bab ii

9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasir Cetak Pengecoran dengan cetakan pasir adalah yang tertua dari segala macam metoda pengecoran. Cetakan pasir merupakan cetakan tang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya: Dapat mencetak loga dengan titik lebur yang tinggi, seperti baja, nikel, dan titanium. Dapat mencetak benda cor dengan berbagai macam ukuran. Jumlah produksi dari satu sampai jutaan. Tahapan pengecoran logam dengan cetakan pasir: 1. Pembuatan pola, sesuai dengan bentuk coran yang akan dibuat. 2. Persiapan pasir cetak. 3. Pembuatan cetakan. 4. Pembuatan inti (bila diperlukan). 5. Peleburan logam. 6. Penuangan logam cair ke dalam cetakan. 7. Pendinginan dan pembekuan. 8. Pembongkaran cetakan pasir. 9. Pembersihan dan pemeriksaan hasil coran. 10. Proses pengecoran selesai.

Upload: rina-oktapiani

Post on 16-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pasir Cetak

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasir Cetak

Pengecoran dengan cetakan pasir adalah yang tertua dari segala macam

metoda pengecoran. Cetakan pasir merupakan cetakan tang paling banyak

digunakan, karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya:

Dapat mencetak loga dengan titik lebur yang tinggi, seperti baja, nikel,

dan titanium.

Dapat mencetak benda cor dengan berbagai macam ukuran.

Jumlah produksi dari satu sampai jutaan.

Tahapan pengecoran logam dengan cetakan pasir:

1. Pembuatan pola, sesuai dengan bentuk coran yang akan dibuat.

2. Persiapan pasir cetak.

3. Pembuatan cetakan.

4. Pembuatan inti (bila diperlukan).

5. Peleburan logam.

6. Penuangan logam cair ke dalam cetakan.

7. Pendinginan dan pembekuan.

8. Pembongkaran cetakan pasir.

9. Pembersihan dan pemeriksaan hasil coran.

10. Proses pengecoran selesai.

Tahapan pembuatan cetakan pasir:

1. Pemadatan pasir cetak.

2. Pelepasan pola dari pasir cetak sehingga menjadi rongga cetak.

3. Pembuatan saluran masuk dan riser.

4. Pelapisan rongga cetak.

5. Bila coran memiliki permukaan dalam (misalnya: lubang), maka

dipasang inti.

6. Penyatuan cetakan.

Page 2: BAB II

4

7. Siap untuk digunakan.

Pola dan inti merupakan model benda cor dengan ukuran penuh dengan

memperhatikan penyusutan dan kelonggaran untuk pemesinan pada akhir

pengecoran. Bahan pola: kayu, plasytik, dan logam

2.2 Jenis-jenis Pola Pasir Cetak

Jenis-jenis Pola:

a. Pola padat (solid pattern).

b. Pola belah (split pattern)

c. Pola dengan papan penyambung (match-plate pattern)

d. Pola cope and drag (cope and drag pattern).

 Gambar 2.1 Cetakan Pola sekali Pakai

[https://yefrichan.wordpress.com/2011/04/10/perbedaan-cetakan-pasir-

dengan-cetakan-logam/]

 a. Pola Padat ( Pola Tunggal)

Pola padat dibuat sama dengan geometri benda cor dengan

mempertimbangkan penyusutan dan kelonggaran untuk pemesinan. Biasanya

digunakan untuk jumlah produksi yang sangat kecil. Walaupun pembuatan pola

ini mudah, akan tetapi sulit untuk membuat cetakannya, seperti membuat garis

pemisah antara bagian atas cetakan (cope) dengan bagian bawah cetakan

Page 3: BAB II

5

(drag). Demikian pula untuk membuat sistem saluran (riser) diperlukan tenaga

kerja yang terlatih.

 b. Pola Belah:

Terdiri dari dua bagian yang disesuaikan dengan garis pemisah (belahan)

cetakannya. Biasanya digunakan untuk benda cor yang memiliki geometri lebih

rumit dengan jumlah produksi menengah. Pola pembuatan cetakannya lebih

mudah dibandingkan dengan memakai poal padat.

c. Pola dengan Papan Penyambung:

Digunakan untuk jumlah produksi yang lebih banyak. Pada pola ini, dua

bagian pola belah masing-masing diletakan pada sisi berlawanan dari sebuah

papan kayu atau plat besi.

d. Pola Cope and Drag

Pola ini hampir sama dengan pola papan penyambung, tetapi pada pola ini

dua bagian dari pola belah masing-masing ditempelkan pada papan yang terpisah.

Pola ini juga biasa dilengkapi dengan sistem saluran masuk dan riser. Pola

menentukan bentuk luar dari benda cor, sedangkan inti digunakan apabila benda

tersebut memiliki permukaan dalam. Inti merupakan model skala penuh dari

permukaan dalam benda cor, yang diletakan dalam rongga cetak sebelum

permukaan logam cair dilakukan, sehingga logam cair akan mengalir membeku

diantara rongga cetak dan inti, untuk membentuk permukaan bagian luar dan

dalam dari benda cor.

Inti biasanya dibuat dari pasir yang dipadatkan sesuai dengan bentuk yang

diinginkan. Seperti pada pola, ukuran inti juga harus mempertimbangkan

penyusutan dan pemesinan. Pemasangan inti di dalam rongga cetak kadang-

kadang memerlukan pendukung agar posisinya tidak berubah.Pendukung tersebut

disebut chaplet, yang dibuat dari logam yang memiliki titik lebur benda cor.

Sebagai contoh chaplet baja digubakan pada pengecoran besi tuang, setelah

penuangan dan pembekuan chaplet akan melekat pada benda cor bagian chaplet

yang menonjol ke luar dari benda cor selanjutnya dipotong.

Page 4: BAB II

6

2.3 Cetakan dan Pembuatan Cetakan

Pasir cetak yang sering dipakai adala pasir silika (SiO2) atai pasir silika

yang dicampur dengan mineral lain (misal tanah lempung) atau resin organik

(misal resin phenorik, resin turan, dsb).

Ukuran butir pasir yang kecil akan menghasilkan permukaan coran yang baik,

tetapi ukuran butir pasir yang besar menghasilkan permeabilitas yang tinggi,

sehingga dapat membebaskan gas-gas pada rongga cetak pada saat proses

penuangan. Cetakan yang dibuat dari butiran yang tidak beraturan akan

menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan butiran yang bulat,

akan tetapi memiliki permeabilitas yang kurang baik. Beberapa indikator untuk

menentukan kualitas cetakan pasir:

1. Kekuatan, kemampuan cetakan untuk mempertahankan bentuknya dan

tahan terhadap pengikisan yang dialiri oleh aliran logam cair. Hali ini tergantung

dari bentuk pasir, kualitas pengikat dan g\faktor-faktor lainnya.

2. Permeabilitas, kemampuan cetakan untuk membebaskan udara panas

dan gas dari dalam cetakan selama operasi pengecoran melalui celah-celah pasir

cetak.

3. Stabilitas termal, kemampuan pasir pada permukaan rongga cetak untuk

menahan keretakan dan pembengkokan akibat sentuhan logam cair.

4. Kolapsibilitas (collapsibility), kemampuan cetakan membebaskan coran

untuk menyusut tanpa menyebabkan coran menjadi retak.

5. Reusabilitas, kemampuan pasir (dari pecahan cetakan) untuk digunakan

kembali (didaur ulang).

Klasifikasi cetakan pasir:  

1. Cetakan pasir basah,

2. Cetakan pasir kering, 

3. Cetakan kulit kering.

Cetakan pasir basah, dibuat dari campuran pasir, lempung, dan air.

Keunggulan: 

a. Memiliki kolapsibilitas yang baik.

b. Permeabilitas baik.

Page 5: BAB II

7

c. Reusabilitas yang baik, dan

d. Murah.

 Kelemahan: Uap besar dalam pasir dapat menyebabkan kerusakan pada

beberapa coran, tergantung pada logam dan geometri coran.

Cetakan Pasir kering, dibuat dengan menggunakan bahan pengikat

organik, dan kemudian cetakan dibakar dalam sebuah oven dengan temperatur

204 derajat samapi 306 derajat celcius. Pembakaran dalam oven dapat

memperkuat cetakan dan mengeraskan permukaan rongga cetakan.

Keunggulannya yaitu dimensi produk cetak lebih baik, sedangkan kelemahannya

sebagai berikut:  

a. Lebih mahal dibandingkan dengan cetakan pasir basah;

b. Laju prosuksi lebih renda karena memerlukan proses pemanasan;

c. Pemakaian terbatas untuk coran yang medium dan besar dalam laju

produksi yang rendah.

Cetakan kulit kering, diperoleh dengan mengeringkan permukaan  pasir

basah dengan kedalaman 1,2 cm sampai 2,5 cm pada permukaan rongga cetakan.

bahan perekat khusus harus ditambahkan pada campuran pasir untuk memperkuat

permukaan rongga cetak.

Klasifikasi cetakan yang dibahas merupakan konvensional. Saat ini telah

dikembangkan cetakan yang menggunakan bahan kimia sebagai pengikatnya.

Beberapa bahan kimia yang tidak menggunakan proses pembakaran, seperti antara

lain resin turan, penolik, dan minyak alkyd.

Cetakan tanpa pembakaran ini memiliki kendali dimensi yang baik dalam aplikasi

produksi yang tinggi.

2.4 Pengujian Pasir Cetak

Berbagai pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat pasir cetak  antara

lain ; pengujian kadar air, pengujian permeabilitas, pengujian kekuatan, pengujian

kadar lempung dan pengujian distribusi besar butir. Dalam hal ini yang akan

dibahas hanya untuk pengujian kadar air dan permeabilitas.

Page 6: BAB II

8

Permeabilitas dihitung dari rumus berikut :

P = Q . L ................................................(1)

p . A . T

Di mana :

P = Permeabilitas (Lt/dtk atau cc/menit)

Q = Volume udara yang lewat melalui spesimen (Liter atau cc)

L = Panjang spesimen (cm)

p = Tekanan udara (cm)

A = luas irisan spesimen (cm2)

T = waktu yang dibutuhkan (detik atau menit)

Permeabilitas berhubungan erat dengan keadaan permukaan coran.

Permeabilitas kecil menyebabkan kulit coran yang halus dan gelembung-

gelembung udara, sedangkan permeabilitas yang besar menyebabkan kulit yang

kasar serta penetrasi. Oleh karena itu pemilihan permeabilitas yang cocok adalah

perlu.