bab ii

7
11 BAB II PERCOBAAN TEKUK ( BUCKLING) 1. Tujuan a. Mengetahui Fenomena/gejala teknik mesin pada peristiwa tekuk prismatic. a. Membandingkan hasil percobaan dengan kebenaran rumus teknik Euler. b. Mengetahui momen Inersia luas penampang I akibat peristiwa teknik. c. Mengkaji sumber kesalahan. 2. Teori 2.1 Teori Dasar Sumbu sebuah balok akan berdefleksi dari kedudukannya semula bila berada di bawah pengaruh gaya terpakai. Harga-harga defleksi balok yang akurat diselidiki dalam banyak kasus praktis. Unsur-unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidaksebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Dalam gedung-gedung, balok-balok lantai tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh psikologis yang tidak diinginkan pada para penghuni dan untuk memperkecil atau mencegah kekecewaan dengan bahan-bahan jadi yang rapuh. Bila jarak y dari permukaan netral kepada serat-serat yang diregangkan yang diukur dengan cara yang biasa sebagai positif mengarah ke atas, maka deformasi u dari setiap serat dapat dinyatakan sebagai berikut: y u dengan berdasarkan persamaan yang diperoleh diatas maka y 1 Dalam kasus terakhir adalah bijaksana untuk memperhatikan bahwa = E x x / dan I My x / , maka

Upload: gilang-mardiana

Post on 17-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bab II fdm

TRANSCRIPT

  • 11

    BAB II

    PERCOBAAN TEKUK ( BUCKLING)

    1. Tujuan

    a. Mengetahui Fenomena/gejala teknik mesin pada peristiwa tekuk

    prismatic.

    a. Membandingkan hasil percobaan dengan kebenaran rumus teknik

    Euler.

    b. Mengetahui momen Inersia luas penampang I akibat peristiwa

    teknik.

    c. Mengkaji sumber kesalahan.

    2. Teori

    2.1 Teori Dasar

    Sumbu sebuah balok akan berdefleksi dari kedudukannya semula bila

    berada di bawah pengaruh gaya terpakai. Harga-harga defleksi balok yang

    akurat diselidiki dalam banyak kasus praktis. Unsur-unsur dari mesin

    haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidaksebarisan dan

    mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Dalam

    gedung-gedung, balok-balok lantai tidak dapat melentur secara berlebihan

    untuk meniadakan pengaruh psikologis yang tidak diinginkan pada para

    penghuni dan untuk memperkecil atau mencegah kekecewaan dengan

    bahan-bahan jadi yang rapuh.

    Bila jarak y dari permukaan netral kepada serat-serat yang diregangkan yang

    diukur dengan cara yang biasa sebagai positif mengarah ke atas, maka

    deformasi u dari setiap serat dapat dinyatakan sebagai berikut:

    yu

    dengan berdasarkan persamaan yang diperoleh diatas maka

    y

    1

    Dalam kasus terakhir adalah bijaksana untuk memperhatikan bahwa

    = Exx / dan IMyx / , maka

  • 12

    EI

    M

    1

    2.2 Teori Penunjang

    Tekuk dapat terjadi pada batang yang mendapat beban tekan dengan kondisi

    tumpuan engsel-engsel, jepit-jepit, jepit-bebas, tetapi dalam percobaan jepit

    bebas belum bisa dibuat. Pada batang yang langsing, yaitu batang yang

    mempunyai perbandingan batang panjang terhadap jari-jari girasi

    penampang yang besar, dapat mengalami tekuk sebelum tegangan normal

    beban yang diijinkan tercapai. Peristiwa tekuk dapat dianalisa secara

    matematis dan menghasilkan rumus Euler.

    3. Peralatan

    Selongsong dapat dijepitkan pada kaki di setiap posisi yang dikehendaki sesuai

    dengan panjang batang uji. Batang pembebanan ditumpu engsel di sebelah

    kiri.Ujung kanan batang ini ditumpu oleh pemberat dengan melalui tali dan

    katrol. Besar pemberat ini dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat

    mengimbangi berat batang pemberat dan semua berat yang bekerja pada batang

    ini. Alat ukur gaya sudah dikalibrasi sedemikian rupa sehingga dia akan

    menunjuk gaya yang sebenar-benarnya yang bekerja pada sumbu batang uji.

    4. Percobaan

    Posisi selongsong disesuaikan dengan batang uji. Atur supaya batang

    pemberat mempunyai posisi horizontal, yang dapat dilihat dengan water pass

    dengan mengatur pemberat. Pemberat diberikan sebesar 150 gr pada batang uji

    500 mm dan 600 mm, dan sebesar 300 gr pada batang uji 400 mm dan 450 mm.

    Beban dikerjakan melalui roda tangan berulir. Pengukuran lendutan dan

    besarnya gaya dicatat setelah posisi batang pemberat dikembalikan ke posisi

    horizontal dengan selongsong pengatur. Sesudah pembebanan mendekati

    kondisi kritis batang uji, jam ukur (Dial Gauge) dilepas dari tempatnya. Kondisi

    ini dapat dilihat dari pertambahan lendutan yang besar dengan beban yang

    kecil. Tekanan jari pada arah melintang batang uji dapat mengakibatkan

    perubahan lendutan batang secara tepat menjadi arah sebaliknya (bayangan

    cerminnya).

  • 13

    Percobaan ini dapat dilakukan pada beberapa batang yang panjangnya 400

    mm, 450 mm, 500 mm, 600 mm, dan 750 mm dan dengan ketiga macam

    tumpuan. Percobaan dilakukan dengan mengamati besar lendutan di pusat

    batang uji pada berbagai beban. Kemudian dibandingkan besar Pkritis hasil

    percobaan dengan Pkritis Euler. Di samping itu dapat pula di gambarkan

    hubungan antara okritis dan factor kelangsingan 1/k (1= panjang batang, k= jari-

    jari girasi luas penampang).

    5. Analisa Teoritis dan Analisa Matematis

    5.1 Analisa Teoritis

    Setelah dilakukan percobaan, hal selanjutnya yang dilakukan adalah

    melakukan melakukan perhitungan denga menggunakan rumus Euler. Terjadi

    perbedaan hasil pada percobaanP dan teoritisP . Untuk perbedaan yang terjadi praktikan

    tidak dapat menjelaskan mengapa bahwa dapat terjadi perbedaan pada kedua belah

    pihak.

    Untuk masalah ini praktikan hanya bias menjelaskan bahwa terjadinya

    perbedaan tersebut dikarenakan kesalahan para praktikan atau juga dapat

    disebabkan oleh oleh kesalahan dalam perhitungan pada buku yang menyebabkan

    terjadinya perbedaan tersebut.

    Maka dari itu, praktikan melakukan apa yang seharusnya dikerjakan dan

    berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang fatal. Karena apabila para

    praktikan melakukan kesalahan yang fatal akan mengakibatkan perolehan hasil

    percobaan yang tidak memuaskan sehingga dalam melaksanakan praktikum tidak

    diperoleh terfokus dan hal tersebut merugikan diri sendiri.

    5.2 Analisa Matematis

    Percobaan Jepit Jepit

    A. Sistem kembali ke Nol

    Diketahui: a = 13,5 cm

    b = 53 cm

    L = 66,5 cm

  • 14

    Maka untuk mendapatkan a

    bamPpercobaan

    ).( dengan satuan gr.

    No P Pbatang

    (0.01)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    1

    1.4

    2

    2.4

    3

    3.2

    3.4

    .3.6

    4

    5

    5

    26

    29

    37

    62

    70

    87

    90

    131

    235

    4.92

    6.89

    9.84

    11.86

    14.76

    15.74

    16.73

    17.71

    19.68

    24.6

    Sistem Akumulatif

    No P Pbatang

    (0.01)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    1

    1.4

    2

    2.4

    3

    3.2

    3.4

    .3.6

    4

    5

    4

    25

    26

    38

    60

    70

    80

    76

    129

    23

    4.92

    6.89

    9.84

    11.86

    14.76

    15.74

    16.73

    17.71

    19.68

    24.6

  • 15

    sedangkan untuk teoritisP adalah 2

    2 .

    L

    IEPkritis

    dengan diketahui E = 206 2mm

    kN ,

    maka:

    keterangan :

    E : Modulus Ealstis

    L : Panjang Batang

    I : Beban

    Diket : L = 66,5 cm

    458.05.66

    12062

    2

    1

    krP

    642.05.66

    4.12062

    2

    2

    krP

    917.05.66

    22062

    2

    3

    krP

    101.15.66

    4.22062

    2

    4

    krP

    376.15.66

    0.32062

    2

    5

    krP

    468.15.66

    2.32062

    2

    6

    krP

    560.15.66

    4.32062

    2

    7

    krP

    651.15.66

    6.32062

    2

    8

    krP

    835.15.66

    42062

    2

    9

    krP

    294.25.66

    52062

    2

    10

    krP

    Percobaan Sendi - Sendi

    Diketahui: L = 67,5 cm

    A = 13.5 cm

  • 16

    Sistem Akumulatif

    No P Pbatang

    (0.01)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    1

    1.4

    2

    2.4

    3

    3.2

    3.4

    .3.6

    4

    5

    19

    33

    59

    119

    130

    142

    273

    343

    421

    700

    5

    7

    8

    10

    12

    13

    15

    16

    17

    18

    No P Pbatang

    (0.01)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    1

    1.4

    2

    2.4

    3

    3.2

    3.4

    .3.6

    4

    5

    15

    61

    45

    68

    88

    90

    158

    283

    393

    583

    5

    7

    8

    10

    12

    13

    15

    16

    17

    18

  • 17

    Untuk percobaanP hasil diperoleh adalah sama dengan pada percobaan Sendi -

    Sendil. Sedangkan untuk teoritisP adalah sebagai berikut:

    2

    2 ..05,2

    L

    IEPkr

    912.05,67

    120605,2

    2

    2

    1 x

    Pkr

    278.15,67

    4.120605,2

    2

    2

    2 x

    Pkr

    460.15,67

    6.120605,2

    2

    2

    3 x

    Pkr

    825.15,67

    220605,2

    2

    2

    4 x

    Pkr

    191.25,67

    4.220605,2

    2

    2

    5 x

    Pkr

    373.25,67

    6.220605,2

    2

    2

    6 x

    Pkr

    738.25,67

    0.320605,2

    2

    2

    7 x

    Pkr

    921.25,67

    2.320605,2

    2

    2

    8 x

    Pkr

    104.35,67

    4.320605,2

    2

    2

    9 x

    Pkr

    286.35,67

    6.320605,2

    2

    2

    10 x

    Pkr

    6. Kesimpulan dan Saran

    Setelah melakukan percobaan terdapat perbadaan hasil antara percobaan dan

    teori. Kembali pada sumber kesalahan. Terjadi perbedaan mungkin dilakukan oleh

    praktikan, akibat kurang awasnya (keterbatasan penglihatan atau kondisi fisik yang

    kurang sehat dalam melakukan percobaan) sehingga hasil yang diperoleh tidak

    sesuai.