bab ii

16
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Landasan Teori 1. Keterampilan Berpikir Kritis Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir pada umumnya dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada khususnya. Berpikir kritis dapat diartikan kemampuan yang sangat essensial untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis merupakan topik yang penting dan vital dalam pendidikan modern. Berpikir kritis sebagai salah satu komponen dalam proses berpikir tingkat tinggi, menggunakan dasar menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis. Semua pendidik semestinya tertarik untukmengajarkan berpikir kritis kepada para siswanya. Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang dunia realita. 1 Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan 1 Liliasari, Peningkatan Mutu Guru dalam Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Model Pembelajaran Kapita Selekta Kimia Sekolah Lanjutan, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. Edisi 3 Tahun Vlll, 2003, Hlm. 175.

Upload: fauzi-ibnu-sukardi-ilayn

Post on 09-Feb-2016

187 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

proposal metlit

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Landasan Teori

1. Keterampilan Berpikir Kritis

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

kemampuan berpikir pada umumnya dan mengembangkan keterampilan

berpikir kritis pada khususnya. Berpikir kritis dapat diartikan kemampuan

yang sangat essensial untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif dalam

semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis merupakan topik yang penting

dan vital dalam pendidikan modern. Berpikir kritis sebagai salah satu

komponen dalam proses berpikir tingkat tinggi, menggunakan dasar

menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna

dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan

logis. Semua pendidik semestinya tertarik untukmengajarkan berpikir kritis

kepada para siswanya. Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang

benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang dunia

realita.1

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang

digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil

keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah2

dan menurut Elika Dwi Murwani Berpikir kritis merupakan salah satu ciri

manusia yang cerdas. Akan tetapi berpikir kritis akan terjadi apabila didahului

dengan kesadaran kritis yang diharapkan dapat ditumbuhkembangkan melalui

pendidikan.3

Menurut Black dan Robert Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis

adalah kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir

untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya yang

efektif berdasarkan pola penalaran tertentu.4 Pendapat senada diungkapkan 1 Liliasari, Peningkatan Mutu Guru dalam Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Model Pembelajaran Kapita Selekta Kimia Sekolah Lanjutan, Jurnal Pendidikan Matematikadan Sains. Edisi 3 Tahun Vlll, 2003, Hlm. 175.2 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, (Bandung: Mizan Learning Centre (MLC), 2009), hlm.183.3 Elika Dwi Murwani, Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa, Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni, 2006, Hlm. 60.4 Elika Dwi Murwani, Peran Guru dalam Membangun Kesadaran kritis siswa, Jurnal

Page 2: BAB II

oleh MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah

sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang

sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan

masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau

pengambilan keputusan.5

Menurut Halpen, berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan

atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah

menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada

sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka

memecahkan masalah, merumuskankesimpulan, mengumpulkan berbagai

kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua

keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.

Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi- mempertimbangkan

kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor

pendukung untuk membuat keputusan.6

Wingkel dalam bukunya mendefinisikan bahwa kemampuan berpikir

kritis adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan merumuskan sesuatu

problem, yang mencakup menentukan intinya, menemukan kesamaan dan

perbedaan, menggali informasi serta data yang relevan, kemampuan untuk

mempertimbangkan dan menilai, yang meliputi membedakan antara fakta dan

pendapat, menemukan asumsi atau pengandaian, memisahkan prasangka dan

pengaruh sosial, menimbang konsistensi dalam berpikir, dan menarik

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data yang

relevan, serta memperkirakan akibat yang dapat timbul.7

Menurut Schafersman (1991) berpikir kritis adalah berpikir secara

nalar, reflektif, bertanggung jawab dan mahir yang difokuskan untuk

menentukan apa yang diyakini dan dilakukan. Siswa tidak dapat

mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan baik tanpa berlatih

menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi. Dengan demikian

pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran kimia tidak

dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi

Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni, 2006, Hlm. 60.5 op.cit., hlm.26 Arief Achmad, Memahami Berpikir hal.1., ( http:/researchengines.com/1007arief3.html)7 Wingkel, Psikologi Penggajaran, (Yogjakarta: Media Abadi, 2007) Cet X., hlm. 400-401.

Page 3: BAB II

dengan mengintegrasikan, mengaplikasikan dan mengkomunikasikan konsep-

konsep yang telah dimiliki.8

Ennis (1985) mengklasifikasikan keterampilan berpikir kritis menjadi

5 kelompok, yaitu:

1) Memberikan penjelasan sederhana, meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.

2) Membangun keterampilan dasar, meliputi mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu penjelasan atau tantangan.

3) Menyimpulkan, meliputi mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dan membuat dan menentukan nilai pertimbangan.

4) Memberikan penjelasan lanjut, meliputi mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi dan mengidentifikasi asumsi.

