pengaruh ekstrak etanol daun kirinyu ( (l.)...
TRANSCRIPT
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYU (Chromolaena odorata
(L.) (Asteraceae)) DAN ANTIBIOTIK TETRASIKLIN TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memenuhi Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Veronica Natasya
NIM : 158114060
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYU (Chromolaena odorata
(L.) (Asteraceae)) DAN ANTIBIOTIK TETRASIKLIN TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memenuhi Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Veronica Natasya
NIM : 158114060
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Allah Bapa di Surga, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus
Papa, Mama dan seluruh keluarga besar yang kucintai
Sahabat dan teman-teman yang telah mendukung dan menyemangati
Serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat dan
kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak
Etanol Daun Kirinyu (Chromolaena odorata (L.) (Asteraceae)) Dan Antibiotik
Tetrasiklin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus” sebagai
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma dengan baik dan lancar.
Keberhasilan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari dukungan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, serta selaku Dosen Penguji yang memberikan
kritik dan saran selama penyusunan skripsi
2. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku Ketua program Studi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu Damiana Sapta Candrasari S.Si., M.Sc., selaku Kepala Laboratorium
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi
izin untuk penggunaan laboratorium, serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang selalu memberi saran, arahan, masukan serta bimbingan dari penyusunan
proposal, penelitian, sampai penyusunan skripsi
4. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt., selaku Dosen Penguji yang memberikan
kritik dan saran selama penyusunan skripsi
5. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan motivasi, dukungan, dan semangat dalam menjalani
perkuliahan
6. Bapak Antonius Dwi Priyana dan Bapak Sarwanto selaku Sekretariat S1
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberi
informasi selama perkuliahan dan ujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................... vi
PRAKATA ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
ABSTRAK ................................................................................................. xiii
ABSTRACT ................................................................................................. xiv
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ........................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 9
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21
LAMPIRAN ............................................................................................... 25
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Plot 96-Well Plate Penentuan MIC ............................................... 7
Tabel II. Persen Penghambatan Ekstrak Etanol Daun Kirinyu ................... 12
Tabel III. Persen Penghambatan Tetrasiklin ............................................... 12
Tabel IV. Log Jumlah Bakteri Time-Kill Test ............................................. 16
Tabel V. Hasil Uji Post Hoc Tamhane’s Perlakuan Jam Ke-4 ................... 18
Tabel VI. Hasil Uji Post Hoc Tamhane’s Perlakuan Jam Ke-8 .................. 18
Tabel VII. Hasil Uji Post Hoc Tamhane’s Perlakuan Jam Ke-24............... 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Time-Kill Curve ......................................................................... 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman ................................................... 25
Lampiran 2. Simplisia Kering Daun Kirinyu .............................................. 26
Lampiran 3. Ekstrak Etanol Daun Kirinyu ................................................. 26
Lampiran 4. Penetapan Kadar Air dengan Metode Destilasi Toluena ........ 26
Lampiran 5. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ........................................ 27
Lampiran 6. Sertifikat Kualitas Staphylococcus aureus ............................. 28
Lampiran 7. Perlakuan pada 96-Well Plate................................................. 29
Lampiran 8. Selisih Optical Density Penentuan MIC ................................. 29
Lampiran 9. Data Log Jumlah Bakteri Time-Kill Test ................................ 30
Lampiran 10. Time-Kill Test Kontrol Pertumbuhan ................................... 31
Lampiran 11. Time-Kill Test Perlakuan EEDK........................................... 32
Lampiran 12. Time-Kill Test Perlakuan TET .............................................. 33
Lampiran 13. Time-Kill Test Perlakuan EEDK+TET ................................. 34
Lampiran 14. Kontrol Media, Kontrol NaCl dan Kontrol MHB Time-Kill
Test ....................................................................................... 35
Lampiran 15. Perhitungan Koloni dengan Scan Colony Counter
Kontrol Pertumbuhan ........................................................... 36
Lampiran 16. Perhitungan Koloni dengan Scan Colony Counter
Perlakuan EEDK .................................................................. 36
Lampiran 17. Perhitungan Koloni dengan Scan Colony Counter
Perlakuan TET ...................................................................... 37
Lampiran 18. Perhitungan Koloni dengan Scan Colony Counter
Perlakuan EEDK+TET .......................................................... 37
Lampiran 19. Kontrol Media dan Kontrol NaCl pada Scan Colony
Counter ................................................................................. 38
Lampiran 20. Uji Statistika ......................................................................... 39
Lampiran 21. Surat Keterangan Analisis Data ............................................ 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
Meningkatnya kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik mendorong
penemuan agen antimikroba baru atau cara baru untuk mengatasi resistensi
antibiotik. Salah satu cara adalah dengan penambahan ekstrak bahan alam pada
antibiotik sehingga dapat meningkatkan efikasi agen antimikroba. Salah satu bahan
alam yang dapat digunakan adalah kirinyu (Chromolaena odorata). Daun C.
odorata memiliki kandungan flavonoid yang memiliki efek antimikroba. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun kirinyu dan
antibiotik tetrasiklin terhadap pertumbuhan S. aureus.
Metode yang digunakan adalah microbroth dilutions dan time-kill test.
Microbroth dilutions digunakan untuk menentukan nilai MIC ekstrak etanol daun
kirinyu dan tetrasiklin. MIC yang didapatkan adalah 1 mg/mL untuk ekstrak etanol
daun kirinyu dan 8 µg/mL untuk tetrasiklin. Time-kill test digunakan untuk
menentukan efek bakteriostatik atau bakterisidal serta menentukan jenis interaksi
berdasarkan time-kill curve dan log perubahan jumlah koloni bakteri yang
dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kirinyu memiliki efek
bakteriostatik sedangkan tetrasiklin dan kombinasi memiliki efek bakterisidal pada
jam ke-8 dan 24 terhadap pertumbuhan S. aureus. Interaksi yang dihasilkan antara
ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin adalah additive/indifference.
Kata kunci : Chromolaena odorata, antibakteri, tetrasiklin, time-kill test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
Increasing cases of bacterial resistance to antibiotics encourage the
discovery of new antimicrobial agents or new ways to reduce antibiotic resistance.
One of the solutions is adding natural products on antibiotics so it can increase the
antimicrobial agents’ efficacy. One of the natural products that can be used is
kirinyu (Chromolaena odorata). C. odorata leaf has flavonoid contents that have
antimicrobial effects. The aims of this study are to discover kirinyu leaf ethanol
extract and tetracycline antibiotic effects to S. aureus growth.
The methods are microbroth dilutions and time-kill test. Microbroth
dilutions is used to determine kirinyu leaf ethanol extract and tetracycline MIC
values. The MIC values are 1 mg/mL for kirinyu leaf ethanol extract and 8 µg/mL
for tetracycline. Time-kill test is used to determine the bacteriostatic and
bactericidal effects also to determine the interaction based on time-kill curve and
the log changes in number of bacterial colonies produced. The study result shows
kirinyu leaf ethanol extract has bacteriostatic effect while tetracycline and the
combination have bactericidal effect at 8 and 24 hours against S. aureus growth.
The interaction between kirinyu leaf ethanol extract and tetracycline is
additive/indifference.
Keywords : Chromolaena odorata, antibacterial, tetracycline, time-kill test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Infeksi merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi di dunia.
Infeksi disebabkan oleh bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Dalam
mengobati infeksi, dapat digunakan agen antimikroba. Namun pada abad ke-17
muncul kasus resistensi antimikroba, yaitu resistensi pada mikroorganisme
terhadap agen antimikroba yang pada awalnya sensitif (Chudobova et al., 2014).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-positif yang berbentuk
coccus. S. aureus dapat tumbuh aerob atau anaerob (fakultatif) pada suhu 18-40˚C.
S. aureus merupakan salah satu penyebab infeksi umum pada manusia dan
merupakan agen penyebab komplikasi infeksi seperti bacteremia, infective
endocarditis, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi pulmonal, gastroenteritis,
meningitis, toxic shock syndrome dan infeksi saluran kemih (Taylor et al., 2017).
Resistensi antimikroba merupakan resistensi mikroorganisme terhadap
obat antimikroba yang pada awalnya sensitif (Chudobova et al., 2014). Adanya
resistensi pada agen antimikroba menjadi ancaman kesehatan karena berkurangnya
agen antimikroba yang dapat mengatasi infeksi bakteri (Magiorakos et al., 2012).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Santosaningsih et al. (2016), terjadi resistensi
tetrasiklin pada bakteri S. aureus sebanyak 43% sampel yang didapat dari rumah
sakit di Indonesia (104 kasus dari 242 sampel) (Santosaningsih et al., 2016).
Resistensi tetrasiklin dapat berasal dari gen tet(K), tet(L) dan tet(M) melalui pompa
efluks aktif dan protein pelindung ribosom (Jensen et al., 2009).
Penemuan agen antimikroba baru atau cara baru dalam mengobati
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang resisten menjadi sangat penting.
Ekstrak tanaman jarang digunakan sebagai antibiotik sistemik untuk saat ini,
mungkin dikarenakan aktivitasnya yang rendah. Namun beberapa penelitian telah
menemukan bahwa efikasi agen antimikroba terhadap bakteri patogen, termasuk S.
aureus, dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikannya dengan ekstrak tanaman.
Interaksi antara antibiotik dan ekstrak tanaman dapat bermanfaat (sinergis atau
additive) atau merusak (antagonis atau toksik) (Adwan and Mhanna, 2008).
Pada penelitian Kurniawati (2017), dilakukan penelitian kombinasi antara
amoksisilin dan ekstrak methanol daun sirih (Piper betle L.) terhadap Pseudomonas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
aeruginosa menggunakan metode Checkerboard, hasil penelitian menunjukkan
interaksi antagonis. Pada penelitian Santoso dan Hartini (2018), dilakukan
penelitian kombinasi antara ampisilin dan ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.)
terhadap Staphylococcus aureus menggunakan metode Checkerboard, hasil
penelitian menunjukkan interaksi indifferent.
Salah satu tanaman yang memiliki efek antibakteri adalah daun kirinyu
(Chromolaena odorata (L.) King and Robinson) (Eze et al., 2013). C. odorata,
umumnya diketahui sebagai gulma siam, merupakan gulma yang cepat tumbuh dan
dapat menghambat pertumbuhan tanaman kebun muda serta tanaman pertanian
sehingga menjadi hama. Di sisi lain, tanaman kirinyu memiliki aktivitas
antiprotozoal, astringen, hepatotropik, diuretik, antitrypanosomal, antibakteri dan
antihipertensi, analgesik, antiinflamasi dan antipiretik (Rao et al., 2010).
Pada penelitian Febrianasari (2018), dilakukan penelitian efek antibakteri
ekstrak metanol C. odorata terhadap bakteri S. aureus menggunakan metode disc
diffusion. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi ekstrak 30-100% memiliki
diameter zona hambat 0,42-7,47 mm. Pada penelitian Eze et al. (2013), dilakukan
penelitian kombinasi antara ekstrak C. odorata dengan antibiotik ciprofloxacin,
norfloxacin, kloramfenikol, tetrasiklin dan erythromycin terhadap bakteri S. aureus
menggunakan metode disc diffusion dan macrobroth dilution. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat sinergisme antara C. odorata dengan ciprofloxacin,
norfloxacin, tetrasiklin dan kloramfenikol pada disk diffusion, sedangkan pada
metode macrobroth dilution efek sinergisme ditemukan hanya pada kombinasi C.
odorata dengan tetrasiklin dan kloramfenikol.
