bab ii kajian pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/38682/3/bab ii.pdfmenurut pearce ii dan...

27
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian ataupun pembahasan atas dasar teori sangatlah mutlak diperlukan sebagai landasan dalam proses penelitian. Hal ini dapat mempermudah proses penelitian dan menentukan pokok permasalahan serta menjadi tolak ukur dalam menentukan solusi pada proses penulisan skripsi. Dengan demikian sangatlah penting untuk membahas dasar-dasar teori yang erat kaitannya dengan strategi politik, partai politik dan pemilu pada umumnya serta kaitannya dengan strategi politik partai dalam pemenangan pemilu pada khususnya. Berikut akan dijabarkan dasar-dasar teori terkait penelitian ini. 2.1 Strategi 2.1.1 Pengertian Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai sasaran atau tujuan yang efektif dan efisien. Suatu strategi yang baik akan membantu organisasi dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dalam bentuk unique berbasis kompetensi internal serta kemampuan mengantisipasi lingkungan. Menurut Anthony, Parrewe dan Kacmar: 18 strategi dapat didefinisikan sebagai formulasi misi dan tujuan organisasi, termasuk di dalamnya adalah rencana aksi (action plans) untuk mencapai tujuan tersebut dengan secara eksplisit mempertimbangkan kondisi persaingan dan pengaruh-pengaruh kekuatan di luar organisasi yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi”. 18 Tjahya Supriatna, Legitimasi Pemerintahan dalam konteks Administrasi Publik Memasuki Era Indonesia Baru, Maulana, Bandung, 1999, hal 97.

Upload: leliem

Post on 05-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian ataupun pembahasan atas dasar teori sangatlah mutlak

diperlukan sebagai landasan dalam proses penelitian. Hal ini dapat mempermudah

proses penelitian dan menentukan pokok permasalahan serta menjadi tolak ukur

dalam menentukan solusi pada proses penulisan skripsi. Dengan demikian

sangatlah penting untuk membahas dasar-dasar teori yang erat kaitannya dengan

strategi politik, partai politik dan pemilu pada umumnya serta kaitannya dengan

strategi politik partai dalam pemenangan pemilu pada khususnya. Berikut akan

dijabarkan dasar-dasar teori terkait penelitian ini.

2.1 Strategi

2.1.1 Pengertian Strategi

Strategi merupakan alat untuk mencapai sasaran atau tujuan yang efektif

dan efisien. Suatu strategi yang baik akan membantu organisasi dalam

mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dalam bentuk unique berbasis

kompetensi internal serta kemampuan mengantisipasi lingkungan. Menurut

Anthony, Parrewe dan Kacmar:18

“strategi dapat didefinisikan sebagai formulasi misi dan tujuan organisasi,

termasuk di dalamnya adalah rencana aksi (action plans) untuk mencapai

tujuan tersebut dengan secara eksplisit mempertimbangkan kondisi

persaingan dan pengaruh-pengaruh kekuatan di luar organisasi yang secara

langsung atau tidak berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi”.

18 Tjahya Supriatna, Legitimasi Pemerintahan dalam konteks Administrasi Publik Memasuki Era

Indonesia Baru, Maulana, Bandung, 1999, hal 97.

16

Sedangkan menurut David:

“Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang

hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi georafis, diversifikasi,

akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetatan, divestasi,

likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture19. Strategi adalah aksi

potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber

daya perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan

aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk

mencapai sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.”

Menurut Tjiptono istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia

yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Strategi juga bisa

diartikan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada

daerah – daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu20. Sedangkan Menurut

Menurut Pearce II dan Robinson, strategi adalah rencana berskala besar, dengan

orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk

mencapai tujuan Perusahaan dari definisi tersebut, dapat di simpulkan bahwa

pengertian dari Strategi adalah sebuah tindakan proses perencanaan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan melalukan hal-hal yang besifat

terus menerus sesuai keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang

kebutuhan pelanggan. Rangkuti berpendapat bahwa:

“strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan

bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah di tetapkan

berdasarkan misi yang telah di tetapkan sebelumnya21”.

Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert. Jr konsep strategi dapat

didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda yaitu : (1) dari perspektif

apa suatu organisasi ingin dilakukan (intens to do), dan (2) dari perspektif apa

19 Husein Umar, Strategic Managemen In Action, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 12. 20 Husein Umar, Ibid, hal 15. 21 Rangkuti Freddy, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta, Gramedia Pustaka

Utama, 2005, hal 23.

17

yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does). Dari definisi tersebut penulis

menyimpulkan bahwa pengertian strategi adalah hal hal yang perusahaan ingin

lakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam

buku Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis, Rangkuti mengutip

perbedaan pendapat dari beberapa ahli mengenai strategi, di antaranya22 :

1. Chandler : Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan

dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta

prioritas alokasi sumber daya.

2. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth : Strategi merupakan alat untuk

menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu focus strategi

adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak.

3. Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner : Strategi merupakan respons secara

terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta

kekuatan dan kelemahan internal yang dapat memengaruhi organisasi.

4. Porter : Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai

keunggulan bersaing

5. Andrews, Chaffe : Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders,

seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas,

pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung

menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang

dilakukan oleh perusahaan.

22 Rangkuti Freddy, Ibid, hal 30.

18

6. Hamel dan Prahalad : Strategi merupakan tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan

sudut pandang tentang apa yang diharapkan pelanggan di masa depan. Dengan

demikian, perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat

terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi

pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core

competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang

dilakukan.

