bab ii
DESCRIPTION
BAB IIPEMBAHASANA. Teori Konseptual Asuhan KebidananTeori atau theory adalah penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena.Beberapa pengertian tentang konsep dan teori menurut Simpson dan Weiner (1989) adalah sebagai berikut: Konsep adalah ide yang direncanakan dalam pikiran kemudian dituangkan dalam sebuah karya nyata, Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena social yang menarik perhatiannya.1. Teori Reva RubinMenekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain:a. Kesejahteraan ibu dan bayib. Penerimaan dari masyarakatc. Penentuan identitas dirid. Mengetahui tentang arti memberi dan menerimaPerubahan umum pada perempuan hamil:a. ketergantungan dan butuh perhatianb. membutuhkan sosialisasiTahap-tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya:a. Anticipatory Stage Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.b. Honeymoon Stage Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lainc. Plateu StageIbu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.d. DisengagementMerupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir. Arti dan efek kehamilan pada pasangan:a. Pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8 (delapan) bulan sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.b. Lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil.c. Anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan:1) Hubungan ibu dengan pasangan2) Hubungan ibu dengan janin yang berkembang3) Hubungan ibu dengan individu yang unikd. Ibu tidak pernah lagi menjadi sendirie. Tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:1) Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh2) persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin3) Penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.Reaksi yang umum pada kehamilan:a. Trimester satu: Ambivalen, takut, tantasi, khawatir.b. Trimester dua: Perasaan enak metykebutuhan untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered.c. Trimester tiga: Berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:a. Gambaran tentang idamanSeorang ibu muda mempunyai seseorang yang dijadikan contoh.b. Gambaran tentang diri Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinyac. Gambaran tubuhGambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan dan perubahan yang spesifik yang terjadi selama kehamilan.Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu.a. Taking on (tahapan meniru)Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.b. Taking inSeorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya . introjektion, projection dan rejection merupakan tahap di mana wanita membedakan model-model yang sesuai dengan keinginannya.c. Letting go Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini seorang aTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Konseptual Asuhan Kebidanan
Teori atau theory adalah penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena.
Beberapa pengertian tentang konsep dan teori menurut Simpson dan Weiner
(1989) adalah sebagai berikut: Konsep adalah ide yang direncanakan dalam
pikiran kemudian dituangkan dalam sebuah karya nyata, Konsep atau teori
adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek yang digunakan
oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena social yang menarik
perhatiannya.
1. Teori Reva Rubin
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai
peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian
aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon
ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia
mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya
perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki
harapan-harapan antara lain:
a. Kesejahteraan ibu dan bayi
b. Penerimaan dari masyarakat
c. Penentuan identitas diri
d. Mengetahui tentang arti memberi dan menerima
Perubahan umum pada perempuan hamil:
a. ketergantungan dan butuh perhatian
b. membutuhkan sosialisasi
3
4
Tahap-tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam
mencapai peran nya:
a. Anticipatory Stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan
interaksi dengan anak yang lain.
b. Honeymoon Stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada
tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain
c. Plateu Stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu.
Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu
kemudian melanjutkan sendiri.
d. Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.
Arti dan efek kehamilan pada pasangan:
a. Pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8
(delapan) bulan sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.
b. Lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita
hamil.
c. Anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam
perbedaan:
1) Hubungan ibu dengan pasangan
2) Hubungan ibu dengan janin yang berkembang
3) Hubungan ibu dengan individu yang unik
d. Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri
e. Tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
1) Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam
satu tubuh
2) persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
3) Penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran
transisi.
5
Reaksi yang umum pada kehamilan:
a. Trimester satu: Ambivalen, takut, tantasi, khawatir.
b. Trimester dua: Perasaan enak metykebutuhan untuk mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif,
introvent, egosentrik dan self centered.
c. Trimester tiga: Berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert,
merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.
Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:
a. Gambaran tentang idaman
Seorang ibu muda mempunyai seseorang yang dijadikan contoh.
b. Gambaran tentang diri
Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang
dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya
c. Gambaran tubuh
Gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang
tejadi selama kehamilan dan perubahan yang spesifik yang terjadi
selama kehamilan.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang
ibu.
a. Taking on (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya
dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.
b. Taking in
Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya .
introjektion, projection dan rejection merupakan tahap di mana wanita
membedakan model-model yang sesuai dengan keinginannya.
c. Letting go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di
lakukannya. Pada tahap ini seorang akan meninggalkan perannya di
masa lalu.Sehingga dibutuhkan peran dari lingkungan dalam
6
menghadapi masa transisi pada masa postpartum kemasa menjadi
orang tua menurut Rubin (1960) sebagai berikut :
1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman2) Hubungan dari pengalaman melahirkan3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu4) Pengaruh budaya
2. Teori Ramona Marcer
Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum
melahirkan) dalam pencapaiaan peran ibu, marcer membagi teorinya
menjadi dua pokok bahasan:
a. Efek Stress Anterpartum
Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan
pengalaman negative dari hidup seorang wanita, tujuan asuhan yang
di berikan adalah: memberikan dukungan selama hamil untuk
mengurangi ketidak percayaan ibu.
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan
dengan status kesehatan ibu, yaitu:
1) Hubungan Interpersonal
2) Peran keluarga
3) Stress anterpartu
4) Dukungan social
5) Rasa percaya diri
6) Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
b. Pencapaian Peran Ibu
Empat langkah dalam peran ibu (tahapan)
1) Anticipatory
Suatu masa sebelum menjaid ibu memulai penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu. Contoh : Latihan masak, belajar tentang ASI, belajar perawatan anak, dll
7
2) FormalDimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu, bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem wanita dan wanita.
3) InformalSaat wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran barunya ini.
4) PersonalPencapaian peran ibu dengan baik tergantung dari diri sendiri. Marcer melihat bahwa peran aktif seorang wanita dalam pencapaian peran umumnya dimulai setelah bayi lahir yaitu pada 3 bulan sampai 7 bulan postpartum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran ibu yaitu :a. Faktor Ibu
1) Umur ibu pada waktu melahirkan anak pertama lahir2) Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali3) Memisahkan ibu dan anak secepatnya4) Stress sosial5) Dukungan sosial6) Konsep diri7) Sifat pribadi8) Sikap terhadap membesarkana nak9) Status kesehatan ibu
b. Faktor bayi1) Tempramen2) Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lain1) Latar belakang etnik2) Status perkawinan3) Status ekonomi
Faktor-faktor pendukung pencapaian peran ibu :a. Emosional Support
Perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengertib. Informasional Support
8
Membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah situasi.
c. Phisical SupportPertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi dan memberikan dukungan dana.
d. Appraisal SupportBerupa informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan bagaimana ia menampilkan dalam peran, sehingga memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan penampilan orang lain.
3. Teori Ela Joy Lerhman
Dalam teori ini Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat
semua aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan
memberikan pertolongan pada persalinan.
Lehrman mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal:
a. asuhan yang berkesinambunganb. Keluarga sebagai pusat asuhanc. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhand. Tidak ada intervensi dalam asuhane. Fleksibilitas dalam asuhanf. Keterlibatan dalam asuhang. Advokasi dari klienh. Waktu
Asuhan PartisipatifDari delapan komponen yang dibuat oleh Lehrman tersebut
kemudian diuji cobakan oleh Morten pada pasien postpartum.Dari hasil penerapan tersebut Morten menambahkan 3 komponen
lagi ke dalam 8 komponen yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitua. Tehnik terapeutikb. Pemberdayaanc. Hubungan sesama
9
Tehnik TerapeutikProses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan
dan penyembuhan, misalnya : mendengar aktif, mengkaji, mengklarifikasi, sikap yang tidak menuduh, pengakuan, fasilitas, pemberian ijin.
Empowerment (pemberdayaan)Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan bidan melalui
penampilan dan pendekatan akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.
Lateral Relationship (hubungan sesama)Menjalin hubungan yang baik terhadap klien bersikap terbuka,
sejalan dengan klien, sehingga antara bidan dan kliennya nampak akrab, misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman.
4. Teori Ernestine WiednbachErnestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek
yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasinya dalam praktek.
