bab ii
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel berasal dari kata “cella” yang berarti ruangan berukuran kecil. Meskipun
begitu, semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalamnya. Sel dapat
berfungsi secara autonomy selama kebutuhan hidupnya terpenuhi. Organisme
terdiri atas kumpulan sel yang berperan dalam menentukan sifat organisme. Teori
lain menyebutkan bahwa sel merupakan satuan terkecil struktural dan fungsional
organisme. Selalu tumbuh, bereproduksi, meneruskan dan memproses informasi.
1.2 Batasan Masalah
1. Mengidentifikasi komponen-komponen penyusun sel dan fungsinya.
2. Mengidentifikasi evolusi dan mutasi sel.
3. Mengidentifikasi keanekaragaman dan sifat sel.
4. Mengidentifikasi cara kerja sel.
1.3 Tujuan
1. Memahami komponen-komponen penyusun sel dan fungsinya.
2. Memahami proses evolusi dan mutasi sel.
3. Mampu mengidentifikasi keanekaragaman dan sifat sel.
4. Memahami cara kerja sel secara umum.
1
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Penemuan Sel
- Robert Hooke (1635-1703), menemukan ruangan-ruangan kecil pada
sayatan tipis gabus, kemudian menggunakan istilah “cellula” (ruang
kecil)
- Nehemiah grew (1671), menuliskan deskripsi pertama tentang jaringan
tumbuhan
- Hanstein (1880), menggunakan istilah protoplast
2.2 Komponen Penyusun Sel
Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup. Ada 4 komponen utama
penyusun sel, yakni:
1. Karbohidrat/Polisakarida
Secara fungsi terbagi menjadi 2:
1.) Polisakarida struktural, yaitu polisakarida yang digunakan untuk
membentuk dinding sel. Contoh: selulosa.
2.) Polisakarida nutrien, yaitu polisakarida yang memberikan energi
atau berperan dalam metabolisme sel. Contoh: amilum dan glikogen.
SELULOSATerdapat dalam tumbuhan sebagai pembentuk dinding sel, sehingga banyak terdapat dalam serat tumbuhan. Sayur-sayuran atau buah selulosa tidak mudah dicerna oleh pencernaan manusia.
GLIKOGENTerdapat di sel hati dan otot manusia. Berfungsi sebagai cadangan gula darah.
AMILUMMerupakan polimer dari polisakarida dengan monomer glukosa.
2. Lemak
Lemak berfungsi sebagai penyusun membran sel (umumnya jenis
fosfolipid) dan struktur dalam sel. Lemak diuraikan menjadi 2, yaitu asam
lemak dan gliserol. Asam lemak dibagi menjadi dua bagian, yaitu rantai
2
karbon dan gugus karboksilat. Fosofolipid berfungsi untuk membentuk
lapisan bilayer.
Gambar 2.2.1 Model Membran Mosaik Cair
Sumber: http://www.hyperphysics.phy-astr.gsu.edu
3. Protein
Terbentuk dari 100-1000 asam amino kadar protein dalam sel hewan
17,8% dan pada tumbuhan 4%. Asam amino terdiri dari asam amino
esensial dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial hanya
didapatkan melalui makanan, sedangkan asam amino non-esensial hanya
dapat dibentuk dalam tubuh.
Penggolongan protein:
a. Berdasarkan struktur:
1. Protein Sederhana
Protein sederhana merupakan protein yang hanya terdiri dari asam
amino. Protein sederhana terdiri dari 2, yaitu:
a. Protein fibrosa: bentuk molekul panjang, sukar larut dalam air
dan sukar diurai oleh enzim. Contoh: protein aktin (otot).
b. Protein Globular: bentuk molekul bulat, mudah larut di air, sifat
larutan dapat asam, basa ataupun etanol. Cintoh: hemoglobin,
albumin, globumin.
3
2. Protein Gabungan
Protein gabungan merupakan protein yang bergabung dengan
senyawabukan protein. Senyawa bukan protein disebut juga gugus
prostetik. Contoh: lipoprotein, glikoprotein, dan lain-lain.
b. Berdasarkan peranan:
1. Protein struktural: berfungsi sebagai penunjang atau pembentuk
sel.
