bab ii

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rasa nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan suatu potensi kerusakan jaringan. Rasa nyeri akut biasanya diikuti adanya suatu injury tetapi dapat pula akibat dari degenerasi struktur, infeksi atau perubahan metabolik pada seseorang. Nyeri akut dapat dibedakan dari nyeri kronik, di mana nyeri akut biasanya timbul secara mendadak dengan durasi yang singkat, terbatas dan pada umumnya berhubungan dengan suatu lesi yang dapat diidentifikasi. Sedangkan nyeri khronik sifatnya menetap dan melampaui batas kesembuhan penyakit dan biasanya tidak ditemukan suatu penyakit atau kerusakan jaringan. 5 Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung atau timbul kembali, berlangsung selama lebih dari 3 sampai 6 bulan, dan berpengaruh pada kehidupan individu. Lebih mudahnya, nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung terus-menerus ketika seharusnya nyeri itu sudah tidak ada lagi. 6 Nyeri kronik diklasifikasikan oleh patofisiologi sebagia nyeri nosiseptif (terhadap cedera sel yang sedang terjadi) atau neuropatik (terjadi karena kerusakan otak, medulla spinalis, atau saraf perifer) dengan campuran atau penyebab yang belum diketahui. Penghilang rasa nyeri (analgesics) secra umum efektif untuk 3

Upload: 04lubna869632400

Post on 20-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fhfhdh

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Rasa nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berhubungan dengan suatu potensi kerusakan jaringan. Rasa nyeri akut

biasanya diikuti adanya suatu injury tetapi dapat pula akibat dari degenerasi struktur, infeksi

atau perubahan metabolik pada seseorang. Nyeri akut dapat dibedakan dari nyeri kronik, di

mana nyeri akut biasanya timbul secara mendadak dengan durasi yang singkat, terbatas dan

pada umumnya berhubungan dengan suatu lesi yang dapat diidentifikasi. Sedangkan nyeri

khronik sifatnya menetap dan melampaui batas kesembuhan penyakit dan biasanya tidak

ditemukan suatu penyakit atau kerusakan jaringan.5

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung atau timbul kembali, berlangsung selama

lebih dari 3 sampai 6 bulan, dan berpengaruh pada kehidupan individu. Lebih mudahnya,

nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung terus-menerus ketika seharusnya nyeri itu sudah

tidak ada lagi.6 Nyeri kronik diklasifikasikan oleh patofisiologi sebagia nyeri nosiseptif

(terhadap cedera sel yang sedang terjadi) atau neuropatik (terjadi karena kerusakan otak,

medulla spinalis, atau saraf perifer) dengan campuran atau penyebab yang belum diketahui.

Penghilang rasa nyeri (analgesics) secra umum efektif untuk nyeri sosiseptif, tetapi tidak

terlalu efektif untuk nyeri neuropatik.6

2. Epidemiologi

Dalam sebuah studi tahun 1999 dari sakit kronis di masyarakat, 46% dari populasi

umum mengalami nyeri kronis. mundur bertahap regresi logistik pemodelan diidentifikasi

usia, jenis kelamin perempuan, kepemilikan perumahan, dan pekerjaan berstatus sebagai

prediktor signifikan kehadiran kronis pain. Studi 2006 menemukan prevalensi yang serupa di

sakit kronis 48%, Namun prevalensi nyeri neuropatik terutama asal adalah 8%. Penelitian ini

menunjukkan bahwa kronis nyeri neuropatik dengan fitur tampaknya lebih umum daripada

yang diperkirakan sebelumnya. Temuan ini sangat penting mengingat fakta bahwa nyeri

neuropatik dengan fitur lebih parah dan sulit diobati. kronis neuropatik pasien sakit memiliki

faktor risiko yang sama seperti yang dijelaskan sebelumnya (dengan tambahan ada kualifikasi

pendidikan, tidak lagi menikah, dan perokok). Selain itu, rasa sakit didominasi asal

3

Page 2: BAB II

neuropatik secara independen terkait dengan usia yang lebih tua, jenis kelamin, pekerjaan

(tidak mampu bekerja), dan pencapaian pendidikan yang lebih rendah.7

3.ETIOLOGI

Umumnya ada 2 jenis kondisi yang mendasari nyeri kronik, nosiseptif dan neuropatik.

Sistem saraf bertanggung jawab untuk persepsi nyeri. Nyeri nosiseptif berhubungan dengan

kerusakan jaringan dan saraf yang normal sistem (misalnya, rasa sakit yang terkait dengan

osteoarthritis), sementara nyeri neuropatik berhubungan dengan sistem saraf fisiologis

disfungsi (misalnya, neuropati diabetik, neuralgia postherpetic).8 Contoh nyeri yang sering

menjadi nyeri kronik adalah: (1) nyeri myofasial, (2) osteoarthritis, (3) nyeri punggung

bawah/low back pain, (4) sindrom fibromyalgia, (5) neuropati perifer.8

4. Patofisiologi

Perubahan fungsi nosiseptor dapat dibagi menjadi modulasi atau modifikasi. Modulasi

merupakan reversibel perubahan rangsangan sensorik primer dan tengah neuron dimediasi

oleh modifikasi pasca-translasi reseptor dan saluran ion oleh aktivasi intraseluler sinyal

transduksi cascades. Modifikasi merupakan longlasting perubahan dalam ekspresi pemancar,

reseptor, dan saluran ion atau dalam struktur, konektivitas, dan kelangsungan hidup neuron,

sehingga cytoarchitecture yang diubah mengubah biasa stimulus-respon characteristics.61

Modifikasi adalah lebih masuk akal link ke transisi dari akut dengan nyeri kronis. Dengan

berbagai bahan kimia mediator yang berinteraksi dengan neuron nosiseptif, itu Penting untuk

dicatat bahwa setiap molekul sinyal kepekaan mungkin bertindak pada reseptor yang berbeda,

tapi secara kolektif mereka menghasilkan hasil akhir yang sama dengan mengaktifkan

intraseluler yang sama kaskade sinyal yang mengarah ke aktivasi protein kinase A (PKA)

atau protein kinase C (PKC) 0,62-64 demikian, menghambat agen sensitisasi saja tidak

mungkin untuk sepenuhnya menghilangkan perifer sensitization. Ini berpendapat penggunaan

teknik analgesik multimodal sebagai suatu kebutuhan. Proses pusat sensitisasi mungkin

serupa dalam hal ini. Seperti yang terlihat di root refleks dan aksonal refleks dorsal, tindakan

potensi dapat dimulai di terminal pusat, dan dilakukan antidromically ke pinggiran. Setelah

jaringan bedah kerusakan, mekanisme ini tampaknya menjadi faktor signifikan di neurogenic

inflammation. Ada bukti dari jendela yang mungkin di mana permanen perubahan terjadi

4

Page 3: BAB II

pada nociceptors setelah insult. Dalam referensi untuk pengembangan nyeri neuropatik,

konsep ini jendela akan menjadi penting dalam hal waktu dari pemberian pengobatan.7

Gambar 1. Patofisiologi Nyeri Kronik

Sensitisasi perifer

Cidera dan inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan

kimiawi pada akhiran nosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya

seperti adenosin trifosfat dan ion K+, pH menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin,

chemokine, dan faktor pertumbuhan. Beberapa komponen tersebut di atas akan langsung

merangsang nosiseptor (nociceptor activators), dan komponen lainnya akan menyebabkan

nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap rangsang berikutnya (nociceptor sensitizers).

Sebagai contoh: adenosin trifosfat dilepaskan oleh sel yang cedera dan merangsang reseptor

purin P2x3, dan mengaktifkan nosiseptor. Proton berikatan pada reseptor V1, dan

menghasilkan nyeri beberapa waktu setelah cedera. Prostaglandin E2 (sebuah bentuk

prostanoid) dan nerve growth factor berikatan pada reseptor prostaglandin E dan tirosin

kinase A, menyebabkan sensitisasi tanpa langsung menimbulkan nyeri. Bradikinin akan

5

Page 4: BAB II

mengaktifkan dan mensensitisasi nosiseptor dengan berikatan pada reseptor B2. Produksi

prostanoid pada tempat cedera merupakan komponen utama reaksi inflamasi. Prostanoid

terbentuk dari asam arakidonat dari membran fosfolipid dengan bantuan fosfolipase A2.

Cyclooxygenase-2 (COX-2) berperan mengkonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin

H, yang kemudian dikonversi menjadi spesies prostanoid yang spesifik, misalnya

prostaglandin E2. Cyclooxygenase-2 (COX-2) dipicu oleh interleukin 1-dan tumor

necrosis factor-, yang keduanya terbentuk beberapa jam setelah permulaan inflamasi,

sehingga obat antiinflamasi yang selektif menghambat COX-2 tidak efektif pada nyeri

nosiseptif atau inflamasi yang berlangsung cepat. Obat demikian bisa efektif pada kondisi

nyeri kronis (misalnya: rheumatoid arthritis), dimana COX-2 ada secara kronik sebagai

respon inflamasi yang menetap. Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E2 akan

mereduksi ambang aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara

berikatan pada reseptor spesifik di nosiseptor. Aktivasi adenil siklase oleh prostaglandin E

akan meningkatkan kadar adenosine monofosfatsiklik, dan mengaktifkan protein kinase A.

Protein kinase A dan protein kinase C akan menfosforilasi asam amino serine dan threonin.

Fosforilasi akan menyebabkan perubahan aktivitas reseptor dan ion channel yang dramatik.

Berbagai komponen yang menyebabkan sensitasi akan muncul secara bersamaan

(prostaglandin E2, nerve growth factor, dan bradikinin), blokade hanya pada salah satu

substansi kimia tersebut tidak akan menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan

menurunkan ambang rangsang, dan berperan besar dalam meningkatkan sensitivitas nyeri di

tempat cedera atau inflamasi.9

Sensitisasi sentral

Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor di sentral juga

dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer bertanggungjawab terhadap

munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cedera. Sensitisasi sentral memfasilitasi dan

memperkuat transfer sinaptik dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. Pada awalnya proses

ini dipacu oleh input nosiseptor ke medula spinalis (activity dependent), kemudian terjadi

perubahan molekuler neuron (transcription dependent). Secara umum proses sensitisasi

sentral serupa dengan sensitisasi perifer. Diawali dengan aktivasi kinase intraseluler, memacu

fosforilasi saluran ion dan reseptor, dan terjadi perubahan fenotip neuron. Sensitisasi sentral

dan perifer merupakan bentuk plastisitas sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi

sebagai respon perubahan input (kerusakan jaringan). Pada keadaan aliran sensoris yang

6

Page 5: BAB II

masif akibat kerusakan hebat jaringan, dalam beberapa detik neuron di medula spinalis akan

menjadi hiperresponsif. Reaksi ini menyebabkan munculnya nyeri akibat stimulus non

noksious (misalnya: nyeri akibat sentuhan ringan), dan terjadinya hiperalgesia sekunder

(nyeri pada daerah sekitar jaringan yang rusak). Sensitisasi sentral hanya membutuhkan

aktivitas nosiseptor yang singkat dengan intensitas yang tinggi, misalnya: irisan kulit dengan

scalpel. Sensitisasi sentral dapat juga terjadi akibat sensitisasi nosiseptor akibat inflamasi, dan

aktivitas ektopik spontan setelah cedera saraf. Sensitisasi sentral merupakan urutan kejadian

di kornu dorsalis yang diawali dengan pelepasan transmiter dari nosiseptor, perubahan

densitas reseptor sinaptik, perubahan ambang, yang kesemuanya secara dramatis

meningkatkan transmisi nyeri. Salah satu reseptor yang berperan utama dalam perubahan ini

adalah reseptor NMDA. Selama proses sensitisasi sentral, reseptor ini akan mengalami

fosforilasi, dan meningkatkan kepekaannya terhadap glutamat. Respon berlebih pada

glutamat ditandai oleh hilangnya blokade ion Mg2+ dan terjadi pembukaan saluran ion yang

lebih lama. Eksitabilitas membran dapat diaktifkan baik oleh input yang di bawah

(subtreshold), dan respon berlebih pada input di atas ambang (supratreshold). Fenomena ini

menyebabkan munculnya nyeri pada rangsang yang di bawah ambang (allodinia), dan respon

nyeri berlebih akibat rangsang nyeri (hiperalgesia), serta perluasan sensitivitas area yang

tidak cedera (hiperalgesia sekunder).9

5. Diagnosis

a. Anamnesis

Dokter dapat membuat diagnosis nyeri kronik dengan keyakinan oleh mengambil

riwayat yang cermat, melakukan pemeriksaan fisik terfokus, dan bijaksana menggunakan

studi diagnostik tambahan. Hal ini penting, dalam mengambil sejarah, untuk memahami

karakteristik menyajikan rasa sakit. Lima karakteristik paling penting adalah: 1. Kualitas

Temporal, termasuk akut, berulang atau kronis; setiap hari variasi, onset dan durasi. 2.

Intensitas, termasuk nyeri rata-rata, nyeri paling buruk, sakit setidaknya tersebut; nyeri pada

saat anamnesis. 3. Topografi, termasuk nyeri lokal dibandingkan daerah; dangkal

dibandingkan sakit yang mendalam, fokus dibandingkan memancarkan rasa sakit. 4. Kualitas,

termasuk deskriptor seperti terbakar, sakit, pembekuan, menusuk, shock-seperti listrik, gigi

pegal, kram, atau knifelike. 5. Paliatif dan faktor pencetus, termasuk aktivitas fisik, stres

emosional, pemicu gizi, dan ritme sirkadian.10

7

Page 6: BAB II

Dokter harus menghabiskan waktu yang cukup berusaha untuk memahami Acara

menghasut rasa sakit, yang dapat memberikan wawasan tentang keadaan penyakit atau cedera

yang telah terdiagnosis. Selain itu, sangat penting untuk memahami persepsi pasien dari

peristiwa menghasut, yang memperhitungkan kehidupan rekening pengalaman. Kegiatan

sehari-hari perlu dipertimbangkan, termasuk keterbatasan fisik yang disebabkan oleh rasa

sakit dan jumlah latihan sehari-hari. Beberapa pasien begitu dilemahkan oleh rasa sakit yang

mereka pada dasarnya tinggal di rumah, melakukan sedikit di jalan bahkan kegiatan menetap.

Sistem pendukung harus dieksplorasi, termasuk keluarga dekat dan lingkungan kerja pasien,

jika sesuai. Seringkali, pasien yang menderita nyeri neuropatik merasa sendirian dan

ditinggalkan dan pada dasarnya menjadi dipenjarakan oleh rasa sakit. Banyak pasien telah

menghentikan semua aktivitas seksual sebagai perwujudan depresi, penolakan, atau ketakutan

bahwa kegiatan tersebut akan lebih memperburuk rasa sakit.10

Selain riwayat medis umum masa lalu, perhatian harus dibayarkan untuk setiap kondisi

kejiwaan sebelumnya atau episode sebelumnya berkepanjangan painrelated kondisi.

Penelitian ini dapat memberikan pemahaman penting respon adaptif pasien dari waktu ke

waktu. Trauma masa kecil harus dianggap, meskipun menyelidik ke trauma masa kecil harus

dilakukan secara halus dan non-invasif. Meskipun ada insiden tinggi trauma masa kecil dan

pelecehan pada pasien sakit kronis, seseorang tidak dapat menyarankan atau berasumsi

bahwa pasien dengan nyeri kronis mengalami trauma tersebut. Sejarah Alkohol dan obat

sangat penting, karena salah satu segi dari kronis pengobatan nyeri neuropatik mungkin

penggunaan analgesik narkotika. Sebuah pencarian hati-hati untuk kondisi medis penyerta

penting. Ketiga kondisi komorbiditas yang paling umum adalah depresi, kecemasan, dan tidur

kekurangan. Jika kondisi ini tidak dikelola dengan baik, nyeri sukses manajemen tidak

mungkin. Pertanyaan sederhana mungkin cukup. Misalnya, menanyakan jika pasien telah

merasa tertekan atau putus asa atau kehilangan kesenangan bisa mengungkap sebuah depresi

jika tidak terdiagnosis. Pusat nyeri sering menggunakan lebih formal skala depresi sebagai

bagian dari penilaian awal. Riwayat keluarga dapat memberikan petunjuk untuk

kemungkinan kecenderungan genetik untuk penyakit kejiwaan, nyeri sindrom, atau keduanya.

Harapan pasien pengobatan harus dinilai. Sekarang realistis untuk mengharapkan bahwa

prosedur sederhana atau obat akan sepenuhnya mengurangi rasa sakit. Tujuan realistis harus

ditetapkan. Terlalu sering, pasien tiba dengan harapan mendapatkan penjelasan anatomi

sederhana dan selanjutnya pengobatan sakit. Setelah dokter mulai mendiskusikan nyeri

neuropatik, pasien mungkin gagal untuk memahami bahwa rasa sakit mereka adalah hasil

8

Page 7: BAB II

dari agak illdefined disfungsi dari sistem saraf. Pasien dapat merasakan kurangnya validasi,

yang dapat merusak perawatan masa depan. Hal ini sering membantu untuk mengakhiri

diskusi dengan meminta pasien sesuatu seperti berikut:'' Hanya sehingga saya bisa yakin saya

telah menjelaskan diri dengan baik, silahkan meringkas bagi saya pemahaman Anda tentang

kondisi Anda.'' Pernyataan seperti itu tidak menganggap bahwa pasien tidak cerdas atau tidak

membayar perhatian, tapi menempatkan beban pada dokter untuk memiliki memuaskan

menjelaskan kondisi.10

Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang dipengaruhi oleh psikologis,

kebudayaan dan hal lainnya, sehingga mengukur intensitas nyeri merupakan masalah yang

relatif sulit. Ada beberapa metoda yang umumnya digunakan untuk menilai intensitas nyeri,

antara lain:

1. Numerical Rating Scale (NRS)

Pasien diminta untuk membuat tiga peringkat nyeri, sesuai dengan saat ini, terbaik dan

terburuk rasa sakit yang dialami selama 24 jam. Rata-rata dari 3 peringkat digunakan untuk

mewakili tingkat pasien nyeri selama 24 jam sebelumnya.11

Gambar 2. Numerical Rating Scale

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-9 : Nyeri berat

3. Visual Analogue Scale (VAS)

Visual analogue scale (VAS) adalah instrumen pengukuran yang mencoba untuk

mengukur karakteristik atau sikap yang diyakini berkisar di sebuah kontinum nilai dan

9

Page 8: BAB II

tidak dapat dengan mudah diukur secara langsung. Sebagai contoh, jumlah rasa sakit yang

pasien merasa berkisar di sebuah kontinum dari tidak ada menjadi ekstrem jumlah sakit.

Dari perspektif pasien spektrum ini muncul kontinyu ± rasa sakit mereka tidak mengambil

melompat diskrit, sebagai kategorisasi tidak ada, ringan, sedang dan berat akan

menyarankan. Itu untuk menangkap ide ini dari sebuah kontinum yang mendasari bahwa

VAS itu dibuat. Secara operasional VAS biasanya garis horizontal, 100 mm, berlabuh

dengan deskripsi kata pada setiap akhir. Tanda pasien pada garis titik bahwa mereka

merasa mewakili persepsi mereka tentang keadaan mereka saat ini. Skor VAS ditentukan

dengan mengukur dalam milimeter dari tangan kiri akhir baris ke titik bahwa tanda

pasien.12

Gambar 3. Visual Analogue Scale (VAS)

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dengan teliti harus mencakup tanda-tanda vital, terfokus

muskuloskeletal dan pemeriksaan ekstremitas, dan pemeriksaan neurologis. Pasien dengan

nyeri kronis umumnya tidak hadir dalam distres akut, dan tanda-tanda vital harus stabil.

Pemeriksaan muskuloskeletal penting dalam banyak hal. Pertama, beberapa pasien akan

menunjukkan bukti kronis maladaptation karena kejang otot berkepanjangan dan

penghindaran-jenis perilaku. Kedua, pemeriksaan muskuloskeletal dapat mengungkapkan

bukti tanda-tanda mekanik aktif saraf yang terperangkap atau dari tulang belakang jengkel

segmen. Ketiga, pemeriksaan muskuloskeletal dapat mengungkapkan bukti maladaptation

psikologis, di mana pasien mengklaim nyeri ketika mereka dihadapkan langsung dengan

10

Page 9: BAB II

manuver muskuloskeletal, tapi hati-hati pengamatan mengungkapkan bahwa pasien mampu

manuver seperti ketika mereka melakukan tugas-tugas lainnya.10

Pemeriksaan ekstremitas dapat menunjukkan aktivitas otonom diubah, misalnya

perubahan dalam pertumbuhan rambut atau pola tidur kuku, perubahan warna ekstremitas

atau suhu, atau ekstremitas pembengkakan keluar dari proporsi cedera. Perubahan tersebut

merupakan ciri khas dari sindrom nyeri regional kompleks. Pasien diabetes mungkin hadir

dengan berkurangnya aliran darah perifer, yang dapat memperburuk nyeri neuropatik perifer.

Temuan dalam pemeriksaan neurologis mungkin normal pada pasien yang memiliki

neuropatik nyeri tapi sering menunjuk, disfungsi regional, tulang belakang, atau otak

dermatomal yang berkorelasi dengan sindrom nyeri. Aspek sensorik dari pemeriksaan

neurologis adalah sangat penting. Selain pengujian untuk kehadiran atau tidak adanya

modalitas sensorik primer persepsi (getaran, proprioception, sentuhan ringan, dan cocokan

peniti), yang pemeriksa harus menguji perubahan dalam pengalaman indrawi yang konsisten

dengan nyeri neuropatik. Allodynia adalah rasa sakit dalam menanggapi biasanya nonnoxious

stimulus ringan. Hiperalgesia menunjukkan sensasi peningkatan nyeri dalam menanggapi

stimulus biasanya menyakitkan seperti tusukan jarum. Hyperpathia adalah pengalaman yang

menyakitkan berkepanjangan menyusul penilaian cocokan peniti. Temuan lain dari

pemeriksaan neurologis mungkin abnormal, sehingga baik dari lesi didokumentasikan atau

dari kelainan fungsional yang disebabkan oleh disfungsi sistem saraf pusat. Misalnya,

dystonia telah baik dijelaskan dalam sindrom nyeri regional kompleks atau pada pasien yang

memiliki basal lesi ganglia. Tremor dapat berkembang dengan neuropati perifer atau

mungkin bermanifestasi sebagai kelainan fisiologis pada pasien yang memiliki sakit kronis.10

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab dari

nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium dan pencitraan seperti

foto polos, CT scan, atau MRI. 8

6. Tatalaksana

Metode pengobatan untuk pasien dengan nyeri kronis adalah multimodal dan termasuk

penggunaan medikasi nyeri bukan narkotik seperti OAINS, analgetik opiod, anti depressi,

anti konvulsi dan beberapa prosedur penanganan nyeri.13

11

Page 10: BAB II

Intervensi modalitas tunggal, sebagai komponen dari suatu pendekatan manajemen nyeri

multimodal, termasuk, namun tidak terbatas pada, sebagai berikut: (1) teknik ablatif, (2)

akupunktur, (3) blok (akar sendi atau saraf), (4) suntikan toksin botulinum, (5) stimulasi saraf

elektrik, (6) steroid epidural dengan atau tanpa obat bius lokal, (7) terapi obat intratekal, (8)

prosedur invasif minimal pada tulang belakang, (9) manajemen farmakologis, (10) terapi fisik

atau restoratif, (11) pengobatan psikologis, dan (12) suntikan titik picu.13

1. Ablatif Teknik Ablatif. Teknik ablatif termasuk denervasi kimia, cryoneurolysis atau

cryoablation, prosedur intradiscal termal (yaitu, intervertebralis disk annuloplasty, transdiscal

biaculoplasty), dan frekuensi radio ablasi.13

Denervasi kimia: Sebuah studi observasional menunjukkan bahwa denervasi kimia

menggunakan fenol efektif dalam memberikan nyeri bantuan untuk pasien dengan neuropati,

segi, atau muskuloskeletal nyeri untuk periode penilaian berkisar antara 2 sampai 24 minggu

Efek samping dari pemberian fenol dalam denervasi kimia ini adalah rasa terbakar. Denervasi

kimia tidak dapat diberikan pada pasien dengan nyeri kanker kronis.13

Cryoneurolysis atau cryoablation: Studi observasional untuk laporan cryoablation dari 1

sampai 12 bulan antara pasien dengan lumbal facet nyeri sendi, postthoracotomy neuralgia,

atau perifer nyeri saraf. Anggota ASA setuju dan konsultan dan anggota ASRA samar-samar

sehubungan dengan apakah cryoneurolysis atau cryoablation harus dilakukan untuk

postthoracotomy sindrom nyeri, neuralgia, dan nyeri pinggang (medial branch). 13

Ablasi radiofrekuensi: Temuan Meta-analisis dari acak percobaan terkontrol

membandingkan konvensional (misalnya, 80 ° C) atau termal (misalnya, 67 ° C)

radiofrequency ablation dari medial cabang dengan kontrol sham melaporkan skor nyeri yang

lebih rendah untuk periode penilaian 2-6 bulan setelah prosedur pasien dengan nyeri

punggung bawah.13

Rekomendasi untuk teknik ablatif

Kimia denervasi: denervasi Kimia (misalnya, alkohol, fenol, atau konsentrasi tinggi anestesi

lokal) harus tidak dapat digunakan dalam perawatan rutin pasien dengan noncancer kronis

nyeri.13

12

Page 11: BAB II

Cryoablation: Cryoablation dapat digunakan dalam perawatan pasien tertentu (misalnya,

sindrom nyeri postthoracotomy, rendah nyeri punggung [cabang medial], dan nyeri saraf

perifer). 13

Radiofrequency ablation: Konvensional (misalnya, 80 ° C) atau termal (misalnya, 67 ° C)

ablasi frekuensi radio dari cabang medial saraf ke sendi facet harus dilakukan untuk

punggung bawah (cabang medial) sakit ketika suntikan diagnostik atau terapeutik

sebelumnya dari sendi atau medial cabang saraf telah disediakan sementara lega. Ablasi

frekuensi radio konvensional mungkin dilakukan untuk nyeri leher, dan radiofrequency

ablation air-cooled dapat digunakan untuk nyeri sendi sacroiliac kronis. Biasa atau ablasi

frekuensi radio termal dari ganglion akar dorsal tidak harus secara rutin digunakan untuk

pengobatan nyeri lumbal radikuler.13

2. Akupunktur Teknik akupunktur tradisional termasuk akupunktur serta teknik

electroacupuncture. Temuan meta-analisis dari percobaan terkontrol acak membandingkan

teknik akupunktur tradisional dengan akupunktur yang samar-samar tentang kemanjuran

akupunktur teknik dalam memberikan nyeri untuk pasien dengan rendah nyeri punggung.

Satu terkontrol acak percobaan membandingkan akupunktur tradisional dengan konvensional

terapi (yaitu, obat-obatan, terapi fisik, dan olahraga) adalah samar-samar tentang kemanjuran

akupunktur di evaluasi follow-up 6 bulan. Anggota ASA dan ASRA setuju dan konsultan

yang samar-samar sehubungan dengan apakah akupunktur harus digunakan untuk

nonspesifik, pada peradangan nyeri pinggang. Akupunktur mungkin dianggap sebagai

adjuvant untuk terapi konvensional (misalnya, obat-obatan, terapi fisik, dan olahraga) dalam

pengobatan nonspesifik, peradangan nyeri pinggang.13

3. Blok saraf. Blok termasuk blok sendi dan blok akar saraf. Blok patungan meliputi

suntikan sendi facet (misalnya, atlanto-aksial dan suntikan bersama atlanto-oksipital) dan

sacroiliac suntikan sendi. Saraf dan saraf blok akar termasuk celiac blok pleksus,

hipogastrikus blok pleksus, lumbal simpatik blok dan simpatektomi paravertebral, medial

branch block, blok saraf perifer, dan ganglion stellata blok dan simpatektomi paravertebral

serviks. Suntikan intra-artikular sendi facet harus digunakan untuk mengurangi gejala-gejala

13

Page 12: BAB II

nyeri segi-dimediasi. Suntikan sendi sacroiliac harus digunakan untuk sacroiliac bersama

nyeri. 13

Saraf dan blok saraf : Studi observasional melaporkan bahwa celiac pleksus blok dapat

memberikan nyeri bantuan untuk 25-50% pasien dengan pankreatitis untuk penilaian periode

mulai dari 1 sampai 6 bulan. Tidak ada studi yang menemukan bahwa meneliti kemanjuran

jangka panjang dari salah satu blok simpatis lumbal atau blok ganglion stellata. Satu

terkontrol acak percobaan membandingkan blok simpatis lumbal dengan plasebo saline

injeksi melaporkan temuan samar-samar untuk nyeri punggung bawah pada tindak lanjut 24-

jam. Namun, studi observasional menunjukkan bahwa blok simpatis lumbar dapat

memberikan bantuan yang efektif untuk nyeri CRPS hingga 1 minggu Satu laporan kasus

menunjukkan bahwa stellata blok ganglion dapat memberikan bantuan yang efektif untuk

neuropatik rasa sakit yang terkait dengan CRPS untuk periode penilaian hingga 4 minggu.

Percobaan terkontrol acak membandingkan medial blok cabang dengan kontrol plasebo tidak

ditemukan.13

Rekomendasi untuk blok.

Blok bersama: intraartikular suntikan sendi facet dapat digunakan untuk mengurangi gejala-

gejala facet pain-dimediasi. Suntikan sendi sacroiliac dapat dianggap untuk mengurangi

gejala-gejala nyeri sendi sacroiliac.13

Blok radiks (akar saraf): blok pleksus celiacus menggunakan anestesi lokal dengan atau tanpa

steroid dapat digunakan untuk pengobatan nyeri sekunder untuk pankreatitis kronis.Bblok

simpatis pinggang atau blok ganglion stellata dapat digunakan sebagai komponen pengobatan

multimodal CRPS jika digunakan dalam kehadiran perbaikan yang konsisten dan

meningkatkan durasi nyeri. Blok saraf simpatis tidak boleh digunakan untuk pengobatan

jangka panjang non-CRPS neuropatik nyeri. Blok cabang medial dapat digunakan untuk

pengobatan segi-dimediasi nyeri tulang belakang. Peripheral blok saraf somatik tidak boleh

digunakan untuk pengobatan jangka panjang nyeri kronis.13

4. Toksin Botulinum. Percobaan terkontrol acak membandingkan botulinum toksin tipe A

dengan garam menunjukkan bahwa toksin botulinum adalah tambahan efektif dalam

pengobatan nyeri piriformis untuk periode penilaian 8-12 minggu. Botulinum toksin tidak

14

Page 13: BAB II

boleh digunakan dalam perawatan rutin pasien dengan myofascial nyeri. Toksin botulinum

dapat digunakan sebagai tambahan untuk pengobatan sindrom piriformis. 13

5. Stimulasi saraf dengan listrik. Teknik meliputi neuromodulation dengan listrik stimulus

(yaitu, subkutan stimulasi saraf perifer dan stimulasi saraf tulang belakang) dan saraf

transkutan listrik stimulasi (TENS).13

Stimulasi saraf subkutan perifer: Studi observasional dengan Temuan menunjukkan bahwa

subkutan perifer stimulasi saraf dapat memberikan bantuan nyeri untuk periode penilaian

berkisar antara 4 bulan sampai 2 tahun. Stimulasi saraf perifer subkutan harus digunakan

untuk cedera saraf perifer menyakitkan. 13

Stimulasi saraf tulang belakang: Salah satu uji coba terkontrol secara acak melaporkan nyeri

yang efektif untuk pasien CRPS di follow-up periode penilaian 6 bulan sampai 2 tahun ketika

sumsum tulang belakang stimulasi dalam kombinasi dengan terapi fisik dibandingkan dengan

terapi fisik saja. Satu percobaan terkontrol acak melaporkan nyeri yang efektif untuk periode

penilaian 6 bulan ketika gagal lumbosakral pasien operasi tulang belakang diobati dengan

stimulasi saraf tulang belakang dibandingkan dengan reoperation. Studi dengan temuan

observasional melaporkan bahwa sumsum tulang belakang stimulasi juga memberikan rasa

sakit untuk kondisi lain (Misalnya, nyeri neuropatik perifer, penyakit pembuluh darah perifer,

atau postherpetic neuralgia). Dilaporkan efek samping termasuk rasa sakit penyisipan-situs

dan infeksi. Stimulasi saraf tulang belakang harus digunakan untuk nyeri radikuler gigih,

mereka semua setuju bahwa itu harus digunakan untuk kondisi lain (misalnya, postherpetic

neuralgia, postamputation nyeri, nyeri neuropatik perifer, cedera tulang belakang, CRPS,

cauda equina sindrom, akar serviks nyeri cedera, penyakit pembuluh darah perifer, dan nyeri

viseral). Percobaan stimulasi saraf tulang belakang harus dilakukan sebelum

mempertimbangkan implantasi permanen perangkat stimulasi. 13

TENS: Sebuah meta-analisis dari percobaan terkontrol acak TENS dibandingkan dengan

TENS palsu melaporkan skor nyeri yang lebih rendah atau nyeri yang lebih besar dari rasa

sakit kembali untuk periode penilaian mulai dari 1 jam sampai 1 bulan. TENS memberikan

peningkatan skor nyeri untuk berbagai kondisi nyeri untuk penilaian periode 3-6 bulan.

TENS harus digunakan untuk pasien dengan nyeri kronik non kanker.13

15

Page 14: BAB II

Rekomendasi untuk stimulasi listrik saraf:

Stimulasi saraf subkutan perifer: Dapat digunakan dalam pengobatan multimodal pasien

dengan luka yang menyakitkan saraf perifer yang belum menanggapi terapi lain.13

Stimulasi saraf tulang belakang: stimulasi saraf spinal mungkin digunakan dalam pengobatan

nyeri radikuler multimodal persisten pada pasien yang tidak menanggapi terapi lain. Ini

mungkin juga dipertimbangkan untuk pasien tertentu lainnya (misalnya, mereka dengan

CRPS, nyeri neuropatik perifer, penyakit pembuluh darah perifer, atau postherpetic

neuralgia). Pengambilan keputusan bersama tentang stimulasi saraf tulang belakang harus

mencakup diskusi khusus komplikasi potensial yang terkait dengan tulang belakang

penempatan stimulator kabel. Sebuah uji stimulasi saraf tulang belakang harus dilakukan

sebelum mempertimbangkan implantasi permanen dari perangkat stimulasi.13

TENS: TENS harus digunakan sebagai bagian dari suatu multimodal pendekatan manajemen

nyeri untuk pasien dengan punggung kronis rasa sakit dan dapat digunakan untuk kondisi

nyeri lainnya (misalnya, leher dan nyeri tungkai fantom).13

6. Steroid Epidural dengan atau tanpa Anestesi lokal.

Studi observasional dengan temuan pada kedua interlaminar dan transforaminal administrasi

epidural steroid dengan atau tanpa anestesi lokal melaporkan kembali pereda nyeri untuk

penilaian periode mulai dari 2 minggu sampai 3 bulan dan sakit leher bantuan untuk periode

penilaian mulai dari 1 minggu sampai 12 bulan. Komplikasi dilaporkan termasuk pungsi

dural, infeksi penyisipan-situs, cauda equina sindrom, defisit sensorimotor, discitis,

granuloma epidural, dan komplikasi retina. 13

Rekomendasi untuk steroid epidural:

Suntikan steroid epidural dengan atau tanpa anestesi lokal dapat digunakan sebagai bagian

dari rejimen pengobatan multimodal untuk memberikan bantuan nyeri pada pasien dengan

nyeri radikuler dipilih atau radikulopati. Pengambilan keputusan bersama mengenai suntikan

epidural steroid harus mencakup diskusi spesifik komplikasi, khususnya yang berkaitan

dengan pendekatan transforaminal. Suntikan epidural transforaminal harus dilakukan dengan

bimbingan gambar yang sesuai untuk mengkonfirmasi benar posisi jarum dan penyebaran

16

Page 15: BAB II

kontras sebelum suntikan terapi substansi, bimbingan gambar dapat dipertimbangkan untuk

suntikan epidural interlaminar.13

7. Terapi Obat Intratekal. Terapi obat intratekal termasuk blok intratekal neurolitik,

suntikan nonopioid intratekal (misalnya, steroid, Ziconotide, anestesi lokal), dan suntikan

opioid intratekal. 13

Blok neurolitik: Efektif untuk menghilangkan nyeri nyeri non-kanker kronis, tetapi tidak

harus dilakukan untuk perawatan rutin. 13

Suntikan nonopioid intratekal: Efektif untuk postherpetic neuralgia.. Sebuah studi

observasional menunjukkan bahwa Ziconotide dapat memberikan bantuan nyeri untuk

periode penilaian atas 48 jam untuk pasien tertentu dengan nyeri neuropatik refraktori. 13

Suntikan opioid intratekal: Dapat memberikan pereda nyeri yang efektif untuk periode

penilaian mulai dari 1-12 bulan untuk pasien dengan nyeri neuropatik. Namun, masih

diragukan apakah injeksi opioid intratekal atau infus harus digunakan untuk nyeri

neuropatik.13

Rekomendasi untuk terapi obat intratekal.

Neurolytic blok: intratekal neurolytic blok tidak harus dilakukan dalam pengelolaan rutin

pasien dengan noncancer nyeri.13

Intratekal suntikan nonopioid: intratekal preservativefree suntikan steroid dapat digunakan

untuk menghilangkan terselesaikan postherpetic neuralgia nonresponsive terhadap terapi

sebelumnya. Infus Ziconotide dapat digunakan dalam pengobatan pilih subset dari pasien

dengan nyeri kronis refraktori. 13

Suntikan opioid intratekal: injeksi opioid intratekal atau infus dapat digunakan untuk pasien

dengan nyeri neuropatik. Pengambilan keputusan bersama mengenai injeksi opioid intratekal

atau infus harus mencakup diskusi spesifik komplikasi potensial. Percobaan opioid neuraksial

harus dilakukan sebelum mempertimbangkan implantasi permanen intratekal sistem

pengiriman obat.13

17

Page 16: BAB II

8. Prosedur Spinal Invasif Minimal

Prosedur invasif minimal tulang belakang termasuk vertebroplasti, kyphoplasty, dan perkutan

disc dekompresi (misalnya, nucleoplasty atau koblasi). Studi observasional dengan temuan

menunjukkan bahwa vertebroplasti dan kyphoplasty memberikan bantuan yang efektif untuk

osteoporosis kompresi nyeri patah tulang untuk periode penilaian mulai dari 6 sampai 12

bulan. prosedur invasif minimal tulang belakang harus dilakukan untuk nyeri yang

berhubungan dengan fraktur kompresi vertebra.13

9. Manajemen farmakologis.

Manajemen farmakologis untuk nyeri kronis meliputi (1) antikonvulsan, (2) anti-depresan (3)

benzodiazepin, (4) N methyl-D-aspartate (NMDA) antagonis reseptor, (5) nonsteroid

antiinflamasi obat (NSAID), (6) terapi opioid (misalnya, oral, transdermal, transmucosal,

internasal, dan sublingual), (7) relaksan otot skelet, dan (8) agen topikal (misalnya, lidokain,

capsaicin, dan ketamin). 13

Antikonvulsan: Meta-analisis terkontrol acak uji coba melaporkan bahwa saluran delta

kalsium antagonis memberikan nyeri neuropatik efektif untuk periode penilaian mulai dari 5

sampai 12 minggu. Pusing, mengantuk atau sedasi, dan edema perifer dilaporkan efek

samping pregabalin. Selain itu, meta-analisis menemukan bahwa antagonis natrium-saluran

atau antikonvulsan membran-menstabilkan memberikan nyeri yang efektif bantuan untuk

periode penilaian mulai dari 2 sampai 18 minggu. Antikonvulsan (misalnya 2-delta saluran

kalsium antagonis, natrium-channel blocker,) harus digunakan untuk pasien dengan nyeri

neuropatik.13

Antikonvulsan diperkirakan menghambat kejang oleh beberapa mekanisme, termasuk

blokade fungsional saluran natrium, blokade fungsional saluran kalsium, peningkatan

langsung atau tidak langsung neurotransmisi GABAergic hambat, dan penghambatan

glutamatergic neurotransmisi. Hasilnya adalah bahwa mereka mengurangi hipereksitabilitas

neuronal yang penting untuk gangguan kejang. Karena nyeri neuropatik juga ditandai dengan

hipereksitabilitas neuronal, dokter dan peneliti telah beralasan bahwa antikonvulsan bisa

meringankan itu. Anggapan ini didukung oleh sejumlah besar data empiris tentang efektivitas

antikonvulsan di neuropatik nyeri. Berbagai studi dalam bidang ini telah menjadi subyek

sistematis terbaru ulasan dan telah dipertimbangkan oleh panel ahli yang ditujukan untuk

18

Page 17: BAB II

mengembangkan pedoman untuk mengobati nyeri neuropatik. Diskusi di sini bergantung

sebagian besar pada pedoman yang dikembangkan oleh Dworkin dan rekan kerja, tiga

terakhir Tinjauan sistematis Cochrane, dan review sistematis oleh Goodman dan rekan kerja.

Goodman dan rekan kerja mencari studi yang relevan ke beberapa

anticonvulsantsdphenytoin, asam valproik, carbamazepine, gabapentin, lamotrigin,

oxcarbazepine, zonisamide, levetiracetam, tiagabine, dan topiramate. Itu studi mereka

termasuk dalam kajian mereka berurusan dengan lima pertama. Seperti khas tinjauan

sistematis pada terapi untuk nyeri kronis, Goodman dan rekan dijelaskan kelemahan

metodologis yang signifikan dalam penelitian pada antikonvulsan dalam nyeri neuropatik dan

berakhir dengan kesimpulan hati-hati.14

Antidepresan: Meta-analisis terkontrol acak percobaan menunjukkan bahwa antidepresan

trisiklik menyediakan efektif pereda nyeri untuk berbagai etiologi nyeri kronis untuk

penilaian periode mulai dari 2 sampai 8 minggu, dengan mulut kering dan mengantuk atau

sedasi sebagai efek samping yang dilaporkan. Selain itu, meta-analisis terkontrol acak

percobaan menunjukkan bahwa selektif serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor

memberikan pereda nyeri yang efektif untuk berbagai etiologi nyeri kronis untuk periode

penilaian mulai berumur 3 sampai 6 bulan. Metaanalisis A dari uji coba terkontrol plasebo

acak adalah samar-samar tentang kemanjuran selective serotonin reuptake inhibitor dalam

memberikan bantuan nyeri yang efektif untuk neuropati diabetes. Antidepresan trisiklik harus

dan serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor harus digunakan.13

Benzodiazepin: Satu laporan kasus menunjukkan bahwa benzodiazepin dapat memberikan

bantuan nyeri hingga 2 bulan untuk neuralgic sindrom nyeri. Namun, masih diragukan

apakah benzodiazepin harus digunakan untuk nyeri kronis.13

NMDA antagonis reseptor: Antagonis reseptor NMDA (misalnya, dekstrometorfan dan

memantine) masih diragukan sebagai anti-nyeri untuk pasien dengan neuropati diabetes,

postherpetic neuralgia, atau kondisi nyeri neuropatik lain (misalnya, nyeri fantom tungkai,

cedera saraf perifer, dan CRPS). Data pengamatan dari penelitian ini menunjukkan antagonis

thatNMDAreceptor memberikan bantuan nyeri untuk nyeri neuropatik untuk periode

penilaian mulai dari 2 sampai 16 minggu (bukti B2 Kategori). reseptor NMDA antagonis

harus digunakan untuk neuropatik nyeri.13

19

Page 18: BAB II

NSAID: percobaan terkontrol acak menunjukkan bahwa NSAID dibandingkan dengan

plasebo memberikan pereda nyeri yang efektif untuk pasien dengan nyeri punggung untuk

periode penilaian mulai 2-12 minggu. NSAID harus digunakan untuk pasien dengan nyeri

punggung. 13

Terapi opioid: Sebuah meta-analisis terkontrol acak percobaan menunjukkan bahwa

pelepasan terkontrol atau diperpanjang opioid terapi (misalnya, morfin, kodein, dan

oksikodon) menyediakan pereda nyeri yang efektif untuk pasien dengan nyeri punggung

rendah atau neuropatik nyeri untuk periode penilaian mulai dari 1 sampai 9 minggu, dengan

mual atau muntah dan sembelit sebagai efek samping. Percobaan terkontrol acak

menunjukkan bahwa tramadol memberikan rasa sakit yang efektif untuk periode penilaian

mulai dari 4 sampai 6 minggu. Studi dengan temuan observasional melaporkan bahwa segera

dibebaskan opioid, opioid transdermal, sublingual dan opioid memberikan bantuan untuk

punggung, leher, kaki, dan nyeri neuropatik untuk penilaian periode mulai dari 2 minggu

sampai 3 bulan. Pusing, mengantuk, dan pruritus antara efek samping yang dilaporkan terkait

dengan terapi opioid.13

Table 2. Contoh obat golongan opioid beserta rute pemberian dan dosis untuk orang

dewasa 15

Golongan dan Nama

Generik

Rute Kesetaraan Dosis

Analgesik (mg) Dewasa

Agonis – mirip morfin

Morfin IM 10

PO 30

Hidromorfin IM 1,5

PO 7,5

Oksimorfin IM 1

20

Page 19: BAB II

R 5

Triorfanol IM (akut) 2

PO (akut) 4

IM (kronis) 1

PO (kronis) 1

Codein IM 15-30

PO 15-30

Hidrocodon PO 5-10

Oksicodon PO 20-30

Meperidin IM 75

PO 300c, tidak disarankan

Pentanil IM 0,1-0,2

Transdermal 25mcg/jam

Transmukosal hanya

untuk nyeri berat

Agonis-mirip metadon

Metadon IM (akut) Bervariasi

PO (akut) Bervariasi

IM (kronis) Bervariasi

PO (kronis) Bervariasi

Propoksilen PO 65

21

Page 20: BAB II

Turunan agonis- antagonis

Protazosin IM Tidak dianjurkan

PO 50

Butorfanol IM 2

Intranasal 1 (satu spray)

Nalbufin IM 10

Buprenorfin IM 0,4

Dezosin IM 10

Antagonis

Nalokson IV 0,4-1,2

Analgesik sentral

Tramadol PO 50-100

Relaksan otot rangka: Masih diragukan apakah relaksan otot rangka harus digunakan untuk

pasien dengan nyeri kronis. 13

Agen topikal: Agen topikal (misalnya, capsaicin, lidocaine, dan ketamin) masih diragukan

kemampuannya dalam menghilangkan rasa sakit perifer untuk pasien dengan nyeri

neuropatik (misalnya, neuropati diabetes dan postherpetic neuralgia). Agen topikal (misalnya,

capsaicin, lidocaine, dan ketamin) memberikan bantuan bagi nyeri neuropatik perifer untuk

periode penilaian berkisar 3-6 minggu.13

Rekomendasi untuk manajemen farmakologis.

22

Page 21: BAB II

Antikonvulsan: Antikonvulsan (misalnya,2-delta saluran kalsium antagonis, antagonis

natrium-channel) harus digunakan sebagai bagian dari strategi untuk amultimodal pasien

dengan nyeri neuropatik.13

Obat lain: Sebagai bagian dari manajemen nyeri multimodal strategi, opioid lisan extended-

release harus digunakan untuk pasien nyeri neuropatik atau punggung, dan transdermal,

sublingual, dan opioid lisan segera-release dapat digunakan. Untuk pasien tertentu, NMDA

(ionotropic) antagonis reseptor (Misalnya, nyeri neuropatik), NSAID (misalnya, nyeri

punggung), dan topikal agen (misalnya, nyeri neuropatik perifer) dapat digunakan, dan

benzodiazepines dan relaksan otot rangka mungkin dipertimbangkan. Sebuah strategi untuk

memonitor dan mengelola efek samping, yang merugikan efek, dan kepatuhan harus di

tempat sebelum meresepkan setiap terapi farmakologis jangka panjang. 13

10. Terapi Fisik atau Restoratif

Percobaan terkontrol acak menggabungkan berbagai terapi fisik atau restoratif (Misalnya,

fisioterapi, kelas kebugaran, dan terapi latihan) mengindikasikan efektif pinggang nyeri untuk

periode penilaian mulai dari 2 sampai 18 bulan. Terapi fisik atau restoratif harus digunakan

untuk pasien dengan nyeri punggung bawah. Demikian pula, terapi fisik atau restoratif harus

digunakan untuk kondisi nyeri kronis lainnya. 13

11. Pengobatan psikologis

Perawatan psikologis meliputi (1) terapi perilaku kognitif, biofeedback, dan latihan

relaksasi, dan (2) psikoterapi suportif, kelompok terapi, atau konseling. Percobaan terkontrol

acak mengevaluasi perilaku kognitif terapi, biofeedback, dan pelatihan relaksasi

mengindikasikan bahwa terapi ini memberikan bantuan dari nyeri punggung untuk penilaian

periode mulai dari 4 minggu sampai 2 tahun. Kasus laporan menunjukkan bahwa psikoterapi

suportif, terapi kelompok, dan konseling mungkin berguna untuk kronis manajemen nyeri.

Terapi perilaku kognitif, biofeedback, atau relaksasi pelatihan harus dilakukan untuk nyeri

punggung bawah dan lainnya kondisi sakit kronis. Psikoterapi suportif, terapi kelompok, atau

konseling harus dilakukan untuk pasien dengan nyeri kronis.13

Rekomendasi untuk perawatan psikologis.

23

Page 22: BAB II

Terapi perilaku kognitif, biofeedback, atau latihan relaksasi: Ini intervensi dapat digunakan

sebagai bagian dari strategi multimodal untuk nyeri punggung bawah dan untuk kondisi nyeri

kronis lainnya. 13

Psikoterapi suportif, terapi kelompok, atau konseling: Intervensi ini dapat dianggap sebagai

bagian dari suatu multimodal strategi untuk manajemen nyeri kronis.13

12. Injeksi titik pemicu

Literatur tidak cukup untuk mengevaluasi efektivitas suntikan titik pemicu (yaitu,

dibandingkan dengan injeksi titik pemicu) sebagai suatu teknik untuk memberikan bantuan

nyeri untuk pasien dengan nyeri kronis. Studi observasional dengan temuan menunjukkan

bahwa suntikan titik pemicu dapat memberikan bantuan untuk pasien dengan sakit

myofascial untuk periode penilaian mulai dari 1 sampai 4 bulan. Suntikan titik pemicu harus

digunakan untuk pasien dengan nyeri myofascial.13

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Pada makalah ini dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Nyeri kronik adalah perasaan dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang

timbul dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. atau gambaran adanya

kerusakan. Hal ini dapat timbul secara tiba-tiba atau lambat, intensitasnya dari ringan

atau berat. Secara konstan atau hilang timbul, tanpa prediksi waktu kesembuhan, dan

lebih dari 6 bulan.

24

Page 23: BAB II

2. Penyebab nyeri kronik dapat terjadi di susunan saraf pusat maupun susunan saraf perifer.

3. Patofisiologi nyeri kronik melibatkan sensitisasi perifer dengan peran dari nosiseptor,

COX dan prostaglandin; dan sensitisasi sentral dengan peran NMDA.

4. Proses diagnosis nyeri dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis yang disertai

dengan penilaian terhadap nyeri dengan metode Visual Analogue Scale (VAS),

Numerical Rating Scale (NRS), atau Verbal Rating Scale (VRS); pemeriksaan fisik,

pemeriksaan psikologis, dan bahkan bila diperlukan bisa dilakukan pemeriksaan

penunjang.

5. Penatalaksanaan nyeri kronik dapat dilakukan dengan intervensi mulimodal maupun

dengan intervensi modalitas tunggal.

B. SARAN

Makalah ini masih banyak kekurangan, terutama dalam penelusuran literatur terbaru.

Beberapa guideline baru akan memperbaharui guideline-nya pada tahun 2013 ini, sehingga

yang penulis dapatkan adalah guideline versi terdahulu.

BAB IV

PENUTUP

Akhir kata dari penulisan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada pembaca yang sudah meluangkan waktu untuk mau melihat dan membaca makalah

ini, penulis juga mengharapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk

perbaikan makalah ini karena makalah ini terbilang masih jauh dari kategori “sempurna”.

Oleh karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Oscar Nurhadi, Sp.S

selaku pembimbing dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini mampu dibuat lebih

baik. Penulis menyadari bahwa makalah inipun masih banyak kekurangan maka penulis juga

ingin memohon maaf apabila terdapat kekurangan-kekurangan yang pembaca dapatkan

25

Page 24: BAB II

dalam makalah ini karena kesempurnaan hanya milik Tuhan YME. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih.

26