bab ii rabies edit 2

40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tingkat Pengetahuan dan Sikap 2.1.1. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. 6 Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : Awareness, (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 6

Upload: fentisellikurnia

Post on 28-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tingkat Pengetahuan dan Sikap

2.1.1. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia, sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang.6

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

Awareness, (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

Adoption, dimana subjek telah perilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.6

Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau dirangsang yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

6

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

3) Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

sesuatu objek ke dalam sesuatu komponen–komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi. Dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainnya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis yang menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.6

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

1) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat berulang tahun semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

7

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

orang lain menuju ke arah suatu cita–cita tertentu, jadi dapat dikatakan

bahwa pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi

sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya.

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya.

4) Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu

memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan

kebutuhan- kebutuhan lain yang lebih mendesak.6

2.1.2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup sesorang terhadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Definisi sangat

sederhana tentag sikap yakni: “ An individual’s attitude is syndrome of response

consistency with regard to object ” jadi jelas dikatakan bahwa sikap itu sindroma

atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap ini

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.

Salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka)

8

atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau tindakan (reaksi

tertutup).7

Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam

pembentukan sikap. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-

tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:7

1. Menerima (receiving)

2. Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek)

3. Menanggapi (responding)

Menganggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

4. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif

terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain

dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain

dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain

merespon.

5. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap

apa yang telah ada diyakini. Seseorang yang telah mengambil sikap

tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko

bila ada orang yang mencomoohkan atau adanya resiko lain.

9

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara

langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan

menggunakan kata “ setuju” atau “tidak setuju” terhadap pertanyaan terhadap

objek tertentu.

2.2. Rabies

2.2.1. Definisi

Rabies merupakan penyakit virus akut dari sistem saraf pusat yang mengenai

semua mammalia dan ditularkan oleh sekresi yang terinfeksi, biasanya saliva.1

Penularan rabies biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang telah terinfeksi

pencemaran luka segar atau selaput lendir dengan saliva atau otak hewan yang

telah terinfeksi. Pada kasus tertentu penularan melalui udara dapat juga terjadi.

Virus ini berkembang biak dalam kelenjar ludah. Sangat peka terhadap pelarut

yang bersifat alkalis seperti sabun, desinfektan, alkohol dan lain-lain. Sistem yang

diserang adalah sistem saraf (clinical encephalitis) yang dapat bersifat

paralitik/furious dan glandula salivarius (mengandung sejumlah besar partikel

virus yang berada di saliva).1

Nama lain rabies adalah rabieshydrophobia, la rage (Perancis), la rabbia

(Italia), la rabia (Spanyol), die tollwut (Jerman) atau di Indonesia terkenal dengan

nama penyakit Anjing Gila.3

10

2.2.2. Penyebab

Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang berarti

berbentuk batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan virus

yang mempunyai bentuk seperti batang. Rabies merupakan infeksi akut dari

susunan saraf pusat yang berakibat fatal.

Order : Mononegavirales

Famili : Rhabdoviridae

Genom : Lyssavirus

Spesies : Rhabdovirus (Virus Rabies)

Virus rabies merupakan virus asam ribonuklet beruntai tunggal, berbentuk

peluru dengan diameter 75-80nm termasuk anggota kelompok rhabdovirus.

Glikoprotein tersusun dalam struktur seperti tombol yang meliputi permukaan

virion. Glikoprotein virus terikat pada reseptor asetilkolin, menambah

neurovirulensi virus rabies, membangkitkan antibody neutralisasi dan antibody

penghambat hemaglutinasi, dan merangsang imunitas sel T. antigen nukleokapsid

merangsang antibody yang mengikat komplemen. Antibody netralisasi pada

permukaan glikoprotein tampaknya bersifat protektif. Antibody antirabies

digunakan pada analisisimunofluororescent diagnostic yang umumnyaditujukan

pada antigen nukleokapsid. Isolasi virus rabies dari spesies binatang yang berbeda

dan memiliki perbedaan sifat antigenic dan biologic. Variasi – variasi ini

bertanggung jawab terhadap perbedaan dalam virulensi antara isolasi. Interferon

diinduksi oleh virus rabies, khususnya dalam jaringan dengan konsentrasi virus

yang tinggi, dan berperan dalam memperlambat infeksi yang progresif.1

11

Gambar1. Rhabdovirus

Virus rabies inaktif pada pemanasan; pada temperature 56ºC waktu paruh

kurang dari 1 menit, dan pada kondisi lembab pada temperatur 37ºC dapat

bertahan beberapa jam. Virus juga akan mati dengan deterjen, sabun, etanol 45%.

2.2.3. Sejarah

Rabies merupakan penyakit hewan yang sangat terkenal, bahkan sudah dikenal

sejak ribuan tahun sebelum masehi. Prasasti rabies yang berisikan aturan denda

bagi pemilik anjing, yang positif rabies menggigit manusia hingga mati telah

dibuat pada zaman kekuasaan raja Hamurabi (2300 SM. Di Indonesia rabies

pertama kali dilaporkan pada kerbau oleh Esser (1884), kemudian oleh Penning

pada anjing (1889) dan oleh E. V. De Haan pada manusia (1894), selanjutnya

selama pendudukan Jepang situasi daerah tertular rabies tidak diketahui dengan

pasti, namun setelah Perang Dunia II peta rabies di Indonesia berubah. Secara

kronologis tahun kejadian penyakit rabies mulai di Jawa Barat (1948), Sumatera

Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara (1956), Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Utara (1958), Sumatera Selatan (1959), D.I. Aceh (1970),

12

Jambi dan Yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara

(1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), Kalimantan Tengah (1978),

Kalimantan Selatan (1983) dan P. Flores (1997).8

Pada akhir tahun 1997, KLB (Kejadian Luar Biasa) rabies muncul di Kab.

Flores Timur, NTT sebagai akibat pemasukan secara ilegal anjing dari pulau

Buton-Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah endemik rabies. Sampai dengan

saat ini selain beberapa provinsi di kawasan Timur Indonesia yang tersebut diatas

Pulau-pulau kecil di sekeliling Pulau Sumatera masih dinyatakan bebas rabies

2.2.4. Epidemiologi

Rabies terdapat dalam dua bentuk epidemiologik, yaitu : urban yang

disebarluaskan terutama oleh anjing dan/atau kucing rumah yang tidak diimunisasi

dan sylvatic yang disebarluaskan oleh rubah, raccoon, luwak (mongoos), serigala

dan kelelawar. Infeksi pada manusia cenderung terjadi pada tempat rabies bersifat

enzootic (penyakit yang hadir dalam komunitas hewan tetapi hanya pada sejumlah

kecil) atau epizootic( wabah penyakit pada populasi hewan) yaitu jika terdapat

banyak populasi binatang jinak yang tidak diimunisasi dan manusia kontak dengan

udara terbuka. Kematian karena rabies hanya sekitar 1000 dilaporkan oleh World

Health Organization (WHO) setiap tahun, sedangkan insidensi rabies di seluruh

dunia diperkirakan lebih dari 30.000 kasus pertahun. Asia tenggara, Philipina,

Afrika dan Amerika Selatan tropik adalah area tempat penyakit biasanya terjadi.

Pada beberapa area endemik 1 sampai 2% dari pasien yang diotopsi menunjukkan

tanda-tanda rabies. Peningkatan penyebaran rabies yang hidup di darat dan

peningkatan perjalanan ke negara-negara yang didalamnya terdapat rabies

13

perkotaan telah membuat perhatian mengenai rabies klinis dan pencegahannya. Di

Amerika, rabies manusia sangat jarang, dan sebagian besar kasus sekarang berasal

dari gigitan binatang yang terpajan di Negara-negara yang didalamnya terdapat

endemik rabies anjing.3

Pada sebagian besar area di dunia, anjing merupakan vektor penting virus

rabies untuk manusia. Akan tetapi, serigala (Eropa timur, daerah kutub utara),

luwak (Afrika Selatan, Karibia), rubah (Eropa Barat) dan kelelawar (Amerika

Selatan) juga merupakan vektor penyakit yang penting. Di Amerika, rabies kucing

sekarang ini dilaporkan lebih sering daripada rabies anjing; sehingga vaksinasi

kucing rumah sangat penting. Di Amerika, rabies pada binatang buas bertanggung

jawab terhadap sekitar 85% rabies binatang yang dilaporkan, dengan anjing dan

kucing hanya sekitar 2-3%. Akan tetapi, sebagian besar kasus profilaksis pasca

pemajanan dihubungkan dengan gigitan anjing dan kucing. Beberapa kasus

penularan rabies dari manusia ke manusia melalui transplantasi kornea juga

pernah ditemukan.3

2.2.5. Patogenesis

Virus rabies masuk ke dalam tubuh melalui luka atau kontak langsung dengan

selaput mukosa dengan rasio gigitan dan cakaran sebesar 50:1. Virus rabies tidak

bisa menembus kulit yang utuh. Virus rabies membelah diri dalam otot atau

jaringan ikat pada tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada

sambungan neuromuskuler. Setelah virus menempel pada 7 reseptor nikotinik

asetilkolin lalu virus menyebar secara sentripetal melalui serabut saraf motorik

dan juga serabut saraf sensorik tipe cepat dengan kecepatan 50 sampai 100 mm

14

per hari. Setelah melewati medulla spinalis, virus bereplikasi pada motor neuron

dan ganglion sensoris, akhirnya mencapai otak. Kolkisin dapat menghambat

secara efektif transport akson tipe cepat tersebut. Virus melekat atau menempel

pada dinding sel inang.9

Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin

nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian

secara endositosis virus dimasukkan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi,

virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel

inang yang ditempati, terjadilah transkripsi dan translasi.9

Gambar 2. Perjalanan penyakit rabies

15

Genom RNA untai direkam oleh polimerase RNA terkait, varion menjadi 5

spesies mRNA. Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang

menimbulkan pembentukan RNA keturunan. RNA genomik berhubungan dengan

transkriptase virus, fosfoprotein dan nukleoprotein. Setelah enkapsidasi, partikel

berbentuk peluru mendapatkan selubung melalui pertusan yang melalui selaput

plasma.9

Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar

kedalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap

sel-sel sistim limbik, hipotalamus, dan batang otak. Khusus mengenai system

limbik dimana berfungsi erat dengan pengontrolan dan kepekaan emosi. Akibat

dari pengaruh infeksi sel-sel dalam sistim limbic ini, pasien akan menggigit

mangsanya tanpa ada provokasi dari luar. Setelah memperbanyak diri dalam

neuron-neuron sentral virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut aferen

dan pada serabut saraf volunter maupun otonom. Dengan demikian, virus dapat

menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak dalam

jaringan seperti kelenjar ludah. Virus rabies menyebar menuju multi organ melalui

neuron otonom dan sensorik terutama melibatkan jalur parasimpatis yang

bertanggung jawab atas infeksi pada kelenjar ludah, kulit, jantung, dan organ lain.

Replikasi di luar sel saraf terjadi pada kelenjar ludah, lemak coklat, dan kornea.

Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar belakang

genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang,

jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk

bergerak dari titik masuk ke susunan saraf pusat. Gambaran yang paling menonjol

16

dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat

dalam sitoplasma sel ganglion besar.9

2.2.6. Siklus Hidup Virus

Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel pada dinding sel

inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor

asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies.

Kemudian secara endositosis virus dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap

penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri

dengan sel inang yang ia tempati. Lalu terjadilah transkripsi dan translasi. Genom

RNA untai tunggal direkam oleh polimerase RNA terkait, virion menjadi lima

spesies mRNA. mRNAs monosistronik ini menjadi untuk lima protein virion.

Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan

pembentukan RNA keturunan. RNA genomik berhubungan dengan transkriptase

virus, fosfoprotein dan nukleoprotein. Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk

peluru mendapatkan selubung melalui pertunasan yang melewati selaput plasma.

Protein matriks virus membentuk lapisan pada sisi dalam selubung, sementara

glikoprotein virus berada pada selaput luar dan membentuk duri. Setelah bagian-

bagian sel lengkap, sel virus tadi menyatukan diri kembali dan membentuk virus

yang baru. Setelah itu virus keluar dari sel inang dan menginfeksi sel inang yang

lainnya. Keseluruhan proses dalam siklus hidup virus rabies ini terjadi dalam

sitoplasma.

Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat

inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler dan

17

menyebar sampai ke susunan saraf pusat. Virus membelah diri disini dan

kemudian menyebar melalui saraf tepi ke kelenjar ludah dan jaringan lain.

Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar belakang

genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang,

jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk

bergerak dari titik masuk ke susunan saraf pusat. Terdapat angka serangan yang

lebih tinggi dan masa inkubasi yang lebih pendek pada orang yang digigit pada

wajah atau kepala.

Virus rabies menghasilkan inklusi sitoplasma eosinofilik spesifik, badan

Negri, dalam sel saraf yang terinfeksi. Adanya inklusi seperti ini bersifat

patognomonik rabiestetapi tidak terlihat pada sedikitnya 20% kasus. Karena itu,

tidak adanya badan Negri tidak menyingkirkan diagnosis rabies. Virus rabies

memperbanyak diri diluar susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan infiltrat

dan nekrosis seluler dalam kelenjar lain, dalam kornea, dan di tempat lain.

18

Gambar 3. Skema patogenesis infeksi virus rabies

2.2.6. Masa Inkubasi

Masa inkubasi rabies pada anjing 10-15 hari, dan pada hewan lain 3-6 minggu

kadang-kadang berlangsung sangat panjang 1-2 tahun. Masa inkubasi pada

manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa

tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari

pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2-7

tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi.4,5,11 Masa inkubasi bisa tergantung

pada umur pasien, latar belakang genetik, status immun, strain virus yang terlibat,

dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu masuknya ke susunan saraf

pusat.10

19

Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke

otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira kira 60 hari, pada gigitan di tangan

masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.3,9,10

2.2.7. Gejala Klinis

1. Pada Hewan

Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium:11,12,13

a. Stadium Prodromal

Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat

berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya

perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-

tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil

melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya.

Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak

bila ada provokasi. Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti

oleh kenaikan suhu badan.

b. Stadium Eksitasi

Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal,

bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang,

menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi.

Dalam keadaan tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan

lelah dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi

20

atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara

berlebihan dan tampak ketakutan.

c. Stadium Paralisis

Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit

untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada

kematian. Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau,

sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.

2. Pada Manusia

Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium:12,13

a. Stadium Prodromal

Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat

adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal,

merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri

di tenggorokan selama beberapa hari.

b. Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat

bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang

berlebihan terhadap ransangan sensoris.

c. Stadium Eksitasi

Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan

gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan

terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya

selalu merintih sebelum kesadaran hilang.

21

Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak

beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi

argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku

kejang.

d. Stadium Paralis

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.

Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi,

melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena

gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis

otot-otot pernafasan.

2.2.8. Tipe Rabies Pada Anjing

Anjing muda lebih relatif lebih peka dibandingkan hewan dewasa. Masa

inkubasi rata-rata 3-6 minggu dengan variasi yang tinggi, dapat 10 hari atau 6

bulan, jarang kurang dari 2 minggu atau lebih dari 4 bulan. Virus rabies dijumpai

pada air liur anjing segera setelah gejala klinis tampak.12,13

Ada tiga tipe rabies pada hewan yaitu:

1. Rabies Ganas

- Tidak menuruti lagi perintah pemilik.

- Air liur keluar berlebihan.

- Hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang ditemui

dan ekor dilekungkan kebawah perut diantara dua paha.

22

- Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak

timbul atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.

2. Rabies Tenang

- Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.

- Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat.

- Kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar

berlebihan.

- Kematian terjadi dalam waktu singkat.

3. Bentuk Asimtomatis:

Hewan tidak menunjukkan gejala sakit dan atau hewan tiba-tiba mati.

Pada anjing dan kucing biasanya bersifat ganas. Masa inkubasi 10-60 hari

namun bisa juga lebih lama. Air liur binatang sakit yang mengandung

virus menularkan virus melalui gigitan atau cakaran. Rabies pada kucing

mempunyai gejala atau tanda-tanda yang hampir sama dengan gejala

pada anjing, seperti menyembunyikan diri, banyak mengeong, mencakar-

cakar lantai dan menjadi agresif. Pada 2-4 hari setelah gejala pertama

biasa terjadi kelumpuhan, terutama di bagian belakang.11,12

2.2.9. Diagnosis

Diagnosis rabies hanya berdasarkan gejala klinis sangat sulit dan kurang bisa

dipercaya, kecuali terdapat gejala klinis yang khas yaitu hidrofobia dan aerofobia.