5) Mengatur strategi dan taktik, meliputi menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.9

Unsur kemampuan berpikir kritis menurut wingkel adalah

merencanakan, menetapkan sasaran, membagi-bagi materi studi atas bagian-

bagian, mengatur waktu, memusatkan perhatian, menilai kemajuan yang

dicapai, mengadakan perubahan terhadap rencana yang kurang efisien,

mengoreksi kesalahan yang dibuat, mengambil inti dari suatu bacaan,

merumuskan pertanyaan mengenai hal yang belum jelas.10

Indikator berpikir kritis menurut Arief Achmad yang mengutif wade

(1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis yakni meliputi:11

1) Kegiatan merumuskan pertanyaan2) Membatasi permasalahan3) Menguji data-data4) Menganalisis berbagai pendapat5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional6) Menghindari penyederhanaan berlebihan7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi8) Mentoleransi Ambiguitas.

8 Gebi Dwiyanti dan Siti Darsati, Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas X Dan XI Pada Pembelajaran Kimia Menggunakan Metoda Praktikum, hlm.2. (http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/Jur._Pend._Kimia/195603231981012 Siti_Darsati/Makalah_Semnaskim.pdf)9 Ibid, hlm. 2-3. 10 Joko Sutrisno, Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran, hlm. 3. (http://www.erlangga.co.id)11 Hanumi Oktiyani Rusdi, Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Koloid Melalui Metode Praktikum dengan Menggunakan Bahan Sehari-Hari, (Bandung: UPI Bandung, 2007), hlm.12-15.

Page 4: BAB II

Ciri-ciri Berpikir kritis yang dikemukakan oleh Cece Wijaya dalam

bukunya yaitu sebagai berikut:12

1) Pandai menditeksi permasalahan2) Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan3) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-

kesenjangan informasi.4) Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis.5) Mampu mengetes asumsi dengan cermat6) Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda,

seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain.7) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia

dengan data yang diperoleh dari lapangan.8) Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi

yang diterimanya.9) Mampu menarik kesimpulan dari dari data yang telah ada dan

terseleksi dan lain-lain.2. Metode Praktikum

Metode Praktikum/Eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan

melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di kelas dan

dievaluasi oleh guru. Atau Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain metode

eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan

percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.13

Menurut Dimyati dan Mudjiono bereksperimen adalah Keterampilan untuk

mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan

prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau

menolak ide-ide itu.17 Dalam praktikum siswa diberi kesempatan untuk menemukan

sendiri fakta yang ingin diketahuinya dengan melakukan kegiatan eksperimen sendiri

maupun kelompok. Dengan kata lain metode eksperimen menekankan pada kegiatan

yang harus dialami sendiri oleh siswa, mencari sendiri dan menemukan sendiri.14

Dalam proses belajar mengajar dengan metode praktikum siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,

mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri

mengenai suatu objek, keadaan, atau proses tertentu. Dengan demikian, siswa dituntut

untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum

atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.15

Menurut Christofi tujuan praktikum adalah untuk mengembangkan

keterampilan memecahkan masalah dan berpikir kreatif, merancang percobaan,

12 Joko Sutrisno., Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran, hlm. 3. (http://www.erlangga.co.id)13 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 84.14 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 1999). hlm. 150.15 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hlm. 174.

Page 5: BAB II

menganalisis dan mengkomunikasikan data percobaan serta meningkatkan sikat

positif dan minat untuk peduli terhadap lingkungan.16 Keterampilan-keterampilan

yang telah disebutkan merupakan bagian dari keterampilan proses sains siswa.

Sehingga praktikum dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Selain

itu, Krischner menyatakan kegiatan praktikum merupakan sarana yang tepat untuk

pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis dengan memberikan

pengalaman langsung bagi siswa.17

Dedy Kurniawan dalam Suparni mengemukankan bahwa proses

pembelajaran disekolah dengan metode eksperimen memberikan beberapa

keuntungan antara lain (1) siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan karena

siswa melakukan sendiri, (2) semua siswa mendapat kesempatan untuk melakukan

pembuktian terhadap suatu teori maupun konsep, (3) siswa menjadi terampil

menggunakan alat, (4) siswa terlatih utuk berpikir ilmiah seperti ilmuan, (5) hasil

belajar siswa sifatnya tahan lama (retensi) dan (6) siswa semakin mempercayai

konsep yang telah dicobanya sendiri.18

Metode praktikum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:19

a. Kelebihan Metode Praktikum

1) Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya.

2) Dapat membina peserta didik untuk membuat terobosan-terobosan baru

dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan

manusia.

3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran

umat manusia.

b. Kekurangan Metode Praktikum

1) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.

2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak

selalu mudah diperoleh dan mahal.

