bab ii kajian pustaka -...

18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar Matematika. 2.1.1 Hakikat Matematika Menurut Hudoyo (2003:24), “Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir”. Sedangkan menurut James yang dikutip oleh Erman Suherman (dalam Putra:2013) menyatakan bahwa “Matematika adalah ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri”. Dalam pembelajaran Matematika, guru harus berhati-hati dalam menanamkan konsep-konsep Matematika karena cara berfikir siswa SD masih dalam tahap operasi konkret. Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252) "Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan- hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir". Sedangkan menurut Paling (dalam Hadi Muttaqin Hasyim: 2009) menyatakan bahwa: Matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan.

Upload: lamthuy

Post on 24-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori

Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang

mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek

yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda.

Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan hasil belajar Matematika.

2.1.1 Hakikat Matematika

Menurut Hudoyo (2003:24), “Matematika merupakan suatu alat untuk

mengembangkan cara berfikir”. Sedangkan menurut James yang dikutip oleh

Erman Suherman (dalam Putra:2013) menyatakan bahwa “Matematika adalah

ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi

ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri”. Dalam pembelajaran

Matematika, guru harus berhati-hati dalam menanamkan konsep-konsep

Matematika karena cara berfikir siswa SD masih dalam tahap operasi konkret.

Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252) "Matematika

adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-

hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan berpikir". Sedangkan menurut Paling (dalam Hadi Muttaqin

Hasyim: 2009) menyatakan bahwa:

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

7

Selanjutnya Soedjadi (2000: 11) menyatakan bahwa ada beberapa definisi

atau pengertian Matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu

sebagai berikut:

a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara

sistematik

b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi

c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan

dengan bilangan.

d) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang

ruang dan bentuk.

e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic

f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Simpulan hakikat Matematika dari pendapat yang dipaparkan oleh ahli di

atas adalah suatu ilmu pengetahuan yang berfungsi mengembangkan cara berfikir

seseorang dalam mempelajari bentuk, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya dengan bahasa simbolis untuk menemukan

suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-

hari.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan dari Mata Pelajaran Matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar

diantaranya adalah: (1) agar siswa dapat memahami konsep Matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2)

siswa dapat menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan Matematika, (3) siswa dapat memecahkan masalah yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika,

menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) siswa dapat

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) siswa memiliki sikap

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

8

menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin

tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari Matematika sifat-sifat ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah. (kurikulum tingkat satuan pendidikan

2006 SD).

Selanjutnya GBPP (dalam Soedjadi 2000: 43) mengemukakan beberapa

tujuan khusus pengajaran Matematika di Sekolah Dasar, yaitu:

a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan

bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui

kegiatan Matematika.

c. Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal belajar lebih

lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

2.1.3 Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika

Ciri-ciri pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar menurut John A. Van

De Walle, (2008: 6) yaitu:

1) Pembelajaran Matematika menggunakan metode spiral

Pendekatan spiral dalam pembelajaran Matematika merupakan pendekatan

dimana pembelajaran konsep atau suatu topik Matematika selalu mengaitkan

atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.

2) Pembelajaran Matematika bertahap materi

Materi pembelajaran Matematika diajarkan secara bertahap yang dimulai dari

konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep lebih sulit.

3) Pembelajaran Matematika menggunakan metode induktif

Sesuai dengan tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran

Matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

4) Pembelajaran Matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran Matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada

pertentangan antara kebenaran yang satu dengan yang lainnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

9

5) Pembelajaran Matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran secara bermakna merupakan cara pengajaran materi

pembelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan.

2.1.4 Hakikat Hasil Belajar

Sudjana (2009:22) mengemukakan “Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman dari proses belajar

mengajar”. Sedangkan menurut (Oemar Hamalik 2006:30, dalam indra 2009)

“Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah

laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti”.

Berhubungan dengan kegiatan belajar di sekolah W.S. Winkel (dalam Tarry

2010) mengemukakan bahwa “Hasil belajar siswa merupakan prestasi belajar

berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan

instuksional. Hasil belajar itu mengacu pada tujuan instruksional dari pelajaran

dan tujuan instruksional itu merupakan tolak ukur yang terus dicapai oleh siswa”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuam, sikap dan cita-cita siswa setelah

siswa tersebut mengalami aktivitas belajar yang mengacu pada tujuan

instruksional dari pelajaran.