Melihat banyaknya manfaat yang dimiliki, peneliti ingin mengetahui
pengaruh ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin terhadap pertumbuhan bakteri
S. aureus. Untuk mendapatkan senyawa yang memiliki efek antibakteri, dilakukan
proses ekstraksi pada bahan alam dengan metode maserasi menggunakan etanol
95%. Metode penelitan yang digunakan berbeda dengan penelitian Eze et al.
(2013), yaitu time-kill test. Time-kill test dapat mengukur penghambatan maupun
pembunuhan bakteri. Karena hal tersebut maka metode ini lebih relevan bagi
keadaan klinis di mana terapi bakterisidal lebih dipilih (Lorian, 2005). Time-kill
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
test juga dapat digunakan untuk menentukan interaksi dua agen antimikroba
(Levison and Levison, 2009).
Data hasil penelitian dibuat time-kill curve untuk menentukan efek
bakteriostatik atau bakterisidal dari ekstrak etanol daun kirinyu, tetrasiklin maupun
kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin terhadap kontrol
pertumbuhan. Selain itu, dari time-kill curve dapat ditentukan jenis interaksi antara
ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin, baik sinergis, additive/indifference atau
antagonis.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni untuk melihat hubungan
antara variabel bebas yaitu konsentrasi ekstrak etanol daun kirinyu dan konsentrasi
tetrasiklin dengan variabel tergantung yaitu pertumbuhan bakteri S. aureus.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah platform shaker (Innova™
2100), waterbath (Memmert), mesh no. 40, rotary evaporator (Buchi Switzerland
Tipe R-210 dan R-300), labu destilator (Schott Duran), pemanas destilator (M.
Topo® Tipe MS-E103), pompa vakum (GAST Model DOA-P504-BN) neraca
analitik (Ohaus PA213), autoklaf (ALP Co., Ltd., Japan Model KT-40), BSC Class
II A2 (ESCO Model LA2-3A1-E/Class II A2 Serial: 2016-95067), inkubator
(Memmert dan Heraeus Tipe B.5050), oven (WTB Binder 7200 Tipe
33053099003100 dan Memmert 30-1060), microplate 96 Well Flat Bottom (Iwaki),
pipet pump, mikropipet (Gilson), blue tip, yellow tip, bunsen, vortex (Gallenkamp),
scan® 500 automatic colony counter (Interscience), nephelometer (BD Phoenix
Spec), jarum ose, microplate reader (Benchmark), alat-alat gelas (Pyrex) yaitu
tabung reaksi, labu takar, erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, pipet volume, cawan
petri, batang pengaduk, spreader, pipet tetes.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kirinyu yang
diperoleh dari Lembaga Pendampingan Usaha Buruh Tani Nelayan (LPUBTN),
bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 (Thermo Scientific) dari PT Dipa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Puspa Labsains, tetrasiklin (Super tetra), etanol 95% (CV General Labora), tisu,
kertas saring Whatman’s No. 1, nutrient agar (Oxoid), nutrient broth (Oxoid),
Mueller-Hinton Agar (Oxoid), Mueller-Hinton Broth (Merck), normal saline (0,9%
NaCl), aquades, DMSO (Merck).
Preparasi Bahan Baku
Daun kirinyu yang akan digunakan dibeli dari Lembaga Pendampingan
Usaha Buruh Tani Nelayan (LPUBTN). Kriteria daun kirinyu yang digunakan
adalah daun utuh dengan panjang daun 5-14 cm dan lebar daun 2,5-8 cm dengan
usia tanaman 6 bulan. Daun bebas dari serangga, fragmen hewan atau kotoran
hewan; tidak mengandung lendir, jamur, atau tanda-tanda pengotor lain; tidak
mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya. Determinasi dilakukan di
Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Daun kirinyu yang sudah kering diserbuk menggunakan mesin penyerbuk. Serbuk
simplisia diayak menggunakan mesh no. 40 sehingga didapatkan serbuk simplisia.
Serbuk disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan Kadar Air Dengan Metode Destilasi Toluena
Rangkaian alat destilasi disiapkan dengan menyiapkan labu 500 mL lalu
dihubungkan dengan pendingin air balik melalui alat penampung yang dilengkapi
tabung penerima 5 mL yang berskala 0,1 mL. Bagian atas alat penampung
sebaiknya dibungkus asbes. Tabung penerima dan pendingin pada alat destilasi
dibersihkan dengan asam pencuci lalu dibilas dengan air dan dikeringkan. Pereaksi
toluen disiapkan dengan mengocok toluene P dengan sedikit air kemudian
dipisahkan dengan corong pisah, lapisan air dibuang. Serbuk daun kirinyu
ditimbang sebanyak 10 gram lalu dimasukkan ke dalam labu. Sebanyak kurang
lebih 200 mL toluen dimasukkan ke dalam labu, rangkaian alat dipasang. Labu
dipanaskan selama 15 menit menggunakan pemanas listrik. Setelah toluen mulai
mendidih, kecepatan penyulingan diatur kurang lebih 2 tetes per detik, hingga
sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4
tetes per detik. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Tabung penerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
didinginkan hingga suhu ruang. Volume air dibaca setelah air dan toluen memisah
sempurna. Kadar air dihitung dalam % v/b dengan rumus :
%kadar air = volume air (mL)
berat simplisia yang ditimbang (g) x 100% (1)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Serbuk daun kirinyu ditimbang sebanyak kurang lebih 5 gram,
dimasukkan ke dalam labu bersumbat. Sebanyak 100 mL etanol 95% ditambahkan,
dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, lalu dibiarkan selama 18 jam. Larutan
disaring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol. 20 mL filtrat diuapkan
hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105° dan
ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam
% b/b dengan rumus :
Kadar sari larut etanol = bobot ekstrak larutan
bobot simplisia x
100
20 x 100% (2)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Ekstraksi Tanaman
Serbuk simplisia daun kirinyu diekstraksi secara maserasi menggunakan
etanol 95% pada suhu ruangan dengan penggojokan konstan menggunakan shaker
selama 24 jam. Rasio serbuk simplisia dan pelarut adalah 1:10 (w/v). Kemudian
proses ekstraksi diulangi. Ekstrak cair disaring menggunakan kertas saring
Whatman No. 1. Ekstrak etanol kemudian diuapkan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 78°C, diuapkan kembali menggunakan waterbath pada suhu
50-70°C lalu dimasukkan dalam oven hingga diperoleh ekstrak kering
(Hanphakphoom et al., 2016). Penetapan bobot tetap, penetapan rendemen dan uji
kadar air dengan metode gravimetri dilakukan sebagai standarisasi ekstrak kering.
Persen rendemen dihitung menggunakan rumus :
Rendemen = bobot ekstrak
bobot simplisia x 100 % (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Penetapan bobot tetap dilakukan dengan menimbang ekstrak yang akan
dikeringkan atau dipijarkan terlebih dahulu. Penimbangan dinyatakan mencapai
bobot tetap apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah
dikeringkan atau dipijarkan selama 1 jam tidak lebih dari 0,25% atau perbedaan
penimbangan tidak melebihi 0,5 mg pada penimbangan dengan timbangan analitik
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Penyiapan Bakteri Uji
Bakteri uji Staphylococcus aureus diinokulasikan pada media nutrient agar
(NA) secara streak plate, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C. Bakteri
tunggal pada media nutrient agar diinokulasikan ke dalam media cair nutrient broth
(NB) dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C.
Penentuan Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
Penentuan MIC ekstrak dan antibiotik terhadap S. aureus dilakukan
dengan menggunakan metode mikrodilusi pada 96-well plate. Kultur bakteri dalam
MHB disiapkan dan disetarakan dengan 0,5 McFarland. Seri konsentrasi ekstrak
disiapkan dengan rentang konsentrasi 0,125-4 mg/mL (Tamo et al., 2016). Seri
konsentrasi tetrasiklin disiapkan pada rentang konsentrasi 0,5-16 µg/mL
(Dougherty and Pucci, 2012). Ekstrak dilarutkan menggunakan DMSO dengan
konsentrasi DMSO pada well maksimal sebesar 10%, sedangkan tetrasiklin
dilarutkan menggunakan aquades steril. Kedua seri konsentrasi diencerkan dengan
dilusi seri dua kali lipat (serial two-fold dilution). 96-well plate disiapkan dengan
menambahkan 110 µL MHB yang telah berisi kultur bakteri. Sebanyak 90 µL seri
konsentrasi ekstrak atau tetrasiklin dimasukkan dalam 8 sumuran secara berurutan.
Volume akhir setiap sumuran adalah 200 µL. Kontrol media, kontrol pertumbuhan
bakteri, kontrol negatif aquades dan kontrol negatif DMSO dibuat pada pengujian.
Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tabel I. Plot 96-Well Plate Penentuan MIC
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 4 2 1 0,5 0,25 0,125 KP KD
B 4 2 1 0,5 0,25 0,125 KP KD
C 4 2 1 0,5 0,25 0,125 KP KD
D
E 16 8 4 2 1 0,5 KA KM
F 16 8 4 2 1 0,5 KA KM
G 16 8 4 2 1 0,5 KA KM
H
Keterangan :
• seri konsentrasi ekstrak C. odorata (dalam mg/mL).
• seri konsentrasi antibiotik tetrasiklin (dalam µg/mL).
• KM (kontrol sterilitas media)
• KP (kontrol pertumbuhan)
• KA (kontrol negatif aquades)
• KD (kontrol negatif DMSO)
Absorbansi sampel pada plate diukur menggunakan microplate reader
pada panjang gelombang 595 nm sebelum inkubasi dan setelah inkubasi, sehingga
diperoleh Optical Density (OD) sebelum (ODt0) dan setelah (ODt24). Perhitungan
persen penghambatan dihitung menggunakan rumus :
%penghambatan= (1- (ODt24-ODt0
ODgc24-ODgc0)) x 100% (4)
(Pratiwi, 2015).
Keterangan:
• ODt24 = OD sampel setelah inkubasi
• ODt0 = OD sampel sebelum inkubasi
• ODgc24 = OD kontrol pertumbuhan setelah inkubasi
• ODgc24 = OD kontrol pertumbuhan sebelum inkubasi
Berdasarkan nilai persen penghambatan yang didapat, dilakukan penentuan MIC.
MIC pada penelitian ini ditentukan berdasarkan konsentrasi terkecil yang
menghasilkan persen penghambatan > 90%, yang berarti menghambat > 90%
pertumbuhan bakteri uji (Barbosa et al., 2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Perlakuan Time-Kill Test
Kultur bakteri disiapkan lalu disetarakan 106 CFU/mL (pengenceran 1:150
dari 0,5 McFarland). Tiap tabung mengandung 9 mL MHB yang telah ditambah
ekstrak tunggal, antibiotik tunggal, maupun kombinasi ekstrak dan antibiotik (1/4
MIC : 1/4 MIC) diinokulasikan 1 mL bakteri S. aureus. Sampel diinkubasi pada
suhu 37˚C, Kontrol pertumbuhan, kontrol media dan kontrol sterilitas NaCl dibuat
pada percobaan. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali (Tamo et al., 2016).
