bab ii

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rokok Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individudan masyarakat. Disebutkan juga bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Ervina, 2007). Rokok berbentuk silinder berukuran panjang antara 70-120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Umar, 2011). 2.2 Bahan Baku Rokok Rokok terbuat dari tembakau yang diperoleh dari tanaman Nicotiana Tabacum. Daun tembakau dapat pula dikunyah, dan ada pula yang dihisap melalui hidung. Di Indonesia, tembakau ditambah dengan cengkih dan bahan-bahan lain yang dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek dan tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (tembako kunyah). 2.3 Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok Secara keseluruhan rokok adalah campuran senyawa kompleks yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Terlepas dari

Upload: dian-nur-rahmawati

Post on 06-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

VDCCCC

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Rokok Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individudan masyarakat. Disebutkan juga bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Ervina, 2007). Rokok berbentuk silinder berukuran panjang antara 70-120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Umar, 2011). 2.2 Bahan Baku Rokok Rokok terbuat dari tembakau yang diperoleh dari tanaman Nicotiana Tabacum. Daun tembakau dapat pula dikunyah, dan ada pula yang dihisap melalui hidung. Di Indonesia, tembakau ditambah dengan cengkih dan bahan-bahan lain yang dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek dan tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (tembako kunyah). 2.3 Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok Secara keseluruhan rokok adalah campuran senyawa kompleks yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Terlepas dari stimulan nikotin biasa, asap rokok juga mengandung tar yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia termasuk sekitar 60 bahan kimia karsinogenik yang berbahaya. Hampir semua jenis zat tersebut mematikan. Zat-zat inilah yang menyebabkan penyakit paru-paru, jantung dan penyakit berbahaya lainnya antara lain: 2.3.1 Nikotin Nikotin menyebabkan ekskresi katekolamin dalam darah meningkat. Hal ini akan meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan konstriksi pembuluh darah perifer. NO endogen dirangsang oleh nikotin yang kemudian akan meningkatkan tingkat dopamin post sinaps (Rachim, Marisa 2012). Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier, bersifat basa lemah degan pH 8,0. Asap rokok pada umumnya bersifat asam dengan pH 5,5 dan pada pH ini nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa pipi hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok. Nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung sehingga kerja jantung lebih berat.Nikotin juga berpengaruh terhadap pembuluh darah yakni merusak endotel pembuluh darah dan terhadap trombosit dengan meningkatkan agregasi trombosit.Nikotin diduga sebagai penyebab ketagihan merokok, Perokok merasa lebih buruk jika mereka tidak merokok padahal nikotin juga mengganggu kerja saraf otak dan banyak organ tubuh lainnya.Nikotin juga dapat mengaktifkan trombosit sehingga terjadi adhesi (penempelan) trombosit pada pembuluh darah. Kandungan nikotin dalam rokok bervariasi tiap mereknya, berkisar 1.8-41.3 mg/g tiap rokok dengan rata-rata 8.32 mg/g. Konsentrasi nikotin dalam darah juga bervariasi yaitu sekitar 4 72 ng/ml dengan rata- rata 33ng/ml. Nikotin dalam darah dapat mencapai otak dalam waktu 10 detik. Menurut penelitian yang dilakukan Dewi Susanna et al menunjukkan bahwa kandungan nikotin dalam rokok kretek lebih besar dari rokok filter. Nikotin yang terdapat dalam asap rokok arus samping 46 kali lebih besar dari asap rokok arus utama (blog/kandungan-dalam-rokok.html). 3.2.2 Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida adalah bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil. Satu rokok yang dibakar mengandung 3-6% CO. daya afinitas Hb (hemoglobin) darah terhadap karbon monoksida lebih kuat dibandingkan terhadap oksigen, akibatnya oksigen tersingkir dan persediaan oksigen untuk saringan tubuh menurun.Karena tubuh kurang oksigen membuat jantung mengalami penebalan dan bekerja lebih keras memompa darah, inilah yang menyebabkan seorang perokok bisa mengalami serangan jantung secara mendadak. Pembuluh darah akan menyempit dan mengeras sehingga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. CO juga dapat mempercepat aterosklerosis (penebalan dinding pembuluh darah/pengapuran) sehingga membuat darah mengental dan darah mudah menggumpal (Yetti, 2011). 2.3.2 Tar