Diagnosis pasti rabies hanya bisa didapat dengan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dikerjakan:10,13

1. Darah rutin

23

Dapat ditemukan peningkatan leukosit (8000-13000/mm) dan penurunan

hemoglobin serta hematokrit.

2. Urinalisis

Dapat ditemukan albuminuria dan sedikit leukosit.

3. Mikrobiologi

Kultur virus rabies dari air liur penderita dalam waktu 2 minggu setelah

onset.

2.2.10. Diagosis Banding

Rabies harus dipikirkan pada semua penderita dengan gejala neurologik,

psikiatrik atau laringofaringeal yang tak bisa dijelaskan, khususnya bila terjadi di

daerah endemis atau orang yang mengalami gigitan binatang pada daerah endemis

rabies.3

Penderita rabies harus dibedakan dengan rabies histerik yaitu suatu reaksi

psikologik orang-orang yang terpapar dengan hewan yang diduga mengidap

rabies. Penderita dengan rabies histerik akan menolak jika diberikan minum

(pseudohidropobia) sedangkan pada penderita rabies sering merasa haus dan pada

awalnya akan menerima air dan minum, yang akhirnya menyebabkan spasme

laring.3

Tetanus dapat dibedakan dengan rabies melalui masa inkubasinya yang

pendek, adanya trismus, kekakuan otot yang persisten diantara spasme, status

mental normal, cairan serebrospinal biasanya normal dan tidak terdapat

hidropobia. Ensefalitis dapat dibedakan dengan metode pemeriksaan virus dan

24

tidak dijumpai hidropobia.Rabies paralitik dapar dikelirukan dengan Syndroma

Guillain Barre transverse myelitis, Japanese ensefalitis, herpes simpleks

ensefalitis, poliomielitis atau ensefalitis post vaksinasi. Pada poliomielitis saat

timbul gejala neurologik sudah tidak ada demam, dan tidak ada gangguan

sensorik. Ensefalitis post vaksinasi rabies terjadi 1 :200 – 1:1600 pada vaksinasi

nerve tissue rabies vaccine, dibedakan dengan mulai timbulnya gejala cepat,

dalam 2 minggu setelah dosis pertama. Pemeriksaan neurologik yang teliti dan

pemeriksaan laboratorium berupa isolasi virus akan membantu diagnosis.3

Diagnosa banding dalam kasus pasien suspek rabies meliputi banyak penyebab

dari ensephalitis, yang pada umumnya karena infeksi dari virus seperti

herpesvirus, enterovirus, dan arbovirus. Virus yang sangat penting untuk dijadikan

diagnosa banding adalah herpes simpleks tipe 1, varicella-zooster dan enterovirus

seperti coxsackievirus, echovirus, poliovirus, dan enterovirus manusia 68 hingga

71. Faktor epidemilogik seperti cuaca, lokasi geograpi, umur pasien, riwayat

perjalanan, dan pajanan yang mungkin untuk tergigit binatang dapat membantu

menolong penegakan diagnosa.1

2.2.11. Penanganan Rabies

Penanganan luka gigitan hewan penular rabies setiap ada kasus gigitan hewan

penular rabies (anjing, kucing, kera) harus ditangani dengan tepat dan sesegera

mungkin.

1. Berikut ini beberapa tips dan langkah-langkah penanganan luka gigitan:

Segera luka dibersihkan, bisa menggunakan sabun/deterjen, dibilas dengan

25

air bersih mengalir 5-10 menit. Lalu dikeringkan dgn kain/tissue bersih dan

dapat ditambahkan antiseptik betadin ataupun alkohol 70%.

2. Segera ke Puskesmas/Rabies Center/Rumah Sakit untuk mencari

pertolongan selanjutnya.