3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

16 Amalia Sapriati, Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum Fotosintesis, JurnalPendidikan Volume 7, 2006, hlm. 2.17 Gebi Dwiyanti, dan Wiwi Siswaningsih, Keterampilan Proses Sains Siswa SMU KelasII Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum, 2005, hal. 218 Yunita, Panduan Demonstrasi dan Percobaan Permainan Kimia Jilid 2 Untuk SD, SMP, SMA dan yang Sederajat. (Bandung: Pudak Scientific, 2007) hlm. 5.19 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 84-85.

Page 6: BAB II

4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena

mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan

kemampuan atau pengendalian.

3. Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing

a. Pengertian Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) merupakan salah satu metode

inkuiri dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk

penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan

masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa

mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing

mereka untuk penyelidikan lebih lanjut.20

b. Karakteristik Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing

Menurut Carol C. Kuhlthau dan Ross J. Todd terdapat enam karakteristik

inkuiri terbimbing (Guided Inquiry), yaitu:21

1) Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman

Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif

individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada

sesuatu itu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah

kombinasi dari tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat

menekankan pembelajaran Hands on (berdasar pengalaman) sebagai

penentang metode otoriter dan menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri

(penemuan) sangat penting dalam pembelajaran bermakna.

2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu

Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk

dasar untuk membangun pengetahuan baru. Menurut Ausubel faktor

terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang

mereka tahu.

3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran

melalui bimbingan

Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses

mendalam yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang

mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh

pertanyaan-pertanyaan yang otentik mengenai objek yang telah

digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa.

20 Pedagogical Approaches to Science Instruction, Defining Inquiry, Bay Area Science Project @ Oakland Unified School District POSIT, 2007 ( http://www.mcps.k12.md.us/curriculum/science/instr/inq3levels.htm) 21Carol C. Kuhkthau dan Ross J Todd, Guided Inquiry: A Framework for learning Troug School Libraries in 21st Century School, 2006, (http://cissl.scills.rutger.edu/guidedinquiry/char.htm)

Page 7: BAB II

Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan

intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Menurut

Bloom, kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi membantu merangsang untuk berinkuiri yang

membawa kepada pengetahuan dan pendalaman yang mendalam.

4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap

Berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas mereka

untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini

merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan,

refleksi, menemukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan,

mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan

serta sikap dan nilai.

5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran

Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan

seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman

yang mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.

6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain

Siswa hidup di lingkungan sosial dimana mereka terus menerus

belajar melalui interaksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang tua,

teman, saudara, guru, kenalan dan orang asing merupakan bagian dari

lingkungan sosial yang membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan

dimana mereka membangun pemahaman mengenai dunia dan membuat

makna untuk mereka. Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan proses

hidup bergantung pada interaksi sosial dan pembelajaran sosial berperan

penting untuk perkembangan kognitif.

4. Laju Reaksi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

a. Pengertian Laju Reaksi

Laju atau kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap

satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.

Sebagai contoh, seseorang lari dengan kecepatan 10 km/jam. Artinya orang

tersebut telah berpindah tempat sejauh 10 km dalam waktu satu jam.

Bagaimanakah cara menyatakan laju dari suatu reaksi? Dalam reaksi

kimia, perubahan yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau

produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi

akan makin sedikit, sedangkan produk makin banyak. Laju reaksi dinyatakan

sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju bertambahnya produk. Satuan

konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol. L-1).

Page 8: BAB II

Satuan waktu yang digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju reaksi

mempunyai satuan mol per liter per detik (mol. L-1. dt-1 atau M.dt-1).22

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Rekasi

1) Konsentrasi

Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel

yang lebih rapat, jika dibandingkan dengan larutan encer. Semakin tinggi

konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan

luas ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan

reaksi berlangsung semakin cepat.

2) Luas permukaan sentuh

Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan. Pada

pencampuran reaktan yang terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan

berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan berbentuk serbuk halus

memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar daripada padatan

berbentuk lempeng atau butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka

frekuensi tumbukan kemungkinan akan semakin tinggi sehingga reaksi

dapat berlangsung lebih cepat.