Tar sebagai getah tembakau adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis hidrokarbon aromatic polisiklik, amin aromatic, dan N-nitrosamine. Tar bersifat karsinogen (penyebab kanker). Tar itu sendiri mengandung banyak bahan beracun jika masuk kedalam tubuh. Ini adalah substansi, tebal lengket, dan ketika menghirup tar maka akan melekat pada rambut-rambut kecil di paru-paru. Organ ini melindungi paru-paru dari kotoran dan infeksi, tapi ketika tertutup tar organ ini tidak dapat melakukan fungsinya. Tar juga melapisi dinding sistem respirasi secara keseluruhan, mempersempit tabung yang transportasi udara (bronchioles) dan mengurangi elastisitas paru-paru. Akhirnya menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit pernapasan kronis. Tar yang dihasilkan asap rokok akan menimbulkan iritasi pada saluran napas, menyebabkan bronchitis, kanker nasofaring, dan kanker paru-paru (blog/kandungan-dalam-rokok.html). 2.3.3 Metanol (alkohol kayu) Metanol (alkohol kayu) adalah alcohol yang paling sederhana yang jugadikenal sebagai metil alkohol (blog/kandungan-dalam-rokok.html). 2.4 Dampak rokok bagi tubuh

Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkandung dalam setiap batang rokok, yang sebenarnya mengandung 4000 racun kimia berbahaya, hal ini menjelaskan bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat ditimbulkan dari perilaku merokok (Rulinoviansyah, 2012). 2.5 Beberapa jenis penyakit akibat rokok 2.5.1 Penyakit paru Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya, hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) (Sianturi 2003).Bahkan kanker paru merupakan jenis penyakit paling banyak yang diderita perokok.Sekitar 90% kematian karena kanker paru terjadi pada perokok (Basyir 2005). 2.5.2 Penyakit jantung coroner Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang terkandung dalam rokok.Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama disebakan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida. Dimana nikotin dapat mengganggu irama jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO menyebabkan suplai oksigen untuk jantung berkurang karena berikatan dengan Hb darah, inilah yang menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner.

2.5.3 Impotensi Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE).Dalam penelitiannya, sekitar seperlima dari penderita DE disebabkan oleh karena kebiasaan merokok.2.5.4 Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok kemungkinan terjadinya kanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan perokok (Basyir, 2005). 2.5.5 Merusak otak dan indera Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya, sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system tubuh. 2.5.6 Mengancam kehamilan Terutama ditujukan pada wanita perokok.Banyak hasil penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan. 2.6 Kategori perokok Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri. Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi: Perokok pasif yakni mereka yang tidak merokok, tetapi berada di sekeliling perokok dan menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh perokok. Perokok aktif, yakni mereka yang menghisap rokok secara langsung (www.kppk.com). Menurut Bustan (2007), jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu : 2.6.1 Perokok Ringan : apabila merokok kurang dari 10 batang per hari. 2.6.2 Perokok Sedang : apabila menghisap 10-20 batang per hari. 2.6.3 Perokok Berat : apabila menghisap lebih dari 20 batang.

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Hubungan rokok dengan trombosit. Risiko merokok tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari, dan pada lamanya merokok. Seseorang yang sudah lama terpapar asap rokok mempunyai potensi terjadi peningkatan agregasi platelet, dan ekskresi metabolit thromboxan (Butkiewicz, 2006). Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi dua kali lebih rentan daripada mereka yang tidak merokok. Diduga menjadi penyebab adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh sistem syaraf otonom. Tetapi efek nikotin tidak kumulatif pada bekas perokok tampaknya mempunyai resiko rendah seperti pada bukan perokok. Merokok mempunyai efek buruk membentuk radikal bebas yang kemudian akan memecah Nitric Oxide (NO). NO merupakan radikal bebas heterodiatom yang bertanggung jawab dalam vasoregulator dan fungsi homeostatis sel endotel. NO endogen dan eksogen juga dapat menginduksi apoptosis pada megakariosit. Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa produksi NO akan terganggu oleh merokok (Rachim, Marisa 2012). Merokok dapat meningkatkan produksi superoksida vascular yang menyebabkan penurunan NO dan secara bersaamaan akan meningkatkan siklooksigenase dan eicosanoid vasokontriksi. Berdasarkan penelitian Molnar et al. dengan memblokade sintesis NO pada hewan dengan NOS inhibitor yaitu L-nitroarginin secara intravena menunjukkan penurunan jumlah trombosit sebesar 50% dibandingkan dengan kontrol yang diinjeksi saline. Menurut penelitian Nagase et al. tidak adanya iNOS derivat dari NO berasosiasi dengan menurunnya produksi trombosit yang kemudian juga akan menurunkan jumlah trombosit pada sirkulasi. NO berperan pada fase terminal megakariositopoesis yaitu khususnya pada proses pelepasan trombosit. Namun sebelumnya juga terdapat peran TPO sebagai faktor pematangan penting. Lupia et al mengatakan bahwa perokok mempunyai level TPO yang lebih tinggi dibandingkan bukan perokok dan akan meningkatkan aktivasi trombosit (Rachim, Marisa 2012). 3.2 Pembentukan trombosit Trombosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri (fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakaryosit) melalui rangsangan trombopoietin. Megakaryosit berasal dari megakaryoblas yang timbul dari proses diferensiasi sel asal hemapoetik. Prekusor myeloid paling awal yang membentuk megakarosit diberi istilah CFUGEMM (CFU:Colony Formig Unit in Culture Medium). Progenitor yang lebih matang dan khusus megakaryosit dinamakan CFUmeg. Megakayosit matang, dengan proses replokasi endomitotik inti secara sinkron, volume sitoplasmanya bertambah besar pada waktu jumlah inti bertambah dua kali lipat. Biasanya pada keadaan 8 inti, replikasi inti lebih lanjut dan pertumbuhan sel berhenti, sitoplasma menjadi granular dan selanjutnya trombosit dibebaskan.Setiap megakaryosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Waktu yang dibutuhkan dari diferensiasi sel induk sampai produksi trombosit adalah 10 hari, diameter trombosit kira-kira 1-2m dan volume sel sebanyak 5,8 fl. Hitung trombosit normal sekitar 150.000 400.000 /mm3. 3.3 Morfologi Trombosit Dalam keadaan inaktif, trombosit berbentuk seperti cakram bikonveks dengan diameter sekitar 2-4 m dan volume sekitar 7-8 fl. Dengan mikroskop electron, trombosit dibagi menjadi 4 zona dengan masing-masing zona mempunyai fungsi khusus. Keempat zona tersebut adalah zona perifer yang berguna untuk adhesi dan agregasi, zona sol-gel menunjang dan mekanisme kontraksi, zona organel yang berperan pengeluaran isi trombosit, dan zona membrane yang merupakan jalan keluar dari isi granula saat proses pelepasan. Zona perifer terdiri dari 3 bagian yaitu, selubung eksternal (glikokalis), unit membrane dan daerah submembran. Selubung eksternal lebih tebal dan padat daripada sel lain dan banyak mengandung glikoprotein. Beberapa diantaranya berfungsi sebagai reseptor antara lain glikoprotein I dan glikoprotein V sebagai reseptor thrombin, glikoprotein Ib merupakan reseptor untuk factor von Willbrand, dan glikoprotein IIb dan IIIa untuk reseptor fibrinogen. Unit membrane terdiri atas 2 lapis fosfolipid dengan komponen protein transmembran (Indriastuti, 2003). Unit membrane mengandung enzim yang bekerja pada metabolisme cAMP. Daerah submembran adalah ruang antara unit membrane dengan mikrotubulus, mengandung filament submembran, yang berfungsi menjaga bentuk trombosit, pembentukan pseudopodi dan retraksi bekuan (Sotianingsih, 2001). Zona sol-gel