bab ii kajian pustaka - repository.uksw.edu · penelitian. beberapa teori dari para ahli ini...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II ini akan dibahas tentang Ilmu Pengetahuan Alam, model
Group Investigation, hasil belajar, kajian penelitian yang relevan, kerangka
berpikir, dan hipotesis penelitian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam secara
lebih rinci akan dijelaskan seperti berikut:
2.1 Kajian Teori
Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung
penelitian. Beberapa teori dari para ahli ini mengkaji objek yang sama dan
mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan pada kajian teori dalam
penelitian ini berisi tentang karakteristik pembelajaran IPA, proses pembelajaran,
hasil belajar, konsep umum model pembelajaran, model Group Investigation, dan
rancangan model.
2.1.1 Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam
Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam yang akan dibahas ddalam penelitian
ini mencakup pengetian Ilmu Pengetahuan Alam, pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam di sekolah dasar, tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dan
penilaian Ilmu Pengetahuan Alam.
2.1.1.1 Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering disebut juga dengan pendidikan sains,
disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata
pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh
sebagian besar peserta didik, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah. Hal
ini berdasarkan hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh
Depdiknas. Hasil ini masih sangat jauh dari standar yang diharapkan.
Menurut Samatowa(2010:3) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan
kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, yang berarti Ilmu
Pengetahuan Alam. Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam,
science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau
8
science itu definisinya dapat dikatakan sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia kealaman. Ipa sebagai
proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap dan langkah-langkah
kegiatan scientis untuk memperoleh produk-produk IPA, misalnya observasi,
pengukuran, merumuskan, menguji hipotesa, mengumpulkan data, bereksperimen
dan prediksi. Fisher berpendapat bahwa Science adalah kumpulan pengetahuan
yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi.
Dari pendapat Samatowa dan Fisher, dapat disimpulkan bahwa, IPA
merupakan ilmu yang dapat diperoleh dari pengalaman sehari-hari melalui proses
ilmiah, seperti penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan.
Kegiatan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar tentunya harus mengaitkan
pengalaman dari kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga siswa dapat dengan cepat
menangkap materi tanpa harus berpikir abstrak. Pembelajaran IPA juga harus
didukung dengan menggunaan alat peraga. Guru harus lebih kreatif dalam
mengembangakan alat peraga yang kreatif agar meimbulkan kesenangan bagi
siswa dan bermanfaat.
2.1.1.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar(SD) berada pada umur antara 7 hingga 12 tahun.
Pada usia ini, pemikiran siswa masih dalam tahap konkret. Kemampuan yang
tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek
yang bersifat konkret (Heruman, 2008). Belum dapat berpikir yang bersifat
abstrak.
Menurut Musno (2004:04), secara prinsip, pengajaran IPA merupakan
mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena
berhubungan langsung dengan salah satu aspek kecerdasan individu dalam
pengertian yang lebih luas.
IPA merupakan mata pelajaran di SD. Siswa mempelajari Mata pelajaran
IPA ini agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep tentang alam
sekitar. Hal ini dapat diperoleh siswa dengan cara mengaitkannya dengan
9
pengalaman siswa sehari-hari. Sehingga siswa lebih mudah memahami dan
mengingatnya lebih lama.
IPA di SD ini juga mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori
agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar yang di peroleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam Badan Nasional Standar
Pendidikan (BSNP,2006) adalah :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi anatara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA didalam Sekolah
Dasar yaitu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman untuk memanfaatkan
lingkungan dengan menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan yang ada
di sekitar. Dengan begitu, maka akan memunculkan kesadaran menghargai alam
sebagai ciptaan Tuhan.
2.1.1.4 Penilaian IPA
10
Sebuah penilaian tidak hanya dilihat dari hasil belajar peserta didik.
Namun, penilaian dapat juga dilakukan saat proses kegiatan pembelajaran
berlangsung. Guru dapat mengamati keaktifan peserta didik saat mereka
melakukan kegiatan pembelajaran. Misalnya saja, pada saat peserta didik
melakukan pembelajaran yang menggunakan alat peraga. Disana, guru dapat
menilai siswa yang ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Bisa juga,
guru menilai siswa yang memanfaatkan alat peraga yang telah disediakan oleh
guru. Dengan begitu, guru dapat menilai mana saja siswa yang berperan aktif,
kurang aktif dan yang sama sekali tidak aktif didalam kegiatan pembelajaran.
