bab ii edit bersih
DESCRIPTION
blok 7TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bahan Abrasif
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Macam-macam Bahan Abrasif
Ada beberapa jenis bahan abrasif yang tersedia tetapi hanya yang
umum yang digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah
mencakup batu Arkansas, kapue, korundum, intan, akik, pumis dll.
Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih
disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak.
2.1.2.1 Bahan Abrasif Alami
Bahan Abrasif Alami menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Batu Arkansas.
Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu
muda dan semitransluler yang ditambang di Arkansas.
2. Kapur.
Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah
abrasive putih yang terdiri atas kalsium karbonat.
3. Korundum.
Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna
putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium,
yang sudah banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental
4. Intan.
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas
karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut
superabrasif karena kemampuannya untuk mengasah substansi
apapun.
5. Amril.
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat
dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam
bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran
6. Akik.
Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang
mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah
silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan.
7. Pumis.
Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan siliak berwarna abu-
abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga
dapat ditemukan pada abrasif karet.
2.1.2.2 Jenis Bahan Abrasif Buatan
Bahan Abrasif Buatan menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Silikon karbid
Abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang
pertama kali dibuat. Silikon tersebut sangat keras dan rapuh.
Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk
partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efesiensi pemotongan
yang sangat tinggi untuk berbagai bahan termasuk, keramik, dan
bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai bahan abrasif pada
disk dan instrumen bonding vitraus serta karet.
2. Oksida Alumunium
Abrasif sintetik kedua yang dikembangkan sesudah silikon karbid.
Oksida aluminium sintetik ( alumina) dibuat berupa bubuk
berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina
alami) karena kemurnianya. Oksida ini dipakai untuk oksida
bonding, abrasif berbentuk lapisan. White stone dibuat dari oksida
aliminium yang disintering untu merapikan email gigi, logam
campur, maupun bahan keramik.
3. Rouge
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna
merah dalam rouge, bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan
berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk
memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi
4. Oksida timah
Abrasif yang sangat halus ini digunakan sebagai bahan pemoles
untuk gigi dan restorasi logam di dalam mlut. Bahan ini dicampur
dengan air, alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif
ringan.
2.1.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Daya abrasi Pembersih Gigi
Menurut Anusavice tahun 2004 faktor- faktor yang mempengaruhi daya
abrasi pembersih gigi yaitu :
1. Faktor- Fakor Ekstraoral
a. Jenis,Ukuran, dan Jumlah partikel pada pembersih gigi
Jenis partikel bahan abrasif yang mempunyai tepi tajam akan
lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul,ukuran
partikel bahan abrasif lebih besar atau lebih lebar akan
menghasilkan goresan yang lebih dalam daripada bahan abrasif
yang lebih kecil dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi
membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi.
b. Jumlah pembersih yang digunakan
Pembersih yang banyak digunakan adalah pasta dan pasta gigi, ini
disebabkan karena konsentrasi bahan abrasif pada pasta dan pasta
gigi berbentuk gel adalah 50-75 % lebih rendah daripada
bubuk.Oleh karena itu,bubuk lebih jarang digunakan karena lebih
memungkinkan terjadinya abrasi dentin dan sensitivitas pulpa.
c. Jenis sikat gigi
Jenis sikat gigi yang mempunyai bulu-bulu lebih lentur akan
lebih mudah menekuk dan membawa lebih banyak partikel
abrasif untuk berkontak dengan struktur gigi dengan tekanan yang
relatif lebih ringan daripada jenis sikat gigi yang lebih kasar.
d. Metode penyikatan gigi dan tekanan yang digunakan selama
penyikatan
Kecepatan gerakan menggosok selama penyikatan partikel abrasif
yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam dan
tekanan yang diberikan selama penyikatan,tekanan yang terlalu
besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan meningkatkan
panas yang timbul karena gesekan.
e. Frekuensi dan Lama penyikatan
Yang terpenting didalam penyikatan gigi tidak perlu kuat tetapi
lama minimal 2 menit setiap kali menyikat gigi,ini adalah salah
satu cara untuk mengurangi daya abrasi.
f. Kemampuan koordinasi pasien
Kemampuan koordinasi pasien misalnya dengan menghilangkan
kebiasaan buruk yang dapat mengikis email gigi, seperti
menggigit pensil pulpen atau korek gigi dan tusuk gigi, Meskipun
gigi bagian terkeras, tapi gigi juga rentan terhadap kekuatan
lemah yang dilakukan secara konstan.
2. Faktor Intraoral
a. Konsistensi saliva dan jumlahnya (variasi normal).
b. Xerostomia akibat obat, patologi kelenjar saliva, dan terapi
radiasi.
c. Keberadaan, jumlah, dan kualitas deposit gigi yang ada
(pelikel, plak, kalkulus).
d. Permukaan akar gigi yang terbuka
Adanya bahan restorasi, protesa gigi, dan alat ortodonsi
(Anusavice, 2003).
2.2 Bahan Polish
2.2.1 Pengertian
Polishing merupakan rangkaian prosedur yang berfungsi untuk
mengurangi atau menghilangkan goresan-goresan yang terjadi dari
proses pekerjaan sebelumnya. Pekerjaan ini dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan permukaan restoratif yang mengkilat.
2.2.2 Fungsi
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan :
1. Meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi
sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi
daerah permukaan dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi.
Permukaan yang lebih halus akan lebih mudah dijaga kebersihannya
dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-
hari karena dental flos dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang
lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi.
2. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipolis dengan
baik sisa makanan tidak mudah melekat pada permukaan restorasi
selama proses mastikasi. Yang terpenting, daerah kontak restorasi
yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga
maupun antagonisnya. Hal ini terjadi pada restorasi porselen yang
mempunyai kekerasan yang lebih dibanding email dan
dentin.permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan yang
tinggi pada gigi sehingga dapat menimbulkan hilangnya kontak
fungsional dan stabilitas antar gigi.
2.2.2 Macam - macam Bahan yang Digunakan dalam Proses Polishing
Bahannya harus bisa membersihkan dan memolish permukaan tanpa
menyebabkan efek samping. Penghalusan pertama dilakukan dengan
alat abrasif yang lebih kasar atau dapat pula dilakukan dengan alat bur.
Pemilihan alat abrasif yang lebih kasar pada proses penghalusan
pertama dimaksudkan untuk mempercepat pengikisan. Selanjutnya
goresan-goresan yang masih tersisa dihilangkan dengan menggunakan
alat abrasif yang lebih halus. Semakin halus alat abrasif, semakin kecil
partikel yang dilepaskan atau dipotong dari permukaan dan goresan
yang dihasilkan lebih halus. Kunci dari kesuksesan polishing dan
finishing terdapat pada mengikuti prosedur penggunaan bahan dan alat
yang sesuai.
2.2.2.1 Macam-macam Bahan Abrasif yang digunakan dalam proses
Polishing di Kedokteran Gigi
1. Kapur
Merupakan salah satu bentuk mineral dari calcite. Kapur adalah
abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. digunakan sebagai
pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran emas,
amalgam, dan bahan plastis.
2. Pumice
Merupakan bahan silika yang berwarna abu-abu muda yang dihasilkan
dari aktivitas gunung berapi. Digunakan terutama dalam bentuk pasir
tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini
digunakan pada bahan plastik. Tepung pumis adalah derivat batu
volakanik yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles
email gigi, lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik.
3. Cuttle
Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk
abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian
dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia. Merupakan
bubuk putih calcareus yang digunakan untuk prosedur abrasi yang
halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amalgam gigi.
4. Aluminium oxide
Adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan setelah silikon
karbid. Aluminium oxide berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih
keras daripada korundum (alumina alami) karena kemurniannya.
Aluminium oxide banyak digunakan untuk merapikan email gigi,
logam campur, maupun bahan keramik. Emery yang merupakan suatu
aluminium oxide alam yang sering disebut corundum,aluminium
oxide adalah bahan abrasive murni dari berbentuk emery,garnet
dibentuk dari sejumlah mineral digunakan pada polishing gigi.