adalah matriks kental di dalam trombosit, terdiri atas protein yang dapat dibentuk menjadi fibrous elemen yaitu mikrotubulus dan mikrofilamen.Mikrofilamen memegang peranan penting dalam mekanisme kontraktil trombosit.Mikrotubulus membentuk filament ekuator dan menjaga bentuk cakram trombosit. Zona organel berisi berbagai organel yang tersebar dalam trombosit yang tidak aktif dan terkumpul ditengah jika trombosit menjadi aktif. Daerah ini melakukan fungsi respirasi, ekskresi dan produksi, menyimpan dan melepaskan energy dan mengandung: granula padat yang mengandung kalsium, ADP, ATP, dan serotonin yang dikeluarkan saat reaksi pelepasan. Granula alfa berisi factor trombosit IV, tromboglobulin, PDGF, fibrinogen, factor V dan factor von Willbrand, dan organel lain yaitu granula alfa, mitokondria, lisosom dan glikogen.Zona membrane terdiri atas Surface Connecting Sistem (SCS) merupakan invaginasi membrane yang berkelok-kelok kebagian dalam trombosit sehingga memperluas permukaan trombosit dan memudahkan masuknya bahan dari plasma dan Dence Tubular System (DTS) yang berasal dari smooth endoplasmic reticulum dan merupakan tempat penyimpanan kalsium juga tempat metabolisme prostaglandin (sotianingsih, 2001). 3.4 Fungsi Trombosit Trombosit berperan penting dalam proses pembentukan sumbatan mekanis selama respon hemostatis, thrombosis, perkembangan arterosklerosis, dan sindroma koronaria akut, melalui interaksinya dengan komponen subendotelial dari dinding pembuluh darah yang rusak serta factor koagulasi plasma, terutama thrombin (Indriastuti, 2003). Terjadi karena fungsi trombosit : adhesi, pelepasan, agregasi, aktifitas prokoagulan, dan fusi. 3.4.1 Adhesi Trombosit Bila terjadi perlukaan pembuluh darah, trombosit akan melekatkan diri pada jaringan ikat subendotelial yang terbuka. Proses melekatnya trombosit pada permukaan yang bukan sesamanya disebut fungsi adhesi trombosit. Fungsi adhesi tergantung pada glikoprotein membrane permukaan trombosit dan factor VIII:vWF bersama dengan factor VIIIR : Ag (antigen yang berhubungan dengan factor VIII)yang merupakan fraksi utama molekul factor VIII. Factor VIII merupakan molekul besar yang multimetrik yang terdiri dari bagian von Willebrand (VIII:vWF) dan bagian koagulan (VIII:C). 3.4.2 Reaksi Pelepasan Trombosit Kolagen dan thrombin mengaktifkan sintesis prostaglandin trombosit yang mengarah pada pembentukan zat labil, tromboksan 2 yang merendahkan kadar cAMP trombosit dan mengawali reaksi pelepasan. Zat ini tidak hanya memperkuat agregasi trombosit tetapi juga memiliki aktifitas vasokontriksi kuat. Reaksi pelepasan dihambat oleh zat yang meningkatkan kadar cAMP trombosit antara lain prostasiklin (PGI2) yang disintesis oleh sel endotel pembuluh darah.3.4.3 Agregasi Trombosit Trombosit mempunyai daya kohesi satu dengan yang lainnya karena pengaruh adanya ADP dan Tromboksan A2.Daya kohesi ini disebut fungsi agregasi trombosit.Pelepasan ADP dan tromboksan A2 menyebabkan trombosit yang ada beragregasi pada tempat luka pembuluh darah. ADP menyebabkan trombosit membengkak dan mempermudah membrane trombosit berdekatan dan melekat satu sama lain. Setelah terjadi reaksi pelepasan tambaham ADP dan tromboksan A2 akan menyebabkan agregasi sekunder. Proses ini berjalan terus mengakibatkan pembentukan massa trombosit yang cukup besar untuk menyumbat daerah luka endotel.3.4.4 Trombosit ikut aktif berinteraksi dengan sistem kooagulasi (Sotianingsih, 2001). Permukaan selnya terdapat tempat-tempat pengikatan spesifik untuk factor koaglasi V yang telah mendapat rangsangan yaitu factor V aktif (Va), yang kemudian akan mengikat factor Xa, factor I, factor XI, factor V, factor featgerald, dan factor von Willebrand. 