bab ii

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan kesehatan dalam menghilangkan nyeri gigi dan mulut serta penatalaksanaan infeksi gigi mulut dan trauma gigi dilakukan dalam Penanganan Kegawatdaruratan Medik Gigi (Oral Urgent Treatment/OUT) yang meliputi: 1. Tindakan mengurangi rasa sakit melalui Tindakan pemberian obat-obatan dan perawatan penambalan gigi 2. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan jaringan penyangga 3. Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks 2.1 Indikasi 2.1.1 Infeksi Rongga Mulut Infeksi rongga mulut yang paling sering membutuhkan penanganan dalam situasi kegawatdaruratan medik gigi adalah abses gigi. Keadaan ini terjadi akibat gigi berlubang yang tdak dirawat dan/atau akibat penyakit periodontal. Selain abses gigi, kasus yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan adalah pulpitis akut, gingivitis, periodontitis dan perikoronitis akut. 2.1.2 Trauma Gigi dan Jaringan Penyangga Alasan paling sering kedua bagi anak-anak dan dewasa untuk datang ke fasilitas pelayanan kesehatan 3

Upload: fahmi-iskandar-aminullah

Post on 16-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

TRANSCRIPT

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan kesehatan dalam menghilangkan nyeri gigi dan mulut serta penatalaksanaan infeksi gigi mulut dan trauma gigi dilakukan dalam Penanganan Kegawatdaruratan Medik Gigi (Oral Urgent Treatment/OUT) yang meliputi: 1.Tindakan mengurangi rasa sakit melalui Tindakan pemberian obat-obatan dan perawatan penambalan gigi 2.Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan jaringan penyangga 3. Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks

2.1Indikasi 2.1.1 Infeksi Rongga MulutInfeksi rongga mulut yang paling sering membutuhkan penanganan dalam situasi kegawatdaruratan medik gigi adalah abses gigi. Keadaan ini terjadi akibat gigi berlubang yang tdak dirawat dan/atau akibat penyakit periodontal. Selain abses gigi, kasus yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan adalah pulpitis akut, gingivitis, periodontitis dan perikoronitis akut.

2.1.2 Trauma Gigi dan Jaringan PenyanggaAlasan paling sering kedua bagi anak-anak dan dewasa untuk datang ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi dalam penananganan kegawatdaruratan medik adalah karena membutuhkan perawatan trauma gigi. Jenis trauma gigi yang paling sering terjadi adalah fraktur email dan frakturemail-dentin. Penelitian menunjukkan prevalensi trauma gigi yang tidak terawat pada anak-anak sampai usia 15 tahun adalah berkisar antara 7-50% bergantung pada usia dan lokasi. Data ini menunjukkan bahwa dibutuhkan penanganan yang lebih terorganisir dalam memberikan perawatan trauma gigi pada fasilitas pelayanan kesehatan gigi pemerintah. Diketahui bahwa komplikasi jangka panjang dari trauma tersebut adalah kematian pulpa, resorpsi akar serta tulang alveolar. Sampai saat ini, kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab trauma dentofasial yang sering ditemukan disamping kekerasan rumah tangga dan kecelakaan akibat olah raga sebagai penyebab utama lainnya.

2.2Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut2.2.1 Periodontal Abses Periodontal abscess biasanya didahului oleh terjadinya periodontitis. Periodontitis ini menyebabkan terjadinya peradangan di dalam gusi yang dapat menyebabkan jaringan yang mengelilingi akar gigi terpisah dari dasar tulang gigi. Perpisahan ini menciptakan suatu celah kecil yang dikenal sebagai suatu periodontal pocket, yang sulit untuk dibersihkan, sehingga memudahkan bakteri untuk mausk dan menyebar serta berkembang biak.Periodontal abscess dapat terjadi akibat hasil dari : Penanganan gigi yang secara tidak sengaja menyebabkan terbentuknya periodontal pocket. Penggunaan antibiotic yang tidak diperlakukan untuk periodontitis sehingga menyembunyikan abscess yang ada Kerusakan pada gusiGejala klinik : Perdarahan gusi selama makan atau gosok gigi Foeter ex ore Gigi goyang pada stadium lanjut Pada infeksi lanjut, nyeri dirasakan terus menerus Terapi 1. BedahInsisi gusi untuk memudahkan dilakukannya drainage. Tindaka ini harus dilakukan hati-hati untuk menghindari kerusakan dari jaringan periodontal yang lain. Hal ini perlu diperhatikan karena jaringan periodontal berfungsi sebagai penahan agar gigi tetap tertanam pada tulang rahang. 2. Antibiotik Amoxicillin 250 mg ( 3x/hari ) selama 10 hari Eritromisin 1000mg ( dosis awal ) dilanjutkan dengan 500 mg ( 4x/hari ) selama 7 hari Klindamisin 300 mg selama 7 hari

2.2.2 Pulpitis AkutPulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri, merupakan reaksi terhadap toksin bakteri pada karies gigi.Penyebab :Penyebab pulpitis yang paling sering ditemukan adalah pembusukan gigi, penyebab kedua adalah cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk membengkak ketika terjadi peradangan. Yang terjadi hanyalah peningkatan tekanan di dalam gigi. Peradangan yang ringan jika berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan gigi yang permanen. Peradangan yang berat bisa mematikan pulpa. Meningkatnya tekanan di dalam gigi bisa mendorong pulpa melalui ujung akar, sehingga bisa melukai tulang rahang dan jaringan di sekitarnya.Gambaran Klinis :- Gigi yang mengalami pulpitis akan nyeri berdenyut, terutama malam hari. Nyeri ini mungkin menjalar sampai ke daerah sinus dan pelipis (pulpitis gigi atas) atau ke daerah telinga (pulpitis gigi bawah).- Bila kemasukan makanan, karena rangsangan asam, manis, atau dingin akan terasa sakit sekali. Sakit saat mengunyah menunjukkan bahwa peradangan telah mencapai jaringan periapikal.- Gigi biasanya sudah berlubang dalam dan pulpa terbuka.Diagnosis :Nyeri dan tanda peradangan.Penatalaksanaan:- Bila tidak ada tenaga kesehatan gigi, lubang gigi dibersihkan dengan ekskavator dan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas dan dimasukkan pellet kapas yang ditetesi eugenol.- Berikan analgesik bila diperlukan:Dewasa : parasetamol 500 mg 3 4 x sehari, atau analgesik lainnya seperti ibuprofen atau asam mefenamatAnak : parasetamol 10-15 mg/kgBB 3 4 x sehari- Bila sudah ada peradangan jaringan periapikal, lihat Abses gigi- Dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya sesuai dengan indikasi.KIE :- Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala, mencegah komplikasi- Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi setiap setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke dokter gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan berair (sayur dan buah).

2.2.3 Gingivitis AkutGingivitis adalah inflamasi gingiva marginal atau radang gusi Penyebab:Radang gusi ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor sistemik. Faktor lokal diantaranya karang gigi, bakteri, sisa makanan (plak), pemakaian sikat gigi y ang salah, rokok, tambalan yang kurang baik. Faktor sistemik meliputi Diabetes Melitus (DM), ketidakseimbangan hormon (saat menstruasi, kehamilan, menopause, pemakaian kontrasepsi), keracunan logam dan sebagainya.Gambaran Klinis:- Pasien biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa nyeri, hanya kadang terasa gatal.- Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan mudah berdarah pada sondasi. Kebersihan mulut biasanya buruk.- Ginggivitis herpes biasanya disertai gejala herpes simpleks. Tanda di gusi tidak disertai bau mulut.- Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih berat: demam, sukar membuka mulut.Diagnosis :Peradangan pada gusi.Penatalaksanaan:- Pasien dianjurkan untuk memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur dengan 1 gelas air hangat ditambah 1 sendok teh garam, atau bila ada dengan obat kumur iodium povidon setisap 8 jam selama 3 hari.- Bila kebersihan mulut sudah diperbaiki dan tidak sembuh, rujuk ke Rumah Sakit untuk perawatan selanjutnya. Perlu dipikirkan kemungkinan sebab sistemik.- Perikoronitis memerlukan antibiotik selama 5 hari: amoksisilin 500 mg setiap 8 jam.- Di rujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya yaitu membersihkan karang gigi.KIE :- Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala, mencegah komplikasi- Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi setiap setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan kedokter gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan berair (sayur dan buah).- Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.- Alasan rujukan: bila kebersihan mulut sudah diperhatikan dan penyakit tidak sembuh, perlu dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan selanjutnya.

2.2.4 Periodontitis AkutPeradangan jaringan periodontium yang lebih dalam yang merupakan lanjutan dari peradangan gingiva. Penyebab:Sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang gigi (tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi, dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen yang mempermudah pertumbuhan bakteri sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan gigi tersebut tanggal.Gambaran Klinis:- Perdarahan gusi - Perubahan warna gusi- Bau mulut (halitosis)Diagnosis:Nyeri pada gingivaPenatalaksanaan:- Karang gigi, saku gigi, impaksi makanan dan penyebab lokal lainnya harus dibersihkan/diperbaiki.- Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol 250 mg setiap 8 jam selama 5 hari.- Pasien dianjurkan berkumur selama - 1 menit dengan larutan povidon 1%, setiap 8 jam.- Bila sudah sangat goyah, gigi harus sudah dicabut. - Analgesik jika diperlukan.KIE - Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala, mencegah komplikasi.- Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke dokter gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan berair (sayur dan buah).- Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.

2.2.5 Perikoronitis AkutPeradangan jaringan lunak sekitar mahkota gigi yang sedang erupsi, terjadi pada molar ketiga yang sedang erupsi.Penyebab:Bengkak pada gusi di sekitar mahkota gigi akibat dari penumpukan plak dan sisa makanan diantara gigi dan gusi.Gambaran Klinis:- Perdarahan gusi - Perubahan warna gusi- Bau mulut (halitosis)Diagnosis:Adanya riwayat sakit gigi yang sedag erupsi khususnya molar tuga, peradangan di gusi sekitar mahkota gigi.Penatalaksanaan:- Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol 250 mg setiap 8 jam selama 5 hari.- Pasien dianjurkan berkumur selama - 1 menit dengan larutan povidon iodin1%, setiap 8 jam.- Pemberian parasetamol 500 mg 3 - 4 x sehari atau analgesik lain sepertiibuprofen atau asam mefenamat.- Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya sesuai dengan indikasi. - Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat dilakukan tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.KIE :- Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala, mencegah komplikasi.- Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi setiap setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke dokter gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan berair (sayur dan buah).- Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.

2.2.6 Trauma gigi dan jaringan penyanggaTrauma gigi adalah hilangnya kontinuitas jaringan keras gigi dan atau periodontal karena sebab mekanis.Penyebab:Penyebab trauma gigi paling sering adalah jatuh saat bermain, berolahraga, kecelakaan lalu lintas dan perkelahian.Gambaran Klinis:- Perdarahan gusi - Pembengkakan/luka pada wajahDiagnosis:Adanya riwayat benturan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan tekanan besar dan tiba-tiba.Penatalaksanaan:- Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut. Jaringan lunak harus dirawat dengan baik. - Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan membantu mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan anaerobik. Antiseptik permukaan juga digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri.- Pemberian antibiotik diperlukan hanya sebagai profilaksis bila terdapat luka pada jaringan lunak sekitar. Apabila luka telah dibersihkan dengan benar maka pemberian antibiotik harus dipertimbangkan kembali.- Simptomatik: pemberian parasetamol 500 mg 3 4 x sehari, atau analgesik lainnya ibuprofen atau asam mefenamat.- Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya sesuai dengan indikasi. - Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat dilakukan tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.KIE :Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi.

2.3 Definisi Kegawatdaruratan GigiKegawatdaruratan gigi adalah suatu keadaan yang memerlukan perawatan segera. Kegawatdaruratan gigi meliputi trauma terhadap rongga mulut yang melibatkan gigi yang tanggal karena suatu kecelakaan, rahang yang bergeser, dan trauma wajah atau fraktur pada tulang alveolar. Serta perdarahan pada jaringan lunak seperti gingiva, lingual, labial, dan bucal. Perlukaan dan perdarahan pada mulut yang menimbulkan rasa nyeri yang cukup hebat dan harus dirawat oleh dokter gigi ataupun perawat gigi.Kegawatdaruratan gigi meliputi suatu terjadinya keadaan syncope yaitu pingsan atau kehilangan kesadaran akibat dari ketakutan yang extrem. Acute asmatic attack suatu kondisi alergi paroxysmal dengan serangan dispnea. Cardiac arrest suatu kondisi life-ending dimana jantung berhenti berfungsi, yang mengakitbatkan kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi oleh tubuh. Hypoglycemia adalah kondisi menurunnya kadar glukosa darah, karena ketidakseimbangan antara hipoglikemik dan asupan kalori. Kesulitan bernafas karena tertelannya objek atau benda asing yang menyangkut pada jalan nafas. 2.4 Kemungkinan yang Terjadi Pasca Tindakan Kegawatdaruratan1. Syncope Kasus kegawatdaruratanpaling sering didapatkan lebihdari 60% adalah kasus sinkop dan 7% disertai hiperventilasi (Melamed, 2003).2. Angina PektorisPasien dengan riwayat angina mudah terprovokasi mungkin memiliki serangan dalam operasi gigi yang dipicu oleh kecemasan atau stres, pengobatan anxiolytic oral dapat mengurangi risiko.3. Reaksi alergi Selalu menanyakan pasien tentang alergi dikenal termasuk reaksi sebelumnya untuk anestesi lokal, antibiotik dan lateks atau dengan cara melakukan skin test. 4. Aspirasi - Airway Obstruksi Tanda dan gejala : Sianosis, takipnea, mengi, tidak ada napas, batuk, tersedak5. Asma akutJumlah obat yang digunakan dalam pengobatan pasien asma sering menjadi panduan untuk tingkat keparahan penyakit penderita asma, risiko tertinggi memiliki darurat dalam operasi gigi termasuk mereka yang memakai obat oral, selain itu bagi penderita yang secara teratur menggunakan nebuliser di rumah. 6. Diabetes Mellitus Pengobatan insulin penderita diabetes adalah yang paling mungkin untuk menjadi hipoglikemik sementara pada operasi gigi. Diet atau tablet penderita diabetes terkontrol adalah risiko jauh lebih rendah. Penderita diabetes dengan kontrol yang buruk mereka memiliki resiko lebih besar.7. Seizures Merupakan manifestasi otak dengan penyelewengan fungsi. Sekunder terhadap racun, obat-obatan, cerebralhipoksia, dan gangguan metabolik.8. Perdarahan Di bidang kedokteran gigi perdarahan merupakan kasus yang harus segera ditangani secara serius. Perdarahan pasca pencabutan gigi keluarnya darah dari pembuluh darah secara berlebihan dan tidak terkontrol. Komplikasi perdarahan dapat disebabkan oleh faktor sistemik (penyakit kardiovaskular hipertensi, hemofilia, diabetes melitus, pemakain obat anti koagulan) dan faktor lokal.

2.5 Aspek Etik dan Legal dalam KegawatdaruratanPertimbangan aspek legal dan etik tidak dapat dipisahkan dari pelayanan medik yang baik. Hal ini bertujuan untul meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien tanpa menghilangkan atau melanggar hak pasien.Permasalahan etik dan legal yang muncul dalam hukum keperawatan kegawatdaruratan medik yaitu : 1. Diagnosis keadaan gawat daruratDiagnosis yang tepat akan mempengaruhi tindakan yang tepat pula sehingga pasien dapat selamat. Diagnosis keperawatan dibuat berdasarkan masalah, penyebab dan gejala yang terjadi pada pasien. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan besarnya ancaman terhadap kehidupan pasien ataupun berdasarkan penyebab timbulnya gangguan kebutuhan pasien.2. Standar Operating Procedure (SOP)Penanganan pasien gawat darurat dilakukan sesuai dengan SOP atau prosedur kerja yang sesuai dengan prioritas penanganan pasien gawat darurat. Prosedur kerja tersebut meliputi :1. Memeriksa kesadaran pasien (sadar atau tidak)1. Air way (jalan nafas) Periksa jalan nafas, bebaskan dari sumbatan secret, darah atau benda asing Lakukan triple maneuver (head tilt/ekstensi kepala, chin lift/angkat dagu ke atas, jaw thrust/dorong rahang bawah ke depan) Buka mulut Pemasangan oro-pharingeal tube bila pasien tidak sadar1. Breathing (pernafasan)Periksa pasien bernafas atau tidak dengan listen (dengarkan suara nafas), look (lihat gerakan dada) dan feel (merasakan ada suara atau tidak).1. Bila tidak bernafas segera beri bantuan nafas. Bantuan nafas buatan bisa dilakukan tanpa alat dari mulut ke mulut atau dengan alat ambu bag atau respirator.1. Bila pasien bernafas segera beri terap oksigen.1. Circulation (sirkulasi darah)Periksa perdarahannya. Segera lakukan terapi pemasangan infu, lalu periksa tekanan darah, nadi dan perifer.1. Drugs (obat-obatan)Pemberian obat-obatan bila terjadi henti jantung dan bradikardi. Misalnya pemberian adrenalin dengan dosis 1-1-1/3-5 menit.1. EKG (rekam jantung)Periksa jantung dengan EKG disertai alat DC shok bola nadi karotis tak teraba. Untuk tindakan ini dilakukan pada tempat rujukan yang lebih berkompeten (rumah sakit).3