bab ii kajian pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/38682/3/bab ii.pdfmenurut pearce ii dan...
TRANSCRIPT
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian ataupun pembahasan atas dasar teori sangatlah mutlak
diperlukan sebagai landasan dalam proses penelitian. Hal ini dapat mempermudah
proses penelitian dan menentukan pokok permasalahan serta menjadi tolak ukur
dalam menentukan solusi pada proses penulisan skripsi. Dengan demikian
sangatlah penting untuk membahas dasar-dasar teori yang erat kaitannya dengan
strategi politik, partai politik dan pemilu pada umumnya serta kaitannya dengan
strategi politik partai dalam pemenangan pemilu pada khususnya. Berikut akan
dijabarkan dasar-dasar teori terkait penelitian ini.
2.1 Strategi
2.1.1 Pengertian Strategi
Strategi merupakan alat untuk mencapai sasaran atau tujuan yang efektif
dan efisien. Suatu strategi yang baik akan membantu organisasi dalam
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dalam bentuk unique berbasis
kompetensi internal serta kemampuan mengantisipasi lingkungan. Menurut
Anthony, Parrewe dan Kacmar:18
“strategi dapat didefinisikan sebagai formulasi misi dan tujuan organisasi,
termasuk di dalamnya adalah rencana aksi (action plans) untuk mencapai
tujuan tersebut dengan secara eksplisit mempertimbangkan kondisi
persaingan dan pengaruh-pengaruh kekuatan di luar organisasi yang secara
langsung atau tidak berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi”.
18 Tjahya Supriatna, Legitimasi Pemerintahan dalam konteks Administrasi Publik Memasuki Era
Indonesia Baru, Maulana, Bandung, 1999, hal 97.
16
Sedangkan menurut David:
“Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang
hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi georafis, diversifikasi,
akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetatan, divestasi,
likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture19. Strategi adalah aksi
potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber
daya perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan
aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk
mencapai sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.”
Menurut Tjiptono istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia
yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Strategi juga bisa
diartikan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada
daerah – daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu20. Sedangkan Menurut
Menurut Pearce II dan Robinson, strategi adalah rencana berskala besar, dengan
orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk
mencapai tujuan Perusahaan dari definisi tersebut, dapat di simpulkan bahwa
pengertian dari Strategi adalah sebuah tindakan proses perencanaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan melalukan hal-hal yang besifat
terus menerus sesuai keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang
kebutuhan pelanggan. Rangkuti berpendapat bahwa:
“strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan
bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah di tetapkan
berdasarkan misi yang telah di tetapkan sebelumnya21”.
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert. Jr konsep strategi dapat
didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda yaitu : (1) dari perspektif
apa suatu organisasi ingin dilakukan (intens to do), dan (2) dari perspektif apa
19 Husein Umar, Strategic Managemen In Action, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 12. 20 Husein Umar, Ibid, hal 15. 21 Rangkuti Freddy, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 2005, hal 23.
17
yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does). Dari definisi tersebut penulis
menyimpulkan bahwa pengertian strategi adalah hal hal yang perusahaan ingin
lakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
buku Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis, Rangkuti mengutip
perbedaan pendapat dari beberapa ahli mengenai strategi, di antaranya22 :
1. Chandler : Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta
prioritas alokasi sumber daya.
2. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth : Strategi merupakan alat untuk
menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu focus strategi
adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak.
3. Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner : Strategi merupakan respons secara
terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan dan kelemahan internal yang dapat memengaruhi organisasi.
4. Porter : Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai
keunggulan bersaing
5. Andrews, Chaffe : Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders,
seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas,
pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung
menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan.
22 Rangkuti Freddy, Ibid, hal 30.
18
6. Hamel dan Prahalad : Strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan pelanggan di masa depan. Dengan
demikian, perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat
terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi
pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat di simpulkan bahwa strategi
adalah alat untuk mencapai tujuan atau keunggulan bersaing dengan melihat
faktor eksternal dan internal perusahaan. Perusahaan melakukan tindakan yang
dapat menjadikan keuntungan baik untuk perusahaan maupun pihak lain yang
berada di bawah naungan perusahaan
Strategi memegang peranan penting dalam suatu organisasi untuk
mewujudkan tujuan dan tercapainya suatu visi dan misi organisasi. Hal tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh J. Salusu dalam Supriatna,23 strategi merupakan
suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk
mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam
kondisi yang paling menguntungkan. Pendapat tersebut sejalan dengan
Suradinata,24 yang mengemukakan:
“bahwa strategi adalah suatu rencana yang sifatnya serba komprehensif,
bagaimana sesuatu organisasi dapat mencapai misi dan objeknya serta
mengusahakan sekecil mungkin hambatan”.
23 Tjahya Supriatna, op.cit, hal 64. 24 Ermaya Suradinata, Ekologi Pemerintahan Dalam Pembangunan, Ramadan, Bandung, 1996, hal
27.
