lifah_i'm sorry i love you but i lie

163
I’m Sorry I Love You but I Lie 1 Prolog Jaejoong’s Love Story Handphone itu terus bergetar di atas dashboard mobil, tapi tidak ada yang menyadarinya. Si pemilik terlihat sibuk memilih bouquet di toko yang berada tepat di samping tempat mobilnya terparkir. “Aku ambil yang ini.” kata Jaejoong setelah lama mengamati karangan bunga mawar merah yang masih terlihat baru. Seorang pelayan wanita yang sejak tadi menguntitnya sedikit terkejut saat dia menyodorkan sejumlah uang untuk membayar bunga yang akan dia berikan pada Hyori, pacarnya. Pelayan itu segera kembali ke tempat kasir untuk mengambil uang kembalian, tapi Jaejoong tidak punya waktu untuk menunggu lagi. Dengan sedikit terburu-buru Jaejoong masuk ke mobilnya dan melesat pergi tanpa memasang sabuk pengamannya. Dia nyaris mengabaikan ponselnya yang masih terus bergetar, tapi begitu melihat nama Hyori yang muncul di layar ponselnya, cepat-cepat Jaejoong menjawab panggilan itu. “Iya, Sayang…sebentar lagi aku sampai disana kok. Sabar, ya…” Jaejoong berbicara dengan nada menenangkan. “Kamu tidak perlu menjemputku lagi.” suara Hyori terdengar dongkol. “Aku sudah lelah menunggu kamu. Kamu selalu saja telat…” “Ya – tapi aku punya alasan kenapa aku telat, ” Jaejoong berusaha menjelaskan. Dia berbelok memasuki area parkir sebuah studio pemotretan, tempat Hyori bekerja, dan berhenti di dekat pintu masuk studio. “Aku tau kenapa. Kamu lebih suka nge-band sama teman-teman kamu dari pada pergi denganku, kan?” “Tidak....aku – ” Jaejoong berhenti. Pintu mobil sudah terbuka, tapi Jaejoong tidak keluar, dan terus terpaku di dalam mobilnya. Dia nyaris tidak mempercayai matanya saat melihat Hyori keluar dari studio itu dengan menggandeng seorang pria yang tidak dia kenal, dan lebih panas lagi saat dia melihat pria itu mencium pipi Hyori dengan mesra saat Hyori akan masuk ke mobilnya.

Upload: lifah

Post on 03-Feb-2016

65 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FF JYJ by Lifah

TRANSCRIPT

I’m Sorry I Love You but I Lie 1

Prolog

Jaejoong’s Love Story

Handphone itu terus bergetar di atas dashboard mobil, tapi tidak ada yang

menyadarinya. Si pemilik terlihat sibuk memilih bouquet di toko yang berada tepat di samping

tempat mobilnya terparkir.

“Aku ambil yang ini.” kata Jaejoong setelah lama mengamati karangan bunga mawar

merah yang masih terlihat baru. Seorang pelayan wanita yang sejak tadi menguntitnya sedikit

terkejut saat dia menyodorkan sejumlah uang untuk membayar bunga yang akan dia berikan

pada Hyori, pacarnya.

Pelayan itu segera kembali ke tempat kasir untuk mengambil uang kembalian, tapi

Jaejoong tidak punya waktu untuk menunggu lagi. Dengan sedikit terburu-buru Jaejoong

masuk ke mobilnya dan melesat pergi tanpa memasang sabuk pengamannya. Dia nyaris

mengabaikan ponselnya yang masih terus bergetar, tapi begitu melihat nama Hyori yang

muncul di layar ponselnya, cepat-cepat Jaejoong menjawab panggilan itu.

“Iya, Sayang…sebentar lagi aku sampai disana kok. Sabar, ya…” Jaejoong berbicara

dengan nada menenangkan.

“Kamu tidak perlu menjemputku lagi.” suara Hyori terdengar dongkol. “Aku sudah lelah

menunggu kamu. Kamu selalu saja telat…”

“Ya – tapi aku punya alasan kenapa aku telat, ” Jaejoong berusaha menjelaskan. Dia

berbelok memasuki area parkir sebuah studio pemotretan, tempat Hyori bekerja, dan berhenti

di dekat pintu masuk studio.

“Aku tau kenapa. Kamu lebih suka nge-band sama teman-teman kamu dari pada pergi

denganku, kan?”

“Tidak....aku – ” Jaejoong berhenti. Pintu mobil sudah terbuka, tapi Jaejoong tidak

keluar, dan terus terpaku di dalam mobilnya. Dia nyaris tidak mempercayai matanya saat

melihat Hyori keluar dari studio itu dengan menggandeng seorang pria yang tidak dia kenal,

dan lebih panas lagi saat dia melihat pria itu mencium pipi Hyori dengan mesra saat Hyori akan

masuk ke mobilnya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 2

“Sudahlah, Sayang, kamu tidak perlu datang ke studio lagi.” suara Hyori tedengar lagi,

tapi hanya samar-samar ditelinga Jaejoong. “Aku pulang dengan Min Ah.”

Hyori langusung mentup telfon tanpa menunggu jawaban dari Jaejoong.

Pulang dengan Min Ah pantatku. Memangnya sejak kapan Min Ah jadi laki-laki? Batin

Jaejoong kesal. Dia melempar ponselnya ke jok belakang dan mengenai bouquet mawar yang

sudah dia siapkan untuk Hyori. Lalu mengawasi kepergian pacarnya bersama pria lain dengan

marah.

Yoo Chun’s Love Story

“Sudah belum sich, beb? Masih jauh, ya?” Joo Hyun mulai putus asa, sementara Yoo

Chun masih menutup matanya dengan tangan rapat-rapat, dan menuntunnya melewati jalan

setapak yang terasa asing baginya.

“Belum, sebentar lagi kita sampai kok.” kata Yoo Chun lembut disebelahnya.

“Seberapa jauh lagi, sich?” baru saja Joo Hyun melontarkan pertanyaannya, Yoo Chun

menyuruhnya berhenti, lalu melepas tangannya, dan JooHyun bisa melihat apa yang sudah

disiapkan oleh pacarnya.

Mereka berdiri di tengah lapangan baseball yang gelap, dikelilingi lilin-lilin kecil yang

membentuk hati sampai memenuhi lapangan itu. Sebuah meja telah disiapkan di depannya,

dihiasi lilin berbentuk hati dan bunga mawar merah di atasnya, lengkap dengan 2 kursi di

samping kanan-kiri meja. Sebuah lagu yang dimainkan dengan biola oleh dua orang yang

berdiri di belakang meja itu membuat suasana malam semakin indah.

“Yoo Chun…” Joo Hyun menatap pacarnya dengan mata berkaca-kaca, dan kemudian

menghambur kepelukan cowoknya.

“Ini untuk merayakan hari jadi kita yang kedua, beb.” Yoo Chun membalas pelukan Joo

Hyun dengan sayang.

“Apa ini artinya kamu akan melamar aku sekarang?” tanya Joo Hyun antusias. “Kita akan

segera menikah, kan?”

Yoo Chun tidak langsung menjawab. Kalau sudah menyinggung soal pernikahan, Joo

Hyun biasanya selalu bersikap menyebalkan.

“Kita bisa membahas pernikahan lain kali, kan, beb?” kata Yoo Chun hati-hati.

I’m Sorry I Love You but I Lie 3

“Kenapa? Itu kan penting!”

“Aku tau, tapi – ”

“Tapi apa?” Joo Hyun memotong dengan nada tinggi. “Kenapa kamu selalu menghindar

kalau aku mau bicara soal pernikahan?”

“Kata teman-temanku, menikah itu tidak enak, beb, jadi lebih baik kita…” Yoo Chun

berhenti saat melihat air mata yang menggenang di mata Joo Hyun. Urgh…kenapa harus disaat

seperti ini sih?

“Bilang saja kalau kamu tidak mau menikah denganku!” Joo Hyun berkata sambil

menangis. Dia berbalik pergi tanpa pamit dan sempat menabrak seorang pelayan yang tengah

membawakan wine untuk mereka.

“Hassht…!” Yoo Chun mengenyakkan diri di kursi dengan kesal. Semua rencana yang

sudah dia susun sejak kemarin benar-benar gagal. Dia bahkan belum sempat memberikan

cincin yang sudah dia siapkan untuk Joo Hyun malam ini.

“Maaf. Apakah kami harus membersihkan tempat ini sekarang?” tanya pelayan yang tadi

ditabrak oleh Joo Hyun.

Yoo Chun menatap pelayan itu dengan tidak senang, tapi melihat wajah wanita yang

lelah itu, dia tidak jadi meneriakinya. Toh pelayan itu tidak salah apa-apa. “Ya, bereskan saja.”

“Tapi Anda akan tetap membayar kami, kan?” tanya pelayan itu lagi, takut kalau Yoo

Chun tidak akan membayarnya karena makan malam yang gagal.

“Ya.” jawab Yoo Chun dengan muram. Dia mengamati bunga yang ada di atas meja

dengan kecewa.

Junsu’s Love Story

Junsu masih tidak berani mengangkat wajahnya. Berkali-kali dia harus membenarkan

kacamata minusnya yang merosot. Kalau dia bisa, rasanya dia ingin mengerutkan tubuhnya

yang tidak mau berhenti gemetar di atas sofa usang itu. Sementara laki-laki botak di depannya

itu terus menatapnya dengan sorot mata tajam yang penuh penilaian.

“Jadi, apa kamu serius ingin menikah dengan putriku?” tanya laki-laki itu dengan suara

kasar yang besar, mebuat nyali Junsu semakin ciut.

I’m Sorry I Love You but I Lie 4

“Ss – s – saya – serius.” jawab Junsu tergagap. Dia nyaris melompat karena terkejut saat

Hyo Woon menaruh gelas minuman di depannya.

“Maaf.” sesal Hyo Woon yang melihat keterkejutan Junsu. Dia kemudian duduk di

samping cowok yang sudah dia kencani selama kurang lebih setahun ini.

“Kamu seorang mahasiswa, kan?” tanya ayah Hyo Woon lagi.

“I – iya.” jawab Junsu yang merasa kegugupannya sedikit berkurang saat Hyo Woon

menggenggam tangannya untuk memberi semangat. Setidaknya dia tidak terus tergagap

sepanjang tadi.

“Lalu bagaimana kamu akan memberi makan putriku nanti?” Itu lebih seperti gertakan

dari pada pertanyaan. Junsu merasa dirinya akan ditolak.

“Dia juga bekerja di kampusnya, Ayah.” Hyo Woon membantu menjawab.

“Bekerja di kampus? Menjadi apa? Tukang parkir?”

“Bukan, Ayah. Dia bekerja menjadi penyiar radio di kampusnya.” jawab Hyo Woon lagi.

“Diamlah, Hyo Woon! Ayah tidak bertanya padamu!”

“Tapi Ayah membuatnya takut dengan memasang wajah seperti itu!” Hyo Woon terus

membela.

“Dia kan bukan anak kecil! Meskipun usianya lebuh muda dari kamu.”

“Orang tua pasti juga akan takut kalau melihat Ayah melotot seperti itu,” balas Hyo

Woon dongkol. Dia paling tidak suka kalau ada yang mengingatkan bahwa Junsu 4 tahun lebih

muda darinya. Itu menyebalkan.

I’m Sorry I Love You but I Lie 5

Cause I Love You

Joo Hyun menatap makan siangnya dengan tidak bersemangat. Dia berkali-kali menoleh

ke sekeliling cafeteria kampus, berharap Yoo Chun akan muncul, dan menyapanya dengan

kecupan sayang dipipinya. Tapi Yoo Chun tidak terlihat di cafeteria yang sedikit sepi pagi ini,

Joo Hyun juga belum melihatnya sejak dia berangkat tadi.

“Ada apa?” tanya Eun Soo, teman dekat Joo Hyun yang heran melihat sahabatnya terus

menekuk wajahnya. “Soal Yoo Chun ?” tebaknya.

Joo Hyun mengangguk. Dia kembali melihat ponsel, untuk mengecek kalau-kalau ada

pesan yang masuk dari Yoo Chun, tapi ternyata tidak ada.

“Apa kalian bertengkar?”

“Bukan bertengkar sich…tapi…em – pokoknya ada masalah.” jawab Joo Hyun murung.

“Padahal semalam hari jadi kami yang kedua.”

“Pasti kamu yang membuat masalah, kan?”

“Tidak! Enak saja…” salah satu alis Eun Soo naik, itu artinya dia tidak percaya, dan itu

membuat Joo Hyun jengkel. “Aku tidak membuat masalah! Semalam aku hanya bertanya

kapan dia akan menikahiku, dan apa kamu tau bagaimana jawabannya…? Dia bilang kalau kata

teman-temannya menikah itu tidak enak, itu kan membuatku marah, jadi aku langsung pergi

begitu saja…”

“Dan sekarang dia mengabaikanmu?” Eun Soo menyelesaikan. Dia menatap Joo Hyun

dengan kasihan.

“Aa… bagaimana ini?” Joo Hyun menghentakkan kakinya yang ada di bawah meja

dengan kesal, dan membuat meja itu bergetar. “Eh – tunggu!” Joo Hyun berhenti saat melihat

cowok yang baru saja masuk ke cafeteria. Dengan bersemangat dia menghampiri cowok itu.

“Hei, J!”

Jaejoong yang sedikit terkejut mendengar panggilan itu kemudian menoleh dan

mendapati Joo Hyun sudah berdiri di belakangnya. “O – hai, ” balasnya, sebisa mungkin

mencoba untuk tersenyum, meskipun itu sulit karena mood-nya sudah hilang sejak kemarin.

“Ada apa?” tanyanya sambil membuka tutup kaleng minuman yang baru saja dia beli.

“Apa kamu tau dimana Yoo Chun sekarang?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 6

“Tidak. Aku baru akan mencarinya. Kenapa? Apa ada masalah?”

“Aku belum melihatnya lagi setelah semalam. Tadi dia juga tidak menjemputku, tidak

mengangkat telfonku atau membalas pesanku.”

“Kalian bertengkar?” tanya Jaejoong tertarik, karena tidak biasanya pasangan itu

bertengkar sampai mengadakan acara diam-diaman segala, apalagi yang mendiamkan itu Yoo

Chun, bukannya Joo Hyun.

“Tidak. Pokoknya kalau nanti kamu bertemu Yoo Chun, tolong tanyakan kenapa dia

seperti itu. Oke ?” Joo Hyun berhati-hati agar tidak menyebutkan kata ‘masalah’ saat

menjawab, karena takut itu akan memancing pemikiran Jaejoong kalau dialah yang membuat

masalah lebih dulu, seperti Eun Soo tadi.

Jaejoong hampir sama seperti Eun Soo dalam membaca mimik dan gerak-gerik Joo Hyun.

Itu karena dari dulu mereka hampir selalu bersama, dan Jaejoong juga pernah menjadi cinta

pertama Joo Hyun saat di SMA dulu. Mereka pernah berpacaran selama kurang lebih 4 bulan

sebelum kelulusan, dan berpisah secara baik-baik karena alasan ketidak cocokan (Joo Hyun

terlalu serius memikirkan hubungan mereka sampai kepernikahan, sementara Jaejoong yang

basis kemampuannya sejak SD adalah menjadi playboy hampir tidak pernah serius).Tapi

hubungan diantara mereka masih baik-baik saja sampai sekarang, bahkan dulu Jaejoong lah

yang menjodohkan Joo Hyun dengan Yoo Chun, sahabatnya, sampai keduanya bisa

berpacaran.

“Ya, aku akan bertanya kalau ingat.”

“Harus ingat dong!”

“Berarti harus ada imbalannya.” kata Jaejoong sambil menunjukkan senyum khasnya,

kali ini tanpa keterpaksaan.

“Imbalan apa?” tanya Joo Hyun sedikit takut saat melihat senyum khas Jaejoong berubah

menjadi senyum ala playboy.

“Kencan satu hari denganku. Bagaimana?”

Joo Hyun terkejut mendengar tawaran itu. Bagaimana bisa Jaejoong mengajaknya

kencan padahal dia tau Joo Hyu masih berpacaran dengan Yoo Chun? Joo Hyun tau kalau dari

dulu Jaejoong memang senang dikelilingi cewek, tapi mendekati mantan pacar yang sudah

menjadi pacar sahabatnya itu sama sekali bukan gaya Jaejoong. Meskipun cowok itu sedikit

I’m Sorry I Love You but I Lie 7

brengsek, tapi Jaejoong bukan tipe orang yang akan menghianati teman-temannya. Lagi pula,

bukankah Jaejoong sudah memiliki Hyori? Dari apa yang Joo Hyun lihat selama ini, Jaejoong

sangat mencintai kekasihnya itu, bahkan perasaan itu terlihat lebih nyata dan lebih besar dari

pada perasaan Jaejoong pada Joo Hyun dulu. Joo Hyun tidak tau kenapa Jaejoong bersikap

seperti itu.

“Apa hubunganmu dengan Hyori baik-baik saja?” tanya Joo Hyun alih-alih menjawab

pertanyaan Jaejoong tadi.

Jaejoong tidak bisa menutupi kesedihan yang mendadak mendominasi wajahnya,

sehingga Joo Hyun bisa melihatnya dengan jelas. Dia meneguk minumannya banyak-banyak

sebelum menjawab. “Hubungan kami baik-baik saja.” Jaejoong berbohong. “Hyori sedikit sibuk

dengan pekerjaannya, jadi aku merasa kesepian.” Melihat Joo Hyun tidak percaya sepenuhnya,

Jaejoong mencoba mengalihkan pembicaraan. “Apa semalam kencan kalian lancar?”

“Ya – e – lancar. Kalau ada masalah dengan Hyori kamu akan menceritakannya padaku,

kan?” Joo Hyun kembali ke topik sebelumnya.

“Iya, iya. Kalau begitu aku pergi dulu, ”

“Jangan lupa untuk menanyakannya pada Yoo Chun soal tadi!” Joo Hyun mengingatkan

saat Jaejoong sudah hampir tiba di pintu keluar

“Apa maksudnya itu?” tanya EunSoo yang sudah berdiri di samping Joo Hyun. “Apa dia

mengajakmu kencan?”

Joo Hyu tidak menjawab dan hanya mengangkat bahunya, lalu kembali ke meja.

“Gila!” Eun Soo heboh sendiri. “Pacar sahabatnya sendiri juga jadi sasaran? Apa dia lupa

kalau kamu adalah pacar Yoo Chun?”

Joo Hyun tidak menanggapi. Nafsu makannya telah kembali, jadi dia lebih memilih untuk

menghabiskan makan siangnya cepat-cepat dari pada menanggapi Eun Soo yang masih saja

mengoceh.

“Kenapa dia tidak mengajakku saja sih? Jelas-jelas aku yang masih single...”

“Bukannya kamu tidak menyukai Jaejoong? Katanya kamu tidak suka cowok playboy?”

tanya Joo Hyun tanpa menatap temannya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 8

“Yach...kalau dia mengejakku kan sayang kalau di tolak.” Eun Soo tersenyum tanpa dosa.

“Tapi apa Yoo Chun tidak akan marah kalau tau kalian berkencan?”

“Berarti dia tidak boleh tau.” jawab Joo Hyun enteng. “Lagipula kami berkencan bukan

karena kami saling mencintai, ”

“Tapi...?”

“Aku meminta bantuan Jaejoong, jadi dia meminta kencan 1 hari denganku sebagai

imbalannya.”

“Tapi kenapa dia harus meminta kencan sebagai imbalannya, coba?”

“Aku tidak tau.”

“Mungkin dia masih menyukaimu.”

Joo Hyun sampai tersedak minumannya karena menahan tawa. Dia kembali meneguk

minumannya banyak – banyak untuk menghilangkan perih di tenggorokannya.

“Mana mungkin! Dia kan sudah punya Hyori. Ceweknya super model lagi.” sanggah Joo

Hyun setelah berhenti batuk.

“Model kan sibuk, siapa tau dia butuh pelarian,” Eun Soo tetap bertahan dengan

pendapatnya.

“Dia bisa mendapatkan banyak wanita lain diluar, kenapa aku?”

“Tentu saja karena dia masih menyukaimu!”

“Ah – terserah!” Joo Hyun menggerutu. Berdebat dengan Eun Soo memang selalu

membuatnya kesal, dan sekarang moodnya hilang lagi.

.....

Di dalam perpustakaan yang tenang...

Yoo Chun membolak-balik majalahnya dengan asal, tidak tau kenapa tidak ada artikel

yang bisa mengalihkan pikirannya dari Joo Hyun. Duduk di hadapannya, wajah Junsu benar-

benar tenggelam dibalik buku-buku tebalnya, tapi sebenarnya dia tidak sedang belajar, hanya

memikirkan bagaimana cara meluluhkan hati ayah Hyo Woon agar menyetujui hubungan

mereka.

I’m Sorry I Love You but I Lie 9

“Eh, ” Junsu akhirnya menyerah dengan kepura-puraanya. Dia menyingkirkan buku-

bukunya agar bisa melihat Yoo Chun.

“Apa?” Yoo Chun tidak menoleh untuk menatap sahabatnya.

“Bagaimana caramu meluluhkan hati orang tua Joo Hyun?”

“Tentu saja dengan uang.” jawab Yoo Chun pendek. “Kenapa kau tiba-tiba menanyakan

hal itu?” tanyanya heran.

“Tidak pa-pa. Aku hanya ingin tau saja.” Junsu kembali menarik salah satu bukunya, dan

berpura-pura serius membaca lagi.

Baru beberapa menit berlalu, ganti Yoo Chun yang menutup majalahnya dengan kesal.

“Ini sama sekali tidak membantu!” gerutunya. Junsu mengitip sedikit dari balik bukunya.

“Aku ingin sekali menemuinya...”

“Kalau begitu temui saja.” sahut Junsu. “Joo Hyun, kan?”

Yoo Chun mengangguk. “Tidak bisa...”

“Kenapa?” Junsu menaruh bukunya lagi, dan kali ini benar-benar memperhatikan lawan

bicaranya.

“Aku sedang dalam misi ‘mengasingkan Joo Hyun’.” jawab Yoo Chun dengan lesu.

Junsu tertawa, “Misi apa?” segalanya geli. Melihat Yoo Chun siap melempar kursi ke

arahnya, Junsu langsung berhenti. Tapi binar tawa masih terlihat di matanya. “Mana ada

Romeo yang mengasingkan Juliet-nya?”

“Ada saja, kalau Juliet-nya seperti Joo Hyun.” balas Yoo Chun. “Bayangkan saja... Dia

tidak pernah berhenti berbicara soal rencana pernikahan, dan setiap kali aku mencoba

mengalihkan pembicaraan, dia selalu marah. Dia bilang aku pembohong...tidak bertanggung

jawab...tidak serius...Apa menurutmu itu masuk akal?”

“Tidak sih. Tapi coba tanya Jaejoong apa sejak dulu Joo Hyun memang seperti itu, ”

“Seperti itu apa?” tanya Yoo Chun. Dari raut wajahnya sekarang, terlihat jelas bahwa dia

tidak setuju dengan saran Junsu itu. Meskipun dia tau Jaejoong & Joo Hyun sudah tidak

berpacaran, tapi keduanya masih dekat dan Yoo Chun yang sangat mengenal Jaejoong dengan

baik, sedikit cemas dengan hal itu.

I’m Sorry I Love You but I Lie 10

“Mungkin saat bersama Jaejoong dulu Joo Hyun juga selalu berbicara soal menikah.”

Junsu mengira-ngira. “Sepertinya Jaejoong pernah cerita soal itu.”

“Cerita apa?” sela suara lain. Detik berikutnya, kursi diantara Yoo Chun & Junsu yang

tadinya kosong kini diisi oleh Jaejoong. “Oh, iya.” Jaejoong kembali berbicara sebelum ada

temannya yang menjawab. “Joo Hyun titip pesan, ” katanya pada Yoo Chun.

“Kalian bertemu dimana?” Yoo Chun berusaha membuat suasana terdengar biasa, bukan

suara orang yang sedang cemburu.

“Di cafetaria.”

“Apa pesannya?”

“Kenapa kau tidak menjemputnya? Kenapa tidak menjawab telfonnya? Kenapa tidak

membalas pesannya? Dan pertanyaan dari-ku...kenapa kau bersikap seperti itu padanya?”

Jaejoong menyebutkan pertanyaan-pertanyaan Joo Hyun tadi seperti seorang penuntut.

“Waw, itu pertanyaan atau jalan tol? Panjang sekali...” gumam Junsu dengan

gurauannya. Yoo Chun melempar pandangan sebal ke arahnya, alih-alih Jaejoong.

“Apa kau mau menjawabnya langsung pada Joo Hyun? Mungkin dia masih ada di

cafetaria...” Jaejoong menyarankan.

“Oke. Aku akan kesana, ” Yoo Chun bangkit, kemudian meninggalkan Junsu & Jaejoong

berdua.

Jaejoong mengambil majalah yang tadi dibaca Yoo Chun, dan mengamati wajah cantik

Hyori yang tersenyum disampul majalah itu.

Junsu yang baru saja melihat wajah di sampul majalah itu menunjuk wajah Hyori dengan

semangat. “Hyori memasang tindikan di hidungnya ya? Wah...dia benar-benar cantik.”

Jaejoong membuka halaman pertama dengan kasar, sampai membuat ujung halaman itu

robek karenanya, tapi dia tidak peduli. Junsu mengamati wajah suram temannya itu dengan

teliti.

“Apa kau juga sedang ada masalah dengan Hyori?” tanya Junsu hati-hati.

“Tidak.” Jaejoong membuka-buka halaman dengan cepat sehingga menimbulkan suara

gaduh.

I’m Sorry I Love You but I Lie 11

“Lalu kenapa kau terlihat kesal begitu?”

“Aku tidak, ” Jaejoong tersenyum dibuat-buat, tapi itu tidak bertahan lama.

“Memangnya Yoo Chun ada masalah apa dengan Joo Hyun?” tanyanya, sengaja mengalihkan

pembicaraan. Dia menutup majalahnya.

“Dia cuma kesal, karena Joo Hyun selalu berbicara soal menikah. Apa dulu dia juga

seperti itu?”

“Iya. Dia bahkan sudah memintaku untuk mencoba baju pernikahan yang dia pilih.”

“Uuah... Dia benar-benar mengerikan!”

“Tapi dia sangat manis.” Sebuah kenangan kecil yang indah saat dia & Joo Hyun masih

berpacaran dulu muncul dipikirannya, menggelitik benaknya.

Ponsel Jaejoong bergetar, sebuah pesan dari Hyori masuk

Kamu dimana? Aku ingin makan siang bersama.

Jaejoong membaca pesan itu dengan cepat, tapi tidak membalasnya. “Aku pergi dulu, ”

pamitnya pada Junsu.

“Kemana?”

“Hyori.” jawab Jaejoong pendek, dan langsung berbalik pergi.

“Jangan lupa nanti malam!”

Jaejoong membuat isyarat ‘Ok’, dengan tangannya tanpa berhenti atau menoleh.

Bukan apa-apa. Junsu, Jaejoong, & Yoo Chun memang selalu punya jam nongkrong

bareng diakhir pekan, dan mereka biasanya berkumpul di malam hari. Itu sudah berlangsung

selama 6 tahun, sejak persahabatan mereka di SMA di mulai. Kalau pacar mereka sedang tidak

mau ditinggal, mereka akan mengajak pasangannya untuk join. Yoo Chun-lah yang paling

sering mengajak pasangannya, karena itu Joo Hyun sangat tahu seperti apa hubungan 3 sejoli

itu. Sementara Junsu – sejak 2 tahun dia berpacaran dengan Hyo Woon – belum pernah

mengajak pasangannya untuk ikut berkumpul dengan teman-temannya, bukan karena malu

kalau teman-temannya tau dia berpacaran dengan wanita yang lebih tua, tapi dia takut Hyo

Woon tidak akan suka. Hyo Woon bukanlah tipe cewek modern seperti Hyori ataupun Joo

Hyun, tapi dia tipe pekerja keras yang dewasa & mandiri. Jaejoong sendiri baru 2 kali mengajak

Hyori berkumpul bersama teman-temannya, karena Hyori selalu sibuk dengan kegiatan

modeling-nya.

…..

I’m Sorry I Love You but I Lie 12

“Dimana dia? Apakah dia sudah pergi?” Yoo Chun terus bertanya-tanya saat mencari Joo

Hyun di kantin. Tapi sepertinya Joo Hyun memang sudah pergi, jadi dia memutuskan untuk

mencari Joo Hyun di tempat lain.

Setelah mengelilingi separuh kampus-nya, Yoo Chun akhirnya berhasil mememukan Joo

Hyun. Cewek itu tengah duduk di pinggir lapangan basket yang sedang dibersihkan, bersama

Eun Soo yang terlihat asik bercerita.

Eun Soo-lah yang pertama menyadari kemunculan Yoo Chun. Dia langsung memberi tau

Joo Hyun yang duduk deselahnya. “Itu Yoo Chun!”

“Mana? Mana?” Joo Hyun mencari-cari dengan bersemangat, dan saat dia melihat

cowoknya yang tengah berjalan ke arah mereka, dia menjerit kegirangan. Kemudian, dengan

nekat dia melompati kursi-kursi penonton dihadapannya, dan berlari ke arah Yoo Chun.

“Eh –awas!” Yoo Chun ingin mengingatkan Joo Hyun kalau lantai basket yang tengah

dipel itu licin, tapi terlambat.

Bunyi debam yang keras, diikuti rintih kesakitan Joo Hyun saat terpeleset jatuh

menggema di gedung olahraga itu. Yoo Chun mempercepat langkahnya, dan tetap menahan

diri agar tidak tertawa disituasi seperti ini.

“Apa kamu baik-baik saja?” Yoo Chun bertanya sambil menahan geli.

Joo Hyun yang tau kalau Yoo Chun ingin menertawainya hanya cemberut. “Tertawa saja

kalau mau tertawa!” gerutunya seraya berusaha bangkit, tapi karena pantatnya terlalu sakit,

dia tidak bisa berdiri.

“Maaf.” Yoo Chun tersenyum tanpa penyesalan. “Mau aku gendong?”tawarnya.

Dengan anggukan kaku dan wajah yang masih cemberut, Joo Hyun menjawab tawaran

itu. Yoo Chun kemudian mengangkat tubuhnya dengan mudah, dan membawanya ke UKS. Dia

tidak malu saat orang-orang yang melihat mengritik atau menertawai mereka.Toh mereka

sudah tau kalau Joo Hyun & Yoo Chun memang berpacaran, karena pasanganitulah yang

selalu pamer kemesraan di kampus.

“Aku berharap UKS-nya lebih jauh lagi.”Joo Hyun bergumam saat Yoo Chun

menurunkannya di atas tempat tidur yang ada di ruang kesehatan itu. Dia tersenyum saat Yoo

Chun mengambilkan kotak obat untuknya. Tapi senyumnya langsung lenyap saat Yoo Chun

mulai mengobati lukanya. “Auch – Oh! Hati-hati – aw – pelan-pelan – ach – ”

“Ini sudah paling pelan.”

“Tapi masih sakit.”

“Makanya lain kali hati-hati, jangan ceroboh !”

I’m Sorry I Love You but I Lie 13

“Tadi aku begitu senang karena melihatmu...” Joo Hyun mengungkapkan alasannya. Dia

terus mengawasi Yoo Chun yang tengah menutup luka di kakinya dengan perban. “Aku

mencintaimu.” ujarnya tulus, berharap Yoo Chun akan mengungkapkan hal yang sama

padanya.

“Aku tau.”Yoo Chun berujar seraya merekatkan plaster di perban kekasihnya. “Aku juga

mencintaimu.”

Joo Hyun menutup matanya dengan senang, dan merasakan bibir Yoo Chun menyapu

bibirnya dengan lembut.

“Eurgh....!” Eun Soo Menyela dengan risih. “Bisa tidak sih kalau kalian tidak pamer

ciuman di depanku? Aku mengikuti kalian kesini bukan untuk melihat itu...” tapi tidak ada yang

mendengarkan EunSoo, jadi dia kembali keluar. Di depan pintu dia nyaris bertabrakan dengan

Jaejoong yang berjalan dengan sedikit tergesa-tega.

“Sorry.”Jaejoong hanya melirik Eun Soo sekilas dan langsung meneruskan langkahnya,

tapi detik berikutnya dia berhenti, lalu berbalik.

“Ada apa?”Eun Soo bertanya dengan heran saat Jaejoong mendekatinya.

“Em...”Jaejoong melihat ke dalam ruang UKS, disana Yoo Chun dan Joo Hyun masih

berciuman, tapi dia cepat-cepat berpaling pada Eun Soo lagi. “Apa kamu sedang sibuk?”

tanyanya langsung to the point.

“Tidak.”

“Bagus.Ayo!”Jaejoong langsung meraih tangan EunSoo, dan mengajaknya pergi tanpa

menjelaskan alasannya pada Eun Soo.

“Ada apa?”tanya Yoo Chun saat Joo Hyun sedikit menjauh darinya.

“Tadi Jaejoong melihat kita...” Joo Hyun melihat ke arah pintu untuk mengecek apakah

Jaejoong masih ada di sana atau tidak, tapi tidak ada satu orang pun yang berdiri di luar pintu.

“Lalu kenapa?” dahi Yoo Chun berkerut keheranan. “Dia tau kita berpacaran.”

“Tapi...” Yoo Chun menunggu Joo Hyun menyelesaikan kalimatnya, tapi Joo Hyun tidak

melakukannya, dan itu membuatnya semakin curiga.

“Oh, iya”Joo Hyun kembali pada Yoo Chun. “Kenapa tadi pagi kamu tidak

menjemputku?”

“Mobilku mogok.”

“Kenapa kamu tidak membalas pesanku?”

“Ponselku rusak.” Ya, aku membantingnya karena marah, batin Yoo Chun yang sekarang

merasa menyesal karena telah melakukannya.

“Dan kenapa kamu tidak menjawab telfonku?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 14

“Aku meninggalkan ponselku di rumah. Buat apa membawa ponsel yang bahkan tidak

bisa hidup?”

Joo Hyun kembali cemberut mendengar jawaban-jawaban Yoo Chun.

“Ayolah, beb...aku minta maaf, ok?Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

“...”

“Oh - !”Yoo Chun teringat sesuatu. Dia merogoh sakunya dengan bersemangat, dan

mengeluarkan cincin yang sudah dia siapkan untuk Joo Hyun semalam. “Aku berniat

memberikan hadiah ini tadi malam, tapi kamu malah kabur duluan.”

Joo Hyun tidak bisa berpura-pura marah lagisaat melihat hadiah itu, dan langsung

memeluk Yoo Chun dengan sayang.

.....

Hyori masih menunggu sendirian di retoran. Berkali-kali dia mengecek ponselnya unutk

melihat apakah ada pesan dari Jaejoong yang masuk atau tidak. Dia mencoba menelfon

kembali, tapi nomor Jaejoong sekarang malah tidak aktif.

“Apakah Anda ingin memesan sesuatu?” Hyo Woon menanyai tamu yang yang tak lain

adalah Hyori, yang sejak tadi hanya duduk tanpa memesan apapun.

“Tidak, terimakasih” Hyori mengambil tasnya dan beranjak pergi, tapi langkahnya

terhenti saat dia melihat Jaejoong yang masuk ke restoran bersama Eun Soo.

“Pelayan!” Jaejoong memanggil Hyo Woon yang baru saja mengantar pesanan di meja

sebelahnya. Dia tahu Hyori sedang mengawasinya, tapi Jaejoong akan berpura-pura tidak

melihatnya sekarang.

“Sayang, kamu mau pesan apa ?” tanya Jaejoong. Karena terlalu shock mendengar

panggilan ‘sayang’ dari Jaejoong, Eun Soo tidak bisa berkata apa-apa. Jadi Jaejoong

memesankan steak dan samgyupsal untuknya.

“Tolong tunggu sebentar!” kata Hyo Woon setelah mencatat pesanan Jaejoong,

kemudian dia kembali ke dapur, “Yunho, tolong gantikan aku melayani meja no. 12, ya!”

pintanya pada Yunho yang tengah mencuci piring-piring kotor.

“Kenapa? Apa jam kerjamu sudah habis” tanya Yunho heran.

“Belum sih, masih 10 menit lagi, tapi aku harus pergi ke suatu tempat, ” jawab Hyo

Woon tergesa-gesa, “Ini pesananya.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 15

“Oh…oke.” jawab Yunho.

Jaejoong menarik kursinya agar lebih dekat dengan Eun soo dan dengan sengaja

memunggungi Hyori, “Apa kamu pernah kesini sebelumnya? Ini adalah restoran favoritku,

bukan restoran mewah sih... Tapi hanya orang spesial yang aku ajak kesini”

“Benarkah?” wajah Eun Soo sekarang sudah bersemu merah, “Aku spesial?” Jaejoong

tersenyum mengiyakan. “Apa kamu suka film romantis?”

“Suka” jawab Eun Soo, terlalu bersemangat menunggu ucapan Jaejoong selanjutnya.

“Bagaimana kalau setelah ini kita pergi ke bioskop?” ajak Jaejoong. Eun Soo mengangguk

tanpa berfikir lebih jauh. Jaejoong merasa puas dengan pilihannya. Dari awal dia sudah tahu

kalau Eun Soo adalah tipe gadis yang mudah didekati.

“Tapi kenapa kamu tiba-tiba bersikap seperti ini padaku?” tanya Eun Soo heran. “Aku

kira kamu masih menyukai Joo Hyun?”

“Tidak. Dia hanya masa lalu” Jaejoong sudah memikirkan jawaban itu matang-matang.

Dia sudah memikirkannya sejak lama, untuk mengantisipasi kalau ada yang menanyakan hal

yang sama tentang perasaanya pada Joo Hyun, seperti sekarang dan jawabannya tidak akan

berubah.

“Tapi kenapa kamu selalu mendekatinya?” Eun Soo masih menyelidiki.

“Itu karena aku ingin berada sedekat mungkin denganmu, ”

Dasar playboy kacangan. Hyori memaki dalam hati sambil terus memperhatikan

Jaejoong dan Eun Soo.

“Lalu bagaimana dengan Hyori?” tanya Eun Soo.

Hyori menunggu jawaban Jaejoong dengan napas tertahan, tapi apa yang dikatakan

Jaejoong tidak seperti yang dia harapkan “Hyori? Untuk apa memikirkan orang yang tidak ada

disini sekarang?” Jaejoong sengaja mengeraskan suaranya, sehingga Hyori bisa mendengarnya

dengan jelas, “Aku yakin dia sedang bersenang-senang sekarang!” Hyori tidak bisa menahan

diri lagi. Dia menghampir meja Jaejoong dan melabrak 2 orang itu. Bahkan sebelum Jaejoong

menoleh atau menyadari keberadaanya, dia langsung menampar wajah cowoknya dengan

keras. Sontak Jaejoong langsung berdiri, dan menatap Hyori dengan tatapan yang sama-sama

marah. Eun Soo diam-diam juga berjalan sedikit menjauh.

I’m Sorry I Love You but I Lie 16

“Aku benar-benar tidak percaya kamu melakukan itu.” kata Hyori sakit hati.

“Melakukan apa?” balas Jaejoong, pipinya masih terasa perih karena tamparan Hyori

barusan, tapi dia berusaha mengabaikannya.

“Berselingkuh.” Hyori membuang muka dan menatap Eun Soo dengan tatapan yang

merendahkan. “Kenapa kamu melakukannya?” Dia kembali menatap Jaejoong yang baru saja

mengelus pipinya yang sedikit bengkak.

“Bukankah kamu juga melakukannya” balas Jaejoong sengit.

“Aku tidak.....” Hyori mengelak.

“Oh, berarti kemarin aku salah mengenali pacarku sendiri?”dia bergumam pedas.

Hyori berfikir sejenak. Apa kemarin Jaejoong melihat saat dia pergi dengan bosnya? Tapi

sebelum Hyori mengungkapkan pertanyaan itu, Jaejoong sudah berlalu pergi, bahkan tanpa

memperdulikan Eun Soo.

Hyo Woon masuk ke sebuah toko usang sendirian. Biasanya dia datang ketempat itu

bersama Junsu, tapi tadi Junsu bilang dia akan sedikit terlambat .

“Selamat siang, Pak!” sapanya pada penjaga sekaligus pemilik toko buku itu.

“Selamat siang.” Tuan Han, pemilik toko itu langsung mengenali Hyo Woon yang sudah

menjadi pelanggan tetapnya sejak lama. “Datang kesini untuk mengambil pesanan, ya?”

“Iya Pak.”

“Tunggu sebentar, ya!” Tuan Han masuk ke ruangan penyimpanan, dan mengambil

setumuk besar buku paket yang sudah dia siapkan untuk Hyo Woon .

“Wah... bukunya banyak sekali, ” Hyo Woon yang merasa kesulitan saat menerima

tumpukan buku besar itu, kemudian menaruhnya di atas meja sebelum dia membuat buku-

buku itu berceceran di lantai. Lalu dia merogoh tasnya untuk mengambil uang. “Aku takut

uangku tidak akan cukup untuk membayar semua buku ini, ” ujar Hyo Woon yang masih

mencari-cari uang di tasnya.

“Tidak apa-apa. Ambil saja” kata Tuan Han Dia tahu Hyo Woon membeli buku-buku itu

untuk mengajar anak-anak jalanan yang ada di daerah pinggiran Seoul, dan itu yang

membuatnya kagum pada Hyo Woon. Karena meskipun dia sendiri berasal dari keluarga yang

I’m Sorry I Love You but I Lie 17

tergolong kurang mampu, Hyo Woon tetap meluangkan waktu untuk mengajar anak-anak

jalanan.

“Benarkah? Wah Anda benar-benar baik, Tuan Han. Terimakasih banyak!” Hyo Woon

membungkuk sampai 90 dengan penuh semangat.

“Kamu juga anak yang baik.” balas Tuan Han, tersenyum “Dimana calon suamimu itu?

Biasanya kalian selalu datang berdua.”

“Dia....”

“Maaf, aku terlambat.” Kemunculan Junsu mengalihkan perhatian Hyo Woon “Apa

kabar, Tuan Han?” sapa Junsu yang masih sedikit terengah karena berlari dari halte bus. Dia

membenarkan kacamatanya yang merosot saat dia membungkuk untuk memberi salam.

“Baik. Aku baru saja menanyakanmu pada Hyo Woon.” kata Tuan Han.

“Kau terlihat lelah. Apakah kau mau beristirahat di kursiku dan meminum teh?”

tawarnya.

“Tidak, terima kasih.” Junsu menolak dengan halus. Dia member isyarat mata pada Hyo

Woon untuk segera pergi.

“Karena Junsu sudah datang, kami harus segera pergi sekarang.” pamit Hyo Woon.

“Sekali lagi terima kasih atas bukunya, Tuan Han!”

“Iya. Terima kasih, Tuan Han!” Junsu ikut-ikutan. Dia membantu membawakan

sebagian besar buku yang diberikan Tuan Han.

Mereka menaiki bus seperti biasa, dan duduk di bangku pojok paling belakang.

“Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa menemanimu pergi mengajar.” kata Junsu

ditengah perjalanan mereka menuju tempat biasa Hyo Woon mengajar.

“ Kenapa?” tanya Hyo Woon terkejut.

“Mulai besok pagi aku sudah akan bekerja part time di bengkel tempat kakakku

bekerja, dan aku juga sudah mengubah jam kuliahku ke jam siang. Jadi kemungkinan waktu

kita untuk bertemu hanya sedikit, karena malamnya aku masih ada siaran.” Junsu menjelaskan.

I’m Sorry I Love You but I Lie 18

Hyo Woon terdiam selama beberapa saat, dan hanya menatap tumpukan buku yang

ada di pangkuannya dengan tatapan kosong. “Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan seperti

itu?” tanyanya, kemudian memandang wajah polos Junsu yang terlihat lelah.

“Aku ingin membuktikan pada ayahmu kalau aku bisa mencari uang untuk

menghidupimu nanti, jadi dia bisa merestui hubungan kita.”

“Tapi tidak harus dengan seperti itu! Aku bisa membujuk ayah lagi.”

“Tidak pa-pa. Aku akan tetap melakukannya. Aku akan bekerja keras agar bisa

membahagiakan kamu setelah kita menikah nanti. Ok?”

“Tapi kalau kita tidak bisa sering bertemu…”

“Tenang saja, aku akan sering menelfon kamu ya?”

Hyo Woon akhirnya mengangguk. Bus berhenti lima menit kemudian, dan mereka

turun bersama, lalu menapaki jalan berdua, melewati rumah-rumah kecil yang ada di muara

sungai dan berhenti di sebuah rumah kosong yang begitu kotor. Disana ada selusin anak-anak

kecil yang terlihat lusuh menyambut kedatangan mereka.

…..

Jaejoong merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di studio pribadinya, tempat

dia berlatih dengan band-nya, dan juga berkumpul dengan Yoo Chun & Junsu.

Jaejoong menatap langit-langit yang berwarna gelap sambil mengelus pipinya yang

masih sedikit perih karena tamparan Hyori tadi, dan dia mulai berpikir dengan serius sekarang.

“Aku mau lagu ‘Nothing Better’ nya Jong Yeop!” suara Joo Hyun dari kejauhan

membuyarkan lamunan Jaejoong, lalu disusul Yoo Chun dan Joo Hyun yang masuk ke studio

itu. “Oh-Jaejoong!” Joo Hyun seperti terkejut melihat Jaejoong yang duduk sendirian di studio.