Guru juga dapat menilai mata pelajaran IPA ini dengan cara tertulis. Guru dapat
membuat soal evaluasi yang tidak hanya berupa pilihan ganda. Namun, guru dapat
membuatnya dengan soal uraian yang membuat siswa untuk menjawabnya dengan
pendapatnya sendiri-sendiri. Jadi, guru dapat mengetahui atau mengukur
keberhasilan siswa melalui cara tersebut.
2.1.2 Hasil Belajar
Purwanto (2011:46) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia
mencapai penguasaan atas sejunmlah bahan yang diberikan dalam proses belajar
mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa
perubahan dalam aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik.
Nawawi dalam Brahim (2007:39) menguraikan bahwa hasil belajar
merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
prestasi yang dicapai siswa di dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru
mempunyai pandangan yang berbeda-beda untuk menyatakan bahwa suatu proses
pembelajaran tersebut dikatakan berhasil. Namun untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini. Antara lain
bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakn
berhasil apabila tujuan pembelajaran dapat dicapai. Untuk mengetahui berhasil
11
atau tidaknya tujuan dari pembelajaran, guru harus mengadakan tes formatif. Tes
formatif ini untuk mengetahui sejauh mana peserta didik kita menguasai materi
dan tujuan pembelajaran yang dicapai. Hal ini, dapat memberikan umpan balik
pada guru dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Dan bagi siswa yang
belum memenuhi target berhasil, maka guru perlu mengadakan remidial.
Hasil belajar yang di harapkan dari penelitian ini adalah agar nilai pada
mata pelajaran IPA mengalami peningkatan yang lebih baik. Tidak hanya didalam
penilaiannya saja. Namun, didalam proses kegiatan pembelajarannya. Keaktifan
atau keikut sertaan peserta didik juga dilihat. Karena, hasil belajar tidak hanya
didalam sebuah nilai saja. Namun, lebih mengarah pada proses kegiatan
pembelajarannya.
2.1.3 Proses Pembelajaran yang ideal
Siswa sekolah dasar merupakan siswa yang berada di tahap berpikir
konkret. Siswa sekolah dasar akan merasa kurang bisa jika mereka dipaksakan
untuk berpikir atau mengira-ira saja. Guru harusnya menggunakan alat bantu
untuk mendorong cara berpikir siswa sekolah dasar. Sehingga, siswa dapat
melihat dan berpikir yang jelas dan pasti.
Di dalam sekolah dasar, ada beberapa mata pelajaran yang harus
menggunakan alat peraga, salah satunya ialah Ilmu Pengetahuan Alam. Di dalam
mata pelajaran ini, guru harus berpikir kreatif dalam kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan. Alat peraga dapat membantu guru untuk kegiatan pembelajaran
menjadi lebih terlihat seperti pada kenyataannya. Sehingga, peserta didik dapat
melihat nyata alat peraga tersebut. Dan tidak mengira-ira saja. Kegiatan
pembelajaran ini dapat didukung juga dengan model Group Investigation. Disini,
siswa dapat lebih terlatih pengalaman berbicaranya dalam mengeluarkan pendapat
atau ide nya didalam kelompoknya.
Dengan penerapan model Group Investigation berbantuan alat peraga ini,
diharapkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 SD mengalami
perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar ini tidak hanya
diukur atau dilihat hanya melalui soal-soal evaluasi saja. Namun, dapat dilihat
12
dari keaktifan siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Atau bisa dilihat saat
peserta didik mengemukakan pendapat atau ide nya.
2.1.4 Konsep Umum Model Pembelajaran
Joyce (Trianto 2009;22) mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat.
Soekamto dkk(Trianto 2009;22) mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman perancang pembelajaran dan
pengajar dalam merencanakan belajar mengajar.
Dari pendapat dua ahli tersebut, makan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan konsep yang disusun secara sistematis untuk dijadikan
pegangan atau pedoman guru untuk merancang kegiatan pembelajaran di kelas
agar mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Saat ini terdapat model-model pembelajaran yang beragam. Model
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPA adalah model pembelajaran
yang di dalamnya menerapkan pengalaman sehari-hari siswa. Model pembelajaran
yang sesuai di antaranya Demonstration, Group Investigation, Inquiri, Jigsaw dan
Problem Based Learning. Model-model ini sesuai jika dipadukan dengan mata
pelajaran IPA. Karena, siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan pengalaman langsung yang dapat mereka temui didalam kehidupannya
sehari-hari. Sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
2.1.5 Model Group Investigation
Eggen dan Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group
Investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam
kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan
tersebut, Group Investigation fokus utamanya untuk melakukan investigasi
terhadap suatu topik atau objek khusus.
