bab ii

31
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Para ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi pengetahuan, terutama karena rumusan pengetahuan Plato yang menyatakan bahwa pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (“justified true belief”). Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku dan media massa. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi beberapa faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa

Upload: christy-vaulin-landee

Post on 27-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsi again

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Para ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi pengetahuan,

terutama karena rumusan pengetahuan Plato yang menyatakan bahwa

pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)”

(“justified true belief”). Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan

diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku dan

media massa. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan

merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi beberapa faktor dari dalam

seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia

serta keadaan sosial budaya.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).

Secara Garis besar menurut Notoatmodjo (2005), domain tingkat

pengetahuan (kognitif), mempunyai enam tingkatan,

meliputi :mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan ,

menyimpulkan, dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan

adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui

pengalaman, belajar ataupun informasi yang diterima dari orang lain.

Page 2: BAB II

9

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat kita definisikan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya

tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak dapat menjadi dapat, Dari proses

mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik

melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.( Notoatmodjo S,

2005).

Menurut Bloom, bahwa kognitif/pengetahuan dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Pengetahuan melibatkan pengetahuan dan perkembangan

intelektual yang bervariasi dari kemampuan berfikir sederhana

sampai sangat komplek. Kualitas pengetahuan akan tampak

meningkat mengikuti jenjang pendidikan. Untuk mempercepat

pengetauan dan meniru pada tahap ini perlu dibantu oleh domain

sikap seperti motivasi sehingga memudahkan mengingat.

Keterlibatan perasaan/emosi harus sudah ada dan dimulai saat ini.

b. Pemahaman; pemahaman merupakan tahap berfikir kedua, paham

adalah suatu informasi yang akan banyak melibatkan fungsi-fungsi

pusat otak sehingga perlu adanya motovasi dan imajinasi supaya

pemahaman berdampak pada penerapan.

c. Penerapan; penerapan diperlukan pemahaman dan pengertian dan

ada beberapa aspek penerapan dapat berhasil walaupun tanpa

pemahaman yang berarti.

Page 3: BAB II

10

d. Analisis; kemampuan analisis merupakan kemampuan sangat

penting karena untuk mengurangi suatu materi atau konsep tertentu

sehingga mengurangi kaitan satu dengan yang lainnya, merupakan

tingkat berfikir yang penting untuk membentuk perilaku.

e. Sintesis; pada tingkat sintesis siswa sampai pada kemampuan

untuk membangun atau menyusun suatu struktur atau pola dari

berbagai elemen. Penyusunan suatu bentuk baru sampai dengan

kreasi sehingga membentuk kreasi baru. Untuk memacu daya

berfikir orisinil dan daya kreasi, membuka prediksi dan

menyelesaikan masalah. Kemampuan sintesis ini sangat tergantung

pada pendekatan pembelajaran, kalau pembelajaran didominasi

pada tahap pengenalan dan meniru sementara pemahaman kurang.

f. Evaluasi; pada tahap ini siswa mempunyai kemampuan untuk

membuat keputusan dan memilih pemecahan masalah yang efektif.

Pemecahan masalah efektif bila suatu kemampuan penting untuk

penilaian suatu fenomena atau aktifitas suatu produk.

g. Ciptakan. Pada tahap ini siswa diharapkan dapat meletakkan

elemen-elemen secar bersamaan untuk membentuk sesuatu dan

dapat berfungsi secara keseluruhan, dan dapat menggorganisasikan

kedalam sebuah pola atau struktur yang baru. (Mulyasa, 2004 : hal

28).

Proses pembelajaran merupakan kunci keberhasilan yang menjadi

titik sentral sistem pendidikan. Hasil pembelajaran dapat bergantung

Page 4: BAB II

11

kepada pendekatan yang digunakan, termasuk pada pembelajaran

berbasis kompetensi proses ini sangat penting karena berdampak pada

proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mengandalkan

kemampuan hapalan dengan tujuan mereproduksi atau merekontruksi

seperti aslinya akan menghasilkan sumber daya manusia yang

melestarikan informasi yang sukar berubah dengan cenderung meniru.