“Kenapa kau ada disini?” tanya Yoo Chun heran.

“Memangnya aku tidak boleh berada disini?” balas Jaejoong dengan sedikit sewot.

“Kalian sendiri kenapa kesini?”

“Joo Hyun meminta diajari bermain piano.” jawab Yoo Chun, tangannya sekarang

merangkul bahu Joo Hyun.

“Apa kamu sedang ada masalah?” tanya Joo Hyun.

I’m Sorry I Love You but I Lie 19

“Tidak. Kenapa sejak bertemu tadi kamu selalu bertanya apa aku ada masalah ?”tanya

Jaejoong yang sebenarnya tidak senang kalau Joo Hyun mencampuri masalahnya dengan

Hyori.

“Karena kamu terlihat seperti orang yang sedang ada masalah.”

“Eghm-em!” Yoo Chun sengaja berdehem dengan sangat keras. “Ayo kita mulai, beb!”

“Apa tidak pa-pa…?” Joo Hyun melempar pandangan ke arah Jaejoong dengan tidak

enak.

“Tidak pa-pa, kan ?” Yoo Chun menimpali.

“Silahkan saja. Aku akan tidur disini.” Jaejoong menjawab, kemudian dia kembali

berbaring, dan berpura-pura tidur.

Yoo Chun dan Joo Hyun duduk berhimpitan di belakang piano, dan Yoo Chun

mengambil kesempatan untuk memegang tangan ceweknya secara bebas saat memberitahu

Joo Hyun not-not dasarnya.

“Ternyata tidak mudah.” keluh Joo Hyun putus asa.

“Mudah kok, ” Yoo Chun memainkan sedikit bagian reff -nya sendiri.

“Iya, untuk kamu. Coba mainkan dari awal sampai akhir!” tantang Joo Hyun

“Ok.”

“Bagaimana kalau aku mengiringnya dengan gitar?” sela Jaejoong dari atas sofa, dia

mengangkat kepalanya dengan penuh minat.

“Tidak perlu. Tidur saja, sana!” sahut Yoo Chun, tapi Joo Hyun tidak setuju dengannya.

“Kedengarannya itu hebat!” Joo Hyun bersemangat. “Waktu SMA dulu kamu sering

menyanyikan lagu untukku, kan?” kenangnya, membuat Yoo Chun semakin panas.

“Aku akan menyanyikan lagu untukmu lebih sering dari dia.” kata Yoo Chun cemburu,

tapi sepertinya Joo Hyun tidak mendengarkannya karena cewek itu malah sibuk memberi

aplaus saat Jaejoong dengan gaya sok cool-nya menempati sofa, dan mengambil salah satu

gitar koleksinya.

“Siap?” tanya Jaejoong pada rekannya, dan Yoo Chun mengangguk dengan setengah

hati.

I’m Sorry I Love You but I Lie 20

Nega onjen-ga watdon noye olgureul giokhe Momcwo itdon nemameul, mipgedo gojangnan ne gaseumeul Noye hwanhan misoga swipgedo yon-goya Geure geurotge nega noye sarami dwen-goya Motnatdon nechuok deuri ijen giokjocha anna Nareul kkokjapeun soni bomchorom ttatteuthaeso Ije kkumchorom nemameun Geude gyote gamanhi momcwosoyo Hansun-gan do kkeji anneun kket opneun kkumeul kkwoyo Ije sumchorom ne gyote Hangsang swimyo geurotge issojumyon nothing better nothing better than you nothing better nothing better than you Ije kkumchorom ne mameun Geude pume gamanhi an-gyo itjyo Hansun-gan do kkeji anneun kket opneun kkumeul kkujyo Ije sumchorom ne gyote Hangsang swimyo geurotge issojumyon nothing better nothing better than you nothing better nothing better than you nothing better nothing better than you Satu hari kamu muncul dalam hidupku Dan aku masih ingat wajahmu di hari itu Jantungku berhenti seketika Kamu mengambil hatiku yang tak berfungsi Dan dengan senyum cerahmu Itulah caramu dapat dengan mudah membuka hatiku Memang benar, bahwa itu adalah bagaimana aku menjadi (laki-laki) mu Semua kenangan yang tidak menyenangkan, tidak lagi ku ingat Karena tangan yang memegang erat-erat yang hangat seperti musim semi Dan sekarang seperti mimpi di hatiku Hatiku diam-diam pindah ke sisimu Tanpa kebangkitan untuk satu moment, Aku bermimpi mimpi yang tak berujung Dan sekarang seperti bernapas, Jika kamu selalu beristirahat di sisiku Jika kamu selalu tetap dengan cara ini Tidak ada yang lebih baik tidak ada ada yang lebih baik dari kamu Tidak ada yang lebih baik tidak ada ada yang lebih baik dari kamu

I’m Sorry I Love You but I Lie 21

Dan sekarang seperti mimpi, Hatiku masih di pegang dalam pelukanmu Tanpa kebangkitan untuk satu moment, Aku bermimpi mimpi yang tak berujung Dan sekarang seperti bernapas, Jika kamu selalu beristirahat di sisiku Jika kamu adalah untuk selalu tetap dengan cara ini Tidak ada yang lebih baik tidak ada ada yang lebih baik dari kamu Tidak ada yang lebih baik tidak ada ada yang lebih baik dari kamu Tidak ada yang lebih baik tidak ada ada yang lebih baik dari kamu

I’m Sorry I Love You but I Lie 22

The Game Will Start Now

Salju mulai turun dimalam hari. Kota Seoul yang tadinya hangat kini membeku ditengah

musim dingin yang baru saja tiba diawal Desember ini.

Ditengah cuaca dingin itu, Jaejoong, Yoo Chun dan Junsu berkumpul di dalam studio

Jaejoong sambil menghangatkan diri dengan suju dan beer yang selalu tersedia di lemari

pendingin yang ada disudut ruang latihan.

Suasana ditengah mereka begitu sunyi, karena tidak ada satupun dari mereka yang

berbicara. Hanya terdengar bunyi ‘dug’ pelan dari gelas yang mereka taruh kembali setelah

mereka meneguk habis isinya, dan bunyi kertas yang dibolak – balik oleh Junsu dari buku

bacaannya. Yoo Chun sedang asik chatting dengan Joo Hyun, meskipun belum ada satu jam

yang lalu dia mengantar Joo Hyun pulang. Sementara Jaejoong hanya duduk diam tanpa

melakukan apapun, tapi sebenarnya dia sedang memikirkan sesuatu. Suasana itu berlangsung

hingga setengah jam kemudian, dan Jaejoonglah yang pertama kali memulai pembicaraan.

“ Aku punya ide.” kata Jaejoong sumringah.

“Ide apa?” tanya Yoo Chun yang hanya menoleh sedikit, tapi jari-jari tangannya masih

bergerak dengan cepat untuk membalas pesan dari Joo Hyun. “Memangnya kita akan

melakukan apa?”

“ Kita buat sebuah permainan.”

Junsu sedikit menurunkan buku yang menutupi wajahnya, sehingga dia bisa melihat

Jaejoong. Dia punya firasat buruk tentang permainan apa yang akan diusulkan Jaejoong,

karena ide apapun yang diusulkan Jaejoong itu pasti bukan ide bagus. Tapi dia penasaran juga,

jadi dia ikut mendengarkan.

“Permainan apa?” tanya Yoo Chun tertarik.

“ M – Y – F – G – L – Y “ Jaejoong mengeja dalam bahasa inggris dengan sangat cepat,

membuat Yoo Chun dan Junsu ternganga.

“ Heol. Apa itu alamat rumah Anggelina Joeli?” tanya Yoo Chun sambil nyengir.

“ Jelas bukanlah!” sahut Junsu. “Tapi ngomong-ngomong itu tadi apa?”

“ Make Your Friend’s Girlfriend Loving You.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 23

“Eh....? Buat pacar temanmu...mencintaimu?” ulang Yoo Chun tidak percaya. Berpikir

mungkin dia salah menerjemahkan ucapan Jaejoong, atau mungkin Jaejoong yang salah

berbicara. Tapi Jaejoong mengiyakannya.

“Entah permainan apa itu. Itu pasti gila!” komentar Junsu, kemudian dia kembali

mengangkat bukunya lebih tinggi.

“Siapa bilang?” sanggah Jaejoong. “Aku pernah memainkannya saat SD dulu bersama

seorang temanku. Dari situ aku tahu kalau ternyata pacarku yang dulu masih menyukai mantan

pacarnya, yang tidak lain adalah temanku itu.” Jaejoong menjelaskan.

“Benarkah?” Yoo Chun benar-benar tertarik dan penasaran sekarang. Dia bahkan

mengabaikan pesan Joo Hyun yang terakhir masuk ke inboxnya, dan memperhatikan Jaejoong

dengan serius. “Bagaimana permainannya?”

“Mudah. Kau hanya harus mendekati pacar temanmu sampai batas waktu yang

ditentukan, dengan syarat :

1. Yang ikut permainan harus punya pacar, dan ikhlas kalau pacarnya didekati

temannya.

2.Meskipun tau pacarnya sedang didekati, tapi tetap harus berpura-pura tidak

tahu.

3.Selama permainan berlangsung, tidak boleh putus dengan sang pacar.

Yang menang adalah yang bisa menaklukkan hati pacar temannya terlebih dulu”

“Kedengarannya itu memang gila.” kata Junsu yang sebenarnya sejak tadi ikut

mendengarkan. “Dan kekanak-kanakkan.”

“Biar saja.” balas Jaejoong dengan tenang. Dia tau kalau Yoo Chun akan setuju. “

Bagaimana? Apa kita akan bermain?”

Yoo Chun masih berpikir. Apa dia bisa ikhlas melihat Joo Hyun didekati cowok lain?

Lebih-lebih kalau cowok itu adalah salah satu sahabatnya? Atau yang lebih parah lagi kalau

yang mendekati Joo Hyun itu Jaejoong? Tapi dia ingin tahu apakah Joo Hyun benar-benar

menyukainya atau tidak, atau sebenarnya Joo Hyun masih menyukai Jaejoong.

“Oke. Aku setuju.” kata Yoo Chun akhirnya.

“Karena kita bertiga sudah setuju...”

I’m Sorry I Love You but I Lie 24

“Tunggu dulu!” potong Junsu dengan cepat. “Aku tidak pernah bilang kalau aku akan ikut

dalam permainan konyol itu, kan?”

“Kenapa tidak?”

“Bagaiman kalau pacar kita tahu? Itu kan berbahaya!”

“Maka dari itu, kita harus melakukan permainan itu secara diam-diam .” jawab Jaejoong

tenang. Baginya, Hyori tau atau tidak itu tidak penting.

“Pokoknya aku tidak mau ikut!” Junsu memantapkan diri.

“Kalau kita pasang ulang taruhan, pasti Junsu mau ikut.” Yoo Chun berbisik pada

Jaejoong. “Dia sedang butuh uang untuk lamaran.” imbuhnya sambil terkikik.

“Biar tambah seru, kita pasang taruhan juga.” Jaejoong mengangguk- anggukkan

dagunya saat memikirkan berapa banyak jumlah taruhannya. “Berapa?” dia meminta

pendapat Yoo Chun.“10 juta? Ah...tidak, itu terlalu sedikit. Hem... berapa ya?”

“Apa?!” pekik Junsu tidak percaya. “10 juta? Apa kalian gila?”

“Tidak. Kami sangat waras.” Kata Yoo Chun dengan polosnya.

“Tapi – 10 juta....?”

“Aku kan belum memutuskan taruhannya berapa.” kata Jaejoong. “20 juta bagaimana?

Uangku sedang krisis bulan ini...”dia meminta pendapat Yoo Chun.

“Aku juga. Oke deh, 20 juta.”

Mereka sekarang menatap Junsu yang mendadak jadi gagu.

“Mau tidak?”

“Kalau aku kalah bagaimana? Untuk kalian uang sebanyak itu sih sedikit... tapi kalau

untukku...”Junsu tidak percaya diri.

“Karena itu...kau harus berusaha keras untuk menang.” Jaejoong menepuk bahu

temannya untuk memberi semangat. “Tenang saja, tapi kalau kamu yang kalah, kamu tidak

perlu membayar 20 juta. Kita hanya akan bersenang-senang, kan?” Jaejoong tersenyum kearah

Yoo Chun. “Kami juga ingin membantumu.”

“Iya.” dukung Yoo Chun. “ Biar bisa cepat menikah!”

I’m Sorry I Love You but I Lie 25

Junsu terlalu lemas untuk berpikir rasional. Tawaran itu memang menggiurkan, dan dia

memang sedang membutuhkan uang. Tapi kalau Hyo Woon tahu dia menjadikannya sebagai

objek taruhan, bisa-bisa dia gagal menikah. But...

“Oke dech, aku ikut.” Junsu akhirnya memutuskan. “Tapi kalau aku gagal menikah

gara-gara Hyo Woon tau, kalian harus bertanggung jawab!” imbuhnya cepat-cepat.

“Siii....p!”

“Sekarang, kita tentukan target kita dulu...” Jaejoong merebut buku Junsu dan tanpa

seijin pemiliknya, dia menyobek ujung kertas yang kosong menjadi 3 bagian. “Bolpenmu !” dia

meminta pada Junsu yang memasang wajah kesal karena merobek bukunya tanpa ijin.

“Tenang saja, nanti bukumu akan kuganti, sekarang berikan bolpenmu!”

Huh, mentang-mentang kaya. Junsu menggerutu dalam hati saat mengeluarkan

bolpen, lalu menyerahkannya pada Jaejoong.

“Apa sekarang kita akan bermain arisan?” canda Yoo Chun saat Jaejoong menulis nama

pacar mereka di masing-masing kertas, lalu menggulungnya.

Jaejoong menaruh ketiga kertas yang sudah dia tulisi nama Hyori, Joo Hyun & Hyo Woon

di atas meja di depan mereka.

“Yang dapat nama pacar sendiri harus mengulang, ” katanya. “Junsu, kau dulu!”

Justru menurut. Dia mengambil satu kelas dengan asal, dan melihat isinya. “Hyori?”

gumamnya tidak yakin. “Aku harus mendekati Hyori, dan membuat dia menyukaiku?”

“Iya. Begitulah permainannya.” jawab Jaejoong. Dia mengambil kertas terakhir dan

membukanya. Nama ‘Joo Hyun’ tertulis di sana. Jaejoong melihat ke arah Yoo Chun, dan

menyadari kalau Yoo Chun baru saja meliriknya. “Aku dapat Joo Hyun, ” ujarnya, bersikap

seolah-olah dia tidak begitu peduli.

“Aku dapat Hyo Woon.” Yoo Chun menoleh ke Junsu. “Aku bahkan tidak tau dia cewek

seperti apa.” keluhnya. “Apa dia cantik?”

“Tentu saja!” Justru membela.

“Dia tidak memakai kacamata, kan?”

“Tidak.” Junsu sedikit tersindir.

I’m Sorry I Love You but I Lie 26

“Dia tidak membawa buku kemana-mana, kan?”

“Kadang.”

Yoo Chun berpaling pada Jaejoong. “Apa kau pernah bertemu si Hyo Woon ini?”

“Belum.” jawab Jaejoong. “Tapi kalau si Hyo Woon ini bisa membuat Junsu kita jatuh

cinta, dia pasti baik.”

“Jangan memanggil dengan ‘si Hyo Woon’ seperti itu! Dia lebih tua dari kalian, tau!” sela

Junsu jengkel.

“Apa?” Jaejoong & Yoo Chun saling bertukar pandang, dan wajah Yoo Chun berubah

merana.

“Aku benar-benar tidak menyukai permainan ini, ” ujar Yoo Chun.

…..

Hari pertama…

Joo Hyun

Aku ada di tempat latihan renang sekarang. Apa kamu bisa datang?

Yoo Chun

Maaf, beb. Pagi ini aku harus pergi ke Busan untuk menjemput nenekku. Aku

akan menjemputmu saat makan siang nanti. I love you.

Joo Hyun membaca pesan itu dua kali. merasa ada yang janggal dari pesan Yoo Chun.

Dulu dia pernah bilang kalau neneknya tinggal di Daegu, sekarang bilang di Busan, sebenarnya

rumah neneknya ada dimana sih?

Kedatangan Eun Soo mengalihkan perhatian Joo Hyun. “Sudah ganti baju, ya?” gumam

Eun Soo yang melihat Joo Hyun sudah memakai baju renang, sementara dia sendiri sudah

bersiap-siap.

“Aku sedang tidak ingin latihan.” ungkapnya.

“Yah, kenapa? Masa’ aku berlatih sendirian?” tanya Joo Hyun

I’m Sorry I Love You but I Lie 27

“Aku merasa tidak enak badan.” Eun Soo duduk di sebelah Joo Hyun, melemaskan

kakinya yang pegal. “Aku tidak akan pernah mau pergi dengan Jaejoong lagi!” Eun Soo

mengeluarkan uneg-unegnya.

“Memangnya kapan kalian pergi?” Joo Hyun urung membalas pesan Yoo Chun.

“Kemarin.”

“Kemana?”

“Restoran,” jawab Eun Soo pendek.

“Kalian berkencan?” Joo Hyun bertanya dengan histerisnya.

“Em....” Eun Soo tidak yakin untuk menjawab ‘iya’, jadi dia hanya menggeleng. “Cuma

makan siang, itu pun gagal!”

“Kenapa?” Joo Hyun mendesak .

“Hyori tiba-tiba datang dan langsung menampar Jaejoong.”

“Serius?”

“Banget. Mereka kemudian bertengkar, dan Jaejoong dengan wajah tanpa dosanya pergi

begitu saja tanpa mempedulikan aku.” Eun Soo bercerita dengan sedikit kesal . “Bukankah dia

menyebalkan ?”

Joo Hyun tidak menjawab. Dia hanya merasa sikap Jaejoong kemarin aneh, tapi dia tidak

menyangka kalau Jaejoong sedang memiliki masalah seperti itu.

“...maksudku – aku tau dia memang tampan. Tapi sikapnya kemarin benar-benar

menyebalkan.” Eun Soo masih mengoceh. “Aku akan menghapusnya dari daftar cowok

idamanku.” ujarnya mantap. Baru saja Eun Soo mengucapkan kata-kata itu, Jaejoong muncul

dari arah ruang ganti cowok, siap dengan pakaian renangnya.

“Hay, ladies!”sapa Jaejoong cerah. Joo Hyun langsung mengangkat kepalanya untuk

melihat. “Bagaimana kalau hari ini aku yang mengajari kalian berenang?”

“Kalau dia datang untuk minta maaf...” Eun Soo berbisik pada Joo Hyun. “..aku tidak jadi

menghapus namanya dari daf – ” Eun Soo terkejut saat Joo Hyun tiba-tiba berdiri dan berjalan

ke arah Jaejoong dengan cepat.

I’m Sorry I Love You but I Lie 28

“Hai – ” Jaejoong ingin menyapa lagi, tapi Joo Hyun malah menyeretnya kembali ke

ruang ganti cowok. Beruntung, ruagan itu sedang kosong. “Ada apa?” tanyanya bingung.

“Kita perlu bicara.”

“Disini?”

Joo Hyun memandang ruang ganti cowok itu dengan risih. “Tidak. Cepat ganti bajumu!”

“Apa kau mau melihat?”

Joo Hyun melayangkan pukulannya ke lengan Jaejoong, kemudian berlari keluar dengan

malu, sementara Jaejoong mengawasinya dengan geli.

Jaejoong tidak membutuhkan waktu lama untuk mengganti pakaiannya. Setelah dia

selesai ganti baju, dia pun keluar, dan mendapati Joo Hyun sudah menunggunya di dekat pintu

keluar. Joo Hyun juga sudah mengganti pakaian renangnya dengan jeans panjang, baju hangat

berwarna biru dengan bulu dimana-mana dan syal putih yang melilit lehernya. Joo Hyun juga

mengurai rambutnya yang panjang, sehingga membuatnya terlihat anggun, bahkan tanpa

make-up yang biasa dia gunakan.

“Kami pergi, Eun Soo!” Joo Hyun berpamit, tapi Eun Soo tidak mengabaikannya, dan

terus memasang wajah cemberut saat melihat dia dan Jaejoong keluar bersama.

Langit begitu cerah di luar, tapi udara begitu dingin. Dengan salju putih yang menumpuk

dimana-mana, kota Seoul terlihat seperti negeri dongeng yang indah.

“Kita akan kemana?” tanya Jaejoong saat dia dan Joo Hyun terus berjalan melewati

trotoar yang diselimuti salju.

“Aku ingin makan ramen. “

“Kenapa tidak pakai mobilku saja sich? Berjalan kaki seperti ini kan dingin.”

“Tapi sehat, kan?”

Jaejoong akhirnya memilih diam saja daripada berdebat dengan Joo Hyun, yang pasti

tidak ada gunanya. Jaejoong sengaja menghentikan langkahnya saat melewati butik yang tidak

asing untuknya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 29

“Kenapa berhenti?” tanya Joo Hyun yang mau tidak mau juga ikut berhenti. Dia heran

melihat Jaejoong seolah terpesona melihat sepasang baju pengantin yang sengaja dipajang di

depan butik itu.

“Apa kamu ingat? Dulu kamu memaksaku untuk mencoba baju pernikahaan disini.”

Joo Hyun tertawa mengingat kenangan itu. “Ya…aku ingat” kekehnya. “Kamu benar-

benar terlihat tampan saat memakai baju itu.”

“Tapi sebenarnya waktu itu aku merasa ketakutan.” Jaejoong mengaku. Itu sesuatu yang

belum pernah dia ungkapkan sebelumnya. “Karena umurku masih terlalu muda untuk

menikah”.

“Bukan karena kamu ingin mempermainkan aku seperti yang biasa kamu lakukan pada

cewek lain, kan?”

“Tentu saja. Mana mungkin aku tega mempermainkan cewek semanis kamu”

“Uh.. menggombal lagi.” Joo Hyun memalingkan wajahnya yang pasti memerah

sekarang. “Tapi semua itu hanya masa lalu.” ujarnya kemudian. “Di masa depan nanti Yoo

Chun-lah yang akan menjadi suamiku.”

“Bagaimana jika aku membuatmu mencintaiku lagi ?” Pertanyaan Jaejoong yang tiba-

tiba itu membuat Joo Hyun terkejut, tapi kemudian dia hanya tertawa. “Kenapa?” tanyanya

Jaejoong bingung.

“Jelas-jelas Hyori lebih cantik….oh – ” Joo Hyun menutup mulutnya sendiri saat

menyadari kesalahannya. “Sorry” sesalnya sungguh-sungguh, menatap Jaejoong dengan tidak

enak. Tapi Jaejoong terlihat biasa-biasa saja.

“Kenapa minta maaf ?”

“Eun Soo bilang kalau kemarin Hyori & kamu bertengkar, bahkan Hyori sampai

menamparmu. Apa itu benar ?”

Sebenarnya perubahan raut wajah Jaejoong yang terlihat jelas itu sudah memberi Joo

Hyun jawaban, tapi Jaejoong berkata lain. “Oh-itu, kemarin cuma bertengkar kecil. Itu juga

salahku. Tapi pagi ini kami sudah baikan, bahkan nanti siang kami akan pergi ke Busan untuk

berlibur bersama di sana.” Jaejoong berbohong.

I’m Sorry I Love You but I Lie 30

“Benarkah ? Oh…aku juga ingin pergi ke pantai Busan….Yoo Chun sekarang malah pergi

sendirian ke sana.”

“Jangan-jangan kamu menyeretku pergi karena kamu ingin menanyakan masalahku

dengan Hyori?”

“Iya sich” Joo Hyun menatap kakinya untuk menutupi perasaan malunya. “Tapi aku

benar-benar ingin makan ramen.” imbuhnya cepat-cepat. Dia serius.

…..

Yoo Chun memarkir mobilnya di depan Ga In Resto setelah menerima SMS dari Junsu

yang memberitahu dimana Hyo Woon bekerja.

Ga In Resto bukanlah restoran yang besar dan mewah. Dari luar hanya terlihat seperti

rumah biasa yang asri dan bernuansa tradisional, tapi desain dalamnya tertata dengan rapi dan

indah dan 80% barang-barang yang ada disana terbuat dari bahan kayu.

Yoo Chun tidak memilih meja untuk duduk, tapi dia langsung masuk ke dapur restoran

itu, dan membaca name tag dari setiap pelayan wanita yang dia temui.

Lee Hyo Woon….Lee Hyo Woon…..Lee Hyo Woon….Yoo Chun belum juga menemukan

wanita yang dia cari.

“Maaf. Apa yang Anda lakukan disini ?” Yunho yang melihat Yoo Chun berputar-putar di

dapur sambil melihat name tag dari setiap pelayan, bertanya dengan curiga “Tamu tidak

diijinkan masuk ke sini.”

“Aku sedang mencari Lee Hyo Woon, ” Yoo Chun menjelaskan.

“Ya ?” Hyo Woon yang mendengar namanya disebut, menoleh dari tempat cuci piring

dan menatap orang yang mencarinya dengan ingin tahu.

Yoo Chun merasa tidak asing melihat wajah Hyo Woon yang penasaran,dan wanita itu

juga sepertinya mengenal dia. Dia mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah bertemu Hyo

Woon sebelumnya.

Oh, God…aku benar-benar tidak beruntung di permainan ini. Yoo Chun membatin

dengan merana setelah dia ingat dimana dia & Hyo Woon bertemu sebelumnya. Yoo Chun

ingat, Hyo Woon adalah salah satu pelayan yang dia bayar saat dia membuat kejutan yang

gagal untuk Joo Hyun, dan Hyo Woon-lah yang di tabrak oleh Joo Hyun malam itu. Shit!

I’m Sorry I Love You but I Lie 31

“Anda….?” Hyo Woon berusaha mengingat nama Yoo Chun, tapi tidak berhasil. “Anda

yang membayar saya beberapa waktu lalukan?

“Iya” Yoo Chun gugup. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Hyo Woon jelas tahu kalau

dia sudah punya pacar, dan pasti akan sulit untuk mendekatinya sekarang.

“Apakah hubungan Anda dengan pacar Anda baik?” Hyo Woon bertanya sekedar basa-

basi dan sedikit ingin tahu.

“Em – yeah, a….” Yoo Chun melirik Yunho yang mengawasinya dengan tidak nyaman.

“Ada yang ingin aku bicarakan. Bisakah kita bicara di luar sebentar?”

“Tentu. Yunho, tolong – ”

“Ya, ya. Aku akan menggantikanmu.” potong Yunho yang tidak suka melihat Yoo Chun

tiba-tiba menyelonong masuk ke dapur dan mengajak keluar Hyo Woon.

Yoo Chun terus memikirkan apa planning-nya saat dia berjalan bersama Hyo Woon, dan

mereka berhenti di meja nomer 26.

“Aku butuh bantuan.” kata Yoo Chun langsung.

“Bantuan saya?”

“Iya.Em…aku ingin membuat kejutan makan malam lagi untuk pacarku dan aku butuh

bantuanmu.”

Hyo Woon tersenyum mendengar permintaan itu. Senang? Jelas! Kalau dia sering

mendapat tawaran seperti itu, dia bisa membuat kelas khusus yang layak untuk anak-anak

didiknya.

“Baik” jawabnya tanpa berpikir lama. “Berapa teman yang harus saya ajak?

“Tidak ada. Hanya kamu”

“Memangnya kapan Anda akan memberi kejutan itu ?

“Besok malam” jawab Yoo Chun spontan. “Aku akan memberi tahu dimana tempatnya

nanti. Jadi, berapa nomor telefonmu ?

“Nomor telefon?” Hyo Woon terkejut.

I’m Sorry I Love You but I Lie 32

“Iya, nomor telefonmu.Aku akan memberi tahu di mana tempatnya lewat SMS, karena

aku terlalu sibuk untuk bolak-balik ke tempat ini.”

Hyo Woon mengangkat sebelah alisnya karena heran.”Kenapa Anda tidak memberi tahu

sekarang saja?”

“Aku baru akan mencari tempatnya dimana setelah ini. Jadi, berapa nomormu?

…..

Masuk…tidak….masuk…tidak….masuk…tidak….masuk…Justru menghitung dengan

kancing bajunya untuk memutuskan apakah dia akan masuk atau sampai nanti dia hanya akan

berdiri saja di depan studio tempat Hyori berada sekarang.

“...masuk.” Junsu menelan ludah saat mendapati keputusan terakhir yang harus dia

ambil adalah masuk. Meskipun tidak yakin, Junsu akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke

studio itu.

Sebenarnya, Junsu baru bertemu Hyori 2 kali saat Jaejoong mengajaknya berkumpul

bersama, menurut pendapatnya, Hyori cewek yang baik. Tapi Junsu ragu apa Hyori masih

mengenalinya atau tidak, karena terakhir kali mereka bertemu itu tiga bulan yang lalu, saat

Hyori ikut datang bersama Jaejoong ke perkumpulan mereka. Yang lebih Junsu cemaskan lagi,

dari 2 kali pertemuannya, dia belum pernah sekalipun berbicara 4 mata dengan Hyori.

“...lampunya tolong pindahkan kesana, ya!”

“...kurasa akan lebih baik kalau kita ambil konsep yang berbeda untuk pemotretan

besok...”

“...baju harus diletakkan kemana?”

Semua orang terlihat sibuk di studio itu, sehingga tidak memungkinkan bagi Junsu untuk

bertanya dimana Hyori pada salah satu dari orang-orang itu. Alhasil, Junsu berjalan

sembarangan sambil celingukan untuk mencari Hyori, sampai akhirnya dia melihat Hyori.

Cewek itu tengah membersihkan make-up di wajahnya, dibantu beberapa asistennya.

“Hyori, ” Junsu memanggil dengan sedikit takut. Tidak hanya Hyori yang menoleh, tapi

orang-orang yang berada disekitarnya juga menoleh.

I’m Sorry I Love You but I Lie 33

“Ya?” Hyori memandangnya dengan keheranan, tapi kemudian matanya membesar, dan

mulutnya terbuka dengan tergagap saat dia berusaha mengingat nama Junsu. “Junsu? Kamu

Junsu, kan?”

Huft...! Junsu sedikit lega karena dia tidak harus memperkenalkan diri lagi. “Iya, ini

aku.” Junsu membenarkan kacamatanya yang merosot. Wajahnya pasti berkeringat sekarang.

“Apa kamu datang bersama Jaejoong?” tanya Hyori sambil mencari-cari sosok Jaejoong

di ruangan itu.

“Tidak. Aku sendirian.”

“O, ” wajah Hyori terlihat benar-benar kecewa. Dia kemudian melanjutkan kegiatannya

tadi, membersihkan wajahnya yang penuh make-up, dan Junsu memperhatikannya dengan

terpesona.

“Kamu terlihat lebih cantik tanpa make-up.” celetuk Junsu, yang kemudian takjub

dengan keberaniannya sendiri mengucapkan kata-kata itu.

Hyori tertawa mendengar pujian itu, dan Junsu merasa jantungnya berpacu liar saat

mendengarnya, meskipun tawa itu hanya sebentar. “Benarkah? Terimakasih.”

“Ya...”

“Tapi Jaejoong tidak suka kalau aku membiarkan wajahku polos tanpa make-up.” ujar

Hyori kemudian. “Tapi kalau terlalu banyak make-up juga dia tidak suka.”

“Jaejoong seharusnya bersyukur bisa memiliki kamu. Kamu baik.” Sekali lagi, Junsu tidak

tau darimana dia mendapatkan keberanian untuk mengucapkan kata-kata itu. Padahal kalau

sedang bersama Hyo Woon dia tidak bisa berbicara lebay seperti itu. Mungkin itu efek dekat

dengan Hyori, jadi inginnya merayu terus. Tapi kali ini tanggapan Hyori hanya berupa

senyuman.

“Ngomong-ngomong, untuk apa kamu kesini?” tanya Hyori penasaran. “Bukan karena

kebetulan, kan?”

“Em...a...aku mencarimu.” Junsu tidak tahu apa yang harus dia bicarakan, jadi di hanya

akan menunggu Hyori bertanya, dan dia akan menjawab dengan asal.

“Untuk apa?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 34

“A...em... Jaejoong memintaku untuk...e...menyampaikan pesan padamu....” Junsu

menatap ke arah lain asal tidak ke arah Hyori yang sedang memandangnya dengan dahi

berkerut.

“Kenapa dia tidak bilang langsung?”

“Em...aku tidak tahu.”

“...”

Oh, jangan tanya kenapa... jangan tanya kenapa... Junsu terus membatin saat

menunggu reaksi Hyori.

“Oke. Apa pesannya?” tanya Hyori, mengabaikan rasa penasarannya.

“Dia... ingin kamu datang ke studionya nanti malam.” Junsu menyelesaikan kalimatnya

dengan lancar.

“Em, ” Hyori tidak berniat menanggapi.

“Hyori, apa setelah ini kamu ada waktu?” Junsu nekat bertanya. Kalau tidak begitu, dia

tidak akan mendapat kesempatan, dan kalau dia tidak mendapat kesempatan, dia tidak akan

menang.

“Setelah ini aku harus pergi ke salon.” Hyori menunjukkan raut wajah menyesalnya.

“Ke salon?”

“Iya. Kenapa?”

“Boleh aku ikut?”

“Kamu sering ke salon juga?”

“Eh-he...”

…..

Jaejoong benar-benar tidak bisa berkata apa-apa melihat Joo Hyun menghabiskan ramen

ke.8-nya, sementara dia sendiri baru memakan separuh isi mangkuknya.

“Aku baru tahu kalau kamu bisa makan ramen sebanyak itu.” kata Jaejoong takjub, saat

itu Joo Hyun meneguk habis minumannya setelah puas makan.

I’m Sorry I Love You but I Lie 35

“Kalau sedang marah, aku bisa menghabiskan 15 mangkuk.” ujar Joo Hyun, tersenyum

melihat raut wajah Jaejoong yang tidak percaya.

“Apa kamu tidak takut gemuk?”

“Tidak.”

“Tapi Yoo Chun tidak suka cewek gendut, kan?”

“Oh-iya!” Joo Hyun baru mengingat sesuatu saat mendengar nama Yoo Chun disebut.

“Apa? Ada apa?” tanya Jaejoong bingung melihat Joo Hyun gelagapan merapikan

barangnya setelah mengecek jam.

“Yoo Chun akan menjemputku siang ini. Jadi aku harus pergi, dag!” Joo Hyun langsung

meninggalkan Jaejoong sendirian di meja yang penuh dengan mangkuk-mangkuk kosongnya.

Jaejoong sebenarnya berniat mengejar Joo Hyun, tapi tertahan oleh telfon yang masuk

ke ponselnya. Dari Junsu.

“Ya? Ada apa?” tanyanya langsung setelah menjawab panggilan itu.

“Bisakah kau menjemputku? Aku tidak punya uang untuk naik bus. Kau tidak akan tega

membiarkan aku berjalan pulang di tengah salju seperti ini, kan?” bujuk Junsu sedikit

mendesak.

“Iya, iya. Kau ada dimana sekarang?” tanya Jaejoong. Dia meninggalkan uang untuk

membayar ramennya di atas meja sebelum berjalan keluar.

“Salon.”

“Ha-? Salon?”

“Iya. Aku tidak tahu nama salonnya apa, tapi Hyori bilang ini salon langganannya, ”

terang Junsu. “Kau tau tempatnya, kan?”

Jaejoong berhenti sebentar. “Mmm...tunggu saja di depan. Aku akan kesana, ” dia

kemudian menutup telfon dan mempercepat langkahnya diatas salju yang menyelimuti

jantung Kota Seoul.

Junsu menunggu didepan dengan langkah gelisah. Bagaimana tidak? Dia tidak akan kuat

kalau harus berjalan kaki untuk pulang ditengah musim dingin seperti ini, sedangkan uang

sepeserpun dia tidak punya. Gajinya sebagai penyiar radio yang baru dia terima kemarin

langsung lenyap begitu masuk ke salon bersam Hyori. Sementara Hyori tadi sudah dijemput

managernya karena ada urusan penting.

I’m Sorry I Love You but I Lie 36

Setelah seperempat jam menunggu, Junsu melihat mobil Jaejoong melaju dari kejauhan,

lalu berhenti tepat di depannya. Sebelum menunggu tubuhnya menjadi semakin beku, Junsu

langsung masuk ke mobil Jaejoong yang terasa hangat.

“Kalian pergi bersama, ya?” tanya Jaejoong langsung, dia menginjak pedal gas sebelum

Junsu memasang sabuk pengamannya.

“Iya.”

“Ke salon?” Junsu mengangguk. “Apa kau juga ikut melakukan perawatan?”

“Tidak.” dusta Junsu. Dia tau Jaejoong pasti akan mengejeknya kalau tau dia juga

melakukan perawatan wajah di salon tadi.

Jaejoong yang tidak percaya kemudian menepikan mobilnya dan berhenti, lalu melihat

wajah Junsu lebih dekat sampai membuat Junsu merapat ke kaca pintu mobilnya. “Ternyata

benar....” kelahnya geli setelah meneliti wajah Junsu yang seketika memerah.

“Aku tidak...jangan mengejekku!” Junsu mendorong Jaejoong mundur dan memalingkan

wajahnya karena malu. “Kalau kau membocorkannya pada orang lain, aku akan bilang pada

Yoo Chun dan semua orang kalau kau masih menyimpan foto-foto Joo Hyun di ponselmu.”

“Apa?” tawa Jaejoong berhenti dan sekarang raut wajahnya didominasi oleh

keterkejutan dan kemudian berubah marah. “Bagaimana....?”

Sekarang wajah Junsu yang terlihat puas. “Jangan bocorkan pada orang lain!”

Jaejoong kembali menyetir tapi kali ini sambil menekuk wajahnya.

“Nanti malam Hyori akan datang ke studiomu.” Junsu memberitahu sebelum dia lupa.

“Untuk apa?” tanya Jaejoong dengan acuh.

“Kenapa pertanyaanmu begitu?” tanya Junsu heran. “Pacarmu datang seharusnya kau

senang, kan?”

“Aku hanya heran saja.” elak Jaejoong. “Kenapa dia harus mengatakan itu padamu?”

“Mungkin karena dia sudah meras nyaman denganku, dan merasa aku bisa dipercaya.”

Junsu tidak mengatakan alasan yang sebenarnya karena dia takut Jaejoong akan marah.

Jaejoong tidak bertanya-tanya lagi, tapi wajahnya masih cemberut saat Junsu turun dari

mobilnya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 37

…..

“Dimana Yoo Chun?” tanya Joo Hyun pada Eun Soo begitu dia kembali ke kampus. Tapi

yang ditanya hanya mengangkat bahu. “Jadi dia belum ke sini?” Joo Hyun bertanya lagi, tapi

jawaban yang dia terima sama seperti sebelumya.

Merasa kesal, akhirnya Joo Hyun memutuskan untuk menelfon Yoo Chun langsung.

Ponselnya berdering, tapi Yoo Chun tidak mengabaikannya. Semua perhatiannya tengah

terpusat pada Hyo Woon yang sedang mengajari anak-anak jalanan sambil memikirkan cara

apa yang harus dia gunakan untuk meluluhkan hati cewek seperti Hyo Woon. Karena dengan

melihat sekilas saja, dia tau Hyo Woon bukan tipe cewek seperti Joo Hyun. Ya, sejak tadi dia

memang mengikuti Hyo Woon diam-diam.

Sampai panggilan ke-3, Yoo Chun baru sadar kalau ponselnya sejak tadi berdering. Dia

cepat-cepat mengangkat telfon setelah tau kalau Joo Hyun-lah yang menelfon.

“Halo, beb? Ada apa?”

“Kamu dimana?” tanya Joo Hyun.

“Aku...emm..aku sedang berada di Chungcheongnando.”

“Tadi ke Busan, sekarang ke Chungcheongnando. Sebenarnya kamu sedang dimana

sich?”

“Aku di Chung....”

“Kamu bilang siang ini akan menjemputku. Apa kamu lupa?”

“O...iya...ya...emm. Bagaimana kalau nanti sore? Aku sedang sib....”

Joo Hyun sudah menutup telfon sebelum Yoo Chun selesai berbicara.

“Huh, tau begini aku pergi dengan Jaejoong saja.” gerutu Joo Hyun. Eun Soo diam-diam

memperhatikannya, tapi tidak mengatakan apa-apa. Joo Hyun kemudian menghubungi nomor

Jaejoong. “Jaejoong, kamu dimana?” tanyanya begitu telfon tersambung.

“Aku baru saja mengantar Junsu pulang, dan sekarang masih di perjalanan. Memangnya

ada apa?”

“Aku ke studiomu sekarang, ya?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 38

“Bukanya tadi kamu bilang akan pergi dengan Yoo Chun?”

“Iya sich, tapi tidak jadi. Boleh, kan?”

“Oke.”

Jaejoong menambah kecepatan mobilnya di daerah Gangnam, sehingga sepuluh menit

kemudian dia bisa tiba di studionya, dan melihat Joo Hyun sudah menunggu di depan pintu.

“Hai,” sapa Joo Hyun lemas. Gara-gara tadi kebanyakan makan, sekarang dia mengantuk.

“Hai. Apa kamu menunggu, lama?” tanya Jaejoong sambil membukakan pintu studionya

untuk Joo Hyun, dan membiarkan gadis itu masuk lebih dulu.

“Tidak. Aku juga baru saja tiba.” jawab Joo Hyun, kemudian mengenyakkan diri di sofa

panjang.

“Ingin minum?” Jaejoong menawarkan.

“Tidak, terimakasih. Aku ingin tidur di sofa saja.”

“Jadi kamu ke sini cuma ingin menumpang tidur?” tanya Jaejoong yang sekarang duduk

di sofa di depan Joo Hyun.

“Em, tidak sich. Aku ingin dengar lagumu, ”

“Lagu apa?”

“Lagu yang dulu sering kamu nyanyikan...”

“Oh.” Jaejoong mengambil gitarnya, lalu kembali ke posisi lagi. “Tapi jangan ditinggal

tidur!”

“Iya. Ayo cepat nyangyikan!”

“Ehm.....

Nuntteugodo neol baraboji mothae jichin chueoge heuryeojin

neoui mameul nun chatji mothae

Manhi ulgo jicyheo deo isang mothae

Saenggakhaedo noreul bomyeongwaenchaneul geot gatha

Jikhyeo jugo sipheo...

I’m Sorry I Love You but I Lie 39

Neoui jal motdwaen nappeun beoreutdeulkkajido himdeun nal utge

mendeuneungeoya

Jom himdeulgetjiman neol saranghae rago maldo halgeoya meonjeo nae

phume oneun nal kkaji

Aku tidak bisa melihatmu bahkan ketika mataku terbuka

Aku tidak bisa menemukan hatimu yang telah berawan karena kenangan usang

Aku tidak bisa melakukan lebih karena aku terikat dan menangis terlalu banyak

Tidak peduli berapa banyak aku berpikir,

Aku pikir aku akan baik-baik saja jika aku melihatmu

Aku ingin melindungimu...

Bahkan kebiasaan burukmu membuatku tersenyum ketika aku lelah

Meskipun mungkin sulit, aku akan mengatakan bahwa aku mencintaimu

Sampai hari pertama kau datang kepelukanku

Jaejoong berhenti menyanyi saat menyadari Joo Hyun ternyata sudah tertidur lelap. Dia

kemudian melepas baju hangatnya, dan menggunakannya untuk menyelimuti Joo Hyun.

Lama, Jaejoong menatap wajah Joo Hyun yang terlelap. Wajah cantik itu terlihat bahagia,

seperti sedang bermimpi indah. Dengan hati-hati Jaejoong membelai wajah Joo Hyun. Rasanya

seperti baru kemarin, dia melewati masa-masa indah berpacaran dengan Joo Hyun.Dia bisa

membelai wajah Joo Hyun dan menggenggam tangannya tanpa takut membuat sahabatnya

cemburu. Tapi sekarang dia harus merelakan Yoo Chun memiliki Joo Hyun. Dia harus diam saja

melihat Yoo Chun memeluk Joo Hyun, bahkan menciumnya.

Ya… menciumnya. Kapan terakhir kali Jaejoong mencium Joo Hyun? Jaejoong tidak

ingat, tapi sekarang dia mendekatkan wajahnya ke wajah Joo Hyun, dan memejamkan

matanya saat bibirnya menyentuh bibir Joo Hyun yang lembut. Itu hanya beberapa detik,

sebelum ada tangan yang menariknya berdiri dengan kasar, lalu sebuah pukulan mendarat

dipipinya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 40

Perih, bercampur amis dari darah yang keluar karena pukulan itu membuat Jaejoong

pusing. Tapi dia mencoba menfokuskan pandangannya, dan melihat Yoo Chun berdiri di

hadapannya dengan marah.

“Apa aku juga harus diam saja melihatmu mencium Joo Hyun-ku?” tanya Yoo Chun

marah. Tangannya masih gatal ingin memukul Jaejoong lagi, tapi melihat temannya terduduk

di atas karpet dengan lebam merah karena pukulannya barusan itu membuat dia enggan. “Apa

maksudmu mencium Joo Hyun barusan? Apa mencium pacar teman itu juga diperbolehkan

dipermainan ini?”