13
Jadi, dengan Group Investigation ini, siswa didorong utnuk terlibat dalam
pembelajaran. Siswa harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok. Hasil akhir dari kelompok adalah ide dari
setiap anggota dan pembelajaran kelompok yang lebih mengasah kemampuan
intelektual siswa dibandingkan dengan belajar sendiri-sendiri.
Sharan (Supandi,2005:6) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran
pada model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:
1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok secara heterogen
2) Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran dan memberi tugas pada
kelompok yang harus dikerjakan
3) Guru menentukan ketua kelompok dan memanggilnya ke depan kelas untuk
mengambil materi tugas yang telah disediakan
4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam
kelompoknya
5) Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok
atau salah satu anggota menyampaikan hasil pembahasannya
6) Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembehasannya
7) Guru memberikan penjelasan singkat bila terjadi kesalah pahaman konsep
dan memberikan kesimpulan
8) Evaluasi
2.1.5.1 Kelebihan model Group Investigation menurut Shoimin (2014:81-82)
dibagi menjadi 3, yaitu
Kelebihan model Group Investigation ini dibagi menjadi 3, yaitu secara pribadi,
secara sosial, dan secara akademis.
Secara Pribadi
Model Group Investigation ini, dapat menjadikan diri siswa seperti berikut ini:
a) Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas.
b) Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif.
c) Rasa percaya diri dapat lebih meningkat.
d) Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah.
e) Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik.
14
Secara Sosial
Group Investigation ini, dapat meningkatkan hubungan antar siswa seperti:
a) Meningkatkan belajar bekerja sama.
b) Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru.
c) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis.
d) Belajar menghargai pendapat orang lain.
e) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
Secara Akademis
Group Investigation ini, dapat meningkatkan pengetahuan siswa seperti berikut:
a) Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan.
b) Bekerja secara sistematis.
c) Mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang.
d) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya.
e) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat.
f) Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat
suatu kesimpulan yang berlaku umum.
2.1.5.2 Kelemahan model Group Investigation menurut Shoimin (2014:81-82):
a) Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan.
b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal.
c) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran Group Investigation.
Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa
untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.
d) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
Untuk mengatasi kelemahan pada model pembelajaran Group Investigation
ini, peneliti memberi solusi. Telah dijelaskan bahwa tidak semua topik cocok
dengan model pembelajaran ini, model ini cocok untuk diterapkan yang menuntut
siswa memahaminya dari pegalamannya senidiri. Sehingga, penelitian ini
mengambil materi sifat cahaya. Dimana, siswa akan dibimbing dan didorong
untuk melakukan kegiatan yang dapat mereka jumpai di kehidupannya sehari-
hari. Misalkan saja, untuk sifat cahaya dapat merambat lurus. Untuk menj elaskan
ini, guru dapat memberikan contoh. Siswa pasti pernah melihat sinar cahaya
15
matahari yang masuk melalui celah dirumah. Hal ini dapat memberikan mereka
contoh yang dapat dijumpai dikeseharian siswa. Lalu, untuk mengatasi kurang
efektifnya diskusi kelompok, disini peneliti membuat semua siswa aktif,
meskipun didalam kelompok. Siswa diharuskan memahami dan mencatat hasil
kegiatan kelompok lainnya yang nantinya akan ia sampaikan pada anggota
kelompoknya. Ini akan mendorong siswa untuk lebih berkonsentrasi dan lebih
memperhatikan diskusi didalam kelompok mereka. Untuk sulitnya memberi
penilaian personal, guru harus lebih memperhatikan kegiatan siswa didalam
diskusi kelompoknya. Atau dengan cara menilai catatan informasi yang telah
mereka tulis pada saat mereka melakukan kegiatan investigasi.
2.1.6 Rancangan Model Group Investigation
Didalam rancangan Model Group Investigation ini, akan dibahas sintak atau
langkah-langkah dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang menggunakan
model Group Investigation berbantuan alat peraga.
2.1.6.1 Sintak Pembelajaran Group Investigation
Tabel 2.1
Sintak Group Investigation
Tahap Tingkah laku guru dan siswa
Tahap 1
Mengidentifikasikan topik dan
mengatur murid ke dalam
kelompok
a) Siswa meneliti beberapa sumber,
mengusulkan sejumlah topik, dan
mengategorikan saran-saran.
b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya
untuk mempelajari topik yang telah mereka
pilih.
c) Komposisi kelompok didasarkan pada
ketertarikan siswa dan harus bersifat
heterogen.
d) Guru membantu dalam pengumpulan
informasi dan memfasilitasi pengaturan,
Tahap 2 a) Para siswa merencanakan bersama
16
Merencanakan tugas yang akan
dipelajari
mengenai:
apa yang kita pelajari?
b) Bagaimana kita mempelajarinya?
c) Siapa melakukan apa? (pembagian tugas).
d) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita
menginvestigasi topik ini?