5. Amril.
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat
dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk
disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran. Dapat
digunakan untuk memoles logam campur atau bahan plastis.
6. Quartz.
Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras,
tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat
banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel kristalin quatrz dilumatkan
untuk membentuk partikel angular yang tajam yang bermanfaat dalam
membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan terutama untuk
merapikan logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email
gigi.
7. Tripoli.
Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh.
Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis yang
berwarna abu-abu dan merah adalah yang paling sering digunakan
dalam kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi partikel yang sangat
halus dan dibentuk dengan pengikat lunak menjadi batang-batang
senyawa pemoles. Digunakan untuk memoles logam campur dan
beberapa bahan plastik.
8. Rouge.
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah
dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan berbagai
pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk memoles
logam campur mulia yang berkadar tinggi.
9. Oksida Timah.
Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai bahan
pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan ini
dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk membentuk pasta
abrasif ringan.
2.2.3 Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran
gigi
1. Kekerasan partikel abrasif; misalnya, diamond adalah bahan yang
paling keras, sedangkan batu apung, batu akik, dan lain-lain relatif
lebih lunak
2. Bentuk partikel bahan abrasif; partikel yang mempunyai tepi tajam
akan lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul.
3. Besar partikel bahan abrasif; partikel yang lebih besar sanggup
menghasilkan goresan yang lebih dalam.
4. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif; bila bahan abrasif pecah,
hendaknya dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi kerapuhan suatu
bahan abrasif dapat merupakan suatu keberuntungan.
5. Kecepatan gerakan menggosok; gerakan partikel abrasif yang
perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam.
6. Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok, tekanan yang terlalu
besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan meningkatkan panas
yang timbul karena gesekan.
7. Sifat-sifat bahan yang hendak digosok; bahan yang rapuh dapat
digosok dengan cepat, sedangkan bahan yang lunak dan kenyal
(misalnya, emas murni) akan mengalir dan bukannya terasah oleh
abrasif.
2.3 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Akrilik Resin
Komposit dan Tumpatan Semen
2.3.1 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish padaResin Akrilik
Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Akrilik menurut
Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Batu Arkansas
Batu endapan silika warna abu-abu muda dan semitranslusen yg
ditambang di Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal. Corak
padat,keras, seragam. Potongan kecil dicekatkan pd batang logam lalu
ditruin keberbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam
campur.
2. Pasir
Campuran partikel mineral kecil terutama silika. Berwarna warni
sehingga punya penampilan yg khas. Bentuk bulat atau
angular.Diaplikasikan dengan tekanan udara untuk menghilangkan
bahan tanamdari logam campur pengecoran. Dapat dilapiskan pada
disk kertas untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
3. Pumis
Silika abu-abu muda. Dalam bentuk pasir atau abrasif karet. Untuk
bahan plastik. Bubuknya adalah derivat batu vulkanik yg sangat halus
dariitalia dan digunakan memoles email, lempeng emas, amalgam,
dan resin akrilik.
Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasive dan polish
1. Kelebihan atau tonjolan akrilik dihilangkan dengan menggunakan
Arkansas stone yang telah dipasang pada mini drill. Kemudian,
permukaan akrilik bagian luar dihaluskan dengan Arkansas stone, lalu
diratakan dengan rempelas kasar dan halus. Permukaan akrilik bagian
dalam (fitting surface) yang menempel pada gusi pasien tidak boleh
dihaluskan karena akan mengakibatkan protesa longgar.Selanjutnya
Vilt cone dipasang pada minidrill, ambil pumice yang telah dicampur
dengan air, oleskan pada vilt cone dan digosokkan ke seluruh
permukaan luar resinakrilik. Setelah tampak halus, permukaan
digosok dengan kain wol atau flannel sampai terlihat mengkilat tinggi
(hooglans) atau seperti permukaan kaca (Tim Pengajar Teknologi
Kedokteran Gigi, 2010).
2. Finishing Dan Polishing Resin Akrilik
a. Finishing :
1. Pasang bur Arkansas di mini drill.
2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan
menggerus tonjolan atau permukaan kasar pada resin
akrilik.
3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada
lagi permukaan kasar.
4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi
ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin
akrilik dengan ampelas halus tersebut.
b. Polishing :
1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat
resin akrilik semakin halus dan mengkilat.
2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice
(yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih
banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata
brush atau dengan menggunakan mesin brush
3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area
permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa
halus ketika diraba.
4. Untuk membuat resin akr ilik menjadi mengkilat, gunakan
kain wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok
permukaan resin akrilik dengan kain tersebut (USU, 2012).
2.3.2 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Komposit
Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Komposit menurut
Anusavice 2004 yaitu :
1. Intan
Mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon.
Senyawa paling keras, disebut super abrasif karena dapat
mengasah substansi apapun. Digunakan pada bahan
keramik dan resin komposit
2. Abrasif intan sintetik
Digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat 5 kali lebih
besar dari tingkat abrasif intan alami. Digunakan pada
gergaji intan, roda, dan bur intan. Blok yang ditanami
partikel intan digunakan untuk mengasah jenis abrasi yang
lain. Pasta pemoles intan juga dibuat dari partikel yang
diameternya lebih kecil dari 5 um dan digunakan untuk
memoles bahan keramik. Abrasive intan sintetik digunakan
terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan
resin komposit.
3. Instrument Poles : abrasif karet, disk dengan partikel halus
atau amplas, dan pasta poles dengan partikel halus.
Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasive dan polish.
1. Finishing Dan Polishing Resin Komposit
Finishing dapat dilakukan 5 menit setelah dicuring.
Finishing dilakukan dengan menggunakan pisau atau
diamond stone. Finishing yang terakhir dapat dilakukan
dengan mengunakan karet abrasif atau rubber cup dan
disertai pasta pemolis atau disk aluminium oksida.
2. Finishing Dan Polishing Composite
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan
restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat
permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan
segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami
polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.
Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel
blades, seperti 12 atau12b atau specific resin carving
instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium,
atau nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide
burs, berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated
rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan
pasta polishing.
a. Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar
pada resin komposit dan dapat digunakan untuk membentuk
anatomi pada permukaan restorasi.
b. Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi.
Bagian yang abrasive dari disk dapat mencapai bagian
embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari
beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa
digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan
polishing.
c. Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang
paling kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang
yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat
permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang
utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat
permukaan yang terdapat ekses membentuk groove,
membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta
membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi
anterior.
d. Finishing stips
Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan
proksimal margin gingival untuk membuat kontak
interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik.
Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang
besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-
hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum,
dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk
finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis
dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara
berurutan.
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan
ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk
membentuk permukaan proksimal dari resin komposit.
2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari
resin komposit pada aspek distal
3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan
untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin
komposit.
4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi
oklusal
5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan
untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasi
6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing
atau polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak
proksimal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan
bentuk restorasi sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan
tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal
seperti tactil, kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak
oklusal dengan gigi antagonisnya.
2.4 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Tumpatan Semen (GIC)
a. Klasifikasi :
Tipe I (konvensional) sebagai bahan perekat restorasi. Tipe II
sebagai bahan restorasi
Ada 4 macam : Ionomer Kaca konvensional, Ionomer Kaca
hybrid, Kaca tricure Ionomer, Kaca metal
Komposisi :
Liquid : Terdapat cairan asam tartaric yang dapat meningkatkan
stabilitas material, poliakrilik acid.
Powder : Kaca kalsium fluoro aluminosilikat yang larut dalam
asam (poliakrilik acid).
b. Manipulasi :
Ada 2 Mekanis : Menggunakan amalgamator Manual : Ada 3
cara (sircular motion , figure eight, fold and press motion)
Menggunakan alat (semen spatel untuk mengaduk), plastis
instrument (untuk memasukkan ke dalam cavitas)
Powder :Liquid = 1,3 : 1 atau sesuai anjuran pabrik
Pencampurannya hingga tampak glossy (mengkilat) tidak boleh
hingga buram.