Selanjutnya Horwart Kingsley membagi tiga macam hasil belajar mengajar

yaitu: (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b) Pengetahuan dan pengarahan, (c) Sikap

dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne, terdapat lima katagori hasil belajar,

yakni a) informasi verbal, b) keterampilan intelektual, c) strategi kognitif, d)

sikap, dan e) keterampilan motoris (Sudjana, 2009:22).

2.1.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Slameto (2010:54) menerangkan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi hasil

belajar adalah:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

10

1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu

(Intern), yang meliputi :

a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan.

Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil

prestasi belajar.

b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta

perhatian ingatan berfikir.

c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan

jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta

mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk

mengahsilkan sesuatu akan hilang.

2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor ekstern, yang

meliputi:

a. Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi

bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.

b. Faktor Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru

dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.

c. Faktor Masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat

mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah

lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong

untuk lebih giat belajar.

Sejalan dengan pendapat di atas, ahli lain menjelaskan bahwa “Faktor yang

mempengaruhi pencapaian hasil belajar berasal dari (a) dalam diri (internal),

antara lain: kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi serta cara belajar. (b) luar

diri (eksternal), antara lain: keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar”

(H. Djaali, 2008:100 dalam Aniendriani 2011).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

11

2.1.4.2 Aspek Hasil Belajar

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor

(Sudjana, 2009:22). Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian.

b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab

atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau

kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Ketiga kategori ranah tersebut menjadi dasar penilaian hasil belajar. Dalam

hal ini, kategori ranah kognitif yang sering digunakan oleh guru untuk menilai

hasil belajar, karena ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan siswa

menguasai pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Meskipun demikian ranah

afektif dan psikomotor juga tetap berperan dalam penilaian hasil belajar siswa.

2.1.5 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berasal dari kata

cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau tim.

Menurut Sanjaya, Wina (2011:242) “Pembelajaran kooperatif merupakan

suatu model pembelajaran yang menggunakan model pengelompokkan antar 4-6

siswa yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,

atau suku yang berbeda (heterogen)”. Sedangkan, menurut Slavin (2009:103)

“Pembelajaran kooperatif adalah suatu solusi terhadap masalah meniadakan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

12

kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa

dari latar belakang etnik yang berbeda”.

“Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”

(Nurulhayati, 2002:25 dalam Rusman 2012:203). Selanjutnya (Tom V. Savage,

1987:217 dalam Rusman 2012:203) mengemukakan bahwa “Cooperative

learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerjasama salam kelompok”.

“Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang

menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan

saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah” (Muslim Ibrahim,

2003:3)

Simpulan dari pendapat beberapa ahli tentang pembelajaran kooperatif yaitu

suatu pembelajaran yang dalam pelaksanaan pembelajaran siswa dibagi menjadi

kelompok-kelompok kecil dengan anggota kelompok yang mempunyai jenis

kelamin, kemampuan akademik, latar belakang dan suku yang berbeda untuk

saling berinteraksi, bekerjasama dan saling membantu antar siswa.

Nurulhayati, (2002:25-28 dalam Rusman 2012:204), mengemukakan lima

unsur dasar model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif,

(2) pertanggungjawaban individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka,

dan (5) evaluasi proses kelompok. Senada dengan penjalasan tersebut Siahaan

(2005:2 dalam Rusman 2012:205) mengutarakan lima unsur essensial yang

ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) saling ketergantungan yang

positif, (b) interaksi berhadapan (face to-face interaction), (c) tanggung jawab

individu (individual responsibility), (d) keterampilan sosial (social skill), (e)

terjadi proses dalam kelompok (group processing).

Model pembalajaran kooperatif perlu diterapkan di sekolah karena dalam

kegiatan belajar siswa sering bersifat individualisme. Siswa cenderung

mementingkan diri sendiri, bekerja secara individu, tidak bersikap terbuka

terhadap teman, bergaul hanya dengan siswa tertentu, dan selalu ingin menang

sendiri. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif perlu diterapkan dalam

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

13

pembelajaran agar siswa tidak egois, dapat bekerja sama dengan teman dan dapat

menghargai orang lain.

