bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

18
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Menurut Mulyatiningsih (2011:227) menyatakan bahwa cooperative learning dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa kelompok atau tim, setiap kelompok/tim terdiri dari beberapa peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda. Menurut Solihatin (2008:4) mengemukakan bahwa cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Wardani (2010:10) menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama sedangkan Lie (2005:41) mengemukakan bahwa kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperlihatkan keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Menurut Solihatin (2008:5) menyatakan bahwa keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda dengan tujuan setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompoknya. Oleh sebab itu,

Upload: duongtruc

Post on 21-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Menurut Mulyatiningsih (2011:227) menyatakan bahwa cooperative

learning dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa kelompok

atau tim, setiap kelompok/tim terdiri dari beberapa peserta didik yang memiliki

kemampuan yang berbeda.

Menurut Solihatin (2008:4) mengemukakan bahwa

cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap

atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama

dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari

dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Wardani (2010:10)

menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk

kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai tim dalam

menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

bersama sedangkan Lie (2005:41) mengemukakan bahwa kelompok heterogenitas

bisa dibentuk dengan memperlihatkan keanekaragaman gender, latar belakang

agama sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.

Menurut Solihatin (2008:5) menyatakan bahwa keberhasilan belajar

menurut model belajar ini bukan semata – mata ditentukan oleh kemampuan

individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila

dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terstruktur

dengan baik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah strategi belajar dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda-beda dengan tujuan setiap siswa anggota

kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami

materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompoknya. Oleh sebab itu,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

6

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat

bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi.

Salah satu jenis model pembelajaran kooperatif adalah tipe pendekatan

struktural dan diantara tipe pendekatan struktural salah satunya adalah NHT

(Numbered Heads Together). NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh Spencer Kagen pada tahun 1992.

Menurut Trianto (2011:62) bahwa Numbered Heads Together (NHT) atau

penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

terhadap struktur kelas tradisional. Hal yang senada juga dikemukakan oleh

Mulyatiningsih (2011:232) yang menyatakan bahwa Numbered Heads Together

merupakan metode pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara

memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas untuk didiskusikan.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Lie (2005:59) yang menyatakan bahwa

bahwa:

teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads)

dikembangkan oleh Spencer Kagen (1992). Teknik ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga

mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26) mengemukakan

bahwa

struktur NHT biasanya juga disebut berpikir secara berkelompok

adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen. NHT

digunakan untuk melibatkan lebih banyak mahasiswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman

mereka terhadap isi pelajaran sebagai gantinya mengajukan pertanyaan

kepada seluruh kelas.

Dari berbagai pendapat diatas dapat simpulkan bahwa model pembelajaran

tipe NHT adalah model pembelajaran yang berfokus pada kelompok yang

melibatkan siswa untuk bekerja sama di dalam dalam menelaah materi yang

tercakup dalam suatu pelajaran dengan cara penomoran, pemberian pertanyaan

dan menyelesaikan pertanyaan dengan diskusi didalam kelompok.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

7

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Zuhdi

dalam Utami (2011:14) antara lain setiap siswa menjadi siap semua dan dapat

melakukan diskusi mengajari siswa yang kurang pandai.

Hal yang senada dengan pendapat Zuhdi, Lie (2005:47) mengemukakan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

membutuhkan kerjasama antar anggota kelompok. Jumlah anggota dalam satu

kelompok bervariasi. Adapun kelebihan jumlah anggota kelompok berempat

ialah:

1. Mudah dipecah menjadi berpasangan

2. Lebih banyak ide muncul

3. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan

4. Guru mudah memonitor

Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut

Zuhdi dalam Utami (2011:14) menyatakan bahwa kemungkinan nomor yang

dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua anggota kelompok dipanggil

oleh guru.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lie (2005:47), kekurangan dari

kelompok berempat adalah sebagai berikut

1. Membutuhkan lebih banyak waktu

2. Membutuhkan sosialisasi yang lebih

3. Jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara

4. Kurang kesempatan untuk kontribusi individu

5. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak

memperhatikan

Pembelajaran kooperatif tipe NHT mendorong siswa untuk bekerjasama,

berdiskusi, meningkatkan sikap percaya diri serta mendorong siswa untuk aktif

didalam proses pembelajaran. Adapun langkah – langkah pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Trianto (2011:63) ialah sebagai

berikut:

Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

8

Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dn dalam bentuk kalimat tanya.

