bab ii
DESCRIPTION
babIITRANSCRIPT
![Page 1: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya
Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiono,2012:407)
Penelitian pengembangan menurut Seels & Richey (1994) didefinisikan
sebagai berikut : Penelitian pengembangan sebagaimana dibedakan dengan
pengembangan pembelajaran yang sederhana, didefinisikan sebagai kajian secara
sistematik untuk merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi program-
program, proses, dan hasil pembelajaran yang harus memenuhi criteria konsistensi
dan keefektifan secara internal. (Setyosari,2013:223)
Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gell (1983) dalam
Setyosari (2013:222) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk pendidikan. Menurut Borg & Gell (2003) dalam
Setyosari (2013:222) penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara
siklus. Langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian
tentang temuan penelitian produk yang akan akan dikembangkan,
mengembangkan produk berdasarkan temuan - temuan tersebut, melakukankan uji
12
![Page 2: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/2.jpg)
13
coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai,dan
melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Penelitian dan pengembangan
pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model pengembangan berbasis
industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk mendesain produk dan prosedur,
yang kemudian secara sistematis dilakukan uji lapangan, dievaluasi,
disempurnakan untuk memenuhi kriteria keefektifan, kualitas, dan standar
tertentu.
Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan karena tujuan
pengembangan adalah menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan dari
serangkaian uji coba,misalnya melalui perorangan, kelompok kecil, kelompok
sedang, dan uji lapangan kemudian dilakukan, direvisi dan seterusnya untuk
mendapatkan hasil atau produk yang memadai atau layak dipakai
(Setyosari,2013:223).
Jadi dapat disimpulkan penelitian pengembangan adalah metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu berdasarkan temuan –
temuan dari serangkaian uji coba dan menguji keefektifan produk tersebut.
2.2 Balajar dan pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki
kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga
dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarihan makna
yang dilakukan oleh individu (Pribadi, 2009: 6). Belajar juga dapat diartikan
sebagai “A natural process that leads to changes in what we know, what we can
do, and how we behave”. Belajar juga dipandang sebagai proses alami yang dapat
![Page 3: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/3.jpg)
14
membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang (Robert
M.Gagne dalam Pribadi, 2009: 6). Sedangkan menurut Robert Heinich dkk.
Dalam Pribadi (2009: 6) belajar diartikan sebagai “ … development on new
knowledge, skills, or attitudes as individual interact with learning resources”.
belajar merupakan sebuah proses pengembangan, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan
sumber – sumber belajar.
Menurut Robbins dalam Trianto (2010: 15) mendefinisikan belajar sebagai
proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami
dan sesuatu (pengetahuan yang baru), menurut Trianto (2010: 17) belajar secara
umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui
pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau
karateristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik
disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju
pada suatu perubahan pada diri pembelajar.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup (Trianto, 2010: 17).
Gagne dalam Pribadi (2009: 9) mendefinisikan istilah pembelajaran
sebagai “a set of event embedded in purposeful activities that facilitate learning”.
Pembelajaran adalah serangkaian aktifitas yang sengaja diciptakan dengan
maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Definisi lain tentang
pembelajaran dikemukakan oleh Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan dalam
![Page 4: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/4.jpg)
15
Pribadi (2009: 9) yang mengemukakan pembelajaran adalah pengembangan dan
penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi
pencapaian tujuan yang spesifik.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan bahwa belajar adalah
perubahan pada individu yang terjadi melalui proses pengalaman dan melakukan
interaksi secara intensif dengan sumber – sumber belajar. Pembelajaran adalah
serangkaian aktifitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar.
2.3 Teori belajar konstruktivisme
Menurut Pribadi (2009:157) kontruktivisme adalah salah satu aliran filsafat
yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil
kontruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki
pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pembentukannya
dalam diri kita. Belajar dalam pandangan ahli kontruktivis terkait dengan
pengalaman yang dimiliki oleh individu. Berdasarkan pandangan ini, tugas
seorang guru atau instruktur adalah menciptakan lingkungan belajar yang sering
diistilahkan sebagai “scenario of problems”, yang mencerminkan adanya
pengalaman belajar yang otentik atau nyata dan dapat diaplikasikan dalam situasi
yang sesungguhnya (Pribadi, 2009:157).
Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan – aturan lama dan merevisinya apabila aturan – aturan itu tidak lagi sesuai.
(Trianto, 2010: 28)
![Page 5: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/5.jpg)
16
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam
benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan member
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri,
dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa
siswa kepemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut Nur dalam Triyanto (2010: 28).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kontuktivisme adalah pengetahuan yang kita miliki adalah bentukan dari diri kita
sendiri, dengan kata lain kita akan memiliki pengetahuan apabila terlibat aktif
dalam proses penemuan pengetahuan. Selain itu, pengetahuan diperoleh individu
melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar.
2.4 Guided Discovery ( Penemuan Terbimbing)
Discovery (Penemuan) adalah menemukan konsep melalui serangkaian
data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Bruner
menganggap dalam Trianto (2010:38) bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi
hasil yang paling baik. Selain itu Bruner juga menyarankan dalam Trianto
(2010:38) agar siswa – siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif
dengan konsep – konsep dan prinsip – prinsip, agar mereka dianjurkan untuk
![Page 6: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/6.jpg)
17
memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen – eksperimen yang
mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip – prinsip itu sendiri.
Guided Discovery (penemuan terbimbing) merupakan metode yang
digunakan untuk membangun konsep dibawah pengawasan guru, menurut Sani
(2013: 221). Metode penemuan ini akan lebih tepat jika terdapat bimbingan guru,
karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar
untuk dapat menemukan sesuatu. Metode penemuan yang dipandu oleh guru ini
pertama dikenalkan oleh Plato dalam suatu dialog antara Socratic (Cooney dan
Davis, 1975:136) dalam Markaban (2008:11). Metode ini melibatkan suatu dialog
atau interaksi antara siswa dan guru dimana siswa mencari kesimpulan yang
diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur oleh guru.
Dengan metode penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan terhadap
situasi dimana siswa bebas menyelidikidan menarik kesimpulan. Terkaan, institusi
dan mencoba – coba (trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai
petunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan
keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuna yang
baru.
Dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa
cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa.
Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti pemecahan
masalah, investigasi atau aktivitas lainnya.
Pemecahan masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan.
Ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Dengan membiasakan
![Page 7: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/7.jpg)
18
siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika, karena siswa dilibatkan
dalam berpikir matematika pada saat manipulasi, eksperimen , dan menyelesaikan
masalah. (Markaban 2008: 17).
Dapat disimpukan Guided discovery (penemuan terbimbing) adalah
metode untuk membangun atau menemukan konsep dibawah pengawasan guru.
2.5 Bahan Ajar E-Modul
Bahan ajar merupakan salah satu media pembelajaran yang berfungsi
sebagai alat penyampai pesan yang terjadi dalam pembelajaran. Menurut Hamdani
dalam Izzah (2013:2) bahan ajar yang paling mudah dibuat oleh guru sebagai
pendidik adalah bahan ajar cetak berupa modul, karena tidak menuntut alat yang
mahal dan keterampilan yang tinggi. Modul adalah alat atau sarana pembelajaran
berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi secara sistematis
dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan
kompleksitasnya.
Modul menurut Praswoto (2011:104) diartikan sebagai sebuah buku yang
ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan bimbingan guru. Jika pendidik mempunyai fungsi menjelaskan suatu
dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usianya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Praswoto (2011:104),
modul adalah kegiatan belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik
dengan bantuan yang minimal dari guru atau dosen pembimbing, meliputi
![Page 8: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/8.jpg)
19
perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran,
alat yang dibutuhkan dan alat untuk penilai, serta pengukuran keberhasilan peserta
didik dalam penyelesaian pelajaran.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini modul
tidak hanya berupa cetak. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pembelajaran
sangat mendukung adanya modul elektorik (e-module). Penggunaan komputer
dalam proses pembelajaran memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan
kemampuan dan kecepatannya dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikan.
