bab ii
DESCRIPTION
noneTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Mud logging unit merupakan suatu instrument yang digunakan
didaerah pemboran, yang berfungsi didalam mencatat data pemboran
dan monitoring proses pemboran. mud logging instrumen merupakan
produksi baru dengan teknologi tinggi yang mengandung berbagai
macam teknik seperti pengeboran minyak, geologi , teknologi
penginderaan, teknik microelectric, teknologi komputer, mesin
precisition, analisis kromatografi, teknologi kontainer manufaktur.
Mud logging Unit adalah instrument elektronik terlengkap yang
digunakan didaerah pengeboran minyak dan gas bumi. Alat ini
berfungsi mencatat data pengeboran, monitor proses pengeboran
agar bisa menjamin operasi aman.
Dalam pengumpulan data selama operasi, ditangani oleh data
unit/ Mud Logging Unit. Jadi pada setiap pemboran sumur eksplorasi,
Mud Logging Unit merupakan mitra aktif wellsite geologist dalam
pengumpulan data secara maksimal.
Lumpur logging instrumen dapat memonitor secara terus-
menerus, menunjukkan minyak dan gas bumi selama periode
pengeboran dan memberikan penjelasan dan evaluasi untuk
5
6
menunjukkan, dengan cara mengumpulkan dan menganalisa sampel
batuan, itu menetapkan lapisan batuan secara real-time.
Untuk mengetahui kemajuan/ laju pemboran yang dideteksi
dengan sensor jenis output pulsa (on/off), dimonitor didalam kabin
melalui monitor, recorder dan depth counter. Data ini dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya drilling break (formasi permeable
atau adanya zona transisi tekanan abnormal), dapat bisa digunakan
untuk data perhitungan perkiraan tekanan formasi (dengan d-
exponent).
Mud Logging Unit umumnya terdiri dari beberapa sensor,
konversi sinyal dan proses sirkuit, sistem sumber tenaga (power
supply system). Seluruh bagian instrument terpasang didalam unit
(container).
Adapun operasi mud logging unit melalui pekerjaan-pekerjaan
sebagai berikut :
1. Pengamatan dan pengawasan sub serface geologi, seperti ;
a. Melakukan pengambilan, pencucian, pengepakan serta
pemerian litologi serbuk bor, teras inti, teras samping, deteksi
adanya indikasi hidrokarbon serta membuat log litologi.
b. Mengumpulkan serbuk bor basah dan kering yang disesuaikan
dengan kebutuhan eksplorasi setiap selang pengambilan,
7
c. Pengamatan indikasi hidrokarbon secara langsung dengan
fluoroscope dan larutan kimia pada serbuk bor, teras inti dan
teras samping,
d. Melakukan diskusi dan evaluasi dengan Wellsite Geologist
dalam korelasi stratigrafi, pengamatan serbuk bor dan lain-lain,
e. Melakukan interpretasi log menggunakan komputer dengan
supervisi Wellsite Geologist.
2. Pengamatan dan pengawasan parameter pemboran :
a. Melakukan pencatatan data pemboran ( WOB, RPM, Mud
Pressure, SPM dll ) dan pengontrolan pada kecepatan penetrasi
pemboran, kecepatan pompa lumpur ( pump stroke counter ).
b. Pengontrolan pada kecepatan penetrasi pemboran, kecepatan
pompa lumpur.
c. Melakukan pengukuran/pengamatan/pencatatan yang terus
menerus terhadap berat jenis lumpur, temperatur lumpur yang
masuk dan keluar, loss/gain fluida dalam sistim sirkulasi, adanya
kerusakan mekanis pada peralatan rig, pahat, rangkaian pipa
dan pompa, risistivity in/out.
d. Pencatatan shale density/bulk density.
e. Kick Control, deteksi awal adanya fluida formasi dan melaporkan
segera ke derrick floor.
f. Pengawasan cabut/masuk peralatan pemboran.
