bab ii bblr
DESCRIPTION
BBLRTRANSCRIPT
![Page 1: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/1.jpg)
5
BAB II
TINJAUN TEORI
A. PENGERTIANBayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan
berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau
lebih rendah (WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang
berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr
sampai dengan 2499 gr.
B. PENYEBAB
Menurut Winkjosastro(2005) faktor yang merupakan
predisposisi terjadinya BBLR:1. Faktor ibu
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante
partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion,
penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,
umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma
dan lain-lain, Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan,
merokok, Faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik), Cacat bawaan,
2. Faktor kehamilan
Preeklamsi/eklamsi, kehamilan ganda, hidramnion,
ketuban pecah dini dan perdarahan antepartum.
3. Faktor Janin
Cacat bawaan dan infeksi dalam rahim.
C. MANIFESTASI KLINIS1. BB < 2500 gr, PB < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm,
lingkaran dada < 30 cm
2. Masa gestasi < 37 mmg. Gerakan kurang aktif, otot
masih hipotinus
3. Kepala > besar dari badan, rambut tipis, halus, UUB
satural lebar
![Page 2: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/2.jpg)
6
4. Telinga elastis, daun telinga menetes pada kepala
5. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami apneu
6. Puting susu belum terbentuk dengan sempurna
7. Kulit tipis transparan, lanugo banyak terutama si
dahi, pelipis dan lengan
8. Lemak subcutan kurang
9. Genetalia belum sempurna : pada laki2 testis belum
turun, pada wanita labia mayora belum terbentuk
10. Reflek hisap dan menelan serta reflek batuk masih
lemah
Manifestasi klinis BBLR lainnya antara lain :
1. DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak
teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Apnea
4. Pucat
5. Sianosis
D. PATOFISIOLOGISemakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka
semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang
memberikan efek pada masalah gizinya :
1. Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak,
glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai
peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan
anemia.
2. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan
sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm
sekitar 108 kkal/kg/hari
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan.
Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan
epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum
berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas
usus sering terjadi pada bayi preterm
![Page 3: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/3.jpg)
7
4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi
preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu,
yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak ,
dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan
lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga
rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
5. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja
bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah
pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
6. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya
permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan
sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan
insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan
kalori.
![Page 4: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/4.jpg)
8
![Page 5: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/5.jpg)
9
E. KLASIFIKASIBBLR dibedakan menjadi :
1. BBLR : berat badan lahir rendah 1800-2500 gram
2. BBLSR : berat badan lahir sangat rendah < 1500 gram
3. BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr
F. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI PADA BBLR1. Mudah kehilangan panas, mudah dehidrasi
2. Mudah kedinginan → lemak subcutan masih tipis
3. Perdarahan otak : sestim syaraf otak belum matang
(pmb. Darah rapuh)
4. Hiperbilirubinnemia : sestimenzim hati belum sempurna
sering terjadi serangan apneu : karena adanya sumbatan
secret pada jalan nafas (reflek sehingga mudah terjadi
aspirasi pneumonia)
5. RDS (Respratory Distress Syndroma) yang ditandai
dengan sianosi, tangisan, merintih, sesak nafas
6. Adanya rektrasi dada saat bernafas, RDS timbul
beberapa jam setelah lahir/timbul segera setelah lahir
dan keadaan semakin buruk. Penyakit ini diderita
terutamu pada bayi U.K < 34 mgg. Hal ini karena
surfaktan belum cukup terbentuk
G. KOMPLIKASI1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
![Page 6: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/6.jpg)
10
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi
jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul
komplikasi.
4. Pengkajian spesifik
5. Pemeriksaan fungsi paru
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
I. ASUHAN KEPERAWATAN BBLR1. PENGKAJIAN Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis
untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR .
a. Nama
b. Umur ibu
c. Riwayat hari pertama haid terakhir
d. Riwayat persalinan sebelumnya
e. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
f. Kenaikan berat badan selama hamil
g. Aktivitas
h. Penyakit yang diderita selama hamil
i. Obat-obatan yang diminum selama hamil
![Page 7: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/7.jpg)
11
Pemeriksaan FisikYang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi
BBLR antara lain :
a. Berat badan
b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi
kecil untuk masa kehamilan).
Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
b. Pemeriksaan skor ballard
c. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang
bulan
d. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia
fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas
darah.
e. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru
lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada
umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
f. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturitas sistem pencernaan
b. Ikterus pada neonatus berhubungan dengan Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar
c. Ketidak efektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidak mampuan bayi untuk menghisap dan menelan.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
![Page 8: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/8.jpg)
12
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONALISASI
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturitas sistem pencernaan
Setelah dilakukan tindakan keperwatan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria:
- Turgor kulit elastis
- Tidak terjadi penurunan berat badan
- Retensi cairan normal.