“Ya.” jawab Jaejoong, mencoba setenang mungkin. “Kau juga bisa menidurinya kalau

mau – ”

Yoo Chun melayangkan pukulannya ke wajah Jaejoong lagi, dan kali ini lebih keras dari

sebelumnya, sampai Jaejoong merasa tidak kuat untuk duduk, dan akhirnya dia berbaring di

lantai.

“Apa kau masih menyukai Joo Hyun? Jawab dengan jujur!” Yoo Chun mencoba untuk

tidak berteriak atau membuat Joo Hyun terbangun.

“Tidak. Aku hanya ingin tau… aku lupa seperti apa rasanya mencium Joo Hyun .”

Yoo Chun hanya melotot ke arah Jaejoong, tapi tidak memukul temannya lagi.

“Maaf.” kata Jaejoong kemudian. Dia benar-benar tulus mengucapkannya.

“Lain kali, kalau kau melakukannya lagi, aku akan menggantungmu di menara Namsang.”

Jaejoong tertawa mendengar ancaman Yoo Chun itu, tapi segera berhenti karena sakit

yang menyerang pipinya. “Bisakah kau membantuku berdiri?” pintanya. “Joo Hyun pasti

terkejut melihat wajahku tiba-tiba babak belur seperti ini.”

Yoo Chun mengulurkan tangannya dengan kaku, masih memalingkan wajahnya. Jaejoong

menerima uluran tangannya, kemudian berdiri.

“Ajak saja Joo Hyun pulang. Aku akan ke belakang.” kata Jaejoong, kemudian dia pergi.

Yoo Chun menatap temannya sampai menghilang di balik pintu. Sedikit perasaan

menyesal karena telah menghajar Jaejoong terbesit di benaknya.

“Joo Hyun, ” Yoo Chun mencoba membangunkan Joo Hyun, tapi Joo Hyun hanya

bergerak sedikit, dan matanya masih terpejam rapat. “Beb?” Yoo Chun menarik tangan Joo

I’m Sorry I Love You but I Lie 41

Hyun, tapi Joo Hyun masih tidak mau bangun. Akhirnya, dengan terpaksa, dia menggendong

Joo Hyun keluar.

Jaejoong diam-diam mengawasi dari balik pintu, tapi dia baru keluar dari kamar kecil

setelah Yoo Chun & Joo Hyun – yang masih tidak sadar – pergi.

…..

08.15a.m.

Hyori merasa tidak yakin saat melangkah masuk ke studio Jaejoong, tapi dia juga

penasaran untuk apa Jaejoong memintanya datang ke studio. Apakah Jaejoong sudah tidak

marah lagi padanya ? Pertanyaan itulah yang mendorong Hyori untuk masuk dan mencari tau.

Pintu studio itu sedikit terbuka, berarti Jaejoong ada di dalam. Tapi setelah masuk, Hyori

tidak melihat ada orang lain yang berada di studio itu.

Apa Junsu berbohong? Hyori bertanya-tanya, dan saat dia melewati sofa, dia melihat

Jaejoong tertidur di sana, dengan kaki terlentang & salah satu tangannya terkulai ke bawah.

Huh, dasar preman. Hyori membatin saat melihat luka memar di pipi Jaejoong yang dibiarkan

saja. Dia membungkuk diatas wajah Jaejoong untuk melihat lebih jelas seberapa parah luka di

wajah cowoknya itu.

Hyori harus pergi keluar sebentar untuk membeli satu set kotak obat, karena dia tidak

menemukan apapun yang bisa dia gunakan untuk mengobati Jaejoong di studio itu. Dengan

sangat hati-hati, & terus berdo’a agar Jaejoong tetap terjaga dalam tidurnya, Hyori mengobati

luka di wajah Jaejoong.

Jaejoong berkali-kali mengerang, tapi cowok itu masih tidur. Dia terlihat begitu lelah,

sehingga Hyori tidak tega untuk membangunkannya. Jadi, Hyori hanya menunggu sambil

merapikan tempat itu. Saat dia sedang merapikan buku lagu yang tersebar di atas meja, pintu

studio itu terbuka, & lima orang cowok yang dia kenal sebagai teman nge-band Jaejoong

masuk begerombol.

“Ow-!” Changmin yang terkejut melihat Hyori ada di tempat itu berhenti mendadak.

“Kamu Hyori, kan? Model terkenal itu?” tanyanya terpesona. Dibelakangnya, Kai, Kyuhyun,

Eunhyuk, & Donghae juga menatap Hyori dengan kagum.

“Pacarnya Jaejoong Hyung, kan?” tanya Kai.

I’m Sorry I Love You but I Lie 42

Hyori mengabaikan pertanyaan-pertanyaan itu dan berdiri dengan menyilangkan kedua

tangannya di depan. ”Untuk apa kalian datang ke sini?”

“Untuk apa ?” ulang Changmin geli. “ Tentu saja untuk latihan, iya kan teman-teman?”

yang lainnya menjawab dengan anggukan.

“Dimana Jaejoong Hyung?” tanya Eunhyuk sambil celingukan.

“Dia sedang sakit.” jawab Hyori dengan nada dingin. “Dan sebaiknya kalian tidak

mengganggu dia sekarang. Jadi, pergi sana !” usirnya.

Kalima cowok itu terlihat ingin protes, tapi Hyori tidak perduli. Dia menggiring mereka

keluar dengan paksa, dan menutup pintu dari dalam. Saat berbalik, dia tercekat melihat

Jaejoong yang kepalanya nongol dari balik sofa.

“ Hai, ” sapanya dengan sedikit kikuk.

“ Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Jaejoong. Dia membenarkan posisi tubuhnya

agar nyaman. “Dan kenapa kamu mengusir teman-temanku ?”

“Aku pikir kamu sedang tidak ingin diganggu, jadi aku mengusir mereka.” Hyori tidak

menunjukkan raut wajah menyesal. “Dan bukankah kamu yang memintaku untuk datang

kesini? Junsu yang bilang padaku.”

“ O, ” Jaejoong lupa. Dia memegang kepalanya yang masih sedikit merasakan pusing.

Awkwkwkwk.

Lima menit selanjutnya kosong. Hyori duduk di depan Jaejoong dengan tidak nyaman,

sementara Jaejoong malah berpura-pura tertarik melihat gitar yang ada di samping Hyori, dan

sesekali menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

“Kamu yang membersihkan tempat ini, ya ?” tanya Jaejoong basa-basi, setelah melihat

tempatnya yang sekarang bersih.

“Em, ”

Hening lagi. Hyori merapikan rambutnya yang sebenarnya itu tidak perlu. Dia benar-

benar merasa tidak nyaman dengan suasana itu, dan heran melihat Jaejoong bisa bertahan

untuk tidak bicara disituasi seperti itu.

I’m Sorry I Love You but I Lie 43

“ Apa kamu sudah tidak marah lagi padaku ?” tanya Hyori, membuka percakapan dengan

topik yang sebenarnya tidak ingin dia bahas.

Jaejoong terlihat sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, tapi dia segera menguasai

diri lagi. “Aku marah? Bukankah kamu yang marah ?”

Hyori menggeleng. “Soal tamparanku yang kemarin itu, apakah kamu tidak marah ?”

“ Em…” Jaejoong memikirkan jawaban terbaiknya. “Tidak. Aku tahu kalau kemarin aku

memang keterlaluan.” Tapi kamu yang memulai lebih dulu, kan ? Untuk pertama kalinya,

Jaejoong melihat Hyori dengan sungguh-sungguh, menunggu reaksi ceweknya setelah ini.

Mengakulah…Cukup dengan kata maaf aku akan melupakan kesalahanmu.

“ Ya, kemarin kamu memang keterlaluan.” kata Hyori. Jaejoong menghela nafas panjang,

dan menyangdarkan punggungnya ke sofa. “Aku tau dulu kamu playboy, tapi aku pikir kamu

benar-benar mencintaiku.”

“ Memang.” potong Jaejoong, nyaris terdengar acuh.

“ Lalu kenapa kamu berselingkuh?”

“ Kamu yang memulai lebih dulu, kan?” Jaejoong sedikit beremosi. “Apa aku salah?”

“ Ya. Kamu salah.”

“ Oo, berarti cewek yang aku lihat pergi dengan pria lain itu bukan kamu ?”

“ Apa kamu menuduh aku berselingkuh hanya karena kamu melihatku pergi dengan pria

lain ?”

“ Kalau kamu tidak berselingkuh, kenapa kamu harus berbohong dengan mengaku pergi

bersama Min Ah ? Dan kenapa kamu terlihat mesra dengan pria itu ?”

“ Aku – ” Hyori tidak bisa menjawab pertanyaan itu, dan hanya menunduk untuk

menghindari tatapan cemburu Jaejoong yang terasa menghujam jantungnya. Detak jantungnya

terasa semakin cepat saat Jaejoong menyentuh dagunya, mengangkat wajahnya, dan

memaksa Hyori untuk menatap matanya.

“ Tidak cukupkah kamu memiliki aku yang mencintaimu ?” kata Jaejoong, kemudian dia

mencium bibir Hyori yang basah.

I’m Sorry I Love You but I Lie 44

Hyori tidak mengelak, tapi dia juga tidak bisa menahan air matanya. Dia hanya terus

memejamkan matanya sampai Jaejoong akhirnya melepaskannya, kemudian memeluknya.

“ Oh-ow !” Joo Hyun yang baru saja masuk ke studio mendadak berhenti, begitu pula

dengan Yoo Chun yang masuk bersamanya.

Jaejoong yang merasa dipergoki langsung melepaskan pelukannya. Sementara Hyori

buru-buru menghapus air mata yang membasahi pipinya. Mereka terlihat salah tingkah.

“ Tidak pa-pa. Kalian lanjutkan saja !” kata Yoo Chun, merasa tidak enak mengganggu

acara Jaejoong dan Hyori. “ Kami hanya ingin mengembalikan ini.” Yoo Chun melempar baju

hangat Jaejoong kepemiliknya yang tadi terbawa tanpa sengaja saat dia menggendong Joo

Hyun pulang.

“ Kau bisa mengembalikan ini besok.” kata Jaejoong. Dia melempar baju hangatnya ke

meja. Matanya sempat bertautan dengan mata Joo Hyun, tapi Joo Hyun dengan cepat

menghindar dan beralih pada Hyori.

“ Halo, apa kabar? Lama tidak bertemu.” sapa Joo Hyun pada Hyori. Sebenarnya itu

terlalu formal, karena dia seumuran dengan Hyori, jadi terlihat aneh.

“ Baik.” jawab Hyori pendek. Dia merasa sulit untuk berbicar nonformal dengan Joo

Hyun, karena pada kenyataannya dia memang jarang berbicara dengan teman-teman

Jaejoong.

“ Kami berniat pergi makan malam. Apa kalian ingin bergabung ?” tanya Yoo Chun

menawari.

“ Bagaimana ?” Jaejoong menanyai Hyori, tangannya sekarang merangkul pundak Hyori

dan berusaha terlihat santai.

“ Ide bagus.” jawab Hyori, tersenyum. “ Tapi aku harus ke belakang dulu.” katanya,

kemudian melepaskan diri dari rangkulan Jaejoong, dan pergi ke belakang untuk mencuci

wajahnya.

“ Jaejoong, ” Joo Hyun menunjuk memar di wajah Jaejoong, dan berbicara dengan lirih

agar Hyori tidak mendengar. “Apa Hyori yang membuatmu babak belur begitu ?” tanyanya

ingin tahu. Dia ingin mendekat, tapi Yoo Chun sedang merangkulnya, jadi dia tidak bisa.

I’m Sorry I Love You but I Lie 45

“ Tidak.” Jaejoong menyentuh lukanya, dan baru sadar kalau Hyori sudah mengobati

lukanya. “ Tadi ada orang gila yang menyerbu masuk ke sini dan langsung menghajarku.”

Jaejoong melirik ke arah Yoo Chun sambil tersenyum minta maaf. Yoo Chun hanya menghindar

dan berdehem kasar.

“ Orang gila ?” tanya Joo Hyun histeris, percaya begitu saja. “ Makanya kamu jangan suka

membiarkan pintu terbuka begitu saja! Untung hanya orang gila yang masuk, bagaimana kalau

perampok ?”

Jaejoong hanya tertawa sedikit.

“ Apa itu masih sakit ?” tanya Joo Hyun cemas. Tangannya menyentuh wajah Jaejoong

untuk memeriksa. Yoo Chun yang melihat itu hanya bisa membuka mulut tanpa mengeluarkan

kecemburuannya.

“ Sudah lebih baik, setelah Hyori mengobatinya.” jawab Jaejoong, menepis tangan Joo

Hyun sebelum ada tinju lain yang melayang ke wajahnya lagi, dan lagi, Hyori baru saja kembali

dari belakang.

“ Aku sudah siap.” Hyori mengambil tasnya yang ia taruh di atas meja, sekalian

mengambil jaket Jaejoong. “Ini!” katanya seraya memberikan baju hangat Jaejoong. “Aku tidak

mau kamu membeku di luar sana.” guraunya.

“Sebenarnya…” Jaejoong menanggulkan baju hangatnya ke pundak. Dan merangkul

Hyori dengan erat. “Aku merasa lebih hangat dengan seperti ini.” ujarnya, kemudian berjalan

keluar bersama Hyori yang masih dirangkulnya.

Tanpa sadar Joo Hyun memperhatkan pasangan itu dengan iri. Dia kemudian

mengalihkan pandngannya pada Yoo Chun yang ternyata sejak tadi mengawasinya.

“Jadi…?”

“Apa?” tanya Yoo Chun bingung.

“Kamu tau aku iri, kan?”

“Oo…” Yoo Chun tersenyum jail.

Joo Hyun terkejut saat Yoo Chun menggendongnya tiba-tiba, dan membawanya keluar

menyusul Jaejoong dan Hyori.

“Lain kali jangan makan banyak-banyak, ya!” sindir Yoo Chun. “Biar gak berat, Ok, beb?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 46

Joo Hyun mengerucutkan bibirnya. “Aku kan tidak minta digendong.”

“Tapi begini lebih romantis, kan?”

Hyo Woon masih menunggu di depan pagar rumahnya. Sudah seperempat jam dia

berdiri di sana , dan dia mulai merasa tangan dan wajahnya membeku karena kedinginan. Tapi

Hyo Woon belum melihat tanda-tanda akan kedatangan Junsu. Hyo Woon merasa sedikit

resah sekarang, karena tidak biasanya Junsu datang terlambat tanpa memberi kabar lebih

dulu.

Menyerah dengan harapannya akan kedatanagan Junsu, Hyo Woon akhirnya

memutuskan untuk masuk ke rumahnya karena ayahnya juga sudah mengingatkannya untuk

masuk.Tapi saat dia akan berbalik, dia melihat Junsu munncul dari tikungan jalan yang ada di

dekat rumahnya dengan berlari.

“Maaf, ” engah Junsu setelah dia tiba di depan Hyo Woon. “Aku

harus…berlari…dari…stasiun bawah… tanah…” jelasnya masih terengah-engah. Lututnya terasa

lemas karena lelah, jadi dia bersandar pada pagar tembok rumah Hyo Woon .

“Tidak pa-pa.” kata Hyo Woon. “Apa kau mau beristirahat dulu di rumah?”

Junsu menggeleng. Masih mencoba mengatur nafasnya yang terasa berat. “Lebih baik

kita pergi sekarang. Ayo!” ajaknya. Tanpa diminta Hyo Woon merangkul lengan Junsu saat

mereka berjalan bersama di tengah salju yang masih turun. Itu memberi Junsu semacam

suplement dan juga kehangatan tersendiri.

“Kita jadi ke bioskop, kan?” tanya Hyo Woon di tengah perjalanan mereka menuju halte

bus terdekat, itu kira-kira 2 km dari rumah Hyo Woon.

“Eh – em … aku …” Junsu merasa tidak enak. Dia memang sudah berjanji akan mengajak

Hyo Woon ke bioskop setelah dia menerima gaji bulan ini. Tapi gara-gara pergi ke salon tadi,

sekarang gajinya sudah lenyap tanpa tersisa sepeserpun, malah sebenarnya uangnya kurang

untuk membayar perawatan wajahnya, tapi untungnya pelayan yang menjaga kasir mau

memberinya diskon.

“Kenapa? Gaji kamu belum diberikan?”

Junsu terpaksa mengengguk, karena tidak mungkin dia mengaku pada Hyo Woon kalau

gajinya habis untuk melakukan perawatan wajah di salon dengan seorang model terkenal,

bisa-bisa Hyo Woon langsung memutuskannya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 47

“Maaf, ya. Mungkin minggu depan. Tidak pa-pa, kan?” tanya Junsu, benar-benar

menyesal. Dia benar-benar lega saat melihat Hyo Woon mengangguk.

“Jadi kemana kita akan pergi sekarang?”

“Bagaimana kalau kita berjalan-jalan di sekitar Han Gang?” usul Junsu.

“Bukan ide buruk.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 48

…Love You, Love You…

Pagi ini Yoo Chun sarapan bersama Joo Hyun dan orang tuanya di rumah pacarnya.

Karena ini bukan perkama kalinya dia makan bersama calon mertuanya, Yoo Chun tidak

merasa canggung sedikitpun. Jujur, sebenarnya dia tidak suka terjebak di suasana formal

seperti itu, dengan orang tua Joo Hyun yang pasti akan mengintimidasinya dengan pertanyaan

seputar peernikahannya dengan Joo Hyun. Joo Hyun tidak ikut campur itu sudah mendingan.

Yoo Chun tidak tau kenapa keluarga Joo Hyun sangat terobsesi dengan yang namanya

pernikahan.

“Apa kalian sudah memilih baju pernikahannya?” tanya Ibu Joo Hyun , membuat Yoo

Chun tersedak sosisnya, dan cepat-cepat meminum air putih. “Atau kalian berniat

merancangnya sendiri?”

“Lalu bagaimana dengan gedung pernikahannya?” Ayah Joo Hyun ikut-ikutan. “Kalau

tidak memesan sekarang kalian tidak akan mendapat tempat yang bagus.”

“Kami masih mempertimbangkan konsep pernikahannya akan seperti apa, jadi belum

sempat memesan gedung.” jawabnya, benar-benar asal. “Masalah baju, Joo Hyun masih

memilih-milih. Iya, kan, beb?”

Joo Hyun tersentak kaget saat Yoo Chun menyenggol kakinya dari bawah meja, dan

mengengguk dengan bingung karena tidak tau apa-apa.

5 menit setelahnya terasa menyiksa bagi Yoo Chun, karena pertanyaan-pertanyaan

orang tua Joo Hyun semakin aneh, dan Jooo Hyun sama sekali tidak membantu. Yoo Chun

nyaris ingin berteriak begitu dia keluar dari rumah Joo Hyun tapi untungnya dia bisa menahan

diri.

“Kenapa orang tuamu selalu ingin tau soal rencana pernikahan kita, sih?” gerutunya saat

masuk ke mobil, dan Joo Hyun duduk di sebelahnya. Joo Hyun tidak menanggapinya. “Padahal

punya rencara menikah saja tidak.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 49

Kalimat itu seolah menghempaskan Joo Hyun ke dasar laut yang paling dalam. “Jadi

kamu tidak mau menikah denganku?” tanyanya, matanya sudah berkaca-kaca saat menatap

Yoo Chun, sehingga membuat cowok itu salah tingkah.

“Aku tidak bilang tidak mau menikah denganmu…” kata Yoo Chun. Apa aku tadi salah

menyusun kata-kata? “Aku hanya belum mau menikah – ”

“Tadi jelas-jelas kamu bilang tidak punya rencana menikah!” Joo Hyun sekarang terisak.

“Harusnya aku tau kalau kamu tidak pernah serius mencintaiku.” ujarnya perih.

“Aku serius – ” Lagi! Joo Hyun sudah melesat pergi tanpa membiarkan Yoo Chun

menyelesaikan kalimatnya. “Apa dia harus seperti itu setiap 2 hari sekali?!” teriak Yoo Chun

jengkel saat melihat Joo Hyun masuk kembali ke rumah.

…..

Hyori baru saja menyelesaikan pemotretannya pagi ini saat dia menerima telfon dari

Jaejoong.

“Halo, beb? Kita jadi pergi, kan?” tanya Hyori bersemangat. “Aku sudah menyelesaikan

pemotretanku hari ini.”

“Sorry, beb. Pagi ini aku ada sibuk, bagaimana kalau nanti siang?” kata Jaejoong,

terdengar benar-benar menyesal.

“Kalau nanti siang aku tidak bisa. Memangnya kamu sibuk apa sih? Jangan bilang – ”

“Bukan sibuk nge-band.” sela Jaejoong yang tau kemana arah pikiran Hyori.

“Lalu?”

“Ada dech pokoknya.”

“Kok jawaban kamu begitu?”

“Nanti aku kasih tau, ok? Kalau begitu aku akan menjemputmu nanti malam. Dag!”

Telfon teputus begitu saja. Hyori menatap fotonya bersama Jaejoong yang dia jadikan

wallpaper di ponselnya dengan kesal.

“Awas kalau aku sampai memergoki kamu selingkuh dengan cewek lain lagi.” omelnya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 50

“Hyori, Tuan Kwon datang mencarimu!” Hyori mendengar suara managernya berteriak,

entah dari arah mana.

Sedikit panik, Hyori merapikan penampilannya agar terlihat menarik. Dalam hati dia

bersyukur Jaejoong menunda kencan mereka, jadi dia tidak akan melewatkan pertemuannya

dengan designer sekaligus pemilik majalah fashion terkenal di Korea itu.

Setelah memastikan penampilannya baik-baik saja, Hyori segera beranjak pergi, tapi

dibelakangnya, seorang pria yang membawa karangan bunga besar – sampai menutupi

wajahnya – menghalangi jalan Hyori.

“Ada kiriman bunga untuk Nona Hyori.” kata suara di balik karangan bunga indah itu.

“Taruh saja disitu!” kata Hyori tidak sabar. Dia melangkah ke samping tapi orang itu

kembali menghalanginya. “Apa lagi?”

“Anda harus tanda tangan lebih dulu.” Orang itu mengulurkan sebuah note kecil pada

Hyori.

“Ok.” Hyori menyibakkan rambutnya dengan sedikit kesal. “Mana bolpennya?”

“Maaf , saya lupa membawanya.”

Dengan mendesah tidak sabar, Hyori menyambar lipstick dari atas meja rias di

dekatnya. “Dimana aku harus tanda tangan ?” tanyanya, dengan bingung membuka-buka note

itu. Hyori berhenti saat melihat tulisan tangan di halaman tengah yang dia kenal.

Pergi kencan denganku

“Jaejoong ?” Hyori menatap pria di hadapannya dan melihat wajah Jaejoong muncul dari

balik karangan bunga itu sambil tersenyum.

“Kejutan !” seru Jaejoong senang karena berhasil meengecoh Hyori.

“Kamu bilang … kamu …”

“Aku berbohong! Maaf .” potong Jaejoong. “Apa kamu suka bunganya?”

Hyori mengangguk. Tapi dia menoleh ke belakang punggung Jaejoong dan melihat Tuan

Kwon tengah mencarinya.

“Ayo kita jalan sekarang!” ajak Jaejoong .

I’m Sorry I Love You but I Lie 51

“ Sebentar -- aku ada --”

“ Hyori !” Managernya kembali memanggil. Dia berdiri bersama Tuan Kwon sekarang.

Jaejoong juga ikut menoleh. Kepanikan Hyori melanda saat Managernya datang bersama

Tuan Kwon, dan wajah Jaejoong seketika berubah tegang.

“Yang bersama managermu itu…Dia pria yang kemarin pergi denganmu, kan ?” tanya

Jaejoong dengan nada dingin yang membuat Hyori semakin takut untuk memandangnya.

“Untuk apa dia disini ?” Jaejoong menatap Hyori dengan penuh selidik. “Jangan bilang kalau

kamu masih menjalin hubungan dengan pria itu !”

“Tidak !” elak Hyori. “Aku harus berbicara dengannya sebentar.” dia bermaksud pergi

menemui Tuan Kwon yang tengah berjalan ke arahnya, tapi Jaejoong malah menahannya.

“ Kalian bisa berbicara disini, kan ?”

Hyori bimbang. Kalau Jaejoong ikut campur, maka habislah dia. “Oke, tapi kamu jangan

membuat keributan dengannya, ya ?” pintanya sungguh-sungguh. “Dia penting bagiku.”

“Apa lebih penting dariku ?”

Hyori tidak sempat menjawab pertanyaan Jaejoong, karena Tuan Kwon sudah sampai di

tempat mereka berdiri sekarang. Dia mencoba menunjukkan senyumnya, tapi kali ini tidak

bisa selepas biasanya.

“Tuan Kwon, kenapa Anda tidak memberitahu saya kalau Anda akan datang lebih awal?”

tanya Hyori.

“Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu, jadi aku ke sini.”

Jaejoong bergerak dengan gusar disamping Hyori, tapi dia tidak berbicara, dia tau

maksud Hyori menggenggam tangannya erat-erat adalah untuk menyuruhnya diam.

“Benarkah? Memangnya ada apa?”

“Aku sudah menyiapkan semua design terbaik untukmu, termasuk gaun pernikahannya.

Jadi …”

“Gaun pernikahan ?” potong Jaejoong yang tidak yang tidak bisa menahan diri lagi. Dia

menatap Hyori, meminta penjelasan. Tapi Hyori menatapnya dengan tatapan memohon.

I’m Sorry I Love You but I Lie 52

“Siapa laki-laki ini ?” tanya Tuan Kwon seolah baru menyadari keberadaan Jajoong di

tempat itu.

“ Dia kakak saya.”

“Bukan. Aku pacarnya. Kenapa? Ada masalah ?”

“Pacar?”

“Iya, ” kata Jaejoong .

“Bukan !” sahut Hyori. Dia tidak mau melihat seperti apa ekspresi Jaejoong sekarang,

karena dia tidak akan sanggup, dan saat ini Tuan Kwon lebih penting baginya. “Dia bukan pacar

saya !”

“Apa maksudmu aku bukan pacarmu ?” Jaejoong menuntut. “Apa itu berarti jawaban

kalau kamu lebih memilih orang ini daripada aku ?”

Hyori berusaha menulikan telinganya, dan terus memandang Tuan Kwon yang

menunggu penjelasannya. “Kakak saya ini memang sedikit gila sejak ditinggal oleh pacarnya,

dan dia selalu menganggap saya pacarnya.”

Jaejoong tertawa kasar mendengar kebohongan itu. Sialnya, itu malah membuat Tuan

Kwon percaya dengan ucapan Hyori.

“Kak Lee, tolong bawa kakakku pulang !” pintanya pada managernya.

Jaejoong memberontak saat Lee menyeretnya keluar. “Jangan pernah menemui aku

lagi, dasar brengsek !” umpatnya marah.

Air mata Hyori menetes tanpa bisa ia cegah. Mungkin inilah akhir kisah cintanya dengan

Jaejoong.

“Tidak pa- pa, jangan menangis !” Tuan Kwon menarik Hyori kedalam pelukannya, dan

membelai punggungnya. “Lebih baik kita pergi sekarang, ayo !”

“Lepaskan aku !”Jaejoong melepaskan lengannya yang diseret oleh Lee & dan tanpa

basa-basi, dia langsung memukul wajah manager Hyori itu. Tidak puas sekali, dia menghajar

Lee sampai orang itu terkapar tanpa daya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 53

“Bilang pada Hyori, kalau dia tidak mau aku melukainya, sebaiknya jangan pernah datang

menemuiku, mengerti ?!” Jaejoong melayangkan pukulan terakhirnya sebelum akhirnya

melepaskan Lee yang nyaris tidak sadarkan diri.

“Kamu salah...” suara lemah Lee menghentikan niat Jaejoong untuk pergi. “Hyori

bersikap seperti itu bukan karena dia tidak mencintaimu. Tapi dia sedang berusaha

mempertahankan karier-nya sebagai model, karena dia terancam akan dikeluarkan dari

agensi.”

“Lalu kenapa? Apa aku harus peduli ?” balas Jaejoong acuh. Dia melangkah pergi tanpa

menoleh lagi.

…..

Pagi ini seperti biasa, Junsu mengantar Hyo Woon ke tempat kerjanya dengan naik bus

kota, lalu berjalan bersama dari halte sampai di depan Ga In Resto.

“Nanti aku pulang lebih awal.” kata Hyo Woon, sesaat sebelum mereka tiba di pintu

masuk restoran. “Aku ingin datang ke tempat kerjamu, boleh kan ?”

“Kerja ….?”

“Iya, kamu bilang sekarang kamu bekerja sambilan di pagi hari, kan ?”

“Emmm…iya.”

“Aku ingin tau, apakah orang-orang disana bersikap baik padamu atau tidak.”

“Mereka bersikap baik. Jadi tidak perlu khawatir.”

“Tapi tetap saja, aku ingin datang ke sana…”

Junsu tertegun tidak bisa menahan keinginan Hyo Woon. Jadi dia terpaksa harus

membuat sandiwara kecil nanti.

“Nona Hyo Woon, Anda terlambat 3 menit.” kata suara di belakang Hyo Woon. Hyo

Woon yang mengira itu suara bosnya, berbalik dengan takut, tapi ternyata yang dia lihat

adalah Yoo Chun yang sedang berdiri sambil bersandar pada pintu.

“Tuan !” pekiknya lega, karena bukan bosnya yang memergokinya terlambat. “Kenapa

Anda datang sepagi ini?” tanya Hyo Woon heran. Junsu juga heran melihat Yoo Chun sudah

I’m Sorry I Love You but I Lie 54

apel sepagi ini. Junsu hampir saja kelepasan untuk bertanya kepada Yoo Chun, tapi dia segera

ingat kalau dia harus berpura-pura tidak mengenal Yoo Chun sekarang.

“Aku baru menemui Bos mu dan memintanya untuk memberimu libur hari ini”

“Apa?” pekik Junsu dan Hyo Woon bersamaan.

“Tapi untuk apa?” tanya Hyo Woon bingung.

“Aku ingin meminta bantuanmu untuk mempersiapkan kejutan nanti malam, dan Bosmu

sudah mengizinkan.” kata Yoo Chun.

Dia kemudian berpaling pada Junsu yang sejak tadi meneekuk wajah. “Ngomong-

ngomong siapa dia?” Yoo Chun bertanya pada Hyo Woon.

“Ooh ini Junsu.” Hyo Woon menggantungkan tangannya di lengan Junsu. “Dia calon

suami saya.”

“Ow, calon suami. ” Yoo Chun mengangguk tanta arti. Dia hampir tidak bisa menahan

cengiran di wajahnya, dan Junsu tau itu. Yoo Chun kemudian mengulurkan tangannya pada

Junsu. “Yoo Chun.” katanya memperkenalkan diri.

Junsu membalas dengan sedikit kaku , “Junsu.”

Awas kalau kamu macam-macam dengan pacarku! Itulah yang Yoo Chun tangkap dari

tatapan sahabatnya saat mereka berjabat tangan. Tapi Yoo Chun hanya membalasnya dengan

tersenyu nakal.

“Maaf ya, Junsu. Aku pinjam calon istrimu sebentar.” Yoo Chun meraih tangan Hyo

Woon dan menuntunnya ke mobil yang ia parkir, tapi Hyo Woon dengan tidak enak menepis

tangannya.

“Aku akan menemuimu nanti.” kata Hyo Woon sebelum masuk ke mobil yang pintunya

sudah dibukakan oleh Yoo Chun.

Junsu mengangguk dengan berat.

“Cup-cup-cup…!! Tidak perlu menangis! Aku hanya akan jalan-jalan dengan pacarmu,

Dagg!” goda Yoo Chun saat melewati Junsu lalu masuk ke mobilnya sebelum tendangan Junsu

melukai betisnya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 55

…..

Di kantin sekolah….

Joo Hyun meletakkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya selama

beberapa saat. Disampingnya Jaejoong juga melakukan hal serupa, hanya saja cowok itu

sepertinnya benar-benar tertidur karena Jaejoong tidak bergerak sama sekali.

“Apa kamu juga sedang ada masalah?” tanya Joo Hyun. Dia kembali membuka matanya

untuk melihat wajah Jaejoong yang hanya terpaut 2 jengkal dari wajahnya dan dia juga masih

bisa melihat bekas memar di pipi cowok itu.

“Mmmm..” Jaejoong tidak berusaha untuk membuka matanya.

“Apa kamu dan Hyori bertengkar lagi?”

“Mmmm..”

“Jaejoong?”

“Apa?” kali ini Jaejoong memaksakan diri untuk membuka matanya yang mengantuk.

“Aku sedang tidak mau membicarakan Hyori.”

“Baik. Aku tidak akan membicarakan Hyori, tapi kamu juga jangan memmbicarakan soal

Yoo Chun, ok??”

“Memangnya siapa yang membicarakan Yoo Chun?” Jaejoong tersenyum. Rasanya

beban yang memberati pikirannya kini terasa lebih ringan. “Apa kalian bertengkar soal

‘menikah’ lagi?”

“Tuh, kan? Aku kan sudah bilang tidak mau membicarakan Yoo Chun sekarang.”

“Iya, iya. Aku juga tidak ingin tau. Aku sudah pasti benarkan?” kata Jaejoong yakin. Joo

Hyun langsung memanyunkan bibirnya dan itu membuat Jaejoong gemas melihatnya.

“Bagaimana kalau kita pergi berdua saja?” usul Jaejoong, sekarangmenegakkan tubuhnya ke

posisi duduk.

“Kemana?” tanya Joo Hyun yang ikut duduk.

“Kalau berenang saja bagaimana?”

“Tidak ahh. Dingin.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 56

“Mm..bermain Baseball?”

“Kamu tau dari dulu aku tidak bisa bermain Baseball , kan?” protes Joo Hyun.

“Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja?”

“Bukankah itu lebih dingin dari pada berenang?”

“Ahh.. tapi aku kan bisa melihat pemandangan yang bagus, kalau berenang kan cuma

bisa melihat kamu memakai boxer, ugghh…!”

“Memangnya kamu tdak tertarik melihat aku hanya memakai boxer?” goda Jaejoong

iseng.

“Tidak! S-A-M-A-S-E-K-A-L-I.” Joo Hyun mengeja dengan sangat jelas. “Ayo pergi!”

Jaejoong last story

“Aku sudah bilang, kan? Aku tidak mau mencoba lagi !” kata Jaejoong hampir putus asa.

Tapi Joo Hyun terus memaksanya masuk ke ruang ganti dan memberinya jas baru yang Joo

Hyun siapkan untuknya.

“Ayolah, Sayang. Aku kan hanya menyuruhmu untuk mencobanya.” Joo Hyun memaksa.

“Untuk apa sih? Kita kan tidak menikah besok.”

“Iih…Aku kan ingin tau jas ini cocok untuk kamu atau tidak.” Joo Hyun ngeyel. “Udah

sana, cepat coba! Atau mau aku bantu?”

“Tidak perlu!” Jaejoong mengamil jas putih yang sejak tadi disodorkan Joo Hyun ke

rusuknya, lalu masuk ke ruang ganti dengan terpaksa dan menuttup pintunganya dari dalam.

“Jangan lama-lama, ya, Sayang!” kata Joo Hyun dari luar.

“Iya.”

Tapi sepuluh menit kemudian Jaejoong belum juga keluar.

“Sayang, kamu lama banget sih?” tanya Joo Hyun yang sudah bosan menunggu di depan

pintu. Tapi tidak ada sahutan. “Aku masuk ya, sayang..” tidak ada jawaban lagi. Joo Hyun lalu

menyelonong masuk karena tau pintu tidak dikunci.”Sayang?”

Tidak ada siapapun diruangan itu dan jendela di ruang ganti itu terbuka lebar.

“JAEJOONG!!!”

I’m Sorry I Love You but I Lie 57

Jaejoong tidak tau kemana harus bersembunyi sekarang. Jadi dia terus berjalan melewati

jalan-jalan kecil yang kira-kira tidak akan berani dilewati Joo Hyun sendirian di malam yang

gelap dan sepi seperti ini.

Sebenarnya dia paling sebal kalau Joo Hyun mulai bertingkah berlebihan memikirkan

masa depan mereka. Dia baru 18 tahun!. Dan Joo Hyun sudah merengek-rengek terus agar

Jaejoong segera melamarnya sebelum kelulusan sekolah. Ponselnya berbunyi, terdengar keras

sekali karena tidak ada suara lain selain langkah kakinya sendiri. Karena tau kalau telfon itu

dari Joo Hyun , Jaejoong langsung mematikan ponselnya. Lebih baik menjauhi Joo Hyun untuk

sekarang, karena kalau Joo Hyun melihatnya bisa-bisa dia langsung diseret kehadapan

penghulu.

“TOLONG - !!” suara teriakan permpuan menghentikan langkah Jaejoong. “TOLONG – !”

“Diam! Berengsek!!” raung suara laki-laki dari arah yang sama.

Jaejoong mendekat ke sebuah rumah tua yang kecil, tempat suara ribut itu berasal.

“Lepaskan aku!! Jangan-sentuh-aku!!” Hyori berusaha mendorong pria yang mencoba

memperkosanya dengan sekuat tenaga, tapi usahanya itu sia-sia. Pria-yang entah-siapa-itu

malah semakin kuat menahan tubuhnya yang meronta di lantai yang kasar dan dingin, lalu

dengan liar merobek baju yang dikenakan Hyori.

Hyori mencoba melawan lagi, tapi usahanya itu sama sekali tidak berguna. Dia mulai

menangis dan berteriak meminta pertolongan. Lalu seorang datang.

Jaejoong menarik pria yang mencoba memperkoa Hyori menjauh dari gadis itu, lalu

tanpa segan-segan menghajarnya. Itu bukan hal yang sulit bagi Jaejoong, karena dia sudah

memegang sabuk hitam untuk Taekwondo sejak kelas 6 SD.

Jaejoong membanting tubuh pria itu ke lantai lalu menarik kerah bajunya untuk

memaksaya berdiri dan mendorongnya ke tembok yang kasar.

“Apa kau bajingan amatir?” tanya Jaejoong sambil mengawasi orang didepannya yang

sudah ia buat babak belur dengan sinis. Orang itu mungkin berusia 25 tahunan, tidak mungkin

lebih dari itu. “Dengan tubuh lembek seperti ini mau mencoba memperkosa cewek itu?”

katanya menghina. “Lebih baik kau pulang, cuci kaki, lalu tidur, sana!” ejeknya.

Jaejoong tau pria itu diam-diam mengeluarkan belati, tapi dia berhasil menghindar

sebelum belati itu menyobek perutnya. Sebelum orang itu mencoba menyerangnya lagi,

I’m Sorry I Love You but I Lie 58

Jaejoong lebih dulu bertindak. Dia melayangkan tendangan tepat ke dada lawannya dengan

kuat dan menangkap belati yang terlepas dari tangan pemiliknya.

Jaejoong berjongkok disamping pria yang masih terkapar dilantai. “Mencoba

membunuhku ya?”tanyanya, sedikit geli saat melihat belati yang a pegang itu ternyata

berkarat. Dia kemudian menusukkan belati itu kebahu pemiliknya dan langsung membuuat

orang itu merintih kesakitan, meskipun Jaejoong telah menusuk telalu dalam “Lain kali

gunakan pisau yang lebih steril, ok?” saran Jaejoong, iseng “Cepat pergi sana! Atau kau lebih

suka aku memanggil polisi ?”

Dengan penuh perjuangan, orang itu bangkit, dan berjalan terseok-seok meninggalkan

tempat itu.

Jaejoong kemudian beralih pada Hyori yang sejak saat tadi meringkuk dengan wajah

pucat dipojokan dan menangis.

“Sudah tidak pa-pa. Kamu aman sekarang.” hibur Jaejoong yang sudah berdiri didepan

Hyori.

Hyori tidak berbicara ataupun memandangnya, tapi malah terus menangis. Jaejoong

kemudian membungkuk dan memaksa Hyori mengangkat wajahnya.

“Kamu tidak terluka, kan ?” tanyanya

Hyori menggeleng dan berusaha menghentikan segukannya. Tangannya berusaha

menutupi bagian tubuhnya yang terbuka karena bajunya yang robek. Dan kenapa cowok

dihadapannya itu malah tersenyum seperti itu? Apa dia terlihat lucu sehingga membuat cowok

itu tersenyum ? Tapi senyum itu indah juga ..

“Ayo berdiri ! Aku akan mengantarmu pulang.” Jaejoong mengulurkan lengannya, tapi

Hyori tidak merespon. Jaejoong baru menyadari apa yang membuat cewek itu terus

mendekapakan lengannya ke depan. “Oh, ”gumam Jaejoong, lalu melepas seragam sekolah

yang masih dia pakai dan memberikannya pada Hyori. “Pakai saja, daripada kamu yang

bertelanjang dada.” kata Jaejoong, nyengir. Angin yang berhembus masuk langsung

membuatnya meriding. “Tapi maaf, ya, ini sedikit kotor.” imbuhnya.

Hyori sedikit ragu saat menerima baju Jaejoong dengan tidak yakin, dan benar-benar

ragu saat memakainya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 59

“Terlihat bagus, kok.” komentar Jaejoong, berusaha untuk tidak tertawa. Dengan make

up dan rambut yang berantakan , serta baju seragam yang ternodai oleh titik darah, cewek itu

terlihat mengerikan. “Ayo!” Jaejoong mengulurkan tangannya lagi, dan kali ini Hyori

menolaknya. “Masih bisa berjalan, kan?” Hyori menganguk.

Perfect! Satu cowok berjalan tanpa mengunakan baju dan hanya memakai celana

panjang berwarna hitam, dan satu lagi cewek yang memakai rok pendek dengan atasan

seragam sekolah yang kotor oleh darah dan makeup serta rambut yang berantakan. Kalau ada

orang yang melihat Jaejoong dan Hyori seperti itu, orang-orang pasti akan mengangap mereka

gila, tapi untunglah jalan yang mereka lewati itu sudah sangat sepi.

“Rumah kamu masih jauh?” tanya Jaejoong yang sejak tadi bergidik karena kedinginan.

“Tidak, ” Hyori menjawab dengan suara serak.

Mereka berbelok ditikungan jalan yang menanjak, dan berhenti di depan rumah

berlantai dua yang bercat putih.

“Terimakasih.” kata Hyori dengan tulus.

“Em – tidak masalah.”

“Jaejoong…”

“Eh-? Bagaimana kamu tau namaku?” Jaejoong tersentak.

“Ada diseragammu.” Hyori menunjuk nametag yang terpasang di sisi kiri baju Jaejoong.

“Sekali lagi terima kasih.”

“Iya…” Jaejoong sebenarnya ingin menanyakan nama Hyori, tapi urung melakukannya.

“Cepat masuk sana!”

“Kamu mau pulang dengan seperti itu?”

“Ya…terpaksa….”

“Tunggu di sini sebentar, ya!” Hyori masuk kedalam rumahnya dan tak lama kemudian

dia keluar dengan membawa baju milik ayahnya, lalu memberikannya pada Jaejoong.”

“Terimakasih.”

“Sama-sama.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 60

Keesokan harinya disekolah…

“Jaejoong!!” teriakan joohyun itu membangunkan Jaejoongng yang tengah tidur di

kelasnya.

“Apa sich, beb?” tanya Jaejoong malas.

“Kenapa semalam kamu kabur?”

“Aku kan sudah bilang, aku tidak mau pergi ke butik itu. Apa lagi untuk mencoba baju

pernikahan.”

“Tapi itu kan penting !”

“Tapi aku belum mau menikah ! Memikirkannya saja aku tidak mau.” kata Jaejoong.

Joo Hyun terdiam selama beberapa saat, kemudian dia kembali menatap cowoknya.

“Kamu tidak pernah mengangap serius hubungan kita, ya?”

Jaejoong tidak menjawab, dan malah berbalik bertanya. “Kamu yang terlalu serius

memikirkan hubungan kita. Kamu bahkan belum genap 17 tahun, tapi sudah ribut ingin

menikah.”

Melihat Joo Hyun tertunduk, Jaejoong tau kalau Joo Hyun pasti sedang berusaha untuk

tidak menangis dan itu membuatnya tidak enak.

Jaejoong kemudian berdiri, dan menarik Joo Hyun kedalam pelukannya. Saat itulah, Joo

Hyun membiarkan tangisnya pecah. Melihat adegan itu, anak-anak yang sejak tadi mengawasi

pasangan itu memutusan untuk keluar, dan membiarkan Jaejoong berdua dengan Joo Hyun .

“Aku mengatakan itu bukan karena aku tidak mencintaimu, tapi…” Joo Hyun terisak

semakin keras dalam pelukan Jaejoong. Tapi Jaejoong tetap meneruskan pengakuannya. “Aku

merasa ini sia-sia saja kalau kita terus melanjutkan hubungan kita, karena aku dan kamu sudah

tidak cocok lagi, jadi….”

“Cukup!” potong Joo Hyun. Dia melepaskan diri dari pelukan Jaejoong, dan menatap

cowoknya lekat-lekat. “Biar aku saja yang bicara. Aku tidak mau di putuskan oleh cowok.”

Jaejoong tersenyum mendengar itu. Dia pikir Joo Hyun akan marah, menamparnya, atau

apalah, tapi Joo Hyun ternyata mengerti perasaannya.

“Silahkan…”

I’m Sorry I Love You but I Lie 61

Joo Hyun memejamkan matanya sejenak. “Jaejoong, aku mau kita putus.”

