bab ii

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut UNESCO music council telah menegaskan, petama kali music klasik adalah pendidikan. Kedua musik adalah untuk mempertajam rasa intelektial manusia (Intellect Einfullung). Musik yang biasanya mempunyai keseimbangan antara empat unsure musik, yakni, melodi, harmony, irama, (Rhythm), dan warna suara (TIMBRE). Musik yang memenuhi persyaratan ini adalah music klasik, semi klasik, music rakyat juga music tradisional seperti karawitan. Di amerika utara dan eropa, para ahli terapi music bekerja di pusat-pusat rehabilitasi dan berbagai rumah sakit, terapi music adalah intervensi music untuk memulihkan, menjaga dan memperbaiki kesehatan emosi, fisik, psikologis dan spiritual, berbagai literature mendukung keampuhan terapi musik. Menurut Ferawati Dan Siti Amiyakun STIKES ICSADA bojonegoro stress adalah suatu kondisi dimana tubuh terganggu karena tekanan psikologis. stress dikaitkan bukan karena penyakit fisik lebih mengenai kejiwaan, karena pengaruh stress tersebut maka penyakit

Upload: iqbalakbar

Post on 29-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

K

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut UNESCO music council telah menegaskan, petama kali music klasik adalah

pendidikan. Kedua musik adalah untuk mempertajam rasa intelektial manusia (Intellect

Einfullung). Musik yang biasanya mempunyai keseimbangan antara empat unsure musik, yakni,

melodi, harmony, irama, (Rhythm), dan warna suara (TIMBRE). Musik yang memenuhi

persyaratan ini adalah music klasik, semi klasik, music rakyat juga music tradisional seperti

karawitan.

Di amerika utara dan eropa, para ahli terapi music bekerja di pusat-pusat rehabilitasi dan

berbagai rumah sakit, terapi music adalah intervensi music untuk memulihkan, menjaga dan

memperbaiki kesehatan emosi, fisik, psikologis dan spiritual, berbagai literature mendukung

keampuhan terapi musik.

Menurut Ferawati Dan Siti Amiyakun STIKES ICSADA bojonegoro stress adalah suatu kondisi

dimana tubuh terganggu karena tekanan psikologis. stress dikaitkan bukan karena penyakit fisik

lebih mengenai kejiwaan, karena pengaruh stress tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat

lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh. Studi tentang kesehatan jiwa, telah menunjukkan

terapi musik sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan stress, mendorong perasaan rileks

serta meredakan depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi musik

terhadap penurunan stress mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan terapi musik. Penelitian ini

merupakan penelitian QUASI EXPERIMENT dengan menggunakan rancangan one group

prettest dan posttest design. Sampel peneletian adalah 47 responden, data dikumpulkan dengan

mengisi kuesioner DASS. Pengolahan data dengan uji Wilcoxon Match Pairs Test. Hasil dari

Page 2: BAB II

peneletian yaitu sebelum dilakukan pemberian terapi musik didapatkan 7 mahasiswa atau

(16,67%) mengalami stress berat. Setelah diberikan intervensi terapi music diketahui 7 orang

mahasiswa (16,67%) mengalami penurunan tingkat stress. Kesimpulannya ada pengaruh

pemberian terapi music terhadap tingkat stress Pada Mahasiswa Program Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada Bojonegoro ((0,000) dan nilai Z hitung –

6,557sedangkan Z table 1,96 (Z hitung >Z table) berarti HO ditolak sehingga Ha diterima)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Defenisi

Usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari

melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga

tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Menurut pakar terapi musik.

2.2.2 Tujuan terapi musik

Terapi musik memberikan pelayanan bagi mereka yang dianggap perlu untuk

mendapatkannya khususnya pada penderita yang ada di YPAC, yang mengalami hambatan fisik

motorik mental intelegency maupun sosial emosionalnya. Dengan bermain musik diharapkan

dapat merangsang dan menarik penderita untuk mengikuti alur irama yang selanjutnya

menciptakan suasana santai, gembira yang pada akhirnya adanya perubahan yang positif dalam

arti penderita bisa melaksanakan dan mengikuti program kegiatan yang ada di terapi musilk.