- Berat badab bayi meningkat.
- Terjadinya perkembangan pengukuran antropometri
1. Kaji TTV pada bayi
2. Kaji replek hisap dan menelan bayi
3. Timbang berat badan perhari dengan timbangan yang sama
4. Anjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI tiap 3 jam.
5. Lakukan oral hyhiene
6. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan
7. Berikan penyuluhan kepada ibu bayi pentingnya nutrisi pada bayi.
8. Kaji output bayi
1. Pentingnya mengetahui perkembangan tanda-tanda vital bayi
2. Reflek hisap dan menelan pada bayi menandakan bayi sudah dapat diberikan asupan peroral
3. Status nutrisi teridentifikasi
4. ASI dan PASI sebagai nutrisi utama pada bayi
5. Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur
6. Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
7. Persiapan pemenuhan nutrisi dan oeratan bayi dirumah
8. Mengetahui perkembangan bayi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONALISASI
![Page 9: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/9.jpg)
13
Ikterus pada neonatus berhubungan dengan Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi peningkatan hiperbilirubin, dengan kriteria:
1. Bilirubin dalam keadaan normal total <1.0 mg/dl bilirubi direct <0,2 mg/dl
2. Kulit dan konjungtiva tidak berwarna kuning
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor bilirubin serum
3. Monitor bila ada muntah,
4. Berikan minum ekstra diantara menyusui
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian fototerapi
1.system metabolisme dalam tubuh abnormal, maka akan berdampak pada system yang lainnya seperti system respirasi, kardiovaskuler
2.peningkatan biliribun dalam tubuh akan berbeda-beda karena pengaruh terapi yang diberikan, dan kondisi metabolisme yang ada di dalam tubuh.
3.hipermetabolisme yang terjadi pada pembentukan bilirubin akan menyebabkan fungsi gastrointestinal terganggu salah staunya muntah
4.untuk dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuh pasien
5.fototerapi (gelombang cahaya) dapat mengisomer pemebntukan bilirubin di dalam tubuh, sehingga tidak terjadi peningkatan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
RASIONALISASI
Ketidak Setelah dilakukan
1. Kaji kemampuan
1. Melatih bayi untuk
![Page 10: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/10.jpg)
14
efektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidak mampuan bayi untuk menghisap dan menelan.
tindakan keperwatan ibu bayi bisa efektif dalam pemberian ASI.
Dengan kriteria:
1. Ibu dan bayi akan mengalami Pemberian ASI Efektif yang ditunjukan dengan pengetahuan: menyusui; pemantapan menyusui: bayi/ibu; mempertahankan menyusui; dan penyapihan menyusui.
bayi untuk menempel dan menhisap secara efektif.
2. Evaluasi pola menghisap/ menelan bayi.
3. Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui
4. Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi (misalnya, reflex rooting, menghisap, dan kesiagaan)
5. Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada putting
6. Pantau integritas kulit putting
7. Evaluasi pemahaman tentang penghambatan kelenjar susu dan mastitis
8. Tingkatkan jumlah menyusui sesuai kebutuhan untuk bayi yang
beradaptasi dengan pola makan dengan ibu bayi
2. Menegetahui sejauh mana perkembangan perawatan pada bayi.
3. Motifasi dan memberikan pemahaman tentang menyusui akan memberikan stimulus kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi.
4. Pemahaman tentang isyarat yang diberikan bayi sangat penting ibu mengetahui guna untuk mengetahui pola makan bayi.
5. Keterampilan yang baik akan meningkatkan kemampuan bayi untuk mulai memberikan refleks menghisap pada bayi
6. Pentingnya mengetahui komplikasi dari ibu dalam pemberian ASI
7. Tingkat pengetahui dan pemahaman akan memberikan respon yang baik untuk menyikapi dan melakukan tindakan
![Page 11: BAB II BBLR](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081814/5695d1d51a28ab9b02981864/html5/thumbnails/11.jpg)
15
menangis atau terbangun.
9. Tingkatkan jumlah menyusui yang terjadwal pada bayi yang tertidur atau dengan berat badan bayi rendah.
terkait faktor penghambat dan pelancar proses menyusi.
8. Resiko kekurangan gizi pada bayi sangatlah hal yang tidak diinginkan sehingga ibu harus meningkatkan menyusui kepada bayi, mengingat bayi rentang terhadap infeksi, dan 80% tubuh bayi cairan sehingga input dan output bayi sangat penting di perhatikan