3.4.5 Fusi Trombosit Konsentrasi tinggi ADP, enzim-enzim yang dibebaskan selama reaksi pelepasan dan tromboastenin bersama sama menyebabkan fusi ireversibel trombosit yang beragregasi pada tempat luka vaskuler. Thrombin juga memndorong fusi trombosit dan pembentukan fibrin memperkuat stabilitas sumbatan sumbatan trombosit yang sedang berkembang. Factor pertumbuhan yang dilepaskan dari granula spesifik merangsang sel otot polos pembuluh darah untuk memperbanyak diri dan ini dapat mempercepat pertumbuhan vaskuler setelah luka. 3.5 Mekanisme Agregasi Trombosit pada Perokok Agregasi trombosit adalah proses perlekatan antara sesama trombosit, dalam keadaan tidak aktif trombosit tidak mudah melekat karena glikoprotein pada permukaan trombosit mengandung molekul asam sialat yang mengakibatkan permukaan bermuatan negative sehingga trombosit saling tolak menolak. Agregasi trombosit dapat dipengaruhi berbagai induktor antara lain: ADP, epinefrin dan kolagen. Agregasi trombosit yang bersifat reversible bila kadar ADP yang dipakai sebagai inductor. Kadar ADP lebih tinggi maka akan terjedi pelepasan asam arakhidonat yang selanjutnya akan dirubah menjadi prostaglandin G2 (PGG2), PGH2, dan TxA2 yang akan menimbulkan sekresi ADP dari granula sehingga terjadi agregasi yang reversible (Sotianingsih,2001). Merangsang agregasi, kolagen memerlukan struktur fibriler untuk merangsang agregasi. Setelah kolagen melekat pada reseptornya di membrane trombosit, terjadi interaksi antara permukaan trombosit dengan fibriler kolagen yang akan memberi signal untuk mobilisasi ion Ca. selanjutnya akan dilepaskan asam arakhidonat dan terbentuk TxA2 yang akan merangsang sekresi ADP dari granula dan terjadi agregasi trombosit yang irreversibel. Thrombin adalah inductor fisiologis yang paling kuat dan mampu untuk merangsang perubahan bentuk, pelepasan asam arakhidonat, agregasi dan sekresi dari berbagai granula. Agregasi trombosit dapat terjadi melalui 3 jalur, yaitu jalur pertama sekresi ADP dan jalur kedua pembentukan TxA2. Jalur ketiga adalah agregasi trombosit yang terjadi setelah perangsangan dengan thrombin kadar tinggi walaupun jalur ADP dan TxA2 dihambat. Diduga perantara jalur ini adalah platelet activating factor (PAF). Basofil melepaskan PAF yang telah disensitisasi oleh antigen, karena itu PAF juga merupakan perantara yang yang penting pada peradangan dan reaksi alergi (Sotianingsih, 2001).Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormone kathelokamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin tinggi, yang mengakibatkan timbulnya hipertensi. Thrombopoietin (TPO) merupakan faktor pertumbuhan yang esensial dalam proliferasi dan maturasi megakariosit. Peningkatan produksi TPO didukung oleh limpa dan sumsum tulang. Konsentrai TPO pada perokok lebih rendah daripada orang yang tidak merokok, namun menurunnya konsentrasi TPO ini tidak merefleksikan gangguan pada trombositopoesis. Menunjukkan tingginya nilai reticulated platelets yang mengindikasikan percepatan restorasi platelet dan meningkatnya platelet turnover. Penelitian terdahulu dilaporkan bahwa NO endogen dan eksogen dapat menginduksi apoptosis pada megakariosit. Inhibisi dan tidak adanya inducible nitric oxide synthase (iNOS) yang merupakan derivat dari NO akan menurunkan produksi tombosit dan berkurangnya trombosit dalam sirkulasi (Sotianingsih,2001). Tumor Necrosis Factor (TNF ) merupakan mediator proinflamasi yang diinduksi oleh NO dari asap tembakau. TNF dan interferon yang lain dapat menstimulasi ataupun menghambat trombositopoesis tergantung adanya sinyal lain. Regulator negatif dalam trombositopoesis antara lain Interleukin 4 (IL- 4) dan PF-4 (Rachim,Marisa 2012).Terjadi peningkatan karbon monoksida pada perokok yang menyebabkan pengeluaran epinefrin dari kelenjar anak ginjal meningkat sehingga menginduksi agregasi trombosit (Tinjauan Pustaka_F94aha-3) dan nikotin menghambat sintesa PGI2 yang menyebabkan hambatan terhadap agregasi trombosit (Wirawan, 2007). Efek lain adalah merangsang berkelompoknya trombosit, dan akan menggumpal kemudian menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat CO (Gondodiputro, 2007). 3.6Metode Pemeriksaan 3.6.1 Metode pemeriksaan hitung jumlah trombosit Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui jumlah trombosit dalam tiap mikroliter darah. Orang normal jumlah trombosit dalam tiap satu mikroliter darah antara 200.000 sampai dengan 500.000 (Soebrata, 2004). Menurut WHO seseorang dikatakan mengalami trombositopenia apabila jumlah trombosit di dalam darah kurang dari 100.000 tiap dalam mikroliter darah.Pemeriksaan hitung trombosit ada2 cara yaitu cara langsung (Rees-Ecker) dan cara tidak langsung (Suwarno, 2012). 