Konsep luas yang menurut Wiedenbach yang nyata ditemukan dalam keperawatan, yaitu :
a. The Agent : perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lainb. The Recipient : wanita, keluarga, masyarakatc. The Goal : goal dari intervensi (tujuan)d. The Means : metode untuk mencapai tujuane. The Framework : organisasi sosial, lingkungan profesional
The Agent (The Widwife)Filosofi Wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan
kebidanan dapat dilihat dalam uraiannya yang jelas pada perawatan maternitas dimana kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan ayah dalam mempersiapkan menjadi orang tua.The Goal (purpose)
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menentukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan
10
tingkah laku fisik: emosional, atau fisiological yang berbeda dari kebutuhan normal.The Recipient
Wanita, masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu menentukan kebutuhannya.The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach menentukan beberapa tahap, yaitu :a. Identifikasi kebutuhan klienb. Ministration : memberikan dukungan dalam mencari pertolongan
yang dibutuhkanc. Validation : bantuan yang diberikan sungguh merupakan bantuan
yang dibutuhkand. Coordination : dengan usaha yang direncanakan untuk memberikan
bantuan.5. Teori Jean Ball
(Teori ”kursi goyang” = keseimbangan emosiona ibu)Tujuan Asuhan maternitas pada teori ini adalah agar ibu mampu
melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun psikologis.Psikologis dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional tetapi
juga proses emosional agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan untuk menjadi orang tua terpenuhi. Kehamilan, persalinan dan masa post partum adalah masa untuk mengadopsi peran baru. Hypotesa Ball :
Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang berarti mereka mendapatkan system keluarga dan sosial.
Persiapan yang sudah diantisipasi oleh bidan dalam masa post natal akan mempengaruhi respon emosional wanita dalam perubahan yang dialaminya pada proses kelahiran anak.Dalam teori kursi goyang dibentuk oleh tiga elemen :a. Pelayanan maternitasb. Pandangan masyarakat terhadap keluargac. Sisi penyanggah/support terhadap kepribadian wanita
Kesejahteraan seorang wanita sangat tergantung terhadap efektivitas ketiga elemen tersebut.
11
Women: Ball memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan emosional, sosial dan spikologikal seorang wanita dalam proses melahirkan.
Health: Merupakan pusat dari model Ball Tujuan dari post natal care agar wanita mampu menjadi seorang ibu.
Environment : Lingkungan sosial dan organisasi wanita dalam sistem dukungan post natal misalnya membutuhkan dukungan sangat penting untuk mencapai kesejahteraan.
Midwifery : Berdasarkan penelitian asuhan post natal misalnya, dikhawatirkan kurang efektif karena kurangnya pengetahuan tentang kebidanan.
Self: Secara jelas kita dapat melihat bahwa peran bidan dalam memberikan dukungan dan membantu seorang wanita untuk menjadi yakin dengan perannya sebagai seorang ibu.
12
B. Model Konseptual Asuhan Kebidanan Midwifwery Care
1. PengertianMidwifery Care (Asuhan Kebidanan) adalah penerapan fungsi
dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.
2. Model asuhan kebidananAsuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang
berbeda dengan metode perawatan medis. Model asuhan kebidanan didasarkan pada prinsip-prinsip sayang ibu. Adapun prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :a. Memahami bahwa kelahiran anak merupakan sesuatu proses alamiah
dan fisiologisb. Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi
tanpa adanya indikasi sebelum berpaling ke teknologi.c. Aman, berdasarkan fakta, dan memberi kontribusi pada keselamatan
jiwa ibu.d. Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberian asuhan
kesehatan/lembaga (Sayang Ibu)e. Menjaga privacy serta kerahasiaan ibu.f. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara
emosionalg. Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan
dan konseling yang cukuph. Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam
membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan
i. Menghormati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama merekaj. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial
ibu/keluarganya selama masa kelahiran anakk. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.3. Proses Asuhan Kebidanan
Proses asuhan kebidanan adalah dinamis, tanggung jawab terhadap perubahan status kesehatan setiap wanita, dan mengantisipasi masalah-masalah potensial sebelum terjadi.
13
Para bidan melibatkan ibu dan keluarganya dalam asuhannya pada seluruh bagian dalam proses pengambilan keputusan, dan dalam pengembangan rencana asuhan kesehatan kehamilan dan pengalaman melahirkan.
4. Komponen Asuhan KebidananKomponen-komponen asuhan kebidanan di Indonesia dalam
”Kompetensi Bidan Di Indonesia”. Kompetensi Bidan tersebut dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu yang pertama adalah kompetensi inti/dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan. Kompetensi inti tersebut difokuskan pada seputar kehamilan dan kelahiran. Yang kedua adalah kompetensi tambahan/lanjutan yang merupakan pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK. Asuhan kebidanan ini termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan), penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi wanita, keluarga dan masyarakat termasuk persiapan menjadi orang tua, menentukan pilihan KB, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi. Usaha memperoleh pelayanan khusus bila diperlukan (konsultasi atau rujukan), dan pelaksanaan pertolongan kegawat-daruratan primer dan sekunder ketika tindakan ada pertolongan medis.
