5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
Menurut Mulyatiningsih (2011:227) menyatakan bahwa cooperative
learning dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
atau tim, setiap kelompok/tim terdiri dari beberapa peserta didik yang memiliki
kemampuan yang berbeda.
Menurut Solihatin (2008:4) mengemukakan bahwa
cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama
dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari
dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Wardani (2010:10)
menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk
kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama sedangkan Lie (2005:41) mengemukakan bahwa kelompok heterogenitas
bisa dibentuk dengan memperlihatkan keanekaragaman gender, latar belakang
agama sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.
Menurut Solihatin (2008:5) menyatakan bahwa keberhasilan belajar
menurut model belajar ini bukan semata – mata ditentukan oleh kemampuan
individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila
dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terstruktur
dengan baik.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah strategi belajar dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda-beda dengan tujuan setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompoknya. Oleh sebab itu,
6
pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat
bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi.
Salah satu jenis model pembelajaran kooperatif adalah tipe pendekatan
struktural dan diantara tipe pendekatan struktural salah satunya adalah NHT
(Numbered Heads Together). NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Spencer Kagen pada tahun 1992.
Menurut Trianto (2011:62) bahwa Numbered Heads Together (NHT) atau
penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional. Hal yang senada juga dikemukakan oleh
Mulyatiningsih (2011:232) yang menyatakan bahwa Numbered Heads Together
merupakan metode pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara
memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas untuk didiskusikan.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Lie (2005:59) yang menyatakan bahwa
bahwa:
teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads)
dikembangkan oleh Spencer Kagen (1992). Teknik ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Hal yang sama dengan pendapat Lie, Wardani (2010:26) mengemukakan
bahwa
struktur NHT biasanya juga disebut berpikir secara berkelompok
adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen. NHT
digunakan untuk melibatkan lebih banyak mahasiswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran sebagai gantinya mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas.
Dari berbagai pendapat diatas dapat simpulkan bahwa model pembelajaran
tipe NHT adalah model pembelajaran yang berfokus pada kelompok yang
melibatkan siswa untuk bekerja sama di dalam dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dengan cara penomoran, pemberian pertanyaan
dan menyelesaikan pertanyaan dengan diskusi didalam kelompok.
7
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Zuhdi
dalam Utami (2011:14) antara lain setiap siswa menjadi siap semua dan dapat
melakukan diskusi mengajari siswa yang kurang pandai.
Hal yang senada dengan pendapat Zuhdi, Lie (2005:47) mengemukakan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
membutuhkan kerjasama antar anggota kelompok. Jumlah anggota dalam satu
kelompok bervariasi. Adapun kelebihan jumlah anggota kelompok berempat
ialah:
1. Mudah dipecah menjadi berpasangan
2. Lebih banyak ide muncul
3. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
4. Guru mudah memonitor
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut
Zuhdi dalam Utami (2011:14) menyatakan bahwa kemungkinan nomor yang
dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua anggota kelompok dipanggil
oleh guru.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lie (2005:47), kekurangan dari
kelompok berempat adalah sebagai berikut
1. Membutuhkan lebih banyak waktu
2. Membutuhkan sosialisasi yang lebih
3. Jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara
4. Kurang kesempatan untuk kontribusi individu
5. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak
memperhatikan
Pembelajaran kooperatif tipe NHT mendorong siswa untuk bekerjasama,
berdiskusi, meningkatkan sikap percaya diri serta mendorong siswa untuk aktif
didalam proses pembelajaran. Adapun langkah – langkah pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Trianto (2011:63) ialah sebagai
berikut:
Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5
8
Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dn dalam bentuk kalimat tanya.
Fase 3 : Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim
Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
juga diungkapkan oleh Wardani (2010:26) dengan tahapan pelaksanaan sebagai
berikut:
Langkah 1: Penomoran
Dosen membagi mahasiswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang
dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
Langkah 2: Mengajukan pertanyan
Dosen mengajukan sebuah pertanyaan kepada mahasiswa. Pertanyaan
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya
atau bentuk arahan.
Langkah 3: Berpikir bersama
Mahasiswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Langkah 4: Menjawab
Dosen memanggil mahasiswa dengan nomor tertentu, kemudian
mahasiswa yang nomornya dipanggil tersebut mengacungkan tangannya
dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Langkah - langkah NHT menurut Mulyatiningsih (2011:232) adalah
sebagai berikut:
1. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap anggota
kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing – masing kelompok
mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik secara acak untuk
melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Peserta didik lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang
sedang melapor
6. Guru menunjuk nomor lain secara bergantian
9
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah –
langkah pelaksanaan NHT adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan kelompok
Siswa dibagi kedalam kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
2. Penomoran anggota kelompok
Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor. Nomor terdiri dari 1
sampai 4.
3. Pembagian bacaan tentang materi
Siswa didalam kelompok mendapatkan bacaan tentang materi
4. Menyimak bacaan tentang materi
Siswa didalam kelompok menyimak bacaan tentang materi yang diberikan
oleh guru
5. Pengajuan pertanyaan
Siswa memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
6. Diskusi
Siswa didalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan pertanyaan yang
telah diajukan.
7. Menjawab pertanyaan
Siswa dengan nomor tertentu dipanggil untuk menjawab pertanyaan yang
telah diajukan.
8. Menanggapi jawaban
Siswa dari kelompok lain yang bernomor sama diminta untuk menanggapi
jawaban yang telah disampaikan tersebut.
9. Siswa melakukan penegasan terhadap materi dengan bimbingan dari guru.
2.1.2 Mata Pelajaran PKn
Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas
No. 22 Tahun 2006).
10
Pengajaran PKn di Sekolah Dasar mempunyai tujuan agar siswa dapat
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006):
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-
korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Adapun ruang lingkup bahan kajian PKn untuk SD/MI meliputi aspek-
aspek berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan
negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan
kedudukan warga negara.
11
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn kelas IV Sekolah Dasar
semester genap tahun pelajaran 2011/2012 disajikan pada tabel berikut
( Permendiknas No. 22 Tahun 2006):
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn Kelas IV Sekolah Dasar
Semester II
Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Mengenal sistem
pemerintahan tingkat pusat
3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam
susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti
MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan BPK
dll.
3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan
tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil
Presiden dan para Menteri
4. Menunjukkan sikap terhadap
globalisasi di lingkungannya
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh
globalisasi di lingkungannya
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia
yang pernah ditampilkan dalam misi
kebudayaan internasional
4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh
globalisasi yang terjadi di lingkungannya
12
2.1.3 Hasil belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Menurut Sudjana (2011:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hal yang sama dikemukakan oleh Suprijono (2011:5) bahwa hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap apresiasi dan ketrampilan.
Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2011:5) menyatakan bahwa
hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapakan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons
secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut
tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun
penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta- konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemamuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan mengi
ternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan
menjadi nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Sedangkan menurut Kingsley dalam Sudjana (2011:22) membagi tiga
macam hasil belajar mengajar : Keterampilan dan kebiasaan, Pengetahuan dan
pengarahan, Sikap dan cita-cita. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, keterampilan dan kemampuan
yang terjadi pada diri seorang siswa setelah dia mendapatkan pengalaman belajar.
13
Hasil belajar digunakan guru untuk digunakan sebagai ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar diperoleh dengan
melakukan pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai
kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu
gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa
angka. Menurut Cangelosi dalam Wulan (2010) yang dimaksud dengan
pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Menurut Zainul dan Nasution (2001) dalam Wulan (2010) pengukuran
memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu,
2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) dalam
Wulan (2010) mengemukakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai
kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga
sifatnya menjadi kuantitatif. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran adalah cara membandingkan suatu dengan alat ukuran tertentu/ skala
tertentu sehingga data yang dihasilkan bersifat kuantitatif. Dari pengertian
pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik
digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur
melalui teknik tes dan non tes. Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen
pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu:
1. Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang
harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek
tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi (Poerwanti, dkk. 2008:4-3).
Menurut Sudjana (2008:35) dalam Wulan (2010) tes digunakan sebagai alat
penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan
(tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya
14
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran, namun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula
digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan
psikomotoris. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan tes adalah
suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
kaitannya dengan indikator pencapaian kompetensi dan menggunakan langkah –
langkah dan kriteria - kriteria yang sudah ditentukan.
Teknik tes yang diungkapkan oleh Poerwanti (2008:4-9) adalah sebagai
berikut:
a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan
1. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal
maupun jawabannya
2. Tes Lisan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya
dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-
rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan
biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen
asesmen yang lain.
3. Tes Unjuk Kerja
Pada Tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai
indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya
1. Tes Esei (Essay-type Test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan
gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
2. Tes Jawaban Pendek
Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes
diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi
memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata
pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.
3. Tes objektif
Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang
diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula
disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).
15
2. Non Tes
Selain teknik tes yang digunakan untuk penilaian hasil belajar, teknik non
tes juga digunakan dalam mengamati siswa pada ranah afektif dan psikomotor,
berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Beberapa
teknik non tes yang dikemukakan oleh Poerwanti (2008:3-19 – 3-31), yaitu:
1. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar
peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh
pendidik tanpa menggunakan instrumen.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek
kepribadian peserta didik.
3. Angket
Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa
data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude
Questionnaires).
4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)
Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat
siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai
kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah,
tipe, pola, dan lain sebagainya.
5. Task Analysis (Analisis Tugas)
Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan
menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar
komponen tugas dan daftar skills yang
diperlukan.
6. Checklists dan Rating Scales
Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur,
yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa
kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.
7. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam
karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan
belajar dan prestasi siswa.
8. Komposisi dan Presentasi
Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.
9. Proyek Individu dan Kelompok
Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan
untuk individu maupun kelompok
16
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurniasih Wahyusari
(2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
Model Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten
Pasuruan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa : 1) Penerapan pembelajaran
kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) tidak hanya dapat
meningkatkan aspek kognitif saja, namun semua aspek yang menyangkut
perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerjasama serta
partisipasi siswa dalam pembelajaran. 2) Penerapan pembelajaran kooperatif
model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi hasil
belajar IPS pada siswa kelas V SDN Luwuk. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
hasil tes tulis pada setiap siklus.
Hasil tes pada siklus I mencapai 69,12 dan meningkat menjadi 80,88 pada
siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi
hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Luwuk. Kelebihan dari penelitian ini
adalah dengan penggunaan model pembelajaran NHT tidak hanya dapat
meningkatkan aspek kognitif siswa saja namun juga mengembangkan kemampuan
bekerjasama didalam kelompok serta partisipasi siswa didalam pembelajaran.
Kelemahan dari penelitian ini ialah kurangnya keterampilan guru dalam
mengelola kelas. Mendasar pada kelemahan penelitian tersebut, maka dalam
penelitian ini guru harus benar-benar melakukan persiapan agar dapat mengelola
kelas dengan baik sehingga pembelajaran berjalan sesuai harapan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ferry Pietersz dan Horasdia
Saragih (2010) yang berjudul Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP
Negeri 1 Cisarua. Dari hasil analisis menunjukkan hasil yang diperoleh
menggunakan uji Levene’s didapatkan nilai 5.38 dengan signifikasi uji Levene’s
(0.000) < a =0.05, maka tolak Ho dengan demikian hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
17
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pencapaian matematika
siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Kelebihan dari penelitian ini
adalah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT sudah sangat baik, hal ini
didukung dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Kelemahan dari penelitian ini
adalah guru kurang teliti dalam mengatur waktu pembelajaran. Mendasar pada
kelemahan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini guru harus lebih teliti
dalam mengatur waktu pembelajaran supaya alokasi waktu pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang telah direncanakan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anis Muftisyah (2010) dalam
penelitiannya Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head
Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN
Sukolilo II Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together
(NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Sukolillo II
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
peningkatan hasil belajar siswa dari pra tindakan yaitu nilai rata-rata kelas yang
diperoleh adalah 63,85 dengan ketuntasan belajar 25%. Dengan demikian pada
pra tindakan dinyatakan belum tuntas. Kemudian pada siklus I dinyatakan belum
tuntas dengan perolehan rata-rata kelas 74,55 dan ketuntasan belajar 50%. Pada
siklus I dinyatakan belum tuntas dikarenakan kriteria ketuntasan minimal 80%
belum terpenuhi. Pada sisklus II perolehan nilai rata-rata kelas 85,85 dan
ketuntasan belajar mencapai 85%. Siklus II ini dinyatakan tuntas karena jumlah
siswa yang memperoleh nilai minimal 75 sebanyak 85% (17 anak dari 20 siswa).
Kelebihan dari penelitian ini adalah terlihat adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus II, yang membuktikan siswa lebih tertarik dan bersemangat didalam proses
pembelajaran. Kelemahan dari penelitian ini adalah masih ada beberapa siswa
yang belum berani menyampaikan pendapat mereka serta malu didalam
berdiskusi. Mendasar pada kelemahan penelitian tersebut, maka guru harus
memberikan motivasi dan dorongan agar siswa berani menyampaikan pendapat
dan tidak malu didalam berdiskusi.
18
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wibi Gilang Saputro (2011)
dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan pembelajaran Kontektual dengan
Menggunakan Model Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Ketawanggede 2 Malang.
Dari Penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa: 1) Pada pembelajaran IPS siklus I
dengan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan model Numbered Heads
Together (NHT) kemampuan guru dalam membuat RPP mencapai skor 90 dan
pada siklus II mencapai skor 93,33. Kemampuan guru dalam pembelajaran sesuai
dengan RPP pada siklus I mencapai 87,5 dan pada siklus II mencapai 92,5. 2)
Aktivitas belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata mencapai 55,97%, sedangkan
siklus II rata-rata meningkat menjadi 72,27%. 3) Kentuntasan hasil belajar siswa
pada siklus I sebesar 43,47% dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa
mencapai 95,65%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
siswa yang diiringi dengan peningkatan aktivitas dan pemahaman siswa didalam
proses pembelajaran. Kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya
keterampilan guru dalam mengelola kelas, sehingga kelas menjadi ramai.
Mendasar pada kelemahan penelitian tersebut, maka guru harus benar-benar
melakukan persiapan yang matang serta harus memahami konsep NHT sebelum
melaksanakan pembelajaran, agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunandar (2008) dalam
penelitiannya berjudul Pengaruh Model Pembelajaran NHT Terhadap Minat dan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Di Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Dikemukakan bahwa Dari perhitungan
diperoleh nilai Fo = 46,33 lebih besar dari Ft (0,05) = 3,94 dan Ft (0,01) = 6,93,
ini berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian berarti ada
pengaruh positif yang signifikan penerapan model pembelajaran NHT terhadap
hasil belajar matematika siswa SDN Ngesrep 01/02 Kota Semarang. Dari
perhitungan diperoleh nilai Fo hitung = 46,33 lebih besar dari Ft (0,05) = 3,94 dan
Ft (0,01) = 6,93, ini berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian
berarti bahwa ada pengaruh positif yang signifikan penerapan model pembelajaran
NHT terhadap minat belajar matematika siswa SDN Ngesrep 01/02 Kota
19
Semarang. Kelebihan dari penelitian ini adalah adanya penilaian aktivitas siswa
dan penguasaan konsep didalam pembelajaran yang menunjukkan peningkatan
pada tiap pertemuan. Kelemahan dari penelitian ini adalah guru kurang teliti
dalam mengatur waktu pembelajaran. Mendasar pada kelemahan penelitian
tersebut, maka dalam penelitian ini guru harus lebih teliti dalam mengatur waktu
pembelajaran supaya alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang telah direncanakan.
2.3 Kerangka Pikir
Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam
pelaksanan pendidikan. Agar pembelajaran berhasil, guru harus membimbing
siswa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan
struktur pengetahuan bidang studi yang dipelajari. Untuk mencapai keberhasilan
itu guru harus dapat memilih metode yang tepat untuk dapat diterapkan dalam
pembelajaran.
Salah satu metode yang umum diterapkan dalam pembelajaran adalah
pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh
guru menggunakan metode ceramah. Sehingga proses pembelajaran yang
berlangsung berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk
duduk dan mendengarkan materi tentang globalisasi yang disampaikan oleh guru
sehingga siswa menjadi pasif, kurang bisa memahami materi dengan baik karena
merasa bosan, serta masih rendahnya keberanian siswa untuk bertanya tentang
materi karena kurangnya keterlibatan siswa didalam proses pembelajaran serta
tidak adanya kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk aktif
berpikir dalam pembelajaran serta berinteraksi dengan teman. Setelah guru selesai
menjelaskan materi, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal tes formatif.
Siswa mengerjakan soal tes formatif dengan berdasarkan apa yang dia dengar dari
penjelasan guru. Sehingga hasil belajar yang diperoleh rendah dan banyak siswa
yang nilainya dibawah KKM.
20
Pembelajaran tentang materi globalisasi akan diujicobakan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Menurut Lie (2005:59)
NHT juga memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. NHT
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi dengan 4 tahapan, yaitu: penomoran,
pengajuan pertanyaan oleh guru, diskusi dan menjawab pertanyaan. Sebelum
pembelajaran dimulai siswa didalam kelas dibentuk kedalam kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 anggota/siswa yang dipilih secara heterogen. Kemudian
langkah pertama penomoran, tiap kelompok mendapatkan nomor, nomor terdiri
dari 1,2,3 dan 4 sesuai jumlah anggota kelompok, setelah itu nomor dipasang pada
kepala masing-masing anggota kelompok sebagai identitas. Langkah selanjutnya
adalah pembagian bacaan tentang materi globalisasi kepada masing – masing
kelompok, setiap anggota kelompok menyimak materi yang telah dibagikan.
Selesai menyimak, seluruh anggota kelompok diminta untuk bersiap-siap
menerima pertanyaan dari guru. Kemudian guru mengajukan pertanyaan dan
siswa di dalam kelompok berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan
pertanyaan yang diajukan. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang
nomornya berkewajiban menjawab pertanyaan kepada teman sekelas. Siswa dari
kelompok lain yang bernomor sama diminta untuk menanggapi jawaban yang
telah disampaikan. Siswa melakukan penegasan terhadap materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan dari guru. Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini
dapat memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar, siswa
dapat termotivasi untuk belajar menyampaikan pendapat dan bersosialisasi dengan
teman sekaligus berdampak positif terhadap hasil belajar yang meningkat diatas
KKM.
21
Pembelajaran PKn
Globalisasi
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran kooperatif NHT
Guru menyampaikan materi
pembelajaran dengan
menggunakan metode
ceramah
tes formatif
Hasil belajar
< KKM
Gambar 2.1
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) Terhadap Hasil Belajar PKn
Siswa pasif dan hanya
mendengarkan penjelasan
yang disampaikan guru
Penomoran anggota kelompok
Menyimak bacaan tentang
globalisasi
Pengajuan pertanyaan
tentang globalisasi oleh
guru
Diskusi untuk
menyelesaikan pertanyaan
tentang globalisasi yang
telah diajukan
Menjawab pertanyaan
tentang globalisasi oleh
nomor yang dipanggil
Tanggapan dari kelompok
lain yang bernomor sama
Siswa melakukan penegasan
terhadap materi globalisasi
dengan bimbingan dari guru
tes formatif
penilaian proses
Tanggungjawab
waktu
Pendapat
Kejelasan
Bahasa
Keberanian
Kebenaran
Bahasa
Keberanian
Bahasa
penilaian hasil
Pembagian kelompok
@ 4 siswa
Pembagian bacaan tentang
materi globalisasi
Hasil belajar
≥ KKM
22
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan dapat
diajukan hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) terhadap hasil belajar PKn
siswa kelas IV di SD Negeri Depok Toroh Grobogan Semester Genap Tahun
Pelajaran 2011/2012.