Di Puskesmas/Rabies Center/ Rumah Sakit dilakukan:14

1. Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir

selama 10-15 menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat

merah, dan lain-lain).

2. Lakukan eksplorasi pada luka. Lakukan pembersihan dengan NaCl 0,9%,

atau dengan H2O2 3%.

3. Luka yang ada jangan dijahit, kalau luka terlalu lebar bisa dilakukan

penjahitan secara longgar dengan menggunakan benang non absorbable,

dan dipasang drain.

4. Pemberian vaksin rabies, 0,5 ml im pada hari 1, 7, 14 dan hari ke-28 .

Tidak ada pembedaan dosis untuk anak-anak dan dewasa.

5. Dapat dikombinasikan dengan antibiotik, untuk mencegah adanya infeksi

kuman atau bakteri yang lain.

VAR ( Vaksin Anti Rabies)

a. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)

-Produksi Institute Merieux Perancis (Verorab).

-Kemasan: Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut

sebanyak 0,5 ml dalam syringe.

26

-Dosis :Dewasa/anak sama yaitu hari ke 0 (pertama berkunjung ke

Puskesmas/Rabies Center/Rumah Sakit). Diberikan 2 dosis

masing-masing 0,5 ml diberikan intramuskuler di deltoideus

kanan/kiri. Hari ke 7 dan 21 diberikan 0,5 ml lagi secara

intramuskuler di deltoideus kanan/kiri. Apabila VAR Verorab

+ SAR perlu diberikan booster pada hari ke 90.

- Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment).

Vaksinasi Dosis Waktu Pemberian

Dasar 0,5 ml 0,5 ml 4x Pemberian :Hari Ke-0 : 2x sekaligus(Deltoid Kiri dan Kanan)Hari Ke 7 dan Ke 21

Ulangan 0,5 ml 0,5 ml Hari ke 90

b. Suckling Mice Brain Veccine (SMBV)

- Produksi Bio Farma Bandung.

- Kemasan : Dosis berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml

dan Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul

pelarut @ 0,4 ml.

- Cara pemberian : Untuk vaksinasi dasar disuntikkan secara subcutan

(sc) di sekitar daerah pusar. Sedangkan untuk

vaksinasi ulang disuntikkan secara intracutan (ic) di

bagaian fleksor lengan bawah.

- Dosis : Dewasa, dasar 2 ml, diberikan 7x setiap hari sub cutan didaerah

sekitar pusar/umbillus. Ulangan 0,25 ml diberikan ke

11,15,30 dan 90 secara intra cutan dibagian fleksor

27

lengan bawah. Anak-anak 3 tahun ke bawah, dasar 1

ml diberikan 7x setiap hari subcutan disekitar daerah

sekitar pusar/umbillus. Ulangan 0,1 ml diberikan hari

ke 11,15,30,dan 90 secara intra cutan dibagian fleksor

lengan bawah. Pemberian SMBV + SAR (Serum Anti

Rabies) Jadwal pemberian VAR dasar sama ulangan

boostar jadwalnya 11, 15, 25, 35, dan 90.

- Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment).

Vaksinasi Dosis Waktu pemberian Keterangan

Dasar 1ml 2ml 7x Pemberian :diberikan setiap hari

Anak < 3th

Ulangan 0,1ml 0,25ml 0,1 ml 0,25 ml Hari Ke-11, 15, 30,dan 90

2.2.12. Pencegahan Rabies

Anjing merupakan peliharan domestik dan keluarga yang banyak diminati.

Sehingga jumlah populasi binatang ini semakin meningkat di dunia, sehingga

perlu sekali adanya panduan untuk mencegah gigitan anjing. Pencegahan dapat

dimulai dari kejelian pemilihan jenis anjing saat akan dipelihara dan edukasi

terhadap anak kecil berumur di bawah 14 tahun dan orangtua. Sebab angka

tertinggi gigitan anjing pada anak dengan usia dibawah 14 tahun. Sedangkan

beberapa jenis ras anjing memiliki tingkat agresifitas yang berbeda-beda. Anjing

seperti pit bul, chow-chow, bull terrier, dan collie memiliki tingkat agresifitas

tinggi dan tingkat penyerang yang tinggi. Anjing seperti dalmation, boxer, spaniel,

dan labrador memiliki tingkat agresifitas yang rendah dan cocok sebagai anjing

keluarga.15

Ada beberapa sikap yang perlu diperhatikan untuk mencegah adanya gigitan

anjing:

28

Jangan pernah mendekati anjing yang tidak dikenali.

Jangan pernah lari ataupun menjerit di depan anjing.

Cobalah untuk berpura-pura seperti “pohon”, ketika didekati oleh anjing.

Jika dicoba untuk diserang, mencobalah untuk tenang dan nampak seperti

“batang kayu”.

Hindari anak-anak untuk bermain dnegan anjing tanpa didampingi

orangtua.

Segera laporkan jika ada anjing yang tersesat ataupun nampak bersikap

aneh.

Hindari kontak langsung mata dnegan anjing.

Jangan ganggu anjing yang sedang makan, tidur, ataupun sedang merawat

anaknya.

Jangan pelihara anjing tanpa membiarkan anjing tersebut membaui anda

terlebih dahulu.

Beritahukan anak-anak agar melaporkan jika adnaya gigitan anjing

kepada orang dewasa sesegera mungkin.15

Dalam menanggulangi penularan rabies, selain mencegah adanya transmisi

rabies dari binatang melalui gigitan, beberapa langkah lainnya juga dilakukan.

Seperti adanya edukasi untuk kesehatan masyarakat mengenai rabies. Tindakan

esensial yang perlu dilakukan adalah edukasi terhadap masyarakat mengenai

rabies, pertanggungjawaban dari pemilik hewan peliharaan jika peliharannya

menggigit orang lain, dan vaksin serta perawatan hewan berkala. Peningkatan

adanya paparan rabies terhadap binatang dan manusia dapat dicegah melalui

peningkatan kesadaran mengenai: rute transmisi rabies, menghindari kontak

dengan hewan liar, ikuti perawatan hewan peliharaan secara berkala. Pengenalan

dan laporan dini mengenai kemungkinan terpaparnya rabies, kepada profesi medis

dan pemegang otoritas kesehatan masyarakat sangatlah penting.16

Langkah lain yang dapat dilakukan adalah eliminasi paparan terhadap binatang

dan manusia dengan menyediakan terapi dini berupa perawatn luka dan

administrasi dari vaksin rabies. Dilakukannya vaksinasi terhadap hewan peliharan

terutama anjing juga sangatlah penting untuk dilakukan.16

29

2.2.13. KOMPLIKASI

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies. Biasanya timbul pada

fase koma. Komplikasi neurologik dapat berupa peningkatan tekanan intrakranial;

kelainan pada hipotalamus berupa diabetes insipidus, sindrom abnormalitas

hormon antidimetik (SAHAD); disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi,

hipotensi, hipertemia/hipotermia, aritmia dan henti jantung. Kejang dapat lokal

maupun generalisata dan sering bersamaan dengan aritmia dan gangguan respirasi.

Pada stadium prodromal sering terjadi komplikasi hiperventilasi dan alkalosis

respiratorik, sedangkan hipoventilasi dan depresi pernafasan terjadi pada fase

neurologik akut. Hipotensi terjadi karena gagal jantung kongestif, dehidrasi dan

gangguan otonomik.3

Cambar .4 gambaran klinis penderita rabies

2.2.14. Prognosis

Kematian karena infeksi virus rabies boleh dikatakan 100% bila virus sudah

mencapai sistem saraf pusat. Dari tahun 1857 sampai tahun 1972 dari kepustakaan

dilaporkan 10 pasien yang sembuh dari rabies namun sejak tahun 1972 hingga

30

sekarang belum ada pasien rabies yang dilaporkan hidup. Prognosis seringkali

fatal karena sekali gejala rabies telah tampak hampir selalu kematian terjadi 2-3

hari sesudahnya sebagai akibat gagal nafas/henti jantung ataupun paralisis

generalisata. Berbagai penelitian dari tahun 1986 hingga 2000 yang melibatkan

lebih dari 800 kasus gigitan anjing pengidap rabies di negara endemis yang segera

mendapat perawatan luka, pemberian VAR dan SAR, mendapatkan angka survival

100%.3

31