2.5 Pasta Gigi
2.5.1 Pengertian :
Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan
permukaan gigi, memperkuat gigi terhadap karies serta untuk mengurangi
pembentukan plak yang biasanya digunakan dengan sikat gigi.
2.5.2 Komposisi Pasta Gigi
2.5.3 Macam-Macam Pasta Gigi
1. Pasta gigi baking soda
Pasta gigi baking soda mengandung sodium bicarbonat memiliki
banyak keuntungan salah satunya dapat memberikan efek kontrol
karies, oleh karena komposisinya terdiri dari baking soda-flouride,
dimana baking soda terdiri dari hydrate silica yang aksinya sesuai
dengan aksi flouride.
2. Pasta gigi Therapeutik
Pasta gigi therapeutik dibagi menjadi 2 kelompok :
a. Pasta gigi therapeutik yang tidak mengandung flouride seperti
pasta gigi yang mengandung klorofil ,antibiotik, amonium dan
enzim inhibitor.
b. Pasta gigi therapeutik yang mengandung flouride untuk
mencegah terjadinya karies gigi, contohnya Sodium Flouride
(NaF), Stannous Flouride (SnF2), Sodium
monofluorophosphate (Na2PO3F), Amine Fluoride (NH4-F).
3. Mentasent Merupakan campuran 0,75 % gel peroksida dengan
baking soda dan 1100 ppm sodium fluoride. Produk ini sudah
banyak dipakai masyarakat karena konsentrasi yang rendag
dengan hydrogen peroksida tidak membuat alergi.
4. Triclosan
Triclosan memiliki agen anti bakterial dengan spektrum luas,
efektif untuk melawan banyak jenis bakteri sehingga digunakan
sebagai agen anti bakterial dalam perawatan kesehatan rongga
mulut. Produk pasta yang mengandung zinc sitrat dan triclosan
yang dikeluarkan unilever efektif juga untuk mereduksi
pembentukan plak dan preventif pada gingivitis.
5. Anti tartar atau Kalkulus (karang gigi)
Pasta gigi yang berfungsi sebagai anti kalkulus terdiri dari
kombinasi tetrasodium phosphat dan disodium dihydrogen
pyrophosphat. Kristal pyrophosphate dapat menjadi agen
inhibitor dalam menghambat pertumbuhan kalkulus. Produk
yang sama fungsinya di pasaran sekarang terdiri dari NaF, zinc
sitrat, trrihydrate contohnya seperti close-up. Tetapi perlu
diingat kristal pyrophosphate dan phosphonate dapat juga
menghambat remineralisasi.
6. Anti hipersensitif
Pasta gigi yang berfungsi sebagai anti kalkulus terdiri dari
kombinasi tetrasodium phosphat dan disodium dihydrogen
pyrophosphat.. Agen aktifnya terdiri dari potasium nitrat,
strontium chloride, dan sodium sitrat. Contoh lainnya yang
direkomendasikan pada therapeutik dental adalah sensodyne-F,
dengan kombinasi agen aktif yang memberikan efek anti
hipersensitif dan preventif karies.
7. Pemutih dan pengkilap gigi
Pasta yang berfungsi sebagai pemutih gigi dan pemoles gigi
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu pasta dengan peroksida dan
pasta tanpa peroksida. Pasta tanpa peroksida lebih bersifat
abrasif yang terasa pada waktu pertengahan pemakaian pasta ini.
Pasta dengan peroksida dikenal sebagai tooth whiteners (bahan
yang dapat memutihkan gigi). Efeknya dapat dirasakan setelah
pemakaian 2-3 kali. Produk ini terdiri dari hydrogen peroksida
atau carbamide peroksida yang berfungsi sebagai bleaching dan
whitening. Carbamide peroksida dirusak dan dibentuk menjadi
urea dan hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida kembali
menjadi radikal bebas yang berikatan dengan oksigen yang
nantinya menjadi molekul bleaching yang aktif. Penggunaan
peroksida yang banyak dapat menyebabkan warna hitam pada
permukaan lidah dan berbahaya untuk pulpa dan jaringan lunak
di rongga mulut.