Penghitungan Koloni Bakteri Menggunakan Automatic Colony Counter
Sampel diambil sebanyak 100 µL pada jam ke- 0, 4, 8 dan 24, lalu
diencerkan 10-fold (10 kali lipat) dengan normal saline (0,9% NaCl) pada
konsentrasi 10-1 – 10-5. 100 µL sampel diinokulasikan pada MHA secara spread
plate lalu diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam. Koloni bakteri pada setiap
petri pengujian ekstrak tunggal, antibiotik tunggal maupun kombinasi ekstrak dan
antibiotik dihitung. Jumlah bakteri yang masuk perhitungan berdasarkan penelitian
Basri and Khairon (2012) adalah antara 30-300 CFU/mL. Pengujian dilakukan
sebanyak 3 kali. Konsentrasi pengenceran yang dihitung pada setiap perlakuan
adalah konsentrasi yang memiliki jumlah bakteri antara 30-300 koloni pada
minimal 2 petri dari 3 petri yang diujikan. Jumlah koloni dihitung dengan rumus :
CFU/mL = jumlah koloni x 1
konsentrasi: volume yang diinokulasikan (5)
Pembuatan Kurva
Time-kill curve dibuat dengan memplotkan waktu (jam) sebagai x dan
log10 CFU/mL jumlah bakteri sebagai y. Kurva berisikan data kontrol pertumbuhan,
ekstrak tunggal, antibiotik tunggal dan kombinasi ekstrak dan antibiotik. Efek
bakteriostatik dan bakterisidal didefinisikan sebagai penurunan < 3 log10 CFU/mL
dan ≥ 3 log10 CFU/mL secara berturut-turut (Silva et al., 2011). Interaksi dikatakan
sinergis bila ada penurunan pada perhitungan koloni ≥ 2 log10 CFU/mL setelah 24
jam pada kombinasi dibandingkan senyawa paling aktif. Interaksi dikatakan
additive atau indifference bila perubahan <2 log10 CFU/mL pada jumlah koloni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Interaksi dikatakan antagonis bila ada kenaikan ≥ 2 log10 CFU/mL (Basri and
Khairon, 2012).
Tatacara Analisis Data
Analisis hasil dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri
terhadap waktu. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk
untuk mengetahui normalitas distribusi data dan Levene’s Test untuk mengetahui
varian data. Taraf kepercayaan yang digunakan pada Levene’s Test adalah 95%.
Analisis kemudian dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA dan Post hoc
Tamhane’s. Dari uji tersebut dapat diidentifikasi apakah terdapat perbedaan
signifikan (p ≤ 0,05) pada hasil time-kill test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman yang digunakan pada penelitian ini merupakan simplisia kering
daun kirinyu yang diperoleh dari Lembaga Pendampingan Usaha Buruh Tani
Nelayan (LPUBTN). Kebenaran spesies tanaman dibuktikan dengan surat
determinasi (Lampiran 1) yang dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman
Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, membuktikan bahwa tanaman
yang digunakan adalah tanaman Chromolaena odorata (L.) R. M. King & H. Rob.
Kadar air pada serbuk simplisia ditetapkan dengan menggunakan metode
destilasi toluen karena penelitian ini menggunakan bahan yang telah dikeringkan
dan mengandung minyak menguap (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2011). Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011), kadar air yang
diperbolehkan adalah tidak lebih dari 10%. Volume air yang diperoleh adalah 0,5
mL (Lampiran 4) dengan berat serbuk simplisia sebesar 10,0005 gram sehingga
kadar air serbuk simplisia daun kirinyu sebesar 4,99975 %. Kadar air tidak lebih
dari 10% sehingga telah memenuhi syarat yang ditetapkan.
Kadar sari larut etanol adalah pengujian penetapan jumlah kandungan
senyawa yang dapat terlarut dalam etanol, dengan tujuan memberikan gambaran
awal jumlah senyawa kandungan yang terlarut dalam etanol (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Pengujian kadar sari larut etanol dilakukan
sebagai salah satu standarisasi simplisia. Kadar sari larut etanol yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
adalah 18,07 % (Lampiran 5). Hasil menunjukkan jumlah senyawa yang
terkandung dalam daun kirinyu dapat terlarut dalam etanol, sehingga pemilihan
etanol sebagai pelarut ekstraksi sudah tepat. Hasil yang didapat berbeda dengan
penelitian Atikah (2016), hasil penetapan kadar sari larut etanol serbuk simplisia C.
odorata didapat sebesar 11,96%.
Ekstraksi serbuk simplisia daun kirinyu dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 95%. Proses ekstraksi dilakukan selama 24 jam dengan
remaserasi (2x24 jam). Remaserasi merupakan modifikasi dari maserasi,
perbedaannya terletak pada penggunaan sebagian pelarut untuk ekstraksi, sebagian
pelarut lainnya akan digunakan pada komponen residu untuk kedua kalinya. Kedua
filtrat akan digabungkan pada tahap akhir ekstraksi (Fauzana, 2010). Pada
penelitian Mondal et al. (2012) ekstrak etanol daun kirinyu menggunakan pelarut
etanol 95% memiliki kandungan 4 jenis komponen aromatik dengan bobot molekul
rendah dan 12 jenis flavonoid berbeda dalam ekstrak etanol C. odorata dengan
komponen utama quercetin (Mondal et al., 2012). Quercetin memiliki efek
antibakteri dengan menghambat replikasi DNA atau dengan beraksi pada tingkat
membran sel (Figueiredo et al., 2008). Semakin banyak kandungan flavonoid
quercetin yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kirinyu, diharapkan efek
antibakteri yang dihasilkan semakin tinggi.
Ekstrak diuapkan pada rotary evaporator pada suhu 78°C untuk
menguapkan pelarut etanol yang memiliki titik didih pada suhu 78°C (PubChem,
2019). Ekstrak diuapkan kembali hingga mencapai bobot tetap. Penimbangan
dinyatakan mencapai bobot tetap apabila perbedaan 2 kali penimbangan berturut-
turut tidak lebih dari 0,25% atau 0,5 mg (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011). Bobot ekstrak etanol daun kirinyu didapat sebesar 45,6238 gram
dengan rendemen sebesar 18,249 %.
Bakteri yang digunakan pada penelitian adalah Staphylococcus aureus
ATCC 25923 yang diperoleh dari PT Dipa Puspa Labsains. Kebenaran spesies
bakteri dibuktikan dengan surat keterangan (Lampiran 6). Penentuan MIC
dilakukan dengan metode microbroth dilution. Microbroth dilution adalah metode
dilusi cair yang menggunakan media cair dengan volume akhir ≤ 500 µL dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
well plate (Wiegand et al., 2008). Metode microbroth dilution merupakan metode
yang paling populer untuk pengujian antimikroba di Amerika Serikat. Beberapa
alasannya adalah karena metode ini akurat dibandingkan dengan gold standard
yaitu dilusi agar, dapat digunakan untuk menguji berapapun jumlah sampel yang
ada, plate tersedia di pasaran sehingga lebih praktis, plate sangat mudah
diinokulasikan dan hasilnya mudah dibaca (Engelkirk and Duben-Engelkirk, 2008).
Pengukuran OD pada 96-well plate dilakukan dengan menggunakan microplate
reader pada panjang gelombang 595 nm. Nilai OD selisih ekstrak maupun
tetrasiklin kemudian dibandingkan dengan nilai OD selisih kontrol pertumbuhan,
sehingga didapatkan nilai persen penghambatan (Lampiran 8). Perhitungan OD
selisih digunakan untuk mengatasi warna pada ekstrak yang dapat terdeteksi pada
microplate reader (Quave et al., 2008).
Pada penelitian ini dibuat 4 kontrol, yaitu kontrol pertumbuhan, kontrol
media, kontrol negatif aquades dan kontrol negatif DMSO. Kontrol pertumbuhan
digunakan untuk memastikan bahwa bakteri S. aureus dapat tumbuh dengan baik
pada media sekaligus menjadi pembanding dalam menentukan persen
penghambatan ekstrak maupun tetrasiklin. Kontrol media digunakan untuk
mengetahui sterilitas media dan memastikan keaseptisan pengerjaan. Kontrol
negatif aquades dan DMSO digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
aktivitas antibakteri pada aquades maupun DMSO yang digunakan untuk
melarutkan tetrasiklin dan ekstrak. Konsentrasi DMSO yang digunakan adalah
10%, konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi DMSO terbesar dalam well pada
seri konsentrasi ekstrak yang diujikan. Menurut Rukayadi et al. (2009), DMSO
10% tidak memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri.
MIC merupakan konsentrasi terendah dari suatu obat yang menghambat
pertumbuhan patogen tertentu (Willey et al., 2008). Penentuan nilai MIC ditentukan
berdasarkan persen penghambatan ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin, yaitu
konsentrasi yang memiliki persen penghambatan > 90%, yang berarti nilai MIC
yang dapat menghambat > 90% pertumbuhan bakteri uji (Barbosa et al., 2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tabel II. Persen Penghambatan Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
Perlakuan
(mg/mL) Penghambatan (%) ± SD
EEDK 4 108,22 ± 0,049
EEDK 2 98,66 ± 0,042
EEDK 1 92,00 ± 0,019
EEDK 0,5 79,18 ± 0,027
EEDK 0,25 41,60 ± 0,003
EEDK 0,12 20,73 ± 0,021
Keterangan : EEDK = ekstrak etanol daun kirinyu
Tabel III. Persen Penghambatan Tetrasiklin
Perlakuan
(µg/mL)
Penghambatan (%) ± SD
TET 16 99,46 ± 0,003
TET 8 92,72 ± 0,009
TET 4 83,24 ± 0,014
TET 2 77,21 ± 0,009
TET 1 71,36 ± 0,013
TET 0,5 66,62 ± 0,025
Keterangan : TET = tetrasiklin
Berdasarkan data persen penghambatan pada tabel II dan tabel III didapat
bahwa ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri S. aureus dengan persen penghambatan yang berbeda-beda pada
tiap konsentrasi. Pada ekstrak etanol daun kirinyu, rentang persen penghambatan
yang didapat adalah 20,73-108,22 %, sedangkan pada tetrasiklin rentang persen
penghambatan yang didapat adalah 66,62-99,46 %. Dari data tersebut ditetapkan
nilai MIC yang akan digunakan pada pengujian time-kill test, yaitu konsentrasi 1
mg/mL pada ekstrak dan 8 µg/mL pada tetrasiklin. Kontrol media menunjukkan
hasil yang jernih dan tidak terdapat pertumbuhan bakteri, kontrol negatif aquades
dan kontrol negatif DMSO 10% menunjukkan baik aquades maupun DMSO 10%
tidak memiliki aktivitas penghambatan.
Menurut Clinical and Laboratory Standards Institute (2014), kriteria MIC
tetrasiklin yang diujikan pada bakteri Staphylococcus spp. dikatakan sensitif
apabila MIC ≤ 4 µg/mL, intermediate dengan nilai MIC = 8 µg/mL, resisten yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
ditunjukkan dengan MIC ≥ 16 µg/mL. MIC pada kriteria ini adalah konsentrasi
terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Dari kriteria tersebut
kepekaan bakteri S. aureus yang digunakan termasuk sensitif terhadap tetrasiklin,
karena konsentrasi terkecil tetrasiklin yang diujikan yaitu 0,5 µg/mL masih
menghambat pertumbuhan S. aureus.
Pada penelitian Eze et al. (2013), nilai MIC ekstrak C. odorata yang
diujikan menggunakan metode macrobroth dilution terhadap bakteri S. aureus
adalah 1,95 mg/mL. Penentuan nilai MIC dilakukan secara visual, yaitu melihat
konsentrasi terkecil yang terlihat tidak ditumbuhi bakteri. Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan pengujian MIC menggunakan metode microbroth
dilution dengan pengukuran menggunakan microplate reader. Perbedaan nilai MIC
yang didapat mungkin diakibatkan perbedaan metode pengujian yang digunakan.
Menurut Balouiri et al. (2016), metode macrobroth dilution menggunakan reagen
dan tempat relatif besar dibandingkan microbroth dilution yang lebih reproducible,
hemat bahan dan hemat tempat. Penggunaan alat atau tidak pada penentuan MIC
juga mempengaruhi nilai MIC yang didapat. Menurut Fang et al. (2006), penentuan
MIC secara visual lebih subjektif dibandingkan menggunakan pembaca
spectrophotometric Pembaca spectrophotometric secara umum lebih presisi dan
reproducible dibanding metode visual.
Selain itu, perbedaan lokasi tumbuhnya tanaman dapat mempengaruhi
jumlah metabolit sekunder yang terkandung pada tanaman. Metabolit sekunder
dapat ditemukan pada berbagai bagian tanaman (daun, akar batang), pada berbagai
tahap pertumbuhan tanaman, pada berbagai keadaan lingkungan yang berbeda.
Metabolit sekunder berperan penting dalam ketahanan hidup suatu spesies yang
diproduksi melalui interaksi dengan lingkungannya (McCreath and Delgoda,
2017). Hal ini berarti lingkungan tumbuhnya tanaman berpengaruh terhadap
metabolit sekunder pada tanaman. Nilai MIC yang didapat pada penelitian Eze et
al. (2013) berbeda dengan penelitian ini mungkin disebabkan oleh hal ini.
Menurut Hanphakphoom et al. (2016), ekstrak etanol daun kirinyu
memiliki kandungan fenolik yaitu gallic acid dan trolox, kandungan flavonoid yaitu
quercetin dan rutin, dengan kandungan fitokimia terbanyak adalah rutin. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Cushnie and Lamb (2005), melalui tes enzim dan teknik yang dikenal dengan SOS
chromotest, rutin diketahui dapat meningkatkan pemecahan DNA topoisomerase
IV-dependent, menghambat decatenation dari topoisomerase IV-dependent.
Topoisomerase IV penting untuk kelangsungan hidup sel, sehingga pemecahan
DNA topoisomerase IV-dependent menghasilkan respon SOS bakteri dan
menghambat pertumbuhan bakteri.
Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas. Tetrasiklin bekerja
sebagai antibiotik dengan mengikat ribosom bakteri dan menghambat sintesis
protein. Ribosom bakteri memiliki situs pengikatan berafinitas tinggi pada subunit
30S dan banyak situs dengan afinitas rendah pada subunit 30S dan 50S. Selain
berikatan dengan ribosom, tetrasiklin menghambat ikatan secara alosterik dengan
amino acyl-tRNA pada situs akseptor (A-site), sehingga sintesis protein terhenti
(Griffin et al., 2010).
Antibakteri yang berasal dari tanaman selalu menjadi sumber terapi baru.
Tanaman diketahui menghasilkan berbagai antibiotik bermolekul kecil (MW<500)
dengan berbagai macam struktur seperti terpenoid, glycosteroid, flavonoid, dan
polifenol. Molekul-molekul kecil ini memiliki aktivitas antibiotik lemah, namun
berhasil melawan infeksi pada tanaman. Tampaknya tanaman “bersinergi” untuk
menghadapi infeksi (Hemaiswarya et al., 2008). Beberapa penelitian membuktikan
bahwa efikasi agen antimikroba dapat ditingkatkan dengan mengombinasikan
antimikroba dan ekstrak tanaman terhadap berbagai bakteri patogen (Adwan and
Mhanna, 2008).
Efek bakteriostatik dan bakterisidal pada ekstrak etanol daun kirinyu dan
tetrasiklin maupun kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin, serta jenis
interaksi antara ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin terhadap bakteri S.
aureus ditentukan melalui pengujian menggunakan time-kill test. Konsentrasi yang
digunakan adalah masing-masing 1/4 : 1/4 MIC yaitu 0,25 mg/mL untuk ekstrak
etanol daun kirinyu dan 2 µg/mL untuk tetrasiklin. Pada time-kill test, diujikan
ekstrak etanol daun kirinyu, tetrasiklin dan kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu
dan tetrasiklin. Pengujian masing-masing sampel diulangi sebanyak 3 kali dengan
tujuan untuk meningkatkan akurasi data. Keuntungan dari time-kill test terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
metode checkerboard adalah metode ini dapat menyediakan gambaran dinamis aksi
antimikroba dan interaksi antara agen antimikroba dan bakteri dari waktu ke waktu,
berkebalikan dengan metode checkerboard yang biasanya hanya diukur satu kali.
Kinetika aktivitas antimikroba dapat dijadikan landasan untuk penentuan frekuensi
dosis. Time-kill test digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan obat baru
serta untuk mengamati perubahan sensitivitas antimikroba terhadap isolat bakteri
yang penting secara klinis. Time-kill test juga dapat menentukan efek bakterisidal,
penentuan bakterisidal merupakan hal yang penting karena dalam kasus klinis
bakteri yang diujikan berasal dari pasien dengan infeksi yang membutuhkan terapi
bakterisidal jika memungkinkan (contoh : endocarditis, meningitis atau
osteomyelitis) (Lorian, 2005).
Pada pengujian dibuat 4 kontrol yaitu kontrol pertumbuhan, kontrol media,
kontrol MHB dan kontrol NaCl. Kontrol pertumbuhan digunakan untuk
memastikan bakteri S. aureus dapat tumbuh dengan baik pada media sekaligus
menjadi pembanding pada penentuan efek pengujian. Kontrol MHB digunakan
untuk mengetahui sterilitas media dan memastikan keaseptisan kerja. Kontrol NaCl
digunakan untuk mengetahui sterilitas larutan NaCl 0,9% yang digunakan untuk
mengencerkan bakteri.
Gambar 1. Time-Kill Curve
Keterangan : EEDK = ekstrak etanol daun kirinyu; TET = tetrasiklin; KP = kontrol
pertumbuhan; EEDK+TET = kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
0 4 8 24
log1
0 C
FU
/mL
Waktu (Jam)
Time-Kill Curve
KP EEDK TET EEDK+TET
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan time-kill curve yang diperoleh pada gambar 1, seluruh
perlakuan memiliki jumlah bakteri yang hampir sama pada jam ke-0. Pada kontrol
pertumbuhan terjadi kenaikan jumlah bakteri mulai jam ke-4 hingga pada jam ke-
24 dengan jumlah koloni tertinggi. Pada perlakuan EEDK, terjadi kenaikan jumlah
bakteri pada jam ke-4, 8 dan 24 namun tidak sebanyak pada kontrol pertumbuhan.
Pada perlakuan TET, jumlah bakteri pada jam ke-4 dan jam ke-8 tidak
menunjukkan kenaikan namun menunjukkan sedikit penurunan jumlah bakteri. Hal
ini berarti tetrasiklin dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus. Pada jam
ke-24 tetrasiklin menunjukkan penurunan jumlah bakteri yang cukup tinggi. Pada
perlakuan EEDK+TET, jumlah bakteri pada jam ke-4, 8 dan 24 menunjukkan pola
penurunan yang tidak berbeda jauh dengan tetrasiklin. Perlakuan EEDK+TET
mengalami penurunan jumlah bakteri yang cukup tinggi dibandingkan kontrol
pertumbuhan yang terus mengalami kenaikan hingga jam ke-24.
Tabel IV. Log Jumlah Bakteri Time-Kill Test
Perlakuan
(jam)
Jumlah Bakteri (Log10
CFU/mL) ± SD
KP 0 4,278 ± 0,011
KP 4 6,471 ± 0,024
KP 8 7,286 ± 0,021
KP 24 8,202 ± 0,023
EEDK 0 4,241 ± 0,027
EEDK 4 5,402 ± 0,009
EEDK 8 5,653 ± 0,010
EEDK 24 7,403 ± 0,047
TET 0 4,233 ± 0,069
TET 4 4,221 ± 0,053
TET 8 4,191 ± 0,046
TET 24 3,006 ± 0,106
EEDK+TET 0 4.235 ± 0,066
EEDK+TET 4 3.829 ± 0,114
EEDK+TET 8 3.837 ± 0,051
EEDK+TET 24 2.593 ± 0,111
Keterangan : EEDK = ekstrak etanol daun kirinyu; TET = tetrasiklin; KP = kontrol
pertumbuhan; EEDK+TET = kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Berdasarkan data logaritma jumlah bakteri yang didapat dalam time-kill
test (Lampiran 9), dapat ditentukan efek bakteriostatik maupun bakterisidal pada
tiap perlakuan. Tetrasiklin pada jam ke-8 dan 24 menunjukkan efek bakterisidal
terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, ditandai dengan penurunan ≥ 3 log10
CFU/mL dibandingkan kontrol pertumbuhan. Efek bakterisidal juga ditunjukkan
oleh kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin pada jam ke-8 dan 24
terhadap kontrol pertumbuhan, walaupun tidak berbeda jauh dengan tetrasiklin.
Efek bakterisidal menunjukkan pembunuhan > 99,9% koloni bakteri (Basri and
Khairon, 2012). Bakterisidal merupakan efek yang disebabkan oleh suatu agen
yang dapat membunuh bakteri (Willey et al., 2008). Ekstrak etanol daun kirinyu
menunjukkan efek bakteriostatik terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, ditandai
dengan penurunan < 3 log10 CFU/mL dibandingkan kontrol pertumbuhan (Silva et
al., 2011). Bakteriostatik adalah efek penghambatan pertumbuhan bakteri yang
disebabkan oleh suatu agen, namun ketika agen tersebut dihilangkan maka
pertumbuhan akan berlanjut (Willey et al., 2008). Selain itu, dapat ditentukan juga
jenis interaksi antara ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin yang menunjukkan
interaksi additive atau indifference, ditandai dengan perubahan < 2 log10 CFU/mL
dibandingkan senyawa paling aktif yaitu tetrasiklin.
Pada pengujian statistik (Lampiran 12), dilakukan uji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji variasi atau homogenitas data menggunakan
Levene’s Test. Hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan seluruh data terdistribusi
normal, ditandai dengan nilai p > 0,05 pada seluruh perlakuan. Hasil Levene’s Test
menunjukkan data tidak terdistibusi homogen atau memiliki variasi yang berbeda,
ditandai dengan nilai p = 0,023 (p < 0,05). Oleh karena data terdistribusi normal
namun memiliki variasi berbeda, maka pengujian dilanjutkan menggunakan One
Way ANOVA dan Post hoc Tamhane’s.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tabel V. Hasil Uji Post Hoc Tamhane’s Perlakuan Jam Ke-4
KP 4 EEDK 4 TET 4 EEDK + TET 4
KP 4 - BB BB BB
EEDK 4 BB - BTB BTB
TET 4 BB BTB - BTB
EEDK + TET 4 BB BTB BTB -
Keterangan : EEDK = ekstrak etanol daun kirinyu (jam); TET = tetrasiklin (jam); KP
= kontrol pertumbuhan (jam); EEDK+TET = kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu
dan tetrasiklin (jam); BB = Berbeda Bermakna; BTB = Berbeda Tidak Bermakna
Hasil uji post hoc pada perlakuan pada jam ke-4 menunjukkan perlakuan
EEDK, TET dan EEDK+TET menunjukkan hasil berbeda bermakna terhadap
kontrol pertumbuhan yang berarti terdapat perbedaan jumlah bakteri yang
signifikan terhadap kontrol pertumbuhan. Sedangkan antara perlakuan EEDK dan
TET, EEDK dan EEDK+TET, TET dan EEDK+TET menunjukkan hasil berbeda
tidak bermakna yang berarti tidak terdapat perbedaan jumlah bakteri yang
signifikan.
Tabel VI. Hasil Uji Post Hoc Tamhane’s Perlakuan Jam Ke-8
KP 8 EEDK 8 TET 8 EEDK + TET 8
KP 8 - BB BB BB
EEDK 8 BB - BB BB
TET 8 BB BB - BTB
EEDK + TET 8 BB BB BTB -
Keterangan : EEDK = ekstrak etanol daun kirinyu (jam); TET = tetrasiklin (jam); KP
= kontrol pertumbuhan (jam); EEDK+TET = kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu
dan tetrasiklin (jam); BB = Berbeda Bermakna; BTB = Berbeda Tidak Bermakna
Hasil uji post hoc pada perlakuan pada jam ke-8 menunjukkan antara TET
dan EEDK+TET menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna yang berarti tidak
terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan. Sedangkan antara kontrol
pertumbuhan dan EEDK, kontrol pertumbuhan dan TET, kontrol pertumbuhan dan
EEDK+TET, EEDK dan TET, EEDK dan EEDK+TET menunjukkan hasil berbeda
bermakna yang berarti terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tabel VII. Hasil Uji Post Hoc Tamhane’s Perlakuan Jam Ke-24
KP 24 EEDK 24 TET 24 EEDK + TET 24
KP 24 - BB BB BB
EEDK 24 BB - BB BB
TET 24 BB BB - BTB
EEDK + TET 24 BB BB BTB -
Keterangan : EEDK = ekstrak etanol daun kirinyu (jam); TET = tetrasiklin (jam); KP
= kontrol pertumbuhan (jam); EEDK+TET = kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu
dan tetrasiklin (jam); BB = Berbeda Bermakna; BTB = Berbeda Tidak Bermakna
Hasil uji post hoc pada perlakuan pada jam ke-24 menunjukkan perlakuan
EEDK, TET dan EEDK+TET menunjukkan hasil berbeda bermakna terhadap
kontrol pertumbuhan yang berarti terdapat perbedaan jumlah bakteri yang
signifikan terhadap kontrol pertumbuhan. Hasil berbeda bermakna juga terdapat
antara perlakuan EEDK dan TET, EEDK dan EEDK+TET yang menunjukkan
terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan. Sedangkan antara perlakuan
TET dan EEDK+TET menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna yang berarti
tidak terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan antara TET dan
EEDK+TET.
Pada penelitian yang dilakukan, hasil interaksi antara ekstrak tanaman dan
antibiotik mungkin dipengaruhi oleh perbandingan konsentrasi MIC yang
digunakan. Contohnya pada penelitian Aiyegoro et al. (2009), kombinasi antara
tetrasiklin dengan ekstrak daun Helichrysum pedunculatum pada konsentrasi 1/2
MIC yang diujikan pada bakteri Streptococcus faecalis menghasilkan interaksi
additive/indifference, namun pada konsentrasi 1 MIC menghasilkan interaksi
sinergis. Hal tersebut dapat ditemukan pada semua kombinasi ekstrak dan antibiotik
yang digunakan pada penelitian dan terlepas dari reaksi karakteristik Gram bakteri
yang digunakan. Apabila menggunakan konsentrasi yang berbeda, misalnya pada
konsentrasi MIC, diduga hasil pengujian interaksi dapat berubah. Namun hal ini
memerlukan penelitian lebih lanjut mengingat masih sedikit penelitian yang
membahas pengaruh konsentrasi terhadap interaksi kombinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Selain dipengaruhi oleh konsentrasi, hasil interaksi diduga juga dapat
dipengaruhi oleh kesamaan target antara ekstrak tanaman dan antibiotik terhadap
bakteri. Pada penelitian Jayaraman et al. (2010), terjadi interaksi
additive/indifference antara senyawa fitokimia (protocatechuic acid, gallic acid,
quercetin dan myricetin) dengan trimethoprim yang diduga diakibatkan oleh
senyawa fitokimia tersebut berikatan pada dihydrofolate reductase (DFHR) yang
juga dihambat oleh trimethoprim. Kesamaan target menyebabkan penghambatan
kompetitif dan tidak terjadi penghambatan pada pertumbuhan bakteri. Kesamaan
target kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya interaksi additive/indifference
pada kombinasi. Hal ini membutuhkan pengujian lebih lanjut untuk menjelaskan
mekanisme terjadinya interaksi additive/indifference antara ekstrak etanol daun
kirinyu dan tetrasiklin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil time-kill test menunjukkan ekstrak etanol daun kirinyu menunjukkan
efek bakteriostatik (penurunan < 3 log10 CFU/mL), sedangkan tetrasiklin dan
kombinasi ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin menunjukkan efek
bakterisidal (penurunan ≥ 3 log10 CFU/mL) pada jam ke-8 dan 24 terhadap
pertumbuhan bakteri S. aureus. Interaksi yang dihasilkan antara ekstrak etanol daun
kirinyu dan antibiotik tetrasiklin adalah additive/indifference yang ditandai dengan
perubahan < 2 log10 CFU/mL dibandingkan tetrasiklin.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan time-kill test dengan
konsentrasi ekstrak etanol daun kirinyu dan tetrasiklin yang berbeda, karena diduga
dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda maka hasil interaksi yang
dihasilkan dapat berbeda. Konsentrasi yang dapat digunakan adalah 1 MIC.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri S. aureus yang
resisten terhadap tetrasiklin sehingga dapat mengamati efek ekstrak etanol daun
kirinyu dan tetrasiklin apakah dapat mengatasi resistensi pada bakteri. Selain itu
dapat dilakukan pengujian fitokimia pada ekstrak etanol daun kirinyu sehingga
kandungan fitokimia dalam ekstrak dapat diketahui dan dapat memperkirakan
kandungan fitokimia yang memiliki peran dalam aktivitas antibakteri ekstrak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
DAFTAR PUSTAKA
Adwan, G., and Mhanna, M., 2008. Synergistic Effects of Plant Extracts and
Antibiotics on Staphylococcus aureus Strains Isolated from Clinical
Specimens. Middle-East Journal of Scientific Research., 3 (3), 134-139.
Aiyegoro, O.A., Afolayan, A.J., and Okoh, A.I., 2009. Synergistic Interaction of
Helichrysum pedunculatum Leaf Extracts with Antibiotics Against Wound
Infection Associated Bacteria. Biol Res. 42 (3), 327-337.
Atikah, D. 2016. Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol Daun Gulma Siam
(Chromolaena odorata) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara, 46.
Balouiri, M., Sadiki, M., and Ibnsouda, K., 2016. Methods for In Vitro Evaluating
Antimicrobial Activity : A Review. Journal of Pharmaceutical Analysis.,
6 (2), 75.
Barbosa, C., Beardmore, R., Schulenburg, H., and Jansen, G., 2018. Antibiotic
Combination Efficacy (ACE) Networks for A Pseudomonas aeruginosa
Model. PLoS Biol. 16 (4), 1-25.
Basri, D.F., and Khairon, R., 2012. Pharmacodynamic Interaction of Quercus
infectoria Galls Extract in Combination with Vancomycin against MRSA
Using Microdilution Checkerboard and Time-Kill Assay. Evid Based
Complement Alternat Med., 2012, 1-5.
Chudobova, D., Dostalova, S., Blazkova, I., Michalek, P., Ruttkay-Nedecky, B.,
Sklenar, M., Nejdl, L., Kudr, J., Gumulec, J., Timejova, K., Konecna, M.,
Vaculovicova, M., Hynek, D., Masarik, M., Kynicky, J., Kizek, R., and
Adam, V., 2014. Effect of Ampicillin, Streptomycin, Penicillin and
Tetracycline on Metal Resistant and Non-Resistant Staphylococcus
aureus. Int. J. Environ. Res. Public Health., 11 (3), 3233-3255.
Clinical and Laboratory Standards Institute, 2014. M100-S24 – Performance
Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty-Fourth
Informational Supplement. Clinical and Laboratory Standards Institute,
74.
Cushnie, T.P.T., Lamb, A.J., 2005. Antimicrobial Activity of Flavonoids. Int. J.
Antimicrob. Agents. 26 (5), 343-356.
Departemen Kesehatan Repulik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 31-32.
Dougherty, T.J., and Pucci, M.J., 2012. Antibiotic Discovery and Development.
London : Springer Science+Business Media, 156.
Engelkirk, P.G., and Duben-Engelkirk, J., 2008. Laboratory Diagnosis of Infectious
Diseases : Essentials of Diagnostic Microbiology. Philadelphia : Lipincott
Williams & Wilkins, 168.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Eze, E.A., Oruche, N.E., and Eze, C.N., 2013. Interaction of The Extracts of Three
Medicinal Plants with Antibiotics Against Some Antibiotic Resistant
Bacteria. Sci. Res. Essays., 8 (28), 1360-1367.
Fang, M., Chen, J.H., Xu, X.L., Yang, P.H., and Hildebrand, H.F., 2006.
Antibacterial Activities of Inorganic Agents on Six Bacteria Associated
with Oral Infections by Two Susceptibility Tests. International Journal of
Antimicrobial Agents. 27 (6), 513-517.
Fauzana, D.L., 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
Reperkolasi Terhadap Rendemen Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.). Institut Pertanian Bogor. 32.
Febrianasari, F., 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kirinyu
(Chromolaena odorata) Terhadap Staphylococcus aureus. Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, 44-45.
Figueiredo, A.R., Campos, F., de Freitas, V., Hogg, T., and Couto, J.A., 2008.