2. Protein fungsional: sebagai katalis pada reaksi kimia sel. Contoh:
enzim.
Peranan protein dalam sel:
1. Katalisator reaksi kimia
2. Membentuk struktur sel
3. Mengatur permeabilitas sel
4. Mengatur kadar metabolit yang diperlukan
5. Membentuk gen
6. Menjadi sinyal intraselular dan ekstraselular
7. Membawa informasi (carrier)
8. Membantu transportasi zat keluar masuk membran
9. Penggerak molekul sel
4. Asam Nukleat
Nukleotida dalam asam nukleat terdiri dari RNA dan DNA yang berfungsi
sebagai membawa serta mewarisi materi genetik di dalam sel.
Setiap nukleotida terdiri dari:
1. Gula pentosa.
Gula pentosa ada 2 jenis, yakni:
a. Deoksiribosa: gula ribosa yang kehilangan 1 atom oksigen, gula
deoksiribosa hanya terdapat pada DNA.
b. Ribosa: gula yang hanya terdapat pada RNA.
2. Basa Nitrogen
Basa nitrogen terdiri dari 2 jenis, yakni:
4
a. Purin: terdiri dari adenin (A) dan guanin (G)
b. Pirimidin: terdiri dari cytosin (C), timin (T) pada DNA dan terdiri
dari cytosin (C) dan urasil (U) pada RNA.
3. Gugus fosfat.
Tabel 2.2.1 Rangkaian Polinukleotida
Pembeda DNA RNA
Komponen Gula deoksiribosa, basa
pirimidin, sitosin dan
timin
Gula ribosa, basa
pirimidin, sitosin dan
urasil
Bentuk Rantai ganda dan berpilin Rantai tunggal dan
pendek
Letak Nukleus, kloroplas,
mitokondria (tumbuhan)
Nukleus, kloroplas,
mitokondria, sitoplasma
Kadar dalam Sel Tetap Berubah-ubah
RNA dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi 3, yaitu:
a.) mRNA/RNAd: membawa kode genetik. Susunannya komplementer
dengan salah satu rantai DNA.
b.) rRNA: RNA yang terdapat dalam ribosom.
c.) tRNA: RNA yang terdapat di sitoplasma yang membawa asam amino atau
anti-kodon ke ribosom.
2.3 Kromosom
DNA dan RNA terletak dalam kromatin di dalam kromosom. Kromatin
berbentuk seperti benang kusut dengan komposisi 27% DNA, 6%% RNA dan
67% protein. Protein dalam kromosom 50% berupa histon yang berperan
dalam pembungkus gen dan membentuk kerangka kromosom.
5
Gambar 2.3.2 Struktur Kromosom
Sumber: http://www.biologyonline.us
DNA atau RNA yang membawa informasi genetik akan diubah dalam bentuk
protein. Ada 2 tahap sintesis protein:
1. Transkripsi: proses penyalinan kode genetik dari DNA oleh mRNA/RNAd
untuk dibawa keluar nukleus. Peristiwa ini terjadi di nukleus.
2. Translasi: Proses keluarnya kodogen dalam mRNA dan diterjemahkan
oleh tRNA terjadi di ribosom.
2.4 Mutasi
Perubahan fisik yang terjadi pada bahan genetik. Perubahan dapat terjadi
berupa struktur, susunan, atau jumlah kromosom. Mutasi ada macam-
macam, diantaranya dibedakan berdasarkan jenis sel, cara terjadinya, serta
tempat terjadinya.
1. Mutasi berdasarkan jenis sel dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Mutasi Somatik
merupakan mutasi yang terjadi pada sel-sel tubuh dan perubahan
tersebut tidak diwariskan kepada keturunan.
b. Mutasi Genetik
merupakan mutasi yang terjadi pada sel-sel kelamin dan diwariskan
kepada keturunan.
2. Mutasi berdasarkan mekanisme terjadinya mutasi dibedakan menjadi
2, yaitu:
6
a. Mutasi alami
merupakan mutasi yang terjadi akibat kesalahan alami dalam
replikasi DNA lama.
b. Mutasi buatan
merupakan mutasi yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk
memunculkan ekspresi gen tertentu.
3. Mutasi berdasarkan tempat terjadinya mutasi, dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Mutasi gen/ mutasi titik
merupakan perubahan 1 atau 2 pasang basa DNA dalam gen.
b. Mutasi kromosom
merupakan perubahan struktur/jumlah tingkat kromosom.
Mutasi terjadi diakibatkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah:
1. Mutagen kimia
Mutagen kimia dibedakan menjadi 3, yaitu:
- Analog Basa: amino purin bromourasil lebih banyak yang mengganti
posisi basa DNA dalam gen.
- Bahan kimia pengubah struktur basa: asam nitrat mengubah sitosin
menjadi urasil dan membentuk ikatan hidrogen dan adenin.
- Bahan kimia pengubah struktur DNA: memutuskan benang DNA.
Contoh: peroksida.
2. Mutagen fisika
- Radiasi UV: menyebabkan 2 basa timin yang berdekatan membentuk
ikatan kovalen, akibatnya benang DNA tertekuk/bengkok.
- Radiasi pengion: merusak sel dengan menguraikan molekul didalam
DNA menyebabkan putusnya benang DNA karena adanya radikal.
3. Mutagen biologi
Berupa bahan genetik asam nukleat yang dibawa oleh virus/bakteri.
Contoh: bakteriofag, virus rubella dan agrobacterium.
7
2.5 Evolusi sel
a. Sel-sel yang pertama kali muncul
Pada saat bumi masih berusia muda, ditemukan fosil gundukan bakteri di bumi
antara lain yang dapat bernafas dengan o2, serta yang dapat berfotosintesis.
Kemudian, kedua tipe sel tersebut berevolusi menjadi sel yang memiliki organel.
Perlahan, dari awal muncul organel seperti reticulum endoplasma dan badan
golgi. Kemudian sel berkembang dengan ditemukannya mitokondria dan
kloroplas khusus untuk sel tumbuhan. Seiring dengan berjalannya waktu, sel baik
hewan maupun tumbuhan terus berevolusi hingga menjadi sel dengan organel-
organel seperti yang kita pelajari saat ini.
b. Evolusi Sel berdasarkan Perkembangan RNA
1. Molekul organik simple muncul
2. Molekul yang tereplikasi berkembang dan mulai untuk menjalani seleksi
natural
3. Molekul yang tereplikasi mulai tertutup dengan membrane sel
4. Beberapa sel mulai berevolusi dengan proses metabolism yang modern
5. Sel berkembang menjadi sel multiseluler yang ada seperti sekarang
c. Evolusi Sel berdasarkan Metabolisme Sel
Karena sel berasal molekul organic laut, sehingga mereka mampu
menghasilkan energi dan mendapatkan makanan.
Saat situasi tidak menguntungkan (terbatas), sel butuh melibatkan
mekanisme mereka untuk menghasilkan energi dan mensintesiskan
molekul penting untuk proses replikasi mereka.
Pembentukan dna pengaturan fungsi metabolism energi adalah
pusat dari semua aktivitas sel.
Mekanisme yang digunakan sel saat ini untuk membentuk ATP
terdiri atas 3 tahap, yaitu glikolisis, fotosintesis, dan metabolism
oksidatif. Perkembangan ketiga proses tersebut disebabkan
perubahan atmosfer bumi sehingga seiring dengan itu terjadi
8
Struktur Membran Inti
Eukariotik
Prokariotik
Cara Hidup
Solitaie
Koloni
Cara Mendapatkan
Makanan
AutotrofKemoautotrofFototrof
Heterotrof
perubahan bentuk sel karena harus beradaptasi dengan keadaan di
lingkungan sekitar.
2.6 Keanekaragaman dan Sifat Umum Sel
Sel adalah unit terkecil makhluk hidup yang dapat melakukan seluruh fungsi
kehidupan. Seperti diri kita, sel dapat membentuk tubuh, dapat tumbuh,
bereproduksi, memproses suatu informasi, menstimulasi dan membawa
kesatuan reaksi kimia yang luar biasa
Berikut adalah bagan klasifikasi sel berdasarkan beberapa kategori:
Gambar 2.6.1: Klasifikasi sel
Berdasarkan struktur membran inti, sel dapat dibagi menjadi sel eukariotik
dan prokariotik. Perbedaan antara sel eukariotik dan prokariotik dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.6.1 Perbedaan sel eukariotik dan prokariotik
Sifat Prokariotik Eukariotik
Kingdom Archae,
bacteria
Hewan,
tumbuhan,
jamur,
protista
Ukuran <5µm >10µm
Mitokondri
a
Tidak ada Ada
9
Reproduksi Aseksual Seksual dan
aseksual
Ukuran
Ribosom
70s (kecil) 80s (besar)
Nukleus Tidak ada, tapi
ada nukleoid
Ada
Organel Susunan
simpel
Susunan
kompleks
Membran
Inti
Tidak ada Ada
Sel hewan dan tumbuhan juga memiliki perbedaan struktur sebagai berikut:
Tabel 2.6.2 Perbedaan sel hewan dan tumbuhan
Hewan Tumbuhan
Lebih kecil dari sel
tumbuhan
Lebih besar
dari sel hewan
Vakuola kecil Vakuola besar
Tidak ada dinding
sel
Mempunyai
dinding sel
Memiliki
sentrosom
Tidak memiliki
sentrosom
Memiliki lisosom Tidak memiliki
lisosom
Tidak memiliki
plastida
Memiliki
plastida
10
Sel adalah unit terkecil dari suatu organisme, sel bersifat sama yang berkumpul
akan membentuk jaringan, jaringan yang sama berkumpul akan membentuk
organ, organ membentuk sistem organ, dan sistem organ tersebut membentuk
organisme.
Gambar 2.6.2 Tingkatan sel menjadi organisme
Sel dapat mengalami pembelahan. Pada sel prokariotik, pembelahan yang terjadi
adalah pembelahan biner atau amitosis. Pada sel eukariotik, dapat terjadi
pembelahan mitosis dan meiosis.
Gambar 2.6.3. Pembelahan mitosis dan meiosis
Stem cell atau sel punca adalah sel yang dapat membangun jaringan. Sel ini
berada hampir di seluruh jaringan tubuh kita dan terbentuk pada saat embrio kita
mengalami pembelahan ke-8. Stem cell dapat digunakan untuk membetulkan
11
Sel
Jaringan
Organ
Sistem Organ
Organisme
Induk
Identik dengan induk Berdeferensiasi
Sel darah, Sel Otot, Sel Otak
jaringan atau sel yang rusak akibat pengobatan kanker. Berikut adalah contoh
bagan pembelahan pada stem cell.
Gambar 2.6.4 Pembelahan stem cell
Sel tumor adalah kondisi pertumbuhan sel tidak normal sehingga membentuk lesi
(benjolan), yang kadang mengganggu fungsi tubuh. Sedangkan kanker adalah
penyakit degeneratif karena pertumbuhan kelompok sel yang tidak dapat dikontrol
(tumor). Tumor tidak selalu berbahaya, kecuali telah masuk tahap tumor ganas,
maka penyakit sudah masuk tahap kanker.
2.7 Pertumbuhan dan Pembelahan Sel
Pertumbuhan sel secara mudah dapat dilihat melalui siklus hidup sel. Siklus sel
merupakan serangkaian kejadian dengan urutan tertentu berupa duplikasi
kromosom sel dan organel didalamnya yang mengarah ke pembelahan sel. Pada
sel eukariotik, proses perbanyakan atau sintesis bahan genetik terjadi sebelum
berlangsungnya proses pembelahan sel, mitosis atau meiosis.
Pada dasarnya siklus sel terdapat 2 fase utama yaitu fase S (DNA sintesis) dan
fase M (Mitosis). Pada fase S terjadi duplikasi kromosom, organel, dan protein
interseluler dan pada fase M terjadi pemisahan kromosom dan pembelahan sel.
Sebagian besar sel memerlukan waktu ekstra untuk proses sintesis sehingga pada
siklus sel terdapat ekstra fase Gap yaitu Gap 1 antara fase M dan fase S serta Gap
2 antara fase S dan Mitosis. Hal ini mendasari pembagian fase menjadi 4 fase
yaitu Fase G1, Fase S, Fase G2 (ketiganya disebut Interfase) dan fase M (mitosis
12
dan sitokinesis). Interfase adalah fase istirahat, sel ini sebenarnya sangat aktif
secara biokimia walaupun terlihat tidak ada perubahan morfologi (waktu lama, 23
jam dalam 1 siklus 24 jam). M phase (mitosis) merupakan inti dari siklus sel dan
secara morfologi terjadi perubahan yang jelas teramati berupa kromosom yang
tertarik ke kutub, sitogenesis dan akhirnya sel terbagi menjadi dua (waktu cepat, 1
jam dalam 1 siklus 24 jam).
Gambar 2.7.1 Siklus Sel pada Eukariot: Interfase dan Mitosis (Sumber : Campbell et al. 1999).
Berikut merupakan tabel deskripsi siklus sel,
Tabel 2.7.1. Deskripsi Siklus Sel
Fase G1 dan G2 bukan hanya sebagai ekstra waktu proses sintesis namun juga
berperan sebagai ekstra waktu bagi sel untuk memonitor kondisi lingkungan
internal dan eksternal sebelum masuk ke fase S dan M. Jika kondisi lingkungan
13
tidak mendukung maka sel berhenti berprogress pada G1 dan bahkan memasuki
kondisi kondisi istirahat pada G0 (G zero). Jika kondisi lingkungan mendukung
dan terdapat sinyal untuk tumbuh maka sel akan memulai proses pada suatu titik
akhir G1 yang disebut titik "Start". Setelah melalui titik ini sel akan mulai masuk
fase S ditandai dengan Replikasi DNA yang terus berlangsung bahkan walau
signal pertumbuhan dan pembelahan sudah tidak ada.
Mitosis dan meiosis merupakan bagian dari siklus sel dan hanya mencakup 5-10%
dari siklus sel. Persentase waktu yang besar dalam siklus sel terjadi pada interfase.
Interfase terdiri dari periode G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi
pembentukan senyawa-senyawa untuk replikasi DNA, juga terjadi replikasi
organel sitoplasma sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel memasuki
periode S yaitu fase terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi,
sel tumbuh (G2) mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom,
dan selanjutnya diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan
sitoplasma (C). Selanjutnya sel hasil pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru
(G1).
Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik
tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis
terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Fase
mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat perbedaan
mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan. Pada hewan
terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat
telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah.
1. Profase
Pada awal profase, sentrosom dengan sentriolnya mengalami replikasi dan
dihasilkan dua sentrosom. Masing-masing sentrosom hasil pembelahan bermigrasi
ke sisi berlawanan dari inti. Pada saat bersamaan, mikrotubul muncul diantara dua
sentrosom dan membentuk benang -benang spindle, yang membentuk seperti bola
sepak.
14
Pada sel hewan, mikrotubul lainnya menyebar yang kemudian membentuk aster.
Pada saat bersamaan, kromosom teramati dengan jelas, yaitu terdiri dua kromatid
identik yang terbentuk pada interfase. Dua kromatid identek tersebut bergabung
pada sentromernya. Benang-benang spindel terlihat memanjang dari sentromer.
2. Metafase
Masing-masing sentromer mempunyai dua kinetokor dan masing-masing
kinetokor dihubungkan ke satu sentrosom oleh serabut kinetokor. Sementara itu,
kromatid bersaudara begerak ke bagian tengah inti membentuk keping metafase
(metaphasic plate).
3. Anafase
Masing-masing kromatid memisahkan diri dari sentromer dan masing-masing
kromosom membentuk sentromer. Masing-masing kromosom ditarik oleh benang
kinetokor ke kutubnya masing-masing.
4. Telofase
Ketika kromosom saudara sampai ke kutubnya masing-masing, mulainya telofase.
Kromosom saudara tampak tidak beraturan dan jika diwarnai, terpulas kuat
dengan pewarna histologi.
Tahap berikutnya terlihat benang-benang spindle hilang dan kromosom tidak
terlihat (membentuk kromatin; difuse). Keadaan seperti ini merupakan
karakteristik dari interfase. Pada akhirnya membran inti tidak terlihat diantara dua
anak inti. Selama fase akhir pembelahan mitosis, muncul lekukan membran sel
dan lekukan makin dalam yang akhirnya membagi sel tetua menjadi dua sel anak.
Sitokinesis terjadi karena dibantu oleh protein aktin dan miosin.
Sementara itu, meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada
jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta
terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu,
pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis
I) dan pembelahan II (meiosis II). Meiosi I dan meiosis II terjadi pada sel
15
tumbuhan. Demikian juga pada sel hewan terjadi meiosis I dan meiosis II. Baik
pada pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fase pembelahan seperti pada
mitosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I, metafase I, anafase I , telofase I,
profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Akibat adanya dua kali proses
pembelahan sel, maka pada meiosis, satu sel induk akan menghasilkan empat sel
baru, dengan masing-masing sel mengandung jumlah kromosom setengah dari
jumlah kromosom sel induk.
Perkembangan sel prokariotik dilakukan secara amitosis yakni dengan
pembelahan biner. Inti sel bakteri dan beberapa alga uniseluler tidak memiliki
membran (prokariot), kromosomnya sirkuler atau berbentuk lingkaran, disebut
nukleoid. Ketika sel akan membelah kromosom dan seluruh isi sel digandakan ,
selanjutnya sel membelah menjadi 2 sel yang baru tanpa melalui siklus sel seperti
proses reproduksi pada sel eukariot.
Pada sel bakteri terjadi pembelahan biner atau pembelahan sel menjadi dua sel
anak yang identik atau serupa. Pembelahan sel secara biner dimulai ketika sel
mulai memanjang dan dinding sel tua membelah pada tempat dekat bagian tengah
sel. Pada bagian tengah, kromosom bakteri yang sirkuler melekat pada membran
plasma. Enzim-enzim segera memisahkan dua rantai DNA. Setelah replikasi DNA
dimulai, titik awal perlekatan terhadap membran plasma menjadi dua titik,
membran baru disisipkan diantara keduanya, dan bergerak menjauh
2.8 Sel Berubah Bentuk dan Bergerak
Sel mampu berubah bentuk dan bergerak karena adanya sitoskeleton, yakni
rangka sel yang terdiri dari jaring-jaring berkas protein yang menyusun sitoplasma
dalam sel. Sitoskeleton inilah yang mengeluarkan gaya untuk menggerakan
seluruh bagian sel. Sitoskeleton ini tersusun dari tiga macam protein filament
yang terorganisir dan terkoneksi satu sama lain. Ketiga protein filament tersebut
adalah
1) Intermediate filaments (filamen intermediat)
16
Filamen intermediate berbentuk pembuluh dan terdiri atas 4-5 protofilamen
yang tersusun secara melingkar, dengan ukuran antara 8 hingga 12 nm.
Protein filament sendiri terdiri dari protein fibrosa yang menyebabkan
bentuknya sangat stabil dan elastic (liat). Fungsi dari filament intermediate
adalah untuk menyokong dan menjaga bentuk sel beserta isinya.
2) Microtubules (mikrotubulus)
Mikrotubulus adalah susunan mikrotubulin yang membentuk tabung yang
mempunyai struktur yang lebih kokoh dari aktin. Mikrotubulus memiliki
dua macam ujung, yakni ujung negative yang terhubung dengan pusat
pengatur organel mikrotubulus, serta ujung positif yang letaknya sangat
dekat dengan membran plasma.
Mikrotubulus memiliki peranan yang penting dalam sel. Fungsi dari
mikrotubulus antara lain adalah:
a. Memberi bentuk dan menopang struktur sel,
b. Membantu pengaturan berbagai posisi organel yang ada di dalam sel,
c. Membantu pembentukan sentriol untuk pembelahan sel, serta flagella dan silia untuk pergerakan sel, dan
d. Membantu proses pembelahan sel dengan berperan dalam pergerakan sel.
3) Microfilaments (mikrofilamen)
Mikrofilamen merupakan rantai ganda protein yang sangat tipis yang saling
bertaut, yang terdiri dari dua macam protein, yakni aktin dan miosin.
Mikrofilamen sendiri berfungsi untuk membantu pergerakan sel dan juga
peroksisom.
Ketiga protein filament tersebut saling berkoordinasi dan berinteraksi satu
sama lain dan membentuk sitoskeleton dalam sel hewan. Sitoskeleton
memiliki peranan yang besar dalam sel, yakni:
a. Menjadikan sel memiliki kekuatan untuk mempertahankan keseimbangan bentuk sel.
17
b. Menopang kerangka sel agar sel tetap kokoh.
c. Membantu pergerakan intrasel.
d. Membantu proses metabolisme dan aktivitas biokimia dalam sel.
Seluruh filament sitoskeleton adalah polimer protein panjang yang bekerja pada
sistem untuk secara bergantian mengembang dan mengempiskan sitoskeleton,
sehingga dapat mengatur bentuk sel. Dalam beberapa sel, sitoskeleton relatif
berada dalam keadaan stabil, tetapi dalam beberapa sel lainnya, sitoskeleton
secara terus menerus berubah bentuk. Penyusutan sitoskeleton di suatu bagian sel
dan pengembangan sitoskeleton di bagian sel lain meghasilkan perubahan
terkoordinasi dalam bentuk yang menghasilkan cell locomotion (Pergerakan Sel).
Contohnya, sebuah sel dapat memanjangkan bagian tubuhnya dan menempelkan
bagian tersebut ke permukaan suatu benda atau sel lain, lalu menarik seluruh
bagian tubuhnya mendekati benda/ sel lain tersebut. Umumnya, rata-rata sel dapat
bergerak dengan kecepatan 20 micro meters/second.
2.9 Komunikasi dan Respon Sel
Komunikasi antar sel memiliki peranan penting untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian kegiatan sel, jaringan, organ tubuh, serta mempertahankan
homeostatis. Terdapat dua jenis komunikasi antar sel dalam tubuh manusia, yakni
wired system (komunikasi melalui saraf atau listrik) dan non-wired system
(komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intra sel adalah jenis komunikasi
yang terjadi di dalam sel.
Terdapat empat tipe penyampaian molekul sinyal, yaitu:
1) Endokrin: sel target jauh dan menggunakan mediator hormon yang dibawa
melalui pembuluh darah.
2) Parakrin: Mediator lokal. Mempengaruhi sel target tetangga, dimobilisasi
oleh extra cellular matrix enzyme.
3) Autokrin: Sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu
sendiri.
4) Sinaptik: Penyampaian sinyal dapat dilakukan dengan cara protein dari
suatu sel yang berikatan langsung dengan protein lain pada sel lain.
18
Dalam tubuh terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:
1) Komunikasi langsung, komunikasi antar sel yang berdekatan dengan
mentransfer sinyal listrik berupa ion-ion atau sinyal kimia melalui gap
junction.
2) Komunikasi lokal atau komunikasi parakrin-autokrin, komunikasi
yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke interstitial untuk
berkomunikasi dengan sel lain (sinyal parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal
autokrin).
3) Komunikasi jarak jauh, komunikasi antar sel melalui sinyal listrik yang
dihantarkan sel saraf atau dengan sinyal kimia (hormon atau
neurohormon) yang dialirkan melalui darah.
Molekul sinyal yang sama dapat menginduksi respon yang berbeda pada sel target
yang berbeda. Sinyal-sinyal kimia dapat berupa protein, asam amino, peptida,
nukleotida, steroid, dan gas. Sinyal-sinyal tersebut diproduksi oleh signal cell dan
didteksi oleh protein reseptor sebagai sel target. Bentuk respon sel meliputi
kenaikan dan penurunan laju transport, sekresi, metabolisme oksidatif, inisiasi
pembelahan sel dan pergerakan sel.
Pengubahan sinyal dari satu bentuk ke bentuk lain dalam sel disebut transduksi
sinyal. Secara singkat langkah-langkah transduksi sinyal adalah:
1) Sintesis molekul sinyal oleh sel yang memberi sinyal.
2) Pelepasan molekul sinyal oleh sel yang memberi sinyal.
3) Transpor sinyal oleh sel target.
4) Pengikatan sinyal oleh reseptor spesifik yang menyebabkan aktivasi
reseptor tersebut.
5) Inisiasi satu atau lebih jalur transduksi sinyal intrasel.
6) Perubahan spesifik fungsi, metabolisme, atau perkembangan sel.
7) Pembuangan sinyal yang mengakhiri respon sel.
Reseptor permukaan sel dibagi dalam 3 kelas:
19
1) Reseptor ion-channel linked : menutup dan membuka sebagai respon
pengikatan molekul sinyalnya.
2) Reseptor G-protein linked: sinyal akan melewati protein terikat GTP
(protein G) berasosiasi dengan reseptor.
3) Reseptor enzyme linked: bila terikat, molekul sinyal akan mengaktifkan
enzim pada bagian akhir reseptor di dalam sel atau juga enzim yang
terasosiasi.
2.10 Kematian Sel
Ketika sel dalam organisme multiseluler terinfeksi virus atau rusak parah, sel
tersebut akan mati. Sel yang mati terkadang mengeluarkan racun yang dapat
menyebabkan kerusakan pada sekitar sel mati tersebut. Selain karena terinfeksi
virus dan rusak parah, sel juga dapat mati ketika sel gagal menerima sinyal
memelihara kehidupan (life-maintaining signal) atau ketika mereka menerima
sinyal kematian (death signal). Proses kematian sel yang seperti ini dinamakan
apoptosis. Dalam proses apoptosis, sel yang sedang sekarat akan menghasilkan
protein yang digunakan untuk meledakan diri sendiri. Kematian sel yang
disebabkan oleh proses apoptosis memungkinkan sel untuk menghindari
pengeluaran racun yang dapat membahayakan sel-sel sekitarnya.
Gambar 2.10.1 Proses Apoptosis
20
Proses apoptosis dikendalikan oleh berbagai tingkat sinyal sel, yakni dapat berasal
dari sumber ekstrinsik ataupun intrinsik. Beberapa contoh sumber sinyal
ekstrinsik adalah hormon, faktor pertumbuhan, nitric oxide, dan sitokin. Sumber
sinyal ekstrinsik agar dapat menimbulkan respon dan mengaktifkan kerja
apoptosis harus dapat menembus membran plasma ataupun transduksi.
Sementara itu, sinyal intrinsik apoptosis merupakan suatu respon yang diinisiasi
oleh sel sebagai respon terhadap stress dan akhirnya dapat mengakibatkan
kematian sel. Pengikatan reseptor nuklear oleh glukokortikoid, panas, radiasi, dan
kekurangan nutrisi merupakan contoh keadaan yang dapat menimbulkan sinyal
apoptosis intrinsik melalui kerusakan sel.
Sinyal apoptosis haruslah dihubungkan dengan pathway kematian sel melalui
regulasi protein sebelum terjadi proses kematian sel melalui enzim. Pada regulasi
ini terdapat dua metode yang telah dikenali untuk mekanisme apoptosis, yaitu
melalui mitokondria (Intrinsik Pathway) yang terjadi karena adanya permeabilitas
mitokondria dan pelepasan molekul pro-apoptosis, serta penghantaran sinyal
secara langsung melalui adapter protein (Ekstrinsik Pathway); yang diinisiasi oleh
pengikatan reseptor kematian pada permukaan sel pada berbagai sel.
Secara singkat, mekanisme apoptosis adalah sebagai berikut.
1. Adanya sinyal kematian (penginduksi apoptosis), baik ekstrinsik maupun
intrinsik.
2. Tahap integrasi atau pengatuan (transduksi sinyal, induksi gen apoptosis
yang berhubungan, dan sebagainya).
3. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dan
sebagainya)
4. Fagositosis.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sel merupakan satuan terkecil struktural dan fungsional organisme. Sel tersusun
atas karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Sel dapat mengalami mutasi,
yakni perubahan fisik yang terjadi pada bahan genetik. Perubahan ini dapat terjadi
pada struktur, susunan, atau jumlah kromosom.
Sel dibedakan atas beberapa kategori, diantaranya berdasarkan keadaan inti sel
(sel eukariotik dan prokariotik), berdasarkan cara hidup (solitae dan koloni), serta
berdasarkan cara mendapatkan makanan (autotrof dan heterotrof). Sel sebagai unit
fungsional organisme selalu mengalami pertumbuhan, bereproduksi, serta
meneruskan dan memproses informasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/mitosis_miosis.html diakses pada 25 September 2013http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/mekanisme-dan-regulasi-apoptosis1.pdf diakses pada 25 September 2013http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2061/1/09E01457.pdf diakses pada 25 September 2013Lodish, dkk. Molecular Cell Biology Sixth Edition. 2007. Basingstoke: W.H. Freeman and Company.Karp G. 2002. Cell and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley & Son: New York.
23