2.5.4 Ciri-ciri pasta gigi yang baik
Menurut Dwi tahun 2011 ciri-ciri pasta gigi yang baik yaitu:
a. Mengandung banyak fluor, kecuali untuk anak batita pada pasta
gigi yang digunakan jika mengandung banyak fluor tidak baik.
b.Tidak banyak berbusa.
c.Ketika digunakan untuk sikat gigi dapat menghilangkan partikel-
partikel asing, sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi, plak atau
karang gigi dan dapat membersihkan gigi.
d.Haruslah tidak bersifat toksik, memiliki rasa yang menyenangkan
dan setelah menggunakan terasa segar di mulut.
2.5.6 Sifat Pasta Gigi
Menurut Retno tahun 2007 sifat pasta gigi yaitu :
1. Kekentalan (Viskositas)
Sediaan pasta gigi direncanakan memiliki viskositas atau kekentalan
yang tinggi dimana pasta merupakan sediaan yang bagian padatanya
lebih besar dibanding bagian cair. Oleh karena itu pasta gigi harus
cukup kental agar mencegah terjadinya pengerasan atau pengeringan
pada pasta gigi.
2. pH
Derajat keasaman atau pH sediaan pasta gigi ini diusahakan untuk
disamakan dengan pH fisiologis mulut atau bila berbeda, pH yang
ada haruslah aman bila digunakan. Karena semakin jauh beda antara
pH pasta gigi dengan pH fisiologis mulut (dapat jauh lebih tinggi/
jauh lebih rendah) maka sediaan dapat menimbulkan efek samping
yang negatif
3. Warna
Sediaan pasta gigi ini direncanakan untuk memiliki warna putih. Hal
ini disesuaikan dengan bahan-bahan yang tidak mengandung pewarn
dan sesuai dengan kebutuhan gigi yang bagus apabila tetap berwarna
putih bersih. Apabila ditambahkan pewarna dikhawatirkan dapat
mempengaruhi warna asli gigi.
4. Kemudahan penggosokan dan penimbulan busa
Mudah dalm polishing untuk dapat menghilangkan partikel makanan
yg menempel pada gigi dan menimbulkan busa.
5. Bau dan rasa
Pasta gigi biasanya beraroma menthol dan rasanya aga pedas sejuk
karena paper minta oil yg dikandungnya. tidak toksik.
2.6 Flour
2.6.1 Pengertian
2.6.2 Kandungan Flour
Pada dasarnya ada 4 komponen yang perlu diperhatikan apabila
membicarakan bagaimana tubuh menangani fluoride yaitu : ingesi, absorbsi,
distribusi, dan retensi fluoride dalam tubuh dan akhirnya eliminasi.
Fluoride dalam air minum
Sumber fluoride utama manusia adalah air, fluoride tersebut bisa ada secara
alami atau karena fluoridasi. Biasanya ada hubungan langsung dengan
meningkatnya konsentrasi fluoridedalam air minum dengan tingkat dental
fluorosisnya, tetapi perlu dicatat adanya fluktuasi konsentrasi fluoride
dalam air minum yang mana walaupun sedikit mungkin mempengaruhi
tingkat dental fluorisinya. Walaupun fluktuasi konsentrasi konsentrasi
fluoridenya antara 0,8 dan 1,0 pp, yang mana fluktuasi semacam itu
kadang-kadang terjadi pada air minum yang di fluoridasi, mungkin bisa
mengakibatkan perubahan tingkat keparahan dental fluorosis pada
permukaan gigi.
Faktor-faktor yang telah mempengaruhi tingginya prevalensi dental
fluorisis pada daerah yang kadar fluoridenya 0,4 ppm dan 1,2 pp. Karena
daerah pada daerah yang iklimnya mempunyai suhu tinggi, maka
dinyatakan bahwa masyarakat yang hidup dalam daerah tersebut,
mengkonsumsi air setiap hari lebih banyak ( dan oleh karena itu minum
fluoride lebih banyak) dibandingkan dengan yang hidup di daerah beriklim
sedang.
Makan dan minuman telah diketahui kandungan fluoride yang cukup
tinggi, misalnya teh-teh merk tertentu, tipe-tipe ikan tertentu. Misalnya: teh
di afrika timur dikonsumsi oleh anak-anak yang relatif muda, hal ini
berbeda dengan di negara-negara industri. Tetapi didapatkan bahwa jumlah
fluoride per kilogram berat badan, yang didapat dari teh ditambah lagi
dengan air, walaupun tulang dari ikan tipe-tipe tertentu yang dimakan oleh
masyarakat di seluruh dunia mengandung fluoride yang relatif tinggi, tetapi
tidak ada yang menghubungkan dengan tingginya dental fluorosis.
2.6.3 Cara Pemberian Flour
A. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan
dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan
perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus
membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan
melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet,
tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan
berbagai metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi
metode perorangan dan kolektif. Contoh penggunaan kolektif yaitu
fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air kemasan) dan fluoridasi
garam dapur (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi air minum
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu
daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ
akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini
jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat
mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik
yaitu dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada mottled
enamel gigi-gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik
permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak,
dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah
0,7–1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof
bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50% pada gigi
susu (Angela, 2005).
2. Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang
cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya
karies gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari
seperti di rumah, contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan
makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu makanan fluoride
harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan fluoride hanya
dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah
yang sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat
berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride
tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan
dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis.
(Herdiyati dan Sasmita, 2010)
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu
dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet
tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko
karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor
yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg
per hari) (Angela, 2005).
Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16
tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3
tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg (Herdiyati dan
Sasmita, 2010).
B. Penggunaan Fluor Secara Topikal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi
gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak
yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada
enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan
asam. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6(OH)2+F → Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan
enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi
dan meningkatkan remineralisasi.
Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara
penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan
mineral tersebut (Kidd dan Bechal, 1991). Demineralisasi adalah proses pelarutan
kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik
yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis
(pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam (Rosen, 1991; Wolinsky, 1994).
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak
lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara
topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara (Herdiyati
dan Sasmita, 2010):
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada enamel.
Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1
jam tidak boleh makan, minum atau berkumur (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang
memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF
digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu
yang sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama,
memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi
gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%,
dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Herdiyati dan
Sasmita, 2010).
Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya
mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan,
serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu
memakai sediaan yang masih baru. Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan
adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8
gramdengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8 (Kidd
dan Bechal, 1991).
APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia
dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak
mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai,
merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF
dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan
jeruk nipis (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi
mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau
menghambat perkembangan karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap
empat atau enam bulan sekali pada anak yang mempunyai resiko karies tinggi.
Salah satu varnish fluor adalah duraphat (colgate oral care) merupakan larutan
alkohol varnis alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000
ppm fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena anak
dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik sehingga
dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis enamel
(Angela, 2005).
2. Sikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Akan tetapi
pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umunya mereka
masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa
tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-
kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi) (Kidd dan
Bechal, 1991).
3.Berkumur dengan obat kumur yang mengandung fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak
20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies
tinggi atau selama terjadi kenaikan karies (Angela, 2005). Berkumur fluor
diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam tahun karena telah mampu
berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang karies, serta bagi
pasien-pasien yang memakai alat ortho (Kidd dan Bechal, 1991).
Efek fluor secara topikal
Ada beberapa pendapat mengenai efek aplikasi fluor secara topikal dalam
menghambat karies gigi yaitu enamel menjadi lebih tahan terhadap demineralisasi
asam, dapat memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel, menghambat
sistem enzim mikrobiologi yang merubahkarbohidrat menjadi asam dalam plak
gigi dan adanya efek bakteriostatik yang menghambat kolonisasi bakteri pada
permukaan gigi (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
2.6.4 Indikasi dan Kontraindikasi Flour