bab ii
DESCRIPTION
katarak senilisTRANSCRIPT
![Page 1: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katarak merupakan perubahan lensa yang tadinya jernih dan tembus
cahaya menjadi lensa yang keruh. Sehingga menyebabkan penderita tidak dapat
melihat dengan jelas lagi. Lensa mata yang keruh pada katarak menyebabkan
cahaya sulit menembus retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina.1
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan dengan prevalensi yang
lebih dari separuh prevalensi penyebab kebutaan. Penyakit ini menjadi perrhatian
karena jumalah kasusnya yang banyak, akan tetapi dapat segera diatasi dengan
hasil yang memuaskan yaitu dengan operasi. Di indonesia sendiri terdapat 0,76%
dari seluruh jumlah penduduk menderita buta katarak.1
Katarak senilis merupakan katarak yang lazim dijumpai. Penyakit ini
merupakan salah satu dari penyakit degeneratif (age related disease) yang bersifat
progresif dan dapat berakhir dengan hilangnya fungsi penglihatan yang akan
memberikan dampak medik, sosial dan ekonomi. Adanya berbagai macam
usahayang meningkatan kualitas kesehatan, menjadikan usia harapan hidup
menjadi makin panjang. Dengan meningkatnya jumlah manula di tahun tahun
mendatang akan memungkinkan peningkatan prevalensi penyakit ini. Dengan
demikian penanganan penyakit katarak akan semakin memerlukan perhatian yang
serius dari aspek medis. 2
Selain proses degeneratif, katarak dapat juga timbul secara sekunder
sebagai efek dari berbagai penyakit metaboli, diantara yang paling sering adalah
diabetes mellitus, yang berpengaruh memperce[at proses timbulnya penyakit ini.
Dari 200 pasien dengan katarakn senilis yang dilakukan tes toleransi glukosa
ditemukan dan disimpulkan bahwa toleransi glukosa sering dijumpai pada katarak
senilis yang menunjuikkan glukosuria. Terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan patofisiologi progresifitas katarak katarak pada penderita dabetes,
serta penelitian yang berhasil membuktikan korelasi antara awitan usia menderita
katarak dengan lamanya menderita diabetes mellitus. 3
1
![Page 2: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa
Pada manusia, lensa mata berbentuk bikonveks, tidak mengandung
pembuluh darah, transparan, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm.
Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks dan nukleus. Kapsul lensa
merupakan suatu membran yang semipermiabel yang akan memperbolehkan air
dan elektrolit masuk. Di depan lensa terdapat selapis tipis epitel subskapsuler.
Nukleus lensa lebuh tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar
epitel subskapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan
elastisitas. 1,4
Berdasarkan anatominyan, ke bagian depan lensa berhubungan dengan
cairan bilik mata, dan ke belakang berhubungan dengan vitreus. Di belakang iris,
lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula zinii (ligamentum
suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya
dengan korpus siliar. Zonula zinii melekat pada bagian ekuator kapsula lensa 1,5
mm pada bagian anterior dan 1,25 pada bagian posterior.4
Gambar 1. Anatomi Lensa
Lensa dapat mebiaskan cahaya karena indeks bias biasanya sekitar 1,4
pada sentral dan 1,36 pada perifer. Pada tahap tidak berakomodasi, lensa
memberikan kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan
konvergen bias mata manusia rata-rata.5
2
![Page 3: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/3.jpg)
Gambar 2. Anatomi Lensa
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35 % protein
(kandungan protein tertinggi diantara jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral
yang biasa dari jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada kebanyakan jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh
darah , atau saraf di lensa.4
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, m. Ciliaris berelaksasi, menegangkan
3
![Page 4: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/4.jpg)
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran
terkecil, dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya
akan terfokus pada retina. Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat m. Ciliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang, artinya lensa yang elastis
menjadi lebih sferis diiringi peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis
antara korpus siliris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada retina
dikenal dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan bertambahnya
usia.4,5
Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi dan
anomali geometri. Keluhan yang dialami penderita berupa pandangan kabur tanpa
disertai nyeri.3,5
2.2 Definisi
Katarak berasal dari kata Yunani, katarrhakies, inggris cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia berarti penglihatan
seperti tertutup air terjun. Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada
penurunan ketajaman visual dan atau cacat fungsional yang dirasakan oleh
pasien.1,4
Secara definisi katarak senilis merupakan katarak yang terjadi setelah usia
50 tahun dan berkaitan dengan adanya proses penuaan.1
Gambar 3. Mata Normal dan Mata Katarak
4
![Page 5: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/5.jpg)
2.3 Epidemiologi
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak
merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan
yang paling sering ditemukan.6
39%
18%10%7%
4%
4%
3%
3%
1%11%
Persentase Penyakit Mata
cataract uncorrected refractive erros
glaucoma age related macular degeneration
corneal opacity diabetic retinopathychildhood blindness trachomaonchocerciasis other
Gambar4. Presentasi penyakit Mata
Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses degeneraif. Pada penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat didapatkan adanya 10 % orang menderita
katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai 50 % pada mereka yang berusia 65-
75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun.4,5
2.4 Etiologi1
Etiologi katarak senilis sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,
tetapi berhubungan dengan konsep penuaan:
Teori putaran biologik (A biologic clock)
Jaringan embrio manusia dapat membelah > 50 kali dan akan mati
Imunologis
Teori mutasi spontan
Teori a free radical
Teori a cross link
5
![Page 6: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/6.jpg)
Adanya perubahan lensa pada usia lanjut:
a. kapsul
Menebal dan kurang elastis
Mulai presbiopia
Bentk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
b. epitel makin tipis
Sel epitel (germinatif) padaekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
c. serat lensa
Lebih iregular
Padakorteks jelas kerusakan serat sel
Brown sclerotis nukleus
Korteks tidak berwarna akibat:
o Kadar askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
o Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
2.5Etiopatogenesis Katarak
Mekanisme terjadinya Pkatarak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut: aging proses, paparan sinar ultraviolet, obat yang menginduksi
perubahan lensa, trauma, penyakit metabolik, efek dari nutrisi, merokok, alkohol:
1. Aging proses
Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan
mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Patogenesis dari katarak terkait
usia multifaktor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi
peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi.
Sebagai lapisan baru serat kortical berbentuk konsentris, akibatnya nucleus dari
lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi
(protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan
agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi
6
![Page 7: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/7.jpg)
protein secara tiba tiba mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya
yang menyebar, penurunan pandangan. Modifikasi kimia dari protein nukleus
lensa juga menghasilkan progressive pigmentasi. Perubaha lain pada katarak
terkait usia pada lensa termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin dan
potassium dan meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium4,6.
2. Paparan Sinar Ultraviolet
Sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari akan diserap oleh protein
lensa dan kemudia akan menimbulkan rekasi fotokimia sehingga terbentuk radikal
bebas atau spesies oksigen yang bersifat sangat reaktif. Reaksi tersebut akan
mempengaruhi struktur protein lensa, selanjutnya menyebabkan kekeruhan lensa
yang disebut katarak7
3. Obat yang mengiduksi perubahan lensa
a) Kortikosteroid
Penggunaan kostikosteroid jangka panjang dapat meginduksi terjadinya
katarak. Tergantung dari dosis dan durasi dari terapi, dan respon individual
terhadap kortikosteroid yang dapat menginduksi katarak. Terjadinya katarak telah
dilaporkan melalui beberapa rute : sistemik, topikal, subkonjungtival dan nasal
spray6.
Pada satu studi dilaporkan, pasien dengan menggunakan oral prednisolon dan
diobservasi selama 1-4 tahun, 11% menggunakan 10 mg/hari menjadi katarak,
sekitar 30% dari mereka mendapat 10-15 mg/hari dan 80% dari mereka
mendapatkan lebih dari 15 mg/hari. Pada studi lain, beberapa pasien mendapat
steroid topikal berlanjut menjadi keratoplasty yang berlanjut menjadi katarak
setelah mendapatkan sekitar 2.4 drops per hari 0,1% ddexamethasone selama
periode 10,5 bulan. Beberapa steroid dapat menginduksi PSCs pada anak dan bisa
reversibel setelah penghentian penggunaan steroid6.
b) Phenotiazine
Phenotiazine merupakan golongan mayor dari psycotropic medikasi, dapat
terjadi deposit pigmen pada anterior epitelium lensa pada konfigurasi axial.
Deposit tersebut dapat terjadi tergantung dari dosis dan lama pemberian6.
c) Miotics
7
![Page 8: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/8.jpg)
Antikolinestrase dapat menginduksi katarak. Insiden terjadinya katarak telah
dilaporkan sebesar 20% pada pasien setelah 55 bulan menggunakan poloicarpin
dan 60% pada pasien yang menggunakan phospoline iodine. Biasanya, pada tahap
awal terbentuknya vacuola kecil dalam dan posterior menuju anterior dari capsul
lensa dan epithelium. Katarak dapat berlanjut menuju posterior korteks dan
nukleus lensa6.
4. Trauma
Kerusakan lensa akibat trauma dapat disebabkan oleh peradangan mekanik,
kekuatan fisikal (radiasi, kimia, elekrik)4,6.
a) Trauma
Trauma tumpul, peradangan tanpa perforasi dapat menyebabkan lensa
menjadi keruh pada tahap akut atau sequel. Katarak akibat kontusio dapat
melibatkan sebagian atau seluruh dari bagian lensa. Sering, manifestasi awal dari
kontusio katarak adalah stellate atau rosette-shaped opacification6.
b) Perforasi dan penetrasi
Perforasi dan penetrasi pada lensa sering menghasilkan kekeruhan pada
kortex bagian yang mengalami rupture, biasanya progresifitas sangat cepat untuk
menjadi kekeruhan total. Perforasi yang kecil pada kapsul lensa dapat sembuh,
menghasilkan fokal kortikal katarak4.
c) Elektrik yang menginduksi katarak
Elektrikal shok dapat menyebabkan koagulasi protein dan menyebabkan
katarak. manifestasi lensa lebih mungkin ketika transmisi arus melibatkan kepala
pasien. awalnya, vacuola lensa muncul pada perifer anterior lensa, diikuti
kekeruhan linier di korteks subcapsule anterior. katarak menyebabkan cedera
electrycal mungkin membaik, tetap diam, atau matur untuk menjadi katarak
komplit selama beberapa bulan atau tahun6.
5. Penyakit metabolik
a) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan dari lensa, refraktif
index dan kemampuan akomodasi. Jika glukosa darah meningkat, juga
meningkatkan komposisi glukosa dalam humor aqueous. Glukosa pada aqueous
juga akan berdifusi masuk ke dalam lensa, sehingga komposisi glukosa dalam
8
![Page 9: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/9.jpg)
lensa jug akan meningkat. Beberapa dari glukosa akan di konfersi oleh enzim
aldose reduktase menjadi sorbitol. Yang mana tidak akan dimetabolisme tetapi
tetap di lensa4.
Setelah itu, perubahan tenakan osmotik menyebabkan infux cairan ke
dalam lensa, yang menyebabkan pembengkakan lensa. Fase saat terjadinya hidrasi
lensa dapat menyebabkan perubahan kekuatan refraksi dari lensa. Pasien dengan
diabetes bisa menyebabkan perubahan refraksi. Pasien dengan diabetes dapat
terjadi penurunan kemampuan akomodasi sehingga presbiop dapat terjadi pada
usia muda6.
Katarak adalah penyebab tersering kelainan visual pada pasien dengan
diabetes. Terdapat 2 tipe klasifikasi katarak pada pasien tersebut. True diabetic
cataract, atau snowflake cataract, dapat bilateral, onset terjadi secara tiba tiba dan
menyebar sampai subkapsular lensa, tipe ini biasa terjadi pada usia dengan
diabetes mellitus yang tidak terkontrol. kekeruhan menyeluruh supcapsular seperti
tampilan kepingan salju terlihat awalnya di superfisial anterior dan korteks
posterior lensa. Vacuola muncul dalam kapsul lensa. Pembengkakan dan
kematangan katarak kortikal terjadi segera sesudahnya. Peneliti percaya bahwa
perubahan metabolik yang mendasari terjadinya true diabetic cataract pada
manusia sangat erat kaitannya dengan katarak sorbitol yang dipelajari pada hewan
percobaan. Meskipun true diabetic cataract jarang ditemui pada praktek klinis
saat ini, Setiap dilaporkannya katarak kortikal matur bilateral pada anak atau
dewasa muda sebaiknya diwaspadai oleh klinisi kemungkinan diabetes mellitus3,6.
Tingginya resiko katarak terkait usia pada pasien dengan diabetes
mungkin akibat dari akumulasi sorbitol dalam lensa, berikutnya terjadi perubahan
hadration dan peningkatan glikosilasi protein pada lensa diabetik1,4.
b) Galactosemia
Galactosemia adalah inherediter autosomal resesif ketidakmampuan untuk
menkonversi galactosa menjadi glukosa. Sebagai konsekuensi ketidakmampuan
hal tersebut, terjadi akumulasi galaktosa pada seluruh jaringan tubuh, lebih lanjut
lagi galactosa dikonversi menjadi galaktitol (dulcitol), sejenis gula alcohol dari
galactosa. Galactosemia dapat terjadi akibat defek pada 1 dari 3 enzimes yang
9
![Page 10: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/10.jpg)
terlibat dalam proses metabolism galaktosa : galactosa 1-phosphate uridyl
transferase, galactokinase, atau UDP-galactose-4-epimerase3,4.
Pada galaktosemia klasik disertai gejala malnutrisi, hepatomegali, ikterik
dan degradasi mental. Penyakit ini akan fatal jika tidak terdiagnosis dan tidak
diterapi. Pada pasien dengan galaktosemia, 75% akan berlanjut menjadi katarak.
Akumulasi dari galaktosa dan galakttitol dalam sel lensa akan meningkatkan
tekanan osmotic dan influk cairan kedalam lensa. Nucleus dan kortex bagian
dalam menjadi lebih keruh, disebabkan oleh “oil droplet”6.
6. Efek Dari Nutrisi
Meskipun difesiensi nutrisi dapat menyebabkan katarak pada percobaan
melalui binatang, etiologi ini masih sulit dimengerti untuk terjadinya katarak pada
manusia. Beberapa study menyebutkan multivitamin, vitamin A, vitamin C,
vitamin E, niacin, thiamin, riboflavin, beta carotene, dan kosumsi tinggi protein
dapat melindungi untuk terjadinya katarak. Beberapa studi lainnya juga
menemukan vitamin C dan Vitamin E memiliki sedikit atau tidak ada efek untuk
melindungi terjadinya katarak. Sejauh ini, the age-Related Eye Disease Study
(AREDS) memperlihatkan selama 7 tahun, tinggi kosumsi vitamin C, E, beta
carotene tidak menunjukan penurunan perkembangan atau progresifitas dari
katarak2,6.
Lutein dan zeaxantin merupakan ceratonoid yang ditemukan pada lensa
manusia, dan studi baru baru ini memperlihatkan penurunan kejadian ketarak
dapat terjadi dengan meningkatkan kosumsi makanan yang mengandung tinggi
lutein (bayam, broccoli dll)6.
7. Merokok
Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress oksidatif dan
dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat dan
karotenoid.Merokok dapat mengumpulkan molekul berpigmen 3-
hydroxykhynurinine dan chromophores yang menyebabkan terjadinya
penguningan warna lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya
karbamilasi dan denaturasi protein. Individu yang merokok 20 batang atau lebih,
mempunyai risiko 2 kali lebih banyak mengalami katarak8.
8. Alkohol
10
![Page 11: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/11.jpg)
Peminum alcohol kronis mempunyai risiko tinggi terkena katarak. Dalam
banyak Penelitian alcohol bekerja secara langsung pada protein lensa dan secara
tidak langsung dengan cara mempengaruhi penyerapan nutrisi penting bagi lensa8
2.6Klasifikasi Katarak Senilis1
Pembagian katarak senilis pada dasarnya adalah berdasarrkan pada tebal
dan tipisnya kekeruhan lensa yang terjadi. Adapaun pembagiannya secara lengkap
adalah:
a. Katarak insipien:kekeruhan terlihat dari tepi ekuator bebentuk jeriji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Pada stadium ini umumnya
belum memberikan keluhan terhadap tajam penglihatan dan masih dapat dikoreksi
hinggga mencapai visus 6/6.
b. Katarak intumesen: kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa mengakibatkan lensa
menjadin bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehinggan bilik mata
menjadi dangkal dibanding normal. Hal ini akan memberikan penyulit glaukoma.
c. Katarak imatur: sebagian lensa keruh. Katarak belum mengenai seluruh bagian
lensa. Pada tahap ini dapat terjadi glaukoma sekunder akibat hanbatan pupil.
d. Katarak matur: pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi in Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur tidak dikeluarkan maka cairan lensa kembali pada ukuran yang
normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali,
tidak terdapat bayangan irirs pada lensa keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
11
![Page 12: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/12.jpg)
Gambar 5. Katarak Matur
e. Katarak hipermatur: katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning dan kering.8
Gambar 6. Katarak Hipermatur
12
![Page 13: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/13.jpg)
Terdapat beberapa perbedaan pada masing-masig stadium katarak yang
dapat diperhatikan dari jumlah cairan, kekeruhan lensa, iris, pupil, bilik mata dan
sudutnya, shadow test dan komplikasinya1
Tabel. 2.1 Perbedaan stadium katarak senilis1
Insipien imatur matur hipermatur
Kekeruhan Ringan sebagian seluruh Masif
Cairan
lensa
Normal bertambah normal berkurang
Iris Normal terdorong normal Tremulans
Bilik mata
depan
Normal dangkal normal dalam
Sudut bilik
mata
Normal sempit normal terbuka
Shadow
test
Negatif positif negatif pseudopositif
Penyulit - glaukoma - Uveitis/glaukoma
2.7 Gejala dan Tanda
Secara klinis gejala katarak dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara
subjektif dan objektif. Adapun gejala katarak secara subjektif antara lain adalah:1
a. Gejala paling awal yang dapat muncul adalah rasa silau atau intoleransi
terhadap sinar terang
b.Penderita stadium immaturdapat mengeluh melihat double atau lebih
(diplopia/poliplia) yang diakibatkan oleh refraksi ireguler akibat kekeruhan
lensayang belummenyeluruh.
c.Tajam penglihatan menurun, makin tebal kekeruhan makatajam penglihatan
makin mundur.
Adapun gejala objektif yang dapat ditemukan padapenyakit katarak
adalah4:
a. Leukokorea:pupil berwarnaputih padakatarak matur
13
![Page 14: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/14.jpg)
b. Test iris shadow(bayangan iris pada lensa) :positifpadakatarak imaturdan
negatif padakatarakmatur
c. Refleks fundusyang berwarnajingga akan menjadigelap(negatif) pada katarak
matur
2.8 Diagnosis1,4,9,10
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang lengkap, keluhan yang membawa pasien datang
antara lain:
a. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang progresif
atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan
pin hole
b. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penurunan penglihatan yang
silau egan tingkat kesilauan yang berbeda-beda muali dari sensitifitas kontras
yang menurundengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang
hariatau merasa silau terhadap lampuu mobil yang berlawanan arah atau sumber
cahaya lain yang mirip pada malam hati. Keluhan ini sering kali munccul
padapenderita aktarak koprtikal.
c. Sensitifitas terhadap kontras
Sensiftifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien daam
mengetahui perbedaan – perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna,
penerangan dan tempat.
d. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningktakan kekuatan dioptri
lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia ringan sedang., namun setelah sekian
waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa, rasa nayaman ini
berangsur menghilang dan semakin memburuk.
e. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
di sekeliling sumber cahaya terang.
14
![Page 15: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/15.jpg)
Beberapa pemeriksaan yang diperlukan un tuk pemeriksaan penyakit katarak:
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Ketajaman penglihatan dapat bervariasi dari mulai 6/9 sampai hanya
perepsi cahaya, tergantunga pada lokasi dan maturitas katarak
b. Iluminasi oblik
Pemeriksaan iluminasi oblik dapat memperlihatkan warna lensa di daerah
pupil yang bervariasi dari setiap jenis katarak
c. Iris shadow test
Ketika cahaya disinarkan ke pupil, akan terbentuk bayangan berbentuk
bulan sabit (crescentris shadow) do tepi pupil pada lensa yang keruh kaban,
selama masih ada korteks yang jernih diantara kekeruhan dan tepi pupil
seagaimana digambarkan seperti berikut ini:
Gambar 7.Gambaran diagramatik iris shadow pada: katarak imatur (A) dan tidak terbentuk iris shadow pada katarak matur (B)4.
d. Pemeriksaan oftalmoskop lanngsung
Pada media tanpa kekeruhan akan tampak refleks fundus yang berwarna
kuning kekeruhan, sedangkan pada lensadengan kekeruhan parsial akan tampak
15
![Page 16: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/16.jpg)
bayangan hitam yang berlawanan dengan cahaya kemerahan tersebut pada area
yang keruh
e. Pemeriksaan slit-lamp
Pemeriksaan dengan slit lamp dilakuakn dengan dilatasi pupil.
Pemeriksaan ini memberrikan gambaran mengenai morfologi kekeruhan (lokasi,
ukuran, bentuk, pola warna, dan kepadatan dari nukleus). Pengelompokam
berdasarkan konsistensi nukleus penting dalam parametetr ekstraksi lensa teknik
phakoemulsifikasi.
f. Funduskopi
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihatseiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium
ini katarak biasanya telah matang dan pupil nampak putih.
g. Ultrasonografi mata
Pemeriksaan ultrasonografi matayang bertujuan untuk dapat meilhat
kelainan yang terdpat di dalam bola mata.10
2.9 Penatalaksanaan4,11,12
a). Penataksanaan Non-Bedah1,4,10
1.Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan penyakit lain yang menjadi penyebab, menghentikan
konsumsi obat-obatan yang bersifat kataraktogenik seperti kortikosteroid,
fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari iradiasi (infra merah atau sinar-X) dapat
memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
2. Memperlambat Progresivitas
Beberapa preparat yang mengandung kalsium dan kalium digunakan pada
katarak stadium dini untuk memperlambat progresivitasnya, namun sampai
sekarang mekanisme kerjanya belum jelas. Selain itu juga disebutkan peran
vitamin E dan aspirin dalam memperlambat proses kataraktogenesis.
3. Penilaian Terhadap Perkembangan Visus
a) Refraksi; dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
b) Pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian perifer
lensa(area pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan
16
![Page 17: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/17.jpg)
pencahayaan yang terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral
lensa, cahaya remang yang ditempatkan di samping dan sedikit di
belakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik.
c) Penggunaan kacamata gelap pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian
sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila
beraktivitas di luar ruangan.
d) Midriatil; dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau
tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas.
b) Pembedahan
Pembedahan katarak adalah pengangkatan lensa natural mata (lensa
kristalin) yang telah mengalami kekeruhan, yang disebut sebagai katarak. Indikasi
penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus, medis, dan
kosmetik.5,6
1. Indikasi visus : merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis : pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak
seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis
fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau
ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik : kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk
memperoleh pupil yang hitam.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi
lensa.Jenis-jenis operasi katarak antara lain1,11,12:
a.Intra Capsular Cataract Extraction
17
![Page 18: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/18.jpg)
Tindakan pembedan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan didalamkasulnya dengan cryophake dan dipindahkan
darimata melalui insisi kornealsuperioryang lebar.sekarang metode ini hanya
dikakuan pada lensa subluksasio dan dislokasi. Tindakan ICCE tidakboleh
dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyailigamentum hialoidea kapsular.
b. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimanadilakuan pengeluaran isi
lensadengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa
dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda dandisertai dengan
penanaman intraokular lensa.
c.Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada teknik phakoemulsifikasi diperlukan irisan yang sangat kecil (dsekitar
2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk memnghancurkan
lensa yang katarak, selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa katarakyang
telah hancur. Sebuah lensaintraokular dapat dilipat dan dimasukkan dalam irisan
tersebut.
18
![Page 19: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/19.jpg)
Gambar 8. Teknik Phakoemulsifikasi
d. Small incision cataract surgery (SICS)
Insisi dilakukan padasklera dengan ukuran insisisi bervariasi dari 5-8 mm.
Namun tetap dikatakan SICS sejak desain as=rsiteknya tanpa jahitan. Penutupan
luka insisi trjadinya dengan sendirinya (self sealing). Teknik operasi ini dapat
dilakuakn pada stadium katarak immatur, matur, hipermatur. Teknik ini juga telah
dilakukan padakasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan
operasi trabekulektomi.
19
![Page 20: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/20.jpg)
Gambar 9. Teknik Small incision cataract surgery
2.10 Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. Pada proses fakolitik, lensa yang
keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan menumpuk
di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa. Akibat dari
keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula
serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa
tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.13
Pada proses fakotopik terjadi berdasarkan posisi lensa. Oleh karena proses
intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit
sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus,
akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.13
Sedangkan pada mekanisme fakotoksi terjadi karena substansi lensa di kamera
okuli anterior merupakan zat toksik bagimata sendiri (auto toksik) akhirnya terjadi
20
![Page 21: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/21.jpg)
reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi
glaucoma.13
Selain itu juga, terdapat komplikasi intraoperatif, yaitu:1,14
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau
efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,
edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema
kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka
yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi
2.11 Prognosis
Prognosis pasca pembedahan katarak ditentukan oleh beeberapa faktor
diatntaranya; fungsi dan anatomis segmen belakang mata, penyakit sistemik yang
menyertai, dan problema durante operasi. Dengan teknik bedah yang mutakhir
komplikasi atau penylit menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yng baik
mencapai 95%. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE
21
![Page 22: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/22.jpg)
atau phakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat
meningkatkan pada pemeriksan snellen chart.1,4
BAB III
22
![Page 23: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/23.jpg)
KESIMPULAN
1. Katarak merupakan perubahan lensa yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi lensa yang keruh.
2. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak
merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan
penglihatan yang paling sering ditemukan.
3. Mekanisme terjadinya katarak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:aging proses, paparan sinar ultraviolet, obat yang menginduksi
perubahan lensa, trauma, penyakit metabolik, efek dari nutrisi, merokok,
alcohol.
4. Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang lengkap.
5. Penatalaksanaan katarak terdiri dari penatalaksanaan non bedah dan
pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
23
![Page 24: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/24.jpg)
1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Titcomb, Lucy C. Understanding Cataract Extraxtion, last update 22
November 2010
3. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B,
Dilomo C.R, et all. (2004). Optometric clinical practice guideline. American
optometric association: U.S.A
4. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2000). Oftalmologi umum. Bab.20 lensa
hal 401-406. Edisi 14. Widya medika : Jakarta
5. American Academy of Ophtalmology. Lens and Cataract. 1997-1998. San
Fransisco: AAO
6. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all.
(2005-2006). Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69. Section 11.
American Academy of Oftalmology : San Francisco.
7. Sinha R et al. 2009. Etiopathogenesis of Cataract: Journal Review: Indian
Journal of Ophtalmology 57 (3) p: 248-9
8. Taylor H. UV Radiation and The Eye, an Epidemiology Study, Trans
Ophthalmology Social 2004(87): 803-53
9. Harper, A et al. 2010. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.Hal: 169-177.
10. James B, Chew C, Bron A. 2006. Oftalmologi, Edisi Kesembilan. Penerbit
Erlangga: Jakarta : Hal 34-36.
11. Akura J, Kaneda S, Hatta S, Matsuura K. 2000. Manual sutureless cataract
surgery using a Claw vectis. J Cataract Refract Surg, vol 26, April, pp.491-
6
12. Kimura H, Kuroda S, Mizoguchi N, Terauchi H, Matsumura M, Nagata M.
2007. Extracapsular Cataract Extraction With A Sutureless Incision For
Dense Cataract.J Cataract Refract Surg, vol 25, September, pp.1275-79.
13. SMF Ilmu Penyakit Mata. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ed.III. RSUD
Soetomo. Surabaya. 2006
24
![Page 25: BAB II](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061616/55cf904e550346703ba4b003/html5/thumbnails/25.jpg)
14. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal,
Jakarta, 1993 : 190-196
25