“Oke!” Jaejoong kembali memeluk Joo Hyun sampai membuat gadis itu terangkat.

“Kamu kok seneng banget sich?” protes Joo Hyun. “Atau sudah lama kamu pengen

bilang putus, ya?”

“Tidak sich, baru kepikiran semalam. Tapi aku sayang banget sama kamu, muach!”

Jaejoong mencium pipi Joo Hyun.

“Kamu bukan pacar aku lagi, jadi jangan menciumku!” teriak Joo Hyun saat Jaejoong

berlari keluar, dan meninggalkannya sendiri. Joo Hyun kemudian duduk dengan lemas, dan

membiarkan air matanya menetes lagi.

…..

Bola basket itu melayang dengan indah, dan masuk ke dalam ring. Satu nilai lagi untuk

Jaejoong.

“Woy, Jaejoong!!” teriak salah satu temannya, menghentikan aksi Jaejoong yang tengah

mendriblebola. “Ada yang mencarimu!”

“Siapa?” Jaejoong menoleh kesisi lapangan, dan melihat Hyori berjalan ke arahnya

dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia membalas saat cewek itu tersenyum padanya.

Ternyata dalam keadaan normal, Hyori terlihat sangat cantik, apalagi dengan rambut terurai

indah seperti sekarang.

“Hai, ” sapa Hyori setelah tiba di hadapan Jaejoong.

“Hai.”

“Ciye-ciye…!” suara kaor teman-teman Jaejoong membuat rona merah di wajah Hyori

semakin jelas.

Dasar Playboy, batin Joo Hyun yang sejak tadi duduk di bangku penonton.

“Dari mana kamu tau aku murid di sini?” tanya Jaejoong.

“Aku sudah mencari di semua SMA di daerah ini.”

“Benarkah?”

Hyori menganguk dia kemudian mengulurkan tas yang dia bawa. “Terimakasih.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 62

“Jangan berterima kasih lagi. Itu terlalu berlebihan.” kata Jaejoong, mengambil

seragamnya kembali.

“Tapi kalau tidak ada kamu, aku…” Hyori tidak menyelesaikan kalimatnya. Kalau begitu

aku pergi dulu. Sampai jumpa!”

“Ya, kita pasti akan segera bertemu lagi, Hyori.” Jaejoong membaca nametag di seragam

Hyori, dan mengingat-ingat seragam sekolah mana yang Hyori pakai. “Aku belum

mengembalikan baju yang kamu pinjamkan.”

Hyori tersenyum

…..

Joo Hyun berusaha untuk fokus. Tangannya yang memegang tongkat baseball mulai

terasa kebas. Dia menunggu mesin dihadapannya melontarkan bola ke arahnya. Sementara

Jaejoong yang berdiri dibelakangnya berusaha untuk diam bukannya mengejek atau

menertawakan Joo Hyun yang sangat payah dalam memukul bola dengan mengigit jari

tangannya.

Dan kemudian bola itu datang, keluar dari mesin itu dengan sangat cepat. Joo Hyun

mengayunkan tongkatnya dengan sekuat tenaga. Bahkan ia sampai berteriak. Tapi untuk ke 34

kalinya, dia gagal memukul bola. Begitu juga dengan Jaejoong yang gagal menahan tawa.

“Sudah cukup! Aku tidak mau mencoba lagi.” gerutu Joo Hyun sebal. Dia melempar

tongkat baseballnya ke lantai.

“Jangan seperti itu…” Jaejoong mencoba berhenti tertawa , tapi sulit.

“Terus saja tertawa , sana !” Joo Hyun ngambek.

“Tunggu, tunggu !”Jaejoong menahan Joo Hyun untuk keluar. Dan memungut tongkat

yang dibuang Joo Hyun. “Sini aku ajari!”

Joo Hyun sebenarnya tidak mau, tapi Jaejoong memaksanya untuk memegang tonkat

lagi. Dengan Jaejoong yang berdiri di belakangnya, berada sangat dekat dengannya dan

memegang tangannya , Joo Hyun merasa ada getaaran yang dulu pernah dia rasakan setiap

kali Jaejoong menyentuhnya. Joo Hyun bahkan tidak melihat bola yang melayang ke arahnya.

Tapi tangannya yang menyatu dengan lengan Jaejoong itu menganyunkan tongkat dengan

ringan dan berhasil memukul bola keluar .

I’m Sorry I Love You but I Lie 63

“Mudah, kan?” kata Jaejoong, menatap Joo Hyun yang malah terdiam.

“Kamu tidak sedang mencari kesempatan, kan?” tanya Joo Hyun dengan pelan. Dia tidak

berani menoleh dengan jarak yang sedekat ini, karena takut perasaannya akan kembali

tergoyah, dan Joo Hyun tidak mau menghianati Yoo Chun.

“Kesempatan apa ?” Jaejoong merintih saat Joo Hyun memukulkan tongkat baseballnya

kekepala dengan sedikit keras.

“Aku tidak mau bermain baseball lagi. Ayo pergi !”

…..

“Em…” Yoo Chun terus berkeling di toko bunga itu sambil mencari – cari bunga bagus.

Hyo Woon yang mengikuti dibelakang juga ikut mencari, tapi rasannya tidak perlu, karena

menurut Hyo Woon semua bunga di toko itu bagus.

“Uw – maaf.” kata Hyo Woon saat dia tanpa sengaja menabrak Yoo Chun yang berhenti

tanpa memberitahunya.

“Tidak pa-pa.” Yoo Chun mengambil bunga lily putih yang ada di dekat Hyo Woon.

“Menurutmu itu bagaimana?”

“Bagus”

“Setiap kali aku tanya kamu selalu mencawab bagus. Kalau seperti itu terus kita bisa

seharian disini.”

Hyo Woon tersenyum mendengar gurauan itu. “Baik maaf ... tapi menurut saya bunga-

bunga itu memang bagus. Memangnya apa bunga kesukaaan pacar Tuan?”

“Dia suka mawar, kalau kamu?”

“Untuk apa tuan menanyakan itu?” Hyo Woon balas tanya

“Aku hanya ingin tahu.”

“Saya tidak suka bunga.”

“…… ??”

“Apa Tuan akan mengambil bunga yang itu? Atau yang tadi ?” tanya Hyo Woon

kemudian.

I’m Sorry I Love You but I Lie 64

“Ehmm.. yang tadi saja .” Yoo Chun masih tidak percaya ada cewek yang tidak suka

bunga. Jadi sia-sia saja dia menganjak Hyo Woon kesini. “Kamu pernah melihat pacarku, kan?”

tanya Yoo Chun setelah membayar bouguet yang dia ambil, lalu meletakannya begitu saja dijok

belakang. “Menurutmu, cewek seperti dia itu suka hadiah apa?”

“Seharusnya Tuan yang lebih tau, kan? Dia kan pacar Anda.”

Kenapa cewek ini susah dipancing sich? Yoo Chun kalah. Tidak tau harus mengisi

kekosongan dengan apa.

“Kita sudah selesai, kan, Tuan?” tanya Hyo Woon. Memeriksa barang- barang yang telah

dia beli bersamanya Yoo Chun dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

“Iya.. Tapi – eemmm … bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu?”

“Maaf, tapi saya msaih ada urusan lain.”

“Urusan apa?” Yoo Chun sadar dia sudah kelewat ingin tau jadi dia segera minta maaf.

“Bagaiman kalau aku mengantarmu?”

“Tidak perlu. Itu akan merepotkan Anda.”

“Tidak pa-pa.” Yoo Chun segera menyalakan mobilnya. “Jadi, kemana aku harus

mengantarmu?”

“Emm…..” Hyo Woon tidak tau apa nama bengkel tempat Junsu bekerja, tapi dia tahu

jalannya karena Junsu pernah mengajak Hyowoon kesana saat menemui kakaknya Junsu, jadi

dia hanya menunjukkan arah pada Yoo Chun.

Ditempat lain, Junsu sedang membujuk kakaknya agar dia dipinjami seragam kerjanya.

“Ayo lah, Kak … Cuma seperempat jam. Kakak tidak ingin melihat adikmu ini gagal

menikah, kan?”

“Memangnya ada apa sich? Pakai acara pinjam seragam kerja segala? Apa kau tidak lihat

kalau aku sedang sibuk?” Tae sung , kakak Junsu, mulai sebal mendengar ocehan adiknya.

“Aku tidak bisa cerita sekarang. Pokoknya ini darurat!”

Tae Sung akhirnya menyerah dan mengalah untuk meminjamkan seragam kerjanya pada

Junsu. “ Jangan lama-lama, ya!”

I’m Sorry I Love You but I Lie 65

“Iya.” Junsu mengganti pakaian dengan seragam biru Tae Sung lalu mengotorinya

dengan oli yang dia dapatkan dari mesin mobil yang kotor – yang tadinya tengah diperbaiki

kakaknya.

“Harus berlebihan seperti itu, ya ?” tanya Tae Sung , mengernyit melihat tingkah aneh

Junsu.

“Biar maximal. Sudah, sana! Kakak sembunyi saja dari pada bikin kacau.”

“Urrgghh, dasar!” Tae Sung berlalu sambil menggerutu.

Junsu tinggal menunggu kedatangan Hyo Woon dan memulai sandiwaranya. Kalau

mengingat kebohongannya itu, dia merasa bersalah pada Hyo Woon yang sudah percaya

kepadanya.

Junsu tidak mencemaskan pengawai-pengawai lain yang ada di bengkel itu, karena yang

mereka tau Junsu memang bekerja di bengkel itu sejak Tae Sung mengenalkannya pada

teman-teman seprofesinya kalau Junsu akan menjadi montir baru disana.

Belum ada lima menit kemudian Junsu melihat mobil Yoo Chun berhenti di depan

bengkel. Tadinya dia ingin menyambut dengan senyuman tapi melihat Yoo Chun bersikap sok

dengan membukakan pintu mobil untuk Hyo Woon , wajahnya jadi terlalu kaku untuk

tersenyum.

“Wuuuah… kamu terlihat keren seperti itu.” kata Hyo Woon setelah melihat Junsu yang

datang menghampirinya. Di belakang punggungnya, Yoo Chun terpingkal-pingkal tanpa suara,

tapi Junsu tidak peduli.

“Benarkah? Kalau begitu aku akan memakai oli di wajah terus saat menemuimu.” Junsu

bergurau dan berhasil membuat Hyo Woon tertawa singkat.

“Apa kamu lelah?” tanya Hyo Woon. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan mencoba

membersihkan oli diwajah Junsu.

“Sedikit.” Junsu melirik sedkit ke arah Yoo Chun yang terlihat seperti sedang cemburu

Cemburu? Yoo Chun tidak yakin kalau dia sedang cemburu. Memang ada bagian kecil

didalam dirinya yang memprotes pada Hyo Woon. Kenapa Hyo Woon bisa tertawa saat

bersama Junsu dan kenapa saat bersamanya tidak? Padahal Yoo Chun sudah banyak

mengeluarkan gurauan saat mereka bersama-sama tadi dan tanggapan maksimal Hyo Woon

I’m Sorry I Love You but I Lie 66

hanya sebuah senyuman. Jawabannya jelas, karena Hyo Woon mencintai Junsu, karena dia

bahagia bersama Junsu dan bahkan sebelum mereka sampai di bengkel. Yoo Chun, sudah

melihat kebahagiaan dan kegairahan terpancar dari mata Hyo Woon, padahal selama

bersamanya tadi Hyo Woon tidak terlihat bersemangat.

Mendadak kerinduan menyelimuti hati Yoo Chun. Joo Hyun. Yoo Chun.merindukan

tatapan penuh cinta dari kekasihnya. Rindu dengan ocehan dan rengekan Joo Hyun.

Sempat terbesit dalam pikiran Yoo Chun untuk segera pergi dan menemui Joo Hyun, tapi

kemudian dia ingat kalau Joo Hyun sedang marah padanya. Haruskah dia menemui Joo Hyun

sekarang? Atau menunggu sampai kemarahan Joo Hyun mereda? Tapi kalau kemarahan Joo

Hyun terus berlanjut…

“Tuan, terimakasih atas tumpangannya.”kata Hyo Woon , menghancurkan lamunan Yoo

Chun.

“Eh – em sama-sama.”

“Apa Anda akan terus disini?”

“Tidak.Aku harus pergi sekarang.” Yoo Chun pamit. “Sampai jumpa nanti malam!”

I’m Sorry I Love You but I Lie 67

I Think I Love You

Yoo Chun sudah memutuskan untuk tidak menemui Joo Hyun hari ini dan akan

menunggu sampai Joo Hyun menelfonya karena dia yakin cepat atau lambat Joo Hyun akan

menelfonya dan menyuruhnya datang karena merindukanya.

Malas datang ke kampusya, Yoo Chun memilih pergi ke studio Jeejoong untuk

menenangkan diri. Tapi di depan studio Jaejoong....

“Hyori ?” Yoo Chun bertanya dengan ragu-ragu saat melihat Hyori yang berdiri sendirian

di depan pintu studio.

“Hai..” sapa Hyori lemas.

“Hai. Apa yang kamu lakukan disini ?” tanya Yoo Chun heran.

“Aku menunggu Jaejoong. Aku tidak tau password pintunya apa, jadi terpaksa menunggu

disini.” Hyori tersenyum terpaksa.

“Ooo..” Yoo Chun yang tau kode pintu studio itu kemudian membuka pintu dan

mempersilahkan Hyori masuk.

“Kamu sudah menunggu lama”

“Tidak. Baru 2 jam.”

“2 jam ??” Yoo Chun memekik karena terkejut. “Kenapa kamu tidak menelfon Jaejoong

saja?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 68

Hyori hanya tersenyum. Dia bukanya tidak menelfon Jaejoong, tapi Jaejoong yang tidak

mau menerima telfonya. “Apa Jaejoong masih kuliah ?”

“Aku tidak tau, mungkin iya.”

Hyori duduk di sofa dan melemaskan kakinya yang kesemutan. Dia berterimakasih saat

Yoo Chun mengambilkan air minum.

“Bagaimana kabar hubungan kalian?” tanya Yoo Chun basa-basi.

“Baik. Kamu? Apa kamu dan pacarmu masih sering ribut soal menikah?”

“Bagaimana – ? Apa Jaejoong yang menceritakan ....?” tanya Yoo Chun merasa benar-

benar malu karena ternyata Hyori tau kebiasaan rutinya dengan Joo Hyun, yaitu bertengkar

soal ‘menikah’.

“Iya. Dia sering bercerita tentang kalian.”

Jangan-jangan dia juga menceritakannya pada anak-anak di kampus. Awas saja kalau

iya. Dasar mulut ember! batin Yoo Chun kesal.

“Jangan disini! Didalam saja! Tadi kan perjanjiannya begitu!” suara Joo Hyun terdengar

dari luar, membuat perhatian Yoo Chun dan Hyor teralih.

“Memangnya kamu pikir kamu tidak berat?” suara Jaejoong menyahut. “Lagi pula kan

tadi aku tidak bilang akan menggendongmu sampai dalam.”

“Iya saja!”

“Tidak!”

“Iya!”

Sedetik kemudian Jaejoong dan Joo Hyun muncul, dan keduanya langsung terdiam saat

melihan Yoo Chun dan Hyori berdiri menatap mereka. Sadar kalau pose mereka sedang tidak

enak, Joo Hyun segera melompat turun dari atas punggung Jaejoong, dan merapikan

rambutnya dengan salah tingkah.

“Kami baru saja taruhan makan, dan Jaejoong kalah, jadi...” Joo Hyun hanya meringis

karena tidak tau bagaimana harus menjelaskan pada Yoo Chun dan Hyori yang memasang

tampang masam, sementara Jaejoong yang masih berdiri disampingnya malah memasang

wajah kaku.

I’m Sorry I Love You but I Lie 69

“Sangat kekanak-kanakan.” kata Hyori, terdengar sinis.

Yoo Chun berjalan melewati Jaejoong, dan langsung menarik lengan Joo Hyun untuk

mengajak pergi, tapi Joo Hyun mengelak.

“Ayo!” bujuk Yoo Chun lagi, nyaris terdengar kasar.

“Tidak mau!”

Jaejoong tidak menghiraukan pertengkaran Yoo Chun dan Joo Hyun yang berlangsung di

belakangnya, tapi dia terus menatap Hyori yang terlihat gugup melihatnya.

“Jaejoong, aku...” Hyori menunduk karena merasa bersalah. Dia tau Jaejoong pasti

sangat marah padanya. Tapi dia harus menjelaskan semuanya sekarang, sebelum dia benar-

benar kehilangan Jaejoong. “Aku ...” Hyori mencoba berbicara, tapi kenapa lidahnya jadi terasa

kaku begini? “Aku....”

“Mati saja sana!” potong Jaejoong dengan nada dingin yang menyakitkan.

Hyori tersentak mendengar ucapan Jaejoong itu. Dengan mata yang berkaca-kaca karena

menahan tangis, dia mendongak dan melihat Jaejoong yang masih menatapnya dengan dingin.

Yoo Chun dan Joo Hyun yang mendengar ucapan Jaejoong tadi juga tercengang, keduanya

langsung terdiam.

“Jaejoong...”

Pelan, tanpa bisa Hyori cegah, air matanya jatuh membasahi pipinya.

“Kenapa?” suara Jaejoong terdengar sinis. “Masih heran kenapa aku berkata seperti

itu?”

Hyori memeluk Jaejoong, berharap itu bisa menghilangkan kemarahan cowok itu, tapi

Jaejoong tidak memberi tanggapan sama sekali. “Maafkan aku....” Hyori memeluk Jaejoong

lebih erat. “Biar aku jelaskan semuanya....”

“Pergi.” kata Jaejoong pelan, meski sebenarnya bukan itu yang dia inginkan.

“Tidak, aku tidak ingin pergi sebelum kamu memaafkanku.” Hyori bertahan, masih

memeluk Jaejoong.

“Aku sebenarnya tidak ingin melakukan ini, tapi...” Jaejoong melepas pelukan Hyori, dan

tanpa mempedulikan air mata Hyori, dia menyeret Hyori keluar dari studionya, lalu

I’m Sorry I Love You but I Lie 70

membanting pintu keras-keras sebelum perasaan benci yang sudah ia tanam dalam hatinya

goyah.

“Jaejoong....” Joo Hyun ingin bertanya tapi ragu untuk melakukannya. Jejoong pasti

sedang tidak baik-baik saja sekarang.

“Jangan bertanya sekarang!” kata Jaejoong lemas. Dia berjalan ke sofa, dan merebahkan

diri disana. “Tutup pintunya kalau kalian keluar.” imbuhnya.

“Aku tidak ingin ada orang lain yang masuk.”

“Baik.” Yoo Chun kembali meraih lengan Joo Hyun dan kali ini Joo Hyun tidak menolak

saat dia mengajaknya keluar, karena Joo Hyun tahu yang dibutuhkan Jaejoong saat ini adalah

sendiri.

Hyori tidak ada diluar saat Yoo Chun dan Joo Hyun keluar. Joo Hyun penasaran kemana

Hyori pergi sekarang.

“Cepat masuk!” kata Yoo Chun setelah dia membuka kunci mobilnya untuk Joo Hyun.

“Tidak mau!” Joo Hyun ketus.

“Jangan keras kepala!” Yoo Chun mulai putus asa. “Sampai kapan kamu akan marah?”

Joo Hyun memalingkan wajahnya dengan acuh.

“Apa kamu mau kita berakhir seperti Jaejoong dan Hyori tadi?”

Joo Hyun menatap Yoo Chun dengan ngeri. Tidak, dia tidak mau kehilangan Yoo Chun,

dia tidak bisa… Tapi…

“Dengar, ” Yoo Chun menyentuh dagu Joo Hyun. “Harus berapa kali aku

mengatakannya? Aku bukannya tidak mau menikah dengan mu, tapi aku belum mau menikah.

Aku ingin mempersiapkan semua dengan matang, karena aku tidak mau mengecewakan kamu

setelah kita menikah nanti. Tapi, aku ingin membuatmu bahagia karena menikah denganku.

Mengerti?”

Joo Hyun mengangguk dengan mata berkaca-kaca karena dia terharu. Lalu setetes air

mata keluar dari matanya saat dia memejamkannya dan menikmati ciuman yang Yoo Chun

berikan.

I’m Sorry I Love You but I Lie 71

“Jaejoong….. ”Joo Hyun teringat setelah Yoo Chun mengakhiri ciumannya. “Kamu

sebaiknya menemani Jaejoong sekarang.”

“Aku akan kesini lagi setelah mengantarkanmu pulang.”

…..

Yoo Chun sempat ragu saat menelpon Junsu untuk datang ke studio Jaejoong sekarang,

karena dia tahu kalau Junsu pasti sedang bersama Hyo Woon. Tapi setelah Yoo Chun

menceritakan seperti apa keadaan Jaejoong, Junsu tidak menolak ajakannya.

“Aku sudah bilang, kan? Aku tidak mau ada orang lain masuk kesini!” Suara Jaejoong

yang terdengar tidak senang menyambut ke datangan Yoo Chun dan Junsu.

“Kami bukan orang lain.” kata Junsu, tersenyum melihat kepala Jaejoong yang

menyembul dari balik sofa, terlihat berantakan.

“Ya. Kalau kamu masih menganggap kami sahabatmu.” imbuh Yoo Chun

Jaejoong bangun keposisi duduk, dan dengan muram memandang wajah sahabat-

sahabatnya.

“Sebenarnya ada masalah apa?” tanya Yoo Chun yang sudah duduk di sebelah Jaejoong,

dan Junsu disisi yang lain.

“Selama ini aku kira hubunganmu dengan Hyori baik-baik saja.” kata Junsu.

“Tadinya iya.” Jaejoong tersenyum getir. “Aku bahkan sudah berencana akan melamar

Hyori kalau semua bisnisku berjalan lancar, tapi sekarang…”

“Hyori berselingkuh?” tanya Junsu tidak percaya.

Jaejoong mengangguk. “Aku tidak mau membahas itu.” Dia bersikukuh. “Kalau kalian

datang kesini hanya untuk bertanya soal itu, lebih baik kalian pergi saja.”

“Iya, iya. Kami tidak akan menyinggung soal hal iitu . Itu kan masalahmu.” Yoo Chun tidak

mau repot-repot membujuk Jaejoong untuk menceritakan masalahnya. “Karena hubunganmu

dengan Hyori sudah berakhir, berarti permainan ini berakhir juga kan?” tanyanya penuh harap.

“Kata siapa?”

“Kan syaratnya semua yang ikut harus punya pacar, tapi kau sekarang sudah tidak...”

I’m Sorry I Love You but I Lie 72

“Siapa bilang aku tidak punya pacar? Aku dan Hyori belum putus.”

“Masa’ sih?”

Jaejoong tersenyum meledek. Dia tau Yoo Chun sudah tidak tahan melihat dia dekat

dengan Joo Hyun, tapi Jaejoong masih penasaran apakah Joo Hyun benar-benar mencintai Yoo

Chun seperti yang selama ini dia kira atau sebenarnya Joo Hyun masih menyukainya ?

“Bagaimana denganmu dan Hyo Woon?” Jaejoong mengalihkan pembicaraan.

Mendengar pertanyaan itu, pundak Yoo Chun langsung lemas. “Dia benar-benar sulit

didekati. NG.”

“Apa maksudmu dengan NG???” tanya Junsu emosi.

“Ya… NG. Not Good. Aku yang bodoh atau memang dia tidak bisa menangkap sinyal

kejantananku?” Yoo Chun menjelaskan. Junsu terlihat semakin gusar tapi dia tidak peduli.

“Dia wanita yang cerdas, tau!” omel Junsu. Dia kelewat emosi saat membenarkan kaca

matanya yang merosot sampai membuat hidungnya sakit. “Dan itu bagus kalau dia tidak bisa

menangkap sinyal kejantananmu.” imbuhnya sewot.

“Memangnya dia bisa menangkap sinyal kejantananmu?”

Jaejoong berhasil menahan Junsu sebelum Junsu membenturkan kepala Yoo Chun ke

meja.

“Bagaimana denganmu?” Jaejoong ganti bertanya pada Junsu sebelum pertengkaran

Junsu dan Yoo Chun berlanjut.

“Aku baru bertemu Hyori sekali. Saat aku ke tempat kerjanya. Tapi Hyori tidak ada.”

jawab Junsu, masih terdengar sedikit kaku. “Tadi aku melihat managernya babak belur. Kenapa

ya? Apa dia ketahuan korupsi?”

Jaejoong tidak berkata apa-apa.

…..

“Ini dia tempatnya, ” Yoo Chun mempersilahkan Hyo Woon turun dari mobilnya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 73

“Uach…” Hyo Woon terpukau melihat tempat kencan palsu Yoo Chun & Joo Hyun yang

begitu indah.

Sebuah kolam yang melatar belakangi tempat itu terlihat begitu memukau, dipagari oleh

pohon sakura yang dihiasi lampu berbentuk bintang yang begitu indah, dan ada meja yang

dihiasi lilin dan bunga lily putih, tempat itu benar-benar sempurna untuk makan malam

sepasang kekasih.

“Bagaimana menurutmu?”Yoo Chun membuyarkan lamunan Hyo Woon dan

khayalannya.

“Indah.” jawab Hyo Woon, sedikit terkejut. Tadinya dia sedang membayangkan Junsu

dan dia makan malam di meja di ujung sana. “Dimana aku harus mempersiapkan

makanannya?” dia bertanya sambil mengangkat makan malam yang sudah dia siapkan dari

rumah. Masih panas.

“Disana!” Yoo Chun mengantar Hyo Woon ke paviliun yang ada di dekat kolam itu, lalu

dia menunggu di meja sendirian.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Cewek seperti dia pasti tidak suka dengan cowok

yang banyak basa-basi. Yoo Chun melihat Hyo Woon tengah bersiap-siap dari kejauhan. Kalau

aku langsung melakukannya sekarang kira-kira bagaimana reaksinya…?

“Pacar Tuan belum datang?” tanya Hyo Woon lima menit kemudian.

“Dia tidak akan datang.” suara Yoo Chun terdengar tidak meyakinkan.

“Maksud Anda?” Hyo Woon heran.

“Duduklah!”

“Di…?” Hyo Woon menunjuk kursi di depan Yoo Chun dengan tidak yakin.

“Iya.” Yoo Chun menunggu sampai Hyo Woon yakin untuk duduk dihadapannya.

“Maafkan aku…” Yoo Chun memulai. Entah kenapa dia merasa jantungnya berdebar-debar

sekarang.

I’m Sorry I Love You but I Lie 74

“…..?”

“Sebenarnya aku sudah berbohong.”

“Berbohong tentang apa?” Hyo Woon tidak mengerti.

“Sebenarnya… aku sedah putus dengan pacarku.” lidah Yoo Chun terasa pahit saat

mengatakannya. Mungkin dia harus minum air kolam itu.

“Lalu untuk apa Anda menyiapkan semua ini?”

“Aku menyiapkannya untukmu.”

“Untuk saya?” Hyo Woon terkejut.

Sekarang! Yoo Chun menatap langsung ke mata Hyo Woon. “Aku menyukaimu.” Yoo

Chun, kau benar-benar gila. Yoo Chun mengutuk dirinya sendiri. Kalau Joo Hyun tau apa yang

kau lakukan, dia pasti akan membunuhmu!. “Maaf, aku tidak tau kenapa aku tidak bisa

menahan perasaanku ini.” Hyo Woon terlihat tidak percaya. “Aku tau kamu sudah punya calon

suami, tapi…tapi aku bisa lebih membahagiakanmu dari pada calon suamimu – ”

PLAK!! Sebuah tamparan yang keras mendarat dipipi Yoo Chun, dan menyisakan perih

disana. Sekarang gantian Yoo Chun yang terkejut melihat reaksi Hyo Woon.

“Gila.” umpat Hyo Woon sebelum akhirnya berbalik pergi, bahkan tanpa membawa

tasnya.

…..

Hyo Woon tidak ada di rumah, Om?” Junsu bertanya untuk ketiga kalinya pada ayah Hyo

Woon, tapi jawaban yang dia terima selalu sama, hanya ‘Hm – ’ yang tidak jelas yang dia

terima, sementara orang tua itu malah asik memberi makan anjing peliharaannya.

“Tapi kemana dia – ” sebelum Junsu menyelesaikan pertanyaannya, suara anjing yang

menyalak langsung membuatnya bungkam.

“Kalau kamu bertanya sekali lagi, aku akan membiarkan Kimi menggigitmu.” geram ayah

Hyo Woon. “Dia bahkan sudah bosan mendengar suaramu.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 75

Sebenarnya tanpa diancam seperti itu pun Junsu sudah siap untuk berlari. Dia tidak bisa

membayangkan dan tidak mau merasakan taring-taring besar anjing tu menyoyak dagingnya.

“Permisi, Om.” Pamitnya, lalu buru-buru pergi. Tapi baru sampai di depan pagar rumah

Hyo Woon, dia bertemu dengan orang yang dia cari. “Eh – oh – hei …” sapa Junsu begitu Hyo

Woon menatapnya. Bukannya membalas sapaan Junsu, Hyo Woon malah langsung memeluk

cowoknya, dan merasakan tangan Junsu membelai punggungnya. “Ada apa? Apa ada

masalah?”

“Tidak. Aku hanya lelah.” jawab Hyo Woon, masih memeluk Junsu.

“Pasti ada sesuatu yang terjadi, kan? Tidak biasanya kamu mengeluh lelah seperti itu.”

“Barusan ada orang gila yang menembakku.” Hyo Woon akhirnya bercerita.

“Yoo – maksudku si Yoo Chun tadi?” Junsu sedikit terkejut.

Hyo Woon menjawab dengan anggukan. Dia masih menikmati setiap kehangatan dan

kenyamanan dari pelukan Junsu.

“Tapi kamu tolak, kan?”

“Tentu saja. Aku bahkan langsung menamparnya.”

“Kamu menamparnya?” Junsu sampai ingin tertawa saat membayangkan bagaimana Hyo

Woon menampar Yoo Chun.

“Aku kira dia orang baik. Ternyata tidak.”

Suara ponsel Junsu yang berdering memotong scene indah itu. Junsu buru-buru

menjawab telfon yang ternyata dari Jaejoong.

“Halo ada apa?”

“Cepat datang ke Heaven Club. Hyori mabuk berat dan tidak sadarkan diri, ” suara

ketus Jaejoong terdengar dari seberang. “Tadi pelayan disana yang memberitahuku.”

“Kenapa bukan kau saja? Dia kan pacarmu!”

I’m Sorry I Love You but I Lie 76

Aku tidak bisa pergi sekarang. Lagi pula, ini kan kesempatanmu untuk mendekati

Hyori. “Cepat datang!” Jaejoong langsung menutup telfon tanpa menunggu jawaban Junsu.

Sebenarnya saat ini Jaejoong sudah berada di Heaven Club. Dia langsung melesat pergi begitu

seorang pelayan yang menelfon lewat ponsel Hyori memberitahunya kalau Hyori mabuk

sampai tidak sadarkan diri. Tapi dia tidak mendekati Hyori .Dia hanya berdiri mengawasi dari

kejauhan, dan memastikan agar Hyori tetap aman sampai Junsu datang.

“Ada apa?” tanya Hyo Woon begitu Junsu melepaskannya. “Ada yang memanggil?”

“Iya, temanku mabuk berat dan tidak ada yang mengantarnya pulang”.

“Ya sudah, kamu pergi saja.”

“Tidak pa-pa?”

“Tidak pa-pa.”

Junsu memberi kecupan singkat sebelum pergi.

“Jaejoong.....” Jaejoong melihat Hyori terus bergumam, tapi dia tidak mendekat. Hyori

sempat menangis kesakitan saat kepalanya terantuk ke meja. Karena tidak kuat menahan

kepalanya yang terasa berat untuk tetap mengangkat, akhirnya Hyori membiarkan kepalanya

tergeletak diatas meja lagi.

“Bukankah itu Lee Hyori?” Jaejoong mendengar dua orang pria yang melintasinya

berbicara sambil lalu.

“Asyik juga kalau kita ranjangi dia ...salah satu pria itu berbicara dengan penuh

semangat. Sontak tubuh Jaejoong menegang.

“Ide bagus. Ayo kita bawa dia!”

Kedua pria itu terlihat berjalan mendekati Hyori yang nyaris kehilangan kesadarannya.

Tanpa benar-benar sadar dengan apa yang ingin dilakukannya, Jaejoong berjalan mengikuti

dua orang itu dengan botol minuman penuh ditangannya dan memukul kapala salah satu pria

yang tengah berusaha menarik Hyori berdiri dengan botol itu.

Musik langsung terhenti, dan semua orang di Club itu kini memandang Jaejoong yang

sekarang mengacungkan pecahan botol yang masih di tangannya ke depan wajah pria yang

satunya tadi.

I’m Sorry I Love You but I Lie 77

“Kalau mau pergi sekarang atau aku akan melaporkan kalian ke polisi dengan tuduhan

pelecehan terhadap Lee Hyori?”ancamnya dingin.

“B-baik-baik kami akan pergi.” Orang itu membantu temannya yang tadi di pukul oleh

Jaejoong berdiri, lalu keduanya bergegas pergi .

Jaejoong membuang pecahan kaca di tangannya, lalu membantu Hyori berdiri dan

memapahnya keluar sebelum ada lebih banyak orang yang mengambil gambar mereka. Dia

tidak tahu berita seperti apa yang akan dibuat paparazi tentang Hyori dengan adanya kejadian

ini. Mungkin Hyori benar-benar akan kehilangan karirnya, dan itu adalah kesalahan Jaejoong.

Di depan Club, mereka berpapasan dengan Junsu yang baru saja tiba.

“Kenapa lama sekali sih?” Jaejoong sedikit emosi saat melepaskan Hyori dan

membiarkan Junsu yang merangkul Hyori.

“Maaf, aku kehabisan bus.” Junsu benar-benar menyesal “Bagaimana aku bisa

mengantar Hyori pulang sekarang?”

“Hyori membawa mobil”.

“Lalu kemana aku harus mengantarnya?” tanya Junsu lagi, padahal Jaejoong sudah

akan beranjak pergi . “Apa aku boleh membawanya ke rumahku?”

Jaejoong memukul kepala Junsu pelan. “Ya sudah aku akan mengantar kalian.”ujarnya

kesal.

“Yes!” Junsu memekik girang.

Jaejoong masuk ke mobilnya lebih dulu, dan duduk dengan nyaman di belakan stir

mobil. Sementara itu, butuh perjuangan yang lama untuk Junsu bisa membawa Hyori ke mobil

yang terparkir sedikit jauh. Junsu & Hyori berkali-lkali ambruk ke jalan karena Hyori tidak bisa

berjalan lurus dan Junsu sendiri tidak kuat menahan tubuh cewek itu.

“Kenapa lama sekali sich?” protes Jaejoong begitu Junsu & Hyori masuk ke mobil.

“Kau kira Hyori tidak berat apa?” balas Junsu. Wajahnya sampai berkeringat.

Tidak mau melanjutkan perdebatan, Jaejoong langsung menjalankan mobil dan

menyetir dalam diam. Suasana benar-benar sunyi selama perjalanan, karena tidak ada yang

berbica kecuali Hyori yang bergumam tidak jelas tentang ‘Jaejoong’ dan ‘maaf’.

I’m Sorry I Love You but I Lie 78

“Hyori tinggal di apartement nomor 126.” Jaejoong memberitau begitu mereka tiba di

apartemen Hyori.

“Yakin tidak mau membantu?” tanya Junsu yang sudah membuka pintu mobil. “Nanti

kalau Hyori aku apa-apakan bagaimana?” godanya.

“Memangnya kau bisa apa?” Jaejoong mencibir.

Karena begitu kesal Junsu membanting pintu mobil keras-keras setelah berhasil keluar

bersama Hyori yang masih tidak sadarkan diri.

I’m Sorry I Love You but I Lie 79

I’m Sorry Baby

“Kenapa baru datang sekarang?” tanya Jaejoong keesokan harinya, saat melihat Junsu

masuk ke kelas dengan wajah kusam dan tidak bersemangat.

“Aku ketiduran di apartement Hyori.” Junsu mengulat dengan bebasnya. “Aku

menunggu sampai Hyori sadar… tapi malah ketiduran… rasanya – ”

“Kalian tidur bersama?”

“Tidak. Aku tidur di lantai. Rasanya seluruh tubuhku remuk sekarang…” dia mengeluh.

“Tolong pijati dong…” tapi yang dia dapat malah tinju Jaejoong.

“JAEJOONG! JAEJOONG!” teriakan Joo Hyun terdengar dari kejauhan, berlari melewati

anak-anak yang ada di koridor, akhirnya Joo Hyun berhasil sampai di tempat Jaejoong dan

Junsu duduk.

“Oh – Junsu! Aku dengar kamu mengambil jam siang, lalu kenapa pagi-pagi kamu sudah

kesini?” dia bertanya penasaran, lupa untuk apa dia mencari Jaejoong sepagi ini.

“Tadinya sich iya. Tapi tidak jadi.” jawab Junsu.

“Ada apa?” tanya Jaejoong, mengalihkan perhatian Joo Hyun.

“Eh – ini!” Joo Hyun meletakkan majalah yang dia bawa ke atas meja, dan membuka

halaman tengahnya. “Model terkenal, Lee Hyori, nyaris diperkosa di sebuah club saat dirinya

mabuk?”

“Apa?” Junsu terlonjak saat mendengar Joo Hyun membacakan judul beritanya. Dia

kemudia mendekat untuk melihat.

“Jaejoong, kamu tidak terkejut?” Joo Hyun menatap Jaejoong yang hanya diam saja, dan

ekspresinya netral.

I’m Sorry I Love You but I Lie 80

“Tidak.”

“Ow – ” Joo Hyun membaca berita itu sekali lagi dengan sangat cepat dan berhenti

setelah menemukan bagian yang dia cari. “Beruntung seorang pria misterius

menyelamatkannya…yang di maksud itu pasti kamu, kan?” tanyanya seolah menuntut. Tapi

Jaejoong hanya mengangkat alis.

“Kenapa aku bisa tidak tau, sich?” Junsu protes pada Jaejoong. “Padahal kan semalam

aku ada di sana!”

“Siapa suruh kamu datang terlambat?”

“JAEJOONG!” Joo Hyun nyaris ingin menjerit.

“Apa?”

“Apa ini tidak membuatmu cemas?”

“Apa yang perlu di cemaskan? Semuanya baik-baik saja…”

“Apanya yang baik?” Joo Hyun teringat pertengkaran Jaejoong dengan Hyori kemarin.

“Hyori membutuhkanmu…” Aneh. Kenapa hati Joo Hyun terasa berat untuk mengucapkan

kata-kata itu? “Tidak bisakah kalian berbaikan?”

“Kenapa kamu meminta hal aneh seperti itu?” tanya Jaejoong.

“Karena aku tau perasaan Hyori. Saat ini yang dia butuhkan itu kamu.”

“Memangnya kamu tidak membutuhkanku?” Jaejoong bermaksud bergurau, tapi Joo

Hyun malah menangis, dan itu membuatnya bingung. Dengan tidak yakin dia menarik kursinya

agar lebih dekat dengan Joo Hyun, lalu menarik Joo Hyun dalam pelukannya. Jaejoong

menatap Junsu, meminta bantuan, tapi Junsu hanya mengangkat bahu.

“Aku tidak tau, ” Joo Hyun mengelak dan menarik diri sebelum perasaannya bertambah

kacau. “Aku memang cengeng, kan?”

“Iya, sich. Tapi kan aneh juga kalau kamu menangis tanpa alasan.”

“Aku tidak pa-pa.” Joo Hyun berusaha meyakinkan. Dia buru-buru menghapus air

matanya.

“Nanti siang kita pergi, ya!” ajak Jaejoong

I’m Sorry I Love You but I Lie 81

“Kemana?”

“Nanti, surprise.”

“Ngomong-ngomong, ” Junsu menyela. “Yoo Chun dimana?”

“Tadi dia ke toilet.” Joo Hyun bangkit. “Aku akan coba mencarinya.”

Joo Hyun keluar dengan sedikit tergesa-gesa, tapi tak lama kemudian Yoo Chun muncul

dari arah yang berlawanan dengan wajah memelas yang langsung ditertawakan Junsu.

“Apa?” tanya Yoo Chun dengan sedikit menyentak. “Ada yang lucu ?” Junsu masih tidak

berhenti tertawa, dan itu membuat Yoo Chun kesal. “Jangan-jangan Hyo Woon sudah bercerita

padamu?”

“Cerita apa sih?” tanya Jaejoong penasaran, sementara Junsu malah tertawa semakin

keras.

“Semalam benar-benar buruk.” Yoo Chun mengenang dengan sakit hati, dia berusah

mengabaikan Junsu.

“Buruk kenapa?”

“Semalam aku langsung menembak Hyo Woon, tapi dia malah menamparku dan

mengataiku gila.”

Junsu sampai menggebrak-gebrak meja dengan hebohnya, sehingga membuat anak-

anak lain di kelas itu merasa terganggu. Jaejoong hanya nyengir karena tidak tega untuk

menertawakan Yoo Chun.

“Ibuku saja belum pernah menamparku.” Yoo Chun mengelus pipinya dengan sayang.

Junsu sudah tidak kuat untuk terus tertawa, jadi dia berhenti meskipun masih ada binar

tawa di wajahnya. “Jadi kau menyerah?”

“Aku tidak bilang kalau aku akn menyerah, kan? Lihat saja, akan kubuktikan kalau aku

bisa.” Yoo Chun percaya diri. “Aku belum pernah di tolak cewek sebelumnya.”

“Jessica dulu menolakmu.” Jaejoong mengingat-ingat. Membuat kepercayaan diri Yoo

Chun sedikit runtuh.

…..

I’m Sorry I Love You but I Lie 82

Pukul 11.45

“Sebenarnya kita akan kemana sich?” Joo Hyun bertanya untuk kesepuluh kalinya sejak

Jaejoong mengajaknya pergi dari kampus.

“Aku ingin menunjukkan sesuatu.”

“Iya, apa?” Joo Hyun terus mendesak.

“Pokoknya sesuatu. Kejutan.” Setidaknya kali ini Jaejoong menjawab, karena sejak tadi

dia hanya tersenyum setiap kali Joo Hyun menyakan hal yang sama, dan itu membuat Joo

Hyun penasaran.

Jaejoong menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe baru yang bahkan belum di

resmikan oleh pemiliknya.

“Coffee Cojjee?” Joo Hyun membaca nama yang ada di bagian kafe itu. Dia kemudian

mengikuti Jaejoong yang sudaah turun lebih dulu. “Kafenya kan belum di buka.”

“Memang belum.” Jaejoong berkata dengan santai .

“Lalu…?”

Jaejoong mengeluarkan kunci dari saku celananya dan memamerkannya pada Joo Hyun

sambil tersenyum.

“Apa – ” Joo Hyun mendadak sadar maksud Jaejoong. Dia kemudian menjerit

kegirangan, membuat Jaejoong terkejut dan langsung menutup telinganya. “Ini kafe baru

kamu? Serius?”

Jaejoong tidak bisa menjawab karena sekarang Joo Hyun merangkul lehernya dengan

erat dan melompat-lompat kegirangan.

“Joo Hyun – ” Jaejoong berusaha menenangkan Joo Hyun yang terlalu bersemangat

merangkul lehernya, sampai membuatnya kesulitan bernafas.

“Ups, maaf.” Joo Hyun tidak benar-benar menyesal. “Cepat buka! Ayo cepat! Aku ingin

melihat-lihat isinya...Ayo!”

“Iya, sabar.” Jaejoong mengacak-ngacak rambut Joo Hyun dengan gemas, lalu

membukakan pintu tanpa menghiraukan wajah cemberut Joo Hyun yang sekarang rambutnya

berantakan.

I’m Sorry I Love You but I Lie 83

“Wah... ini keren...!”Joo Hyun yang baru saja masuk lansung terkagum-kagum melihat

design interior yang sederhana tapi mewah di kafe Jaejoong yang besar itu. “Aku tidak pernah

tau kalau kamu akan membuka bisnis seperti ini.” Joo Hyun sedikit protes karena Jaejoong

tidak sepenuhnya terbuka dengannya.

“Ini Top secret.” Jaejoong tersenyum tanpa dosa.

“Kenapa lama sekali? Aku sudah menunggu lama di tempat parkir.” sebuah suara asing

yang terdengar familiar di telinga Joo Hyun mengalihkan perhatian cewek itu. Joo Hyun

menuleh ke arah pintu dan melihat siapa yang baru saja masuk, lalu dia menjerit keras.

“KAK TOP!!”

Bahkan sebelum Joo Hyun berlari menghampirinya, Top sudah berlindung di balik

punggung Jaejoong yang menutup telinganya karena tidak tahan mendengar teriakan Joo

Hyun. Dia lega saat Jaejoong menghalangi Joo Hyun untuk memeluknya.

“Jaejoong, dia Top! Top Bing Bang!” Joo Hyun berusaha menyingkirkan tangan Jaejoong

yang menahannya.

“Ya, aku tau dia Top.” Kata Jaejoong. “Tapi kamu jangan membuat Top kabur sekarang,

Ok?”

Joo Hyun mengangguk, sedikit terlalu bersemangat. Jaejoong senang akhirnya Joo Hyun

bisa diam. Harusnya dari awal dia menyuruh Top datang degan menyamar. Jaejoong lupa kalau

Joo Hyun juga penggemar Big Bang.

