan dapat

membantu cepatnya pencerahan berbagi pengetahuan tersebut. Dalam sub

sektor percetakan, keberadaan KB yang dalam hal ini diwakili pihak penerbit

buku (sebagai produser”) menghubungkan penulis buku dan pengguna

(pembaca). Dalam hal sub sektor industri musik KB yang dalam hal ini

diwakili konsultan hukum (sebagai "Integrator") yang menghubungkan

“ Usaha saya ini bergerak dalam industri kreatif video & photo graphie,

sering menggunakan apa itu calo atau perantara bisa juga disebut broker ya, bukan

makelar khan, ha..ha… Biasanya dia menenawarkan jasanya untuk pengembangan pengetahuan audio visual. Mau tidak mau ya mau karena itu penting seperti misalnya untuk editan photo atau video. Sebenarnya setelah diberitahu mudah sekali. Tapi karena tidak tahu ya sepertinya sulit ha..ha… Namanaya seni video ya

harus telaten dihayati tidak bisa dengan matematis saja. Sering juga dia menyarankan agar menambah alat ini itu agar dapat melayani order dari konsumen”

Sumber : wawancara dilakukan tgl 8 Desember 2015

199

antara pengetahuan/ undang-undang pembajakan dengan industri kreatif

musik yang memerlukan pihak lain dalam menafsirkan sesuatu persoalan.

Keberadaan KB yang demikian penting sehingga KB dapat berperan sebagai

penguat keterhubungannya antara knowledge management dengan

intellectual capital.

Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge broker

dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap hubungan

perubahan antara knowledge management dengan intellectual capital

industri kreatif dapat berupa sebagaimana hal berikut: memanfaatkan

broker pengetahuan untuk membangun akses ke pengetahuan dari luar

kedalam industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan untuk

internalisasi (penghayatan) pengalaman agar penggunaan pengetahuan

tersebut lebih tepat; memanfaatkan broker pengetahuan dalam

menghubungkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke industri kreatif;

memanfaatkan broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi

industri kreatif.

Mengacu dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan

adanya KB akan berdampak terhadap pembaharuan pengetahuan, dan

inovasi pengetahuan. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang

lebih operasional adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif,

dan pengetahuan pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui

kemampuan modal intelektualnya.

Sintesa Penelitian

Proses manajemen dalam menangkap pengetahuan, menyerap

pengetahuan, mendistribusikan dan menerapkan pengetahuan di dalam

industri kreatif adalah merupakan aktivitas dalam pengelolaan pengetahuan

(knowledge management). Dengan proses pengelolaan pengetahuan yang

200

kokoh tersebut akan menghasilkan sebuah modal pengetahuan yang lebih

operasional. Modal tersebut merupakan modal kemampuan intelektual.

Semakin kuatnya modal intelektual tersebut yang tercermin dengan

semakin kuatnya modal insani, modal struktural, dan modal relasional yang

dimiliki industri kreatif. Uraian tersebut di atas digambarkan dalam sebuah

model empirikal sebagai berikut.

Gambar 6.2.Model Empirikal Penelitian yang Dihasilkan

Sumber : Model olahan dikembangkan untuk Disertasi ini

Awal dari model struktural adalah pengaruh antara knowledge

management (KM) dengan intellectual capital mempunyai kontribusi yang

berarti dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge

management yang dimiliki mampu memberikan efek perubahan terhadap

intellectual capital industri kreatif.

Sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995),

perusahaan di Jepang keterampilannya menjadi sukses karena terdapat

pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of

knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi

Pendidikan

(variabel kontrol)

Lama Usaha

(variabel kontrol)

Memediasi KM-KIK

Knowledge Management

Intellectual Capital

Kinerja Indust Kreatif

MemoderasiKM-IC

Knowledge Broker

201

(1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan

adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh.

Pelaksanaan KM dalam industri kreatif tidak dapat terlepas dari 3

komponen dalam KM yang terdiri (Cong dan Pandya, 2003): people, process,

dan technology. Terkait dengan ke 3 komponen sebagai sumber daya,

perspektif Resources Based View (RBV) merupakan suatu perspektif

organisasi dalam bidang stratejik yang mengfokuskan pada tingkat

sumberdaya organisasi, berupaya memiliki sumberdaya yang menonjol dan

memaksimalkan keseluruhan sumberdaya yang dimiliki organisasi

dibandingkan dengan pesaing. Asumsi dasar teori RBV adalah bahwa

kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung kepada

keunikan sumberdaya yang ada dalam organisasi (Wernefelt, 1984).

Keunikan salah satu sumberdaya yaitu sumberdaya manusia dalam industri

kreatif adalah sumberdaya yang mengahasilkan karya yang didasari dengan

bakat dan kreatifitas yang menghasilkan karya inovatif.

Meningkatnya intellectual capital yang dimiliki sebagaimana

tersebut di atas akan memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri

kreatif dengan arah hubungan selaras sebagai model struktural ke dua.