3.6.2 Hitung jumlah trombosit secara langsung (Rees Ecker) Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop cahaya. Pada hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%, penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan penyebaran trombosit yang tidak merata (Riswanto, 2009). 3.6.3 Hitung jumlah trombosit secara tidak langsung Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright, Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih.Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung.Cara ini sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit.Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk populasi trombosit normal dan tinggi (trombositosis). Korelasinya dengan metode otomatis dan bilik hitung cukup erat. Sedangkan untuk populasi trombosit rendah (trombositopenia) di bawah 100.000 per mmk, penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10 lpmi x 2000 karena memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan metode lain cukup erat(Riswanto, 2009). 3.7 Metode pemeriksaan agregasi trombosit 3.7.1 Metoda Perhitungan Trombosit Bebas Prinsip pemeriksaan adalah menghitung sisa trombosit bebas dan prosentasenya terhadap jumlah trombosit sebelum dilewatkan pada suatu tabung yang berisi glass bead, dengan interval waktu tertentu.Semakin banyak sisa trombosit bebas, berarti trombosit yang beragregasi semakin sedikit.Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah heparin atau PRP. Metoda ini membuutuhkan alat dan bahan khusus serta cara kerjanya tidak praktis. 3.7.2 Metode Nefelometrik Metoda pemeriksaan yang paling sering digunakan.Prinsip pemeriksaan berdasarkan perubahan transmisi cahaya dengan bahan pemeriksaan menggunakan PRP (platelet rich plasma).PRP diinkuasi pada suhu 370 C, diaduk dengan stirrer dan diberikan cahaya yang melalui PRP tadi. Dengan penambahan suatu inductor, trombosoit akan beragregasi, sehingga transmisi cahaya melalui PRP akan meningkat. Perubahan transmisi cahaya dapat direkam dan dicetak, serta dinilai berdasarkan puncak dan bentuk kurva yang didapatkan. Metoda ini memerlukan alat khusus, tidak setiap laboratorium memiliki, dan memerlukan inductor ADP yang relative mahal, meskipun hasil yang didapat cukup memadai( Suharyanti, 2009). 3.7.3 Metode Sediaan Apus Darah Tepi Diperkenalkan oleh Velaskar DS dan Chitre (1982), metoda ini menggunkan sediaan apus darah tepi dengan pengecatan giemsa dan induktor ADP sebagai pemacu =( )100 100% terjadinya agregasi trombosit. Darah yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah whole blood, dan dilakukan dengan menghindari bendungan/stasis berlebihan dan kontaminasi jaringan. Antikoagulan yang dipakai adalah natrium sitrat 3,8% dengan perbandingan darah : antikoagulan 9 : 1. Antikoagulan ini merupakan antikoagulan terpilih untuk pemeriksaan hemostasis karena disamping mengikat ion Ca, juga sebagai pengawet untuk factor II dan VIII.Dibandingkan oksalat factor V lebih stabil dalam natrium sitrat.Calcium dan Natrium membentuk kompleks terlarut dengan cepat sebaliknya calcium dan oksalat membentuk kompleks yang tidak larut secara lambat. Penilain fungsi agregasi trombosit dihitung dari banyaknya trombosit yang beragregasi dan trombosit bebas. Velaskar membaca seluruh zone pada tepi sediaan apus ke tepi berikutnya, dan dihitung prosentase trombosit yang beragregasi dibandingkan trombosit total (trombosit yang beragregasi dan trombosit bebas). Penilaian dihitung dari menit 0 dan ke 3 dan dihitung berdasarkan rumus velaskar: 3.7.5 Metode Wu dan Hoak Prinsip pemeriksaan adalah menilai ada tidaknya agregasi trombosit in vivo. Sampel darah probandus dimasukkan ke dalam 2 tabung yang masing-masing berisi Jumlah Trombosit Agregasi Trombosit Kriteria Perokok Respon Zat aktif Jumlah trombosit Agregasi trombosit ADP Mutu pemeriksaan -kulaitas reagen -skill pemeriksaan - kualitas alat .EDTA dan EDTA ditambahkan formalin. EDTA berfungsi mencegah terjadinya agregasi trombosit, sedangkan formalin berfungsi mencegah terlepasnya trombosit yang telah beragregasi. Trombosit didalam ke2 tabung dihitung dan dibandingkan. Bila sudah terjadi agregasi trombosit in vivo maka jumlah trombosit bebas dalam tabung EDTA ditambah formalin lebih rendah disbanding dalam tabung EDTA. Metoda ini lebih sederhana, namun hasilnya kurang memadai (Suharyanti, 2009).