5. Asuhan Kebidanan Yang Berkualitas : 5 Benang Merah Asuhan Persalinan
Selama melaksanakan asuhan persalinan bidan selalu bekerjasama dengan ibu selama persalinan dan kelahiran. Ada 5 aspek dasar dari kualitas asuhan yang harus dilakukan oleh bidan pada saat persalinan kala satu, dua, hingga tiga dan empat, termasuk asuhan pada bayi baru lahir. Karena kelima aspek ini sangat menentukan untuk memastikan persalinan yang aman bagi ibu dan bayinya. Kelima aspek ini sering disebut sebagai 5 benang merah. Dalam asuhan kebidanan yang berkualitas, setiap aspek benang merah ini saling berkaitan satu sama lain pada :a. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan Sayang Ibu amat membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama dalam proses persalinan. Cara untuk memahami asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri ”SEPERTI INIKAH ASUHAN YANG
14
SAYA INGIN DAPATKAN?” Bagian dari ini juga merupakan asuhan sayang bayi.
b. Pencegahan InfeksiDalam memberikan asuhan berkualitas tinggi, bidan harus melindungi terhadap infeksi tidak hanya pada pasien, namun juga pada diri sendiri dan rekan kerjanya. Cara praktis, efektif dan ekonomis melakukan pencegahan infeksi (seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan pelindung, melakukan pemrosesan disinfeksi alat-alat dan pembuangan sampah yang aman) harus betul-betul dipatuhi oleh bidan selama penatalaksanaan asuhan kebidanan.
c. Pengambilan Keputusan KlinikPengambilan keputusan klinik yang efektif adalah selama proses penatalaksanaan kebidanan. Keputusan klinik yang dibuat oleh bidan sangat menentukan kepastian persalinan yang aman. Dengan menggunakan pendekatan manajemen proses kebidanan, para bidan dapat mengumpulkan data dengan sistematis, menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai dengan asuhan yang dibutuhkan pasien. Seorang bidan akan menggunakan manajemen proses kebidanan serupa ini berulang kali pada setiap pasien.
d. Pencatatan (Dokumentasi)Karena bidan menggunakan proses penatalaksanaan kebidanan untuk membuat keputusan, maka ia harus mencatat temuan dan membuat keputusannya. Hal ini sangat penting untuk diingat bahwa jika temuan tidak dilaporkan, maka seolah ia tidak melakukan apa-apa. Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai manajemen pasien dan dapat merupakan pertukaran informasi dengan para petugs kesehatan yang lain. Pencatatan dibutuhkan oleh undang-undang.
e. RujukanRujukan pada institusi yang tepat serta tepat waktu dimana asuhan yang dibutuhkan tersedia akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun kebanyakan ibu-ibu akan mengalami persalinan normal, namun sekitar 10% akan mengalami komplikasi yang membahayakan nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah, serta menentukan jika ia cukup terampil dalam menangani masalah tersebut, lalu merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan dengan tepat waktu. Ketika merujuk, bidan harus
15
selalu ingat, siapa, kapan, kemana dan bagaimana merujuk agar ibu dan bayi tetap selamat.
6. Etika Dalam Asuhan KebidananPada umumnya bidan mampu mengambil keputusan
berdasarkan apa nalurinya. Karena asuhan kebidanan merupakan asuhan yang komplek, maka para bidan sebelumnya dapat mengembangkan nalurinya selama memberikan asuhan.
Organisasi bidan telah mengembangkan ”kode etik profesi” sebagai pedoman. Salah satu contohnya adalah kode etik Bidan Internasional (International Confederation of Midwives of Ethics).
Adanya satu forum diskusi untuk membahas pertimbangan-pertimbangan etik merupakan suatu bagian yang amat penting bagi pendidikan kebidanan. Isu-isu yang perlu dipikirkan adalah : pilihan individu, otonomi, peningkatan kesejahteraan klien, tidak menimbulkan penderitaan klien, memberikan keadilan, kesetaraan, hak-hak wanita.
Kode etik praktek dan perilaku bidan harus dipakai untuk memfasilitasi alasan etis dan meningkatkan asuhan dan bukan untuk memberikan penilaian moral tentang perilakunya.