Fase 3 : Berfikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim

Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya

sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan

untuk seluruh kelas.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

juga diungkapkan oleh Wardani (2010:26) dengan tahapan pelaksanaan sebagai

berikut:

Langkah 1: Penomoran

Dosen membagi mahasiswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang

dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

Langkah 2: Mengajukan pertanyan

Dosen mengajukan sebuah pertanyaan kepada mahasiswa. Pertanyaan

dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya

atau bentuk arahan.

Langkah 3: Berpikir bersama

Mahasiswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

Langkah 4: Menjawab

Dosen memanggil mahasiswa dengan nomor tertentu, kemudian

mahasiswa yang nomornya dipanggil tersebut mengacungkan tangannya

dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Langkah - langkah NHT menurut Mulyatiningsih (2011:232) adalah

sebagai berikut:

1. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap anggota

kelompok mendapat nomor

2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing – masing kelompok

mengerjakannya

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya

4. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik secara acak untuk

melaporkan hasil kerjasama mereka

5. Peserta didik lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang

sedang melapor

6. Guru menunjuk nomor lain secara bergantian

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

9

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah –

langkah pelaksanaan NHT adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan kelompok

Siswa dibagi kedalam kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa.

2. Penomoran anggota kelompok

Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor. Nomor terdiri dari 1

sampai 4.

3. Pembagian bacaan tentang materi

Siswa didalam kelompok mendapatkan bacaan tentang materi

4. Menyimak bacaan tentang materi

Siswa didalam kelompok menyimak bacaan tentang materi yang diberikan

oleh guru

5. Pengajuan pertanyaan

Siswa memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh guru.

6. Diskusi

Siswa didalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan pertanyaan yang

telah diajukan.

7. Menjawab pertanyaan

Siswa dengan nomor tertentu dipanggil untuk menjawab pertanyaan yang

telah diajukan.

8. Menanggapi jawaban

Siswa dari kelompok lain yang bernomor sama diminta untuk menanggapi

jawaban yang telah disampaikan tersebut.

9. Siswa melakukan penegasan terhadap materi dengan bimbingan dari guru.

2.1.2 Mata Pelajaran PKn

Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas

No. 22 Tahun 2006).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

10

Pengajaran PKn di Sekolah Dasar mempunyai tujuan agar siswa dapat

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006):

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-

korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi.

Adapun ruang lingkup bahan kajian PKn untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut:

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan

negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-

peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai

warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan

kedudukan warga negara.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

11

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem

politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan

organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn kelas IV Sekolah Dasar

semester genap tahun pelajaran 2011/2012 disajikan pada tabel berikut

( Permendiknas No. 22 Tahun 2006):

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn Kelas IV Sekolah Dasar

Semester II

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar

3. Mengenal sistem

pemerintahan tingkat pusat

3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam

susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti

MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan BPK

dll.

3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan

tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil

Presiden dan para Menteri

4. Menunjukkan sikap terhadap

globalisasi di lingkungannya

4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh

globalisasi di lingkungannya

4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia

yang pernah ditampilkan dalam misi

kebudayaan internasional

4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh

globalisasi yang terjadi di lingkungannya

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

12

2.1.3 Hasil belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Menurut Sudjana (2011:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Hal yang sama dikemukakan oleh Suprijono (2011:5) bahwa hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian-pengertian, sikap-

sikap apresiasi dan ketrampilan.

Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2011:5) menyatakan bahwa

hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapakan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut

tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta- konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemamuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan mengi

ternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan

menjadi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Sedangkan menurut Kingsley dalam Sudjana (2011:22) membagi tiga

macam hasil belajar mengajar : Keterampilan dan kebiasaan, Pengetahuan dan

pengarahan, Sikap dan cita-cita. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, keterampilan dan kemampuan

yang terjadi pada diri seorang siswa setelah dia mendapatkan pengalaman belajar.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

13

Hasil belajar digunakan guru untuk digunakan sebagai ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar diperoleh dengan

melakukan pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai

kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu

gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa

angka. Menurut Cangelosi dalam Wulan (2010) yang dimaksud dengan

pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui

pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan

yang telah ditentukan.

Menurut Zainul dan Nasution (2001) dalam Wulan (2010) pengukuran

memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu,

2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) dalam

Wulan (2010) mengemukakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai

kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga

sifatnya menjadi kuantitatif. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pengukuran adalah cara membandingkan suatu dengan alat ukuran tertentu/ skala

tertentu sehingga data yang dihasilkan bersifat kuantitatif. Dari pengertian

pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik

digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur

melalui teknik tes dan non tes. Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen

pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu:

1. Tes

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-

tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek

tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi (Poerwanti, dkk. 2008:4-3).

Menurut Sudjana (2008:35) dalam Wulan (2010) tes digunakan sebagai alat

penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk

mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan

(tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

14

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar

kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan

pendidikan dan pengajaran, namun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula

digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan

psikomotoris. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan tes adalah

suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

kaitannya dengan indikator pencapaian kompetensi dan menggunakan langkah –

langkah dan kriteria - kriteria yang sudah ditentukan.

Teknik tes yang diungkapkan oleh Poerwanti (2008:4-9) adalah sebagai

berikut:

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

1. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal

maupun jawabannya

2. Tes Lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya

dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-

rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan

biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen

asesmen yang lain.

3. Tes Unjuk Kerja

Pada Tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai

indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

1. Tes Esei (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes

diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi

memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata

pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

3. Tes objektif

Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang

diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula

disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

15

2. Non Tes

Selain teknik tes yang digunakan untuk penilaian hasil belajar, teknik non

tes juga digunakan dalam mengamati siswa pada ranah afektif dan psikomotor,

berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Beberapa

teknik non tes yang dikemukakan oleh Poerwanti (2008:3-19 – 3-31), yaitu:

1. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen

yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar

peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh

pendidik tanpa menggunakan instrumen.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek

kepribadian peserta didik.

3. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa

data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude

Questionnaires).

4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)

Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat

siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai

kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah,

tipe, pola, dan lain sebagainya.

5. Task Analysis (Analisis Tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan

menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar

komponen tugas dan daftar skills yang

diperlukan.

6. Checklists dan Rating Scales

Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur,

yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa

kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

7. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam

karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan

belajar dan prestasi siswa.

8. Komposisi dan Presentasi

Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.

9. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan

untuk individu maupun kelompok

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

16

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurniasih Wahyusari

(2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif

Model Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Hasil

Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten

Pasuruan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa : 1) Penerapan pembelajaran

kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) tidak hanya dapat

meningkatkan aspek kognitif saja, namun semua aspek yang menyangkut

perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerjasama serta

partisipasi siswa dalam pembelajaran. 2) Penerapan pembelajaran kooperatif

model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi hasil

belajar IPS pada siswa kelas V SDN Luwuk. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

hasil tes tulis pada setiap siklus.

Hasil tes pada siklus I mencapai 69,12 dan meningkat menjadi 80,88 pada

siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi

hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Luwuk. Kelebihan dari penelitian ini

adalah dengan penggunaan model pembelajaran NHT tidak hanya dapat

meningkatkan aspek kognitif siswa saja namun juga mengembangkan kemampuan

bekerjasama didalam kelompok serta partisipasi siswa didalam pembelajaran.

Kelemahan dari penelitian ini ialah kurangnya keterampilan guru dalam

mengelola kelas. Mendasar pada kelemahan penelitian tersebut, maka dalam

penelitian ini guru harus benar-benar melakukan persiapan agar dapat mengelola

kelas dengan baik sehingga pembelajaran berjalan sesuai harapan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ferry Pietersz dan Horasdia

Saragih (2010) yang berjudul Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP

Negeri 1 Cisarua. Dari hasil analisis menunjukkan hasil yang diperoleh

menggunakan uji Levene’s didapatkan nilai 5.38 dengan signifikasi uji Levene’s

(0.000) < a =0.05, maka tolak Ho dengan demikian hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