Adapun tujuan dari terapi musik secara khusus adalah : untuk menumbuh kembangkan potensi-

potensi yang ada pada penderita, serta memfungsikan sisa-sisa kemampuan yang ada pada

penderita yang berkelainan. Dengan demikian penderita akan tumbuh menjadi anak yang percaya

Page 3: BAB II

diri dan merasa bisa berbuat atau beraktivitas seperti manusia pada umumnya. Dengan

diberikannya terapi musik diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ketegangan-

ketegangan penderita pada aspek sosial emosional, mental intelegency dan fisik motorilk. Terapi

musik sangat penting bagi anak yang berkelainan, karena dengan latihan terapi musik dapat

membantu perkembangan penderita yang bersifat membangun, mendorong, menumbuhkan

percaya diri, juga membentuk kepribadian si penderita menjadi pribadi yang optimis, pantang

menyerah, dan dapat menerima kenyataan hidup dengan apa adanya. Banyak anak cacat yang

merasa pesimis, rendah diri, atau kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari

lingkungannya, sehingga timbul perasaan atau anggapan bahwa mereka itu tidak bisa berbuat

apa-apa.

2.2.3 Manfaat Terapi Musik

Ada banyak sekali manfaat terapi musik. Jika disebutkan satu per satu semuanya, tentu saja

butuh banyak waktu. Di bawah ini kami sebutkan sepuluh manfaat utama terapi musik menurut

para pakar terapi musik.

Ada banyak sekali manfaat terapi musik. Jika disebutkan satu per satu semuanya, tentu saja

butuh banyak waktu. Di bawah ini kami sebutkan sepuluh manfaat utama terapi musik menurut

para pakar terapi musik :

1.Relaksasi

Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran

Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan rileks, tubuh lebih

bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran

untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna

Page 4: BAB II

itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung,

produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.

 2. Meningkatkan Kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang disebut Efek Mozart.

Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances Rauscher et al dari Universitas California.

Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam kandungan dan bayi adalah waktu yang

paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar menjadi cerdas. Hal ini karena otak anak sedang

dalam masa pembentukan, sehingga sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif.

Ketika seorang ibu yang sedang hamil sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam

kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk belajar sejak

dalam kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia

yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik. 

3. Meningkatkan motivasi

Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu. Apabila ada

motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya,

jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk

beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi,

semangat dan meningkatkan level energi seseorang.

4. pengembangan diri

Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang. Hati-hati, karena

musik yang Anda dengarkan menentukan kualitas pribadi Anda. Hasil penelitian kami

menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya cenderung mendengarkan

musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang putus cinta, mendengarkan musik

Page 5: BAB II

atau lagu bertema putus cinta atau sakit hati. Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin

parah. Dengan mengubah jenis musik yang didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam

beberapa hari masalah perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau berkurang sangat banyak.

Dan jika Anda mau, Anda bisa mempunyai kepribadian yang Anda inginkan dengan cara

mendengarkan jenis musik yang tepat.

5. Meningkatkan kemampuan daya ingat

Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa terjadi karena

bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan dengan memori. Sehingga ketika

seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis memorinya juga ikut terlatih.

Atas dasar inilah terapi musik banyak digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan

Eropa untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi

musik banyak digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.

 6. kesehatan jiwa

Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya ''Great Book About

Music'', mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral,

mengendalikan emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis.

Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan pengalamannya dalam menggunakan musik sebagai

terapi. Sekarang di zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun

psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan

psikologis.

7. mengurangi rasa sakit

Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung jawab

mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi.

Page 6: BAB II

Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa

sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh,

hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh

relaks secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.

Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa

sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti

membantu mengatasi rasa sakit.