Tahap 3
Melaksanakan investigasi
a) Siswa mengumpulkan informasi,
menganalisis data, dan membuat
kesimpulan.
b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk
usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
c) Siswa saling bertukar, berdiskusi,
mengklarifikasi, dan mensistesis semua
gagasan.
Tahap 4
Menyiapkan laporan akhir
a) Anggota kelompok menentukan pesan-
pesan esensialn dari proyek mereka.
b) Anggota kelompok merencanakan apa yang
akan mereka laporkan, dan bagaimana
mereka akan membuat presentasi mereka.
c) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah
panitia acara untuk mengkoordinasikan
rencana-rencana presentasi.
Tahap 5
Mempresentasikan laporan
akhir
a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas
dalam berbagai macam bentuk.
b) Bagian presentasi tersebut harus dapat
melibatkan pendengarnya secara aktif.
c) Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan
penampilan presentasi berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya oleh
seluruh anggota kelas.
17
Tahap 6
Evaluasi
a) Siswa saling memberikan umpan balik
mengenai topik tersebut, mengenai tugas
yang telah mereka kerjakan, mengenai
keefektifan pengalaman-pengalaman
mereka.
b) Guru dan murid berkolaborasi dalam
mengevaluasi pembelajaran siswa.
c) Penilaian atas pembelajaran harus
mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto tahun 2013 dengan judul ‘’
Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Group
Investigation pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 03 Karanganyar Kabupaten
Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013’’ hasil penelitian menunjukkan
pada kondisi awal yang nilainya memenuhi KKM = 60 terdapat 15 siswa (53,5%)
dan yang belum memenuhi KKM terdapat 13 siswa (46,5%). Siklus I dengan
menerapkan model pembelajaran group investigation terjadi peningkatan yang
cukup signifikan yaitu terdapat 20 siswa (71%) memenuhi KKM dan 8 siswa
(29%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi
peningkatan sangat signifikan yaitu 27 siswa (96%) yang sudah memenuhi KKM
dan hanya ada 1 siswa (4%) yang belum memenuhi KKM. Ini berarti bahwa
penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan indikator pencapaian yang diharapkan
oleh peneliti yaitu sebanyak 80% siswa telah mencapai KKM =60. Disimpulkan
bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran group investigation dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada pokok bahasan memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan pada siswa kelas kelas 4
Semester 2 SD Negeri 03 Karanganyar Kabupaten Grobogan Tahun pelajaran
2012/2013.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati tahun 2013 dengan judul
‘’Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Tentang Bunyi Melalui Model
18
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas 4 SD Negeri
02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester II Tahun
Pelajaran 2012/ 2013’’ hasil penelitian menunjukkan bahwa model group
investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri
02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Hal ini nampak pada
pembelajaran yang tidak menggunakan model group investigation ketuntasan
belajar mencapai 36% yakni 8 dari 22 siswa saja. Setelah pembelajaran
menggunakan model group investigation ketuntasan belajar pada siklus I sebesar
72,73% atau 16 siswa dan siklus II sebesar 100% atau 22 siswa. Persentase
ketuntasan belajar yaitu dari prasiklus 8 siswa, siklus I menjadi 16 siswa dan
siklus II menjadi 22 siswa dengan presentase 36%, 72,73%, dan menjadi 100%.
Pada nilai rata-rata kelas sebelum menggunakan model group investigation
sebesar 62,86, setelah menggunakan model group investigation pada siklus I
menjadi 78,40 dan siklus II 85,22. Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa
model pembelajaran group investigation perlu disosialisasikan kepada guru-guru
dan diterapkan dalam pembelajaran di sekolah untuk memperbaiki pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dina Maharani Arumasari tahun 2013
dengan judul ‘’ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Tentang Bunyi Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas 4 SD
Negeri 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester II
Tahun Pelajaran 2012/ 2013’’ hasil penelitian menunjukkan bahwa model group
investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri
02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Hal ini nampak pada
pembelajaran yang tidak menggunakan model group investigation ketuntasan
belajar mencapai 36% yakni 8 dari 22 siswa saja. Setelah pembelajaran
menggunakan model group investigation ketuntasan belajar pada siklus I sebesar
72,73% atau 16 siswa dan siklus II sebesar 100% atau 22 siswa. Persentase
ketuntasan belajar yaitu dari prasiklus 8 siswa, siklus I menjadi 16 siswa dan
siklus II menjadi 22 siswa dengan presentase 36%, 72,73%, dan menjadi 100%.