Artinya intellectual capital yang dimiliki benar-benar mampu memberikan

efek peningkatan terhadap kinerja industri kreatif. Modal intelektual paling

tepat digambarkan sebagai informasi dan pengetahuan dalam perusahaan.

Informasi sifatnya lebih statis; sedangkan pengetahuan bersifat dinamis.

Pengetahuan adalah bahan baku perusahaan yang paling penting. Modal

intelektual adalah sumber yang paling penting dari nilai tambah serta

output. Jika pengetahuan tidak dikelola dengan baik, akan dapat merugikan

bisnis. Modal intelektual bukan hanya masalah hukum, tetapi harus

meningkatkan kekayaan bersih perusahaan (Adrian, 2008).

202

Sementara itu sebagai model struktural ketiga adalah pengaruh

secara langsung antara knowledge management dengan kinerja industri

kreatif tidak mempunyai kontribusi yang berarti dengan arah hubungan

yang terbalik (negatif). Artinya KM yang terdapat pada industri kreatif

secara langsung belum mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja

industri kreatif. Tidak signifikan pengaruh antara knowledge management

dengan kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif, menjadikan

pengaruh secara tidak langsung menjadi pilihan. Artinya intellectual capital

berperan sebagai variabel mediasi pengaruh antara knowledge manage-

ment dengan kinerja industri kreatif. Peran intellectual capital sebagai

mediasi tersebut memang mengindikasikan bahwa proses transfer

pengetahuan secara bertahap melalui pemahaman dalam penerimaan sikap

(attitude), competencies, knowledge, design rights, financial relations,

culture, information technology infrastructure, dan beberapa indikator

dalam relational capital seperti brand, company name, customers,

distribution channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik.

Melalui pemahaman indikator dalam dimensi human capital tersebut akan

menghasilkan efek perubahan terhadap performance (kinerja) industri

kreatif. Chen et al., (2004) state that there is a positive relationship between

intellectual capital and enterprise performance. Cabrita and Bontis (2007):

state that each variables of the intellectual capital interact with the business

performance.

Kehadiran knowledge broker (KB) dapat berperan sebagai variabel

moderator dalam pengaruh knowledge management dengan kinerja

industri kreatif merupakan model struktural yang ke empat. Keberadaan KB

dalam hal ini sangat membantu sekali dalam megangkat kondisi pelak-

sanaan knowledge management dalam industri kreatif yang belum

maksimal terutama terkait dengan transfer pengetahuan. Melalui KB

tersebut diharapkan kendala dalam menangkap pengetahuan, penggunaan

203

pengetahuan, pendistribusian pengetahuan, dan mengkreasi pengetahuan

dapat diatasi dengan adanya KB. Melalui KB proses pembelajaran akan

terjadi dalam transfer pengetahuan.

Industri kreatif sebagai organisasi tentunya memerlukan proses

belajar dalam memperoleh pengetahuan dari sumber pengetahuan.

Pembelajaran organisasi (organization learning) memerlukan karyawan

yang memiliki kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan

tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan

paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma

yang berbasis pengetahuan. Dalam konsep organization learning (OL)

bahwa pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau

berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan

pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan

kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya (Senge 1990).

Sementara itu ‘broker’ (atau knowledge broker) merupakan agen

yang memfasilitasi difusi pengetahuan (Aldrich dan von Glinow, 1992); dan

‘konsultan’ di sini berperan sebagai fasilitator proses inovasi (Bessant dan

Rush, 1995). Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge

broker dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap

hubungan perubahan antara knowledge management dengan intellectual

capital industri kreatif dapat berupa sebagaimana hal berikut: memanfaat-

kan broker pengetahuan untuk membangun akses ke pengetahuan dari luar

kedalam industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan untuk

internalisasi (penghayatan) pengalaman agar penggunaan pengetahuan

tersebut lebih tepat; memanfaatkan broker pengetahuan dalam

menghubungkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke industri kreatif;

memanfaatkan broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi

industri kreatif.

204

Yang perlu mendapat perhatian adalah pengaruh knowledge

management terhadap kinerja industri kreatif tidak signifikan dengan arah

hubungan tidak searah. Di mana setelah memasukkan 2 karakteristik

responden yaitu lama usaha (< 5 th) dan pendidikan terakhir responden

(SMA) sebagai variabel kontrol menghasilkan temuan bahwa ke dua

karakteristik responden tersebut benar-benar sebagai variabel yang dapat

mengontrol perubahan variabel bebas terhadap variabel tergantung.

Artinya perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja

industri kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel di luar variabel

penelitian (disebabkan oleh lama usaha dan tingkat pendidikan). Maknanya

semakin tinggi pendidikan pengelola industri kreatif, dan semakin lama

usaha industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge

management terhadap kinerja industri kreatif semakin kuat.