17

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pencapaian matematika

siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Kelebihan dari penelitian ini

adalah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT sudah sangat baik, hal ini

didukung dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Kelemahan dari penelitian ini

adalah guru kurang teliti dalam mengatur waktu pembelajaran. Mendasar pada

kelemahan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini guru harus lebih teliti

dalam mengatur waktu pembelajaran supaya alokasi waktu pembelajaran sesuai

dengan alokasi waktu yang telah direncanakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anis Muftisyah (2010) dalam

penelitiannya Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head

Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN

Sukolilo II Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together

(NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Sukolillo II

Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Hal ini dapat dibuktikan dengan

peningkatan hasil belajar siswa dari pra tindakan yaitu nilai rata-rata kelas yang

diperoleh adalah 63,85 dengan ketuntasan belajar 25%. Dengan demikian pada

pra tindakan dinyatakan belum tuntas. Kemudian pada siklus I dinyatakan belum

tuntas dengan perolehan rata-rata kelas 74,55 dan ketuntasan belajar 50%. Pada

siklus I dinyatakan belum tuntas dikarenakan kriteria ketuntasan minimal 80%

belum terpenuhi. Pada sisklus II perolehan nilai rata-rata kelas 85,85 dan

ketuntasan belajar mencapai 85%. Siklus II ini dinyatakan tuntas karena jumlah

siswa yang memperoleh nilai minimal 75 sebanyak 85% (17 anak dari 20 siswa).

Kelebihan dari penelitian ini adalah terlihat adanya peningkatan hasil belajar pada

siklus II, yang membuktikan siswa lebih tertarik dan bersemangat didalam proses

pembelajaran. Kelemahan dari penelitian ini adalah masih ada beberapa siswa

yang belum berani menyampaikan pendapat mereka serta malu didalam

berdiskusi. Mendasar pada kelemahan penelitian tersebut, maka guru harus

memberikan motivasi dan dorongan agar siswa berani menyampaikan pendapat

dan tidak malu didalam berdiskusi.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

18

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wibi Gilang Saputro (2011)

dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan pembelajaran Kontektual dengan

Menggunakan Model Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Ketawanggede 2 Malang.

Dari Penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa: 1) Pada pembelajaran IPS siklus I

dengan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT) kemampuan guru dalam membuat RPP mencapai skor 90 dan

pada siklus II mencapai skor 93,33. Kemampuan guru dalam pembelajaran sesuai

dengan RPP pada siklus I mencapai 87,5 dan pada siklus II mencapai 92,5. 2)

Aktivitas belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata mencapai 55,97%, sedangkan

siklus II rata-rata meningkat menjadi 72,27%. 3) Kentuntasan hasil belajar siswa

pada siklus I sebesar 43,47% dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa

mencapai 95,65%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar

siswa yang diiringi dengan peningkatan aktivitas dan pemahaman siswa didalam

proses pembelajaran. Kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya

keterampilan guru dalam mengelola kelas, sehingga kelas menjadi ramai.

Mendasar pada kelemahan penelitian tersebut, maka guru harus benar-benar

melakukan persiapan yang matang serta harus memahami konsep NHT sebelum

melaksanakan pembelajaran, agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunandar (2008) dalam

penelitiannya berjudul Pengaruh Model Pembelajaran NHT Terhadap Minat dan

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Di Kecamatan Banyumanik Kota

Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Dikemukakan bahwa Dari perhitungan

diperoleh nilai Fo = 46,33 lebih besar dari Ft (0,05) = 3,94 dan Ft (0,01) = 6,93,

ini berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian berarti ada

pengaruh positif yang signifikan penerapan model pembelajaran NHT terhadap

hasil belajar matematika siswa SDN Ngesrep 01/02 Kota Semarang. Dari

perhitungan diperoleh nilai Fo hitung = 46,33 lebih besar dari Ft (0,05) = 3,94 dan

Ft (0,01) = 6,93, ini berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian

berarti bahwa ada pengaruh positif yang signifikan penerapan model pembelajaran

NHT terhadap minat belajar matematika siswa SDN Ngesrep 01/02 Kota

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

19

Semarang. Kelebihan dari penelitian ini adalah adanya penilaian aktivitas siswa

dan penguasaan konsep didalam pembelajaran yang menunjukkan peningkatan

pada tiap pertemuan. Kelemahan dari penelitian ini adalah guru kurang teliti

dalam mengatur waktu pembelajaran. Mendasar pada kelemahan penelitian

tersebut, maka dalam penelitian ini guru harus lebih teliti dalam mengatur waktu

pembelajaran supaya alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

yang telah direncanakan.

2.3 Kerangka Pikir

Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam

pelaksanan pendidikan. Agar pembelajaran berhasil, guru harus membimbing

siswa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan

struktur pengetahuan bidang studi yang dipelajari. Untuk mencapai keberhasilan

itu guru harus dapat memilih metode yang tepat untuk dapat diterapkan dalam

pembelajaran.

Salah satu metode yang umum diterapkan dalam pembelajaran adalah

pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh

guru menggunakan metode ceramah. Sehingga proses pembelajaran yang

berlangsung berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk

duduk dan mendengarkan materi tentang globalisasi yang disampaikan oleh guru

sehingga siswa menjadi pasif, kurang bisa memahami materi dengan baik karena

merasa bosan, serta masih rendahnya keberanian siswa untuk bertanya tentang

materi karena kurangnya keterlibatan siswa didalam proses pembelajaran serta

tidak adanya kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk aktif

berpikir dalam pembelajaran serta berinteraksi dengan teman. Setelah guru selesai

menjelaskan materi, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal tes formatif.

Siswa mengerjakan soal tes formatif dengan berdasarkan apa yang dia dengar dari

penjelasan guru. Sehingga hasil belajar yang diperoleh rendah dan banyak siswa

yang nilainya dibawah KKM.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

20

Pembelajaran tentang materi globalisasi akan diujicobakan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Menurut Lie (2005:59)

NHT juga memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga

mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. NHT

merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih

banyak siswa dalam menelaah materi dengan 4 tahapan, yaitu: penomoran,

pengajuan pertanyaan oleh guru, diskusi dan menjawab pertanyaan. Sebelum

pembelajaran dimulai siswa didalam kelas dibentuk kedalam kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 4 anggota/siswa yang dipilih secara heterogen. Kemudian

langkah pertama penomoran, tiap kelompok mendapatkan nomor, nomor terdiri

dari 1,2,3 dan 4 sesuai jumlah anggota kelompok, setelah itu nomor dipasang pada

kepala masing-masing anggota kelompok sebagai identitas. Langkah selanjutnya

adalah pembagian bacaan tentang materi globalisasi kepada masing – masing

kelompok, setiap anggota kelompok menyimak materi yang telah dibagikan.

Selesai menyimak, seluruh anggota kelompok diminta untuk bersiap-siap

menerima pertanyaan dari guru. Kemudian guru mengajukan pertanyaan dan

siswa di dalam kelompok berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan

pertanyaan yang diajukan. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang

nomornya berkewajiban menjawab pertanyaan kepada teman sekelas. Siswa dari

kelompok lain yang bernomor sama diminta untuk menanggapi jawaban yang

telah disampaikan. Siswa melakukan penegasan terhadap materi yang telah

dipelajari dengan bimbingan dari guru. Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini

dapat memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar, siswa

dapat termotivasi untuk belajar menyampaikan pendapat dan bersosialisasi dengan

teman sekaligus berdampak positif terhadap hasil belajar yang meningkat diatas

KKM.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

21

Pembelajaran PKn

Globalisasi

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran kooperatif NHT

Guru menyampaikan materi

pembelajaran dengan

menggunakan metode

ceramah

tes formatif

Hasil belajar

< KKM

Gambar 2.1

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) Terhadap Hasil Belajar PKn

Siswa pasif dan hanya

mendengarkan penjelasan

yang disampaikan guru

Penomoran anggota kelompok

Menyimak bacaan tentang

globalisasi

Pengajuan pertanyaan

tentang globalisasi oleh

guru

Diskusi untuk

menyelesaikan pertanyaan

tentang globalisasi yang

telah diajukan

Menjawab pertanyaan

tentang globalisasi oleh

nomor yang dipanggil

Tanggapan dari kelompok

lain yang bernomor sama

Siswa melakukan penegasan

terhadap materi globalisasi

dengan bimbingan dari guru

tes formatif

penilaian proses

Tanggungjawab

waktu

Pendapat

Kejelasan

Bahasa

Keberanian

Kebenaran

Bahasa

Keberanian

Bahasa

penilaian hasil

Pembagian kelompok

@ 4 siswa

Pembagian bacaan tentang

materi globalisasi

Hasil belajar

≥ KKM

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2206/3/T1... · Menurut Solihatin (2008:4) ... Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26)

22

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan dapat

diajukan hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) terhadap hasil belajar PKn

siswa kelas IV di SD Negeri Depok Toroh Grobogan Semester Genap Tahun

Pelajaran 2011/2012.