bab ii
DESCRIPTION
skripsi againTRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Para ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi pengetahuan,
terutama karena rumusan pengetahuan Plato yang menyatakan bahwa
pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)”
(“justified true belief”). Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan
diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku dan
media massa. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi beberapa faktor dari dalam
seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia
serta keadaan sosial budaya.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
Secara Garis besar menurut Notoatmodjo (2005), domain tingkat
pengetahuan (kognitif), mempunyai enam tingkatan,
meliputi :mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan ,
menyimpulkan, dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan
adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui
pengalaman, belajar ataupun informasi yang diterima dari orang lain.
9
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat kita definisikan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak dapat menjadi dapat, Dari proses
mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik
melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.( Notoatmodjo S,
2005).
Menurut Bloom, bahwa kognitif/pengetahuan dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Pengetahuan melibatkan pengetahuan dan perkembangan
intelektual yang bervariasi dari kemampuan berfikir sederhana
sampai sangat komplek. Kualitas pengetahuan akan tampak
meningkat mengikuti jenjang pendidikan. Untuk mempercepat
pengetauan dan meniru pada tahap ini perlu dibantu oleh domain
sikap seperti motivasi sehingga memudahkan mengingat.
Keterlibatan perasaan/emosi harus sudah ada dan dimulai saat ini.
b. Pemahaman; pemahaman merupakan tahap berfikir kedua, paham
adalah suatu informasi yang akan banyak melibatkan fungsi-fungsi
pusat otak sehingga perlu adanya motovasi dan imajinasi supaya
pemahaman berdampak pada penerapan.
c. Penerapan; penerapan diperlukan pemahaman dan pengertian dan
ada beberapa aspek penerapan dapat berhasil walaupun tanpa
pemahaman yang berarti.
10
d. Analisis; kemampuan analisis merupakan kemampuan sangat
penting karena untuk mengurangi suatu materi atau konsep tertentu
sehingga mengurangi kaitan satu dengan yang lainnya, merupakan
tingkat berfikir yang penting untuk membentuk perilaku.
e. Sintesis; pada tingkat sintesis siswa sampai pada kemampuan
untuk membangun atau menyusun suatu struktur atau pola dari
berbagai elemen. Penyusunan suatu bentuk baru sampai dengan
kreasi sehingga membentuk kreasi baru. Untuk memacu daya
berfikir orisinil dan daya kreasi, membuka prediksi dan
menyelesaikan masalah. Kemampuan sintesis ini sangat tergantung
pada pendekatan pembelajaran, kalau pembelajaran didominasi
pada tahap pengenalan dan meniru sementara pemahaman kurang.
f. Evaluasi; pada tahap ini siswa mempunyai kemampuan untuk
membuat keputusan dan memilih pemecahan masalah yang efektif.
Pemecahan masalah efektif bila suatu kemampuan penting untuk
penilaian suatu fenomena atau aktifitas suatu produk.
g. Ciptakan. Pada tahap ini siswa diharapkan dapat meletakkan
elemen-elemen secar bersamaan untuk membentuk sesuatu dan
dapat berfungsi secara keseluruhan, dan dapat menggorganisasikan
kedalam sebuah pola atau struktur yang baru. (Mulyasa, 2004 : hal
28).
Proses pembelajaran merupakan kunci keberhasilan yang menjadi
titik sentral sistem pendidikan. Hasil pembelajaran dapat bergantung
11
kepada pendekatan yang digunakan, termasuk pada pembelajaran
berbasis kompetensi proses ini sangat penting karena berdampak pada
proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mengandalkan
kemampuan hapalan dengan tujuan mereproduksi atau merekontruksi
seperti aslinya akan menghasilkan sumber daya manusia yang
melestarikan informasi yang sukar berubah dengan cenderung meniru.