Dari definisi-definisi di atas maka dapat di simpulkan bahwa strategi

adalah alat untuk mencapai tujuan atau keunggulan bersaing dengan melihat

faktor eksternal dan internal perusahaan. Perusahaan melakukan tindakan yang

dapat menjadikan keuntungan baik untuk perusahaan maupun pihak lain yang

berada di bawah naungan perusahaan

Strategi memegang peranan penting dalam suatu organisasi untuk

mewujudkan tujuan dan tercapainya suatu visi dan misi organisasi. Hal tersebut

sebagaimana dikemukakan oleh J. Salusu dalam Supriatna,23 strategi merupakan

suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk

mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam

kondisi yang paling menguntungkan. Pendapat tersebut sejalan dengan

Suradinata,24 yang mengemukakan:

“bahwa strategi adalah suatu rencana yang sifatnya serba komprehensif,

bagaimana sesuatu organisasi dapat mencapai misi dan objeknya serta

mengusahakan sekecil mungkin hambatan”.

23 Tjahya Supriatna, op.cit, hal 64. 24 Ermaya Suradinata, Ekologi Pemerintahan Dalam Pembangunan, Ramadan, Bandung, 1996, hal

27.

19

Hal ini diperkuat dengan gagasan Glueck dalam Suradinata,25 yang

mengemukakan bahwa strategi adalah satu kesatuan rencana yang komprehensif

dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategis organisasi dengan

lingkungan yang dihadapi untuk menjamin tercapainya tujuan. Selanjutnya

Kertonegoro mengemukakan:

“konsep strategi sebagai suatu rencana yang menyeluruh dan terpadu

mengenai kegiatan-kegiatan utama organisasi yang akan menentukan

keberhasilannya untuk mencapai tujuan pokok dalam lingkungan yang

penuh tantangan.”26

Berdasarkan uraian di atas maka sebagaimana yang dikemukakan

Subarsono27 bahwa:

“strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan

akan mempengaruhi kinerja dari suatu kebijakan. Berbagai pendapat

tersebut di atas menurut penulis menjelaskan strategi sebagai suatu pola

keputusan yang konsisten, menentukan dan menampilkan tujuan

organisasi jangka panjang, menyeleksi bidang yang akan ditangani, dan

melibatkan semua tingkat hirarki organisasi”.

Konsep strategi menurut Vancil dalam Supriatna,28 adalah sebuah

konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplementasikan oleh pemimpin

organisasi yang bersangkutan berupa:

a. Sasaran jangka panjang atau tujuan organisasi tersebut.

b. Kendala-kendala luas dan kebijakan yang ditetapkan sendiri oleh sang

pemimpin atau yang diterimanya dari pihak atasan, yang membatasi ruang

lingkup (scope) aktivitas organisasi yang bersangkutan.

25 Ermaya Suradinata, Ibid, hal 78. 26 Sentanoe Kertonegoro, Manajemen Organisasi, Widya Press, Jakarta, 1994, hal 76. 27 A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2005, hal 53. 28 Tjahya Supriatna, op.cit, hal 97-98.

20

c. Kelompok rencana dan tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan

harapan akan diberikannya sumbangsih mereka dalam mencapai sasaran

organisasi tersebut.

2.1.2 Tingkatan Strategi

Ahli strategi Dan Schendel, dikutip dalam Supriatna,29 membagi strategi

menjadi 4 (empat) tingkat yaitu enterprise strategy, corporate strategy, business

strategy, dan functional strategy yang dibedakan berdasarkan substansinya.

a. Enterprise strategy, adalah strategi yang berkaitan dengan kebutuhan dan

tuntutan masyarakat sehingga strategi ini memperlihatkan realisasi antara

organisasi dengan masyarakat luar sejauh realisasi tersebut akan menguntungkan

organisasi. Sehingga masyarakat percaya bahwa organisasi sungguh-sungguh

berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan

kebutuhan masyarakat dan telah dipertimbangkan secara etis.

b.Corporate strategy, yakni strategi yang berkaitan dengan visi dan misi

organisasi dan meliputi seluruh bidang yang digeluti oleh organisasi tersebut.

Pengertian tersebut di atas mengandung makna bahwa strategi ini akan menjawab

pertanyaan apa yang menjadi urusan kita dan bagaimana mengendalikan urusan

itu. Oleh sebab itu penggunaan strategi ini hendaknya dapat dikuasai oleh para

pimpinan organisasi.

c. Business strategy, merupakan penjabaran langkah-langkah bagaimana merebut

suara masyarakat. Pengertian tersebut di atas menjelaskan bahwa strategi ini

29 Tjahya Supriatna, op.cit, hal 100.

21

memusatkan perhatian pada keunggulan kompetitif atau kalangan organisasi non

profit lebih dikenal dengan keuntungan komparatif.

d.Functional strategy, yaitu strategi pendukung untuk menunjang suksesnya

strategi lainnya yang mencakup aspek ekonomi, aspek manajemen, dan isu

strategi yang fungsi utamanya mengontrol situasi lingkungan yang selalu berubah.

Berdasarkan konsep diatas maka dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri

dari enterprise strategy yang berkaitan dengan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat, corporate strategy yang berkaitan dengan misi organisasi, business

strategy yang berkaitan dengan cara merebut pasar dan functional strategy yang

merupakan strategi pendukung berdasarkan perubahan situasi lingkungan.

2.1.3 Indikator Keberhasilan Strategi

Indikator keberhasilan strategi menurut Grant, dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 1 Indikator Keberhasilan Strategi…………….

Sumber:https://www.google.com/books?hl=en&lr=&id=A6zlpKhgL7MC&oi=fnd

&pg=PA72&dq=Strategy+Concept+by+Grant+(2012)&ots=VfGoL8GJng&sig.

Keberhasilan

Strategi

Imeplementasi yang efektif

Tujuan jangka

panjang, sederhana,

dan disepakati

Pemahaman yang

mendalam tentang

sumber daya yang

kompetitif

Penilaian sumber

daya yang objektif

22

2.2 Partai Politik

2.2.1 Pengertian Partai Politik

Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-

anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama30.

Sedangkan menurut Sigmund Neuman dalam Rusadi:

“partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku

politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan

perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing

untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang

mempunyai pandangan yang berbeda”.

Lebih lanjut menurut Rusadi:

“partai politik adalah organisasi manusia dimana didalamnya terdapat

pembagian tugas dan petugas untuk mencapai suatu tujuan, mempunyai

ideologi (political doctrine, political ideal, poltical thesis, ideal objective),

mempunyai program politik (political platform, material objective)

sebagai rencana pelaksanaan atau cara pencapain tujuan secara lebih

pragmatis menurut pentahapan jangka dekat sampai yang jangka panjang

serta mempunyai ciri berupa keinginan untuk berkuasa (power endeavor)

“31

Kemudian Menurut Strom dalam Rusadi:

“partai politik adalah kelompok atau organisasi yang digunakan untuk

menempatkan kadindat dalam jabatan politik tertentu. Lebih jauh lagi

partai politik didefinisikan sebagai organisasi yang beroperasi dalam

sistem politik”.

Robert Michels menyatakan bahwa partai politik, sebagai sebuah entitas

politik, sebagai sebuah mekanisme, tidak secara otomatis mengidentifikasi dirinya

dengan kepentingan para anggotanya juga kelas sosial yang mereka wakili. Partai

30 Miriam Budiardjo, op.cit, hal 15. 31 Kantaprawira Rusadi,Sistem politik Indonesia, Bandung, Sinar Baru, Algesindo, 1992, hal 50.

23

sengaja dibentuk sebagai alat untuk mengamankan tujuan juga menjadi bagian

dari tujuan itu sendiri, memiliki tujuan dan kepentingan di dalam dirinya sendir32.

Menurut Joseph Lapalombara dan Jeffrey Anderson dalam Basri:

“partai politik adalah setiap kelompok politik yang memiliki label dan

organisasi resmi yang menghubungkan antara pusat kekuasaan dengan

lokalitas, yang hadir saat pemilihan umum, dan memiliki kemampuan

untuk menempatkan kadindat pejabat publik melalui kegiatan pemilihan

umum, baik bebas maupun tidak bebas”.

Carl Friedrich dalam Surbakti memberi batasan partai politik sebagai

kelompok manusia yang terorganisasikan secara stabil dengan tujuan untuk

merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin

partainya, dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan

idiil kepada para anggotanya. Sementara itu, Soltau memberikan definisi partai

politik sebagai kelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisasikan,

yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan

kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintah dan

menjalankan kebijakan umum yang mereka buat.

Partai politik merupakan salah satu saja dari bentuk pelembagaan sebagai

wujud ekspresi ide-ide, fikiran-fikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam

masyarakat demokratis. Keberadaan setiap partai politik ditentukan oleh 2 faktor:

pertama, status hukum partai politik sebagai badan hukum (rechtspersoon),

sehingga dapat menjadi subjek yang diakui sah untuk melakukan perbuatan

hukum pada umumnya. Sedangkan yang kedua, status partai politik itu dalam

dalam kegiatan pemilu, yaitu apakah partai politik itu berhak menjadi peserta atau

32 Kantaprawira Rusadi, Ibid, hal 55.

24

tidak ditentukan oleh sejauh mana partai politik yang bersangkutan memenuhi

persyaratan yang ditentukan untuk itu 33

Dari uraian tersebut dirumuskan partai politik merupakan kelompok

anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan

dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan

mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna

melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun. Serta mempuyai

orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita dan tujuan yang sama, serta dalam mencapai

tujuan tersebut ada pembagian tugas dan mengindentifikasi dirinya membawa

kepentingan para anggota dan juga kelas sosial yang mereka wakili.

Selanjutnya menurut Sigmund Neumann:

“partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha

untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat

atas dasar persaingan melawan golongan atau golongan-golongan lain

yang tidak sepaham”.

Menurut Miriam Budiardjo:

“partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-

anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama

dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan

politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka”34.

Sementara dalam UU No. 31/2002 partai politik didefinisikan sebagai

organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik

Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk

33 Firmanzah, op.cit, hal 41. 34 Miriam Budiardjo, Ibid, hal 19.

25

memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui

pemilihan umum.35

2.2.2 Tujuan Partai Politik

Setiap organisasi yang dibentuk oleh manusia tentunya memiliki tujuan-

tujuan tertentu. Demikian pula organisasi yang disebut partai politik. Tujuan

pembentukan suatu partai politik, di samping yang utama adalah merebut,

mempertahankan ataupun menguasai kekuasaan dalam pemerintahan suatu

negara, juga dapat diperlihatkan dari aktivitas yang dilakukan. Rusadi

Kantaprawira,36 mengemukakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh partai

politik pada umumnya mengandung tujuan: a) Berpartisipasi dalam sektor

pemerintahan, dalam arti mendudukkan orang-orangnya menjadi pejabat

pemerintah sehingga dapat turut serta mengambil atau menentukan keputusan

politik atau output pada umumnya; b) Berusaha melakukan pengawasan, bahkan

oposisi bila perlu terhadap kelakuan, tindakan, kebijaksanaan para pemegang

otoritas (terutama dalam keadaan mayoritas pemerintahan tidak berada dalam

tangan partai politik yang bersangkutan); dan c) Berperan untuk dapat memadu

(streamlining) tuntutan-tuntutan yang masih mentah (raw opinion), sehingga

partai politik bertindak sebagai penafsir kepentingan dengan mencanangkan isu-

isu politik (political issue) yang dapat dicerna dan diterima oleh masyarakat

secara luas.

35 Asep Nurjaman, Party Survival: Dinamika Politik Kepartaian di Aras Lokal, Impress, Malang, 2014, hal 7. 36 Rusadi Kantaprawira, op.cit, hal 120.

26

Berdasarkan aktivitas dari partai politik tersebut di atas, maka rakyat

sebagai subyek dalam sistem ketatanegaraan dapat melakukan pilihan-pilihan

alternatif, yakni partai politik mana yang akan diikuti atau menjadi saluran politik

mereka. Berkaitan dengan hal ini, di dalam struktur masyarakat yang masih

paternalistik, maka pilihan rakyat untuk berafiliasi kepada suatu partai politik

tertentu sangat ditentukan oleh ideologi atau aliran yang dianut oleh suatu partai

politik. Oleh sebab itulah di dalam negara dengan struktur masyarakat yang masih

paternalistik, partai politik gemar untuk memainkan ideologi-ideologi partai guna

memperoleh dukungan massa atau rakyat, sehingga memperkuat posisi dalam

kehidupan politik ketatanegaraan. Penekanan mengenai program kehendak

menjadi titik tolak utama untuk memperoleh dukungan massa rakyat. Kehidupan

dan aktivitas partai politik semacam ini masih dapat dikategorikan sebagai partai

politik tradisionil.

Berdasarkan konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan partai

politik adalah berpartisipasi dalam sektor pemerintahan dengan menempatkan

kader-kadernya, mengawasu kebijaksanaan lawan politik yang memegang otoritas

pemerintahan, dan menyatukan kepentingan politik dengan aspirasi masyarakat.

2.2.3 Fungsi Partai Politik

Fungsi partai politik disetiap Negara demokrasi cukup penting. Terutama

jika dikaitkan dengan fungsi perwakilan kepentingan elemen masyarakat yang

mereka bawakan. Partai politik menerjemahkan kepentingan tersebut ke dalam

kebijakan pemerintah. Fungsi utama partai politik adalah mencari dan

mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun

27

berdasarkan ideology tertentu. Ketika melaksanakan fungsi itu partai politik

dalam sistem politik demokrasi melakukan tiga kegiatan, meliputi seleksi calon-

calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan, legislatif/eksekutif 37.

Pada awalnya partai politik hanya berfungsi artikulatif, yakni sebagai

fasilitator antara rakyat dengan pemegang kebijakan. Dalam perkembangannya,

partai politik dianggap sebagai media yang cukup refresentatif untuk

berpartisipasi dalam rangka menentukan kebijakan publik (public policy). Melalui

sistem ketatanegaraan yang memberikan kebebasan bagi warga negara untuk

mendirikan partai politik, pemerintah mendapatkan masukan-masukan bagaimana

seharusnya kebijakan publik diarahkan. Para ahli menyatakan bahwa, disinilah

tempat sesungguhnya bagaimana negara dan warga negara berinteraksi.

David McKay dalam Basri, kajiannya atas partai-partai politik di Amerika

Serikat, ia berkesimpulan bahwa partai politik memiliki fungsi sebagai berikut:

agregasi kepentingan, memperdamaikan kelompok dalam masyarakat, staffing

government , mengkoordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan mempromosikan

stabilitas politik. Lebih lanjut Janos Simon membagi fungsi partai politik menjadi

6, yaitu: fungsi sosialisasi politik, fungsi mobilisasi politik, fungsi representasi

politik, fungsi partisipasi politik, fungsi legitimasi politik dan fungsi aktivitas

dalam sistem politik. Sedangkan menurut Surbakti, fungsi partai politik adalah

sebagai berikut: sosialisasi politik, rekrutmen politik, partisipasi politik, pemadu

kepentingan, komunikasi politik, pengendali konflik dan control politik38.

37 Lyman T Sargent, Ideologi Politik Kontemporer, Jakarta, Radar Jaya offset, 1983, hal 77. 38 Lyman T Sargent, Ibid, hal 90.

28

Apabila melihat pendapat dari beberapa pakar yang diatas maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi partai politik adalah sarana yang

digunakan oleh aktor-aktor politik sebagai alat untuk merebut dan

mempertahankan kekuasaan serta memperjuangkan kepentingan-kepentingan

kelompoknya. Serta menjadi sebagai sarana penghubung antara rakyat dengan

pemerintah atau sebaliknya untuk menyampaikan aspirasi masing-masing.

Bergulirnya reformasi telah memberikan sumbangan yang besar bagi

kehidupan politik nasional, terutama berkaitan dengan jaminan keberlangsungan

proses demokratisasi. Reformasi tersebut mclahirkan banyak partai baru di

Indonesia yang menjadi asset politik yang tak temilai bagi suatu bangsa. Dengan

banyaknya jumlah partai politik berarti akan banyak aspirasi politik dari

masyarakat yang dapat diserap dan menjamin berlangsungnya proses sosialisasi

dan pendidikan politik. Namun sebaliknya, banyaknya jumlah partai politik juga

dapat memunculkan konflik dan perpecahan dikalangan masyarakat. Untuk

mencegah munculnya dampak negatif dari banyaknya jumlah partai disuatu

negara, yang perlu dilakukan adalah memaksimalkan fungsi yang dimiliki oleh

partai politik. Maksimalisasi fungsi partai politik merupakan syarat dasar dalam

mengeliminir side effect dari banyaknya jumlah partai. Berdasarkan berbagai

literatur ilmu politik, ada beberapa fungsi yang harus dimaksimalisasi dari sebuah

partai politik, yaitu; 39

1. Partai politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Dalam hal ini, partai

politik merumuskan usulan-usulan kebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari

39 Miriam Budiarjo, op.cit, hal 101-105.

29

masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada pemerintah

agar dapat dijadikan sebagai sebuah kebijakan. Proses ini menunjukan bahwa

komunikasi antar pemerintah dengan masyarakat dapar dijembatani oleh partai

politik. Dan bagi partai politik mengartikulasikasi aspirasi rakyat merupakan

suatu kewajiban yang tidak dapat dielakkan, terutama bila partai politik

tersebut ingin tetap eksis dalam kancah politik nasional.

2. Partai politik berfungsi untuk memperbincangkan dan menyebarluaskan

rencana dan kebijaksanaan pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi

serta dialog dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, dimana partai politik

memainkan peranan sebagai penghubung antar yang memerintah dan yang

diperintah, antara pemerintah dan warga masyarakat. Dalam menjalankan

fungsi ini partai politik sering disebut sebagai perantara dalam suatu ide-ide,

kadang juga dikatakan bhwa partai politik bagi pemerintah bertindak sabagai

alat pendengar, sedangkan bagi warga negara sebagai alat pengeras suara.

3. Partai politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan politik.

Dalam kaitan ini, partai politik berkewajiban untuk mensosialisasikan wacana

politiknya kepada masyarakat. Wacana politik dari sebuah partai politik dapat

dilihat melalui visi, misi. platform dan program partai tersebut. Dengan

sosialisasi wacana politik ini diharapkan masyarakat akan menjadi semakin

dewasa dan terdidik dalam politik. Dalam hubungan ini, partai politik berfungsi

sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam usaha menguasai pemeritah

melalui kemenangan dalam pemilu, partai harus memperoleh dukungan seluas

mungkin.

30

4. Partai politik, berfungsi sebagai sarana rekrutmen politik, dimana partai politik

berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekrutmen dalam rangka mengisi

posisi dan jabatan politik tertentu. Dengan adanya rekrutmen politik maka

dimungkinkan terjadinya rotasi dan mobilitas politik. Tanpa rotasi dan

mobilitas politik pada sebuah sistem politik, maka akan muncul diktatorisme

dan stagnasi politik dalam sistem tersebut.

5. Partai politik berfungsi sebagai sarana peredam dan pengatur konflik. Dengan

fungsinya sebagai penyerap aspirasi masyarakat, maka partai politik harus peka

dan tanggap terhadap potensi-potensi konflik yang ada dalam masyarakat. Dan

karena partai politik cenderung inklusif, menjadi kewajiban partai politik untuk

meredam dan mengatur potensi konflik tersebut agar tidak meledak.

Jika keempat fungsi ini berjalan dengan baik sebagaimana mestinya, maka

kekhawatiran akan munculnya konflik dan perpecahan akibat banyaknya jumlah

partai politik menjadi tidak beralasan. Dan sebaliknya, ini akan menjadi “energi

pendorong” bagi proses demokratisasi.

2.2.4 Klasifikasi Partai Politik

Banyak jenis dan bentuk partai politik yang hidup dan berkembang di

dalam suatu kehidupan ketatanegaraan. Berkaitan dengan hal inilah, maka pada

hakikatnya klasifikasi partai politik dapat digambarkan sebagai berikut:40

a. Klasifikasi partai politik ditinjau dari komposisi dan fungsi keanggotaannya.

Klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis partai politik,

yaitu:

40 Miriam Budiardjo, op. cit, hal 67.

31

Partai Massa, yakni suatu partai politik yang lebih mengutamakan

kekuatannya berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Oleh karena itu

biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam

masyarakat yang sepakat di bawahnya dalam memperjuangkan suatu program

yang biasanya luas dan agak kabur;

Partai Kader, yaitu suatu partai politik yang lebih mementingkan keketatan

organisasi dan disiplin kerja dan anggota-anggotanya. Pemimpin partai

biasanya menjaga kemurnian doktrin partai yang dianut dengan jalan

mengadakan saringan calon-calon anggotanya secara ketat.

b. Klasifikasi partai politik ditinjau dari sifat dan orientasinya. Partai politik

dengan klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu:

Partai Lindungan (Patronage Party), yaitu suatu partai politik yang pada

umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor (meskipun organisasi di

tingkat lokal sering cukup ketat). Disiplin yang lemah dan biasanya tidak

terlalu mementingkan pemungutan iuran secara teratur. Tujuan utama dari

partai politik jenis ini adalah memenangkan Pemilihan Umum untuk anggota-

anggota yang dicalonkannya. Oleh sebab itu partai semacam ini hanya giat

melaksanakan aktivitasnya menjelang Pemilu. Contoh yang dapat

dikemukakan di sini adalah Partai Demokrat dan Republik di AS;

Partai Ideologi (Partai Asas), yaitu suatu partai politik (biasanya) yang

mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pemimpin

dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat. Hampir

32

sebagian besar partai-partai politik yang ada di Indonesia dapat dikategorikan

sebagai partai ideologi.

Melihat dari dua klasifikasi besar mengenai partai politik tersebut di atas

(jika partai-partai politik itu akan melakukan koalisi) maka langkah yang paling

mudah dan relatif berhasil untuk ditempuh adalah dengan melakukan koalisi

partai politik yang sama-sama berjenis partai massa atau sama-sama partai

lindungan. Koalisi antar partai kader atau antar partai ideologi relatif sulit untuk

dilakukan. Apalagi koalisi antar partai politik dengan ideologi yang jauh

berseberangan. Misal koalisi antar partai yang berideologikan keagamaan tertentu.

2.3 Pemilihan Umum

2.3.1 Definisi Pemilihan Umum

Pemilihan Umum (pemilu) menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 22E ayat (2) disebutkan: “pemilihan

umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah”. Penyebutan penyelenggaraan pemilu untuk beragam kepentingan dalam

33

satu kalimat ini menggambarkan pemilu sebagai satu kesatuan yang tidak

terpisahkan41.

Menurut Lijphart pemilihan umum diartikan sebagai satu kumpulan

metode atau cara warga masyarakat memilih para wakil mereka. Sedangkan

menurut Anas Urbaningrum, pemilihan umum adalah kompetisi politik yang

dirancang secara adil dan terbuka. Oleh karena itu, dilarang keras untuk

melakukan kecurangan42. Kemudian Suprihatini mendefinisikan pemilu

berdasarkan hakekat pemilu adalah sebagai berikut43:

a. Pemilu dikatakan sebagai suatu aktivitas atau tindakan melakukan pemilihan

anggota-anggota badan perwakilan rakyat oleh seluruh rakyat dalam waktu

dan cara-cara tertentu,

b. Pemilu adalah sarana demokrasi untuk membentuk suatu sistem kekuasaan

Negara yang lahir dari rakyat, menurut kehendak rakyat, mengalir kebawah

sebagai suatu kewibawaan. Kewibawaan dapat terbina karena kekuasaan yang

ada benar-benar sesuai dengan keinginan rakyat, dirasakan sebagai milik

rakyat, dan berdasarkan sistem permusyawaratan perwakilan,

c. Pemilu sebagai salah satu sarana pengembangan demokrasi yang berfungsi

sebagai alat untuk menyehatkan demokrasi bukan merupakan tujuan dari

demokrasi itu sendiri.

Andrew Reynolds dalam Basri, menyatakan bahwa:

41 Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004,

hal 102. 42 Anas Urbaningrum, Pemilu Orang Biasa: Publik bertanya, Anas Menjawab, Jakarta, Republika,

2004, hal 70 43 Amin Suprihartini, Pemilu dari masa ke masa, Klaten, Cempaka Putih, 2009,hal 28.

34

“pemilihan umum adalah metode yang di dalamnya suara-suara yang

diperoleh dalam pemilihan diterjemahkan dalam kursi-kursi yang

dimenangkan dalam parlemen oleh partaipartai dan kandidat. Pemilihan

umum merupakan sarana penting untuk memilih wakil rakyat yang akan

bekerja mewakili mereka dalam proses pembuatan kebijakan Negara”.

Pemilihan umum diikuti oleh partai-partai politik yang mewakili

kepentingan spesifik Warga Negara. Kepentingan-kepentingan seperti nilai-nilai

agama, keadilan, kesejahteraan, nasionalisme, antikorupsi, dan sejenisnya kerap

dibawakan partai politik tatkala mereka berkampanye. Oleh karena itu, sistem

pemilu yang baik adalah sistem yang mampu mengakomodasi kepentingan-

kepentingan yang berbeda ditingkat masyarakat agar terwakili dalam proses

pembuatan kebijakan Negara diparlemen.Firmanzah menyatakan bahwa kualitas

pemilu akan sangat ditentukan oleh beberapa factor44:

a. Kualitas aturan main (regulasi) yang mengatur jalannya sebuah kompetisi-

kekuasaan. Peraturan dan pengawasan perlu ditegakkan untuk menjaga

stabilitas dan keteraturan sebuah sistem persaingan.

b. Dalam sistem persaingan modern, maka kedudukan aktor (individu dan partai

politik) tunduk dibawah sistem yang berlaku.

c. Kualitas persaingan juga diukur oleh apakah sang-pemenang mendapatkan

legitimasi dari masyarakat luas atau tidak. Ketika sangpemenang mendapatkan

legitimasi yang besar maka kita dapat menyimpulkan bahwa proses dan

mekanisme persaingan sudah berjalan dengan baik.

d. Kualitas persaingan juga dapat diukur dari stabilitas yang tercipta pasca

pertandingan.

44 Firmanzah, Op.cit, hal 188.

35

2.3.2 Sistem Pemilihan Umum

Andrew Reynolds dalam Basri mengklasifikasikan adanya empat sistem

pemilihan umum yang umum dipakai oleh negara-negara didunia, yaitu45:

a. Mayoritas/Pluralitas adalah penekanan pada suara terbanyak (mayoritas) dan

mayoritas berasal dari aneka kekuatan (pluralitas).

b. Proporsional adalah kesadaran untuk menerjemahkan penyebaran suara

pemilih bagi setiap partai menurut proporsi kursi yang ada di legislatif.

c. Sistem Campuran/Mixed Sistem adalah sistem campuran bertujuan untuk

memadukan cirri-ciri positif yang berasal dari mayoritas/pluralitas maupun

proporsional. Dalam sistem campuran terdapat dua sistem pemilu yang

berjalan beriringan, meski masing-masing menggunakan metodenya sendiri.

Suara diberikan oleh pemilih yang sama dan dikontribusikan pada pemilihan

wakil rakyat dibawah kedua sistem tersebut. Satu menggunakan system

mayoritas/pluralitas (atau biasanya sistem lainnya atau other), biasanya berupa

satu distrik satu wakil, dan lainnya adalah Proporsional Daftar.

d. Sistem Lainnya/Other Sistem adalah sistem lain yang tidak termasuk dalam

kategori yang sudah disebutkan diantaranya adalah Single Non Transferable

Vote (SNTV), Limited Vote (LV), dan Borda Count (BC). Sistem ini

cenderung menerjemahkan perhitungan suara menjadi kursi dengan cara yang

berkisar pada sistem proporsional dan mayoritas/pluralitas.

Menurut Silahudin, berdasarkan pada asasnya sistem pemilu ada dua

macam, yaitu46:

45 Seta Basri, Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta, Indie Book Corner, 2011, hal 133.

36

a. Sistem Pemilu Proporsional

Menurut sistem ini pada dasarnya wilayah negara dianggap sebagai salah satu

wilayah pemilihan utuh. Atau dengan kata lain, sistem proporsional tidak ada

pembagian wilayah pemilihan, karena pemilihan bersifat nasional.

b. Sistem Pemilu Distrik

Menurut sistem ini, jumlah distrik sama jumlah kursi yang direncanakan

dalam lembaga perwakilan rakyat. Jadi, dari satu distrik pemilihan hanya akan

ada seorang wakil saja. Perwakilan dari distrik adalah organisasi kontestan

yang diwakili seorang individu yang dianggap erat hubungannya dengan

distrik tersebut, oleh karenanya sering disebut sebagai stelsel perorangan.

Yang berhak mewakili suatu distrik adalah organisasi yang setidak-tidaknya

memperoleh mayoritas suara sederhana atau mayoritas yang lebih besar.

2.3.3 Pemilihan Umum Legislatif

Konsep legislative pada dasarnya berasal dari kata Latum yang diambil

dari bahasa latin yang artinya (membuat atau mengeluarkan). Leges juga berasal

dari bahasa yang sama artinya Undang-undang. Undang-undang ini dimaksudkan

dalam pemaknaannya yang bersifat formal bentuk hukum yang dibuat oleh badan

pembentuk undang-undang secara umum adalah lembaga perwakilan dipilih

melalui mekanisme pemilihan umum yang demokratis di Negara yang

bersangkutan. Dengan demikian legislatif lebih ditekankan pada pemaknaan

46 Silahudin, Sistem Politik Indonesia, Bandung, Kelir, 2011, hal 55.

37

sebagai lembaga pembuat peraturan, bukannya sebagai sebagai lembaga yang

membuat kebijakan 47.

Kemudian menurut Rahman Badan Legislatif (parlemen):

“adalah lembaga yang “legislate” atau membuat undang-undang yang

anggota-anggotanya merupakan representasi dari rakyat Indonesia

dimanapun dia berada (termasuk yang berdomisili diluar negeri) yang

dipilih melalui pemilu. Trias politika yang kini banyak diterapkan adalah

pemisahan kekuasaan kepada tiga lembaga berbeda: legislatif, eksekutif,

dan yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-undang.

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang.

Hal terpenting yang harus dibuat dalam undangundang adalah bahwa

masyarakat ingin menikmati miliknya secara damai. Untuk situasi damai

tersebut perlu undang-undang yang mengaturnya”.

Legislatif adalah struktur politik yang fungsinya membuat undang-undang.

Dimasa kini, lembaga tersebut disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Lembaga-lembaga ini dipilih melalui mekanisme pemilu yang diadakan secara

priodik dan berasal dari partai politik. Beberapa fungsi dari kekuasaan legislative

adalah sebagai berikut48:

1. Lawmaking adalah fungsi membuat undang-undang.

2. Constituency work adalah fungsi badan legislatif untuk bekerja bagi para

pemilihnya.

3. Supervision and critism of government adalah fungsi legislatif untuk

mengawasi jalannya pelaksanaan undang-undang oleh presiden/perdana

menteri, dan segera mengkritiknya jika terjadi ketidaksesuaian.

4. Education adalah fungsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk memberikan

pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.

47 Rahma, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal 23. 48 Seta Basri, op.cit, hal 60.

38

5. Representation merupakan fungsi dari anggota legislatif untuk mewakili

pemilih .

Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Indonesia menurut

Undang- Undang Dasar 1945 sebagaimana dinyatakan dalam pasal-pasalnya

terdiri dari49:

1. Kekuasaan dalam bidang perundang-undangan

2. Kekuasaan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

3. Kekuasaan persetujuan pernyataan perang, damai dan perjanjian internasional

4. Kekuasaan pengawasan pemerintah

Menurut Riza Nur Arfani dalam Efriza:

“lembaga perwakilan rakyat menjalankan berbagai fungsi penting Negara,

seperti menominasikan orang yang akan duduk dilembaga eksekutif,

menetapkan undang-undang, menyiapkan dan menetapkan anggaran

negara, mengawasi kabinet, menyampaikan keluhan masyarakat, dan

memasyarakatkan berbagai isu yang dihadapi negara”.

Indonesia merupakan negara yang menjunjung demokrasi sehingga dalam

menentukan pemerintah baik itu anggota legislatif ataupun Presiden akan lewat

cara Pemilihan Umum dan Pemilihan Legislatif50. Pemilihan legislatif adalah

pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan

Daerah (DPD), serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang nantinya

akan bertugas menjadi anggota lembaga legislatif. Pemilihan legislatif diadakan

setiap 5 tahun sekali.

49 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan

DPRD, Permata pres 50 Efriza,Mengenal TEori-teori Politik dari Sistem Politik sampai Korupsi, Bandung, Nuansa

Cendekia, 2006, hal 16.

39

Pemilihan legislatif sendiri di Indonesia telah dilakukan sebanyak 4 kali

yaitu pada tahun 1999, 2004, 2009 dan 2014. Pemilihan ini akan memutuskan

anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk 33 provinsi dan 497 kota. Untuk anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sendiri akan dipilih 560 anggota yang diambil

dari 77 daerah pemilihan bermajemuk yang dipilih dengan cara sistem

proporsional terbuka. Nantinya tiap pemilih di pemilu legislatif akan mendapatkan

satu surat suara yang bertujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) 51. Di kertas suara tersebut akan ada berbagai partai politik serta calon

anggota legislatif yang mencalonkan diri di daerah dimana tempat pemilih

tersebut berada. Cara memilihnya adalah dengan mencoblos satu lubang pada

gambar calon anggota legislatif yang dipilih atau di gambar partai politik yang

anda pilih.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mempunyai 132 anggota, 132 anggota

tersebut merupakan 4 perwakilan dari setiap provinsi yang ada di Indonesia.

Sistem memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah memakai sistem Single Non

Tranferable Vote. Saat pemilu legislatif pemilih akan diberi satu surat yang berisi

semua calon independent yang telah mencalonkan diri di provinsi di mana pemilih

tersebut berada. Cara memilihnya dengan mencoblos satu lubang pada nama calon

anggota legislatif yang sudah anda pilih. Nantinya 4 nama kandidat yang

mengumpulkan suara terbanyak di tiap provinsi akan secara otomatis terpilih

menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

51 Efriza, Ibid, hal 23.

40

Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) akan

dipilih di 33 provinsi yang setiap provinsi akan mempunyai 35-100 anggota,

jumlah anggota disesuaikan dengan berapa banyak penduduk yang ada di provinsi

tersebut.Tentunya dalam memilih anggota DPR, DPD, DPRD dalam pemilu

legislatif kalian harus memilih calon anggota legislatif yang memenuhi kriteria

pemimpin yang baik agar negara Indonesia dipimpin oleh orang-orang yang

memang benar mau memajukan bangsa Indonesia.

Negara Indonesia dalam pemilihan legislatif memakai sistem multi partai.

Undang-uandang 8/2012 mewajibkan masing-masing partai politik mengikuti

proses pendaftaran yang mana nanti akan diverifikasi oleh KPU bila ingin

mengikuti pemilihan umum. Penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia

termasuk pemilihan legislatif baik itu bersifat nasional merupakan tanggung jawab

dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang telah diatur dalam Undang-undang NO

15/2011. Selain Komisi Pemilihan Umum (KPU) lembaga yang bertanggung

jawab akan berlangsungnya pemilihan umum adalah Badan Pengawas Pemilu

(Bawaslu) 52. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) adalah lembaga yang

mempunyai tugas untuk mengawasi Pemilu termasuk Pemilihan Legislatif agar

berjalan dengan benar. Selain KPU dan Bawaslu, ada pula lembaga yang dikenal

dengan nama Dewan Kerhomatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). DKPP

mempunyai tugas untuk memeriksa gugatan atau laporan atas tuduhan

pelanggarana kode etik yang dilakukan oleh anggota KPU atau Bawaslu.

2.4 Strategi Politik

52 Joko Prihatmoko, Mendemokrasikan Pemilu dari Sistem sampai Elemen Teknis, Yogyakarta,

Pustaka Pelajar, 2008, hal 59.

41

2.4.1 Definisi Strategi Politik

Menurut Peter Schorder strategi politik merupakan:

“strategi atau tehknik yang digunakan untuk mewujudkan suatu cita-cita

politik. Strategi politik biasa digunakan dalam usaha merebut atau

mempertahankan kekuasaan, terutama saat pemilihan umum. Strategi ini

berkaitan dengan strategi kampanye, dengan tujuan untuk memperoleh

kekuasaan dan pengaruh sebanyak mungkin dengan cara meraih hasil

(suara) yang maksimal di pemilu, guna mendorong kebijakan-kebijakan

yang dapat mengarah pada perubahan masyarakat. Strategi politik sangat

penting untuk sebuah partai politik, tanpa adanya strategi politik,

perubahan jangka panjang sama sekali tidak akan dapat diwujudkan”.

Kemudian menurut Firmanzah strategi positioning politik merupakan hal penting

yang harus dilakukan oleh organisasi politik dikarenakan beberapa hal53:

a. positioning politik akan membantu pemilih dalam menentukan siapa yang

akan dipilih. Kejelasan positioning politik akan memudahkan pemilih dalam

mengidentifikasi suatu partai politik, sekaligus membedakannya dengan

organisasi politik lainnya.

b. Positioning politik yang jelas juga membantu anggota partai politik itu sendiri

dalam membentuk identitas mereka.

c. positioning yang jelas juga akan membantu penyusunan strategi dalam

approach mereka ke masyarakat.

d. positioning yang jelas juga akan membantu dalam mengarahkan jenis sumber

daya politik apa yang dibutuhkan. Positioning dalam marketing didefinisikan

sebagai semua aktifitas untuk menanamkan kesan dibenak konsumen agar

mereka biasa membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi

bersangkutan.

53 Firmanzah, Op.cit, hal 137.