Pada nilai rata-rata kelas sebelum menggunakan model group investigation
19
sebesar 62,86, setelah menggunakan model group investigation pada siklus I
menjadi 78,40 dan siklus II 85,22. Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa
model pembelajaran group investigation perlu disosialisasikan kepada guru-guru
dan diterapkan dalam pembelajaran di sekolah untuk memperbaiki pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), masih banyak guru
yang hanya menggunakan metode ceramah, pembelajaran hanya berpusat pada
guru. Dan siswa lebih cenderung pasif karena hanya mendengarkan dan
memahami apa yang telah disampaikan oleh guru. Padahal, pada mata pelajaran
ini, guru dapat menuangkan ide kreatifnya di dalam kegiatan pembelajaran. Bisa
di dalam cara ia mengajar( menyampaikan materi) atau membuat alat peraga. Hal
ini tentunya agar peserta didik tidak merasa cepat bosan. Bahkan dapat mebuat
siswa bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran hingga selesai.
Penggunaan alat peraga yang kreatif pun dapat meningkatkan daya ingat anak
yang lebih lama. Hal ini dikarenakan siswa Sekolah Dasar belum dapat berpikir
abstrak. Sehingga, penggunaan model tersebut didukung dengan penggunaan alat
peraga yang kreatif akan menimbulkan perasaan semangat pada diri siswa.
Sehingga siswa terlibat aktif dan berpikir selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Jika peserta didik bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, ia
berkonsentrasi, maka hal ini dapat meningkatkan minat belajar yang akan
berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran, maka
guru perlu mengadakan tes formatif. Dengan tes formatif, guru juga dapat
mengetahui siswa yang belum mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Jika terdapat peserta didik yang belum berhasil, maka guru harus mengadakan
kegiatan remidial pada siswa tersebut.
Dengan permasalahan yang ada, penulis akan mencoba merubah
pembelajaran yang awalnya hanya ceramah dan jarang menggunakan alat peraga
menjadi pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mengikut sertakan keaktifan
peserta didik didalam proses kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
20
Group Investigation berbantuan alat peraga. Dengan model ini, maka siswa yang
biasanya kurang aktif, mereka dapat lebih aktif didalam kegiatan. Karena, model
pembelajaran Group Investigation ini akan menuntut siswa untuk lebiih
berkonsentrasi terhadap materi. Siswa akan dibentuk kedalam kelompok-
kelompok kecil. Dimana setiap kelompok tersebut akan dibagikan materi yang
berbeda, dan tentunya alat peraga yang dibagikan pun juga berbeda satu sama
lain. Alat peraga ini akan digunakan siswa didalam kegiatan pembelajaran untuk
mengetahui atau mencari jawaban aas materi yang telah mereka terima masing-
masing. Setiap kelompok juga akan diberikan lembar kerja siswa yang akan
memberi petunjuk mereka dalam melakukan kegiatan atau percobaan. Sehingga
siswa akan mengalami langsung apa yang ada di perintah tersebut dan tidak
berpikiran abstrak lagi. Dengan cara ini, akan mengubah pandangan peserta didik
yang awalnya berpandangan bahwa mata pelajaran IPA itu kurang
menyenangkan. Dengan hal ini, penerapan model Group Investigation berbantuan
alat peraga ini akan membuat proses dan hasil belajar lebih meningkat untuk
siswa kelas 5 SD mangunsari 07.
2.4 Hipotesis
Pada dasarnya hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut. Berdasarkan rumusan
permasalahan, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut :
1) Penerapan model pembelajaran Group Investigation berbantuan alat
peraga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan proses
pembelajaran pada aktivitas guru dan aktivitas siswa kelas 5 SD Mangunsari 07
Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2015-2016 secara signifikan dengan
langkah-langkah yaitu mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam
kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi,
menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir, dan evaluasi.
2) Penerapan proses model pembelajaran Group Investigation berbantuan
alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa
kelas 5 SD Mangunsari 07 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 secara
signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar Ilmu
21
Pengetahuan Alam > 65 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan
nilai rata-rata hasil belajar IPA meningkat dari KKM > 65 yang telah ditentukan
dari sekolah.