Effect of Phenolic Aldehydes and Flavonoids on Growth and Inactivation
of Oenococcus oeni and Lactobacillus hilgardii. Food Microbiology., 25
(1), 105-112.
Griffin, M.O., Fricovsky, E., Ceballos, G., and Villarreal, F., 2010. Tetracyclines:
A Pleitropic Family of Compounds with Promising Therapeutic
Properties. Review of The Literature. Am J Physiol Cell Physiol., 299 (3),
539-548.
Hanphakphoom, S., Thophon, S., Waranusantigul, P., Kangwanrangsan, N., and
Krajangsang, S., 2016. Antimicrobial Activity of Chromolaena odorata
Extracts against Bacterial Human Skin Infections. Modern Applied
Science 10 (2), 159-171.
Hemaiswarya, S., Kruthiventi, A.K., and Doble, M., 2008. Synergism Between
Natural Products and Antibiotics Against Infectious Diseases.
Phytomedicine., 15 (8), 639-648.
Jayaraman, P., Sakharkar, M.K., Lim, C.S., Tang, T.H., and Sakharkar, K.R., 2010.
Activity and Interactions of Antibiotic and Phytochemical Combinations
Against Pseudomonas aeruginosa In Vitro. Int. J. Biol. Sci. 6 (6), 556-566.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Farmakope Herbal Indonesia.
Suplemen II. Edisi I. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
169-171.
Kurniawati, V.N.D., 2017. Uji Kombinasi Antibiotik Amoksisilin dengan Ekstrak
Metanol Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas
aeruginosa. Skripsi. Universitas Sanata Dharma, 16-18.
Levison, M.E., and Levison, J.H., 2009. Pharmacokinetics and Pharmacodynamics
of Antibacterial Agents. Infect Dis Clin North Am. 23 (4), 791-815.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lorian, V., 2005. Antibiotics in Laboratory Medicine. 5th Ed. Philadelphia :
Lipincott Williams & Wilkins, 373.
Magiorakos, A.P., Srinivasan, A., Carey, R.B., Falagas, M.E., Giske, C.G.,
Harbarth, S., Hindler, J.F., Kahlmeter, G., Olsson-Liljequist, B., Paterson,
D.L., Rice, L.B., Steeling, J., Struelens, M.J., Vatopoulos, A., Weber, J.T.,
and Monnet, D.L., 2012. Multidrug-Resistant, Extensively Drug-Resistant
and Pandrug-Resistant Bacteria: An International Expert Proposal for
Interim Standard Definitions for Acquired Resistance. Clin Microbiol
Infect., 18 (3), 268-281.
McCreath, S.D., and Delgoda, R., 2017. Pharmacognosy: Fundamentals,
Applications and Strategy. London : Elsevier. 93, 98.
Mondal, K.C., Bhargava, D., and Shivapuri, J.N., and Kar, S., 2012. In Vitro
Antigonorrhoeal Activity and Extraction of Chemical Constituents from
The Leaves of Chromolaena odorata (Lin.) Locally Known as
‘BANMARA’. International Journal of Chemical and Analytical Science.
3 (7), 1487-1495.
Pratiwi, S.U.T., 2015. Anti-microbial and Anti-biofilm Compounds from
Indonesian Medicinal Plants. Thesis. Leiden University. 54.
PubChem, 2019. Ethanol. National Institutes of Health (NIH) (Online),
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Ethanol. accessed 11 July
2019.
Quave, C.L., Plano, L.R.W., Pantuso, T., and Bennett, B.C., 2008. Effects of
Extracts from Italian Medicinal Plants on Planktonic Growth, Biofilm
Formation and Adherence of Methicillin-Resistant Staphylococcus
aureus. J. Ethnopharmacol. 118 (3), 418-428.
Rukayadi, Y., Lee, K., Han, S., Yong, D., and Hwang, J.K., 2009. In Vitro
Activities of Panduratin A against Clinical Staphylococcus Strains.
Antimicrobial Agents and Chemotherapy., 53 (10), 4529-4532.
Santosaningsih, D., Santoso, S., Budayanti, N.S., Suata, K., Lestari, E.S., Wahjono,
H., Djamal, A., Kuntaman, K., Belkum, A., Laurens, M., Snijders, S.V.,
Willemse-Erix, D., Goessens, W.H., Verbrugh, H.A., and Severin, J.A.,
2016. Characterisation of Clinical Staphylococcus aureus Isolates
Harbouring mecA or Panton–Valentine Leukocidin Genes from Four
Tertiary Care Hospitals in Indonesia. Tropical Medicine and International
Health., 21 (5), 610-618.
Santoso, A.R., dan Hartini, Y.S., 2018. Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak
Metanol Daun Sirih (Piper betle L.) dengan Ampisilin terhadap
Sthaphylococcus aureus. Kongres XX & Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2018, 1-5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Silva, L.V., Araujo, M.T., Santos, K.R., and Nunes, A.P., 2011. Evaluation of The
Synergistic Potential of Vancomycin Combined With Other Antimicrobial
Agents Against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus and
Coagulase-Negative Staphylococcus spp strains. Mem Inst Oswaldo Cruz.
106 (1), 44-50.
Tamo, S.P.B., Essama, S.H.R., and Etoa, F.X., 2016. Plants Used in Bandjoun
Village (La'Djo) to Cure Infectious Diseases: An Ethnopharmacology
Survey and in-vitro Time-Kill Assessment of Some of Them against
Escherichia coli. The Journal of Phytopharmacology 5 (2), 56-70.
Taylor, T.A., and Unakal, C.G., 2017. Staphylococcus aureus. StatPearls (Online),
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441868/. accessed 10 July 2019.
Wiegand, I., Hilpert, K., and Hancock, R.E.W., 2008. Agar and Broth Dilution
Methods to Determine The Minimal Inhibitory Concentration (MIC) of
Antimicrobial Substances. Nature Protocols., 3 (2), 163.
Willey, J.M., Sherwood, L.M., and Woolverton, C.J., 2008. Prescott, Harley, and
Klein’s Microbiology. 7th Ed. New York : McGraw-Hill Higher Education,
123-125, 151, 840-841.
Zusman, O., Avni, T., Leibovici, L., Adler, A., Friberg, L., Stergiopoulou, T.,
Carmeli, Y., and Paul, M., 2013. Systematic Review and Meta-Analysis of
In Vitro Synergy of Polymyxins and Carbapenems. Antimicrobial Agents
and Chemotherapy, 57 (10), 5104-5111.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Surat Determinasi Tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 2. Simplisia Kering Daun Kirinyu
Gambar 1. Simplisia Kering Daun Kirinyu
Lampiran 3. Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
Gambar 2. Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
Lampiran 4. Penetapan Kadar Air dengan Metode Destilasi Toluena
(a) (b)
Gambar 3. Penetapan Kadar Air (a) Volume Air Awal (b) Volume Air Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 5. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Gambar 4. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Perhitungan :
Kadar sari larut etanol= bobot ekstrak larutan
bobot simplisia x
100
20 x 100%
Replikasi 1
Kadar sari larut etanol= 0,1802 g
5 g x
100
20 x 100%
= 18,02%
Replikasi 2
Kadar sari larut etanol= 0,1813
5 g x
100
20 x 100%
= 18,13 %
Replikasi 3
Kadar sari larut etanol= 0,1805
5 g x
100
20 x 100%
= 18,05%
Rata-rata = (18,02 % + 18,13 % + 18,05 %) : 3
= 18,07 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 6. Sertifikat Kualitas Staphylococcus aureus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 7. Perlakuan pada 96-Well Plate
(A) (B)
(C) (D) (E) (F)
Gambar 5. Perlakuan pada 96-Well Plate
Keterangan : (A) = ekstrak etanol daun kirinyu; (B) = tetrasiklin; (C) = kontrol
pertumbuhan; (D) = kontrol negatif aquades; (E) = kontrol negatif DMSO; (F) =
kontrol media
Lampiran 8. Selisih Optical Density Penentuan MIC
Perlakuan Selisih OD x SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
KP 0.754 0.697 0.787 0.746 0.046
KN A 0,891 1,113 0,991 0,998 0,111
KN D 0.799 0.776 0.742 0.772 0.029
EEDK 4 -0.075 -0.007 -0.102 -0.061 0.049
EEDK 2 0.056 -0.001 -0.025 0.01 0.042
EEDK 1 0.081 0.048 0.05 0.060 0.019
EEDK 0,5 0.177 0.164 0.125 0.155 0.027
EEDK 0,25 0.432 0.438 0.437 0.436 0.003
EEDK 0,12 0.58 0.579 0.615 0.591 0.021
TET 16 0.002 0.007 0.003 0.004 0.003
TET 8 0.064 0.048 0.051 0.054 0.009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
TET 4 0.141 0.117 0.117 0.125 0.014
TET 2 0.16 0.178 0.172 0.17 0.009
TET 1 0.228 0.204 0.209 0.214 0.013
TET 0,5 0.258 0.268 0.221 0.249 0.025
Lampiran 9. Data Log Jumlah Bakteri Time-Kill Test
Perlakuan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 x SD
KP 0 4.290 4.267 4.276 4.278 0.011
KP 4 6.488 6.481 6.444 6.471 0.024
KP 8 7.294 7.301 7.262 7.286 0.021
KP 24 8.210 8.176 8.220 8.202 0.023
EEDK 0 4.255 4.210 4.258 4.241 0.027
EEDK 4 5.394 5.412 5.401 5.402 0.009
EEDK 8 5.653 5.663 5.643 5.653 0.010
EEDK 24 7.420 7.350 7.439 7.403 0.047
TET 0 4.238 4.161 4.299 4.233 0.069
TET 4 4.161 4.236 4.265 4.221 0.053
TET 8 4.173 4.155 4.243 4.191 0.046
TET 24 3.114 3.000 2.903 3.006 0.106
EEDK+TET 0 4.158 4.270 4.276 4.235 0.066
EEDK+TET 4 3.799 3.732 3.954 3.829 0.114
EEDK+TET 8 3.792 3.826 3.892 3.837 0.051