“Aku kira kau tidak jadi datang, ” Jaejoong beralih pada Top yang sedikit lebih tenang

dan percaya diri, meskipun agak takut kalau Joo Hyun tiba-tiba melompat dan mengejarnya.

“Ya...em-aku tidak mungkin tidak datang kan, Hyung.” Top tersenyum, membuat Joo

Hyun meleleh karenanya. Tapi kemudian Joo Hyun tersadar.

“Hyung?” Joo Hyun menatap Jaejoong dan Top bergantian, lalu berhenti pada Jaejoong.

“Kak Top memanggilmu ‘Hyung’?”

“Iya, memangnya kenapa? Aku kan memang lebih tua.” jawab Jaejoong polos.

“Kalian sudah saling kenal?” tanya Joo Hyun tidak percaya.

“Iya.” Top mendukung dengan anggukan. “Kami sudah bersahabat sejak ...em...sejak

kapan, ya, Top?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 84

“Aku lupa.” Top tersenyum lagi, dan lagi, itu membuat Joo Hyun meleleh. “Yang jelas

sudah bertahun-tahun.”

Jaejoong terkejut saat Joo Hyun tiba-tiba memukul bahunya dengan keras. Tidak hanya

sekali, tapi bertubi-tubi.

“Kenapa tidak bilang kalau kamu berteman dengan Kak Top, ha?” Kamu tau kalau aku

fans_nya , kan?” Joo Hyun terus memukuli Jaejoong yang berusaha menghindar. Top juga

diam-diam menjauh.

“Apa Yoo Chun juga tau?”

“Ya – aw! Aku , Yoo Chun –aw – Junsu – urghdan Top sering berkumpul di studioku –

aw!” Jaejoong menjawab dengan sedikit terbata-bata.

“LALU KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKU?!” Joo Hyun berteriak kesal.

“Memangnya penting? Lagipula aku tau kamu akan jadi gila seperti ini kalau bertemu

Top...”

“Ya wajar, kan? Aku kan fans-nya!” Joo Hyun ngotot.

“Kalau begitu kita berteman saja.” Top menengahi. “Kamu jadi temanku, ok ? Jadi

bersikap biasa saja, ya ?”

Joo Hyun tercengang. “Kita...berteman ?”

“Kamu yakin ?” Jaejoong menanyai Top. “Dia tipe spesies yang berbahaya lho...”

candanya yang langsung mendapat hadiah pukulan lagi dari Joo Hyun.

“Tidak kok. Aku mau.” Joo Hyun tersenyum. Lalu mengulurkan lengannya. “Namaku Han

Joo Hyun.”

“O, kamu pacarnya Micky itu ?” Top sekarang tersenyum lebih ringan. Tadinya dia

mengira Joo Hyun itu salah satu dari cewek mainan Jaejoong.

“Micky? Oh-iya.” Joo Hyun hampir lupa kalau nickname Yoo Chun itu Micky.

“Jadi.” Jaejoong merangkul pundak Top.”Ayo kita duduk!” ajaknya.

Joo Hyun berjalan mengikuti dua cowok itu di belakang, lalu cepat-cepat mengambil

posisi duduk di samping Top sebelum Jaejoong.

I’m Sorry I Love You but I Lie 85

“Kak Top, bolehkah aku minta foto bersama ?” pinta Joo Hyun yang matanya selalu

bersinar-sinar setiap kali menatap Top.

“Em....tentu.” Top sebenarnya merasa tidak nyaman saat Joo Hyun merangkul

lengannya, tapi dia juga tiak mungkin mengusir Joo Hyun agar menjauh. Jadi Top pasrah saja.

“Dasar cewek...” Jaejoong bergumam sebal, tapi Joo Hyun tidak menghiraukannya. Dia

kemudian pergi untuk mengambil beberapa botol soju.

“Aku akan menjadikan ini wallpaper.” ujar Joo Hyun senang.

“Apa Micky tidak akan marah ?”

“Dia tidak akan peduli.” Joo Hyun menyimpan ponselnya dengan hati-hati.

“Jadi kapan Kak Top akan mengeluarkan lagu baru lagi ?”

“Aku belum tahu pasti. Hyung masih menggarap lagu untukku.”

“Jaejoong?” Joo Hyun melirik Jaejoong yang baru saja kembali dengan 4 botol soju

dengan tidak yakin.

“Kenapa?” tanya Jaejoong yang merasa diliriki oleh Joo Hyun.

“Orang seperti dia membuat lagu untuk kak Top?” Joo Hyun tidak mengindahkan

pertanyaan Jaejoong.

“Iya. Dia benar-benar hebat dalam hal itu.” Top memuji.

“Masa’ ?” Joo Hyun masih tidak yakin.

“Kalau suaranya bagus sih iya...tapi....” Joo Hyun tidak berniat menyelesaikan kalimatnya

Jaejoong juga tidak ingin mendengarkan.

“A...Hyung, Hyori tidah ikut ?” tanya Top kemudian.

“Tidak. Dia sibuk.”

“Aku sudah melihat beritanya di internet, tentang apa yang terjadi di club malam

itu...Apa dia baik-baik saja?”

“Ya, dia baik-baik saja.” jawab Jaejoong pendek. Jaejoong sebenarnya tidak suka kalau

Top selalu ingin tau soal Hyori, meskipun maksud Top itu baik. Itu karena dia selalu cemburu

I’m Sorry I Love You but I Lie 86

setiap kali mengingat waktu dulu Top mencium Hyori di atas panggung, di depan umum

dengan kamera yang disiarkan langsung, meskipun saat itu Hyori belum menjadi pacarnya.

“Aku bermaksud mengajaknya untuk menjadi model lagu baru BigBang. GD & Seung Ri

juga memilih Hyori.”

“Kenapa mengatakannya padaku? Bilang saja pada Hyori langsung.” suara Jaejoong

terdengar jelas sekali kalau dia sedang cemburu, dan itu membuat Top geli.

“Tenang saja, Hyung. Aku tidak akan mencium Hyori lagi.” kata Top, sama sekali tidak

merubah usasana hati Jaejoong. “Kalau Hyung tidak mengijinkan, ” imbuhnya dengan kedipan

mata.

“Aku juga mau!” sahut Joo Hyun percaya diri.

“Memangnya siapa yang mengajakmu?” balas Jaejoong sengit. Tidak tahu kenapa, dia

tidak suka melihat sikap Joo Hyun yang terlalu kekanakan sekarang, dan menyesal kenapa Joo

Hyun bertemu Top sekarang.

“Kenapa kamu sewot sih? Aku kan tidak berbicara padamu.”

“Kak Top?” Jaejoong semakin geregetan pada Joo Hyun.”memanganya kamu merasa

lebih muda dari Top?”

“Tidak apa-apa.” Top menjawab bersamaan dengan Jaejoong yang berkata’tidak boleh”

“Wuach... suara kak Top benar-benar keren, ...” jyo hyun membuat mimik wajah

terpesona yang terlihat lucu.

“Benarkah? Terimakasih.”Top sedikit tersipu.

Dengan wajah kesal Jaejoong membuka botol soju pertama dan langsung meneguk

setengahnya. “Yang kalah harus menyangyi di tengah jalan sambil telanjang.”dia menantang

Top sambil botol soju yang baru untuk Top.

“Oke.” Top mengambil botol itu yang diulurkan Jaejoong tanpa ragu sedikitpun. Dia tau

Jaejoong tidak akan kuat minum banyak kalau moodnya sedang tidak baik seperti saat ini.Jadi

dia tidak takut akan kalah.

“Aku ikut!” Joo Hyun ikut mengambil satu botol soju.

“Memangnya kamu kuat?” tanya Top dengan nada meragukan.

I’m Sorry I Love You but I Lie 87

“Tentu saja. Aku bisa mengalahkan Jaejoong dengan mudah.”

“Coba saja.” balas Jaejoong enteng. “Baru 2 tegukan pasti langsung pingsan.” dia

meneguk minumannya lagi, kali ini sampai habis, lalu membuka botol yang baru.

“Lihat saja nanti.” Joo Hyun terlalu bersemangat membuka tutup botolnya sampai

membuat isinya tupah ke bajunya, tapi dia tidak peduli.

“Wah, aku benar-benar tidak sabar melilhatmu telanjang.” Jaejoong nyengir, mengejek.

Joo Hyun hanya membalas dengan melotot.

Jaejoong tau betul kalau Joo Hyun hanya kuat makan banyak tapi tidak kuat minum.Tapi

kali ini dia tidak akan menahan Joo Hyun, untuk alasan tertentu, bukan untuk melihat Joo Hyun

telanjang di depan umum.

“Yang pertama itu tidak di hitung, kan?” Joo Hyun menunjuk botol kosong Jaejoong.

“Iya.”

Mereka bersulang, lalu mulai minum bersama.

.....

“Meja nomor 6 memesan 4 kerang dan 3 pasta.” Hyo Woon memberitahu salah satu

rekannya di dapur.

“Ini pesanan untuk meja nomor 16.” Yunho memberikan nampan penuh berisi

makananpada Hyo Woon.

“Ok.” Hyo Woon menerima nampan itu dan kemudian kembali keluar. Tapi di depan

pintu, dia dihadang oleh Yoo Chun yang sengaja menutup jalannya. “Anda lagi...” gumam Hyo

Woon sebal. “Untuk apa Anda kesini?”

“Aku mengantarkan hadiah ini.”Yoo Chun menunjukkan tas kecil berisi tiara yang

sengaja dia beli untuk Hyo Woon , tapi Hyo Woon terlihta tidak tertarik dengan hadiah yang

dia bawa.

“Apa tamaran saya semalam belum jelas untuk Anda?” tanya Hyo Woon marah.“Anda

lupa kalau hanya pura-pura tidak tau kalau saya sudah punya calon suami?”

Semua yang ada di dapur kecil itu berhenti untuk melihat Hyo Woon & Yoo Chun. Yunho

yang sedang memasak sup iga sapinya kemudian mendekati dua orang itu.

I’m Sorry I Love You but I Lie 88

“Ada apa?”tanyanya pada Hyo Woon. “Apa dia mengganggumu?”

“Ya, dia sangat menganggu.”gerutu Hyo Woon sambil berlalu pergi, melewati Yoo Chun

begitu saja sambil tetap menjaga agar nampannya tidak jatuh.

Yoo Chun berniat mengejar, seperti yang dia pelajari dari buku ‘Mengejar Cinta Cewek

Cuek’ :Kejarlah terus, dan jangan pernah berhenti sampai kamu bisa menyisakan kenangan

yang cukup dihatinya. Buat dia mengakui keberadaanmu.

Tapi saat Yoo Chun akan pergi, Yunho dengan sengaja menghalangi bajunya, dan

menodongnya dengan irus yang masih dia bawa ke depan wajah Yoo Chun.

“Tuan, apakah Anda tau kalau keberadaan Anda disini sudah mengganggu kenyamanan

kerja kami?” tanya Yunho, masih menodongkan irusnya.

“Aku kan tidak mengganggumu, aku hanya ingin bertemu Hyo Woon.” Jawab Yoo Chun

jujur.

“Ada apa ribut-ribut?”tanya suara serak dari belakang Yoo Chun. Tau kalau bosnya

datang, Yunho segera melepaskan kerah baju Yoo Chun yang dia tari, dan menyembunyikan

irusnya dibalik punggung.

“Kami tidak ribu-ribut kok, Psk, ” Yunho berdalih. “Saya hanya memberitahu tamu ini

agar tidak masuk ke dapur.”

Tuan Yeon sekarang menatap Yoo Chun yang baru saja merapikan bajunya, meskipun

sebenarnya tidak perlu. Dia langsung mengenali Yoo Chun begitu melihat wajah kesal pemuda

yang melotot ke arah Yunho.

“Ow, ternyata kamu, Yoo Chun...” Tuan Yeon sesikit terkekeh. “Apa kamu kesini untuk

menculik pekerjaku lagi?” tebak Tuan Yeon . Dia ingat bagaimana Yoo Chun memohon-mohon

padanya agar meliburkan Hyo Woon kemarin, dan dia terpaksa mengabulkannya karena ayah

Yoo Chun adalah rekan bisnisnya.

“Iya. Boleh, kan, Om?”

“Boleh, kamu bawa saja dia!” Tuan Yeon mengangguk ke arah Hyo Woon yang tengah

menanyakan pesanan di meja nomer 3.

“Yes! Makasih Om!” Yoo Chun langsung meluncur ke tempat Hyo Woon berdiri, &

membuat Hoo Woon terkejut saat dia tiba-tiba merangkul bahunya dan menariknya pergi.

I’m Sorry I Love You but I Lie 89

“Eh – apa-apaan ini?” Hyo Woon mendorong Yoo Chun menjauh, tapi Yoo Chun kembali

merangkul bahunya, dan itu membuatnya risih.

“Aku sudah mendapat ijin dari bos-mu. Jadi, ayo kita kencan!” Yoo Chun tersenyum

menang. Sudah dia putuskan, dia tidak akan berhenti mengejar Hyo Woon hanya karena

sebuah tamparan.

“Apa?” Hyo Woon menoleh ke tempat bosnya berdiri dengan memohon. “Bos...”

“Pergi saja.”kata TuanYeon. “Kalau kamu tidak mau, aku akan memecatmu.” Tuan Yeon

sempat mengedip pada Yoo Chun yang langsung tertawa.

“Bos!” Yunho yang sejak tadi masih berdiri di belakang Tuan Yeon sambil terus menggigit

irusnya sekarang protes. “Masa’ karena hal sepele seperti itu Anda memecat Hyo Woon?

Dimana kebijakan Anda?” Hyo Woon mendukung dengan mengangguk keras.

“Alah, kamu tidak usah ikut campur! Kembali saja sana!”perintah Tuan Yeon. “Dan

jangan lupa ganti irusnya! Aku tidak maupelangganku terkena rabiesmu.”

Beberapa tamu yang sejak tadi memperhatikan perdebatan kecil itu tertawa, tapi Hyo

Woon malah nyaris ingin menangis. Dengan marah Hyo Woon melepaskan diri dari rangkulan

Yoo Chun dan berbalik pergi dengan cepat.

“Kamu mau kemana?” Yoo Chun bertanya sambil mengejar Hyo Woon, dan ikut berhenti

saat Hyo Woon juga berhenti.

“Aku ingin ganti baju. Kenapa?” Hyo Woon nyolot. “Kamu ingin minta ijin pada bos-ku

agar boleh melihatku ganti baju? Begitu?”sindirnya marah. Dia kembali berjalan ke ruang

istirahat setelah memastikan Yoo Chun tidak akan mengikutinya lagi.

“Benar-benar wanita yang menarik.”gumam Yoo Chun senang. Dia duduk disalah satu

kursi yang kosong, dan menunggu. Saat mengecek ponselnya, dia berharap akan ada pesan

dari Joo Hyun, tapi ternyata tidak ada satupun pesan yang masuk. Mungkin Joo Hyun sedang

bersenang-senang dengan Jaejoong. Mendadak perasaan takut mencekam Yoo Chun saat dia

membayangkan kebersamaan Jaejoong dengan pacarnya.

Hyo Woon muncul 5 menit kemudian, dengan jeans panjang yang dipadu jaket bulu

berwana coklat usang dan syal. Tapi dia terlihat cantik dengan rambut terurainya. Tanpa

menoleh pada Yoo Chun, Hyo Woon lewat begitu saja. Karena dia tau Yoo Chun pasti akan

mengikutinya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 90

“Kamu selalu berjalan secepat ini, ya?” tanya Yoo Chun sambil berusaha mengimbangi

langkah cepat Hyo Woon.

“Memang selalu seperti ini, ” Hyo Woon cuek.

“Ehm – mobilku disana, ” Yoo Chun menunjuk tempat parkir, tapi Hyo Woon tidak

mengindahkanya.

“Aku tau.” jawab Hyo Woon pendek.

“Lalu?”

“Aku tidak mau naik mobil! Kalau anda ingin naik mobil silahkan saja, saya tidak tertarik

.”

“Jadi, kita kencan dengan naik bus?” Hyo Woon berhenti mendadak, itu membuat Hyo

Woon tanpa sengaja menabraknya. Dia hampir saja terjengkang jatuh, tapi untungnnya Yoo

Chun dengan sigap meraih pinggulnya, dan Hyo Woon secara reflek merangkul tanganya

disekeliling leher Yoo Chun. Keduanya sama-sama terperangah, kemudian Hyo Woon

tersenyum.

“Kenapa tubuhmu bau ikan asin?” tanya Yoo Chun geli.

Hyo Woon menjauh dengan cepat, dan menaikkan syalnya. Berusaha agar terlihat biasa

saja. Dia lalu melipat kedua tanganya ke depan, dan menatap Yoo Chun dengan galak. “Tuan,

sebenarnya saya tidak mau pergi untuk alasan apapun dengan Anda. Tapi berhubung saya

tidak mau kehilangan pekerjaan .. saya terpaksa melakukanya.” dia menjelaskan dengan detail.

Yoo Chun mendengarnya dengan sabar, dan mengangguk kecil. Kedua tangannya juga

terlipat di depan seperti Hyo Woon. “Aku tau.” katanya. Ekspresi wajah Yoo Chun terlihat

seperti seorang bapak yang mencoba memahami anaknya yang berceloteh ria soal badut di

taman mini. Tidak penting.

“Jadi, jangan menganggap ini sebagai kencan!” pungkas Hyo Woon.

“Iya-iya.” balas Yoo Chun santai. “Tapi, bisakah kita naik mobilku saja? Aku belum

pernah naik bus sebelumnya.”

Hyo Woon tidak mempedulikan keluhan Yoo Chun dan kembali berjalan tapa mengecek

apakah Yoo Chun masih dibelakangnya atau cowok itu kembali ke mobli. Tapi, saat di halte

bus.....

I’m Sorry I Love You but I Lie 91

“Kita naik bus yang mana?” tany aYoo Chun yang sudah berdiri di samping Hyo Woon.

Yoo Chun merasa sedikit kedinginan, karena baju hangatnya tidak terlalu tebal. Kalau saja dia

pergi dengan mobil, kulitnya tidak akan membeku seperti sekaramg.

“Saya kira Anda tidak mau naik bus, ” ujar Hyo Woon. Tidak menjawab pertanyaan Yoo

Chun.

“Kalau naik bus bisa membuatku lebih dekat denganmu, kenapa tidak mencoba?”

Dasar orang gila. Hyo Woon membatin.

“Jadi, kemana kita akan pergi?” tanya Yoo Chun. Tapi pertanyaannya kembali diabaikan

oleh Hyo Woon. Lalu sebuah bus berhenti di depan mereka. Yoo Chun hanya ikut-ikutan saja

saat Hyo Woon naik ke bus itu.

Hyo Woon langsung mencari tempat duduk paling pojok belakang tempat favoritnya

dengan Junsu.tapi saat Yoo Chun duduk mengapitnya, Hyo Woon buru-buru pindah ke bangku

depan. Dia lega karena Yoo Chun tidak berpindah dari kursi belakang, meskipun Hyo Woon

tahu Yoo Chun masih terus memandangnya.

Selama perjalanan, Hyo Woon sibuk menghubungi nomer Junsu, tapi tidak pernah ada

jawaban. Sementara di belakangnya Yoo Chun sudah tidak berpura-pura.

Tertarik memandangnnya lagi, tapi sibuk menahan diri agar tidak muntah dalam bus.

“Hyo Woon...” Yoo Chun berbicara dengan menutup mulutnya.

“Apa?” Hyo Woon menoleh karena sibuk mengetik pesan untuk Junsu.

“Bisakah – kita turun – sekarang – ” tanyanya, terdengar tidak jelas.

“Apa?”

“Turun – sekarang – ”

“Oh.” Hyo Woon menoleh keluar. “Sudah hampir sampai.” dia berdiri dan berjalan

keluar berjalan lebih dulu.

“Huach....! Legannya, ” Yoo Chun akhirnya bisa bernafas lega dan menghirup udara

dalam-dalam. “Eh – ini dimana?” tanyanya bingung. “Masih di Seoul, kan?”

Hyo Woon yang sudah berjalan lebih dulu menjawab, “Masih.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 92

Yoo Chun menatap sekeliling dengan seksama, mencoba mengingat-ingat. Tempat

kumuh itu ... Yoo Chun sekarang ingat, Hyo Woon ternyata membawanya ke tempat dimana

dia mengejar anak-anak jalanan. Tiba-tiba saja sebuah ide muncul dibenak Yoo Chun.

“Eh-tuan Anda mau kemana?” tanya Hyo Woon heran saat meihat Yoo Chun berlari ke

belakang.

“Aku ingin mencari sesuatu. Kamu pergi dulu saja!” teriak Yoo Chun. “Aku tau jalanya.”

“Apa benar kamu tau jalanya?” Hyo Woon tidak yakin.

“Memangnya dia tau aku akan kemana?” Hyo Woon bertanya-tanya sendiri. Yoo Chun

sudah tidak terlihat lagi.

.......

Junsu mengendap-endap masuk keruag artis dengan nekat. Agar aman, dia berpura-

pura ikut mengangkut kostum yang akan dipakai para model di fashion show itu, sambil

celingukan mencari Hyori, tapi dia tidak melihat Hyori di semua ruangan yang sudah dimasuki.

“Maaf.” Junsu akhirya memberanikan diri untuk bertanya pada seorang kru. “Lee Hyori

ada di ruang berapa, ya?”

“Kamu kru baru, ya?” Orang itu malah balik bertanya.

“Eh-hem-iya.” Junsu tersenyum malu-malu.

“Pantas.” Orang itu balas tersenyum. “Lee Hyori ada di ruang VIP.” Dia memberi tahu.

“Ruang VIP?”

“Iya, dia kan model utamanya.”

“Em ... ruang VIP itu dimana ya?”

Lurus, belok kanan, lurus, pintu disebelah kiri .... Junsu terus mengingat-ingat arah jalan

yang ditunjukkan kru tadi sambil berjalan.

Junsu berhenti di depan pintu yang depannya tertulis ‘ruang VIP’ dan nama Lee Hyori

ada di awahnya. Dengan mantap Junsu memasuki ruangan itu.

I’m Sorry I Love You but I Lie 93

“..... Aku sudah mengingatkan kamu untuk tidak menangis, kan? Sekarang lihat

matamu..” Kak Lee memeriksa mata Hyori yang lebam. Hyori cuek saja. Keduanya langsung

menoleh begitu Junsu masuk.

“Oh – Junsu?” Hyori langsung berdiri. “Kenapakamu bisa ada disini?”

“Aku mencarimu.” Jawab Junsu.

“Kebetulan sekali!” kata Hyori bersemangat. “Aku sedang ingin keluar, ayo!” Hyori

menarik lengan Junsu untuk pergi.

“Tapi fashion-shownya dua jam lagi.” Kak Lee berusaha menahan Hyori, tapi Hyori sudah

berlalu pergi bersama Junsuyang kebingungan karena tiba-tiba diseret Hyori keluar. Tapi

melihat keadaan Hyori sekarang, kak Lee merasa kalau Hyori memang butuh jalan-jalan.

“Apa aku masih terlihat seperti Lee Hyori?” Hyori bertanya pada Junsu setelah dia

memakai Topinya dan menaikkan syalnya.

“Tidak, kamu malah terlihat seperti ibuku.” Junsu bercanda tapi dia senang bisa

membuat Hyori tertawa karenanya. “Kita mau pergi kemana?”

“Kemana aja. Asal tidak terlalu jauh.”

“Kamu tidak pa-pa kalau harus berjalan kaki?”

“Tidak pa-pa. Memangnya kenapa?”

“Tidak malu?”

“Untuk apa malu? Sudahlah, ayo pergi!”

Keduanya berjalan beriringan melewati trotoar jalan yang tertutup salju.

Kak Lee baru saja menutup pintu ruang VIP, tapi tiba-tiba pintu kembali terbuka, dan

tuan Kwon Sang Won masuk bersama dua antek-nya.

“Dimana Hyori?” tanya tuan Kwon langsung pada kak Lee.

“E ... dia baru saja pergi.”

“Pergi? Fashion show akan dimulai dua jam lagi, dan kamu masih membiarkan dia

pergi?” nada bicara tuan Kwon meninggi.

I’m Sorry I Love You but I Lie 94

“Dia butuh menenangkan diri, Tuan.” Kak Lee berusaha mencari alasan.”Hyori tau kapan

dia harus kembali, karena dia tidak ingin mengecewakan anda, Tuan.”

Tuan Kwon terdiam selama beberapa saat. “Dengan siapa dia pergi?” tanyanya penuh

selidik.

“Dia pergi bersama temannya.”

“Kenapa kamu tidak mengawasinya? Bagaimana kalau kejadian seperti semalam

terulang lagi?”

“Maaf Tuan, lain kali saya tidak akan membiarkan Hyori pergi tanpa pengawasan.

“Ya sudah.” Tuan Kwon sedikit tidak sabar. “Pastikan bahwa Hyori tidak datang

terlambat. Mengerti?”

“Baik Tuan.” Kak Lee membungkuk sampai Tuan Kwon keluar.

Junsu hampir tidak bisa bernafas saat Hyori mengajaknya masuk ke sebuah butik.

Harusnya dia tau, untuk pergi bersama Hyori dia harus selalu sedia uang.

“Kamu suka berbelanja, ya?” tanya Junsu basa-basi.

“Biasanya shooping bisa menghilangkan stres.” Hyori berjalan ke bagian pakaian cowok,

diikuti Junsu dengan enggan.

“Kalau untukku, itu malah menambah stres.” Junsu bergumam lirih, menyentuh dompet

tipisnya dengan sayang. Hyori yang mendengar ucapannya hanya tersenyum.

“Tenang saja. Aku tidak akan menyuruhmu mengeluarkan uang.” kata Hyori. Dia

mengambil kemeja berwarna putih dan menempelkannya ditubuh Junsu. “Kamu harus terlihat

seperti direktur agar bisa duduk di kursi depan.” Dia bergumam.

“Ha -? Apa?”

“Aku ingin mengundangmu di acara fashion show nanti.”

Hyori mengambil warna merah dan jas hitam serta celana hitam. “Jadi kamu harus

terlihat rapi. Sekarang pakai ini!”

Ragu, Junsu mengambil baju yang dipilihkan Hyori, kemudian masuk ke ruang ganti.

“Ukurannya cocok, kan?” Hyori bertanya dari luar.

I’m Sorry I Love You but I Lie 95

“Cocok sih .... tapi aku merasa tidak nyaman.” sahut Junsu dari balik tirai tinggi. Dia

kemudian keluar dengan wajah merah padam karena malu kalau terlihat lucu.

“Wow ... ternyata kamu keren juga, ” Hyori memuji.

“Masa...?” Junsu melonggarkan dasinya dengan sedikit percaya diri.

“Tapi, hem ...” Hyori melepas kaca mata Junsu tanpa izin. “Begini lebih bagus.” Ujarnya

lagi.

“Bagus. Tapi aku tidak bisa melihat dengan jelas.”

Softlense. Junsu nyaris menangis saat Hyori memasangkan softlense ke matanya, itu

membuatnya merinding.

“Perfect ..!” Hyori puas saat memandang Junsu dari atas ke bawah.

“Oke. Kalau begitu aku ganti baju lagi ...” Junsu pamit, tapi Hyori menahan langkahnya.

“Jangan sekarang! Tapi nanti setelah acara fashion shownya selesai.”

“Kamu tidak serius mengundangku datang ke fashion show itu, kan?”

“Tentu saja aku serius! Aku ingin berterima kasih karena semalam kaamu sudah

menolongku.”

“Semalam aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya mengantarmu pulang dan

menemanimu sampai pagi.” Junsu menjelaskan. “Jaejoong lah yang menolongmu.”

Hyori sekarang terdiam. Tanpa sdar matanya sudah terasa panas, tapi sebelum air

mtanya jatuh, Hyori menyeka matanya yang basah.

Hyori, kamu baik-baik saja, kan?” tanya Junsu cemas melihat Hyori menahan tangisnya.

“Aku tidak pa-pa.” Hyori berusaha tersenyum, meskipun itu tidak berhasil. “Tapi

bagaimanapun juga ...kamu telah membantuku, dan aku ingin berterima kasih.”

“O, em ...ya!” Junsu sedikit salah tingkah.

“Ayo pergi!” ajak Hyori lagi.

“Kita akan kemana lagi?”

“Tentu saja kembali. Acaranya setengah jam lagi.” kata Hyori. Tapi di tengah jalan dia

berhenti saat melihat Jaejoong yang berjalan bersama Joo Hyun dan seorang cowok asing-

I’m Sorry I Love You but I Lie 96

memakai Topi dan kaca mata hitam yang menutupi hampir seluruh wajahnya- yang Hyori tau

adalah Top.

“Di sini, ya?” Joo Hyun menatap orang-orang yang lalu lalang dihadapannya dengan

sedikit bingung karena pengaruh soju yang dia minum.

“Iya.” Jawab Jaejoong yang berdiri di sebelahnya.

“Hyung, apa tidak sebaiknya kita ganti taruhannya saja?” Top menyarankan dengan

berbisik.

“Tidak perlu!” Joo Hyun yang menyahut, Jaejoong hanya tersenyum. “Aku bisa

melakukannya, ini mudah.” Joo Hyun menarik lepas ikat rambutnya.

“Dia sudah sangat mabuk, Hyung ...” Top semakin tidak tega saat meliha Joo Hyun akan

membuka kancing bajunya.

“Apa aku harus menari seperti SNSD juga?” tanya Joo Hyun, tertawa geli. Dia sudah

membuka dua kancing bajunya dan sekarang orang-orang sudah mulai mengamatinya.

“Hyung!”

Jaejoong memeluk Joo Hyun sebelum gadis itu benar-benar melepas bajunya.

“Jaejoong ....!” bisik Joo Hyun pelan, tersentak dengan apa yang Jaejoong lakukan.

Bukannya melepaskan Joo Hyun, Jaejoong malah semakin erat memeluk Joo Hyun. “Jaejoong-”

“Aku mencintaimu.” Kata Jaejoong, pelan tapi jelas. Top yang berdiri di belakangnya juga

terkejut mendengar apa yang dia katakan, sama seperti Joo Hyun yang tidak bergerak dalam

pelukan Jaejoong. “Aku mencintaimu.” Ulang Jaejoong dengan lebih keras. “Selama ini aku

berusaha untuk membohongi perasaanku sendiri, tapi sekarang aku tidak bisa menahannya

lagi.”

“Hyung ...” Top ragu untuk memanggil Jaejoong tapi dia baru saja melihat Hyori yang

berdiri tidak jauh dari mereka dan Hyori menangis. Sementara Junsu yang berada di sebelah

Hyori hanya terlihat tercengang.

“Aku mohon, Joo Hyun ...” Jaejoong memulai lagi, dia masih belum melepaskan

pelukannya. “Jangan abaikan perasaanku lagi ... aku tidak sanggup melihatmu terus bersama

Yoo Chun.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 97

Joo Hyunn tidak bergeming. Perasaannya kacau. Tapi kenyataan yang selama ini dia

simpan di lubuk hatinya yang paling dalam kini menyentakkan pikirannya. Aku juga masih

mencintaimu. Joo Hyun ingi mengucapkan kata-kata itu, tapi kemudian dia teringat Yoo Chun.

Dia tidak bisa menghianati Yoo Chun seperti ini, tapi Joo Hyun juga tidak bisa...

Segala pikiran Joo Hyun menghilang saat Jaejoong tiba-tiba mencium bibirnya. Joo Hyun

tidak bisa merasakan apa-apa lagi kecuali Jaejoong, bahkan semua ingatan tentang Yoo Chun

menghilang dari memorinya.

Top tidak tau apa yang Jaejoong pikirkan atau apa yang sedang direncanakan

sahabatnya itu. Tapi menurutnya Jaejoong sudah keterlaluan. Top yakin, Jaejoong pasti

melihat Hyori yang jelas-jelas berdiri dihadapannya- terlihat shock dengan aapa yang dilakukan

pacarnya.

“Hyori-“ Junsu berputar untuk mengejar Hyori yang berlari melewatinya begitu saja, tapi

Top mendahuluinya.

“Hyori, tunggu!” Top akhirnya berhasil meraih tangan Hyori dan memaksanya untuk

berhenti. “Kamu baik-baik saja, kan?”

Tangis Hyori sudah pecah saat dia berbalik untuk menghadap Top. “Apa menurutmu aku

masih baik-baik saja setelah melihat apa yang Jaejoong lakukan tadi?” isaknya. “Aku tau aku

salah, tapi haruskah dia memperlakukanku seperti ini?”.

“Hyori ...” Top menarik Hyori kedalam pelukannya, dan membelai punggungnya tanpa

rasa canggung. Dia berharap bisa menghilangkan kesedihan Hyori sekarang. “Aku pernah

dengar, yang dibutuhkan wanita saat sedang sedih adalah tempat bersandar.” Kata Top yang

menahan Hyori agar tidak menarik diri dari pelukannya.

Hyori akhirnya diam , dan mencoba menikmati kenyamanan yang Top berikan meskipun

itu bertentangan dengan hatinya. Butuh waktu sedikit lama sampai Hyori akhirnya berhenti

menangis , dan Top dengan sabar terus memeluk dan membelainya.

Junsu berdiri tak bergeming dibelkang Top, menyaksikan adegan itu dengan muram.

Kemudian, tanpa berkata apapun, dia berbalik pergi dengan wajah lesu.

“Sudah merasa lebih baik?”tanya Top pada Hyori . “orang-orang mulai memperhatikan

kita.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 98

“O, ” Hyori segera menarik diri dan langsung menghapus air mata yang membasahi

wajahnya, dan mengusap air matanya. Lalu Top menarik syal-nya lebih tinggi untuk menutupi

wajahnya.

“Jangan sampai orang-orang melihat lee Hyori menangis di tengah jalan seperti ini, ok?”

Hyori menjawab dengan senyum yang terkesan dipaksakan. “Kak Lee pasti akan

mengomeliku karena mataku bengkak.” Hyori tiba-tiba panik, mengipasi matanya dengan

tangan.

“Mata bengkak itu seksi.”gurau Top yang berhasil memancing senyum Hyori , kali ini

tanpa ada keterpaksaan.

“Ini gara-gara Jaejoong...”perasaan marah dan keinginan untuk memaki Jaejoong tia-tiba

muncul dalam benak Hyori, dan langsung Hyori luapkan begitu saja. “Cowok jelek,

menyebalkan, playboy!” Top mengompori dengan berseru ‘Ya!Ya!’ sambil mengangguk-

angguk penuh semangat. “Memangnya dia pikir aku tidak bisa melakukan hal yang sama? Lihat

saja, akan ku buktikan padanya kalau aku bisa mendapatkan cowok yang lebih keren dari dia.”

“Kalau soal itu...aku bisa membantu tidak?”Top menaikkan sedikit Topinya agar Hyori

bisa melihat wajahnya lebih jelas, lalu dia menirukan pose cantik Jaejoong yang dia hafal.

“Bagaimana? Apa aku lolos audisi?”

Hyori melengos pergi sambil menertawakan Top. Ya, wajah Top yang ‘macho’ itu

terlihat lucu saat menirukan pose cantik Jaejoong.

Hyo Woon

Aku mencoba menelfonmu, tapi kamu tidak menjawab. Apa kamu begitu sibuk?

Kamu baik-baik saja, kan? Aku pergi ke tempat anak-anak, kamu bisa menyusulku, kan?

Aku merindukanmu.

Junsu terus membaca pesan singkat itu berkali-kali selama duduk di bus. Perasaan takut

dan rasa bersalah kini membayang-bayanginya.

Apa aku begitu payah soal wanita? Junsu bertanya pada bayangannya yang terpantul di

kaca. Wajah yang menurutnya asing itu balas menatapnya tanpa bersemangat. Semangatnya

itu menjadi semakin surut saat dia membayangkan Jaejoong & Yoo Chun yang dengan

mudahnya pasti bisa menaklukkan hati wanita. Hyo Woon. Saat teringat Jaejoong yang

mencium Joo Hyun tadi, Junsu mendadak cemas kalau Yoo Chun juga melakukan hal yang

I’m Sorry I Love You but I Lie 99

sama pada Hyo Woon. Bayangan itu terus menari-nari di pikiran Junsu, seolah mengejeknya,

dan tak mau hilang.

Sampai di halte terakhir, Junsu langsung melesat turun, dan langsung berlari melewati

jalan setapak secepat ia mampu. Hingga akhirnya Junsu berhasil sampai di tempat Hyo Woon

mengajar anak-anak terlantar dengan terengah-engah. Tapi apa yang dia lihat di tempat itu

langsung membuat semangatnya lenyap, meskipun ada sedikit kelegaan karena Yoo Chun

ternyata tidak- dan semoga tidak akan pernah- mencium Hyo Woon.

Hyo Woon terlihat asyik mengawasi anak-anak didiknya yang bermain dengan mainan-

mainan baru, dan Yoo Chun berada tidak jauh darinya- dia terlihat sedikit kesal saat mengajari

seoarang anak laki-laki bernama Jun Goo tentang cara menggunakan remote control pesawat

terbang.

“Begini ... ini- seperti- perhatikan aku dulu, ok?” Yoo Chun nyaris ingin memakan anak

kecil di hadapannya itu karena begitu jengkel. Dia heran kenapa Hyo Woon bisa begitu sabar

menghadapi anak-anak yang selalu banyak betanya soal hal-hal yang menurutnya sepele.

“Seperti ini ... bisa, kan?” tanya Yoo Chun setelah mencontohkan cara menggunakan remote

control untuk yang ke 65 kalinya pada Jun Goo, dan diam-diam Hyo Woon menrtawakannya.

Dia telihat sangat bahagia, batin Junsu yang terus mengawasi Hyo Woon secara diam-

diam.

“Yoo Chun shi.” Hyo Woon berjalan menghampiri Yoo Chun. “ Terima kasih, ” ucap Hyo

Woon tulus.

“Untuk apa?”

“Untuk mainan-mainan baru ini. Mereka terlihat sangat bahagia, ” kata Hyo Woon.

“Tidak masalah.”

“Tapi bukan berarti aku berhenti marah karena kejadian semalam.” Hyo Woon

mempertegas, bkan hanya untuk Yoo Chun, tapi untuk dirinya sendiri juga, untuk menjaga

dirinya agar tidak terjerumus kedalam perasaan yang tidak dia inginkan.

“Yah...” Yoo Chun pura-pura mengeluh kecewa, dan saat dia berpaling ke arah lain, dia

memergoki Junsu yang tengah mengintip dari balik bak sampah. “Aku tau tidak akan mudah

membuatmu memaafkanku.” Yoo Chun melanjutkan tanpa mengabaikan Junsu.

I’m Sorry I Love You but I Lie 100

Lalu sebuah pikiran jail muncul di benak Yoo Chun untuk memanas-manasi Junsu. “Eh -

Hyo Woon, ” Yoo Chun meraih pinggul Hyo Woon dan menyeretnya lebih dekat. Tapi Hyo

Woon yang begitu terkejut dengan aksinya itu secara refleks langsung menampar Yoo Chun

dengan pukulan telak.

“Apa yang kau lakukan?” Hyo Woon menjadi begitu marah sampai tubuhnya menjadi

gemetar.

“Aku hanya menarikmu mendekat, kenapa kamu menamparku?” Yoo Chun tidak kalah

kesalnya mendapat tamparan Hyo Woon lagi selama 2 hari berturut-turut.

“Kenapa juga Anda harus merangkul pinggul saya?” balas Hyo Woon tidak terima.

“Aku-----“ Yoo Chun memilih untuk tidak menjawab saja daripada meneruskan

pertengkaran. Dia melirik tempat Junsu tadi dengan mata memicing, dan melihat ujung kepala

Junsu yang sedikit terlihat bergetar dengan hebatnya. Sial! Junsu pasti sedang

menertawakanku. batinnya geram.

Junsu nyaris tidak bisa menahan diri agar tidak tertawa terbahak-bahak. Itu bukan hal

yang mudah untuknya. Perutnya sampai terasa melilit karena menahan tawa. Lalu pada saat

yang tidak dia duga, pesawat yang dimainkan Jun Goo melayang dengan cepat ke arahnya &

menabrak punggungnya dengan keras.

“Kenapa Kakak menabrakkan pesawatnya ke tempat sampah?” tanya Jun Goo yang

kembali merebut remote control pesawat mainannya yang diambil oleh Yoo Chun barusan.

“Tidak pa-pa. Itu pesawat bagus kok. Kamu bakar juga tidak akan rusak.” Yoo Chun

tersenyum senang karena akhirnya bisa membalas Junsu.

“Sepertinya ada orang disana.” Hyo Woon ingin memastikan karena tadi dia sempat

mendengar pekik kesakitan dari arah tempat sampah.

“Biar aku periksa, ” Yoo Chun menambil alih. Dia tidak mau Junsu mengganggunya

sekarang. “Sekalian mengambil pesawatnya, Yoo Chun sampai di belakang tempat sampah dan

mendapati Junsu tengah berjongkok disana sambil mengelus-elus punggungnya yang

kesakitan, dan matanya terlihat berair.

“Kau sengaja, kan?” Junsu bertanay dengan suara lirih yang hampir terderngar seperti

geraman.

I’m Sorry I Love You but I Lie 101

“Makanya jangan suka mengganggu kencan orang, ” balas Yoo Chun. Dia memungut

pesawat yang tergeletak didekat kaki Junsu. “Pulang saja sana! Dan awas kalau Jaejoong

sampai au aku ditampar lagi!” ancamnya dengan berbisik.

Tanpa menunggu jawaban Junsu dan mengabaikan wajah kesal sahabatnya itu, Yoo

Chun kembali ke tampat Hyo Woon menunggunya. “Tidak ada siapa-siapa, hanya kucing.”

Junsu mendukung jawaban asal Yoo Chun dengan mengeong kasar.

“Oh.”

“Coba terbangkan lagi pesawatnya, Jun Goo!” kata Yoo Chun, kembali bersemangat

meskipun angin dingin membekukan pipinya yang memerah karena tamparan Hyo Woon tadi.

Jun Goo menurut.

Hyo Woon sebenarnya masih ragu dengan jawaban Yo Chun karena rasanya dia

mengenali suara pekikan tadi. Tapi saat dia ingin memeriksanya sendiri, Yoo Chun dengan

sengaja mengalihkan perhatiannya.

“Kenapa anak itu malah memakan mainannya?” seru Yoo Chun sambil memutar langkah

Hyo Woon. Hyo Woon pun segera mendekati Eun Seok yang sednag mencoba memakan kaki

bonekanya.

Saat itulah Junsu menggunakan kesempatan itu untuk lari, dan 5 menit kemudian dia

sudah tiba di halte. Lelah, Junsu melemaskan otot kakinya dengan duduk, dan mencoba untuk

tidur sambil menunggu bus yang mungkin akan datan setengah jam lagi.Tapi ketenangannyaitu

tiba-tiba terganggu saat dia melihat pasangan yang tengah ribut di dekatnya.

“Kamu tidak harus melakukan ini kan, Seohyun ...”si pria bertubuh pendek itu memohon

pada sang gadis.

“Jadi menurutmu aku harus menunggumu lagi?Untuk berapa lama?”cewek itu

membalas dengan kasar.

“Sebentar lagi. Hanya satu tahun, dna aku akan mendapatkan uang untuk menikahimu.

Aku mohon....” cowok itu memohon dengan sungguh-sungguh. Matanya terlihat seperti dia

hampir menangis.

“Ayahku sudah memilihkan jodoh untukku. Yang jelas orang itu lebih kaya darimu, dan

kami akan menikah bulan depan, ” kata cewek itu, kemudian dia pergi meninggalkan

cowoknya begitu saja.

I’m Sorry I Love You but I Lie 102

Junsu menyadari dirinya ikut tegang mendengar ucapan cewk tadi. Bagaiman kalau

Hyo Woon juga mengatakan hal yang sama dengan cewek itu pada Junsu ? Junsu tidak bisa

membayangkannya, dan dia tidak akan membiarkan Hyo Woon menunggu terlalu lama.

Semangat untuk mengalahkan Jaejoong dan Yoo Chun di permainan mereka tiba-tiba

membar di dalam diri Junsu. Dia harus bisa mendapatkan hati Hyori lebih cepat sebelum

Jaejoong bener-benar mendapatkan Soo Hyun, bahkan kalau dia harus berenang dengan Top,

dia tidak akan menyerah, untuk Hyo Woon.

Jaejoong mambaringkan Joo Hyun di tempat tidurnya dengan hati-hati setelah dia

menggendong cewek itu dari bawah. Dia langsung mengantarkan Joo Hyun pulang karena

khawatir ibu Joo Hyun akan mengamuk melihat putrinya mabuk bersama mantan pacar yang

dulu pernah mengabaikan anaknya untuk perempuan lain meskipun pada kenyataanya mereka

putus dengan baik-baik. Ibu Joo Hyun selalu berpikiran kalau Jaejoonglah yang menghianati

Joo Hyun. “Ya...ayo kita menikah...aku – ehm...hanya ingin menikah denganmu...” Joo Hyun

terus mengoceh didalam tidurnya.

“Dasar, ” desis Jaejoong dari ujung bibirnya. Dia menarik selimut untuk Joo Hyun lebh

tinggi, lalu dia turun ke bawah unutk mengambil air putih.

“Oppa!” seruan adiknya, Ri An, menahan langkah Jaejoong di tangga.

“Ada apa? Aku kan sufah bilang kalau Joo Hyun dan aku tidk akan melakukan apapun

dikamar.” Jaejoong menjelaskan untuk yang kedua kalinya pada Ri An sejak dia pulang tadi.

“Memangnya aku peduli dengan apa yang akan Oppa lakukan dengan Kak Joo Hyun, ”

balas Ri An acuh.

“Lalu?”

“Aku hanya ingin tau apakah Oppa dan kak Hyori sudah putus.”

“Tidak. Memangnya kenapa?”

“Lihat saja sendiri !” Ri An mengangguk ke arah TV yang menyala di ruang keluarga.

Jaejoong harus memicingkan mata agar bisa melihat apa yangag Ri An ingin dia lihat.

Itu acara J-Kwon Show Models, acara yang rutin diadakan Kwon Sang Woon setiap bulan untuk

memamerkan designnya. Lalu Jaejoong melihatnya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 103

Hyori berjalan diatas catwalk dengan balutan gaun pengantin putih yang mewah dan

indah. Hyori terlihat luar biasa cantik, dan di sebelah Hyori, Top mendampinginya sebagai

pasangannya. Mereka berdua terlihat serasi dan indah.

“Sepertinya mereka mencoba membuat sensasi lagi, ” komentar Ri An.”Pasti sebentar

lagi Top akan mencium Kak Hyori, ” Ri An melirik ke arah kakaknya yang terlihat begitu

kaku.”Apa kak Hyori benar-benar mencintai Oppa? Kalau iya kenapa dia tidak memberitau

semua orang kalau Oppa pacarnya dan berhenti membuat sensasi dengan Top? Tidakkah Oppa

cemburu?”

“Aku tidak tau, ” suara Jaejoong nyaris terdengar dingin.”Jangan campuri urusanku,

ok?” dia mengacak-acak rambut Ri An sebelum kembali menaiki tangga.

Hyori dan Top kembali ke ruang make up begitu mereka turun dari panggung. Hyori

begitu lega karena akhirnya dia bisa menyelesaikan pekerjaannnya dengan baik, karena pada

awalnya dia merasa takut akan mengecewakan Tuan Kwon, mengingat apa yang dialaminya

tadi sebelum acara dimulai.

“Tadi itu berjalan dengan baik, kan?” ujar Top sambil tersenyum.”Terima kasih.”

“Tidak masalah. Aku senang bisa membantu.”

Pintu di belakang Top terbuka, dan Junsu melangkah masuk dengan membawa seikat

bunga di tangannya.

“Junsu!” Hyori sedikit terkejut melihat kedatangan Junsu.”Kamu disini! Tapi kenapa

tadi menghilang?”

“Tadi aku hanya pergi sebentar, ” jawab Junsu.

“Junsu?” Top memandang Junsu dari atas ke bawah.”Kenapa Xiah Junsu yang kukenal

terlihat berbeda?”

“Hanya sedikit.”

“Apa kau melihatv penampilan kami?”

“Ya. Kalian luar biasa.”

“Bunga ini untukku, ya?” tanya Top sambil mengambil bunga ditangan Junsu, tapi

Junsu dengan cepat merebutnya kembali.

I’m Sorry I Love You but I Lie 104

“Tentu saja bukan!” Junsu sedikit sewot meskipun dia tau maksud Top hanya

bercanda. Dia kemudian memandang Hyori yang tertawa kecil, lalu Junsu memberikan

bunganya.” Ini untuk pengantin yang paling cantik dan yang terbaik di Korea.” 127

“Itu berlebihan.” Top menyahut dari belakang.

Tapi Hyori begitu tersanjung melihat perlakuan Junsu .”Terimakas---“ Hyori belum

selesai berbicara saat Junsu dengan tiba-tiba mencium bibirnya. Membuat Hyori membeku

karenanya.

“Apa yang ----“ Top nyaris tidak bisa mengatakan apapun karena dia juga terkejut

melihat tindakan nekat Junsu. Ada apa dengan sahabat-sahabatnya sekarang? Top bertanya-

tanya dengan bingung. Tadi Jaejoong mencium Joo Hyun- pacar Yoo Chun, dan Junsu mencium

Hyori- pacar Jaejoong. Jangan-jangan diluar sana Yoo Chun juga sedang mencium pacar Junsu -

yang entah siapa, pikir Top merasa aneh.

“Junsu -- apa - yang--” Hyori mencoba meminta penjelasan. Ini semua terlalu

mengejutkan untuknya. Kenapa Junsu menciumnya? Hyori ingin tau jawabannya sekarang.

“Aku hanya mengekspresikan perasaanku. Itu saja.” Junsu mencoba tersenyum seperti

biasa, tidak menunjukkan kegugupannya. Dia merasa kotor karena telah mengkhianati Hyo

Woon seperti ini. Tapi apa boleh buat. Kalau tidak nekat, dia tidak akan maj, kalau dia tidak

maju dia akan kalah, kalau dia kalah dia tidak akan bisa menikahi Hyo Woon. Kadang berbuat

gila tiu berguna.

“Mengekspresikan perasaan apa?” tanya Top menuntut. Tapi Hyori sudah tau

jawabannya, dan sekarang dia menatap Junsu dengan serius.”Junsu, kau tau siapa Hyori, kan?”

“Aku tau dia siapa. Dia pacar Jaejoong.” Junsu berbicara sambil terus menatap ujung

gaun Hyori karena takut melihat mata Top. Dari dulu dia memang takut melihat mata hitam

yang tajam itu, meskipun kepribadian Top berlawanan dengan penampilannya.”Tapi Jaejoong

sudah mencampakkannya, dan aku....” Junsu ragu saat membalas tatapan Hyori.”Aku ingin

menjadi tempat bersandar unutk Hyori, aku ingin menjadi orang yang selalu berada di

sampingnya, aku ingin selalu menemaninya, membuatnya tersenyum, dan selalu menjaganya.”

Junsu dengan lancar mengucapkan kata-kata yang dia kutip dari novel yang pernah dia baca.

Dia cukup yakin kalau Top tidak tau dia mengutip kata-kata itu dari buku.” Hyori, apa kamu

mau menjadi pacarku?” tanya Junsu kamudian, dia tidak mengacuhkan Top yang mengatainya

gila.

I’m Sorry I Love You but I Lie 105

“Sebenarnya ini terlalu mengejutkan untukku. Hyori tidak langsung menjawab, karena

dia suka pilih-pilih, dan Junsu jelas tidak masuk kriterianya, meskipun tidak bisa dipungkiri

kalau dia selalu merasa nyaman saat bersama Junsu, dan Hyori ingin tau keseriusan Junsu.”

Tapi untuk menjadi pacarku, kamu harus bisa memenuhi 3 syarat.”

“Syarat apa?” Junsu mulai merasa tidak percaya diri, dan jujur, dia sedikit takut.

“Besok kamu akan tau. Besok pagi datang saja ke apartemanku. Kamu tau, kan?” tanya

Hyori.

“I-ya, ” jawab Junsu gugup.

“Hati-hati saja, ok? Biasanya persyaratan dari Hyori itu aneh-aneh dan .....berbahaya.”

Top sengaja berbisik untuk menakut-nakuti Junsu saat Hyori keluar untuk menemui Tuan

Kwon. Sebenarnya mendengar suara renda Top saja sudah membuat Junsu takut.”Lebih baik

kamu urungkan saja niatmu untuk berpacaran dengan Hyori—“

“Dan mengalah untukmu, begitu?” potong Junsu mendadak tau apa tujuan Top

menakut-nakutinya. “Aku tidak akan takut!”

“Ya sudah kalau begitu. Yang jelas sebagai teman aku sudah mengingatkanmu.”kata Top.

Diaa kemudian berjalan keluar , meninggalkan Junsu sendiri dengan perasaan tidak yakin.

“Lalu sebuah telfon dari Hyo Woon mengejutkan Junsu dari lamunannya.

“Hallo?”

“Junsu, apa kamu masih sibuk?”suara Hyo Woon yang ringan langsung menenangkan

batin Junsu.

“Tidak. A – aku minta maaf karena tadi tidak menjawab telfonmu.”

“Tidak pa-pa. Junsu, bisakah kamu datang ke rumahku sekarang? Aku benar-benar ingin

bertemu dengan mu.”

“Tentu, aku akan ke sana sekarang.”

“Aku mencintaimu.” Hyo Woon tidak biasanya mengucapkan kata-kata itu lewat telfon,

dan itu sedikit membuat Junsu merasa aneh, tapi dia senang mendengarnya.

“Aku juga mencintaimu.”balas Junsu. Lalu dia menutup telfon. Saat berbalik, Junsu

dikejutkn oleh Top yang ternyata sudah berdiri di depan pintu entah sejak kapan, dan

I’m Sorry I Love You but I Lie 106

memandangnya tanpa mengatakan septah katapun. “A...em—ini telfon dari Jaejoong. “Junsu

berbohong.

“O, aku baru tau kalau kamu dan Jaejoong saling mengungkapkan cinta saat berbicara di

telfon.” Top berbicara seolah tidak peduli.

“Er...ya. Aku pergi dulu.” Junsu berjalan melewati Top begitu saja sebelumdi

mendapatkan pertanyaan-pertanyaan aneh dari Top yang mungkin akan memojokkannya.

........

Mobil Yoo Chun berhenti di depan pagar rumah Hyo Woon yang terlihat sepi. Dari balik stir

mobil, Yoo Chun melincur keluar agar bisa membukakan pintu untuk Hyo Woon, tapi ternyata

Hyo Woon malah sudah keluar mendahuluinya.

“Apa aku boleh masuk kedalam?” tanya Yoo Chun.

“Tidak boleh, ”Hyo Woon memang tidak berniat memperhalus kata-katanya. “Dan

mohon besok jangan menemui saya lagi, ok?” Hyo Woon berkata sungguh-sungguh.

“Ya, baiklah....” Yoo Chun erlihat benar-benar kecewa. Meskipun sebenarnya kata-kata

itu tidak mempan untuknya. Yoo Chun meras aneh sendiri mendapati dirinya sudah tidak sabar

untuk menemui Hyo Woon lagi besok.

“Dan sekali lagi terimakasih karena Anda sudah mau peduli dengan anak-anak saya.”

“Anak-eh?”

“Iya. Mereka adlah anak asuh saya dan Junsu. “HyoWoon memberi tahu agar Yoo Chun

tahu sudah sejauh apa hubungannya dengan Junsu.

“Oh-ya. “Yoo Chun berhasil untuk tidak tertawa saat membayangkan Junsu yang

menurutnya masih kekanakan – meskipun punya otak yang briliant di pelajaran – mengasuh

anak-anak yang mungkin akan membuat kepalanya botak. “Kalau begitu aku pergi.” Yoo Chun

pamit.

“Jangan kembali lagi, ya!” seru Hyo Woon sebelum mobil Yoo Chun melesat pergi.

“Dia siapa?” suara ayahnya mengejutkan Hyo Woon. “Pacar barumu, ya?”

Dia bukan siapa-siapa, Ayah.” Hyo Woon menegaskan sebelum ayahnya berpikir

macam-macam. Tapi ayahnya terlihat tidak percaya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 107

“Dia anak orang kaya, kan?”

“Iya. Lalu kenapa, ayah? Aku bahkan tidak akan bertemu dengannya lagi.” Kata Hyo

Woon. “Apa yang Ayah lakukan di luar?” tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Kamu pikir ayah mau duduk berdua dengan pacarmu itu?” raut wajah Ayahnya tiba-

tiba berubah jadi sebal.

“Junsu? Dia sudah disini?” Hyo Woon bergegas masuk ke rumahnya, dan melihat Junsu

sudah berdiri di ruang tamu rumahnya, menunggunya. “Junsu, kamu trlhat berbeda. “Hyo

Woon berjalan lebih dekat, hampir dengan tidak berkedip melihat penampilan Junsu yang

sekarang.

“O – ini ... Junsu hampir melupakan bagaimana panampilannya sekarang karena sibuk

menghibur diri saat melihat Yoo Chun mengantar pacarnya pulang. “Aku hanya mengubah

gaya sedikit. Tidak pa – pa, kan? Tapi kalau kamu tidak suka ya aku akan mengemblikannya

lagi.”

“Aku suka kok.” Hyo Woon sungguh-sungguh. “Tapi kalau sekaranga kita jalan berdua,

akan terlihat jelas kalau aku lebih tua darimu.”

“Memangnya kita hatus peduli dengan hal itu? Hyo Woon, bukankah kita sudah

sepakat untuk....”

“ya, ya..... Aku ingat” Hyo Woon tersenyum melihat ketakutan Junsu. Dia melangkah

maju lagi, kemudian merapikan kerah kemeja Junsu yang sedikit berantakan.

“Aku tidak akan peduli walupun orang lain bilang aku terlalu tua untukmu” Hyo Woon

melnjutkan. Sekarang dia menatap mata Junsu dan tersenyum. “Tapi sekarang aku tidak akan

bisa tenang saat bekerja.”

“Kenapa?”

“Karena sekarang pasti akan ada banyak wanita yang mengejarmu, dan aku tidak bisa

selalu ada didekatmu.”

Junsu menarik Hyo Woon lebih dekat dengannya, hingga tidak ada jarak sesentipun

diantara mereka, kemudian dia memeluk Hyo Woon dengan erat. “Kamu tidak harus selalu ada

didekatku, karena tanpa kamu mintapun aku akan selalu menjaga hati ini untukmu.”

“Itu kata-kata dari novel apa?” tanya Hyo Woon yang masih menikmati pelukan Junsu.

I’m Sorry I Love You but I Lie 108

“Aku lupa. Tapi yang jelas aku serius.” Jawab Junsu. “Hyo Woon.

“Hm - ?”

“Kamu akan menungguku, kan?”

“Tentu.” Jawab Hyo Woon langsung.

“Sampai aku mendapatkan uang untuk menikahimu, kamu akan terus percaya padaku,

kan?”

“Pasti. Aku selalu percaya padamu.”

“Itu benar-benar melegakan. “Junsu memeluk Hyo Woon lebih erat.

.....

Joo Hyun perlahan membuka matanya dengan enggan. Ditambah lagi, seluruh

tubuhnya terasa pegal, dan itu membuat Joo Hyun semakin enggan untuk bangun. Jadi, dia

memutuskan unuk tudur lagi.

Tapi saat akan menarik selimutnya yang merosot, tangannya tanpa sengaja menyentuh

tangan lain yang sepertinya milik Jaejoong. Dengan takut & was-was Joo Hyun membuka

matanya lebar-lebar, & melihat Jaejoong tidur disebelahnya. Panik Joo Hyun kemidian

membuka selimutnya, & lega melihat tubuhnya masih berpakaian lengkap.

Dia tidak mungkin melakukannya, batin Joo Hyun sambil menertawai dirinya sendiri.

Jaejoong bergerak sedikit dalam tidurnya, dan berbalik menghadap Joo Hyun yang

masih bertahan dengan posisi setengah duduk sambil terus menatapnya. Jaejoong terlihat

tenang dan kalem saat tidur, bukannya usil atau banyak tingkah seperti kenyataannya. Orang

yang melihat Jaejoong sekarang pasti tidak akan percaya kalau Jaejoong bukan anak yang baik,

penurut, & penyayang seperti yang digambarkan wajah tampan itu sekarang.

Sadar setelah dirinya dibuat terpesona oleh wajah Jaejoong yang tengah tidur, Joo

Hyun segera mengalihkan matanya ketempat lain. Hanya dengan melihat poster-poster band

rock yang mendominasi dinding kamar Jaejoong, Joo Hyun tahu kalau dia sedang berada di

kamar Jaejoong.

Apa aku mabuk, ya? Joo Hyun mencoba mengingat-ingat. Dia ingat kalau dia tadi

bertemu Top – meskipun sampai sekarang dia masih merasa itu seperti mimpi – lalu minum

bersama Jaejoong dan Top. Tapi setelah itu apa, ya? Joo Hyun mengorek ingatannya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 109

“Aku mencintaimu, ”

Joo Hyun merasa perutnya bergolak saat teringat apa yang Jaejoong katakan padanya

di tengah jalan tadi. Dan sakit di perutnya menjadi lebih berlipat saat dia ingat kalau Jaejoong

tadi juga menciumnya.

“Aarght...!!” Joo Hyun menjerit karena stres.

Jaejoong kemudian terbangun, dan menatap kesekeliling dengan was-was. Tapi tidak

ada apapun yang dia temukan. “Ada apa sich?” dia bertanya pada Joo Hyun yang malah

menangis disebelahnya.

“Apa – yang – kamu lakukan...?” Joo Hyun menutup wajahnya dengan kedua tangan

sambil terus menangis.

“Apa? Aku tidak melakukan apapun!” Jaejoong bingung.

“Oppa.” Ri An yang datang ke kamar Jaejoong karena mendengar teriakan Joo Hyun &

kakaknya secara bergantian. “Oppa – benar-nebar melakukannya, ya?”

“Apa aku tidak melakukan apa-apa!” Jaejoong hampir berteriak agar suaranya tidak

kalah dengan suara tangis Joo Hyun yang semakin menjadi-jadi.

“Kak Joo Hyun yang malang.” Ri An bergumam sambil berlalu pergi tanpa

mengindahkan penjelasan Jaejoong.

“Joo Hyun, aku bersumpah aku tidak melakukan apapun padamu, aku hanya tidur

disebelahmu, itu saja. “Jaejoong mencoba menjelaskan dengan hati-hati. Siapa tahu menjadi

salah paham.

“Kamu tadi menciumku ditengah jalan dan kamu bilang kamu tidak melakukan apa-

apa?” jerit Joo Hyun. Jaejoong sedikit terkejut mendengarnya, tapi kemudian dia tersenyum.

“Oo...itu...” ujarnya, merasa reaksi Joo Hyun itu lucu. “Apa kamu mau aku

melakukannya lagi disisni?”

Jaejoong melompat mundur saat Joo Hyun kembali berteriak. Dia kemudian

membungkan mulut Joo Hyun dengan tangannya, lalu memaksa Joo Hyun berbaring agar

tenang.

“Apa kamu gila?” Joo Hyun bertanya, masih dengan nada tinggi yang melengkung.

I’m Sorry I Love You but I Lie 110

“Tidak. Tadi itu aku serius.

“Kamu benar-benar dibuat gila karena Hyori, ya?!” omel Joo Hyun lagi.

“Tidak. Aku hanya mencintaimu. Apa kamu pikir aku gila?”

“Iya!”

Kedua tangan Joo Hyun sekarang ditahan oleh Jaejoong, dan Jaejoong – dengan jarak

2cm – sekarang menatap wajah Joo Hyun lekat-lekat. Membuat Joo Hyun bungkam.

“Jaejoong – jangan ...” Jaejoong nyaris terisak lagi.

“Jangan apa? Memangnya kamu tau apa yang akan kulakukan?”

“Aku pacar Yoo Chun.”

“Aku tau.”

“Dia sahabatmu.”

“Aku tau.”

“Lalu kenapa kamu lakukan ini padaku?”

“Aku hanya ingin tau sesuatu.” Jaejoong tersenyum, kemudian melepaskan Joo Hyun

dan menegakkan diri lagi. “Dan sekarang aku sudah tau.”

“Apa?”

“Kamu masih menyukaiku.”

Tidak mungkin terlihat jelas diwajahku, kan? Joo Hyun merasa wajahnya memerah.

“Tidak.” elaknya.

“Akui saja. Aku tahu kalau kamu masih mencintaiku.”

“Sok tau.”

“Aku memang tau.” Jaejoong ingin terus memojokkan Joo Hyun.

“Aku tidak – aku hanya mencintai Yoo Chun, dan akan terus begitu sampai kapanpun!”

Joo Hyun beranjak pergi sambil mengambil tas yang ia lihat di dekat meja komputer. Tasnya.

Kemudian dia keluar tanpa mengatakan apapun lagi.

I’m Sorry I Love You but I Lie 111

Jaejoong menatap Joo Hyun yang pergi dengan tergesa-gesa, sampai Joo Hyun

menghilang dari pandangannya. Kemudian dia kembali berbaring untuk melihat langi-langit

kamarnya yang terang. Saat dia mencoba memejamkan matanya untuk tidur lagi, dia diganggu

oleh Ri An yang baru saja masuk kedalam kamarnya, dan ikut berbaring disebelahnya.

“Aku tidak bisa memahami Oppa.”kata Ri An sambil menatap kakaknya.

“Apa tadi kamu menguping?” tanya Jaejoong.

“Iya.” Ri An memang selalu blak-blakan saat bersama Jaejoong. “Oppa benar-benar

masih menyukai Kak Joo Hyun?”

“Memangnya kenapa kamu ingin tau?” Jaejoong balas bertanya.

“Aku hanya ingin tau saja.” Sebenarnya dirumah itu hanya Ri An yang memiliki sifat

yang sama seperti Jaejoong. Terlihat acuh tapi sebenarnya peduli. Ri An meniru sikap itu dari

kakaknya. “Sebenarnya aku lebih suka kalau Kak Joo Hyun jadi kakak iparju, dari pada Kak

Hyori.”

“Kenapa? Apa karena kamu & Joo Hyun sama-sama penggemar Big Bang? Jadi kalian

bisa sering-sering pergi menonton konser bersama, begitu?”

“Itu salah satu alasannya sich.” Ri An tersenyum seperti Jaejoong. “Tapi menurutku Kak

Hyori itu tidak benar-benar mencintai Oppa. Buktinya dia tidak malu saat berciuman dengan

Top di atas panggung meskipun Top bukan siapa-siapanya, tapi kenapa dia harus malu untuk

memberi tau kalau Oppa pacarnya?”

Jaejoong bukannya tidak memperdulikan hal itu. Dia pernah menanyakan hal yang

sama pada Hyori, tapi Hyori belum pernah memberikan alasan yang jelas tentang kenapa dia

tidak memberi tahu ke semua orang kalau Jaejoong pacarnya.

“Mungkin dia beranggapan kalau aku hanya akan mengganggu karirnya saja.” jawab

Jaejoong. Dia nyaris tidak bisa menutupi senyum sedihnya.

“Pasti iya. Oppa kan suka membuat masalah.” ledek Ri An yang langsung mendapat

lemparan bantal tepat diwajahnya.

“Coba katakan lagi!” Jaejoong berganti ke posisi miring dan dengan usil menggelitiki

perut Ri An sampai membuat adik perempuannya itu terpingkal-pingkal.

I’m Sorry I Love You but I Lie 112

“Oppa jelek! Pembuat masalah! Galak!” Ri An terus meledek ditengah usahanya untuk

menghalangi Jaejoong menggelitiki perutnya. Setelah kurang lebih 2 menit yang menyiksa

terlewati oleh Ri An, mereka akhirnya berhenti saling menyerang.

Jaejoong meletakkan salah satu tangannya diatas tubuh kurus Ri An untuk

memeluknya. Ri An juga melakukan hal yang sama.

“Tapi aku menyayangi Oppa.” ujar Ri An yang masih sedikit terengah karena terlalu

banyak tertawa.

“Sayangnya aku tidak menyayangimu.” gurau Jaejoong yang membuat Ri An langsung

mengerucutkan bibirnya. “Aku bercanda Oppa juga menyayangimu.” kata Jaejoong kemudian,

memeluk adik satu-satunya dengan lebih erat.

“Oppa?” suara Jaejoong semakin tidak jelas. Dia benar-benar mengantuk sekarang.

“Apa Oppa masih menyukai kak Joong Hyun?”

“Aku tidak tau.”

“Apa Oppa akan mengkhianati kak Yoo Chun?”

“Aku tidak tau.”

“Lalu apa yang Oppa tau?”

“Aku tidak tau....” suara Jaejoong benar-benar menghilang sekarang, dan dia hanyut

dalam tidurnya dengan perasaan tidak tenang. Kemudian mimpi itu datang.

I’m Sorry I Love You but I Lie 113

Just love you

No more...

“Ada apa dengan wajahmu?” tanya Junsu saat melihat wajah kusut Jaejoong yang baru

saja datang ke studio.

“Tidak pa-pa hanya mimpi buruk.” Jaejoong menjawab tanpa semangat. Dia

mengnambil tempat di sebelah Yoo Chun yang tengah sibuk chatingan, entah dengan siapa

dan merebahakan diri di sofa yang nyaman itu.

“Apa mimpi dikejar babi hutan lagi?” Yoo Chun ikut nimbrung meskipun matanya

masih terpaku layar ponselnya.

“Ya, aku bermimpi babi hutan itu berubah menjadi Micky Yoo Chun.”

Tinju ringan Yoo Chun melayang dibahu Jaejoong. “Lalu bagaimana? Apa aku berhasil

meggigit pantatmu?” balasnya ngaco.

“Tidak, kamu bilang kamu mengejarku karena kamu menyukaiku.” Jaejoong membalas

dengan asal, keduanya tertawa bersama.

“Aku sudah selesai!” Junsu menutup laptopnya setelah menyelesaikan tugas mereka

bertiga.

“Sudah semuanya?” Yoo Chun bertanya dengan kagum.

“Aku akan dapat nilai A+ , kan?” tanya Jaejoong menuntut.

“Tidak tau.” Junsu melepas lelah dengan mengulat sambil berdiri. “Aku lelah sekali.”

“Eh-Junsu, aku baru sadar kalau kau sudah tidak memakai kaca mata lagi.” Jaejoong

memperhatikan penampilan Junsu dengan lebih teliti lagi.”Apa yang terjdi denganmu?”

tanyanya ingin tau.

“Hyori yang melakukya.” jawab Junsu dengan sedikit malu.

“Tentu saja, ” Yoo Chun menyahut. Sekarang dia tidak lagi terpaku pada ponselnya.

“Hyori memang punya selera yang bagus soal style. Lihat saja Junsu kita!” Yoo Chun

mengawasi Junsu dari ujung rambut sampai ke ujung sepatunya. “Coba aku yang dapat jatah

Hyori, pasti menyenangkan.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 114

“Apa kau mendapat tamparan dari pacar Junsu lagi?” Jaejoong dengan cepat

mengalihkan Topik tentang Hyori.

“Apa – tidak!” Yoo Chun mengelak sambil menjauh saat Jaejoong ingin melihat pipinya

lebih dekat.

“Lalu kenapa masih ada bekas tamparan lagi disitu?” Jaejoong ingin tau. Wajahnya

sudah menggambarkan kalau dia ingin menertawai Yoo Chun sekarang, sementara Junsu

sudah terang-terangan tertawa di belakangnya.

“Tidak! Ini bekas tamparan yang semalam....”

“Tidak mungkin. Tadi pagi saja tidak semerah itu.” kata Jaejoong. “Iya, kan, Junsu?”

Junsu mengangguk dengan keras. “Itu pasti masih sakit. Hyo Woon-ku memang punya

kekuatan tangan yang super.”

Jaejoong tertawa bersama Junsu dengan hebohnya, membuat wajah Yoo Chun

semakin merah karena malu & kesal. Keduanya masih tertawa saat pintu studio kembali

terbuka, & Top masuk dengan wajah sumringah.

“Hai semuanya! Apa aku mengganggu?” sapa maknae yang baru saja tiba itu.

“Top!” Yoo Chun berdiri untuk menyambut teman yang dia kenal lewat Jaejoong itu.

“Aku dengar kamu sedang sibuk dengan tour Big Bang?”

“Ya. Tapi aku juga merindukan tempat ini. Jadi aku mampir sebentar.” Top duduk

disebelah Yoo Chun.

“Kalian tidak menyapanya?” Yoo Chun bertanya pada dua sohibnya.

“Kami sudah bertemu tadi.” jawab Jaejoong. Junsu ikut mengangguk. “Kau juga?”

Jaejoong tidak tahu kalau kalau Junsu sudah bertemu Top juga, jadi dia heran.

“Iya. Di tempat fashion show Hyori tadi.” Junsu menjelaskan.

“O, ” Jaejoong tidak menunjukkan keterkejutannya. “Kenapa kau tadi tiba-tiba pergi?”

dia bertanya pada Top.

“Aku mengejar Hyori.” Top menunggu reaksi Jaejoong selanjutnya. Dia benar-benar

akan mencari tahu kebenarannya sekarang, karena dia sudah sangat penasaran, dan mulai

sekarang dia akan terus mangawasi.

I’m Sorry I Love You but I Lie 115

“Hyori ada di sana?” Jaejoong berpura-pura terkejut dengan baik. Padahal dia

memang melihat Hyori tadi ada disana, hanya saja dia tidak mengenali kalau cowok disebelah

Hyori tadi Junsu. “Aneh, kenapa aku tidak melihatnya?”

“Mungkin karena Hyung sedang sibuk dengan Joo Hyun.”

“Sibuk apa?” tanya Yoo Chun ingin tahu.

Disebelah Jaejoong, Junsu pura-pura sibuk membuka laptopnya lagi. Dia punya firasat

kalau Top sedang berusaha menyelidiki mereka.

“Kami hanya bermain.” Jaejoong menjawab tanpa membalas tatapan Yoo Chun.

“Jadi Joo Hyun sudah bertemu Top?” Yoo Chun bertanya lagi, tapi kali ini dia tidak

membutuhkan jawaban. “Dia pasti akan jadi menyebalkan besok.” keluhnya. “Kalian bermain

apa sich?”

“Kami hanya taruhan minum, dan yang kalah harus menyangyi sambil telanjang

ditengah jalan”.Top menjawab, mewakili Jaejoong yang sebenarnya tak ingin menjawab.

“Joo Hyun ikut minum?” Yoo Chun tidak bisa mempercayai apa yang akan dijawab Top.

“Ya, dia ikut”.

“Dan dia kalah?” Yoo Chun nyaris ingin menarik kerah baju Top.

“Iya, dia kalah”.

“Dan dia bernyangyi ditengah jalan sambil telanjang ?” tangan Yoo Chun sudah menarik

jaket Top.

“Tidak. aku tidak mungkin membiarkannya, kan?” sahut Jaejoong yang langsung

mengendorkan otot-otot Yoo Chun yang sudah menegang.

“Astaga...kalau dia benar-benar melakukannya...” Yoo Chun hampir tidak bisa

melanjutkan kata-katanya.”Kenapa kalian tidak melarangnya untuk tidak minum sich?”

tuntutnya pada Jaejoong dan Top.

“Kan asyik kalau melihat Joo Hyun mabuk.” Jaejoong mencoba bercanda, tapi Yoo Chun

menganggapnya lain.

“Asyik apa? Supaya kau bisa menciumnya?” tanya Yoo Chun yang ingat saat Jaejoong

mencium Joo Hyun beberapa hari yang lalu. “Pokoknya kalau kau sampai mencium Joo Hyun

I’m Sorry I Love You but I Lie 116

lagi, aku tidak peduli dengan peraturan sialan itu – aku tidak akan berpura-pura tidak tau, aku

akan – ”

“Peraturan apa sich?” Potong Top yang sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak

bertanya langsung. “Sebenarnya apa yang sedang kalian mainkan sich?”

Jaejoong, Yoo Chun, dan Junsu sekarang saling menatap satu sama lain.

Ini salahmu, dasar bawel! Jaejoong mengirimkan pesan itu lewat tatapannya.

Maaf, Yoo Chun menunjukkan wajah penuh penyesalan pada kedua sahabatnya.

Sekarang bagaimana? Wajah bertanya-tanya Junsu sama sekali tidak membantu.

Jaejoong akhirnya bersuara. “Tidak ada pilihan lain.” dia mengambil nafas dalam-dalam.

“Ini sebenarnya rahasia, jadi kalau kami beritahu, kau akan tutup mulutkan?”

“Aku akan tutup mulut.” Top berjanji.

“Kami sedang bertaruh, ” Jaejoong memberitahu dengan ragu.

“Bertaruh untuk apa?”

“Make your friends girlfriend lovin you.” jawab Jaejoong yang sudah bisa menebak akan

seperti apa reaksi Top.

“Gila!” Top memukul paha Yoo Chun tanpa sadar, membuat Yoo Chun meringis

kesakitan karenanya. “Hyung mengajak Yoo Chun dan Junsu bertaruh untuk permainan gila

itu?” tanyanya masih histeris.

“Memangnya kau tahu itu permainan apa?” tanya Yoo Chun yang masih sakit hati

karena Top memukulnya tanpa alasan, meskipun dia tahu Top melakukannya tanpa sengaja.

Dia hanya berada ditempat yang salah saat Top tidak benar-benar bisa menahan tangannya

karena terkejut.

“Tentu saja! Hyung pernah mengajakku bermain itu waktu aku masih di trainee. Iya, kan,

Hyung?”

Jaejoong hanya memberikan jawaban dengan mengangguk singkat.

“Tapi aku menolaknya karena waktu itu aku tau Hyung menyukai pacarku.” Top

melanjutkan. “Bayangkan saja....”

I’m Sorry I Love You but I Lie 117

“Cih! Dasar bawel, ” gumam Jaejoong yang melompat ke belakang sofa, dan pergi untuk

mengambil beberapa soda, sementara Junsu dan Yoo Chun dengan serius mendengarkan Top

yang berceloteh tentang Jaejoong dulu. Ya, salah satu sikap Top yang menurut Jaejoong

menyebalkan adalah saat Top sudah asyik berbicara, dia akan mulai membeberkan hal-hal lain

yang sebenarnya rahasia.

Saat dia kembali ke sofa, dia mendapati ketiga sahabatnya kini menatapnya dengan

tatapan menuduh.

“Apa?”tanya Jaejoong binggung, tapi dia tidak terlalu memperdulikannya. Dia

meletakkan soda dan kripik kesayangannya di atas meja dan mulai memakannya sendiri. Tapi

kemudian dia berhenti saat menyadari Top, Yoo Chun dan Junsu ternyata masih terus

menatapnya. “Ada apa sich?”tanyanya menuntut. Dia merasa tidak nyaman diawasi seperti itu.

“Kau masih menyukai Joo Hyun kan?” tanya Yoo Chun langsung memojokkan.

“Tidak.”

“Kau sengaja membujuk kami untuk ikut permainan gilamu itu agar kau bisa membuat

Joo Hyun menyukaimu lagi. Iya, kan?”

“Tidak!”

“Top bilang tadi kau mencium Joo Hyun-ku lagi.” Yoo Chun merasakan tangannya

mengepal semakin kuat. “Apa kau selalu memberikan ciuman untuk bisa mendekati wanita?”

“Tidak!” elak Jaejoong. Tiba-tiba saja merasa marah. Memangnya Yoo Chun pikir dia

pecandu ciuman.

“Benar. Berarti kau memang masih menyukai Joo Hyun...”

Jaejoong merasa dirinya benar-benar bisa meledak sekarang. Dia membalas tatapan

marah dan kecewa Yoo Chun dengan penuh kekesalan. Tapi sebelum dia menyangkal, Top

sudah mendahuluinya.

“Hyung selama ini aku selalu diam saja melihatmu mempermainkan banyak wanita, tapi

kalau wanita itu pacar sahabatmu-aku-“

“Apa?” potong Jaejoong marah. Kemarahannya sudah meledak sekarang. “Kau tidak

tahu apa-apa, jadi tutup mulut saja!”semburnya.

“Jadi aku salah?” Yoo Chun menuntut jawaban.

I’m Sorry I Love You but I Lie 118

“Ya, kalian salah!” Jaejoong balas berteriak. “Kalau aku masih menyuakinya, aku akan

bertindak lebih jauh dari ini, bodoh!” dia mengkhususkan kata terakhirnya untuk Yoo Chun

yang terlihat masih belum percaya.

“Tapi kau masih menyimpan foto Joo Hyun ...”Junsu ikut bersuara. Sebenarnya dia yang

paling takut kalau menghadapi emosi Jaejoong yang naik turun itu.

Jaejoong mengeluarkan ponsel dan dompetnya, lalu melemparnya ke pangkuan Junsu.

Junsu mengambil ponselnya dan Top memeriksa dompetnya.

“Aku tidak hanya menyimpan foto Joo Hyun saja tahu!” kata Jaejoong , masih dengan

nada marahnya, tapi sudah tidak setinggi tadi.

Junsu membuka galeri foto sekali lagi, tapi yang dia lihat memang bukan foto Joo Hyun

saja, tapi ada foto mereka dan Hyori juga. Bahkan ada foto saat Joo Hyun dan Yoo Chun

berciuman. Tapi yang paling banyak adalah foto Hyori, dan Top merasa bersalah saat melihat

tidak ada foto lain di dompet Jaejoong kecuali foto saat Hyori dan Jaejoong bersama.

“Coba aku lihat!” Yoo Chun memeriksa sendiri koleksi foto Jaejoong dan setelah melihat

semua isinya, perasaan marahnya berubah menjadi malu.

“Kalian sudah tau, kan?” Jaejong berbicara dengan sewot. Sebenarnya dia juga malu

sudah berteriak-teriak seperti tadi, apalagi hanya karena salah paham yang sebenarnya bisa

dia selesaikan dengan baik-baik. Tapi salah satu sifat terburuknya itu memang gampang

meledak.

Jaejong meminum sodanya untuk mendinginkan dadanya yang terasa panas. Saat dia

menurunkan kaleng sodanya, dia melihat wajah tersenyum Yoo Chun yang masih menyebalkan

menurutnya, tapi itu melegakan.

“Apa?” Jaejong masih sewot. “Minta maaf?”

Yoo Chun meringis. “Maaf. Aku terlalu marah waktu Top bilang kalau tadi kau

mencium Joo Hyun lagi.”

Jaejong hanya mengerucutkan bibirnya.

“Tapi bisa tidak kalau kau tidak mencium Joo Hyun lagi?” pinta Yoo Chun. “Aku dan

Junsu kan tidak bertindak sejauh itu...”

“Junsu iya!” Top menyela.

I’m Sorry I Love You but I Lie 119

Junsu langsung melotot padanya untuk memberi isyarat agar Top tidak membocorkan

apa yang tadi dia lakukan pada Hyori. Tapi Jaejong sekarang sudah beralih menatapnya.

“Junsu tadi mencium Hyori.” Top memberitahu yang lain.

“Mencium bibirnya?” Yoo Chun bertanya langsung dengan tidak percaya.

“Hanya sedikit.” Junsu menunduk. Dia tidak ingin tahu bagaimana reaksi Jaejoong

sekarang. Karena takut itu akan membuat niatnya untuk terus mendekati Hyori agar menang

jadi urung.

“Kenapa hanya aku sich yang paling tidak beruntung di permainan ini?” Yoo Chun

mengeluh pada lampu di atasnya.

“Apa Hyo Woon benar-benar sulit untuk dicium?” tanya Jaejoong yang merasa sedikit

kasian pada Yoo Chun.

“Tidak tau sich, aku belum mencoba...”

“Jangan!” Junsu mendadak histeris, membuat Yoo Chun yang duduk di sebelahnya

terkejut. “Jangan mencium Hyo Woon, ok?”

“Kenapa? Kau sudah mencium Hyori, lalu kenapa aku tidak boleh mencium Hyo Woon?

Kan tidak adil!”

“Oke, terserah!” Junsu akhirnya menyerah untuk berargumentasi, toh dia juga malu

kalau Yoo Chun sampai tau rahasianya, bahwa selama 2 tahun berpacaran dengan Hyo Woon

dia belum pernah benar-benar berciuman dengannya, “Tapi jangan lama-lama, ya!”

“Itu tergantung ...” Yoo Chun mulai membayangkan hal-hal yang dilakukan Junsu, dan

itu terlihat jelas diraut wajahnya saat ini.

Lima menit kemudian langsung tanpa suara.

Jaejoong dan Yoo Chun duduk bersandar pada sofa sambil menatap langit-langit yang

berwarna merah gelap. Junsu masih bertahan menunduk, menatap sepatunya yang baru, dan

Top masih melihat-lihat foto di dompet Jaejoong.

“Kalau ada kartu kredit yang hilang, awas.” Jaejoong iseng mengancam Top saat Top

akan mengambil fotonya besama Hyori yang ada di dompet.

I’m Sorry I Love You but I Lie 120

“Hm, ” Top urung mengambil foto itu. Dia kemudian menutup dompet Jaejoong dan

mengembalikannya pada si pemilik. Lalu dia ikut bersandar seperti Jaejoong dan Yoo Chun.

“Hyung.”

“Hm-?”

“Maaf soal tadi.”

“Aku juga.” Junsu ikut menyahut, meskipun kepalanya masih tertuduk.

“Tidak masalah.”

“Hyung , ” panggil Top lagi.

“Apa?”

“Aku sudah mengajak Hyori untuk bekerja sama, ”

“Lalu?”

“Hyori mau.”

“Lalu masalahnya apa?”

“Kalau Hyung tidak menyukainya, aku aku bisa mengambil model lain.” kata Top

serius.

“Aku memang tidak menyukainya, tapi aku mau Hyori mendapatkan job itu.” Jaejoong

jujur. Kerja sama itu bagus untuk Hyori. Gadis jahat itu pasti akan baik-baik saja, pikir Jaejoong

tenang. Sudah dia putuskan akan memanggil Hyori gadis jahat, walaupun dia tau Hyori

sebenarnya baik.

“Tidak pa-pa kalau ada adegan romantisnya disitu?”

“Terserah.”

Junsu yang merasa Jaejoong baru saja melirik ke arahnya kini menunduk semakin

dalam.

Yoo Chun tersentak bangun saat ponselnya tiba-tiba berbunyi. Sebuah telfon dari

rumah. “Iya, iya, iya, eomma.. aku akan kesana sekarang...iya, dag!” Yoo Chun bangkit, lalu

memakai baju hangatnya dengan terburu-buru. “Aku pergi dulu, bye!” pamitnya pada yang

lain.

I’m Sorry I Love You but I Lie 121

“Dia mau kemana?” tanya Top pada Jaejoong yang juga mengawasi kepergian Yoo

Chun yang kilat itu.

“Tidak tau.”

“Aku juga pergi dulu!” Junsu melesat menyusul Yoo Chun yang sudah tidak terlihat

lagi. Dia bahkan tidak langsung memakai mantelnya.

“Mereka kenapa sich?”

“Pasti kencan.” jawab Jaejoong mengira-ngira. Top menangkap nada iri dari suaranya,

dan Jaejoong menyadari hal itu karena sekarang Top menatapnya dengan penuh selidik. “Mau

melihat lagu barumu? Aku baru saja mengarangsement ulang kemarin...”

“Hyong, ” Top mengabaikan tawaran Jaejoong. “Apa kau mau menceritakan apa yang

sebenarnya terjadi antara Hyung dan Hyori?”

“Tidak.” Jaejong bangkit dengan malas. “Aku tidak mau membahas masalah itu.”

“Tapi-”

“Kau mau mendengarkan lagunya atau tidak?” Jaejoong berusaha mengalihkan

pembicaraan lagi.

“Siapa tau aku bisa membantu...” Top masih bertahan

“Kau tidak akan bisa...”

“Apa kalian sudah putus?”

“Tidak. Kami belum putus. “ Jaejoong menjawab tanpa minat. “Ini terakhir kalinya aku

menawarkan, kau mau mendengarkan lagunya atau tidak?”

“Iya. Iya”

.....

“Aku mencintaimu.”

“Aku mencintaimu.”

“Argh...! Aku bisa gila kalau begini terus!” Joo Hyun mengeluh karena kesal, sementara

ingatan tentang ucapan Jaejoong tadi tidak mau pergi dari kepalanya. Semua ini terlihat

seperti lelucon untuknya. Kata-kata Jaejoong tadi, dan juga ciuman itu. Dia tudak tau kenapa

I’m Sorry I Love You but I Lie 122

dia tidak mau mempercayai Jaejoong. Saat ini hanya satu hal yang dia yakini nyata. Dia masih

mencintai Jaejoong. Joo Hyun sadar perasaan itu terasa semakin nyata sekarang setelah dia

tau Jaejoong ternyata masih mencintainya juga. Tapi untuk meninggalkan Yoo Chun, dia tidak

bisa. Joo Hyun tidak mau.

“Apa sebaiknya aku pindah ke luar negeri saja, ya?” Joo Hyun menimbang-nimbang.

“Pasti akan mudah bagiku untuk melupakan Jaejoong kalau aku tidak sering-sering bertemu

orang itu...” dia bergumam sendiri sambil melihat ke cermin. Itu ide bagus. “Tapi bagaimana

dengan Yoo Chun?”

“Joo Hyun, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Ny.Shin, ibu Joo Hyun, yang baru

saja masuk ke kamar putri sulungnya. “Keluarga Yoo Chun sudah menunggu di bawah, ayo

cepat turun!”

“Iya, eomma.” Joo Hyun beranjak tanpa semangat.

Yoo Chun dan kedua orang tuanya sudah siap di ruang makan yang sekarang mejanya

penuh oleh makanan-makanan yang masih mengepul.

Yoo Chun segera berdiri dan menarik kursi disebelahnya agar Joo Hyun bisa duduk

disana.

“Kamu terlihat lebih cantik.” puji Ny.Park pada Joo Hyun yang baru saja mengenyakkan

diri.

Joo Hyun hanya menanggapi pujian itu dengan tersenyum. Tidak tau kenapa, mulutnya

tadi terasa kaku untuk berbicara. Dia mulai berfikir kalau itu mungkin efek samping dari

ciuman Jaejoong tadi, mungkin.

“Karena semua sudah berkumpul di sini, ayo kita mulai makan malamnya!” seru ayah

Joo Hyun bersemangat.

Yoo Chun sadar dia tidak menyentuh makanannya sama sekali, tapi dia terus

mengamati Joo Hyun yang tengah makan dengan lahapnya, atau lebih tepatnya bibir Joo Hyun.

“Ada apa?” tanya Joo Hyun yang merasa diawasi terus oleh Yoo Chun. “Kamu tidak

makan?”

“Em- ada sesuatu di bibirmu.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 123

“Benarkah?” tangan Joo Hyun bergerak untuk mengusap bibirnya yang mungkin

belepotan oleh makanan. Tapi tiba-tiba Yoo Chun menahan tangannya, dan Yoo Chun

menyodongkan wajahnya, kemudian mencium bibir Joo Hyun.

Ny.Park sampai tersedak sementara yang lainnya bengong melihat aksi Yoo Chun.

Joo Hyun membiarkan matanya terpejam, dan merasakan air matanya jatuh

membasahi pipinya. Yoo Chun pasti tau kalau tadi Jaejoong menciumnya, pikir Joo Hyun

merasa bersalah.

“Y-Yoo Chun... ” Tuan Park menegur anaknya dengan perasaan malu. “Ap-apa yang

kamu lakukan? K-Kita sedang makan...”

Yoo Chun menarik dirinya sambil tersenyum pada Joo Hyun yang wajahnya sekarang

memerah.

Aku hanya mengekspresikan perasaanku.” Yoo Chun tersenyum pada yang lain,

membuat semua orang di meja itu tertawa termasuk Joo Hyun yang dengan malu mengusap

air matanya.

“Sepertinya kalian sudah siap untuk menikah” kata Ny. Shin yang sebenarnya menyindir

Yoo Chun yang selama ini menolak untuk membicarakan masalah pernikahan.

“Kelihatannya memang begitu” Tuan Shin setuju.

“Bagaimana kalau kalian menikah bulan depan?”

“Menikah?” Joo Hyun bertanya dengan gugup. Menikah dengan Yoo Chun adalah

mimpinya sejak lama, tapi sekarang setelah dia tau Jaejoong masih menyukainya.....

“Yoo Chun, kamu setuju, kan?”

Yoo Chun menatap Joo Hyun dan melihat ketakutan yang sejak lama dia rasakan kini

terlihat nyata di wajah Joo Hyun. Tapi bagaimanapun juga, dia tidak akan membiarkan Yoo

Chun jatuh karaena Jaejoong. Bukan karana dia takut akan kalah taruhan, tapi yang lebih dia

takutkan adalah reaksi Joo Hyun nanti kalau sampai Joo Hyun tau kalau dia hanya

dipermainkan.

“Lebih cepat lebih baik.” jawab Yoo Chun yang membuat Joo Hyun terkejut.

“Bagus sekali!”

I’m Sorry I Love You but I Lie 124

Yoo Chun meraih tangan Joo Hyun dan menggenggamnya “Kamu mau, kan?”

Joo Hyun menelan ludah dengan susah payah. Tapi kemudian dia hanya menunduk.

Membuat Yoo Chun semakin takut.

“Tidak perlu ditanya lagi, Joo Hyun jelas mau.” Ny. Shin menjawab mewakili putrinya.

“Bukankah selama ini dia yang terus meminta agar kalian cepat menikah?”

“Iya.” Joo Hyun akhirnya menjawab. Dia membalas genggaman tangan Yoo Chun,

membuat Yoo Chun lega karenanya. “Ayo kita menikah” Dengan begitu akau bisa melupakan

Jaejoong. Joo Hyun membalas tatapan Yoo Chun sambil tersenyum. Karena Jaejoong hanya

masa lalu, dan tidak akan ada yang berubah dari masa lalu.

.....

“Aku sudah mempersiapkan semuanya...” Jaejoong berbicara pada Top lewat telepon

sambil memilih buku-buku di perpustakaan – yang jelas bukan buku pelajaran – karena

matanya hanya sanggup bertahan 2 menit saat berhadapan dengan buku pelajaran. “Acara

nanti malam pasti akan sangat menyenangkan!” ujarnya bersemangat.

“Tapi Hyung...” suara Top terdengar menyesal. “Jadwalku hari ini benar-benar padat dan

sepertinya aku tidak bisa datang ke pestamu nanti malam.”

“Tidak apa-apa. Aku bisa mengerti.”

Seorang cewek bertubuh kecil dan berambut pirang menarik perhatian Jaejoong.

Bukan tertarik karena cewek itu memiliki wajah bulat yang cantik, tapi cewek yang tingginya

tidak sampai bahu Jaejoong itu sedang berusaha memanjat lemari buku untuk mengambil

buku Republik of Korea yang ada di rak paling atas.

“Apa Hyung memberikan nomorku pada Joo Hyun?” tanya Top dari seberang.

“Tidak” Jaejoong menjawab sambil berjalan mendekati cewek itu. “Mungkin dia

menodong Yoo Chun untuk membertahukan nomor poncelmu.” Jaejoong menarik pinggang

cewek itu dan menariknya turun sebelum cewek itu berhasil naik rak ketiga.

“Eh-eh apa-apaan ini?” cewek itu ingin memberontak tapi Jaejoong berhasil

menurunkannya sebelum cewek itu membuat rak buku jatuh. “Kenapa kamu menarikku

turun?!”

I’m Sorry I Love You but I Lie 125

“Hyung, kau sedang bersama siapa?” tanya Top yang mendengar ada suara cewek dari

tempat Jaejoong.

“Tidak bersam siapa-siapa.” Jaejoong mengambil buku ‘Republic Of Korea’ dengan salah

satu tangannya, lalu menyerahkan buku itu pada cewek yang tengah menatapnya dengan

mata lebar yang indah. “Ada cewek gila yang berusaha merobohkan rak buku sekolah.”

“Aku tidak berusaha merobohkan rak buku sekolah, dan aku juga tidak gila!”cewek itu

sedikit tersinggung, tapi Jaejoong hanya mengabaikannya, dan berbalik pergi tanpa menoleh

lagi.

“Apa Joo Hyun menerormu lewat telfon?” Jaejoong sedikit tersenyum saat

membayangkan bagaimana wajah Top saat Joo Hyun menerornya.

“Lebih menyebalkan dari meneror, Hyung.”

“Memangnya apa yang lebih mengerikan dari teror Joo Hyun?” Jaejoong

membayangkan perasaannya dulu saat Joo Hyun terus meminta untuk segera menikahinya.

Baginya itu sudah seperti teror.

“Bayangkan saja, saat aku bangun tadi pagi, aku sudah mendapat 70 pesan dari Joo

Hyun yang semua isinya puisi galau!”

“Eh? Dia mengirimimu puisi galau?” Jaejoong hampir tidak percaya. “Memangnya dia

bisa membuat puisi? Nilai bahasanya kan selalu 5.”

“Em... Bukan puisi sih...lebih ke curhatan anak SD kaya’nya.”

“Oke, aku akan bilang pada Joo Hyun untuk berhenti menerormu.”

“Joo Hyun sudah meneror Top, ya?” Yoo Chun yang baru saja muncul di belakang

Jaejoong bertanya tanpa benar-benar penasaran. Dia menarik kursi didepan Jaejoong untuk

duduk. Melihat cara Jaejoong menatapnya sekarang, Yoo Chun tau kalau Jaejoong sudah bisa

menebak bahwa dialah yang memberi Joo Hyun nomor Top. “Mau bagaimana lagi? Dia

meminta dengan mata yang berkaca-kaca, aku kan tidak tega.” dia menjelaskan.

“Aku sudah dengar sendiri, kan, Top?” Jaejoong kembali berbicara lewat telfon.

“Berarti Micky yang harus bertanggung jawab.”

“Tentu saja dia yang harus bertanggung jawab...”Jaejoong meneruskan pada Yoo Chun.

I’m Sorry I Love You but I Lie 126

“Iya, iya....aku dengar.” balas Yoo Chun keras-keras agar Top bisa mendengar. Dia selalu

saja memanggilku Micky, ” dia bergumam lirih, kesal. “Kenapa hanya kau saja yang dipanggil

‘Hyung’?Aku kan juga lebih tua dari dia!” Yoo Chun memprotes pada Jaejoong yang hanya

nyengir.

“Kau juga seharusnya memanggilku ‘Hyung’, kan?” Jaejoong iseng mengingatkan.

“Oh, ye, Hyung!” balas Yoo Chun agak kasar.

“Ngomong-omong, kapan Hyori akan mulai syuting bersama kalian?” tanya Jaejoong

kemudian.

“Lusa, mungkin. Aku tidak tau pasti, nanti akan kutanyakan.”

“Tidak usah. Aku juga tidak ingin tau.”

Terdengar suara Top tertawa diseberang sana. “Kalau tidak ingin tau kenapa Hyung

bertanya?”

“Ah...lupakan saja!”

“Ee – tunggu! Jangan ditutup dulu, Hyung!”

“Ada apa lagi? Tadi kau bilang sedang sibuk, kan?”

“Memang. Tapi ada yang harus kuberitahukan.”

“Soal apa?”

“Kemarin saat Junsu menembak Hyori, Hyori mengajukan syarat.”

“Lalu apa?”

“Hyung, aku mengenal Hyori sejak lama, lebih lama darimu.”

“Apa kau sedang mencoba membuatku cemburu?”

“Tidak, Hyung. Aku hanya mengkhawatirkan Junsu. Dulu aku juga pernah menembak

Hyori, dan dia mengajukan syarat yang...ehm –” Top tidak menyelesaikan ucapannya, tapi

langsung mengalihkan ke Topik lain. “Sebaiknya Hyung mengecek sendiri. Hyori menyuruh

Junsu datang ke apartement-nya pagi ini.”

“Apa mak –” telfon sudah ditutup sebelum Jaejoong selesai bertanya.

“Ada apa?” tanya Yoo Chun penasaran melihat wajah kesal Jaejoong.

I’m Sorry I Love You but I Lie 127

“Aku akan keluar sebentar.”

“Kemana?”

“Apartement Hyori, ”

“O, ” tadinya Yoo Chun mengira Jaejoong akan pergi menemui Joo Hyun. Dia belum

berencana untuk memberitahu Jaejoong soal pernikahannya dengan dengan Joo Hyun, tapi

sampai saat itu tiba dia akan berusaha menghalangi Jaejoong agar tidak bertemu Joo Hyun,

meskipun itu artinya dia harus berbuat curang. “Pergi saja, aku juga akan pergi setelah ini.”

“Memangnya kau pikir aku akan mengajakmu?” Jaejoong beranjak bangun lebih dulu.

“Jangan lupa datang nanti malam! Aku akan mengirimkan alamatnya nanti.” dia mengingatkan

sebelum berbalik pergi.

.....

Junsu memencet bel apaertement Hyori dengan tidak percaya diri.

“Hati-hati saja, ok?Biasanya persyaratan Hyori itu aneh-aneh, dan...berbahaya.”

Junsu tidak bisa mengabaikan kata-kata Top itu begitu saja. Sejak semalam, dia sudah

merasa cemas membayangkan persyaratan apa yang akan Hyori berikan. Kalau Hyori

menyuruhnya menyelam di sungai Han, Junsu lebih memilih mundur saja.

Karena menunggu sambil melamun, Junsu sedikit terkejut saat Hyori membuka pintu

apartement-nya.

“Oh – ! Maaf mengejutkanmu.” Hyori benar-benar mennyesal.

“E – em tidak pa-pa, ”

“Ayo pergi!” ajak Hyori langsung tanpa mempersilahkan Junsu masuk lebih dulu.

“Kemana?”

“Sungai Han.”

“Eh –?” Junsu menelan ludah dengan susah payah. Sepertinya Hyori memang akan

menyuruhnya menyelam di sungai Han . “Sekarang ini kan musim dingin, kenapa malah ke

sungai?” dia mencoba ngeles.

“Justru karena ini musim dingin. Salju disana pasti sangat indah.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 128

“Dimana-mana salju kan sama, suma putih-putih itu aja.” ujar Junsu, tapi tidak terdengar

oleh Hyori yang sedang mengambil kunci mobilnya di dalam.

“Kamu yang menyetir, ya!” Hyori memberikan kunci mobilnya pada Junsu.

......

“Anak perawan bangun lebih dari jam 8, benar-benar memalukan! Apa kau keluyuran

setiap malam? Sapiku saja bisa bangun lebih awal...”

Hyo Woon terus cemberut saat membut sarapan, sementara ayahnya terus berceramah

dibelakang punggungnya.

“Kalau ibumu melihat kelakuanmu sekarang, dia pasti akan sangat kecewa...”

“Ayah!” Hyo Woon menatap ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca, tapi dia tidak

menangis, meskipun dia selalu ingin menangis saat teringat almarhum ibunya. “Aku kan baru

telat sekali...”

“Tetap saja itu tidak baik, mengerti?” tegas Tuan Lee. “Dan jangan menatapku denga

mata yang berair seperti itu lagi!”

“Iya.”

Bel rumah berbunyi. Tuan Lee bergegas pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang.

“Siapa –?” Tuan Lee menatap Yoo Chun dari ujung mantel sampai ujung sepatu yang

semuanya terlihat bermerek, lalu mengerling mobil mewah berwarna merah terang yang

terparkir di depan pagar rumahnya.

“Anyeonghaseyo, abeoji!” Yoo Chun menyapa dengan bersemangat, sampai-sampai

suaranya terdengar oleh Hyo Woon yang langsung mengintip dari dapur.

“Kamu yang mengantar Hyo Woon pulang, kan?” tanya Tuan lee yang hanya ingat mobil

Yoo Chun yang semalam mengantar putrinya pulang.

“Ne, abeoji!”

“Abeoji?” Tuan Lee tertawa membahana. Anak orang kaya memang selalu tau

bagaimana cara mengambil hati orang tua pacarnya, pikirnnya.

“Yoo Chun ssi, saya sudah mengingatkan Anda untuk tidak datang lagi, kan?” sembur

Hyo Woon dari dapur.

I’m Sorry I Love You but I Lie 129

“Itu kan kemarin.” balas Yoo Chun. “Lagipula, ayahmu pasti mengijinkan. Iya, kan,

Abeoji?”

“Tentu saja! Silahkan masuk!” Tuan Lee minggir untuk mempersilahkan Yoo Chun

masuk. “Kami baru saja akan sarapan...”

“Ayah!”

I’m Sorry I Love You but I Lie 130

Sorry, beby...

Mobil Hyun berkali-kali oleng, bahkan nyaris keluar dari jalur. Itu semua karena Junsu

yang tidak bisa berkonsentrasi saat menyetir mobil, bahkan kalau Junsu bisa berkonsentrasi,

Hyori tidak yakin kalau Junsu bisa menyetir dengan baik. Tangan Junsu terlalu kaku saat

memegang stir mobil, dan terlalu banyak keringat yang keluar dari dahinya sehingga kaca

matanya sering merosot, dan Junsu dengan gelagapan membenarkan kaca matanya dengan

salah satu tangannya.

“Pinggirin aja mobilnya!” perintah Hyori saat terakhir mobilnya nyaris terserempet truk

pengangkut barang.”

“Eh?”

“Sekarang!”

Junsu menurut. Dia memutar stir terlalu cepat, bahkan lupa menyalakan lampu sehingga

mobil dibelakangnya nyaris menabrak. Tapi mereka berhasil sampai ke pinggir dengan selamat.

“Sungai Han kan masih jauh.” kata Junsu, menyeka wajahnya yang berkeringat dengan

gugup.

“Biar aku saja yang menyetir.” Hyori memutuskan. Menyesal karena tidak melakukan hal

itu dari awal.

“Oh.”

Mereka kemudian bertukar tempat duduk. Junsu sempat berpikiran untuk kabur

sekarang, tapi kalau dia melakukannya, dia harus berjalan 5 km untuk bisa sampai ke halte

bus. Jadi Junsu urung untuk melakukannya.

Baru 2 menit mereka meneruskan perjalanan, suasana yang hening antara Hyori dan

Junsu itu dipecahkan oleh bunyi dari ponsel Junsu.

“Dari siapa?” tanya Hyori yang heran melihat Junsu tidak yakin untuk mengangkat telfon

itu.

“Dari Jaejoong”

“Tidak pa-pa. Angkat saja!” Hyori tersenyum santai.

I’m Sorry I Love You but I Lie 131

“Eh-halo?” Junsu menyapa dengan suara lirih, takut kalau pembicaraannya dengan

Jaejoong malah membuat Hyori tidak merasa nyaman dengannya meskipun Hyori sudah bilang

tidak pa-pa. “Ada apa?”

“Kalian ada dimana?” tanya Jaejoong yang baru saja mengecek apartement Hyori, tapi

tidak menemukan apapun yang bisa membantunya menemukan dimana keberadaan Junsu

dan Hyori.

“Kenapa kau ingin tau? Apa kau berniat untuk datang?” tanya Junsu curiga.

“Katakan saja kemana kalian pergi! Aku hanya – ”

“Sorry, J!” Junsu langsung menutup telfon sebelum Jaejoong sempat mengumpat.

“Dia pasti sangat kesal sekarang.” kata Hyori tersenyum.

“Biarkan saja.” Junsu cuek. Untuk sebentar, dia lupa untuk apa dia dan Hyori pergi ke

sungai Han. “Kamu tidak mau dia datang mengganggu, kan?”

“Mm, ” Hyori mengangguk.

“Taman bermain itu kelihatannya menyenangkan.” Junsu mencoba mangalihkan

perhatian Hyori. “Bagaimana kalau kita pergi ke sana saja?”

“Lebih cocok kalau kamu pergi kesana dengan anak TK.” jawab Hyori geli. “Kita suadah

sampai.”

Sungai Han sudah terlihat. Sepertinya apa yang Hyori katakan tadi benar. Sungai Han

terlihat begitu menawan dengan salju-salju putih yang berserakan dimana-mana. Junsu

merasa seperti ada di negeri dongeng saja. Tapi mereka tidak turun untuk melihat indahnya

sungai yang selalu dikunjungi oleh pasangan-pasangan muda ataupun tua. Hyori baru

menghentikan mobilnya ketika mereka sudah melewati jembatan.

“Kamu lihat rumah itu?” Hyori menunjuk rumah yang berada terpisah dari rumah-rumah

kecil lain yang berada tidak jauh dari tempat parkir mobilnya.

“Iya. Kenapa? Apa itu rumah saudaramu?”

“Bukan.” nada bicara Hyori sekarang menjadi serius. “Di rumah itu, dulu aku pernah

diperkosa.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 132

“HAH – ?!” Junsu benar-benar terkejut mendengar pengakuan Hyori itu, sampai dia lupa

bagaimana seharusnya dia berekspresi. “K – kamu serius?”

Hyori mengangguk. Kemudian dia tersenyum tipis.

“Apa Jaejoong tau?”

“Tidak. Aku terlalu takut untuk memberitahu dia. Aku takut dia akan jadi risih padaku.”

“Lalu kenapa kamu menceritakannya padaku?”Junsu nyaris tidak berkedip melihat

tatapan Hyori sekarang.

“Akrena ku tau kamu orang yang baik. Setidaknya kamu terlihat lebih baik dari pada

Jaejoong.”

Junsu merasa akan tersedak saat dia menelan ludah.

“Dan aku juga melihat keseriusan kamu.Jadi aku berani mengungkapkan rahasia ini.”

Junsu kembali berkeringat sangat banyak sekarang. Ternyata Hyori menganggap

perasaankku ini seserius itu sampai dia berani mengungkapkan aib sebesar itu padaku. Ya

Tuhan...aku benar-benar merasa bersalah sekarang.

“Jadi, kamu mau membantuku, kan?”

“Membantu apa?”

“Aku ingin melaporkan bajingan yang sudah memperkosaku itu ke polisi, tapi aku tidak

memiliki bukti, da kejadian itu juga sudah terlalu lama.Tapi aku melihat orang-orang itu

sempat mengambil gambar saat mereka memperkosaku waktu itu. Kalau kamu bisa

membantuku untuk mendapatkan bukti itu, aku mau menerima perasaanmu tanpa syarat

apapun lagi.”

Junsu tertegun.Haruskah dia...?

Ini adalah kesempatan besar.Dia akan menang kalau bisa mendapatkan kamera itu

untuk Hyori, dengan begitu dia bisa menikahi Hyo Woon, dan juga membantu Hyori

melaporkan bajingan-bajingan yang sudah memperkosanya ke polisi.Tapi Junsu tidak tau apa

yang akan di hadapinya didalam rumah itu nanti, dan itulah yang membuatnya takut.

Tapi...

I’m Sorry I Love You but I Lie 133

“Baiklah.Aku akan masuk sekarang!”Junsu memantapkan diri. Dia akan masuk, meskipun

itu berisiko.Untuk Hyori.Demi Hyo Woon.

Junsu turun dari mobil dan berjalan dengan cepat menuju rumah yang tadi di tunjuk

Hyori.Sekilas rumah itu terlihat kosong. Tapi ternyata ada banyak motor yang terparkir di

samping rumah tua itu.

Junsu membuka pintu dengan keras.Bukan karena sok berani, tapi karena tangannya

yang grogi itu terlalu ceroboh untuk membuka pintu dengan hati-hati.

Ada 12 aau 15 orang bertubuh sangar yang berada di ruang utama , dan semuanya

menoleh dengan sorot mata tajam saat Junsu masuk.

Junsu memandang sekeliling dengan napas tertahan.Tangannya masih memegang daun

pintu, dan langkahnya siap untuk membawanya lari keluar lagi.Tapi sebuah tangan besar tiba-

tiba saja sudah menarik kerah baju Junsu sampai membuat kaki Junsu terangkat dari tanah.

“Siapa kau?”geram pria yang menarik Junsu itu. Dia berdiri paling dekat dengan pintu.

“A – a—a – a – aku – ” Junsu mencoba membebaskan diri, tapi dia tidak bisa.Dia melihat

pria-pria lain sudah mengambil tongkat kayu yang ada di bawah meja, dan sekarang

mengepungnya. “Ak – aku tidak – bisa – ber – napas – ”

“Biarkan dia bicara dulu, Bok Gu!” kata suara yang lebih kalem.Junsu kemudian

dilepaskan oleh pria yang dipanggil Bok Gu itu.“Apa yang kau inginkan?” tanya suara yang

sama.Junsu menatap pria yang kelihatannya paling kecil diantara yang lain, yang sekarang

sedang berbicara padanya.Dia kemudian menatap ke arah lain. Tidak ada apapun diruanga itu

kecuali bubuk putih yang terrlihat seperti sabu memnuhi meja yang ada di tengah ruangan.

“Aku mencari kamera...” Junsu mulai berbicara, yang sebenarnya malah terdengar

seperti dia sedang mencicit.

“Tidak ada kamera disini!” sahut suara berat yang kasar.

“Pasti ada!” Junsu bersikeras meskipun tubuhnya bergetar hebat dari ujung kepala

sampai ujung kaki. “Kalian menggunakannya saat kalian memperkosa Hyori.”

“Apa?” Bok Gu terlihat siap untuk menghancurkan kepala Junsu. Tapi pria kecil tadi

menahannya.

I’m Sorry I Love You but I Lie 134

“Pekerjaan kami memang kotor, tapi kami tidak pernah berpikiran untuk memperkosa

wanita.” pria itu tersenyum kalem. “Iya, kan teman-teman?” yang lain mengangguk dengan

keras.

“Apa aku bisa percaya?” Junsu tidak yakin. Apa mungkin Hyori berbohong? Tapi itu lebih

tidak mungkin. Untuk apa Hyori mengarang cerita yang buruk tentang dirinya sendiri?

“Anak kecil ini benar-benar minta dihajar.” Bok Gu menggeram.

“Ya. Hajar saja. Tidak ada gunanya berbicara dengan orang yang tidak mau

mendengarkan.”

“Et – tungggu! Tunggu!” Junsu melompat ke pintu, lalu mengeluarkan ponselnya dan

dengan cepat menghubungi Jaejoong. Tapi sebelum Jaejoong mengangkat telfonnya, sebuah

tangan yang berotot sudah menghajar wajahnya, lalu diikuti serrangan-serangan lain yang

tidak bisa Junsu hindari.

Jaejoong kembali ke mobilnya setelah membeli hamburger dan soda karena perutnya

sejak tadi sudah keroncongan. Sambil menyetir dia mulai menyantap hamburgernya. Jaejoong

hanya melirik sekilas nama yang muncul dilayar ponselnya yang terus bergetar.

“Tadi menutup telfonku sebelum aku selesai bicara, sekarang malah gantian

menelfonku.” gumamnya, masih kesal karena sikap Junsu tadi.

Poselnya terus bergetar. Jaejoong berusaha mengabaikan panggilan itu, tapi lama-lama

dia merasa tidak enak juga. Jadi dia menjawabnya.

“Halo?”

Tidak ada jawaban. Yang Jaejoong dengar malah suara rintihan yang tidak lain adalah

suara Junsu, dan sura ribut-ribut yang tidak jelas. Sontak Jaejoong langsung menghentikan

mobilnya, dia bahkan lupa untuk menelan hamburger terakhirnya, yang dia lakukan hanya

mendengarkan suara dari dari ponsel itu dengan seksama, dan satu hal yang bisa dia

simpulkan : Junsu sedang dalam kesulitan.

Khawatir akan nasib sahabatnya, Jaejoong pun segera melacak keberadaan Junsu lewat

GPS, dan setelah menemukan tempatnya dimana, Jaejoong langsung menginjak pedal gas

dalam-dalam, dan meleesat menuju daerah Han.

.....

I’m Sorry I Love You but I Lie 135

“Meja 6, 2 pasta dan 1 salad!” Yoo Chun berteriak ditengah-tengah dapur. Yunho hanya

menoleh sebentar dan melempar pandangan sengit, sementara Hyo Woon yang sibuk

membuat pasta tidak menganggap keberadaan Yoo Chun sama sekali. “Wuach...ini benar-

benar melelahkan.” Yoo Chun berujar pada Hyo Woon. Dia menaruh nampannya, dan

memperhatikan ekspresi wajah kaku Hyo Woon sambil tersenyum. “Aku kira ini pekerjaan

yang mudah, tapi ternyata tidak...”

“Kalau begitu pulang saja, sana!” kata Hyo Woon cuek.

“Ini pesanan meja nomor 20!” Yunho nyaris membanting nampan yang berisi makanan

baru di meja dekat Yoo Chun, lalu pergi begitu saja.

“Tidak mau. Mood-ku sedang baik hari ini.” balas Yoo Chun ceria.

Hyo Woon hanya mengerucutkan bibirnya. “Kalau begitu antar makanannya ke depan,

sana!”

“Dari tadi kau hanya bialng ‘sana!’ 'sana!’ ‘sana!’ untuk mengusirku, kan?” tanya Yoo

Chun.

“Tadi kamu bilang mau membantu. Ya tugasmu kan mengantar makanan, jadi cepat

bergerak, sana!”

“Iya, iya.” Yoo Chun mengalah. “Tapi aku butuh penyemangat dulu.”

“Terserah.” Hyo Woon masih cuek.

“Hyo Woon ssi, ”

“Hm – ?”

Hyo Woon akhirnya menoleh. Saat itulah Yoo Chun mengambil kesempatan. Dengan

cepat dan tidak terduga, Yoo Chun mencium bibir Hyo Woon.

Seisi dapur langsung berhenti bergerak. Hyo Woon yang terlalu terkejut juga tidak bisa

bergerak. Tapi setelah 3 detik lamanya, Hyo Woon mendorong Yoo Chun menjauh, lalu

menampar pipi Yoo Chun. Tidak hanya sekali, tapi 2 kali.

“Anda pikir apa yang sudah Anda lakukan?!” jerit Hyo Woon sebelum berlari keluar

sambil menangis, sementara Yoo Chun membeku ditempatnya berdiri sambil menyentuh

bekas tamparan Hyo Woon.

I’m Sorry I Love You but I Lie 136

.....

Hyori benar-benar terkejut saat Jaejoong dengan sengaja menabrak bagian belakang

mobilnya ketika berhenti. Dia kemudian keluar untuk menghadang Jaejoong, tapi cowok itu

hanya melewatinya begitu saja, dan berlari masuk menuju ke tempat Junsu berada.

Jaejoong menendang pintu sampai terbuka dan membuat 2 orang yang berdiri di balik

pintu itu terdorong dan jatuh. Lalu dia mengambil tongkat kayu yang tergeletakdi dekat

kakinya, kemudian tanpa basa-basi dia menghajar orang-orang yang mengeroyok Junsu.

Junsu sendiri berusaha menjauh dari keroyokan agar tidak terinjak-injak oleh yang lain.

Tapi tubuhnya yang dipenuhi memar dan luka terlalu lemah untuk bergerak.

Jaejoong berhasil melumpuhkan orang terakhir dengan pukulan telak dan membuat

orang itu terkapar seperti yang lain. Dia kemudian menghampiri Junsu yang bersimbah darah

dan tergeletak tak berdaaya.

“Junsu, kau tidak pa-pa, kan?” tanyanya cemas melihat keadaan sahabatnya, tapi Junsu

sekarang sudah tidak sadarkan diri.

“Apa dia terluka parah?” tanya Hyori saat melihat Jaejoong membawa Junsu keluar. Tapi

Jaejoong bersikap seolah dia tidak ada. “Kamu tidak terluka , kan?”

Jaejoong menulikan telinganya. Dia membaringkan Junsu di kursi belakang dan bergegas

kembali ke kursi kemudi.

Hyori mengikuti mobil Jaejoong yang berhenti di rumah sakit, dan dia juga ikut

mengantar Junsu sampai ke ruang ICU.

“Apa keadaannya separah itu?” Hyori merasa bersalah. Sekarang hanya ada dia dan

Jaejoong yang berdiri di depan pintu ruang ICU. “Aku benar-benar tidak bermaksud melukai

Junsu separah itu...”

“Jadi kamu memang berniat untuk membuat Junsu terluka?” tanya Jaejoong marah, dan

perasaannya itu tergambar jelas dari sorot matanya sekarang. Membuat Hyori tertunduk.

“Aku hanya ingin tau keseriusan Junsu – ”

“Dengan membuat dia babak belur seperti itu?” Jaejoong nyaris berteriak karena begitu

marahnya. “Ya Tuhan...” Jaejoong menatap langit-langit koridor dengan frustasi, berharap

keinginannya untuk memukul Hyori segera pergi.

I’m Sorry I Love You but I Lie 137

“Kamu tau kalau Junsu sedang mendekatiku? Dan kamu hanya diam saja?”

“APA ITU PENTING SEKARANG?!” Jaejoong berteriak. Dia tidak peduli Hyori menatapnya

dengan berlinang air mata.

“Sepertinya kamu benar-benar sudah tidak mencintaikku lagi...”

“MEMANG!” orang-orang yang ada di sekitar mereka menoleh dengan ingin tau, dan

ada yang mencela juga. Tapi Jaejoong tidak peduli. “AKU SUDAH TIDAK MENCINTAIMU LAGI

SEKARANG. JADI ENYAHLAH SEBELUM AKU BENAR-BENAR MENGHAAJARMU!!”

“Oke!! Kalau begitu kita putus!!” balas Hyori. Ditengah tangisnya, dia pergi secepat

kakinya bisa membawanya jauh dari Jaejoong.

Jaejoong menghempaskan diri di atas kursi, dan menunggu dengan perasaan bersalah.

Dialah yang memaksa Junsu ikut permainan konyolnya, dan sekarang Junsu terluka karena dia.

Jaejoong tidak akan memaafkan dirinya kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Junsu.

1 jam...... 2 jam.....

3 jam kemudian ruang ICU kembali terbuka. Jaejoong langsung menghampiri dokter

yang menangani Junsu.

“Bagaimana keadaannya, Dok ?”

“Luka-lukanya benar-benar serius. 3 tulang rusuknya patah, dan tulang kaki kirinya

juga retak cukup dalam. Tidak ada pendarahan otak, tapi dia kehilangan banyak darah. Kami

sudah melakukan semua yang kami bisa, tapi sekarang terserah pada yang diatas.”

Jaejoong merasa seluruh tubuhnya lemas. Apa yang harus dia lakukan sekarang ?

Hampir setengah jam berlalu, Jaejoong menunggu Junsu yang baru saja dipindahkan

ke ruang perawatan. Dia terus memikirkan apa yang harus dia lakukan disituasi seperti ini.

Haruskah dia melaporkan Hyori ke polisi sekarang?

Atau dia harus memanggil Hyo Woon sekarang ?

Jaejoong merasa lebih mampu untuk melakukan pilihan yang kedua. Tapi apa yang bisa

dia katakana saat bertemu Hyo Woon nanti? Haruskah dia menceritakan semuanya? Toh

permainan juga sudah berakhir karena dia dan Hyori sudah putus.

I’m Sorry I Love You but I Lie 138

Setelah mengabari Tae Sung tentang keadaan Junsu, Jaejoong membiarkan sang kakak

yang menjaga adiknya, sementara dia pergi untuk menemui Yoo Chun yang ternyata sedang

menunggunya di studio.

“Aku sudah memutuskan untuk keluar dari permainan.” kata Yoo Chun lemas.

“Terserah kalian mau menganggap aku pecundang atau apa. Aku sudah tidak punya muka

untuk menemui Hyo Woon lagi.”

“Tidak pa-pa.” Jaejoong mengenyakkan diri di sofa. Hanya melihat kedua pipi Yoo Chun

yang sedikit bengkak, dia bisa menebak apa yang terjadi pada temannya itu. “Toh

permainannya juga sudah berakhir.”

“Apa ?”

“Aku dan Hyori sudah putus.” Jaejoong berbicara dengan suara lirih. “Dan sekarang

Junsu coma di rumah sakit.”

“Apa?”

“Sepertinya aku harus membatalkan pesta nanti malam.” ujar Jaejoong, dia merasa

kepalanya pusing, dan hampir membuatnya mual.

“Apa yang terjadi pada Junsu ?” tanya Yoo Chun histeris. Itu malah menambah pusing

di kepala Jaejoong. Jaejoong mencoba berbaring, siapa tau pusingnya bisa hilang atau

berkurang.

“Dia di hajar oleh sekelompok orang dan Hyori ada dibalik kejadian itu.” Jaejoong

menjelaskan.

“Maksudmu – Hyori yang – ”

“Iya. Aku tidak tau detail kejadiaanya seperti apa, tapi Hyori sendiri juga sudah

mengaku.”

“Ya Tuhan ....” Yoo Chun merasa sulit untuk mempercayai hal itu, tapi saat dia melihat

ekspresi Jaejoong yang benar-benar terlihat stress, Yoo Chun yakin Jaejoong tidak sedang

membodohinya. “Apa kondisi Junsu benar-benar parah?”

“Mm, ” jawab Jaejoong pendek. “Kau bisa melihat keadaanya sendiri, ” Jaejoong

menyarankan. “Aku yang akan menjemput Hyo Woon. Dia harus tau keadaan Junsu.” Jaejoong

I’m Sorry I Love You but I Lie 139

kembali bangkit untuk pergi. “Ngomong-omong, dimana Hyo Woon bekerja?” tanyanya

sebelum dia lupa.

“Ga In Resto. Mungkin dia masih disana.” Yoo Chun ikut bangun. “Apa perlu aku

temani?” Yoo Chun menawarkan diri meskipun sebenarnya dia enggan untuk menemui Hyo

Woon lagi.

“Tidak perlu. Aku tau restoran itu kok.” Jaejoong tersenyum.“Memangnya kau tidak

malu? Aku tau baru saja mendapat tamparan double dari Hyo Woon, kan?”

Jaejoong menepuk pundak Yoo Chun untuk menyemangati temannya itu sebelum

keluar lebih dulu.

Setibanya di Ga In Resto, Jaejoong berjalan lurus ke arah dapur yang terlihat sibuk.

Karena merasa sulit untuk menemukan Hyo Woon, dia bertanya pada seorang koki pria.

“Permisi. Apa anda tau dimana Hyo Woon ssi ?”

“Hyo Woon ssi ?” koki itu kelihatan keheranan. Dia memandang Jaejoong dari atas

sampai bawah.

“Iya”

“Memangnya Anda siapa? Apa Anda berniat sama seperti orang aneh yang mencium

Hyo Woon tadi ?”

“Eh-?” Jaejoong merasa terkejut tiba-tiba di bentak seperti itu. Dia hanya berpikir yang

dilakukan Yoo Chun tadi pasti sudah membuat orang-orang di dapur ini marah dan sekarang

mereka semua mengepung Jaejoong dengan tatapan penuh selidik. “Bukan!”

“Lalu Anda siapa?” tanya Yunho yang berdiri di belakang Jaejoong, matanya masih

menyipit saat mengawasi Jaejoong.

“Aku teman Junsu. Kami satu kampus.” Jaejoong menjelaskan.

“Teman Junsu ?” Hyo Woon yang baru saja kembali dan mendengar pembicaraan itu

kemudian bertanya langsung pada Jaejoong. Dia sampai lupa menaruh nampannya.

“Hyo Woon-ssi ?” Jaejoong sedikit tidak yakin saat menebak Hyo Woon.

“Iya. Saya sendiri. Ada masalah apa, ya? Ini pertama kalinya ada teman Junsu yang

mencari saya.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 140

“Em.... Junsu sekarang ada di rumah sakit... karena kecelakaan.” Jaejoong merasa tidak

tega untuk mengatakan hal itu. Dimatanya, Hyo Woon terlihat seperti wanita yang lemah –

yang selalu memaksakan diri melakukan pekerjaan berat – meskipun Junsu selalu bilang bahwa

Hyo Woon adalah wanita yang kuat.

“Kecelakaan?” Hyo Woon mengulang dengan tidak yakin. Berharap dia hanya salah

mendengar. Tangannya sekarang berpegang pada tepi keramik karena takut tubuhnya tiba-

tiba limbung. “Kecelakaan apa?” tanyanya dengan mata yang sudah basah karena dia

menahan tangis.

“Bukan kecelakaan mobil....” Jaejoong merasa tidak nyaman untuk berbicara di dapur

dengan banyak mata yang mengawasi, kemudian menuntun Hyo Woon keluar dari dapur, dan

duduk di salah satu kursi yang kosong. “Terjadi sesuatu.... dan Junsu sekarang ada di rumah

sakit karena luka parah.....”

“Apa lukanya begitu parah?” Hyo Woon bertanya lagi. Dia masih bisa menahan air

matanya agar tidak jatuh, meskipun tubuhnya sudah bergetar hebat.

“Saat ini dia...koma, ” Jaejoong benar-benar takjub melihat bagaimana Hyo Woon

mengendalikan diri, menahan agar dia tidak menangis, tapi itu malah membuat Jaejoong

merasa kasihan. “Tidak pa-pa kalau kamu ingin menangis, luapkan saja semuanya.” hiburnya

sambil mengeluarkan sapu tangannya & memberikannya pada Hyo Woon. “Aku berani

mengatakan yang sebenarnya karena Junsu selalu bilang kalau kamu adalah wanita yang kuat.”

“Dia bilang begitu?” Hyo Woon merasa malu dan sedih pada saat yang bersamaan. Dia

menyeka airmata yang sejak tadi ia tahan dengan sapu tangan Jaejoong, dan membiarkan

dirinya menangis.

Jaejoong menunggu sambil mengelus punggung Hyo Woon dengan canggung. Mau

bagaimana lagi? Jaejoong sendiri heran kenapa dia merasa canggung untuk memperlakukan

Hyo Woon lebih seperti yang biasa dia lakukan pada wanita lain, bahkan kepada wanita yang

seumuran ibunya. Dia tidak akan ragu menyentuh atau merangkul mereka. Tapi kalau dengan

Hyo Woon?

Mungkin sebenarnya Jaejoong juga takut mendapat tamparan yang sama seperti Yoo

Chun kalau dia berbuat lebih.

“Aku bisa mengantarmu ke rumah sakit sekarang....” Jaejoong menawarkan diri dan

Hyo Woon menjawab dengan anggukan singkat.

I’m Sorry I Love You but I Lie 141

......

“Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi - Anda akan dihubungkan ke kotak

pesan...”

“Top, ini aku.” Hyori berbicara dengan suara tersendat . meninggalkan pesan rasanya

lebih mudah dari pada dia harus berbicara langsung pada Top dan dia juga tidak akan punya

waktu untuk menghubungi Top lagi nantinya. “Aku minta maaf, tapi sepertinya kamu harus

mencari model lain besok. Aku tidak bisa membantu. Em... terjadi sesuatu, tapi aku tidak bisa

menceritakannya padamu.... dan tolong sampaikan maafku pada Junsu dan yang lainnya. Aku

benar-benar minta maaf.” Hyori mengakhiri pesannya. Lagi-lagi air matanya kembali jatuh,

mengiringi langkahnya saat dia masuk kantor polisi.

Inilah keputusannya. Hyori sudah memikirkannya matang-matang sejak dia

meninggalkan rumah sakit. Dia akan menyerahkan diri lepolisi karena dialah yang membuat

Junsu celaka seperti sekarang dan dia harus bertanggung jawab, meskipun itu berarti dia akan

kehilangan karirnya. Hyori tidak peduli. Toh cepat atau lambat karirnya juga akan luntur. Tapi

yang lebih membuatnya sedih itu karena sekarang dia tidak memiliki Jaejoong disisinya.

Sekarang Jaejoong membencinya, itu karena kesalahan Hyori sendiri.....

Karena keserakahan Hyori mendorong Jaejoong minggir agar dia bisa

mempertahankan karirnya, meskipun itu sekarang menjadi sia-siadan karena sikap pilih-

pilihnya Hyori membohongi Junsu dengan mengarang kisah masa lalunya dan mendorong

Junsu ke dalam bahaya. Itu semua terjadi karena sikap egoisnya dan sekarang Hyori harus

membayar semuanya.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya opsir yang melihat Hyori seperti sedang

kebingungan. Maklum saja, ini adalah kali pertamanya dia masuk ke kantor polisi.

“A... saya ingin menyerahkan diri, ”

“Eh?”

“Saya sudah mencelakai teman saya, dan sekarang dia kritis di rumah sakit.” jawab

Hyori jujur.

.....

I’m Sorry I Love You but I Lie 142

“Kamu tidak akan pingsan tiba-tiba di dalam, kan ?” Jaejoong menanyai Hyo Woon

sebelum mereka tiba di kamar tempat Jaejoong dirawat, tapi Hyo Woon tidak menunjukkan

respon apapun. “Kita sudah sampai.”

Hyo Woon memandang angka ‘411’ yang terukir di pintu itu dengan gugup.

Sanggupkah dia?

“Ayo masuk!” ajak Jaejoong yang sudah membukakan pintu untuk Hyo Woon.

Hyo Woon melangkahkan kakinya masuk dengan takut. Pandangannya langsung

tertuju pada Junsu yang terbaring diatas tempat tidur dengan banyak luka lembam dan

memar, serta jahitan di tubuhnya. Hyo Woon bahkan tidak melihat keberadaan Yoo Chun

yang berdiri di samping tempat tidur. Tidak ada lagi air mata yang jatuh di wajah Hyo Woon,

hanya saja kakinya tiba-tiba terasa seperti jelly saat dia melangkah mendekati Junsu.

“Hyo Woon, jangan khawatir. Dokter bilang keadaan nya akan membaik.” Tae sung

mencoba menghibur Hyo Woon.

“Apa yang sebenarnya terjadi pada Junsu ?” tanya Hyo Woon dengan suara bergetar.

Dia menatap orang-orang yang ada di kamar itu lalu dia berhenti saat melihat Yoo Chun yang

berdiri mematung dan berusaha menghindari tatapannya. “Yoo Chun-ssi, Anda yang

melakukan ini?”

“Melakukan apa?” balas Yoo Chun. “Apa hanya karena kau menamparku lalu aku tega

menghajar temanku sendiri?”

“Lalu adakah yang bisa memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa Junsu

bisa sampai seperti ini?” Hyo Woon tidak menunjukan pertanyaan itu secara khusus. Dia hanya

butuh jawaban sekarang.

“Aku akan menceritakan semuanya.” Jaejoong mengambil suara. Yoo Chun menatap

sahabatnya itu dengan tidak yakin.

I’m Sorry I Love You but I Lie 143

....it’s true....

“Baju ini kelihatan bagus tidak ? Tapi kok aku jadi terlihat pendek, ya?” Joo Hyun

kembali membuka lemarinya, dan mengambil mini dress berwarna pink muda yang belum

pernah dia pakai. “Yang ini cocok nggak, beb?”

`“Bagus.” komentar Yoo Chun dengan nada ogah-ogahan. Meskipun sejak setengah jam

yang lalu dia hanya berbaring di tempat tidur & melihat Joo Hyun membongkar isi lemarinya,

dia merasa lelah dan bosan. Akan lebih baik kalau dia menemani Junsu saja di rumah sakit,

meskipun dia tau sudah ada Hyo Woon yang sejak tadi siang menunggui Junsu tanpa beranjak

sedikitpun. Lagipula dia merasa heran kenapa Jaejoong tiba-tiba tidak jadi membatalkan

pestanya, padahal satu jam yang lalu Jaejoong sudah membatalkan pesanan makanannya, tapi

5 menit kemudian dia memesannya lagi.

“Kenapa kamu terlihat tidak semangat sih, beb? Ini kan pesta teman kita sendiri.” ujar

Joo Hyun yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah ganti baju.

“Aku tidak tau, aku hanya tidak ingin pergi saja.” jawab Yoo Chun, tidak sepenuhnya

jujur. Sebenarnya dia belum menceritakan apa yang terjadi dengan Junsu pada Joo Hyun,

termasuk soal Jaejoong yang putus dengan Hyori. Yoo Chun tidak tau kapan dia akan

menceritakannya pada Joo Hyun, yang jelas tidak sekarang.

“Apa itu berarti kamu akan membiarkan aku kesana sendirian?”

“Tentu saja tidak! Jaejoong kan sedang liar sekarang....” sahut Yoo Chun, kelewat keras.

“Liar? Liar apa?”

“Eh-lupakan saja. Aku hanya asal bicara barusan.” Yoo Chun meralat. Sebenarnya yang

dia maksud ‘liar’ tadi itu adalah ‘jomblo’. Yoo Chun mengatakan ‘liar’ karena dia tau di pesta

nanti Jaejoong pasti sedang giat-giatnya mencari pacar atau gebetan baru, dan tidak menutup

kemungkinan Joo Hyun akan didekati juga. “Jam berapa acaranya dimulai? Ayo kita berangkat

sekarang!” Yoo Chun bangun, kemudian mengajak Joo Hyun keluar dengan menggandeng

tangannya. “Dia mengirim alamat yang terlihat asing.” Yoo Chun membaca kembali alamat

yang dikirimkan Jaejoong saat akan menyalakan mobilnya. “Ini alamat apa sih, beb?”

“Itu alamat kafe barunya JJ.” Joo Hyun memberitahu dengan yakin.

“Kafe baru? Dari mana kamu tahu?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 144

“Jaejoong kan kemarin mengajakku kesana, dan Kak Top juga – ”

“Oh-iya!” Yoo Chun teringat sesuatu. “Top menyalahkanku karena kamu terus

mengganggu dia! Aku hanya sering curhat lewat sms padanya.”

“Seberapa sering yang kamu maksud itu?”

“A-hehem...” Joo Hyun pura-pura tertarik melihat jam tangannya. “Kita akan

terlambat, ayo!”

Yoo Chun menurut saja. Toh dia bisa mengingatkan Joo Hyun lain kali, atau dia bisa

diam-diam menghapus nomor Top dari ponsel Joo Hyun nanti. Semua pasti ada jalan

keluarnya.

Mereka tiba di Cojje Caffe setengah jam kemudian, dan menjadi tamu terakhir yang

yang datang ke pesta Jaejoong. Jaejoong sendiri sedang tampil bersama teman-teman band-

nya diatas panggung, dan berhasil menarik semua tamu cewek, baik yang datang sendiri atau

datang bersama pasangannya. Joo Hyun yang langsung terhanyut dalam penampilan JJ cs juga

ikut berjingkrak-jingkrak begitu dia masuk kekeramaian pesta. Yoo Chun ingin menahan agar

ceweknya tidak ikut maju ke depan panggung, tapi dia gagal menahannya. Dengan wajah yang

ditekuk Yoo Chun pergi ke meja minum dan mengambil segelas bir yang tersedia.

“Pacarmu juga ikut-ikutan menggila, ya?” tanya Joong Ki, teman satu kampus Yoo Chun

tapi beda fakultas.

“Iya.”

“Dia memang selalu bisa menarik perhatian cewek. Si Jaejoong itu.” sambung Minho

yang sepertinya ditinggal asik sendiri oleh pacarnya, Yuri. “Tapi aku dengar pacarnya seorang

model terkenal, apa benar?”

“Iya, aku juga pernah dengar beritanya. Pacarnya itu Lee Hyori, kan?” tanya Joong Ki

antusias.

“A...aku tidak tau...” Yoo Chun meneguk minumannya sekali sambil memikirkan topik

untuk mengalihkan perhatian yang lain.

“Kalian kan sudah bersahabat sejak pertama kali masuk kuliah. Masa’ kau tidak tau?”

Minho masih ingin memojokkan Yoo Chun.

I’m Sorry I Love You but I Lie 145

“Aku kesana dulu! Bye!” Yoo Chun meninggalkan gelasnya dan berjalan ke arah

panggung. “Kalau Jaejoong bisa, aku juga pasti bisa.” dia bergumam penuh semangat saat naik

ke atas paggung, dan menyela Jaejoong yang tengah mendiskusikan lagu selanjutnya dengan

band-nya. “Biarkan aku menyanyi 1 lagu. 1 lagu saja.” pintanya.

“Okey.” Jaejoong mempersilahkan. “Butuh pengiring?”

“Tidak. Aku hanya butuh gitar saja.” Yoo Chun tersenyum ke arah penonton yang hanya

diam saja. Bahkan Joo Hyun juga hanya mengernyit saat melihatnya. Yoo Chun mengenyakkan

diri di kursi Jaejoong, kemudian dia menyanyikan Because I Miss You-nya Jung Yong Hwa yang

pernah menjadi lagu kenangannya dengan Joo Hyun.

Jaejoong yang disambut tepuk tangan dari penonton – cewek – saat turun dari

panggung kemudian menghampiri Joo Hyun yang berdiri diantara para penonton.dan ikut

menyaksikan penampilan Yoo Chun dari sana.

“Yoo Chun keren juga, kan?”tanya Jaejoong.

“Biasa saja.” jawab Joo Hyun masam. “Tapi tadi kamu benar-benar keren!”

“Apa kamu sudah terpesona lagi padaku?” Jaejoong hanya bercanda, tapi sepertinya Joo

Hyun menganggap serius pertanyaannya. Itu mengingatkan Jaejoong pada reaksi Joo Hyun

saat terakhir kali mereka bertemu. Saat Jaejoong menyatakan perasaan palsunya. Ekspresi Joo

Hyun sekarang ini persis seperti kemarin. “Lupakan saja yang kukatakan barusan!” Jaejoong

tertawa hambar.

Joo Hyun kembali menatap panggung dan membalas senyum yang Yoo Chun lontarkan.

“Aku dan Yoo Chun akan segera menikah.” kata Joo Hyun lirih. Dia merasa Jaejoong

harus mengetahuinya sekarang.

“Sorry – apa?” Jaejoong tidak bisa mendengar dengan jelas karena penonton mendadak

berteriak saat Yoo Chun menyanyikan bagian reff.

“Aku dan Yoo Chun sudah – ”

“Tunggu! Tunggu! Ada telfon...” Jaejoong memotong kalimat Joo Hyun dengaan

menaruh jari telunjuknya di depan mulut Joo Hyun, sementara tangannya yang lain mengambil

telfonnya, dan menjawab panggilan yang masuk dari Top. “Ya, halo?”

“Hyung!” suara Top terdengar cemas. “Apa Hyung tau dimana Hyori sekarang?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 146

“Tidak. Memangnya kenapa?” Jaejoong menjawab sambil berjalan keluar agar bisa

mendengar dengan lebih jelas, dan Joo Hyun diam-diam mengikutinya dibelakang.

“Aku mendapat pesan yang aneh dari Hyori.”

“Pesan aneh apa?”

“Dia bilang aku harus menemukan model lain untuk besok dan meminta agar aku

menyampaikan maaf pada Junsu dan yang lainnya. Bukankah itu terdengar seperti dia akan

melakukan hal yang berbahaya, iya, kan, Hyung?”

“Tidak. Mungkin dia menyesal karena membuat Junsu koma di rumah sakit, aku malah

heran kalau dia tidak menyesal – ”

“Junsu apa, Hyung?” Top terdengar benar-benar terkejut, sampai rasanya Jaejoong bisa

mendengar bunyi decitan mobil Top yang direm mendadak. “Dia koma?”

“Iya, dan itu semua karena Hyori.”

“Bagaimana bisa...?”

“Jangan tanya padaku. Tanya saja pada Hyori langsung. Saat ini kau sedang mencarinya,

kan?” tebak Jaejoong.

“Hyung, apa kau tidak menghawatirkan Hyori?”

“Tidak. Aku dan dia sudah putus, jadi aku tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi

padanya.”

“Hyung – ”

“Sudah. Aku sedang sibuk mengurusi pestaku, dag!” Jaejoong menutup telfon sebelum

Top berbicara lebih banyak. Saat Jaejoong berbalik, dia dibuat terkejut oleh Joo Hyun yang

menghadang jalannya dan menodongnya dengan tatapan yang basah oleh air mata. “Apa

kamu mendengar semuanya?”

“Kenapa kamu tidak menceritakannya padaku?”

“Kalau itu soal Junsu, aku minta maaf, aku kira Yoo Chun sudah memberitahumu...”

“Dan soal putusnya hubungan kamu dengan Hyori?”

“Itu bukan urusan kamu, jadi kenapa aku harus memberitahumu?” balas Jaejoong.

I’m Sorry I Love You but I Lie 147

“Kamu sudah berjanji akan bercerita padaku kalau terjadi sesuatu antara kamu dan

Hyori!”

“Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah aku menceritakannya padamu? Apa kamu

akan berlari meninggalkan Yoo Chun dan memelukku? Aku terluka dan sedih sekarang, apa

kamu mau melupakan Yoo Chun dan kembali menjadi pacarku?” Jaejoong menatap Joo Hyun

yang sekarang menangis dihadapannya. “Bisakah kamu melakukan itu untukku?” dia bertanya

sekaali lagi, tapi itu malah membuat Joo Hyun terisak semakin keras.

Jaejoong mengangkat wajah Joo Hyun untuk memaksa gadis itu agar menatap matanya,

dan dia menyeka air mata yang membasahi pipi Joo Hyun. “Dengarkan aku baik-baik, gadis

cengeng” Jaejoong tersenyum melihat raut wajah Joo Hyun sekarang. “Aku tau kamu masih

mencintaiku, tapi aku juga tau kamu sebenarnya lebih mencintai Yoo Chun. Apa aku benar?”

Joo Hyun tidak bisa menjawab dan hanya menatap cowok dihadapannya yang masih saja

tersenyum.

Apa tersenyum seperti itu bisa membuatnya merasa lebih baik? pikir Joo Hyun sedih.

Benarkah aku tidak bisa mengobati luka dihatinya?

“Hem...” Jaejoong melihat lurus kebelakang Joo Hyun dan mendapati Yoo Chun tengah

mengintip dari balik pintu. “Sini!” dia kemudian menarik Joo Hyun dengan sayang. “Begini aku

sudah merasa lebih baik.” Jaejoong mengaku. “Bisakah kamu mengerti kalau aku bilang kamu

akan merasa lebih bahagia kalau bersama Yoo Chun? Aku berjanji, aku akan ikut bahagia untuk

kalian. Lupakan saja omong kosong yang kukatakan kemarin, ok?”

Joo Hyun mengangguk. Tapi saat dia akan dia ingin menikmati pelukan Jaejoong lebih

lama, Jaejoong malah melepaskannya, dan pergi setelah mengacak-acak rambutnya. Jaejoong

salah. Dia tidak bisa mengerti perasaan Joo Hyun. Jaejoong tidak tau kalau Joo Hyun

sebenarnya lebih mencintainya, bukan Yoo Chun...

Jaejoong berhenti saat melewati Yoo Chun yang tengah berusaha bersembunyi

dibelakang pintu ketika masuk.

“Apa kau tidak ingin menonjokku karena sudah memeluk Joo Hyun-mu?” goda Jaejoong.

Yoo Chun yang merasa sudah tertangkap basah karena mengintip tadi akhirnya keluar

dari persembunyiannya, dan menatap sahabatnya dengan wajah yang sedikit memerah.

“Untuk kali ini akan kubiarkan saja, tapi kalau kau melakukannya lagi, aku akan menguburmu

hidup-hidup.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 148

“Benarkah? Uw... takut!” Jaejoong berlalu pergi sambil tertawa mengejek.

Yoo Chun sendiri masih bertahan ditempat, dan menatap keluar. Joo Hyun juga masih

berdiri di tempat tadi, dan menangis sendirian tanpa suara. Tidak tega melihat Joo Hyun

seperti itu, Yoo Chun pun bergerak mendekati pacarnya.

“Sudah...jangan menangis lagi!” hiburnya sambil mendekap Joo Hyun dari belakang.

“Aku tau bagaimana perasaanmu sekarang...”

“Kamu tidak tau...” Joo Hyun terisak.

“Aku tau.” Yoo Chun masih berbicara dengan tenang di belakang Joo Hyun. “Kamu

mencintai Jaejoong, kan? Tapi Jaejoong mengira kamu lebih menyukaiku.”

Joo Hyun merasa seperti ada air es yang mengalir melewati kerongkongannya, dan terus

menyebar keseluruh tubuh, termasuk hatinya yang langsung bergetar.

“Lihat, aku lebih bisa mengerti perasaanmu dari pada Jaejoong, kan?” Yoo Chun

melanjutkan sambil tersenyum, dan mendekap Joo Hyun lebih erat.

“Kamu tidak – marah – ?” Joo Hyun bertanya dengan sesegukan.

“Tidak. Aku tidak marah. Toh sebentar lagi kita akan menikah.” jawab Yoo Chun,

kemudian dia berbicara ditelinga Joo Hyun. “Yang harus aku lakukan hanya berusaha

membuatmu agar lebih mencintaiku, kan?”

Joo Hyun memutar tubuhnya agar bisa balas memeluk Yoo Chun. “Maaf...Aku benar-

benar minta maaf...” Joo Hyun menangis lagi. “Mulai saat ini akan berusaha untuk tidak

megecewakanmu lagi. Aku janji.”

“Memang sudah seharusnya begitu, kan?” ujarnya lega.

The Last Story

Hari kelulusan SMA

Jaejoong mendatangani baju seragam Joo Hyun dan menambahkan gambar hati

dibawahnya. Sambil tersenyum jail, dia menggambari gambar itik juga di seragam Joo Hyun.

“Sudah belum sih, J?” tanya Joo Hyun yang mulai tidak sabar. “Kamu tidak

menggambari yang aneh-aneh, kan?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 149

“Tidak.” jawab Jaejoong dengan nada geli dan malah membuat Joo Hyun curiga

karenanya.

“Apa yang – ” Joo Hyun ternganga saat melihat itik besar yang digambar Jaejoong saat

bercermin di kaca mobil. “JAEJOONG!!” dia menjerit kesal sambil menertawainya, begitu juga

dengan anak-anak lain yang melihatnya. “Awas, ya! Tunggu – ”

Joo Hyun berhenti saat tanpa sengaja dia menabrak Hyori yang baru saja muncul dan

membuat kue yang Hyori bawa melayang dan jatuh ke jalan.

“Oh – omo!” Joo Hyun mengambil kotak kue yang jatuh itu, siapa tau isinya masih

selamat. Tapi ternyata isinya sudah hancur. “Maaf!” dia benar-benar menyesal dan merasa

tidak enak pada Hyori.

“Tidak pa-pa. Aku juga salah karena tidak melihat saat kamu berlari.” kata Hyori,

kemudian dia tersenyum saat melihat Jaejoong mendekat. “Hai, ” sapanya.

“Hai, ” Jaejoong melihat kekacauan di jalan itu dan merasa tidak enak . “Kue

kamu...biar aku saja yang mengganti.” ujarnya. “Gadis bodoh ini memang sedikit ceroboh.”

Jaejoong melirik Joo Hyun yang langsung melotot padanya.

“Tidak perlu. Sebenarnya aku membeli kue itu juga untuk kamu.” Hyori berbicara

sambil menunduk karena malu. “Aku berniat merayakan kelulusan ini dengan makan

bersamamu.”

“CIYEE...CIYEE...!” suara koor yang kompak dari anak-anak lain membuat Jaejoong,

Hyori, dan Joo Hyun malu. “JOO HYUN SUDAH MAU MENANGIS, TUH!!” teriak salah satu anak

cowok.

“Wuah.... Jaejoong....!” suara koor terdengar lagi.

“Kebetulan sekali kamu ada di sini. Ada yang ingin aku bicarakan.” Jaejoong meraih

tangan Hyori dan langsung mengajak Hyori pergi sebelum dia di buat malu oleh suara koor dari

teman-temannya. Saat Jaejoong menoleh ke belakang, dia melihat Joo Hyun berbalik pergi

sendiri.

“Kita akan kemana?” tanya Hyori penasaran, tapi dia sangat bersemangat.

I’m Sorry I Love You but I Lie 150

“Gereja sekolah.” Jaejoong memberitahu saat mereka mulai berjalan menaiki anak

tangga. “Tempatnya memang memang sedikit tinggi, tapi kita akan bisa melihat pemandangan

yang bagus dari sana.”

“Benarkah?” Hyori menggenggam tangan Jaejoong lebih erat saat mereka

mempercepa langkah yang belum sampai setengah mereka lewati. “Ouch – !” Hyori terjatuh

saat kekinya tiba-tiba terkilir dan memaksa Jaejoong berhenti juga.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Jaejoong cemas.

“Sepertinya kakiku terkilir...” Hyori masih meringis kesakitan. Lutut kirinya juga terluka

karena terbentur anak tangga saat dia jatuh barusan.

Jaejoong membungkuk untuk mencoba mengurut kaki Hyori yang terkilir.

“Aw – auch !”

“Kita obati di atas saja.” Jaejoong menyarankan. Dia membantu Hyori berdiri. “Aku

akan menggendongmu. Ayo naik!”

“Tidak pa-pa?”

“Tidak pa-pa.”

Sambil tersenyum, Hyori naik ke punggung Jaejoong yang sudah mempersiapkan diri.

Mendengar desahan nafas Jaejoong yang berat saat menggendongnya naik, Hyori merasa

bersalah juga. Tapi cowok itu tidak mengeluh sama sekali, sampai akhirnya mereka tiba di

depan gereja sekolah.

Gereja itu tidak terlalu besar, dan bangunannya juga terlihat sudah tua. Designnya

seperti gereja-gereja yang ada di Roma, dan semua catnya berwarna putih. Tapi berada

disekeliling bukit yang indah, dan pemandangan yang menakjubkan di bawah membuat gereja

itu terlihat luar biasa.

Jaejoong mendudukkan Hyori disalah satu bangku pangjang, dan mulai mengurut

pergelangan kaki Hyori lagi. Awalnya Hyori terus merintih kesakitan, tapi lama kelamaan sakit

itu berangsur-angsur hilang.

“Sudah mendingan?” tanya Jaejoong. Dia lega saat Hyori menjawab dengan

mengangguk. “Lututmu ... em...” Jaejoong mencari sapu tangannya dengan sedikit kelabakan,

I’m Sorry I Love You but I Lie 151

dan setelah menemukannya, dia berlari keluar untuk membasahi sapu tangannya dengan di air

mancur.kemudian dia kembali lagi untuk membersihan luka dilutut Hyori. “Maaf ya...”

“Maaf untuk apa?” tanya Hyori yang terus tersenyum saat memandangi Jaejoong.

“Karena aku, kamu jadi seperti ini...”

“Aku baik-baik saja. Aku malah merasa senang.”

“Senang karena terluka?” Jaejoong mendongak untuk melihat wajah Hyori.

“iya. Gara-gara ini, aku punya kesepatan untuk kamu gendong, dan melihat kamu

memperhatikan aku seperti ini.”

Jaaejoong tidak menunjukkan wajah tersipunya. “Jadi kamu menyukaiku?”

“Memangnya kamu tidak menyukaiku, ya?”

“Em.. bagaimana ya... aku punya standard yang lebih tinggi sih...”

“Oh, ” Hyori merasa wajahnya memerah sekarang. Kenapa dia mengatakan hal bodoh

seperti itu sich? Memalukan!

“Kenapa?” Jaejoong yang sudah selesai membersihkan luka Hyori sekarang duduk di

depan cewek itu. “Kamu kecewa, ya?”

“Tidak.” Hyori mwnjawab sambil menghindari tatapan Jaejoong.“Kita kan baru kenal

seminggu. Tidak mungkin juga kalau kita...ehm-lupakan aja!” Hyori pura-pura tertarik melihat

pemandangan diluar.“Tempatnya benar-benar bagus...” Hyori berdiri, dan dengan sedikit

terpincang-pincang dia berjalan ke arah luar. “Udara disini lumayang dingin juga..” dia

bergumam sambil begidik karena tiupan angin yang berhembus ke arahnya. Lalu tiba-tiba dia

merasakan ada tangan yang menggenggam jari-jari tanganya, dan Jaejoong menunutnya untuk

berjalan ke depan altar.

“Ada apa?” tanya Hyori yang jantungnya sudah berpacu seperti kuda liar.

“Aku ingin mengakui kebihonganku, ” Jaejoong berbicra dengan sungguh-sungguh.

“Dan aku ingin melakukanya ditempat sakral ini, dan dihadapanmu.”

“Kebohongan apa sich?”

“Saat aku bilang aku tidak menyukaimu, sebenarnya aku berbohong.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 152

Hyori hampir teriak karena saking girangnya. Tapi beruntung erkspresinya masih bisa

netral sekarang, dan dia menunggu ucapan Jaejoong selanjutnya dengan hati berdebar-debar.

“Tapi untuk menyatakan perasaanku, aku merasa ragu...” Jaejoong serius. Ini pertama

kalinya dia merasa takut gagal saat akan menyatakan perasaan seperti ini.

“Aku sadar aku bukan laki-laki yag baik.”

“Kenapa kamu malah berbicara seperti itu?” Hyori sedah tidak sabar.

“Kamu harus tau aku ini orang seprti apa dulu sebelum aku –”

“Aku tau kamu orang seperti apa.” potong Hyori dia tidak bisa berhenti tersenyum.

“Kamu playboy kan? Kelihatan jelas kok. Tapi aku percaya kamu, jadi ayo!”

Jaejoong tertawa. “Wach, kamu benar-benar menyukaiku, ya?”

“Tunggu apa lagi?”

“Aku menunggu kamu diam dulu.”

Hyori menutup mulutnya dengan malu.

“Sekarang tutup mata kamu!”

Hyori menurut tanpa protes, meskipun sebenarnya dia sudah sangat tidak sabar lagi.

Jaejoong kemudian memakaikan kalung yang sudah dia siapkan ke leher Hyori, sebuah kalung

mutiara yang dibingkai hati.

“Apa aku boleh membuka mata sekarang?”

“Boleh.”

Hyori membuka matanya dan terkejut saat melihat kalung yang Jaejoong berikan. “Ini-

Jaejoong membungkuk dan memberanikan diri untuk mencium Hyori. Hanya sekedar

menyapu bibir Hyori dengan bibirnya. “Aku mencintaimu.”

.....

11.20 pm

“Apa Junsu belum sadar juga?” tanya Jaejoong saat dia kembali ke rumah sakit setelah

pestanya selesai.

I’m Sorry I Love You but I Lie 153

“Belum.” jawab Hyo Woon yang masih bertahan duduk disebelah tempat tidur Junsu,

sementara Tae Sung sudah terlelap disofa.

“Sebaiknya kamu istirahat! Biar aku yang berjaga sekarang, ” Jaejoong membujuk.

“Kamu tidak mau ikut-ikiutan sakit, kan?”

“Setengah jam lagi.” Hyo Woon bersikeras.

“Apa kamu sudah makan malam?” tanya Jaejoong, tiba-tiba khawatir Hyo Woon sejak

tadi siang belum makan.

“Belum, tapi tidak apa-apa. Aku bisa makan besok.” ia tersenyum. Wajahnya yang

terlihat lelah dan kurus membuat Jaejoong semakin tidak tega.

“Tunggu sebentar, Ok! Aku akan segera kembali, ” pamitnya sebelum keluar.

Jaejoong pergi ke supermarket yang ada di depan rumah sakit untuk membeli roti,

dan makanan ringan, serta 2 botol minuman dingin. Dia baru saja akan kembali kerumah sakit

saat sebuah telfon dari Top mengganggu perjalananya. Dengan ogah-ogahan dia menjawab

telfon itu.

“Kalau ini soal Hyori lagi, lupakan saja, aku akan langsung menutup telfonya.” kata

Jaejoong langsung.

“Dengarkan dulu, Hyung!” Top berbicara dengan suara lirih yang mendesak. “Aku baru

saja menemui Hyori di kantor polisi sekarang.”

Kantor polisi mana? Jaejoong berharap Top akan menyebutkan dikantor polisi mana

Hyori ditahan. Tapi Top tidak.

“Ternyata memang Hyori sendiri yang menerahkan diri kepolisi. Aku sudah berusaha

membebaskanya tapi polisi sudah memeriksa ke TKP dan mengecek rumah sakit juga, dan

sekarang Hyori sudah ditetapkan menjadi tersangka.” Top memberi tau Jaejoong semua yang

dia tau, berharap Jaejoong mungkin bisa membantu dia membebaskan Hyori, meskipun

kemungkinanya tidak sampai 10%. Diamnya Jaejoong sekarang memberi tau Top mungkin

Jaejoong sedang mempertimbangkan untuk membantunya membebaskan Hyori atau tidak.

“Hyung....”

“Memangnya apa yang bisa dilakukan?” tanya Jaejoong setelah lama berpikir.

I’m Sorry I Love You but I Lie 154

“Em, masalahnya Hyori sudah menceritakan detail kesalahanya pada polisi. Tapi Junsu

bisa datang untuk bisa memberikan kesaksian lain yang tidak memberatkan Hyori...”

“Itu jelas tidak mungkin.” sela Jaejoong. “Junsu masih belum sadar.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan?”

“Aku tidak tahu, tapi menurutku karena Hyori sendiri yang menyerahkan diri kepolisi,

berarti ini yang dia inginkan. Dia pasti sudah memikirkan resikonya.”

“Jadi Hyung akan diam saja?”

“Sudah dulu, ok! Ada cewek yang sudah menungguku untuk makan.”

Top benar-benar jengkel saat Jaejoong lagi-lagi menutup telfonya sebelum dia selesai

bicara. Top masih ragu untuk meninggalkan kantir polisi, apa lagi ketika dia melihat kedalam,

dan memperhatikan Hyori yang meringkuk sendirian dibalik jeruji tanpa mempedulikan para

reporter dan wartawan yang masih berkeliaran di depan kantror polisi.

Merasa berat untuk meninggalkan Hyori, Top akhirya memlilih untuk masuk dan

menemui Hyori.

“Kamu belum juga pergi?” tanya Hyori datar. “Kak Lee saja sudah kabur sebelum aku

selesai bicara, dia benar-benar marah padaku.” Seulas senyum sedih mengembang di wajah

Hyori. Top hanya menatrapnya tanpa mengatakan apaapun. Ya, selain mata Top itu Hyori tidak

bisa melihat wajah Top yang tersembunyi dibalik topi dan syal. “Tuan Kwon juga tidak mau

berurusan dengan ku lagi, ” Hyori menghela nafas. Dia sedikit terkejut saat Top tiba-tiba

menjulurkan tanganya melewati jeruji besi yang dingin, dan meraih tanganya, lalu

menggenggamnya.

“Aku akan berusaha mengeluarkanmu dari tempat ini, apapun caranya.”

Hyori tersenyum. “Tidak perlu. Apa kamu berniat menjebol jeruji ini nanti subuh?”

“Aku bisa mempertimbangkan cara itu.” Top bercanda, tapi nadanya serius , sehingga

Hyori terkejut.

“Kamu serius?”

“Tidak, aku akan menari cara yang lebih mudah. Aku tidak bisa menjebol jeruji ini.”

I’m Sorry I Love You but I Lie 155

“Sebaiknya jangan melibatkan dirimu seperti ini. Kalau orang-orang diluar itu

mengenalimu, kamu mungkin akan mendapat masalah.” Hyori mengingatkan

“Tapi – ”

“Aku tahu kamu mengkhawatirkanku. Aku sangat berterimakasih karena kamu masih

sangat peduli denganku, tapi aku baik-baik saja disini.”

“OK, aku pergi. Tapi aku akan datang lagi besok.” Top melepaskan tangan Hyori

dengan berat, kemudian dia pergi.

Hyori mencoba berbaring diatas lantai yang dingin untuk tidur, tapi itu benar-benar

sulit karena udara begitu dingin, dan lantainya juga sangat dingin. Hyori hanya menatap jam

dinding yang ada diluar.

1 jam berlalu sangat lama. Hyori hampir yakin kalau tulang-tulangnya sudah membeku.

Saat dia mencoba memejamkan mata lagi...

“Hyori.” Jaejoong memanggil dari luar.

Apa ini mimpi? Jaejoong memanggilku? Hyori membuka matanya lagi dan melihat

Jaejoong ternyata benar-benar datang menemuinya. Ini bukan mimpi Jaejoong berjongkok

agar wajahnya bisa sejajar dengan Hyori yang sekarang duduk.

“Apa kamu senang berada disini?” tanya Jaejoong, nyaris terdengar acuh.

“Kenapa kamu bisa ada disni?” Hyori bertanya dengan perasaan terharu meskipun dia

tidak tahu untuk apa Jaejoong datang menemuinya. Untuk mengejeknya, mungkin.

“Gadis jahat, apa karena kita putus lalu kau melakukan hal konyol sampai seperti ini?”

“Aku – ”

“Untuk apa menyerahkan diri seperti ini? Junsu baik-baik saja sekarang!”

“Benarkah?

Jaejoong mengangguk meskipun jawaban yang sebenarnya tidak.

“Orang-orang yang mengeroyok Junsu juga sudah dipenjara sekarang, dan status

‘tersangkamu’ sudah dihapuskan.”

“Bagaimana – ?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 156

Jaejoong memamerkan kunci ditanganya yang dia dapat dari opsir didepan pada Hyori.

“Apa kamu tidak mau keluar?”

Hyori menngangguk. “Tapi bagaimana – ?”

“Kita bicara diluar saja.” Jaejoong membuka pintu jeruji yang mengurung Hyori, dan

membantu Hyori untuk keluar. “Terimakasih kuncinya, Pak!” Jaejoong berseru pada opsir saat

mereka tiba didepan dan Jaejoong mengembalikan kuncinya. Opsir yang sudah mengantuk

berat itu hanya mengangguk.

Masih ada 2 atau 3 wartawan yang menunggu diluar, tapi mereka semua tertidur.

Jaejoong membawa Hyori masuk ke mobilnya, sehingga mereka bisa cepat-cepat pergi.

“Sekarang ceritakan padaku.” tuntut Hyori.

“Aku membuat kesaksian palsu didepan polisi dan aku yang membawa bajingan-

bajingan yang memukul Junsu tadi untuk mendukung kesaksianku. Aku mengarang cerita yang

aneh tapi mereka mau saja mendukungku, dan aku berjanji tidak akan melaporkan kepada

polisi kalau mereka pengedar sabu-sabu.” Jaejoong menjelaskan panjang lebar. “Itu lebih

masuk akal daripada masukan bodoh Top yang harus menunggu sampai Junsu sadar, padahal

dia masih koma, ”

“Junsu sampai koma? Tadi kamu bilang keadaanya baik-baik saja?’

“Aku berbohong.” jawab Jaejoong enteng. “Mana mungkin dihajar 15 orang yang

semuanya memegang tongkat masih baik-baik saja?”

“Lalu kenapa kamu membebaskanku?”

“Apa kamu benar-benar mau tinggal dipenjara?”

“Aku harus menebus kesalahanku, kan?”

“Masih ada cara lain yang lebih benar.”

“Apa?”tanya Hyori idak percaya.

“Aku akan memberitahumu lain kali.”

Hening sejenak.

“Kamu bilang kamu sudah tidak mencintaiku lagi” Hyori mengenang kata-kata yang

diteriakan Jaejoong di rumah sakit tadi. “Tapi kenapa kamu masih peduli padaku?”

I’m Sorry I Love You but I Lie 157

“Kenapa , Ya...?” Jaejoong tersenyum bodoh.

“Kamu berbohong juga?” tanya Hyori, dia memukul bahu Jaejoong karena kesal.

“Aku terlalu marah karena sikap bodohmu itu.” Jaejoong mencoba menjelaskan. “Aku

benar-benar mencoba untuk tidak mempedulikanmu selama sehari ini, tapi sikap Top yang

terlalu sok peduli padamu itu, membuatku jengkel juga. Jadi aku pura-pura membencimu.”

“Jahat.”

“Lha, siapa suruh kamu mempermainkan Junsu sampai babak belur seperti itu?”

Hyori tidak bisa menjawab, “Sekarang aku sudah tidak bisa meneruskan karirku.”

“Itu tidak penting” kata Jaejoong kalem. “Gelar Ny.Kim Jaejoong pati cukup untuk

membuatmu hidup bahagia selamanya, kan?”

“Ny.Kim... Jaejoong ?!” Hyori mengulangi dengan histeris. “Apa itu artinya kamu

melamarku?”

“Apa aku harus mengulanginya dengan cara yang formal dan romantis?”

“Arght...!!” Hyori berteriak keluar kaca mobil dengan senang. “Aku akan menjadi

Ny.Kim Jaejoong!!” teriaknya pada langit kola Seoul yang dihiasi banyak bintang.

.....

Keesokan harinya, Hyo Woon yang tertidur dalam posisi duduk disamping tempat tidur

Junsu terkejut saat melihat Junsu sudah sadar, ketika cowok itu membalas genggaman tangan

Hyo Woon yang sejak kemarin terabaikan, dan mencoba membelai wajahnya.

“Kamu sudah sadar?” Hyo Woon sampai lupa memelankan suaranya karena dia

merasa begitu senang. “Kak Tae Sung! Jaejoong-ssi! Junsu sudah sadar!”

Jaejoong yang baru tidur 2 jam sejak semalam langsung terlonjak bangun, begitu juga

Tae Sung yang langsung mendekati adiknya.

“Oh syukurlah...!” Tae Sung terlihat seperti ingin memeluk Junsu, tetapi melihat

keadaan Junsu yang tidak mungkin untuk bisa dipeluk dia hanya bisa bersyukur saja.

“Maaf sudah membuat kalian semua khawatir.”

“Tidak juga kok.” balas Jaejoong yang sibuk mengirimkan kabar lewt sms pada Yoo

Chun, Joo Hyun, Hyori, dan Top.

I’m Sorry I Love You but I Lie 158

“Jangan pernah melakukan hal bodoh seperti itu lagi!” omel Hyo Woon.

Jinsu melihat ke arah Jaejoong.

“Dia sudah tau.” Jaejoong hanya menoleh sebentar karena belum selesai mengetik

pesan. “Semuanya.” imbuhnya.

“Oo.” Junsu menatap Hyo Woon dengan menyesal. “Maaf”

“Tidak apa-apa, Jaejoong sudah menjelaskan apa alasan kamu mengikuti permainan

aneh itu.” kata Hyo Woon “Aku tidak mengerti kenapa kalian tega mempermainkan perasaan

wanita. Orang yang menciptakan permainan itu pasti tidak waras.”

Jaejoong terbatuk tanpa sebab, tapi Hyo Woon tidak mengerti apa maksudnya.

“Apa terjadi sesuatu dengan kakiku?” tanya Junsu khawair. “Kenapa sulit digerakkan,

ya?”

“Tulang kakimu sedikit retak, ” terang Jaejoong, “Tapi setelah beberapa waktu kamu

dapat berjalan normal lagi.”

“Serius?”

“Dokter bilang begitu.” Tae Sung mengiyakan.

“Kalau begini pasti susah mendapatkan pekerjaan.” Junsu mengeluh. “Padahal aku

ingin mrnikahimu secepatnya.” Dia menggenggam tangan Hyo Woon dengan erat.

“Kita bisa memikirkan itu pelan-pelan.” Hyo Woon meyakinkan.

“Bagaimana kalau kau bekerja di perusahaan ayahku? Toh sebentar lagi aku yang akan

mengelola perusahaan itu.” Jaejoong mengusulkan.

“Supaya kamu bisa melemparkan tanggung jawabmu padaku?” imbuh Junsu

menyindir.

“Tidak, ya. Mulai sekarang aku akan menjadi pria yang bertanggung jawab.”

“Masa?”

“Tidak percaya?”

“Tidak.” jawab Junsu spontan.

I’m Sorry I Love You but I Lie 159

“Sebentar lagi aku dan Hyori akan menikah.” kata Jaejoong dengan suara mantap.

“Apa yang menurutmu aku tidak serius sekarang?”

“....?”

Wdding’s Day

“...mereka bertiga akan menikah bersama-sama?”

“....apa kau serius...?”

“....kudengar begitu... ”

“....aku benar-benar tidak menyangka kalau Jaejoong akan menikah dengan Hyori..”

“.. .Hyori kan sedang terlibat kasus kekerasan....”

“....iya...kok Jaejoong mau, ya?...”

“....menurutku mereka tidak cocok...”

Joo Hyun mencoba mencuri-curi dengar percakapan dari tamu-tamu undangan yang

sudah datang. Dia benar merasa gugup dihari pernikahannya sekarang, sampai-sampai dia

merasa make-up nya sudah luntur karena dia terus berkeringat.

“Apa sudah ramai?” tanya Hyori yang juga gugup. Dia mencoba untuk mengintip keluar

juga, tapi Joo Hyun melarangnya.

“Tidak usah.” Joo Hyun yang khawatir kalau Hyori jadi down mendengar percakapan

orang-orang diluar yang kebanyakan sedang menggunjingnya, kemudian menyuruh Hyori

duduk lagi, disebelah Hyo Woon yang sejak dirias tadi hanya duduk dan sambil memandangi

gaunya. “Eonnie, apa ada masalah?” tanya Joo Hyun.

“Tidak, aku hanya merasa aneh saja karena kita memakai gaun yang sama.” Hyo Woon

tersenyum. “Dan gaun ini terlalu mewah untukku.” ujarnya malu.

“Tidak kok, eonnie terlihat cantik.” Joo Hyun sungguh-sungguh. “Aku tidak menyangka

kalau hal seperti ini akan terjadi. Dulu aku kira aku hanya akan berdiri berdua dengan Yoo

I’m Sorry I Love You but I Lie 160

Chun diperlaminan, tapi sekarang aku akan berdiri berenam.” Joo Hyun tertawa sendiri

sementara Hyori dan Hyo Woon hanya tersenyum sekilas.

Ketiganya menoleh saat pintu terbuka, dan Top muncul dengan wajah yang cerah.

“Hai, ladies?” sapanya yang langsung membuat Joo Hyun memekik kegirangan.

“Kak Top!” Joo Hyun berlari tanpa mempedulikan ujung gaunya yang terinjak-injak

kakinya seendiri, dan menghampiri Top yang sudah ingin lari keluar lagi. “Kamu datang?”

“Iya, aku akan melihat pernikahan masal kalian.” jawab Top sambil berkedip ke arah

Hyori.

“Apa anggota Big Bag lain datang?” tanya Joo Hyun penuh harap.

“Tidak. Aku hanya datang sendiri. Permisi,” Top menyingkirkan tangan Joo Hyun yang

merangkul lengannya, kemudian dia mendekati Hyori. “Kamu terlihat luar biasa cantik.” Top

memuji, kemudian dia mengulurkan tanganya untuk menjabat tangan Hyori. “Selamat.”

“Trims” balas Hyori merasa tidak enak.

“Apa hanya Hyori saja?” Joo Hyun merasa iri.

“Tentu saja tidak! Kalian semua terlihat cantik. Selamat atas pernikahan kalian, ya!”

Top kemudian beralih ke arah Hyo Woon. “Kamu pasti calonnya Junsu, kan?”

“Iya.”

“Selamat, ya!”

“Terimakasih.”

“Bagaimana kalau kita foto-foto dulu?” ajak Joo Hyun bersemangat.

“Dari pada berfoto-foto, aku punya kabar penting untuk kalian, ”

“Apa?” tanya Joo Hyun dan Hyori bersamaaan, tapi Hyo Woon sudah bisa menebak

apa yang akan Top ceritakan.

......

Acara pernikahan sudah dimulai.

I’m Sorry I Love You but I Lie 161

Junsu yang masih berdiri dengan bantuan tongkat diapit oleh Jaejoong dan Yoo Chun.

Selain Jae Joong mereka terlihat gugup berdiri didepan altar dan menghadap langsung ke arah

tamu sembil menunggu pengantin mereka masuk.

“Sumpah, aku sudah mau pingsan.” Junsu mendesah dengan gelisah.

“Pingsan saja, aku tidak akan peduli.” balas Jaejoong. Dia tersenyum saat pintu aula

dibuka, dan Hyori berjalan masuk dengan balutan gaun putih yang indah, dibarengi oleh Hyo

Woon dan Joo Hyun

“Hyo Woon yang paling cantik, kan?” gumam Junsu yang tidak ingin berkedip,

sementara ketiga mempelai wanita itu sudah semakin dekat sekarang. Kegugupannya tina-tiba

saja lenyap.

“Joo Hyun-ku yang terbaik.” Yoo Chun tidak bisa berhenti tersenyum.

Hyori berhenti tepat didepan Jaejoong dan membalas senyum cowoknya, begitu juga

dengan Joo Hyun dan Hyo Woon, semua hadirin sudah menunggu dengan ekspresi serius.

Jaejoong kemudian melangkah maju dan mengulurkan tanganya untuk Hyori, tapi

Hyori malah melewatinya begitu saja, dan berjalan kedepan Junsu yang wajahnya langsung

berubah pucat. Joo Hyun juga mengabaikan Yoo Chun, dan berpindah hadapan Jaejoong, lalu

menerima uluran-uluran tangan cowok itu yang sekarang ternganga. Hyoo Woon juga bergeser

kedepan Yoo Chun.

“Mau aku tampar lagi, Yoo Chun-ssi ?” tanya Hyo Woon yang masih tersenyum dan

membuat Yoo Chun mencuit

Para tamu mulai meberbisik-bisik seru melihat adegan itu, termasuk si penghulu.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Jaejoong melepaskan tangan Joo Hyun yang

merangkul tangannya.

“Apa yang kami lakukan?” balas Hyori dengan suara yang sama rendahnya dengan

Jaejoong. “Permainan kalian memang seharusnya berakhir seperti ini, kan?”

“Permainan?” Junsu menoleh pada Jaejoong dengan ngeri. Begitu juga dengan Yoo

Chun.

“Kak Top sudah memberi tau kami semuanya, ” Joo Hyun berbisik ditelinga Jaejoong.

I’m Sorry I Love You but I Lie 162

“Hyo Woon-ssi, bukankah aku sudah pernah menjelaskan padamu, bukan?” Yoo Chun

ingin menghindar.

“Kita akan bahas ini nanti.” Jaejoong mendorong Joo Hyun kembali keposisinya, dan

menarik Hyori dari sisi Junsu, dan Yoo Chun juga melakukan hal yang sama.

“Pak penghulu, kami sudah siap!” kata Jaejoong dengan suara mantap. Junsu dan Yoo

Chun mendukung dengan anggukan keras sementara ketiga mempelai wanita mereka

sekarang cemberut.

“Kalian mempermainkan kami seperti bermain arisan.” Hyori menggerutu, mendahului

penghulu yang sudah akan membuka mulut untuk bicara.

Seperti tidak memiliki pilihan lain, Jaejoong menarik pinggang Hyori lebih dekat,

kemudian mencium pengantinnya. Kalau Hyori masih meragukan perasaannya, maka dengan

cara seperti inilah dia akan membuktikanya. Hyori akan tau dia tidak sedang bermain-main.

Sebelum para tamu berhenti berwah-wah melihat aksi nekat Jaejoong, mereka dibuat

terkekeh oleh Yoo Chun yang menirukan hal yang sama. Sementara Junsu terus memandang

Hyo Woon dan tamu disana bergiliran. Tapi kemudian dia merasakan kaki kaki Yoo Chun

menendang betisnya yang tidak terluka.

“Hyo Woon, maaf, ” Junsu tidak yakin. Tapi dia juga menarik Hyo Woon mendekat, dan

mencium bibir pasanganya.

“Apa ini acara parade kiss?” kekeh Minho yang duduk diantara penonton.

Top yang berdiri dipojokan juga hanya tertawa seperti tamu-tamu lain.

.....

“Apa kami boleh melakukanya lagi?”

“Lalu kapan acaran pernikahanya dimulai???”

End

I’m Sorry I Love You but I Lie 163

Epilog

A last week before...

Tuan Lee memandang Yoo Chun dan Jaejoong bergantian. Kedua alisnya terangkat,

dengan ekspresi penasaran dia melihat koper di samping Jaejoong.

“Kalian berdua datang kesini untuk melamar Hyo Woon?” tanyanya sekali lagi, dan lagi,

Yoo Chun dan Jaejoong mengangguk bersamaan. “Tapi yang akan menikah dengan putriku

adalah Junsu?” dia mengulang penjelasan Jaejoong tadi dengan tidak yakin. Tapi kedua

pemuda itu mengangguk lagi.

“Kami juga membawa ini sebagai hadiah.” Jaejoong mengangkat koper yang dia bawa ke

atas meja, dan membuka isinya yang semuanya penuh dengan uang. “Untuk seterusnya, kami

bisa menjamin putri Anda akan hidup bahagia.” Jaejoong membual. Tapi dia tau orang seperti

Tuan Lee pasti akan terpancing.

Tuan Lee menatap uang itu dan putrinya yang berdiri di dekat pintu dapur secara

bergantian.

“Baiklah, ” kata Tuan Lee kemudian. “Toh aku juga sudah mulai menyukai si Junsu itu.”

Tuan Lee mengambil koper itu dengan senang.

Jaejoong dan Yoo Chun ber ‘high five’ ria begitu keluar dari rumah Hyo Woon.

“Ternyata mudah, kan!” ujar Jaejoong senang.

“Dasar Junsu-nya saja yang payah.” imbuh Yoo Chun puas.