Berdasarkan penjelasan mengenai e (elektronik) dan module tersebut,
e-module atau modul elektronik dapat diartikan sebagai alat atau sarana
pembelajaran yang disusun dan dirancang secara khusus dan sistematis yang
berisi serangkaian kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya secara elektronik.
2.6 Multimedia Interaktif
Multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang
berupa teks, gambar (vector atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi,
dan lain – lain yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan
untuk menyampaikan pesan kepada public menurut Munir (2012: 110) Sedangkan
menurut definisi para pakar dalam Darmawan (2012: 47) multimedia dapat
dipandang sebagai “ combination of the following elements: text, color, graphics,
animations, audio, and video”. Kombinasi antara komputer dan video (Rosch,
![Page 9: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/9.jpg)
20
1996); multimedia merupakan kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar, dan
teks (McCormick,1996); sedangkan menurut (Robin, Linda, 2001) multimedia
adalah alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang
mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan video.
Sedangkan pengertian interaktif terkait dengan komunikasi dua arah atau
lebih dari komponen-komponen komunikasi.Komponen komunikasi dalam
multimedia interaktif (berbasis komputer) adalah hubungan antara
manusia(sebagai user/ pengguna produk) dan computer (software / aplikasi /
produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD) menurut Munir
(2012:110). Menurut Jacob dalam Munir (2012: 111) mengatakan bahwa
interaktif menciptakan hubungan dua arah sehingga dapat menciptakan situasi
dialog antara dua atau lebih penguna.
Berdasarkan pengertian multimedia dan interaktif diatas maka menurut
Munir (2012:110) multimedia interaktif adalah suatu tampilan multimedia yang
dirancang oleh desainer agar tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan
pesan dan memiliki interaktifitas kepada penggunanya (user), sedangkan menurut
Elsom – Cook dalam Munir (2012:110) multimedia interaktif adalah kombinasi
dari berbagai komunikasi saluran menjadi pengalaman komunikatif terkoordinasi
yang bahasa lintas – channel yang terintregasi penafsiran tidak ada. Sedangkan
menurut Vaughan dalam Munir (2012: 111) ketika dapat mengikuti keinginan
pengguna, menampilkan proyek multimedia dan dapat mengontrol apa dan kapan
elemen diserahkan, maka itulah yang disebut multimedia interaktif.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa multimedia
interaktif adalah suatu tampilan dari kombinasi teks, grafik, animasi, audio, dan
![Page 10: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/10.jpg)
Gambar 2.1: Kubus ABCD.EFGHBA
CD
E F
GH
BA
CD
E F
GH
21
video yang dirancang oleh desainer agar tampilannya memenuhi fungsi
menginformasikan pesan dan memiliki interaktifitas kepada penggunanya (user).
2.7 Tinjauan materi kubus dan balok
2.7.1 Pengertian Kubus
Gambar 2.1 disamping menunjukan sebuah
bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi
dan semua rusuknya sama panjang. Bangun ruang
disamping dinamakan kubus. Kubus adalah suatu
bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah
sisi berbentuk persegi yang kongruen menurut
Agus (2008;184).
2.7.2 Unsur – unsur kubus
2.7.2.1 Sisi/Bidang
Sisi kubus adalah bidang yang
membatasi kubus. Dari Gambar 2.2
terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi
yang semuanya berbentuk persegi, yaitu
ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas),
ABFE (sisi depan), CDHG (sisi belakang),
BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi
samping kanan) menurut Agus (2008;184)
Gambar 2.2: Sisi/bidang kubus ABCD.EFGH
Sisi atas
Sisi belakang
Sisi kananSisi kiri
Sisi depan
Sisi bawah
![Page 11: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/11.jpg)
Gambar 2.3: Rusuk kubus ABCD.EFGHBA
CD
E F
GH
Gambar 2.4: Titik sudut kubus ABCD.EFGHBA
CD
E F
GH
BA
CD
E F
GH
22
2.7.2.2 Rusuk
Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi
bidang kubus dan terlihat seperti kerangka yang
menyusun kubus. Coba perhatikan kembali Gambar
2.3. Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu
AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan
DH. (Agus, 2008;184)
2.7.2.3 Titik Sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua
rusuk. Dari Gambar 2.4 , terlihat kubus ABCD. EFGH
memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F,
G, dan H. (Agus, 2008;184)
2.7.2.4 Diagonal Bidang
Coba kamu perhatikan kubus ABCD.EFGH pada
Gambar 2.5 . Pada kubus tersebut terdapat garis AF
yang menghubungkan dua titik sudut yang saling
berhadapan dalam satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut
dinamakan sebagai diagonal bidang. Kubus ABCD.
EFGH mempunyai 12 diagonal bidang, yaitu AC, BD,
EG, HF, AF, BE, CH, DG, AH, DE, BG, CF. (Nugroho,
2008;177)
Gambar 2.5: AF merupakan diagonal bidang kubus ABCD.EFGH
![Page 12: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/12.jpg)
Gambar 2.7: ACGE merupakan bidang diagonal pada kubus ABCD.EFGH
BA
CD
E F
GH
BA
CD
E F
GH
23
2.7.2.5 Diagonal Ruang
Sekarang perhatikan kubus ABCD.EFGH pada
Gambar 2.6 . Pada kubus tersebut, terdapat ruas garis
AG yang menghubungkan dua titik sudut yang saling
berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut
disebut diagonal ruang. Kubus ABCD. EFGH
mempunyai 4 diagonal ruang, yaitu AG, BH, CE, DF.
(Nugroho, 2008;176).
2.7.2.6 Didang Diagonal
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada
Gambar 2.7 secara saksama. Pada gambar tersebut,
terlihat dua buah diagonal bidang pada kubus
ABCD. EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata,
diagonal bidang AC dan EG beserta dua rusuk
kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG membentuk
suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE
pada kubus ABCD. EFGH. Bidang ACGE disebut sebagai bidang diagonal. Kubus
ABCD. EFGH mempunyai 6 bidang diagonal , yaitu ACGE, BDHF, ABGH,
CDEF, ADGF, BCHE. (Agus, 2008;185)
Gambar 2.6: AG merupakan diagonal ruang kubus ABCD.EFGH
![Page 13: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/13.jpg)
24
2.7.3 Jaring-jaring Kubus
Menurut Agus (2008;186) sebuah kubus apabila dipotong menurut rusuk-
rusuknya kemudian tiap sisinya direntangkan akan menghasilkan jaring-jaring
kubus . Jaring-jaring kubus terdiri dari enam buah persegi kongruen yang saling
berhubungan
Terdapat berbagai bentuk jaring – jaring kubus, diantaranya sebagai berikut :
2.7.4 Luas Permukaan Kubus
Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti sama saja dengan
menghitung luas jaring-jaring kubus tersebut terlihat seperti Gambar 2.10. Oleh
karena jaring-jaring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen
(Agus 2008;189)
Gambar 2.8: Rebahan kubus ABCD.EFGH menjadi jaring – jaring kubus
(c)
Gambar 2.9: Macam – macam jaring – jaring kubus
![Page 14: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/14.jpg)
rr
r
rrrr
r
r
r
25
Maka: Luas permukaan kubus ¿ Luas jaring – jaring kubus
¿6 × (r× r )
¿6 × r2
¿6 r2
Jadi luas permukaan kubus dapat dinyatakan
sebagai rumus : L=6 r 2
2.7.5 Volume Kubus
Untuk mencari rumus volume kubus dapat kita gunakan
kubus satuan, yaitu kubus dengan panjang rusuk 1 cm. Volume
kubus satuan adalah 1 c m3. (Tasari, 2011:184)
Gambar 2.12 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran berbeda. Kubus
pada Gambar 2.12 (1) merupakan kubus satuan. Untuk membuat kubus satuan
pada Gambar 2.12 (2) , diperlukan 2 × 2 × 2 = 8 kubus satuan, sedangkan untuk
membuat kubus pada Gambar 2.12 (3) , diperlukan 3 × 3 × 3 = 27 kubus satuan
dan seterusnya. Dengan demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan
dengan cara mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali.
1cm
Gambar 2.11: Kubus satuan
1cm
1cm
Gambar 2.12: Beberapa kubus dengan volum berbeda - beda
Gambar 2.10: Kubus dan jaring - jaring
![Page 15: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/15.jpg)
A B
CD
F
GH
E
26
Sehingga volume kubus = panjang rusuk × panjang rusuk × panjang rusuk
¿ r ×r × r
¿ r3
Jadi, volume kubus dapat dinyatakan sebagai rumus V=r3, dengan r adalah rusuk
kubus.
2.7.8 Pengertian Balok
Bangun ruang ABCD.EFGH pada gambar tersebut
memiliki tiga pasang sisi berhadapan yang sama bentuk dan
ukurannya, di mana setiap sisinya berbentuk persegipanjang.
Bangun ruang seperti ini disebut balok.
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 persegi panjang , di
mana setiap sisi persegipanjang berimpit dengan tepat satu sisi persegipanjang
yang lain dan persegipanjang yang sehadap adalah kongruen. Sisi alas kongruen
dengan sisi atas sisi depan kongruen dengan sisi belakang sisi kiri kongruen
dengan sisi kanan. (Agus, 2008; 192)
2.7.9 Unsur – Unsur Balok
2.7.9.1 Sisi / Bidang
Sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok. Balok dibatasi
oleh 6 buah bidang / sisi berbentuk persegipanjang, sisi-sisi yang berhadapan
sejajar dan kongruen (Agus, 2008; 192). Penyebutan/penamaan sisi
Gambar 2.13: Balok ABCD. EFGH
![Page 16: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/16.jpg)
Sisi atas
Sisi belakang
Sisi kananSisi kiri
Sisi depan
Sisi bawah
A B
CD
F
GH
E
Rusuk GH
Rusuk AB
Rusuk CD
Rusuk EF
Rusuk EH
Rusuk CG
Rusuk AD
Rusuk AE
Rusuk DH
Rusuk BC
Rusuk BF
A B
CD
F
GH
ERusuk FG
27
balok dengan menggunakan
notasi empat huruf kapital secara
siklis atau melingkar.
Bidang / sisi balok adalah :
a. Sisi alas = ABCD
b. Sisi atas = EFGH
c. Sisi depan = ABFE
d. Sisi belakang = CDHG
e. Sisi kiri = ADHE
f. Sisi kanan = BCGF
Sisi ABCD = EFGH , sisi ABFE = CDHG , sisi ADHE = BCGF
2.7.9.2Rusuk
Sama seperti dengan kubus,
balok ABCD.EFGH memiliki 12
rusuk. Coba perhatikan kembali
Gambar 2.15 secara seksama. Rusuk
- rusuk balok ABCD. EFGH adalah
AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan HD (Agus, 2008; 192)
Gambar 2.15: Rusuk balok ABCD. EFGH
Gambar 2.14: Sisi/bidang balok ABCD.EFGH
![Page 17: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/17.jpg)
A B
CD
F
GH
E
A B
CD
F
GH
E
A B
CD
F
GH
E
28
2.7.9.3 Titik sudut
Dari Gambar 2.16 , terlihat bahwa balok
ABCD.EFGH memiliki 8 titik sudut, yaitu A, B,
C, D, E, F, G, dan H. (Agus, 2008; 192)
2.7.9.4 Diagonal bidang
Coba kamu perhatikan Gambar 2.17 .
Ruas garis AC yang melintang antara dua titik
sudut yang saling berhadapan pada satu bidang,
yaitu titik sudut A dan titik sudut C, dinamakan
diagonal bidang balok ABCD.EFGH (Agus,
2008; 192). Balok ABCD. EFGH mempunyai 12
diagonal bidang, yaitu AC, BD, EG, HF, AF, BE, CH, DG, AH, DE, BG, CF.
2.7.9.5 Diagonal ruang
Ruas garis CE yang menghubungkan dua
titik sudut C dan E pada balok ABCD.EFGH
seperti pada Gambar 2.18 disebut diagonal
ruang balok tersebut. Jadi, diagonal ruang
terbentuk dari ruas garis yang menghubungkan
dua titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu bangun ruang. (Agus, 2008;
192) Balok ABCD. EFGH mempunyai 4 diagonal ruang, yaitu AG, BH, CE, DF.
Gambar 2.16: Titik sudut balok ABCD. EFGH
Gambar 2.17: Diagonal bidang pada balok ABCD. EFGH
Gambar 2.18: Diagonal ruang pada balok ABCD. EFGH
![Page 18: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/18.jpg)
A B
CD
F
GH
E
29
2.7.9.6 Bidang diagonal
Sekarang, perhatikan balok ABCD.
EFGH pada Gambar 2.19. Dari gambar tersebut
terlihat dua buah diagonal bidang yang sejajar,
yaitu diagonal bidang HF dan DB. Kedua
diagonal bidang tersebut beserta dua rusuk
balok yang sejajar, yaitu DH dan BF membentuk sebuah bidang diagonal. Bidang
BDHF adalah bidang diagonal balok ABCD.EFGH. Balok ABCD. EFGH
mempunyai 6 bidang diagonal , yaitu ACGE, BDHF, ABGH, CDEF, ADGF,
BCHE. (Agus, 2008; 193)
2.7.11 Jaring – Jaring Balok
Sama halnya dengan kubus,
jaring-jaring balok diperoleh dengan
cara membuka balok tersebut sehingga
terlihat seluruh permukaan balok (Agus,
2008; 194). Coba kamu perhatikan alur
pembuatan jaring-jaring balok yang
digambarkan pada Gambar 2.20
Gambar 2.19: Bidang Diagonal pada balok ABCD. EFGH
Gambar 2.20: Rebahan balok ABCD. EFGH menjadi jaring - jaring
![Page 19: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/19.jpg)
p
l
t
t
l
t t
l
p
p
p
p
t
tt
t
l
pl
t
30
2.7.12 Luas Balok
Cara menghitung luas permukaan balok sama dengan cara menghitung luas
permukaan kubus, yaitu dengan menghitung semua luas jaring-jaringnya.
Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p (panjang), l (lebar), dan t (tinggi)
seperti pada gambar (Agus, 2008; 195). Dengan demikian, luas permukaan balok
tersebut adalah
Gambar 2.21: Beberapa contoh jaring – jaring balok
Gambar 2.22: (a) Balok, (b) Jaring – jaring balok
(a) (b)1
2
3 4 5
6
![Page 20: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/20.jpg)
31
Luas permukaan balok = luas persegi panjang 1 + luas persegi panjang 2
+ luas persegi panjang 3 + luas persegi panjang 4
+ luas persegi panjang 5 + luas persegi panjang 6
¿( p × l)+( p× t)+(l ×t)+( p ×l)+(l× t)+( p× t)
¿( p × l)+( p× l)+( l×t )+(l ×t)+( p× t)+( p× t)
¿2( p ×l)+2(l× t)+2( p×t )
¿2¿
¿2( pl+¿+ pt)
Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus
Luas permukaan balok=2( pl+¿+ pt)
2.7.13 Volume balok
Proses penurunan rumus balok memiliki cara yang sama seperti pada
kubus. Caranya adalah dengan menentukan satu balok satuan yang dijadikan
acuan untuk balok yang lain. Proses ini digambarkan pada Gambar 2.23 . Coba
cermati dengan saksama. Gambar 2.23 menunjukkan pembentukan berbagai balok
dari balok satuan. Gambar 2.23(a) adalah balok satuan. Untuk membuat balok
seperti pada Gambar 2.23(b) , diperlukan 2 × 1 × 2 = 4 balok satuan, sedangkan
untuk membuat balok seperti pada Gambar 2.23(c) diperlukan 2 × 2 × 3 = 12
balok satuan. Hal ini menunjukan bahwa volume suatu balok diperoleh dengan
cara mengalikan ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok tersebut. (Agus, 2008;
197)
![Page 21: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/5695d40b1a28ab9b02a01195/html5/thumbnails/21.jpg)
32
Jadi volum balok=panjang ×lebar × tinggi
¿ p ×l× t
Gambar 2.23: Balok – balok satuan
(a) (b) (c)