8. Menyeimbangkan Tubuh

Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ keseimbangan

yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh

lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.

9. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari musik terhadap

tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar

sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan

sejenis hormon (serotonin ) yang dapat menimbulkan rasa Nikmat dan senang sehingga tubuh

akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita

menjadi lebih sehat. 

10. Meingkatkan olahraga

Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga yang lebih baik dalam

beberapa cara, di antaranya meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan

Anda dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.

Page 7: BAB II

 2.2.4 pengaruh positif therapy musik terhadap penurunan tingkat stres

nada dan irama musik mempengaruhi kesan harmoni di dalam diri kita. Jika harmoni

musik setara dengan irama 34

internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang menyenangkan, sebaliknya jika

harmoni musik tidak setara dengan irama internal tubuh kita, maka musik akan memberikan

kesan yang kurang menyenangkan. Karena musik dihasilkan oleh adanya getaran udara, bukan

hanya organ pendengaran atau telinga saja yang mampu menangkap stimulus musik, tetapi saraf

pada kulit juga turut merasakannya. Demikian pula organ vestibul (pada sekitar belakang telinga)

yang merupakan alat keseimbangan manusia memperoleh dampak yang berarti dari adanya

musik (Satiadarma, 2004).

2.2.5 jenis – jenis terapi music

1) Musik Jazz

Musik jazz adalah perpaduan instrumen yang menggunakan gitar, trombon, piano dan

saksofon sebagai musiknya. Meskipun musik jazz dimulai dari Amerika Serikat, kini

musik jazz dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia dan dari kalangan mana saja.

Musik jazz belakangan juga banyak digunakan oleh restoran yang ingin memberikan

suasana yang nyaman untuk menemani para pengunjung mereka agar lebih betah dan

menikmati makanan mereka dengan santai.

2) Musik Tradisonal

Page 8: BAB II

Musik tradisional adalah musik yang berasal dari berbagai daerah. Ciri khas pada jenis

musik ini terletak pada suara yang dihasilkan oleh alat musiknya dan masing-masing

sesuai bahasa dan daerahnya. Alfia Safitri dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

melakukan sebuah penelitian terhadap musik tradisional dan dari hasil penelitian tersebut

ia bisa menyimpulkan bahwa langgam jawa dapat menurunkan rasa nyeri yang dirasakan

oleh ibu bersalin.

3) Musik Klasik

Musik klasik adalah perpaduan instrumen yang menggunakan violin, biola, piano dan

cello sebagai musiknya. Ciri utama musik klasik adalah memiliki sedikit iringan vokal

atau bahkan terkadang sama sekali tidak memiliki iringan vokal pada musiknya. Ciri

berikutnya adalah diiringi orkestra. Musik klasik memiliki kecenderungan untuk

menenangkan tubuh dan menormalkan detak jantung dan tekanan darah. Musik jenis ini

adalah yang paling banyak diminati sebagai musik terapi.

4) Musik dari Alam

Musik alam adalah suara yang dihasilkan oleh lingkungan alam sekitar. Salah satu contoh

musik ini yang dapat dijadikan musik terapi adalah suara ombak. Sebuah surat kabar

memberitakan bahwa suara ombak tidak hanya sekedar memiliki efek menenangkan

pikiran tetapi juga untuk meringankan gangguan telinga berdengung.

Page 9: BAB II

2.3 Konsep Penurunan Stress

2.3.1 Defenisi Stress

Stress adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis.

Stress biasanya dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan

tetapi karena pengaruh stress tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan

rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. Stress dapat memberstimulus terhadap perubahan

dan pertumbuhan, dan dalam hal ini, suatu stress positif dan bahkan diperlukan. namun pada

kenyataan banyak stress yang dapat mengakibatkan penyesuaian yang buruk, penyakit fisik dan

ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah (potter dan perry, 2005).

Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya suatu hubungan antara peristiwa

kehidupan yang menegangkan atau penuh stress dengan berbagai kelainan kelainan fisik dan

psikiatrik (zuyina dan siti, 2008).