8
g. Deteksi secara terus menerus dalam hal adanya kegagalan
mekanis pada pahat, rangkaian pemboran, pompa dan
melaporkan kepada Wellsite Geologist dan Driller/Toolpusher.
h. Menangani pekerjaan-pekerjaan yang ditugaskan oleh Company
Representative (ATL/ Wellsite Geologist/Toolpusher) untuk
kelancaran operasi pemboran.
i. Melaporkan segera data dan memberikan saran/rekomendasi
apabila ada penyimpangan dari program ( tidak normal )
j. Melaporkan secara tertulis seluruh data dan hasil pemeriksaan
setiap hari sesuai dengan sistim pelaporan.
k. Membuat laporan akhir yang berisi semua hasil pemboran, data
teknis dan evaluasi selama pemboran sumur.
2.1 Monitoring dan Sistem Pelaporaan
2.2.1 Gain Loss Monitor
Dilakukan bila kondisi sumur sedang loss atau kick.
Adapun parameter yang perlu dicatat adalah Depth, SPM, Flow
rate, Total pit volume, Total gain loss.
2.2.2 Drilling Monitor
Pengamatan dan pencatatan semua parameter drilling
baik saat drilling ataupun reaming,tiap 5 menit atau jika terjadi
perubahan parameter. Hal ini untuk menghetahui lebih cepat
bila terjadi perubahan parameter atau memudahkan pencarian
9
data bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Adapun parameter yang
perlu dicatat yaitu Depth, RPM,WOB, ROP, Flow Rate, SSP,
dan lain-lain.
2.2.3 Cementing Monitor
Penyemenan casing dilakukan setelah masuk
casing,untuk mengikat casing dengan dinding sumur dan untuk
mengisi annulus casing agar aman, untuk trayek pemboran
selanjutnya.
Penyemenan plug dilakukan bila menembus zona loss
yang tidak dapat ditanggulangi dengan LCM dalam hal ini
cement ditempatkan pada zona loss. Yang perlu dimonitor saat
penyemenan adalah perhitungan volume/ stroke dicplace dan
perbedaan hidrostatik antara lumpur distring dan dianulus,
pump stroke (bila menggunakan pompa rig) saat pemompaan
displace semen dan lain-lain.
2.2.4 Trip Monitor
Dilakukan pada saat kondisi cabut atau masuk
rangkaian. Hal ini untuk mengamati terjadi loss atau statis
selama cabut atau masuk rangkaian, juga untuk mengetahui
lebih dini adanya efek swab dan surge prees. Untuk mencegah
efek swab saat cabut rangkain,sebaiknya bila posisi bit masih
open hole,kecepatan cabut tidak lebih dari 10 menit/meter.
10
2.2.5 Pressure Monitor
Dilakukan pada saatkondisi sumur sedang tutup (shut in)
ataupun saat drilling. Shut in well dilakukan dikarenakan terjadi
kick. Parameter yang perlu dicatat yaitu casing pressure dan
stand pipe pressure.
2.3 Sensor
Didalam mud logging system ada beberapa klasifikasi sensor,
bisa pengukuran , output rate dan prinsip operasinya. Berdasarkan
prinsip kerjanya sensor dapat dibagi :
2.3.1 Analog Sensor
a. Pit Sensor
Sensor pit menggunakan ultra sonic probe merk
milltronics. Pit sensor ini adalah kombinasi sensor dan
electronic dalam suatu paket. Adapun parameter yang
dihasilkan yaitu volume, pit gain, total pit, trip tank volume
trip tank gain.
b. Mud Density Sensor
Sensor ini ada dua buah terpasang dipossum belly
untuk MW out dan di pit aktif untuk MW in cara kerja sensor
ini berdasarkan pengaruh lumpur terhadap membrane yang
terpasang disensor dan diproses kedalam bentuk satuan
11
arus listrik (mA). Adapun parameter yang dihasilkan yaitu :
MW out dan in.
c. Temperatur Sensor
Sensor ini ada dua terpasang dipossum belly temp
out dan pit aktif untuk temp in. Cara kerjanya berdasarkan
pengaruh temperatur lumpur terhadap sensor yang
terpasang dan diproses dalam bentuk satuan arus listrik
(mA). Parameter yang dihasilkan yaitu temp out dan in.
d. Gas Trap (degasser)
Degasser dipasang dipossum belly. Prinsip kerjanya
ini pada dasarnya mengaduk lumpur dengan agitator agar
gas dalam lumpur keluar dan dihisap oleh vacuum pump
untuk dianalisa oleh total gas Analysa chomatograph
maupun co2 detector.
e. Hook Load Sensor
Sensor hook load dipasang dipancake atau
menggunakan fasilitas pada rig hook load sensor dengan
menambah T pada high pressure hose. Prinsip kerjanya
sensor sama dengan pressure tranducer, yang mendapat
tekanan saat saat drilling line mendapat beban dan takanan
akan ditransfer engineering interface. Parameter yang
dihasilkan hook load, slip status, WOB, Bit Depth dan depth.
12
f. Stand Pipe Pressure Sensor
Sensor dipasang di stand pipe pressure, prinsip
kerjanya sama dengan pressure tranducer yang mendapat
tekanan saat pemompaan melewati stand pipe. Parameter
yang dihasilkan yaitu stand pipe pressure (SSP).
g. Casing Pressure Sensor
Sensor dipasang di BPM (Back Pressure Manifold),
prinsip kerjanya dengan pressure tranducer yang mendapat
tekanan saat pipe ram ditutup dan ada pressure melewati
BPM. Tekanan tersebut akan ditransfer ke Engineering
Interface sebagai arus listrik (0-24 mA). Parameter yang
dihasilkan yaitu casing pressure (CSIP).
h. Torque Sensor
Sensor berupa press tranducer 5000 psi dipasang di
Drilling console atau di “T” connector torque Top Drive,
prinsip kerja sensor dengan pressure tranducer yang
mendapat tekanan saat pipa diputar. Tekana tersebut akan
ditransfer ke Engineering Interface sebagai arus listrik (0 –
24 mA). Parameter yang dihasilkan adalah torque.
i. Sensor Flow out
Sensor flow out dipasang di flow line. Prinsip kerja
dengan menggunakan potensio meter, potensio meter
tersambung dengan pedal, pedal akan naik turun bila ada
13
aliran lumpur melewati flow line. Parameter yang dihasilkan
adalah Flow in dan Flow out.
.
2.3.2 Digital sensor
a. RPM Sensor
Sensor dan target dipasang di motor pengerak rantai
pemutar Kelly terletak didepan drilling console. Dekat
dengan drawworks. Bila dengan Top Drive, ada fasilitas
untuk RPM mud logging dengan menggunakan connector 5
kaki. Prinsip kerjanya berdasarkan system electromagnetic
yang ditransfer kedalam arus listrik. Sensor mengirimkan
signal digital ke console jika didekati oleh suatu target.
Parameter yang dihasilkan yaitu RPM dan Dc-exp.
b. SPM Sensor
Sensor pompa dipasang diatas liner pompa rig atau
pada putaran yang menggerakan pompa. Prinsip kerjanya
berdasarkan system electromagnetic yang ditransfer
kedalam arus listrik. Sensor mengirimkan signal digital ke
console jika didekati oleh suatu target.
Adapun parameter yang dihasilkan yaitu: SPM,Total
stroke,down stroke,Lag Depth, Down Time,Pump Rate, dan
Hydrolika pemboran.
14
c. Sensor Depth ROP
Sensor depth dipasang didrawwork yaitu diletakan
diporos dari drawwork itu sendiri. Cara kerjanya sensor ini
adalah mengukur banyaknya putaran yang dilakukan oleh
drawworks melalui photoelectric induction.pengukuran jarak
pergerakan keatas dan kebawah dari hook height dapat
diubah dengan menggunakan metode perhitungan yang
pasti.
Adapun parameter yang dihasilkan yaitu: depth, Bit
Depth, ROP dan Hook position.