Pendekatan pembelajaran yang mengandalkan kemampuan analitis
dengan tujuan mengembangkan pikiran yang logic (sintesa) akan
menghasilkan sumberdaya manusia yang kritis dan berfikir logic yang
akan cenderung korektif dengan produktifitas terbatas, sedangkan
pendekatan pembelajaran yang mengandalkan analitis dan sintesis
yang mengembangkan pikiran logic dan kreatif(sintesis) akan
menghasilkan sumber daya manusia yang dinamis dan kreatif yang
cenderung inovatif dan produktif. (Shahib. M, : 2005)
Hal ini membuktikan bahwa pengalaman belajar sangat tergantung
pada cara pendekatan dan akan menghasilkan sumber daya manusia
yang berkemampuan berbeda pula. Kemampuan meghafal dan
kemampuan analitis akan menghasilkan sumber daya manusia yang
kritis dan kuat logikanya, keduanya memang penting dalam
pendidikan tetapi harus dapat diterapkan dalam proses dan even yang
berbeda. Meskipun kenyataannya tidak ada pendekatan pembelajaran
sama sekali tidak menghafal atau sama sekali tidak menganalisis,
12
tetapi tetap mengandung kombinasi antara hafalan dan analisis dalam
porsi yang berbeda-beda. (Slavin, R, 2008)
Bila sejak awal telah dibiasakan berfikir analitik, mahasiswa akan
terbiasa berfikir kritis. Sebaiknya bila siswa terlalu dibebani dengan
hafalan, dan kurang berfikir analisis, siswa akan sangat terampil
pandai meringkas. Kemampuan tersebut dapat mencapai dan
menghafal sampai ke hal-hal yang mendetail. (Makmun AS. 2002 : 87-
90)
B. Tinjauan Umum Tentang Sikap
1. Definisi Sikap
Stephen dan Timothy, 2008:92 mendefinisikan Sikap (attitude) adalah
pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Menurut
Ramdhani, 2008 sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau
cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau obyek.Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup.Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu
(Notoatmodjo, 2007).
Komponen Sikap Ada tiga komponen yang secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu : a. Kognitif (cognitive).
13
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang
benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia
akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari
obyek tertentu. b. Afektif (affective) Menyangkut masalah emosional
subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen
ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu. c. Konatif
(conative) Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur
sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku
dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapi (Notoatmodjo ,1997).
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari
proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-
pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti orang, benda
atau peristiwa,dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan
pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap
tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial
dengan orang lain.
Sikap perasaan mengenai suatu obyek, jadi dapat berisi emosi,
perasaan respek atau perhatian, terhadap obyek tertentu seperti
ketakukan, kesukaan, atau kemarahan.Sikap keadaan mental dan saraf
dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua
14
obyek dan situasi yang berkaitan dengan situasi yang dinamis. (Winkel
WS, 2004 : 14)
Kemampuan untuk mengukur sikap secara memuaskan dan
mengevaluasi tampilan kinerja secara obyektif, merupakan elemen yang
sangat penting dalam proses memperbaiki kualitas sumber daya di klinik.
Penggunaan instrument penilaian keterampilan berdasarkan kompetensi
mencakup tiga istilah yaitu: area pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Area atau aspek pengetahuan adalam kemampuan berfikir untuk
mencapai prestasi, untuk menilai pengetahuan dapat menggunakan
standar kelulusan dengan minimal nilai 60% dengan bobot 20-30% dari
keseluruhan aspek kompetensi yang diharapkan dengan ketentuan
minimal memperoleh nilai 60. (Arikunto, S. 2002 : 21).
C. Tinjauan Umum Tentang Keterampilan Kala II Persalinan
1. Definisi kala II persalinan
Persalinan kala II persalinan merupakan salah satu dari serangkaian
tahap persalinan, dimana pada tahap ini dimulai saat pembukaan serviks
lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin. Kala II dikenal
juga sebagai kala pengeluaran dan proses ini biasanya berlangsung dua
jam pada primi para dan satu jam pada multi gravida. (Wiknjosastro H,
2008).
Dalam persalinan kala II persiapan yang perlu dilakukan penolong
persalinan adalah menerapkan upaya pencegahan infeksi, persiapan tempat
persalinan, peralatan dan bahan, persiapan tempat dan lingkungan untuk
15
kelahiran bayi, persiapan ibu dan keluarga. (Mochtar, Rustam, 1998 : hal
91).
Persiapan ibu dan keluarga meliputi asuhan sayang ibu, membersihkan
perineum ibu, ibu dianjurkan mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam,
amniotomi jika pembukaan sudah lengkap tapi selaput ketuban belum
pecah. Penatalaksanaan fisiologis kala II persalinan didasarkan pada
prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa normal yang akan diakhiri
dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi. (Mochtar, Rustam,
1998: hal 93)
Penolong persalinan berpatokan pada tanda-tanda bahwa ibu sudah
dalam kala II persalinan. Untuk itu penolong persalinan akan
membimbing, memberikan dukungan terus-menerus, membesarkan hati
ibu dan saran-saran. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk
meneran sesuai dorongan alamiahnya dan beristirahat diantara
kontraksi.Jika diinginkan ibu dapat mengubah posisinya. Posisi berdiri
atau jongkok, dapat mempersingkat kala II persalinan. Biarkan ibu
mengeluarkan suara selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
(Mochtar, Rustam, 1998:hal 92-93).
Bila sudah didapatkan tanda pasti kala II persalinan, tunggu sampai ibu
merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran.Teruskan pemantauan
kondisi ibu dan bayi.Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah
pembukaan lengkap selama 60 menit, anjurkan ibu merubah posisi secara
teratur, tawarkan minum sesering mungkin dan pantau Djj setiap 5 menit.
16
Dapat dilakukan stimulasi putting susu untuk memperkuat kontraksi. Jika
bayi tidak lahir setelah 60 menit berikutnya atau jika kelahiran bayi tidak
akan segera terjadi, segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. (Mochtar,
Rustam, 1998: hal 98)
Cara meneran adalah anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan
dorongan alamiahnya selama kontraksi, jangan anjurkan ibu untuk
menahan nafas pada saat meneran, anjurkan ibu untuk berhenti meneran
dan beristirahat diantara kontraksi, jika ibu berbaring miring atau setengah
duduk ibu mungkin merasa lebih mudah meneran jika ia menarik lutut
kearah dada dan menempelkan dagu di dada, anjurkan ibu untuk tidak
mengangkat bokong saat meneran, jangan melakukan dorongan pada
fundus untuk membantu kelahiran bayi. (PUSDIKNAKES. 2006 : 15)
Pada saat kelahiran bayi perbolehkan ibu untuk mencari posisi apapun
yang nyaman, tapi ibu tidak boleh melahirkan pada posisi berbaring
terlentang. Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terhadi saat
bayi dilahirkan, terutama saat kelahiran kepala dan bahu. Kejadian
laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. Maka dari itu jalin kerja sama denga ibu selama persalinan dan
gunakan manuver tangan yang tepat pada saat kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowniing), untuk
mengendalikan kelahiran bayi serta membantu mencegah terjadinya
laserasi. (PUSDIKNAKES, 2006: 15).
17
Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan waktu
pada jaringan vagina dan perineum untuk melakukan penyesuaian dan
akan mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Saat kepala
mendorong vulva dengan diameter 5-6 cm, bimbing ibu untuk meneran
dan berhenti untuk beristirahat atau bernafas dengan cepat.Indikasi
episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi di lakukan bila didapatkan
gawat janin, penyakit kelahiran pervaginam, jaringan perut pada perineum
atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan. (PUSDIKNAKES.
2006: 16)
Saat kepala bayi mendorong atau membuka vulva sekitar 5-6 cm,
letakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi segera setelah lahir.Letakkan kain bersih dan kering yang dilipat 1/3
nya di bawah bokong ibu.Lindungi perineum dengan satu tangan (di
bawah kain bersih dan kering) dan letakkan ibu jari dan empat jari tangan
dilipat dilipatan paha pada kedua sisi perineum. Letakkan tangan yang lain
pada kepala bayi.
Berikan tekanan yang lembut dan tidak keras pada kepala bayi dengan
menggunakan tangan lainnya dan biarkan kepala bayi keluar secara
bertahap dibawah tangan tersebut. (PUSDIKNAKES. 2006: 15)
Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan.Usap
muka bayi dengan kain/kasa bersih atau desinfeksi tingkat tinggi untuk
membersihakn mulut dan higung bayi dari lendir dan darah. Jangan
melakukan penghisapan secara rutin pada mulut dan hidung bayi, jika
18
cairan ketuban mengandung mekoneum, lakukan penghisapan secara hati-
hati pada mulut dan hidung bayi dengan menggunakan kateter penghisap
lendir Delee desinfeksi tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap
(yang baru dan bersih) segera setelah kepala lahir dan sebelum habu lahir.
Hisap mulut lebih dahulu sebelum menghisap hidung.Hindari penghisapan
yang dalam dan agresif. (Aperawati. 2004: 16)
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan
bernafas cepat.Raba leher bayi apakan ada lilitan tali pusat.Jika lilitan tali
pusat longgar dileher bayi, lepaskan melewati kepala bayi, jika tali pusat
melilit leher bayi dengan erat, klem di dua tempat dan potong tali pusat
diantara 2 klem tersebut.Langkah selanjutnya adalah melahirkan
bahu.Setelah menyeka mulut dan higung bayi hingga bersih dan
memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi
rotasi spontan kepala bayi.Setelah rotasi eksternal, lakukan satu tangan
pada masing-masing sisi kepala bayi dan beritahu ibu untuk meneran pada
kontraksi berikutnya.Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar
secara lembut (kearah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior tampak
di bawah arkus pubis.Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah
ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi. (Aperawati, 2004:
16)
Saat bahu posterior lahir, selipkan tangan pada bagian bawah atau
posterior kepala bayi ke arah perineum dan biarkan bahu dan bagian
tangan bayi lahir ke tangan yang lain. Gunakan jari-jari tangan yang sama
19
untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi posterior bayi
pada saat melewati perineum. Gunakan tangan bagian depan untuk
melahirkan bahu anterior dan untuk mengendalikan kelahiran siku dan
tangan anterior bayi. Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan
bagian depan di punggung bayi kearah bokong dan kaki bayi untuk
menahan laju kelahiran bayi saat kaki lahir. Sisipkan jari telunjuk dari
tangan yang sama diantar kaki bayi, pegang dengan mantap bagian mata
kaki bayi dan lahirkan kakinya secara hati-hati. Baringkan bayi di atas
handuk atau kain yang terletak di atas perut ibu sehingga kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya. (Aperawati, 2004 : 17)
Segera keringkan dan rangsang bayi dengan kain atau selimut di atas
perut ibu.Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.Dengan
menggunakan klem desinfeksi tingkat tinggi atau steril, klem tali pusat 3
cm dari pusat bayi.Lakukan pengurutan pada tali pusat dari klem ke arah
ibu (hal ini mencegah darah menyemprot pada saat tali pusat di potong)
dan kemudian pasang keln ke dua pada sisi ibu 2 cm dari klem
pertama.Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut (dengan satu
tangan) untuk melindungi bayi. Gunakan tangan lain untuk memotong tali
pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
desinfeksi tingkat tinggi atau steril. Setelah memotonh tali pusat ganti
handuk yang telah basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih
dan kering. Pastikan kepala bayi terselimuti denga baik. (Aperawati,
2004: 17)
20
Aspek keterampilan yaitu bagian atau area pembelajaran yang
berhubung dengan mengerjakan keterampilan yang biasanya memerlukan
manipulasi instrument dan peralatan. Penilaian keterampilan berdasarkan
kompetensi adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur
keterampilan klinik (Psikomotor) atau perilaku lain yang dapat diamati.
Terdapat tiga tingkatan kinerja dalam mendapatkan keterampilan baru
dibuat batasannya sebagai berikut: skill acquisition (tingkat awal), skill
competency (tingkat menengah), skill proficiency (tingkat akhir). Pada
tingkat skill acquisition diperlukan satu sesi praktek atau lebih untuk
mempelajari cara mengerjakan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai kinerja keterampilan yang besar. Pada skill competency peserta
dapat melakukan langkah-langkah yang diperlukan dengan urutan yang
benar (jika diperlukan), tetapi kemajuan dalam mengerjakan langkah demi
langkah belum dilakukan secara efisiensi.Pada skill proficiency peserta
dapat melakukan langkah demi langkah secara tepat dan efisien serta
dengan urutan yang benar (jika diperlukan). (Arikunto, S, 2002: 22-25)
Daftar titik diggunakan untuk secara obyektif mengevaluasi kinerja
keterampilan. Dengan menggunakan daftar tilik pada pembelajaran klinik
berdasarkan kompetensi dapat memastikan peserta telah menguasai
keterampilan klinik dan berbagai kegiatan pertama dengan model,
kemudian dengan klien, memastikan keterampilan peserta diukur dengan
standar yang sama, mendapatkan bentuk dasar dari pengamatan lanjutan
observasi dan evaluasi .setelah dilengkapi daftar tilik yang disertai dengan
21
komentar dan rekomendasi pembimbing merupakan dokumentasi obyektif
tingkat kinerja mahasiswa. (Arikunto, S, 2002 : 26)
Penilaian pada aspek sikap diberikan bobot 10-20% dari total nilai
aspek kompetensi lainya. Aspek sikap dinyatakan lulus minimal 68 setelah
dikonversi ke nilai angka absolut. Pengukuran sikap dapat juga
menggunakan skala Likert yaitu skala yang dirancang untuk pengukuran
sikap tertentu dengan pedoman pada kriteria beberapa hal antara lain, ada
tujuan pengukuran yang dirumuskan secara jelas, subjek yang dikenai
pengukuran harus terdiskripsi secara jelas, jumlah pertanyaan secara
keseluruhan mempertimbangkan jumlah, ketersediaan waktu dan perkiraan
motivasi subjek, dengan kisi-kisi yang spesifik sehingga akan mewakili
seluruh komponen sikap yang akan di ukur. (Shahib. MN. 2005).
Daftar tilik yang disusun dengan baik hendaknya hanya terdiri dari
rincian yang diperlukan untuk memungkinkan pelatih klinik mengevaluasi
dan mencatat keseluruhan kinerja. Kinerja peserta untuk setiap
keterampilan/kegiatan dinilai dengan menggunakan skala sebagai berikut:
1. Memuaskan: melakukan keterampilan/kegiatan sesuai dengan
prosedur atau petunjuk tertulis tanpa memerlukan bantuan pelatih.
2. Belum memuaskan: belum melakukan keterampilan sesuai denga
prosedur atau petunjuk tertulis, masih memerlukan bantuan pelatih.
3. Tidak memuaskan: keterampilan atau kegiatan tidak sesuai dengan
keadaan/situasi.
22
Kelebihan penilaian berdasarkan kompetensi yang paling utama
adalah dapat digunakan untuk mendorong peserta didik mempelajari
berbagai keterampilan dan aktivitas serta mengukur perilaku-perilaku
peserta dalam suatu situasi kerja yang sebenarnya. (Arikunto, S, 2002 :
28)
Instrumen penilaian berdasarkan kompetensi harus: memecahkan
keterampilan dan aktifitas ke dalam langkah-langkah esensial yang
diperlukan untuk mengerjakan suatu prosedur, difokuskan pada
keterampilan yang diharapkan akan dilakukan peserta dalam
pekerjaannya. (Mulyasa. 2004 : 28)
Pertimbangan-pertimbangan penting sehubungan dengan penilaian
berdasarkan kompetensi adalah; memerlukan waktu dan tenaga untuk
mengembangkannya, harus digunakan oleh pelatih/pembimbing klinik
yang mahir dalam prosedur atau kegiatan klinik yang akan dipelajari,
memerlukan tersedianya pelatih klinik yang terampil dalam jumlah
yang cukup untuk melaksanakan pelatihan karena pelatihan klinik
berdasarkan kompetensi biasanya memerlukan hubungan satu dengan
satu. (Shahib. MN. 2005)
D. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Sebagaimana telah diuraikan dalam tinjauan teoritis bahwa Persalinan kala
II persalinan merupakan salah satu dari serangkaian tahap persalinan, dimana
pada tahap ini dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan
23
lahirnya seluruh tubuh janin.Lamanya kala II adalah 50 menit untuk
primigravida dan 30 menit untuk multigravida.
Dalam persalinan kala II persiapan yang perlu dilakukan penolong
persalinan adalah menerapkan upaya pencegahan infeksi, persiapan tempat
persalinan, peralatan dan bahan, persiapan tempat dan lingkungan untuk
kelahiran bayi, persiapan ibu dan keluarga. (Mochtar, Rustam, 1998 : hal 91).
Sehingga sebagai seorang calon bidan, mahasiswa diharapkan memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalisme dalam mempersiapkan
diri memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan yang
bermutu tinggi.
Berikut ini penjelasan singkat menegenai variabel yang akan diteliti :
1. Pengetahuan
Pemgetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang.
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau obyek.Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana
motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
24
3. Keterampilan
Keterampilan adalah kecakapan dalam melaksanakan tugas,
menurut Gordon (1988) keterampilan adalah sesuatu yang dimilki
oleh individu untuk melaksanakan tugas yang dibebankan.
E. Kerangka Konsep Variabel yang Diteliti
Variabel Independen
Variabel Dependen
Keterangan:
: Variabel Dependen
: Variabel Independen yang diteliti
: Variabel Independen yang tidak diteliti
F. Defenisi Operasional
1. Keterampilan
Pengetahuan
Sikap
Peran Laboran/Dosen
Keterampilan
Alat Laboratorium
25
Keterampilan adalah kecakapan dalam melaksanakan tugas, menurut
Gordon (1988) keterampilan adalah sesuatu yang dimilki oleh individu
untuk melaksanakan tugas yang dibebankan.
Keterampilan kala II yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala
sesuatu yang dilakukan responden dalam melakukan asuhan kala II
persalinan, yang dilakukan saat laboratorium skill.
Skor keterampilan dikategorikan berdasarkan hal di atas, merujuk pada
skala gutman :
Kriteria Objektif:
Terampil = Jika responden melakukan 35 langkah keterampilan kala
II persalinan dengan tepat dan benar
Tidak terampil= Jika responden tidak melakukan 35 langkah keterampilan
kala II persalinan dengan tepat dan benar
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo 2007 : 121).
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala hal yang
diketahui oleh responden tentang keterampilan kala II persalinan.
Aspek pengukuran tingkat pengetahuan berdasarkan pada jawaban
responden dari seluruh pertanyaan pengetahuan yang diberikan dalam
bentuk pilihan ganda.Jawaban soal yang benar diberi 2 dan jawaban yang
26
tidak benar diberi nilai 1.Dari nilai tersebut maka dijumlahkan skor dan
dibuat persentase. (Arikunto,2006)
Kriteria Objektif:
Baik = bila jawaban responden ≥ 50%
Kurang = bila jawaban responden < 50%
3. Sikap
Sikap adalah bentuk atau evaluasi perasaan seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesiapan responden
untuk bereaksi terhadap keterampilan kala II persalinan melalui
pertanyaan sikap yang diberikan. Hasil skala ini diberi pembobotan 1-2
yaitu setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 1. Skor sikap ini dikategorikan
berdasarkan hal di atas, merujuk pada skalagutman :
Kriteria Objektif :
Baik = bila jawaban responden ≥ 50%
Kurang = bila jawaban responden <50%
G. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Ha
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan kala II
persalinan
b. Ada hubungan antara sikap dengan keterampilan kala II persalinan
2. Hipotesis Ho
27
a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan kala II
b. Tidak ada hubungan antara sikap dengan keterampilan kala II
persalinan.