Pendekatan pembelajaran yang mengandalkan kemampuan analitis

dengan tujuan mengembangkan pikiran yang logic (sintesa) akan

menghasilkan sumberdaya manusia yang kritis dan berfikir logic yang

akan cenderung korektif dengan produktifitas terbatas, sedangkan

pendekatan pembelajaran yang mengandalkan analitis dan sintesis

yang mengembangkan pikiran logic dan kreatif(sintesis) akan

menghasilkan sumber daya manusia yang dinamis dan kreatif yang

cenderung inovatif dan produktif. (Shahib. M, : 2005)

Hal ini membuktikan bahwa pengalaman belajar sangat tergantung

pada cara pendekatan dan akan menghasilkan sumber daya manusia

yang berkemampuan berbeda pula. Kemampuan meghafal dan

kemampuan analitis akan menghasilkan sumber daya manusia yang

kritis dan kuat logikanya, keduanya memang penting dalam

pendidikan tetapi harus dapat diterapkan dalam proses dan even yang

berbeda. Meskipun kenyataannya tidak ada pendekatan pembelajaran

sama sekali tidak menghafal atau sama sekali tidak menganalisis,

Page 5: BAB II

12

tetapi tetap mengandung kombinasi antara hafalan dan analisis dalam

porsi yang berbeda-beda. (Slavin, R, 2008)

Bila sejak awal telah dibiasakan berfikir analitik, mahasiswa akan

terbiasa berfikir kritis. Sebaiknya bila siswa terlalu dibebani dengan

hafalan, dan kurang berfikir analisis, siswa akan sangat terampil

pandai meringkas. Kemampuan tersebut dapat mencapai dan

menghafal sampai ke hal-hal yang mendetail. (Makmun AS. 2002 : 87-

90)

B. Tinjauan Umum Tentang Sikap

1. Definisi Sikap

Stephen dan Timothy, 2008:92 mendefinisikan Sikap (attitude) adalah

pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak

menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Menurut

Ramdhani, 2008 sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau

cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulasi atau obyek.Manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup.Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu

(Notoatmodjo, 2007).

Komponen Sikap Ada tiga komponen yang secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu : a. Kognitif (cognitive).

Page 6: BAB II

13

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang

benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia

akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari

obyek tertentu. b. Afektif (affective) Menyangkut masalah emosional

subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen

ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu. c. Konatif

(conative) Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur

sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang

dihadapi (Notoatmodjo ,1997).

Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari

proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-

pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti orang, benda

atau peristiwa,dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan

pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap

tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial

dengan orang lain.

Sikap perasaan mengenai suatu obyek, jadi dapat berisi emosi,

perasaan respek atau perhatian, terhadap obyek tertentu seperti

ketakukan, kesukaan, atau kemarahan.Sikap keadaan mental dan saraf

dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan

pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua

Page 7: BAB II

14

obyek dan situasi yang berkaitan dengan situasi yang dinamis. (Winkel

WS, 2004 : 14)

Kemampuan untuk mengukur sikap secara memuaskan dan

mengevaluasi tampilan kinerja secara obyektif, merupakan elemen yang

sangat penting dalam proses memperbaiki kualitas sumber daya di klinik.

Penggunaan instrument penilaian keterampilan berdasarkan kompetensi

mencakup tiga istilah yaitu: area pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Area atau aspek pengetahuan adalam kemampuan berfikir untuk

mencapai prestasi, untuk menilai pengetahuan dapat menggunakan

standar kelulusan dengan minimal nilai 60% dengan bobot 20-30% dari

keseluruhan aspek kompetensi yang diharapkan dengan ketentuan

minimal memperoleh nilai 60. (Arikunto, S. 2002 : 21).

C. Tinjauan Umum Tentang Keterampilan Kala II Persalinan

1. Definisi kala II persalinan

Persalinan kala II persalinan merupakan salah satu dari serangkaian

tahap persalinan, dimana pada tahap ini dimulai saat pembukaan serviks

lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin. Kala II dikenal

juga sebagai kala pengeluaran dan proses ini biasanya berlangsung dua

jam pada primi para dan satu jam pada multi gravida. (Wiknjosastro H,

2008).

Dalam persalinan kala II persiapan yang perlu dilakukan penolong

persalinan adalah menerapkan upaya pencegahan infeksi, persiapan tempat

persalinan, peralatan dan bahan, persiapan tempat dan lingkungan untuk

Page 8: BAB II

15

kelahiran bayi, persiapan ibu dan keluarga. (Mochtar, Rustam, 1998 : hal

91).

Persiapan ibu dan keluarga meliputi asuhan sayang ibu, membersihkan

perineum ibu, ibu dianjurkan mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam,

amniotomi jika pembukaan sudah lengkap tapi selaput ketuban belum

pecah. Penatalaksanaan fisiologis kala II persalinan didasarkan pada

prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa normal yang akan diakhiri

dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi. (Mochtar, Rustam,

1998: hal 93)

Penolong persalinan berpatokan pada tanda-tanda bahwa ibu sudah

dalam kala II persalinan. Untuk itu penolong persalinan akan

membimbing, memberikan dukungan terus-menerus, membesarkan hati

ibu dan saran-saran. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk

meneran sesuai dorongan alamiahnya dan beristirahat diantara

kontraksi.Jika diinginkan ibu dapat mengubah posisinya. Posisi berdiri

atau jongkok, dapat mempersingkat kala II persalinan. Biarkan ibu

mengeluarkan suara selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

(Mochtar, Rustam, 1998:hal 92-93).

Bila sudah didapatkan tanda pasti kala II persalinan, tunggu sampai ibu

merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran.Teruskan pemantauan

kondisi ibu dan bayi.Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah

pembukaan lengkap selama 60 menit, anjurkan ibu merubah posisi secara

teratur, tawarkan minum sesering mungkin dan pantau Djj setiap 5 menit.

Page 9: BAB II

16

Dapat dilakukan stimulasi putting susu untuk memperkuat kontraksi. Jika

bayi tidak lahir setelah 60 menit berikutnya atau jika kelahiran bayi tidak

akan segera terjadi, segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. (Mochtar,

Rustam, 1998: hal 98)

Cara meneran adalah anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan

dorongan alamiahnya selama kontraksi, jangan anjurkan ibu untuk

menahan nafas pada saat meneran, anjurkan ibu untuk berhenti meneran

dan beristirahat diantara kontraksi, jika ibu berbaring miring atau setengah

duduk ibu mungkin merasa lebih mudah meneran jika ia menarik lutut

kearah dada dan menempelkan dagu di dada, anjurkan ibu untuk tidak

mengangkat bokong saat meneran, jangan melakukan dorongan pada

fundus untuk membantu kelahiran bayi. (PUSDIKNAKES. 2006 : 15)

Pada saat kelahiran bayi perbolehkan ibu untuk mencari posisi apapun

yang nyaman, tapi ibu tidak boleh melahirkan pada posisi berbaring

terlentang. Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terhadi saat

bayi dilahirkan, terutama saat kelahiran kepala dan bahu. Kejadian

laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak

terkendali. Maka dari itu jalin kerja sama denga ibu selama persalinan dan

gunakan manuver tangan yang tepat pada saat kepala bayi dengan

diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowniing), untuk

mengendalikan kelahiran bayi serta membantu mencegah terjadinya

laserasi. (PUSDIKNAKES, 2006: 15).

Page 10: BAB II

17

Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan waktu

pada jaringan vagina dan perineum untuk melakukan penyesuaian dan

akan mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Saat kepala

mendorong vulva dengan diameter 5-6 cm, bimbing ibu untuk meneran

dan berhenti untuk beristirahat atau bernafas dengan cepat.Indikasi

episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi di lakukan bila didapatkan

gawat janin, penyakit kelahiran pervaginam, jaringan perut pada perineum

atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan. (PUSDIKNAKES.

2006: 16)

Saat kepala bayi mendorong atau membuka vulva sekitar 5-6 cm,

letakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi segera setelah lahir.Letakkan kain bersih dan kering yang dilipat 1/3

nya di bawah bokong ibu.Lindungi perineum dengan satu tangan (di

bawah kain bersih dan kering) dan letakkan ibu jari dan empat jari tangan

dilipat dilipatan paha pada kedua sisi perineum. Letakkan tangan yang lain

pada kepala bayi.

Berikan tekanan yang lembut dan tidak keras pada kepala bayi dengan

menggunakan tangan lainnya dan biarkan kepala bayi keluar secara

bertahap dibawah tangan tersebut. (PUSDIKNAKES. 2006: 15)

Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan.Usap

muka bayi dengan kain/kasa bersih atau desinfeksi tingkat tinggi untuk

membersihakn mulut dan higung bayi dari lendir dan darah. Jangan

melakukan penghisapan secara rutin pada mulut dan hidung bayi, jika

Page 11: BAB II

18

cairan ketuban mengandung mekoneum, lakukan penghisapan secara hati-

hati pada mulut dan hidung bayi dengan menggunakan kateter penghisap

lendir Delee desinfeksi tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap

(yang baru dan bersih) segera setelah kepala lahir dan sebelum habu lahir.

Hisap mulut lebih dahulu sebelum menghisap hidung.Hindari penghisapan

yang dalam dan agresif. (Aperawati. 2004: 16)

Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan

bernafas cepat.Raba leher bayi apakan ada lilitan tali pusat.Jika lilitan tali

pusat longgar dileher bayi, lepaskan melewati kepala bayi, jika tali pusat

melilit leher bayi dengan erat, klem di dua tempat dan potong tali pusat

diantara 2 klem tersebut.Langkah selanjutnya adalah melahirkan

bahu.Setelah menyeka mulut dan higung bayi hingga bersih dan

memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi

rotasi spontan kepala bayi.Setelah rotasi eksternal, lakukan satu tangan

pada masing-masing sisi kepala bayi dan beritahu ibu untuk meneran pada

kontraksi berikutnya.Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar

secara lembut (kearah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior tampak

di bawah arkus pubis.Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah

ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi. (Aperawati, 2004:

16)

Saat bahu posterior lahir, selipkan tangan pada bagian bawah atau

posterior kepala bayi ke arah perineum dan biarkan bahu dan bagian

tangan bayi lahir ke tangan yang lain. Gunakan jari-jari tangan yang sama

Page 12: BAB II

19

untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi posterior bayi

pada saat melewati perineum. Gunakan tangan bagian depan untuk

melahirkan bahu anterior dan untuk mengendalikan kelahiran siku dan

tangan anterior bayi. Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan

bagian depan di punggung bayi kearah bokong dan kaki bayi untuk

menahan laju kelahiran bayi saat kaki lahir. Sisipkan jari telunjuk dari

tangan yang sama diantar kaki bayi, pegang dengan mantap bagian mata

kaki bayi dan lahirkan kakinya secara hati-hati. Baringkan bayi di atas

handuk atau kain yang terletak di atas perut ibu sehingga kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya. (Aperawati, 2004 : 17)

Segera keringkan dan rangsang bayi dengan kain atau selimut di atas

perut ibu.Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.Dengan

menggunakan klem desinfeksi tingkat tinggi atau steril, klem tali pusat 3

cm dari pusat bayi.Lakukan pengurutan pada tali pusat dari klem ke arah

ibu (hal ini mencegah darah menyemprot pada saat tali pusat di potong)

dan kemudian pasang keln ke dua pada sisi ibu 2 cm dari klem

pertama.Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut (dengan satu

tangan) untuk melindungi bayi. Gunakan tangan lain untuk memotong tali

pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting

desinfeksi tingkat tinggi atau steril. Setelah memotonh tali pusat ganti

handuk yang telah basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih

dan kering. Pastikan kepala bayi terselimuti denga baik. (Aperawati,

2004: 17)

Page 13: BAB II

20

Aspek keterampilan yaitu bagian atau area pembelajaran yang

berhubung dengan mengerjakan keterampilan yang biasanya memerlukan

manipulasi instrument dan peralatan. Penilaian keterampilan berdasarkan

kompetensi adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur

keterampilan klinik (Psikomotor) atau perilaku lain yang dapat diamati.

Terdapat tiga tingkatan kinerja dalam mendapatkan keterampilan baru

dibuat batasannya sebagai berikut: skill acquisition (tingkat awal), skill

competency (tingkat menengah), skill proficiency (tingkat akhir). Pada

tingkat skill acquisition diperlukan satu sesi praktek atau lebih untuk

mempelajari cara mengerjakan langkah-langkah yang diperlukan untuk

mencapai kinerja keterampilan yang besar. Pada skill competency peserta

dapat melakukan langkah-langkah yang diperlukan dengan urutan yang

benar (jika diperlukan), tetapi kemajuan dalam mengerjakan langkah demi

langkah belum dilakukan secara efisiensi.Pada skill proficiency peserta

dapat melakukan langkah demi langkah secara tepat dan efisien serta

dengan urutan yang benar (jika diperlukan). (Arikunto, S, 2002: 22-25)

Daftar titik diggunakan untuk secara obyektif mengevaluasi kinerja

keterampilan. Dengan menggunakan daftar tilik pada pembelajaran klinik

berdasarkan kompetensi dapat memastikan peserta telah menguasai

keterampilan klinik dan berbagai kegiatan pertama dengan model,

kemudian dengan klien, memastikan keterampilan peserta diukur dengan

standar yang sama, mendapatkan bentuk dasar dari pengamatan lanjutan

observasi dan evaluasi .setelah dilengkapi daftar tilik yang disertai dengan

Page 14: BAB II

21

komentar dan rekomendasi pembimbing merupakan dokumentasi obyektif

tingkat kinerja mahasiswa. (Arikunto, S, 2002 : 26)

Penilaian pada aspek sikap diberikan bobot 10-20% dari total nilai

aspek kompetensi lainya. Aspek sikap dinyatakan lulus minimal 68 setelah

dikonversi ke nilai angka absolut. Pengukuran sikap dapat juga

menggunakan skala Likert yaitu skala yang dirancang untuk pengukuran

sikap tertentu dengan pedoman pada kriteria beberapa hal antara lain, ada

tujuan pengukuran yang dirumuskan secara jelas, subjek yang dikenai

pengukuran harus terdiskripsi secara jelas, jumlah pertanyaan secara

keseluruhan mempertimbangkan jumlah, ketersediaan waktu dan perkiraan

motivasi subjek, dengan kisi-kisi yang spesifik sehingga akan mewakili

seluruh komponen sikap yang akan di ukur. (Shahib. MN. 2005).

Daftar tilik yang disusun dengan baik hendaknya hanya terdiri dari

rincian yang diperlukan untuk memungkinkan pelatih klinik mengevaluasi

dan mencatat keseluruhan kinerja. Kinerja peserta untuk setiap

keterampilan/kegiatan dinilai dengan menggunakan skala sebagai berikut:

1. Memuaskan: melakukan keterampilan/kegiatan sesuai dengan

prosedur atau petunjuk tertulis tanpa memerlukan bantuan pelatih.

2. Belum memuaskan: belum melakukan keterampilan sesuai denga

prosedur atau petunjuk tertulis, masih memerlukan bantuan pelatih.

3. Tidak memuaskan: keterampilan atau kegiatan tidak sesuai dengan

keadaan/situasi.

Page 15: BAB II

22

Kelebihan penilaian berdasarkan kompetensi yang paling utama

adalah dapat digunakan untuk mendorong peserta didik mempelajari

berbagai keterampilan dan aktivitas serta mengukur perilaku-perilaku

peserta dalam suatu situasi kerja yang sebenarnya. (Arikunto, S, 2002 :

28)

Instrumen penilaian berdasarkan kompetensi harus: memecahkan

keterampilan dan aktifitas ke dalam langkah-langkah esensial yang

diperlukan untuk mengerjakan suatu prosedur, difokuskan pada

keterampilan yang diharapkan akan dilakukan peserta dalam

pekerjaannya. (Mulyasa. 2004 : 28)

Pertimbangan-pertimbangan penting sehubungan dengan penilaian

berdasarkan kompetensi adalah; memerlukan waktu dan tenaga untuk

mengembangkannya, harus digunakan oleh pelatih/pembimbing klinik

yang mahir dalam prosedur atau kegiatan klinik yang akan dipelajari,

memerlukan tersedianya pelatih klinik yang terampil dalam jumlah

yang cukup untuk melaksanakan pelatihan karena pelatihan klinik

berdasarkan kompetensi biasanya memerlukan hubungan satu dengan

satu. (Shahib. MN. 2005)

D. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Sebagaimana telah diuraikan dalam tinjauan teoritis bahwa Persalinan kala

II persalinan merupakan salah satu dari serangkaian tahap persalinan, dimana

pada tahap ini dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan

Page 16: BAB II

23

lahirnya seluruh tubuh janin.Lamanya kala II adalah 50 menit untuk

primigravida dan 30 menit untuk multigravida.

Dalam persalinan kala II persiapan yang perlu dilakukan penolong

persalinan adalah menerapkan upaya pencegahan infeksi, persiapan tempat

persalinan, peralatan dan bahan, persiapan tempat dan lingkungan untuk

kelahiran bayi, persiapan ibu dan keluarga. (Mochtar, Rustam, 1998 : hal 91).

Sehingga sebagai seorang calon bidan, mahasiswa diharapkan memiliki

pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalisme dalam mempersiapkan

diri memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan yang

bermutu tinggi.

Berikut ini penjelasan singkat menegenai variabel yang akan diteliti :

1. Pengetahuan

Pemgetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulasi atau obyek.Manifestasi sikap itu tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana

motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Page 17: BAB II

24

3. Keterampilan

Keterampilan adalah kecakapan dalam melaksanakan tugas,

menurut Gordon (1988) keterampilan adalah sesuatu yang dimilki

oleh individu untuk melaksanakan tugas yang dibebankan.

E. Kerangka Konsep Variabel yang Diteliti

Variabel Independen

Variabel Dependen

Keterangan:

: Variabel Dependen

: Variabel Independen yang diteliti

: Variabel Independen yang tidak diteliti

F. Defenisi Operasional

1. Keterampilan

Pengetahuan

Sikap

Peran Laboran/Dosen

Keterampilan

Alat Laboratorium

Page 18: BAB II

25

Keterampilan adalah kecakapan dalam melaksanakan tugas, menurut

Gordon (1988) keterampilan adalah sesuatu yang dimilki oleh individu

untuk melaksanakan tugas yang dibebankan.

Keterampilan kala II yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

sesuatu yang dilakukan responden dalam melakukan asuhan kala II

persalinan, yang dilakukan saat laboratorium skill.

Skor keterampilan dikategorikan berdasarkan hal di atas, merujuk pada

skala gutman :

Kriteria Objektif:

Terampil = Jika responden melakukan 35 langkah keterampilan kala

II persalinan dengan tepat dan benar

Tidak terampil= Jika responden tidak melakukan 35 langkah keterampilan

kala II persalinan dengan tepat dan benar

2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo 2007 : 121).

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala hal yang

diketahui oleh responden tentang keterampilan kala II persalinan.

Aspek pengukuran tingkat pengetahuan berdasarkan pada jawaban

responden dari seluruh pertanyaan pengetahuan yang diberikan dalam

bentuk pilihan ganda.Jawaban soal yang benar diberi 2 dan jawaban yang

Page 19: BAB II

26

tidak benar diberi nilai 1.Dari nilai tersebut maka dijumlahkan skor dan

dibuat persentase. (Arikunto,2006)

Kriteria Objektif:

Baik = bila jawaban responden ≥ 50%

Kurang = bila jawaban responden < 50%

3. Sikap

Sikap adalah bentuk atau evaluasi perasaan seseorang terhadap suatu objek

adalah perasaan mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesiapan responden

untuk bereaksi terhadap keterampilan kala II persalinan melalui

pertanyaan sikap yang diberikan. Hasil skala ini diberi pembobotan 1-2

yaitu setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 1. Skor sikap ini dikategorikan

berdasarkan hal di atas, merujuk pada skalagutman :

Kriteria Objektif :

Baik = bila jawaban responden ≥ 50%

Kurang = bila jawaban responden <50%

G. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Ha

a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan kala II

persalinan

b. Ada hubungan antara sikap dengan keterampilan kala II persalinan

2. Hipotesis Ho

Page 20: BAB II

27

a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan kala II

b. Tidak ada hubungan antara sikap dengan keterampilan kala II

persalinan.