3) Temperatur

Setiap partikel selalu bergerak. Dengan naiknya suhu, energi gerak

(kinetik) partikel ikut meningkat sehingga makin banyak partikel yang

memiliki energi kinetik di atas harga energi aktivasi (Ea). Kenaikan suhu

akan memperbesar laju reaksi

4) Katalisator

Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak

mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi

zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis mempercepat reaksi dengan

cara menurunkan harga energi aktivasi (Ea). Katalisis adalah peristiwa

peningkatan laju reaksi sebagai akibat penambahan suatu katalis. Meskipun

katalis menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi ia tidak mempengaruhi

perbedaan energi antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain, penggunaan

katalis tidak akan mengubah entalpi reaksi.23

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil Penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

penelitian dari Hanumi Oktiyani Rusdi dengan judul penelitian “Analisis

22 Utiya Azizah, Laju Reaksi, 2004,hlm.7.(http://www2.jogjabelajar.org/modul/adaptif/adaptif_kimia/10_laju_reaksi.pdf)23 Ibid, 52-53

Page 9: BAB II

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa kelas XI pada Pembelajaran Sistem Koloid

melalui Metode Praktikum dengan menggunakan bahan sehari-hari”, Hasilnya

menunjukan bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran melalui metode

praktikum, selain itu siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa

pada indikator menyebutkan contoh dan indikator menarik kesimpulan dari hasil

menyelidiki.24

Penelitian yang dilakukan oleh Iis Siti Jahro dan Susilawati yang berjudul

Analisis Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Ilmu Kimia Di Sekolah

Menengah Atas menghasilkan bahwa metode praktikum merupakan salah satu metode

yang sangat tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Kimia karena metode ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri fakta-fakta yang

diperlukan untuk meningkatkan penguasaan dan pemahamannya terhadap materi-

materi Kimia. Selain itu, metode ini dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar

kimia siswa lebih dari 75 %. Dalam penenlitiannya, Iis Siti Jahro dan Susilawati

mendapatkan 83.6 % siswa mengaku kegiatan laboratorium dapat meningkatkan hasil

belajar atau prestasi siswa.25

Penelitian Tonih Feronika, dalam artikel “Implementasi Teknik Guided

Worksheet Activity Dalam Pembelajaran Hands-on Dalam Melatih Kemampuan

Inkuiri”. Hasilnya mengenai kemampuan inkuiri siswa terhadap hands-on dengan

teknik guided worksheet activity pada pokok bahasan asam-basa sub pokok indikator

asam basa, di antara ke delapan aspek yang muncul, aspek pertanyaan yang muncul

paling sering dengan nilai persentasi tinggi.42

Penelitian Zulfiani, dalam artikel “Pengembangan Program Pembelajaran

Bioteknologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru”. Hasilnya

bahwa kemampuan inkuiri dapat mengembangkan kemampuan intelektual,

mengembangkan emosional, dan mengembangkan keterampilan. Serta keterampilan

berpikir tingkat tinggi dapat mengembangkan keterampilan metakognisi.43

C. Kerangka Berpikir

Pada dasarnya proses belajar itu tidak hanya menekankan pada aspek

pengetahuan dan pemahaman, tetapi aspek aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi bahkan

24 Hanumi Oktiyani Rusdi, Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Koloid Melalui Metode Praktikum dengan Menggunakan Bahan Sehari-Hari. (Bandung: UPI Bandung,2007)25 Iis Siti Jahro, dan Susilawati, Analisis Penerapan Metode Praktikum PadaPembelajaran Ilmu Kimia Di Sekolah Menengah Atas, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains,2009, h. 29-34

Page 10: BAB II

keterampilan-keterampilan juga harus ditekankan. Hal ini sangat penting karena siswa

akan dapat mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan

mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata. Oleh

karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan kognitif, afektif dan

psikomotor.

Dalam proses pembelajaran IPA khususnya Ilmu Kimia seorang guru

seharusnya tidak hanya sekedar penyampaian konsep/materi saja tetapi guru harus

menjelaskan dan memberikan suatu pengalaman tertentu agar para siswa dapat

menemukan konsep itu sendiri. Pengalaman-pengalaman tersebut akan didapatkan

para siswa pada saat melakukan kegiatan praktikum.26

Melalui praktikum siswa memahami dan melihat suatu kejadian lebih

rinci, selain itu siswa diberi kesempatan untuk mengalaminya sendiri, mengikuti

suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu sekaligus

keterampilan berpikir kritis siswa akan ikut berkembang karena metode

praktikum tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya tetapi bagaimana proses

berpikir tersebut dapat ikut berkembang.

Kegitan praktikum ini menggunakan model pembelajaran inquiri. Karena

model pembelajaran inkuiri berusaha merangsang siswa untuk bersifat aktif dan

kreatif, memberikan suasana yang kondusif dan terbuka memungkinkan siswa untuk

belajar aktif baik secara individual mauapun kelompok berani memecahkan masalah

yang dihadapi dengan pemikirannya sendiri.27

26 Arif Soleh, Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kegiatan Praktikum Termokimia dan Laju Reaksi Berbasis Inquiry, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PIPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, 2013, hlm.5., Tidak Dipublikasikan.27 Memi Malihah, “Pengaruh Model Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Kimia SiswaPada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PIPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, 2013, hlm.5. (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3004/1/Memi%20Malihah-FITK.pdf)