2.1.6 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Setiap strategi pembelajaran mempunyai ciri masing-masing yang

membedakan dengan yang lainnya. Proses pembelajaran pada kooperatif lebih

menekankan pada kerja sama kelompok, hal ini yang menyebabkan kooperatif

berbeda dengan yang lainnya. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rusman

(2012:207) adalah:

a) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim harus

mampu membuat seluruh anggotanya belajar. Setiap anggota tim harus saling

membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen ini mempunyai tiga fungsi yaitu: sebagai perencanaan, sebagai

organisasi, dan sebagai kontrol.

c) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok. Tanpa kerjasama yang baik antar siswa dalam satu kelompok,

pembelajaran kooperatif tidak dapat berhasil maksimal.

d) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran secara berkelompok. Dalam hal ini siswa didorong untuk

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota satu tim.

2.1.7 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008 dalam Rusman 2012:212) ada

lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu solusi tugas sangat

tergantung pada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompok. Oleh sebab

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

14

itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan solusi tugas

kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota, dengan

demikian semua anggota dalam kelompok akan merasa saling

ketergantungan.

2) Tanggung jawab tunggal

Yaitu keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap

anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan

dalam kelompok tersebut.

3) Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada

setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan

diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota kelompok

lain.

4) Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok

Pemebalajaran kooperatif menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasill kerja sama mereka, agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

2.1.8 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif akan berhasil dengan baik dalam proses

pembelajaran apabila sesuai dengan langkah-langkah dan dapat terampil dalam

menjalankan model pembelajaran ini. Ada enam tahap pembelajaran kooperatif

yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

15

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah laku guru

Tahap-1 Menyampaikan tujuan dan motivasi

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Tahap-2 Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Tahap-3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan membentu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Tahap-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok

Sumber: Rusman 2009:211

2.1.9 Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Ibrahim, dkk. (2000:20 dalam Rini 2012) menyatakan bahwa “STAD

dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di universitas John

Hopkin. STAD merupakan model yang paling baik digunakan oleh guru yang baru

menggunakan model kooperatf”. Dalam model pembelajaran STAD, siswa akan

dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari empat siswa yang memiliki

kemampuan, jenis kelamin dan suku yang berbeda-beda. Guru merupakan

fasilitator dalam pembelaajran, tugas siswa dalam kelompok adalah memastikan

semua anggotanya menguasai pelajaran yang diajarkan guru dengan baik karena

pada akhir pembelajaran semua siswa akan mengerjakan kuis individu tentang

materi yang telah diajarkan.

Slavin memaparkan bahwa gagasan utama dalam model pembelajaran

STAD adalah model pembelajaran STAD dapat memacu siswa agar saling

mendorong dan membantu siswa yang satu dan lainnya untuk menguasai

keterampilan yang diajarkan oleh guru.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

16

Menurut Slavin (2009:143), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu

presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

a) Presentasi kelas

Materi diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas yang dilakukan oleh

guru. Hal ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan

atau diskusi pelajaran.

b) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang anggotanya berasal dari tingkat

akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas yang berbeda. Fungsi utama tim

adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih

khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk dapat mengerjakan

kuis dengan baik setelah kegiatan kelompok berlangsung. Setelah guru

menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan

atau materi lainnya. Tim adalah komponen yang paling penting dalam STAD.

Hal yang ditekankan pada tim adalah membuat semua anggota tim melakukan

yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk

membantu tiap anggotanya.

c) Kuis

Setelah guru memberikan presentasi, siswa akan mengerjakan kuis individual.

Dalah hal ini siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dan

mengerjakan kuis. Sehingga, setiap siswa bertanggung jawab secara individual

untuk memahami materi yang telah diajarkan oleh guru.

d) Skor Kemajuan Individual

Hal penting dalam menerapkan skor kemajuan individual adalah untuk

memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka

bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya.

Setiap siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan skor

kemajuan individu. Skor kemajuan ini berdasarkan skor awal yang diperoleh

dari rata-rata kinerja siswa sebelum diadakan kuis. Poin yang dikumpulkan

oleh tiap siswa kemudian dijumlahkan menjadi skor tim.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

17

e) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila

skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga

digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

2.1.9.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran STAD

Suatu model pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan

sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tersebut. Langkah-langkah

model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Rusman (2012:215) yaitu:

a. Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

b. Pembagian kelompok

Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya

terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas.

c. Presentasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan

tujuan pelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa. Di dalam proses

pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah

nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan

lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi.

e. Kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang

dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja

masing-masing kelompok.

f. Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan

angka dengan rentang 0-100. Untuk kelompok yang memperoleh skor

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

18

tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru berupa sertifikat.

Pemberian penghargaan dari guru dengan melakukan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

1) Menghitung skor individu

Skor individu diperoleh dari poin kemajuan yang dikumpulkan siswa untuk

tim mereka berdasarkan tingkat di mana skor kuis mereka melampaui skor

awal. Tujuan dari skor awal dan poin kemajuan adalah agar siswa

memebrikan poin maksimum bagi kelompok mereka.

Tabel 2.2 Skor Kemajuan Individual

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

Sumber: Slavin (2005:159)

Hasil dari kuis individu yang dijadikan skor kemajuan untuk dikumpulkan

menjadi skor tim dicatat dengan menggunakan tabel berikut:

Tabel 2.3 Lembar Skor Kuis Individu

Siswa

Tanggal: Tanggal: Tanggal: Kuis: Kuis: Kuis: Skor dasar

Skor kuis

Poin kema-juan

Skor dasar

Skor kuis

Poin kema-juan

Skor dasar

Skor kuis

Poin kema-juan

Sumber: Slavin (2005:162)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

19

2) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dari menjumlahkan skor perkembangan anggota

kelompok dan kemudian dirata-rata. Sesuai dengan rata-rata skor

perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok yang dapat dilihat pada

tabel 2.4:

Tabel 2.4 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

0 ≤ N ≤ 5 - 6 ≤ N ≤ 15 Tim baik (Good Team)

16 ≤ N ≤ 20 Tim hebat (Great Team) 21 ≤ N ≤ 30 Tim super (Super Team)

Sumber: Rusman (2012:216)

2.1.9.2 Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD

Menurut Yurisa (2010 dalam Nico) kelebihan model pembelajaran STAD

adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kecakapan individu.

b. Meningkatkan kecakapan kelompok.

c. Meningkatkan komitmen.

d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya.

e. Tidak bersifat kompetitif.

f. Tidak memiliki rasa dendam.

2.1.9.3 Implementasi model STAD dalam Pembelajaran Matematika

Implementasi model STAD dalam pembelajaran Matematika adalah sebagai

berikut:

a. Apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan

dengan materi yang dipelajari sebelumnya.

b. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk mengikuti pelajaran

c. Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran Matematika yang akan

dilakukan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

20

d. Guru membagi siswa dalam 4 atau 5 kelompok.

e. Guru menyampaikan materi pelajaran Matematika.

f. Guru mengenalkan alat peraga.

g. Siswa diberi LKS dan melakukan diskusi kelompok.

h. Guru membimbing kegiatan disukusi kelompok.

i. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan diskusi kelompok.

j. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal

yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari.

k. Guru mengadakan kuis secara individu.

l. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

m. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai

yang paling tinggi.

2.2.Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Siswatin, Nunung Maemunah (2012),

dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Student Teams-Achievment Division (STAD) bagi Siswa Kelas IV

SD Puri 01 Kecamatan Pati Kabupaten Pati Semester I/2011-2012. Dari hasil

analisis menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil

peningkatan setiap siklus dan kondisi awal. Pada kondisi awal rata-rata hasil

belajar siswa sebesar 57,1. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66,7.

Rata-rata hasil belajar pada siklus 2 sebesar sebesar 68,8. Dengan kata lain hasil

belajar siswa pada kondisi awal berada pada kategori rendah dan pada siklus I

hasil belajar pada kategori sedang, dan pada siklus 2 hasil belajar siswa walaupun

tidak termasuk kategori tinggi tetapi mengalami peningkatan dari hasil siklus I.

Penelitian yang dilakukan oleh Guntari, Heri Tri (2012) dengan judul

Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD dengan Menggunakan Media Kongkrit Pada Siswa Kelas II SD Negeri 12

Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun

Pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

21

pada siklus I diperoleh dari tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I

dengan ketuntasan klasikal 71% atau 41 siswa yang tuntas, meningkat pada siklus

2 yaitu ketuntasan klasikal belajar siswa mencapai 90% atau 52 siswa tuntas.

Penelitian yang dilakukan oleh Tanti, Mey Syaroh Lies (2011) dengan judul

Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Model STAD

(Student Teams-Achievment Division) dengan Media Manik-Manik Pada Siswa

Kelas II SDN Sumur 03 Semester I/2011-2012. Hasil penelitian ini membuktikan

bahwa prosentase hasil belajar dalam pembelajaran meningkat. Peningkatan ini

dapat dilihat dari hasil evaluasi rata-rata kelas 58,5 pada pra siklus menjadi 70,5

pada siklus I dan 83 pada siklus II. Ketuntasan belajar klasikal dari 35% pada pra

siklus menjadi 80% pada siklus I dan 90% pada siklus II. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penerapan model stad(Student Teams-Achievment Division)

di SDN Sumur 03 kelas II dapat ditingkatkan. Hasil penelitian dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menerapkan model STAD

(Student Teams-Achievment Division) dengan media manik-manik pada siswa

kelas II SDN Sumur 03 Semester I/2011-2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami, Ning Asih (2011) dengan judul

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SDN 1 Tlogo, Kec.

Sukoharjo, Kab. Wonosobo Semseter II Tahun Pelajaran 2010/2011. Penggunaan

model pembelajaraan kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran melalui

penelitian tindakan kelas ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa,

khususnya materi pecahan di kelas V SDN 1 Tlogo, kec. Sukoharjo, kab.

Wonosobo. Pada awal pembelajaran siklus 1 diadakan preetes dengan nilai rata-

rata 54,4. Setelah diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

stad pada siklus 1 diadakan evaluasi nilai rata-rata kelas naik menjadi 70,1. Dan

pada siklus 2 nilai rata-rata naik lagi menjadi 78,5. Dengan adanya kenaikan nilai

rata-rata pada setiap siklus di atas indikator kinerja adalah 60, maka dapat

disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya materi pecahan di kelas V SDN 1

Tlogo, Kec. Sukoharjo, Kab. Wonosobo.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

22

Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan beberapa penelitian di

atas adalah intrumen yang digunakan yaitu sama-sama berupa tes dan non tes.

Sedangkan perbedaan terletak pada masalah, tujuan, tindakan, variabel dan

subyek penelitian.

2.3.Kerangka Pikir

Tujuan pembelajaran pada prinsipnya dapat dicapai secara maksimal jika

guru memahami dengan baik komponen-komponen pembelajaran terutama

penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik

siswa. Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

abstrak, kurang disukai siswa dan terkesan menakutkan. Oleh karena itu, guru

sebaiknya dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar hasil belajar

siswa meningkat.

Pembelajaran yang baik adalah terlibatnya siswa selama proses belajar

mengajar. Hal ini dapat dibangkitkan melalui model pembelajaran STAD karena

dalam pelaksanaannya, siswa dilatih untuk belajar mandiri melalui kerja

kelompok, diskusi dan presentasi dari tugas yang diberikan.

Adapun kerangka pikir mengenai penggunaan model pembelajaran STAD

pada mata pelajaran Matematika dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai

berikut:

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8115/2/T1_292009080_BAB II.pdf · Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli

23

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Pikir

2.4.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir tersebut, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Pembelajaran

model STAD diduga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada

Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun

ruang siswa kelas 5 SDN Noborejo 01”.

Guru menyam-paikan materi

Pembelajaran konvensional

Siswa kurang konsentrasi

Proses berfikir abstrak ke konkret

Model pembelajaran STAD Guru sebagai

fasilitator

Hasil belajar <KKM

Siswa mengkonstruksi

Kuis individu

Hasil belajar > KKM

Diskusi dan presentasi

Proses berfikir konkret ke abstrak

Pembelajaran Matematika