2.3.2 Penyebab Stress

Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress Psikologis, yaitu :

a.    Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang. Frustasi ada yang

bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,

kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-

lain).

b.   Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan, kebutuhan,

atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, avoidance -

avoidance conflict.

Page 10: BAB II

c.    Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu.

d.   Krisis

Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu, misalnya

kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera operasi. Keadaan

stress dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik dan tekanan.

2.3.3 GEJALA

a) Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.

b) Bertindak secara agresif dan defensif

c) Merasa selalu lelah

d) Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa

e) Palpitasi atau jantung berdebar-debar

f) Otot-otot tegang.

g) Sakit kepala, perut dan diare.

2.3.4 Macam – Macam Stress

Penggolongan Stress apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan

Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :

a) Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara

amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

b) Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau

gas.

Page 11: BAB II

c) Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan

penyakit.

d) Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik

sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

e) Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan

dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

f) Stress psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial,

budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Grant Brecht (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi

2 macam, yaitu :

a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,

perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.

b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran

rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

Reaksi Psikologis terhadap stress diantaranya :

1. Kecemasan, Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri

dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak

menyenangkan dengan istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung berdebar,

keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.

2. Kemarahan dan agresi, Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan

yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang

mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang

Page 12: BAB II

melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai

perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang.

3. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang

disertai rasa sedih.

2.3.5 Tahapan – Tahapan Stress

Gejala-gejala stress pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal

tahapan stress timbul secara lambat. Dan, baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut

dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun di

pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van amberg (1979) dalam penelitiannya membagi

tahapan-tahapan stress sebagaimana berikut :

a. Stress Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress paling ringan, dan biasanya disertai dengan

perasaan-perasaan sebagai berikut :

1.      Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

2.      Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

3.      Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; Namun tanpa disadari

cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

4.      Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, Namun tanpa

disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Stress Tahap II

Page 13: BAB II

Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada

tahap I di atas Mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan

energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat

antara lain dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi

yang mengalami deficit. Analogi dengan hal ini adalah misalnya handphone (HP) yang sudah

lemah harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan baik. Keluhan-

keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stress tahap II adalah

sebagai berikut :

1. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

2. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

3. Lekas merasa capai menjelang sore hari.

4. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort).

5. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

6. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

7. Tidak bisa santai

c. Stress Tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-

keluhan sebagaimana diuraikan pada stress tahap II tersebut di atas, maka yang bersangkutan

akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu :

1.      Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang

air besar tidak teratur (diare).

2.      Ketegangan otot semakin terasa.

Page 14: BAB II

3.      Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

4.      Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk Mulai masuk tidur (early insomnia),

atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu

pagi/ dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

5.      Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini

seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban

stress hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna

menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stress Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan keluhan-

keluhan stress tahap III di atas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan

kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus

memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stress tahap IV akan

muncul

1.      Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2.      Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi

membosankan dan terasa lebih sulit.

3.      Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon

secara memadai (adequate).

4.      Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

5.      Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.

Page 15: BAB II

6.      Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan.

7.      Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8.      Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stress Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V yang ditandai dengan

hal-hal berikut :

1.      Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological

exhaustion).

2.      Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana.

3.      Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).

4.      Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan

panik.

f. Stress Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack)

dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stress tahap VI ini berulang-kali

dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena

tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stress tahap VI ini adalah sebagai berikut

1.      Debaran jantung teramat keras.

2.      Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap).

3.      Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.

Page 16: BAB II

4.      Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

5.      Pingsan atau kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi

oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai

akibat stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

2.3.6 Faktor yang mempengaruhi stressor

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya tubuh atau jiwa manusia

mempunyai ketahanan atau kekuatan yang berasal dari dalam. Tingkat kekuatan ini dinilai

sebagai kunci kepribadian dalam menghadapi stress. Kepribadian ini memungkinkan seseorang

untuk menjadikan stressor sebagai suatu yang positif sehingga memberikan respon yang positif

pula terhadap stressor tertentu. Suatu stressor yang bersifat negatif dan menjadikan stress bagi

seseorang dapat merupakan sumber kekuatan bagi orang lain. Selain itu stressor juga dapat

memberikan mekanisme untuk memperingatkan seseorang agar dapat menmgumpulkan seluruh

kekuatan yang dimilikinya dalam rangka melawean stress itu sendiri. Tak selamanya stress

merupakan hal yang negatif. Pada tingkatan tertentu stress dapat menjadi motivator bagi

seseorang. Hal ini berhubungan dengan keinginan untuk mencap[ai suatu tujuan dan stress disini

berguna untuk mencegah timbulnya rasa bosan. Stress juga berguna pada keadaan yang penting

dimana seseorang memerlukan kekuatan emosional dan mobilisasi fisik sebagai kekuatan

pertahanan individu.

a) Sifat

Sifat dari stressor juga memperngaruhi respon. Ada beberapa stressor yang bersifat positif dan

yang lainnya bersifat negatif. Stressor yang bersifat positif akan menimbulkan respon yang

Page 17: BAB II

positif, sedangkan stressor yang bersifat negatif akan menyebabkan respon yang negatif pula

baik secara fisikmaupun psikis. Secara negatif stress dapat menghasilkan perubahan yang pada

akhirnya akan menimbulkan kesakitan.

b) Durasi

Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stressor atau kejasian dari stressor

sampai menjadikan seseorang mengalami stress. Frekwensi perubahan-perubahan dari suatu

kejadian yang pada akhirnya mempengaruhi seseorang hingga merasakan stress.

c) Jumlah

Mengandung pengertian stressor yang harus dihadapi dalam satu waktu. Banyaknya

perubahan-perubahan dan kejadian yang dialami seseorang dalam suatu periode waktu tertentu

lebih sering menyebabkan perkembangannya stress yang pada akhirnya dapat menyebabkan

kesakitan.

d) Pengalaman

Bagaimana seseorang memberikan respon terhadap stressor juga dipengaruhi oleh pengalaman.

Pengalaman ini bisa di dapat dari diri sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman

yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang ditemui dalam kehidupan akan

memberikan pelajaran dan kekuatan untuk menghadapi stressor dan menghadapi stress.

e) Tingkat Perkembangan

Di dalam setiap perkembangan akan terjadi perubahan-perubahan pada setiap individu. Tingkat

perkembangan ini juga berpengaruh terhadap bagaimana seseorang maupun stressor. Karena

perkembangan cukup menentukan kematangan seseorang dalam menghadapi kematangan.

2.3.7 Respon Patofisiologi Terhadap Stress

Page 18: BAB II

a)  Komponen Fisiologi

Riset klasik yang telah dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah mengidentifikasi dua respons

fisiologis terhadap stress; sindrom adaptasi lokal (LAS) dan sindrom adaptasi umum (GAS).

LAS adalah respon dari jaringan, organ atau bagian tubuh terhadap stress karena trauma,

penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah respons pertahanan dari keseluruhan

tubuh terhadap stress.

b)      LAS (Lokal Adaptation Syndrome)

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respons setempat ini termasuk

pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya dan respon tekanan.

Semua bentuk LAS mempunyai karakteristik berikut :

1. Respon yang terjadi adalah setempat, respon ini tidak melibatkan seluruh sistem tubuh

2. Respon adalah adaptif, berarti bahwa stressor diperlukan untuk menstimulasinya.

3. Respon adalah berjangka pendek. Respon tidak terdapat terus menerus.

4. Respon adalah restorative, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan homeostasis

region atau bagian tubuh.

Dua respon setempat , yaitu respons refleks nyeri dan respons inflamasi adalah contoh dari LAS.

Perawat menghadapi respons ini dibanyak lingkungan perawatan kesehatan.

1) Respon refleks nyeri

Respon refleks nyeri adalah respon setempat dari sistem saraf pusat terhadap nyeri. Respon ini

adalah respons adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respons ini

melibatkan reseptor sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla spinalis, neuron

penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medulla spinalis dan otot

Page 19: BAB II

efektif. Misalnya , sebut saja di bawah sadar, yaitu refleks menghindarkan tangan dari

permukaan panas. Contoh lainnya adalah kram otot.

2) Respons inflamasi

Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi. Respons ini memusatkan inflamasi ,

sehingga dengan demikian menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan.

Respons inflamasi dapat mengakibatkan nyeri setempat, pembengkakan, panas, kemerahan dan

perubahan fungsi.Respons inflamasi terbagi dalam tiga fase yaitu perubahan dalam sel-sel dan

sistem sirkulasi, pelepasan eksudat dari luka dan perbaikan jaringan oleh regenerasi atau

pembentukan jaringan parut.

c) GAS (General Adaptation Syndrome)

GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon ini melibatkan beberapa

sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Beberapa buku menyebutkan

GAS sebagai respon neuro-endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan , tahap resisten dan

tahap kehabisan tenaga. GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut :

1) Alarm reaction  (AR, reaksi cemas).

Selama tahap ini tubuh menyadari penyebab ketegangan dan secara sadar atau tidak sadar

dipicu untuk bertindak. Kekuatan pertahanan tubuh dikerahkan dan tingkat yang normal dari

perlawanan tubuh menurun. Kalau penyebab ketegangan itu cukup keras, tahap ini dapat

mengakibatkan kematian. Contohnya adalah luka bakar yang hebat. Reaksi alarm melibatkan

pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar

hormon meningkat untuk meningkatkan volume darah dan dengan demikian menyiapkan

individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah

untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Meningkatkan kadar hormon lain seperti

Page 20: BAB II

efinefrin dan norefinefrin mengakibatkan peningkatan frekwensi jantung, meningkatkan aliran

darah ke otot, meningkatkan ambilan oksigen dan memperbesar kewaspadaan mental. Aktivitas

hormonal yang luasini menyiapkan individu untuk melakukan respon melawan atau menghindar.

Curah jantung, ambilan oksigen dan frekwensi pernapsan meningkat, pupil mata berdilatasi

untuk menghasilkan bidang visual yang lebih besar, dan frekwensi jantung meningkat untuk

menghasilkan energi lebih banyak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi mental ini,

seseorang disipkan untuk melawan atau menghindari stressor.

2)  State of Resistance (SR, Perlawanan).

Tahap ini ditandai oleh penyesuaian dengan penyebab ketegangan. Tubuh melawan reaksi

cemas, karena dalam keadaan ini tidak ada orang yang terus menerus dapat bertahan. Tingkat

perlawanan tubuh naik di atas normal untuk melawan penyebab ketegangan dengan harapan

adanya penyesuaian. Disamping itu perlawanan tubuh terhadap rangsangan selanjutnya

meningkat. Jika stress dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

namun demikian, jika stressor tetap terus menetap, seperti pada kehilangan darah terus menerus,

penyakit yang melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan ketidakberhasilan

dalam beradaptasi, maka individu memasuki tahap ketiga dari GAS yaitu tahap kehabisan

tenaga.

3)  State of Exhausting (SE, tahap keadaan sangat lelah/ kehabisan tenaga).

Kalau tubuh terus menerus dibiarkan menerima penyebab ketegangan, suatu waktu akan

mencapai tahap lelah. Gejala-gejala reaksia cemas ini timbul kembali, tetapi kalau penyebab

ketegangan tidak disingkirkan, tanda-tanda itu tidak dapat dirubah lagi. Maut akan menyusul,

kecuali tubuh memperoleh tehnik untuk menyesuaikan diri atau menemukan jalan baru untuk

menguasai situasi yang pebuh ketegangan.

Page 21: BAB II

2.3.8 Pencegahan Stress

a) Lihat/ukur kemampuan sendiri. Belajar untuk menerima apa adanya dan mencintai diri

sendiri.

b) Temukan penyebab perasaan negatif dan belajar untuk menanggulanginya. Jangan

memperberat masalah dan coba untuk sekali-kali mengalah terhadap orang lain meskipun

mungkin anda di pihak yang benar.

c) Rencanakan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan anda dalam jangka lama dan

beri waktu secukupnya bagi diri anda untuk menyesuaikan dari perubahan satu ke yang

lainnya.

d) Rencanakan waktu anda dengan baik. Buat daftar yang harus dikerjakan sesuai prioritas.

e) Buat keputusan dengan hati-hati. Pertimbangkan dengan masak-masak segi baik atau

buruk sebelum memutuskan sesuatu.

f) Biarkan orang lain ikut memikirkan masalah anda. Ceritakan kepada pasangan hidup,

teman, supervisor atau pemimpin agama. Mereka mungkin bisa membantu meletakkan

masalah anda sesuai dengan proporsinya dan menawarkan cara-cara pemecahan yang berguna.

g) Bangun suatu sistim pendorong yang baik dengan cara banyak berteman dan mempunyai

keluarga yang bahagia. Mereka akan selalu bersama anda dalam setiap kesulitan.Jaga

kesehatan, makan dengan baik, tidur cukup dan latihan olahraga secara teratur.

h) Rencanakan waktu untuk rekreasi.

i) Tehnik relaksasi seperti napas dalam, meditasi atau pijatan mungkin bisa

2.3.9 Komplikasi stress

a) Tekanan darah tinggi dan serangan jantung. 

Page 22: BAB II

b) Sakit mental, hysteria.

c) Gangguan makan seperti hilang nafsu makan atau terlalu banyak makan.

d) Tidak bisa tidur (insomnia).

e) Migren/kepala pusing.

f) Sakit maag.

g) Serangan asma yang tambah berat.

h) Ruam kulit

2.3.10 Penatalaksanaan

a.Belajar melihat masalah secara proposional

Bila dihadapkan pada suatu pilihan misal antara sekolah atau pekerjaan dengan pelatihan yang

harus dijalani, maka harus berani mengambil keputusan yang tentunya harus didiskusikan atau

berkonsultasi terlebih dahulu dengan pelatih, guru atau atasan bila sudah bekerja secara

terbuka, untuk mendapatkan pemecahan yang lebih baik, tentunya keputusan ada pada diri

anda dengan cara melihat sudut pandang yang lebih luas.

b. Berani menghadapi resiko

1. Takut pada resiko merupakan hal yang paling menimbulkan stress dan merupakan

penghalang keberhasilan.

2. Pada seni beladiri prestasi kita mengetahui resiko bila kita akan bertanding yaitu resiko

kalah dalam pertandingan dan resiko akan cedera.

3. Sebagai gambaran di dunia ini tidak ada jaminan mutlak, tidak ada perencanaan yang anti

gagal, kehidupan memang demikian.

Page 23: BAB II

4. Kalau kita sudah mengetahui resiko merupakan bagian kehidupan, maka kita perlu belajar

menghadapi resiko dengan rasa optimis, kalau pikiran kita selalu dipenuhi kemungkinan-

kemungkinan buruk, maka justru itulah yang benar-benar terjadi pada anda. Sebaliknya

kalau pikiran-pikiran kita dipenuhi kemungkinan-kemungkinan yang baik, maka yang

terjadi pada kita juga adalah hal-hal yang baik.

c. Berlatih sesuai dengan bidang kemampuan anda

Jika anda tidak yakin dimana bidang kemampuan anda, inilah resep yang dapat membantu anda

untuk segera mengetahuinya, jika anda membuat suatu kesalahan dan hal itu malah menjadi

tantangan bagi anda bukannya membuat anda stress, bisa jadi anda telah bekerja sesuai dengan

bidang kemampuan anda.