EEDK+TET 24 2.699 2.602 2.477 2.593 0.111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 10. Time-Kill Test Kontrol Pertumbuhan
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 6. Hasil Time-Kill Test Kontrol Pertumbuhan
Keterangan: (a) = kontrol pertumbuhan jam ke-0 konsentrasi 10-1; (b) = kontrol
pertumbuhan jam ke-4 konsentrasi 10-3; (c) = kontrol pertumbuhan jam ke-8
konsentrasi 10-4; (d) = kontrol pertumbuhan jam ke-24 konsentrasi 10-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 11. Time-Kill Test Perlakuan EEDK
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 7. Hasil Time-Kill Test Perlakuan EEDK
Keterangan: (a) = EEDK jam ke-0 konsentrasi 10-1; (b) = EEDK jam ke-4
konsentrasi 10-2; (c) = EEDK jam ke-8 konsentrasi 10-3; (d) = EEDK jam ke-24
konsentrasi 10-4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 12. Time-Kill Test Perlakuan TET
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 8. Hasil Time-Kill Test Perlakuan TET
Keterangan: (a) = TET jam ke-0 konsentrasi 10-1; (b) = TET jam ke-4 konsentrasi
10-1; (c) = TET jam ke-8 konsentrasi 10-1; (d) = TET jam ke-24 konsentrasi 10-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 13. Time-Kill Test Perlakun EEDK+TET
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 9. Hasil Time-Kill Test Perlakuan EEDK+TET
Keterangan: (a) = EEDK+TET jam ke-0 konsentrasi 10-1; (b) = EEDK+TET jam
ke-4 konsentrasi 10-1; (c) = EEDK+TET jam ke-8 konsentrasi 10-1; (d) =
EEDK+TET jam ke-24 konsentrasi 10-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 14. Kontrol Media, Kontrol NaCl dan Kontrol MHB Time-Kill
Test
(a) (b)
(c)
Gambar 10. Kontrol Media, Kontrol NaCl dan Kontrol MHB pada Time-Kill
Test
Keterangan : (a) = kontrol media; (b) = kontrol NaCl; (c) = kontol MHB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 15. Perhitungan Koloni dengan Scan Colony Counter Kontrol
Pertumbuhan
Gambar 11. Hasil Scan Colony Counter Kontrol Pertumbuhan
Lampiran 16. Perhitungan Koloni dengan Scan Colony Counter Perlakuan
EEDK
Gambar 12. Hasil Scan Colony Counter Perlakuan EEDK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 17. Perhitungan Koloni dengan Scan Colony Counter Perlakuan
TET
Gambar 13. Hasil Scan Colony Counter Perlakuan TET
Lampiran 18. Perhitungan Koloni dengan Scan Colony Counter Perlakuan
EEDK+TET
Gambar 14. Hasil Scan Colony Counter Perlakuan EEDK+TET
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 19. Kontrol Media, Kontrol NaCl pada Scan Colony Counter
Gambar 15. Hasil Scan Colony Counter Kontrol Media
Gambar 16. Hasil Scan Colony Counter Kontrol NaCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 20. Uji Statistika
Tests of Normality
Perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Log KP 0 .224 3 . .984 3 .762
KP 4 .331 3 . .866 3 .284
KP 8 .322 3 . .880 3 .323
KP 24 .302 3 . .910 3 .417
EEDK 0 .365 3 . .797 3 .107
EEDK 4 .225 3 . .984 3 .756
EEDK 8 .175 3 . 1.000 3 1.000
EEDK 24 .308 3 . .901 3 .390
TET 0 .197 3 . .996 3 .872
TET 4 .279 3 . .939 3 .522
TET 8 .312 3 . .896 3 .372
TET 24 .188 3 . .998 3 .911
EEDK+TET 0 .369 3 . .788 3 .086
EEDK+TET 4 .268 3 . .950 3 .570
EEDK+TET 8 .250 3 . .967 3 .651
EEDK+TET 24 .200 3 . .995 3 .861
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Log Based on Mean 2.307 15 32 .023
Based on Median 1.009 15 32 .470
Based on Median and with
adjusted df
1.009 15 14.883 .493
Based on trimmed mean 2.207 15 32 .030
ANOVA
Log
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 119.953 15 7.997 2202.483 .000
Within Groups .116 32 .004
Total 120.070 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Log
Tamhane
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
KP 0 KP 4 -2.193333* .015202 .000 -2.47165 -1.91502
KP 8 -3.008000* .013744 .000 -3.22570 -2.79030
KP 24 -3.924333* .014903 .000 -4.18962 -3.65905
EEDK 0 .036667 .016905 1.000 -.32076 .39409
EEDK 4 -1.124667* .008498 .000 -1.22335 -1.02598
EEDK 8 -1.375333* .008838 .000 -1.47299 -1.27767
EEDK 24 -3.125333* .027877 .004 -4.07851 -2.17216
TET 0 .045000 .040483 1.000 -1.60554 1.69554
TET 4 .057000 .031700 1.000 -1.11033 1.22433
TET 8 .087333 .027663 1.000 -.85382 1.02848
TET 24 1.272000 .061342 .220 -1.47803 4.02203
EEDK+TET 0 .043000 .038952 1.000 -1.52428 1.61028
EEDK+TET 4 .449333 .066082 .910 -2.54400 3.44267
EEDK+TET 8 .441000 .030109 .307 -.63741 1.51941
EEDK+TET 24 1.685000 .064603 .146 -1.23259 4.60259
KP 4 KP 0 2.193333* .015202 .000 1.91502 2.47165
KP 8 -.814667* .018178 .000 -1.01413 -.61521
KP 24 -1.731000* .019070 .000 -1.93582 -1.52618
EEDK 0 2.230000* .020672 .000 2.00316 2.45684
EEDK 4 1.068667* .014621 .003 .71910 1.41823
EEDK 8 .818000* .014821 .004 .49810 1.13790
EEDK 24 -.932000* .030310 .010 -1.46919 -.39481
TET 0 2.238333* .042195 .009 1.11020 3.36647
TET 4 2.250333* .033859 .002 1.55139 2.94927
TET 8 2.280667* .030113 .001 1.75190 2.80944
TET 24 3.465333* .062486 .020 1.20583 5.72483
EEDK+TET 0 2.236333* .040728 .008 1.18705 3.28562
EEDK+TET 4 2.642667* .067145 .045 .12333 5.16200
EEDK+TET 8 2.634333* .032375 .001 2.00515 3.26352
EEDK+TET 24 3.878333* .065690 .018 1.43999 6.31668
KP 8 KP 0 3.008000* .013744 .000 2.79030 3.22570
KP 4 .814667* .018178 .000 .61521 1.01413
KP 24 -.916333* .017929 .000 -1.11155 -.72111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
EEDK 0 3.044667* .019624 .000 2.81499 3.27434
EEDK 4 1.883333* .013098 .000 1.61012 2.15654
EEDK 8 1.632667* .013321 .000 1.38346 1.88188
EEDK 24 -.117333 .029605 .983 -.72378 .48911
TET 0 3.053000* .041692 .006 1.80910 4.29690
TET 4 3.065000* .033230 .002 2.27817 3.85183
TET 8 3.095333* .029403 .001 2.49846 3.69221
TET 24 4.280000* .062147 .014 1.89271 6.66729
EEDK+TET 0 3.051000* .040206 .005 1.88941 4.21259
EEDK+TET 4 3.457333* .066830 .029 .81226 6.10241
EEDK+TET 8 3.449000* .031716 .001 2.73920 4.15880
EEDK+TET 24 4.693000* .065367 .014 2.12819 7.25781
KP 24 KP 0 3.924333* .014903 .000 3.65905 4.18962
KP 4 1.731000* .019070 .000 1.52618 1.93582
KP 8 .916333* .017929 .000 .72111 1.11155
EEDK 0 3.961000* .020453 .000 3.73447 4.18753
EEDK 4 2.799667* .014310 .000 2.46612 3.13321
EEDK 8 2.549000* .014514 .000 2.24407 2.85393
EEDK 24 .799000* .030161 .017 .24921 1.34879
TET 0 3.969333* .042089 .003 2.81860 5.12007
TET 4 3.981333* .033726 .000 3.26594 4.69673
TET 8 4.011667* .029963 .000 3.47054 4.55280
TET 24 5.196333* .062413 .008 2.91073 7.48194
EEDK+TET 0 3.967333* .040617 .002 2.89625 5.03842
EEDK+TET 4 4.373667* .067078 .016 1.82851 6.91882
EEDK+TET 8 4.365333* .032235 .000 3.72122 5.00945
EEDK+TET 24 5.609333* .065621 .009 3.14506 8.07361
EEDK 0 KP 0 -.036667 .016905 1.000 -.39409 .32076
KP 4 -2.230000* .020672 .000 -2.45684 -2.00316
KP 8 -3.044667* .019624 .000 -3.27434 -2.81499
KP 24 -3.961000* .020453 .000 -4.18753 -3.73447
EEDK 4 -1.161333* .016384 .005 -1.60461 -.71805
EEDK 8 -1.412000* .016563 .002 -1.82068 -1.00332
EEDK 24 -3.162000* .031198 .000 -3.64084 -2.68316
TET 0 .008333 .042838 1.000 -1.00228 1.01895
TET 4 .020333 .034657 1.000 -.59865 .63932
TET 8 .050667 .031007 1.000 -.42103 .52236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
TET 24 1.235333 .062921 .158 -.87760 3.34827
EEDK+TET 0 .006333 .041394 1.000 -.93065 .94332
EEDK+TET 4 .412667 .067551 .910 -1.96025 2.78558
EEDK+TET 8 .404333 .033208 .126 -.15358 .96224
EEDK+TET 24 1.648333 .066104 .101 -.64340 3.94007
EEDK 4 KP 0 1.124667* .008498 .000 1.02598 1.22335
KP 4 -1.068667* .014621 .003 -1.41823 -.71910
KP 8 -1.883333* .013098 .000 -2.15654 -1.61012
KP 24 -2.799667* .014310 .000 -3.13321 -2.46612
EEDK 0 1.161333* .016384 .005 .71805 1.60461
EEDK 8 -.250667* .007796 .001 -.33540 -.16593
EEDK 24 -2.000667* .027564 .013 -3.06697 -.93437
TET 0 1.169667 .040269 .111 -.57993 2.91926
TET 4 1.181667 .031425 .059 -.09597 2.45930
TET 8 1.212000* .027348 .037 .15765 2.26635
TET 24 2.396667 .061201 .069 -.42731 5.22064
EEDK+TET 0 1.167667 .038728 .102 -.50078 2.83611
EEDK+TET 4 1.574000 .065951 .179 -1.48889 4.63689
EEDK+TET 8 1.565667* .029820 .028 .37548 2.75585
EEDK+TET 24 2.809667 .064469 .056 -.17880 5.79814
EEDK 8 KP 0 1.375333* .008838 .000 1.27767 1.47299
KP 4 -.818000* .014821 .004 -1.13790 -.49810
KP 8 -1.632667* .013321 .000 -1.88188 -1.38346
KP 24 -2.549000* .014514 .000 -2.85393 -2.24407
EEDK 0 1.412000* .016563 .002 1.00332 1.82068
EEDK 4 .250667* .007796 .001 .16593 .33540
EEDK 24 -1.750000* .027671 .016 -2.77501 -.72499
TET 0 1.420333 .040342 .073 -.29439 3.13506
TET 4 1.432333* .031519 .037 .19435 2.67031
TET 8 1.462667* .027455 .023 .44967 2.47566
TET 24 2.647333 .061249 .056 -.15112 5.44579
EEDK+TET 0 1.418333 .038804 .067 -.21440 3.05107
EEDK+TET 4 1.824667 .065996 .134 -1.21427 4.86360
EEDK+TET 8 1.816333* .029918 .019 .66656 2.96611
EEDK+TET 24 3.060333* .064514 .047 .09629 6.02437
EEDK 24 KP 0 3.125333* .027877 .004 2.17216 4.07851
KP 4 .932000* .030310 .010 .39481 1.46919
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
KP 8 .117333 .029605 .983 -.48911 .72378
KP 24 -.799000* .030161 .017 -1.34879 -.24921
EEDK 0 3.162000* .031198 .000 2.68316 3.64084
EEDK 4 2.000667* .027564 .013 .93437 3.06697
EEDK 8 1.750000* .027671 .016 .72499 2.77501
TET 0 3.170333* .048233 .000 2.54449 3.79618
TET 4 3.182333* .041139 .000 2.72983 3.63484
TET 8 3.212667* .038115 .000 2.80360 3.62174
TET 24 4.397333* .066712 .002 3.03145 5.76321
EEDK+TET 0 3.168333* .046955 .000 2.57970 3.75696
EEDK+TET 4 3.574667* .071095 .006 1.99468 5.15466
EEDK+TET 8 3.566333* .039926 .000 3.13401 3.99866
EEDK+TET 24 4.810333* .069722 .002 3.29849 6.32218
TET 0 KP 0 -.045000 .040483 1.000 -1.69554 1.60554
KP 4 -2.238333* .042195 .009 -3.36647 -1.11020
KP 8 -3.053000* .041692 .006 -4.29690 -1.80910
KP 24 -3.969333* .042089 .003 -5.12007 -2.81860
EEDK 0 -.008333 .042838 1.000 -1.01895 1.00228
EEDK 4 -1.169667 .040269 .111 -2.91926 .57993
EEDK 8 -1.420333 .040342 .073 -3.13506 .29439
EEDK 24 -3.170333* .048233 .000 -3.79618 -2.54449
TET 4 .012000 .050539 1.000 -.57812 .60212
TET 8 .042333 .048110 1.000 -.58656 .67123
TET 24 1.227000* .072885 .023 .25055 2.20345
EEDK+TET 0 -.002000 .055376 1.000 -.59754 .59354
EEDK+TET 4 .404333 .076917 .719 -.70659 1.51525
EEDK+TET 8 .396000 .049557 .203 -.20498 .99698
EEDK+TET 24 1.640000* .075650 .012 .57281 2.70719
TET 4 KP 0 -.057000 .031700 1.000 -1.22433 1.11033
KP 4 -2.250333* .033859 .002 -2.94927 -1.55139
KP 8 -3.065000* .033230 .002 -3.85183 -2.27817
KP 24 -3.981333* .033726 .000 -4.69673 -3.26594
EEDK 0 -.020333 .034657 1.000 -.63932 .59865
EEDK 4 -1.181667 .031425 .059 -2.45930 .09597
EEDK 8 -1.432333* .031519 .037 -2.67031 -.19435
EEDK 24 -3.182333* .041139 .000 -3.63484 -2.72983
TET 0 -.012000 .050539 1.000 -.60212 .57812
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
TET 8 .030333 .040995 1.000 -.42195 .48262
TET 24 1.215000* .068398 .048 .01288 2.41712
EEDK+TET 0 -.014000 .049321 1.000 -.57636 .54836
EEDK+TET 4 .392333 .072679 .821 -.99881 1.78347
EEDK+TET 8 .384000 .042684 .098 -.07587 .84387
EEDK+TET 24 1.628000* .071336 .028 .29744 2.95856
TET 8 KP 0 -.087333 .027663 1.000 -1.02848 .85382
KP 4 -2.280667* .030113 .001 -2.80944 -1.75190
KP 8 -3.095333* .029403 .001 -3.69221 -2.49846
KP 24 -4.011667* .029963 .000 -4.55280 -3.47054
EEDK 0 -.050667 .031007 1.000 -.52236 .42103
EEDK 4 -1.212000* .027348 .037 -2.26635 -.15765
EEDK 8 -1.462667* .027455 .023 -2.47566 -.44967
EEDK 24 -3.212667* .038115 .000 -3.62174 -2.80360
TET 0 -.042333 .048110 1.000 -.67123 .58656
TET 4 -.030333 .040995 1.000 -.48262 .42195
TET 24 1.184667 .066622 .074 -.19180 2.56113
EEDK+TET 0 -.044333 .046828 1.000 -.63543 .54676
EEDK+TET 4 .362000 .071011 .907 -1.22994 1.95394
EEDK+TET 8 .353667 .039777 .104 -.07786 .78519
EEDK+TET 24 1.597667* .069636 .044 .07428 3.12106
TET 24 KP 0 -1.272000 .061342 .220 -4.02203 1.47803
KP 4 -3.465333* .062486 .020 -5.72483 -1.20583
KP 8 -4.280000* .062147 .014 -6.66729 -1.89271
KP 24 -5.196333* .062413 .008 -7.48194 -2.91073
EEDK 0 -1.235333 .062921 .158 -3.34827 .87760
EEDK 4 -2.396667 .061201 .069 -5.22064 .42731
EEDK 8 -2.647333 .061249 .056 -5.44579 .15112
EEDK 24 -4.397333* .066712 .002 -5.76321 -3.03145
TET 0 -1.227000* .072885 .023 -2.20345 -.25055
TET 4 -1.215000* .068398 .048 -2.41712 -.01288
TET 8 -1.184667 .066622 .074 -2.56113 .19180
EEDK+TET 0 -1.229000* .072046 .026 -2.23240 -.22560
EEDK+TET 4 -.822667 .089667 .092 -1.79234 .14700
EEDK+TET 8 -.831000 .067675 .156 -2.09561 .43361
EEDK+TET 24 .413000 .088583 .687 -.54116 1.36716
EEDK+TET 0 KP 0 -.043000 .038952 1.000 -1.61028 1.52428
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
KP 4 -2.236333* .040728 .008 -3.28562 -1.18705
KP 8 -3.051000* .040206 .005 -4.21259 -1.88941
KP 24 -3.967333* .040617 .002 -5.03842 -2.89625
EEDK 0 -.006333 .041394 1.000 -.94332 .93065
EEDK 4 -1.167667 .038728 .102 -2.83611 .50078
EEDK 8 -1.418333 .038804 .067 -3.05107 .21440
EEDK 24 -3.168333* .046955 .000 -3.75696 -2.57970
TET 0 .002000 .055376 1.000 -.59354 .59754
TET 4 .014000 .049321 1.000 -.54836 .57636
TET 8 .044333 .046828 1.000 -.54676 .63543
TET 24 1.229000* .072046 .026 .22560 2.23240
EEDK+TET 4 .406333 .076122 .725 -.74032 1.55299
EEDK+TET 8 .398000 .048314 .172 -.17149 .96749
EEDK+TET 24 1.642000* .074841 .014 .54182 2.74218
EEDK+TET 4 KP 0 -.449333 .066082 .910 -3.44267 2.54400
KP 4 -2.642667* .067145 .045 -5.16200 -.12333
KP 8 -3.457333* .066830 .029 -6.10241 -.81226
KP 24 -4.373667* .067078 .016 -6.91882 -1.82851
EEDK 0 -.412667 .067551 .910 -2.78558 1.96025
EEDK 4 -1.574000 .065951 .179 -4.63689 1.48889
EEDK 8 -1.824667 .065996 .134 -4.86360 1.21427
EEDK 24 -3.574667* .071095 .006 -5.15466 -1.99468
TET 0 -.404333 .076917 .719 -1.51525 .70659
TET 4 -.392333 .072679 .821 -1.78347 .99881
TET 8 -.362000 .071011 .907 -1.95394 1.22994
TET 24 .822667 .089667 .092 -.14700 1.79234
EEDK+TET 0 -.406333 .076122 .725 -1.55299 .74032
EEDK+TET 8 -.008333 .071999 1.000 -1.47250 1.45583
EEDK+TET 24 1.235667* .091929 .021 .24844 2.22290
EEDK+TET 8 KP 0 -.441000 .030109 .307 -1.51941 .63741
KP 4 -2.634333* .032375 .001 -3.26352 -2.00515
KP 8 -3.449000* .031716 .001 -4.15880 -2.73920
KP 24 -4.365333* .032235 .000 -5.00945 -3.72122
EEDK 0 -.404333 .033208 .126 -.96224 .15358
EEDK 4 -1.565667* .029820 .028 -2.75585 -.37548
EEDK 8 -1.816333* .029918 .019 -2.96611 -.66656
EEDK 24 -3.566333* .039926 .000 -3.99866 -3.13401
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
TET 0 -.396000 .049557 .203 -.99698 .20498
TET 4 -.384000 .042684 .098 -.84387 .07587
TET 8 -.353667 .039777 .104 -.78519 .07786
TET 24 .831000 .067675 .156 -.43361 2.09561
EEDK+TET 0 -.398000 .048314 .172 -.96749 .17149
EEDK+TET 4 .008333 .071999 1.000 -1.45583 1.47250
EEDK+TET 24 1.244000 .070644 .069 -.15639 2.64439
EEDK+TET 24 KP 0 -1.685000 .064603 .146 -4.60259 1.23259
KP 4 -3.878333* .065690 .018 -6.31668 -1.43999
KP 8 -4.693000* .065367 .014 -7.25781 -2.12819
KP 24 -5.609333* .065621 .009 -8.07361 -3.14506
EEDK 0 -1.648333 .066104 .101 -3.94007 .64340
EEDK 4 -2.809667 .064469 .056 -5.79814 .17880
EEDK 8 -3.060333* .064514 .047 -6.02437 -.09629
EEDK 24 -4.810333* .069722 .002 -6.32218 -3.29849
TET 0 -1.640000* .075650 .012 -2.70719 -.57281
TET 4 -1.628000* .071336 .028 -2.95856 -.29744
TET 8 -1.597667* .069636 .044 -3.12106 -.07428
TET 24 -.413000 .088583 .687 -1.36716 .54116
EEDK+TET 0 -1.642000* .074841 .014 -2.74218 -.54182
EEDK+TET 4 -1.235667* .091929 .021 -2.22290 -.24844
EEDK+TET 8 -1.244000 .070644 .069 -2.64439 .15639
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lampiran 21. Surat Keterangan Analisis Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Etanol
Daun Kirinyu (Chromolaena odorata (L.) (Asteraceae))
dan Antibiotik Tetrasiklin Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus” bernama Veronica
Natasya, lahir di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 24
Januari 1997. Penulis akrab dipanggil Vero yang
merupakan anak tunggal dari pasangan Herman Rusli dan
Anna Ursula. Penulis mengawali masa Pendidikan di TK
Dian Emas Bandung (2001-2003), SD Maria Bintang
Laut Bandung (2003-2009), SMP Waringin Bandung (2009-2012) dan SMA
Trinitas Bandung (2012-2015). Penulis melanjutkan Pendidikan sarjana di Program
Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif dalam kegiatan antara lain tergabung
dalam kepanitiaan di kampus sebagai anggota divisi Table dan Operator kegiatan
Farmasi 3 On 3 (2015), anggota divisi Table dan Operator kegiatan PEPTIDA
(2016), anggota divisi Dana dan Usaha kegiatan World No Tobacco Day (2016),
koordinator divisi Dana dan Usaha FACTION (2016), koordinator divisi Publikasi
dan Dokumentasi kegiatan Pharmacy Performance (2017). Penulis juga menjadi
asisten dosen mata kuliah Mikrobiologi Farmasi (2017-2018) dan asisten dosen
mata kuliah Biologi Sel dan Molekuler (2017-2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI