bab ii

17
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Bayi Tabung Bayi tabung atau sering disebut dengan in vitro fertilization adalah suatu metode yang dipakai dalam biteknologi dengan cara mengambil ovum dari wanita dan sperma dari pria yang kemudian ditampung di dalam sebuah tabung dalam jangka waktu tertentu dengan derajat panas tertentu seperti di dalam rahim ibu. Bayi tabung pertama di Indonesia yang lahir diberi nama Nugroho Karyanto, pada tanggal 2 Mei 1988 dari pasangan suami istri Tn. Markus dan Ny. Chai Ai Lian. Bayi tabung yang kedua lahir pada tanggal 6 November 1988 yang bernama Stefanus Geovani dari pasangan suami istri Ir. Jani Dipokusumo dan Ny. Angela. Selanjutnya bayi tabung ketiga lahir pada tanggal 22 Januari 1989 yang diberi nama Graciele Chandra, sedang keempatnya lahir kembar tiga sehingga oleh Ibu Tien Suharto diberi nama: Melati, Suci, dan Lestari. Tangal 30 Juli 1989 lahir bayi tabung kelima bernama Azwar Abimoto. Kemudian disusul oleh bayi-bayi tabung lainnya. Kesemua bayi tabung tersebut lahir di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta dan rumah sakit inilah yang pertama mengembangkan teknologi bayi tabung di Indonesia. 2.1.1 Manfaat program Bayi Tabung Program bayi tabung dapat membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi bertemunya sel sperma

Upload: evi-normawati

Post on 16-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rekayasa genetika

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bayi Tabung

Bayi tabung atau sering disebut dengan in vitro fertilization adalah suatu metode yang

dipakai dalam biteknologi dengan cara mengambil ovum dari wanita dan sperma dari pria

yang kemudian ditampung di dalam sebuah tabung dalam jangka waktu tertentu dengan

derajat panas tertentu seperti di dalam rahim ibu. Bayi tabung pertama di Indonesia yang lahir

diberi nama Nugroho Karyanto, pada tanggal 2 Mei 1988 dari pasangan suami istri Tn.

Markus dan Ny. Chai Ai Lian. Bayi tabung yang kedua lahir pada tanggal 6 November 1988

yang bernama Stefanus Geovani dari pasangan suami istri Ir. Jani Dipokusumo dan Ny.

Angela. Selanjutnya bayi tabung ketiga lahir pada tanggal 22 Januari 1989 yang diberi nama

Graciele Chandra, sedang keempatnya lahir kembar tiga sehingga oleh Ibu Tien Suharto

diberi nama: Melati, Suci, dan Lestari. Tangal 30 Juli 1989 lahir bayi tabung kelima bernama

Azwar Abimoto. Kemudian disusul oleh bayi-bayi tabung lainnya. Kesemua bayi tabung

tersebut lahir di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta dan rumah sakit inilah

yang pertama mengembangkan teknologi bayi tabung di Indonesia.

2.1.1 Manfaat program Bayi Tabung

Program bayi tabung dapat membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah

satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi bertemunya sel

sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu

lemah.

2.1.2 Proses dan Prosedur Program bayi Tabung

Mengingat tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia masih rendah,

maka pasangan suami istri yang dapat mengikuti program bayi tabung haruslah memenuhi

beberapa persyaratan tertentu, baik dari segi kesiapan mental/spiritual, medis, maupun dari

segi finansial. Walaupun program bayi tabung merupakan hak bagi pasangan suami istri yang

mandul (infertil), namun tidak semuanya dapat mengikuti program tersebut. Berikut adalah

persyaratan untuk dapat melangsungkan program bayi tabung (Pamungkas, 2002) :

1. Pengelolaan infertilitas

Page 2: BAB II

Pengelolaan infertilitas merupakan suatu usaha dari dokter untuk mengetahui faktor

penyebab infertilitas dari pasangan suami istri. Proses ini membutuhkan waktu kira-

kira enam siklus haid atau enam bulan.

2. Terdapat alasan yang sangat jelas

3. Sehat Jiwa dan Raga

Pasangan suami istri yang dapat mengikuti program bayi tabung ialah pasangan suami

istri yang sehat jiwa dan raga. Hal ini bertujan agar pasangan suami istri tersebut

dapat mengikuti semua tahapan-tahapan yang disyaratkan dalam pemeriksaan

infertilitas dan pengambilan sperma maupun sel telur.

4. Mampu membiayai program bayi tabung dan biaya persalinan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, ternyata pasangan suami istri yang

mengikuti program bayi tabung adalah pasangan suami istri yang mempunyai tingkat

ekonomi menengah ke atas. Sebenarnya banyak pasangan suami istri infertil di

kalangan ekonomi lemah ingin mengikuti program bayi tabung, tetapi mereka

terbentur persoalan finansial. Dapat dibayangkan bahwa biaya untuk mengikuti

program bayi tabung tersebut sangat mahal, yaitu berkisar antara 14 juta sampai 15

juta rupiah, dan ini belum termassuk biaya konsultasi dan biaya obat.

5. Mengerti secara umum seluk beluk fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio

Pada kunjungan ertama kepada pasangan suami istri yang ingin memperoleh anak

melalui program bayi tabung diminta untuk membeli sebuah buku petunjuk bagi

pasien. Tujuan pembelian buku tersebut adalah diharapkan untuk mempelajari buku

penuntun itu secara mandiri, disamping mendapat informasi dari dokter yang

menanganinya. Sehingga pada saat dilakukan pembuahan dan pemindahan embrio

mereka diharapkan sudah mengerti seluk-beluk tentang bayi tabung.

6. Informed consent

Untuk menghindari sanksi yang begitu berat bagi dokter atau rumah sakit, maka

biasaya seorang dokter menyodorkan formulir persetujuan operasi untuk

ditandatangani oleh keluarga terdekat (suami) pasien. Tetapi dalam pelaksanaan bayi

tabung, tim dokterlah yang membaca dan menerangkan secara menyeluruh isi

informed consent kepada pasangan suami istri dan mereka harus mengerti resiko-

resiko yang dapat terjadi. Setelah diberi waktu untuk mempertimbangkannya maka

perlu penandatanganan informed consent.

7. Umur isteri kurang dari 38 tahun

Page 3: BAB II

Faktor umur mempunyai peranan yang sangat penting dan perlu dipertimbangkan

dalam mengikuti program bayi tabung. Umur istri disyaratkan kurang dari 38 tahun.

Hal ini dikarenakan pada umur tersebut keberhasilan untuk hamil cukup tinggi jika

dibandingkan dengan istri yang berumur di atas 38 tahun. Dalam dunia medis telah

dibagi-bagi tentang masa kesuburan seorang wanita. Seorang wanita yang berumur

antara 20 – 24 tahun dikatakan paling subur. Usia 24 tahun merupakan usia kesuburan

paling tinggi. Ketika menginjak usia 25 – 30 tahun semakn menurun dan merosot

pada usia 38 tahun ke atas. Mulai usia 45 tahun ke atas kesempatan untuk hamil

semakin tipis.

Apabila kesemua syarat di atas telah dipenuhi oleh pasangan suami istri. Maka

pasangan suami istri tersebut bisa mengikuti program bayi tabung sesuai prosedur. Berikut ini

adalah cara atau prosedur pelaksanaan bayi tabung:

1. Tahap pertama : Pengobatan merangsang indung telur

Pada tahap ini istri diberi obat perangsang indung telur, sehingga dapat mengeluarkan

banyak ovum. Obat yang diberikan kepada istri dapat berupa obat makan atau obat

suntik yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah

ternyata sel-sel telur matang. Pematangan sel-sel telur ini dipantau setiap hari dengan

pemeriksaan darah istri, dan pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG).

2. Tahap kedua : Pengambilan sel telur

Apabila sel telur dari istri sudah banyak, maka dilakukan pengambilan sel telur yang

akan dilakukan dengan suntikan lewat vagina di bawah bimbingan USG.

3. Tahap ketiga : Pembuahan atau fertilisasi sel telur

Setelah berhasil mengeluarkan beberapa sel telur, suami diminta mengeluarkan

sendiri spermanya. Selanjutnya sperma akan diproses, sehingga sel-sel sperma suami

yang baik saja yang akan dipertemukan dengan sel-sel telur istri dalam tabung gelas

di laboratorium. Sel-sel telur istri dan sel-sel sperma suami yang sudah dipertemukan

itu kemudian dibiakkan dalam lemari pengeram. Pemantauan berikutnya dilakukan

18-20 jam kemudian. Pada pemantauan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi

pembelahan sel.

4. Tahap keempat : Pemindahan embrio

Kalau terjadi fertilisasi sebuah sel telur dngan sebuah sperma, maka terciptalah hasil

pembuahan yang akan membelah menjadi beberapa sel yang disebut embrio. Embrio

Page 4: BAB II

ini akan dipindahkan melalui vagina ke dalam rongga rahim ibunya 2 – 3 hari

kemudian.

5. Tahap kelima : Pengamatan terjadinya kehamilan

Setelah implantasi embrio maka tinggal menunggu apakah kehamilan akan terjadi.

Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio tidak terjadi haid, maka dilakukan

pemeriksaan untuk menentukan kehamilannya.

2.1.3 Aspek Keamanan, Legalitas, dan Etika dalam Program Bayi Tabung

Indonesia merupakan salah satu negara yang juga tidak tertinggal dalam program

pelayanan reproduksi berbantu. Salah satu reproduksi berbantu ini adalah program bayi

tabung. Dalam hal keamanan dan legalitas pelaksanaan program bayi tabung telah diatur

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 039/ Menkes/ SK/I /2010.

Dalam Bab II pasal 2 telah disebutkan bahwa “Pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu

hanya dapat diberikan kepada pasangan suami istri yang terikat perkawinan yang sah dan

sebagai upaya akhir untuk memperoleh keturunan serta berdasarkan pada suatu inidikasi

medik”. Dalam Bab III tentang persyaratan juga telah disebutkan bahwa penyelenggaraan

pelayanan teknologi reproduksi berbantu hanya dapat dilaksanakan oleh lembaga yang telah

memenuhi persyaratan ketenagaan, sarana, dan prasarana, serta peralatan (Permenkes, 2010).

Teknik reproduksi buatan mendapat kritik yang menarik dari segi etika dan moral.

Setidaknya, ada empat kesepakatan internasional penting mengenai masalah etika dan moral

teknik reproduksi buatan. Inggris merupakan negara yang pertama kali membuat kebijakan

etika dan moral berkaitan dengan kontroversi reproduksi buatan. Teknik reproduksi buatan

mendapat kritik yang menarik dari segi etika dan moral. Setidaknya, ada empat kesepakatan

internasional penting mengenai masalah etika dan moral teknik reproduksi buatan. Inggris

merupakan negara yang pertama kali membuat kebijakan etika dan moral berkaitan dengan

kontroversi reproduksi buatan (Sugiarto, 2011)

Committee of Enquiry into Human Fertilization and Embriology

Komite yang dibentuk pada tahun 1982 ini menghasilkan beberapa keputusan yang

dapat dijadikan referensi pelaksanaan teknik reproduksi buatan di negara-negara lain.

Pada tahun 1984, Warnock menyampaikan hasil investigasi, telaah, dan kajiannya

terhadap reproduksi buatan. Secara umum, Warnock Report berisi perlu adanya

pengaturan yang jelas segi pelaksanaan teknik reproduksi buatan agar semuanya tidak

bertentangan dengan masalah etika, moral, sosial, dan hukum di negara masing-

Page 5: BAB II

masing. Selanjutnya, pada tahun 1990 dibentuk Human Fertilization and Embriology

Authority (HFEA) yang memiliki wewenang menjadi penasihat dan pengatur

pelaksanaan reproduksi buatan di berbagai negara. HFEA juga membuat petunjuk

pelaksanaan dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah negara pelaksana atas

berbagai masalah yang timbul akibat pelaksanaan teknik reproduksi buatan.

Semuanya bertujuan meminimalisasi dampak etika dan moral yang dapat ditimbulkan

teknik reproduksi buatan. Beberapa kebijakan penting yang dikeluarkan HFEA adalah

melarang:

a. penelitian dan penyimpanan embrio manusia berusia lebih dari 14 hari

b. menempatkan gamet atau embrio manusia di binatang dan sebaliknya

c. menyimpan dan menggunakan embrio untuk kepentingan lain selain memperoleh

keturunan bagi pasangan sah yang telah diatur oleh peraturan lain

d. melakukan kloning untuk tujuan reproduksi manusia.

Peraturan HFEA sangat jelas dan eksplisit. Berbagai aturan tersebut disosialisasikan

ke seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Rekomendasi HFEA ini sebagian

digunakan oleh Panitia Adhoc Khusus yang dibuat Departemen Kesehatan RI untuk

mengatur syarat-syarat pelaksanaan reproduksi buatan di praktik klinik. Semuanya

dituangkan dalam Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di Rumah Sakit yang dibuat oleh

Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Selain telaah terhadap Warnock Report dan HFEA, ada dua lagi aturan penting

berkaitan dengan aspek etika dan moral dari teknik reproduksi buatan:

The International Islamic Center for Population Studies and Research

Lokakarya ini diselenggarakan pada bulan November 2000 dihadiri oleh negara-

negara Islam di dunia. Kesepakatan negara-negara Islam tidak jauh berbeda dari

Warnock Report dan HFEA1:

a. IVF diperbolehkan kecuali mengambil ovum, sperma, atau embrio dari donor

b. pre-implantation genetic diagnosis diperbolehkan dengan tujuan mendiagnosis

penyakit keturunan dan anomali genetik, kecuali melihat jenis kelamin

c. penelitian untuk melihat pematangan folikel, pematangan oosit in vitro, dan

pertumbuhan oosit in vitro diperbolehkan

d. implantasi embrio dari suami yang sudah meninggal belum memiliki keputusan

tetap

Page 6: BAB II

e. IVF pada ibu pasca-menopause dilarang karena berisiko terhadap kesehatan ibu

dan anak

f. transplantasi uterus masih kontroversial, penelitian pada binatang diperbolehkan

g. penggunaan sel punca untuk pengobatan diperdebatkan, diusulkan untuk

diperbolehkan

h. kloning untuk tujuan reproduksi dan duplikasi manusia dilarang.

FIGO

Ketentuan ini diatur pada bulan Agustus 2000. Beberapa keputusan etik tentang

teknik reproduksi buatan adalah:

a. preconceptional sex selection untuk tujuan diskriminasi sex tidak dibenarkan.

Penelitian boleh dilanjutkan untuk mengetahui adanya sex-linked genetic

disorders

b. reproductive cloning atau duplikasi manusia tidak dibenarkan

c. therapeutic cloning dapat disetujui

d. Penelitian pada embrio manusia sampai dengan 14 hari pasca-fertilisasi (pre-

embrio), tidak termasuk periode simpan beku:

Dapat diterima bila untuk tujuan kesehatan manusia

Hasil mendapat izin khusus dari pemilik pre-embrio tersebut

Harus disahkan oleh komite tertentu

Tidak boleh ditransfer ke uterus kecuali dalam rangka memperoleh hasil

kehamilan yang baik

Tidak untuk tujuan komersial

e. Tidak etis melakukan:

Melakukan penelitian seperti kloning setelah 14 hari pasca-fertilisasi

Mendapat hybrid dengan fertilisasi interspesies

Implantasi pre-embrio ke dalam uterus spesies lain

Manipulasi genom pre-embrio kecuali untuk tujuan pengobatan.

Keempat kesepakatan itu semuanya merupakan rambu-rambu yang harus dipatuhi

setiap pelaksana dan penyelenggara teknik reproduksi buatan. Indonesia sendiri sudah

menggunakan peraturan-peraturan di atas untuk tujuan penelitian maupun praktik klinik.

2.2 Kloning

Kloning berasal dari bahasa Inggris cloning. Bahasa Yunani mengartikan klon sebagai

tangkai. Sebelum klon sebagai kata benda berarti suatu individu yang dihasilkan secara

Page 7: BAB II

aseksual, suatu individu yang berasal dari sel somatik tunggal orang tuanya dan secara

genetik dia idntik. Klon dalam kata kerja adalah suatu populasi sel atau organisme yang

terbentuk dari pembelahan yang berulang (aseksual) dari satu sel atau organisme.

2.2.1 Manfaat Kloning untuk Kepentingan Manusia dan Dampak Negatifnya

Teknologi kloning manusia memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan

anak

2) Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan

3) Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan- jaringan tubuh

yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada kemungkinan bahwa kelak

manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan

tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ

tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar

jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.

4) Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan

mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi

kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat

proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.

5) Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-

penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam

menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang,

lemak, jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien

untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.

Dalam segala hal yang baru, sydah pasti ada sisi positif dan juga negatif. Demikian

pula halnya dengan kloning, maka sisi negatif yang ditimbulkannya adalah:

1) Keragaman populasi akan hilang, akibatnya setiap orang memiliki respon yang sama

2) Bila manusia secara genetik sama, maka terdapat resiko besar dari patogen tunggal,

yaitu penakit yang fatal dapat memusnahkan semua individu

3) Kloning dianggap tidak etis, tidak manusiawi, dan juga tidak normal.

Page 8: BAB II

2.2.2 Proses dan Prosedur Kloning

Teknik SCNT (Somatik Cell Nuclear Transfer) berbeda dengan fertilisasi yang terjadi

secara alami. Pada fertilisasi alami, setelah mengalami pembelahan meiosis, sel telur dan sel

sperma memiliki materi genetik haploid (n). Terjadinya pembuahan sel telur oleh sel sperma

atau fertilisasi akan menghasilkan embrio satu sel yang memiliki materi genetik 2n.

Kemudian, embrio ini akan terus berkembang ke tahapan perkembangan selanjutnya menjadi

2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, dan seterusnya.

Berbeda dengan fertilisasi alami, teknik SCNT merupakan suatu teknik rekayasa sel

telur dengan cara mentransfer inti dari sel donor ke dalam sel telur yang telah dikeluarkan

intinya (enucleated oocyte). Enucleated oocyte tidak memiliki materi genetik. Untuk

mendapatkan embrio konstruksi yang diploid, sel telur harus direkonstruksi dengan cara

mentransfer sel somatik (2n) ke dalam enucleated oocyte. Proses enukleasi sel telur dapat

dilakukan secara mekanik menggunakan teknik mikromanipulasi. Sedangkan, proses

introduksi sel donor dapat dilakukan dengan teknik mikroinjeksi.

a. Kloning Reproduktif

Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang digunakan untuk

menghasilkan individu (hewan) baru. Genetika hewan klon tidak seluruhnya memiliki

Page 9: BAB II

kesamaan dengan sang induk. Dengan menggunakan teknik SCNT, persamaan genetika

hewan klon dengan induknya hanya terletak pada inti DNA donor yang berada di kromosom.

Hewan klon juga memiliki material genetik lainnya yang berasal dari DNA mitokondria di

sitoplasma.

Teknologi kloning reproduktif dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kepunahan

hewan-hewan langka ataupun hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Namun, laju

keberhasilan teknologi ini sangatlah rendah. Domba Dolly merupakan satu-satunya klon yang

berhasil lahir setelah dilakukan 276 kali percobaan (3)4,5. Semasa hidupnya, Dolly

mengalami kanker paru-paru dan artritis, dan kemudian meninggal pada usia 6 tahun.

Padahal, usia rata-rata domba pada umumnya mencapai 11-12 tahun.

Masalah-masalah yang kerap kali timbul dalam kloning reproduktif adalah biaya dan

efisiensinya. Penelitian dalam kloning reproduktif membutuhkan biaya yang sangat tinggi

dan tingkat kegagalannya tinggi. Di samping tingkat keberhasilan yang rendah, hewan klon

cenderung mengalami masalah defisiensi sistem imun serta sangat rentan terhadap infeksi,

pertumbuhan tumor, dan kelainan-kelainan lainnya.

b. Kloning Terapeutik dan Sel Punca

Sel punca atau sel induk (bahasa Inggris: stem cell) merupakan sel yang belum

berdiferensiasi dan mempunyai potensi untuk dapat berdiferensiasi menjadi jenis sel lain.

Kemampuan tersebut memungkinkan sel induk menjadi sistem perbaikan tubuh dengan

menyediakan sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup. Peneliti medis meyakini

bahwa penelitian sel induk berpotensi untuk mengubah keadaan penyakit manusia dengan

cara digunakan memperbaiki jaringan atau organ tubuh tertentu.

Sel punca memiliki potensi yang sangat menjanjikan untuk terapi berbagai penyakit

sehingga menimbulkan harapan baru untuk mengobatinya. Sampai saat ini, ada 3 golongan

penyakit yang dapat diatasi dengan penggunaan sel punca, di antaranya adalah:

1) Penyakit autoimun, contoh penyakit lupus.

2) Penyakit degeneratif, contoh stroke, parkinson, alzhimer.

3) Penyakit kanker, contoh leukemia

Dengan menggunakan teknologi SCNT, sel punca embrionik yang dihasilkan akan

identik dengan induknya (dalam hal ini adalah pasien itu sendiri). Hal itu mengakibatkan

tidak akan adanya reaksi penolakan terhadap system imun pasien apabila dilakukan

transplantasi.29 Secara teoritis, teknik SCNT memiliki potensi besar dalam dunia kesehatan

karena dapat dipergunakan untuk transplantasi berbagai organ dan jaringan pada manusia.

Secara singkat tahapan untuk melakukan kloning terapeutik pada manusia adalah mengambil

Page 10: BAB II

biopsy sel somatik dari tubuh pasien dan inti dari sel somatik tersebut ditransfer ke dalam sel

telur donor yang telah dikeluarkan intinya. Sel telur hasil manipulasi dikultur sampai ke

tahapan tertentu dan setelah mengalami berbagai proses akan didapatkan sel punca

embrionik. Sel punca embrionik ini diarahkan perkembangannya menjadi suatu jaringan atau

organ tertentu yang akan dapat digunakan untuk transplantasi jaringan atau organ dan tidak

akan mengalami rejeksi sistem imun pada pasien itu sendiri.

2.2.3 Aspek Keamanan, Legalitas, dan Etika dalam Pelaksanaan Kloning

Dalam dimensi legalitas, teknolgi kloning masih dalam posisi pro dan kontra. Di

negara Australia, telah berlaku UU anti kloning bagi manusia, tetapi tidak demikian halnya

terhadap hewan maupun tumbuhan. Di Inggris,berlaku UU yang mengizinkan penelitian pada

embrio manusia baru dapat dilakukan sampai umur 14 hari sesudah fertilisasi, dengan dasar

pembuangan embrio berumur kurang 12 hari dipandang tidak mengurangi hak hidup calon

bayi. Kloning diperbolehkan jika ada alasan kuat, seperti untuk kesehatan dan pengobatan

Page 11: BAB II

serta untuk tujuan meningkatkan nilai genetik guna menjadikan manusia yang berkualitas ( S.

Aprilyana, 2005).

Masalah-masalah etis yang muncul akibat kloning manusia antara lain adalah :

a) Dalih “hak atas anak”

b) Prinsip-prinsip dasar kloning manusia

c) Asal dan cara mengambil gen yang baik kaitannya dengan metode yang digunakan

maupun resiko-resiko yang secara logis ada.

d) Resiko-resiko selanjutnya dalam perkembangan embrio yang bersangkutan

e) Masalah kelebihan fetus

f) Masalah ibu pengganti dan rahim kontrakan

Munculnya ibu pengganti untuk mengandung janin yang bukan anaknya bukan

merupakan suatu prakiraan yang mungkin timbul, namun sudah merupakan fenomena yang

benar0benar terjadi. Sejumlah wanita (di Perancis ada perkumpulan yang disebut “Les

Cigogens”) dipersiapkan untuk mengandung seorang anak demi kepentingan pasangan lain.

Anak yang dikandung bisa merupakan anak 100% dari pasangan menikah ataupun 50% dari

“si ibu pengandung” ini. Penggunaan ibu pengganti dalam teknik inseminasi secara in vitro

tidak diperkenankan menurut hukum positif di Indonesia (Pratrimaratri, 1998).