19
Hal ini diperkuat dengan gagasan Glueck dalam Suradinata,25 yang
mengemukakan bahwa strategi adalah satu kesatuan rencana yang komprehensif
dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategis organisasi dengan
lingkungan yang dihadapi untuk menjamin tercapainya tujuan. Selanjutnya
Kertonegoro mengemukakan:
“konsep strategi sebagai suatu rencana yang menyeluruh dan terpadu
mengenai kegiatan-kegiatan utama organisasi yang akan menentukan
keberhasilannya untuk mencapai tujuan pokok dalam lingkungan yang
penuh tantangan.”26
Berdasarkan uraian di atas maka sebagaimana yang dikemukakan
Subarsono27 bahwa:
“strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan
akan mempengaruhi kinerja dari suatu kebijakan. Berbagai pendapat
tersebut di atas menurut penulis menjelaskan strategi sebagai suatu pola
keputusan yang konsisten, menentukan dan menampilkan tujuan
organisasi jangka panjang, menyeleksi bidang yang akan ditangani, dan
melibatkan semua tingkat hirarki organisasi”.
Konsep strategi menurut Vancil dalam Supriatna,28 adalah sebuah
konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplementasikan oleh pemimpin
organisasi yang bersangkutan berupa:
a. Sasaran jangka panjang atau tujuan organisasi tersebut.
b. Kendala-kendala luas dan kebijakan yang ditetapkan sendiri oleh sang
pemimpin atau yang diterimanya dari pihak atasan, yang membatasi ruang
lingkup (scope) aktivitas organisasi yang bersangkutan.
25 Ermaya Suradinata, Ibid, hal 78. 26 Sentanoe Kertonegoro, Manajemen Organisasi, Widya Press, Jakarta, 1994, hal 76. 27 A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2005, hal 53. 28 Tjahya Supriatna, op.cit, hal 97-98.
20
c. Kelompok rencana dan tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan
harapan akan diberikannya sumbangsih mereka dalam mencapai sasaran
organisasi tersebut.
2.1.2 Tingkatan Strategi
Ahli strategi Dan Schendel, dikutip dalam Supriatna,29 membagi strategi
menjadi 4 (empat) tingkat yaitu enterprise strategy, corporate strategy, business
strategy, dan functional strategy yang dibedakan berdasarkan substansinya.
a. Enterprise strategy, adalah strategi yang berkaitan dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat sehingga strategi ini memperlihatkan realisasi antara
organisasi dengan masyarakat luar sejauh realisasi tersebut akan menguntungkan
organisasi. Sehingga masyarakat percaya bahwa organisasi sungguh-sungguh
berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan
kebutuhan masyarakat dan telah dipertimbangkan secara etis.
b.Corporate strategy, yakni strategi yang berkaitan dengan visi dan misi
organisasi dan meliputi seluruh bidang yang digeluti oleh organisasi tersebut.
Pengertian tersebut di atas mengandung makna bahwa strategi ini akan menjawab
pertanyaan apa yang menjadi urusan kita dan bagaimana mengendalikan urusan
itu. Oleh sebab itu penggunaan strategi ini hendaknya dapat dikuasai oleh para
pimpinan organisasi.
c. Business strategy, merupakan penjabaran langkah-langkah bagaimana merebut
suara masyarakat. Pengertian tersebut di atas menjelaskan bahwa strategi ini
29 Tjahya Supriatna, op.cit, hal 100.
21
memusatkan perhatian pada keunggulan kompetitif atau kalangan organisasi non
profit lebih dikenal dengan keuntungan komparatif.
d.Functional strategy, yaitu strategi pendukung untuk menunjang suksesnya
strategi lainnya yang mencakup aspek ekonomi, aspek manajemen, dan isu
strategi yang fungsi utamanya mengontrol situasi lingkungan yang selalu berubah.
Berdasarkan konsep diatas maka dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri
dari enterprise strategy yang berkaitan dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat, corporate strategy yang berkaitan dengan misi organisasi, business
strategy yang berkaitan dengan cara merebut pasar dan functional strategy yang
merupakan strategi pendukung berdasarkan perubahan situasi lingkungan.
2.1.3 Indikator Keberhasilan Strategi
Indikator keberhasilan strategi menurut Grant, dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1 Indikator Keberhasilan Strategi…………….
Sumber:https://www.google.com/books?hl=en&lr=&id=A6zlpKhgL7MC&oi=fnd
&pg=PA72&dq=Strategy+Concept+by+Grant+(2012)&ots=VfGoL8GJng&sig.
Keberhasilan
Strategi
Imeplementasi yang efektif
Tujuan jangka
panjang, sederhana,
dan disepakati
Pemahaman yang
mendalam tentang
sumber daya yang
kompetitif
Penilaian sumber
daya yang objektif
22
2.2 Partai Politik
2.2.1 Pengertian Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama30.
Sedangkan menurut Sigmund Neuman dalam Rusadi:
“partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku
politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan
perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing
untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda”.
Lebih lanjut menurut Rusadi:
“partai politik adalah organisasi manusia dimana didalamnya terdapat
pembagian tugas dan petugas untuk mencapai suatu tujuan, mempunyai
ideologi (political doctrine, political ideal, poltical thesis, ideal objective),
mempunyai program politik (political platform, material objective)
sebagai rencana pelaksanaan atau cara pencapain tujuan secara lebih
pragmatis menurut pentahapan jangka dekat sampai yang jangka panjang
serta mempunyai ciri berupa keinginan untuk berkuasa (power endeavor)
“31
Kemudian Menurut Strom dalam Rusadi:
“partai politik adalah kelompok atau organisasi yang digunakan untuk
menempatkan kadindat dalam jabatan politik tertentu. Lebih jauh lagi
partai politik didefinisikan sebagai organisasi yang beroperasi dalam
sistem politik”.
Robert Michels menyatakan bahwa partai politik, sebagai sebuah entitas
politik, sebagai sebuah mekanisme, tidak secara otomatis mengidentifikasi dirinya
dengan kepentingan para anggotanya juga kelas sosial yang mereka wakili. Partai
30 Miriam Budiardjo, op.cit, hal 15. 31 Kantaprawira Rusadi,Sistem politik Indonesia, Bandung, Sinar Baru, Algesindo, 1992, hal 50.
23
sengaja dibentuk sebagai alat untuk mengamankan tujuan juga menjadi bagian
dari tujuan itu sendiri, memiliki tujuan dan kepentingan di dalam dirinya sendir32.
Menurut Joseph Lapalombara dan Jeffrey Anderson dalam Basri:
“partai politik adalah setiap kelompok politik yang memiliki label dan
organisasi resmi yang menghubungkan antara pusat kekuasaan dengan
lokalitas, yang hadir saat pemilihan umum, dan memiliki kemampuan
untuk menempatkan kadindat pejabat publik melalui kegiatan pemilihan
umum, baik bebas maupun tidak bebas”.
Carl Friedrich dalam Surbakti memberi batasan partai politik sebagai
kelompok manusia yang terorganisasikan secara stabil dengan tujuan untuk
merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin
partainya, dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan
idiil kepada para anggotanya. Sementara itu, Soltau memberikan definisi partai
politik sebagai kelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisasikan,
yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan
kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintah dan
menjalankan kebijakan umum yang mereka buat.
Partai politik merupakan salah satu saja dari bentuk pelembagaan sebagai
wujud ekspresi ide-ide, fikiran-fikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam
masyarakat demokratis. Keberadaan setiap partai politik ditentukan oleh 2 faktor:
pertama, status hukum partai politik sebagai badan hukum (rechtspersoon),
sehingga dapat menjadi subjek yang diakui sah untuk melakukan perbuatan
hukum pada umumnya. Sedangkan yang kedua, status partai politik itu dalam
dalam kegiatan pemilu, yaitu apakah partai politik itu berhak menjadi peserta atau
32 Kantaprawira Rusadi, Ibid, hal 55.
24
tidak ditentukan oleh sejauh mana partai politik yang bersangkutan memenuhi
persyaratan yang ditentukan untuk itu 33
Dari uraian tersebut dirumuskan partai politik merupakan kelompok
anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan
dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan
mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna
melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun. Serta mempuyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita dan tujuan yang sama, serta dalam mencapai
tujuan tersebut ada pembagian tugas dan mengindentifikasi dirinya membawa
kepentingan para anggota dan juga kelas sosial yang mereka wakili.
Selanjutnya menurut Sigmund Neumann:
“partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha
untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat
atas dasar persaingan melawan golongan atau golongan-golongan lain
yang tidak sepaham”.
Menurut Miriam Budiardjo:
“partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama
dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka”34.
Sementara dalam UU No. 31/2002 partai politik didefinisikan sebagai
organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik
Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
33 Firmanzah, op.cit, hal 41. 34 Miriam Budiardjo, Ibid, hal 19.
25
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui
pemilihan umum.35
2.2.2 Tujuan Partai Politik
Setiap organisasi yang dibentuk oleh manusia tentunya memiliki tujuan-
tujuan tertentu. Demikian pula organisasi yang disebut partai politik. Tujuan
pembentukan suatu partai politik, di samping yang utama adalah merebut,
mempertahankan ataupun menguasai kekuasaan dalam pemerintahan suatu
negara, juga dapat diperlihatkan dari aktivitas yang dilakukan. Rusadi
Kantaprawira,36 mengemukakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh partai
politik pada umumnya mengandung tujuan: a) Berpartisipasi dalam sektor
pemerintahan, dalam arti mendudukkan orang-orangnya menjadi pejabat
pemerintah sehingga dapat turut serta mengambil atau menentukan keputusan
politik atau output pada umumnya; b) Berusaha melakukan pengawasan, bahkan
oposisi bila perlu terhadap kelakuan, tindakan, kebijaksanaan para pemegang
otoritas (terutama dalam keadaan mayoritas pemerintahan tidak berada dalam
tangan partai politik yang bersangkutan); dan c) Berperan untuk dapat memadu
(streamlining) tuntutan-tuntutan yang masih mentah (raw opinion), sehingga
partai politik bertindak sebagai penafsir kepentingan dengan mencanangkan isu-
isu politik (political issue) yang dapat dicerna dan diterima oleh masyarakat
secara luas.
35 Asep Nurjaman, Party Survival: Dinamika Politik Kepartaian di Aras Lokal, Impress, Malang, 2014, hal 7. 36 Rusadi Kantaprawira, op.cit, hal 120.
26
Berdasarkan aktivitas dari partai politik tersebut di atas, maka rakyat
sebagai subyek dalam sistem ketatanegaraan dapat melakukan pilihan-pilihan
alternatif, yakni partai politik mana yang akan diikuti atau menjadi saluran politik
mereka. Berkaitan dengan hal ini, di dalam struktur masyarakat yang masih
paternalistik, maka pilihan rakyat untuk berafiliasi kepada suatu partai politik
tertentu sangat ditentukan oleh ideologi atau aliran yang dianut oleh suatu partai
politik. Oleh sebab itulah di dalam negara dengan struktur masyarakat yang masih
paternalistik, partai politik gemar untuk memainkan ideologi-ideologi partai guna
memperoleh dukungan massa atau rakyat, sehingga memperkuat posisi dalam
kehidupan politik ketatanegaraan. Penekanan mengenai program kehendak
menjadi titik tolak utama untuk memperoleh dukungan massa rakyat. Kehidupan
dan aktivitas partai politik semacam ini masih dapat dikategorikan sebagai partai
politik tradisionil.
Berdasarkan konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan partai
politik adalah berpartisipasi dalam sektor pemerintahan dengan menempatkan
kader-kadernya, mengawasu kebijaksanaan lawan politik yang memegang otoritas
pemerintahan, dan menyatukan kepentingan politik dengan aspirasi masyarakat.
2.2.3 Fungsi Partai Politik
Fungsi partai politik disetiap Negara demokrasi cukup penting. Terutama
jika dikaitkan dengan fungsi perwakilan kepentingan elemen masyarakat yang
mereka bawakan. Partai politik menerjemahkan kepentingan tersebut ke dalam
kebijakan pemerintah. Fungsi utama partai politik adalah mencari dan
mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun
27
berdasarkan ideology tertentu. Ketika melaksanakan fungsi itu partai politik
dalam sistem politik demokrasi melakukan tiga kegiatan, meliputi seleksi calon-
calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan, legislatif/eksekutif 37.
Pada awalnya partai politik hanya berfungsi artikulatif, yakni sebagai
fasilitator antara rakyat dengan pemegang kebijakan. Dalam perkembangannya,
partai politik dianggap sebagai media yang cukup refresentatif untuk
berpartisipasi dalam rangka menentukan kebijakan publik (public policy). Melalui
sistem ketatanegaraan yang memberikan kebebasan bagi warga negara untuk
mendirikan partai politik, pemerintah mendapatkan masukan-masukan bagaimana
seharusnya kebijakan publik diarahkan. Para ahli menyatakan bahwa, disinilah
tempat sesungguhnya bagaimana negara dan warga negara berinteraksi.
David McKay dalam Basri, kajiannya atas partai-partai politik di Amerika
Serikat, ia berkesimpulan bahwa partai politik memiliki fungsi sebagai berikut:
agregasi kepentingan, memperdamaikan kelompok dalam masyarakat, staffing
government , mengkoordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan mempromosikan
stabilitas politik. Lebih lanjut Janos Simon membagi fungsi partai politik menjadi
6, yaitu: fungsi sosialisasi politik, fungsi mobilisasi politik, fungsi representasi
politik, fungsi partisipasi politik, fungsi legitimasi politik dan fungsi aktivitas
dalam sistem politik. Sedangkan menurut Surbakti, fungsi partai politik adalah
sebagai berikut: sosialisasi politik, rekrutmen politik, partisipasi politik, pemadu
kepentingan, komunikasi politik, pengendali konflik dan control politik38.
37 Lyman T Sargent, Ideologi Politik Kontemporer, Jakarta, Radar Jaya offset, 1983, hal 77. 38 Lyman T Sargent, Ibid, hal 90.
28
Apabila melihat pendapat dari beberapa pakar yang diatas maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi partai politik adalah sarana yang
digunakan oleh aktor-aktor politik sebagai alat untuk merebut dan
mempertahankan kekuasaan serta memperjuangkan kepentingan-kepentingan
kelompoknya. Serta menjadi sebagai sarana penghubung antara rakyat dengan
pemerintah atau sebaliknya untuk menyampaikan aspirasi masing-masing.
Bergulirnya reformasi telah memberikan sumbangan yang besar bagi
kehidupan politik nasional, terutama berkaitan dengan jaminan keberlangsungan
proses demokratisasi. Reformasi tersebut mclahirkan banyak partai baru di
Indonesia yang menjadi asset politik yang tak temilai bagi suatu bangsa. Dengan
banyaknya jumlah partai politik berarti akan banyak aspirasi politik dari
masyarakat yang dapat diserap dan menjamin berlangsungnya proses sosialisasi
dan pendidikan politik. Namun sebaliknya, banyaknya jumlah partai politik juga
dapat memunculkan konflik dan perpecahan dikalangan masyarakat. Untuk
mencegah munculnya dampak negatif dari banyaknya jumlah partai disuatu
negara, yang perlu dilakukan adalah memaksimalkan fungsi yang dimiliki oleh
partai politik. Maksimalisasi fungsi partai politik merupakan syarat dasar dalam
mengeliminir side effect dari banyaknya jumlah partai. Berdasarkan berbagai
literatur ilmu politik, ada beberapa fungsi yang harus dimaksimalisasi dari sebuah
partai politik, yaitu; 39
1. Partai politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Dalam hal ini, partai
politik merumuskan usulan-usulan kebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari
39 Miriam Budiarjo, op.cit, hal 101-105.
29
masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada pemerintah
agar dapat dijadikan sebagai sebuah kebijakan. Proses ini menunjukan bahwa
komunikasi antar pemerintah dengan masyarakat dapar dijembatani oleh partai
politik. Dan bagi partai politik mengartikulasikasi aspirasi rakyat merupakan
suatu kewajiban yang tidak dapat dielakkan, terutama bila partai politik
tersebut ingin tetap eksis dalam kancah politik nasional.
2. Partai politik berfungsi untuk memperbincangkan dan menyebarluaskan
rencana dan kebijaksanaan pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi
serta dialog dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, dimana partai politik
memainkan peranan sebagai penghubung antar yang memerintah dan yang
diperintah, antara pemerintah dan warga masyarakat. Dalam menjalankan
fungsi ini partai politik sering disebut sebagai perantara dalam suatu ide-ide,
kadang juga dikatakan bhwa partai politik bagi pemerintah bertindak sabagai
alat pendengar, sedangkan bagi warga negara sebagai alat pengeras suara.
3. Partai politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan politik.
Dalam kaitan ini, partai politik berkewajiban untuk mensosialisasikan wacana
politiknya kepada masyarakat. Wacana politik dari sebuah partai politik dapat
dilihat melalui visi, misi. platform dan program partai tersebut. Dengan
sosialisasi wacana politik ini diharapkan masyarakat akan menjadi semakin
dewasa dan terdidik dalam politik. Dalam hubungan ini, partai politik berfungsi
sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam usaha menguasai pemeritah
melalui kemenangan dalam pemilu, partai harus memperoleh dukungan seluas
mungkin.
30
4. Partai politik, berfungsi sebagai sarana rekrutmen politik, dimana partai politik
berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekrutmen dalam rangka mengisi
posisi dan jabatan politik tertentu. Dengan adanya rekrutmen politik maka
dimungkinkan terjadinya rotasi dan mobilitas politik. Tanpa rotasi dan
mobilitas politik pada sebuah sistem politik, maka akan muncul diktatorisme
dan stagnasi politik dalam sistem tersebut.
5. Partai politik berfungsi sebagai sarana peredam dan pengatur konflik. Dengan
fungsinya sebagai penyerap aspirasi masyarakat, maka partai politik harus peka
dan tanggap terhadap potensi-potensi konflik yang ada dalam masyarakat. Dan
karena partai politik cenderung inklusif, menjadi kewajiban partai politik untuk
meredam dan mengatur potensi konflik tersebut agar tidak meledak.
Jika keempat fungsi ini berjalan dengan baik sebagaimana mestinya, maka
kekhawatiran akan munculnya konflik dan perpecahan akibat banyaknya jumlah
partai politik menjadi tidak beralasan. Dan sebaliknya, ini akan menjadi “energi
pendorong” bagi proses demokratisasi.
2.2.4 Klasifikasi Partai Politik
Banyak jenis dan bentuk partai politik yang hidup dan berkembang di
dalam suatu kehidupan ketatanegaraan. Berkaitan dengan hal inilah, maka pada
hakikatnya klasifikasi partai politik dapat digambarkan sebagai berikut:40
a. Klasifikasi partai politik ditinjau dari komposisi dan fungsi keanggotaannya.
Klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis partai politik,
yaitu:
40 Miriam Budiardjo, op. cit, hal 67.
31
Partai Massa, yakni suatu partai politik yang lebih mengutamakan
kekuatannya berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Oleh karena itu
biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam
masyarakat yang sepakat di bawahnya dalam memperjuangkan suatu program
yang biasanya luas dan agak kabur;
Partai Kader, yaitu suatu partai politik yang lebih mementingkan keketatan
organisasi dan disiplin kerja dan anggota-anggotanya. Pemimpin partai
biasanya menjaga kemurnian doktrin partai yang dianut dengan jalan
mengadakan saringan calon-calon anggotanya secara ketat.
b. Klasifikasi partai politik ditinjau dari sifat dan orientasinya. Partai politik
dengan klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu:
Partai Lindungan (Patronage Party), yaitu suatu partai politik yang pada
umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor (meskipun organisasi di
tingkat lokal sering cukup ketat). Disiplin yang lemah dan biasanya tidak
terlalu mementingkan pemungutan iuran secara teratur. Tujuan utama dari
partai politik jenis ini adalah memenangkan Pemilihan Umum untuk anggota-
anggota yang dicalonkannya. Oleh sebab itu partai semacam ini hanya giat
melaksanakan aktivitasnya menjelang Pemilu. Contoh yang dapat
dikemukakan di sini adalah Partai Demokrat dan Republik di AS;
Partai Ideologi (Partai Asas), yaitu suatu partai politik (biasanya) yang
mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pemimpin
dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat. Hampir
32
sebagian besar partai-partai politik yang ada di Indonesia dapat dikategorikan
sebagai partai ideologi.
Melihat dari dua klasifikasi besar mengenai partai politik tersebut di atas
(jika partai-partai politik itu akan melakukan koalisi) maka langkah yang paling
mudah dan relatif berhasil untuk ditempuh adalah dengan melakukan koalisi
partai politik yang sama-sama berjenis partai massa atau sama-sama partai
lindungan. Koalisi antar partai kader atau antar partai ideologi relatif sulit untuk
dilakukan. Apalagi koalisi antar partai politik dengan ideologi yang jauh
berseberangan. Misal koalisi antar partai yang berideologikan keagamaan tertentu.
2.3 Pemilihan Umum
2.3.1 Definisi Pemilihan Umum
Pemilihan Umum (pemilu) menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 22E ayat (2) disebutkan: “pemilihan
umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah”. Penyebutan penyelenggaraan pemilu untuk beragam kepentingan dalam
33
satu kalimat ini menggambarkan pemilu sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan41.
Menurut Lijphart pemilihan umum diartikan sebagai satu kumpulan
metode atau cara warga masyarakat memilih para wakil mereka. Sedangkan
menurut Anas Urbaningrum, pemilihan umum adalah kompetisi politik yang
dirancang secara adil dan terbuka. Oleh karena itu, dilarang keras untuk
melakukan kecurangan42. Kemudian Suprihatini mendefinisikan pemilu
berdasarkan hakekat pemilu adalah sebagai berikut43:
a. Pemilu dikatakan sebagai suatu aktivitas atau tindakan melakukan pemilihan
anggota-anggota badan perwakilan rakyat oleh seluruh rakyat dalam waktu
dan cara-cara tertentu,
b. Pemilu adalah sarana demokrasi untuk membentuk suatu sistem kekuasaan
Negara yang lahir dari rakyat, menurut kehendak rakyat, mengalir kebawah
sebagai suatu kewibawaan. Kewibawaan dapat terbina karena kekuasaan yang
ada benar-benar sesuai dengan keinginan rakyat, dirasakan sebagai milik
rakyat, dan berdasarkan sistem permusyawaratan perwakilan,
c. Pemilu sebagai salah satu sarana pengembangan demokrasi yang berfungsi
sebagai alat untuk menyehatkan demokrasi bukan merupakan tujuan dari
demokrasi itu sendiri.
Andrew Reynolds dalam Basri, menyatakan bahwa:
41 Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004,
hal 102. 42 Anas Urbaningrum, Pemilu Orang Biasa: Publik bertanya, Anas Menjawab, Jakarta, Republika,
2004, hal 70 43 Amin Suprihartini, Pemilu dari masa ke masa, Klaten, Cempaka Putih, 2009,hal 28.
34
“pemilihan umum adalah metode yang di dalamnya suara-suara yang
diperoleh dalam pemilihan diterjemahkan dalam kursi-kursi yang
dimenangkan dalam parlemen oleh partaipartai dan kandidat. Pemilihan
umum merupakan sarana penting untuk memilih wakil rakyat yang akan
bekerja mewakili mereka dalam proses pembuatan kebijakan Negara”.
Pemilihan umum diikuti oleh partai-partai politik yang mewakili
kepentingan spesifik Warga Negara. Kepentingan-kepentingan seperti nilai-nilai
agama, keadilan, kesejahteraan, nasionalisme, antikorupsi, dan sejenisnya kerap
dibawakan partai politik tatkala mereka berkampanye. Oleh karena itu, sistem
pemilu yang baik adalah sistem yang mampu mengakomodasi kepentingan-
kepentingan yang berbeda ditingkat masyarakat agar terwakili dalam proses
pembuatan kebijakan Negara diparlemen.Firmanzah menyatakan bahwa kualitas
pemilu akan sangat ditentukan oleh beberapa factor44:
a. Kualitas aturan main (regulasi) yang mengatur jalannya sebuah kompetisi-
kekuasaan. Peraturan dan pengawasan perlu ditegakkan untuk menjaga
stabilitas dan keteraturan sebuah sistem persaingan.
b. Dalam sistem persaingan modern, maka kedudukan aktor (individu dan partai
politik) tunduk dibawah sistem yang berlaku.
c. Kualitas persaingan juga diukur oleh apakah sang-pemenang mendapatkan
legitimasi dari masyarakat luas atau tidak. Ketika sangpemenang mendapatkan
legitimasi yang besar maka kita dapat menyimpulkan bahwa proses dan
mekanisme persaingan sudah berjalan dengan baik.
d. Kualitas persaingan juga dapat diukur dari stabilitas yang tercipta pasca
pertandingan.
44 Firmanzah, Op.cit, hal 188.
35
2.3.2 Sistem Pemilihan Umum
Andrew Reynolds dalam Basri mengklasifikasikan adanya empat sistem
pemilihan umum yang umum dipakai oleh negara-negara didunia, yaitu45:
a. Mayoritas/Pluralitas adalah penekanan pada suara terbanyak (mayoritas) dan
mayoritas berasal dari aneka kekuatan (pluralitas).
b. Proporsional adalah kesadaran untuk menerjemahkan penyebaran suara
pemilih bagi setiap partai menurut proporsi kursi yang ada di legislatif.
c. Sistem Campuran/Mixed Sistem adalah sistem campuran bertujuan untuk
memadukan cirri-ciri positif yang berasal dari mayoritas/pluralitas maupun
proporsional. Dalam sistem campuran terdapat dua sistem pemilu yang
berjalan beriringan, meski masing-masing menggunakan metodenya sendiri.
Suara diberikan oleh pemilih yang sama dan dikontribusikan pada pemilihan
wakil rakyat dibawah kedua sistem tersebut. Satu menggunakan system
mayoritas/pluralitas (atau biasanya sistem lainnya atau other), biasanya berupa
satu distrik satu wakil, dan lainnya adalah Proporsional Daftar.
d. Sistem Lainnya/Other Sistem adalah sistem lain yang tidak termasuk dalam
kategori yang sudah disebutkan diantaranya adalah Single Non Transferable
Vote (SNTV), Limited Vote (LV), dan Borda Count (BC). Sistem ini
cenderung menerjemahkan perhitungan suara menjadi kursi dengan cara yang
berkisar pada sistem proporsional dan mayoritas/pluralitas.
Menurut Silahudin, berdasarkan pada asasnya sistem pemilu ada dua
macam, yaitu46:
45 Seta Basri, Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta, Indie Book Corner, 2011, hal 133.
36
a. Sistem Pemilu Proporsional
Menurut sistem ini pada dasarnya wilayah negara dianggap sebagai salah satu
wilayah pemilihan utuh. Atau dengan kata lain, sistem proporsional tidak ada
pembagian wilayah pemilihan, karena pemilihan bersifat nasional.
b. Sistem Pemilu Distrik
Menurut sistem ini, jumlah distrik sama jumlah kursi yang direncanakan
dalam lembaga perwakilan rakyat. Jadi, dari satu distrik pemilihan hanya akan
ada seorang wakil saja. Perwakilan dari distrik adalah organisasi kontestan
yang diwakili seorang individu yang dianggap erat hubungannya dengan
distrik tersebut, oleh karenanya sering disebut sebagai stelsel perorangan.
Yang berhak mewakili suatu distrik adalah organisasi yang setidak-tidaknya
memperoleh mayoritas suara sederhana atau mayoritas yang lebih besar.
2.3.3 Pemilihan Umum Legislatif
Konsep legislative pada dasarnya berasal dari kata Latum yang diambil
dari bahasa latin yang artinya (membuat atau mengeluarkan). Leges juga berasal
dari bahasa yang sama artinya Undang-undang. Undang-undang ini dimaksudkan
dalam pemaknaannya yang bersifat formal bentuk hukum yang dibuat oleh badan
pembentuk undang-undang secara umum adalah lembaga perwakilan dipilih
melalui mekanisme pemilihan umum yang demokratis di Negara yang
bersangkutan. Dengan demikian legislatif lebih ditekankan pada pemaknaan
46 Silahudin, Sistem Politik Indonesia, Bandung, Kelir, 2011, hal 55.
37
sebagai lembaga pembuat peraturan, bukannya sebagai sebagai lembaga yang
membuat kebijakan 47.
Kemudian menurut Rahman Badan Legislatif (parlemen):
“adalah lembaga yang “legislate” atau membuat undang-undang yang
anggota-anggotanya merupakan representasi dari rakyat Indonesia
dimanapun dia berada (termasuk yang berdomisili diluar negeri) yang
dipilih melalui pemilu. Trias politika yang kini banyak diterapkan adalah
pemisahan kekuasaan kepada tiga lembaga berbeda: legislatif, eksekutif,
dan yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-undang.
Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang.
Hal terpenting yang harus dibuat dalam undangundang adalah bahwa
masyarakat ingin menikmati miliknya secara damai. Untuk situasi damai
tersebut perlu undang-undang yang mengaturnya”.
Legislatif adalah struktur politik yang fungsinya membuat undang-undang.
Dimasa kini, lembaga tersebut disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Lembaga-lembaga ini dipilih melalui mekanisme pemilu yang diadakan secara
priodik dan berasal dari partai politik. Beberapa fungsi dari kekuasaan legislative
adalah sebagai berikut48:
1. Lawmaking adalah fungsi membuat undang-undang.
2. Constituency work adalah fungsi badan legislatif untuk bekerja bagi para
pemilihnya.
3. Supervision and critism of government adalah fungsi legislatif untuk
mengawasi jalannya pelaksanaan undang-undang oleh presiden/perdana
menteri, dan segera mengkritiknya jika terjadi ketidaksesuaian.
4. Education adalah fungsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk memberikan
pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.
47 Rahma, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal 23. 48 Seta Basri, op.cit, hal 60.
38
5. Representation merupakan fungsi dari anggota legislatif untuk mewakili
pemilih .
Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Indonesia menurut
Undang- Undang Dasar 1945 sebagaimana dinyatakan dalam pasal-pasalnya
terdiri dari49:
1. Kekuasaan dalam bidang perundang-undangan
2. Kekuasaan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
3. Kekuasaan persetujuan pernyataan perang, damai dan perjanjian internasional
4. Kekuasaan pengawasan pemerintah
Menurut Riza Nur Arfani dalam Efriza:
“lembaga perwakilan rakyat menjalankan berbagai fungsi penting Negara,
seperti menominasikan orang yang akan duduk dilembaga eksekutif,
menetapkan undang-undang, menyiapkan dan menetapkan anggaran
negara, mengawasi kabinet, menyampaikan keluhan masyarakat, dan
memasyarakatkan berbagai isu yang dihadapi negara”.
Indonesia merupakan negara yang menjunjung demokrasi sehingga dalam
menentukan pemerintah baik itu anggota legislatif ataupun Presiden akan lewat
cara Pemilihan Umum dan Pemilihan Legislatif50. Pemilihan legislatif adalah
pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang nantinya
akan bertugas menjadi anggota lembaga legislatif. Pemilihan legislatif diadakan
setiap 5 tahun sekali.
49 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan
DPRD, Permata pres 50 Efriza,Mengenal TEori-teori Politik dari Sistem Politik sampai Korupsi, Bandung, Nuansa
Cendekia, 2006, hal 16.
39
Pemilihan legislatif sendiri di Indonesia telah dilakukan sebanyak 4 kali
yaitu pada tahun 1999, 2004, 2009 dan 2014. Pemilihan ini akan memutuskan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk 33 provinsi dan 497 kota. Untuk anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sendiri akan dipilih 560 anggota yang diambil
dari 77 daerah pemilihan bermajemuk yang dipilih dengan cara sistem
proporsional terbuka. Nantinya tiap pemilih di pemilu legislatif akan mendapatkan
satu surat suara yang bertujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) 51. Di kertas suara tersebut akan ada berbagai partai politik serta calon
anggota legislatif yang mencalonkan diri di daerah dimana tempat pemilih
tersebut berada. Cara memilihnya adalah dengan mencoblos satu lubang pada
gambar calon anggota legislatif yang dipilih atau di gambar partai politik yang
anda pilih.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mempunyai 132 anggota, 132 anggota
tersebut merupakan 4 perwakilan dari setiap provinsi yang ada di Indonesia.
Sistem memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah memakai sistem Single Non
Tranferable Vote. Saat pemilu legislatif pemilih akan diberi satu surat yang berisi
semua calon independent yang telah mencalonkan diri di provinsi di mana pemilih
tersebut berada. Cara memilihnya dengan mencoblos satu lubang pada nama calon
anggota legislatif yang sudah anda pilih. Nantinya 4 nama kandidat yang
mengumpulkan suara terbanyak di tiap provinsi akan secara otomatis terpilih
menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
51 Efriza, Ibid, hal 23.
40
Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) akan
dipilih di 33 provinsi yang setiap provinsi akan mempunyai 35-100 anggota,
jumlah anggota disesuaikan dengan berapa banyak penduduk yang ada di provinsi
tersebut.Tentunya dalam memilih anggota DPR, DPD, DPRD dalam pemilu
legislatif kalian harus memilih calon anggota legislatif yang memenuhi kriteria
pemimpin yang baik agar negara Indonesia dipimpin oleh orang-orang yang
memang benar mau memajukan bangsa Indonesia.
Negara Indonesia dalam pemilihan legislatif memakai sistem multi partai.
Undang-uandang 8/2012 mewajibkan masing-masing partai politik mengikuti
proses pendaftaran yang mana nanti akan diverifikasi oleh KPU bila ingin
mengikuti pemilihan umum. Penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia
termasuk pemilihan legislatif baik itu bersifat nasional merupakan tanggung jawab
dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang telah diatur dalam Undang-undang NO
15/2011. Selain Komisi Pemilihan Umum (KPU) lembaga yang bertanggung
jawab akan berlangsungnya pemilihan umum adalah Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) 52. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) adalah lembaga yang
mempunyai tugas untuk mengawasi Pemilu termasuk Pemilihan Legislatif agar
berjalan dengan benar. Selain KPU dan Bawaslu, ada pula lembaga yang dikenal
dengan nama Dewan Kerhomatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). DKPP
mempunyai tugas untuk memeriksa gugatan atau laporan atas tuduhan
pelanggarana kode etik yang dilakukan oleh anggota KPU atau Bawaslu.
2.4 Strategi Politik
52 Joko Prihatmoko, Mendemokrasikan Pemilu dari Sistem sampai Elemen Teknis, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2008, hal 59.
41
2.4.1 Definisi Strategi Politik
Menurut Peter Schorder strategi politik merupakan:
“strategi atau tehknik yang digunakan untuk mewujudkan suatu cita-cita
politik. Strategi politik biasa digunakan dalam usaha merebut atau
mempertahankan kekuasaan, terutama saat pemilihan umum. Strategi ini
berkaitan dengan strategi kampanye, dengan tujuan untuk memperoleh
kekuasaan dan pengaruh sebanyak mungkin dengan cara meraih hasil
(suara) yang maksimal di pemilu, guna mendorong kebijakan-kebijakan
yang dapat mengarah pada perubahan masyarakat. Strategi politik sangat
penting untuk sebuah partai politik, tanpa adanya strategi politik,
perubahan jangka panjang sama sekali tidak akan dapat diwujudkan”.
Kemudian menurut Firmanzah strategi positioning politik merupakan hal penting
yang harus dilakukan oleh organisasi politik dikarenakan beberapa hal53:
a. positioning politik akan membantu pemilih dalam menentukan siapa yang
akan dipilih. Kejelasan positioning politik akan memudahkan pemilih dalam
mengidentifikasi suatu partai politik, sekaligus membedakannya dengan
organisasi politik lainnya.
b. Positioning politik yang jelas juga membantu anggota partai politik itu sendiri
dalam membentuk identitas mereka.
c. positioning yang jelas juga akan membantu penyusunan strategi dalam
approach mereka ke masyarakat.
d. positioning yang jelas juga akan membantu dalam mengarahkan jenis sumber
daya politik apa yang dibutuhkan. Positioning dalam marketing didefinisikan
sebagai semua aktifitas untuk menanamkan kesan dibenak konsumen agar
mereka biasa membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi
bersangkutan.
53 Firmanzah, Op.cit, hal 137.