C. Paradigma SehatDerajat kesehatan di Indonesia masih rendah, hal ini menuntut
adanya upaya untuk menurunkannya.Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan, pemerintah membuat satu model dalam pembangunan kesehatan yaitu PARADIGMA SEHAT. Paradigma Sehat ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr.F.A Moeloek (Menkes RI) pada rapat sidang DPR Komisi VI pada tanggal 15 September 1998.
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
Secara MAKRO dengan adanya Paradigma sehat berarti pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan. Secara MIKRO dengan adanya Paradigma sehat maka Pembangunan kesehatan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif.
16
Paradigma Sehat ini sangat penting karena :Paradigma Sehat ini merupakan model dalam pembangunan
kesehatan tetapi juga dijadikan model dalam Asuhan Kebidanan, hal ini karena :Paradigma sehat dikatakan sebagai suatu perubahan sikap, orientasi atau MindSet, Beberapa pandangan yang berubah menjadi Paradigma Sehat, yaitu :
Pada hakekatnya sehat atau kesehatan dapat diartikan sebagai kondisi yang normal dari kehidupan manusia. Sehat atau kesehatan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang sudah dengan sendirinya begitu. Sehat merupakan suatu keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Batasan sehat menurut WHO yang mencakup keadaan fisik, mental dan sosial sering perlu ditambah dengan sehat spiritual.
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (WHO, 1974):
UU No. 23. 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian yang paling luas, sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan ekonomi). Dalam mempertahankan kesehatannya.
Sehat fisik diartikan sebagai kondisi badan yang serasi dengan tanda-tanda utama kulit yang bersih, mata yang bersinar, rambut yang subur,
17
otot-otot bidan yang kuat, tidak terlalu gemuk, nafas yang segar, nafsu makan yang baik, tidur yang nyenyak, buang air besar dan kecil yang teratur, dan gerakan badan yang supel, mudah dan terkoordinasi, semua organ badan dalam ukuran yang sebanding dan berfungsi normal, semua alat indera berfungsi lengkap, denyut nadi dan tekanan darah dalam keadaan istirahat dan gerakan (exercise) ada dalam batas-batas normal menurut umur dan jenis kelamin. Pada usia anak dan remaja yang sedang tumbuh dan berkembang, berat dan tinggi badan akan bertambah sampai mencapai ukuran dewasa pada umur ± 25 tahun.
Dalam badan yang sehat terletak jiwa yang kuat. Sehat fisik dan mental adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sehat mental, yaitu :
Sehat sosial menekankan pada kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat dilingkungannya dengan penuh rasa kebersamaan, tolong – menolong, saling menghormati dan saling menghargai. Hidup bersama ini untuk saling memenuhi kebutuhan hidup yang menunjang kesehatan itu sendiri.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan berakal akan merasakan ketidaklengkapan cara hidupnya tanpa pegangan kepada sesuatu yang bukan fisik, mental atau sosial, tapi supernatural. Sehat secara spiritual adalah penting untuk masyarakat Indonesia yang ajaran hidupnya adalah Pancasila, dimana sila pertamanya adalah ketuhanan yang maha esa.Menurut Neuman (1990) menyatakan bahwa :
Sehat adalah suatu rentang yang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total.
Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus-menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Dengan model ini bidan dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan rentang sehatnya, sehingga faktor risiko klien yang merupakan faktor penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasikan
18
tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi variabel genetik dan psikologis. Kekurangan dari model ini adalah sulitn ya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu ( kesejahteraan tingkat tinggi kematian). Misalnya, apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas.
Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesejahteraan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi bidan dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan prilaku. Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam perawatan keluarga dan kebidanan komunitas.
Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara agen pejamu dan lingkungan. Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga variabel tersebut .
Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.
Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain :Model ini membantu bidan memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan dan perilaku klien serta membantu bidan membuat rencana kebidanan yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit.Focus model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktifitas kesehatan.
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang berhubungan serta pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling tumpang tindih satu sama lain.
Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini. Sedangkan penyakiy
19
merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat actual maupun sosial.
Kegiatan peningkatan kesehatan dapat bersifat aktif maupun pasif :Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya sendiri.
Pada strategi ini setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan program kesehatan tertentu.Cara pandang atau pola piker pembangunan kesehatan yang bersifat holistic, proaktif, antisifatif, melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi banyak faktor secara dinamis dan bersifat lintas sector dalam satu wilayah. Paradigm sehat merupakan model pembangunan kesehatan yang berorientasi pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit.